Bab 1 Smapi Bab 3
Bab 1 Smapi Bab 3
PENDAHULUAN
adalah perairan laut, oleh karna itu Indonesia dikenal sebagai Negara Maritim.
Perairan laut di Indonesia kaya akan keanekaragaman tumbuhan laut seperti, padang
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial umtuk dimanfaatkan adalah
rumput laut, dimana secara ekologis rumput laut mempunyai fungsi penting. Di
perairan laut yang telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai mata pencarian,
rumput laut merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memberi nilai
Eucheuma cottonii atau kappaphycus alvarizi adalah salah satu jenis jenis
rumput laut yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya di berbagai Negara
Asia termasuk Indonesia. Indonesia telah meningkatkan produksi rumput laut jenis
dari 25.000 ton pada tahun 2001 menjadi 55.000 ton pada tahun 2004 dan
diperikirakan 80.000 ton pada tahun 2005 (Mc.Hugh, 2006). Echeuma merupakan
karagenan jenis kappa. Karagenan yang dihasilkan oleh teksti, cat dan meteri dasar
Penentuan budidaya rumput laut dan kondisi perairan harus disesuaikan dengan
metode budidaya yang akan kita gunakan. Tumbuhan laut termasuk makroalga atau
lingkungan tersebut adalah ketersediaan cahaya, suhu, salinitas, arus dan ketersediaan
nutrien (Lobban and Harrison, 1997). Oleh karena itu faktor fisika kimia perairan
menjadi salah satu penentu keberhasilan budidaya rumput laut. Parameter lingkungan
yang menjadi penentu lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut adalah kondisi
Padatan Tersuspensi (MPT) atau Total Suspended Solid (TSS), dan lingkungan kimia
yang meliputi salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, nitrat dan fosfat.
pesisir yang cukup luas dan sangan potensi serta akses yang cukup terhadap tahapan
berkelanjutan.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut oleh masyarakat yang berada di Pulau
Mantang, saat ini masih sangat sederhana dan bersekala kecil, sehingga menyebabkan
pemanfaatan sumber daya perairan yang baik pada suatu daerah, dilihat dari
sumberdaya perairannya cukup bagus bila dikelolah dengan baik, hal tersebut sangat
mendukung pengelolaan potensi di bidang kelautan, salah satu potensinya yaitu
Untuk membuat suatu alternative pemecehan masalah pada skripsi ini disini
rumput laut ini menggunakan beberapa kriteria. Sistem pendukung keputusan (SPK)
masalah dengan cara memberikan informasi maupun usulan menuju pada keputusan
tertentu.
mecam metode, yaitu Simple Weighting Addtive Weighting Method (SAW), Weight
tersebut, maka sistem pendukung keputusan yang akan dibangun ini menggunakan
menentukkan skala atau bobot kriteria memiliki batasan dengan nilai kriteria yang
sudah ditentukan.
untuk melakukan perhitungan dengan melaui sistem yang akan dibuat, maka penulis
Promethee ”.
adalah bagaimana membangun sebuah sistem penentuan lokasi budidaya rumput laut
sudah ditentukan.
1.4 Batasan Masalah
2. Data yang digunakan adalah data hasil penelitian oleh Mahasiwa Fakultas
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
Bab ini memaparkan hasil kajian literatur yang barupa kajian terdahulu
penelitian.
Jika hasildata telah dilakukan, maka data tersebut akan dibahas untuk
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pada bagian ini berisi lampiran-lampiran terdapat pada tugas akhri ini.
BAB II
KAJIAN LITERATUR
The Promethee Prinsip Untuk Keluarga Baru Dari Metode Outranking Diberikan.
Mungkin Oleh Pembuat Keputusan. Itu Adalah Berdasarkan Ekstensi Dari Gagasan
Kriteria. Enam Kemungkinan Ekstensi Dianggap. Ini Ekstensi Dapat Dengan Mudah
Promethee I Menyediakan Preorder Parsial Dan Promethee Ii Total Preorder Pada Set
Anita Devi Setiyawati, 2010 Metode Eelctre ini dapat digunakan dalamsistem
pendukung keputusan pembelian barang, ada beberapa kriteria yang digunakan oleh
Danco Variasi. Kriteria tersebut antara lain, jumlah penjualan barang pada proide
sebelumnya dan laba yang didapat dari penjualan tersebut, ketersedian stok barang di
mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut, maka perlu dibuat suatu aplikasi
yang dapat membantu Danco Variasi dalam menentukan prioritas pembelian atau
sesuai kebutuhan.
jumlah total mahasiswa yang signitifkan. Sabagai contoh, pada tahun 2001, jumlah
mahasiswa adalah 250 orang, sedangkan pada tahun 2002, jumlah mahasiswa adalah
650 orang. Dengan kondisi seperti ini para pengelolah STMIK Indonesia memerlukan
suatu sistem untuk menetukan jenis media promosi yang memang sesuai dan layak
manajement tingkat atas dalam memilih jenis media promosi yang tepat digunakan
dan memiliki nilai manfaat yang lebih dari lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat suatu aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dalam proses penetuan media
media promosi yang akan digunakan berkaitan dengan peneriamaan mahasiswa baru.
2.2 Landasan Teori
(DSS) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai
dan model. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci, karna hampir tidak
sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakaiannya. Sifat interaktif ini
dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat
Menurut (Kosasi, 2002) adapun ciri-ciri sebuah DSS seperti yang ditrumuskan
kurang terstruktur dan umumnya dihadapi ileh para manajer yang berada di
tingkat puncak.
2. DSS merupakan gabungan antara kumpulna model kualitatif dan kumpulan
data.
yang terjadi.
sebuah DSS atau SPK, sehingga menyebabkan terdapat banyak sekali pandangan
2002) yaitu:
Karakteristik DSS
Kemampuan DSS
choice, implementation.
keputusan.
SPK juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah (Daihani, 2001) yaitu:
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan.
4. SPK tidak memiliki kemapuan yang dimiliki oleh manusia, karna walau
perangkat keras, perangakat lunak dan sistem oprasi yan tidak dilengkapi
Sistem pendukung Keputusan terdiri dari tiga komponen utama atau subsistem
System/ DBMS). Melalui pangkalan data inilah dapat diambil dan diekstrasi
dengan cepat.
Model merupakan peniruan dari alam nyata. Hal ini yang perlu
yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi
Menurut Simon ada 4 tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan
1. Penelusuran (Intellingence)
Tahap ini merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau merumuskan
3. Pemilihan (choise)
4. Implementasi (implementation)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil.
alternatif terbaik dari suatu set alternatif yang harus memenuhi beberapa kriteria.
Serta sebagaimana yang dikemukan Howard oleh Ziller (2008 :1) MCDM sebagai
MCDM mwemiliki beberapa proses, Jung oleh Ziller (2008 :1), mengusulkan
2. Definisi tujuan.
pengambilan keputusan.
Menurut Janko dan Bernoider (2005 :11), electre merupakan salah satu metode
sesuai.
Metode electre digunakan pada kondisi dimana alternative yang kurang sesuai
dengan kriteria dieleminasi, dan alternatif yang sesuai dapat dihasilkan. Dengan kata
lain, electre digunakan untuk kasus-kasus dengan alternatif namun hanya sedikit
alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan dengan
kreteria dari alternative yang lain ) dan sama dengan kriteria dan alternatif lain yang
Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang comparable.
xij
¿ , untuk i=1,2,3 , … mdan j=1,2,3..
n
……………………(1)
√ ∑,
i=1
r 11 r 12 ⋯ r 12
[ ]
R= r 12 r 22 ⋯ r 12 ………………………………………(2)
r m 1 r m 2 … r mn
weighted normalized matrix adalah V=RW yang ditulis dalam Rumus ini:
v11 v12 … v1n w1r11 W2r12 … Wnr1n
Dimana W adalah
w1 0 0 0
w1 … n
W = v21 r2n =dan ∑ ¿1…………………………………….(3)
… w
0 0 0 w1
discordance
Sebaliknya, komplementer dari subset ini adalah discordance rumus yaitu bila
- … … c2n
C c21
= … …………………………………………..(4)
cm1 cm2 cm3 … -
b. Discordance
- d23 … d2m
D = d21 …………………………………………..(6)
…
dm1 dm2 dm3 … -
a. Concordance
m m
Nilai threshold (C )
∑ ¿ 1 ∑ ¿ 1 Ckl …………………………………………..(7)
k k
¿
m ( m−1 )
b. Discordance
Untuk membangun matriks dominan discordance juga menggunakan
m m
∑ ¿ 1 ∑ ¿ 1 Dkl …………………………………………..(8)
Nilai threshold ( D) k k
¿
m ( m−1 )
ekl = f kl - g kl
…………………………………………..(9)
Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila ekl
(PROMETHEE)
mempunyai pengaruh nyata menurut pandangan ekonomi (Brans et. al, 1986).
preferensi untuk setiap riteria dengan memusatkan pada nilai (value), tanpa
kriteria yang kemudian diolah untuk menentukan pemilihan alernatif lapangan, yang
Dalam promethee disajikan enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal ini tentu
saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus. Untuk
memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area yang tidak sama, digunakan
fungsi selisih nilai kriteria antara alternative H(d) dimana hal ini mempunyai
d
0
2. Kriteria Quasi H (d)
q
d
-q 0
3. Kriteria Linier p
H (d)
1
d
-q 0
4. Kriteria Level q,p
H (d)
1
1/2
d
-p -q 0 q p
0
5. Kriteria Linier q,p
H (d)
dangan area yang 1
berbeda
d
-q 0
6. Kriteria Gaussian H(d) -
1
H (d)
0
Leaving flow adalah jumlah nilai garis lengkung yang memiliki arah menjauh
dari simpul a dan ini merupakan karakter pengukuran outranking Penentuan setiap
simpul dalam grafik nilai outranking adalah berdasarkan leaving flow, dengan
menggunakan Persamaan
1
+¿ ( a) = ∑ φ(a , x)¿
n−1 x∈ A ……………………………………………(1)
∅
Dimana:
N = jumlah nilai
1
ø (a)= ∑ φ( a , x ) ……………………………………………...(2)
n−1 x∈ A
Persamaan
−¿(a )¿
Rumput laut Eucheuma adalah penghasil yang baik dan bermutu dibandingkan
dengan jenis-jenis lainnya ( Mubarak 1978; dan Mubarak Wahyuni 1981). Jenis ini
telah dikenal msyrakat Kepulauan Riau dan panen alam telah lama dilakukan
(Sudrajat, 1986) dan produk bentuk kering di ekspor ke luar negeri. Karna kegiatan in
tidak menjamin produksi secara terus menerus maka kegiatan penanamanya telah
dirintis sejak akhir tahun 1990-an, dan tetapi hasilnya ,masih belum
Menurut (Aslan, 2006 dalam Farid A, 2008), budidaya rumput laut untuk jenis
Eucheuma Cottoni mempunyai syarat substrat yang stabil dangan dasar perairan
kuran karang kasar dan pasir,dan pasir berlumpur, dan terlindungi dari ombak yang
Oleh karna itu lokasi dan teknik budidayanya masih merupakan hal yang harus
Metode ini pada umumnya dilakukan pada lokasi yang memiliki subtract dasar
karang berpasir dengan pecahan karang. Jenis Eucheuma Cottoni dan Gracilaria
dapat ditanam.
Syarat lokasi budidaya untuk setiap jenis rumput laut berbeda karna, ketika kita
memilih lokasi budidaya harus memperhatikan syarat hidup rumput laut yang akan
dibudidayakan. Contohnya, lokasi untuk budidaya rumput laut ialah sebagai berikut:
1. Lokasi harus bebas dari pengaruh angin topan dan pencemaran ( dari
penggangu, pencemaran dan alur pelayaran. Lokasi yang dekat dengan muara sungai
sebaiknya tidak dipilih karna suplay air tawar dapat merusak tanaman dan endapan
baik yaitu:
1. Keterlindungan
Bagi budidaya rumput laut diperlukan tempat yang cukup terlindung dari
2. Faktor Pembatas
3. Suhu
Suhu air yang optimal untuk proses fotosintesis Eucheuma terjadi pada
intensitas cahaya yang tinggi dengan suhu berksar 20-28 0C. (Mubarak et al,1990).
Suhu perairan yang baik untuk kehidupan rumput laut 29,5-30,4 0C (Farid A, 2008).
Menurut (DKP, 2006) suhu yang baik untuk kehidupan rumput laut berkisar 20-26.
4. Kecerahan
cahaya metahari ke suatu perairan. Hal ini mengakibatkan lapisan produktif lebih
tebal dan produktivitas primer semakin tinggi. Tampakan (jarak pandang kedalaman)
dengan alat sechidisk mencapai 2-5 meter. Kondisi ini dibutuhkan agar cahaya
Kecerahan perairan untuk kehidupan rumout laut 100cm, ( Farid A, 2008). Menurut
(DKP,2006) kecerahan yang baik untuk kehidupan rumput laut berkisar antara 2-5
meter.
5. Kedalaman
Lokasi budidaya rumput laut yang cocok dengan kedalaman air pada saat surut
terendah minimal 0,40 meter sampai kedalaman dimana sinar matahari masih dapat
mencapai tanaman dan petani mampu melakukan kegiatan. Metode budidaya yang
akan digunakan akan sangat ditentukan oleh kedalaman air dilokasi budidaya.
berkisar antara 1,28-1,46 meter (Farid A, 2008), menurut (DKP, 2006) kedalaman
yang baik untuk kehidupan rumput laut berkisar antara 0,3-0,6 meter, pada waktu
6. Salinitas
Salinitas (kandiungan garam NaCI dalam air) untuk pertumbuhan rumput laut
Eucheuma sp yang optmal berkoisar antara 28-34 ppt. Oleh karna itu, lokasi budidaya
diusahakan yang jauh dari sumber air tawar seperti dakat muara sungai karna dapat
menurunkan salinitas air (Mubarak 1990). Menurut (Aziz 1992, dalam Farid A,
2008), salinitas perairan yang cukup baik bagi kehidupan rumput laut perairan
Indonesia adalah 18-35%. Salinitas perairan untuk kehidupan rumput laut berkisar
0/00
32,2-32,6 (Farid A, 2008). Menurut (DKP, 2006) salinitas yang baik untuk
Lokasi yang dipilih sebaiknya memiliki pH 7,3 – 8,2. Ketika air laut surut,
makanan dapat berlangsung terus dan tanaman terhindar dari keruskaan akibat sinar
matahari. ( Taurino, Herti dan Lusi, 2006). Menurut ( Zantika dan Angkasa 1994,
dalam Farid A, 2008), derajat keasaman bagi rumput laut yang banyak ditanam
adalah7,3 – 8,2, hal ini mendorong proses-proses pembokaran bahan organic dalam
air menjadi mineral yang dapat di asimilasikan oleh tumbuhna. pH perairan yang
baik untuk kehidupan rumput laut berkisar 7,3 - 7,4 (Farid A, 2008).
3 – 8 mg/1. (Lamidi, 1991), oksigen terlarut yang optimum untuk budidaya rumpout
9. Subtrat
Menurut (Aslan, 2006) budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma Cottonni
mempunyai syarat subtrat yang stabil dengan dasar perairan karang kasar dan pasir,
dan pasirberlumpur, dan terlindung dari ombak yang kuat serta umumnya didaerah
terumbu karang.
2.4 Analisis Spesial
kriteria yang mendukung pada kegiatan budidaya. Penentuan bobot tiap-tiap kriteria
budidaya masuk pada kelas sangat sesuai, tetapi yang memiliki faktor pembatas dan
masih bisa dilakukan kegiatan budidaya diberikan pada kelas sesuai dan kawasan
yang banyak memiliki faktor pembatas diberikan pada klas (N) kriteria yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut diberikan skor tertinggi dapat dilihat
S1(tidak ada) 3
S3( ada ) 1
3 Keterlindungan 20
S1(Semi terbukaa) 3
S2 (Terbuka) 2
S3( Lumpur) 1
4 Kedalaman 20
S1(0,4 m) 3
5 Salinitas 10
6 Derajat keasaman 10
S1(7,3 - 7,4) 3
S2 (7,4 – 8,2) 2
7 Kecerahan 10
S1(2-5 ) 3
S2 (1-2 ) 2
8 Oksigen terlarut 10
S1(6 – 7 ppm) 3
N = (Σ Bi x Si)/(Keseluruhan Bobot)
Keterangan :
N = Total Nilai
sebesar 0,65 dengan nilai N.min sebesar 1.00 dan N.max sebesar 2.97. Masing -
masing kelas dapat ditetepkan selang dari bobot nilainya sebagai berikut:
Dalam penelitian ini kawasan budidaya dibagi dalam tiga kelas sebagai berikut:
perairan sangat baik dan tidak dijumpai faktor pembatas yang sangat berpengaruh
masih dikatakan baik untuk budidaya rumput laut karena lokasi perairannya masih
terbebas dari pengaruh angin topan dan hempasan gelombang serta mudah dijangkaw
Daerah ini tidak sesuai dengan literatur kesesuaian lahan budidaya, dikarenakan
Laut.
Setelah daerah kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut didapatkan, bagi daerah
yang sangat sesuai dibuat coverage dinamakan S1. Tujuannya agar mendapatkan
suatu daerah yang mempunyai kesesuaian yang sangat baik, dan inilah daerah yang
METODELOGI PENELITIAN
pustaka dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, juga melalui artikel-
3.1.2 Wawancara
Kelautan yang sebelumnya sudah meneliti dan mempunyai data tentang budidaya
yaitu analis, desain, kode, pengujian. Metode pengembangan ini dikenal dengan
Tahap ini adalah penerjemah rancangan dalam tahap desain kedalam bahasa
pemrograman php.
4. Test
Tahap ini merupakan uji coba terhadap program yang dibangun. Sehingga
analisis hasil implementasi yang didapat dari sistem disesuaikan dengan kebutuhan
sistem tersebut. Jika penerapan sistem sudah berjalan dengan lancar, maka sistem
dapat diimplementasikan.
Pada penelitian ini, untuk menganalisa sistem yang akan dibangun maka
digunakan DFD (Data Flow Diagram).
Perangkat keras yang digunakan :
Perumusan Penerapan
studi literatur Perancangan DFD
Perancangan Database
Perancangan Aplikasi
tidak
Identifikasi
masalah Pengujian
Identifikasi
kebutuhan data Validasi
ya
Focus kerja /
pengolahan
Analisa dan
Tambahan
Kesimpulan
selesai
BAB IV
dari perangkat lunak yang dibangun. Dimulai dari analisa kebutuhan, desain
ini sangat diutamakan untuk mendeskripsikan alur dari jalan kinerja pada aplikasi.