RSPO - Prinsip Dan Kriteria RSPO Untuk PBS Atau Kebun Inti - Dokmen Asli
RSPO - Prinsip Dan Kriteria RSPO Untuk PBS Atau Kebun Inti - Dokmen Asli
(INA-NIWG)
Interpretasi Nasional
Prinsip dan Kriteria Untuk
Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan
Republik Indonesia
Dokumen Final
Mei 2008
Pengantar (Preamble)
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Halaman 2 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator Nasional
Kriteria Panduan
Major Minor
1.1.
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa 1. Rekaman Permintaan informasi. Pihak perkebunan dan Pabrik Kelapa
sawit memberikan informasi yang 2. Rekaman tanggapan terhadap Sawit memberikan respon konstruktif
memadai kepada stakeholder lainnya permintaan informasi. dan segera atas permintaan informasi
berkaitan dengan isu lingkungan, sosial 3. Rekaman permintaan dan dari stakeholder.
dan hukum terkait dengan kriteria tanggapan informasi disimpan Lihat Kriteria 1.2. untuk persyaratan
RSPO, dalam bahasa dan bentuk yang dengan masa simpan yang terkait dokumentasi untuk publik.
sesuai, untuk memungkinkan adanya ditentukan oleh Perusahaan Lihat Kriteria 6.2. untuk masalah
partisipasi efektif dalam pengambilan konsultansi.
berdasarkan kepentingannya.
keputusan.
1.2.
Dokumen perusahaan tersedia secara 1. Jenis Informasi dan tanggapan Contoh-contoh informasi rahasia yang
umum, kecuali jika dokumen tersebut yang diberikan mencakup bersifat komersial meliputi data
dilindungi oleh kerahasiaan komersial dokumen yang sesuai peraturan keuangan seperti biaya dan
atau bilamana pengungkapan informasi nasional yang berlaku: pendapatan, dan rincian-rincian yang
tersebut akan berdampak negatif Legal: Dokumen Perijinan (Ijin berhubungan dengan pelanggan dan/
terhadap lingkungan atau sosial. Lokasi, Izin Usaha atau pemasok. Data yang dapat
Perkebunan, Sertifikat HGU mempengaruhi kerahasiaan pribadi
(Hak Guna Usaha) atau juga dikategorikan sebagai dokumen
Dokumen-dokumen yang rahasia.
mengarah ke pengurusan Contoh-contoh informasi yang
sertifikat HGU sesuai pengungkapannya dapat menimbulkan
tahapannya). dampak negatif terhadap lingkungan
Lingkungan: Dokumen atau sosial meliputi informasi tentang
Analisis Dampak Lingkungan situs spesies langka yang
dan Sosial (AMDAL/UKL- pengungkapannya dapat
UPL), Laporan Pengelolaan meningkatkan resiko terhadap
dan Pemantauan Lingkungan perburuan atau penangkapan untuk
(Laporan RKL-RPL). perdagangan, atau situs-situs keramat
Sosial: Dokumen aktivitas yang hendak dipelihara masyarakat..
sosial dan hubungan dengan
masyarakat.
Halaman 3 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator Nasional
Kriteria Panduan
Major Minor
Dokumentasi Program
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
Dokumentasi Program
Perbaikan Berkelanjutan
2. Rekaman permintaan dan
tanggapan informasi disimpan
dengan masa simpan yang
ditentukan oleh Perusahaan
berdasarkan kepentingannya.
Halaman 4 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator Nasional
Kriteria Panduan
Major Minor
2.1.
Adanya kepatuhan terhadap semua 1. Bukti pemenuhan persyaratan 1. Bukti adanya sistem yang Identifikasi kemungkinan adanya
hukum dan peraturan yang berlaku hukum yang berlaku dan terkait. terdokumentasi yang berisi ketidakkonsistensian antara peraturan
baik lokal, nasional maupun 2. Bukti adanya usaha untuk informasi tentang persyaratan nasional, regional, dan lokal.
Internasional yang telah diratifikasi. melakukan penyesuaian terhadap hukum dan peraturan yang harus Memenuhi seluruh persyaratan hukum
dipenuhi oleh perusahaan merupakan persyaratan dasar yang
perubahan peraturan.
perkebunan. esensial untuk seluruh perkebunan, di
2. Mekanisme evaluasi pelaksanaan mana pun lokasi mereka atau
pemenuhan persyaratan hukum seberapa besarnya pun skala mereka.
dan peraturan yang berlaku dan Perundang-undangan yang relevan
terkait. meliputi, namun tidak terbatas pada,
peraturan tentang penguasaan tanah
dan hak atas tanah (termasuk hak-hak
tradisional masyarakat hukum adat),
tenaga kerja, praktek-praktek
pertanian (misalnya penggunaan
pestisida atau bahan-bahan kimia),
lingkungan (misalnya UU tentang
satwa liar, polusi, pengelolaan
lingkungan, dankehutanan), tempat
penyimpanan, transportasi dan proses
pengolahan.
Perundang-undangan dimaksud juga
meliputi UU yang dikeluarkan di bawah
UU atau konvensi internasional
(misalnya Konvensi Keanekaragaman
Hayati, CBD). Lebih dari itu, dimana
negara-negara memiliki provisi untuk
menghormati hukum adat, maka hal-
hal ini perlu menjadi perhatian.
Untuk produsen kecil fokus perlu
ditujukan pada perkebunan yang
memiliki pengetahuan akan
Halaman 5 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator Nasional
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 6 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator Nasional
Kriteria Panduan
Major Minor
2. Tersedia peta dalam skala harus dilihat bersama kriteria 6.4, 7.5
memadai yang menunjukkan dan 7.6. Jika daerah hak tradisional ini
adanya wilayah-wilayah di bawah tidak jelas, maka penentuannya paling
hak-hak tradisional yang diakui. baik dilakukan melalui kegiatan
3. Salinan perjanjian-perjanjian yang pemetaan bersama yang melibatkan
telah dinegosiasikan lengkap masyarakat yang terkena dampak
dengan proses-proses maupun masyarakat sekitar.
persetujuannya. Kriteria ini memungkinkan adanya
penjualan dan penjanjian yang
dinegosiasi untuk memberikan
kompensasi pengguna tanah lain
akibat kehilangan keuntungan dan
atau hak yang dilepaskan. Perjanjian
yang dinegosiasikan harus dilakukan
tanpa paksaan, dengan sukarela dan
dibuat sebelum investasi baru atau
operasi, dan didasarkan atas
pembagian yang terbuka atas semua
informasi terkait dalam bentuk dan
bahasa yang sesuai, termasuk di
dalamnya analisa dampak, usulan
pembagian keuntungan dan
pengaturan secara hukum. Masyarakat
harus diperbolehkan mencari bantuan
hukum jika mereka menginginkannya.
Masyarakat harus diwakili oleh
lembaga atau representatif pilihan
mereka sendiri, yang beroperasi
secara transparan dan melakukan
komunikasi terbuka dengan anggota
masyarakat yang lain. Waktu yang
memadai harus diberikan bagi
pengambilan keputusan secara adat
dan dapat dilakukan negosiasi
berulang-ulang, jika diminta. Perjanjian
Halaman 7 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator Nasional
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 8 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
3.1. .
Terdapat rencana manajemen yang 1. Dokumen rencana kerja 1. Rencana program replanting Meskipun diakui bahwa keuntungan
diimplementasikan yang ditujukan perusahaan untuk jangka waktu tahunan, dimana berlaku, untuk jangka panjang dipengaruhi oleh
untuk mencapai keamanan ekonomi minimum 3 tahun. minimum 5 tahun ke depan yang faktor-faktor di luar kontrol langsung,
dan keuangan dalam jangka panjang. setiap tahun dilakukan kaji ulang. pimpinan harus mampu menunjukkan
perhatian terhadap kelayakan ekonomi
dan keuangan lewat perencanaan
manajemen jangka panjang.
Rencana usaha atau pengelolaan
dapat meliputi :
• Perhatian terhadap kualitas
bahan-bahan yang ditanam
• Proyeksi tanaman = tren hasil
tandan buah segar
• Tingkat ekstraksi pabrik = tren
OER
• Biaya produksi = biaya per ton tren
CPO
• Perkiraan harga
• Indikator finansial
• Perhitungan yang dianjurkan –
tren rata-rata (mean) operasi 3
tahun dalam sepuluh tahun
terakhir (tren TBS mungkin
memberikan hasil yang rendah
selama program penanaman
kembali yang luas).
Pihak perkebunan perlu memiliki
sistem untuk meningkatkan kinerja,
yang sesuai dengan informasi dan
teknik-teknik baru.
Halaman 9 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Prinsip 4 : Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
4.1.
Prosedur operasi didokumentasikan 1. SOP Kebun mulai dari LC (Land 1. Terdapat kegiatan pemeriksaan
secara tepat dan diimplementasikan Clearing) sampai dengan panen atau pemantauan kegiatan
dan dipantau secara konsisten. tersedia. operasional minimal satu kali
2. SOP Pabrik mulai dari penerimaan setahun.
TBS sampai dispatch CPO & PKO 2. Rekaman hasil kegiatan
tersedia. operasional tersedia.
4.2.
Praktek-praktek mempertahankan 1. Rekaman kegiatan analisa tanah, Kesuburan jangka panjang tergantung
kesuburan tanah, atau bilamana daun dan visual secara berkala. pada upaya mempertahankan struktur,
mungkin meningkatkan kesuburan 2. Rekaman kegiatan untuk kandungan senyawa organik, status
tanah, sampai pada tingkat yang mempertahankan dan nutrisi dan kesehatan mikrobiologis
memberikan hasil optimal dan meningkatkan kesuburan tanah tanah. Pihak pengelola perlu
berkelanjutan. (melalui pemupukan, tanaman memastikan bahwa mereka mengikuti
kacangan, aplikasi janjang kosong, praktek-praktek terbaik. Efisiensi
land aplikasi) berdasarkan hasil nutrisi harus mempertimbangkan usia
analisa pada (1). tanaman dan kondisi tanah.
4.3.
Praktek-Praktek meminimalisasi dan 1. Peta tanah yang marjinal tersedia. Teknik-teknik yang dapat
mengendalikan erosi dan degradasi 2. Strategi pengelolaan untuk meminimalisir erosi tanah haruslah
tanah. penanaman pada areal dengan teknik-teknik yang sudah cukup
kemiringan tertentu (dengan dikenal dan harus diterapkan jika
mempertimbangkan kondisi tanah memungkinkan.
dan iklim setempat) tersedia. Hal ini dapat meliputi praktek-praktek
3. Tersedianya program seperti pengelolaan tanaman penutup
pemeliharaan jalan. tanah, daur ulang biomassa,
4. Program pengelolaan tinggi muka pembuatan teras dan regenrasi alami
air pada lahan gambut untuk atau restorasi sebagai pengganti
meminimumkan penurunan replanting.
permukaan tanah gambut tersedia. Untuk tanaman yang sudah ada di
5. Strategi pengelolaan tanah lahan gambut, tinggi muka air harus
Halaman 10 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
4.4
Praktek-praktek mempertahankan 1. Perlindungan aliran air dan lahan 1. Rekaman pelaksanaan program Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
kualitas dan ketersediaan air basah termasuk menjaga dan pengelolaan air. sawit perlu mengatasi efek
permukaan dan air tanah. memelihara daerah sempadan 2. Rekaman pemantauan BOD penggunaan air mereka dan efek
sungai pada saat atau sebelum limbah cair Pabrik. kegiatan mereka terhadap sumber air
Replanting. 3. Rekaman pemantauan setempat. Praktek-praktek yang dapat
penggunaan air untuk pabrik per dilakukan meliputi:
ton TBS. • Mempertimbangkan efisiensi
pemanfaatan dan pemeliharaan
(renewability) sumber air.
• Memastikan bahwa penggunaan
air tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap pengguna lain.
• Menghindari kontaminasi terhadap
air permukaan dan air tanah akibat
pengikisan tanah, pemakaian
suplemen nutrisi atau bahan-
bahan kimia, atau akibat
pembuangan limbah yang tidak
memadai termasuk limbah cair
pabrik pengolahan kelapa sawit.
• Pemeliharaan yang memadai
terhadap limbah pabrik dan
monitoring berkala atas kualitas
limbah, yang sesuai dengan
perundang-undangan nasional.
Halaman 11 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
4.5.
Hama, penyakit, gulma dan spesies 1. Program PHT yang 1. Rekaman monitoring luasan PHT Pihak perkebunan sebaiknya
introduksi yang berkembang cepat terdokumentasi dan terkini. dan termasuk trainingnya menerapkan tehnik PHT yang diakui,
(invasif) dikendalikan secara efektif 2. Rekaman monitoring toksisitas yang menggunakan teknik budidaya,
dengan menerapkan teknik pestisida unit (bahan aktif/LD50 biologis, mekanis atau fisik untuk
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) per ton TBS atau per Hektar) meminimalisir penggunaan bahan-
yang memadai. bahan kimia.
Sedapat mungkin spesies asli
digunakan dalam kontrol biologis.
4.6.
Bahan kimia pertanian digunakan 1. Bukti-bukti hanya menggunakan 1. Bukti-bukti dokumentasi yang
dengan cara yang tidak agro kimia yang terdaftar dan menunjukkan bahwa bahan-bahan
membahayakan kesehatan dan diijinkan oleh instansi yang kimia yang dikategorikan sebagai
lingkungan. Tidak ada penggunaan berwenang. Tipe 1A atau 1B WHO atau bahan-
propilaktik (pencegahan) daripada 2. Rekaman penggunaan pestisida bahan yang termasuk dalam daftar
pestisida, kecuali dalam kondisi (termasuk bahan aktif yang Konvensi Stockholm dan
khusus sebagaimana dimuat dalam digunakan, area yang Rotterdam, serta paraquat
panduan praktk terbaik Apabila bahan diaplikasikan, jumlah penggunaan dikurangi atau dihilangkan
kimia pertanian yang digunakan per ha dan jumlah berapa kali penggunaannya.
tergolong sebagai Tipe 1A atau 1B aplikasi). 2. Rekaman hasil pemeriksaan
WHO atau bahan-bahan yang 3. Bukti-bukti dokumentasi bahwa kesehatan bagi operator.
termasuk dalam daftar Konvensi penggunaan agro kimia sesuai 3. Rekaman tidak ada tenaga
Stockholm atau Konvensi Rotterdam, dengan target spesies, dosis yang penyemprot wanita yang sedang
maka perkebunan secara aktif mencari sesuai, dan diaplikasikan oleh hamil atau menyusui.
alternatif dan proses ini tenaga terlatih sesuai dengan
dokumentasikan. petunjuk penggunaan pada label
produk dan petunjuk
penyimpanan.
4. Limbah agro kimia termasuk
limbah kemasan pestisida dibuang
sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Halaman 12 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
4.7.
Rencana kesehatan dan keselamatan 1. Bukti adanya dokumentasi 1. Tersedia asuransi kecelakaan Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
kerja didokumentasikan, kebijakan program kesehatan dan kerja bagi tenaga kerja. sawit perlu memastikan bahwa tempat
dikomunikasikan, dan keselamatan kerja dan 2. Pemeriksaan berkala bagi kerja, mesin-mesin, peralatan,
diimplementasikan secara efektif. implementasinya. karyawan yang bekerja di stasiun- transportasi dan proses-proses yang
2. Orang yang bertanggung jawab stasiun atau pekerjaan yang berada di bawah kontrol mereka aman
dalam program kesehatan dan beresiko tinggi oleh dokter. dan tidak menimbulkan resiko
keselamatan kerja harus 3. Rekaman analisis resiko untuk terhadap kesehatan. Pihak
diidentifikasi dan tersedia rekaman program kesehatan dan perkebunan dan pabrik kelapa sawit
pertemuan berkala untuk keselamatan kerja. perlu memastikan bahwa bahan-bahan
membicarakan masalah 4. Rekaman training atau pelatihan dan agen kimia, fisika dan biologis
kesehatan, keselamatan, dan program kesehatan dan yang berada di bawah kontrol mereka
kesejahteraan pekerja. keselamatan kerja. tidak menimbulkan resiko kesehatan
5. Prosedur kesiapsiagaan dan jika sudah ditangani secara benar.
tanggap darurat. Lingkungan kerja yang aman dan
6. Bukti pemenuhan peralatan sehat harus tersedia bagi seluruh
program kesehatan dan pekerja, baik para karyawan maupun
keselamatan kerja dan peralatan kontraktor.
pertolongan pertama pada Rencana kesehatan dan keselamatan
kecelakaan (P3K) di lokasi kerja. harus juga merujuk panduan Konvensi
7. Para pekerja yang telah ILO No. 184 (lihat Lampiran Daftar
mendapatkan pelatihan Peraturan & Perundang-undangan
pertolongan pertama pada Terkait).
kecelakaan (P3K) harus berada
dalam kegiatan operasional di
lapangan dan pabrik.
8. Rekaman tentang kecelakaan
kerja yang terjadi harus disimpan
dengan baik dan secara berkala
ditinjau kembali.
4.8
Seluruh staf, karyawan, petani dan 1. Program pelatihan untuk staff, Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
kontraktor harus terlatih secara karyawan dan petani plasma, sawit perlu memberikan pelatihan
memadai. sesuai dengan jabatan dan kepada seluruh staf, karyawan dan
Halaman 13 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 14 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Prinsip 5 : Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
5.1
Aspek manajemen perkebunan dan 1. Dokumentasi analisis dampak. 1. Revisi terhadap dokumen Dokumentasi analisis dampak adalah
pabrik, termasuk replanting yang 2. Rekaman pelaporan pengelolaan pengelolaan lingkungan jika ada AMDAL (perkebunan dengan luas >
menimbulkan dampak lingkungan lingkungan secara berkala sesuai perubahan dalam hal areal 3000 Ha) dan UKL-UPL (perkebunan
diidentifkasi, dan rencana-rencana dengan peraturan yang berlaku. operasional ataupun kegiatan dengan luas < 3000Ha).
untuk mengurangi/mencegah dampak perusahaan. Mengingat kegiatan-kegiatan
negatif dan mendorong dampak positif pembangunan pada umumnya
dibuat, diimplementasikan dan mengubah lingkungan hidup, maka
dimonitor untuk memperlihatkan menjadi penting memperhatikan
kemajuan yang terus-menerus. komponen-komponen lingkungan
hidup yang berciri:
1. Komponen lingkungan hidup yang
ingin dipertahankan dan dijaga
serta dilestarikan fungsinya
seperti;
• Hutan Lindung, Hutan
Konservasi, dan Cagar
Biosfer;
• Sumber daya air;
• Keanekaragaman hayati;
• Kualitas udara;
• Warisan alam dan warisan
budaya;
• Kenyamanan lingkungan
hidup;
• Nilai-nilai budaya yang
berorientasi selaras dengan
lingkungan hidup.
2. Komponen lingkungan hidup yang
akan berubah secara mendasar
dan perubahan tersebut dianggap
penting oleh masyarakat di sekitar
lokasi kegiatan, seperti antara lain:
Halaman 15 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
• Fungsi ekosistem;
• Pemilikan dan penguasaan
lahan;
• Kesempatan kerja dan usaha;
• Taraf hidup masyarakat;
• Kesehatan masyarakat.
Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup terdiri atas 3
dokumen utama; 1) Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL), 2)
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL), dan 3) Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
Perusahaan diwajibkan
menyampaikan laporan secara
periodik kepada instansi terkait
mengenai pelaksanaan rencana
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
Halaman 16 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 17 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 18 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 19 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
limbah dan untuk penyiapan lahan, pembakaran dilakukan untuk penanggulangan kebakaran lahan penilaian menunjukkan bahwa metode
guna penanaman kembali dihindari persiapan lahan dalam replanting. sesuai tingkat kerawanannya. itulah yang paling efektif dan
kecuali dalam kondisi spesifik, 2. Perusahaan memiliki rekaman merupakan pilihan yang paling sedikit
sebagaimana tercantum dalam pelaksanaan zero burning. menimbulkan resiko terjadinya
kebijakan tanpa-bakar ASEAN atau 3. Prosedur dan rekaman Tanggap kerusakan lingkungan, dan untuk
panduan lokal serupa. Darurat Kebakaran Lahan. meminimalkan eksplosi hama dan
penyakit, dengan disertai bukti-bukti
adanya pengontrolan yang cermat
terhadap pembakaran. Pembakaran di
lahan gambut dilarang.
5.6.
Rencana-rencana untuk mengurangi 1. Bukti identifikasi sumber polusi 1. Rekaman upaya dan rencana
pencemaran dan emisi, termasuk gas dan emisi di Pabrik Kelapa Sawit. pengurangan polusi dan emisi.
rumah kaca, 2. Pemantauan kualitas emisi dari 2. Rekaman identifikasi, monitoring,
disusun, diimplementasikan dan sumber polusi dan emisi tersebut. dan metodology pengelolaan
dimonitor. POME.
Halaman 20 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Prinsip 6 : Tanggung Jawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan pabrik
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
6.1.
Aspek manajemen perkebunan dan 1. Dokumentasi analisis dampak 1. Rekaman rencana pengelolaan Identifikasi dampak sosial dapat
pabrik termasuk replanting yang lingkungan dan sosial, yang dan pemantauan dampak sosial menggunakan AMDAL sebagai bagian
mempunyai dampak sosial mencakup dampak positif dan dengan partisipasi masyarakat dari proses tetapi adalah merupakan
diidentifikasi dengan cara partisipatif negatif terhadap sosial yang dapat yang dilakukan secara berkala. tanggung jawab perusahaan untuk
dan rencana penanganan dampak disebabkan oleh kegiatan 2. Hasil revisi dokumen pengelolaan menyediakan bukti-bukti yang objektif
negatif dan pengembangan dampak perkebunan dan pabrik, dan lingkungan yang mencakup dan sesuai kepada tim audit bahwa
positif disusun, dilaksanakan dan dokumentasi keikutsertaan para analisis dampak sosial jika ada persyaratan penuh dalam analisis
dimonitor untuk menunjukkan pihak yang terkena dampak dan perubahan ruang lingkup operasi dampak sosial dan lingkungan adalah
perbaikan yang terus-menerus. masyarakat lokal. perusahaan sesuai dengan mencakup semua aspek dalam
peraturan yang berlaku. kegiatan perkebunan dan pabrik dan
3. Laporan pengelolaan dan juga melingkup perubahannya
pemantauan lingkungan secara sepanjang waktu.
berkala dan terjadwal. Identifikasi dampak sosial dapat
4. Perhatian khusus atas dampak dilakukan oleh pihak perkebunan
terhadap skema petani plasma bersama-sama dengan pihak yang
(bila perkebunan memiliki skema terkena dampak sesuai tuntutan
ini) situasi. Pelibatan ahli independen
dapat dilakukan jika dipandang perlu
untuk memastikan bahwa seluruh
dampak (baik positif maupun negatif)
telah diidentifikasi.
Dampak sosial dapat ditimbulkan oleh
kegiatan-kegiatan seperti:
pembangunan jalan, pabrik atau
infrastruktur baru; penanaman
tanaman lain atau perluasan daerah
penanaman; pembuangan limbah
pabrik; pembersihan vegetasi alam
yang tersisa; perubahan jumlah
karyawan atau persyaratan kerja.
Pengelolaan perkebunan dan pabrik
kelapa sawit dapat menimbulkan
Halaman 21 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
6.2.
Terdapat metode terbuka dan 1. Prosedur dan rekaman 1. Perusahaan memiliki daftar Keputusan yang direncanakan pihak
transparan untuk komunikasi dan komunikasi dan konsultasi dengan stakeholder. perkebunan atau pabrik kelapa sawit
konsultasi antara pihak perkebunan masyarakat. 2. Perusahaan memiliki rekaman harus jelas sehingga masyarakat dan
dan/atau pabrik, masyarakat lokal, dan aspirasi masyarakat dan pihak berkepentingan lainnya dapat
kelompok lain yang terkena dampak tanggapan/tindak-lanjut oleh memahami tujuan dari komunikasi
atau berkepentingan. perusahaan. dan/atau konsultasi.
3. Perusahaan memiliki petugas Mekanisme komunikasi dan konsultasi
yang bertanggung jawab untuk harus dirancang bersama masyarakat
melakukan konsultasi dan lokal dan pihak yang terkena dampak
komunikasi dengan masyarakat. atau pihak berkepentingan lainnya.
Mekanisme ini perlu
mempertimbangkan penggunaan
mekanisme dan bahasa setempat.
Pertimbangan perlu diberikan kepada
keberadaan forum multi pihak.
Komunikasi perlu mempertimbangkan
Halaman 22 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
6.3.
Terdapat sistem yang disepakati dan 1. Sistem terbuka, yang diterima oleh 1. Adanya rekaman, penanganan Mekanisme penyelesaian perselisihan
didokumentasikan bersama untuk semua pihak yang terkena keluhan/keberatan. harus dibuat lewat kesepakatan
menangani keluhan dan dampak, untuk menerima keluhan 2. Prosedur untuk mengidentifikasi terbuka (musyawarah) dengan pihak
ketidakpuasan, yang dan menyelesaikan perselisihan dan menghitung kompensasi yang yang terkena dampak.
diimplementasikan dan diterima oleh secara efektif, tepat waktu, dan adil untuk kehilangan hak legal Keluhan dapat diselesaikan lewat
semua pihak. cara yang benar. atau hak tradisional atas tanah, mekanisme seperti Komite Konsultatif
dengan perlibatan perwakilan Bersama (Joint Consultative
masyarakat lokal dan lembaga Committees/JCC). Ketidakpuasan
terkait dan tersedia untuk umum. dimaksud dapat berasal dari pihak
internal (karyawan) maupun eksternal.
6.4.
Setiap perundingan menyangkut 1. Prosedur identifikasi, kalkulasi dan 1. Rekaman identifikasi pihak-pihak Kriteria ini perlu dipertimbangkan
kompensasi atas kehilangan hak legal pemberian ganti rugi atas yang menerima ganti rugi. dalam kaitannya dengan Kriteria 2 dan
atau hak adat dilakukan melalui sistem kehilangan hak legal dan hak adat 2. Rekaman proses negosiasi dan/ panduan terkait.
terdokumentasi yang memungkinkan dengan melibatkan wakil atau hasil kesepakatan ganti rugi Masyarakat berhak menunjuk wakil
penduduk asli, komunitas lokal dan masyarakat dan instansi terkait. secara umum tersedia. mereka sendiri dan terdokumentasi.
stakeholder lain memberikan 3. Rekaman pelaksanaan
pandangan-pandangannya melalui pembayaran ganti rugi.
Halaman 23 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
6.5
Upah dan persyaratan-persyaratan 1. Daftar upah karyawan 1. Pada kondisi dimana sarana Dalam hal tenaga kerja lepas atau
kerja bagi karyawan dan karyawan dari 2. Memiliki Peraturan Perusahaan/ umum tidak tersedia dan tidak tenaga kerja pendatang, perlu dibuat
kontraktor harus selalu memenuhi Perjanjian Kerja Bersama yang dapat diakses oleh karyawan, sebuah kebijakan tenaga kerja khusus.
paling tidak standar minimum industri sesuai dengan peraturan yang maka perusahaan menyediakan Kebijakan ini harus dengan jelas berisi
atau hukum, dan sesuai untuk berlaku. sarana tempat tinggal, pendidikan, praktek-praktek yang tidak
memenuhi kebutuhan hidup yang air bersih, kesehatan, dan fasilitas diskriminatif; tidak ada pengalihan
layak. umum yang memadai. kontrak; program orientasi yang
2. Perjanjian/kontrak kerja dengan ditujukan terutama terkait bahasa,
kontraktor mensyaratkan keamanan, UU ketenagakerjaan,
kontraktor mentaati peraturan budaya setempat, dll.; kondisi hidup
yang berlaku dalam hal yang memadai harus tersedia.
ketenagakerjaan Pekerja pendatang harus legal, dan
perjanjian kerja terpisah harus dibuat
untuk memenuhi persyaratan imigrasi
bagi pekerja asing, dan standard
internasional. Pemotongan yang ada
tidak mengurangi gaji untuk kebutuhan
hidup yang layak.
6.6.
Perusahaan menghormati hak seluruh 1. Rekaman kebijakan perusahaan 1. Adanya rekaman pertemuan Hak pekerja dan kontraktor untuk
karyawan untuk membentuk dan yang memberikan kebebasan dengan serikat pekerja, jika ada berserikat dan mengeluarkan
menjadi anggota serikat pekerja sesuai pada pekerja untuk berserikat pendapat kepada majikan mereka
dengan pilihan mereka dan untuk harus dihormati, sesuai dengan
tawar menawar secara kolektif. Ketika Konvensi ILO No. 87 dan 98.
hak kebebasan berkumpul dan UU ketenagakerjaan dan kesepakatan
mengeluarkan pendapat secara Serikat Kerja atau, jika kedua hal
kolektif dibatasi oleh hukum, maka tersebut tidak ada, kontrak kerja yang
perusahaan memfasilitasi pendamping berisi rincian-rincian upah dan
yang tidak berpihak, gratis dan persyaratan-persyaratan lain, tertera
melakukan tawar menawar bagi dalam bahasa yang dimengerti pekerja
seluruh karyawan. atau dijelaskan secara lengkap dan
cermat kepada mereka oleh pegawai
Halaman 24 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
perusahaan.
6.7.
Anak-anak tidak dipekerjakan dan 1. Kebijakan perusahaan mengenai 1. Rekaman pelaksanaan kebijakan Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
dieksploitasi. Pekerjaan yang persyaratan umur pekerja sesuai perusahaan mengenai persyaratan sawit harus mendefinisikan usia kerja
dilakukan oleh anak-anak hanya dengan peraturan nasional yang umur pekerja minimum serta jumlah jam kerjanya
diperbolehkan pada perkebunan berlaku dan terdokumentasi secara jelas, berdasarkan perun-
keluarga, di bawah pengawasan orang dangan nasional yang berlaku.
dewasa dan tidak mengganggu Petani atau perkebunan keluarga
program pendidikan mereka. Anak- boleh mempekerjakan anak-anak,
anak tidak boleh terpapar oleh kondisi hanya jika diijinkan oleh peraturan
kerja membahayakan. nasional.
6.8.
Segala bentuk diskriminasi 1. Kebijakan perusahaan tentang 1. Rekaman bukti pemberian peluang Prosedur penyampaian keluhan dapat
berdasarkan ras, kasta, kebangsaan, peluang dan perlakuan yang sama dan perlakuan yang sama dalam dilaksanakan sesuai kriteria 6.3.
agama, cacat, jender, orientasi dalam kesempatan kerja dan kesempatan kerja Diskriminasi yang positif dalam
seksual, keanggotaan serikat, afiliasi terdokumentasi penyediaan karyawan dan keuntungan
politik atau umur, dilarang untuk komunitas khusus, dapat
diterima sebagai bagian dari perjanjian
yang telah dinegosiasikan.
6.9.
Kebijakan untuk mencegah pelecehan 1. Kebijakan perusahaan tentang 1. Rekaman bukti implementasi Harus ada kebijakan yang jelas yang
seksual dan berbagai bentuk pencegahan pelecehan seksual kebijakan pencegahan pelecehan dibuat lewat konsultasi dengan para
kekerasan terhadap perempuan dan dan kekerasan dan seksual pekerja, kontraktor dan pihak terkait
untuk melindungi hak reproduksinya, terdokumentasi 2. Rekaman bukti implementasi lainnya, dan kebijakan tersebut harus
disusun dan diaplikasikan. 2. Kebijakan perusahaan tentang kebijakan perlindungan hak-hak tersosialisasi dengan baik serta
perlindungan hak-hak reproduksi reproduksi dan terdokumentasi tersedia untuk umum. Kemajuan
dan terdokumentasi 3. Mekanisme penanganan keluhan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut
secara khusus tersedia harus dimonitor secara berkala, dan
hasilnya dicatat.
Sebuah komite jender yang dibentuk
khusus untuk menangani masalah-
masalah terkait wanita mungkin
diminta untuk memenuhi kriteria ini.
Komite ini, dengan wakil-wakil dari
Halaman 25 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 26 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 27 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
7.1
Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan 1. Perusahaan memilki dokumen 1. Rencana pengelolaan dan prosedur Pelaksanaan analisis dampak sosial
hidup independen, yang komprehensif pengelolaan lingkungan, yang isinya operasional yang memadai dan lingkungan yang indipenden dapat
dan partisipasif dilakukan sebelum antara lain analisis aspek positif dan (RKL/RPL). menggunakan AMDAL sebagai bagian
membangun kebun baru atau operasi, negatif sosial dan lingkungan, serta 2. Tersedianya rekaman implementasi dari proses tetapi adalah merupakan
atau memperluas perkebunan yang partisipasi pihak-pihak yang terkena program pembinaan petani plasma, tanggung jawab perusahaan untuk
sudah ada, dan hasilnya dimasukkan ke dampak (masyarakat lokal). sesuai skema dan perundang- menyediakan bukti-bukti yang objektif
dalam perencanaan, pengelolaan dan undangan yang berlaku (jika ada dan sesuai kepada tim audit bahwa
operasi plasma). persyaratan penuh dalam Analisis
dampak social dan lingkungan adalah
mencakup semua aspek dalam
kegiatan perkebunan dan pabrik dan
juga melingkup perubahannya
sepanjang waktu.
Terdapat kelemahan dalam proses
analisis yang dilakukan, baik dalam
AMDAL (Indonesia), EIA (Malaysia)
dan DEC (PNG), maka adalah
merupakan tanggung jawab
perusahaan untuk menyediakan bukti-
bukti objektif yang cukup kepada tim
audit bahwa seluruh persyaratan
dalam Analisis dampak social dan
lingkungan telah dipenuhi.
Lihat kriteria 5.1 dan 6.1.
Analisa dampak perlu dilakukan oleh
ahli independen yang terakreditasi,
untuk memastikan adanya proses
yang obyektif. Metodologi partisipatif
yang juga melibatkan kelompok
stakeholder luar amat penting untuk
mengidentifikasi dampak, terutama
dampak sosial. Stakeholder seperti
Halaman 28 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 29 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 30 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 31 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
7.3
Penanaman baru sejak November 2005 1. Penanaman baru dalam periode 1. Apabila dapat dibuktikan bahwa
tidak dilakukan di hutan primer atau November 2005 hingga November lahan tersebut tidak mengandung
setiap areal yang dipersyaratkan untuk 2007 harus memenuhi persyaratan HCV pada November 2005, maka
memelihara atau meningkatkan satu atau hukum yang berlaku dan mencakup lahan tersebut dapat dimasukkan
lebih Nilai Konservasi Tinggi (High pengelolaan dampak pada sosial dan dalam program sertifikasi RSPO.
Conservation value) lingkungan, dan sesuai dengan 2. Apabila status HCV suatu lahan
rencana tata ruang yang legal. tidak diketahui dan atau terdapat
2. Rekaman peta rencana dan realisasi perselisihan, maka lahan tersebut
pembukaan lahan sesuai dengan akan dikeluarkan dari program
identifikasi HCV. sertifikasi RSPO, hingga terdapat
penyelesaian yang dapat diterima
untuk kompensasi lahan HCV
yang telah dibuka.
3. Perusahaan yang memiliki lahan
seperti di atas dapat menyertakan
kebun lain di dalam program
sertifikasi.
4. Ketetapan ini berlaku hanya untuk
pengembangan lahan pada
November 2005 hingga November
2007 yang merupakan waktu
percobaan penerapan RSPO P&C.
Halaman 32 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 33 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
7.5
Tidak ada penanaman baru dilakukan di 1. Perusahaan memilki dokumen Masyarakat berhak menunjuk wakil
tanah masyarakat lokal tanpa persetujuan analisis dampak sosial dan mereka sendiri dan proses ini
terlebih dahulu dari mereka, yang lingkungan, yang isinya antara lain terdokumentasi.
dilakukan melalui suatu sistem yang analisis aspek positif dan negatif Bila penanaman baru dapat diterima,
terdokumentasi sehingga memungkinkan sosial dan lingkungan, dan dilakukan rencana manajemen dan operasi
masyarakat adat dan masyarakat lokal dengan partisipasi pihak-pihak yang harus memelihara tempat-tempat
serta para pihak lainnya bisa terkena dampak (masyarakat lokal). terlarang. Kesepakatan dengan
mengeluarkan pandangan mereka 2. Rekaman sosialisasi rencana masyarakat lokal harus dibuat tanpa
melalui institusi perwakilan mereka pembukaan usaha perkebunan. paksaan/ancaman atau undue
sendiri. 3. Rekaman kesepakatan ganti influence - lihat Definisi. (Lihat
rugi/penyerahan lahan dari pemilik panduan 2.3).
lahan untuk pembukaan perkebunan. Yang dimaksud dengan stakeholder
dalam hal ini mencakup mereka yang
terkena dampak atau terkait dengan
rencana penanaman baru.
Lihat kriteria 2.2, 2.3, 6.2, 6.4 dan 7.6
untuk indicator kepatuhan/pemenuhan.
Kegiatan ini akan terintegrasi dengan
AMDAL sesuai yang dipersyaratkan di
kriteria 7.1.
7.6
Masyarakat setempat diberikan 1. Rekaman identifikasi dan penilaian 1. Rekaman proses negosiasi dan/ atau Masyarakat berhak menunjuk wakil
kompensasi atas setiap pengambilalihan atas hak berdasarkan hukum dan hak hasil kesepakatan kompensasi mereka sendiri dan terdokumentasi.
lahan dan pelepasan hak yang disepakati tradisional dengan melibatkan secara umum tersedia Lihat kriteria 2.2, 2.3 dan 6.4 serta
dengan persetujuan sukarela yang instansi pemerintah terkait dan 2. Rekaman perhitungan dan panduan terkait.
diberitahukan sebelumnya dan masyarakat setempat. pelaksanaan pembayaran Persyaratan ini juga meliputi
kesepakatan yang telah dirundingkan 2. Prosedur identifikasi pihak-pihak kompensasi. masyarakat asli.
Halaman 34 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
Halaman 35 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Indikator
Kriteria Panduan
Major Minor
8.1
Perkebunan dan pabrik kelapa sawit 1. Tersedia rencana aksi 1. Rekaman tindak lanjut terhadap Perusahaan seharusnya memiliki sistem
secara teratur memonitor dan mengkaji pemantauan yang berdasarkan temuan audit RSPO, jika ada untuk memperbaiki praktek-praktek
ulang aktifitas mereka dan pertimbangan analisis dampak sehubungan adanya informasi dan teknik
mengembangkan dan lingkungan dan sosial, dan yang baru dan mekanisme penyebaran
mengimplementasikan rencana aksi yang evaluasi rutin untuk kegiatan informasi kepada seluruh jajaran tenaga
memungkinkan adanya perbaikan nyata perkebunan dan pabrik. Minimum, kerja.
yang kontinu pada operasi-operasi utama hal ini harus meliputi, namun tidak
. terbatas pada:
• Pengurangan penggunaan
bahan-bahan kimia tertentu
(kriteria 4.6)
• Dampak lingkungan (kriteria
5.1)
• Pengurangan limbah (kriteria
5.3)
• Polusi dan emisi (kriteria 5.6)
• Dampak sosial (kriteria 6.1)
Halaman 36 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
DEFINISI
Masyarakat sebagai bagian dari stakeholder (pemangku kepentingan) adalah masyarakat sekitar lokasi
kebun yang terkena dampak operasional kebun secara langsung, dan terwakili dalam suatu kelembagaan
yang sah sesuai peraturan dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hak tradisional adalah Hak-hak yang timbul karena serangkaian tindakan kebiasaan atau adat, yang telah
memperoleh kekuatan hukum dalam geografis atau sosiologis
HCVF (kawasan hutan bernilai konservasi tinggi), hutan yang penting untuk menjaga atau meningkatkan
satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi:
HCV1. Areal hutan yang memiliki konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman hayati yang secara global, regional
atau nasional signifikan (misalnya endemisme, spesies-spesies yang terancam kepunahan).
HCV2. Areal hutan yang memiliki hutan dengan tingkat pertanaman yang tinggi yang secara global, regional
atau nasional signifikan, dan yang di dalamnya terdapat, atau memiliki unit manajemen, dengan populasi
hidup dari sebagian besar, jika tidak semua, spesies-spesies liar yang hidup dengan pola distribusi dan
penyebaran alami.
HCV3. Areal hutan yang berada dalam atau memiliki ekosistem langka, terancam atau terancam punah.
HCV4. Areal hutan yang menyediakan pelayanan alami dasar dalam keadaan kritis (misalnya perlindungan
daerah aliran sungai, pengendalian erosi).
HCV5. Areal hutan yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat setempat (misalnya mata
pencaharian, kesehatan).
HCV6. Areal hutan yang penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat setempat (areal budaya,
ekologi, ekonomi atau agama penting yang berhubungan dengan masyarakat setempat tersebut.
(Lihat: ‘The HCVF Toolkit’–pada www.proforest.net)
Organisme pengganggu tumbuhan adalah Hama, penyakit, gulma, dan spesies introduksi
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah sebuah proses memprakirakan dan menilai
dampak-dampak sebuah atau serangkaian tindakan terhadap lingkungan hidup, kemudian menggunakan
kesimpulannya sebagai sebuah sarana untuk merencanakan dan mengambil keputusan.
Standar ISO adalah Standar yang disusun oleh Organisasi Standarisasi Internasional (ISO: lihat
http://www.iso.ch/iso).
Vegetasi alami adalah Areal yang memiliki banyak terdapat karakteristik utama dan elemen kunci
ekosistem asli seperti kompleksitas, struktur dan keragaman.
Perkebunan adalah Lahan yang ditanami kelapa sawit dan dengan penggunaan lahan terkait seperti
prasarana (misalnya, jalan), wilayah tepian tebing dan pencadangan konservasi.
Hutan Primer adalah Sebuah hutan dengan karakteristik utama ekosistem asli seperti kompleksitas,
struktur, dan keragaman serta pohon rindang yang berlimpah, yang relatif tidak terganggu oleh aktivitas
manusia.
Propilaktik adalah sebuah perlakuan atau serangkaian tindakan yang digunakan untuk sebuah
tindakan pencegahan
Restorasi adalah Mengembalikan areal yang mengalami degradasi atau telah diubah di dalam daerah
perkebunan ke tingkat semi-alami.
Petani adalah para petani yang menanam kelapa sawit, kadang-kadang bersamaan dengan tanaman lain
sebagai mata pencaharian, yang sebagian besar pekerjanya adalah anggota keluarga dan perkebunan
tersebut menjadi sumber utama mata pencaharian dan luas tanaman kelapa sawitnya biasanya di bawah 25
hektar.
Pengambil Keputusan adalah Perseorangan atau kelompok yang berkepentingan dengan, atau
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan sebuah organisasi dan akibat kegiatan-kegiatan tersebut.
Pengaruh yang tidak semestinya adalah Tekanan dari pihak ketiga yang memiliki bentuk kekuasaan
tertentu agar seseorang menandatangani kontrak atau kesepakatan lain yang, jika tanpa tekanan, tidak
akan ia tandatangani.
Halaman 37 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Hak Pakai adalah Hak untuk menggunakan sumber-sumber daya hutan yang dapat diperoleh dari
masyarakat adat, kesepakatan bersama, atau diberikan oleh badan lain yang memiliki hak akses. Hak-hak
ini dapat membatasi penggunaan sumber daya tertentu pada tingkat konsumsi tertentu atau teknik-teknik
pemanenan tertentu.
Halaman 38 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERATURAN & PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Halaman 39 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
7. Kepres No. 83 tahun 1998; Ratifikasi Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi.
8. UU No. 18 Tahun 1956 Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 Tahun 19489 tentang
Penerapan Asas-Asas Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama.
9. UU No. 80 Tahun 1957 Rstifikasi Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 tentang
Pengupahan yang Sama Bagi Pekerja Laki-Laki dan Wanita untuk Perkerjaan
Yang Sama Nilainya.
10. UU No. 19 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO No. 105 Tahun 1957 Tentang
Penghapusan Kerja Paksa.
11. UU No. 21 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO No. 111 Tahun 1968 Diskriminasi
Pekerjaan dan Jabatan.
12. UU No. 20 Tahun 1999 Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 tentang Usia
Minimum untuk Dibolehkan Berkerja.
13. UU No. 1 Tahun 2000 Ratifikasi Konvensi ILO No. 182 tentang Pelarangan dan
Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
3 1 ---
4 1. UU 12 tahun 1992
2. UU 18 tahun 2004 tentang Perkebunan Kelapa Sawit.
3. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pengendalian
Halaman 40 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Pencemaran Air.
4. PP 7/73, PP 6/ 95
5. Kepmen 28&29 Tahun 2003 tentang Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah.
6. Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
8 1. UU 21/1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 111 thn 1968 mengenai
diskriminasi Pekerjaan dan Jabatan.
2. Keputusan Menakertrans RI No KEP.261/MEN/X/2004 tahun 2004 Tentang
Perusahaan Yang Wajib Melaksanakan Pelatihan Kerja.
2 1. UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
2. PP No.7 Tahun 1999, Daftar Tanaman dan Hewan yang Dilindungi.
3. Keputusan Presiden No. 32 th 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
4. Kep Menhutbun No. 104/kpts-II/ 2000 tentang tata cara pengambilan tumbuhan
liar dan satwa liar.
5. IUCN Redlist.
6. CITES.
Halaman 41 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Halaman 42 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
7 1 1. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6
ayat 2).
2. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. UU No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan.
4. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan; Pasal 25.
5. PP No. 27 tahun 1999; pasal 33-34.
6. PermenLH No.11 Tahun 2006, tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
7. Permen LH No 8 tahun 2006 tentang Penyusunan AMDAL.
8. SNI 19-14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan.
9. Menhut S.06/Menhut-VI/2006 tentang Hutan dengan Konservasi Tinggi.
10. Permentan No.26/Permentan/OT.140/2/2007.
Halaman 43 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
5 1. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6
ayat 2).
2. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan; pasal 9 ayat 1 dan ayat 2.
Halaman 44 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
LAMPIRAN 2
KAMUS ISTILAH
ISTILAH KAMUS
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Sosial (Social and Environmental Impact
Assessment)
ASEAN Association of South East Asia Nations
B3 Bahan Beracun dan Berbahaya (hazardous waste)
BOD Biological Oxygen Demand
CPO Crude Palm Oil
CBD Convention on Biodiversity
EFB Empty Fruit Bunches
FFB Fresh Fruit Bunches
HCV High Conservation Value
HGU Hak Guna Usaha (Land Use Permit)
IPM Integrated Pest Management
IUP Izin Usaha Perkebunan (Plantation Operation Licence)
K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Occupational Health and Safety)
LC Land Clearing
OER Oil Extraction Rate
PK Palm Kernel
POM Palm Oil Mill
RKL/RPL Rencana Kelola Lingkungan/Rencana Pemantauan Lingkungan (Environmental
Management Plan/Environmental Monitoring Plan)
SOP Standard Operating Procedure
UKL/UPL Upaya Kelola Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (Environmental Management
Efforts/Environmental Monitoring Efforts)
Halaman 45 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
LAMPIRAN 3
DAFTAR ANGGOTA INA NIWG
Halaman 46 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
Halaman 47 dari 48
Dokumen Final Interpretasi Nasional Terhadap Prinsip & Kriteria RSPO Untuk Indonesia
AIMMI
51 Kartono Group member 4 (Asosiasi Industri Minyak Makan
Indonesia)
AIMMI
52 Gaotama Setiawan Group member 4 (Asosiasi Industri Minyak Makan
Indonesia)
APOLIN
53 Ignatius Eri Kurniawan Group member 4
(Asosiasi Produsen Olein Indonesia)
54 Sucipto Prayitno Group member 4 Bank Mandiri
Halaman 48 dari 48