UAS Fisika Bangunan 1
UAS Fisika Bangunan 1
FISIKA BANGUNAN 01
Disusun oleh :
Farah Najibah Suminar
21020120140151
Dosen Penguji :
Dr. Ir. Eddy Prianto. CES. DES
PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan fisika
bangunan 1 tentang Aplikasi Desain Penerangan Alami dan Buatan Pada Rumah Tinggal
Perancangan Arsitektur 1.
Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bertukar pikiran
sehingga memperluas wawasan dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Aplikasi Desain
Penerangan Alami dan Buatan Pada Rumah Tinggal Perancangan Arsitektur 1 ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
BAGIAN A Soal Ujian Akhir Semester (UAS) ............................................................... 1
BAGIAN B Rubrik Nilai Fisika Bangunan 1 dan Studi Kasus ........................................ 2
BAGIAN C Produk Studi Kasus ...................................................................................... 6
5.5 Final Produk Penerapan Sistem Pencahayaan Buatan Pada Eksterior .................. 45
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Studi Kasus Pencahayaan Alami Interior Kamar Tidur Utama ........ 6
Gambar 4.2 Studi Kasus Pencahayaan Alami Interior Ruang Keluarga .............. 6
Gambar 4.3 Studi Kasus Pencahayaan Buatan Eksteror ...................................... 7
Gambar 4.4 Studi Kasus Pencahayaan Buatan Eksterior ..................................... 7
Gambar 5.1 Spesifikasi Ruangan Kamar Tidur .................................................. 13
Gambar 5.2 Klasifikasi Kualitas Pencahayaan Kamar Tidur ............................. 14
Gambar 5.3 Detail Bukaan Kamar Tidur............................................................ 14
Gambar 5.4 Orientasi Bukaan Kamar Tidur ....................................................... 15
Gambar 5.5 Secondary Skin Kamar Tidur ......................................................... 16
Gambar 5.6 Jenis Kaca Kamar Tidur Utama ...................................................... 16
Gambar 5.7 Faktor Pencahayaan Kamar Tidur Utama....................................... 17
Gambar 5.8 Potongan Bukaan Kamar Tidur Utama........................................... 17
Gambar 5.9 Potongan Bukaan Kamar Tidur Utama........................................... 18
Gambar 5.10 Perhitungan Faktor Langit ............................................................ 18
Gambar 5.11 Simulasi Pencahayaan Alami ....................................................... 20
Gambar 5.12 Simulasi Cahaya Secondary Skin ................................................. 21
Gambar 5.13 Perspektif Kamar Tidur Utama Menghadap Utara ....................... 21
Gambar 5.14 Perspektif Kamar Tidur Utama Menghadap Timur Laut ............. 22
Gambar 5.15 Spesifikasi Ruangan Ruang Keluarga .......................................... 23
Gambar 5.16 Klasifikasi Kualitas Pencahayaan Ruang Keluarga ...................... 23
Gambar 5.17 Detail Ukuran Bukaan Ruang Keluarga ....................................... 24
Gambar 5.18 Orientasi Bukaan Ruang Keluarga ............................................... 25
Gambar 5.19 Jenis Kaca Bukaan Ruang Keluarga ............................................. 26
Gambar 5.20 Faktor Pencahayaan Ruang Keluarga ........................................... 26
Gambar 5.21 Potongan Bukaan Ruang Keluarga ............................................... 27
Gambar 5.22 Perhitungan TUU dan TUS Ruang Keluarga ............................... 27
Gambar 5.23 Perhitungan Faktor Langit Ruang Keluarga ................................. 28
Gambar 5.24 Simulasi Pencahayaan Alami Ruang Keluarga ............................ 29
Gambar 5.25 Perspektif Ruang Keluarga Menghadap Barat ............................. 30
Gambar 5.26 Perspektif Ruang Keluarga Menghadap Utara ............................. 31
iv
Gambar 5.27 Direct Lighting ............................................................................. 32
Gambar 5.28 Semi Direct Lighting .................................................................... 32
Gambar 5.29 Indirect Lighting ........................................................................... 33
Gambar 5.30 Semi Indirect Lighting .................................................................. 33
Gambar 5.31 General Diffuse Lighting .............................................................. 34
Gambar 5.32 Direct Lighting Langit Carport ..................................................... 36
Gambar 5.33 Direct Lighting Nomor Rumah..................................................... 36
Gambar 5.34 Direct Lighting Bukaan Jendela ................................................... 36
Gambar 5.35 Semi Direct Lighting Taman Belakang ........................................ 37
Gambar 5.36 Semi Direct Lighting Teras Depan ............................................... 37
Gambar 5.37 Semi Direct Lighting Samping Kanan .......................................... 37
Gambar 5.38 Semi Direct Lighting Pagar Belakang .......................................... 37
Gambar 5.39 Indirect Lighting Pijakan Kaki ..................................................... 38
Gambar 5.40 Indirect Lighting Langit Carport .................................................. 38
Gambar 5.41 Diffuse General Lighting Teras Depan......................................... 38
Gambar 5.42 Diffuse General Lighting Teras Belakang .................................... 38
Gambar 5.43 Diffuse General Lighting Taman .................................................. 38
Gambar 5.44 Armature ....................................................................................... 39
Gambar 5.45 Renderasi Warna ........................................................................... 40
Gambar 5.46 Koefiesien Depresiasi ................................................................... 40
Gambar 5.47 Tingkat Pencahayaan .................................................................... 41
Gambar 5.48 Umum Minimum Rata-Rata ......................................................... 41
Gambar 5.49 Temperature Warna ...................................................................... 42
Gambar 5.50 Tekstur Permukaan ....................................................................... 42
Gambar 5.51 Perspektif Dinding Depan Rumah Menghadap Utara .................. 45
Gambar 5.52 Perspektif Carport Menghadap Tenggara ..................................... 46
Gambar 5.53 Perspektif Halaman Belakang Menghadap Barat Daya................ 46
v
DAFTAR TABEL
vi
BAGIAN A
Soal Ujian Akhir Semester (UAS)
1
BAGIAN B
Rubrik Nilai Fisika Bangunan 1 dan Studi Kasus
2
MATERI PRAKTEK
STUDI KASUS
Matakuliah FISIKA BANGUNAN -01
Materi PENERANGAN ALAMI DAN BUATAN
SKS 2 sks
Bobot Nilai 50 %
Pelaksanaan Minggu ke 09-15
Soal:
Pada Materi STUDI KASUS ini, kita menjadikan obyek disainnya adalah
BANGUNAN RUMAH TINGGAL BERLANTAI 2 (materi studio PA 01).
Pemahaman teoritik dan strandart penerangan alami dan buatan telah dipelajari
pada tatap muka sebelumnya (TM 01-TM 07). Dan pada tahapan ini, berupakan
langkah aplikasi disain (bisa berupa STUDI ataupun DISAIN) yang terintegrasi
dengan mk PA01. Salah satu produk PA01 adalah gambar perspektif Interior dan
atau gambar perspektif Eksterior. Untuk itu produk dari STUDI KASUS ini
adalah membuat 2 (dua) perspektif gambar penerangan bangunan: 1 (satu)
lembar gambar perspektif Interior dan 1 (satu) lembar gambar perspektif Eksterior
dengan cara mengaplikasikan aspek penerangannya secara kreatif dan inovatif.
STUDI KASUS ini dikerjakan secara mandiri, dengan produk gambar tidak lebih
dari 2 (dua) lembar ukuran A3. Produk dikumpulkan pada minggu ke 14 untuk
dilakukan evaluasi, dikumpulkan dalam FOLDER MSTEAM SSO UNDIP. Selamat
bekerja.
Eddy Prianto
3
A. Matrik produk studi kasus
PERSPEKTIF PERSPEKTIF
INTERIOR EKSTERIOR
PENERANGAN PENERAN PENERANGAN PENERANGAN
ALAMI GAN ALAMI BUATAN
BUATAN
STUDI
SIMULA
(1) (2) (5) (6)
SI
DISAIN (3) (4) (7) (8)
B. PENGELOMPOKAN TEMATIK
type INTERIOR EKSTERIOR
1 (1) (6)
2 (1) (8)
3 (2) (5)
4 (2) (7)
5 (3) (6)
6 (3) (8)
7 (4) (5)
8 (4) (7)
4
Pada pengelompokan tematik ini saya mendapat kelompok tematik 1 yaitu :
1. Perspektif interior studi simulasi penerangan alami (1)
2. Perspektif eksterior studi simulasi penerangan buatan (6)
5
BAGIAN C
Produk Studi Kasus
4.1 Produk Final Studi Kasus Pencahayaan Alami Interior
Gambar 4.1 Studi Kasus Pencahayaan Alami Interior Kamar Tidur Utama
6
4.2 Produk Final Studi Kasus Pencahayaan Buatan Eksterior
7
BAGIAN D
Produk Ujian Akhir Semester
8
e. Bidang lubang cahaya efektif
Bidang lubang cahaya efektif merupakan bidang vertikal sebelah dalam dari lubang
cahaya.
f. Lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur
Lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur merupakan bagian dari bidang lubang
cahaya efektif lewat mana titikukur itu melihat langit.
9
Komponen pencahayaannya berasal dari refleksi permukaan dalam dan
luar ruangan maupun cahaya langit.
d. Langit Perancangan
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan
ditetapkan sebagai langit perancangan, yaitu :
a) bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
b) memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka,
dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi
kegagalan untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah.
c) nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir 2) pasal ini tidak boleh
terlampau rendah sehingga persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau
tinggi.
e. Faktor Langit
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan dilakukan dalam keadaan sebagai-berikut :
a) Dilakukan pada saat yang sama.
b) Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang
yang merata di mana-mana.
c) Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup
dengan kaca
f. Titik Ukur
Adapun beberapa ketentuan yang ditetapkan sebagai titik ukur, yaitu :
a) Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75
meter di atas lantai.
b) Harus memenuhi suatu nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut
fungsi dan ukuran ruangan
c) Dalam penghitungannya terdiri dari dua yaitu Titik Ukur Utama (TUU) yang
diambil di tengah antar kedua dinding samping dengan jarak 1/3 d dari bidang
lubang cahaya efektif dan Titik Ukur Samping (TUS) yang diambil 0,5 meter
dari dinding samping.
10
d) Jarak “d” pada dinding tidak sejajar.
e) Ketentuan jarak “1/3 . d”, apabila ruangan sama dengan atau kurang dari 6
meter, maka ketentuan tersebut tidak berlaku dan diganti menjadi jarak
minimum 2 meter.
b. Ukuran Jendela/Skylight
Dalam melakukan perancangan, tentu salah satu pertimbangan agar suatu ruangan
tetap mendapatkan cahaya yang cukup yaitu dengan adanya bukaan jendela.
Pengoptimalan ukuran jendela dapat menghemat energi sehingga akan menyebabkan
menurunnya beban pendinginan dan ketidaknyamanan visual.
c. Properti Kaca
Transmisi cahaya (Visible Transmittance – VT) menunjukkan persentase cahaya
yang memungkinan menembus kaca. Dalam penggunannya, perlu dipertimbangkan
kembali VT dan SHGC ketika memilih produk kaca. Meningkatnya transmisi cahaya
11
dapat meningkatkan koefisien perolehen panas matahari (Solar Heat Gain Coefficien –
SHGC).
d. Peneduh Kaca
Jumlah dan arah masuknya cahaya matahari tidak dapat dipastikan karena adanya
variasi yang secara signifikan. Dalam upaya mengurangi radiasi matahari langsung,
pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan peneduh. Salah satu cara yang efisien
untuk memblokir radiasi yaitu dengan penggunakaan lightshelves atau peneduh
horizontal interior dari bahan yang reflektif.
12
ORIENTASI : barat daya UKURAN LUBANG CAHAYA = 2
LEBAR TERITIS : 140 cm (82,5 x 240 cm)
JENIS KACA : kaca bening POSISI LUBANG CAHAYA = 92 cm
dari lantai dan 40 cm dari plafon
HITUNG FAKTOR
HITUNG FAKTOR PENCAHAYAAN
LANGIT
SIANG HARI = 145 lux
Fl = 1,45 %
13
Keadaan langit perancangan
merata di mana-mana.
Dapat dilihat pada tabel 5.1, bahwa faktor pencahayaan siang hari minimum yang
diperlukan untuk ruang tidur dengan d = 4,85 meter
14
• 40 cm dari plafon
Tabel 5.2 Hubungana Antara Tinggi Tempat Lubang Cahaya Dengan Nilai Faktor Langit
Relatif
15
Gambar 5.5 Secondary Skin Kamar Tidur
Dalam merespons matahari sore yang akan masuk ke dalam ruangan secara
berlebih, diterapkan secondary skin untuk mengurangi cahaya yang masuk dan
terbentuk bayangan-bayangan yang memperindah dalam ruangan. Secondary
skin ini memiliki lebar 140 cm.
Jenis Kaca
16
e. Perhitungan Tinggi Lubang Cahaya Efektif (H), Lebar Lubang Cahaya
Efektif (L), Jarak Ke Bidang Lubang Cahaya Efektif (D)
17
Gambar 5.9 Potongan Bukaan Kamar Tidur Utama
1𝑑
• Titik Ukur Utama (TUU) di tengah kedua dinding samping berjarak 3
18
Fl ABCD = 1,93
ABFE
H/D = 71.5/200 = 0,3575
L/D = 96/200 = 0,48
Fl ABFE = 0,48
Maka
Fl ABCD = 1,93
Fl ABFE = 0,48
------------------------- (-)
1,45
Kesimpulan :
Flmin TUU = 0,18.d = 0,18.4,85 = 0,873 lux
19
Dari perhitungan faktor langit jendela kamar tidur utama diperoleh sebesar 1,45 %,
yang artinya ruangan kamar tidur utama ini memiliki pencahayaan alami pada siang
hari dengan berkategorikan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan fl TUU nya yang
lebih dari batas minimum.
20
Cahaya yang masuk ke dalam ruangan
tidak terlalu banyak akibat adanya
secondary skin pada bagian depan kiri
bukaan. Penerapan ini dilakukan dalam
upaya menanggapi cahaya berlebih
Gambar 5.12 Simulasi Cahaya Secondary
yang akan masuk ke dalam ruangan di
Skin
sore hari pada bagian barat.
21
Gambar 5.14 Perspektif Kamar Tidur Utama Menghadap Timur Laut
22
Dimensi Ruangan Penghalang
di Luar Faktor Refleksi
Permukaan Dalam
HITUNG FAKTOR
HITUNG FAKTOR PENCAHAYAAN
LANGIT
SIANG HARI = 258 lux
Fl = 2,58 %
a. Fungsi Ruangan
Fungsi ruang keluarga pada rumah tinggal, antara lain:
• sebagai tempat berkumpul keluarga
• sebagai tempat bersantai
• sebagai tempat menonton tv
• sebagai tempat mendengarkan musik
• sebagai tempat bermain play station
Spesifikasi Ruangan
Panjang ruang 8 meter
Lebar ruang 5 meter
23
b. Faktor Pencahayaan Minimum Siang Hari Yang Diperlukan
Tabel 5.4 Nilai Faktor Langit Bangunan Tempat Tinggal
Jenis Ruangan Flmin TUU F1min TUS
Ruang tinggal 0,35.d 0,16.d
Ruang keda 0,35.d 0,16.d
Kamar tidur 0,18.d 0,05.d
Dapur 0,20.d 0,20.d
Dapat dilihat pada tabel 5.2, bahwa faktor pencahayaan siang hari minimum yang
diperlukan untuk ruang keluarga dengan d = 5,7 meter
Flmin TUU = 0,35.d = 0,35.5,7 Flmin TUS = 0,16.d = 0,16.5,7
= 1,995 lux = 0,912 lux
24
Tabel 5.5 Hubungan Antara Tinggi Tempat Lubang Cahaya Dengan Nilai Faktor Langit
Relatif.
Orientasi
25
Gambar 5.19 Jenis Kaca Bukaan Ruang Keluarga
Kaca yang digunakan pada rumah tinggal ini yaitu kaca bening yang dapat
menghasilkan bayangan prima sampai lebih berasal dari 90% dengan tebal 6mm.
Penggunaan kaca yang banyak bertujuan agar view yang di dapat pada ruang
keluarga ini langsung mengarah ke halaman belakang yang banyak tanaman
hijaunya. Selain itu juga agar cahaya pagi masuk secara maksimal karena
orientasinya yang menghadap ke tenggara.
26
Gambar 5.21 Potongan Bukaan Ruang Keluarga
yaitu 190 cm, akan tetapi jarak tersebut belum mencapai minimalnya,
sehingga titik ukur utama menjadi 200 cm.
• Titik Ukur Samping (TUS) terletak di 50 cm dari dinding samping yang
1𝑑
berjarak dari lubang cahaya.
3
27
e. Perhitungan Faktor Langit
Fl ABCD = 4,29
ABFE
H/D = 93/200 = 0,465
L/D = 410/200 = 2,05
Fl ABFE = 1,71
Maka
Fl ABCD = 4,29
FlABFE = 1,71
-------------------------- (-)
2,58
28
Tabel 5.6 Nilai Faktor Langit
Kesimpulan :
Flmin TUU = 0,35.d = 0,35.5,7 = 1,995 lux
Dari perhitungan faktor langit jendela kamar tidur utama diperoleh sebesar 2,58 %,
yang artinya ruangan kamar tidur utama ini memiliki pencahayaan alami pada pagi
hari dengan berkategorikan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan fl TUU nya yang
lebih dari batas minimum.
29
06.00 WIB 07.00 WIB 08.00 WIB
g. Kesimpulan
Studi kasus dilakukan pada pukul 06.00 – 11.00 WIB dengan orientasi jendela
menghadap ke Tenggara. Dapat dilihat dari grafik bahwa cahaya matahari akan langsung
mengarah ke jendela paling banyak rentang jam 06.00-09.00 WIB. Semakin siang,
semakin berkurangnya cahaya yang masuk. Penggunaan kaca bening yang lebar juga
menjadi salah satu dalam merespons orientasi cahaya yang tentunya akan lebih banyak
dipapar oleh sinar matahari pagi yang bagus untuk manusia.
30
Gambar 5.26 Perspektif Ruang Keluarga Menghadap Utara
31
a. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)
Pada sistem pencahayaan direct lighting, 90-
100% cahaya diarahkan secara langsung ke
benda yang perlu diterangi. Pencahayaan ini
akan menghasilkan efek bayangan yang cukup
kuat. Tujuannya pun untuk mengoptimalkan
penerangan umum dan intensitas cahaya dalam
mendukung kegiatan pada ruangan yang
pastinya akan memberikan kesan tegas,
fungsional, dan nyaman. Pencahayaan ini
dianggap sangat efektif dalam pengaturannya
Gambar 5.27 Direct Lighting
dan bagus untuk objek berwarna terang.
b. Pencahayaan Semi langsung (Semi Direct Lighting)
Pada sistem pencahayaan semi direct lighting,
60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda
yang perlu penerangan dan sisanya dipantulkan
ke langit-langit dan dinding.
32
yang akan menciptakan bayang-bayang. Tujuan
utama sistem ini diperuntukkan untuk memberi
kesan tertentu pada suatu ruangan.
33
Pada sistem pencahayaan general diffuse
lighting, setengah cahaya 40-60% diarahkan
pada benda yang perlu disinari dan sisanya
dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
34
Merupakan lampu yang paling efisien dan banyak digunakan untuk sistem
pencahayaan khusus karena kuat terang yang sangat tinggi. Lampu ini cocok
untuk sistem pencahayaan eksterior
• Lampu Fluorescent T8
Merupakan lampu dengan berbagai tipe mulai dari 58W hingga 10W,
termasuk varian dengan kinerja tinggi yang menyediakan lumen awal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan T8 standar. Sebagian lampu dengan
sistem watt rendah mungkin tidak bisa diredupkan.
• Lampu Fluorescent T5
Merupakan lampu dengan output tinggi (HO) menawarkan lumens per watt
yang sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan lampu T8. Karena
diameternya lebih kecil, lampu ini terlihat lebih terang sehingga
membutuhkan pengendalian silau yang tepat.
• Lampu Fluorescent kompak (CFL)
Merupakan lampu yang menawarkan efisiensi sekitar 30% lebih rendah
(lumens/watt) dibandingkan dengan fluorescent linier, tetapi sangat cocok
sebagai pengganti lampu pijar untuk dipasang pada rumah lampu tabung
atau rumah lampu tertanam (recessed).
• Lampu Light Emitting Diodes (LED)
Merupakan lampu LED yang berumur panjang dan pancaran cahayanya
yang terarah, Jika sifat cahaya yang terarah dari lampu ini dimanfaatkan
dengan baik, lampu LED dapat berkinerja lebih baik daripada fluorescent
linear.
35
a. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)
Gambar 5.32 Direct Lighting Langit Carport Gambar 5.33 Direct Lighting Nomor
Rumah
36
b. Pencahayaan Semi langsung (Semi Direct Lighting)
Gambar 5.35 Semi Direct Lighting Taman Gambar 5.36 Semi Direct Lighting Teras
Belakang Depan
Gambar 5.37 Semi Direct Lighting Samping Gambar 5.38 Semi Direct Lighting Pagar
Kanan Belakang
37
c. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting)
Gambar 5.39 Indirect Lighting Pijakan Kaki Gambar 5.40 Indirect Lighting Langit
Carport
Gambar 5.41 Diffuse General Lighting Teras Gambar 5.42 Diffuse General Lighting
Depan Teras Belakang
38
Penggunaan sistem pencahayaan diffus yang setengah cahaya 40-60% diarahkan
pada benda yang perlu disinari, sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding
ini diterapkan pada bagian teras depan belakang rumah dan juga lampu taman.
Penggunaan lampu gantung dengan motif yang unik membuat pencahayaan yang
menyebar juga membuat terangnya ruangan menjadi lebih merata dengan
tambahan bayangan-bayangan yang ada.
39
Gambar 5.45 Renderasi Warna
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa lampu yang
digunakan menggunakan renderasi warna warm light
agar terlihat lebih menyatu dengan warna material
lainnya dan juga memberi kesan hangat. Selain itu,
halaman ini menjadi terlihat lebih cerah.
3. Koefisien
Depresiasi
40
dihasilkan juga sudah memenuhi standar minimal yang
ditetapkan dan tertulis di SNI.
4. Tingkat
Pencahayaan
41
6. Temperature
Warna
42
tekstur yang kasar kebalikannya, yaitu cahaya yang
terpantul akan tidak sebaik permukaan yang halus.
Tabel 5.7 Tingkat Pencahayaan Rata-Rata, Renderansi, dan Temperatur Warna Yang
Direkomendasikan
Fungsi Ruangan Tingkat Kelompok Temperatur Warna
Pencahayaan Renderasi Warm Warm Cool
(Lux) Warna < 3300 white Daylight
Kelvin 3300~5300 > 5300
Kelvin Kelvin
Teras 60 1 √
Garasi 60 1 √
43
450 40 W 29 W 9W 8W
800 60 W 43 W 14 W 13 W
1100 75 W 53 W 19 W 17 W
1600 100 W 72 W 23 W 20 W
Umur 1 Tahun 1-3 Tahun 6-10 Tahun 15-25 Tahun
Teras
Mengunakan 1 lampu LED Warm White 4000K dengan muatan 8 watt
NLampu = NArmature . N
=1x1=1
WLampu = NLampu . Wt
= 1 x 8 = 8 Watt
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Kepadatan daya = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
8 𝑤𝑎𝑡𝑡
= 22𝑚2
= 0,3636
𝐹 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . 𝑘𝑝 .𝑘𝑑
Lux yang dihasilkan = 𝐴
450 . 0,9 . 0,8
= 1,2 𝑚2
= 270 Lux
Carport
Mengunakan 2 lampu LED Warm White 4000K dengan muatan 8 watt
NLampu = NArmature . N
=1x1=1
WLampu = NLampu . Wt
= 1 x 8 = 8 Watt
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Kepadatan daya = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
16 𝑤𝑎𝑡𝑡
= 22𝑚2
= 0,3636
𝐹 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . 𝑘𝑝 .𝑘𝑑
Lux yang dihasilkan = 𝐴
44
450 . 0,9 . 0,8
= 64𝑚2
45
Gambar 5.52 Perspektif Carport Menghadap Tenggara
46
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-2396-2001. 2001. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada
Bangunan Gedung. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional
SNI 6197-2011. 2011. Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional
Studio, Arsitur. 2020. “Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan pada Bangunan”,
https://www.arsitur.com/2015/10/sistem-pencahayaan-alami-dan-buatan.html, diakses
pada 4 Desember 2021 pukul 18.00 WIB.
47