Anda di halaman 1dari 100

3

KEBUN, ALUN-ALUN, TAMAN

1
tenang, bersuara menyenangkan, suara Brahma. Semoga mereka
Prasasti Talang Tuwo:1 terlahir sebagai laki-laki; dan keberadaannya berkat mereka sendiri;
Kemakmuran! Keberuntungan! Tahun Saka 606, pada hari kedua semoga mereka menjadi wadah Batu Ajaib, memiliki kendali atas
bulan terang Caitra 2: tatkala itulah perlak3 Çrïksetra ini dibuat di kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga
bawah arahan Yang Mulia Çrï Jayanâça 4. Inilah ikrar5 Sri Baginda: akhirnya mereka memperoleh Pencerahan sempurna dan tertinggi.
Semoga segala yang ditanam di sini, nyiur, pinang, enau6, rumbia7
dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian Perlak Çrïksetra
pula bambu âur, buluh , petung dan sebagainya; dan semoga pula
kebun-kebun lainnya dengan tebat dan telaga , dan semua amal yang Ruang bertanaman yang terbuka untuk dinikmati semua
saya perbuat, dapat dipergunakan untuk kebaikan semua makhluk, orang di kepulauan Indonesia dimulai sebagai sebuah “perlak”10,
yang dapat berpindah tempat maupun yang tidak, dan menjadi jalan sebuah kebun yang terutama berisi tanaman buah-buahan yang
terbaik8 buat mereka memperoleh kebahagiaan. Jika mereka lapar di
dapat dimakan. Salah satunya dapat kita ketahui bernama Kebun
persinggahan atau sedang dalam perjalanan, mendapat makanan
Sriksetra, karena demikianlah ia disebut pada prasasti Talang
dan air minum. Semoga semua huma dan perlak yang mereka buat
penuh (dengan hasil panen). Makmurlah semua ternak berbagai
Tuwo. Batu bersurat itu menyebut dibangunnya sebuah kebun
jenis yang mereka pelihara, dan juga budak yang mereka miliki. yang diberi nama Sriksetra pada tahun 684 (Tahun Saka 606). Ia
Semoga mereka tidak terkena musibah apa pun, atau menderita ditemukan di kaki sebelah barat laut Bukit Seguntang, lima
siksa susah-tidur. Apapun yang mereka lakukan, semoga semua kilometer ke barat dari Kota Palembang sekarang, bagian dari
planet dan rasi mendukung mereka, dan semoga mereka terbebas wilayah peradaban Sriwijaya. Empat belas baris aksara Pallawa
dari penyakit dan usia-tua selama menjalankan usaha mereka. Dan berbahasa Melayu Kuno dipahatkan pada sebongkah batu-
juga, semoga semua hamba mereka setia dan berbakti kepada pasir11 berwarna coklat kulit, berukuran 50cm x 80cm. Prasasti
mereka, dan teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan itu kini ada di Museum Nasional di Jakarta dengan nomor
bahwa istri mereka setia kepada mereka. Selain itu, di mana pun inventaris D.145. Foto prasasti ini pertama kali tampil di majalah
mereka berada, janganlah ada pencuri, tidak ada kekerasan, tidak
Djawa edisi pertama tahun 1921.12
ada pembunuh, tidak ada pezina. Selain itu, semoga mereka memiliki
sahabat penasihat yang baik; semoga di dalam diri mereka lahir
pikiran Bodhi dan persahabatan […] dengan Tri Ratna 9, dan semoga
Pada prasasti tidak terdapat gambaran asas dan unsur
mereka tidak terpisahkan dengan Tri Ratna itu. Dan juga semoga keindahan Perlak Sriksetra dan bagaimana bentuk rancangannya.
senantiasa (mereka bersikap) murah hati, melaksanakan sila dan Selain fungsional, yaitu untuk orang singgah mendapatkan
sabar; semoga di dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, makanan dan minuman yang menyegarkan, tujuannya adalah
pengetahuan tentang berbagai jenis kesenian; semoga pikiran juga sebagai darma, dan menyampaikan pesan-pesan Buddhime.
mereka terpusat, memiliki pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Dan Cœdès mengingatkan, sebuah naskah prasasti harus dibaca tidak
lebih dari itu, semoga mereka teguh dalam berpendapat, bertubuh boleh lepas dari konteks masyarakatnya. Pada naskah Talang
intan seperti Mahâsattva, kekuatan tak tertandingi, berjaya, dan Tuwo ini, konteks itu adalah Buddhisme Mahayana Tantra di
juga ingat akan kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya, Sriwijaya ketika itu. Pembangunan kebun itu adalah bagian dari
berindera lengkap, berbentuk utuh, berbahagia, penuh senyum,
suatu ikrar seorang raja dalam tradisi Buddhisme. Kebun itu dan

1 Berdasarkan terjemahan Bahasa Perancis oleh Cœdès, Georges (1886- 5 “Ikrar” adalah terjemahan dari kata pranidhāna, suatu konsep dalam
1969), Les inscriptions malaises de Çrīvijaya, dalam Bulletin de l'Ecole Buddha Mahayana, yaitu permintaan yang disampaikan kepada
française d'Extrême-Orient. Tome 30, 1930, halaman 29-80. Lihat juga Buddha oleh seseorang untuk mendapatkan berkatnya, agar
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Ecole française d’Extrême- mendapatkan pencerahan (menjadi Buddha) untuk dapat
Orient, Seri Terjemahan Arkeologi, No. 2; Jakarta: Departemen menyelamatkan semua makhluk. Kata ini juga mencerminkan niat kuat
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989. Kata-kata bercetak tebal dalam untuk tidak mengabaikan apapun untuk mencapai pencerahan, suatu
terjemahan ini adalah kata asli dalam prasasti yang juga ada di dalam sumpah.
KBBI. Talang, bahasa Melayu, artinya dusun atau lebih kecil. 6 Aren

2 23 Maret 684 Masehi. 7 Sagu

3 Parlak pada prasasti. Cœdès menggunakan kata Perancis jardin. 8 Terjemahan dari kata varopâya (upaya terbaik), yang juga merupakan

Beberapa ahli lain menggunakan bahasa Inggeris park. Saya suatu konsep dengan makna khusus dalam Buddha, yaitu upaya
menggunakan kata kebun, bukan taman, karena bertujuan dengan tujuan mencapai pencerahan.
menghasilkan makanan. Karena itu masuk akal pula kata huma dan 9 Ratna = permata.

parlak disandingkan bersama menjadi “huma dan parlak” pada baris 10 Kata “perlak” (“parlak” pada prasasti Talang Tuwo) tercatat dalam

ke 5 (“…huma parlak mancak muah…”), sebagai dua praktik pertanian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai kata benda yang berasal
yang lazim, yang hingga kini masih dikenal. dari Melayu Kuno (Mk) dengan arti kebun; taman.
4 Jayanasa juga ditulis Jayanaga oleh sebagian ahli, diakui Cœdès sebagai 11 sandstone

satu kemungkinan. (Cœedès, 1930: 39, catatan kaki 3). 12 L. C. Westenenk, Uit het land van Bittertong, dalam Djawa, No. 1,

Januari-April 1921, halaman 5-11.


2
semua perbuatan baiknya, disertai permohonan agar ia bahwa memahami perbedaannya sama penting dengan mencari
mendapat berkat Buddha untuk memiliki kualitas menjadi kesamaan di antara semuanya.
Buddha pula, dalam rangka menyelamatkan semua orang. Kebun
itu adalah suatu contoh wujud darma sebagai jalan mencapai Tipologi Eropa dan Indonesia tidak selalu sesanding
pencerahan. Tipologi Inggeris (dan Tipologi Indonesia
Oleh karena itu, entah kebun itu dalam kenyataannya Belanda)
diwujudkan dengan kaidah keindahan atau tidak, ia memilik Plaza Lapangan
sesuatu yang lebih mendasar dan bernilai: suatu tujuan, suatu Piazza Natar
konsep. Ia juga memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi: Park (Park) Kebun, Kebun Raya
terbuka dan hendaknya demi kebaikan semua makhluk, yang Garden (Tuin) Taman, Taman Nasional13
berpindah tempat maupun yang tidak. Square (Plein) Alun-alun
Keterbukaan, termasuk untuk mereka yang sedang dalam Field (Feld) Lapangan
perjalanan, membuatnya bersifat umum dan kosmopolitan, Greens Taman Sari
sebuah sifat perkotaan. “Kebaikan untuk semua makhluk”
Public Space Ruang Publik
membuatnya bersifat adil dan ekologis.
Common Space Ruang Bersama
Prasasti juga menyuratkan bahwa bukan hanya Perlak
Ruang Luar
Sriksetra ini yang dibuat raja. Ada kebun-kebun lain, termasuk
Pekarangan
yang bertebat dan bertelaga. Penggunaan tebat dan telaga
menunjukkan adanya teknik pengelolaan air. Tema air mengalir
Kebun dalam kebiasaan Indonesia memiliki dua ciri penting.
sampai jauh ke dalam taman-taman kerajaan di Jawa, Bali,
Ciri terpenting adalah ia lebih dimaksudkan untuk menghasilkan
Lombok dan Aceh hingga seribu tahun kemudian. Air, yang
makanan. Kebun juga sering terhubung dengan citra adanya
bersifat esensial bagi kehidupan, selalu dekat dalam pemikiran
pohon-pohon lebih besar, meskipun ada istilah “kebun sayur”
dan simbolisme, kemudian berkembang menjadi makin abstrak
yang jelas tidak memiliki pohon besar, tapi menghasilkan
dan canggih dalam seni pertamanan di kerajaan kerajaan yang
makanan. Kata taman lebih mengisyaratkan adanya maksud-
lebih baru tersebut, misalnya dalam pasangan padanan
maksud keindahan, dengan banyak tanaman-tanaman yang
gunungan dan segaran. Sedangkan gagasan ruang terbuka,
bertujuan menghias, bukan menghasilkan makanan. Karena itu,
dengan penanaman tumbuhan yang tertata, sebagai suatu
taman memicu citra adanya bunga-bungaan yang berwarna-
wadah meditatif, juga terus menjiwai taman-taman kerajaan dan
warni dan harum. Kadang-kadang, di dalam taman ada juga
bahkan gagasan modern sekarang sekarang tentang “ruang
pohon-pohon buah yang dibentuk dan diletakkan dengan tujuan
terbuka hijau”.
menghasilkan pesona, bukan terutama atau hanya sebagai
Gambar X: Sebuah kebun yang lazim di Sumatra. Foto kebun
penghasil makanan. Dalam kenyataan, tentu saja gabungan
di Lamteuba, Seulimeum, Aceh.
antara taman dan kebun bukanlah hal yang asing. “Kebun Raya”
File foto b/w: Kebun_Tuinen te Lamteuba bij Seulimeum
seringkali mengandung beberapa “taman” di dalamnya. Kebun
1913_KITLV 82259.tiff
Raya konsisten dengan penggunaan kata kebun, karena memiliki
Jenis-jenis Ruang Terbuka Umum
tujuan awal mengembangkan ilmu tanaman.
Dalam tradisi Jawa, menurut Dr. Titis Srimuda Pitana, taman
Berbagai jenis ruang terbuka kota-kota di Indonesia tidak
lazim digunakan untuk yang bersifati lebih tertutup untuk
selalu dapat diterjemahkan atau dipadankan satu dengan
kalangan sendiri, seperti pada tamansari atau taman keputren di
lainnya, dan juga dengan yang di negeri-negeri lain. Pada
dalam kediaman putri-putri kraton. Kebon digunakan untuk yang
berbagai aspek memang ada kesamaan, tetapi bila melihat
lebih terbuka untuk umum. Maka Taman Sriwedari dulu disebut
masing-masing jenis ruang itu dalam keutuhannya, tampak
"Kebon Raja Sriwedari", karena oleh raja (PB X) diperuntukkan

13 Taman nasional tidak termasuk dalam buku ini. Meskipun demikian, (Sumatra Barat dan Jambi, harimau), Berbak (Jambi, ekosistem lahan
umumnya orang mencapai taman-taman nasional yang ada melalui basah pesisir timur Sumatra timur) dan Sembilang (Sumatra Selatan,
kota-kota terdekat. Di Indonesia sekarang terdapat 54 taman nasional. ekosistemlahan basah pesisir timur Sumatra), Gunung Rinjani
Beberapa contoh menunjukkan keragamannya: Bali Barat, Bromo- (Lombok), Takabonerate (Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, atol),
Tengger-Semeru (Jawa Timur), Pulau Komodo (Manggarai Barat, Pulau Wasur (bagian tenggara Papua), Wakatobi (Kepulauan Wakatobi,
Flores, Nusa Tenggara Timur, komodo), Bunaken (Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, ekosistem laut bunga karang), Kepulauan Seribu
ekosistem bunga karang), Ujung Kulon (Banten, badak Jawa), Lore (Jakarta), Siberut (Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra
Lindu (Sulawesi Tengah, peninggalan megalitikum), Gunung Leuser Barat), Tanjung Putting (Kalimantan Tengah, orangutan), Teluk
(Aceh, gajah), Aketajawe-Lolobata (Halmahera, Maluku Utara), Aopa Cendrawasih (Papua Barat, hiu paus raksasa), Danau Sentarum
Watumohai (Sulawesi Tenggara, ekosistem rawa), Kerinci Seblat (Kalimantan Barat, danau musiman terbesar di Asia)
3
bagi rakyat. “Krapyak” lebih bermakna hutan (yang dibiarkan liar) …yang dimaksudkan dengan sebuah taman bukan sekadar suatu
yang berfungsi untuk perburuan (bebedag) bagi keluarga tempat, seperti di Versailles, Perancis, di mana alam dibentuk
kerajaan.14 sedemikian rupa untuk menyenangkan mata dan pikiran. Taman
merupakan suatu ruang terbatas dan tertutup, yang dipergunakan
oleh raja untuk menyepi dan bersemadi (samadi, tapa), untuk
Pekarangan dapat berarti seluruh lahan tempat bangunan
mempertinggi tingkat kesaktiannya dengan latihan, dan untuk
didirikan, bukan hanya sisa lahan terbuka sesudah ada bangunan
diresapi pancaran pengaruh yang memberi kehidupan baru. Di
di atasnya. Yang terakhir itu lebih tepat disebut “halaman” tempat ini memang ada unsur tumbuh-tumbuhan, tetapi sifatnya
(depan, samping, belakang). Di Bali dan Lombok, kata “karang” kurang penting. Untuk mengerti makna istilah taman itu hendaknya
masih digunakan dengan makna yang khas. kita ingat fungsi lain sebuah taman: dalam Taman Pahlawan, taman
Ruang Terbuka Hijau adalah istilah teknis yang buruk dan menunjukkan “tempat pemakaman pahlawan” dan berkonotasi
kasar sekali, tidak dapat digunakan dalam perbincangan budaya gagasan keutamaan dan penyatuan dengan Tuhan. Taman Siswa,
kota, karena ia tidak memiliki makna sosial maupun budaya, yaitu nama yang diberikn Ki Hajar Dewantara kepada sekolah-
apalagi merujuk kepada sejarah perkotaan. Istilah itu harusnya sekolahnya, mengacu kepada ikhtiar atau pengorbanan yang
berhenti digunakan pada tingkatan birokratis administratif saja. diharapkan dari setiap murid. Untuk dapat memahami sepenuhnya
Ia seharusnya berhenti digunakan, dan diganti dengan sitilah kata taman itu, yang harus diingat adalah konsep firdaus orang Parsi
dan paradeisos orang Yunani, suatu taman firdaus surgawi.15
spesifik, ketika proyek yang hendak dikerjakan atas nama itu
sudah memiliki letaknya yang pasti, dan karena itu konteksnya di
Dennys Lombard (1938-1998) punya gagasan jelas tentang
dalam sebuah ruang perkotaan. Pada pembentukan kota, para
asal usul ciri-ciri utama taman kerajaan di Jawa. Pada tahun 1969
arsitek harus bicara dalam bahasa tipologis yang lebih beradab:
ia menulis esei panjang berjudul Jardins à Java (Taman di Jawa).16
apakah itu taman kota, alun-alun, kebun, taman lingkungan, atau
Pada karyanya tentang Aceh, Le Sultanat d’Atjéh au Temps
lainnya yang spesifik, dengan konteks dan rujukan sosial budaya
d’Iskandar Muda, 1607-1636 (1967) Lombard juga memaparkan
serta sejarah yang jelas. Hanya dengan demikian sekaligus
kajian singkat membedakan taman di Jawa dengan taman di
arsitektur kota dan peradaban kota dapat berkembang, karena
“Dalam” dan “Dalam”17 itu sendiri di Aceh pada tahun 1630an.
kota memiliki kategori ruang yang mempunyai acuan sejarah
(Lihat bab tentang Banda Aceh).
sosial dan budaya. Ruang yang mampu menyatukan dan
Taman-taman di Jawa menurut Lombard dapat dilacak ke
mencampurkan berbagai dunia yang dibawah oleh orang-orang
sumber-sumber berupa peninggalan-peninggalan fisik maupun
berbeda, akan memudahkan warga membanding-bandingkan
naskah-naskah kuno. Ciri utamanya adalah representasi gunung
berbagai wawasan dan pengetahuan. Ini adalah proses mendasar
yang dikellilingi lautan. Gunung mengambil wujud pulau buatan
pembentukan identias sosial. Ruang demikian adala “kota” itu
dengan bangunan di atasnya, atau sebuah balai yang langsung
sendiri dalam bentuk miniatur dan analogi.
kelihatan seperti mengambang di atas air, sehingga kita kenal
H.J. de Graf, The Origin of the Javanese Mosque, dalam
dengan sebutan balekambang. Lombard menunjukkan hadirnya
Journal of Southeast Asian History, 1963.
ciri-ciri tersebut di dalam semua taman-taman kerajaan di Jawa
“One of the most sophisticated products of Islamic
dari abad ke-17 hingga ke-18. Ia juga menunjukkan gambaran
architecture in Java is the pleasure gardens (taman). Like Islamic
ciri-ciri taman demikian di dalam sastra Jawa dan lakon
gardens elsewhere the gardens of Java were an extension of the
perwayangan.
royal alaces and included architectural elements such as
Temuan Lombard menjadi makin menarik ketika kita nanti
fountains and pavilions besides the usual flowers and trees.
melihat lebih jauh taman-taman di Lombok. Di Jawa taman-
However, the symbolism of the Javanese gardens differs from
taman air dibangun di tempat datar, sedekat mungkin dengan
that elsewhere in the Islamic world and is based on the dualist
kraton di pusat kota; sedangkan di Lombok raja-raja Bali mencari
theme of mountain and sea derived from pre-Islamic times. This
tempat yang baik dan indah khusus untuk membuat taman
theme is represented by pavilions standing in water and centrally
kesenangan, yang sudah pasti ada puranya juga. Metafora
placed towers or artificial hills.”
gunung dan laut di Lombok diterapkan pada keadaan bentang
alam yang sangat berbeda, kadang menggunakan bentang alam
Taman Keraton Jawa: Laut dan Gunung yang sudah ada itu sendiri sebagai bahannya.

14Perbincangan pribadi pada tanggal 1 Oktober 2020. di Jakarta. Pada tahun 2019, penerbit KOBAM menerbitkannya dalam
15Lombard, 2005, Bagian III: 120. buku berbahasa Indonesia dan Inggeris, dengan judul “Taman-taman
16 Dalam jurnal Arts Asiatique, tome XX, 1969, halaman 135-183. di Jawa/Gardens in Java”.
November 2010, esai tersebut diterbitkan sebagai buku berbahasa 17 “Dalam” pada tradisi Aceh berarti kedaton, kediaman sultan.

Inggeris, Gardens in Java, oleh École française d’Extrême-Orient (EFEO)


4
Taman Ghairah, Banda Aceh mar itu suatu pasu, yaitu permandian, bergelar Sangga Sumak, dan
adalah isinya air mawar yazdi, yang amat merbak baunya, tutupnya
Taman Ghairah adalah nama yang disebut oleh Nuruddin ar- daripada perak dan caraknya daripada fiddah yang abyad23, dan
Raniri (wafat 21 September 1658) dalam bukunya, Bustān al- adalah kersik pulau itu terlalu elok rupanya, putih seperti kapur
Barus.
Salāthῑn fī żikr al-Awwalῑn wa‟l-Ākhirīn (Taman Para Raja
Bermula pantai sungai Dar ul-Isyki itu dirapatnya dengan batu
dalam Menyatakan Permulaan dan Kesudahan Setiap Kejadian,
yang mengampar, yang arah ke kanan itu bergelar Pantai Ratna
1637-…), umumnya disingkat Bustanus Salatin. Ia mencakup apa Cuaca, dan arah ke kiri bergelar Pantai Sumbaga; dan ada pada
yang sekarang disebut Taman Putroe Phang, yaitu bagian utara, pantai itu seekor naga hikmat dan ada pada mulut naga itu suatu
dan lapangan yang di tengahnya terdapat Gunongan dan saluran emas bepermata lakunya seperti lidah naga, senan- tiasa air
Kandang. mengalir pada saluran itu.
Kutipan Bustanus Salatin dari Lombard, 1967, halaman 202- Syahdan adalah di hilir pulau itu suatu jeram bergelar Jeram
20518: Tangisan Naga, terlalu amat gemuruh bunyinya, barang siapa men-
engar dia terlalu sukacita hatinya. Dan di hilir jeram itu suatu teluk
Pada zaman bagindalah 19 berbuat suatu bustan yaitu kebun, terlalu permai, bergelar Teluk Dendang Anak, dan ada se- buah
terlalu indah-indah, kira-kira seribu depa 20 luasnya. Maka balaikambang di teluk itu, kedudukannya daripada kayu jati dan
ditanaminya pelbagai bunga-bungaan dan aneka-aneka buah- pegawainya daripada dewadaru dan atapnya daripada timah
buahan. Digelar baginda bustan itu Taman Ghairah. Adalah dewal rupanya seperti sisik naga. Dan ada di hilir teluk itu suatu pantai
taman itu daripada batu dirapatnya, maka diturap dengan kapur bergelar Pantai Indrapaksa dan di hilir pantai itu suatu lubuk ter- lalu
yang amat bersih seperti perak rupanya dan pintunya menghadap ke dalam, bergelar Lubuk Taghyir, adalah dalamnya sarwa jenis ikan
istana dan perbuatan pintunya itu berkup, di atas kup itu batu dan tebingnya terlalu tinggi dan ada di atas tebing itu sepohon kayu
diperbuat seperti biram berkelopak dan berkemuncakkan daripada laba-laba, terlalu amat rindang, bergelar Rindu Reka, dan ada di
sangga pelinggam terlalu gemerlap sinarnya, bergelar Pintu Biram sisinya suatu kolam terlalu luas bergelar Cendera Hati. Maka adalah
Indrabangsa. dalam kolam itu pelbagai bunga-bungaan daripada bunga telepok
Dan ada pada sama tengah taman itu sungai bernama sungai Dar dan bunga cengkelenir dan teratai dan seroja dan bunga irim-irim
ul-Isyki, berturap dengan batu, terlalu jernih airnya, lagi amat sejuk; dan bunga tunjung. Dan ada dalam kolam itu beberapa ikan
barang siapa meminum dia, sehatlah tubuhnya; dan adalah terbit wamanya seperti emas dan sama tengah kolam itu sebuah pulau
mata air itu daripada pihak magrib di bawah Gunung Jabal ul-Ala, diturap dengan batu putih bergelar Pulau Sangga Sembega dan di
keluarnya daripada batu hitam. atasnya suatu batu mengampar seperti singgasana rupanya.
Syahdan adalah pertemuan dewala Taman Ghairah itu yang pada Sebermula di saberang sungai Dar ul-Isyki itu dua buah kolam
sungai Darul-Isyki itu, dua buah jambangan bergelar Rambut suatu bergelar Jantera Rasa dan suatu bergelar Jantera Hati. Ada-
Kemalai. Maka kedua belah tebing sungai Dar ul-Isyki itu diturapnya lah dalamnya berbagai-bagai jenis ikan dan bunga-bungaan dari-
dengan batu pancawarna bergelar Tebing Sangga Safa 21 , dan pada tunjung putih dan tunjung merah, tunjung ungu dan tunjung
adalah kiri kanan tebing sungai arah ke hulu itu dua buah tangga biru, tunjung kuning dan tunjung dadu, sarwa jenis bunga-bunga- an
batu hitam, diikatnya dengan tembaga semburna seperti emas ada sana dan ada di tebing kolam itu dua buah jambangan, suatu
rupanya; maka adalah di sisi tangga arah ke kanan itu suatu batu bergelar Kembang Caipu Cina, suatu bergelar Peterana Sangga.
mengampar, bergelar Tunjung Indrabangsa, di atasnya suatu batu Syahdan dari kanan sungai Dar ul-Isyki itu, suatu medan terlalu
delapan segi seperti peterana rupanya. Sanalah tempat Hadirat yang amat luas, kersiknya daripada batu pelinggam, bergelar Medan
1
Mahamulia semayam mengail. Dan di sisinya itu se- pohon beraksa Khairani24 . Dan pada sama tengah medan itu sebuah gunung, di
terlalu rampak rupanya seperti payung hijau. atasnya menara tempat semayam bergelar Gegunungan Menara
Dan adalah sama tengah sungai Dar ul-Isyki itu sebuah pulau Permata, tiangnya daripada tembaga dan atapnya daripada perak
bergelar Pulau Sangga Marmar. Di kepala pulau itu sebuah batu seperti sisik rumbia dan kemuncaknya suasa. Maka apabila kena
mengampar, perusahannya seperti tembusan, bergelar Banar sinar matahari, maka cemerlanglah cahayanya itu. Adalah dalamnya
beberapa permata puspa ragam dan sulemani dan yama- ni. Dan
22

Nilawarna ; dan adalah keliling pulau itu karang berbagai-bagai


wamanya bergelar Karang Pancalogan. Di atas Pulau Sangga Mar- ada pada Gegunungan itu suatu guha pintunya bertangkup perak.

18 Juga di dalam Lombard, 1991: 268-272. Naskah transkripsi berasal dari 19 Sultan Iskandar Thani.
Bustan us-Salatin, Buku II, Bab XIII, bagian tentang pemerintahan 20 Depa di Jawa adalah jarak dari ketiak yang satu sampai ke ujung lengan
Iskandar Tani (Thani, Tsani); pertama kali diterbitkan oleh Hoesein yang lain; kira-kira 1,60 m. Satu depa terdiri dari delapan kilan (20 cm),
Djajadiningrat, dalam De stichting van het “Goenóngan” geheeten yang terdiri dari dua tebah (10 cm). Namun, ini belum tentu berlaku di
monumen te Koetaradja (TBG, 1916, hlm. 561-576). TBG = Tijdschrift Aceh pada masa abad ke-17.
voor indische Taal-, Land- en Volkenkunde, jurnal terbitan Bataviaasch 21 Safa (Bahasa Arab) = putih.

Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Batavia 22 Banar berarti cemerlang.

untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan, cikal bakal LIPI, Museum Nasional 23 fiddah yang abyad (Bahasa Arab) = perak yang mengkilat

dan Kebun Raya Bogor) 24 Menurut Lombard (1991:270) Khairani ini adalah tulisan salah untuk

Khayyali.
5
Dan ada tanam-tanaman atas gunung itu beberapa bunga- bungaan dengan pasir pancawarna gilang gemilang, bergelar Kersik Indra
daripada cempaka dan air mawar merah dan putih dan serigading. Reka. Dan adalah antara kiri kanan balai itu dua ekor naga, me-
25
ngalir daripada mulut naga itu saluran suasa, maka netiasa air
Dan ada di sisi gunung itu kandang baginda dan dewala kandang mengalir daripada saluran mulut naga itu.
itu diturap dengan batu putih diukir pelbagai warna dan nakas dan Syahdan adalah di darat Balai Keemasan itu, sebuah balai
selimpat dan temboga dan mega arak-arakan. Dan barang siapa tiangnya astakona, dindingnya berkambi bercat sarwa bagai warna
masuk dalam kandang itu, adalah ia mengucap salawat akan nabi dan atapnya daripada papan bercat kuning, adalah kemuncaknya
salla Allahu alaihi wa's salam. Dan adalah dewala yang di dalam itu dan sulur bayungnya bercat merah berukir awan setangkai, ber-
berteterapan batu putih belazuardi perbuatan orang benua Turki. gelar Balai Kembang Caya; dan ada di sisi Balai keemasan, hampir
Dan tiang kandang itu bernama Tamriah dan Naga dan Puspa dan sungai Dar ul-Isyki itu sebuah batu berukir kerawang, bergelar
Devadaru pegawainya daripada kayu jantera mula. Dan adalah atap Medabar Laksana; dan ada hampir kolam Jantera Hati itu sebuah
kandang itu dua lapjs, selapis daripada pa- pan dicat dengan damrak balai gading bersendi-sendi dengan kayu arang timur.
hitam, gemerlap rupa warnanya seperti warna nilam, dan selapis lagi Adapun bumi taman itu ditambaknya daripada tanah kawi.
atap kandang itu daripada cat hijau warnanya seperti warna zamrud
dan kemuncaknya daripada mulamma emas dan sulur bayungnya Berdasarkan gambaran ini, antara lain bahwa Sungai/Krueng
daripada perak dan di bawah sulur bayung itu buah pedendang Daroy (Dar ul-Isyki) dan Gunongan terletak di tengah-tengah
daripada cermin kilau-kilauan dipahdang orang. Dan di hadapan taman, Kamal A. Arif meganggap Taman Ghairah sebenarnya
kandang itu sebuah balai gading tempat kenduri baginda dan ada di
jauh lebih luas daripada sekarang yang tersisa sebagai Taman
sisi balai itu beberapa pohon pisang daripada pisang emas dan
Putroe Phang dan lapangan tempat Gunongan dan Kandang
pisang suasa.
Dan ada di sisi gunung arah tepi sungai itu suatu peterana batu
berada. Semestinya, taman ini mencakup juga sisi timur sungai
berukir, bergelar Kembang Lela Masyhadi, dan arah ke hulu- nya itu, dan daerah lebih besar di selatan Gunongan. Arif juga
suatu peterana batu warna nilam, bergelar Kembang Seroja menganggap Medan Khairani dan Medan Khayyali sebagai dua
Berkerawang. Dan di halaman gunung itu pasirnya daripada batu lapangan berbeda. Khairani bukan salah tulis dari Khayyali.
nilam dan ada sebuah balai keemasan perbuatan orang atas angin Medan Khairani adalah yang sekarang Taman Putroe Phang dan
dan di sisinya ada sebuah rumah merpati; syahdan adalah segala sekitarnya, sedangkan Medan Khayyali adalah alun-alun di utara
merpati itu sekaliannya tahu menari bergelar Pedikiran Leka. Dan keraton, di timur masjid.26 Lombard, menganggap ada
ada di tebing sungai Dar ul-Isyki itu suatu balai cermin, bergelar Balai kemungkinan salah salin, bahwa Khairani adalah salah tulis dari
Cermin Perang; maka segala pohon kayu dan bunga-bungaan yang Khayyali.27
hampir balai itu sekaliannya kelihatan dalamnya seperti tulisan.
Perhatikan bahwa ar-Raniri menyebut bahwa yang dibangun
Dan ada dalam taman itu sebuah masjid terlalu elok per-
oleh Sultan pada dasarnya adalah “suatu bustan yaitu kebun”
buatannya bergelar Isyki Musyahadah, dan kemuncaknya dari- pada
mulamma emas; dan adalah dalam masjid itu suatu mimbar batu
yang “terlalu indah-indah, kira-kira seribu depa luasnya. Maka
berukir lagi bercat sangga rupa dan zangkir pancawarna, terlalu ditanaminya pelbagai bunga-bungaan dan aneka-aneka buah-
indah perbuatannya; dan berkeliling masjid itu beberapa nyiur buahan”. Baru kemudian menceritakan bahwa Sultan
gading dan nyiur nargi dan putih dan nyiur karah dan nyiur manis menamainya sebuah “taman”, Taman Ghairah, dan kemudian
dan nyiur dadih dan nyiur ratus dan nyiur rumi, dan ber- selang melukiskan segala unsur di dalamnya yang indah-indah untuk
dengan pinang bulan dan pinang gading dan pinang bawang dan menjelaskan makna taman itu.
pinang kacu; dan ada sepohon nyiur gading, bergelar Serbat Jinuri, Taman ini memang suatu kebun raya juga, karena di
ditambak dengan batu berturap dengan kapur; adalah pohonnya dalamnya ada koleksi pohon buah-buahan yang dapat dimakan,
cenderung seperti orang menyerahkan dirinya; nyiur itulah akan selain berbagai jenis tanaman, termasuk pohon tinggi, yang
persantapan Duli Syah Alam, terlalu manis airnya.
berbunga, yang sebagiannya harum, seperti berbagai jenis
Syahdan adalah di saberang sungai Dar ul-Isyki itu pada pihak kiri,
cempaka (jeumpa dalam Bahasa Aceh). Bayang-bayang Perlak
suatu balai, perbuatan orang benua Cina, bergelar Balai Rekaan
Cina. Sekalian pegawainya berukir dan dindingnya bercat
Sriksetra tampak di sini, hampir seribu tahun sesudahnya.
berkerawang; dan ukirannya segala margasatwa ada gajah berjuang Raja yang memiliki suatu kebun raya dengan koleksi tanaman
dan singa bertangkap dan beberapa daripada unggas yang terbang merupakan tradisi yang sangat tua di Timur Tengah. Raja-raja
dan daripada setengah tiangnya naga membelit dan pada setengah Persia kuno beberapa ribu tahun lampau memiliki taman-taman
tiangnya harimau hendak menerkam. Dan di hadapan balai itu demikian. Dr. Francesca Stavrakopoulou28 bahkan menyelidiki
jambangan batu berturap, bergelar Kembang Seroja. Dan ada kemungkinan bahwa Taman Firdaus di dalam kitab-kitab suci
sebuah lagi balai, sekalian pegawainya bercat air mas yang merah, agama-agama semawi mengacu kepada tempat yang nyata, yaitu
bergelar Balai Keemasan. Dan halaman balai itu ditambaknya

25 Nyctanthes arbortristis 28 Dr. Francesca Stavrakopoulou adalah seorang teolog Inggeris, profesor
26 Lihat Kamal A. Arif, 2008. kajian kitab suci dan agama kuno di University od Exeter.
27 Lombard, 1967:133 (catatan kaki 1).

6
suatu kebun raya Persia dari masa Babylon, terutama raja bukit, dapat dikelola secara mandiri. Tiap satuan pengairan
Nebuchadnezzar (1125–1104 SM). (lembah concave di kawasan lebih ke hulu dan punggung bukit di
Raja dalam peradaban itu, yang sedang mencapai puncak bawahnya) relatif otonom. Peran kerajaan besar tidak diperlukan
kejayaan dalam kemampuan pertanian, mau tidak mau harus untuk mengelola sistem air demikian.
menjadi seorang “ahli” pertanian yang juga dengan sendirinya Pembentukan kerajaan yang terjadi karena pengelolaan air
ahli pengairan. Paralel seperti ini ada di Bali, setidaknya hingga yang terjadi di Timur Tengah sekitar satu milenium Sebelum
abad yang lalu. Raja Badung, yang kita kenal sebagai pemilik Masehi, terjadi di Jawa dan Bali sekitar satu milenium Masehi.
Taman Ayun di Jalan Ayodya, Mengwi, Kabupaten Badung, Ada jarak waktu dua milenia. Demikianlah pula kurang lebih jarak
diketahui sangat aktif mengurus subak. Sukses kerajaan waktu kota-kota awal di kedua kawasan ini. Kota-kota hadir
tergantung pada sukses panen. Karena itu, memiliki suatu kebun sebagai pusat pengelolaan air untuk pertanian.
koleksi dengan berbagai jenis tanaman yang terus menerus
dipelihara dan diamati, adalah hal wajar bagi seorang raja dalam Koleksi Tanaman di Taman Ghairah
peradaban berdasarkan pertanian. Banyak pura milik kesatria
adalah sekaligus pura subak, pusat ritual dan pengaturan irigasi Tim yang dipimpin Dr. Kamal Arif telah mengenali 75 jenis
sawah. Pura Ayun diketahui memiliki banyak lontara tentang tata tanaman yang disebut di dalam kitab Bustanussalatin. Yang
kelola dan teknologi subak. Stephen Lansing29 membandingkan belum berhasil dikenali ada 19 jenis.30 Jadi total sebenarnya
Jawa dan Bali. Di Jawa Timur, misalnya, dimungkinkan dan dicatat oleh kitab itu sebanyak 94 spesies tanaman. Namun, ada
diperlukan kerajaan besar yang luas, bahkan kemaharajaan, kemungkinan bahwa yang dipelihara di taman itu sesungguhnya
karena kehadiran sungai-sungai besar Brantas dan Bengawan jauh lebih banyak jenis lagi, sebab untuk satu nama seperti
Solo yang mengairi dataran rendah yang luas. Integrasi wilayah pohon u (nyiur/kelapa)31 sendiri terdapat beberapa varietas:
pengairan yang luas dengan suatu pusat pengaturan nyiur gading, nyiur nargi, nyiur putih, nyiur karah, nyiur manis,
meningkatkan produktivitas sawah dan hasil tani lainnya. Di Bali, nyiur dadih, nyiur ratus, dan nyiur rumi. Sedangkan pinang ada
dengan sistem pengairan lembah dan perbukitan berbentuk pula beberapa macam: pinang bulan, pinang gading, pinang
menyerupai jari jemari, wilayah yang relatif kecil yang terdiri dari bawang dan pinang kacu.32Jadi, suatu kebun raya yang sungguh-
satu atau beberapa lembah dan satu atau beberapa punggung sungguh!

Daftar 75 nama tanaman di dalam Kitab Bustanussalatin yang dikenali oleh tim Kamal Arif yang dipercayai pernah terdapat
di dalam Taman Istana Aceh:33
No Bahasa Melayu34 Bahasa Aceh Bahasa Indonesia Nama Ilmiah
BUNGA
1 Angrek Bulan Angrèk Buleuen Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis
2 Angrek Sembewarna Anggrèk Meuh Anggrek Hutan Bulbophyllum purpurascens
3 Air Mawar Merah Ie Mawo Mirah Mawar Merah Rosa chinensis
4 Air Mawar Ungu Ie Mawo Gadông Mawar Ungu Rosa chinensis
5 Air Mawar Putih Ie Mawo Putéh Mawar Putih Rosa alba
6 Chempaka Jeumpa Cempaka Michella champaca
7 Keremunting Keremunting Kembang Sari Cina Rhodomyrtus tomentosa
8 Kemuning Keumunèng Kemuning Murraya paniculata
9 Perkula Keupula Tanjung Mimusaps elengi
10 Kesumba Keusumba Kesumba Keling Bixa orellana
11 China Meulu Bruek Kaca Piring Gardenia augusta
12 Melor Meulu Cut Melati Jasminum sambac
13 Bunga Merak Meurak Bunga Merak Caesalpina pulcherima
14 Panchawarna Panca Wareuna Hortensia Hydrangea macrophylla
15 Pekan Peukan Melati Gambir Jasminum multiflorum
16 Raya Merah Raya Mirah Kembang Sepatu Merah Hibiscus rosasinensis

29 Lansing, 2016: 42-51 32 Soeriaatmadja, 2008: xii


30 Soeriaatmadja, 2008. 33 Dikembangkan berdasarkan Soeriaatmadja , 2008.
31 Ada beberapa kata benda dalam Bahasa Aceh yang hanya terdiri dari 34 Yang digunakan dalam Kitab Bustanulsalatin

satu bunyi, antara lain u (kelapa) dan ie (air). Air kelapa adalah “ie u”
7
17 Raya Putih Raya Putéh Kembang Sepatu Putih Hibiscus rosasinensis
18 Seberat Seberat Empedu Beruang Thottea grandiflora
19 Seri Gading Seri Gadéng Srigading Nyctanthes arbortristis
20 Pandan Seukè Pandan Pandanus furcatus
21 Kenanga Seulanga Kenanga Cananga odorata
22 Sena Sena Sena Cassia angustifolia
23 Teratai Seuleupôk Teratai Nymphaea
24 Serunai Seurunè Kenikir Tagetes patula
25 Gandasuli Sigeunda Gandasuli Hedychium coronarium Koen
26 Kembang Setahun Sitahôn Kembang Kancing Gomphrena globosa
27 Telang Biru Telang Biru Kembang Telang Biru Clitoria ternatea
28 Telang Puteh Telang Putéh Kembang Telang Putih Clitoria ternatea
29 Tunjong Merah Tunjông Mirah Lotus Merah Nelumbium nelumbo
BUAH RAMBAT
30 Anggor Anggô Anggur Vitis vinifera L.
31 Kachang Kacang Tanoh Kacang Tanah Arachis hypogaea
32 Ketela Keupila Ubi Ipomoea batatas
33 Labu Labu Labu Lagenaria leucantha
34 Timun Timon Mentimun Cucumis sativus
35 Tembikai Timon Bruek Semangka Citrullus lanatus
BUAH
36 Bidara Bidara Bidara Zyzyphus jujuba
37 Binjai Binjèe Binjai Mangifera caesia
38 Chempedak Cempeuda Cempedak Artocarpus champeden
39 Durian Drien Durian Durio zibethinus
40 Jambu Geulima Breueh Jambu Batu Psidium guajava
41 Delima Geulima Bruek Delima Punica granatum
42 Limai Inderagiri Giri Jeruk Bali Citrus maxima
43 Jambu Jambèe Ie Jambu Air Eugenia aquea
44 Jambu Berteh Jambèe Hana Malèe Jambu Mete Euginia malaccencis
45 Chermai Jeureumo Cermai Phyllanthus acidus
46 Limau Kasturi Kaseuturi Limau Kesturi Citrus microcarpa
47 Limau Kedangsa Keulangsa/Kruet Maméh Jeruk Purut Manis ?
48 Langsat Langsat Langsat Lansium domesticum
49 Belimbing Buloh Limèng Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi
50 Limau Manis Limo Jeruk Citrus sinensis
51 Mempelam Mamplam Mangga Mangifera indica
52 Manchang Mancang Embacang Mangifera foetida
53 Manggista Meukuta/Mangohta Manggis Garcinia mangostana
54 Melaka Meulaka Melaka Phyllanthus emblica
55 Pinang Pineung Pinang Areca catechu
56 Nangka Panah Nangka Artocarpus integra
57 Rambai Rambèe Rambai Baccaurea brefives
58 Rambutan Rambôt Rambutan Nephelium lappaceum
59 Belimbing Sagi Seulimèng Meusagoë Belimbing Manis Averrhoa Carambola
60 Serba Rasa Seureuba Nona Anona reticulata
61 Setui Kechapi Seutui Kecapi Sandoricum Koetjape
62 Sukan Sukôn Sukun Artocarpus communis
63 Tampai Tampu Tampui Baccaurea malayana
64 Tin Tin Tin Avicennia officialis
8
65 Nyior U Kelapa Coco nucifera
TANAMAN RUMPUN
66 Sekai Ceukô Sekai Panicum viride
67 Gaba Gaba Aur-ur Commelina nudiflora
68 Gandum Gandôm Gandum Andropogon sarghum
69 Enjelai Glém Jali Coix lacrima jobi
70 Jagong Jagông Jagung Zea mays
71 Jintan Jeura Manèh Jintan Cumimum cymimum
72 Kedelai Kacang Kunèng Kacang Kedelai Glycine max
73 Pisang Pisang Pisang Musa paradisiaca
74 Tebu Teubèe Tebu Saccharum officinarum
75 Buloh Gading Trieng Gadéng Bambu Kuning Bambusa vulgaris

di dalam Kandang. Setelah dibersihkan tempat ini dijadikan


Sembilan belas jenis tanaman yang belum dikenali dalam semacam pos pertahanan ke arah selatan, karena Sultan dan
bahasa Aceh, Bahasa Indonesia dan nama ilmiahnya, adalah rombongan pindah ke kawasan Indrapuri di arah itu.
Ranum manis, Pauh, Kemendikai, Limau Gresik, Jela, Serenggini,
Delima Wanta, Metia Tabor, Sembewarna, Pachar Gaiah, Gambar X: Foto ketika Gunongan dan Kandang ditemukan
Kepadian, Jengkelenir, Asad, Warsiki, Maderas, Andang Merah, oleh tentara Belanda, 1874. Foto diambil dari keraton. Gunungan
Andang Puteh, Limau Hentimun, dan Pohon Mas-mas. Jenis-jenis hanya tampak sedikit di sebelah kiri belakang Kandang. Koleksi
tanaman ini mungkin masih dapat dikenali di kawasan serumpun Leiden Universiteit, KITLV 3777398.
Bahasa Melayu, misalnya Malaysia, Kalimantan dan Sumatera File foto b/w: Gunungan dan Kandang ketika Belanda datang
bagian timur. Saya bertanya kepada Hanif Wicaksono, penyuluh 1874_KITLV 377398.tiff
pertanian di Kabupaten Kandangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Menurutnya, pauh mengacu kepada dua spesies mangga, yaitu Gambar X: Foto ketika Gunongan dan Kandangan sudah
Mangifera casturi dan Mangifera quadrifida. Ukurannya kecil, dibersihkan dan dijadikan pos pertahanan tentara Belanda, 1874.
bergaris tengah sekitar tiga centimeter. Warna kulitnya ungu. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 19274.
File Foto b/w: Gunongan dan Kandang 1874_KITLV19274.tiff
Gunongan
Gambar X: Foto Gunongan dan Kandang dari tahun 1895;
Di bagian selatan Taman Ghairah sekarang masih terdapat tampaknya masih digunakan sebagai pos pertahanan Belanda. Di
Gunongan, Leusong, Kandang, dan Pinto Khop. Gunongan dan dalam Kandang masih tumbuh beberapa pohon; dan dua pohon
Kandang, karena berupa bangunan putih yang cukup tinggi, tampak jelas yang tumbuh di atas tembok selatan, dekat pintu
tampak di sepanjang Jalan Teuku Umar sekarang, satu deret masuk. Atap bangunan di tengah-tengah Kandang telah
dengan Taman Budaya Aceh. Leusong adalah batu silindris, menggunakan seng. Di belakangnya tampak ada atap bangunan
berdiameter satu depa (160cm), setinggi setengah depa (80cm), lain; sebuah foto dari tahun sekitar 1910 menunjukkan bangunan
terletak 8 meter di selatan Gunongan. Kandang dipercayai sebagai terakhir ini ada di luar tembok, dan ada sejenis pohon palem di
tempat makam Sultan Iskandar Thani. Pada bidang atas Leusong, lantai atas pertama Gunongan, yang menurut Robert Wessing
terdapat cekungan ke dalam seperti lobang lesung, dan dua anak memang beralaskan tanah.35 Seorang kopral, J. B. Verhey,
tangga yang menghadap ke timur laut, ke arah hilir Krueng Daroy. meromantisasi foro dari tahun 1885 dengan lukisannya
Gunongan memiliki tinggi puncak 9,5 m. Sedangkan Kandang berdasarkan foto 1885 tersebut, menampakkan eksotisme pada
adalah bangunan tembok tebal setebal… setinggi sekitar 5m yang tumbuhan-tumbuhan yang menyembul dari dalam Kandang, dan
mengelilingi suatu tataran di dalam berukuran 18m x 18 m. Foto- herorisme dengan meletakkan dua serdadu di puncak Gunongan.
foto menunjukkan, ketika ditemukan tentara Belanda di tahun File foto b/w: Gunongan dan Kandang dengan pohon
1874, banyak pohon besar di sekitar Gunongan maupun Kandang. c1895_KITLV 111799.tiff
Bahkan dari dalam Kandang tampak menyembul beberapa pohon File foto b/w: Gunongan dan Kandangan dari seberang Daroy
besar dan tinggi. Selain itu kelihatan pula ada atap-atap bangunan c1900_KITLV 28705.tiff

35 Robert Wessing, The Gunongan in Banda Aceh, Indonesia: Agni's Fire in Allah's Paradise? dalam Archipel, volume 35, 1988:178.
: 178.
9
File gambar b/w: Gunongan_Teekeningen van een korporaal- akan menemukan tangga yang membawanya ke teras keliling
opnemer te Kotta-Radja_JB Verhey 1875-6_KITLV 37C185.tiff pertama, yang mengarahkan gerak mengelilingi pusat,
berlawanan dengan jarum jam, berlawanan dengan arah naik dari
Gambar X: Foto dari sekitar tahun 1930 atau lebih awal bawah sebelumnya. Di ujung lorong atau teras pertama ini buntu,
menunjukkan baik Gunongan maupun Kandang telah dibersihkan sehingga orang harus berbalik arah, kembali mengelilingi pusat
dan dilabur putih; demikian juga halaman telah dibersihkan. Di yang kini ada di sebelah kanannya, dengan arah searah jarum jam,
dalam Kandang tampak masih ada pohon di kedua ujungnya. Yang seperti pradaksina dalam agama Buddha dan Hindu. Gerak searah
di depan tampak sebuah pohon besar tumbuh di atas tembok. jarum jam adalah gerak “maju” dalam arti spiritual, atau naik ke
Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 25572. tingkat lebih tinggi. Setelah berjalan mengelilingi pusat di sebelah
File foto b/w: Gunongan dan Kandang c1930_KITLV 25572.tiff kanan ini, orang akan menemukan tangga di sebelah kanan dekat
tapi sebelum tangga naik dari bawah tadi untuk naik ke tingkat
Gambar X: Foto yang kelihatannya diambil setelah foto di atas selanjutnya, dan mengelilingi lagi pusat menurut arah jarum jam,
(Gambar X). Di dalam Kandang sudah tidak ada pohon besar atau kangin dalam kebiasaan Bali.
menyembul dari dalam maupun tumbuh di atas tembok.
Gunongan dan Kandang c1910_KITLV 1400095.tiff Gambar x: Peta tahun 1874. Letak Gunongan dalam Taman
Putroe Phang dan Dalam (Keraton). Koleksi Leiden Universiteit,
Lebih jauh ke arah timur laut menyusuri Sungai Daroy, DC 27,11.
terdapat Pinto Khop, yang merupakan gerbang batas antara Di crop dari file ini, yang b/w di sudut kiri atas: Banda Aceh Kaart
Taman Ghairah dan Dalam, kediaman Sultan. Nama gerbang ini di van den Kraton met omstreken 1874_DC27,11.tiff
dalam Bustanus Salatin sebenarnya “Pintu Biram Indrabangsa”.
Tradisi mempercayai Sultan Iskandar Muda (memerintah Gambar X: Denah dan Potongan Gunongan oleh Robert
1607-1636) yang membangun taman ini. Namun, gambaran Wessing, 1988.
tentang taman ini yang kita peroleh dari Kitab Bustanus-Salatin Gambar b/w harus disalin ulang (?) dari: Wessing Robert. The
yang ditulis oleh Nuru’l-Din al-Raniri tampaknya menganggap Gunongan in Banda Aceh, Indonesia: Agni's Fire in Allah's Paradise
Sultan Iskandar Thani (memerintah 1636-1741), menantu ?. In: Archipel, volume 35, 1988. pp. 157-194;
sekaligus anak angkat Iskandar Muda, yang membangunnya. Di Peta paling jelas yang memperlihatankan taman ini yang dapat
dalam kitab itu apa yang sekarng dikenal sebagai Gunongan ditemukan sejauh ini berasal dari tahun 1874. Lihat peta berwarna
disebut gegunungan (Bahasa Melayu), sesuatu yang menyerupai selengkapnya, Gambar X dan Gambar X di atas peta hitam putih.
gunung, atau pelambang gunung. Masa pemerintahan Iskandar Lihat juga Bab Banda Aceh.Tercantum “Kotta Goenoengan” dan
Thani sangat singkat sehingga tidak mungkin dia yang memulai “Pintoe Oekoeb”. Gunungan dan Kandang tergambar dengan jelas
dan menyelesaikan Taman Ghairah ini. Yang lebih masuk akal berwarna merah, yang artinya terbuat dari batu. Tampak juga
adalah bahwa Iskandar Muda memulai pembuatan taman ini, semacam jalan setapak (yang diwarai oranye/oker) dari dalam
Iskandar Thani menyelesaikannya. Yang diceritakan di dalam kraton hingga ke utara Kandang. Sebelum mencapai pekarangan
Bustanus Salatin secara lebih khusus ialah tata letak taman di di utara Kandangan, tampak jalan setapak ini menyeberangi suatu
bawah pemerintahan Iskandar Thani. Namun, Lombard bidang yang bertanda khusus, yang menyempit ke tepi sungai, dan
berpendapat bahwa Sultan Iskandar Muda yang membuat cabang melebar ke utara hingga bertemu suatu bidang hijau semacam
sungai yang menjadi Krueng Daroy. Mungkin dia pula yang suatu kebun yang memiliki tanda-tanda peopohonan.
memulai suatu rencana pembuatan taman itu yang kemudian Gunongan adalah semacam labirin vertikal seperti Borobudur.
diselesaikan oleh oleh menantunya, Iskandar Thani.36 Labirin adalah suatu lorong untuk orang bergerak mengelilingi dan
Tinggi puncak Gunongan adalah 9.5 meter dari dasar. Ia terdiri makin mendekati pusat, dengan beberapa kali berbelok kiri dan
dari tiga tingkat teras, termasuk yang di dasar. Di tengah dan kanan (atau putar balik dalam kasus labirin di barat ). Dalam
puncaknya, terdapat semacam pilar besar yang menyembul. Buddhisme dan Hinduisme, gerak ini selalu satu arah sesuai arah
Keseluruhannya bersisi sepuluh. Dua sisi berseberangan, yaitu sisi jarum jam, sehingga pusat akan selalu berada di kanan atau ke
selatan (agak ke barat daya) dan sisi utara (agak ke timur laut) dua arah pundak kanan ketika pusat terletak di atas, seperti pada
kali lebih lebar dari sisi-sisi lainnya. Pintu masuknya satu, terdapat Borobudur dan juga Gunongan. Pada Borobudur, belok kanan-kiri-
di sisi selatan itu, membentuk bagian yang sedikit mencuat keluar. kanan ini berulang-ulang sepanjang perjalanan pada tiap sisi. Pada
Setelah melalui gerbang dan menembus dinding terluar, orang Gunongan hanya ketika berpindah tingkat dan berbelok arah di

36 Lombard mengutip Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa


Gunongan itu setidaknya sudah ada sebelum 1638, tatkala Bustanus
Salatin sedang atau baru selesai ditulis. (Lombard, 1991: 180).
10
ujung lorong. Robert Wessing menjelaskan bahwa jalan melingkar Gambar X: Masjid Kota Gede dan sekitarnya, 1904. Dibuat
pertama berlawanan dengan jarum jam karena masih di tingkat oleh Mas Sastrosendjojo. Tampak kolam air pada sisi utara dan
bawah, pada bumi. Orang harus berbalik menjadi searah jarum timur masjid. Sayang tidak diperlihatkan ketinggian-ketinggian
jam untuk melakukan perjalanan ke tingkat lebih tinggi.37 yang berbeda dari tiap pekarangan. Semua pengunung dengan
Labirin tidak menyesatkan seperti maze karena bersifat mudah mengalami dan merasakan ketinggian-ketinggian itu, yang
monokursal (satu arah, tidak menjebak dengan pilihan-pilihan merupakan kesan tidak terlupakan. Setiap tangga peralihan antara
bercabang). Ia melatih orang memusatkan perhatian, pada arah, pekarangan-pekarangan yang berbeda ketinggian itu adalah suatu
pada tempat ia sedang berada, karena sambil bergerak maka ia gerbang juga. Pekarangan tempat masjid sebenarnya adalah yang
akan merasakan perubahan perlahan dari arah dan posisinya paling tinggi, seperti sebuah bukit, pada 80-81 mdpl. Yang lain-lain
terhadap pusat maupun keadaan di luar, yang antara lain akan di sekelilingnya lebih rendah. “Alun-alun” atau jalan masuk di
dirasakan pada arah sinar matahari. Labirin atau secara umum depan pintu pekarangan masjid berada satu meter lebih rendah,
“perjalanan melingkar dan menuju pusat” adalah alat meditasi karena itu ada 5 anak tangga untuk naik ke pekarangan itu. Yang
sambil berjalan yang dikenal sudah lama. Tempat duduk di paling rendah adalah pekarangan permandian Sendang Seliran,
sepanjang lorong dengan berbagai motif—lotus, ratna dan 74-75 mdpl, terletak di arah barat daya dari masjid. Koleksi Leiden
mandala—merupakan konsep-konsep penting dalam Buddhisme, Universiteit, KITLV 51L4.
memandu pikiran untuk ketika melakukan meditasi tersebut. File gambar berwarna: Kotagede_1904.tiff
(Sebagaimana panel-panel pada dinding Borobudur).
Bentuk-bentuk dan unsur pada Gunongan yang begitu jelas Meskipun demikian, kita tidak juga dapat mengabaikan
memiliki makna dalam Buddhisme dan Hinduisme membuat para kemungkinan rancangan wujud fisik, meskipun dengan
ahli seperti Robert Wessing menganggap ada kemungkinan bahwa penghayatan makna yang berbeda, seringkali menjadi
Gunongan telah dibuat sebelum masa Islam. Kemungkinan lain keterampilan dan pengetahuan yang diulang untuk mewadahi
adalah bahwa di masa itu memang masih umum digunakannya makna atau keyakinan yang berbeda atau baru dihayati kemudian.
rancangan-rancangan yang berasal dari Buddhisme dan Bentuk atap susun, misalnya, adalah contoh yang klasik. Bentuk ini
Hinduisme, untuk kemudian makin berkurang seiring dengan terkait erat dengan pengetahuan dan pertukangan kayu, yang
makin kuatnya Islam dalam budaya Aceh (dan tempat-tempat merupakan bahan utama bangunan terbuka.
lain). Sultan sendiri mungkin masih menggunakan Gunongan Di dalam Alquran air disebut 63 kali di dalam 43 surah. Surah
sebagai tempat bermeditasi dan pengadilan. Hal ini mungkin lalu Al Anbiyaa menyebutkan Allah menciptakan semua yang hidup
berubah perlahan dengan makin mengakarnya Islam di Aceh, dari air:
sehingga akhirnya Gunongan hanya menjadi tempat bermain “… Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup…” (QS
keluarga kerajaan.38 21:30).
Labirin Gunongan dapat digambarkan dengan prosedur biasa Alquran memberi petunjuk bahwa Allah memberikan air
dalam membuat labirin, dalam hal ini labirin minimal, 3 perjalanan dalam empat bentuk atau tujuan. Pertama Allah menurunkan
melingkar horisontal dengan dua kali perjalanan vertikal, sebagai (anzala) atau mencurahkan air dari langit (shabba) ke bumi
berikut: sebagai bagian dari siklus alam ciptaanNya. Kedua, Allah
Gunongan dengan Sungai Daroy yang sengaja dibuat juga menyiramkan air kepada tanaman dan memberi minum (asqa)
mengingatkan akan hubungan yang biasa dibuat dalam peradaban kepada makhluk hidup.
Hinddu-Buddha. Lombard adalah satu dari beberapa sejarawan Al Furqaan Ayat 48-49:
yang menunjukkan kehadiran tema air pada taman-taman Hindu- “Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira
Buddha di Jawa maupun yang di Bali dan Lombok, maupun pada dekat sebelum kedatangan rakhmatna (hujan) dan Kami turunkan dari
taman-taman kesultanan (Islam) yang lebih muda, termasuk langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu
Taman Ghairah di Aceh ini, Cirebon, Banten, dan Mataram Islam— senegro (tanah) yang mati dan agar Kami memberi minum dengan ar
itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan
Kotagede, Plered, Kartasura, Surakarta dan Yogyakarta.
manusia yang banyak.”
Air sendiri adalah tema yang penting di dalam Islam. Pada
Ketiga, air ditujukan untuk menghidupkan (ahya) bumi itu
masjid-masjid di luar keraton air untuk wudu telah dirancangkan
sendiri, dengan menyerapkannya ke dalam bumi. Keempat, Allah
tempatnya sebagai unsur terpadu dengan keseluruhan
memberikan air agar dihasilkan manfaat (akhraya).
pekarangan masjid, misalnya sebagai kolam di halaman sekeliling
Al Hajj Ayat 63:
masjid. (Lihat Bab Masjid)
“Apakah kamu tidada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air
dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau?...”
Al Mu’minuun Ayat 19:

37 Wessing, 1988: 178-9. 38 Wessing, 1988: 187.


11
“Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun Namun selain alun-alun, di Banten ini juga terdapat taman air
kurma dan anggur, di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah- tertua setelah Majapahit: Tasik Ardi. Ia terletak dua kilometer42 ke
buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buah itu kamu arah barat daya dari alun-alun kota tua Banten. Dari Istana
makan.” Surasawan ada jalan lurus ke sana, melewati Pasar KPW Banten.
Nama jalan ini: Jalan Tasikardi Banten Lama (!). Di tepi kiri jalan,
Alquran menyebutkan Tuhan menciptakan manusia dari air, kira-kira 250 meter sebelum sampai ke sudut timur laut Tasik,
menekankan peran air sebagai unsur kehidupan yang mendasar. terdapat sebuah peninggalan berupa bangunan yang seluruhnya
Tubuh manusia mengandung sekitar 70% air (berbeda-berbeda di —lantai, dinding, dan atap—terbuat dari batu,43 dikenal sebagai
sekitar jumlah itu pada bagian-bagian yang berbeda dari tubuh situs Pengindelan Abang, dari nama orang Belanda yang
manusia). Sedangkan Kitab Kejadian (Genesis, 2:7) menyebut membangunnya di abad ke-17, Cardeel. Denahnya persegi
Tuhan menciptakan manusia dari debu dan meniupkan nafas panjang, 5m x 18 m, dengan sisi panjang sejajar jalan.
melalui lubang hidungnya sehingga menghidupkannya. Yang Tasik berarti danau atau laut. Ardi44 berarti gunung. Ukuran
ditekankan adalah Tuhan menciptakan yang paling penting (paling Tasik Ardi adalah 240 meter pada sisi timur-laut dan barat-daya,
dikasihinya), manusia, dari sesuatu yang bukan apa-apa, tidak serta 300 meter pada sisi tenggara dan barat laut.45 Sebuah pulau
signifikan, dan kekuasaannya untuk memberi kehidupan secara terdapat di tengahnya, simeteris terhadap sisi barat laut dan
langsung. tenggara, tidak simetris terhadap sisi timur laut dan barat daya,
lebih dekat ke sisi timur laut. Menurut Lombard, ketika dia
Kebun, Alun-alun dan Taman Air Banten mengunjunginya sebelum tahun 1969, pada pulau ini masih dapat
dikenali sisa bangunan bertingkat dua dan sebuah dermaga
Dari Sejarah Banten39: kecil46.
Setiap bulan ia (Nyai Gede40) mempunyai kebiasaan untuk
Menurut Lombard, Sultan Ageng Tirtayasa juga
mengadakan tamasya ke sebuah danau di selatan Jambangan. Ia
mempersiapkan istana dengan taman air di dekat Pontang. Taman
meninggal dunia dan sultan menyuruh memakamkannya di Kanari.
Pada tempat ia biasanya bertamasya itu, sultan menyuruh buatkan
dan istana ini disebut Tirtayasa (tirta artinya air). Lombard tidak
sebuah taman untuk menjangan-menjangan, sapi-sapi betina, dan merinci lokasi dan gambaran istana dan taman ini. Di Pontang
jantan. Sering sultan, setelah mengunjungi makam itu, pergi ke sekarang diakui adanya situs makam Sultan Ageng Tirtayasa, di
tempat tersebut. Taman sarinya sendiri ada di Pupungkuran. Di Jalan Sultan Ageng Tirtayasa, Tirtayasa, Serang, Banten 42193,
sebuah pulau, di tengah-tengah sebuah kolam, ada sebuah rumah pada Lintang Selatan 6001’23” Bujur Timur 106019’08”. Mungkin
mesiu. Taman sari itu bernama Kebon Alas. di sini pula dulu telah dibangun istana dan taman Tirtayasa,
tempat tinggal Sultan Ageng yang kedua, selain yang di keraton
Kitab “Sejarah Banten” menyebut alun-alun dengan kata lama.
darparagi.41 Alun-alun Banten terletak di depan Masjid Agung Banten di abad ke-16th dan 17th sangat berkembang. Ia
Banten yang masih berdiri. Di selatannya tersisa bagian alas menguasai selat Sunda dan wilayah Lampung dan semua Jawa
keraton, tembok keliling kediaman raja, Istana Surasawan. Semua Barat. Ia menguasai perkebunan lada di kawasan ini, dan menjadi
ini berada di dalam tembok keliling kota yang lebih luas. Tembok salah satu pengekspor utamanya. Penguasaan Malaka oleh
utara kota kira-kira terletak pada Jalan Vihara sekarang, tembok Portugis sejak tahun 1511 membuat banyak pelayaran
timur pada Jalan Pasar Karangantu, tembok selatan di Jalan Masjid menghindari Selat Malaka. Kapal dari barat mengambil jalur
Agung Banten terus ke barat, dan tembok barat di Jalan Bio Banten sepanjang pantai barat Sumatera dan lalu masuk ke Selat Sunda.
sekarang. Rel kereta api sejak jaman kolonial membelah bagian Para sejarawan, misalnya Guillot (2008) yakin berdasarkan
utara kota Banten ini, di antara yang dulu tembok kedaton dan bukti-bukti bendawi dan naskah yang ada, bahwa Tasik Ardi adalah
tembok kota. Jadi, letak alun-alun dan masjid ini tidak serupa bagian dari suatu taman sari yang lebih luas, yang mencakup
dengan yang sekarang kita kenal sebagai klasik yang di Yogyakarta tempat yang sekarang masih dikenal dengan nama Kenari. Sultan
dan Surakarta. Di kedua kota ini alun-alun utara dan masjid berada juga memiliki hutan perburuan, Krapyak. Di kawasan dekat Kenari
di luar (tembok) beteng atau baluwerti. (Lihat Bab Surakarta- ada nama tempat yang disebut Kebun Alas oleh masyarakat.
Yogyakarta). Lihat Bab Banten)

39 Djajadiningrat, 1983: 56. 43 Konstruksi yang serupa dengan yang pada bangunan-bangunan di
40 Ibunda Sultan Ageng Tirtayasa, Ratu Martakusuma Taman Sari, Yogyakarta.
41 Djajadiningrat, Hoesein, Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten; Jakarta, 44 Dari Bahasa Arab, ard, yang berarti bumi.

Penerbit Djambatan, 1983: 21. 45 Lombard menyebutkan 200 x 200 m2 dalam Lombard, 1969: 136.

42 Lombard secara salah menyebut jarak ini 6 kilometer (Lombard, 46 Lombard, 1969: 136.

1969:136
12
Taman-taman Cirebon Selain alun-alun atau lapangan yang bersifat terbuka, dan
selain Taman Sunyaragi yang sudah terkenal, Cirebon memiliki
Cirebon memiliki Alun-alun Kejaksan yang bukan halaman berbagai taman di dalam kompleks keraton Kasepuhan dan
Sultan, tetapi ciptaan kolonial. Ia dikelilingi perlengkapan utama Kanoman, sebagian sekarang terbuka untuk umum. Di Keraton
pemerintahan penjajah, yaitu kediaman residen di selatan, Kasepuhan, terdapat Keraton Pakungwati, yang merupakan
kediaman asisten residen di timur, dan Hotel Wilhelmina di utara. bagian tertua kompleks keraton ini. Di dalamnya terdapat sebuah
Ia juga dekat dengan Station S.S. (sekarang Stasiun Cirebon), taman juga dengan struktur-struktur kecil dari batu karang.
sekitar 700 meter di utara. Lebih jauh ke utara, 1.200 meter dari Tempat ini kini terbuka untuk umum. Lombard menyebut adanya
alun-alun, terdapat istana residen yang besar, yang dibangun taman di bagian belakang Keraton Kanoman47, mungkin
tahun 1865, kini berstatus Gedung Negara. Lingkungan sekitar maksudnya adalah taman tempat Bangsal Witana berada.
alun-alun ini memang permukiman orang Eropa, yang pindah ke
sini, keluar dari lingkungan pelabuhan, setelah kebakaran Benteng Gambar Xa-Xd: Foto-foto Taman Bangsa Witana
De Beschertmingh pada tahun 1835. Dalam suasana demikian,di Cirebon_Kanoman_Witana 1935_KITLV 89433.tiff
masa kolonial, lapangan ini mirip Lapangan Merdeka Karebosi di Cirebon_Kanoman_Witana c1935_KITLV89435.tiff
Makassar, yang dulu disebut esplanade, di lingkungan Cirebon_Kanoman_Witanan c1935_KITLV 89434.tiff
permukiman Eropa di belakang (timur) Benteng Rotterdam.
Bagaimanapun, di sisi barat terdapat bangunan masjid yang Taman Pakungwati
sepenuhnya sejajar degan sisi barat alun-alun yang sebenarnya
agak miring ke selatan, sehingga bangunan masjid sendiri pasti Keraton Pakungwati adalah keraton pertama. Peninggalannya
tidak kiblat. Sekarang di sini berdiri sebuah masjid baru, dan terdapat di sisi timur laut gedung Kraton Kasepuhan sekarang. Di
seluruh bangunannya mengarah ke kiblat, yaitu Masjid Raya Al dalamnya terdapat makam sultan pertama, Cakrabuana48 dan
Taqwa. Sejarah dan suasana kolonial demikian Sebagaimana Sunan Gunung Jati49, salah satu dari Sembilan Wali, serta
terbaca pada peta 1921, orang Belanda sendiri menyebut permandian Sumur Bandung/Agung. Di sebelah timur sumur inilah
lapangan ini “ALOON ALOON”. terdapat taman dengan kolam kecil dan gunungan. Gunungan
kecil dibentuk dengan batu-batu karang yang menutupi struktur
Kraton Kasepuhan memiliki alun-alun yang hingga sekarang batu bata. Di depannya terdapat dua dataran, mungkin untuk
kurang lebih utuh. Masjid Agung terdapat pada bagian selatan sisi tempat duduk atau bersila bersemedi, yang satu berukuran cukup
baratnya. Sumbu alun-alun dan sumbu bangunan masjid, yang untuk dua orang, yang satu lagi untuk satu orang. Kolam air
berarah kiblat, tidak bertemu tegak lurus. Sumbu masjid selebar sekitar satu meter atau setengah depa (80 cm)
mengarah ke titik pertemuan alun-alun dengan jalan masuk ke mengelilingi tiga sisi dataran yang kecil (yang belakangnya
kompleks kedaton, yang terletak di sudut barat daya alun-alun, menempel ke dinding gunungan), dan mengelilingi keempat sisi
bukan di tengah-tengah sisi selatan. Sumbu jalan masuk hingga ke dataran yang besar. Di sebelah kiri lagi terdapat semacam bak
bangunan depan keraton memiliki arah tepat utara-selatan, tetapi yang muat untuk orang duduk selonjor di dalamnya. Semua ini
sumbu ini kemudian menekuk ke arah barat daya sedikit menghadap ke halaman luas di selatannya, tampaknya suatu
sepanjang bangunan utama keraton dan bangunan lain di kiri taman. Beberapa puing batu dan batu-karang tersebar di taman
kanannya. Pada peta 1921 tampak ada dua bangunan, di kiri kanan ini. Pohon-pohon besar merindangi taman ini sepenuhnya. Taman
bagian depan jalan masuk tersebut. Kraton Kanoman pada peta ini disebut Taman Kanyapuri.
1921 ini masih tampak memiliki alun-alun berbentuk bujur
sangkar. Pasar memang telah terdapat mengapit jalan masuknya. Gambar X: Peta Keraton Kasepuhan, 1921, memperlihatkan kolam
besar dan beberapa bukit buatan di bagian belakang (selatan).
Gambar X; Keraton Kasepuhan, Alun-alun dan Masjid Agung, Pintu masuk dari tepi Kali Kesunean, yangtergambar berbentuk
Cirebon. kotak, masih ada.
File:

47Lombard, 1969: 137. Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448 dan wafat pada 19 September
48 Pendiri Kesultanan Cirebon, memerintah pada kurun 1430-1479, 1569, dikenal juga dengan nama Sultan Syarif Hidayatullah bin Maulana
meninggal pada tahun 1529, dikenal juga dengan nama Raden Sultan Muhammad Syarif Abdullah, dengan gelar Ingkang Sinuhun
Walangsungsang dan Haji Abdullah Iman. Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awiya Allah
49 Sultan Cirebon yang kedua. Ia menikah dengan anak dari adik Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah. Anaknya menaklukkan dan meng-
perempuan Sultan Cakrabuana. Berkuasa dalam kurun 1479-1568, Islam-kan Kerajaan Banten pada tahun (16..)
13
File peta berwarna (crop seperlunya dan diubah jadi b/w): Cirebon Atmaja. Sekarang pun pintu gerbang ini digunakan juga oleh
1921.jpg masyarakat umum untuk masuk ke taman ini dan kawasan lain
keraton.
Taman sangat besar, yang sekarang sukar dibayangkan Taman Dewandaru terletak di depan bangunan utama
sebagai sebuah taman karena luasnya, sebenarnya terdapat di keraton, diapit oleh bangunan bangsal Sri Manganti dan Lunjuk.
bagian tenggara kompleks Kraton Kasepuhan ini. Luas totalnya Di dalam taman ini terdapat sebuah tugu pendek yang disebut
lebih dari 4,5 hektar. Peninggalan yang menyolok adalah sisa suatu Tugu Manunggal. Ia dikelilingi oleh delapan pohon buah
kolam besar, yang menguasai suasana seluruh taman ini, dengan Dewandaru.50
menempati sekitar separoh ruang taman, memanjang dari timur Kolam Langensari dikabarkan memiliki sebuah balekambang,
ke barat. Bentuknya organik, tidak geometris, sehingga balai di tengah kolam air. Mungkin inilah kolam yang bekasnya
menyerupai sebuah danau. Selain itu, masih terdapat peninggalan nampak sekarang di bagian tenggara keraton.
berupa sebuah bukit buatan setinggi sekitar 18 mdpl, sekitar 15- Gunung Indrakala mungkin adalah bukit di selatan keraton
16 meter lebih tinggi dari permukaan halaman kedaton di yang telah disebutkan sebelum ini. Sebab oleh sumber disebut
utaranya, terletak di sudut tenggara bangunan kraton sekarang, bahwa gunanya adalah juga untuk pengamanan keraton dari
dan dengan demikian menjadi punggung keraton. Dari marabahaya yang dapat datang dari arah belakang.51
ketinggiannya orang akan dapat melihat lalu lintas kapal melalui
sungai di selatannya, dan yang akan memasuki danau Taman (Gua) Sunyaragi
buatanmelalui suatu saluran kecil. Peta 1921 juga menunjukkan
beberapa bukit kecil lain. Selain yang di atas, di sebelah timurnya Menurut Babab Babad Cirebon, Taman Sunyaragi dibangun
terdapat dua bukit kecil yang berjejer sepanjang tepi selatan pada tahun 174152, hanya belasan tahun sebelum Taman Sari,
danau. Di sisi utaranya juga terdapat lagi sebuah bukit kecil. Yogyakarta.
Dengan gambaran itu, kita dapat membayangkan suasana taman Apa yang tersisa di Taman Sunyaragi sekarang dirawat dengan
itu di masa utuhnya: sebuah danau buatan yang dikelilingi bukit- baik. Namun, untuk membayangkan keutuhannya, orang memang
bukit kecil. Sebuah perlambang segaran dengan gunung-gunung mau tidak mau harus membaca, sebab yag tersisa itu adalah
di latar belakangnya. Pada tepian Sungai Kesunean, tepat pada bagian bawah bangunan-bangunan yang ada, yang biasanya
sumbu kraton ke selatan, terdapat pintu masuk yang memang lebih bertahan terhadap waktu, seperti juga di situs-situs
peninggalannya masih ada, dan disebut….Peta 1921 lain. Bagian atap lebih mudah runtuh, apalagi yang terbuat dari
menggambarkan suatu bidang hijau di belakang kanan pintu ini. kayu.
Warna hijau ini berarti permukiman Pribumi, semacam kampung Yang dapat membantu membayangkan keutuhannya adalah
dengan bangunan bukan dari batu, bukan menggambarkan antara lain penyelidikan dua orang Perancis, Denys Lombard53 dan
lapangan terbuka. Jacques Dumarçay.54 Yang pertama, Lombard adalah seorang
Taman ini luput dari perhatian Lombard, meskipun memiliki seorang sejarawan, Dumarçay seorang arkeolog arsitektur. Selain
itu kami menemukan beberapa foto dari akhir abad ke-19 dan
juga unsur-unsur yang mau dibuktikannya sebagai ciri seni taman
awal abad ke-20 yang dapat membantu, karena di masa itu,
Jawa, yaitu gunungan dan segaran.
peninggalan yang ada masih sedikit lebih banyak daripada yang
Peta ini juga jelas menggambarkan tembok keliling keraton, ada sekarang.
termasuk yang terdapat sepanjang Sungai Kesunean di batas Tulisan Lombard tentang Sunyaragi dapat dikatakan salah satu
selatan. yang sangat dini pada tahun 1969. Sekarang sudah diterbitkan
Sebagian orang memberi nama-nama berbeda untuk taman- dalam Bahasa Indonesia dan Inggeris dalam satu jilid oleh
taman di dalam kompleks keraton kasepuhan. Komunitas Bambu (KOBAM), dengan judul Taman-taman di Jawa/
Taman Sari dikatakan sebagiannya untuk lingkungan keraton, Gardens in Java, 2019. Lima puluh tahun kemudian! Mungkin ini
sebagian lagi dibuka untuk umum pada waktu-waktu tertentu, tepat waktu, sehubungan dengan mulai terawatnya peninggalan
misalnya pada kesempatan mauludan dan grebeg sawal. Untuk ini yang ada, sehingga dapat dikunjungi dengan panduan buku ini.
berarti taman ini perlu berbatasan dengan jalan di luar pagar Versi Bahasa Inggeris, terjemahan John M. Miksic, sebenarnya
keraton. Kemungkinan besar inilah taman yang baru diceritakan di sudah diterbitkan pada tahun 2010, dengan tambahan gambar-
atas, yang berada di tenggara kompleks, yang memiliki gerbang gambar oleh Dumarçay lebih banyak dan jelas daripada yang
masuk dari sisi timur di bagian selatan keraton, yaitu Jalan Sastra terbitan 1969 di jurnal Arst Asiatiques, tome XX, halaman 135-183.

50 Ceremai belanda, atau asam selong, atau cerme belanda. Eugenia 52 Lombard, 1969: 138.
uniflora. 53 Marseille, 4 Februari 1938- Paris, 8 Januari 998, Paris.
51 https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/27/dalem-agung- 54 Meurhe-et-Moselle, 1926- Paris, 22 November 2020.

pakungwati-sebuah-artefak-budaya-masa-lampau/
14
Dumarçay memberi penjelasan lebih rinci tentang arsitektur
Sunyaragi dalam bukunya Histoire de l’architecture de Java, Paris, Menurut temuan Dumarçay, bangunan-bangunan di taman ini
EFEO, 1993, yang menjadi sumber ilustrasi tambahan bagi edisi disusun dari batu bata berukuran 32 x 16 x 5 cm, yang diikat
Bahasa Inggeris di atas. Sebagian dari penelitian Dumarçay dengan campuran kapur dan pasir dalam perbandingan 1:1.
sebenarnya sudah diterbitkan lebih awal pada tahun 1982, Inovasi yang diterapkan di Taman Sari, yaitu penggunaan pasir
berjudul Notes d'architecture javanaise et khmère, dalam Bulletin dengan kehalusan butir yang berbeda, belum digunakan. Kayu
de l'Ecole française d'Extrême-Orient (BEFEO), Tome 71, halaman digunakan untuk ambang atas pintu dan untuk mengikat bagian-
87-146. bagian tertentu di beberapa bangunan. Unsur dekorasi terdiri dari
empat unsur: batu bata yang dipaparkan, bentukan dari plester
Taman Sunyaragi terkenal sebagai kumpulan gua-gua dalam yang diterapkan selapis demi selapis, kerikil besar yang diselipkan
gunungan yang tersusun dari batu karang, karena itulah ke dalam plester, dan batu karang sarang lebah yang dipotong-
peninggalan utama yang masih dapat dipersepsi sekarang. Batu- potong. Dengan yang terakhir ini citra awan dibentuk. Di sana sini
batu karang ini sebenarnya ditempelkan pada konstruksi susunan ada tambahan pot bunga keramik.
batu bata sebagai kerangkanya. Di beberapa bagian kita dapat Bagian taman yang terbangun—idak diketahui seluas apa
melihat bagian-bagian kerangka ini yang tidak lagi terbungkus halaman bertaman atau berkebun di sekelilingnya— dapat dilihat
karang, yang rupanya sudah terlepas. Formasi karang ini jelas sebagai terdiri dari tiga bagian, yang berurutan menurut suatu
merupakan pengaruh seni pertamanan Cina. (Lihat juga tentang sumbu dari timur, yaitu depan, ke barat, yaitu belakangnya.
Taman Oei Tiong Ham di Gergaji, Semarang). Bagian paling depan berupa bentukan gunungan
Namun, jelas Taman Sunyaragi bukan hanya itu. Pada puncak berpermukaan karang yang mengelilingi natar terbuka di tengah.
bukit (gunungan) karang yang paling menonjol terdapat menara Di dalam gunungan-gunungan ini terdapat ruangan-ruangan
air yang dulu mengalirkan air ke bawah, menyusuri lereng “gua”, di dua lantai. Di tepi utara dan selatannya terdapat kolam
karangnya. Hal ini sangat Hindu. Dumarçay mengatakan, air memanjang, seperti dua lengan yang menjulur dari kolam di
sebelah baratnya, bagian kedua taman, memeluknya. Foto dari
We can also interpret this garden as being the representation of the tahun 1890 hingga 1935an masih menunjukkan adanya bangunan
house of the god Indra, distributor of waters; we know the importance beratap di salah satu sisi (mungkin utara) natar, di belakang
of clouds and lightning in the decoration of the batiks of Cirebon. gunungan yang berpuncak sebuah bangunan kecil beratap susun
Clouds also have a large part in the scenery of Suniaragi […].55 dua, yang menyimpan wadah air untuk dialirkan ke bawah. Hanya
saja, tidak dapat dipastikan sejauh apa bentuk dan bahan
Dapat dibayangkan betapa menyenangkan di kota pesisir yang bangunan ini asli dari asalnya.
panas ini, ketika memasuki natar penerima, pada salah satu sisinya Bagian tengah kompleks taman adalah sebuah kolam
setidaknya ada bukit yang pada permukaan karangnya mengalir memanjang dengan suatu bangunan bale kambang di tengahnya.
air. Pentinglah juga, untuk bersikap adil demi keuntungan pemirsa Air yang memasok kolam ini berasal dari kali tidak jauh di arah
masa kini, untuk melihat reruntuhan yang ada sekarang sambil barat, yang mengalir melalui saluran memanjang di sisi utara
membayangkan juga keadaan sekelilingnya ketika taman ini masih bagian belakang taman, masuk ke kolam di sudut barat daya. Kali
utuh, juga lingkungannya masih utuh. Sebab, pasti tidak dapat ini kini dikenal dengan nama Kali Segara, dan merupakan anak dari
dipungkiri bahwa keduanya—taman ini sendiri dan lingkungan Sungai Ciwaringi.
sekelilingnya—adalah suatu kesatuan dalam maksud estetika Bagian paling belakang ini adalah suatu lapangan persegi
maupun etika. Suatu gambaran dari tahun 1933, ketika sebagian empat. Menurut Dumarçay, balekambang dihubungkan ke
dari taman ini sudah rusak, tetapi penulis yang bersangkutan lapangan ini melalui jembatan setapak, dan di seberangnya, di
rupanya paham untuk membayangkan seharusnya: bagian depan lapangan itu, dulu ada sebuah bangunan. Di utara
[…] Soenia Ragi, daerah pedesaan para sultan dari zaman dulu,
lapangan, berbatasan dengan saluran air dari barat ke kolam,
yang terletak beberapa kilometer dari kota, dan dari sana orang dapat
terdapat suatu bangunan besar dua lantai, yang sebagian
melihat pemandangan pedalaman Cirebon yang indah, yang sisi
selatannya tertutup oleh Gunung Cheremai yang tinggi. Saat ini
permukaan karangnya masih tersisa, namun sebagian besar
terlantar, ia dulu pastilah keseluruhan yang sangat indah, mungkin terlihat kerangkanya yang tersusun dari batu bata. Dari dalamnya
tiruan dari taman langit yang mistis. Sayangnya, seni meyusun batu- kita dapat melihat bahwa lantai atas didukung oleh konstruksi
batuan Cheribon, yang menemukan puncaknya di sini, tempat segala melengkung setengah lingkaran di bawahnya, yang membentuk
jenis citra telah diciptakan denganya, selama bertahun-tahun langit-langit lantai bawah. Sebuah gerbang berbentuk bentar
sebagian besar telah lapuk, hancur, pecah di sana-sini […] 56

55 Dumarçay, 1982: 94, catatan kaki No. 4. 56 J. W. van Dapperen, Moeloeddagen te Cheribon, dalam Djawa 1933
Tahun ke-13, Nomor 2, halaman 153.
15
membuka ke selatan, pertanda bahwa ada pintu keluar menurun bersebelahan, hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan oleh
ke arah ini. ketinggian masing-masing pelataran yang berbeda, dengan
pelataran masjid yang paling tinggi.
Gambar-gambar dari Bangunan AIr oleh Dumarcay_befeo_0336- Sultan Agung, putra dari Panembahan, dikabarkan Babad
1519_1982_num_71_1_1470.pdf Tanah Jawa, memiliki dua istana. Di dekat yang pertama di Karta,
dilaporkan oleh seorang Belanda bahwa Sultan membangun
Gambar X: Gambar Taman Sunyaragi antara tahun 1890-1905. semacam kolam besar di istananya, “selebar jangkauan (peluru)
KITLV 106738 senjata api” dan “sedalam tiga depa (fathom)” pada sekitar tahun
Sunyaragi c1890-1905_KITLV106738.tiff 1620an.57 Merujuk ke Babad Sengkala, Lombard menulis bahwa
Gambar X: Taman Sunyaragi, sudut natar tahun 1901-2. KITLV pada tahun 1634-5 dibangun sebuah kolam yang lain. Dan pada
19510 tahun 1637-8 dibangun sebuah bendungan di Kali Opak sehingga
Sunyaragi 1901-2_KITLV 19510.tiff membentuk sebuah danau kecil. Pada tahun 1643-4 dibangun lagi
Gambar X: Taman Sunyaragi, natar, tahun 1910-1920. KITLV sebuah bendungan yang dalam bahasa Jawa disebut plered,
1407274 sehingga menjadi nama tempat Plered. Lombard menyebut
Sunyaragi 1910-20_KITLV1407274.tiff semua “taman”, tanpa menjelaskan bagaimana bisa disimpulkan
Gambar X: Taman Sunyaragi, reruntuhan bangunan di bagian semua itu sebagai “taman” dan bukan sekadar infrastruktur. Tidak
belakang, tahun 1930-1940. KITLV 46570. ada peninggalan dan lokasinya pun tidak dapat ditentukan.
Sunyaragi belakang 1930-40_KITLV46570 .tiff Taman-taman yang mungkin dibangun lagi di dalam abad abad ke-
Gambar X: Taman Sunyaragi sekitar 1920, gunungan dengan 17 hingga awal abad ke-18 juga tidak meninggalkan jejak lagi, bila
puncak tertinggi. KITLV 37298 memang pernah dibuat.58
Sunyaragi c1920_KITLV37298.tiff Namun, tentang Plered ada sebuah peta yang dibuat oleh
Gambar X: Reruntuhan gunungan karang Taman Sunyaragi, sekitar arkeolog G. P. Rouffaer dengan catatan-catatan, yang salah-
1935. KITLV 89457. satunya antara lain terbaca “Balékambang” pada kawasan dengan
Sunyaragi c1935_KITLV89457.tiff peninggalan kedaton Plered di Desa Pangkuran. Lihat Gambar x
De Kraton's van Pasar Gede, Kerta en Plered 1889 oleh G. P.
Gambar X: Sisa segaran Taman Sunyaragi yang dimanfaatkan di Rouffaer.
sekitar tahuh 1935. KITLV 89458 File peta berwarna: Yogyakarta_De Kraton's van Pasar Gede,
Sunyaragi c1935_KITLV89458.tiff Kerta en Plered 1889 by GP Rouffaer 1860-1928_DE50,14.tiff
Gambar X: Reruntuhan Taman Sunyaragi dilihat dari tingkat atas,
sekitar tahun 1935. KITLV 89459. Selain itu, kami menemukan sebuah peta misterius dari tahun
Sunyaragi c1935_KITLV89459.tiff 1880. Lihat Gambar X yang berjudul Vertooningh van de
Provinciale Hofplaats van den Soesoehoenan Ingalaga genaamt
Taman-taman Mataram Mataram of de Hoofdstad sijns Rijks rontom in plaats van muuren
beslooten yang kurang lebih berarti “Gambar Ibukota Provinsi
Menurut Lombard, sebelum taman-taman di dalam Keraton Soesoehoenan Ingalaga yang disebut Mataram, atau Ibukota
Surakarta dan Yogyakarta dibangun sesudah Perjanjian Giyanti, Kerajaannya yang dikelilingi perbukitan sebagai ganti tembok”.
para raja Mataram sebelumnya telah terlebih dahulu membangun Peta ini tidak dapat dipastikan asal usul atupun tujuannya. Namun,
beberapa taman. ia menggambarkan air yang mengalir turun dari perbukitan yang
Panembahan Seda ing Krapyak (memerintah dalam kurun mengelilingi semacam lembah. Aliran air ini saling berhubungan
waktu 1601-1613) membangun taman Dana Laya pada tahun membentuk semacam jaringan sarang laba-laba. Di tiga tempat
1605 dengan sebuah kolam bernama Segaran ing Sirnabumi. Pada terdapat kolam air yang besar, yang juga terhubungkan dengan
tahun 1610 ia membangun taman bernama Gading di selatan jaringan aliran air tersebut.
ibukota Mataram, Kotagede. Pada tahun 1611 ia membangun Gambar X: Vertooningh van de Provinciale Hofplaats van den
taman (kebun?) perburuan, krapyak, tempat ia meninggal karena Soesoehoenan Ingalaga genaamt Mataram of de Hoofdstad sijns
kecelakaan sehingga ia dinamakan Seda ing Krapyak (artinya: Rijks rontom in plaats van muuren beslooten (Gambar Ibukota
wafat di krapyak). Provinsi Soesoehoenan Ingalaga yang disebut Mataram, atau
Kotagede dapat dikatakan unik karena masjid, makam, dan Ibukota Kerajaannya yang dikelilingi perbukitan sebagai ganti
permandian terletak sangat berdekatan, sebenarnya tembok)

57TahananBelanda itu menulis suratnya pada tanggal 22 Juni 1620. 58 Lombard, 1969: 139.
Lombard, 1969: 139.
16
File Peta berwarna: Yogya_Pleret_Rencana Ibukota teratur di sini. Yang terutama mengesankan adalah mata air yang
Mataram__Vertooningh van de Provinciale Hofplaats van den mengeluarkan air dari kaki Menara Cina (Chineeschen Tooren) yang
Soesoehoenan Ingalaga genaamt Mataram of de Hoofdstad sijns tinggi; dapat diyakini bahwa mata air inilah yang menjadi sebab
Rijks rontom in geberghte plaats van muuren beslooten 1880 Sultan meletakkan keraton di lahan ini. Air keluar dengan kencang dari
dalam bumi yang di tempat ini berbatu-batu; tukang bangunan Jawa
DE51,5.tiff
telah dengan pandai menyalurkan air ini ke dalam sebuah kolam yang
Dua pertiga dari lembah ini tampak digambarkan sebagai
sempit dan darinya meneruskan air ini kemana saja mereka suka.
sawah. Kediaman raja dan para pangeran tersebar di antara Yang layak mendapat kekaguman adalah dua pulau dengan
sawah-sawah dan jaringan air. Di bagian selatan sebelah timur, paviliun-paviliunnya., yang terletak di pusat kolam-kolam yang luas 61,
sudut tenggara, terdapat dua gambar menyerupai pulau dengan dan terutama sekali candi atau masjid melingkar dengan Kibla62, atau
bangunan yang dikeliingi air. Di atasnya tertera keterangan tempat sembahyang di tingkat bawah, yang seluruhnya terendam air,
Speelplaats, yang berarti tempat main. (Untuk bahasan lebih jauh dan terhubungkan oleh dua lorong bawah air berlangit-langit
tentang peta ini, lihat Bab Surakarta-Yogyakarta). lengkung menuju ke salah satu istana air dan ke salah satu taman;
lorong-lorong ini memungkinkan orang berjalan cukup jauh di dasar
kolam.
Tamansari Salah satu pulau kecil yang ada berbentuk bujur sangkar63; dinding
pendukungnya naik dari dasar kolam hingga mencapai ketinggian
setidaknya 15-18 kaki64 di atas permukaan air; orng dapat
Salah satu bukti bahwa Taman Sari ini sempat aktif digunakan
mencapainya dengan perahu dari dermaga di seberangnya, dan
adalah catatan tentang kunjungan Gubernur Semarang, Jan mendarat langsung di tepi anak tangga pertama di permukaan air
Greeve (masa jabatan 1787-1791) ke Taman Sari bersama dengan untuk naik ke sebuah teras yang sebenarnya merupakan suatu taman
tuan rumah yang membangunnya, Sultan Hamengkubuwana I, dengan pohon-pohon buah yang di tanam di dalam bak-bak susunan
yang belum lama sebelumnya dikenal sebagai Pangeran batu, dan bunga-bunga di dalam pot. Di tengah-tengah menjulang
Mangkubumi. Menurut gambaran Ricklefs, tampaknya yang sebuah bangunan, yang bagian bawahnya terdiri dari tiga tingkat,
dikunjungi adalah Pulau Kenanga di tengah-tengah Telaga semuanya lebih tinggi dari biasanya; di atasnya terdapat konstruksi
Segaran. berbentuk bujur sangkar yang beratapkan kupola; dari sini orang
Mangkubumi kemudian mengajak Greeve melihat kebanggan dapat melihat pemandangan yang indah; dari lorong di bawah kupola
masa tuanya, kompleks taman plesir Taman Sari. Namun, bahkan di dapat terlihat semua taman-taman yang ada, paviliun-paviliun dan
sana Greeve tidak bisa jeda. Sang Gubernur dan Sultan menumpang kolam-kolam di sekitar, dan dari jendela kupola itu sendiri
sebuah perahu berlapis emas menuju salah satu bangunan di atas air. pemandangan tidak terhalang apapun hingga mencapai lautan di
Sultan menunjukkan vitalitas yang luar biasa untuk orang seumurnya selatan Jawa.
dengan mendaki anak-anak tangga dari tepi air ke atas dan Sesudahnya kita akan sampai ke pulau kecil kedua, yang menduduki
menyembunyikan dirinya di dalam salah satu ruangan, sehingga yang area yang jauh lebih luas dan memiliki bangunan-bangunan yang lebih
menemaninya terpaksa bermain petak-umpet. Di bangunan yang lain besar; nampaknya pantas disebut terdiri dari sejumlah apartemen-
Sultan sepuh ini mulai menari dan menyemangati seluruh rombongan apartemen, di mana seluruh dewan kerajaan dapat tinggal. Mereka
untuk bergabung.59. semua diatur terutama mengikuti selera Cina dan dikelilingi oleh teras
rendah yang ditanami baik sayur-sayuran maupun bunga-bunga;
Sedangkan Lombard mengutip laporan seorang perwira lantai ruangan tersusun dari papan dan balok, kebanyakan tangga
terbuat dari batu dan yang tak kurang hebatnya adalah lorong-lorong
tentara Belanda pada tahun 1791 60:
(galeri) dan langit-langit bangunan-bangunan ini terdiri dari
pelengkung-pelengkung lipat; seperti atap rumah-rumah Cina, yang
Keraton Sultan (Dalam) dikelilingi tembok…Pada tiga sisi, ada
telah dibuat sedemikian baik sehingga tak akan rusak oleh hujan
gerbang besar…Di dalamnya terdapat rangkaian taman, kolam ikan,
maupun api. Mungkin bom ukuran sedang juga tidak akan berdampak
dan kolam permandian; juga terlihat kelompok-kelompok bangunan
berarti pada atap ini, yang terbangun dari blok-blok batu kapur, yang
yang tidak mungkin diketahui penggunaannya masing-masing dalam
diambil dari gunung yang dekat dan terutama sekali tahan air. Pulau
satu kunjungan saja. Namun, tampaknya keseluruhannya mengikuti
ini dapat dicapai dari empat sisi dengan tangga; di tengah-tengah
satu rencana terpadu. Bahwa hal itu mereka miliki sebagai panduan
kedua sisi panjang terdapat tangga yang lebar yang membawa kita ke
dalam proses pembangunan proyek seperti ini terutama jelas tampak
dalam bangunan utama; bangunan ini terdiri dari lantai dasar dan
pada pengelompokan sejumlah kolam air dan kanal-kanal yang apik

59M. C. Ricklefs,1991: 304 62 Maksudnya mihrab yang menghadap kiblat.


60 Lombard, 2010 (2008): 28-31, lihat juga Lombard Denys, Jardins à Java, 63 Kita dapat meyakini, bahwa yang dimaksud di sini adalah pulau dan
dalam Arts asiatiques, tome 20, 1969: halaman 146-148; terjemahan bangunan yang terdapat di segaran timur, karena disebut berbentuk
oleh penulis. bujur sangkar..
61 Perhatikan penyebutan adanya dua pulau di tengah-tengah kolam- 64 3,81m – 4,57m.

kolam. Baik pulau maupun kolamnya majemuk.


17
lantai atas, dan galeri-gaeri memanjang yang menghubungkan ujung- Pulau kedua digambarkan pada paragraf selanjutnya. Pulau ini
ujung bangunan. Pada lantai dasar bangunan utama terdapat lebih besar dengan bangunan yang luas “di mana seluruh keluarga
ruangan yang membuka ke sisi-sisinya sehingga orang mendapatkan kerajaan dapat tinggal”, ada terwowongan bawah air untuk
pemandangan yang semenarik yang dari galeri-galeri pada pulau mencapainya, dan jelas berhubungan dengan Sumur Gemuling
pertama. Tidak ada kenyamanan yang tidak dipenuhi; ruang ganti
dan lain-lain, yang karena itu dapat disimpulkan merupakan Pulau
perempuan disediakan di menara bundar dan memiliki air mengalir.
Kenanga di Segaran yang sekarang masih tersisa.
Suatu galeri pertama, yang terletak di bawah air, mengantar kita
langsung dari istana ini ke sebuah taman lain yang terletak di dekat
situ; dan yang kedua, juga di bawah air, menuju ke oratori bawah air Gambar X: Sisa bangunan utama di Pulau Kenanga, Taman Sari,
(Sumur Gemuling). Sri Sultan yang pada suatu hari baik mendapatkan Yogyakarta. Tampak atap terdiri dari batu bata yang disusun
gagasan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan, bahkan di bawah melengkung, lalu diplester. Foto 24 November 2019 oleh
air, memerintahkan ahli bangunannya membangun suatu bangunan @MarcoKusumawijaya.
yang dapat memenuhi tujuan ini. Orang ini memilih suatu denah Yogya Tamansari_Pulau Kenanga 24 Nov 2019 Marco
berbentuk melingkar sebagai yang paling dapat menahan tekanan air KusumawijayaIMG_5906.JPG
dari sekelilingnya; karena direncakan terdiri dari dua lantai, maka
dianggap perlu menyediakan ruang ruang pelataran terbuka di tengah Tamansari, dulu dutulis “Taman Sari”, berarti taman yang
untuk mendapatkan cahaya yang cukup ke lantai dasar yang akan
harum. Orang Belanda menyebutnya waterkasteel, istana air.
berada di bawah permukaan air. Sebagaimana lantai dasar, maka
Memang terdapat banyak bangunan yang cukup besar, bersama
lantai ataspun mendapatkan cukup cahaya yang diperlukan dari
bukaan di tengah ini. Galeri melingkar di lantai bawah memiliki langit-
dengan banyak dinding-dinding pembatas di antara banyak
langit yang berbentuk pelengkung Arab. Kibla, atau tempat Qur’an pelataran pula, yang seimbang dengan adanya kolam-kolam air
berada, dibangun spenuhnya di bawah permukaan air. Dalam yang juga banyak dan luas, yang diletakkan di antara atau
keadaan kekurangan tenaga terampil, ketika bangunan demikian itu mengelilingi bangunan-bangunan itu. Pada beberapa naskah dan
terendam di bawah permukaan air, tekanan pada dinding vertikal dan peta, waterkasteel hanya mengacu kepada Pulau Kenanga yang
atap lengkungnya sedemikian besar sehingga bagaimanapun air akan terdapat di tengah-tengah Segaran. Taman ini mulai dibangun
meresap dan masuk ke dalam. Oleh karena itu pendiri bangunan ini oleh pendiri dinasti Yogyakarta, Pangeran Mangkubumi, yang
menyediakan saluran di sepanjang tepi dalam galeri yang bergelar Sultan Hamengkubuwana I, dalam kurun waktu 1758-
mengumpulkan dan mengalirkan keluar semua resapan air, tanpanya 1765.66 Beliau memiliki reputasi sebagai “arsitek” yang sudah
semua konstruksi sudah lama akan kebanjiran.
mengurusi program pembangunan Kesultanan Mataram sejak
Dari lantai dasar kita bisa memasuki pelataran pusat, tempat
masih beribukota di Kartasura. Beliau juga merancang
adanya sebuah sumur yang menjadi tujuan dari semua saluran air
tersebut. Dari sini orang dapat naik ke lantai atas melalui dua65
pembangunan ibukota baru di Surakarta dan, tentu saja, juga
tangga; lantai atas ini dalam segala hal identik dengan lantai dasar, Yogyakarta. Karena itu, sangat mungkin gagasannya mengarahkan
dengan perbedaan bahwa ia bukan saja terbuka ke pelataran tengah perancangan dan pembangunan Tamansari.
itu, tetapi juga terbuka ke luar, dengan jendela-jendela lebar. Air dari Tamansari adalah sebuah tatanan yang kompleks. Ia memiliki
kolam mencapai tepat di bawah jendela, dan Kibla separuh di bawah komponen “kebun” seperti yang sudah kita dapatkan
permukaan air. Kita temukan juga kehati-hatian terhadap rembesan gambarannya di Sriwijaya abad ke-7, yaitu pada Perlak Sriksetra,
air pada lorong-lorong yang menghubungkan gedung utama ini ke dan di Aceh pada abad ke-17, pada Taman Ghairah. Namun, pada
taman-taman lain. Tamansari ada perbedaan tatanan yang menyolok. Tanaman-
tanaman dipisah dalam bidang-bidang yang berbeda, yang
Kutipan yang saya ambil dari Lombard (196) di atas, berasal semuanya—bahkan semua unsur lain dan keseluruhan taman itu
dari catatan seorang perwira tentara Belanda, Mayor Carl sendiri—berbentuk geometris. Selain buah-buahan, ditanam juga
Friedrich Reimer, yang mengunjungi Taman Sari pada tahun 1791, sayur-mayur dan rempah, antara lain lada dan kemukus. Bunga
satu tahun sebelum Mangkubumi wafat pada usia 82 tahun. dihadirkan dalam dua cara. Pertama, sebagai suatu taman
Reimer jelas menyebut adanya dua pulau di tengah-tengah tersendiri, bunga ditanam langsung di bidang-bidang lahan yang
kolam-kolam berbeda pada paragraf kedua. Paragraf berikutnya dibatasi tembok keliling. Yang menarik, ada bunga dan nanas
menggambarkan pulau pertama yang berbentuk bujur sangkar dalam satu taman, “Taman Bunga dan Nanas” (Ananassen en
harus dicapai dengan perahu, tidak ada terowongan bawah air.

65 Ada 4 tangga dari empat arah dari lantai dasar ke tengah-tengah lantai 66 Hélèn Nyoto Feillard, NOTES SUR L’IDENTITE DES MODELES
yang berada pada ketinggian di antara lantai dasar dan atas, lalu hanya ARCHITECTURAUX DU TAMAN SARI DE YOGYAKARTA (1758-1765),
ada satu tangga saja yang naik sampai ke lantai atas, yaitu yang ke arah makalah pada 1er Congrès du Réseau Asie / 1st Congress of Réseau Asie-
timur. Maksud “dua tangga” (two stairs) pada naskah ini mungkin Asia Network, Centre de Conférences Internationales du Ministère des
adalah “two flights” , dua bidang tangga. Affaires Etrangères International Conferences Center, Ministry of
Foreign Affairs, Paris, 24-25 September 2003.
18
Bloemtuin pada peta 1890). Kedua, bunga-bunga ditanam di rincian-rincian lainnya dengan gambar-gambar yang jelas, dalam
dalam pohon berkaki, yang ekslusif diletakkan banyak sekali di Dumarçay Jacques. XIII. Le Taman Sari. Étude architecturale,
sekeliling kolam-kolam mandi dan di selasar serta pekarangan dalam Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 65 N°2,
yang berdekatan dengannya. Pada peta, petirtaan ini ada di sudut 1978, halaman 589-624, yang dapat diunduh dari
barat daya, yang sebenarnya hanya kurang dari seperempat dari https://doi.org/10.3406/befeo.1978.3916 .
luas keseluruhan Tamansari yang tampak di peta ini, sekitar 13.5
ha. Pada peta keseluruhan keraton, misalnya peta dari tahun 1830
yang berjudul Platte grond van de hoofdplaats Jogjakarta (Gambar Gambar X: Taman Sari, 1915, pot-pot berkaki yang juga
X, File peta b/w Platte grond van de hoofdplaats Jogjakarta tergambarkan di relief Borobudur dan Prambanan.
1830_DE 3,3.tiff ) kita akan melihat bahwa ada kolam segaran dan File foto b/w: Yogya Taman Sari Pot 1915_KITLV93329.tiff
balekambang kedua di timur, di sebelah Bangsal Kemandungan
Selatan, di sebelah timur laut alun-alun selatan, di ujung barat Gambar X (Denah Tamansari dan sekitarnya, dari Peta 1830,
Jalan Rotowijayan, Jalan Pesindenan, dan Jalan Langensuryo Platte grond van de hoofdplaats Jogjakarta) menunjukkan (M)
sekarang. Dari bunga-bunga di dalam pot inilah rupanya bangunan di atas pulau di tengah segaran timur digunakan sebagai
mengudara semerbak harum bunga yang memberi makna pada ruang harta/khasanah Sultan (Sultans geldkamer). Luas segaran
nama Tamansari. Lombard (1969) menghubungkan taman-taman timur ini, lebih dari 100 meter lebar dan 200 meter panjang, juga
Mataram, termasuk bentuk pot-pot ini, dengan relief Candi luas pulau dan bangunan di atasnya, sekitar 40 meter pada tiap
Borobudur dan Prambanan. Kolam permandian yang utama di sisi, hampir sama dengan yang di barat, tetapi bentuk dan arahnya
kompleks ini telah dipugar cukup utuh, dan terbuka untuk umum berbeda. Segaran timur memanjang pada arah Gunung Merapi-
dengan pintu masuk dari timur. Laut selatan, sementara yang di barat memanjang pada arah
Bagian terbesar Tamansari, hampir separoh dari luas timur-barat. Bentuk pulau timur ini hampir bujur sangkar dan lebih
keseluruhannya, ada di belahan utara. Kolam Segaran mengelilingi ke selatan, tidak di tengah-tengah segaran, sedangkan yang di
sebuah pulau yang mejadi alas sebuah bangunan dua lantai, barat memanjang. Sebuah kanal selebar sekitar 40 meter
disebut Pulau Kenanga. Dinding-dinding yang tersisa telah memanjang sekitar 300 meter menghubungkan kedua segaran.
dipelihara apa adanya. Sumur Gumuling dan sebagai terowongan Peta ini juga jelas menunjukkan aliran air datang dai utara,
yang dulu terendam di dalam Segaran, juga telah dipugar dan melewati belakang kediaman residen dan Masjid Agung, lalu baru
dapat dikunjungi umum. Namun, sebagian besar Segaran sendiri memasukik kawasan keraton dan mengisi air Segaran Barat.
sudah kering, sebelah utaranya kini Pasar Ngasem dan bagian- Sedangkan kolam mandi Umbul Pasiraman atau Umbul Binangun
bagian lainnya menjadi permukiman. atau Umbul Winangun mendapatkan airnya langsung dari mata air
pada dirinya. Bahasa Jawa untuk mata air adalah umbul, maka
Gambar x: Denah Tamansari Yogyakarta, 1890. Koleksi Leiden itulah bagian dari nama permandian itu.
Universiteit, DE 50,1. Geometri Tamansari menurut peta 1830 ini mendekati yang
File peta bw: YOGYA_TAMANSARI_Plattegrond van het dibuat Dumarçay.
Waterkasteel te Jogjakarta 1890_DE50,1.tiff
Terjemahan dari teks pada peta Plattegrond van het
Gambar X: Denah Tamansari Yogyakarta menurut Jacques Waterkasteel te Jogjakarta 1890 (Koleksi Leiden
Dumarçay, 1978, menunjukkan geometri yang lebih realistis, tidak Universiteit, DE 50,1).
serapi peta 1890. Sumber: Dumarçay Jacques. XIII. Le Taman Sari. No Bahasa Belanda Keterangan
Étude architecturale, dalam Bulletin de l'Ecole française 1 Balkonhuis Ruangan dengan balkon
d'Extrême-Orient. Tome 65 N°2, 1978: 589-624. Boven: Zit en eetkamer v/d Atas: Ruang makan dan duduk
2
Sultan en zijne vrouwen Sultan dan para isteri
Perlu scann dari file b/w: Dumarcay_Taman Sari_befeo_0336-
Beneden: Oefenschool Bawah: Tempat belajar
1519_1978_num_65_2_3916.pdf danseressen menari
3 Boven: Zitkamer Ratoe Atas: Ruang duduk Ratu
Gambar X: Denah Tamansari dan sekitarnya, dari Peta 1830, Beneden: Wachtkamer
Bawah: Ruang tunggu para
Platte grond van de hoofdplaats Jogjakarta. bijvrouwen als zij hunne
selir untuk menghadap Ratu
File crop (menunjukkan Tamansari barat dan timur, alun-alun opwachting b/d Ratoe maken
Boven: Noordkamer:
selatan, keraton dan alun-alun utara) dari peta b/w : Platte grond Atas: Ruang utara: Kamar
Slaapkamer Sultan;
van de hoofdplaats Jogjakarta 1830_DE 3,3.tiff 4 Middenkamer: Zitkamer
Tidur Sultan; Ruang tengah:
Untuk memungkinkan semua itu, Tamansari mengandung Ruang duduk Sultan; Ruang
Sultan; Zuidkamer:
Selatan: Ruang tunggu Ratu
sistem air yang canggih serta sistem konstruksi yang mengait Wachtkamer voor de Ratoe
kepadanya. Dumarçay menguraikan tata air ini, bersama dengan
19
Beneden: Kamers van den Bahwa: Kamar-kamar untuk Oefenplaats Vorstelijke Dansers Tempat Latihan Penari Istana
Sultan Sultan Schrijvers Juru tulis
Boven: Noordkamer: Ananassen en Bloementuin Taman bunga dan nanas
Atas: Ruang utara: Kamar
Slaapkamer Ratoe; Pepertuin Kebun lada
5 Tidur Ratu; Ruang tengah:
Middenkamer: Wachtkamer; Pinangtuin Kebun pinang
Ruang tunggu; Ruang selatan?
Zuidkamer? Keuken Dapur
Trap naar de Moestuin Kebun sayur
6 Tangga ke lantai atas
bovenverdieping Sirihtuin Kebun sirih
Batikamers voor de Ruang membatik untuk para Bijgebouw Bangunan penunjang
7
bijvrouwen selir Kemoekoes tuin Kebun kemukus 67
Badkamers voor de Kampong voor Wachtvolk Kampung para penjaga
8 Kamar mandi para selir
bijvrouwen Kampong voor Tandoedragres Kampung pemikul tandu
9 Poort Gerbang Legenda Legenda
10 Tunnel ingangstraap Tangga masuk ke terowongan Huizen of muren van
Menara cahaya untuk Rumah atau tembok batu
11 Lichtkokers voor de tunnel metselsteenen
terowongan Rumah atau jembatan kayu
12 Onderaardsche watereiding Saluran air bawah tanah Huizen of bruggen van djatihout
jadi
Lichtkokers voor de Menara cahaya untuk saluran Water van de segaran of de
13 Air dari segaran atau mata air
onderaardsche waterleiding air bawah tanah bronvijvers
14 Toren Menara Potten met geurige bloemen Pot bunga harum
15 Trap Tangga Stroomrichting van het water Arah aliran air
Wachthuisjes voor de Sumber: Peta Koleksi KITLV Nomor DE 50,1: “ Plattegrond van
Rumah jaga untuk para
16 vrouwelijke volgelingen van het Waterkasteel te Jogjakarta” (1890)
pengirim perempuan Sultan
den Sultan
17 Lokaal voor kleermakers Tempat para penjahit
18 Logeergebouw v/d Sultan Penginapan Sultan
Titik tertinggi dari kompleks Taman Sari, pada 99 mdpl, ada di
19 Soldaten kleeder magazijn Gudang seragam serdadu dekat sudut timur-laut, di dekat pertigaan antara Jalan Palawijaan-
Ratawijayan dan Jalan Taman Air, sebelah timur Pasar Ngasem.
Tanpa nomor: Dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan Dari titik inilah air masuk ke kolam Segaran, seperti tampak pada
Plattegrond van het Waterkasteel Denah Istana Air di Gambar X peta dari tahun 1830, dan pada Gambar X peta tahun
te Jogjakarta Yogyakarta
1890 ada keterangan Voedingsleiding (artinya: jalur masuk air)
Zie ook Bundel 3/117 Lihat juga Bundel 3/117
Fotoverzameling koleksi foto
dengan tanda panah masuk ke dalam Segaran, di dekat sudut
Voedingsleiding Saluran air masuk timur lautnya, di sebelah timur Rumah Teh Sultan (Theehuis
Dragonders wachthuis Rumah jaga Naga Sultan). Air berasal dari Kali Winanga, pada tempat bernama
Schuithuis Rumah rakit Tompeyan, yang di seberangnya terdapat Masjid Tegalreja dan
Theehuis Ratoe Rumah teh Ratu Batuarja atau Selareja.
Groote Waterpoort Pintu Air Besar Titik terendah, 90 mdpl, terdapat di lembah atau cekungan
Theehuis Sultan Rumah teh Sultan
rendah di sudut barat daya, di tempat taman peristirahatan
Prahoehuis Rumah perahu
Tunnel Terowongan
pribadi sultan. Nama keseluruhan belahan selatan Tamansari ini,
Boven terras Teras atas yaitu tempat peristirahatan pribadi Sultan dan kolam permandian
Midden terras Teras tengah utama, Umbulbinangun, adalah Taman Ledok, mencerminkan
Beneden terras Teras bawah keadaan alamiah tersebut, suatu ledok dalam bahasa Jawa atau
Aafvoer leiding Saluran pembuangan lam dalam bahasa Aceh berarti dataran yang lebih rendah
Vruchtboomen (Mangisen Pohon-pohon Manggis and daripada sekelilingnya.
Doekoes) Duku,
Vruchtboomen Pohon buah-buahan Taman Sari Bagian Utara: Telaga Segaran dan Pulau Kenanga
Kanonnen Meriam
Westelijke Hoofdingang Jalan masuk utama Barat Gambar X: Foto Pulau Kenanga oleh Kassian Cephas, 1866.
Pagellaran plein Lapangan pagelaran Bangunan kecil memanjang di sebelah kiri menaungi jalan turun
Poort Gerbang ke terowongan bawah air ke barat, ke Sumur Gemuling. Dua yang
West Binnenplein Pekarangan dalam Barat di kanan adalah puncak cerobong undara ke terowongan yang ke
Oost Binnenplein Pekarangan dalam Timur arah selatan. Tinggi air Segaran pada keaadaan aslinya tepat di
Oostelijke Hoofdingang Jalan masuk utama Timur
Bloemtuin Taman bunga

67 Piper cubeba, berasal dan banyak ditanam di Jawa dan Sumatra,


sehingga disebut juga sebagai lada jawa atau cabe jawa ("Java pepper")
20
bawah tonolan alas lubang jendela dari bangunan-bangunan Taman Ledok terdiri dari sejumlah taman beberapa kolam dan
tersebut. banyak bangunan-bangunan kecil, yang satu dari yang lainnya
File foto b/w: dipisah-pisahkan oleh tembok tinggi. Bagian ini memang lebih
Waterkasteel Taman Sari te Jogjakarta 1866_KITLV 40221.tiff rendah daripada bagian utara Tamansari maupun kompleks
Atau kedaton di arah timur lautnya.
Waterkasteel Taman Sari te Jogjakarta 1866_KITLV4342.tiff Yang utama dari Taman Ledok adalah tiga kolam mandi di
belahan barat, bagian utara. Ketiga kolam ini berderet dari selatan
Telaga besar Segaran, berbentuk persegi empat, 150 meter ke utara. Inilah bagian yang disebut Umbul Winangun or atau "Air
lebar pada sisi barat dan timur, dan 200 meter panjang pada sisi Mancur Awet Muda". Seluruhnya dikelilingi tembok tinggi,
utara dan selatan. Di tengahnya tedapat sebuah “pulau” yang setidaknya lima meter. Sebuah bangunan memanjang terletak di
disebut Pulau Kenanga, berukuran 40m x 90m, terdiri dari tiga antara kolam paling selatan yang berukuran paling kecil, dengan
teras. Pada teras teratas berdiri sebuah bangunan besar dua lantai dua kolam di utara yang lebih besar dan identik. Semua kolam
menjulang, disebut Gedung Panggung. Pulau ini dapat dicapai mempunyai lebar yang sama, 12 meter. Yang kecil memiliki
dengan perahu dari tepi-tepi Seagaran, atau melalui terowongan panjang (arah selatan-utara) 10 meter. Dua yang lebih besar di
bawah air dari sisi selatan dan barat. Karena ini ada menara- utara memiliki panjang masing-masing 18 meter. Bagian kiri dan
menara cahaya dan udara yang menyembul dari dalam kolam kanan bangunan ini satu lantai, tapi di tengahnya ada menara
sepanjang terowongan-terowongan itu. Ada lima menara udara setinggi tiga lantai. Pada tepi paling utara terdapat lagi sebuah
menyembul dari terowongan selatan, dan tiga dari yang barat. bangunan memanjang menuruti sisi utara kolam, disebut Theehuis
(rumah teh) pada peta 1890. (Lihat Gambar X) Bagian ini sudah
Gambar X: Gambar perspektif aksonometri Sumur Gemuling, dipugar dan dapat dikunjungi.
oleh Jacques Dumarçay, 1978. Bagian paling selatan merupakan kompleks peristirahatan
File gambar garis b/w pada halaman 605: Dumarcay_Taman pribadi Sultan. Di sini terdapat ruang tidur yang menghadap ke
Sari_befeo_0336-1519_1978_num_65_2_3916.pdf selatan, disebut Kedaton Pasarean Dalem, ruang dapur (Gedong
Dapur), ruang penjahit (Gedong Gerji) dan kolam mandi sendiri
Pada terowongan barat ini, di titik tengahnya di sisi utara (Gedong Lawon), beserta taman-taman kecil di antara bangunan-
menempel Sumur Gemuling yang lebih dari separohnya berada di bangunan itu, yang dipisahkan satu sama lainnya oleh dinding
bawah permukaan air telaga. Di bawah menara cahaya dan udara tinggi. Di dekat Dapur terdapat kebun sirih (Sirihtuin) dan kebun
yang di tengah lorong barat terdapat tempat masuk ke Sumur sayur (Moestuin). Terlihat juga banyak pot bunga mengelilingi
Gemuling. Bentuk bangunan ini seperti donut, sebuah cincin kolam mandi pribadi Sultan dan di sepanjang lorong-lorong
terdiri dari dua lantai mengelilingi lubang besar di pusat, yang penghubung satu bangunan dengan bangunan lain. Tempat
terbuka ke langit, tidak beratap. Di ruang pusat yang terbuka ini pribadi raja ini, terutama ruang tidur, natar di depannya, dan
terdapat lantai yang seperti melayang di tengah, di antara lantai kedua bangunan pengapit, relatif masih utuh dan dapat dikunjungi
dasar dan lantai atas, didukung oleh empat tangga yang naik dari melalui jalan masuk berupa suatu lereng di barat daya kompleks
lantai dasar cincin. Keempat tangga ini terletak pada arah timur Umbulwinangun.
laut, tenggara, barat daya dan barat laut.. Satu tangga Kompleksitas Tamansari dengan berbagai konstruksi untuk
menghubungkan “lantai mengambang” ini ke arah timur, ke lantai berbagai keperluan, menurut Dumarçay telah melahirkan inovasi
atas. Ketinggian lantai ini tepat di atas permukaan air di luar dalam penggunaan plester campuran pasir dan kapur. Campuran
sumur. Ruang yang terbuka ke langit ini sangat senyap karena ini, dengan perbandingan volume 1 pasir : 1 kapur sudah
terlindung oleh air, dinding-dinding kedap air dan ruangan digunakan sejak abad ke-8 di Jawa. Tetapi pada Taman Sari
berbentuk melingkar di sekelilingnya. digunakan pasir dengan tingkat kehalusan berbeda-beda untuk
Di tengah-tengah terowongan yang selatan, pada sisi timurnya menghasilkan plester yang sesuai masing-masing keperluan
terdapat bangunan yang disebut Gedong Cemeti yang pintu berbeda. Bahkan pada Taman Sunyaragi (1741), yang hanya
masuknya ada di bawah menara udara yang ketiga di tengah- dibangun hanya belasan tahun sebelum Tamansari, inovasi ini
tengah terowongan. Sekarang orang masih dapat menggunakan belum ditemukan.68
terowongan barat untuk mencapai Sumur Gemuling dari Pulau
Kenanga, dan menggunakan terowongan selatan ynag Kesaksian Isaäc Groneman, Dokter Pribadi HB VI.
menghubungan Pulau Kenanga dengan tepian selatan Segaran.
Taman Sari Bagian Selatan

68 Dumarçay, 1982: 95.


21
Gambar X: Foto Isaäc Groneman, Dokter Pribadi Sultan HB VI pintu masuk di tembok paling selatan, Jalan Nagan Lor sekarang,
dan Penulis, tahun 1872. Foto ini karya Kassian Cephas, fotografer dengan Segaran di utara, pada suatu dermaga kecil.
profesional pertama orang Jawa, yang tertua yang diketahui. Pada seperempat lorong panjang tersebut dari selatan, ada
File foto b/w: Isaäc Groneman, hofarts van de sultan van lorong menuju ke barat, ke tempat peristirahatan pribadi Sultan.
Jogjakarta en auteur_Cephas_1872_KITLV 407124.tiff Lorong barat ini ini sekarang tertutup berbagai bangunan
Isaäc Groneman69 memberikan gambaran tentang reruntuhan termasuk perumahan penduduk, juga oleh gedung SMP Negeri 16.
Tamansari berdasarkan kunjungan dalam Januari 1884. 70 Ia Namun, dari sisi dalam tempat khusus raja ini, kita masih dapat
menuliskannya di jurnal TBG No. 30 tahun 1885. Di tulisan inilah ia melihat pintu dan sepotong jalan lereng naik menuju ke lorong
menyebut Cephas telah membuat beberapa foto tentang keluar tersebut. Taman khusus raja ini dapat dimasuki dari sekitar
reruntuhan Tamansari, sehingga Cephas sebagai fotografer mulai sudut barat daya kolam permandian. Ada sebuah gerbang dengan
dikenal di luar Yogyakarta. Ia memperoleh gambar-gambar jalan melandai ke selatan. Kalau dari timur, di natar segidelapan
rencana asli serta dua naskah yang diperoleh langsung dari itu, ambil jalan ke kiri (ke selatan), lalu belok kanan (ke barat) dan
seorang juru tulis keraton, Mas Ngabéhi Sastrâ Ukârâ yang lalu ke kiri (selatan).
mewarisinya dari ayahnya, Badén Tumenggung Padmâ Dirdjâ.71 Demikian juga taman-taman yang disebut di atas, yang berada
“Pulau pertama” yang diceritakan Reimer bersama semua bangun di sisi timur pelataran oktagonal tersebut, hampir seluruhnya
kayu telah tiada; tetapi sebagian besar kolam masih berisi air. telah diduduki oleh bangunan-bangunan. Tempat parkir motor
Menurut penelusuran Lombard, semua peninggalan yang pengunjung sekarang, kira-kira menduduki yang dulu berupa
disaksikan Groneman ketika itu dapat dikatakan dapat dilihat atau kebun-kebun buah itu.
setidaknya ditelusuri pada apa yang masih ada sekarang.
Dari Groneman kita mengetahui bahwa pembangunan Tamansari: Akumulasi Arsitektur Jawa
Tamansari diperintahkan oleh HB I kepada seorang bupati Kiai
Tumenggung Mangundipura, yang sempat dua kali ke Batavia Jelas dari berbagai bagian lain di buku ini, bahwa membuat
untuk mendapatkan motif-motif Eropa untuk rencana yang kolam yang luas dengan saluran-saluran air yang panjang dan
dibuatnya. Konstruksi dimulai pada tahun 1758. berjangkauan jauh, bangunan atau pelengkap lain pada tepi atau
Menurut Groeneman, pintu masuk utama dulu dari sisi barat bahkan di tengah danau, pintu-pintu gerbang yang monumental
Taman Ledok. Sekarang masyarakat memasuki Taman Sari dari dan segala macam ornamen yang rawit indah, sebagaimana juga
pintu timur, melalui natar berbentuk segi delapan. Lahan di timur dinding susunan batu dan bata, bukanlah hal baru dalam sejarah
natar segi delapan ini, hingga ke Jalan Taman sekarang, dan ke Jawa hingga ke-18 ketika Taman Sari dibangun.
utara hingga ke batas Telaga Segaran, yang dapat dilihat karena Namun, menurut Nyoto-Feillard, bagaimanapun konstruksi
masih berupa tegalan yang tinggi, dan ke selatan hingga ke Jalan umum Taman Sari memang tidak lazim di dalam lingkungan
Ngadisuryan sekarang, adalah kebun yang dibagi-bagi menjadi bentang alam Jawa masa itu. Taman Sari memadukan banyak
beberapa bidang. Masing-masing bidang dikelilingi tembok. Pada unsur khasanah arsitektur dan ornamen dari berbagai istana dan
Gambar x: Denah Tamansari Yogyakarta, 1890. Koleksi Leiden candi Jawa di masa itu.72 Kita tidak menemukan hal serupa dalam
Universiteit, DE 50,1. (File peta bw: keseluruhannya di tempat lain, tetapi memiliki unsur-unsurnya di
YOGYA_TAMANSARI_Plattegrond van het Waterkasteel te berbagai tempat dan keadaan berbeda.
Jogjakarta 1890_DE50,1.tiff) terlihat berurut-turut (dari barat ke Dari abad ke-7 kita mewarisi gagasan tentang kebun sebagai
timur, utara ke selatan) bidang Kebun Buah Manggis dan Duku, tempat terbuka untuk semua orang yang “singgah atupun yang
Kebun Buah-buahan, Tempat Latihan Penari Kerajaan, Kebun sedang dalam perjalanan” untuk mendapatkan makanan buah-
Buah-nuahan, Kebun Lada dan Kebun Pinang, buahan dan air minum gratis. Dari abad ke-10 kita memiliki
Jalan masuk sekarang dari timur, dari Jalan Taman, rupanya petirtaan Jalatunda di lereng Gunung Penanggungan, gunung suci
sejak dulu memang berupa lorong masuk yang diapit tembok Majapahit. Hingga sekarang airnya masih mengalir dari tebing di
tinggi di antara deretan kebun-kebun dan tempat latihan menari belakang dinding kolam yang membentuk suatu “latar belakang”
tersebut di atas. Tampak juga sebuah lorong yang bersilangan yang luar biasa. Dinding besar ini menahan tebing sekaligus
tegak lurus dengan lorong timur-barat di atas, menghubungkan mengalirkan air yang berasal dari mata air di dalamnya ke dalam

69 Dokter dan penulis budaya serta arkeologi Jawa. Lahir 15 Agustus 1832 voor Oudheid-, Land-, Taal- en Volkenkunde te Jogjakarta (Perkumpulan
di Zutphen, Belanda, meninggal 2 Desember 1912 di Yogyakarta. Tiba di untuk Arkeologi, Geografi dan Etnografi Yogyakarta).
Bandung tahun 1858/9. Kemudian tinggal di Yogyakarta dan menjadi 70 I. Groneman, Het waterkasteel te Jogjakarta, dalam TBG, 30, 1885: 412-

dokter pribadi Sultan Hamengkubuwana VI. Ia banyak bekerjasama 434.


dengan Kassian Cephas (1845-1912), misalnya menerbitkan buku 71 Lombard, 1969: 148.

tentang Candi Prambanan. Ia Groneman adalah pendiri Vereeniging 72 Nyoto-Feillard, 2003: 4

22
suatu tugu lingga-yoni yang kemudian mengeluarkannya mengalir abad ke-18 ini juga mulai terjadi cukup umum di bidang-bidang
ke kolam di bawahnya. Di Trowulan, dari abad ke-14 terdapat kehidupan lain.
permandian Candi Tikus yang seluruhnya di bawah ketinggian
permukaan tanah, jadi sebenarnya suatu sumur besar yang digali Mungkin justru karena kompleksitas dan luasnya, Tamansari
ke dalam tanah. Ia meneruskan gagasan dari Jalatunda dalam hal tidak digunakan lama, dan perlahan mulai ditinggalkan setelah
mengalirkan air ke dalam lingga-yoni yang kemudian pendirinya meninggal. Sultan-sultan berikutnya membanguan
menurunkannya ke dalam kolam. Selain itu, ada yang sudah beberapa istana-istana kecil di luar kraton, di barat, timur dan
sangat terkenal, yaitu Telaga Segaran, suatu kolam buatan raksasa selatan, masing-masing dengan taman airnya sendiri.
dengan ukuran 175 x 375 m2 yang dilengkapi dengan pintu air.
Berbeda dengan Candi Tikus yang seluruhnya digali ke dalam Warung Boto dan Goa Siluman
tanah, Telaga Segaran memiliki dinding yang dibangun di atas
tanah. Situs Warung Boto (Warungboto) atau Pesanggrahan
Rejowinangun terletak di Jalan Veteran Nomor 77 sekarang, di
Kita juga sudah mengenal Tasik Ardi di Banten, yang memiliki antara dua kelurahan dari dua kecamatan, yaitu Kelurahan
kolam segaran dan bangunan di atas pulau di tengahnya. Selain Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, dan Kelurahan
itu, adanya taman sari dan makam di dalamnya, serta krapyak, Rajawinangun, Kecamatan Kotagede. Ia terletak di tepi barat Kali
sudah mendahului Yogyakarta. Di Cirebon, di dalam keraton Gajah Wong, kira-kira 500 meter di sebelah selatan Kebun
pertama Pakungwati, terdapat taman dengan kolam kecil dan Binatang Gembira Loka. Ini berarti pesanggerahan ini
tempat duduk di tengah, dan susunan batu karang yang mendapatkan airnya dari mata air yang terdapat di dalam
membentuk gunungan. Taman Sunyaragi yang agung sekali, yang ekosistem daerah aliran sungai Kali Gajah Wong. Pesanggrahan ini
lebih tua sedikit daripada Keraton Yogyakarta, dibangun 1741, bahkan sudah mulai dibangun di masa Hamengkubuwana I75 dan
juga di Cirebon sudah merupakan taman air dengan tatanan diselesaikan oleh Hamengkubuwana II76. Di akhir abad ke 18 itu,
banyak ruang dan bagian, dengan sistem saluran yang kompleks. letak demikian itu, tiga seperempat kiometer ke arah timur dari
Ia juga memiliki kolam segaran besar dengan bangunan di keraton, ada di batas kota di luar tembok. Sekarang kebanyakan
tengahnya, juga terdiri dari dua lantai. dinding dan lantainya telah dipugar, tapi tidak ada atap yang
Nyoto-Feillard menunjukkan seni dekorasi pada Tamansari tersisa.
berasal-usul di dalam seni Jawa-Hindu dari masa lebih lama.
Sebagiannya, misalnya kepala Kala atau Makara di atas pintu Gambar x: Gambar denah peninggalan Warungboto oleh
gerbang Taman Sari, identik dengan yang terdapat sangat dekat, Jacques Dumarcay. Sumber: Dumarçay, 1978: 622.
yaitu di kompleks masjid, pemakaman dan permandian Kota Gede File gambar b/w: Dumarcay_Taman Sari_befeo_0336-
(1575-1601). Sedangkan hiasan atap, juga pancuran air, 1519_1978_num_65_2_3916.pdf
mengulangi motif seni tembikar (terakota) Majapahit. 73 Menurut
Nyoto Feillard arsitektur Taman Sari berasal dari lingkungan Jawa Situs Goa Siluman terletak di Jalan Wonocatur No.26, Karang
sendiri daripada dari lingkungan Portugis (atau lainnya), meskipun Bendo, Banguntapan, Kec. Banguntapan, dibangun di masa
di sana sini ada pengaruh-pengaruh tertentu, misalnya dari Cina pemerintahan Hamengku Buwono II, mungkin di akhir abad ke-18-
dan Belanda, yang merupakan pilihan dari seorang kepala tim awal abad ke-19. Letaknya lebih jauh ke timur, sekitar lima
bangunan setempat, bukan karea intervensi dari pihak luar. setengah kilometer dari keraton. Dari tepi jalan, lahannya
Asimilasi arsitektur Jawa dan berbagai pengaruh dari luar di abad menurun ke selatan, berupa suatu lembah yang kiri kanannya pun
ke-18 asimilasi memang belum lazim. Tamansari adalah lebih tinggi. Lembah ini membentuk sumbu tengah yang
pelopornya. Baru di abad ke-19 dan paroh pertama abad ke-20 mengarah tepat ke Gunung Merapi. Mungkin bukan kebetulan
asimilasi ini menjadi lazim.74 Dia memberi catatan bahwa bahwa di seberangnya sekarang ada jalan lurus ke utara, meskipun
diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui apakah asimilasi hanya pendek, sekitar 250 meter. Tepat di tepi jalan sekarang, kini
seperti yang terjadi pada rancangan Taman Sari di pertengahan tersisa suatu tembok keliling setinggi 3 meter, membentuk denah
persegi panjang sangkar 31m x 35 m. Di belakang dan sejajar

73 Nyoto-Feillard 2003: 5. 75 Memerintah 13 Februari 1755- 24 Maret 1792.


74 Nyoto-Feillard, 2003:13-4 dan Njoto-Feillard, L’architecture et ses
76 Lahir sebagai Gusti Raden Mas Sundoro pada tanggal 7 Maret 1750,
décors à Java aux XVIIIe et XIXe siècles: la question de l’hybridation des meninggal pada 3 Januari 1828, memerintah dalam kurun waktu 1792-
modèles, mémoire de DEA d’Histoire de l’art des temps modernes sous 1810, 1811-1812, dan 1826-1828. Kedudukannya sebagai Sultan
dihentikan oleh Daendels, dipulihkan oleh Raffles dan kemudian
la direction de Daniel Rabreau, Université de Paris I-Pantheon
diasingkan oleh Raffles ke Penang.
Sorbonne, 2001-2002.
23
tembok depan sepanjang jalan, 6 meter darinya, terdapat tembok masuk ke Yogya dan Solo dalam kurun waktu 1850-1860,
kedua. Di belakang tembok paling belakang, terdapat peninggalan sementara orang Cina dilarang menyewa tanah di wilayah ini.
yang tampak seperti sekumpulan, setidaknya empat kolam
persegi panjang dengan ukuran berbeda-beda dan bentuknya ada Pertumbuhan luas tanah (hektar) yang disewa oleh modal
yang bujur sangkar dan ada yang persegi panjang. Eropa di Surakarta dan Yogyakarta, 1853-1920
Masing-masing pesanggrahan ini memiliki luas tidak sampai 1 Tahun Surakarta Yogyakarta
hektar. (Kita tidak dapat memastikannya karena tidak terdapat 1853 10.500
peta tentang keadaan aslinya). Bandingkan dengan Tamansari 1855 21.000
yang 13-18 hektar. Kedua pesanggrahan, yang terdiri dari taman 1860 112.000
dan permandian ini, dapat kompak dan karenanya jauh lebih 1862 32.200
mudah dan murah dirawat, dibandingkan dengan Tamansari. 1864 140.000
Dumarçay mengemukakan kemungkinan Tamansari dengan cepat 1875 173.600 54.600
merosot mungkin karena tidak begitu sering dipakai setelah
1880 210.700 61.600
taman-taman yang jauh lebih kecil ini dibangun.77
1890 181.300 65.100
1895 191.100 65.100
Kekayaan Meningkat, Taman Kerajaan Membesar
1900 172.200 62.300
1905 171.500 59.500
Memasuki pertengahn seperempat kedua abad ke-19,
1910 164.500 66.500
program pembangunan pesanggerahan dilanjutkan di atas lahan
1915 149.800 67.900
yang luas, meskipun tidak seluas Tamansari. Pesanggrahan
1920 128.100 71.400
Ambarukmo 7 hektar lebih, Ambarwinangun sekitar 3 hektar.
Bangunan juga lebih megah dan terbuka ke halaman-halaman Sumber: Takashi Shiraishi, 1990: -109
luas. Kekayaan kesultanan di abad ke-19 mungkin telah meningkat
berarti karena industri perkebunan kopi, gula, indigo, tembakau.
Tanam Paksa (Cultuurstelsel, 1830-1870) tidak pernah berlaku di Figure 1 Pertumbuhan luas lahan yang disewakan
wilayah Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta, serta kepada pengusaha Eropa di Ygyakarta dan Surakarta,
Kasultanan dan Pakulalaman di Yogyakarta. 1853-1920

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Surakarta dan


Yogyakarta, 1920.
Wilayah Luas (ha) Penduduk
Kasunanan 336.000 1.383.000
Kasultanan 290.000 1.148.000
Mangkunegaran 278.000 706.000
Pakualaman 14.500 96.000
Sumber: Takashi Shiraishi, 1990: 2-3.

Modal swasta sudah terlebih dulu bebas mengeksploitasi


tanah di wilayah Surakarta dan Yogyakarta, dengan langsung
menyewanya dari Sunan, Sultan, Mangkunegara dan Pakualam.
Kebebasan ini rupanya menghasilkan kemakmuran lebih awal
Sejak 1870, rel kereta api mencapai kawasan Surakarta dan
dan, yang lebih penting lagi untuk keperluan buku ini, suatu
Yogyakarta. Dari utara, Semarang, rel mencapai kawasan ini pada
masyarakat perkotaan yang lebih awal membentuk diri,
than 1870. Pada tahun 1884 jalur dari timur, Surabaya, tiba.
dibandingkan wilayah-wilayah lain di Hindia Belanda. Kebebasan
Akhirnya pada 1894 jalur dari barat, Batavia melalui Bandung, tiba
ini juga justru digunakan modal swasta untuk mendesak
juga. Ini meningkatkan kekayaan sangat berarti bagi Yogya dan
liberalisasi yang dimulai 1870 ketika tanam paksa dihentikan dan
Solo, yang menjadi mesin pertumbuhan masyarakat perkotaan.
modal swasta bebas masuk untuk perkebunan. Menurut Takashi
Shiraishi (1990) modal swasta Belanda sudah mulai besar-besaran

77 Dumarçay Jacques. XIII. Le Taman Sari. Étude architecturale. In: Bulletin


de l'Ecole française d'Extrême-Orient. Tome 65 N°2, 1978: 596.
24
Sumber: Shiraishi, 1990: 12 (Koloniaal Verslag 1881, 1891. 1901.
Angkutan kereta api ke dan dari ke wilayah Vorestenlanden 1911)
(wilayah otonom kerajaan) Surakarta-Yogyakarta, 1895-
1915.
Figure 3Produksi Gula di Surakarta dan
Tahun Panjang Penumpang Pendapatan (x 1000 f)
Yogyakarta, 1880-1910. Sumber: Shiraishi,
(km) (x 1000 Jiwa) Penumpang Barang
1990.
1895 1.319 5.759 3.054 6.588
1900 1.609 9.738 4.022 9.743
1905 1.704 13.361 4.979 10.216
1910 2.174 28.420 8.825 15.738
1915 2.448 42.579 13.685 22.194
Sumber: Shiraishi, 1990: 9

Figure 2 Angkutan kereta api ke dan dari


ke wilayah Vorestenlanden (wilayah otonom
kerajaan) Surakarta-Yogyakarta, 1895-
Figure 4 Produksi

Jumlah Perkebunan Menurut Produk di Surakarta dan


Yogyakarta, 1870.
Kopi Gula Indigo Tembakau Total
Surakarta 73 31 30 19 153
Yogyakarta 0 8 46 6 60
Pesanggrahan Ambarrukmo.
Sumber: Shiraishi, 1990:10 (Koloniaal Verslag, 1871).

Di Yogyakarta diketahui setidaknya ada dua pesanggrahan


Produksi Gula dan Tembakau di Surakarta dan Yogyakarta, 1880-
yang dibangun di abad ke-19. Satu darinya di batas barat daya,
1910. Gula dan tembakau adalah produk terpenting di kawasan ini
dan satu lagi di batas timur, Kota Yogyakarta. Yang di barat daya
dalam masa 1890-1920.
bernama Pesanggrahan Ambarwinangun, dan yang di timur
1902 ada Brussels Convention yang membuka pasar dunia untuk
Pesanggrahan Ambarrukmo. Keduanya dapat dikatakan
gula, sehingga terjadi peningkatan produksi gula dramatis
“modern”, dibangun di masa kolonialisme sudah sangat mapan di
sesudahnya (Bandingkan angka 1900 dengan 1910)
kesultanan-kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.
Gula (X1000 pikul) Tembakau (ton)
Solo Yogya Solo Yogya Gambar X dan X: Dua taman air yang lain di Yogyakarta:
1880 198 277 805 49 Ambarwinangun dan Ambarukmo. Kedua peta berasal dari tahun
1890 332 475 1.053 17 1890. Ambarwinangun disebut vorsetijke badplaats yang berarti
1900 725 865 5.717 1.520 permandian raja; sedangkan Ambarukmo disebut lustverblijf yang
1910 1.215 1.687 6.421 1.855 berarti pesanggrahan.
25
File gambar berwarna: sebesar lebar 70 m x panjang 190 m ini pun terbagi jadi tujuh
Yogyakarta_Ambarwinagun c1890_Plattegrond der vorstelijke lantai, yang sebenarnya sama tingginya dengan gedung hotel di
badplaats te Ambarwinangoen.tiff sebelah, namun tidak dapat menyisakan lahan terbuka di
Yogya_Ambarukmo c1890_Platte grond van het lustverblijf tapaknya, kecuali secukupnya untuk jalan masuk dan keluar. Hotel
Ambarroekma_DE50,10.tiff Ambarukmo Palace pada masanya (1960an) adalah hotel terbesar
di Yogyakarta, dan salah satu yang terbesar di seluruh Indonesia.
Pesanggrahan Ambarukmo diibangun pada masa Plaza Ambarukmo adalah pusat perbelanjaan terbesar di
pemerintahan Sultan Hamengkubuwana V (berkuasa 1823-1855) Yogyakarta 50 tahun kemudian.
dengan nama awal Pesanggrahan Arjopurno. Pada tahun 1897
Sultan HB VII (berkuasa 1877-1921) memerintahkan pembaruan Dua pendapa kecil yang, tempat gamelan (Gamelan huisje),
dan namanya diganti menjadi Pesanggrahan Ambarukmo.78 yang mengapit halaman depan, juga tidak ada lagi. Halaman di
Pembaruan berikut mungkin dilakukan pada tahun 1921 oleh selatan, di seberang jalan, masih ada, tetapi pendapa gamelannya
Sultan HBVII, karena di tahun tersebut beliau turun takhta dan sudah tidak ada. Demikianlah pelestarian seringkali hanya
menjadikan Ambarukmo sebagai tempat tinggalnya hingga wafat menyelamatkan bangunan utama.
pada tanggal 30 Desember 1930. Yang tersisa sekarang adalah
balekambang, bangunan utama di depannya, dan pendapa di Pesanggrahan Ambarwinangun
depannya lagi, sebagian kecil dari sayap kiri (barat), dan halaman
depannya. Bangunan-bangunan tersisa itu kini terletak terjepit di Gambar X: Foto Pesanggrahan Ambarwinagun karya Kassian
antara Hotel Ambarukmo Palace dan Plaza Ambarukmo. Halaman Cephas, sekitar 1895. Koleksi Leiden Universiteit KITLV 4161.
depannya menjadi halaman depan Plaza Ambarukmo juga. Ambarwinangun_Vorstelijke badplaats Ambarwinangoen te
Bangunan balekambang berbentuk oktagonal, terdiri dari dua Jogjakarta_Kassian Cephas (1845-1912) c1895_KITLV 4161.tiff
lantai, masing-masing memiliki teras keliling berpagar. Kolam yang
mengelilinginya berbentuk persegie mpat, 25m x 35 m. Gambar x: Foto Pesanggrahan Ambarwinagun karya Kassian
Apa yang telah hilang, dibandingkan dengan peta yang dibuat Cephas, sekitar 1895. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 12582.
pada tahun 1890? Permandian (badplaats) dan taman di kiri Ambarwinangun_Vorstelijke badplaats Ambarwinangoen te
kanannya, yang di bagian belakang sebelah timur, kini menjadi Jogjakarta_Kassian Cephas (1845-1912)_c1896_KITLV 12582.tiff
halaman belakang hotel dengan badplaats juga, kolam renang
modern. Taman besar di sisi timur bagian depan menjadi gedung Gambar x: Sketsa Pesanggrahan Ambarwinangun, sekitar
hotel dan halaman depannya. Deretan ruangan (bijgebouwen) sisi 1890. Koleksi Leiden Universiteit, D E 50,18.
timur, juga telah menjadi bangunan menjadi hotel. Di sebelah File berwarna: Yogyakarta_Ambarwinagun
barat, yang hilang adalah dapur Jawa (Jav. keukens) dan dapur c1890_Plattegrond der vorstelijke badplaats te
Eropa (Eur. keukens) denngan sumur di antaranya, separoh Ambarwinangoen_D E 50,18.tiff
bangunan pelayanan (bijgebouwen) dan sumur, taman besar,
kandang kuda (stallen) dan lapangan di depannya. Di atas lahan Bangunan Pesanggrahan Ambarwinangun sekarang
semua itu kini berdiri pusat perbelanjaan itu, dari tepi utara digunakan sebagai Pondok Pemuda Ambarwinangun. Kolam
sampai tepi selatan. Hotel Ambarukmo Palace yang dibangun pada mandi sudah ditutup, tetapi beberapa bangunan, termasuk yang
tahun 1964 berusaha mengisi ruang kosong yang ada dan utama, dipugar, terawat baik dan digunakan. Pesanggrahan ini
mempertahankan sebagian besar ruang taman sebagai ruang dibangun pada masa HB VI, diselesaikan pada tahun 1855.
terbuka, bahkan yang di halaman belakang tetap sebagai taman Perbaikan dilakukan pada masa pemerintahan HB VII. Gedong
dan permandian, serta membangun tepat di tapak bangunan Papak yang semula kolam diubah menjadi 6 kamar mandi dan WC.
samping timur (yang dihancurkan). Ini suatu sikap modernisme Jalan menuju Dusun Tempuran dipindah dari barat ke utara. Pada
dalam mempertahankan tatanan ruang yang ada, meskipun tentu masa pemerintahan HB VIII air kolam yang tadinya diisi dari
saja menjadi sangat berbeda dengan bentuk dan ukuran Kedung Bayem diganti dari mata air yang ada di Dusun Tempuran
bangunan baru yang bertingkat banyak ke atas. Pusat menggunakan pipa-pipa besi. Di masa HB IX tempat ini masih
perbelanjaan Plaza Ambarrukmo—yang secara populer disingkat dipakai untuk rekreasi sampai masa pendudukan tentara Jepang,
Amplaz, bukan Plazam—diresmikan pada tahun 2013, yang menggunakan tempat ini untuk pusat latihan keibodan79 dan
menyediakan 45.000 m2 lantai perdagangan eceran. Gedung sainendan80.

78 Mungkin ini sebabnya Denys Lombard menganggap Ambarukmo 79 Unit Pertahanan Sipil atau Barisan Pembantu Polisi atau Laskar Penjaga
dibangun oleh HB VII. (Lombard, 1969: 139). Kemanan Rakyat.
80 “Barisan pemuda” yang dibentuk Jepang.

26
Salah satu bangunan, Gedung Pangeran (pada peta: Protestan pada 27 Desember 1860. Pada tahun 1877 dia
Logeerplaats voor Prinsen), sempat dipakai sebagai gudang obat- mengumumkan di edisi pertama koran pertama Yogyakarta,
obatan dan senjata tentara RI di masa perang kemerdekaan, Mataram, bahwa studionya di Jalan Loji Kecil Wetan84 di tepi Kali
tetapi kemudian dibakar oleh tentara RI agar tidak direbut Code terbuka untuk umum dari jam 07.30 hingga 11.00. Karya
Belanda. Setelah kemerdekaan, pesanggrahan digunakan oleh fotografi tertuanya yang dapat saya temukan berasal dari tahun
Pemerintah Kabupaten Bantul untuk berbagai keperluan. 1872, yaitu potret Isaäc Groneman, sahabat baik Cephas, dokter
Sekarang pesangrahan dipakai sebagai kantor Lembaga Cabang pribadi Sultan HB VI, penulis pengagum budaya serta arkeologi
Pendidikan Kader Pramuka ( Lemcadika ) Wiradarma, Graha Jawa. (Lihat Gambar X Isaäc Groneman, 1872) Claude Guillot
Satriya Bangsa Yogyakarta (tempat pelatihan Tae Kwon Do) dan menemukan 40 foto anggota keluarga Kesultanan Yogya sejak
Gedung Pondok Pemuda.81 tahun 1875 hingga 1910. Tahun 1875 Cephas resmi terdaftar
Kita mendapatkan dua foto dari Kassian Cephas dari tahun sebagai abdi-dalem, sebagai fotografer resmi
1895, koleksi Leiden Universiteit. Selain itu ada foto dari tahun kesultanan.85Tampaknya setidaknya sejak tahun 1872 itu
1910 dari depan kompleks dan sebuah gambar sketsa keseluruhan Groneman rutin ke studio Cephas untuk potret diri. Ada potret
kompleks dan sekitarnya. dirinya oleh Cephas pada tahun 1872, 1873, 1881, 1896 dan 1897.
Gambar X menampilkan bangunan sebagai proyeksi Cephas bekerjasama dengan Groneman melakukan arkeologi
aksonometrik di atas lahan datar. Desa, jalan dan sungai “amatir” dan menerbitkan foto-foto Tamansari, Candi
digambarkan dengan jelas, sehingga dengan mudah dapat Prambanan86 dan Borobudur. Ia pelopor penggunaan fotografi
dicocokkan di lapangan. Letak Pesanggrahan Ambarwinangun di untuk arkeologi.
sisi timur pertemuan (tempuran) sungai Kali Bedog dan Kali Bajem
(Bayem?) sesuai dengan anggapan bahwa tempat demikian itu Gambar X: Foto diri Isaäc Groneman oleh Kassian Cephas,
baik, disamping tentu saja adanya cukup air tersedia. Unsur lain 1872, salah satu foto tertua karya Cephas, sebelum ia menjadi
yang menarik adalah Kebun Mangga (Mangga tuin), panggung abdi-dalem fotografer resmi Kesultanan Yogyakarta pada tahun
musik yang beratap (Muziek tent), Taman Hijau (Groententuin), 1875. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 407124.
sebuah penndopo di atas tiang-tiang (Panggoeng), dan “Rumah File foto b/w: Isaäc Groneman, hofarts van de sultan van
Teh” (Theehuis). Panggoeng rupanya memberikan pandangan ke Jogjakarta en auteur_Cephas_1872_KITLV 407124.tiff
lembah ke arah selatan dan barat daya.
Gambar X: Foto Sultan Hamengkubuwana VII sekitar 1885
Gambar x: Foto dari depan (utara) Pesanggrahan oleh Kassian Cephas. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 20027.
Ambarwinangun, dari lapangan di seberang jalan (Groententuin File foto b/w: Hamengkoe Boewono VII, sultan van Jogjakarta,
pada Gambar X) in hofkleding c1885_Cephas_KITLV 20027.tiff
File foto b/w: Vorstelijke badplaats Ambarwinangoen te
Jogjakarta c1910_KITLV 87207.tiff Gambar X dan Gambar X: Foto Jalan Loji Kecil oleh Kassian
Cephas, sekitar tahun 1901. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV
Fotografer Kassian Céphas 103221 dan KITLV 12580.
File fot b/w: KITLV A780 - Lodjiketjil tussen Fort Vredeburg en
Kassian Céphas82, lahir pada 15 Februari 1844 dan wafat 16 de Tjodé te Jogjakarta_KITLV 103221.tiff
November 191283, adalah fotografer profesional pertama orang File foto b/w: Lodji ketjil te Jogjakarta c1901_KITLV
Jawa. Ia lahir dengan nama Kassian, anak dari pasangan 12580tiff.tiff
Kartodrono dan Minah, lalu diangkat anak oleh keluarga Adrianus
Schalk dan Eta Philippina Kreeft, orang Belanda protestan. Ia Foto Cephas mulai dikenal di luar Yogyakarta setelah foto-foto
mendapatkan nama Cephas sebagai nama baptis Kristen olehnya tentang Tamansari disebut oleh Groneman dalam artikel

81 Lihat situs Pemerintah Kabupaten Bantul: “loge” dan “logeren”. Karena pemadatan terus, mulai seperempat
https://pariwisata.bantulkab.go.id/berita/594-pesanggrahan- terakhir abad ke-19 sebagian yang lebih mampu pindah ke luar. Loji
ambarbinangun Besar dulu adalah permukiman Belanda di dalam benteng; Loji Kebon
82 Kadang ditulis juga Kasihan atau Kasiyan Céphas. adalah kediaman residen (Gedung Negara sekarang); Loji Kecil tempat
83 Guillot Claude, Un exemple d'assimilation à Java : le photographe tinggal warga Eropa.
Kassian Cephas (1844-1912), dalam Archipel, volume 22, 1981:61 dan 85 Guillot, 1981:66.

71. 86 Tjandi Parambanan op Midden-Java, na de ontgraving / door dr. I.

Groneman ; met lichtdrukken van Céphas, Leiden: E.J. Brill, 1893.


84 Loji Kecil Wetan (Sekarang Jalan Mayor Suryotomo) adalah dulu tepat
tinggal awal orang-orang Eropa. Kata loji berasal dari kata Belanda
27
Januari 1884 yang ditulis untuk Bataviaasch Genootschap van “Kemudian kami berjalan melalui ‘labirin’, jalan setapak mengikuti
Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Batavia untuk Seni dan bebatuan, di antara pepohonan dan menyeberangi jembatan-jembatan
Ilmu Pengetahuan). Ia meninggalkan 164 foto bagian alas Candi kecil, hingga sampai pada sebuah bukit kecil yang di atasnya dibangun
Borobudur yang dipotretnya pada tahun 1890-1891. Sejumlah sebuah rumah mungil, suatu tempat istirahat yang terasing dari semua
160 dari semuanya adalah foto relief. Sisanya adalah keseluruhan “desas-desus keraton”; Berlage, 1931:92
Borobudur. Sehubungan dengan ketersediaan teknis waktu itu,
menggunakan dry plate gelatin, setiap foto memerlukan waktu Dengan catatan di atas, Berlage, yang mengunjungi Keraton
setengah jam. Dia melakukan sekitar 300 pemotretan, yang Kasunanan Surakarta pada tanggal 20 April 1923, telah sampai di
berarti total 150 jam. Cephas dibayar 10 gulden per lembar foto. Taman Argapura dan melihat bangunan yang sekarang masih ada
Jadi, dia memperoleh total 3000 gulden, sepertiga dari total di seberang Kedaton Kilen (Kulon) di dalam kompleks Keraton
anggaran 9.000 gulden yang disediakan pemerintah waktu itu.87 Kasunanan Surakarta. G.P.H Djatikusuma, salah satu putra
Pakubuwana X, menyebut bahwa ayahnya membangun Taman
Seni Penataan Masjid Argapura “di antara Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon”. Arga
berarti gunung, pura berarti istana (tidak seperti di Bali yang
Kesenian taman di Yogyakarta dengan bentuk analogis berarti tempat ibadah). Ia juga menggambarkan adanya sebuah
gunungan dan segaran, tidak terbatas di dalam lingkungan khusus gua dan kolam kecil (belik). Pangeran Dipakusuma, salah satu
taman. Kesenian ini misalnya mewujud juga pada Masjid Raya saudara Pakubuwana XI mengatakan di “gunung” ini ditanam
Yogyakarta, (Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kauman) yang pohon salam (Syzygium polyanthum) dan jati (Tectona grandis)
didirikan pada 29 Mei 1773. Masjid beratap meru ini dulu untuk mengingatkan akan hutan pegunungan.88
dikelilingi oleh kolam yang pada awalnya berfungsi untuk air
wudu. Empat Masjid Patok Negara, yaitu masjid yang dibangun di Gambar x: Peta Keraton Kasunanan Surakarta, 1919, oleh G. P.
batas kota Yogyakarta masih di masa Hamengkubuwono I, Rouffaer untuk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
menurut tradisi juga dikelilingi air. Sayangnya hanya satu dari Wetenschappen. No. 64 Baleretna. No.70 dan 71 Argapeni dan
mereka yang maih memiliki jejak kolam air ini. Argapura. Keduanya kini berada di seberang (timur) Kedaton Kilen
(no.117). No 97 adalah Taman Sari Bandengan, dengan Kolam
Bandengan dan Pulo Bandengan di tengahnya.

File monokrom dijadikan b/w: Plattegrond van de kraton te


Soerakarta 1919_GP Rouffaer_Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen_D E 48,14.tiff
Atau
Surakarta_Peta Keraton_Rouffaer, G.P. (1860-1928)
Situatieschets van de Kraton van Soerakarta tijdens een z.g.n.
Gambar 1 Masjid Patok Negara Yogyakarta. 'Rampog Macan' ca1850 D E 48,13.jpg
Sumber:
Keempat masjid itu adalah Masjid Sulthani Plasakuning di
https://www.kratonjogja.id/upload/ima Selain Argapura, di dalam Keraton Kasunanan Surakarta
Plasakuning di utara, Masjid Jami’ Ad-Darajat di Babadan di timur terdapat juga taman air dengan balekambang yang relatif kecil,
(agak ke tenggara), Masjid Nurul Huda di Dongkelan di Selatan yaitu Taman Sari Bandengan. Letaknya di sebelah barat laut
dan Masjid Jami’ An-nur di Mlangi di barat, agak ke barat laut. Kini Taman Argapeni, di utara Kedaton Kilen.
hanya Masjid yang di utara yang masih tersisa jelas kolam Taman-taman ini tidak terbuka untuk umum karena berada di
kelilingnya, meskipun tinggal yang di sisi depan, serta separoh dalam bagian pribadi keraton Surakarta. Namun, sekarang dengan
bagian depan pada sisi utara dan selatan. (Lihat Bab Masjid) Google Earth kita dapat jelas melihat taman ini dan sekelilingnya.
Sebuah buku89 yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh Keraton
Taman-taman di Dalam Keraton Kasunanan Surakarta Surakarta sendiri telah mengungkapkan keberadaannya.
Balekambang di taman ini dipercayai sebagai tempat para putera

87 Tentang Kassian Cephas selengkapnya lihat Guillot Claude, Un exemple 88 Ahmad, 2010: 187.
d'assimilation à Java : le photographe Kassian Cephas (1844-1912), 89 Heins, Marleen, editor, Karaton Surakarta; Surakarta: Yayasan Pawiyatan
dalam Archipel, volume 22, 1981: 55-73 dan Gerrit Knaap, Cephas, Kebudayaan Karaton Surakarta, 2004.
Yogyakarta: Photography in the Service of the Sultan, Leiden: KITLV
Press, 1999.
28
puteri raja menerima penggembelengan. Namun, ia juga
berfungsi sebagai masjid pribadi. Intinya, ini adalah tempat Semakin lama gadis dan jejaka itu berjalan semakin dekat Sriwedari.
penggembelengan spiritual. Tetapi semakin dekat, dia tidak senang berjalan. Karena orang-orang
yang jalan menuju ke Sriwedari semakin berdesak-desakan. Maka dari
itu Raden Ajeng dan Hidjo lalu naik kereta untuk melanjutkan
Taman-taman Umum Surakarta
perjalanannya ke Sriwedari, supaya cepat sampai dan tidak berdesak-
desakan dengan banyak orang.
Di awal abad ke-20, kesadaran modern membuat baik Sunan
Sri Susuhunan Pakubuwana IX (memerintah 1861-1893)90, Di depan Sriwedari, orang-orang yang hendak membeli karcis masuk
Pakubuwana X (1893-1939)91 maupun Adipati Mangkunegaran VI sudah beribu-ribu. Meskipun begitu Raden Hidjo bisa mendapatkan
(1896-1916)92 dan Mangkunegara VII (1916-1944)93 membangun karcis terlebih dahulu. Karena ditolong oppas (penjaga) yang bertugas
kota Solo sebagai kota, bukan hanya sebagai pusat negara. di keramaian itu.
Termasuk di dalam program pembangunan itu beberapa institusi
modern seperti taman di luar tembok istana-istana mereka. Terangnya lampu-lampu listrik di Kebon Raja laksana terangnya
Bukan kebetulan bahwa masa pemerintahan Pakubuwana IX matahari. Lebih-lebih penerangan malam itu dibantu beberapa sinar
disebut Jaman Edan oleh Ranggawarsita, sedangkan Pakubuwana berlian yang dipakai oleh para bangsawan dan saudagar. Pun pula
subang-nya Raden Ajeng Biroe yang harganya f.2000 turut menerangi
IX sendiri disebut juga oleh rakyatnya Sinuhun Bangun Kedaton,
Sriwedari. Tidak salah lagi pada waktu itu di Kebon Raja dapat
karena program pembaharuan kompleks kedaton yang
dikatakan ada lomba terang-terangan cahaya antara lampu-lampu
dilancarkannya. Edan dalam pengertian Ranggawarsita bukanlah listrik. dengan berlian-berlian yang menambah elok pemakainya. Baju
sakit jiwa atau gila, melainkan dapat kita pahami sekarang sebagai sutra kuning Raden Ajeng Biroe tampak berkilauan diterpa sinar
“galau modernitas” oleh karena hiruk pikuk pembangunan dan lampu. Selendang sutra yang teramat kuning yang menghiasi leher
perubahan dengan kekayaan material yang besar sejak memasuki Raden Ajeng Biroe berkibar-kibar laksana bendera gula klapa yang
seperempat tearkhir abad ke-19 karena inustri perkebunan kopi, dipasang di panggung Hingkang Sinuhun. Selop model baru yang
gula, tembakau, indigo dan lain-lain. dipakai di kaki Raden Ajeng yang juga kuning menambah keelokan
Kebon Raja pada malam itu.
Taman Sri Wedari
Orang-orang yang ada di situ sudah berkumpul sesuai dengan selera
masing-masing. Ada yang melihat wayang orang, ada yang melihat
Gambar x: Foto keadaan di dalam Taman Sri Wedari antara
bioscoop dan ada yang duduk-duduk di restoran sambil omong-
tahun 1908-1930. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 1405585.
omongan satu dengan yang lainnya.
File foto b/w: Surakarta_Stadstuin Sriwedari 1908-
30_KITLV1405585.tiff Tidak berapa lama kedua muda-mudi itu sudah membayar limun yang
diminumnya, lalu meninggalkan tempat itu dan masuk melihat
Kutipan dari Mas Marco Kartodikromo, Student Hidjo, cerita wayang orang.
bersambung di Sinar Hindia, 191894:
Di panggung wayang orang itu, bagi Raden Ajeng dan Hidjo, sungguh
Bab II: Raden Hidjo bertemu dengan Raden Ajeng Biroe terasa seakan tak ada celanya. Karena di situ mereka bisa melihat
beraneka macam pelajaran yaitu waktu Janoko berada di Surga
Pada suatu sore di Kota Solo, awan-gemawan bersinar terang Bandang dengan beberapa orang bidadari. Kalau Janoko ada
sehingga membuat masyarakat kota itu menjadi amat bahagia. Lebih- bidadari-bidadari itu berkata yang aneh-aneh, Raden Ajeng tidak lupa
lebih pada malam harinya di Sriwedari akan ada keramaian di Solo, melihat wajah Raden Hidjo, seakan-akan hendak ditirunya kelak jika
bila sudah tanggal 25 puasa, di Sriwedari tentu ada keramaian yang ada waktu yang pas buat mereka itu.
diselenggarakan oleh Kerajaan Kasunanan). Sudah barang tentu,
pada saat itu, di jalan-jalan banyak orang yang berpakaian bagus- Setelah mereka melihat wayang orang kira-kira dua jam lamanya, lalu
bagus akan datang ke Sriwedari. Bom pertama di Sriwedari sudah pulang. Mereka juga (merasa) tidak perlu melihat-lihat aneka
berbunyi. Tandanya bahwa di Sriwedari malam itu, ada keramaian. permainan yang memang pada waktu itu masing ramai-ramainya di
Orang-orang di dalam kota yang mendengar suara bom itu bersorak Sriwedari.
kegirangan. Sebab mereka akan bisa melihat keramaian di Sriwedari.
Bab XV: Famili Regent Djarak Datang ke Solo

90 Lahir 22 Desember 1830. 94 Diterbitkan sebagai buku pada 1919 oleh Masman & Stroink. Kutipan
91 Lahir 29 November 1866. dari versi Penerbit Narasi, 2015.
92 Lahir 1 Maret 1867.

93 Lahir 12 November 1885.

29
bisa dengan mudah masuk ke vergadering. Panggung tempat bestuur
Sarekat Islam, dihias indah sekali. Bendera-bendera Jawa, Turki dan
Surat Biroe ke R.A. Woengoe Belanada, juga dipasang di situ. Orang-orang yang menjaga
minuman, seperti limun dan air Belanda, sedang ribut melayani orang-
Mejuffrow R.A. Woengoe orang yang memintanya.
p/a Regent
Djarak Pukul delapan, kongres dibuka. Pada saat itu bestuur S.I. mulai
voordracht bergantian. Tidak selang berapa lama Biroe, Woengoe,
Beste Zus Prajogo dan Wardojo mendengar voordracht bestuur S.I., lalu mereka
iseng-iseng melihat-lihat binatang buas yang ada di Taman Sriwedari.
Barangkali kamoe telah mendengar kabar bahwa di dalam bulan R.A. Woengoe yang baru pertama kali melihat suasana Sriwedari,
Maret 3 ini (1913) di Solo akan diadakan kongres (vergadering besar) merasa heran. Sebab selama hidupnya baru pertama kali melihat
dari perhimpoenan Sarekat Islam. Ini waktoe, orang-orang di Solo harimau, gajah, ular besar-besar, dan binatang-binatang lain.
soedah ramai-ramai membitjarakan itoe vergadering jang akan
datang. Tentoe Broer Wardojo bisa tahoe terang hal ini di soerat- Sesudah pukul satu siang, orang-orang yang ada di Sriwedari,
soerat kabar. sebagian kecil sudah pulang. Semakin lama bertambah banyak orang
yang meninggalkan Sriwedari. Juga banyak orang yang sudah capek
Dari itoe dengan sangat pengharapan saja, soepaja kamoe, soeka mendengarkan voordracht lalu mereka sama-sama melihat indahnya
datang di Solo boeat melihat itoe kongres Sarikat Islam di Sriwedari. Kebun Raja itu.
Di sini kita orang tidak tjoema bisa melihat vergadering sadja, djoega
di Sriwedari kita bisa melihat binatang-binatang jang bagoes-bagoes PB X membangun Taman Sriwedari di Jalan Slamet Riyadi,
barangkali Broer Wardjojo soedah pernah melihat itoe kebagoesannja Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan sekarang. Setiap tahun
Sriwedari. diselenggarakan hiburan rakyat di sini pada Malam Selikuran.
Karena itulah taman ini dikenal juga dengan nama Taman Hiburan
Soenggoeh kita orang mengharap kedatanganmoe semoea di Solo.
Rakyat (THR). PB X membeli tanah ini dari seorang Belanda pada
Groeten van huis tot huis.
tahun 1877. Luas semula taman ini yang dibatasi jalan pada
Biroe keempat sisinya, mencapai 11,2 ha. Di dalam taman ini tedapat
Kolam Segaran Sriwedari dan di tengahnya sebuah “pulau”
---- bernama Taman Kapujanggan. Kolam ini terletak di sudut tenggara
keseluruhan blok stadtuin (Taman Kota) Sri Wedari, tepat di
Pukul tujuh pagi, hari Minggu, beribu-ribu orang sudah sama-sama belakang (selatan) Museum Radya Pustaka95, yang disebut juga
masuk di Sriwedari. Commissaris politik dan seluruh pegawainya Museum Sri Wedari. Di dalam kompleks ini kini terdapat juga
sudah siap menjaga tempat itu yang kebetulan ditempati kongres S.I. Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari, Stadion Sriwedari yang
Pun pula serdadu yang ada di benteng yang didatangkan dari sejak 4 Agustus 2003 menjadi Stadion R. Maladi96 .
Magelang untuk menjaga perkumpulan itu, sudah siap sedia kalau di
Pada sekitar tahun 1923, masih ada gajah di Taman Sri Wedari,
dalam kongres itu ada kerusuhan. Sepanjang jalan di kota Solo, penuh
pada foto KITLV 45775 berjudul Kleine olifant in stadspark Sri
dengan orang-orang yang akan datang di Sriwedari, untuk melihat
vergedering itu. Pada waktu itu, seolah-olah semua orang Hindia
Wedari te Soerakarta. Surat Biroe dalam cerita Student Hidjo di
sudah bersatu hati dan bersama-sama menuju ke tempat yang atas menyebut “djoega di Sriwedari kita bisa melihat binatang-
berperikemanusiaan. binatang jang bagoes-bagoes barangkali Broer Wardjojo soedah
pernah melihat itoe kebagoesannja Sriwedari”.
Sewaktu R.A. Woengoe, Biroe, Wardojo, dan Prajogo sampai di Kolam air maupun pulaunya berbentuk organik, tidak
Sriwedari, pada saat itu sudah ada orang kurang lebih tiga puluh ribu. geometris, juga tidak simteris. Pulau itu, Taman Kapujangan,
Meski di pintu Sriwedari tersebut terdapat beribu-ribu orang yang terletak lebih dekat ke tepian utara kolam. Tampaknya ada
berdesak-desakan, tetapi empat orang muda lelaki perempuan itu pertimbangan teknis, untuk memendekkan jembatan yang

95 Museum Paheman Radya Pustaka didirikan pada 28 Oktober 1890 oleh Dalem Taman Sriwedari dalah Kebone Kewan lan Museum) (Susanto, 2
K.R.A Sasradiningrat IV, seorang patih kasunanan di masa PB IX, Mei 2021, diskusi daring).
museum tertua setelah milik Bataviaasch Genootschap yang didirikan 96 Lahir di Surakarta 30 Agustus 1912, meninggal di Jakarta 30 April 2001.

pada 1778. Tempat awalnya di dalam kompleks Dalem Kepatihan. Baru Direktur RRI yang pertama, lalu Dirjen Radio dan Televisi, Ketua Umum
pada 1913 pindah ke Gedung Kadipolo sekarang, yang sudah berdiri PSSI, 1950-1959, Menteri Penerangan RI, 1959-1962, Menteri Negara
ketika PB X membelinya pada tahun 1877 bersama dengan keseluruhan Pemuda dan Olahraga, 1964-1966. Pencipta lagi keroncong Di bawah
lahan Taman Sri Wedari. Rijksblad van Soerakarta 1917 No. 13 tentang Sinar Bulan Purnama dan Nyiur Hijau.
Stadstuin en Museum menyebut keduanya milik keraton (Kagungan
30
diperlukan untuk mencapai pulau tersebut. Sebuah jembatan Peta tahun 1927 juga menunjukkan air dialirkan dari tempuran
dibangun di sisi timur lautnya. dua kali kecil di utara yang memuara ke Kali Pepe di timur laut.
Adanya sumber air ini pasti menjadi pertimbangan utama
Taman Ujung Putri di dalam Pura Mangkunegaran pemilihan tempat ini.
Dari tenggara pengunjung akan melewati dulu Patinah Bos
Di dalam Pura Mangkunegaran ada taman yang agak besar di sebelum mencapai Partini Tuin dengan kolam segaran itu. Di masa
halaman paling belakang atau utara, dan menyambung ke barat, Mangkunegara VII keseluruhan taman tidak terbuka untuk umum,
berbatasan langsung dengan tembok luar. Ini berbeda dari taman dan hanya digunakan oleh keluarga Mangkunegaran. Taman baru
pengisi natar-natar di sekeliling bangunan utama, termasuk yang dibuka untuk umum oleh Mangkunegara VIII, saudara laki-laki
di depan paviliun segi delapan di sudut barat daya. Partini dan Partinah. Berbagai kesenian pertunjukan kemudian
Taman ini kemungkinan dibangun pada masa Mangkunegara digelas di dalam taman ini, terutama sekali ketoprak yang sangat
IV berkuasa, 1853-1881, karena kita mendapatkan fotonya dari populer di masa itu. Keseluruhan taman kini dianggap memiliki
tahun sekitar 1870-1880 dalam keadaan yang kelihatannya baru luas 9,8 ha, dengan kemungkinan jauh lebih luas di masa lalu
selesai. Bergaya sangat barat, taman ini tanpa simbolisasi ketika didirikan, mungkin 17,2 ha lebih, dengan mencakup bagian-
gunungan maupun segaran, juga tanpa geometri sumbu yang bagian di tepi jalan jalan Menteri Supeno, RM Said dan Depok,
kuat. yang sekarang telah diduduki berbagai bangunan. Dibangun pada
Gambar X: Foto Taman Ujung Putri di halaman belakang (utara tahun 1921, taman ini berbatasan dengan ketika itu lapangan
dan barat bagian utara) Pura Mangkunegara, sekitar 1870-1880. pacuan kuda, yang kini menjadi kompleks olahraga Stadion
Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 113989. Manahan, di selatannya. Ini di masa lalu adalah suatu kawasan
File foto b/w: Solo_Taman Ujung Putri 1870-80_Taman MN berpenduduk Eropa.Partini Tuin dan Partinah Bos menampakkan
IV_KITLV113989.tiff pemaduan gagasan Eropa dan Jawa yang tidak mudah.
Gambar x: Foto Taman Ujung Putri di halaman belakang
(utara) Pura Mangkunegaran, sekitar 1870-1880; dari timur Runtuhnya Geometri, Simetri dan Tembok
melihat ke barat. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 27349.
File foto b/w: Tuin van Mangkoe Nagoro IV te Luas Taman Sriwedari oleh Pakubuawana X dan Taman
Soerakarta_1870-80_KITLV 27349.tiff Balekambang oleh Mangkunegara VII memiliki luas yang tidak
sangat berbeda dengan Taman Sari Yogyakarta. Namun, tampak
perbedaan menyolok pada pengrawitan rekayasa teknik dan
Partini Tuin dan Partinah Bos. jumlah bangunan, yang di Di Taman Sari sangat padat,
dibandingkan dengan luasnya. Yang menghilang adalah juga
Mangkunegara VII belakangan membuat taman untuk kedua geometri dan simetri.
putrinya, GRAy Partini dan GRAy Partinah di kawasan Manahan, di Bersamaan dengan itu, perubahan mendasar lainnya adalah
sebelah utara Stadion Manahan sekarang. Dari sudut barat laut bahwa pada taman-taman perempat terakhir abad ke-19 dan awal
Pura Mangkunegaran, Jalan R. Moh. Said kini lurus menuju ke abad ke-20 di Surakarta ini, juga tidak ada lagi tembok-tembok
tengah taman ini di arah barat laut. Sekarang masyarakat pembagi taman menjadi bagian-bagian yang tidak tembus
mengenal taman ini dengan nama “Taman Balekambang”, sebab pandang satu terhadap yang lainnya. Tidak ada lagi lorong-lorong
di sana terdapat sebuah kolam persegi panjang 60m x 100 m labirin. Tidak ada lagi gerbang dari satu bagian ke bagian lain.
dengan sebuah bangunan “balekambang” yang tidak tepat di Tatanan yang bertembok-tembok pembagi itu, yang mungkin
tengah kolam, melainkan lebih dekat ke sisi barat. Bagaimanapun, sudah dimulai sejak di Trowulan, Majapahit, diteruskan oleh
kolam dan balekambangnya tampaknya pernah berbentuk Keraton Pakungwati di Cirebon, lalu Kota Gede, kemudian
geometris, persegi panjang. Pada peta 1927, di sebelah barat keraton-keraton Surakarta maupun Yogyakarta hingga Taman
bagian utaranya ada kolam kecil dan keterangan Tirtojoso Sari, tidak lagi didirikan. Seluruh taman menjadi suatu bentangan
Badplaats (kolam renang Tirtoyoso). Mangkunegara VII menyebut terbuka.
bagian berkolam ini sebagai Taman Partini (Partini Tuin),
sedangkan bagian yang lebih dekat ke pintu masuk, disebut Hutan Pesanggrahan Pracimoharjo Kasunanan Surakarta
Partinah (Partinah Bos). Bagian depan ini disebut bos, karena
ditanami pohon-pohon besar dengan pola yang lebih liar tidak Bagaimana dengan pesanggrahan-pesanggrahan? Apakah
beraturan. Tampak di sini, suatu gagasan tentang kebun, bahkan para sunan Surakarta juga mempunyai kebiasaan membangun
kebun raya, dengan mengkoleksi beberapa tanaman langka pesanggrahan-pesanggrahan seperti saudaranya di Yogyakarta?
seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang dan apel coklat.

31
Gambar X: Halaman dan beranda belakang pesanggrahan Pasir pada pelataran-pelataran keraton Surakarta berasal dari
kasunanan Surakarta di Cepogo, Boyolali. Foto tahun 1928, Koleksi pantai selatan, berwarna aby-abu gelap. Pada keraton Yogyakarta
Leiden Universiteit KITLV 11554. digunakan pasir dari Gunung Merapi, berwarna lebih terang.98
File foto b/w (crop agar lurus horisontal): KITLV A28 -
Achtergalerij van het buitenverblijf Pratjimohardjo van de Sebaran bangunan-bangunan di antara pelataran-pelataran
soesoehoenan van Soerakarta te Tjepogo ten westen van Bojolali itu sering terasa berantakan tidak teratur oleh pengunjung-
1928_KITLV 11554.tiff pengamat dengan tolok ukur tradisi bukan Jawa, termasuk
Berlage yang mengunjungi keraton Kasunanan Surkarta pada
Gambar X: Pesanggrahan Pracimoharjo Kasunanan Surakarta tahun 1923, dan menuliskan kesannya yang terbit pada tahun
di Paras, Boyolali. Di lihat dari depan (timur), dari Lapangan Paras. 1931.
File foto b/w: Paras, lustverblijf van de soesoehoenan van Suasana keseluruhan adalah senyap dan menahan diri, orang
Soerakarta Pakoe Boewono X op de Merapi_Paras_c1925_KITLV merasa wajib bergerak perlahan dan berbicara dengan suara kecil.
78109.tiff Dominasi pohon bukanlah karena orang Jawa tak mampu
membangun lebih tinggi. Candi-candi dibangun sangat tinggi.
Sebuah foto dari tahun 1928 menunjukkan adanya suatu (Lihat Bab Candi) Kadang-kadang mereka juga membangun
buitenverblijf atau lustverblijf bernama Pesanggrahan menara, misalnya Menara Panggung Sangga Buwana di
Pracimoharjo milik Susuhunan Surakarta di Cepogo, 7 kilometer ke Keraton Kasunanan Surakarta. Bangunan di Pulo Kenanga juga
arah barat Boyolali, mendaki lereng Merapi-Merbabu. Namun, cukup tinggi, karena dibangun di atas “pulau” yang sudah
kita tidak memiliki keterangan tentang adanya taman atau ditinggikan. Pertukangan kayu Jawa mampu membuat konstruksi
permandian di pesanggrahan ini. Cepogo ada di lereng gunung- atap yang sangat tinggi dengan canggih. Orang Jawa ingin dekat
gunung Merbabu-Merapi pada ketinggian kurang lebih 771 mdpl, ke bumi, tanah. Pohon-pohon yang teratur letaknya, beralasan
sekitar 7 kilometer dari Boyolali. Sekarang masih ada sisa pasir yang bersih dan rata, bukan lagi hutan liar, melainkan
bangunan pendopo di sini, di sisi barat Jalan Ismoyo, di barat keteduhan dan kekokohan yang menenangkan. Suasana ini
Lapangan Paras yang menyerupai semacam alun-alun “kecil”, dtampil dengan baik pada fotografi Kassian Cephas. Bila
100m x 150m, di hadapan pendopo yang terletak di atas lahan dibandingkan dengan foto pelataran di depan kediaman dan
yang 10 m lebih tinggi daripada alun-alun ini. Paras adalah nama kantor Sultan Yogya karya Jean Demmeni, tampak Cephas
desa di situ. Sebuah gerbang besar terdapat di depan jaan masuk. memotret pohon dan dedaunanna, serta pelataran di depan dan
Pendopo menghadap ke timur, ke alun-alun Lapangan Paras. sekeliling bangunan menguasai ruang, sedemikian rupa jelasnya,
17 anak tangga tersusun di sepanjang halaman depan dan sehingga berakibat overexposure pada bagian atas dan atas
sampingnya—mungkin total panjangnya 50an meter—ke jalan bangunan.
masuk di bawahnya.
Gambar X: Halaman di depan kediaman dan kantor Sultan
Pekarangan Jawa Yogya, Gedung Kuning, foto oleh Kassian Cephas, sekitar 1895.
Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 4162.
Seni pertamanan Jawa dalam arti luas harus juga dilihat pada Gedong Koening, woning van de sultan in de kraton te
tatanan pekarangan. Di dalam keraton taman senantiasa di Jogjakarta c1895_KITLV 4162.tiff
halaman dalam atau belakang istana, bersifat pribadi dan tertutup Gambar X: Halaman di antara tempat tinggal dan kantor Sultan
terhadap dunia luar. Pekarangan depan yang bersifat umum atau Yogya, Gedung Jene Purwaretna karya Jean Demmeni, 1911.
setengah-terbuka, terdiri dari pohon-pohon yang besar dan Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 37359.
rindang, beralasan “segaran” pasir. Bangunan-bangun seolah File foto b/w: Yogya Tempat Tinggal Sultan_Gedung
tersebar di dalam bentang alam pasir, di antara pohon-pohon Jene_Purwaretna_De binnenplaats van de kraton te Jogjakarta_by
yang besar, tidak ada tinggi bangunan yang melebih tinggi pohon. Jean Demmeni 1911_KITLV37359.tiff
Apabila di alun-alun ditanam pohon beringin di tengah dan di Gambar X: Foto pekarangan di depan kediaman Sultan
sekelilingnya, di pelataran-pelataran di dalam keraton ditanam Yogyakarta dan sekitarnya, oleh Kassian Cephas, sekitar 1896.
pohon-pohon Sawo Kecik (Manikara kauki), Nagasari (Mesua Koleksi Leiden Universiteit KITLV 12569.
ferrea), Gayam (Schima spp.), Kepel (Burahol kepel), Jambu File foto b/w: De kraton te Jogjakarta c1896_Cephas_KITLV
Darsana (Eugenia spp.) dan lain-lain yang masing-masingnya 12569.tiff
memiliki makna tersendiri.97 Gambar X: Foto karya Kassian Cephas, halaman dalam keraton
Yogyakarta, sekitar 1896. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 5903.

97 Ahmad, 2010:179. 98 Ahmad, 2010: 181.


32
File foto karya Kassian Cephas b/w: Binnenplein van de kraton (primbon), yang membagi sifat pekarangan menurut hadapan dan
te Jogjakarta c1896_KITLV 5903tiff.tiff kemiringannya, serta letaknya terhadap gunung-gunung di sekitar.
Ahmad (2010) mengutip Primbon Betaljemur Adammakna yang
Pada foto kediaman residen Yogya, kini Gedung Negara ditulis oleh seorang pangeran dari kawasan pesiri, Harya
Yogyakarta di Jalan Maliboro, tampak Cephas juga ingin Cakraningrat, pada abad ke-16., mengatakan ada 12 jenis lahan:
menampilkan keseluruhan tinggi pohon di halamannya. Lihat juga Gambar X1-12: Sketsa 12 Jenis Lahan. Sumber: Ahmad, 2010:70-
foto Alun-alun Utara Yogya yang diambilnya pada tahun 1890, 72. Berdasarkan masing-masing jenis lahan ini, ditentukan di mana
yang menampilkan pohon-pohon sebagai tokoh utamanya, letak rumah dan halaman, kemana pintu masuk rumah harus
dengan ruangan alun-alun di depan dan belakang yang di kaki menghadap, di mana letak pintu masuk kepekarangan,serta di
pohon-pohon itu. Gambar X: Foto Alun-alun Utara Keraton mana letak sumur. Bahasa yang digunakan mungkin terdengar
Yogyakarta oleh Kassian Cephas, sekitar tahun 1890; dari sudut tidak masuk akal, tetapi jelas ada hubungan antara letak dan
barat daya keraton melihat ke timur. Koleksi Leiden Universiteit, kemiringan lahan dengan aliran angin dan air, yang sangat
KITLV 4489). menentukan kenyaman menghuni ruang tropis.
)
Taman Pura Lingsar, Lombok
Gambar X: Foto kediaman residen Yogya oleh Kassian Cephas,
sekitar 1901. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 103218. Gambar X: Sketsa Denah Pura Lingsar.
File foto b/w: Kediaman Residen Yogya oleh Cephas File b/w: …(Gambar oleh Raihan)
c1901_KITLV 103218.tiff
Gambar X: Pura Lingsar di Lombok, sekitar 1920;
Kesederhanaan dan kekosongan pekarangan Jawa, dalam hal pemandangan dari jaba tengah, melihat ke pintu masuk ke jero.
ini pelataran-pelataran di dalam kompleks keraton Kasunanan Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 29314.
Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta, bukanlah kekurangan File foto b/w: Cakranegara_Pura Lingsar
imajinasi seperti yang membuncah pada taman-taman di c1920_KITLV29314.tiff
“belakang” istana, melainkan suatu rancangan yang dimaksudkan
untuk merasakan kekosongan, penahanan diri, menemukan diri di Gambar X: Foto gerbang jero Pura Lingsar, Lombok, dilihat dari
dalam kesadaran, bukan di dunia material di luar. luar (barat), 1894, kemungkinan besar diambil pada saat serangan
Untuk menjelaskan, Jusna Joesoef Ahmad mengutip serat Belanda. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 76691.
Cabolek yang ditulis Yasadipura I di dalam masa kekuasaan File foto b/w: Cakaranegara_Gerbang Pura Cakranegara
Pakubuwana III (1749-1788), yang menggambarkan suatu ruang Lingsar CJ Neeb di buku Cool_1894_KITLV76691 .tiff
kosong tempat Bima (Werkudara atau Sang Sena) sebelum
berjumpa Dewa Ruci, gurunya. Apa yang dilihat Bima? Gambar X: Foto suasana jero Pura Lingsar di Lombok, sekitar
Jarak yang sangat besar,/tidak ada yang terlihat. tahun 1920. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 29324
Saya berjalan di dalam ruang kosong/kosong dan sangat File foto b/w: Pura Lingsar Lombok oleh Christian c1920_KITLV
luas/Kemanpun saya melihat/Saya tidak bisa membedakan utara dari 29324 .tiff
selatan/tidak bisa tahu timur dan barat;/tidak punya kesadaran,/dan Atau:
sangat bingung.
File foto b/w: Pura Lingsar oleh Christian c1920_KITLV
142105.tiff
Namun, Dewa Ruci berkata, “Jangan biarkan hatimu takut.”
Menurut tim penelitian Departemen Pendidikan dan
Dan seketika ia mendapatkan dirinya berhadapan dengan Dewa
Kebudayaan tahun 1977-78, Pura Lingsar dibangun pada tahun
Ruci.
1878 oleh A.A. Made Karangasem.100
Bima menatap orang suci tersebut/yang bersinar dalam
Namun, pada lokasi bersebelahan dengan Taman Pura Lingsar
cahaya,/dan dia tahu mana utara mana selatan/dan dapat
membedakan timur dan barat./Begitu juga bawah dan atas/ tampak
terdapat mata air yang sudah dikeramatkan sebelumnya oleh
kepadanya/dan dia melihat matahari./Hatinya menjadi tenang, penduduk Sasak. Lingsar berarti semburan air. Hingga sekarang
karena orang suci itu kini dapat dilihatnya/dalam dunia yang ada dua sumur dangkal di titik mata air ini, yang dikeramatkan
sebaliknya.99 sebagai sumber utama, dan menjadi tempat upacara tertentu.
Sumur ini disebut Kemaliq. Di sebelah kemaliq terdapat balai
Untuk meletakkan bangunan, terutama hunian tempat untuk sembahyang, dengan altar yang disebut petaulan. Orang
menetap, di dalam pekarangan, orang Jawa memiliki panduan

99 Ahmad, 2010:178-9. 100 Kartadarmadja, 1978: 132.


33
Bali sendiri menamakan mata air Kemaliq ini “peganggan”, File foto warna (dijadikan hitam putih): Lingsar, pemandangan
merujuk ke Sungai Gangga, India.101 dari pelataran Sumur Kemaliq ke Jaba Tengah dan Jero 26 Agustus
Jadi orang Bali menemukan tempat dengan sumber air pada 2019 oleh M Kusumawijaya.JPG
Sesar Rinjani ini belakangan. Keterangan pada pintu masuk Di sisi utara Kolam Besar terdapat beberapa kolam kecil untuk
menyebutkan “Lingsar berada pada zona akuifer dengan permandian perempuan; sedang di sisi timur untuk laki-laki.
produktivitas tinggi dengan aliran melalui celahan dan pori batuan Menurut keterangan di pintu masuk, Pura Lingsar dibangun
sehingga banyak muncul mata air.” Lahannya menurun dari depan pada tahun 1714 oleh Anak Agung Ngurah Karang Asem.
ke lembah di belakang (selatan). Sebuah kolam besar merupakan Menurut laporan Cool (1897) di Lingsar ini ada tempat
kejutan menyenangkan di bagian belakang ini, yang tidak tampak kediaman Anak Agung Made. Namun tidak ditemukan gambaran
sebelum kita cukup dekat kepadanya, setelah melewati halaman lebih lanjut maupun peninggalan yang dapat dikenali. Cool hanya
pertama (jabo) kompleks pura ini. Dari halaman depan orang menyatakan bahwa kehadiran Anak Agung Made terasa pada
harus berjalan cukup jauh, sekitar 130 meter, sebelum dapat pandangan pertama, yaitu bahwa Pura Lingsar ini “dalam semua
melihat dan turun ke pelataran, yang lebih rendah sekitar dua hal, lebih terawat dibandingkan dengan semua kediaman
meter, di tepi kolam. Kolam ini berbentuk memanjang pada arah kerajaan.”103 Namun, Cool juga mengatakan bahwa jalan ke
timur-barat, dengan sisi utara sedikit melengkung. mungkin tempat ini tidak sebaik yang ke Narmada, dan “ada banyak rumput
mengikuti garis kontur, berukuran kurang lebih lebar 30m pada liar di taman-taman, dan tepian kolam dalam keadaan rusak”.104
kedua ujung dan panjang 180 m. Sekarang Sumur Kemaliq, bangunan-bangunan di dalam jero atau
Di depan Pura Lingsar, di samping pintu masuk kini ada tanda gaduh serta tembok kelilingnya, taman di tepi kolam besar, dan
yang menyatakan bahwa ia berada pada garis sesar Rinjani, terkait kolam-kolam kecil permandian, terawat baik. Hanya ada
dengan geopark Gunung Rinjani.102 Inilah sebabnya ada banyak kerusakan pada sebagian dinding luar sisi barat pelataran Kemaliq
mata air di tempat ini, sebenarnya sepanjang garis memanjang ke yang runtuh bagian atasnya karena gempa terakhir.
barat dan timur. Kira-kira 50 meter ke arah timur terdapat Pura
Lingsar Ulon yang juga memiliki kolam-kolamnya sendiri. 750 Gambar X; Pura Lingsar, pintu masuk ke pelataran Sumur Kemaliq
meter lagi ke timur, ada lagi Pura Pancor Munjuk (Karang Jasi), dengan kerusakan di bagian atas pintu, 26 Agustus 2019, mungkin
1.000 meter ke timur. karena gempa 5 Agustus 2018. Foto @Marco Kusumawijaya.
Urutan ruang pada pada Pura Lingsar adalah sebagai berikut. Puri Lingsar_Pintu Masuk ke Sumur Kemuaig.JPG
Pada halaman paling luar, paling utara, setelah melewati suatu
gerbang bentar, kita akan berjalan di antara dua kolam yang sama Gambar X: Foto Satelit Puri Lingsar dan sekitarnya, 25 Oktober
bentuk dan besarnya di kiri kanan jalan, hampir bujur sangkar, 2021.
30m x 20 m, dengan sisi lebih panjang pada arah timur-barat. File foto satelit berwarna: Pura Lingsar_Satelit.png
Kemudian ada dinding dan bentar lagi untuk dilewati sebelum
memasuki suatu pelataran yang menyerupai padanan jaba File foto berwarna (dijadikan b/w): Narmada 26 Agustus 2019
(halaman terdepan pura) yang sesungguhnya. Jaba Tengah dari Bale Terang ke Pura oleh Marco Kusumawijaya.JPG
(halaman kedua pura) terletak di timur jaba tersebut. Jadi dari
jalan masuk tadi orang harus berbelok ke kiri, ke timur untuk Taman Mayura
menemukan gerbang ke jaba tengah ini, dan Jero di sebelah Gambar X: Denah Taman Mayura dengan keterangan a.Gili
timurnya lagi. Jadi, pintu jaba tengah dan jero menghadap ke Kencana, b.Pura, c.Gudang Mesiu, d.Pesanggrahan Raja, e.Gudang
timur. Jero di Lingsar ini disebut juga Pura Gaduh. Pada sisi selatan Uang Kepeng, f.Gudang Peluru. Koleksi Universitas Leiden, D F
jero masing-terdapat dua pintu turun 3 meter ke pelataran Sumur 12,2.
Kemaliq. Urutan ini tampak serupa dengan yang ada di Pura File peta bisa dijadikan b/w, (di-crop untuk memperlihatkan
Narmada, mulai dari masuk dari utara melewati dua kolam serupa taman Mayura dan lorong di barat serta jalan di selatan saja) dari:
dikiri kanan, lalu berbelok ke timur untuk menuju jaba tengah dan Cakranegara 1895_Plattegrond van de Poeri te Tjakra
jero, dan adanya pintu ke selatan dari jero. Nagara_DF12,2.tiff

Gambar X: Pura Lingsar, pemandangan dari pelataran Sumur Gambar X: Gili (Pulau) Kencana, balekambang di tengah
Kemaliq ke utara; tampak dua pintu di atas tangga, menuju ke segaran Taman Mayura, Cakranegara, Lombok, pada tahun 1894.
Jero, 26 Agustus 2019. Foto @Marco Kusumawijaya.

101 Erni Budiwanti, 2012: 66. 103 Cool, 1897: 210.


102 Gunung Rinjani ditetapkan sebagai georpark oleh UNESCO pada 22 104 Cool, 1897:210.
September 2012. (Amin, 2016:73).
34
Tampak bangunan di tengah berdinding dan sepertinya aktif ke suatu halaman memanjang di sisi barat kolam, selebar sekitar 6
digunakan atau ditinggali. Koleksi Universitas Leiden, KITLV 76698. meter. Di sisi utara kolam terdapat pintu yang lngsung membuka
File foto b/w: Cakranegara_Gili Kencana 1894_KITLV ke jembatan menuju ke Gili Kencana. Foto (Gambar X)
76698.tiff menunjukkan pintu ini memiliki dua daun dan tembok di kiri
kanannya.
Gambar X: Pintu masuk ke kolam di Taman Mayura, tepat di Kolam di bagian selatan taman ini berukuran 85m x 190 m. Sisi
depan jembatan menuju ke Gili Kencana di tengah kolam, terlihat panjang pada arah timur-barat. Gili Kencana benar-benar terletak
daun pintu masih ada utuh, juga tembok di kiri kanannya, tahun di tengahnya. Pulau ini berukuran kurang lebih 17m x 26 m. Benar-
1894. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 76673. benar di tengah-tengahnya juga, terdapat sebuah bangunan
File foto b/w: Cakranegara_Taman Mayura_Poort naar het dengan denah lantai berukuran 8.5m x 15m, berdiri di atas lantai
gebouw in de vijver van de lusthof Cakranegara_Taman yang lebih tinggi 1,2 m di atas permukaan pulau, yang setinggi
Mayura_Gerbang ke Gili Kencana_Tjakranegara tijdens de Eerste demikian pula di atas permukaan air kolam.106.
Lombokexpeditie van 1894_KITLV76673 dg daun pintu asli.tiff
Gambaran dari yang menyaksikan Gili Kencana ketika masih
Gambar X: Pintu ke jembatan menuju Gili Kencana di Taman utuh pada tahun 1894:
Mayura, sekitar tahun 1990; tampak tembok sebelah kiri dan daun Sebuah rumah kecil dengan lantai-lantai marmar ada di pulau
pintu berukir serta dinding bangunan di Gili Kencana sudah tidak tersebut; ini yang pertama kali saya lihat dari semua kediaman para
ada. Keterangan pada gambar yang dimaksudkan sebagai kartu bangsawam. Penataannya sangat menyenangkan, dengan sebuah
pos ini salah tempat (Lingsar). Koleksi Leiden Universiteit, KITLV beranda terbuka yang bagus dan dua kamar tidur. Ini tampaknya
rumah yang paling disukai Raja. Di dekatnya terdapat kereta Cina
1402981.
yang dihela manusia; ini satu-satunya yang saya pernah dilihat di
File foto b/w: Cakaranegara Gerbang ke Gili Kencana Daun
Lombok.107
Pintu Hilang c1900 keterangan KITLV_KITV1402981.tiff
Gambar X: Gili Kencana, Taman Mayura, 1894, kemungkinan
Taman Mayura merupakan bagian yang melekat pada
difoto oleh C. J. Neeb. Dilihat dari arah timur laut ke arah barat
kompleks kediaman raja. Tampaknya di masa lalu keseluruhannya
daya. Terlihat beranda di ujung barat dan timur, dengan tirai
disebut Puri Cakranegara, istana utama Raja Karangasam di
matahari menggantung di teritis atap. Bagian tengah tertutup
Lombok. Seluruhnya dikelilingi tembok. Sekarang hanya ada satu
seperti gambaran Cool (1897:212). KITLV 76698.
pintu masuk dari barat, dari Jalan Purbasari. Melewati pintu ini ada
jalan selebar 3 meter menyusuri sisi utara kolam, dengan deretan
File foto b/w: Cakranegara_Gili Kencana 1894_KITLV 76698.tiff
pohon manggis di kiri kanan. Karena tidak ada lagi tembok
mengelilingi kolam ini, sekarang dari jalan ini kita dapat langsung
melihat ke kolam dan balekambang di tengahnya. Gambar X: Taman Mayura, foto kolam dan Gili Kencana dilihat
Taman ini semula bernama Taman Kelepung, dibangun tahun dari jalan masuk ke arah timur, 26 Agustus 2019. Foto @Marco
1744 oleh kerajaan Karangasem (Singasari). Sempat terlantar Kusumawijaya.
setelah kerajaan itu dikalahkan oleh kerjaan Bali yang lain, yaitu File foto berwarna (dijadikan b/w): Taman Mayura dilihat dari
Mataram, taman ini dipugar pada tahun 1866 oleh A.A. Gde jalan masuk 26082019 oleh Marco Kusumawijaya.JPG
Ngurah Karangasem, pada saat ia juga membangun Cakranegara Dan/atau:
sepenuhnya seperti yang kita dapatkan sekarang. Taman berganti File foto berwarna (dijadikan b/w): Taman Mayura dari barat
nama menjadi Taman Mayura, karena sempat digunakan untuk melihat ke timur 26082019 oleh Marco Kusumawijaya.JPG
memelihara burung Merak, yang bahasa Sanskritnya adalah
Mayura, dalam rangka memangsa ular-ular di Taman Narmada Taman Narmada108 , Lombok

yang sedang dibangun ketika itu.105
Taman Narmada dibangun sekitar tahun 1866 oleh A.A. Gde
Dari peta tahun 1894 (Gambar X) kita melihat ada dua pintu
Karangasem, raja Mataram. Taman ini, selain memiliki Pura Kalasa
masuk dengan anak tangga: satu dari barat, dari lorong-dalam
untuk sembahyang, juga memiliki berbagai bangunan
yang memisahkan kompleks kediaman Raja dan Taman Mayura,
peristirahatan di dalam suatu kompleks yang juga memiliki
terletak di depan tengah-tengah sisi pendek kolam, dan satu lagi
pemerajan, tempat sembahyang seperti di rumah-rumah
dari selatan, dari jalan umum. Kedua bukaaan ini membawa orang
kediaman. Karena itu Taman Narmada ini sebenarnya berfungsi

105 Kartadarmadja, 1978:131. 107 Cool, 1897: 212


106 Permukaan air ini pada tanggal 26 Agustus 2019. 108 Nama Narmada berasal dari Narmadanadi, salah satu anak Sungai
Gangga di India.
35
sebagai suatu puri, tempat kediaman raja. Pujawali sekali setahun Drama antara alam yang sangat organik, sebagiannya
di Puara Kalasa, Narmada, diabdikan sebagai pengganti yang dibiarkan liar, dengan rancangan manusia yang sangat akurat
biasanya dilakukan di Danau Segara Anak di puncak Gunung geometris, merupakan salah satu sebab kesan mendalam pada
Rinjani. Upacara ini disebut Mulang Pekelem, yaitu melabuhkan taman-taman di Bali. Keindahan alam organik dan kekhusyukan
benda-benda emas ke dalam air danau tersebut. Mulang berarti ruang terbangun manusia yang geometrik terus menerus hadi dan
melempar(kan), pekelem berarti menenggelamkan. Mulang mengingatkan akan sifat saling melengkapinya. Taman yang
Pekelem berarti menenggelamkan korban dengan tujuan terbuka merupakan pengantar kepada jero yang tertutup. Jero
memohon air hujan dan mengambil air (nglungsur tirta) dari mata yang tertutup merupakan pengantar bagi halaman luar yang
air di Gunung Rinjani. Upacata ini dilakukan pada purnama sasih dipenuhi tarian, musik gamelan, perbincangan manusia dan tak
kelima dalam penanggalan Bali. jarang hewan. Harmoni dalam kontras bentuk-bntuk yang tiada
habisnya.
Karena raja sudah tua, maka benda-benda yang Telah disebutkan sebelum ini, bahwa di Pura Lingsar, sebelum
ditenggelamkan hanya dibawa oleh para pedanda dan penekel memasuki jaba terdapat suatu halaman dengan dua telaga
pekasih ke Segara Anak. Raja melakukan pujawali hanya di Pura kembar. Orang berjalan di antara keduanya. Halamn ini dimasuki
Kalasa Narmada. Menurut tradisi, inilah sebabnya Taman dari utara untuk kemudian sampai ke halaman depan yang
Narmada dianggap meniru keadaan di puncak Rinjani dengan sesungguhnya. Dari halaman depan ini orang berjalan ke timur
kolam yang melambangkan Segara Anak, dan bukit di arah timur untuk memasuki jaba tengah. Telaga kembar ini terdapat juga
lautnya sebagi puncak tempat Pura Kalasa berada Ini pada Taman Narmada, yang juga dimasuki dari utara. Ia kemudian
menerangkan kolam yang meniru miniatur Danau Segara Anak bercabang. Ke arah timur adalah gerbang ke tepian halaman
mengeliling puncak di Narmada, tempat berdirinya jero. depan yang sebagian besar di bagian selatannya berupa lembah
dengan telaga persegi empat. Ke arah selatan berada suatu
Pura Narmada merangkul/menyatukan semua mata air yang pekarangan tempat kegiatan raja, termasuk tempat tinggalnya.
ada di tempatnya. Nama puranya sendiri selengkapnya adalah Pekarangan ini dapat juga dimasuki langsung dari pintu di sisi
Pura Kalasa Narmada. Luasnya sekitar dua hektar, terletak di Desa timurnya. Pada pekarangan ini terdapat beberapa bangunan. Dari
Narmada, Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. pintu masuk timur maupun utara orang tiba pada sebuah natah di
Dahulunya ia dikenal sebagai “taman peristirahatan Raja Bali” tengah-tengah. Di tepi timurnya terdapat gerbang dan tangga
oleh warga setempat, karena Raja Anak Agung dan anggota turun ke lembah taman air, menuju ke Bale Petirtaan (bangunan
keluarganya bisa melakukan tapa, mandi istirahat, selain kecil yang menaungi sumber mata air yang dipercayai merupakan
melakukan upacara Mulang Pekelem di sini. tempuran tiga aliran air dari Lingsar, Suranadi dan Narmada
Kolam-kolam yang ada diberi nama Telaga Wangi and Telaga sendiri) di bawahnya. Melewati lembah ini akan ada tangga
Ageng. Telaga Ageng yang besar adalah yang dianggap sebagai mendaki ke bukit (miniatur Gunung Rinjani) tempat jabo tengah
miniatur Danau Segara Anak di sebelah puncak Gunung Rinjani. dan jero pura berada. Di utara natah itu terdapat tempat
Di dalam jero Pura Kalasa Narmada terdapat tiga pelinggih menginap raja, Bale Loji. Di selatannya terdapat tempat menginap
yang bersebelahan satu dengan lainnya, yang masing-masing (bale loji), mungkin dulu untuk para pengiring raja. Ke arah timur
mewakili tiga gunung suci, yaitu Gunung Semeru, Gunung Agung bale loji kedua ini terdapat Bale Terang, yang menghadap
dan Gunung Rinjani. Karena itu masing-masing pelinggih itu (memandang) ke arah lembah taman air di bawah dan, jauh ke
disebut Pelinggih Betare Semeru, Pelinggih Betare Agung dan depan, miniatur Gunung Rinjani dengan jero pura di puncaknya.
Pelinggih Betare Rinjani.109 Dari natah tadi, lebih jauh ke selatan, ke belakang bale loji selatan,
Yang mencengangkan pada taman ini adalah bagaimana terdapat sederetan tataran/teras taman yang makin ke selatan
bentuk-bentuk geometris, pada semua hasil membangun oleh makin turun. Di sini nampak bagaimana “kebebasan” pengolahan
manusia, diletakkan di dalam bentuk alam yang organik. Taman halaman depan menjadi suatu taman yang luar biasa, di tambah
Narmada mengambil tempat di sebuah lembah pemberian alam. pula suatu pekarangan tempat tingal raja.
Kolam-kolam utama dibuat di dasar lembah, selain di pelataran
pertama yang menerima orang yang baru melalui pintu utama di Gambar X; Denah Taman Narmada, 1899 (lima tahun sesudah
bagian atas, punggung bukit taman. Sebagian lereng lembah, penghancuran Puri Cakranegara), terbit di Tijdschrift voor Indische
terutama yang mengitari bukit pura sebelah timur laut, dibuat Taal-, Land- en Volkenkunde, deel VLI, dibuat oleh P. de Roo de la
terasering, memberikan tanda pengantar ke pura di atasnya. Faille, orang yang sama yang telah menghadiahkan peta kawasan
Tangga melintasi tengah-tengah terasering ini, mendaki belasan Plered sebagai ibukota Mataram di masa Susuhunan Ingalaga.
meter pernedaan antara dasar lembah dengan pelataran Candi.

109 Eni Budiwanti, 2012:61.


36
(Lihat Bab Surakarta-Yogyakarta). Koleksi Leiden Universiteit, DF Gambar X: Taman Narmada, melihat ke bukit pura dari dalam
12,3. Bale Terang, 26 Agustus 2019. Foto @Marco Kusumawijaya
File peta monokrom (bisa dijadikan b/w): Peta Narmada 1899 File foto berwarna (dijadikan b/w) Narmada 26 Agustus 2019
oleh P de Roo de la Faille DF12,3.tiff dari Bale Terang ke Pura oleh Marco Kusumawijaya.JPG

Gambar X: Permandian pribadi Raja di Taman Narmada, Gambar x: Taman Narmada, melihat ke Bale Terang di arah
Lombok, 1930, kurang lebih diihat dari lereng utara ke selatan. barat, dari halaman pura di timur, sekitar 1910. Koleksi Leiden
Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 142103. Universiteit, KITLV 53151.
File foto b/w: Vijver in het vorstelijk lustverblijf Narmada op File foto b/w: Narmada foto c1910_Lusthof Narmada op
Lombok 1930_KITLV 142103.tiff Lombok_KITLV53151.tiff
Gambar X: Foto Taman Narmada sekitar 1920, dari selatan
melihat ke arah permandian pribadi raja dan pura di atasnya; Urutan ruang Narmada mengingatkan kita pada yang di Pura
tampak tangga naik ke sisi selatan Pura. Koleksi Leiden Lingsar. Masuk dari utara, orang akan melewati dua kolam yang
Universiteit, KITLV 29317 serupa di kiri kanan jalan, kemudian berbelok ke kiri (timur) untuk
File foto b/w: Narmada foto c1920_KITLV29317.tiff menuju ke jaba tengah dan jero, yang pintu utama keduanya
menghadap ke barat. Namun, masing-masing juga memiliki pintu
Di Narmada secara alamiah terdapat sebuah lembah yang ke selatan. Pada Narmada, dari pintu selatan jero orang akan
kelilingi oleh bukit di tiga sisinya. Yang paling tinggi di arah timur melewati jaba tengah menuju ke tangga turun dan jalan setapak
laut adalah tempat pura berada. Natar di dalam jero pura ini ada langsung ke permandian raja. Lihat Gambar X, Peta Narmada 1899
pada ketinggian 130 mdpl. Sedang titik terendah lembah dengan oleh la Faille: VIII Vorstelijke pantjoeran adalah pemandian dengan
telaga di selatannya adalah 109 mdpl. Bila ingin menyeberangi pancuran pribadi raja. (Pada Pura Lingsar pintu selatan Jero
lembah untuk mencapai bukit tempat pura berada orang harus menuju ke Sumur Kemuliq dan pintu selatan jaba tengah menuju
turun ke lembah dan lalu naik lagi mendaki sekitar 50 anak tangga, keteman pelataran di tepi kolam besar)..
melewati empat teras. Di belakang pura terdapat kebun yang Pada peta 1899 tersebut Tidak ada jalan di sebalah barat daya
dahulunya suatu hutan yang dilindungi. Pada keadaan yang kompleks Taman Narmada. (Sekarang di sisi ini ada jalan yang
dramatis ini, konsep gunung dan air mendapatkan perwujudan digunakan untuk masuk turis menuju ke lapangan parkir). Alih-
artistik yang juga lebih dramatis dan organik. alih, di sisi ini terdapat keterangan Taman Anyar, Taman Bododari
Teras-teras di lereng bukit pura, empat di sisi barat dan lima dan sebuah Telaga Bododari. Yang terakhir ini kini setidaknya
di sisi selatan, memiliki dinding penahan (turap). Saya bertemu separuh telah tertutup oleh lapangan parkir. Di sisi timur laut ada
seorang warga yang tinggal di selatan Taman Narmada sedang Taman Kélasā, yang dipisahkan oleh suatu saluran (tertulis
duduk di balai di jaba tengah di bukit tempat pura berada. Ia “slokan” pada peta) dari Taman Narmada.
menceritakan kepada saya bahwa hampir setiap hari dia Dari letak tulisan “Taman Narmada” pada peta itu, kita dapat
menikmati waktu luang di bukit ini, sejak kecil. Dia lahir dan besar menduga bahwa yang tercakup adalah kawasan yang luasnya tiga
di selatan Taman Narmada. Nenek moyangnya, sampai ke kali lipat dari kompleks yang umumnya disebut sebagai Taman
generasi ayahnya, terlibat dalam pembuatan, pengembangan dan Narmada sekarang, yang bagian-bagian utamanya adalah dataran
perbaikan taman ini. Menurutnya, dulu ada lebih banyak warna tinggi bangunan tempat tinggal, pura, dan Telaga Ageng. Ini
dinding batu bata merah yang dominan di taman ini. Namun, foto- sejalan dengan kebiasaan yang kita ketahui, bahwa di belakang
foto dari tahun 1910 sudah menunjukkan dinding-dinding teras pura umumnya terdapat hutan atau kebun yang luas. Sebagian
sudah berplester semen, atau terdiri dari susunan batu kali kebun ini sekarang masih ada, sebagian besar berupa kebun jeruk
dengan siar semen, bukan dari susunan batu bata. Ada lima dan rambutan, yaitu di arah timur dan timur laut, di timur Pura,
dinding teras yang membentuk bukit pura di Taman Narmada. serta selatan Telaga Ageng.
Yang paling rendah, satu meter, yang paling besar setinggi dua Pada peta di selatan, seberang Sungai Remeneng, tercantum
hingga tiga meter lebih. Pada teras-teras itu sendiri kita harus “Taman Présā”, yang menurut cerita warga sekitar, dulu adalah
membayangkan banyak jenis tanaman tumbuh, dengan banyak kebun durian. Sekarang, pohon-pohon manggis ditanam secara
bentuk, warna dan ketinggian beraturan di Djabalekap, di sekeliling dan di antara kolam-kolam.
Djabalekap adalah pekarangan pertama yang akan dimasuki
Gambar x: Taman Narmada, melihat ke bukit pura di arah pengunjung dari jalan utama (Groote weg van Tjakranegara, Jalan
timur, dari Bale Terang di barat lembah, sekitar 1910. Koleksi Sandubaya sekarang). Ada gerbang di tengah-tengah sisi utara
Leiden Universiteit, KITLV 1402295. (agak miring ke barat) ini. Di seberangnya, tegak lurus, sebuah
File foto b/w: Narmada Foto c1910_KITLV1402995.tiff pasar yang luas. Di belakang pasar ada keterangan “Weg naar
Lingsar” (jalan ke Lingsar). Sekarang, jalan ini membelah pasar
37
hingga ke jalan raya dari Cakranegara ke Batu Klijang, menjadi Bantjingah. Tatanan ini masih sangat menarik dan dapat dinikmati
Jalan Raya Narmada-Surandi. Melalui jalan ini orang dapat sampai sekarang, Tiap-tiap pelataran dikelilingi tembok sekitar 1.2 meter,
ke Pura Lingsar, setelah menempuh lurus ke arah barat laut sekitar terbentuk juga oleh perbedaan ketinggian antara yang di atas dan
2,6 kilometer dan berbelok ke barat menempuh tambahan 2,5 yang dibawahnya. Pemandangan ke timur, ke arah kolam besar,
kilometer. tetap terbuka, sementara ke barat praktis tidak nampak apa-apa
Pintu utara Taman Narmada ini kini ditutup. Pengunjung akan karena di luar tembok permukaan tanah lebih rendah. Berbagai
masuk dari samping barat daya, setelah berbelok kanan dari arah tanaman berbunga yang akrab di Bali terdapat di tiap-tiap
Cakranegara di samping tembok pembatas kompleks. Pintu pelataran ini.
samping, yang tidak ada sama sekali di pete la Faiile, telah dibuka Dari laporan insinyur tentara Belanda, W. Cool kita
di titik kira-kira di keterangan “No.6” sehingga orang akan masuk mengetahui bahwa Narmada adalah kira-kira batas terluar wilayah
ke pelataran Mukedas (Moekedas), yang sebenarnya adalah yang terhubung dengan jalan yang baik ke Cakranegara. Sesudah
pelataran kediaman raja. Secara keseluruhan nampak kesetiaan Narmada, ke arah timur, jalan tidak terawat, hanya berupa jalan
pada konsepsi bahwa ruang tersuci ada pada tempat pura yang, setapak yang sempt, yang hampir tidak cukup lebar untuk dilewati
bila dilihat dari arah Mukedas ini, mengarah ke puncak Gunung oleh dua orang bersisian. Juga tidak nampak ada satu rumahpun
Rinjani, suatu analogi dari Gunung Agung di Bali. Bentuk lembah setelah melewati sungai hingga Batukliang.110 Pada waktu itu,
di antara kediaman raja dan pura itu sendiri dipercayai sebagai kawasan di sekitar Taman Narmada nampaknya sudah merupakan
miniatur dari bentuk kawah gunung tersebut, yang mengeliling pusat permukiman yang penting, karena disebut bersama-sama
suatu puncak kecil yang miniaturnya adalah pura di Taman dengan Mataram dan Cakranegara sebagai wilayah yang harus
Narmada ini. dipertahankan pasukan Lombok terhadap serangan penjarah
La Faille nampaknya sengaja memperhatikan aliran air yang Belanda pada tahun 1894.111 Adanya pasar yang luas di depan
kompleks di Taman Narmada. Garis yang terdiri dari titik-titik, yang Taman Narmada pada peta la Faille merupakan pertanda juga
sebagiannya diberi tanda panah, adalah gambar aliran air atau tentang penting dan sudah berkembangnya kawasan Narmada ini.
selokan. Maka kita melihat air mengalir dari sumber Bron Cool juga melaporkan bahwa pada athun 1884, menurut
Padmawangi yang disucikan (sekarang dilindungi di dalam laporan perjalanan Heijliger yang dikutipnya, “istana” Narmada
bangunan tertutup) ke Telaga Padmawangi dan terus ke selatan belum selesai dibangun. Cool juga mengutip catatan harian van
ke Sungai Remeneng. Mata air kedua ada di sebelah utara Telaga Alting von Geusau112:
Ageng, bertanda anggka “VIII.1. Vorstelijke pantjoeran (bron Di luar Cakranegara pemandangan sangat serupa dengan
Narmada). Artinya: Pancuran Kerajaan (mata air Narmada). Di pemandangan umumnya di Hindia Belanda; swah, pohon kelapa,
dapannya, barat, kini telah dibangun sebuah kolam renang untuk hutanbambu, hutan-hutan kecil persis seperti di Jawa; perbedaan
umum. yang menyolok hanyalah bahwa kampung-kampung di sini lebih luas,
desa kecil tidak dikenal dan tidak ada orang yang akan berana
La Faille juga menandai garis tertinggi (punggung bukit)
membangun kediaman di luar batas kampung.
taman, yaitu garis putus-putus di antara Taman Anjar dan Taman
"Outside Tjakra Nagara the scenery is very similar to most Indian
Bododari di sebelah barat, di beri keterangan hoogtelijn (garis landscapes; sawahs, cocoa-nut-trees, bamboo plantations, small
kontur/ketinggian), dan di utara garis ada keterangan benoorden woods just like at Java; the only noticeable difference is that the
vlakland (dataran utara) serta di selatan garis ada keterangan kampongs are more extensive, small dessas are unknown and no one
bezuiden afglooiend terrein (tanah melandai turun ke selatan). would venture to establish himself beyond the kampong boundary line.
Selain air yang bersumber dari mata air di dalam taman, la […]
Faille menandai adanya aliran air yang masuk dari luar, dari arah (Istana) terletak di sisi selatan jalan; sebagaimana biasa, pintu
timur laut, dekat pilaar No.2. Aliran ini mengisi air di dua kolam masuknya sempit, hanya mungkin dilewati satu orang pada satu
besar di pelataran depan (Djabalekap) dan mengairi deretan waktu dan membuka ke suatu lapangan yang besar, yang dipenuhi
pelataran di selatannya. Nampaknya air dari luar ini tidak banyak pondok-pondok kecil yang kotor. Di sebelah kanan terdapat
kolam yang dipenuhi dengan gurame dan bandeng, beberapa darinya
digunakan untuk keperluan rumah tangga di dapur ataupun
kami tangkap dengan menggunakan pancing dan nasi ketan sebagai
mandi. Ini pemisahan yang logis, ketika tersedia air sumber dari
umpan.
dalam tanah yang sudah pasti bebas dari pencemaran.
[…]
Tatanan ruang berderet di selatan ini tersusun dari pelataran Di sebelah kiri lapangan kedua terdapat beberapa bangunan kecil
dan taman yang menurun dari utara (barat daya) ke tenggara, yang kabarnya menyimpan harta raja dan di sebelah kanan tempat
mulai dari Mukedas, turun beberapa anak tanggak ke Pesarejan, tinggal para isteri. Selain tempat tinggal para pelayan, yang
kemudian turun lagi ke Petandakan sampai akhirnya ke keadaannya buruk, hanya ada tiga bangunan lagi yang penting, dua

110 Cool, 1897: 216. 112 Cool, 1897: 209-210


111 Cool, 1897: 208.
38
darinya memiliki beranda beberapa meter di atas tanah dan dengan Taman Narmada sudah memiliki status cagar budaya nasional
menyolok berhiasan dinding gambar-gambar dari Eropa dan Cina! sejak 2007, terdaftar dengan Nomor Registrasi Nasional CB.118
Semua pintu dirancang simetris dan diukir sangat indah, selain dihiasi
berbagai bunga-bungaan. Bangunan ketiga memiliki dua kamar tidur Kemungkinan besar Taman Narmada belum dibangun sama
yang mengapit suatu beranda tengah yang besar, yang dicapai
sekali di masa Wallace menjelajah Lombok dalam kurun waktu 17
dengan menaiki sepuluh hingga dua belas anak tangga.
Juni-30 Agustus, 1856.113 Ini mengurangi kemungkinan dia
Pemandangan yang diperoleh dari beranda ini membuat saya
terpesona pada arsitektur dan kerajinan setempat dan akan selalu
mengunjungi Narmada sebagaimana ditengarai oleh Lombard.114
teringat kembali tiap kali saya hampir terjebak pada pikiran bahwa Taman Narmada mungkin dibangun beberapa tahun sebelum
bangsa ini tidak memiliki daya dan keyakinan diri. 1884 dan baru selesai terbangun di antara tahun 1884 dan 1894.
Perhatian kita akan segera tertarik pada sudut-sudut yang Cool115 menyebutkan bahwa Heijliger yang mengunjungi Narmada
menonjol tegak lurus dari tujuh teras yang lebar, yang pada yang pada tahun 1884 menemukan taman ini belum selesai dibangun.
tertinggi berdiri sebuah pura; teras-teras ini digunakan untuk Sedangkan ketika pasukan penyerbu datang tahun 1894, Narmada
menyelenggarakan upacara-upacara penghormatan kepada sudah selesai, dan jalan ke sana dari arah Cakranegara baik,
Majapahit. Jaringan air yang paling hebat memanfaatkan mata air di sedang selewatnya tidak baik. Dia juga menyebutkakan bahwa
dekat situ, teristimewa untuk tempat permandian, sedemikian rupa Taman Narmada adalah yang terakhir dibangun, setelah Lingsar
sehingga kolam mandi raja mendapat air dari 15 pancuran air yang
dan Gunung Sari.116 Jadi dapat dipastikan bahwa yang dikunjungi
sejernih kristal yang terus mengalir tanpa henti, dan teras yang lebih
Wallace adalah benar-benar Gunung Sari.
renda sebuah kolam mandi yang mendapat aliran dari delapan
pancuran air yang bersumber pada mata air yang sama. Pada dasar
dari teras-teras itu terdapat sebuah kolam sepanjang 100 meter, tapi Gambar X: Pancuran air di sisi timur kolam besar Taman
tidak seperti umumnya, ini tidak berbentuk bujur sangkar; di tempat- Narmada, di lihat dari selatan ke utara, dengan bukit pura di latar
tempat yang tidak ada terasnya dibuatkan bukit-bukit setinggi 20 belakang, sekitar tahun 1910. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV
meter, semuanya berpunjung di puncaknya; di utara terdapat susunan 53127.
bebatuan halus dan di selatan ada sebidang tanah kaya dengan File foto b/w (crop untuk hilangkan noda dikiri dan atas
tanaman yang indah. gambar): Narmada foto c1910_Kucuran Air_KITLV53127.tiff
Tepian kolam terbuat dari susunan batu dan air mengalir ke Gambar X: Pancuran air di sisi timur kolam besar Taman
dalamnya dari dua titik berbeda; ada air terjun setinggi dua meter di Narmada, di lihat dari utara ke selatan, sekitar tahun 1910. Koleksi
sisi timur memberikan pasokan abadi akan air yang begitu jernih dan
Leiden Universiteit, KITLV 53125.
transparan sehingga ikan kecil yang berenang dengan mudah dikenali.
File foto b/w: Narmada foto c1910_Kucuran
Setelah beberapa saat mengagumi kolam yang benar-benar bagus ini,
kami teruskan perjalanan ke selatan dan di sinilah kami menemukan
Air_KITLV53125.tiff
bahan kekaguman, tetapi kali ini bukan hasil kerja tangan manusia,
melainkan sebuah anak sungai kecil yang meluncur mulus sepanjang Puri dan Pura Gunung Sari
lereng curam yang kaya akan tetumbuhan yang sangat anggun dan
cantik dalam liuk-likunya, yang membuat seseorang tidak bisa tidak Puri Gunung Sari sudah tidak ada bekasnya sama sekali. Kita
terpesona oleh keindahannya; jalur tanaman rambat di sepanjang tepi hanya punya catatan dari masa lalu tentangnya, antara lain dari
sungai dan pakis hijau yang megah menghiasi tepiannya, sementara Alfred R. Wallace yang mengunjunginya pada tahun 1856 dan
bambu menekuk dengan anggun di atas pakis, tanaman rambat, dan catatan Kapten (Zeni) Cool yang ke sana pada tahun 1894. Yang
air. Kolam itu indah, tetapi aliran kecil itu melampauinya dalam penulis gambarkan sendiri adalah Pura Gunung Sari, yang mungkin
kemegahannya yang sederhana!
terletak berdekatan dengan puri tersebut. Letak puri yang
[…]
dikunjungi Wallace, yang disebutnya terletak 3 mil lebih jauh
" . . . Di luar kampung Narmada jalannya sangat curam, kami
(three miles further, sekitar 4,8 kilometer) setelah melewati
diberitahu bahwa ini adalah titik di terakhir orang Sasak dan Bali
berhadapan, ketika pertempuran itu bersifat putus asa, bahwa kedua
Mataram, kurang lebih berada pada titik lokasi Pura Lingsar
belah pihak benar-benar kelelahan dan terpaksa mundur. Meski sudah sekarang.
berbulan-bulan sejak peristiwa itu terjadi, desa menjadi saksi Puri Gunung Sari dan taman-tamannya di kawasan yang
pertempuran: semua tampak sedih dan terlantar, kampung-kampung sekarang masih bernama Gunung Sari dibangun di awal abad ke-
kosong dan hangus terbakar dan semua pohon ditebang! Sebuah 19 oleh Raja Karang Asem. Taman-taman telah dirusak oleh orang-
gambar sedih medan pertempuran dengan segala kengerian yang
telanjang!

113 Mengacu ke John van Whyhe, 2019 (2015):40 115 Cool, 1897:208
114 Lombard, 2010: 17 atau 1969:141. 116 Cool 1897: 160
39
orang Sasak pada tahun 1894, menyusul serbuan Belanda ke jenis baru, Haleyon fulgidus dan burung Anis Hutan, Zoothere
Lombok. Sisa-sisa istana dibakar di masa Perang Dunia II.117 andromedae, yang tampan dan membuat penasaran. Secara
keseluruhan saya sangat senang dengan kunjungan ke tempat ini,
Gambar X: Kraan (1980: Plate 5, antara halaman 94 dan 95) yang juga telah memberi saya pandangan lebih tinggi daripada yang
saya miliki sebelumnya tentang cita rasa orang-orang di sini, meskipun
memuat foto ini dan menyebutnya Gunung Sari di tahun 1894.
gaya bangunan dan patungnya jauh kalah dibandingkan dengan yang
Keterangan selengkapnya: Plate 5: Part of the pleasure gardens at
terdapat pada peninggalan-peninggalan agung di Jawa.”
Gunung Sari. Destroyed by Sasak insurgents. (Lombok 1894).
Karena gambar ini sama sekali tidak menyerupai pura Lingsar yang
Gambaran yang diberikan Cool tentang Gunung Sari
disebut sebagai tempatnya pada koleksi Leiden KITLV 76679, juga
mengandung kesamaan-kesamaan dengan gambaran Wallace di
tidak menyerupai semua pura dan taman lain yang diketahui,
atas. Cool adalah seorang kapten yang datang bersama pasukan
keterangan Kraan ini mungkin dapat diterima.
penyerbu Belanda pada tahun 1894.120
Menurut Kraan 1980 Plate 5 hlm 94c ini Gunung SariDe grote Saya tidak akan pernah melupakan kesan yang saya dapatkan
vijver van de lusthof Lingsar, vermoedelijk tijdens de Eerste tatkala panorama yang sangat indah ini membentangkan dirinya
Lombokexpeditie van 1894_KITLV 76679 by CJ Neeb.tiff kepada pandangan kami seolah suatu sihir; […] Kami mendapatkan
Gambar X: Foto ini juga kemungkinan adalah Puri Gunung Sari, diri kami menghadap sebuah lapangan besar, dengan latar belakang
apabila Kraan benar tentang Gambar X foto sebelum ini. KITLV sebuah hutan pada lereng sebuah bukit. Di sebelah kiri kami ada bukit
76678. rendah yang ditumbuhi semak dan rerumputan; di sebelah kanan kami
Gunung Sari 1894 bukan Lingsar oleh CJ Neeb KITLV 76678.tiff terdapat sejumlah bangunan kecil yang berdiri di atas ketinggian dan
dibangun dengan gaya Hindu. Di tengah-tengah ruang terbuka seluas
Gambaran Wallace tentang Puri Gunung Sari118: 4.000m2 ini terdapat empat danau buatan yang kecil, juga berbentuk
segi empat dan di keempat sudutnya terdapat arca-arca Hindu
berukuran besar yang masih bagus; setiap danau mendapat air yang
Kami masuk melalui gerbang bata yang lumayan gagah, yang
mengalir dari mulut patung monster buaya. Di tengah danau-danau
dipanggul oleh arca-arca batu dewa Hindu yang menakutkan. Di
ini, yang terbesar berukuran 80 kali 80 meter dan semuanya tertata
dalamnya, terdapatlah suatu pelataran berpagar keliling dengan dua
dengan sempurna, ada sebuah pura Hindu yang indah, dikelilingi oleh
kolam ikan berbentuk bujur sangkar dan beberapa pohon yang indah;
arca-arca Hindu dan air mancur-air mancur. Juga terdapat pura-pura
lalu sebuah gerbang yang lain, yang setelah melaluinya kami masuk
yang serupa dan kios-kios121 kecil di puncak-puncak atau lereng-lereng
ke dalam sebuah taman. Di sebelah kanan ada sebuah rumah dari
bukit di sebelah kiri kami.
bata, yang dibangun menyerupai gaya hindu, dan terletak di atas
Hutan yang membentuk latar belakang bagi panorama indah ini
teras yang tinggi; di sebelah kiri, terdapat sebuah kolam ikan yang
dihuni oleh ratusan rusa, yang begitu jinak dan tidak curiga akan
besar, yang mendapat pasokan air dari sebuah aliran sungai kecil yang
bahaya sehingga mereka mengintip kami dari antara pepohonan;
masuk ke dalamnya, melalui mulut buaya raksasa yang ditatah
mereka terlalu jinak untuk ditembaki sehingga kami memutuskan
dengan baik dari bata dan batu. Tepian kolam berlapis bata, dan di
untuk meletakkan senjata dan menikmati keindahan alam di sekitar.
pusatnya berdiri sebuah balai yang fantastik dan permai, berhiaskan
[…] bangunan-bangunan kecil di sebelah kanan kami […] dicapai
patung-patung makhluk aneh.119 Kolam dipenuhi ikan-ikan yang
dengan menaiki 20 hingga 25 anak tangga batu yang curam, […]
indah, yang setiap pagi berkumpul untuk diberi makanan mengikuti
tepatnya tangga ini membawa kami ke suatu dataran yang luas
suara sebuah kentongan kayu, yang digantung di dekat situ untuk
tempat bangunan-bangunan kecil ini telah didirikan. Kebanyakannya
keperluan tersebut. Ketika kentongan dibunyikan sejumlah ikan akan
berupa kios dengan arca-arca Hindu dan ukiran yang halus; di salah
serta merta keluar dari kerimbunan tanaman air yang berlimpah di
satu bangunan ini mereka membawakan kami minuman. Ada satu
kolam, dan mengikuti kami sepanjang tepi kolam berharap diberi
gedung besar yang sangat menarik perhatian saya, tetapi terkunci,
makanan. Pada saat yang sama seekor rusa keluar dari hutan yang
jadi saya duga itu adalah tempat tidur para pangeran. Seluruh bagian
bersebelahan dengan taman. Ia tampak hampir jinak karena jarang
depan kios ini berhiaskan lukisan dinding, dengan gambar-gambar
diburu dan secara teratur diberi makan. Hutan rimba yang
alegoris dari kehidupan Bali.
mengelilingi taman ini penuh dengan burung. Saya menembak
beberapa, dan mendapat berkah beberapa spesimen burung Pekakak
[…]

117 Van Wyhe, 2019 (2015): 252, catatan kaki 11 berdasarkan keterangan sendiri taman di Puri Gunung Sari ini dalam keadaan masih baik, itu
Jero Mangku Gunung. berarti di waktu yang sempit sebelum dihancurkan oleh orang Sasak
118 Wallace, 1869: 132-3, atau Wyhe, 2015: 252-3. setelah penyerbuan pasukan Belanda. Pada halaman judul bukunya
119 Sebuah balekambang! Menurut John van Wyhe (2015:253, catatan kaki yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggeris oleh E. J. Taylor dan terbit
No.12), berdasarkan informasi dari Jero Mangku Gunung, kolam ini pada tahun 1897, Cool menyebt identiasnya sebagai berikut: (Dutch
bernama Indraloka, luasnya sekitar satu hektar, dan sebagian Engineers), Knight of the Order of Orange Nassau, decorated for
balekambang ini masih bertahan hingga 2013. important War Services in the Dutch Indies; Professor at the High School
120 Cool, 1897: 160-161, mengutip Zollinger dan Dr. Jacob yang of War, The Hague.
mengunjungi Gunung Sari sebelumnya. Kalaupun Cool menyaksikan 121 Kata kiosk kelihatannya mengacu kepada berbagai bale.

40
Dari ketinggian tempat kami berdiri, kami memperoleh suatu sekitar 15 meter, gunungan ini tampil sebagai suatu miniatur,
pemandangan luar biasa dari seluruh wilayah ini; seolah-olah kami tidak berupaya meniru gunung alam dengan segala kebesarannya,
tiba-tiba dipindahkan ke salah satu adegan "Seribu satu malam!". tetapi karena itu justru menjadi jelas dan ekspresif maksud
“Little Trianon” yang terkenal dari Madame de Mamtenon mungkin simboliknya. Demikian pula kolam berupa “cincin” yang
membanggakan lebih banyak seni dan kenyamanan, tetapi pasti tidak
mengelilinginya tidak berupaya menampilkan keluasan lautan.
dapat membanggakan alam yang lebih indah!”
Di sudut tenggara pelataran terdapat sumur, dengan tangga
turun 3 meter ke bawah.
Pura Gunung Agung Gunung Sari yang sekarang ada dikenal
juga oleh masyarakat setempat dengan nama ringkas Pura Agung
Gambar Xa-b: Pelataran bawah dan gunungan di Pura Gunung
Gunung Sari, atau cukup “Pura Gunung Sari” Gunung Agung
Sari, Lombok, 26 Agustus 2019. Foto: @Marco Kusumawijaya.
adalah unsur terpenting pada nama tersebut, karena sengaja
File foto berwarna dijadikan b/w):
mengacu kepada Gunung Agung di Bali. Gunung Sari adalah nama
Gunungan Pelataran Bawah Gunung Sari 26-08-2019 oleh
kawasan tersebut. Tradisi orang Bali di Lombok mengatakan pura
Marco Kusumawijaya.JPG
sudah dibangun tahun 1717 oleh Anak Agung Ketut Ngurah dari
Pelataran bawah Pura Gunung Sari 26-08-2019 oleh Marco
Karang Asem. Namun ini tidak berarti bahwa wujud fisik yang
Kusumawijaya.JPG
sekarang ada sama dengan yang mungkin telah dibangun pada
tahun 1717 itu. Letaknya di utara Kota Mataram. Melalui Jalan
Ketika saya mengunjungi pura ini pada 26 Agustus 2019, di
Oemar Sahid Cokroaminoto ke utara, terus menyambung ke utara
sebelah pintu masuk masih terpajang daftar kerusakan yang
melalui Jalan Wahidin Sudirohusodo, menyeberang Jembatan
memerlukan dana perbaikan. Gempa bumi di Nusa Tenggara Barat
Mambalan, ambil jalan serong ke kanan ke arah timur laut, lalu
pada tanggal 5 Agustus 2018 jam 19.46.35, merusak 630 masjid,
lurus lagi ke utara, tiga ratus meter setelah pertigaan pertama
461 mushola, 1 gereja, 1 vihara, dan 50 pura. Sejumlah 555 orang
(dengan Jalan Mambalan Raya), belok kiri.
meninggal dunia, dan 390.529 orang mengungsi. Kerusakan
Sesudah suatu pelataran terbuka yang juga digunakan sebagai
terberat terjadi di Lombok Utara: 466 orang meninggal, 829
tempat parkir, suatu jaba pisan (letaran paling depan), kita
korban luka-luka, 134.236 orang mengungsi dan 23,098 rumah
memasuki jaba tengah yang dilelilingi tembok (penyengker),
rusak berat. Total sebanyak 80.588 bangunan rumah dan fasilitas
melalui suatu gerbang berbentuk Candi Bentar dari batu hitam,
umum rusak. Gempa ini merupakan suatu rangkaian yang dimulai
dari arah timur. Candi Bentar ini tampak baru selesai dibangun.
dengan gempa pendahuluan pada tanggal 29 Juli 2018 dan 21
Proses pembangunan di pura ini masih berlangsung dikarenakan
gempa susulan sesudahnya.122
kerusakan akibat gempa terakhir pada 5 Agustus 2018. Tembok
penyengker pun masih sedang dibangun kembali.
Pengumuman Krama Pura Gunung Sari: Estimasi Kerusakan
Jaba Tengah ini berupa suatu lapangan pasir seukuran sekitar
Pura Akibat Bencana Alam Gempa Bumi 5 Agustus 2018
40 m x 40 m. Pohon-pohon mengelilinginya. Beberapa bangunan
A B C
di sisi kiri. Di sebelah kanan menjulang sebuah bukit kecil (disebut
Tembok Penyengker Keliling
“gunungan”)setinggi kurang lebih 6 meter, tempat pelinggih 1985 100
(150m)
utama Padmasari berada.
Candi Bentar
Setelah menyeberangi jaba tengah in ke arah timur, kita akan 90,9 2013/4 100
(Jaba Pisan)
menyadari bawah di sisi timur ini ada suatu dataran yang sekitar
Candi Apit Lawang dan tembok kiri
3.5 meter lebih rendah dari jaba tengah, berukuran kurang lebih 109,6 2013/4 10
kanannya
sama, 40m x 40 m. Turap tegak lurus memisahkan jaba tengah dan
pelataran rendah ini. Sebuah jalan masuk di sudut barat daya jaba Kori Agung dan Tembok kiri-kanan
1980 100
tengah mengantar kita ke pelataran bawah ini. Di tengah- (Jaba Tengah)
tengahnya terdapat sebuah bukit runcing dengan alasnya Talud teras siring
100 2015 25
berbentuk hampir bundar (seperti puncak Cabdi Borobudur), dan gunungan
dikelilingi kolam selebar dua meter. Di puncak bukit ini terdapat Pondasi Pelinggih Padmasari (di
110 2018 25
pelinggih yang menghadap ke selatan, sama dengan yang di utara Mur/atas)
jabata tengah. Puncak bukit ini kurang lebih sama tingginya Pelinggih Utama Padmasari (di Mur/atas) 2018 40
dengan pelataran jaba tengah, sehingga ia memang tidak Pelinggih Gedong dan Tawulan (di
25 2018 100
kelihatan dari jaba tengah, kecuali orang mendekat ke tepi Mur/atas)
baratnya. Karena bentuknya yang kecil, dengan diameter kaki

122 Mengenang 3 Tahun Gempa Lombok, ang-3-tahun-gempa-lombok-magnitudo-7-0-555-orang-meninggal-


https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/05/100200965/mengen dunia ; dibaca 31 Agustus 2021, jam 10.00 WIB.
41
Lantai tempat persembahyangan (di luar, dengan tampilan daun-daunan yang digayakan. Setidaknya
44,2 2018 100
Mur/atas) sebagiannya memiliki petunjuk bahwa “ruang-ruang luar” itu
A = Biaya X1 juta rupiah; B = Tahun Dibangun; C = Tingkat adalah taman atau kebun buatan manusia, bukan sekedar hutan
kerusakan (%).. atau alam liar, meskipun memang ada yang demikian. Bentukan-
bentukan yang menjadi petunjuk itu adalah, misalnya, yang
Seringnya gempa bumi di Lombok, dan tentu saja di banyak menyerupai meru pada lorong bawah Borobudur sisi utara. Pada
tempat di Indonesia, sudah pasti menyebabkan seringnya panel relief candi utama Prambanan terdapat gambar pot
pembangunan kembali, sebagain atau seluruh bangunan- tanaman yang besar, baik yang berbentuk bulat maupun kotak
bangunan pura (dan lain-lain). Tabel di atas menunjukkan tahun- persegi, dengan tanaman-tanaman berdaun berbagai jenis.
tahun pembangunan terakhir masing-masing bagian Pura Gunung Bahkan kita dapat mengenali anthurium dan wijaya kusuma.
Sari, yang menunjukkan tahun perbaikan atau pembangunan Bentuk pot ini, yang berdiri di atas kaki yang langsing, serupa
kembali terakhir. Yang paling lama, tembok penyengker berasal dengan yang ada di Taman Sari.
dari tahun 1980, sedang yang lain-lain berasal dari tahun 1985, Di dalam naskah Jawa kuno juga terdapat banyak gambaran
2013/4, 2015 dan 2018, masih belum lama berselang. Ini tentang taman.
mempunyai dampak pada pemikiran tentang otentisitas. Apakah Pada roman Rangga Lawe, sebelum sang pahlawan Lawe
otentik itu bentuk yang semula paling awal? Ataukah otentik itu meninggalkan kedua isterinya, salah satunya, yaitu Tirthawati,
kemampuan komunitas membangun kembali, yang memadukan memberitahukan mimpi “buruk” di malam sebelumnya. Dalam
ingatan mereka tentang yang lalu dengan keterampilan yang mimpi itu mereka sedang berjalan-jalan di taman, dan Tirtawati
masih ada, dan penyesuaiannya dengan keadaan sekarang dan dan Martaraga, isteri yang satu lagi, memetik mengumpulkan
masa depan, yang menyangkut antara lain bahan dan teknologi bunga ke dalam keranjang. Ketika keranjang mereka penuh, tiba-
yang tersedia? Apakah dokumentasi diperlukan setiap tiba seekor burung gagak menukik ke arah mereka. Dalam
membangun kembali? ketakutan, keranjang bunga terlempar dan bunga-bunga
Kita juga mungkin akan mengalami lagi bencana sebesar, bertebaran berceceran ke tanah. Adegan ini menimbulkan rasa
misalnya, Tsunami Aceh 26 Desember 2004, yang sama sekali terganggu yang luar biasa, karena terbayangkan suatu kekacauan
tidak dapat diantisipasi kedasyatannya. di dalam taman yang semestinya tenang dan indah.
Dalam kakawin Sudamala diceritakan suatu pekuburan yang
Taman dalam Relief dan Naskah Kuno seketika berubah menjadi taman yang asri, setelah di tempat ini
Durga diruwat oleh Sadewa kembali ke wujud aslinya yang cantik
Lombard menekankan pentingnya melihat bukan hanya fungsi jelita, Dewi Uma. Hewan-hewan yang dianggap jahat, seperti
“plesiran” dari taman taman di abad ke-18 yang masih ada kalajengking dan lipan, berubah menjadi burung. Semua makhluk
peninggalannya, tapi makna-makna simbolis yang telah jahat berubah menjadi makhluk surgawi. Kisah Durga adalah kisah
ditunjukkan oleh tulisan Reimer tentang mihrab yang dibangun tentang pelepasan (keselamatan) dan kelahiran kembali. Taman
sultan untuk mengucap syukur ke Tuhan. Makna-makna simbolis adalah tempat keselamatan dan kelahiran (kembali). Dan, di
ini yang menurut Lombard mengakar pada falsafah Jawa, kejawen. dalam taman itu ada kolamnya! Pada air kolam yang jernih inilah
Menurutnya hingga abad ke-20 taman-taman raja di Jawa, Bali Uma melihat kecantikannya telah kembali.
dan Lombok masih setia kepada prinsip-prinsip dasar kejawen. Sang ayu surgawi membungkuk ke atas air dan melihat ke
Menurutnya, taman-taman dengan prinsip yang sama—gunungan dalamnya; tampaklah di sana citranya yang mempesona. “Buruk
dan segaran—mungkin saja ada yang lebih tua, berasal dari masa rupaku telah sirna!”

sebelum abad ke-17.123 Kita dapat memastikan bahwa prinsip atau


nilai tentang penghormatan atau pengagungan gunung dan air Di dalam taman itu, yang warnanya menakjubkan, karena
memang sudah ada jauh sebelumnya, ketika candi-candi dibangun “banyak berbagai jenis bunga, bunga asokanya selalu mekar”
di Jawa Tengah dan Jawa Timur. (Lihat Bab tentang candi). terdapat sebuah balekambang, “balai persegei empat, tepatnta
Lombard sendiri menelusuri tatanan pertamanan berada di tengah-tengah kolam”124.Cerita ini dapat dibaca juga
bersimbolisasi gunungan dan segara ke relief-relief candi dan pada pada relief Candi Tegawangi125 di Kediri yang didirikan pada
naskah-naskah kakawin. Banyak panel relief pada Borobudur dan sekitar tahun 1280 Saka (1358) oleh Rajasawardhana.
Prambanan (abad ke-8 – ke-9) menggambarkan kegiatan di ruang

123Lombard, 1969: 155-6 candi belum selesai dibangun, sehingga ada bagian-bagian yang belum
124Sudamala, pupuh 3:4 -5, dalam Lombard, 2010:52 selesai diukir.
125 Candi Tigowangi atau Sentul didarmakan untuk Raja Watsari atau

Matahun, ipar Hayam Wuruk. Ia meninggal pada tahun 1388 ketika


42
Pada relief Candi Tegawangi inilah terlihat penampakan Semar Gambaran tentang taman selalu menyertai kakawin-kakawin
untuk pertama kalinya sebagai pendamping setia Sadewa. ketika hendak menggambarkan tempat yang damai. Demikianlah
Tegawangi adalah sebuah candi yang belum selesai, terhenti terdapat juga di kisah Sri Tanjung dan Sidapaksa. Mereka kawin di
karena perang saudara. Oleh sebab itu tampak juga relief yang TamanTambapetra. Di dalam taman-taman ini selalu ada kolam air
belum selesai, atau bagian dinding yang belum diukir. Dengan dan rujukan metaforik ke gunung, bahkan misalnya “seperti
demikian justru nampak dengan jelas bagaimana relief dibuat, gunung bunga” (gunung kembang umpamane). Percintaan, yang
yaitu dipahat langsung pada dinding susunan batu yang sudah melambangkan hubungan selaras serasi antara laki dan
selesai terpasang. Artinya, tidak boleh ada kesalahan, sebab sekali perempuan, seringkali terjadi di taman dalam beberapa kakawin,
terjadi kesalahan seluruh susunan batu harus dibongkar lagi untuk misalnya antara Sutasoma dan Candrawati. Selalu ada kolam atau
menggantikan keping batu yang mengandung kesalahan itu. Pada danau juga untuk mandi sesudah percintaan.
puncak candi yang belum selesai ini terdapat “Yoni yang paling
Taman Ratnalaya
indah di Jawa Timur karena rincian ukiran-ukirannya yang banyak
dan halus,” kata Pak Nurali petugas arkeolog Balai Pemugaran “Pernikahan mereka bagaikan bertemunya samudera dan gunung
Cagar Budaya Trowulan yang ditugaskan di kawasan Kediri, yang saling berkasih-kasihan/bercumbu di dalam taman itu.”
kepada saya ketika menguncungi candi itu di bulan Juni 2019. (Tantular, Sutasoma127, LXXIV:1)

Di dalam syair Sri Tanjung yang merupakan lanjutan dari Taman Ratnalaya adalah taman khayalan Mpu Tantular di
Sudamala, terdapat gambaran taman menyerupai firdaus, tempat dalam kakawin Sutasoma. Membacanya, sulit tidak menarik
Sidapaksa merayu dan kemudian menyatu dengan Sri Tanjung. kesimpulan bahwa tradisi taman-taman Majapahit dan pasca-
Percintaan mereka berpadu selaras dengan alam taman tersebut. Majapahit mendapat ilham darinya.
Alam digambarkan menyambut dan mendukung mereka. Harum Salah satu rangkaian peristiwa penting dalam Kakawin
bunga yang mekar menyambut mereka. Bahkan udara bergetar Sutasoma mengambil tempat di sebuah taman yang berkolam
menghibur hati. Sesudah bercinta, mereka masuk ke kolam mandi besar dengan sebuah pulau di tengahnya yang bernama Nusa
bersama, disaksikan keindahan kolam itu, dengan ikan-ikan yang Indah. Rangkaian ini dimulai dari pertemuan pertama Pangeran
makmur, air yang biru, serta bunga teratai merah dan putih yang Sutasoma dengan Putri Candrawati hingga perkawinan mereka,
mekar penuh. Kisah Sri Tanjung dan Sidapaksa ada di relief Candi yang dimaknai sebagai suatu persatuan yang membawa
Surawana126 di sebelah timur-laut Kota Pare, Kabupaten Kediri. kedamaian, pertemuan antara “samudera dan “gunung”.
Relief menggambarkan pemandangan di sungai yang sangat Bagi Sutasoma, Buddha yang menjelma menjadi manusia
indah, dengan Sri Tanjung menungangi ikan melewatinya, dan karena pilihan sendiri untuk menunaikan suatu misi, perkawinan
Sidapaksa duduk bersila sebelah kaki di tepi sungai itu sendiri esensial.
menyaksikannya. Bahkan Dasamuka, yang dianggap jahat, juga “…Jangan sampai melupakan tujuanmu terlahir kembali, yaitu
untuk bertindak bagaikan Manmatha dan Ratih dalam perkawinan.
meletakkan Dewi Shinta di sebuah taman, yaitu Taman Argasoka
Serta menikmati kemuliaan di dunia, yaitu dengan menjadi raja. Dan
di negeri Alengka, untuk menunjukkan cintanya. Dewi Shinta
tidak akan pulang ke nitrasraya sebelum menciptakan kesejahteraan
tinggal selama 12 tahun di taman ini sebelum dibebaskan oleh bagi dunia” (Tantular, LXXIII:6)
Hanuman dan pasukannya.
Taman Ratnalaya itu sendiri digambarkan tidak terkira
Gambar X: Relief pada Candi Prambanan, Hanuman menjumpai indahnya karena diciptakan sendiri oleh “Bhatara Jinaraja, yang
Shinta di taman Argasoka di Alengka. Tampak pot bunga berkaki tertinggi di antara para dewa.” Dalam kakawin Sutasoma, taman
yang banyak dijumai di taman-taman kerajaan Jawa, antara lain ini digambarkan penuh dengan superlatif dan sangat eksklusif.
Tamansari, Yogyakarta. Foto tahun 1889 oleh Kassian Cephas. Bahkan tidak semua orang atau dewa dapat memasuki taman
Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 40252. tersebut. Bahkan Dewa Matahari dan Rembulan pun hanya dapat
File foto b/w (crop secukupnya memperlihatkan relief dalam mengelilinginya dalam gerak pradakshina (mengelilingnya
format memanjang selebar halaman): Prambanan oleh Cephas menurut arah jarum jam, arah kangin) tanpa memasukinya.
1889-90_KITLV 40252.tiff Pupuh LXVI mengambarkan puncak pintu gerbang taman
berhias batu permata “yang menyala bagaikan sinar mentari”.
Bunga-bunga yang “selalu bermekaran” menebarkan keharuman.

126 Dalam Nãgarakrtãgama disebut Śūrabhāna, didarmakan bagi Raja 127 Sutasoma ditulis oleh Mpu Tntular diperkirakan di antara tahun 1365
Wengker atau Wijayarajasa, paman Hayam Wuruk. Ia meninggal pada dan 1389. Tahun 1365: Kakawin Negarakrtagama selesai ditulis, tahun
tahun 1388 M sehingga upacara peresmiannya diselenggarakan 12 1389: Hayamwuruk wafat.
tahun kemudian, pada tahun 1400 M.
43
Lebah pun senantiasa berdengung pada bunganya. Pohon- Di sisi timur laut terdapat sumber mata air jernih yang
pohonnya sangat beragam dan disebut secara spesifik, misalnya memancar dari kuntum bungai teratai yang terbuat dari batu yang
kelapa gading, nagasari, gambir, menur dan cempaka yang dipahat. Sumber air yang lain mengalir ke kolam, yang airnya
ditanam mengelilingi kolam yang “bergelombang seperti berwarna kuning, merah, dan beraneka warna. Banyak udang
samudera”. Di tengah kolam terdapat teratai merah, sedangkan besar di tempat itu, yang merangkak di tepian kolam, bercahaya
bunga teratai aneka warna lain tersebar di seluruh kolam. Ikan- bagaikan emas dan permata.
ikan di dalam kolam sangat banyak, yang kecil berjajar mengikuti Pupuh ini ditutup dengan putri-putri istana yang kehilangan
ikan yang besar menghiasi pasir. Di tepi kolam daun pisang baru arah ketika berada di dalam taman indah mempesona ini:
saja mengeluarkan pupusnya bagaikan layar yang berkibar-kibar. “Bahkan dewi-dewi akan terpesona dan memujinya. Apalagi para
Juga ada pohon pandan di tepi kolam. Bunganya menjulur ke arah putri istana yang baru sekali ini melihatnya. Namun, mereka bingung
jurang. Orang memetik bunga-bunga ini dan membentuknya karena tidak mengetahui arah, seakan mereka memandang langsung
sebagai boneka. Selain itu terdapat di sana sini semak-semak pada sang rembulan”(Pupuh LXVII:9)

“tempat para gundik dan janda berada”. Menghadap ke kolam,


terdapat balai-balai. Tempat terindah di dalam taman ini, bagaimanapun juga
Pupuh LXVII menyebutkan adanya candi di dalam kompleks adalah sebuah pulau Nusa Indah, di tengah-tengah danau—
taman. Pagar emas bercahaya mengelilingi candi yang tinggi di sebuah balekambang! Di pulau itu terdapat sebuah istana. Danau
tengah-tengahnya. Empat pintu gerbang pada pagar keliling ini ini ini dijaga oleh empat buaya jelmaan raksasa. Sehingga tidak ada
dibuat indah dengan ukiran kepala makara, ditaburi dengan emas yang dapat menyeberangi danau untuk mencapai pulau dan
dan permata yang menyala terang. Permata kostubha yang memasuki istana. Keempat buaya berubah wujud menjadi raksasa
bersinar menyenangkan dipatrikan pada seluruh bangunan yang ketika melihat Sutasoma di tepi danau. Mereka mengaku telah
indah itu. Di sisi timur taman terdapat balai emas, demikian pula menjaga danau dan pulau untuk Sutasoma, untuk kedatangannya
balai di sebelah selatan selalu berpijar dan bercahaya, dan yang di sekarang dalam rangka menikahi Candrawati. Sutasoma
sebelah barat dan utara dihiasi kain emas. memerintahkan keempat raksasa menjadi jembatan, sehingga ia
Di tengah-tengah taman ada bangunan kristal murni, atapnya dan para pengiringnya dapat menyeberangi danau dan memasuki
dari berbagai jenis batu mulia dan wuwungannya dipatri dengan istana. Ini digambarkan di dalam Pupuh LXXIII. Di istana inilah
sembilan jenis batu permata. Di waktu malam, tidak ada Sutasoma menyiapkan diri untuk menikahi Candrawati.
kegelapan. Selalu ada cahaya terang benderang bagaikan sinar Jembatan itu sendiri mempesona, terbuat dari besi yang
matahari. Batu-batu koral yang bermata safir berkilau-kilauan, dihiasi emas dan permata. Pancaran sinarnya bagaikan pelangi
dan bangunan kristal memancarkan sinar yang sangat terang. yang turun ke dalam air. Orang ramai pun dapat naik ke jembatan
Semua bunga bukan hanya selalu bermekaran, tapi “mekar menuju Nusa Indah. Mereka terpesona oleh teratai emas yang
sempurna tidak berguguran”. Sedangkan yang tidak mekar sinarnya bercampur dengan kilauan air yang menyala terang.
mempunyai kuncup yang indah bagaikan lukisan. Keharuman Terdapat bale-bale dari emas. Lantai di sekitar pohon nagasari
teratai di kolam bercampur dengan keharuman bunga mayang berlapis emas. Dari pohon ada bunga emas dan permata, selain
yang baru mekar. Mekarnya bunga kumuda adalah tanda bahwa buah pohon cempaka. Di pohon-pohon serangga pun emas.
malam akan segera berganti pagi. Bunga cendana yang banyak Bunga-bunga semuanya harum. Keharuman ini melekat pada
sekali mengeluarkan keharuman lewat serbuk sarinya. Pohon yang tubuh-tubuh orang “yang menanggalkan kainnya karena asmara.”
menyolok karena menjulang tinggi adalah dewadaru. Pupuh LXXIX melukiskan Taman Ratnalaya di hari perkawinan.
Tanah di sekitar pohon kalpataru dan parijata ditutupi dengan Wisma Emas dihias dengan kain emas. Di Balai kristal ditempatkan
batu yang diukir dengan indah dan dihiasi emas. Buah-buahnya ranjang pelaminan yang sangat cantik dan wangi. Pelisirnya
beraneka warna, yaitu permata cudamani, cincin-cincin cantik, berkelap-kelip dengan sangat terangnya di seluruh ruangan
bunga-bunga dari permata dan pangkaja. Daun-daunnya yang bagaikan nyala api. Segala jenis tempat duduk ditata dengan
menjulur-julur adalah manjeti dan terdapat kain sutera berwarna indah. Singgasana bercahaya bagai matahari. Begitu juga bantal-
merah dan putih. Pohon-pohon keemasan banyak terdapat. bantal dan patarana bersinar. Tutup kepala, gelang kaki,
Pohon cemara serta kasturinya dipagari, dan kijang emas yang kelatbahu, mahkota telah disiapkan. Sedangkan persembahan
menyenangkan sedang bermain-main dan berjalan-jalan. yang disiapkan terdiri dari tumbuh-tumbuhan aneka warna, daun
Berbagai rumput ada yang keemasan saling membelit. beringin, ambulu, bodhi dan daun pisang serta buah-buah.
Tempat pemujaan, mungkin seperti palinggih128 di Bali, Handong merah dicampur gomayaraja ditaburkan di lantai yang
mengepulkan asap lembut dan harum dupa dan kasturi. ditinggikan bagaikan bunga teratai merah yang mekar. Tempat

128 Palinggih adalah altar khas Bali, yang berbentuk “menara” kecil, tempat
meletakkan banten (sesajian, sesajen).
44
ganti busana dihiasi janur. Daun-daunan yang disiapkan tersebut dihadirkan di panggung dalam bentuk kolam segi delapan
merupakan yang terbaik menurut lima orang ahli tetumbuhan. yang dikelilingi pot bunga bertiang rendah.129 Setelah mandi, putri
Sesudah malam, pengantin ditinggalkan di balai permata. Endang Pergiwa memetik bunga-bunga dan kemudian ditemui
Gatutkaca. Mereka kemudian menarikan Tarian Cinta, Langengita.
Memang tidak mungkin mencapai sepenuhnya taman Yang hendak ditekankan Lombard adalah adegan percintaan
superlatif gambaran Sutasoma. Tapi bukannya tidak mungkin selalu terjadi di taman. Pada lakon Bangun Taman Maerakaca,
membentuk sebagian cukup banyak dari ciri-ciri Taman Ratnalaya Srikandi menerima lamaran Arjuna dengan syarat ia memperbaiki
tersebut. Cukup mudah membayangkannya di taman-taman yang kembali Taman Maerakaca. Dalam banyak lakon wayang maupun
masih ada dalam masa sekarang ini, termasuk yang berasal dari karya sastra Jawa, taman selalu digambarkan sebagai tempat dan
beberapa abad yang lampau. Sementara itu kita menyaksikan bersamaan dengan peristiwa percintaan.
upaya mencapai ideal Ratnalaya tetap dilakukan oleh banyak
pembuat taman, sebab mungkin orang ingin merasa menjadi raja- Tanaman dalam Naskah-naskah Klasik Jawa
dewa, seperti di dalam yang dikatakan Lombard: “taman adalah
tempat raja mengalami hidupnya sebagai Dewa.” Tanaman yang disebut ada di taman di dalam naskah klasik
Jawa, adalah tanaman yang sungguh ada dalam alam Jawa, bukan
Taman dalam Wayang sekedar khayalan.
Sri Soejatmi Satari (2008: 130) mencatat beberapa tanaman
Dari dunia wayang kulit. Lombard mencontohkan tiga lakon yang sering disebut berada di pertapaan pada beberapa karya
yang terjadi di dalam taman. Yang pertama Hanuman Obong dari sastra Jawa klasik.130 Di dalam Desawarnana (Negarakrtagama
Ramayana. Adegan terjadi di dalam taman (H)Argasoka (gunung oleh Mpu Prapanca, September 1365): Andong (hanjuang,
tempat bunga soka mekar). Di sini Sita disekap sebagai tawanan. Cordyline terminalis), Pohon Karawira (Oleander atau Nerium
Hanuman berhasil menyelinap ke dalam taman ini, tetapi odorum), Kayu mas, Menur (Jaminum grandiflora) dan Kayu
kemudian tertangkap. Ekornya sengaja dibakar untuk puring (Codiaeum variegatum). Mien Ahmad Rifai pada
membunuhnya, tetapi ia berhasil lolos dan menyebabkan sadurannya atas kakawin tersebut menyertakan daftar yang lebih
kebakaran pada taman tersebut (dan kemudian sebagian istana panjang. Menurut Profesor Rifai (lahir 1 Januari 1940),
Rawana). Lakon kedua adalah Sumantri Ngenger Di dalam kisah “Berdasarkan penuturan Prapanca tentang lingkungan hidup
ini Sumantri mendapat perintah dari rajanya untuk memindahkan sekitar yang diamati dan diuraikannya”, penduduk Majapahit di
taman Sriwedari (wedari sendiri berarti “taman”). Ia harus abad ke-14 itu “sudah menyenangi tanaman hias”.131
meminta tolong saudaranya yang lebih muda untuk melaksanakan
tugas ini. Lakon ketiga adalah Bangun Taman Maerakaca Tanaman yang disebut di dalam Kakawin Desawarnana
(Bangunlah Taman Maerakaca). Ini adalah salah satu versi (Negarakrtagama)
perkawinan antara Arjuna dan Srikandi, yang mau menikah Indonesia Latin Indonesia Latin
dengan Arjuna dengan syarat Arjuna memugar taman itu yang Ixora Aegle marmelos
angsoka maja
telah porak poranda. javanica
Dalang umumnya berpanjang lebar ketika menggambarkan Arenga Jasminum
aren melati menus
taman-taman itu dengan layar kosong sebagai persiapan untuk pinnata sambac
masuk ke adegan berikut. Ini biasanya terjadi ketika raja Tamarindus Mesua ferrea
asam nagasari
meninggalkan singgasana setelah selesai pertemuan dengan para indica
menteri atau utusan, untuk kembali ke dalam ruang pribadinya. Bambusa Ceratopteris
Saat-saat ini disebut gapuran, karena raja akan melewati gapura Bambu kuning pakis air
vulgaris thalictroides
menuju tempat pribadinya. Ficus Areca catechu
Dalam adegan wayang wong, misalnya Lombard beringin pinang
benyamina
mencontohkan ditampilkannya Taman Maduganda dalam lakon Ficus Urena lobata
Pergiwa-Pergiwati yang digelar di Keraton Yogyakarta pada bodi pulutan
religiosa
tanggal 18, 19 dan 20 Maret 1939. Foto dari adegan kedua dari Casuarina Codiaeum
babak IV dari hari kedua dari pergelaran itu menunjukkan taman cemara puring
equisitifolio variegatum

129 Lombard, 1969: 183, Photo 21. International conference of the european Association of southeast Asian
130 Satari, Sri Soejatmi, Ancient gardens and Hindu-Buddhist architecture Archaeologists II; Singapore: NUS Press, 2008 halaman 122–132.
in Java, dalam Elizabeth A., Glover, Ian Carvel & Sharrock, Peter D. (eds.), 131 Rifai, 2017:88.

Interpreting southeast Asia’s past: selected papers from the 10th


45
Michelia Elaeocarpus tertentu, tampak juga intensi konseptual dan kerawitan estetik
cempaka rajasa
champaca grandiflorus yang diterapkan.
Saccharum Nelumbo Kehadiran gunungan (gunung buatan atau simbolik) di taman-
gelagah seroja
spontaneum nucifera taman seringkali menjadi bagian dari nama-nama taman atau
Imperata Piper betle sebagian taman-taman tersebut dengan berbagai sebutan
ilalang sirih
cylindrata bermakna sama, misalnya—selain gunung— ardi dan arga.
Cordyline Borassus Demikian juga untuk laut digunakan kata segaran dan tasik. Taman
hanjuang siwalan
fruticosa sundaicus di Jawa senantiasa kompleks terdiri dari berbagai bagian, tapi
Gossypium Mimusops selalu memiliki unsur gunung dan laut simbolik. Tujuannya jelas:
kapas tanjung mengingatkan pentingnya tanah dan siklus air, hutan dan
herbaceum elengi
Nerium Mallotus kesenyapan. Kebun, dengan tanaman yang menghasilkan
karawira tapen makanan, mengingatkan bahwa tanah dan air menghasilkan
oleander floribunda
?Euodia Saccharum kebutuhan kehidupan, yang bagaimanapun juga memerlukan
Kayu mas tebu perawatan atas dasar ketrampilan pertanian. Bunga-bunga
latifolia officinale
Cocos Achasma menggugah indera, mempertajam kemampuannya. Suasana
Kelapa gading tepus menyenangkan mendukung tujuan meditatif.
nucifera coccineum
Kesinambungan gagasan dan tradisi berkembang berdasarkan
Erioglossum Nymphaea lotus
kelayar teratai apa yang ada sebelumnya, bahkan ketika disrupsi modernitas
edule
mulai terjadi pada taman-taman dengan gaya Eropa di Surakarta.
Carthamus Nymphaea
kesumba tunjung Perubahan mendasar juga terjadi: Yang untuk khalayak bukan lagi
tinctorius stellata
hanya kebun (Sriwijaya) dan alun-alun (di Jawa dengan tujuan
Piper nigrum Sesamum
lada wijen awal mendapatkan perhatian raja) tapi juga taman-taman. Tradisi
indicum
yang mengalir sampai masa kini itu berasal dari berbagai
Sumber: Mien Ahmad Rifai, penyadur, Mpu Prapanca, Desawarnana;
kebudayaan: Austronesia, Hindu-Buddha, Islam dan Eropa. Yang
Depok: Komunitas Bambu, 2017:89-90
menjadi penting bukan mengenali unsur-unsur dari masa dan
nilai-nilai yang berbeda itu, melainkan pencarian hal-hal dasar
Di kitab Krsnayana: Banyan dan Bambu. Di dalam
yang universal pada semuanya—misalnya pentingny air— dan
Arjunawiwaha (oleh Mpu Kanwa, 1030): Casuarina, Kayu manis
pemaduannya menjadi bentuk nyata pada lingkungan yang khas,
(Cinnamon), Sri Tanjung (Mimusops elengi), Kayu mas, Puring,
entah itu Aceh, Jawa, Bali atau Lombok.
Kelapa gading, Pandan berbunga, Kamuning (Kemuning, Murraya
Taman di Jawa berawal sebagai tempat eksklusif raja untuk
paniculata) dan sirih.
tujuan reflektif. Karena itu, menurut tafsir Lombard, taman-taman
kerajaan ini dikelilingi tembok tinggi, dengan gerbang yang terjaga
Zoetmulder mencatat tanaman-tanaman berikut di dalam
dan sangat mengesankan. Ini bukan taman kota dalam pengertian
kakawin Sumanasantaka (karya Mpu Monaguna, Kediri, abad ke-
moderen sekarang.Taman adalah ruang untuk raja beraspirasi
13)132: Wruh, Sandal (cendana), Prih (Urostigma), Cempaka
sebagai dewa, seperti Sutasoma di Taman Ratnalaya. Taman Jawa
(Michelia campaka), Tanjung (Mimusops elengi), Asoka (Jonesia
juga memiliki makna tempat memusatkan diri, memperbaharui
asoka Roxb.), Beringin (waringin, Ficus indica), Pohon Aren (untuk
diri, untuk memulihkan kesaktian.133 Taman hanya bermakna,
membuat gula), Kala (tanaman rambat), Jangga, Gadung (genus
terbuka, ketika raja berada di sana, dan taman itu dapat saja
Dioscorea), Pakis haji, Tanjung, Asana (Terminalia tomentosa) dan
menerima orang lain apabila raja menghendakinya. Hal ini pada
Panggang (?).
kenyataannya dilakukan oleh Pakubuwana X dan Mangkunegara
VIII. Namun, atas hal itu harus ditambahkan adanya semacam
suasana yang menuntut tatanan kehidupan perkotaan baru.
Seni Taman, Tradisi dan Kota Modern
Pakubuwana X dan Mangkunegara VIII adalah generasi yang
berbeda dengan orang tua, apalagi kakek-kakek mereka, yang jauh
Seni taman di Sumatra, Jawa, Bali dan Lombok, sejalan dengan
lebih terpapar kehidupan modern.
konsepsi tatanan ruang pada umumnya yang sudah tampak pada
Tujuan meditatif pada Tamansari di Keraton Yogyakarta yang
candi-candi di masa Mataram Kuno dan Majapahit (Lihat Bab
relatif baru (1758-1765) dengan penggabungan antara
Candi). Selain adanya acuan berupa kosmologi dan falsafah ruang

132 Zoetmulder, P.J., Kalangwan; A survey of old Javanese literature, KITLV 133 Lombard, 2010: 67.
Translation Series 16, The Hague: Nijhoff, 1974. Lihat juga P. Worsley, S.
Supomo, M. Fletchert, T. H. Hunter,
46
permandian dan tempat bersemadi, dapat ditelusuri di mencuci menggunakan sabun alamiah, yaitu buah kererek atau
Kotagede.134 Lebih jauh ke masa lalu, orang dapat menemukan hal lerak (Sapindus rarak), sedang untuk sikat gigi digunakan siwak
yang sama di Jawa Timur abad ke-10, yaitu pada situs Jalatunda di (ranting pohon intaran, neem tree, Azadirachta indica), maka air
Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. limbahnya tidak berbahaya dan dapat dimurnikan secara alamiah.
Petirtaan yang dibangun Airlangga ini terletak pada ketinggian Unsur terakhir tapi yang tidak kalah penting serta tidak
560mdpl di lereng Gunung Penanggungan, gunung suci terpisahkan dari yang lainnya adalah pohon-pohon besar,
Majapahit, 20 kilometer ke arah timur dari ibukota Trawulan. terutama di dekat sumber air atau pura, atau bahkan di dalamnya.
Sebenarnya, satu arah yang memancar dari catuspatha Trawulan, Bukan hanya pohon besar beringin, Ficus benyamina, yang
tepat mengarah ke puncak Penanggungan, dan satunya lagi ke dianggap suci di Bali, tetapi juga kepuh atau kelumpang (Sterculia
Kelud. (Lihat Bab Trawulan) foetida, wild almond tree), dan pulai (Alstonia scholaris,
blackboard tree).136
Candi Tikus yang terdapat di ibukota Majapahit, Trowulan,
berasal dari paroh pertama abad ke-14. Berbeda dengan jaman Gambar X: Peta sederhana aliran air dalam suatu subak di
Jawa Mataram Islam, di masa Hinda-Buddha seperti di Trowulan Selasih, Ubud, Bali, memperlihatan nama-nama anggota, sekitar
ini, kompleks permandian terpisah dari makam, tapi tetap di Tahun 2015.
tempat-tempat yang dianggap suci dan digunakan juga sebagai File foto (Crop peta-nya saja?): Peta subak Selasih-Ubud
tempat semadi. Karena itu, permandian juga umumnya terletak di c2015.png
kawasan lebih jauh ke hulu daripada letak pusat-pusat
permukiman atau keraton—karena itu kadang hingga ke lereng Gambar X: Peta subak di Desa Selat, Karangasem, sekitar
gunung. Meskipun sebenarnya dalam Islam tidak boleh September 2019.
mengkeramatkan permandian (dan apapun lainnya), Islam dalam File peta b/w (crop dan rapikan?): Subak Desa Selat_Peta
praktik di Jawa menerima hal tersebut sebagi kenyataan dari masa September 2019.JPG
sebelumnya.135 Air sebagai unsur esensial kehidupan, Pertanian beras adalah pembentuk awal yang utama bentang-
diwacanakan mendalam dalam Hindu-Buddha maupun Islam. alam Jawa Tengah dan Jawa Timur, merupakan hasil pertanian
Sedangkan pada kenyataannya, air dalam masyarakat utama hingga abad ke-19. Karena ditanam besar-besaran, maka
pertanian beras adalah suatu alat dan sekaligus kebutuhan padi secara utama membentuk bentang-alam belahan timur Jawa
pengorganisasian masyarakat. Di Jawa Tengah dan Timur, itu ketika itu. Unsur pertanian penting lainnya yang membentuk
berarti dalam skala yang jauh lebih luas dariada di Bali. Bagi bentang-alam Jawa adalah kebun rumahan yang bertingkat,
pekraman (komunitas) subak di Bali, jaringan air adalah pengikat kebun campur sari, dan kebon hutan137.
demokratis, saling membutuhkan, yang bebas dari kekuasaan lain. Perluasan kawasan pertanian meningkat dramatis di abad ke-
Suatu peta aliran air ke para anggota pemanfaat air selalu 19, karena dalam kurun waktu 1830-1870 Belanda menerapkan
diperbaharui dan disimpan dengan baik. kultuurstelsel untuk menanam secara industrial tembakau, kopi,
Selain subak, sistem air di Bali juga mengenal beberapa unsur tebu, dan jati untuk pasarr dunia. Meskipun Hukum Agraria tahun
penting lain. Beji adalah mata/sumber air dan lingkungannya yang 1870 menghapuskan kultuurstelsel, eksploitasi tanaman yang
harus dijaga dengan penuh hormat sebagai tempat suci. Air dari menghasilkan ekspor tetap berlanjut dengan derasnya karena
tempat milik bersama ini boleh diambil untuk diminum, dengan mendapat investasi swasta dan permintaan pasar dunia terus
syarat hanya diambil secukupnya, meninggalkan persembahan, meningkat. Perkebunan teh Gunung Mas (2.500 Ha) di kawasan
dan memberikan sumbangan yang ikhlas. Di dalam pekarangan Puncak, Jawa Barat, bahkan baru dibuka pada tahun 1910.
keluarga juga terdapat sumur dangkal, 2 hingga 5 meter, yang Pertumbuhan penduduk di masa berikutnya menyebabkan
disebut bulakan, untuk mengairi tanaman pekarangan. perubahan besar dalam pemanfaatan lahan. Masa di akhir abad
Pekarangan yang luas memiliki “kolam Bali” yang berfungsi ke-19 dan dasawarsa pertama abad ke-20 sudah menyaksikan
memurnikan kembali air limbah cucian. Kolam demikian, yang mulainya kapitalisasi atas tanah secara spekulatif.
umumnya cukup luas untuk menjadi unsur keindahan di dalam
taman, ditumbuhi tanaman air, terutama seroja atau lotus Junghuhn dan Profil Pulau Jawa
(Nelumbo nucifera Gaertn.), dan kapu-kapu atau kiambang (Pistia
stratiotes) yang dapat memurnikan air. Karena di masa lalu

134 Lihat antara lain Santoso, 2008: 151-2


135 Jo Santoso, 2006:2. 137 Ahmad, 2010:14-5
136 Anita Syafitri Arif, Cultural Landscapes and Water Conservation in Bali,

makalah pada IFLA CL Symposium, Seoul, 2019


47
Betapa indah gambaran sastrawan Hawe Setiawan tentang relatif datar di keseluruhan kawasan tengah Jawa Barat, sehingga
alam pegunungan Priangan, Jawa Barat138: di situ berkembang menjadi pusat permukima yang besar. Kota-
Gunung dan hutan, tiang langit yang luhur dan permadani kota di Jawa Barat seperti Garut dan Tasikmalaya terletak di
bumi yang subur, pernah mengisi lanskap batin masyarakat dataran tinggi yang relatif lebih sempit di bentang-alam yang
Sunda, khususnya yang berdiam di dataran tinggi Priangan. hampir seluruhnya bergelombang ini. Sukabumi terletak pada
Pengetahuan dan kearifan, kebaikan dan keindahan, yang ketinggian 600 m di atas permukaan laut, Cianjur 450 m dpl.,
meresapi kehidupan mereka diyakini sebagai hasil berguru Sumedang 469m, Bandung 720m, Garut 710 m, Tasikmalaya
kepada gunung dan bertanya kepada Guriang, roh gunung 360m. Di Jawa Tengah bagian barat masih terdapat kota-kota
yang konon bersemayam di ketinggian. dataran tinggi di antara pegunungan ini: Wonosobo, 790 m dpl,
Ambarawa, 490. Di tengah terdapat Magelang pada 370 m, dan di
Gunung adalah juga guru. Salah satu pepatah Sunda adalah bagian timur Salatiga pada ketinggian 590 m dpl. Di Jawa Timur
“Beunang guguru ka gunung, beunang tatanya ka Guriang”. Malang ada pada ketinggian 450 m dpl.
Artinya “Berguru kepada gunung, bertanya kepada Guriang.” Keseimbangan antara gunung-gunung dan dataran rendah di
Tentu saja penerimaan alam secara umum—tidak khusus Jawa Tengah dan Timur memberikan keleluasaan pengairan—dan
gunung—sebagai sumber kebenaran bukan monopoli orang itu berarti pertanian berskala besar.
Sunda. Dalam pepatah Minang ada pepatah “Alam terkembang
jadi guru”. Sebelum ada foto udara dan citra satelit, Franz Wilhelm
Junghuhn (1809-1864) pada tahun 1855-1856 telah sangat jelas
Junghun, pemuja alam pegunungan, apalagi yang di Jawa menggambarkan perbedaan karakter antara bentang alam Jawa
Barat, mula-mula merahasiakan pandangan pantheismenya. Barat dan Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui lukisan dan teks.
Tulisannya yang mengandung pemikiran demikian diterbitkan di Salah satu lukisannya yang terkenal adalah “Kaart van het
Eropa dengan judul Licht- en schaduwbeelden uit de Binnenlanden eiland Java” (Peta Pulau Jawa, 1855). Peta ini terdiri dari dua
van Java.139 Edisi pertamanya pada tahun 1854 tidak gambar utama. Yang pertama merupakan peta horisontal (tampak
mencantumkan namanya. Baru setelah beliau meninggal, pada atas) yang konvensional atas Pulau Jawa. Yang kedua adalah yang
edisi keempat pada tahun 1866, namanya dicantumkan sebagai tidak konvensional: sebuah profil vertikal pulau Jawa, suatu
pengarang tulisan itu. Bagi Junghuhn hanya alam yang merupakan gambar potongan melintang dari Ujung Kulon hingga ujung timur
“sumber segala kebenaran” dan satu-satunya “manifestasi Pulau Jawa, yang memperlihatkan hampir semua gunung di Pulau
ilahiah”. Ia sepenuhnya menolak pengenalan ajaran Kristen di Jawa dengan ketinggiannya masing-masing. Gambar ini
Jawa—hal yang menyebabkan para imam Belanda di jaman itu menggunakan skala (perbandingan) yang berbeda untuk jarak
murka kepadanta.140 vertikal (ketinggian, hoogte) dan jarak horizontal, sehingga
Sedangkan bentang-alam Jawa Tengah dan Jawa Timur tampak melebih-lebihkan tinggi gunung-gunung terhadap lebar
istimewa dalam cara yang lain. Di sana gunung-gunung tersebar, kakinya dan jarak satu sama lainnya. Namun, tanpa teknik ini tentu
dengan dataran-dataran (rendah) yang cukup luas di antaranya. akan sulit memperlihatkan semuanya dalam satu gambar, karena
Ini berbeda dengan Jawa Barat, terutama bagian tengah dan jarak horizontal seluruh Pulau Jawa sangat besar (kurang lebih
selatannya, yang hampir semuanya berupa pegunungan 1.056.000 meter) dibandingkan jarak (ketinggian) vertikal gunung-
perbukitan tanpa dataran rendah yang luas. Di Jawa Barat dataran gunung itu. Gunung tertinggi di Jawa, Semeru, hanya 3,676 mdpl
rendah yang memudahkan pertanian beras yang luas hanya atau 0,003 kali panjang horizontal Jawa.
terdapat di kawasan pesisir (termasuk Jakarta) selebar sekitar 35 Gambar X: Profil ketinggian Pulau Jawa, oleh Franz Wilhelm
km. Cekungan dataran tinggi Bandung adalah suatu kawasan yang Junghuhn, 1945.141 Perhatikan letak antara lain Batavia,

138 Setiawan, 2019: 9 Malam bersaudara; disusun dari perjalanan menjelajah pegunungan
139 Judul lengkapnya sebenarnya sangat panjang dan, karena itu, spesifik dan hutan-hutan, di dalam hunian kaum miskin dan kaum kaya).
hampir sudah menunjukkan isinya: Licht- en schaduwbeelden uit de Setiawan, Hawe, 2019: 27.
binnenlanden van Java: Over het karakter, de mate van beschaving, de 140 Sternagel , Renate dan Aust , Gerhard, Franz Wilhelm Junghuhn (1809-

zeden en gebruiken der Javanen; over de invoering van het Christendom 1864), meneliti-mengukur-berselisih (Pameran memperingati 200
op Java, het bezigen van vrijen arbeid en andere vragen van den dag; tahun peneliti pulau Jawa di Bandung Oktober 2009 dan Jakarta
verhalen en gesprekken der gebroeders Dag en Nacht; verzameld op November 2009 – Januari 2010). Jakarta: Goethe-Institut Jakarta &
reizen door gebergten en bosschen, in de woningen van armen en rijken. Erasmus Huis Jakarta, 2009.
(Gambar cahaya dan gambar bayang-bayang dari pedalaman Jawa: 141 Höhenprofile von Java, dalam Topograhischer und
mengenai watak, tingkat peradaban, etos dan kegiatan penduduk Jawa; naturwissenschaftlicher Atlas, Reise Durch Java, Magdeburg, Verlag von
tentang penyebaran agama Kristen di Jawa, masalah kerja paksa dan Emil Baensch, 1845:
persoalan lain masa kini; kisah dan percakapan dari Sang Siang dan Sang
48
Sukabumi, Bandung, Banyumas, Plateau Dieng, Ungarang eksploitasi lahan untuk hasil pertanian ekspor tidaklah
(Ungaran), Djocjokarta (Yogyakarta), Samararang (Semarang), menimbulkan rasa bersalah karena belum mencapai tingkat
Salatiga, Madiun, Buitenzorg (Bogor) dan Tegal, industrialisasi yang berarti.
File b/w (perlu di-enhance? Di-lay-out horisontal penuh 2
halaman) dua halaman terakhir: Junghuhn.pdf Apakah gunung disadari terhubung dengan hujan? Çailendra
merupakan salah satu petunjuk akan hal tersebut. Nama itu
Dalam naskahnya Junghuhn menggambarkan bentang alam adalah gabungan kata “çaila”, yang berarti gunung, dan “indra”,
Jawa Barat (Sunda) lebih mirip Sumatera bagian utara. dari nama dewa hujan, Indra. Prasasti Kalasan dari tahun 778
“Di belahan utara Sumatra, yakni di wilayah Batak, karakter menyebutkan bahwa dialah penguasa kawasan Jawa Tengah
wilayah yang lebih kontinental, yakni bentuk plato, tapi juga di ketika itu. Raja adalah sekaligus penguasa gunung dan hujan.
belahan barat Jawa, yakni di dataran tinggi Bandung […], sementara “Oleh masyarakat, hutan, badan air atau lautan dipercayai sebagai
di belahan timur Jawa, yang paling jauh dari Sumatra, terlihat bentuk tempat tinggal ruh, dan seperti gunung, mereka adalah pemberi
wilayah yang sepenuhnya berlainan. Di sana, bentuk puncak gunung- hidup. Ruh yang tinggal di dalamnya harus dipuja agar memberikan
gunung, dengan kerucut-kerucutnya yang berlereng curam terpisah berkahnya, sehingga manusia dapat dengan selamat membangun
dari dataran rendah, sementara di di belahan yang lebih jauh ke timur ruang-hidupnya di bumi. Banyak upacara yang masih dilakukan oleh
kerucut-kerucut gunung yang runcing, tanpa dataran di lataran masyarakat menggunakan air sebagai peruwat. Air ini biasanya
142
depannya, tampak menyembul dari dalam laut” diambil dari mata air-mata air di hulu gunung-gunung atau tempat-
tempat suci lainnya.146
Kota-kota di Jawa Barat yang terletak di pedalaman cenderung
berada di ketinggian. Sedangkan kota-kota di pedalaman Jawa Sedangkan Dewi Sri adalah wujud simbolik dari kaitan erat
Tengah dan Timur banyak yang berada di dataran rendah, di antara air dan pertanian. Dewi Sri adalah dewi kesuburan lahan.
bawah 200mdpl. Kota-kota di Jawa Tengah dan Timur yang berada Air juga dianggap melambangkan kehadirannya. Sedangkan
pada dataran tinggi adalah Parakan (780mdpl), Wonosobo (796 penghormatan kepada hutan nampak misalnya pada upcara
mdpl), Magelang (386mdpl), Salatiga (614mdpl), Malang pemberian sesajen Mahisa lawung kepada hutan suci
(454mdpl), Batu (890mdpl), yang relatif sangat sedikit Krendhawahana oleh keraton Surakarta. Gunung-hutan-air adalah
dibandingkan jumlah semua kota di kawasan yang sama. Di Jawa bagian esensial dalam kesadaran Jawa yang mewujud ke dalam
Barat kota-kota dataran tinggi adalah antara lain Cianjur falsafah, upacara-upacara dan tatanan ruangnya. Konsepsi
(449mdpl), Sukabumi (610dmpl), Sumedang (466), Garut kesatuan antara tanah dan air, atau antara daratan dengan laut
(725mdpl), Bandung (711mdpl), Tasikmalaya (354mdpl), Bogor tampak pada nama-nama seperti Bumisegara, sebuah desa di
(250mdpl). sebelah barat-laut Borobudur. Nama ini sudah ada ada pada tahun
842M sebagaimana tercantum pada prasasti Kedu yang
Junghuhn membagi bentang alam ke dalam empat kelompok dilaporkan epigraf Buchari.
pokok berdasarkan ketinggian143: Air di Jawa berasal dari hujan dan mata air yang memenuhi
1. Daerah panas/tropisdengan rentang ketinggian 0-600 danau dan sungai yang mengalirkannya ke hilir. Peran gunung
mdpl., dengan suhu dalam rentang 22-26,3o C. menyimpan, menyaring dan melepaskan air secara perlahan
Tanaman terbaik adalah padi, jagung, kopi144, sangat penting. Air sungai tidak berasal dari lelehan salju yang
tembakau, tebu, karet, kelapa, cokelat.
tiba-tiba mengalir dengan deras seperti bah di kawasan dingin di
2. Daerah sedang pada rentang ketinggian 650-1500
utara dan selatan yang jauh dari katulistiwa. Air dari gunung hanya
mdpl, dengan suhu dalam rentang 17,1-22oC. Padi,
tembakau, teh, kopi145, coklat, kina dan sayur-mayur. menjadi bah ketika hutan di lereng gunung gundul sehingga air
3. Daerah sejuk pada rentang 1.500-2.500 mdpl, memiliki yang jatuh di atasnya langsung turun ke hilir tempat permukiman
suhu pada rentang 11,1 – 17,1oC. Teh, kopi, kina dan manusia tanpa hutan penyaring dan pelambat. Gunung karena itu
sayur mayur dapat tumbuh dengan baik. memang perlu disucikan di dalam kesadaran manusia. Kalau
4. Daerah dingin di atas 2.500 mdpl dengan suhu dalam gunung dan laut adalah dua dari banyak unsur utama falsafah
rentang 6,2-11,1oC. Tidak baik untuk tanaman budi Jawa, maka renungan dan narasi yang mereka hasilkan sangat
daya. kontekstual dan kongkrit, juga menyimpan pengetahuan yang
Tanaman yang disebut Junghuhn adalah yang memberikan sangat inti mendasar.
hasil yang dapat diekspor. Pada pertengahan abad ke-19

142 Terjemahan Setiawan, Hawe, 2019: 62. 145 Pada ketinggian ini kopi jenis robusta dan arabica dapat tumbuh.
143 Dikutip dari Setiawan, Hawe (2019:6) yang mengutip dari catatan T. Arabika dapat tumbuh di lahan lebih tinggi.
Lach de Bére dan Van der Vlies (1933). 146 Ahmad, 2019:52

144 Pada dataran rendah ini yang dimaksud mungkin hanya jenis robusta.

49
Di Bali tentu saja kita masih banyak menemukan permandian
umum yang mendekatkan manusia sebagai komunitas
(pekraman), bukan sebagai perorangan semata, dengan air.
Seni Taman Bali

Selain taman-taman air yang monumental, seni pertamanan membentuk bentang alan perkotaan yang sangat khas karena
Bali sebenarnya terdapat pada dua skala penting: skala kota dan tidak seperti biasanya rancangan tepi jalan yang umum terdiri dari
pekarangan rumah. Pada tingkat kota di Bali ada “lapangan” yang jejeran pohon yang sama.
mirip, tapi tidak, disebut alun-alun. Letak lapangan ini tidak Hubungan antara halaman rumah Bali dan ruang-ruang kota,
terletak pada ujung atau dilewati sumbu di tengahnya. Ia tunduk yang selalu penuh dengan bunga berbagai warna dan keharuman,
pada tatanan ruang Hindu-Buddha, terletak di salah satu sudut dengan kehidupan sehari-hari, yang berisi upacara-upacara besar
dari perempatan terpenting, catuspatha. dan kecil yang kerap dilakukan, tiak terputus dan erat.
Selain lapangan, Bali mengenal pertanaman pada pinggir Penggunaan bunga yang banyak sekali untuk para dewa dan
jalan, yang disebut telajakan, yang mengisi ruang di antara saluran leluhur, mungkin setidaknya sebanding dengan kebutuhan akan
dan tembok pekarangan. Di dalam pekarangan rumah, tatanan sayur-mayur untuk manusia.
ruang tunduk pada pembagian sembilan. Selebihnya penempatan Selain yang lebih mudah kelihatan, yaitu bangunan di dalam
tanaman disesuaikan dengan pembagian tersebut. Ruang tengah pekarangan Bali, gambaran tentang rumah Bali harus dilengkapi
yang disebut natah atau natar, senantiasa bersifat terbuka ke dengan hal-hal tentang pekarangan keseluruhan dan ruang-ruang
segala arah, dikelilingi oleh ruang dan bangunan-bangunan. Di di antara bangunan dan bale yang ada, termasuk natah (atau
dalam semua ruang Bali, bunga merupakan unsur menonjol. natar) dan telajakan. Mereka tidak kosong, karena selalu ada yang
Hampir semua tanah terbuka ditanami sesuatu. Bunga setiap hari lalu lalang, memiliki tanaman yang hidup dan harus dirawat
digunakan berkali-kali untuk banten, yaitu sesajen kepada para sehari-hari, dikunjungi untuk dipetik bunga dan daunnya untuk
dewa yang begitu kerap dan bersifat selalu ada di hampir semua bahan banten. Mereka tidak juga pasif, melainkan aktif
ruang. Air dan tanah yang subur di Bali menghasilkan bunga memberikan kesadaran akan arah, dan natah adalah suatu naf
berlimpah sepanjang tahun. yang aktif mengarahkan dan titik persilangan. Arah yang
diberikannya bukan hanya badaniah, tetapi juga spiritual.
Bunga
Gambar Xa dan Xb: Gambar tipikal rumah Bali. a) Pekarangan
Dunia Bali mengelilingi kita dengan bunga secara khas dan biasa (kecil); b) Rumah besar (jero), dengan keterangan A—
paripurna, sehingga seketika terasakan perbedaannya dengan Kemulan, B—Padmasana, C—Menjangan Seluang, D—Gedong
dunia lain. Bersama dengan itu, suara gamelan Bali meresapi untuk Gunung Agung, E—Sarén, F—Tajok, G—Taksú, H—Ngrurah,
udara semua banjar. Semua halaman rumah dan bangunan lain, I—Balé Piasan. Sumber: Miguel Covarubias, 1937.
dan telajakan147 di sepanjang jalan selalu penuh warna dari File: Dari Covarubias hlm.76-7
berbagai spesies bunga dan tumbuhan lain. Bertebaran pula
banten-banten di hampir seluruh ruang dan waktu: di tepi jalan, Gambar X: Gambar tipikal sebuah pusat permukiman di Bali
di depan pintu, di sudut tiang, dan tentu saja di pura-pura, pada oleh Covarubias, 1937. Perhatikan letak berbagai institusi di
perempatan jalan, ambang pintu, hotel, rumah, toko, warung, sekitar catuspatha. Bandingkan dengan Cakrangera pada
pada sesajenan, pada upcara (upakara) dan pada halaman- Gambar…. (Kota Cakranegara, 1894) dan Gambar…(Puri
halaman rumah. Indera penciuman kita akan segera mengenai Cakranegara 1894). Sumber: Miguel Covarubias, 1937.
campuran harum dupa dan bunga segar, serta daun pandan dan File: dari Covarubias, halaman 37.
pisang, baik yang ada di banten-banten maupun yang segar mekar
di pohon-pohon. Pohon-pohon besar yang kekar di tengah Canang, jenis banten (sajen) yang paling sederhana,
catuspatha, di halaman pura, akan memiliki banten segar setiap memerlukan memerlukan lebih dari lima macam tanaman, yaitu
hari di kaki-kakinya. Batang pohonya dibungkus poleng. kelapa, bunga berbagai warna, gambir, pohon majegau, bambu,
Karena telajakan juga berperan menyediakan bunga dan daun dan daun sirih. Kebun Raya Eka Karya, Bedugul, Candikuning,
untuk membuat banten, maka ia selalu terdiri dari beragam Tabanan, kini melestarikan berbagai jenis tanaman yang
tanaman, yang berupa pohon tinggi, perdu dan yang rendah. Ini diperlukan untuk membuat banten. Di kebun raya ini ada koleksi

147 Telajakan adalah ruang memanjang di antara dinding pekarangan dan (Telajakan) in Bali, Indonesia, dalam Open Journal of Ecology, 2017, 7,
saluran/jalur pejalan kaki di tepi jalan. Lihat misalnya: Sadahisa Kato 1-11. http://www.scirp.org/journal/oje
dkk., Changing Roles of Traditional Small Urban Green Spaces
50
bernama Pancha Yadnya yang merawat 225 dari 300 jenis Naskah Bali mengatur tempat tanaman sesuai dengan tatanan
tanaman upacara Bali. Selain itu, di halaman Pura Dalem Renon, pengider bhuana (putaran bumi). Tempat tanaman terutama
Denpasar, dikembangkan Taman Gumi Banten148 yang berhubungan dengan warna bunga atau buahnya.
mengumpulkan 500 jenis tanaman upacara. 72 dari koleksi itu Tanaman medori putih, misalnya, dianggap baik ditanam di timur
tanaman itu bersifat pohon 13 dari pohon-pohon ini dianggap atau purwa karena melambangkan Sang Hyang Iswara, yang
memenuhi syarat untuk menjadi pepohonan pinggir jalan dipercayai datang dan bertempat di ruang timur. Jambe atau
perkotaan. Syrat-syarat yang digunakan adalah: akar tidak invasif, pinang, yang terdiri dari beberapa jenis, seperti buah pinang sari,
batang dan cabang tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok, buah gangga, dan jenis buah pinang lainnya, baik ditanam di
adaptasi tinggi terhadap keadaan ekstrim, kecepatan tumbuh bagian selatan atau daksina karena sebagai melambangkan Sang
sedang hingga tinggi, tidak berpotensi bahaya (tidak berduri atau Hyang Brahma. Siulan sebaiknya ditanam di bagian barat
beracun).149 atau pascima. Teleng biru baik kalau ditanam di bagian utara.
Tunjung dan teratai yang terdiri dari berbagai macam warna, yang
Tanaman Penghasil Bahan Banten Bali yang Tepat untuk dipakai di berbagai keperluan upakara dewa-dewi, baik di
Ditanam di Tepi Jalan tempatkan di pekarangan mengikuti warnanya: yang biru di utara,
Nama Tempatan Nama Latin Sifat yang putih di timur, merah di selatan dan kuning di barat.
Boni (Bun)i Antidesma bunius Ornamental, Beberapa jenis kelapa memiliki juga tempat berbeda. Kelapa
Spreng. Pengarah gading (kuning) diletakkan di barat untuk Dewa Mahadewa, kelapa
Cepaka (Cempaka) Michelia champaca Ornamental, bulan (putih) di timur untuk Dewa Iswara, kelapa hijau di utara
Kuning Pengarah untuk Dewa Wisnu, kelapa udang (merah) di selatan untuk Dewa
Cepaka (Cempaka) Michelia champaca Ornamental, Brahma, dan kelapa sudamala (campuran keempat warna) di
Putih var.alba Pengarah tengah untuk Dewa Siwa. Jenis kelapa yang lain, yang juga
Dapdap Erythrina Ornamental, digunakan dalam kelengkapan upacara, yaitu kelapa bojog,
microcarpa Pengarah rangda, mulung, dan julit. Di tanam di luar natah, antara lain di
Dapdap Wong Erythrina variegata Ornamental, sekitar dapur, halaman lain, dan tegalan.
Pengarah Tiap-tiap jenis banten, yang terdiri berbagai bunga dan buah,
Majegau (Majagau) Dysoxylum Pengarah, Peneduh juga memiliki tempat masing-masing, sesuai dengan salah satu
desiflorum dari sembilan dewa yang menjadi tujuan persembahan. Tiap dewa
memiliki arah datang dan tempat berdiam masing-masing. Untuk
Kepundung Bacaurea javanica Pengarah, Peneduh
Dewa Wisnu, misalnya dipersembahkan bunga kenanga
(Pundung) Muell.
atau teleng; untuk Dewa Brahma bunga mawar merah, teratai
Pule (Pulai) Alstonia scholaris R. Ornamental,
biru, bunga soka, kenyeri, dan kembang kertas merah; untuk
Br. Pengarah, Peneduh
Dewa Iswara bunga teratai putih, jepun atau kamboja putih, dan
Sandat (Kenanga) Cananga odorata Ornamental,
cempaka putih; untuk Dewa Mahadewa bunga teratai kuning,
Baill. Pengarah, Peneduh
cempaka kuning, dan kembang kuning atau alamanda.
Sentul (Kecapi) Sandoricum Ornamental,
Sedangkan buah-buahan untuk Dewa Wisnu di utara
koetjape Merr. Pengarah, Peneduh
dipersembahkan godem atau jawaras, manggis, pangi, daun poh
Sukun Artocarpus Ornamental,
atau mangga. Kepada Dewa Brahma di selatan disampaikan
communis Forst. Pengarah, Peneduh
jagung, salak, pinang, dan daun manggis. Untuk Dewa Iswara di
Timbul (Kluwih) Artocarpus sp. Ornamental,
timur dipersembahkan kemiri, cereme, dan daun durian. Kepada
Pengarah, Peneduh
Dewa Mahadewa di barat dipersembahkan kelapa, jagung, dan
Utu Parartocarpus sp. Ornamental,
daun duku. Untuk Dewa Siwa di tengah dipersembahkan beras,
Pengarah, Peneduh
jali, dan nanas.150
Sumber: I Made Sukewijaya1 dan Naniek Kohdrata, 2015.
Bagaimana mau membahas taman di Bali, padahal seluruh Bali
itu sendiri adalah sebuah taman. Demikian pula setiap

148 Gumi berarti Bumi


150 http://noermanbali.blogspot.com/2013/02/taman-aneka-sarana-
149I Made Sukewijaya1 dan Naniek Kohdrata, STUDI KARAKTERISTIK banten-seperti-apa.html
TANAMAN GUMI BANTEN UNTUK LANSEKAP POHON TEPI JALAN, dalam
Jurnal Bumi Lestari, Volume 15 No. 2, Agustus 2015, hlm. 147-164.

51
kampungnya, terutama yang masih sesuai adat, yang terletak di Ruang kosong natah atau natar terletak kurang lebih di
lereng-lereng gunung atau di punggung-punggung bukit. tengah, tergantung pada ukuran relatif bangunan-bangunan yang
Demikianlah pula setiap pura dan puri di dalamnya. Juga setiap mengelilinginya, selain juga letak relatifnya. Natah bermanfaat
rumah, yang masih memungkinkan, sebenarnya adalah sebuah sebagai tempat upacara, pusat orientasi, dan pengaturan angin
pekarangan taman dengan beberapa bangunan di dalamnya— serta kelembaban.
menurut tatanan 9 bagian, tentu saja. Jika kita membayangkan
sebuah taman sebagai suatu ruang dengan kumpulan-kumpulan Bangunan-bangunan umumnya disebut bale, karena
tegakan tanaman, dan kita bergerak di dalam ruang terbuka itu, di umumnya hanya berdinding satu atau dua saja, selebihnya
antara kumpulan-kumpulan tegakan tanaman dan beberapa terbuka ke arah natah. Hanya Uma Meten yang berdinding pada
bangunan dtersebar di dalamnya, demikianlah pada dasarnya keempat sisinya—karena itu disebut uma--dengan pintu yang
setiap rumah Bali. dapat ditutup di tengah-tengah dinding depan (yang menghadap
Bunga adalah esensial dalam mengisi ruang-ruang di antara ke natar). Seringnya, di depan ruangan tertutup Uma Meten ini
bangunan-bangunan iitu. Bunga adalah persembahan untuk terdapat juga teras terbuka. Karena keterbukaan dari hampir
dewa. Gagasan bahwa bunga disukai para dewa itu sendiri suatu semua bale ini ke arah natah, maka terasa keluasan dan
konsep yang mempesona. Sekarang ada yang mengembangkan keleluasaan pada ruang natar ini, karena darinya ruang mengalir
diet terdiri dari bunga-bunga, sebagai makanan dan minuman. ke, dan menyatu dengan, ruang-ruang di sekitarnya. Bedanya ada
Dalam masakan di beberapa daerah, sudah ada penggunaan di ketinggian. Lantai bale selalu dibuat lebih tinggi daripada lantai
bunga. dari kehidupan sehari-hari yang banyak sekali natar, sekitar 60-80 cm. Jadi secara ruang seluruh pekarangan
mengkonsumsi bunga. Sesajen memerlukan bunga dan unsur dari menyatu dengan natar sebagai pusatnya, tapi tiap-tiap bale
tanaman lainnya seperti janur, daun tertentu, buah dan lain-lain. memberi batas permanen hanya dengan ketinggian lantai yang
berbeda, sambil menghormati natar ini sebagai pusat, dengan
Telajakan, Natah dan Pekarangan membuka (tanpa dinding) ke arahnya.
Ketika memasuki pekarangan hunian Bali, taman di dalam
Seluruh pekarangan rumah Bali dibayangkan terbagi dalam ruang-ruang natah dan lain-lain di antara bangunan dengan
sembilan bagian. Ruang yang paling utama adalah yang mengarah sendirinya akan terasa sebagai kelanjutan dari telajakan di tepi-
ke Gunung Agung. Yang paling rendah secara diagonal berada tepi tembok keliling di sepanjang jalan yang dilalui sebelum tiba di
berlawanan arah dengan yang paling utama tadi. Tidak ada garis pintu masuk. Telajakan, yang praktis merupakan taman linier yang
atau tembok pemisah di antara sembilan ruang itu, kecuali yang terletak di antara dinding pagar (penyengker) dan saluran air
paling utama tadi dikelilingi oleh tembok setinggi orang dewasa. (jelinjingan), dengan keragaman spesies berbagai bentuk—
Juga tidak ada ukuran yang pasti untuk masing-masingnya. Jarak dalam hal ketinggian, bentuk daun dan bunga, serta warna-
ruang relatif antara satu bangunan atau bale terhadap yang warninya—mengantar dan menerus ke dalam keseluruhan
lainnya turut mendudukkan bangunan di dalam masing-masing pekarangan. Natah and telajakan merupakan dua unsur utama
ruang itu. Bangunan-bangunan dengan fungsi tertentu diletakkan yang tidak terpisahkan di desa-desa Bali. Natah sebagai ruang
di dalam salah satu dari sembilan ruang ini, yang sesuai dengan terbuka di pusat diperlukan untuk melangsungkan tiga upacara:
tingkat kemuliaannya. (Lihat Gambar X: dari Covarubias) Bhuta Yadnya ceremony (upcara menghormati arwah), Manusa
Sanggah atau Kemrajan, yaitu pura keluarga, terletak di ruang Yadnya (upcara untuk manusia), dan Pitra Yadnya Ceremony
yang paling utama. Bale Dangin (kalau berukuran lebih besar (upacara untuk menghormati leluhur). Di antara Natah dan
disebut juga Bale Gede) akan terletak di arah kangin (serah jarum telajakan, ruang lain yang penting adalah lebuh, yaitu ruang
jam) dari Sanggah, adalah untuk melakukan upacara. Balai utama terbuka di depan pintu masuk, semacam perantara antara
untuk kepala keluarga dan isteri disebut Bale atau Uma Meten di telajakan dan pekarangan.
di sebelah kawuh (berlawanan dengan arah jarum jam) dari Telajakan bukan hanya menghiasi batas luar pagar rumah,
Sanggah. Selanjutnya dari Bale Dangin menurut arah kangin tetapi juga bangunan umum. Suatu fungsi penting telajakan
terdapat Bale Sekapat atau Sakenam (disebut juga Bale Dadod adalah juga sebagai tempat menancapkan penjor pada hari
atau Jineng). Ini adalah tempat kumpul seluruh anggota rumah perayaan Galungan. Sejak 1999 telajakan menjadi ketentuan di
tangga. Ini berarti dalam bahasa sekarang “ruang keluarga dan dalam tata ruang Denpasar, yaitu pada Peraturan Daerah No.
ruang duduk serta ruang makan”. Di belakangnya, lebih dekat ke 10/1999 tentang Tata Ruang Kota Denpasar. Lebar telajakan
tembok keliling, adalah tempat untuk lumbung. Ke arah kangin lagi ditetapkan paling sedikit 0,5 meter pada jalan dengan lebar 6
akan terdapat pawon atau dapur. Makin ke kangin, tempat arah meter, hingga selebar 2 meter pada jalan utama dengan lebar 18.
jam 09,00, adalah tempat untuk Bale Dauh untuk tamu atau Panduan tradisi menetapkan lebar telajakan mulai dari 1 meter
remaja.

52
hingga 2.2 meter. 151 Pada telajakan juga diletakkan pasangan Jusna J. A. Amin, Mien A. Rifai, Ning Purnomohadi dan Budi Fasisal,
arca-arca, biasanya patung penjaga, Dwarapala, atau arca para berjudul “Mengenal Arsitektur Lansekap Nusantara” (2016)
punakawan, dan lain-lain yang ada dalam sistem kepercayaan menguraikan hal-hal di atas pada per entitas budaya di Indonesia.
setempat. Sebuah pantun pepatah Minangkabau, misalnya,
merumuskan hubungan yang baik antara tanaman dan fungsi
Gambar X: Penjor dan bagian-bagiannya. tertentu dengan jenis tanah tertentu, dalam kaitannya dengan
File gambar b/w: pendirian sebuah rumah gadang. Kutipan dari buku di atas154:
Tanah yang miring ditanam Tebu.
Pada skala permukiman, desa dan kota, ada yang menafsirkan Tanah yang tunggang ditanami bambu.
kawasan di dan sekitar catuspatha (perempatan utama) sebagai Tanah gurun155 untuk membikin kebun atau ladang.
“natah” juga, yang tentu saja lebih besar dan berskala komunal. Tanah berair dijadikan sawah.
Jalan-jalan yang memancar ke empat arah dari catuspatha disebut Tanah yang munggu156 untuk kuburan kaum.
margi agung atau rurung gede. Pengamatan lama seperti oleh Tanah berlobang dijadikan kolam ikan.
Covarubias menunjukkan ciri-ciri berkumpulnya puri, pura, pasar, Tanah yang lembah untuk kubangan kerbau.
wantilan, menara kul-kul dan pohon beringin berada di sekeliling Tanah yang keras untuk perumahan.
natar ini.152 Kajian baru menunjukkan beberapa persamaan dan
variasi di kota-kota Buleleng, Bangli, Gianyar, Tabanan, Denpasar,
Klungkung dan Karangasem.153 Sekarang ruang besar di salah satu Taman Air Bali
sudut catuspatha ini disebut lapangan, bukan alun-alun. Gambar X: Taman Air Ujung, Karangasem, sekitar 1929,
Susunan Kota Cakranegara, Lombok, misalnya, hampir memanfaatkan lembah dan tebing yang dibuat berteras sperti
sebangun dengan sketsa Covarubias pada halaman 37 bukunya: pada Narmada, tetapi tanpa pura. Bangunan putih di atas adalah
Puri (dan Taman Mayure) di sudut antara jam 0.00 dan 03.00 ke pintu masuk utama. Kolam di bagian bawah kiri tampak kering dan
arah gunung (kelod), dalam hal ini Gunung Rinjani, pura ke arah ditumbuhi rumput. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 159437
kangin dari puri, pada sudut antara jam 03.00 dan 06.00, dan pasar File foto b/w: Taman Air Ujung Karangasem
di sudut antara jam 06.00 dan 09.00. (Lihat Bab Cakranegara). c1929_KITLV159437.tiff
Ruang-ruang khalayak lain yang penting dalam tatanan
bentang alam Bali adalah Melasti dan pemakaman. Melasti adalah Gambar X: Taman Ujung, Karangasem, September 2019. Foto
kawasan pantai yang diutamakan, untuk melangsungkan upcara @MarcoKusumawijaya.
melasti pada hari sebelum Hari Raya Nyepi. Pemakaman adalah File foto berwarna (apa bisa dijadikan b/w?):
tempat menguburkan sementara jasad, sebelum digali kembali Taman Air Ujung September 2019 oleh Marco
untuk kemudian melalui upacara Ngaben. Kusumawijaya_1.JPG
Taman Air Ujung September 2019 oleh Marco
Konsepsi artistik pertamanan terdapat juga di kebanyakan Kusumawijaya_2.JPG
kebudayaan yang ada di pulau-pulau atau kepulauan-kepulauan di Taman Air Ujung September 2019 oleh Marco
nusantara. Masing-masing dengan cara dan tingkat kerawitannya Kusumawijaya_3.JPG
sendiri. Umumnya ruang hidup manusia diarahkan dengan Taman Air Ujung September 2019 oleh Marco
pertimbangan kosmologis, dan diletakkan dengan sadar di antara Kusumawijaya_4.JPG
unsur-unsur alam besar seperti gunung, sungai, rawa, laut dan
lain-lain. Mereka juga membudidayakan dan memberi makna Gambar X: Tirta Gangga, September 2019. Foto
kepada tanaman-tanaman setempat, dengan menetapkan @MarcoKusumawijaya
letaknya yang pantas—di halaman depan, samping, tengah atau File foto berwarna (dijadikan b/w?):
belakang. Pelestarian lingkungan juga merupakan tujuan penting, Tirta Gangga September 2019 oleh Marco
sehingga umumnya memiliki semacam ketetapan bahwa jenis Kusumawijaya_1.JPG
tumbuhan tertentu ditanam pada keadaan tanah tertentu, dan Tirta Gangga September 2019 oleh Marco
jenis tanah lain lagi untuk fungsi tertentu. Buku yang disusun oleh Kusumawijaya_2.JPG

151 Ni Made Yudantini, Natah and Telajakan: The Role and Identity in 153 Lihat misalnya Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, Perumahan dan
Indigenous Villages, Proceedings of International Seminar on Place Permukiman Tradisional Bali, dalam Jurnal Permukiman NATAH VOL. 1
Making and Identity, Department of Architecture, Universitas NO.1, Februari 2003
154 Amin, 2016: 213-4.
Pembangunan Jaya, Indonesia, 2012, hlm 179-187.
155 Maksudnya: kering.
152 Covarubias, 1937: 37.
156 Munggu = membukit.

53
Tirta Gangga September 2019 oleh Marco Indonesia Serikat (RIS) oleh residen Bali dan Lombok, P.T. Br. M.
Kusumawijaya_3.JPG Boon pada 18 September 1948. Kedua taman ini menjadi anggota
Tirta Gangga September 2019 oleh Marco subak, karena mendapatkan air yang berasal dari sumber yang
Kusumawijaya_4.JPG juga mengairi sawah-sawah anggota subak yang lain, yaitu mata
air Rejasa. Mata air ini terdapat di sudut paling atas di sebelah kiri
Taman air di Bali selalu mempesona. Meskipun tidak (kauh), di bawah pohon beringin. Kolam renang di bawahnya, dan
semuanya setua sisa-sisa yang ada di Jawa, banyak darinya kolam air mancur di sebelah kanginnya diberi nama Versailles
bertahan dalam keadaan yang baik. Ketika di Jawa orang berhenti Pond. Di sebelah kanginnya lagi terdapat kolam teratai yang
membuatnya, raja-raja Bali masih membuatnya bahkan hingga daunnya berbentuk loyang yang besar sekali. Kolam ini dinamai
awal abad ke-20. Salah satu contoh adalah Taman Sukasada Ujung Victoria Pond. (Di Cakranegara, Lombok, terdapat juga kebiasaan
di Karangasem, yang dibangun dalam kurun waktu 1909- memberi nama bangunan atau unsur lain di dalam Puri dengan
1921.Arsiteknya seorang Belanda, van Den Hetz, dan seorang nama-nama tempat di Jawa atau Eropa.)
Cina, Loto Ang.157 Taman ini menyerap gaya arsitektur Eropa ke Taman mengalami kerusakan akibat letusan Gunung Agung
dalam tatanan yang berasal dari masa yang sangat lama, yang tahun 1963. Pemugaran dilakukan dalam tahun 1979. Luas
utamanya adalah unsur air dan balekambang, serta juga kebun keseluruha 1,2 hektar.
buah-buahan, pada skala yang sangat besar. Taman ini dimulai
oleh Raja Karangasem ketika itu, Anak Agung Anglurah. Taman ini Sebelum masa Majapahit,[…], kita dapat membayangkan bahwa
rusak oleh Letusan Gunung Agung pada tahun 1963-1964 dan hanya pura-pura tertentu saja yang berhiaskan pohon kamboja
gempa bumi 1975. Rehabilitasi menjadi seperti sekarang (frangipani, Plumeria sp.) dan beberapa pohon serta perdu berbunga
dilaksanakan pada tahun 2000-2001. yang suci lainnya. Arca-arca taman, yang digunakan sebagai aksen
artistik, juga merupakan benda-benda berkekuatan, memenuhifungsi
Taman ini dibuat pada suatu lembah yang dramatis di tepi
sebagai penjaga altar datau mata-air suci. Namun, pura-pura
pantai. Antara lembah dan punggung bukit di kiri kanannya
kerajaan Bali yang benar-benar kuno, seperti misalnya Pura Puseh
terdapat beda ketinggian sebesar sekitar 17 m. Di tengah-tengah Terunyan, Pura Puseh Bayung Gede dan Puseh Julah tergolong
lembah, 3 mdpl, dua kolam besar dipisahkan oleh semacam alun- lumayan sederhana pada hiasan-hiasan tamannya. yang tergolong
alun berukuran 85m x 70 m. Kolam sebelah kiri (ke arah hulu) sederhana. Lapangan luas yang dipenuhi pohon kamboja mungkin
berbentuk hampir bujur sangkat, 100m x 110 m. Kolam satunya merupakan temuan dari masa Majapahit, yang masih banyak
lagi ke arah pantai berukuran lebih besar, dan berbentuk bujur ditemukandi pura-pura Bali Utara (karena kamboja didatangkan dari
sangkar, 110m x 110 m. Di tengah, tapi tidak di pusat benar, Champa, tempat kamboja merupakan pohon candi, di masa
terdapat balekambang di masing-masing kolam. Yang di kolam perdagangan ramai Majapahit-Champa). Taman-taman yang canggih
besar berbentuk pendapa terbuka, yang di kolam lebih kecil dari Dinasti Karangasem yang masih ada hanya di Lombok Barat dan
berbentuk bangunan dua lantai tertutup. Yang pertama dicapai Bali Timur mungkin lebih banyak dipengarhui oleh arsitektur Eropa
daripada Majapahit, tetapi tetap dalam tradisi taman air Majapahit.
darijembatan dari sisi timur, dan di seberangnya pada sisi ini
Selama berabad-abad, Tradisi Bali dalam membangun pura air dan
terdapat kolam kecil memancang, 30mx90m. Bangunan di kolam
permandian raja yang canggih, yang sudah terbentuk pada, misalnya,
kedua dicapai melalui jembatan dari dua arah, yaitu dari alun-alun Tirta Empul yang dibangun pada abad ke-11, dan permandian
yang telah disebutkan tadi, dan dari sisi utara kolam. Bangunan ini kerajaan di Goa Gajah yang berasal dari abad ke-10, mendapat
disebut Balai Gili. dorongan lebih jauh oleh bangsawan pendatang dari Majapahit yang
Pintu masuk utama terletak pada sisi kauh yang tinggi, gemar candi air. Formalisasi mata air suci menjadi pura petirtaan
sehingga seluruh bentangan taman ini sudah dapat terlihat (disebut pura taman di Bali) mungkin diperkenalkan di masa
mempesona dari titik ini. Tidak mengherankan bahwa gerbang Majapahit (salah satu contoh demikian itu adalah pura taman pada
masuk ini diberi bentuk semacam paviliun beratap yang cukup Pura Maospahit yang dibangun pada abad ke-14), sebagaimana juga
leluasa, sebagai antisipasi bahwa para tamu pasti perlu dikaitkannya upacara rumit pura beji (mata air suci) dengan upacara
menghabiskan waktu sebentar di sini mengagumi dan berupaya kremasi jasad kerajaan.158
menangkap keseluruhan taman yang luas dan mengandung unsr-
unsur yang hebat pula. Daftar Taman Air159
Taman Tirta Gangga, yang berskala relatif kecil, bahkan baru Tahun, Abad
dibangun sejak tahun 1937 dan diresmikan pada masa Republik BALI

157 Amin, 2016: 524. 159 Termasuk pura, puri dan candi yang memiliki badan air buatan maupun
158 Made Wijaya, Majapahit Style Volume I; Denpasar: Wijaya Words, 2014: alamiah yang signifikan dan petirtaan besar, tapi tidak termasuk pura-
314. pura air yang banyak sekali di Bali.

54
Tirta Gangga 1948 Raja Karangasem, Tirta Empul Abad ke-11 Gianyar
Anak Agung (Petirtaan Gua Gajah) Abad ke-10
Anglurah Ketut LOMBOK
Karangasem Taman Mayure 1744 (Pura Cakranegara,
Agung Mayura) Lombok
Pura Narmada Sekitar 1884 Cakranegara,
Kertha Gosa 19th Klungkung Lombok
Kepakisan 14th Samplangan Pura Lingsar
Puri Gelgel 17th Gelgel Pura Suranadi
Pura Tirta Dawu Gunung Kawi, Taman Sri Deli Medan
Sebatu Tasik Ardi 16..? Banten
Taman Ujung 1909, dipugar Ujung, Taman Sari 1758- Yogya
2000-1 Karangasem Bandengan Keraton Solo
Sunyaragi c. 1741 Cirebon
raja Karangasem I Balekambang (Partini Tuin 26 Oktober
Gusti Bagus dan Partinah Bos/Park) 1921
Jelantik, yang
bergelar Anak
Agung Agung Taman Sriwedari 1877
Anglurah Ketut
Pesanggrahan
Karangasem
Ambarwinagun
PesanggrahanAmbarukmo
400 ha tinggal 10
ha.
Jalatunda 977 Seloliman
Taman Mumbul Sangeh Sangeh, Mengwi
Candi Tikus Awal Abad ke- Trowulan
(Taman Pancaka
14
Tirta)19th
Taman Putroe Phang Banda Aceh
Taman Ayun Mengwi
Puri Kanginan Blahbatu, Gianyar
Taman-taman besar kerajaan Bali umumnya sudah sangat
Pura Beji Tejakula Tejakula, dikenal luas dan terbuka untuk umum:
Buleleng
Merajan Agung di Puri Denpasar, Bali
Kesiman

Alun-alun

55
Aloen-aloen. Masing-masing iboe negeri mempoenja soeatoe Aloen- Kita dapat membedakan alun-alun sebagai gejala khas kota-
aloen, soeatoe tempat jang paling seri bahoeasanja, hoebaja-hoebaja kota Jawa sejak setidaknya berkembang di Jawa Timur, dari
djika tempat itoe benar letaknja. Seperti di kota Solo dan Jogja Aloen- lapangan serupa alun-alun tetapi memiliki namanya sendiri di luar
aloen se- haroesnja letak di poesat dari pada kota. Pemerentah negeri Pulau Jawa, dengan sejarah yang berbeda.
haroes bersemajan di sekiternja Aloen-aloen djoega, hingga dapat
Di masa kini, dapat dikatakan bahwa rujukan paling terkenal
membikin sergam tempat itoe. Maka soedah pantas bahoeasanja djika
untuk alun-alun adalah Surakarta dan Yogyakarta. Alun-alun di
Kabopaten letak disisir Aloen-aloen, lagi poela itoe missigit dan kantor-
kantor, dlsb
kedua kota itu terletak pada, dan dilalui oleh, suatu sumbu yang
Kebanjakanja orang 'ta insaf bahoea Aloen-aloen itoe baik akan juga melalui kompleks keraton. Namun, alun-alun Majapahit
terpandang sebagi poesaka dari pada kota, jang haroes sebagaimana direkonstruksi oleh Gomperts dan kawan-kawan
diteristimewakan oentoek dipeliara-nja. Begitoepoen pada masa berdasarkan Negarakrtagama, tidak terletak pada sumbu demikian,
sekarang ini baikpoen di kota ketjil baikpoen di kota besar Aloen-aloen melainkan pada salah satu sudut pada suatu perempatan dua jalan
'ta mempoenja sifat lagi, kerena kebanjakanja disitoe didirikanja utama yang berpotongan tegak lurus. Perempatan ini disebut
beberapa toko-toko, waroeng-waroeng, dan lain-lain roemah jang catuspatha. Keraton terletak pada sudut lain perempatan tersebut.
sebetoelnja 'ta pantas letaknja disitoe, hoebaja-hoebaja djika roepa Pola ini kita masih dapat saksikan di Bali, dan di Cakranegara,
dan matjamnja pembikinan tadi boekan berchasiat Indonesia, chasiat Lombok. Ke empat sudut di sekeliling catuspatha adalah tempat
mana jang sebetoelnja sediakala soedah teristimewa di medan Aloen-
untuk pura, puri, lapangan, dan pasar atau hal-hal lain yang
aloen itoe. Maka disini Pemerentah jang wadjib haroes mentegah
dianggap terpenting bagi masyarakat. Perempatan itu sendiri
kedjadian demekian itoe dengan mentadbirkan sjarat-sjarat oentoek
pengatoeran kota.160
kadang diperluas sehingga menjadi suatu ruang pusat.

Gambar Skematik Alun-alun 73 Kota di Indonesia. Pada peta lama Cakranegara (1942 dan 1926) kita dapat
@RaihanGiriSiraj, 2021. melihat catuspatha sebagai titik tengah dari suatu ruang besar,
Di luar Jawa, Bali dan Madura, Menurut Abjad. yang darinya memancar empat jalan utama. (Lihat Bab
Di Madura, Menurut Abjad Cakranegara).
Di Bali, Menurut Abjad
Di Jawa, Menurut Abjad. Alun-alun di Pulau Madura
Lihat gambar skematik Alun-alun Bangkalan, Pamekasan dan
Gambar di susun dalam 3 kolom dan 3 atau 4 baris per halaman. Sumenep.
File forlder: Alun-alun oleh Raihan Giri Siraj 9 Agustus 2021 Alun-alun Pamekasan, selain dikelilingi jalan pada keempat
sisinya, juga memiliki tiga jalan menyilang melewati pusatnya,
sehingga ia dapat dibayangkan sebagai suatu catuspatha, tempat
Ada beberapa aspek alun-alun yang perlu mendapat perhatian. jalan-jalan berpotongan. Tiga jalan yang memancar dari alun-alun
Secara umum perlu pertama-tama mengenal garis besar sejarah benar-benar menghubungkan pusat kota Pamekasan ke tiga
perkembangan alun-alun yang menghasilkan beberapa jenis (tipe) penjuru ke luar kota. Namun demikian, perlu diteliti lebih lanjut
dasar. Kemudian, bagaimana dia menentukan struktur kota. bagaimana sejarah alun-alun dan jalan-jalan ini, misalnya apakah
Bentuknya sendiri dapat dilihat dari arah hadapannya (deklinasi memang selalu demikian?
terhadap arah utara), ukuran, serta unsur-unsur pembatas dan Di Kota Sumenep selain terdapat sekaligus alun-alun dan
pengisinya yang utama. Berlainan dengan semacam mitos yang perempatan di arah barat laut alun-alun yang dominan
selama ini dipercayai, sebenarnya ada banyak variasi pada alun- menentukan struktur kawasan perkotaan di sekitarnya. Jalan yang
alun di seluruh Pulau Jawa maupun di pulau-pulau lain. Misalnya, memancar ke empat arah dari perempatan itu lebih dominan
hanya sedikit sekali alun-alun yang memiliki arah tepat utara- daripada jalan yang memancar dari alun-alun. Alun-alun menempel
selatan. Kebanyakan memiliki deklinasi terhadap utara yang tidak pada sisi timur dari jalan yang berarah selatan-utara, tapi tidak
kecil. Orientasi ke gunung dan laut atau sungai tampak ikut menempel pada sumbu timur-barat, karena sudut alun-alun tidak
menentukan. Begitu juga mitos “masjid yang selalu terletak di barat bertepatan dengan titik perempatan, melainkan berjarak sekitar 80
alun-alun” tidaklah benar. Akhirnya penting melihat perubahan- meter darinya ke selatan. Yang lebih merupakan pusat kota adalah
perubahan terakhir dalam hal pemanfaatan ruang alun-alun. perempatan tersebut, meskipun alun-alun terletak relatif di
kawasan pusat kota ini juga. Di Bangkalan, kita melihat perempatan

160 Soesilo, Sociaal-Technische en Stedebouwkundige Studien over het


Regentschap, dalam I.B.T. Locale Belangen, Mei 1936, No. 3: 72-3.

56
yang bertepatan dengan sudut barat laut alun-alun juga berperan oleh Kassian Cephas tahun 1890 menunjukkan setidaknya sebagian
penting sebagai pusat kota dengan jalan-jalan utama yang bangunan-bangunan di sisi timur ini tertutup, berdinding, berada di
berpotongan padanya menghubungkan kota dengan wilayah di luar bawah keteduhan pohon-pohon tersebut. Masing-masing
kota, terutama ke arah timur laut dan barat daya. bangunan mendapat keterangan peruntukannya, misalnya
Alun-alun di tiga kota Madura--Bangkalan, Pamekasan dan pradjoerit di deretan barat dan separoh utara bagian barat,
Sumenep—sampai sekarang dapat dikatakan masih terletak di kadipaten di sisi utara bagian timur, pangrehprodjo di sisi timur
tengah-tengah kota dan menentukan keseluruhan tatanan kota, bagian utara, dan kanajakan djawi dan lebet di bagian selatan sisi
karena jalan-jalan yang memancar dari alun-alun menentukan ini. Pada tiga sisi ini, jalan keliling yang sekarang ada tergelar di
ukuran blok dan tatatan jalan-jalan utama. Pada Bangkalan, dan sebelah dalam alun-alun, sehingga deretan pohon-pohon tersebut
terutama sekali Sumenep, kita melihat jejak catuspatha yang masih tetap tegak di sisi luar. Pada sisi selatan alun-alun berderet dua
sangat kuat di dekat alun-alun. jajaran pohon, mengapit halaman yang yang lebih lebar
memanjang. Jalan sekarang mengambil lahan di antara dua deretan
Alun-alun Surakarta dan Yogyakarta pohon-pohon itu. Di sudut tenggara terdapat bangunan sekolah
kepoetran, menempel pada tijgerkekken (kandang harimau?) di
Alun-alun yang dikelilingi jalan adalah suatu jenis tersendiri, sebelah baratnya.Di sudut timur laut adan bioskoop-gebouw
yang merupakan yang paling umum kita jumpai di banyak kota di (gedung bioskop)
Pulau Jawa. Namun, sebenarnya bahkan di alun-alun utara
Yogyakarta, dan mungkin juga di Surakarta, tidak ada jalan yang Gambar X: Foto Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta oleh
mengelilinginya hingga setidaknya tahun 1936. Alun-alun langsung Kassian Cephas, sekitar tahun 1890; dari sudut barat daya keraton
berbatasan dengan saluran terbuka dan pagar pekarangan- melihat ke timur. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 4489.
pekarangan sekitarnya seperti masjid di barat dan Museum File foto b/w: Aloen-aloen te Jogjakarta c1890_Kassian
Sonobudaya di utara sebelah barat. Lihat peta Pigeaud 1936). Alun- Cephas_KITLV 4489.tiff
alun Yogyakarta dan Surakarta merupakan khas tersendiri karena,
terletak pada sumbu yang panjang. Sumbu yang kuat, yang Pada peta Pigeaud di atas sudah nampak ada Museum
menjadikan alun-alun hanya salah satu unsur komposisi Sonoboedoyo. Kolam air juga tampak mengelilingi tiga sisi serambi
sepanjangnya, benar-benar khas Yogyakarta dan Surakarta. masjid. Yang digambarkan sebagai jalan adalah yang lurus dari
Tatanan dengan sumbu kuat ini mungkin sudah hadir juga di depan keraton, dari Tratag Pagelaran, melewati dua beringin ke
ibukota Mataram sebelum Surkarta, yaitu Kartasura juga, karena arah Jalan Malioboro. Di utara kedua beringin ada jalan belok ke
diduga rancangan kedua kota ini meniru apa yang sebelumnya ada timur ke arah Joedonegaran, dan ke barat daya ke arah Kaoeman.
di Kartasura. Perjalanan ke masjid dan ke museum di masa itu dapat dibayangkan
melalui lapangan rumput tanpa mengikuti jalur yang khusus.
Gambar X: Peta alun-alun utara Yogyakarta pada tahun 1940 Peta alun-alun utara Surakarta dari akhir abad ke-19 di bawah
oleh Th. Pigeaud, dimuat di dalam majalah Djawa edisi ke-2, tahun menunjukkan pola yang sama dengan yang di Yogyakarta.:Terdapat
ke-20, tahun 1940. deretan pohon mengelilingi alun-alun, dan deretan bangunan di
File b/w ambil dari Djawa di antara halaman 178 dan 179: belakangnya, pada posisi di antara pohon-pohon, dan tidak ada
Djawa 1940-020-002_Pigeaud dan Adam ttg Keraton Yogya.pdf jalan keliling, Juga, terdapat dua pintu keluar dari alun-alun, pada
posisi yang sama dengan yang di Yogyakarta, yaitu di dekat sudut
Gambar X: Peta alun-alun utara Yogyakarta pada tahun 1889 barat daya, disebut Kori Pamengkang (Kulon), dan di dekat sudut
oleh Rouffaer, menunjukkan pola dasar yang sama dengan peta timur laut, disebut Kori Galedegan (Wetan).
Pigeaud, yaitu dalam hal pepohonan dan bangunan di antara
pohon-pohon, serta adanya dua jalan dari alun-alun, masing- Gambar X: Peta alun-alun utara Surakarta dari tahun 1888.
masing pada sudut barat daya ke Kauman dan sudut timur laut ke Koleksi Leiden Universiteit, D E 48,8.
ke Yudonegaran. Surakarta_Keraton_Plattegrond van den Kraton van Soerakarta
File b/w (harus di-enhance garis-garisnya): Yogya Alun-alun met deszelfs onmiddellijk noord- en zuid-toegangen by GP Rouffaer
utara oleh Rouffaer 1889_DE 52,3.tiff 1888_DE48,8.tiff
Gambar X: Peta alun-alun utara Surakarta dari tahun sebelum
Peta 1940 oleh Pigeaud menunjukkan alun-alun dikelilingi oleh 1888. Koleksi Leiden Universiteit, D E 48,12.
satu deret pohon beringin di sisi barat, utara dan timur. Di belakang Surakarta alun-alun utara_D E 48,12.tiff
deretan pohon, terdapat deretan bangunan-bangunan kecil. Foto

57
Alun-alun utara Yogyakarta dan Surakarta, yang sering Gambar Skematik Sunyie Ici, Sunyie Lamo, Kedaton dan
dianggap lebih publik, berada di luar tembok kota—baluwerti di sekitarnya, berdasarkan Wuri Handoko, 2015161, dengan
Solo, beteng di Yogya. Di Banten, di masa Sultan Ageng Tirtayasa, tambahan.
alun-alun berada di dalam tembok keraton yang berukuran jauh Ternate_Sunyie_Hilman Prakoso.pdf
lebih kecil.
Alun-alun Banda Aceh, yang disebut Medan Khayyali di dalam Sumbu gunung-laut ini berpotongan tegak lurus dengan poros
Kitab Bustanus Salatin, pernah ada di luar, di depan, di utara jalan sejajar garis pantai yang melingkari pusat pulau. Masjid
tembok keraton. Masjid berada di sisi baratnya. Pagar di Aceh dulu Kesultanan atau Sigi Lamo terletak pada poros jalan umum ini, 150
hanya mengelilingi Dalam (kompleks keraton), dan terdiri dari meter dari Lapangan Sunyie Lamo, berarti berada di kawasan
tanaman bambu yang lebat dan rapat sehingga “tidak dapat umum, tidak di dalam kawasan kedaton. Di belakang sisi migrabnya
ditembus pandangan mata maupun diterabas melewatinya”, yang terdapat makam para sultan. Ini konsisten dengan umumnya letak
ditanam di atas tanggul tanah yang terbentuk dari tanah galian parit makam di belakang mihrab. (Lihat misalnya di Masjid Kota Gede,
di sebelah luarnya. Masjid digambarkan memiliki tembok Yogyakarta, dan Masjid Al Aqsha Menara Kudus, di Kudus). Karena
kelilingnya sendiri. (Lihat Bab Banda Aceh). topografi yang dramatis, maka kedaton terletak jauh “di atas”
lapangan tersebut. Tempat tinggi di lereng ini sebuah bukit kecil
Bagaimanapun, sesempurna apapun alun-alun Yogyakarta dan bernama Limau Santosa. Di antara bangunan kedaton dan Sunyie
Surakarta, tidak ada satu pun yang sempurna mengarah ke utara. Lamo terdapat lapangan lebih kecil, yang disebut Sunyie Ici yang
Pada Daftar X dan Gambar X sumbu kota Surakarta dan Yogyakarta berarti lapangan kecil. Di sebelah utaranya terdapat sebuah taman
yang melalui alun-alun masing-masing memiliki deklinasi 17 dan 8 dengan kolam sepanjang 50 meter (seluruh lebar dari lapangan ini
derajat. Sumbuh utama mereka masing-masing mengarah ke hutan pada sisi utara), dengan mata airnya sendiri. Ada beberapa
keramat Krendawahana dan ke Gunung Merapi. Sumbu sekunder anjungan di tepi kolam. Kolam ini mengingatkan pada tiga danau
Surakarta, yang tegak lurus pada sumbu utama, mengarah ke yang ada di tepi pantai, tapi masih terpisah dari air laut oleh tanggul
Gunung Merapi dan ujung yang berseberangan ke Gunung Lawu. alam. Danau Tolire besar dan kecil ada di sisi barat laut pulau, dan
Danau Ngade di sisi selatan. Kota Ternate ada di sisi timur,
Sunyie, Ternate menghadap ke Pulau Halmahera.
Seluruh pulau merupakan bagian dari kerucut gunung api
Ternate memiliki lapangan di depan kedaton. Pada letaknya Gamalama (1715 mdpl) yang masih aktif. Letak Kota Ternate di sisi
yang di hadapan kediaman dan pusat pemerintahan seorang raja, timur dan tenggara antara lain disebabkan juga oleh terdapatnya
dalam hal ini sultan, maka dia serupa dengan alun-alun. Kedaton lebih luas lahan yang relatif lebih landai dibandingkan dengan sisi
diketahui dibangun pada 24 November Tahun 1813 oleh Sultan baratmya. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Oktober 2018.
Muhammad Ali, di sekarang kelurahan Soa Sio. Dapat diduga bahwa Dengan bentuk tempat demikian, gunung, laut dan kota merupakan
kedua sunyie juga dibentuk pada masa yang sama. satu pengalaman yang sama setiap saat. Kedaton menjadi
Namun, lapangan yang disebut sunyie ini, terdiri dari Sunyie Ici perantara gunung, laut dan kota, serta naf yang menyatukan
(Lapangan kecil) dan Sunyie Lamo (Lapangan Besar), merupakan berbagai bagian kota dengan masing-masing komunitasnya. Sunyie
bagian dari suatu untaian yang memiliki perbedaan dan persamaan berperan sebagai tempat kegiatan bersama, tempat berkumpul
dengan alun-alun Yogyakarta. Kesamaannya, sunyie di Ternate juga apabila ada kegiatan vulkanik dan tekntonik, dan ruang kosong
merupakan bagian, dan terletak pada sumbu tatanan gunung-laut. sunyi yang simbolik di antara permukiman-permukiman komunitas
Gunung di barat, di belakang kedaton, laut di sisi timur Sunyie yang ramai di sekelilingnya.
Lamo. Sumbu gunung-laut yang melalui kedaton dan kedua sunyie
menurut Wuri Handoko, arkeolog di Balai Arkeologi Ambon-
Gambar x: Sunyie dan Kedaton Ternate dalam keadaan agak Indonesia, juga menjadi batas antara permukiman kerabat sultan
terbengkalai pada sekitar tahun 1930. Foto koleksi Leiden dan keturunan mereka yang bertugas sebagai dano-dano (abdi
Universiteit, KITLV 89283 dalem) di sebelah utara, dan permukiman keturunan Sultan dan
File foto b/w: Ternate_Istana c1930_KITLV89283.tiff para pejabat Bobato 18 (semacam dewan perwakilan) di belahan

161 Wuri Handoko (Balai Arkeologi Ambon), Tata Kota Islam Ternate:
Tinjauan Morfologi dan Kosmologi, dalam KAPATA Arkeologi Volume 11
Nomor 2, November 2015: 123-138.

58
selatan kota setelah masjid dan pasar.162 Sumbu gunung-laut
menata ruang sosial kota feodal. Di Bali tidak digunakan istilah alun-alun. Ruang terbuka yang
Hubungan antara gunung, kedaton dan laut melalui kedua merupakan bagian dari pusat kota disebut “lapangan” atau
sunyie bersifat langsung pada satu sumbu tegak lurus. Di belakang “lapangan puputan”. Puputan adalah peristiwa bunuh diri massal di
kedaton di masa lalu dipercayai tidak ada permukiman, tidak ada hadapan pasukan Belanda pada tahun 1906 di Badung, Kesiman
yang menghalangi hubungan antara kedaton dengan gunung.163 dan Denpasar, dan pada 1908 di Klungkung, sebagai tanda lebih
Sunyie berarti lapangan. Kedua “sunyie” dipsahkan jalan, dan baik mati daripada menyerah kepada Belanda. Ada paralelisme
berbeda ketinggian 3 meter. Di atas (barat) Sunyie Ici masih antara nama Lapangan Puputan dan Lapangan Merdeka. Keduanya
terdapat halaman luas yang langsung menyentuh alas dinding menunjukkan suatu reaksi pasca-kolonial.
depan kedaton. Pada pusat halaman ini, 14 mdpl, terdapat beda Sedangkan di luar Jawa, Madura dan Bali, lapangan di tengah
ketinggian 5 meter dengan Sunyie Ici (9 mdpl), atau 8 meter kota lazim disebut Lapangan Merdeka, kadang-kadang “Lapangan
terhadap Sunyie Lamo (6 mdpl). Dengan demikian kita Merdeka X”, dengan X suatu tambahan oleh kota-kota tertentu.
mendapatkan tiga pelataran yang efektif membentuk hirarki Beberapa kota juga belakangan juga menggunakan atau
berdasarkan ketinggian dan kedekatan dengan kedaton, dengan menambahkan kata alun-alun, sehingga misalnya menjadi “Alun-
dramatika lebih besar antara pelataran pertama paling atas dengan alun Lapangan Merdeka X”, bersamaan dengan kelatahan
yang kedua. Ada tangga yang indah dan besar menghubungkan membuatkan huruf-huruf besar nama lapangan atau kota tersebut.
keduanya. Tiga jenjang pelataran menurut ketinggian, yaitu yang Maka ada lapangan merdeka di Medan, Watampone, Sukabumi,
makin ke bawah atau hilir makin bersifat terbuka untuk umum, atau Balikpapan, Ambon, Binjai, Tebingtinggi, Natal, Muntok,
sebaliknya makin ke atas atau hulu makin tertutup dan ekslusif, Pangkalpinang dan lain-lain. Yang di Pangkalpinang belakangan ini
mengingatkan kita akan tatanan penjenjangan yang sama di disebut juga “Alun-alun Taman Merdeka”. Tidak ada masjid di
Lombok, Bali dan Jawa. sekitar lapangan ini. Yang ada malah gereja Kristen di sisi timur.
. Kediaman walikota terletak di sisi utara. Sementara alun-alun di
Lapangan Merdeka Serasuba, Bima. Ngawi juga disebut Alun-alun Merdeka. Kebiasanaan menamakan
lapangan sebagai “Lapangan Merdeka” mungkin lahir dari upacara
Suatu lapangan di luar Pulau Jawa yang masih dapat peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang diikuti wakil-wakil
dihubungkan dengan alun-alun dalam tradisi Jawa, adalah sekolah seluruh kota.
Lapangan Merdeka Serasuba di Bima. Ada masjid tua, Masjid Sultan
Muhammad Salahuddin (1737) padanya, tapi bukan di sisi barat, Tidak di semua kota satu lapangan seperti alun-alun utama
melainkan di sudut tenggara. Tiga perempat lebar pekarangan berperan penting di pusat. Di Bogor, yang berperan di pusat kota
masjid berhadapan dengan kurang dari separoh lebar sisi selatan dan menentukan struktur keseluruhan kota adalah Kebun Raya
lapangan. Dengan letak demikian, maka masjid tidak menghadap ke Bogor. Ada lapangan Sempur di sebelah utaranya, tapi ukuran
lapangan, melainkan menyamping terhadapnya. . Di sisi timur maupun lokasinya tidak dapat menyaingi Kebun Raya Bogor.
terdapat keraton Asi Mbojo (1888) yang kini menjadi museum. Makassar Lapangan Karebosi dominan, tetapi kota itu juga memiliki
Arah kiblat sama dengan arah hadapan keraton. Sumbu bangunan Lapangan Hasannudin dan Taman Hasanuddin, selain Taman
masjid yang tegak lurus dengan sumbu ke arah mihrab, mengarah Balaikota dan Taman Macan.
ke sudut tenggara lapangan. Jadi, alih-alih berhadapan dengan Selain itu banyak kota dalam perkembangannya ada yang
lapangan, masjid terletak menyamping terhadapnyaDi sisi utara membuat ruang-ruang baru. Perancang kota kolonial seperti
belahan barat nampak pula ada bangunan peninggalan dari masa Thomas Karsten dan lain-lainnya memperkenalkan ruang terbuka
kesultanan. Masjid baru yang lebih besar dibangun di tempat lain, pada berbagai skala dan dengan berbagai bentuk di kawasan-
sekitar 200 meter ke arah timur laut dari lapangan tersebut. kawasan baru yang tadinya di pinggir kota tetapi kemudian menjadi
Pembagian ruang (blok) kota tampak telah mengikuti jalan-jalan cukup di kawasan pusat. Hal ini terdapat misalnya di Malang,
yang menerus dari sisi-sisi lapangan, suatu indikasi bahwa lapangan Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Bandung dan lain-lain. Lihat di
itu berumur tua, setua kota tersebut. Malang misalnya. Seiring dengan sempat “mati surinya” alun-alun
Semarang, misalya, ruang-ruang lain tumbuh dan berkembang
Alun-alun di Madura sehingga sempat dikira alun-alun. Di Malang, ada istilah alun-alun
bunder yang nama asalnya adalah J.P. Coen Plein. Diameternya 120
Lapangan dan Lapangan Merdeka meter. Alun-alun Malang berukuran 170m x 201 m.

162 Handoko, 2015: 128. 7 163 Handoko, ibid.: 135

59
ruang terbuka seperti plein/square/place di atas, tetapi kebiasaan
Setidaknya dua kota besar di Jawa pernah “kehilangan” alun- tropis kita memisahkannya dari gedung-gedung di sekelilingnya
alunnya, yaitu Semarang dan Surabaya. dengan “halaman” yang secara teknis disebut ruang “GSB” (Garis
Semarang baru-baru ini berupaya memulihkan alun-alunnya. Sempadan Bangunan). Dengan penjelasan di atas kita dapat
Sedang alun-alun Surabya tidak mudah mengenalinya sebagai alun- memahami catatan dari arsitek pelopor Belanda, H. P. Berlage dari
alun dalam pengertian tradisional. Ia sempat tercabik oleh kunjungannya pada tahun 1923.
kolonialis Eropa, dan kini tersisa sebagai ruang terbuka hanya Sementara itu, dengan dibangunnya Weltevreden, mereka terjatuh
sebagian saja dari ukuran alun-alun awalnya. Kini suatu taman yang lagi ke dalam suatu jebakan lain dari tata kota. Apa yang merupakan
tertutup, yang hanya dapat dimasuki melalui pintu tertentu, bukan tuinstad (kota taman) dalam pemhaman Barat, di Timur telah menjadi
terbuka di semua sisi. Bagian intinya juga tidak tampak dari luar berarti parkstad (kota kebun). Sebab, rumah-rumah memiliki halaman
depan yang dalam di tepi jalan lebar dengan deretan megah pohon-
karena batas-batas kelilingnya yang ditinggikan dari jalan. Kedua
pohon yang indah, yang mengelilingi halaman rumput, yang terkadang
kota itu memang sangat awal dikuasai kolonialis Belanda—
menyandang nama plein, tetapi tidak memiliki karakter dan sama
Semarang pada tahun 1678 dan Surabaya tahun 1743164—sehingga sekali tidak mendekati konsep Barat. Seharusnya nama veld (lapangan)
jejak tradisional lama terhapus atau tertimpa oleh tatanan kota tetap dipertahankan (seperti di Den Haag).
yang dibangun penjajah. Namun, memang pada awalnya sudah ada perbedaan antara rumah
Di Banda Aceh pun, yang baru dikuasai pada tahun 1873, jejak Batavia lama di dalam tembok kota lama dan yang di luarnya, dengan
alun-alun hampir terhapuskanseluruhnya oleh stasiun dan rel yang diluar ini umumnya bersifat Indis, lebih sesuai dengan
kereta api yang di bangun di tengah-tengahnya. Di Semarang alun- lingkungannya. Sebagai rumah di luarbkota (buitenhuis), yang baru
alun pun mengalami pragmatisme tanpa kreativitas: alun-alun mendaptkan bentuk pasti di abad ke-19, hal tersebut sejujurnya dapat
pernah dijadikan terminal angkutan umum. Di Eropa memang lazim dipahami. Sebab, kawasan-kawasan baru di kota-kota Hindia Belanda
suatu plein dilalui jalur angkutan umum, termauk yang memiliki kemiripan luar biasa dengan kawasan-kawan vila di kampung-
kampung pedesaan di negeri asal. Hanya saja tanpa lantai atas.
menggunakan rel. Plein (Belanda), place (Perancis) atau square
Rumah-rumah di Batavia lama yang merupakan blok-blok bangunan
(Inggeris) adalah yang paling mungkin dibandingkan dengan alun-
tertutup berbeda dari rumah-rumah Indis yang berupa bangunan-
alun, apabila yang kita maksud adalah suatu ruang terbuka yang bangunan (tunggal) terbuka, yaitu dalam hal mereka selalu memiliki
dikelilingi beberapa bangunan yang merumahi lembaga-lembaga lantai atas dan tidak memiliki halaman.
kekuasaan setempat. Di Eropah itu berarti setidaknya balaikota, Jelas, seperti yang telah disebutkan, bahwa model Belanda telah
dan gereja. Sesungguhnya beberapa bangunan atau fasilitas umum dipilih sebagai contoh. Orang Belanda bahkan mengabaikan contoh
yang cukup besar—stasiun, misalnya-- akan memiliki ruang terbuka rumah orang Portugis yang merupakan hasil dari pengalaman yang
demikian sebagai caranya berhubungan dengan kotanya, dan lebih panjang dalam membangun dinding tebal untuk melawan panas
kemudian ruang terbuka itu disebut dengan nama fasilitas umum dan hanya tinggal di lantai yang diangkat ke atas tanah untuk melawan
itu, misalnya stationsplein di Belanda. kelembaban. Orang Portugis mungkin, karena tidak begitu bodoh, telah
Hanya saja, meskipun alun-alun dan plein memiliki kesamaan mengamati penduduk asli, yang selalu membangun rumah panggung
di atas tiang.165
kesamaan sebagian kegiatan dan bangunan institusional di
sekitarnya, plein/square/place itu tidak pernah berupa lapangan
Sebelumnya, pada tahun 1895 kita mendapat gambaran dari
rumput atau pasir, dan tidak ada halaman yang memisahkannya
ahli pertanian Amerika, David Fairchild, yang singgah di Batavia
dengan bangunan-bangunan sekitarnya. Suatu plein akan memiliki
dalam perjalanan ke Kebun Raya Bogor:
permukaan keras yang sama dengan jalan-jalan di sekitarnya, dan
Lapangan terbukanya yang besar, Koeningsplein, dikelilingi pohon-
ia akan dibatasi langsung oleh muka-muka bangunan. Di Jakarta,
pohon fikus raksasa dan, dalam keteduhannya, orang-orang Jawa
ruang terbuka di depan balaikota lama—sekarang Museum Sejarah berturban berjalan dengan kaki telanjang, menyebabkan ayunan topi-
Jakarta—dapat dikatakan masih tepat sesuai dengan citra Eropa topi anyaman bambu mereka yang indah, atau memikul pada bahunya
demikian. Dulu juga disebut stadshuisplein. Dahulu, juga yang di batang bambu panjang dengan keranjang pada tiap ujung. Kuda-kuda
depan stasiun Jakarta Kota disebut stationsplein. Lapangan Monas, kecil berlari-lari kecil, menghela pejabat berpakaian putih yang duduk
kalau dilihat dari fungsi sekitarnya, dapat dikatakan berupa suatu

164 Jadwal penaklukan kota-kota di wilayah kepulauan Nusantara Kedu, Jipang, Wirasaba pada tahun 1812; Banyumas, Bagelen, Madiun
selengkapnya adalah sebagai berikut: Ambon, 1605; Ternate, 1607; dan Kediri 1830 (setelah Perang Diponegoro); Banda Aceh, 1873/4;
Batavia, 1619; Makassar: 1669; Wilayah Barat Priangan, 1677; Semarang, Mataram-Cakranegara, 1894.
1678; Cirebon dan wilayah timur priangan, 1705-6; Surabaya (dan semua 165 Berlage, 1931: 27.

pantura), 1743; Malang dan Bangli, 1771; Pacitan, Grobogan, Blora,

60
membelakangi pak kusir di atas kereta beroda dua yang disebut dos-a- File foto b/w: Jakarta c1930_Koningsplein-zuid in
dos.166 Batavia_KITLV25619.tiff
Di natar hotel, silau tengah hari dilunakkan oleh teduhan beringin
raksasa yang menaungi semua,[….] 167 Alun-alun Semarang

Rumah-rumah di Batavia Baru (Nieuw Batavia) atau Alun-alun Semarang pada peta tahun 1866 sudah tampak aneh
Weltevreden, yaitu Gambir sekarang, adalah upaya orang-orang sekali, tidak berbentuk persegi empat yang jelas, melainkan
Belanda untuk keluar dari hunian berjenis blok bangunan tertutup terbelah menjadi dua bagian pada belahan selatan, sedangkan
(gesloten bebouwing) di kota tua Oud Batavia, dan melakukan belahan utaranya berbentuk segitiga. Pada peta 1908 ia tampak
penyesuaian pertama dengan iklim tropis. Hal ini kemudian kita terbelah-belah menjadi empat. Dua belahan utara berbentuk
lihat juga di berbagai kota lain di Hindia Belanda di tiga dasawarsa segitiga dan dilalui rel kereta api. Belahan barat bagian selatan,
pertama abad ke-20, sebagai bagian dari program perluasan kota yang berhadapan dengan masjid, disebut stadstuin, dengan
utuk orang Eropa. Orang-orang Belanda di Hindia Belanda merujuk, gambar semacam pola organik pertamanan eropa. Ada bangunan
kepada vila-vila pinggiran kota milik orang-orang kaya di Belanda, besar di tepi jalan barat. Masjid, dalam semua peta, seperti juga
mungkin terdorong oleh aspirasi untuk meniru mereka. Kata keadaan sekarang, menghadap ke sudut barat daya alun-alun.
Berlage, bentuk-bentuk demikian tidak berbeda dengan lingkungan
villa dari kaum burjuasi kecil di kota-kota dan desa-desa di Belanda Gambar X: Peta alun-alun Semarang pada tahun 1866. Koleksi
sendiri, hanya terjangkau oleh sekelompok kecil orang.168 Orang- Universiteit Leiden, KK 162-04-01.
orang kaya Indonesia pasca-kolonial kemudian merujuk kepada File peta berwarna (dijadikan b/w): Semarang 1866_KK 162-04-
hunian orang-orang Belanda ini. Tanpa disadari, atau mungkin 01.tiff
aspirasi tersebut memang tidak dihindari, jenis hunian demikian itu Gambar X: Alun-alun Semarang, 1908. Dari koleksi Leiden
merusak kota karena boros tanah, tidak mampu mendukung Universiteit, D E 38,3 blad 1.
kehidupan kota yang lebih padat, bahkan menghambat File peta berwarna (dijadikan b/w): Semarang en Omstreken
pemenuhan hak hunian rakyat banyak, yang kenyataannya menjadi Utara 1908_D_E_38_3_blad_1.tiff
tantangan pasca kemerdekaan hingga sekarang. Di Weltevreden
tiap rumah dikelilingi halaman (luas dan sangat luas). Gambar X: Pintu masuk ke Stadstuin di alun-alun Semarang,
Mungkin Berlage tidak perlu terlalu menyalahkan orang tampak sudut barat laut, sekitar tahun 1927. Koleksi Leiden
Belanda sendiri karena tidak belajar dari orang Portugis. Contoh Universiteit, KITLV 84168.
lebih awal dari rumah batu yang menempel tanah kemungkinan File foto b/w: Semarang_Ingang van de Stadstuin te Semarang
berasal dari negeri tetangga, yaitu Banten. Di sini model rumah c1927_KITLV84168.tiff
orang-orang Cina, dari bata dan menempel tanah, banyak dibangun
sejak akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, dan menjadi disukai Gambar x: Terminal Bus di utara Pasar Johar, karya Thomas
serta bahkan diperintahkan oleh Sultan Ageng (1651-1682). Ketika Karsten, dibuka 1 Juli 1932. Sumber: majalah Locale Techniek,
Batavia lama dibangun, 1620an, di Banten sudah banyak rumah- Oktober 1932, halaman 10.
rumah dari bata. Kemungkinan besar juga di kota-kota lain File gambar b/w (perlu digambar ulang) halaman 10 dari: locale
sepanjang pesisir utara Jawa orang-orang Cina sudah membangun techniek 1932 October.pdf
rumah dari bata dan menempel tanah. (Lihat Bab Banten)
Terminal bus di seberang utara Pasar Johar, yang dibuka pada
Gambar x: Peta Gambir Tahun 1880, memperlihatkan rumah-
tanggal 1 Juli 1932, sebenarnya meneguhkan kepusatan alun-alun
rumah dengan halaman besar. Koleksi Leiden Universiteit, D E 24 8
dan sekitarnya, termasuk peran Pasar Johar. Terminal ini dianggap
blad 4
diperlukan karena jumlah kendaraan (bus) yang selalu bertambah.
File peta berwarna: Gambir 1880_D_E_24_8_blad_4.tiff
Perancangnya adalah Ir. Thomas Karsten, dengan mengikuti
prinsipnya, bahwa terminal bus harus terletak di luar jalan umum,
Gambar x: Jalan Medan Merdeka Selatan, sekitar 1930. Koleksi
agar kendaraan yang lain tidak terhalang oleh keluar masuk dan
Leiden Universiteit, KITLV 25619

166 Bahasa Perancis yang berarti beradu punggung, asal kada “sado”. Bovendien bleek het oorspronkelijk type nog maar voor weinigen
167 Fairchild, 1937: 62. bereikbaar, zoodat het aanvankelijk ontstaan der reeds genoemde
168 Berlage, 1931:28. kwartieren, zich in niets onderscheidt van de klein-burgerlijke villawijkjes
onzer steden en dorpen.

61
berputarnya bus. Terminal ini juga memiliki fasilias untuk keperluan Bagian tengah alun-alun diangkat menjadi lebih tinggi sekitar 2
bus, seperti bensin, oli, angin (untuk ban), air, dan lain sebagainya, meter daripada pelataran yang mengelilinginya, menjadi suatu
serta juga memiliki akses ke tempat perhentian taxi. Kenyataannya, “panggung” besar berukuran 65mx95m (6.175 m2), menyisakan
karena memang dibutuhkan. Pada gambar denah terminal bus pelataran lebih rendah di sekelilingnya seluas 11.950 m2, karena
Karsten di atas (Gambar X) tampak ada alun-alun bagian selatan, di luas total alun-alun adalah 18.125 m2. Dari pelataran orang naik ke
seberang barat Pasar Johar, dan alun-alun bagian utara, di sisi barat “panggung” besar tersebut dengan undak-undak yang mengelilingi
terminal bus. hampir keseluruhan tepi panggung. Panggung ini ditanami rumput.
biaya pendirian terminal yang mencapai 25.000 gulden ini Di bawah panggung terdapat ruang setengah bawah tanah,
malah menghasilkan keuntungan bagi pemerintah kota, yang sehingga pada permukaan panggung itu perlu dibuat 12 lubang
diperoleh dari uang sewa yang diterima dari perusahaan bus berbentuk bujur sangkar untuk menyediakan cahaya ke bawah.
sebesar 350 gulden per bulan. Jumlah itu diproyeksikan akan Ruang setengah bawah tanah itu disediakan untuk parkir motor dan
bertambah pula setelah didirikan rumah-rumah penjualan bensin pedagang. Pelataran yang lebar ada di sisi barat, utara dan selatan,
di atas peron. Sewa tempat perhentian yang letaknya di sepanjang mungkin dengan perhitungan dapat digunakan sebagai perluasan
jalan besar per bulan sebesar 15-20 gulden, dan yang di belakang tempat salat Jumat karena mnghadap ke masjid. Permukaannya,
10 - 15 gulden.169 Namun, pemusatan kegiatan yang terus menerus serta pola tamannya, memang bergaris-garis membentuk saf sesuai
meningkat, terutama setelah kemerdekaan Indonesia, pada arah kiblat. Separuh pelataran selatan, yang memanjang pada sisi
akhirnya mengorbankan alun-alun itu sebagai pasar juga, sampai luar, memiliki lapangan rumput dan sekumpulan pohon-pohon—
sekitar tahun 2017 ketika dimulai upaya mengembalikan fungsinya suatu taman. Rancangan lapangan ini menampung berbagai
sebagai ruang terbuka. kegiatan di sekitar dan di dalamnya yang telah berkembang sejak
berhenti berperan sebagai alun-alun tradisional. Ia tidak
“Ternyata Alun-alun Kota Semarang itu Bukan Simpang Lima”170 memulihkan ruang alun-alun itu sendiri dalam pengertian
adalah judul berita di tahun 2018,171 yang menunjukkan persepsi tradisionalnya. Ia suatu tafsir tentang kebutuhan dan bentuk ruang
umum masyarakat di kota itu, yang alun-alun aslinya tidak lagi terbuka masa kini dan mungkin masa depan.
menjadi penting seperti di kota-kota Jawa lain. Peta oleh Johannes Widodo menunjukkan alun-alun sudah ada
Alun-alun Kota Semarang yang sesungguhnya ada di sebelah setidaknya sejak akhir abad ke-16.174 Semarang adalah kota
barat Pasar Johar.172 Cukup lama ia tertutup oleh perluasan pelabuhan penting Kesultanan Demak sejak abad ke-15. Pertikaian
kegiatan pasar tersebut. di dalam keraton Demak dalam kurun waktu 1546-1554
Pembangunan kembali alun-alun Semarang dimulai pada 22 menyebabkan penghancuran Semarang yang menyebabkannya
Agustus 2018, dan sudah mulai digunakan pada awal tahun 2020. kehilangan galangan kapal, yang sejatinya merupakan salah satu
Alun-alun ini berukuran kurang lebih 140 x 140 m2. Sisi timurnya, yang terpenting di pesisir Jawa Tengah dan Timur ketika itu. Alun-
yang berbatasan dengan Pasar Johar, berarah persis utara-selatan, alun memperoleh makna penting kembali sebagai pusat kota ketika
tanpa deklinasi. Sisi selatan dan utaranya sedikit miring. Sisi barat pada tahun 1575 Ki Ageng Pandan Arang, seorang tokoh dan
miring 100 ke arah barat. Masjid Kauman, terletak di sebelah barat penyebar agama Islam keturunan Arab, bersama denga
daya alun-alun ini, tidak ditengah-tengah seberang sisi barat alun- pengikutnya, membangun permukiman di sisi barat dan selatan
alun. Gerbang masuk ke masjid menghadap ke pertigaan jalan di alun-alun. Kediaman pemimpin itu sendiri berada di selatan alun-
sudut barat daya alun-alun, bukan ke sisi barat alun-alun. alun, dan masjid di sisi baratnya.175 Pada masa ini pusat VOC ada di
Anggaran yang digunakan berasal dari APBD Kota Semarang Jepara, menguasai galangan pembuatan kapal di kawasan ini hingga
sendiri, yaitu Rp 40 miliar di tahun 2018, Rp 40 miliar di tahun 2019, Rembang, dengan mengandalkan kekayaan hutan jati di
dan Rp 50 miliar pada 2020 untuk sarana prasarana di sekitar alun- pegunungan kapur (karst) Kendeng.
alun.173

169 Ir. J. A. Koveman, AUTOBUSSEN STANDPLAATS TE SEMARANG, dalam 172 Pasar ini terbakar pada tahun 2015; kini telah selesai dipugar mengikuti
Locale Techniek, Oktober 1932: 9-12. rancangan awal Thomas Karsten.
170 Simpang Lima sebenarnya memiliki enam jalan cabang, kalau 173 https://travel.detik.com/travel-news/d-4844488/menanti-alun-alun-
memperhitungkan jalan yang relatif lebih kecil ke arah tenggara, ke arah semarang-reborn
Jalan Erlangga. Sedangkan bundaran Tugu Muda memiliki tujuh jalan 174 Widodo, 2005: 163.

yang menyebar darinya. 175 Widodo, 2005: 164.

171 https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4179389/ternyata-alun-

alun-kota-semarang-itu-bukan-simpang-lima

62
Pada tahun 1678 Semarang resmi diserahkan kepada penjarah Surabaya yang dulu bukan yang sekarang di depan gedung
VOC, yang kemudian membangun benteng di sini, dan akhirnya balaikota, yang oleh para kolonialis pendirinya dimaksudkan sebgai
memindahkan pusatnya dari Jepara ke Semarang pada tahun 1697. suatu (stadshuis-)plein yang bagaimanapun sekarang telah menjadi
Sejak ini lah nampaknya identitas Jawa Mataram Semarang sudah taman tertutup, halaman balaikota, bukan plein terbuka dalam
mulai tergerus, dengan dampak akhir antara lain “menghilangnya” pengertian square ataupun alun-alun.
alun-alun. Tentang ini, tidak dapat disimpulkan hanya semata
karena letaknya di pesisir yang jauh dari pengaruh pusat budaya Gambar X: Foto udara lapangan di depan Balaikota Surabaya, tahun
Jawa Mataram dengan ibukotanya di pedalaman. Tuban, hingga 1948. Sebelah kiri bawah tampak perumahan cul-de-sac Taman
kini masih mempertahankan kurang lebih integritas alun-alunnya, Aksara oleh arsitek Schoemaker. Koleksi Leiden Universiteit, KITLV
termasuk letak permukiman Tionghoa dan klenteng yang tidak MLD229_021
biasa bila dibandingkan dengan banyak kota-kota lain. Permukiman File foto b/w: Surabaya Balaikota 1948 KITLV MLD229_021.tiff
orang Tionghoa ada di sepanjang pesisir di utara alun-alun. Sebuah
Kelenteng terletak persisi di seberang jalan, di sisi utara alun-alun. Menurut peta-peta lama, alun-alun Surabaya yang dulu adalah
Tuban adalah kota di pesisir utara Jawa setia kepada Kerajaan yang sebagiannya sekarang menjadi tempat Tugu Pahlawan, di
Majapahit hingga akhirnya. seberang barat Kantor Gubernur Jawa Timur. Banyak peta dari
Di sekitar alun-alun Semarang sejak pertengahan abad ke-19 masa lalu meneguhkan hal tersebut. Peta dari tahun 1825 adalah
hingga sebelum PDII kemudian dibangun Kantor Pos, hotel Du salah satunya. Bagaimanapun, sebenarnya mungkin saja ada
Pavillion (1847, sekarang Hotel Dibyapuri) dan Pasar Johar. Gedung beberapa lapangan di Kota Surabaya di masa lalu yang disebut alun-
"Kanjengan" pun hilang. Jumlah pedagang meningkat pesat alun, misalnya lapangan halaman masjid, atau halaman pendapa
sehingga menduduki alun-alun Kota Semarang. Kios-kios pasar bangsawan tinggi dan kemungkinan lainnya.
menutupi hampir seluruh alun-alun, sehingga dilupakan dari Peta tahun 1825 ini menarik karena padanya hampir seluruh
ingatan umum sampai tahun 2010an. Menurut cerita, Simpang bidang kosong yang tidak berbangunan dari batu (warna merah
Lima adalah pilihan Sukarno, karena beliau memerlukan tempat muda) diberi tekstur seperti gambar-gambar kecil. Juga bidang-
untuk berpidato, sedangkan alun-alun sudah menjadi pasar di bidang sawah dan tambak mendapat tekstur garis-garis.
tahun 1960an. Keseluruhannya seperti batik dengan tiga warna: biru (laut, sungai
Hilangnya alun-alun Semarang mencerminkan perkembangan dan cipratan biru untuk tambak/rawa), merah muda (blok
kota yang sangat pesat sejak setidaknya pertengahan abad ke-19. bangunan dari batu) dan hitam (jalan, pepohonan, garis-garis lain).
Kepentingan pemanfaatan kota sebagai salah satu titik ekspor Di bagian tengah peta, pada ruang-ruang terbuka ada gambar-
terpenting di Pulau Jawa oleh Belanda berjalan seiring dengan gambar kecil seperti tanaman. Beberapa bisa dikenali, misalnya
ketidakhadiran budaya Jawa yang lebih kuat seperti di pedalaman pohon kelapa. Ada juga persegi panjang kecil-kecil, yang
(Yogya dan Solo). Di pertengahan tahun 2010an, Semarang pun nampaknya bangunan kampung (bukan dari batu). Di bagian pesisir
mendapat dampak dari munculnya keganderungan akan heritage di utara, tampak tambak mendapatkan tekstur tersendiri. Begitu
dan ruang terbuka, yang tidak terpisah dari gejala yang sama di juga yang kelihatan seperti ladang atau sawah di timur. Pada peta-
semua kota-kota besar Indonesia, seiring dengan berkembangnya peta sesudahnya, misalnya yang dari tahun 1920an, memang biasa
kelas menengah dan kaum muda, serta pewacanaan umum tanaman juga digambarkan, tetapi biasanya jarang-jarang saja,
tentang kota sebagai kepentingan gaya hidup warga pada karena dimaksudkan sebagai simbol. Pada peta 1925 ini gambar-
umumnya. gambar pohon-pohon ini sangat rapat seolah benar-benar realistis
seperti keadaan sebenarnya, tapi sebenarnya tidak.
Alun-alun Surabaya Penghancuran alun-alun Surabaya setidaknya sudah
berlangsung sebelum tahun 1866. Pada peta dari tahun ini, lokasi
Alun-alun di Surabaya juga sempat kabur pada kesadaran atau alun-alun telah menjadi lapangan terbuka tanpa bentuk jelas,
masyarakat. Ada sejumlah nama jalan yang menggunakan kata dan pada sebagiannya (sisi barat) telah terbangun gardu benteng
“alun-alun”, sehingga sebagian masyarakat mengira ada tiga alun- (bastion) berbentuk taji. Benteng ini mengelilingi inti Kota Surabaya
alun Kota Surabaya di masa lampau: Alun-alun Perak, Alun-alun di masa itu, mulai dari tepi sungai di timur alun-alun, lalu
Bangunsari, dan Alun-alun Contong. Sebagian mempercayai alun- melengkung ke barat lalu ke utara dan ke timur lagi bertemu sungai.
alun Surabaya yang asli sekarang terletak di antara Jalan Alun-alun Jalur kereta api kemudian melalui jalur bekas tembok benteng ini.
Contong di sisi barat dan Jalan Kramat Gantung di sisi Timur, di Pada peta 1905, belum nampak adanya rehabilitasi alun-alun ini
utara (atau barat-laut) dari ujung barat Jembatan Peneleh, di sebagai suatu lapangan yang berbentuk tegas segi empat. Peta
penghujung Jalan A. Yani. Harus ditegaskan juga, bahwa alun-alun 1925 menunjukkan bagian utara alun-alun, yang sekarang diduduki

63
oleh gedung Bank Indonesia, bertandakan stasdstuin, taman kota. bangunan Museum 10 November berbentuk tiga piramida dan
Sedangkan pada lokasi alun-alun sekarang berdiri sebuah gedung pelataran sekelilingnya, yang diturunkan di bawah permukaan
besar. Peta 1940 menunjukkan adanya bangunan di sisi barat tanah. Di selatan tugu terdapat lapangan upacara berbentuk bujur
lapangan tersebut. Pada lokasi Taman Tugu Pahlawan sekarang sangkar.176 Di sisi barat dan timur lapangan ini terdapat taman
masih nampak sebagian besar tertutup bangunan. Peta 1943 dengan peopohanan besar yang rindang. Begitu juga di sekeliling
menunjukkan gedung di atas alun-alun Tugu Pahlawan, di seberang barat, utara dan timur museum. Lapangan parkir dan pintu utama
Gedung Gubernur, adalah Gedung Pengadilan. Berdasarkan peta ada di sisi paling lebar, selatan. Suatu pagar berundak pada sisi luar
1825, sebenarnya letak alun-alun Surabaya sebenarnya mencakup membatasi taman ini dari trotoar sekelilingnya. Praktis dari luar
tapak gedung kantor gubernur dan separoh dari lapangan Tugu orang sama sekali tidak dapat melihat ke dalamnya.
Pahlawan sekarang. Jalan Veteran kurang lebih berada di tengah-
tengahnya. Gambar X: Foto udara lapangan yang kemudian menjadi Taman
Tugu Pahlawan, 1948. Koleksi Koleksi Universiteit Leiden, KITLV
Gambar peta alun-alun dan sekitarnya di Surabaya tahun 1677, MLD223-008.
1825, 1866, 1867, 1905, 1934, 1940 dan 1943. File foto b/w (crop buang bagian atas):
1825_Surabaya_Kaart van Soerabaia 1825_KK 163-01-01.tiff Surabaya Tugu Pahlawan 1948 KITLV MLD223_008.tiff
1866_Surabaya_Kaart van Soerabaia 1866_KK 163-01-03.tiff
1867_Surabaya 1867_D E 53,6.tiff Peletakan batu pertama Tugu Pahlawan Surabaya dilakukan
1905_Soerabaja 1905_KK 163-01-05.tiff oleh Sukarno pada tanggal 10 November 1951, tetapi konstruksi
1925_Surabaya c1925_DE53,10.tiff baru dimulai pada Februari 1952. Sukarno kembali meresmikan
Surabaya 1934.png penyelesaiannya pada 10 November 1952. Dalam kurun waktu
1940_Surabaya oleh Het Woningbureau Versluis 1991-1998 dilakukan berbagai perbaikan dan dibangun museum di
N.V_DD57,10.tiff sebelah utara tugu. Sebelum PD II di sini berdiri gedung pengadilan
Surabaya 1943.png (Raad van Justitie), yang selama pendudukan Jepang dijadikan
markas Kempetai, diambil alih oleh pemuda-pemuda Indonesia
pada tanggal 2 Oktober dijadikan markas Polisi Tentara Keamanan
Alun-alun ini kemudian terbelah tidak simetris oleh rel kereta Rakyat (PTKR), dan kemudian hancur karena bom tentara Sekutu.177
api yang digelar dengan arah dari/ke tenggara ke/dari barat-laut di
bagian utaranya. Taman kota (stadstuin) yang dibangun di tempat Alun-alun sebagai Ladang Intervensi
sekarang gedung Bak Indonesia, tampaknya populer di masa
kolonial, di beberapa dasawarsa sebelum PD II, banyak difoto. Perubahan pada alun-alun menjukkan beberapa cara atau
bentuk intervensi pemerintah kolonial Belanda, dan kemudian oleh
Gambar Xa-d: Foto-foto Stadstuin Surabaya, akhir abad ke-19 rakyat dan pemerintah Indonesia sendiri, pada perkembangan kota
hingga 1940an. Taman kota dalam citra Eropa. Koleksi Universiteit Indonesia. Sesudah kemerdekaan, hingga cukup jauh pasca-orde
Leiden, KITLV 1404399 Tahun 1910-4), KITLV 1407195, KITLV baru, rakyat mendaku beberapa alun-alun dengan kegiatan
200028 (1920-1940) dan KITLV 79872 (1894). perdagangan, selain juga untuk perluasan kegiatan agama (Islam).
File foto-foto b/w: Sejak awal abad ke-21, para arsitek dan pemerintah yang memasuki
Surabaya Stadstuin 1910-4_KITLV1404399.tiff jaman kemakmuran baru mulai melakukan pembangunan kembali
Surabaya Stadstuin peralihan abad 19-20_KITLV 1407195.tiff alun-alun di berbagai kota dengan berbagai tafsir baru.
Surabaya_Hoek stadstuin te Soerabaja1920- Oleh kolonialis Belanda, yang dilakukan adalah antara lain
40_KITLV200028.tiff menempelkan sesuatu di tepi alun-alun, biasanya dengan kantor
Surabaya_Muziekkapel in de Stadstuin te Soerabaya dan kediaman residen dan penjara, merupakan salah satunya.
1894_KITLV79872.tiff Bentuk lain menempelkan benteng tidak langsung pada tepi alun-
alun, tapi pada sumbu yang menuju ke alun-alun, misalnya pada
Dalam keadaan sekarang, pada Taman Tugu Pahlawan ini dapat kasus Yogyakarta dan Solo. Di beberapa kota Belanda juga
dikatakan ada dua bagian. Di sebelah utara Tugu terdapat membangun alun-alun baru di tempat baru, dan dengan demikian

176 Upara hari nasional tidak pernah lagi diselenggarakan di sini sejak 177 Sumber informasi: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya,
dipindah ke halaman Gedung Grahadi (kediaman resmi Gubernur Jawa Kajian Evaluasi Kawasan Tugu Pahlawan; Surabaya, 2011.
Timur).

64
juga bebas meletakkan bangunan-bangunannya di sekitar stasiun. rakyat menjadi masing-masing “orang lain”. Hal ketiga yang
Ini misalnya terjadi pada kasus Bandung. Alun-alun, dan keraton mungkin membuat marah sebagian masyarakat adalah elitisme
bupati dipindahkan, dibangun baru, agar alun-alun menempel ke yang menyalahkan rakyat sebagai “orang-orang sekarang berbeda”
Jalan Groote Postweg. (yang tidak tahu cara menghargai orang lain).
Pada Jakarta, kita masih memiliki Pelabuhan Sunda Kelapa dari
masa Fatahillah dan sebelumnya, tetapi tentu saja dengan Pernyataan Sultan HB X sendiri adalah: “Tujuan pembangunan
bangunan-bangunan di atas permukaan tanah yang sama sekali pagar agar alun-alun seperti tempo dulu”179 Dia mengacu kepada
berbeda. Korporasi penjarah VOC dengan kepala kelompoknya J.P. lukisan Johannes Rach tahun 1771. Namun, pagar alun-alun kali ini
Coen membangun benteng dan kemudian kota bertembok seluas tidak akan berupa tembok masif, melainkan pagar berupa tiang-
sekitar 120 hektar. Di dalamnya terdapat plein di depan balaikota tiang kecil dari besi dengan motif tombak, “pacak suji berwarna
yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta. hijau paraenom”.
Setelah mengatur atau merusak alun-alun, Belanda di akhir Yang dirujuk oleh Sultan adalah lukisn Johannes Rach yang
abad memperkenalkan berbagai ruang terbuka jenis lain. Pertama berjudul Istana Kesultanan Yogyakarta [Het gezigt van het Dalam
adalah ruang-ruang terbuka di depan stasiun. Juga balai-balai kota Sultan Sumatran Leggende op het Eyland Groot Yava aan de Noord
yang baru untuk kota-kota yang menjadi kaya karena eksploitasi Oost Zyde], koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, No.
perkebunan di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kemudian Inv. vL 32. Pada latar depan lukisan ini tergambar sebenarnya
taman-taman lingkungan perumahan di awal abad ke-20 yang kemungkinan besar pagar utara keraton pada posisinya yang
terkenal sebagai masa “perluasan kota” (stadsuitbreidings). sekarang, bukan pagar alun-alun pada posisi sekarang. Sedangkan
Thomas Karsten memiliki prinsip utuk menghubungkan kawasan- yang dirujuk sebagai pagar keliling di sisi barat, utara dan timur,
kawasan baru yang dirancangnya dengan sebanyak mungkin kelihatan sangat samar dan besar kemungkinan adalah tembok
kawasan di luarnya ke segala arah. Inilah asal usulnya suatu ruang batas antara alun-alun dan pekarangan-pekarangan lainnya di
baru: simpang tiga, empat, lima atau bahkan lebih, yang di tengah- sekeliling alun-alun, bukan pagar pada posisi pagar besi yang baru
tengahnya membentuk ruang yang cukup besar untuk sekaligus dibangun.
menjadi taman. Untuk yang terakhir ini contohnya adalah, Simpang Peta tahun 1825, 1830 dan 1833 menunjukkan adanya tembok
Lima Semarang dan Alun-alun Bunder di Malang. mengelilingi alun-alun, dengan dua bukaan, yaitu yang ke arah
Pada tahun 2021, alun-alun utara Yogyakarta mengalami Kauman dan yang ke Yudonegaran. Namun, tembok ini bukanlah
perubahan yang tidak terbayangkan sebelumnya: pemagaran. terletak pada tempat pagar sekarang, melainkan pada yang
Alun-alun itu pekarangan rumah bagi Raja, untuk dijaga agar tidak sekarang menjadi tembok pekarangan berbagai bangunan di
kumuh. Bagaimana kalau pekarangan rumah kalian dibuat kumuh oleh sekitar alun-alun, misalnya Masjid Agung, Museum Sanabudaya,
orang lain? Orang-orang sekarang berbeda dengan orang jaman dulu dan lain-lain. Jadi, tembok-tembok ini bukan untuk mengandangi
yang tahu cara menghargai orang lain.178 bagian tengah lapangan alun-alun seperti pagar besi sekarang,
melainkan bagian dari arsitektur pada masa itu, bahwa satu
Penjelasan di atas berasal dari tweet putri kedua Sultan HB X, pekarangan dan pekarangan lainnya dipisahkan oleh tembok.
GKR Condrokirono (46 tahun) melalui akun @gkrcondrokirono Dalam pengertian itu, tembok ini bahkan menjulur ke utara
pada tanggal 4 Juli 2021 jam 04:39 sore. Sebagian orang sepanjang kiri kanan Jalan Pangurakan sekarang.
sebenarnya berkeberatan dengan penggunaan Dana Keistimewaan
(dana khusus yag diterima oleh provinsi ini karena berstatus GambarX: Peta Keraton Yogyakarta tahun 1833 yang
sebagai daerah istimewa) sebesar 2,3 miliar, di tengah kesulitan menegaskan adanya tembok batas antara alun-alun dengan
wabah yang lebih mendesak membutuhkan dana. Namun, pekarangan-pekarangan sekitarnya, termasuk masjid.
pernyataan tersebut mengandung dua hal yang sangat penting File peta monokrom (bisa jadi b/w? crop hanya alun-alun utara
menandai bukan saja perubahan pada sikap terhadap alun-alun, dan sekitarnya)): Yogya_benteng 1833_Plattegrond van de
tetapi juga pada konsep raja dan kerajaan. Pertama Benteng Kraton en van de verdere Kota Jogjakarta_De transcriptie
dipentingkannya kepemilikan pribadi, “alun-alun adalah
pekarangan rumah bagi raja” dan runtuhnya kesatuan raja dan

178 Teks asli: “Alun-alun itu pekarangan rmh bagi Raja, utk di jaga agar tdk https://jogja.suara.com/read/2021/07/05/191905/ungkap-alasan-alun-
kumuh. Bagaimana kalau pekarangan rmh kalian dibuat kumuh oleh org alun-utara-dipagari-twit-putri-keraton-jogja-buat-warganet-ngamuk.
lain? Org2 skrg berbeda dgn org jaman dl yg tahu cara menghargai org 179 https://www.liputan6.com/regional/read/4274589/pembangunan-
lain” pada akun twitter GKR Condrokirono, dikutip dari pagar-mengelilingi-alun-alun-utara-yogyakarta-untuk-apa dibaca pada
tanggal 5 Agustus 2021 jam 13.00 WIB.

65
van t Javaans orgineel in t Hollands door mij er later bijgevoegd GP File peta berwarna (crop, pakai dari Tanahlapang ketjil di barat,
Rouffaer 1897_DE52,7.tiff Batoegantoeng di selatan, sampai Batoemerah di utara dan
Gambar X: Peta dari tahun sebelum 1830 menunjukkan adanya Belakang soja di timur): Ambon 1924_Leiden.jpg
pagar tembok lebih tegas dengan dua garis pada sisi timur, utara
dan sepanjang Jalan Pangurakan sekarang, tapi tidak tegas pada sisi Pada pertengahan tahun 2021, sejumlah masyarakat Kota
barat (depan masjid), dengan hanya satu garis. Medan yang menyebut diri Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Lapangan
File b/w (crop hanya alun-alun utara dan sekitarnya): Merdeka Medan memenangkan tuntutan di pengadilan agar
Yogya_Keraton_sblm 1830_Kaarten en teekeningen behoorende pemerintah kota mengembalikan lapangan tersebut sebagai ruang
bij de Java-Oorlog van 1825-1830_DE3,3.tiff terbuka hijau yang bebas dengan luas semula 4,88 hektar. Hal ini
terjadi karena selama bertahun-tahun sebelumnya ruang hijau
Lapangan Merdeka Medan lapangan ini terus menerus digerus menjadi makin sempit. Di sisi
baratnya telah dibangun sederet restoran, di siri timurnya
Penggunaan kata “Lapangan” sebenarnya tepat di kota-kota bangunan pertokoaan yang meneduhi tempat parkir di bawahnya,
yang memang tidak memiliki tradisi kerajaan Jawa. Ditambahnya dengan alasan untuk antara lain melayani stasiun yang tiba-tiba
kata “merdeka” sehingga menjadi “Lapangan Merdeka”, di sisi lain, menjadi sangat aktif karena ada jalur kereta api ke bandar udara
menunjukkan intervensi pemerintah Republik Indonesia. yang baru.
Namun, pergulatan yang sesungguhya tetap terus terjadi di Penggunaan Lahan Lapangan Merdeka, Medan,
banyak kota tentang bagaimana memperlakukan sebuah ruang 2020
besar di tengah-tengah kota yang sedang berkembang di tengah- Fasilitas Terbangun Luas (m2)
tengah dunia yang makin mudah memberikan pilihan —dan Merdeka Walk (restoran) 9.159
godaan—kepada semua masyarakat perkotaan. Beberapa kota di Kantor UPT Pariwisata 120
luar Jawa-Bali-Madura mulai menggunakan kata alun-alun. 420
Kantor Polisi
Beberapa kota lain memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan
Pengelola DP 200
yang sangat jauh dari “kekosongan” yang mau dilambangkan oleh
Gazebo 250
alun-alun tradisional Jawa.
Parkir & Kios 9.538
Di Medan ada Lapangan Merdeka yang jauh lebih kecil daripada
Lapangan Merdeka di Jakarta (85 hektar), yaitu seluas sekitar 4,8 Luas Total Terbangun 19.687
hektar (250m x 180 m). Meskipun kadang disebut sebagai “alun- Luas Lapangan Terbuka 29.113
alun Kota Medan”, Lapangan Merdeka (Medan) merupakan nama Luas Total 48.800
yang lebih umum dikenal masyarakat setempat. Sebagaimana Sumber: Paparan Koalisi Masyarakat Sipil Peduli
kotanya, lapangan ini relatif baru dan modern. Ketika pertama kali Lapangan Merdeka Medan, 30 Agustus 2020.
dibuat pada tahun 1880, ia disebut esplanade dan stationplein
(lapangan stasiun) karena terletak di depan stasiun). Demikian juga Mereka juga menuntut agar Lapangan Merdeka Medan
Lapangan Karebosi, Makassar, dahulu disebut esplanade. Juga di dimasukkan dalam daftar cagar budaya yang dilindungi. Tuntutan
kota Ambon, Lapangan Merdeka sekarang dulu disebut esplanade, ini akhirnya dipenuhi melalui Surat Keputusan (SK) Walikota Medan
dan terletak juga di antara benteng dan permukiman Eropa.Bahkan No.433/28.K/X/2021 tentang Bangunan, Situs, Kawasan dan
beberapa blok hunian di selatan-tenggara lapangan itu disebut Sruktur Cagar Budaya Kota Medan. Lapangan Merdeka Medan
“Blanda”. Esplanade adalah institusi yang menandai keluarnya terdaftar dengan nomor 35/CB/B/2021. Perjuangan berikutnya
orang Belanda dari Benteng dan mulai berani membangun adalah memasukkan luas lapangan itu 4,88 hektar ke dalam
permukiman tetap yang terbuka. peraturan daerah tentang tata ruang.

Gambar X: Ambon pada tahun 1924, dengan nama-nama tempat 56 Alun-alun Jawa
antara lain tercantum (dari barat daya ke timur laut)
Batoegantoeng, Tanahlapang ketjil, Waihalong, Manggadoea, Dalam kurun waktu 2016-2021, bersama dengan para
Soabali, Hatiwi, Pohonpoelé, Oerimèssing, Batoegadjah, Belakang pemagang dan peneliti Rujak Center for Urban Studies penulis
mesigit, Kowang, Paradijs, Gajang, Soakilang, Klooster, Soa’éma, membanding 56 alun-alun di Pulau Jawa. Ini didorong oleh berbagai
Esplanade, Blanda, Batoemédja, Skip, Poelogansa, Tanahtinggi, literatur yang umumnya menyatakan alun-alun yang bersumbu
Mardika, Soja, Halongmardika, dan Batoemérah. utara-selatan adalah ciri kota-kota di Jawa, selalu ada masjid di sisi
baratnya, dan kediaman atau kantor bupati di sebelah selatan atau

66
utaranya. Kami segera menemukan bahwa membandingkan Karena relatif “berhenti berkembang” sejak tahun 1932,
sungguh-sungguh kenyataan alun-alun sebagaimana apa adanya Banyumas menjadi suatu kota yang tatanan utamanya (struktur)
sungguh berguna untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan, dan hampir tidak berubah sama sekali. Demikian juga ukurannya. Hanya
menghindari generalisasi yang tidak mengindahkan perbedaan ada penambahan pemadatan di sana sini tanpa melebarkannya.
yang dapat membawa ke pengertian baru. Sebelum 1932 Banyumas adalah kedudukan Residen Hindia
Secara terpisah, Ronald Gill, dalam disertasinya di T.U. Delft, Belanda. Ia dijadikan demikian karena sebelumnya ia merupakan
telah lebih dahulu membuat daftar orientasi kiblat masjid dan alun- sebuah mancanegara yang penting di wilayah barat Mataram, dan
alun kota di Jawa dan Madura. 180 Sebagian dari kota-kota yang memiliki sebuah keraton untuk kedudukan seorang bupati yang
kami pilih adalah sama, namun hasil pengukuran kami untuk berderajat adipati. Banyumas adalah sebuah kadipatian
sebagian alun-alun berbeda secara tidak signifikan sejauh untuk (kadipaten). Kedatonnya terletak di pusat kota. Kedaton ini
menunjukkan adanya variasi pada orientasi alun-alun. Saya tidak dikelilingi oleh blok-blok selebar 100an meter di sisi barat dan
mengukur kiblat masjid, karena beranggapan bagaimanapun juga paling lebar di sisi timur, 170an meter. Blok-blok luar ini, meskipun
pasti semuanya telah diupayakan menghadap ke Mekah. Saya lebih tidak dikelilingi pagar tembok tinggi, tapi secara tatanan ruang
menekankan letak dan lebar halaman depan masjid, relatif seperti ruang para bangsawan dan abdi dalem yang magersari
terhadap alun-alun dan unsur-unsur lain-lain di sekelilingnya, yang terhadap kedaton, seperti ruang-ruang di antara kedaton dan
kami tampilkan dalam gambar-gambar sketsa di awal sub-bab alun- tembok baluwerti di Surakarta atau di antara kedaton dan tembok
alun ini. Selain itu, sebagaimana jelas dalam bab ini, saya beteng di Yogyakarta. Alun-alun di selatan berbatasan bukan
menekankan orientasi terhadap sungai dan gunung. Disertasi dengan halaman atau tembok kedaton langsung, tetapi dengan
Ronald Gill menganalisa puluhan struktur inti kota-kota di Jawa dan batas luar ruang blok-blok keliling ini, juga menyerupai alun-alun
Madura di masa Hindia Belanda, dan menunjukkan peran alun-alun Surakarta dan Yogyakarta.
sebagai unsur penentu yang penting dan bertahan, meskipun di Kawasan Banyumas merupakan kawasan dengan budaya
masa Hindia Belanda pun beberapa pernah mengalami perubahan. tersendiri, karena berakar pada tradisi Jawa kuno. Perbedaan-
Disertasi Ronald Gill tentang kota-kota kecil menengah di Jawa dan perbedaan terungkap pada bahasanya, ritual pada tahapan-
Madura di masa Hindia Belanda sangat berguna untuk dibaca tahapan siklus kehidupan, dan pada bentuk organisasi sosial yang
sepenuhnya. tidak ditemukan di tempat lain. Perkembangan yang
Gill mengajukan Banyumas agar mendapat perhatian lebih. membedakannya merupakan akibat dari lokasinya yang hampir
Menurutnya, kota yang sekarang kecil ini penting sebagai prototipe sepenuhnya terpisah dari kawasan lain di Jawa Tengah oleh alam.
ibukota salah satu “mancanegara” (negara pinggiran) Jawa yang Kadipatian Banyumas adalah lembah Sungai Serayu, sungai utama
iibukota dan negaragung-nya ada di tengah-tengah Jawa Tengah. di kawasan ini, yang mengalir dari arah timur laut ke arah barat
Itu sebabnya oleh Belanda ia dijadikan juga kedudukan residen, daya, di dekat Cilacap sebelah timurnya, ke Laut Hindia di selatan
bukan asisten residen yang lebih rendah. Kadipatian Banyumas Jawa. Kawasan ini terpisahkan dari budaya pesisir utara yang
didirikan pada tahun 1582 di masa Kerajaan Pajang di kawasan memiliki pengaruh Islam yang kuat oleh Gunung Slamet (3428m)
Kejawar—sebuah nama yang masih digunakan di bagian selatan, di dan barisan pergunungan memanjang dikiri kanannya, menurut
kawasan RSUD dan SMKN I Banyumas). arah barat-timur dengan ketinggian bervariasi dari 300an hingga
900an mdpl. Di selatan, lembah tersebut dibatasi oleh pegunungan
Banyumas yang lebih rendah, dari 100an mdpl di ujung barat hingga 1000an
Gambar x: Banyumas pada tahun 1920. Koleksi Leiden mdpl di ujung timur. Ini memisahkannya dari budaya kejawen
Universiteit, KK 163-04-05. pesisir selatan, Bagelen. Di lembah tersebut selain kota Banyumas
File berwarna: Banyumas 1920_D E 46,8 KK 163-04-05_Leiden terdapat juga kota Purbalingga, Banjarnegara dan Purwokerto yang
University Libraries, Colonial Collection (KIT).jpg kini menjadi ibukota Kabupaten Banyumas sebagai nama baru
Gambar X: Banyumas pada tahun 1945. Peta koleksi Leiden kadipatian (kadipaten) atau residensi Banyumas.
Universiteit, D E 46,5. Banyumas adalah salah satu mancanegara Mataram yang
File peta b/w: Banyumas 1945 D E 46,5.tiff berfungsi sebagai pusat kekuasan dan penyebaran pengaruh dari
inti negara di Surakarta-Yogyakarta. Karena itulah terdapat sebuah
keraton yang menjadi tempat tinggal bupati, dan dengan sendirinya

180 Dalam disertasinya di T.U. Delft, DE INDISCHE STAD OP JAVA EN


MADURA: Een morfologische studie van haar ontwikkeling, 1994, Appendix
III, halaman 347-348.

67
sebuah alun-alun di hadapannya, di selatannya. Keraton yang Wonosobo selesai. Jalur jarak jauh Cirebon-Yogya juga melalui
memunggungi Gunung Slamet dan pegunungan di kiri kanannya Kroya di arah barat daya dan Purwokerto di arah barat laut dari Kota
mungkin mencerminkan statusnya sebagai mancanegara. Hanya Banyumas. Nasib Kota Banyumas akhirnya ditentukan dengan
keraton raja di inti negara Mataram, sebagaimana Surakarta atau pemindahan kedududkan Keresidenan Banyumas ke Purwokerto
Yogyakarta, yang menghadap ke gunung. pada tahun 1932. Memang pertimbangannya rasional. Pada tahun
Ada dua lapis batas keliling pada keraton Banyumas ini. Yang 1867 saja penduduk Kabupaten Banyumas hanya 20.209 jiwa,
pertama berupa tembok mengelilingi inti kediaman adipati bupati, dibandingkan dengan penduduk Kabupaten Purwokerto 74.427,
yaitu kedatonnya, dan yang kedua berupa jalan yang mengelilingi dan Kabupaten Purbalingga 80.711 serta Kabupaten Banjarnegara
inti “ibukota”, pada jarak satu blok dari pagar kedaton yang 33.696. Pada tahun 2019 Kecamatan Banyumas berpenduduk
pertama tadi. Ada gerbang paduraksa (dan aling-aling di depannya, 46.382 jiwa.
di sisi dalam) di tengah-tengah tembok utara, yang menghadap Alun-alun Kota Banyumas masih memiliki dua beringn di
jalan lurus ke utara, ke arah Sungai Serayu. Jalan ini sekarang tengah-tengahnya, dan masih ber”kandang” (pagar tembok
bernama Jalan Pungkuran. Alun-alun tidak menempel langsung di keliling). Sebuah jalan lurus membelah alun-alun melewati ruang di
pagar kedaton, melainkan di batas keliling yang kedua. Hal ini juga antara mereka. Sepanjang jalan ada deretan pohon, tapi kedua
menyerupai alun-alun di Yogyakarta dan Surakarta: alun-alun beringin menonjol karena wibawa ukuran, bentuk, letak di tengah,
berbatasan dengan batas ibukota, bukan batas kedaton, yaitu dan karena pagarnya. Dengan masjid tepat di sebelah barat dan
dengan dinding beteng (di Yogyakarta) atau baluwerti (di penjara tepat di sebelah timur, Banyumas yang terawetkan karena
Surakarta). Susunan sumbu utara-selatan, alun-alun, keraton dan lolos dari pembangunan, tampak sebagai kota Indis buatan kolonial
inti “ibukota” yag dilalui sumbu tersebut hingga ke tepi Sungai yang sempurna dalam memadukan tatanan kolonial dan Jawa.
Serayu, menguasai keseluruhan tatanan Kota Banyumas. Namun, hanya sedikit kota yang menyerupai keadaan tersebut
Sebagaimana sungai-sungai membatasi ibukota/negara Surakarta di Banyumas.
dan Yogyakarta, sungai-sungai juga membatasi Banyumas: Sungai
Serayu di sisi utara dan timur, Sungai Gawah (anak Sungai Serayu) Luas Alun-alun di 56 Kota Jawa, Urutan Berdasarkan Luas (ha)
di sisi barat. Kota Luas Kota Luas Kota Luas
Kelenteng Ho Tek Bio di sisi timur ujung utara poros kota ini, Sukabumi 0,75 Gresik 1,87 Banjarnegara 3,25
dan menghadap ke Sungai Srayu, memiliki ukuran yang dapat
Wonogiri 0,79 Sumedang 1,91 Purwodadi 3,42
dikatakan relatif sangat besar secara proporsional terhadap
Kendal 0,80 Nganjuk 1,93 Jember 3,43
keseluruhan kota. Ini berarti keyakinan besar komunitas keturunan
Tionghoa akan masa depan ibukota mancanegara dan sekaligus Sragen 0,98 Pekalongan 1,97 Blitar 3,66
kedudukan residen ini ketika dahulu membangunnya. Masih Garut 1,04 Semarang 2,04 Madiun 3,72
memerlukan penelitian untuk memastikan apakah kelenteng ini Kediri 1,11 Pemalang 2,09 Pandeglang 3,76
sebelum Kota Banyumas dijadikan kedudukan Residen di tahun
Tasikmalaya 1,28 Purbalingga 2,10 Malang 3,83
1831, sesudah Perang Jawa/Diponegoro (1825-1830). Ronald Gill
Jepara 1,41 Purwakarta 2,15 Wonosobo 3,90
mencatat bahwa pada tahun 1905 Banyumas memiliki 5.800
penduduk, termasuk 180 (3,1%) orang Eropa dan 500 (8,6%) orang Brebes 1,41 Batang 2,21 Probolinggo 3,93
Cina. Pada tahun 1831 itu juga mancanegara bagian timur Mataram Kudus 1,44 Bandung 2,43 Tuban 4,15
dibagi menjadi riseidensi Madiun, Kediri dan Pacitan, sementara di Blora 1,45 Pasuruan 2,58 Surakarta, 4,58
barat selain Banyumas juga terdapat residensi Bagelen. Rembang 1,52 Tegal 2,60 Ponorogo 4,63
Sesudah banjir besar pada tahun 1861 pembangunan sistem
Cirebon 1,52 Bangil 2,65 Sidoarjo 5,03
irigasi dan jalur kereta api memungkinkan industri swasta yang
memuncak setelah liberalisasi perkebunan pada tahun 1870. Di Cilacap 1,53 Demak 2,71 Kebumen 5,38
bagian paling hilir lembah Serayu kemudian berdiri beberapa pabrik Pati 1,56 Mojokerto 2,82 Bojonegoro 5,78
gula dan empat perusahaan tembakau. Namun, jalur kereta api Purwokerto 1,59 Jombang 2,92 Yogyakarta, 6,76
yang kemudian dibangun dan sangat berperan mendorong industri Temanggung 1,61 Pacitan 3,14 Purworejo 7,86
perkebunan, tidak melalui Kota Banyumas, melainkan dibangun
Tulungagung 1,65 Magelang 3,18 Ngawi 8,07
sekitar 9 kilometer di arah timurnya. Pada tahun 1896, ruas jalur
Batu 1,67 Surabaya 3,20
kereta api 29 kilometer pertama dari Maos ke Purwokerto dibuka.
Pada tahun 1898 dua kilometer selesai ditambahkan menuju ke Ukuran bersifat kurang lebih, berdasarkan pada yang diberikan secara
Banjarnegara di hulu Serayu. Pada tahun 1917 jalur pegunungan ke otomatis oleh fasilitas peta dijital Google Earth.

68
kemungkinan bahwa dalam sejarahnya alun-alun di berbagai kota
Dalam hal luas, Kota Ngawi memiliki alun-alun paling luas, 8,07 telah berubah bentuk dari waktu ke waktu.
ha. Kelihatannya tidak ada hubungan antara besar kota dengan Hanya sedikit sekali alun-alun yang memiliki arah yang tepat
besarnya alun-alun mereka. Kecuali Yogyakarta dan Solo, yang kita utara-selatan tanpa deklinasi berarti (kurang dari 1 derajat). Karena
ketahui sejarah perancangannya pada pertengahan abad ke-18 itu, ketika saya menggunakan kata sisi-sisi “barat”, “timur”, “utara”
oleh Pangeran Mangkubumi (kemudian bergelar Hamengku atau “selatan”, maka itu perlu dipahami untuk keperluan praktis,
Buwana I), sejarah pembentukan alun-alun kota-kota lain tersebut dan harus dibayangkan selalu adanya deklinasi, tidak tepat ke mata
memerlukan kajian lebih lanjut dan sangat mungkin menghasilkan angin utama itu. Ketika deklinasi itu mendekati 450 maka saya akan
temuan yang menarik. menggunakan kata “barat daya”, “timur laut”, “tenggara” atau
“barat laut” untuk memberikan bayangan deklinasi yang besar
Deklinasi tersebut, tapi tetap tidak dalam arti tepat ke arah yang tepat
simetris di antara dua mata angin utama.
Alun-alun di Pulau Jawa, Urutan Berdasarkan Deklinasi (0)* Deklinasi -630 (Jepara), +210 (Kendal) dan +260 (Pasuruan)
Kota Dekl. Kota Dekl. Kota Dekl. mendekati ideal untuk masjid tegak lurus pada sisi barat alun-alun.
Jombang -94 Purwodadi +/-0 Purbalingga +8 Idealnya adalah kurang lebih -560 atau +240karena arah kiblat di
Jawa adalah +2940 (-560). Dari 56 contoh alun-alun di atas, ada 14
Mojokerto -90 Purwokerto +/-0 Yogyakarta +8
yang memiliki arah tepat ke Utara, dengan deklinasi 00. Apabila kita
Kediri -83 Semarang +/-0 Bangil +9 memasukkan deklinasi -30 hingga +30 maka empat alun-alun yang
Nganjuk -82 Sumedang +/-0 Ngawi +10 emiliki orientasi kurang lebih ke Utara sejati. Kebanyakan alun-laun
Malang -74 Tasikmalaya +/-0 Sukabumi +10 memiliki deklinasi hingga belasan derajat.
Jepara -63 Jember +2 Batang +11 Demikian pula ada banyak variasi perletakan dan arah masjid
terhadap alun-alun, sebagai konsekuensi dari arah alun-alun yang
Cirebon -12 Tegal +3 Blora +12
memiliki variasi deklinasi, yang pada umumnya tidak tunduk pada
Sragen -10 Wonogiri +3 Demak +12
arah kiblat. Kebanyak alun-alun tentu saja sudah ada di kota-kota
Tulungagung -9 Garut +4 Pati +12 Jawa sebelum masjid dibangun. Di beberapa kota yang sejak awal
Magelang -3 Rembang +4,5 Sidoarjo +12 kemungkinan besar sudah didirikan dengan sejak awal bersama
Banjarnegara +/-0 Bandung +4,6 Tuban +14 masjid agung, arah alun-alun pun tidak selalu menyesuaikan diri
dengan arah masjid yang harus ke kiblat. Alun-alun, dan seluruh
Batu +/-0 Gresik +5 Pandeglang +17
kota, tampak menuruti suatu tatanan lain yang dianggap lebih
Bojonegoro +/-0 Probolinggo +5 Surakarta +17
mendasar, yaitu suatu poros ke gunung. Sebagai misalnya, masjid
Cilacap +/-0 Pekalongan +6 Kudus +19 yang berada di sudut barat daya seberang alun-alun, bukan di poros
Kebumen +/-0 Blitar +7 Wonosobo +20 alun-alun timur-barat, terdapat di kota Jember (masjid Al Amien
Madiun +/-0 Brebes +7 Kendal +21 yang lama) dan kota Kediri. Masjid-masjid ini pada dasarnya
Pemalang +/-0 Surabaya +7 Pasuruan +26 mengarah ke kiblat, dan karena itu tidak tegak lurus menghadap
tengah-tengah ke alun-alun yang memiliki orientasi poros
Ponorogo +/-0 Temanggung +7 Purworejo +37
tersendiri. Masjid-masjid itu menghadap ke perempatan jalan di
Purwakarta +/-0 Pacitan +8 susut barat daya alun-alun. Ia pun tidak menempati seluruh sisi
Deklinasi diukur dari Utara, dengan meneruskan garis sumbu dari barat, melainkan sebagian, antara seperempat hingga sepertiga sisi
pendopo Bupati/Walikota/Sultan melalui alun-alun; (+)=deklinasi ke barat alun-alun. Namun ini tidak berarti tidak ada masjid yang
timur dari utara; (-)=deklinasi ke arah barat. benar-benar di tengah sisi barat alun-alun dan tegak lurus
menghadap ke pusat alun-alun. Di beberapa kota hal tersebut
Saya bersama para pemagang di Rujak Center for Urban Studies terjadi, misalnya di Kebumen.
mengumpulkan informasi dan mengamati 56 alun-alun di Pulau
Jawa. Semuanya diperoleh dari sebutan di media sosial. Tujuannya Daftar 56 alun-alun di Jawa berdasarkan bentuk
bukan mencari benang merah, bukan melakukan generalisasi Dimensi (meter)*
dengan mencari kesamaan-kesamaan, melainkan melihat Kota Bentuk
U T S B
perbedaan atau variasi yang ada. Sangat sedikit alun-alun yang
Batang 142 155 156 142 Bujur sangkar
berbentuk sempurna bujur sangkar. Umumnya memiliki bentuk
Purbalingga 145 145 145 145 Bujur sangkar
persegi panjang atau hampir bujur sangkar. Memang ada

69
Yogyakarta, 260 260 260 260 Bujur sangkar Magelang 160 195 214 145 Trapesium
Purworejo 270 290 272 290 Hampir bujur sangkar Nganjuk 140 140 140 135 Trapesium
Bandung 150 159 147 159 Hampir bujur sangkar Purwodadi 186 181 180 193 Trapesium
Bangil 161 170 151 170 Hampir bujur sangkar Surabaya 120 222 172 217 Trapesium
Blitar 183 193 176 215 Hampir bujur sangkar Tasikmalaya 115 120 128 92 Trapesium
Blora 121 115 124 122 Hampir bujur sangkar Tuban 190 210 192 225 Trapesium
Bojonegoro 235 250 223 255 Hampir bujur sangkar *Dimensi bersifat pendekatan, berdasarkan peta Google Erath, 2021;
Cilacap 126 123 128 118 Hampir bujur sangkar U=Utara; T=Timur; S=Selatan; B=Barat.
Cirebon Ksphn. 100 142 121 133 Hampir bujur sangkar
Demak 157 198 146 160 Hampir bujur sangkar
Garut 92 114 90 115 Hampir bujur sangkar Gambaran lebih lanjut tentang berbagai aspek alun-alun
Kebumen 230 233 240 225 hampir bujur sangkar didasarkan pada 56 Kota di Pulau Jawa
Kediri 105 95 118 104 Hampir bujur sangkar
Mojokerto 157 173 165 177 Hampir bujur sangkar
Ngawi 285 281 279 291 Hampir bujur sangkar Pada akhirnya kami membatasi pada limapuluh empat alun-
Pacitan 164 175 195 175 Hampir bujur sangkar alun di Pulau Jawa, selain alun-alun Yogyakarta dan Surakarta yang
Ponorogo 213 216 212 220 Hampir bujur sangkar sudah sangat banyak dipaparkan. Karena sifatnya yang sangat
Probolinggo 203 197 185 208 Hampir bujur sangkar berbeda, alun-alun di dua kota Jawa itu akan lebih banyak dibahas
Sidoarjo 225 225 230 217 Hampir bujur sangkar
di dalam bab tentang kedua kota itu sendiri. Di bagian ini ada
Sumedang 150 125 145 134 Hampir bujur sangkar
rujukan terbatas saja. Pada tahun 2020 kami tambahkan alun-alun
di Pulau Madura dan Pulau Lombok. Kami menambahkan juga
Surakarta, 204 224 209 220 Hampir bujur sangkar
“Lapangan Merdeka” di kota-kota Medan, Natal dan
Jember 187 180 193 181 Hampir bujur sangkar
Pangkalpinang. Begitu juga kita sudah melihat lapangan di Bali yang
Kendal 120 65 125 66 Persegi panjang
memiliki sifat dan sejarah berbeda. Demikian pula halnya di
Gresik 114 125 157 151 Jajaran genjang
Ternate, Bima dan Makassar, lapangan memiliki nama
Jombang 147 177 166 196 Jajaran genjang
tempatannya sendiri, seiring dengan sejarah dan makna yang
Madiun 193 202 197 180 Jajaran genjang
berbeda.
Pandeglang 210 195 178 193 Jajaran genjang
Pemalang 150 140 134 155 Jajaran genjang
Daftar Beberapa Alun-alun di Pulau Jawa
Purwokerto 120 135 128 121 Jajaran genjang
Jarak
Banjarnegara 160 190 165 210 Persegi panjang
ke Pantai Ketinggian Deklinasi Luas
Batu 153 101 164 110 Persegi panjang
Kota (km) (mdpl) (derajat) (ha)
Brebes 130 100 131 116 Persegi panjang
Banten
Jepara 86 158 78 185 Persegi panjang
Kudus 108 134 120 118 Persegi panjang Pandeglang 30 251 17 3,76

Malang 172 212 191 210 Persegi panjang Jawa Barat


Pasuruan 150 170 145 180 Persegi panjang Bandung 60 711 4,6 2,43
Pati 108 150 100 150 Persegi panjang Cirebon 0,8 2 -12 1,52
Pekalongan 155 125 160 125 Persegi panjang Garut 51 725 4 1,04
Purwakarta 165 130 153 130 Persegi panjang Purwakarta 41 80 0 2,15
Rembang 105 137 103 155 Persegi panjang Sukabumi 44 601 10 0,75
Semarang 164 142 133 166 Persegi panjang Sumedang 58 462 0 1,91
Sragen 77 127 78 127 Persegi panjang Tasikmalaya 49 349 0 1,28
Sukabumi 75 100 75 100 Persegi panjang Jawa Tengah
Tegal 147 177 147 177 Persegi panjang Jarak
Temanggung 139 120 132 117 Persegi panjang ke Pantai Ketinggian Deklinasi Luas
Tulungagung 125 135 113 135 Persegi panjang Kota (km) mdpl (derajat) (ha)
Wonogiri 65 123 67 115 Persegi panjang Banjarnegara 41 297 0 3,25
Wonosobo 240 160 247 160 Persegi panjang Batang 3,4 6 11 2,21

70
Blora 30 95 12 1,45 Tulungagung 21 87 -9 1,65
Brebes 7 4 7 1,41 Yogyakarta 25 100 +8 6.76
Cilacap 1,5 10 0 1,53
Demak 10 5 12 2,71
Daftar Beberapa Alun-alun di Pulau Madura
Jepara 1,4 5 -63 1,41
Kebumen 12 24 0 5,38 Jara
Kendal 4 8 21 0,80 k ke Ketinggia
Kudus 25 23 19 1,44 Pantai n Deklinas Luas
Magelang 50 397 -3 3,18 Kota (km) mdpl i (derajat) (ha)
Pati 15 14 12 1,56 Bangkalan 1,2 2 -61 6,72
Pekalongan 3,6 3 6 1,97 Pamekasan 6,8 14 7 3,57
Pemalang 2 8 0 2,09 Sumenep 6,8 11 11 2,77
Purbalingga 35 58 8 2,10
Purwodadi 48 32 0 3,42
Alun-alun di Pulau Lombok
Purwokerto 28 76 0 1,59
Purworejo 16 66 37 7,86 Mataram
Rembang 0,2 9 4,5 1,52 (Sangkareang) 3,8 20 14 2,2
Semarang 3 10 0 2,04
Sragen 80 85 -10 0,98 Daftar Lapangan (Merdeka) di Ambon, Sumatera Utara,
Surakarta 66 91 17 4,58 Bangka dan Bima
Tegal 2,2 4 3 2,60
Jara
Temanggung 41 590 7 1,61
Wonogiri 44 138 3 0,79
k ke Ketinggia
Wonosobo
(Alun-alun Giri 49 796 20 3,90 Pantai n Deklinas Luas
Krida Bakti) Jawa Timur Kota (km) mdpl i (derajat) (ha)
Jarak Ambon 0,3 9 -36 2,70
ke Pantai Ketinggian Deklinasi Luas Medan 18 21 69 6,69
Kota (km) mdpl (derajat) (ha) Natal 0 4 0
Bangil 10 10 9 2,65 Pangkalpinan
Batu 52 884 0 1,67 g 6 7 -8 2,10
Blitar 24 174 7 3,66
Bima
Bojonegoro 33 21 0 5,78
(Lapangan
Gresik 0,5 5 5 1,87
Merdeka
Jember 27 90 2 3,43 Serasuba) 0,9 11 -79 2,15
Jombang 66 42 -94 2,92
Kediri 53 69 -83 1,11
Lapangan di Makassar dan Ternate
Madiun 71 60 0 3,72
Jara
Malang 45 447 -74 3,83
k ke Ketinggia
Mojokerto 45 21 -90 2,82
Pantai n Deklinas Luas
Nganjuk 76 57 -82 1,93
Kota (km) mdpl i (derajat) (ha)
Ngawi 77 57 10 8,07
Makassar
Pacitan 1,5 8 8 3,14 (Lapangan 13,4
Pasuruan 1,4 5 26 2,58 Karebosi) 0,8 4 0 8
Ponorogo 44 102 0 4,63
Ternate
Probolinggo 0,9 7 5 3,93 (Sunyie Ici dan
Sidoarjo 14 1 12 5,03 Sunyie Lamo) 0 6 90 1,80
Surabaya 5,3 2 7 3,20
Daftar Beberapa Lapangan di Pulau Bali
(Tugu Pahlawan)
Tuban 0,2 5 14 4,15

71
Jara Mojokerto -90 Brantas; 0,2; Penanggungan,
k ke Ketinggia 00 27, 1290
Pantai n Deklinas Luas Kediri -87 Brantas, 0,15; Wilis; 28; -87
Kota (km) mdpl i (0) (ha) -87
Denpasar ( Nganjuk -82 Widas; 0,56; - Wilis; 28; 1470
Lapangan 50
Puputan Badung, Malang -74 Brantas: 0,4;- Butak; 19; -81
Lapangan 70
Jagatnatha) 4,8 25 4 4,68 Jepara -63 Wiso;0,1; 56 Muria; 22; 101
Gianyar Cirebon -12 0,5; 175 Ciremai; 26; -136
(Lapangan Astina) 5 124 4 2,73 Sragen -10 Anak Brantas: Lawu; 29; 140
Karangasem, 3 93 -6 1,7 0,5; 80
Klungkung 4,5 90 8,5 2,3 Tulungagun -9 Lembu Wilis, 32; -30
g Peteng; 0,4; -23
Catatan:
mdpl= (ketinggian) meter di atas permukaan laut Magelang -3 Bening; 0,95;- Tidar, 2,1; 180

Deklinasi= diukur terhadap utara, pada sumbu yang melewati 40.


kantor/kediaman bupati atau (eks-)istana sultan. Dekilnasi bertanda “+” Purwakarta 0 Citarum; 0,69; T.Perahu; 29; 129
apabila ke arah timur, dan bertanda “-“ apabila ke arah barat. 54
Sumedang 0 Cileuleuy;0,27 Tampomas, 11; 22
Dari 54 alun-alun di Jawa di atas, plus 4 alun-alun di Yogyakarta ; 99
dan Surakarta. Terdapat 15 alun-alun dengan sumbu yang Tasikmalay 0 Tasik, 0,61; 0 Galunggung: 20;
mengarah ke utara sejati (true North) dengan deklinasi kurang dari a 64
10. Ini tidak termasuk alun-alun Mojokerto yang sumbu dari kantor Banjarnega 0 Serayu, 0,8; 0 Srayu: 9; 0.
bupatinya adalah -900, yang berarti sumbu lainnya yang tegak lurus ra
dengannya memiliki arah tepat utara selatan dengan deklinasi 00. Cilacap 0 …. 1,3; -90 Slamet, 58,8; 23
Alun-alun di 39 kota lainnya memiliki deklinasi antara -940 hingga Kebumen 0 luk ulo, 238, 0 Sundoro, 55,8; 43
370. Yang (-) atau mengarah ke antara utara dan barat hingga ke Pemalang 0 …,2,7, -90 Slamet,42,5; -205
barat daya, dari -940 hingga kurang dari -10, ada 10 alun-aun. Purwodadi 0 Kali Lusi, 0,5; 0 Kendeng: 11; 0;
Sisanya, 29 alun-alun memiliki arah cenderung ke timur laut, Purwokerto 0 …0,21; 73; Slamet: 21, -10
dengan deklinasi dari utara mulai dari 20 (Jember) hingga 370 Semarang 0 Kali Unggaran, 25, -161
(Purworejo). Semarang, 0,19;
Fakta di atas cukup untuk mengatakan bahwa alun-alun tidak 75
selalu dimaksudkan memiliki poros utara-selatan dalam arti true Batu 0 …0,49; -4 Kawi, 10; -124
north dan true south. Beberapa alun-alun dan, sebagai
Bojonegoro 0 Solo, 0,30; 0 Kendeng: 12; 0
konsekuensinya, seluruh kota tampak jelas disusun dengan jalan-
Madiun 0 Madiun, 0,33, Lawu, 35,7; -90
jalan yang paralel dengan aliran sungai di dekatnya. Ada juga alun-
-90
alun yang dikelilingi oleh sungai di tiga sisinya dengan kesemuanya
Ponorogo 0 Kali Precet; Wilis, 33,6; 79
berjarak dekat . Misalnya: Demak. Sungai di sisi barat laut dan
1,4;-90
tenggara berjarak kurang dari 80 meter, sedangkan di sisi timur
Jember 2 Bedadung,0,3 Argapura, 27,3; -
lautnya sungai yang sama berjarak kurang dari 300 meter. Sungai
4; 90 33
telah menjadi semacam “parit” pertahanan kota tersebut.
Tegal 3 Ketiwon, 1,23; Slamet, 43,2; 168
Daftar Alun-alun Kota-kota Jawa Menurut Deklinasi, dam 100
Letakmya terhadap Sungai dan Gunung Terdekat. Wonogiri 3 Solo, 0,5; 94 Sewatu, 30,4; 68

Kota Dekli Sungai Gunung Terdekat: Garut 4 Cimanuk: Guntur: 10,6; -50
nasi Terdekat: km; o km; 0 0,34; -130
Rembang 4,5 Kabongan: Kendeng: 12; 180.
-94 Brantas; 8,5; - Kelud; 41; 1690
Jombang 1,6; 91
340

72
Bandung 4,6 Cikapundung, T.Perahu, 18; 0
164; 96 Alun-alun Kediri dengan jelas menghadap ke Sungai Brantas
Gresik 5 Lamong, 0,4, Penanggungan, yang mengalir dari selatan ke utara di sepanjang sisi baratnya, dan,
180 51; -176 di seberangnya, puncak Gunung Wilis, 28 kilometer lebih jauh ke
Probolinggo 5 ? Bromo: 36,6; -128 barat. Garis sumbu yang bila ditarik lurus dari pendopo Kabupaten
Pekalongan 6 Pekalongan: Dieng:45; 149. Kediri ke barat hingga ke puncak Gunung Wilis akan melalui pusat
0,3; -152. alun-alun.
Brebes 7 Pemali: 0,26; - Slamet: 46; 154
72 Gambar X: Potongan melintang dari alun-alun Kediri hingga Gunung
Wilis, oleh Hilman Prakoso 2021.
Temanggun 7 ???: 18; -144 Sumbing:14; -124
File gambar garis b/w: Alun-alun Kediri_Potongan ke Gunung Wilis
g
oleh Hilman Prakoso 2021.pdf
Blitar 7 Lahar: 0,4; -17 Kelud: 24; 42
Surabaya 7 Kali Mas: 0,4; Penanggungan, 42
Antara tepi alun-alun dan tepi sungai hanya ada jarak seratus
33 km, -162
meter. Siapa tahu, dulu tepian alun-alun di masa lalu langsung
Purbalingga 8 Klawing: 0,8; Slamet: 23; -43
berhimpitan dengan tepian sungai. Kemungkinan besar di masa lalu
89
alun-alun tidak dipisahkan oleh jalan dari sekelilingya, sebagaimana
Pacitan 8 Grindulu: 1,0; Lawu: 64; 9
misalnya kita dapat lihat pada peta alun-alun Yogyakarta yang
129
dibuat oleh Th. Pigeaud pada tahun 1936, dan peta-peta
Yogyakarta 8 Code:0,8; 76 Merapi: 31; 17 sesudahnya hingga setidaknya tahun 1945.
Bangil 9 Kedunglarang Penanggungan:
an; 0,4; 105 18; -96 Gambar X: Alun-alun Utara Yogyakarta, diterbitkan oleh Th.
Sukabumi 10 Gede: 16; 23 Pigeaud di dalam majalah Djawa, Tahun ke-20, Volume 2, 1940: di
Ngawi 10 Solo:0,6;-43; Gunung Lawu: 37; antara halaman 178 dan 179, dan di antara 184 dan 185.
Anak Solo: 0,5; 78 -132 File peta b/w: Djawa 1940-020-002_Pigeaud dan Adam ttg
Batang 11 Sungai Dieng: 39; 145 Keraton Yogya.pdf
Sambong: 1; 109
Blora 12 …:0,5; -37 Kendengn Utara:9; Melihat peta-peta lama berbagai kota dalam masa empat
0 dasawarsa pertama abad 20, nampak sekali alun-alun mengalami
Demak 12 Kali Tuntang: Muria: 41; 41 berbagai variasi bentuk yang “ramai”, sama seperti sekarang ketika
0, 15; 103 beberapa bupati dan walikota berupaya berulang kali merombak
Pati 12 …:0,67; 79 Muria: 20,9; -47 alun-alunnya. Pemerintah Hindia Belanda di bberapa kota
Sidoarjo 12 Pucang:0,30; Penanggungan: melewatkan jalur kereta api dan Jalan Raya Pos membelah alun-
14 21,7; -150 alun. Sebelumnya, para penguasa lokal juga menghubungkan repi-
tepi alun-alun dengan berbagai konfigurasi.
Tuban 14 …:6,4; 99. Kendeng: 61; -166
Pandeglang 17 Karang: 7,96; -54
Lapangan Karebosi Makassar dulu disebut Koningsplein juga,
Surakarta 17 Pepe: 0,5; 27 Lawu: 40,9; 98.
seperti dulu Lapangan Monumen Nasional (MONAS). Sebelumnya
Kudus 19 Gelis: 0,55; - Muria: 21,5; 18.
lagi disebut esplanade juga.Rupanya ada kebiasaan “alun-alun
45
Belanda” ini disebut esplanade di mana-mana, setidaknya saya
Wonosobo 20 …:0,66; -66 Sundoro: 12,3; 57.
ketahui di Medan, Ambon dan Makassar.
Kendal 21 Bodri:4; -69 Ungaran: 33,1; Lapangan Merdeka Ambon disebut Esplanade seperti di
153 Medan, dan bagian (seperlima) dari keseluruhan taman besar yang
Pasuruan 26 Gembong: Penanggungan: mencakup fort Nieuw Victoria.
0,2; 101 31,8; -85 Di Banda Aceh Belanda membangun jalur kereta api membelah
Purworejo 37 Bogowonto: Menoreh: 16,1; 57 alun-alun di depan masjid. Dari arah barat laut (Uleleu), jalur kereta
0,79; 128 masuk ke alun-alun ini dan bercabang di titik pertemuan Jalan Cut
Meutiah dan Jalan Diponegoro sekarang. Salah satu cabang
Gunung, Sungai dan Alun-alun: Riwayat Perubahan-perubahan membelah halaman Masjid Baiturrakhman sekarang ke selatan

73
menyusuri Jalan Balaikota, satu lagi serong ke tenggara lalu ke Tegal Stasiun 1910-1935_Abe Yoko_KITLV 1405515.tiff
timur, menyusuri Jalan Cik Ditiro sekarang. Pada peta 1945, berarti
beradasarkan peta beberapa tahun sebelumnya, telah menandai Di Probolinggo, stasiun yang dibangun pada tahun 1884
Lapangan Blapadang sekarang sebagai “Alen-aloen”. Di Bandung ditempatkan di poros kota, tepat di keseluruhan sisi utara alun-
pada peta tahun 1945 juga, digunakan kata “Aloon2”. Bentuknya alun sehingga menghentikan sumbu dari selatan alun-alun ke arah
masih sempurna bujur sangkar. Semua peta ini masih berbahasa laut. Tegal (1916) dan Malang (1922) kemudian menjadi contoh
Belanda. Mungkin orang Belanda membedakan bunyi “u” di Aceh integrasi keruangan stasiun dengan struktur perkotaan di
(Koeta Radja ketika itu) dengan “oe” dari bunyi “o” di Bandung sekitarnya secara lebih monumental.
dengan “oo”. Rel kereta api juga membelah alun-alun Bangil, Untuk Tegal, Maclaine Pont merancang suatu sumbu
secara diagonal dari stasiun yang terletak 400 meter di arah barat monumental menghubungkan alun-alun di barat dan stasiun di
daya, menyusuri Jalan Mangga-Nasional 1 ke timur laut, menyusuri timur. Sumbu barat-timur ini lebar sekali, 45 meter-dan melebar
Jalan Paus sekarang. Rel ini sekarang sudah ada lagi. Pada peta menjadi 55 meter di bagian dekat stasiun. Panjang seluruhnya 445
tahun 1922, nampak ada jalan silang menghubungkan sudut-sudut meter, dengan sebagian besar berupa jalur-jalur rumput yang
yang berseberangan di alun-alun tersebut, serupa “jalan silang” membentang. Di sisi utara bagian yang melebar dekat stasiun
Lapangan Monas, yang sudah dicetuskan di akhir abad ke-19 oleh dibangun bangunan rancangan Maclaine Pont yang tidak kalah
direktur Kebun Raya Bogor ketika itu, Dr. Melchior Treub (1851- monumentalnya, kantor pusat N.V. Semarang–Cheribon
1910, menjabat sebagai direktur Kebun Raya Bogor pada tahun Stoomtram Maatschappij (SCS), sebuah gedung sepanjan 100
1880-1905). meter, setinggi tiga lantai (dengan sebagian memiliki lantai
keempat). Sumbu yang lebar ini pada kenyataannya seperti
Alun-alun dan Stasiun Kereta Api meneruskan alun-alun hingga ke stasiun. Dengan masjid yang
terletak tepat di ujung baratnya, sumbu ini bahkan menjadi lebih
Alun-alun di Banda Aceh tidak dapat dikenali lagi bentuknya monumental lagi. Namun, di sini kita melihat alun-alun telah
karena Belanda membangun stasiun di tengahnya dan menggelar dirancang sebagai taman, dengan jalan-jalan setapak yang
rel kereta api membelah-belahnya, segera setelah menduduki melengkung-lengkung seperti taman kota di Eropa.
pusat kota pada tahun 1874 menduduki. Namun, di Jawa ada Meskipun mungkin tidak dengan sengaja direncanakan sebagai
beberapa kota yang stasiun dirancang terpadu dengan alun-alun. suatu kesatuan rancang kota yang semonumental Tegal, stasiun
Kota-kota ini adalah: Probolinggo, Jombang, Tegal dan Malang. Di Medan pun terletak persis di seberang sisi timur alun-alunnya.
Tegal, Stasiun diletakkan pada ujung timur dari poros yang ke arah
barat melalui alun-alun dan berhenti pada masjid. Sekarang, dari Alun-alun Jember
poros ini kita dapat dengan jelas melihat puncak masjid. Maclaine
Pont berupaya menggubah alun-alun menjadi taman kota dengan Gambar X: Peta alun-alun Jember dan sekitarnya, 1922.
pola jalan setapak yang organik, sementara lapangan di depan File peta berwarna (dijadikan b/w):
stasiun dirancang berbentuk geometris yang simetris menurut dua
sumbu.181 Jejak yang masih tersisa pada alun-alun adalah sisi timur Alun-alun Jember dulu juga berbentuk hampir bujur sangkar
yang melengkung membentuk setengah lingkaran menghadap ke sempurna seperti alun-alun Bandung sebelum perluasan Masjid
poros ke arah stasiun. Bentuk lapangan depan stasiun masih sama, Agung menggunakan sebagian baratnya. Sebuah kali kecil membela
hanya telah terdapat berbagai unsur baru, dan kehilangan alun-alun Jember dari utara ke selatan. Kali ini kini masih ada di
beberapa unsur seperti tanaman. Belakangan ada upaya sebelah timur Kantor Pos di Utara, dan di selatan di belakang SMKN
memperbaiki trotoar dan lain-lain. IV, memisahkannya dari kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten
Gambar X: Gambar Stasiun dan Alun-alun Tegal menurut Jember. Hanya saja di alun-alun sendiri kali ini sudah tidak nampak
rancangan Henri Maclaine Pont, 1916, digambar ulang ulang oleh lagi, mungkin kini berupa saluran tertutup di dalam tanah. Sungai
Hilam Prakoso, dari gambar di dalam Ronald Gill, 1994:169. besar ada di diluar alun-alun, di barat dan timur. Alun-alun Jember
Maclaine Pont digambar ulang Hilman Prakoso_210909_ALUN- kita dapat ambil sebagai contoh alun-alun yang sebenarnya
ALUN TEGAL.pdf sepenuhna ciptaan penjajah Belanda ketika sedang giatnyanya
melakukan eksploitasi perkebunan di Jawa Timur. Pada keadaan
Gambar X: Stasiun Tegal dan halaman depannya, 1910-1935 oleh awalnya, sebagaimana masih ditunjukkan oleh peta tahun 1922,
Abe Yoko. KITLV 1405515. tidak ada pendopo bupati di sekitar alun-alun, hanya ada

181 Gill, …:169.

74
kewedanan di sisi barat, belahan utara, bersebelahan dengan 1961-1971 2,4 1,3 1,6 1,9
masjid di seatannya. Selebihnya, semua institusi di sekeliling alun- 1971-1980 1,7 1,1 1,5 2,1
alun adalah institusi kolonial: Europeesche School, kediaman dan 1980 - 1990 - 0,81 0,82 1,04
kantor asisten residen, kantor telepon dan telegraf, hotel, gedung 1990 - 2000 - 0,67 0,75 1,19
landraad, penjara, bank dan kantor pos. Tempat kediaman asisten 2000 - 2010 - 0,59 0,68 1,21
residen sekarang menjadi kantor bupati Jember. Sekolah eropa kini 2010 - 2020 - 0,92 1,08 1,66
menjadi SMKN IV. Sumber: 1930-1980, M. Franck, Jember : du bourg de front pionnier au
Jember dilahirkan oleh industri perkebunan pada pertengahan grand centre régional de Java-Est. Dalam Archipel, volume 36, 1988.
Villes d'Insulinde (I) halaman 125-145; untuk 1980-2020, BPS, diolah oleh
abad ke 19. Karena perkebunan, ia juga menjadi kota utama di Zahra Khairunnisa, 2021.
kawasan paling timur pulau Jawa yang yang mencakup kabupaten-
kabupaten Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Jamber
Mojokerto
sendiri, meskipun ia tidak mendapatkan keuntungan dari aktivitas
pelabuhan terkait pariwisata dan pertukaran ekonomi dengan Bali,
Alfred Russel Wallace mengunjungi Mojokerto pada tanggal 18
dan juga tidak pada jalur langsung antara Surabaya dan
Juli dan 31 Oktober, 1861. Ia menggambarkan kota itu dan alun-
Banyuwangi. Ekonomi kawasan yang bertumpu pada perkebunan
alunnya, sebagai berikuti:
selama kurang lebih setengah abad telah membentuknya menjadi
Seorang Asisten Residen Belanda dan seorang Bupati atau pangeran
dominan sebagai pusat di wilayah tersebut.182 Sekarang kawasan pribumi Jawa tinggal di sini.183 Kota ini rapi, dan memiliki sebuah ruang
Jember dikenal sebagai salah satu penghasil beras terbesar, tapi ia terbuka berumput yang menyenangkan, menyerupai village green,
dulu adalah sebuah kota koloni perkebunan. Kabupaten Jember yang di tengahnya berdiri satu pohon beringin (sekeluarga dengan
baru dibentuk berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Banyan India, tetapi lebih tinggi besar) yang di bawah kerindangannya
Agustus 1928, yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. semacam pasar selalu terus menerus berlangsung, dan di sini para
Keruntuhan ekonomi perkebunan pada tahun 1930an penduduk bertemu bersama untuk bersantai dan berbincang-bincang.
184
menyebabkannya berpindah ke pertanian beras. Sistem irigasi yang
sudah terbangun sebelumnya, sebenarya diperuntukkan bagi
perkebunan tebu, yang untungnya juga sejak awal sudah sedikit Betapa hidup gambaran di atas! “Berumput”, “pohon beringin”,
dimanfaatkan untuk sawah, kemudian sepenuhnya digunakan “pasar”, “bertemu bersama”—semuanya membangkitkan
untuk persawahan. kenangan banyak orang yang lahir dan besar di kota-kota Jawa
Kita dapat belajar dari sejarah ekonomi Jember, bahwa bahwa berukuran kecil dan sedang, mungkin hingga sekarang kalau bukan
permintaan akan hasil perkebunan tidak langgeng, tetapi setidaknya hingga tahun 1980an.
permintaan akan makanan pokok, beras, langgeng. Ekonomi yang Namun, tidak lama kemudian alun-alun Mojokerto,
bergantung kepada ekspor produk perkebunan dengan cepat selambatnya tahun 1883, telah terbelah tepat di tengah menurut
meningkatkan laju pertumbuhan penduduk, dan ketika runtuh arah utara selatan oleh sekaligus jalan raya dan rel tram. Jalan raya
dengan cepat juga menurunkan laju pertumbuhan ekonomi dan, menerus ke jembatan yang menyeberangi Sungai Berantas;
sebagai konsekuensi, penduduk, relatif terhadap daerah-daerah sedangkan tram berhenti di ujung utara alun-alun. Di kemudian
lain, baik kabupaten, provinsi dan seluruh pulau Jawa. hari, jalur tram ini menerus ke utara lalu berbelok ke timur
menyusuri sungai. Jaringan industri perkebunan sejak sebelum
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Jember, Kabupaten Jember, seperempat terakhir abad ke-20 tidak mungkin melewati kota di
Jawa Timur, dan Jawa, rata-rata per Tahun (%) dalam kurun tepi Sungai Berantas ini. Jalur kereta api dan tram adalah
waktu 1930-1961,1961-1971, 1971-1980, 1980-1990, 1990- pemersatunya. Peta 1893 menampilkan alun-alun Mojokerto
2000, 2000-2010, dan 2010-2020. sudah hampir tidak memiliki bentuk yang jelas, kecuali kelihatan
Kabupaten kosong dari bangunan. Belum ada jalan mengelilingi alun-alun. Di
Kurun Waktu Kota Jember Jember Jawa Timur Jawa tengah tepi timurnya ada stasiun atau halte tram. Aliran air di sisi
1930-1961 5,9 1,5 1,5 1,3

182 Lihat M. Franck, Jember : du bourg de front pionnier au grand centre sedangkan tempat tinggal asisten residen mungkin di tempat yang
régional de Java-Est. Dalam Archipel, volume 36, 1988. Villes d'Insulinde sekarang kantor Korem 082 Citra Panca Yudha Jaya. Tempat ini strategis
(I) halaman 125-145; karena menjaga akses ke pelabuhan sungai.
184 Wallace, 1869: 77. Garis bawah dari penulis.
doi : https://doi.org/10.3406/arch.1988.2448.
183
Tempat tempat tinggal bupati ketika itu kemungkinan besar masih
merupakan kedudukan bupati sekarang, yaitu di sisi timur alun-alun;

75
barat dan utara alun-alun yang sudah kelihatan di eta 1893 ini Makassar di seberangnya, di dekat sudut utara. Satu gedung
ternyata bertahan hingga sekarang, sepanjang jalan yang kini ada menonjol di lapangan ini: Bioscoopgebouw (gedung bioskop)!.
mengelilingi alun-alun. Bagian aliran di depan masjid tertutup. Karebosi sendiri masih tatkala itu bernama Koningsplein, seperti di
Mungkin aliran air ini ini telah berperan menjadi batas yang Batavia.
menegaskan bentuk alun-alun dan melindunginya sehingga masih
diwariskan hingga sekarang. Gambar X: Dari Benteng Rotterdam hingga Benteng Vredenburg,
1916. Koleksi Leiden Universiteit, DC 10 2 Blad 1
Gambar… Peta Pusat Kota Mojokerto Tahun 1893. File peta berwarna (di crop horizontal pantai, benteng Rotterdam,
File peta b/w: Mojokerto 1893 pusat_alun-alun tak tergambar.png Karebosi, benteng Vredeburg)
Gambar X: Pea Kota Mojokerto 1946, kemungkinan besar Makassar_1916_DC_10_2_Blad_1.tiff
didasarkan pada peta yang lebih tua.
File peta berwarna: Mojokerto 1946 D F 1,7.tiff Selain itu, sebagaimana sebuah kota bercitra Eropa, terdapat
taman yang cukup besar di utara benteng Rotterdam, Juliana
Lapangan Karebosi, Makassar park.Sebuah fasilitas ditandai secara khusus, Muziekkoepel, di
ujung timur.
Lapangan Karebosi dulu disebut esplanade yang sejatinya Gambar X: Panggung musik di stadstuin (Juliana Park) di utara
berarti ruang terbuka untuk berjalan-jalan senang di sepanjang beteng Rotterdam, lokasi RRI sekarang, sekitar 1910. Koleksi Leiden
pantai. Letaknya memang tak jauh dari pantai, 640 meter lurus ke Universiteit, KITLV 1403219.
arah timurnya, bila melewati sisi utara Fort Rotterdam. Lapangan Makassar_Muziektent en Stadstuin te Makassar
ini adalah yang terbesar kedua di Indonesia sesudah Lapangan c1910_KITLV1403219.tiff
MONAS, seluas 13,48 hektar, dengan ukuran sisi-sisi (dari utara ke
barat searah jarum jam) 356, 350, 408 dan 356m. Di sebelah timur Alun-alun Terbesar ada di Ngawi
Karebosi, di seberang sudut timur lautnya sebenarnya pernah
terdapat benteng kecil, Fort Vredeburg. Sekarang berdiri di situ BNI Alun-alun Ngawi ternyata adalah yang terbesar bila
Regional Makassar. Sebuah kali kecil membatasinya dari dibandingkan dengan semua alun-alun atau lapangan yang ada di
perkampungan di sepanjang sisi timurnya. Sebagian kali ini masih Indonesia, kecuali Lapangan Monumen Nasional di Jakara. Luasnya
kelihatan sekarang di sebelah timur gedung BNI itu. Jadi, Karebosi 8,07 hektar, dengan lebar sisinya, dari utara ke barat searah jarum
dulu terletak di antara dua benteng, satu di depan pantai, satu lagi jam, adalah 285, 281, 279 dan 291 m. Bentuknya juga dapat
di dalam lingkungan permukiman orang Eropa. Peta 1922 dikatakan bujur sangkar sempurna. Entah ada rencana apa dulunya.
menunjukkan jalan-jalan menggunakan nama Eropa di kawasan Pada keadaan sekarang, nampak upaya membagi-baginya menjadi
barat kali kecil tersebut, dan nama-nama setempat di kawasan beberapa bagian dengan masing-masing diberi fungsi tersendiri.
timurnya. Kuadran timur laut diperuntukkan bagi olahraga aktif. Kuadran
tenggara lebih menyerupai taman.Lapangan terbuka untuk upacara
Gambar X: Lapangan Karebosi di antara dua benteng; jalan ada pada kuadran barat laut, lengkap dengan podium di sisi
bernama tempatan di timur, bernama Belanda di barat. Koleksi baratnya. Sebuah jalan lurus membelah dua alun-alun dari selatan
Leiden Universiteit. ke utara dengan deklinasi 100. Selain itu, dari titik tengah sisi
File peta b/w (crop Karebosi dan sekitarnya saja, memanjang selatan, dari titik selatan jalan pembelah itu, terdapat dua jalan
selebar halaman buku, termasuk kawasan timur benteng kecil serong (diagonal), satu ke timur laut, satu lagi ke barat laut. Jalan-
dengan jalan-jalan bernama lokal): Makassar 1922.jpg jalan ini ternyata juga warisan dari jaman Belanda. Mereka sudah
Gambar X: Benteng Rotterdam, Makassar, 1846, di lihat belakang ada pada peta 1926. Bahkan satu jalan telah dihapus, yaitu yang
(timur). Koleksi Leiden Universiteit, KITLV51Y2 membelah alun-alun dari barat ke timur, dari depan masjid (di
Makassar_Het fort Rotterdam te Makasser - Le fort Rotterdam à barat) ke tenagh-tengah sisi timur.
Makasser 1846 by van de Velde_KITLV51Y2.tiff Ruang terbuka besar menghadirkan masalah bagaimana
Di antara Lapangan Karebosi sekarang dengan benteng memanfaatkannya. Lapangan MONAS di Jakarta juga pernah
Rotterdam dulu terdapat lapangan besar yang terisi secara terbagi-bagi menjadi berbagai kegiatan, bahkan ada bangunan
bertahap. Pada peta tahun 1916, seluruh blok dari Taman Macam besar seperti hotel, kantor polisi dan lain-lain di dalamnya. Juga
sekarang ke utara, tempat gedung balaikota sekarang, masih pernah ada sayembara menatanya. Karya Thomas Karsten,
kosong dan disebut sebagai Kerkplein (Taman atau Alun-alun
Gereja), karena ada gereja yang sekarang bernama GPIB Immanuel

76
misalnya, mengusulkan berbagai fungsi berbeda di dalamnya, Alun-alun Probolinggo hingga setidaknya tahun 1946 masih
termasuk ada gedung dewan kota di tengahnya.185 terbelah oleh jalan yang tegak lurus stasiun di tepi utaranya ke arah
selatan. Ini sangat erat hubungannya dengan efisiensi
Alun-alun Pasuruan pengangkutan hasil perkebunan ke stasiun dan pelabuhan di
belakang/utara stasiun. Di masa sebelum perang dunia kedua,
Gambar x: Kolam renang Banyubiru, Pasuruan, akhir abad ke-19- mengangkta barang jauh lebih murah dengan kereta api dan kapal.
awal abad ke-20. Koleksi Leiden Universitiet, KITLV 1403960 Sedngkan di Temanggung, alun-alun terbelah empat, oleh jalan
File foto b/w: Pasuruan Baadplaats Blauwwater abad 19-20 KITLV barat-timur dan utara-selatan. Hanya saja, jalan timur baratlah
1403960.tiff yang menerus hingga ke luar kota. Sedang jalan utara selatan
Atau: berhenti pada pendopo bupati di utara dan kepatihan di selatan.
File foto b/w yang diwarnai: Pasuruan Baadplats Blauwwater abad Alun-alun yang terbelah oleh jalan terusan (hingga ke luar kota)
19-20 _KITLV 1403959.tiff di atas sangat berbeda dengan alun-alun utara (dan selatan)
Yogyakarta maupun Surakarta, yang sejauh dapat dilacak hingga
Pada alu-alun Pasuruan, dahulu hubungan dengan sungai memasuki masa kemerdekaan tidak memiliki jalan mengelilinginya.
sangat langsung. Dari arah sungai di sisi timur, sebuah jalan lurus Tatanannya sedemikian rupa sehingga jalan-jalan yang
membelah alun-alun di tengah-tengahnya hingga ke depan masjid berhubungan dengan keseluruhan kota dan bahkan langsung ke
di sisi barat, tepat di seberang tengah-tengah sisi barat alun-alun luar kota, bersilangan di luar alun-alun, yaitu di perempatan di utara
itu. Kini jalan yang membelah alun-alun sudah tidak ada lagi, alun-alun itu sendiri. Inilah keuntungan pasangan “perempatan
sehingga alun-alun menjadi utuh hampir bujursangkar, sedikit lebih utama catuspatha dan alun-alun” yang terpisah satu sama lain.
memanjang pada arah barat daya-timur laut, karena sebagian yang Alun-alun utuh, catuspatha berfungsi sebagai pusat hubungan
di depan masjid digunakan untuk perluasan jalan dan tempat regional, dengan jalan-jalan yang memancar keempat penjuru
parkir. Pendopo Bupati anehnya tidak menghadap ke tengah- darinya tidak melewati atau membelah alun-alun atau lapangan.
tengah salah satu sisi alun-alun, melainkan berada di seberang Kita melihat keutuhan yang sama pada alun-alun di Bali, yang di
pojok timur lautnya. Pasuruan adalah juga kota yang berkembang sana disebut “lapangan”, sebab lapangan berada di salah satu sudut
pesat dan kaya karena perkebunan pada paroh kedua abad ke-19 perempatan catuspatha, bukan tepat menimpa pada catuspatha itu
dan, sama dengan beberapa kota lain, ketika kebijakan sendiri. Pada Yogyakarta, setidaknya ada dua catuspatha yang
infrastruktur yang dalam hal ini adalah jalur kereta api Surabaya- berfungsi menghubungkan ibukota dengan negaragung dan
Malang yang tidak melaluinya, mengalami kemunduran sejak akhir mancangera. Yang pertama di tempat “Tugu”, dan yang kedua di
abad ke-19 dan awal abad ke-20. Penurunan ini diperburuk oleh dekat Kantor Pos di utara alun-alun. Alun-alun bertahan sebagai
kemudian menurunnya permintaan produk perkebunan. Ironisnya, “halaman” untuk masuk ke bagian-bagian dalam ibukota, terpisah
kemundaran itu menyebabkan terawetkannya struktur kota dan dari arus lalu lintas ke luar ibukota.
beberapa arsitektur bangunan kolonial dari masa jayanya.186
Alun-alun Kediri
Gambar X: Pasuruan tahun 1922
File peta b/w: Pasuruan 1922.jpg Alun-alun Kediri di masa kolonial, dan kemungkinan besar di
masa sebelumnya lagi, jauh lebih besar daripada yang sekarang.
Gambar X: Pasuruan tahun 1946 Pada peta tahun 1913 tampak Groote Postweg telah membelah
File peta warna (dijadikan b/w): Pasuruan 1946.jpg alun-alun pada bagian baratnya. Dua tiang di utara dan selatan
Atau: pintu masuk masjid merupakan batas semula alun-alun pada sisi
Pasuruan 1946 D F 7,7.tiff barat ini. Jalan Raya Pos dibangun di jaman Daendels, Gubernur
Jenderal Hindia Belanda pada kurun waktu 9 December 1815 – 30
Alun-alun Ponorogo January 1818. Jalan pos ini telah membuat alun-alun berkurang
seperempat pada sisi barat di tepi Sungai Brantas. Ia juga
memisahkan alun-alun dari sungai, dan mengubah bentuknya.

185 Marco Kusumawijaya, 1990.


186 Soemaljo Julianto. Pasuruan cité du sucre : approche architecturale,
dalam Archipel, volume 37, 1989. Villes d'Insulinde (II) halaman 279-295;
doi : https://doi.org/10.3406/arch.1989.2576

77
Masjid yang lama pada peta ini masih menghadap tegak lurus ke Pasuruan 0,20 Madiun 0,49 Magelang 0,95
alun-alun, pada separoh sisi baratnya. Tepi Sungai Brantas tepat di Purwakarta 0,21 Blora 0,50 Batang 1,00
belakang mihrab. Stasiun di batas timur kota berhadapan tegak Tasikmalaya 0,24 Semarang 0,50 Pacitan 1,00
dengan situs Setana Gedong, dan dihubungkan dengan suatu jalan Brebes 0,26 Cirebon 0,50 Wonogiri 1,23
lurus yang memotong Jalan Raya Pos. Suatu perletakan stasiun, Batu 0,27 Sragen 0,50 Bojonegoro 1,30
sebagai sesuatu yang baru, secara baik, memanfaatkan situs yang Sidoarjo 0,30 Surakarta 0,50 Cilacap 1,40
ada dan merupakan salah satu pusat keramaian. Pemalang 0,30 Tegal 0,50 Rembang 1,60
Pekalongan 0,30 Kudus 0,55 Purwokerto 2,70
Gambar X: Alun-alun Kediri pada tahin 1913. Peta koleksi Leiden
Kebumen 0,33 Nganjuk 0,56 Kendal 4,00
Universiteit, DF 2,8.
Garut 0,34 Ngawi 0,60 Tuban 6,40
Kediri 1913 DF2,8.tiff
Jember 0,34 Sumedang 0,61 Jombang 8,50
Dari pendopo kabupaten dan alun-alun di depannya, Gunung
Cirebon: Alun-alun Kasepuhan; Yogya dan Solo: Alun-alun utara.
Wilis selalu kelihatan. Ia tampak selalu hadir di kota kuno ini.
Dengan puncak pada 2,563 mdpl, dan hanya berjarak 28 kilometer
dari alun-alun, Gunung Wilis tampak jelas menenangkan sebagai Kebanyakan alun-alun terletak dekat dengan satu atau lebih
tetenger bumi (chthonic). Masjid pun nampak sampai waktu yang sungai.54 alun-alun di Jawa yang kami teliti memiliki letak terhadap
belum terlalu lama menghindari menyela sumbu dari pendopo, sungai utama sebagai berikut:
melalui alun-alun, menyeberangi Sungai Brantas, terus ke puncak 47 (87%) berjarak kurang atau sama dengan 1,000 meter dari
gunung itu. itu. Ia terletak di seberang sudut barat daya alun-alun, sungai. 31 (57% ) alun-alun berada tidak lebih dari 500 meter dari
dengan poros bangunannya, yang sesuai kiblat, ia tidak berhadapan tepian sungai terdekat. 4 alun-alun terletak di antara 1,000 hingga
lurus dengan alun-alun, melainkan mengarah tepat ke titik sudut 2,000 m dari tepi sungai, dan 4 lainnya berada lebih dari 2.700 m
alun-alun tersebut, bukan ke sisi baratnya. Hanya sepertiga lebar dari sungai.
sisi barat alun-alun ini yang berhadapan dengan bangunan masjid. Beberapa alun-alun dapat dikatakan berhubungan langsung
Kediri adalah kota yang tua, mendahului Majapahit. Meskipun dengan tepi sungai di hadapannya. Di Mojokerto, sebuah jalan
kita tidak tahu persis apakah letak pusat Kediri yang dulu itu di pendek 165 meter langsung menghubungkan alun-alun tepian
mana sekarang, dapat dibayangkan bahwa letaknya tidak jauh dari sungai dan jembatan. Alun-alun Kediri hanya seratus meter dari
Kediri yang sekarang. tepi sungai Brantas tepat di baratnya, tetapi sekarang ada
Gambar X: Potongan melintang melalui Gunung Wilism, Sungai bangunan sekolah di antaranya. Alun-alun Semarang (yang baru
Brantas, Alun-alun (69 mdpl) dan Pendopo Bupati Kediri. saja mengalami pembangunan kembali besar-besaran) dan Alun-
File: alun Surabaya (sekarang Tugu Pahlawan) hanya berjarak kurang
Letak Kediri atau Daha dulu strategis karena ia menjaga dari 130 meter dari sungai-sungai utama di sebelah timurnya. Alun-
pergerakan melalui Sungai Brantas dari kawasan selatan dan alun Jepara dapat dikatakan “menempel” pada tepi sungainya di
tenggara gugusan Gunung Kelud dan Butak ke Laut Jawa di utara. arah timur laut. Di Demak, sebuah jalan lurus dan lebar sepanjang
320 meter menghubungkan langsung alun-alun dengan sungai (dan
Gambar X: Kediri dan Sungai Brantas. jembatan) di arah timur lautnya. Sungai yang sama ini
peta-k-kediri.jpg mengelilinginya dengan dekta di sisi tenggara, timur, utara, dan
barat laut. Jarak terdekat di arah barat laut dan tenggara hanya
Alun-alun dan Sungai sekitar 75 meter.
Alun-alun Bandung, yang baru menduduki tempat sekarang
Jarak Alun-alun ke Sungai Terdekat di 54 Kota Jawa (km) pada awal abad ke-19 atas permintaan Daendels agar mendekat ke
Kota Jarak Kota Jarak Kota Jarak Jalan Raya Pos yang sedang dibangunnya, langsung berhubungan
dengan Sungai Cikapundung yang kurang dari 100 meter di
Jepara 0,11 Sukabumi 0,34 Wonosobo 0,66
timurnya. Alun-alun yang dulu, di Dayeuh Kolot bahkan dekat
Kediri 0,15 Bangil 0,40 Pati 0,67
dengan tempuran dua sungai, yaitu Cikapundung dan Citarum.
Demak 0,15 Malang 0,40 Banjarnegara 0,69
Jalan sepanjang sisi selatan Bangil (Jawa Timur) langsung
Bandung 0,16 Blitar 0,40 Purworejo 0,79
menghubungkannya dengan Sungai Kedunglarangan di timur, pada
Temanggung 0,18 Tulungagung 0,40 Purwodadi 0,80 jarak 400 meter. Pun di Madiun, jalan di sisi selatan alun-alun
Ponorogo 0,19 Surabaya 0,40 Purbalingga 0,80 menghubungkannya lurus ke Kali Madiun di arah baratnya, juga
Mojokerto 0,20 Gresik 0,40 Yogyakarta 0,80 dengan jarak sekitar 400 meter. Di Sragen, alun-alun memiliki posisi

78
seperti yang di Bandung: Jalan di sepanjang sisi utara alun-alun Kendeng). Di pesisir selatan: Kebumen, 55,8; Cilacap, 58,8; dan
menghubungkannya dengan salah satu anak Sungai Brantas yang Pacitan, 64 km. Alun-alun di 51 kota lainnya memiliki jarak kurang
besar di arah timurnya, sejauh 500 meter. Di Demak, alun-alun dari 46 kilometer dari puncak gunung. 33 alun-alun berjarak tidak
praktis dikelilingi pada tiga sisi oleh sungai. melebihi 29 kilometer dari puncak gunung terdekat. Ada 3 kota
Ini adalah hal terpenting sebagai konsekuensi: Kedekatan alun- dengan jarak alun-alunnya tak melebihi 9 kilometer, yaitu
alun dengan sungai berarti pusat kota, apalagi setelah kota Pandeglang, Banjarnegara dan Blora. Meskipun kota-kota ini telah
berkembang hingga abad ke-21 ini, selalu dilalui sungai yang utama berkembang jauh lebih besar daripada awalnya, pusat kota
di masing-masing kota. Oleh sebab itulah kemunduran pusat kota kebanyakan kota-kota ini tetap berada di sekitar atau tidak jauh
seringkali terkait dengan kemunduran kualitas sungai-sungai ini alun-alun. Ini berarti penduduknya kerap melihat gunung, sama
pula. Bagi kota-kota pesisir, ini berarti sungai-sungai dekat alun- seperti sungai yang kebanyakan melewati pusat kota, dekat dengan
alun itu menampung banyak sekali aliran yang dikehendaki maupun alun-alun.
yang tidak dikehendaki dari kawasan di belakang (hulu)nya.
Keadaan pesisir yang sebagian besar landai juga menyebabkan
sungai-sungai ini menumpukkan banyak hal yang datang dari hulu Jumlah Kota-kota di Jawa dengan Rentang Jarak Alun-alun ke Gunung
di pusat-pusat kota tersebut. Terdekat, dari Total 56 Kota.

Rentang Jarak (km) 51-64 40-46 30-39 20-29 10-19 2-9


Alun-alun dan Gunung
Jumlah 5 8 10 16 14 3
Jarak Alun-alun di 56 Kota-kota Jawa ke Gunung Terdekat (km)
Figure 5 Jumlah Kota dengan Rentang Jarak Alun-alun masing-
Kota Jarak Kota Jarak Kota Jarak masing ke Gunung Terdekat, dari 56 Kota di Jawa
Pandeglang 7,96 Purwokerto 21,00 Ponorogo 33,60
Banjarnegara 9,00 Kudus 21,50 Madiun 35,70
Blora 9,00 Sidoarjo 21,70 Probolinggo 36,60
Batu 10,00 Jepara 22,00 Ngawi 37,00
Garut 10,60 Purbalingga 23,00 Batang 39,00
Purwodadi 11,00 Blitar 24,00 Surakarta, 40,90
Sumedang 11,00 Semarang 25,00 Jombang 41,00
Bojonegoro 12,00 Cirebon 26,00 Demak 41,00
Rembang 12,00 Mojokerto 27,00 Surabaya 42,00
Wonosobo 12,30 Jember 27,30 Pemalang 42,50
Temanggung 14,00 Kediri 28,00 Tegal 43,20
Sukabumi 16,00 Nganjuk 28,00 Pekalongan 45,00
Purworejo 16,10 Sragen 29,00 Brebes 46,00
Bandung 18,00 Purwakarta 29,00 Gresik 51,00
Bangil 18,00 Wonogiri 30,40 Kebumen 55,80 Kebanyakan kota-kota di Jawa berada tidak lebih dari 40
Magelang 19,00 Yogyakarta, 31,00 Cilacap 58,80 kilometer dari puncak sebuah atau lebih gunung atau pegunungan
Malang 19,00 Pasuruan 31,80 Tuban 61,00 terdekat. Sekitar 30% berada sangat dekat dengan puncak gunung,
Tasikmalaya 20,00 Tulungagung 32,00 Pacitan 64,00 kurang dari 20 kilometer.
Pati 20,90 Kendal 33,10 Kenyataan bahwa alun-alun dekat dengan sungai dan gunung
berarti kota diniatkan sejak awal berada dekat dengan sungai dan
Gunung selalu tampak oleh penduduk kota-kota Jawa. Tidak gunung, sebab alun-alun adalah cikal bakal kota-kota, setidaknya di
ada alun-alun yang letaknya lebih dari 64 kilometer dari puncak Jawa. Bersama dengan beberapa bangunan utama keraton (raja
sebuah gunung atau barisan pegunungan. Mayoritas alun-alun atau bupati), maka alun-alun, sungai dan gunung, menciptakan
berjarak kurang dari 30 kilometer dari gunung atau pegunungan bentuk dasar kota sebelum yang lain-lain dibangun. Sebagaimana
terdekat. Dari sejumlah 56 alun-alun yang kami amati, hanya lima dijelaskan pada upacara pemindahan keraton dari Kartasura ke
yang jarak lurusnya terhadap gunung/pegunungan terdekat Surakarta, syarat resmi pemindahan ibukota adalah penanaman
melebihi 51 kilometer, semuanya di pesisir utara atau selatan. Di beringin di alun-alun, yang karena itu harus sudah tersedia dulu
pesisir utara: Geresik, 51 kilometer; Tuban, 61 (ke perbukitan

79
letak dan bentuk dasarnya. Sesudah itu, baru para bangsawan dan Tillema pertama kali menerbitkan dua gambar yang sama,
abdi dalem membangun tempat hunian mereka masing-masing. tetapi yang keduanya berwarna, pada tahun 1922, di dalam buku
Kromoblanda; Over ‘t vraagstuk van “het Wonen” in Kromo’s groote
Sekarang, sesudah ratusan tahun, terutama setengah abad land188. Dia mungkin menggunakan kata kromo dalam pengertian
terakhir, perkembangan kota-kota membuat jarak antara kota dan “rakyat/masyarakat biasa” atau “masyarakat jajahan”. Peta yang
gunung serta sungai mungkin menjadi terlalu “dekat”, sehingga kita bahas ini terdapat di dalam jilid kelima bagian kedua, di antara
bahkan tidak lagi tampak jelas bagi kebanyakan penduduk halaman 520 dan 521. Namun, di buku Indonesian Town peta
perkotaan. Begitu juga alun-alunnya, yang menjadi mengecil relatif tersebut disertai daftar 174 tempat, yang sebagiannya menunjukan
terhadap bentangan kota yang terus melebar ke segala arah. Di profesi tertentu (misalnya: Tukang Arloji). Pada peta garis, tempat-
beberapa tempat, kota telah mendaki ke lereng-lereng gunung- tempat itu diberi nomor sesuai dengan yang ada di daftar terpisah
gunungya, seperti misalnya di Bandung. Sungai-sungai terjepit di tersebut. Di buku Tillema, sebagian besar nama tempat itu langsung
antara tembok-tembok belakangg bangunan yang makin tinggi, diterakan pada gambar peta garis, sehingga letaknya tidak begitu
sehingga hanya selintas kelihatan ketika orang melewati jembatan mudah dikenali secara tepat, tapi jelas sebagiannya telah
saja. Sebagian penduduk bahkan tidak tahu di mana letak Sungai menggunakan Bahasa Indonesia.
Ciliwung di dalam Jakarta. Lapangan MONAS sebenarnya hanya 200 Alun-alun terletak tepat di tengah-tengah sumbu melintang
meter dari Sungai Ciliwung, bila diukur dari sudut timur lautnya, ke (lebar) bidang gambar, tetapi tidak di tengah-tengah sumbu vertikal
arah timur. Sungai ini bahkan mengaliri halaman Masjid Istiqlal, (memanjang). Terhadap yang terakhir di atas, alun-alun terletak
seperti gambaran tentang firdaus. agak ke bawah. Pembuatnya peta ini tampak ingin menunjukkan
Waktu melewati jembatan menjadi makin singkat, karena bahwa sebagian besar kawasan kota telah tergambar di peta itu. Di
kendaraan makin cepat dan kehidupan makin bergegas. selatan peta berhenti beberapa puluh meter di selatan batas
Beberapa alun-alun juga mengalami pengecilan karena kediaman bupati di selatan alun-alun. Pembuat peta
sebagian ruangnya digunakan untuk keperluan lain. Di Bandung, mengisyaratkan bahwa di kawasan di selatan tempat tinggal bupati
beberapa kali perluasan masjid akhirnya bahkan menghilangkan tidak banyak ada bangunan, karena dibatasi oleh sungai besar di
jalan pemisah antara masjid dan alun-alun. Kini alun-alun praktis selatannya. Sepotong sungai besar yang digambarkan di sudut
menjadi halaman masjid, antara lain memalui pemagarannya. Hal kanan bawah bidang gambar menandakan bahwa terusan alirannya
yang sama terjadi juga di kota Garut. melewati kawasan di selatan rumah bupati tersebut. Anak sungai
juga tampak membatasi perkembangan ke timur. Alun-alun adalah
Sebuah Ibukota Kabupaten Rata-rata
pusat kehidupan kota ini.
Gambar b/w dari The Indonesian Town, 1958, antara halaman Terhadap keseluruhan kawasan terbangun perkotaan, alun-
82 dan 83 + daftar 174 keterangan (terjemahkan!) alun pata peta ini tampak sebagai porsi yang besar. Lebarnya adalah
(Gambar berwarna dan gambar garis dari Kromoblanda, Deel V, seperempat kota. Panjangnya seperenam panjang kota. Kalau kita
2e Stuk, antara halaman 520 dan 521.) andaikan ukuran alun-alun itu kurang lebih adalah 100 x 100 m2,
atau seluas 1 hektare, maka seluruh kota itu kira-kira luasnya
Pada tahun 1958 terbit sebuah buku berbahasa Inggeris adalah 24 hektare. Jarak dari ujung selatan ke ujung utara dapat
berjudul The Indonesian Town, Studies in Urban Sociology, sebagai dicapai dengan berjalan kaki santai (kecepatan 4 km/jam) selama
volume 4 dari seri “Selected Studies on Indonesia By Dutch 10 menit. Memang tidak ada lagi sebuah keseluruhan kota yang
Scholars”. Ketua Dewan Redaksi adalah W.F. Wertheim. berukuran “sekecil” ini. Namun, banyak kota tua, atau inti kota
Di antara halaman 82 dan 83 buku tersebut terdapat dua sebelum berkembang di “jaman pembangunan” berukuran kurang
gambar hitam putih. Satu gambar berupa peta garis. Gambar lebih demikian. “Kota Atas” (Kota Ateh) di Kota Bukittinggi,
kedua berupa peta yang sama, tapi telah diisi dengan bentuk-bntuk misalnya, punya ukuran hampir sama dengan kota di peta itu. Ia
bangunan, pepohonan dan arsiran berpola pada ruang-ruang memiliki ruang terbuka untuk khalayak ramai beranama Lapangan
terbuka membedakan sawah, lapangan rumput, dan lain-lain. Jam Gadang yang terkenal itu. Sedang Kota Bawah di selatan Kota
Menurut keterangan Tillema, peta ini dibuat berdasarkan sketsa Atas, masih bagian dari Kota Bukitinggi, memiliki luas 77 hektare,
dan arahan dari seorang geografer bernama H. Ph. Th. Witkamp. Ia dengan sumbu terpanjang 1 km. Ia memiliki satu Lapangan
telah “memikirkan semua orang yang dapat diharapkan ada di kota Wirabraja seluas 2 hektar, dengan lebar (sepanjang jalan utama)
demikian”.187 100m dan panjang ke dalam 200 m2.

187 Wertheim, The Indonesian Town, 1958: 81. 188 “Kromobelanda”, Tentang “Bertempat Tinggal” di Negeri Kromo yang
Besar.

80
Di Jawa Tengah ada kota Purwodadi, ibukota Kabupaten di batas selatan yang tidak menerus ke timur, nampak nyata
Grobogan. Kalau diperhatikan ukuran inti kotanya pada kawasan menerus ke seluruh kawasan kota sehingga menentukan struktur
sekitar alun-alun, kita masih dapat membayangkan kota ini seperti keseluruhan kota. Sungai ditunjukkan di sebelah timur alun-alun,
gambaran dari peta tersebut. Di Jawa Timur Kota Ngawi kita dapat dengan posisi seperti Kali Code terhadap Alun-alun utara
melihat relasi antara alun-alun dan sungai di sebelah timurnya yang Yogyakarta, tapi dengan jarak terhadapnya yang lebih kecil. Jarak
serupa, juga deklinasi arah alun-alun itu sekitar 100 dari utara. Di kecil antara sungai terhadap alun-alun ini memang lebih mirip
Pandegalng, di kaki Gunung Karang (1.778 mdpl) kita dapat melihat dengan keadaan di beberapa kota kabupaten seperti Kediri, Kudus,
ukuran kota di sekeliling alun-alun yang mirip sekali, hanya sedikit Banjarnegara dan lain-lain.
lebih besar, seratusan meter lebih panjang dan lebar.
Inti Kota Purwokerto juga dibatasi oleh sungai di sisi timur, Apa yang ada di sekeliling alun-alun di masa akhir kolonial itu,
utara dan selatan. Alun-alun pun terletak di belahan selatan sisi sebagian masih terdapat di kota-kota kecil dan menengah Jawa
barat.Hanya ada satu blok yang terbangun di di antara sisi selatan sekarang, menjadi “kawasan pusat kota” dari kota-kota yang
alun-alun dan sungai. Di utara, ada 5 blok antara alun-alun dan bersangkutan. Sebagiannya mengalamai perubahan. Misalnya
sungai. Ke timur, dua blok. Hanya saja di Purwokerto ini kediaman banyak pusat perbelanjaan sekarang menduduki sisi timur alun-
dan kantor bupati ada di sisi utara. Purwokerto sekarang adalah alun. Selain itu terdapat tambahan fungsi-fungsi baru. Perubahan
kota yang penting dan berukuran menengah-besar, dengan jumlah dan penambahan ini sebenarnya meneguhkan alun-alun dan
penduduk pada tahun 2019 mencapai 237.905, tanpa status kota sekitarnya sebagai pusat kota, sambil mencerminkan ideologi
otonom. Terletak di kaki selatan Gunung Slamet di ketinggian 75 populer tentang apa yang pantas di kawasan pusat kota.
mdpl, daerah sekitarnya subur. Kawasan lereng Gunung Slamet Apa yang ada di sebuah ibukota kabupaten rata-rata awal abad
menghasilkan tembakau, kopi, karet, kina, teh, dan coklat. Di ke-20 ini dapat menjadi dasar perbandingan dengan keadaan
dataran rendahnya ditanam tebu. Karena itu sejumlah perusahaan sekarang.
perkebunan (gula, tembakau, budaya campuran) memiliki Di utara alun-alun terdapat ada kediaman asisten residen.
kantornya di kota ini. Tempat peristirahatan Baturaden yang sudah Kediaman ini diapit oleh kantor asisten residen di sebelah barat dan
lama terkenal terletak di utara Purwokerto. Kedudukan ekonomi rumah tamu di sebelah timur.
Purwokerto diperoleh dari letaknya di jalur penting utara-selatan Sepanjang sisi timur alun-alun berturut-turut dari utara ke
antara Tegal di pantai utara dan Cilacap di pantai selatan Jawa selatan terdapat panitra muda pengadilan, penginapan dan rumah
Tengah. Dulu kantor dan bengkel Serajoedal Stoomtram makan, petugas kehutanan (Kepala Blandong), dan kontrolir muda.
Maatschappij ada di Purwokerto. Pada tahun 1915, Kota Di dalam blok kediaman bupati terdapat tukang emas, juru
Purwokerto memiliki 16.000 penduduk, termasuk 460 orang Eropa tulis, pendapa, pengukir gading (menghadap ke jalan) dan tukang
dan 1.130 orang Tionghoa dan orang Timur Asing lainnya. kuningan (menghadap ke jalan).
Purwokerto menjadi ibu kota baru Residensi Banyumas pada tahun Di sisi barat alun-alun terdapat (dari selatan ke utara):
1932. Alun-alun kota ini jelas sekali diarahkan ke puncak Gunung “pensiunan pejabat militer”, pejabat urusan agama (penghulu),
Slamet. Garis poros alun-alun melalui tengah-tengah pendopo tempat wudu, masjid, kepala polisi dan asrma polisi militer.
Bupati lurus ke puncak Gunung Slamet dengan deklinasi -30 dari Di tengah-tengah alun-alun ditandai adanya dua pohon
utara (ke arah barat). Jadi, seperti Banyumas, pendopo bupati juga beringin, sedang di sisi selatannya, mengadap ke kediaman bupati
memunggungi gunung, menghadap ke selatan yang melandai. terdapat dua paseban (tempat menunggu bagi orang yang mau
Praktis pengembangan ke selatan alun-alun terhenti oleh batas menghadap bupati).
alam Sungai Kranji dan lembah di sisi selatannya. Di antara sungai Societeit, meskipun tidak langsung pada salah satu sisi alun-
itu dengan alun-alun dulu ada bangunan penjara, sekarang telah alun, terletak dekat sekali, yaitu di seberang diagonal sudut barat
diganti dengan bangunan pusat perbelanjaan empat lantai. daya alun-alun.
Lingkungan perkotaan sebesar di atas itu, kurang lebih 24 Secara keseluruhan dapat dikatakan fungsi-fungsi di sekitar
hektar, ukuran alun-alunnya kurang lebih 1 hektar. Jadi, kita alun-alun akhir abad ke-19-awal abad ke-20 ini menunjukkan citra
mendapatkan perbandingan antara luas alun-alun dan luas otoritas kolonial yang bekerjasama dengan otoritas feodal. Namun,
keseluruhan permukiman sebesar 1/24, atau 4, 17 %. penjra ternyata tidak mendapatkan tempat di barat maupun timur
alun-alun. Ia (nomor 112) terletak di belakang atau sebelah barat
Peta ini menunjukkan bentuk alun-alun yang “realistis”. tangsi prajurit, menghadap ke jalan terusan dari sisi utara alun-alun.
Bentuknya tidak simetris, tidak berupa bujur sempurna. Setiap Hal tipikal lain yang juga tampak tepat adalah permukiman Cina
sisinya berbeda panjang. Arahnya sekitar 10% mirip ke timur dari yang bersebelahan dengan pasar terletak di “seberang” sungai di
utara. Namun jalan-jalan yang mengelilingi alun-alun, kecuali yang sebelah utara. Keadaan ini mirip sekali dengan di Kota Solo, yaitu

81
pecinan bersebelahan dengan Pasar Gede yang juga terletak di kota kabupaten, tetapi mungkin tidak di setiap kabupaten. Dengan
seberang sungai Kali Pepe. Di Yogyakarta, pecinan juga demikian itu, daftar ini memberikan suatu gambaran kehidupan
bersebelahan dengan, dan di sekitar, pasar Bringharjo. kota-kota di Jawa pada akhir abad ke-19 hingga beberapa
Stasiun kereta api digambarkan “di luar” kota, di sebelah timur dasawarsa awal abad ke-20.
laut kampung Cina, sesuatu yang sudah berada “di seberang”
sungai, yang di masa itu mungkin sudah dianggap berada di luar inti Daftar tempat yang ada dalam sebuah ibukota kabupaten rata-
kota. rata di Jawa, pada awal abad ke-20.
Kampung tipikal dengan bangunan, 88 Kandang kambing
Tentang peta bergambar,Tillema memberi keterangan bahwa 1
tanaman, pagar hidup atau belahan
“tanaman biasanya lebih rapat daripada yang ditunjukkan (di peta)” bambu
karena pada gambar peta harus dikurangi kerapatannya untuk 2 Permukiman tipikal orang eropa, 89 Pemilik tanah
dengan bangunan tambahan serta
dapat memperlihatkan lokasi berbagai bangunan. halaman depan dan belakang,
dikelilingi tembok rendah.
3 Kantor Pos (termasuk kantor 90 Haji
Di beberapa ibukota kabupaten, kediaman dan kantor rasisten telepon dan telegraf serta bank
residen biasanya menjadi kantor DPRD Kabupaten, berseberangan tabungan pos)
4 Kantor pelayanan air, bengkel dan 91 Surveyor
letaknya dengan kediaman dan/atau kantor bupati. Kalau yang gudang.
pertama di utara, , maka yang kedua di selatan, sehingga 5 Rumah dengan atap genting 92 Perantara
membentuk pola seperti pada peta Witkamp ini. Contoh untuk ini 6 Rumah dengan atap daun 93 Toko eropa
adalah Purwodadi, ibukota Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. 7 Tangsi prajurit 94 Pengumpul pajak
Kalau kita melihat kawasan inti kota di sekitar alun-alunnya, 8 Penjual mi Cina 95 Hakim kepala pada
pengadilan negeri
termasuk bentuk alun-alunnya, dan sungai yang membatasi kota di Sekretaris kota 96 Bendahara daerah
9
utara dan timur, kota ini sungguh mirip dengan peta Witkamp itu. Tukang Arloji 97 Kontraktor
10
Perhatikan juga bagian utara Kota Wonosobo, skalanya luasan alun-
11 Fotografer 98 Kebun sayur
alun terhadap bagian kota juga sangat mirip. Juga ada sungai di
12 Pedagang 99 Rentenir
timut yang hanya berjarak 1,5 blok dari alun-alun.
13 Tukang Plitur (Pernis) 100 Tukang bubut
Di beberapa kota otonom yang merangkap sebagai ibukota
14 Penjual Klontong Keliling 101 Mantan Wedana
kabupaten, kediaman dan kantor asisten residen biasanya menjadi
15 Pengawas Ketertiban Umum 102 Tukang jamu
kantor dan/atau kediaman walikota, sedangkan kediaman bupati (herbalist)
tetap bertahan sebagi kediaman atau/dan kantor bupati. Contoh 16 Panitra muda Pengadilan 103 Penjaga warung
untuk kasus ini misalnya adalah Kota Blitar, hanya saja dalam 17 Notaris umum dan pelelang 104 Pembantu guru
pribumi
keadaan terbalik: Bupati di utara, walikota di selatan. Administrator cadangan untuk 105 Tukang batu
18
Sungai yang meliuk-liuk itu berinduk kepada sungai yang lebih garam
besar/lebar di sudut kanan bawah gambar. Jadi kita dapat menduga 19 Tukang Celup (pewarna batik) 106 Kepala kampung
bahwa sungai yang melewati kota ini adalah sebuah anak sungai, 20 Jalan raya 107 Tukang batu
keliling
bukan sungai untama/induk. Di dekat anak sungai bercabang dari Kuburan eropa 108 Kuburan pribumi
21
sungai induk ini ada nomor 174 (nomor terakhir) yang diberi Jalan kereta api 109 Klub (societeit)
22
keterangan “ford”, yang berarti suatu bagian dangkal sungai yang Sungai 110 Lampu jalan
23
lebar dan biasanya dasarnya rata berkerikil sehingga bisa Tukang Kembang 111 Tukang kueh
24
diseberangi dengan mudah. Keadaan seperti ini memang lajim di Penukar uang 112 Penjara
25
banyak tempat, misalnya di dasar cabang dari Sungai Progo di Batu Pal (Penanda jarak) 113 Peramal
26
selatan Borobudur, atau sungai di dasar Ngarai Sianok di
27 Tukang kunci 114 Penulis/penyalin
Bukittinggi. surat profesional
28 Rumah madat (opium) 115 Tukang kue
Daftar 174 nama tempat fasilitas dan profesi yang mencakup 29 Gudang barang 116 Kuburan pribumi
“semua orang yang dapat dibayangkan ada di kota demikian” 30 Gudang mesin 117 Tukang perhiasan
arab
mungkin saja memang menunjukkan secara lengkap apa dan siapa Bengkel 118 Pembuat pedati
31
saja yang mungkin ada di kota-kota kabupaten demikian, tetapi kita Stasiun 119 Mantri Cacar
32
perlu menahan diri untuk menganggap bahwa semuanya ada di Kepala stasiun 120 Pejabat pensiunan
33
setiap kota kabupaten. Daftar tersebut menunjukkan dengan Gudang beras 121 Tukang berburu
34
lengkap profesi dan pelayanan apa saja yang mungkin ada di kota-

82
35 Kandang babi 122 Pohon-pohon 77 Pembuat Rumah/pondok 164 Pembuat kere
kenari
78 Kepala sekolah 165 Pembakaran batu-
36 Rumah petani 123 Penginapan bata
37 Penjual daging babi 124 Partikelir/swasta 79 Guru 166 Pembuat pelana
eropa
Kandang kerbau 125 Kantor asisten 80 Sekolah eropa 167 Penulis surat
38
residen 81 Pembuat/Penjual topi perempuan 168 Kebun kelapa
39 Tukang sepatu 126 Pemadam
kebakaran 82 Toko topi perempuan 169 Tukang cuci
40 Letnan (komunitas) Cina 127 Kepala polisi 83 Pengukir kayu 170 Tukang daging
41 Kali (kecil) 128 Masjid 84 Taman kanak-kanak 171 Tukang gerobak
42 Tukang Mengusir Setan 129 Tempat cuci 85 Tukang tembaga (coppersmith) 172 Kandang kuda
43 Pembuat sapu 130 Pohon-pohon 86 Tukang cat 173 Pantai pasir
beringin
Dukun (pengobatan tradisional) 131 Penginapan dan 87 Rumah batik 174 Dangkalan sungai
44
Rumah Makan Sumber: Wertheim, The Indonesian Town, 1958 dan Tillema,
45 Pembuat topi 132 Penghulu Kromoblanda, Volume 5 bagian ke-2, 1922
Gudang garam 133 Paseban Catatan: untuk daftar ini, digunakan juga sumber langsung dari H.F.
46 Tillema, Kromoblanda, Deel V, 2 e Stuk, 1922, di antara halaman 520-
47 Langgar 134 Kepala Kehutanan 521, karena padanya sejumlah kata dari Bahasa Indonesia telah
digunakan.
48 Mata air 135 Kontrolir muda
49 Bank perkreditan 136 Penjahit
Perubahan sedang dan akan makin deras terjadi pada alun-alun
50 Pemusik 137 Sekolah pengajian
karena perubahan di dalam masyarakat masing-masing kotanya.
51 Toko 138 Direktur
Raja dan residen diganti gubernur, bupati dan asisten residen
52 Pengepakan 139 Tukang besi
diganti walikota dan bupati. Kekuasaan feodal pada tatanan kota
53 Rumah judi 140 Tukang cukur
hanya tinggak sedikit. Kekuasaan kolonial pun demikian. Namun,
54 Pasar 141 Pabrik es
gagasan tentang bagaimana sebaiknya memanfaatkan dan
55 Kuil Cina 142 Pengurus pabrik membentuk ruang khalayak, termauk alun-alun, terus bergulat
56 Pedagang 143 Petugas dengan warisan yang ada, sambil mempertimbangkan keinginan
Pengadilan
57 Pegadaian 144 Rumah jagal masa kini dan masa depan.
Pembuat furnitur 145 Sumur (dengan Alun-alun sebagai suatu ruangan terbuka yang dikelilingi oleh
58
kerekan) kegiatan-kegiatan yang menyatukan warga, secara alamiah
59 Pembuat roti 146 Sumur (dengan
pengungkit/pompa berperan penting sebagai pusat yang memberikan orientasi fisik
tangan) maupun civic. Dengan pusat, kota tidak membingungkan, menjadi
60 Administrator pegadaian 147 Kandang sapi
mudah terbaca dan terbayangkan sebagai suatu kesatuan yang
61 Sekolah pribumi 148 Pengacara pribumi
koheren. Alun-alun berperan sebagai pusat yang baik karena
62 Tukang emas 149 Gardu Jaga
beberapa faktor. Pertama, ia memiliki bentuk dan ukuran yang
63 Rumah sakit 150 Jaksa penuntut relatif menonjol terhadap sekitarnya, bahkan terhadap seluruh
pribumi
64 Dokter 151 Polisi kota. Kedua, ia ditambatkan terhadap beberapa tetenger kebumian
65 Warung 152 Pohon-pohon (chthonic) di dalam bentang alam yang cukup luas, yaitu gunung
Asam dan sungai. Dengan ini ia kemudian menentukan struktur dasar
66 Pemadam kebakaran 153 Bidan
keseluruhan kota, dan menjadi naf bagi jalinan ruang perkotaan.
67 Tukang Mesin (Montir?) 154 Juruk tulis
Faktor lain adalah kegiatan-kegiatan yang ada di sekitarnya, yang
68 Saluran terbuka 155 Pendapa
tampaknya selama ini mengandung dua kelompok dominan:
69 Tukang kaleng 156 Kantor bupati
kelompok kegiatan terkait kehadiran kepemerintahan, baik yang
70 Kontrolir 157 Panitra pengadilan
bersifat memberi pelayanan langsung maupun yang simbolik, dan
71 Pensiunan tentara 158 Rentenir kelompok kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
72 Pembuat sandal 159 Guru pribumi masyarakat dengan interaksi yang tinggi, biasanya pasar dan
73 Tukang pos 160 Patih (merangkap kegiatan keramaian lainnya. Tantangan di masa depan adalah
Wedana)
Tukang kasur 161 Tukang Gading tentang keseimbangan kedua kelompok itu, dan menjadikannya
74
Pembuat tikar 162 Btukang kuningan juga suatu naf jaringan angkutan umum sehingga makin banyak
75
Jalan kampung 163 Tukang kayu anggta masyarakat yang mudah mencapainya. Suatu program
76
kegiatan yang sengaja diciptakan—misalnya hiburan masal,

83
pagelaran kesenian, peringatan peristiwa penting, bahkan upcara yang mengalir dari penampungan di puncaknya, tampak bagi kita
tradisional—dapat saja meningkatkan peran alun-alun menegakkan merupakan menyikapi “meru irigasi” Jalatunda, setelah delapan abad
kebersamaan dan persatuan kota.189 kemudian.
(Lombard 1969: 170):
Sejak tahun 2010an di banyak kota di Indonesia ada
keganderungan baru atas taman-taman kota yang terbuka untuk Jalatunda: Prototipe Taman Kolam Segaran dan Gunungan.
umum. Semacam kondisi awal dimulai antara lain oleh berbagai
gerakan-gerakan masyarakat. Peta Hijau Indonesia dan Peta Hijau Taman dengan kolam segaran dan gunungan di tengahnya, dua
Jakarta, yang mendapat inspirasi dari Green Map yang didirikan ciri yang selalu berulang hingga taman kota yang dibangun
oleh Wendy Brawer di New York, dimulai di Jakarta pada tahun Mangkunegara VII di awal abad ke-20, dapat ditelusuri
2001 oleh beberapa aktivis, termasuk penulis sendiri. Selain itu presedennya hingga ke abad ke-12, ke Jalatunda yang dibangun
pada waktu hampir bersamaan, pada awal tahun 2000s, bergerak pada tahun 977 di lereng Gunung Penanggungan. Sekarang ia
juga aktivis pecinta burung, misalnya, dan organisasi lingkungan relatif telah dipugar dengan baik, air mengalir terus dengan
hidup Indonesia lainnya yang mulai memberi perhatian pada ruang alamiah. Yang patut disayangkan adalah kelakuan orang mandi di
terbuka di dalam kota. Pemuncakan keganderungan akan ruang dalamnya.
terbuka di Jakarta terjadi setelah sistem angkutan umum bus
menjadi tersedia secara cukup luas sejak pertengahan tahun Gambar Xa dan b: Reruntuhan Jalatunda digambar oleh Johan
Willem Bartholomeus Wardenaar, Djola Toenda, graftombe en
2010an. Yang memperkuat keganderungan ini tentu saja adalah
heilige badplaats op de helling van de berg Penanggoenang
peningkatan ketersedian waktu dan kelebihan penghasilan dari
(Jalatunda, makam dan petirtaan suci pada lereng Gunung
kelas menengah yang juga bertambah jumlahnya. Sejak Penanggungan), sekitar 1815. Dalam keadaan belum dipugar air
pertengahan 2010an ruang-ruang terbuka, yang hijau seperti tetap mengalir sesudah seribu tahun lebih sejak dibangun. Tampak
Lapangan Merdeka, Lapangan Banteng, Taman Surapati dan lain- ada bambu yang digunakan untuk menyalurkan air, menunjukkan
lain, maupun yang keras serperti lapangan di depan bekas balaikota bahwa pada masa awal abad ke-19 itu ia digunakan oleh
Batavia di Kota Tua Jakarta, dikunjungi puluhan ribu orang pada hari masyarakat. J.W.B. Wardenaar adalah orang yang sama yang
Sabtu dan Minggu. membuat peta pertama situs arkeologi Trowulan, atas perintah
Dalam keadaan di atas, keganderungan yang terus berlanjut Raffles.190 Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 48B1 berwarna, KITLV
dan bahkan menguat itu, apa yang ditekankan antara lain oleh 36A261 hitam-putih.
Denys Lombard sebenarnya sangat penting. Indonesia memiliki File berwarna: Jalatunda 1815 oleh Wardenaar.tiff
tradisi seni taman yang paripurna dengan visi, konsepsi estetik, dan File b/w: Jalatunda 1815 oleh Wardenaar_KITLV 36A261.tiff
keterampilan yang cangguh. Semuanya cukup terekam pada karya-
karya nyata pendahulu, yang justru menunjukkan penerusan tradisi Gunung buatan yang bersifat miniatur atau berbentuk simbolik,
sekaligus kemampuan menghadirkan karya baru di dalam konteks dan kolam air yang juga melambangkan laut (tasik, segaran) terkait
pengaruh Islam dan Eropa. dengan kisah tentang tempat tinggi. Air dan gunung sukar
[…] menurut pendapat kami, taman-taman abad kedelapan belas, dipisahkan dalam siklus alamiah. Air berasal di gunung yang
meskipun dibangun dalam konteks Muslim dan Eropa, tidak menyimpannya sesudah menerimanya dari langit, sebelum
sepenuhnya asing. melepaskannya ke dunia di bawah untuk menyuburkan tanaman
dan memakmurkan kehidupan manusia serta hewan. Makin tinggi
[…] perhatian yang terus-menerus untuk membangkitkan laut dan letak air, atau dengan sendirinya makin ke hulu, makin murni, maka
gunung-gunung, di dekat keraton, sama sekali tidak berasal dari kesia- makin suci. Di Jawa kota-kota membentuk untaian gelang yang
siaan estetika dan profan yang sederhana, atau dari keinginan mengelilingi gunung-gunung. Hampir setiap gunung memiliki kisah
"Promethean" untuk membangun mikrokosmos buatan, dibuat-buat
dan mendapatkan penghormatan masing-masing. Gunung
dan submisif, melainkan terkait dengan kecemasan terhadap leluhur
Penanggungan (1659 mdpl dengan empat anak gunung di ke empat
penguasa, ingin menambatkan dunia di sekitarnya dan memastikan,
dengan pendirian suatu meru, suatu "pusat" yang akan menjadikannya
sisi) adalah salah satu yang demikian. Pada lerengnya Airlangga
seorang cakrawartin. “Gua” utama Suniaragi, dengan semua sirkuit air membangun petirtaan Jalatunda. Ketika keturunannya yang

189 Lihat Kusumawijaya, Menuju Persatuan Kota, dalam Kusumawijaya, of theMajapahit Royal Palace: Prapañca’s 1365 Description Projected
2006: 19-23. onto Satellite Imagery, Journal of the Siam Society, Vol.102, 2014: 67-118.
190 Lihat Bab Trowulan dan Amrit Gomperts, Arnoud Haag and Peter Carey

in collaboration with Djoko Umbaran, The Archaeological Identification

84
membangun dinasti baru, Majapahit, membangun ibukotanya di dalam kawasan hutan lindung. Total ada 16 panel pada teras utama
Trowulan, salah satu jalan utama yang membentuk catuspatha kota Jalatunda, kini disimpan sebagian di Museum Nasional, Museum
itu mengarah ke Gunung Penanggungan, dan satunya lagi ke Trowulan, dan empat panel tetap berada di tempatnya. Dari panel-
Gunung Kelud. panel ini Kinney menyimpulkan bahwa Jalatunda didirkan untuk
Pada lereng Gunung Penanggungan terdapat delapan puluh menghormati Raja Bali Udayana, ayah Airlangga, dan menegaskan
satu bangunan terdiri dari permandian (petirtan), tempat bahwa Udayana adalah keturunan Arjuna, salah satu dari
pengunduran diri, padma (altar), pertapaan, dan candi-candi, mulai Pandawa.192
dari abad ke-10 hingga melewati awal abad ke-16. Bangunan-
bangunan ini dapat dikelompokkan berasal dari dua kurun waktu. Di telaga Jalatunda kini air mengalir turun dari yoni berbentuk
Yang lebih tua, sedikit, misalnya petirtan Jalatunda (977) dan datar bujur sangkar. Sebenarnya ini adalah alas dari sebuah
Belahan (1049). Kelompok kedua berasal dari masa pertengahan pancuran berbentuk gunungan dengan sembilan puncak berbentuk
abad ke-14 hingga awal abad ke-16, masa Singasari-Majapahit.191 kumpulan lingga. Lingga di tengah paling tinggi, dan dikelilingi oleh
empat lingga lebih rendah, dan empat lingga yang lebih kecil lagi
Gambar X: Relief yang dipahat langsung pada batu di lereng Gunung terletak di antara keempat lingga itu. Ini mirip sekali dengan puncak
Penanggungan. Foto Leiden Universiteit, OD-12736 Gunung Penanggungan yang juga memiliki “anak-anak puncak”
File foto b/w: Relief figures on the rock wall from antiquity no. VIII yang lebih kecil dan rendah di ke-empat sisinya, dan bukit-bukit
OD-12736_UBLKERN_OD-12736.tiff lebih kecil lagi di antara puncak-puncak kecil itu. Seekor naga
Gambar X: Peninggalan candi di lereng barat Gunung melingkari keseluruhan lingga ini, dengan kepalanya menghadap ke
Penanggungan, yang dipugar pada tahun 1937. Foto Leiden depan. Inilah simbol mahameru, gunung suci yang mengeluarkan
Universiteit, OD-12628 air suci (amrta). Tinggi keseluruhan gunungan ini adalah sekitar 119
File foto b/w: Western slope of Penanggungan with antiqyuity no. cm. Ukuran keseluruhan telaga ini adalah 16.85 meter panjang,
LXV during restoration_1937_OD-12628_UBLKERN_OD-12628.tiff 13.52 meter lebar dan 5.2 meter tinggi.193 Arca ini sekarang ada di
Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jalan
Gambar x: Peninggalan candi di lereng Gunung Penangguan setelah Majapahit No. 141-143, Tegalor, Trowulan, Kecamatan Trowulan,
pemugaran 1937. Foto Leiden Universiteit, OD-12645 Mojokerto, Jawa Timur 61362.
File foto b/w: Antiquity no. LXV OD-12645_1937_UBLKERN_OD-
12645.tiff Hindu believes that the holy mountain is the container for amerta, the
elixir of immortality, which here flows from the mountain into the bathing
Gunung Pananggungan adalah pawitra Kerajaan place od Jolotundo via the snake-encircled central fountain, mimicking
Majapahit. Pawitra berarti gunung yang mengeluarkan Mount Meru churned by the World Snake. The holy water revives the spirits
air suci yaitu amerta. Tiap kerajaan memiliki pawitra- of the legendary Pandawa ancestors of Javanese kings depicted in the reliefs,
nya sendiri. Ibukotanya tidak mungkin tidak and flows from the bathing place to enrich the lives of the people. (Kinney,
dihubungkan dengannya. 2003: 54)

Kolam Jalatunda sangat mengesankan karena ukuran, rekayasa Kolam Jalatunda terbagi menjadi sebuah kolam besar di depan
aliran air, aspek arsitektoniknya, serta ukuran-ukiran bercerita yang dan dua kolam kecil di sudut kiri-kanan di bagian belakang yang
terdapat di sekujur tubuhnya. Gambaran dan analisa tiap-tiap menempel pada dinding lereng. Kolam-kolam kecil yang berdinding
keping relief ini digambarkan rinci oleh Ann R. Kinney (2003). Air lebih tinggi ini permandian yang lebih tertutup. Di atas kolam
disalurkan dari tebing di belakangnya ke sembilan tiang menyerupai sebelah kiri terdapat angka tahun 899 Saka (tahun 977 Masehi). Air
lingga. Dari ujung-ujung lingga-lingga ini air keluar mengalir mengalir dari dinding karang ke dalam lingga, yang kemudian
pertama-tama ke bidang penampung kecil yang kemudian mengeluarkannya dari puncaknya, ditampung oleh sebuah lapik
membagikannya bidang penampug besar, hingga akhirnya ke berbentuk padma di alasnya, yang kemudian menjatuhkan air ke
telaga utama melalui 16 pancuran di sekeliling bidang penampung kolam melalui 16 pancuran pada semua sisinya. Pancuran-
tersebut. Bahwa air masih tetap mengalir sepanjang tahun setelah pancuran ini berhiaskan panil-panil dengan relief cerita Pandawa
lebih dari seribu tahun petirtan ini dibangun, menunjukkan dari Adiparwa. Adegan-adegan yang tergambar mulai dari
pemilihan tempat dan perlindungannya yang baik. Situs ini berada bhagawan Palasara, kakek Pandawa dan dewi Durgandini (panil I-

191
Kinney, 2003: 52-53 193 Ukuran oleh Kinney, 2003:61)
192
Kinney, 2003: 51-61.

85
IV); kemudian adegan-adegan Pandawa (panil V-X); Abhimanyu dan mengabaikan tata tertib para pendeta”. Ia menyebut suatuasrama
Utari, isterinya (panil XI); Pariksit anak Abhimanyu yang meninggal para pendeta di “rimba Segara, yang dicapai setelah mendaki bukit-
digigit ular Taksaka (panil XII); raja Janamejaya membalas dendam bukit ke arah selatan dan melintasi terusan Buluh melalui wilayah
pada ular atas kematian ayahnya dengan menyelenggarakan Gede. Taman di sana “bertingkat, di tepi pesanggrahan tempat
korban ular atau sarpayajna (panil XIII); pernikahan raja bunga tumbuh lebat”. Dan, sudah pasti, di taman ini ada
Sahasranika, anak Janamejaya, dengan Mrgawati (panil XIV), permandian yang dinding-dindingnya “penuh lukisan (ukiran relief)
Mrgawati yang sedang hamil diculik oleh seekor garuda dan dibawa dongengan berpagar batu gosok tinggi” dan “berhamburan bunga
ke sebuah hutan (Mrgawati melahirkan anak laki2 bernama nagakusuma di halaman yang dilingkungi selokan”. Di taman ini
Udayana, dan sebagai tanda ia diberi gelang oleh ibunya ) (panil XV); terdapat tanaman-tanaman Andung, karawira, kayu mas, menur,
dan pertemuan Udayana dengan penebang kayu (panil XVI). kayu piring, serta “kelapa gading kuning rendah mengntai di sudut
Selain Jalantunda, permandian lain yang dikaitkan dengan mengharu-rindu pandangan”. (Pupuh 32).
Airlangga adalah Belahan, yang dipercayai sebagai tempat
penyimpanan abu Airlangga pada tahun 1049. Sedangkan permandian Bureng digambarkan sebagai “telaga
bergumpal airjernih kebiru-biruan”. Dan, ”di tengah” terdapat
Candi Tikus dan Taman Permandian Majapahit suatu balekambang, “candi karang bermekala”. (Pupuh 38). Di
suatu tanah dengan pemandangan indah dan “teratur indah”, yang
telah dianugerahkan kepada GajahMada di dukuh Kasogatan
Gagasan lingga yang membagikan air, mengalir paling dekat Madakaripura, juga terdapat suatu pesanggerahan dengan suatu
setidaknya pada Candi Tikus di Trowulan, dari akhir abad ke-13 atau mata air, dan Hayam Wuruk mandi di sana. (Pupuh 19:2).
abad ke-14. Lihat Bab Trowulan. Candi Tikus adalah kolam air besar
yang digali seluruhnya ke bawah permukaan tanah. Dari sisi barat Taman sebagai Tempat Semadi
daya, sebuah gunungan dengan banyak puncak menjorok ke
tengah kolam. Semadi adalah bagian dari peristirahatan seorang raja. Sultan
Sepuh Cirebon ke Sunyaragi untuk semadi. “Panggung” di tengah-
Gambar x: Skema Aliran Air pada Candi Tikus menurut Jacques tengah Sumur Gumuling, di antara bumi dan lamgit, di Tamansari
Dumarçay, 1982: 131. A) Lingga; B) Kolam besar; C) Kolam kecil. jelas juga adalah tempat bertapa. Taman ini bukan ruang untuk
File skema b/w: Bangunan AIr oleh Dumarcay_befeo_0336- khalayak ramai, melainkan sebaliknya, dipisahkan dari dunia luar,
1519_1982_num_71_1_1470.pdf dunia biasa.
“Dapat dikatakan, pada akhirnya, bahwa taman adalah suatu oasis
Tanggal pasti pembangunan candi Tikus tidak diketahui, tetapi surgawi tempat raja menjalani hidup sebagai dewa”.196
diperkirakan mulai dibangun dalam paruh pertama abad keempat
belas menjelang jaman keemasan Majapahit. Meskipun letaknya Pada naskah Arjunawiwaha (abad ke-11) diceritakan Arjuna
dekat dengan gerbang Bajang Ratu, Jacques Dumarçay percaya mengundurkan diri ke gunung, bertapa dan mengalahkan segala
bahwa “pemandian itu terletak di kawasan luar kota yang pasti godaan. Dalam Sutasoma, titisan Buddha menolak semua
mencakup ruang yang sangat besar dan terdiri dari berbagai penggoda sebelum turun gunung memasuki Taman Ratnalaya
kompleks yang dipisahkan oleh lapangan-lapangan”194. dengan penuh kemenangan untuk bersatu (kawin) dengan Dewi
Candrawati.
Candi Tikus ada di (dekat) ibukota Majapahit. Namun, jelas di Kehadiran meru di dalam meditasi adalah karena meru bukan
seluruh wilayah kerajaan ada banyak permandian lain yang hanya gunung suci, bukan hanya tinggi, tapi juga selalu memberikan
sekaligus adalah tempat “menghirup sari pemandangan”195 yang air yang esensial bagi kehidupan. Dalam salah satu kisah datangnya
indah. Nagarakrtagama menyebutkan sejumlah tempat, yang Hindu ke Jawa, para dewa yang dipercayai untuk memindahkan
antara lain disinggahi oleh Hayam Wuruk: Banyubiru, Bureng, Meru dari India ke Jawa berhenti di jalan karena kelelahan. Mereka
Kasurangganan, dan Kedong Biru. Prapanca, penulis kakawin itu mengambil risiko meminum air yang mengalir dari Meru itu, yang
sendiri, di dalam pupuh 32 menyebutkan dirinya pun “girang beracun karena belum dimurnikan, sehingga semuanya mati. Dewa
melancong ke taman” dengan “rela melalaikan paseban paling kuat di antara mereka, Parameçwara turun tangan,

194 Dumarçay, Notes d’architecture javanaise et khmère, dalam BEFEO, 196 On pourrait dire, à la limite, que le jardin est l'oasis céleste où le roi vient
Tome 71, 1982:92. vivre sa vie de dieu. (Lombard 1969: 171)
195 Nagarakrtagama, Pupuh 35:4, dalam Muljana, 2006:361.

86
meminum air itu juga dan tersedak. Namun, ia sehat kembali dan terbuka ke langit, dan seterusnya. Selain itu, aneka kebun
menggunakan kesaktiannya mengubah air beracun serta merta menunjukkan keanekaragaman hayati yang hanya mungkin terjadi
menjadi air keabadian. Ia kemudian meminumkan air ini kepada karena berpadunya tanah yang subur dengan air yang segar. Selain
para dewa lain, yang lalu hidup kembali. Mereka melanjutkan Tamannsari, semua taman-taman yang lain di Jawa, Lombok, Bali,
terbang memindahkan Meru ke Pulau Jawa. Dalam perjalanan, Aceh, menunjukkan hubungan-hubungan di atas, yang selain
beberapa bagian terlepas dan jatuh menjadi gunung-gunung berapi menghibur karena estetik, menjadi tuntunan karena memberi
utama di Jawa Tengah dan Jawa Timur: Lawu, Wilis, Kelud, Kawi, ruang perenungan, dan memberikan peringatan terus menerus
Arjuna dan Welirang. Gunung Pananggungan adalah Meru bagi yang sangat mendasar, mengingat kelemahan manusia yang sering
Majapahit (dan mungkin kerajaan-kerajaan Jawa Timur merasa “terlepas” dari alam, apalagi di dalam kota yang makin
sebelumnya), mungkin karena bentuknya yang unik. Puncaknya besar. Padahal, pusat kota-kota kita, bersama dengan alun-alunnya,
lurus ke atas, dengan empat anakan puncak di keempat sisi, dan selalu berada sangat dekat dengan sungai dan dekat dengan
bukit-bukit kecil lagi di antara keempat puncak-puncak yang lebih gunung. Masalahnya memang makin banyak orang hidup jauh dari
rendah tersebut. Petirtaan Airlangga terletak pada Meru ini. pusat kota, yang justru sangat dekat dengan alam melalui miniatur,
Tradisi ini cukup panjang dan secara konsisten diteruskan oleh simbolisasi, dan hubungan nyata.
para raja hingga abad ke 19, bahkan awal abad ke-20. Karena itu Suburbanisasi dan eksploitasi kawasan kota oleh keserakahan
sebelum ini kita telah melihatnya di peninggalan Tasik Ardi dari kapitalisme tanah dan bangunan, makin menjauhkan warga ke
abad ke-17 di masa Sultan Ageng Tirtayasa; lalu yang dari pinggir kota, yang paradoks-nya adalah justru berarti makin jauh
pertengahan abad ke-18, yaitu pada Sunyaragi yang dibangun pada dari pemahaman akan alam yang ada di pusat kota, pada alun-alun,
tahun. 1741 and Taman Sari, tahun 1758. Kita juga melihat tradisi dan hubungannya dengan sungai dan gunung yang simbolik
ini diteruskan di pesanggarahan-pesanggarahan lebih kecil dan sekaligus nyata.
taman-taman abad ke-19 di Yogyakarta dan bahkan di awal ke-20
di Surakarta.Kita juga telah melihat taman-taman dengan unsur Selain taman, kebun dan alun-alun yang histotis
gunungan dan segaran serupa di Bali dan Lombok, dalam semua dan arkitipikal, kota-kota kita punya banyak banyak
abad-abad tersebut. Dan unsur-unsur yang sama muncul di dalam bentuk baru ruang terbuka untuk dipakai bersama.
karya sastra dan seni pertunjukan. Namun, taman, kebun dan alun-alun adalah tiga jenis
dasar dalam tradisi kota-kota Indonesia dengan
Falsafah Jawa yang terus menerus merenungkan hubungan tak berbagai kisah asal usul dan ciri-cirinya yang diuraikan
terpisahkan antara gunung (meru) dan laut (segara) melalui aliran di dalam bab ini dengan mengacu kepada berbagai
air adalah kini pengetahuan modern ilmiah tentang siklus air. kota-kota yang ada di dalam Indonesia sendiri.
Kesadaran ini sangat kontekstual dan sebenarnya sangat nyata
merupakan pengalaman sehari-hari. Agama mutakhir meneruskan
Gunungan dan Segaran di dalam Taman; Taman di dalam
perasaan dan pengetahuan tentang air juga. Taman dengan air
Kota: Kota di dalam Bentang Alam.
berlimpah menunjukkan “apa yang di tengah” yang menjadi tempat
hidup manusia, yang tidak dapat hidup di puncak gunung maupun
di laut. Namun, pentinnya taman dalam kehidupan kota yang makin Pada taman-taman kerajaan kita melihat gunung dan air hadir
besar dan karenanya seolah makin jauh dari siklus air alamiah, sebagai bentuk-bentuk simbolik menjadi unsur utama yang
adalah karena taman-taman dapat selalu mengingatkan warga kota membentuk taman. Pada candi-candi dan pura (di Bab Candi) kita
akan kehadiran gunung dan laut melalui perlambangan berupa melihat sikap meletakkan diri terhadap hulu dan hilir, selain juga
bangunan simbolik, pada gapura, pulau buatan di tengah kolam, “meniru” gunung dan air dengan membentuk teras yang makin
bangunan di atas pulau, dan demonstrasi nyata bagaimana siklus meninggi ke tempat tersuci, di mana terdapat candi sebagai bentuk
air bekerja. simbolik gunung pula. Pada kota-kota seperti Surakarta dan
Tamansari istimewa karena dapat menjadi alat peraga Yogyakarta kita mengetahui mereka “diikat” secara kebumian
pendidikan keairan, karena mengandung kompleksitas keragaman kepada gunung dan laut. Dengan ini kita mungkin dapat memiliki
dan hubungan keruangan. Padanya terdapat ruang air itu sendiri cara berpikir yang berbeda tentang kota.
dan nalar dalam alirannya, ruang di atas dan di bawah air, gerak Pertama, kota menjadi tempat yang terikat, memgakar pada
naik ke atas dan turun ke bawah, kolam kecil untuk berendam raja, bentang alam sekitarnya, dan menjadi bagiannya. Kota bukanlah
kolam sedang untuk bercengkrama, kolam besar (segara) untuk suatu entitas atau kejadian yang berdiri sendiri. Ia mengada
dipandangi atau direnungi, menghasilkan kesenyapan, lorong- bersama dengan lingkungan sekitarnya, termasuk unsur-unsur
lorong dari atas hingga ke bawah air, sumur di bawah air, tapi lingkungan lainnya, yang secara spiritual dikonsepsikan sebagai

87
kehadiran roh/dewa yang memiliki kehadiran, ruang dan bagian wajib terbuka untuk dapat dilalui orang, untuk diterabas. Keika
materialnya juga di dalam bentang alam yang sama. Maka kota berada di jalan dan ruang terbukannya—tentu saja alaun-alun
menjadi tempat berkembang bersama, manusia dan bukan- adalah yang utama—kita terbiasa mencari dan kemudian menatap
manusia. ke salah satu ujung sumbu alun-alun yang mengarah ke gunung.
Kedua, selalu terdapat pemahaman dengan suatu keseluruhan Bila cuaca memungkinkan, kita akan menatap gunung sebentar.
yang lebih besar. Kota pertama-tama adalah bagian dari suatu Bila tidak, bagaimanapun juga kita akan terdorong membayangkan
keseluruhan bentang alam. Di dalam kota, letak tempat dan sebuah gunung atau hutan dengan kandungan air di ujung sumbu
bangunan tergantung pada hubungan relatifnya terhadap yang lain, alun-alun itu, yang juga berarti hulu sungai di sebelah alun-alun.
terhadap keseluruhan kota (yang pada gilirannya harus melihat Kota pun bukanlah sebuah sosok terbangun yang terpisah,
keselurhan bentang alam yang lebih besar). Demikian juga bahkan melainkan sesuatu yang berada di antara gunung dan laut, di antara
tiap pekarangan dan bangunan di atasnya berhubungan dengan aliran air dan udara yang melaluinya bersama jutaan spesies lain.
keadaan alam sekitarnya. Rujukan ke alam ini, dengan tujuan Kota menyelip di antara mereka, membiarkan dirinya dilalui dan
menyadari selalu suatu keseluruhan yang lebih besar dari setiap diserapi, sambil dirinya menyerapi alam itu ke dalam dirinya, ke
bagiannya, bersifat sekaligus kosmik dan ktonik (chthonic), dengan dalam taman-tamannya, ke dalam halaman-halaman, ke dalam
kehadiran yang selalu dari gunung dan air. ruang-ruangan rumah.
Ketiga, sebagai konsekuensi di atas, maka arsitektur bangunan- Memang sementara ini di beberapa kota kita saksikan
bangunan bukanlah kejadian-kejadian yang unik, tersendiri pada menurunnya alun-alun baik sebagai pusat kegiatan khalayak
dirinya sendiri, dapat dilihat terpisah dari sekelilingnya. Kota maupun dalam perannya sebagai penentu dominan struktur kota.
bukanlah kumpulan dari masing-masing itu, melainkan suatu Namun, kebutuhan akan adanya suatu ruang bersama yang
keseluruhan—suatu bentang alam—yang merupakan jalinan menjadi pusat orientasi, dengan kegiatan-kegiatan yang layak
sambung-menyambung dari unsur alam dan terbangun yang mengambil tempat di sekelilingnya yang terhormat, nampaknya
masing-masing nilainya terbentuk dari hubungan dengan yang adalah sesuatu yang universal yang tetap harus diupayakan oleh
lainnya, dan kesadaran akan keberadaan di dalam keseluruhan kota-kota.
kehidupan di dalam bentang alam itu. Mungkin inilah sebabnya
Berlage tidak dapat memahami sebaran bangunan-bangunan dan Ada yang mengatakan kata “alun-alun” berasal dari Majapahit.
pelataran-pelataran yang seolah suatu “kumpulan inkoheren” di Kata ini digunakan pada Kakawin Negarakrtagama pertama kali
dalam keraton Surakarta, tanpa masing-masing bangunan itu dalam pupuh 9.2a. Slamet Mulyana menerjemahkannya menjadi
menampilkan sosok yang menonjol masing-masing, seperti kita “lapangan” (yang luas). Sedangkan kata “natar” terdapat pertama
lihat di dalam kota-kota Eropa. Titis Srimuda Pitana, seperti kali pada pupuh 9.4a. Slamet Mulyana menerjemahkannya sebagai
menggaungkan pandangan ujaran Denys Lombard bahwa tatanan “halaman dalam”. Kata natar atau natah masih digunakan di Bali.
taman keraton Jawa hanya dapat dipahami dengan baik dalam
perspektif filsafat Jawa.
Dari pelajaran yang kita tarik dari taman, alun-alun dan
konteksnya berupa tatanan kota di Jawa dan beberapa kota lain di
luar Jawa, kita dapat memikirkan arsitektur dan kota bukan sebagai
“sosok terbangun” yang tegak masing-masing, tetapi arsitektur dan
kota sebagai perantara aliran alam melaluinya, sebagai perantara
proses ekologi. Kota yang selalu terletak di aliran sungai, di antara
gunung dan laut, adalah kenyataan esensial yang melahirkan
simbolisasi dalam perancangan taman, bukan sebaliknya.
Bayangkanlah pendapa yang terbuka di semua sisi, sehingga ketika
berada di bawah atapnya, kita tidak menyadarinya sebagai sosok
terbangun yang kita pandangi terus, tetapi kita melihat sekiling di
luar kita memasuki ruang yang sama di bawah atapnya, menggapai
kita di dalamnya. Kata “di dalam” sendiri terasa tidak tepat. Bahkan
pada rumah-rumah sederhana, katakanlah berjenis limasan, yang
meskipun memiliki dinding papan tipis pada keempat sisinya,
memiliki beranda yang luas, yang aslinya sepanjang bangunan,
menghadap ke halaman dan ke jalan. Halaman di sekelilingnya

88
Jadi, sebaiknya dapat kita gunakan saja.197 Namun, hal itu tidak Dua arca dwarapala besar di Singasari, dekat Kota Malang,
berarti kedua jenis ruang terbuka tersebut belum ada di masa diperkirakan menjaga gerbang menuju ke lapangan di ibukota
sebelum Majapahit. Setidaknya dipekirakan di masa Singasari kerajaan Singasari.
sudah ada suatu lapangan sebagai salah satu unsur penting ibukota.

Kebun Raya dan Kebun Binatang

Leve de Planten- en Dierentuin! Pada masa yang kurang lebih bersamaan, keganderungan akan
(Hidup Kebun-Tanaman dan -Binatang!).198 hewan eksotis juga dibawah masuk ke kota-kota Indis. Kebon
Binatang pada dasarnya adalah juga sebuah kebun raya yang
Demikian salam di atas itu mencerminkan semangat mengoleksi berbagai tanaman. Sebaliknya, beberapa taman,
keganderungan di masa itu, dari setidaknya sejak pertengahan seperti yang dibangun oleh Pakubuwana, Taman Sriwedari, juga
abad ke-19 hingga PD II. Ada keingintahuan yang besar akan alam memiliki koleksi hewan. Beberapa orang kaya, yang terkenal
fauna flora—buku Darwin, The Origin of Species, terbit tahun 1859, misalnya Oei Tiong Ham, yang kekayaannya mungkin menandingi
dan edisi pertama buku Wallace, The Malay Archipelago, tahun para sultan dan sunan, serta bahkan signifikan dibandingkan
1869, edisi terakhir tahun 1890. Modernitas itu, di kelas menengah dengan anggaran pemerintah Hindia Belanda di masa ini200, juga
dan elit kolonial yang kesepian, justru karena stratifikasi yang memiliki taman besar di kediaman pribadinya. Kebun Binatang
memakmurkan sekaligus memisahkan mereka dari kebanyakan Jakarta yang pertama di Jalan Cikini, sekarang Taman Ismail
penduduk, bercampur dengan hasrat untuk memiliki lebih banyak Marzuki, adalah dulu lahan milik Raden Saleh, yang memang sudah
“ruang” bagi kegiatan sosial dan senang-senang. memiliki koleksi binatang. Raden Saleh sendiri tinggal di lahan
Sebuah laporan tentang Kebun Raya Bogor pada tahun 1868 sebelah selatan (tenggara), yang sekarang sebagian besarnya
menyebutkan dengan nada kecewa, bahwa ada banyak ditempati Rumah Sakit Perhimpunan Gereja Indonesia (RSPGI)
pengunjung, tapi yang bertujuan penelitian sangat sedikit.199 Pada Cikini.201 Bangunan rumahnya sekarang masih ada di dalam
tahun 1868 itu Hindia Belanda sudah memiliki dua kebun raya kompleks rumash sakit ini, dengan taman di depannya memanjang
botani. Selain Kebun Raya Bogor yang dibangun pada 1817, ada ke arah barat daya, yang dulu tembus ke Jalan Cikini Raya sekarang
Kebun Raya Cibodas, yang dibangun pada 1862. Sebelum PD II, sebagai gerbang masuknya. Rumah ini bukan yang disebut
pemerintah kolonial menambah satu lagi, yaitu Kebun Raya “bangunan utama” di dalam kebun binatang di foto-foto lamanya.
Purwodadi, Pasuruan, pada tahun 1941. Sementara kebun yang
pertama terletak di tengah-tengah kota, dan praktis adalah Gambar X: Bangunan utama di dalam Kebun Binatang Cikini, sekitar
halaman belakang Istana Gubernur Jenderal ketika itu, yang kedua 1864-1880. (Bangunan ini bukan rumah kediaman Raden Saleh).
berada di lereng Gunung Gede-Pangrango, pada ketinggian kurang KITLV 4123.
lebih 1.360 mdpl. Hoofdgebouw van de Planten- en Dierentuin te Batavia 1864-
Berkembangnya keganderungan akan pengetahuan alam 1880_Woodbury n Page_KITLV 4123.tiff
(natural sciences) di abad ke-19, bercampur dengan eksostisme,
seperti kita sudah bahas di Bab Ternate, merupakan faktor penting Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas
pembentukan kebun raya. Beruntungnya Bogor, ia memilikinya di
tengah-tengah kotanya, yang tanpa alun-alun atau lapangan Kebun Raya Bogor mungkin paling terkenal, sehingga orang
sebanding. tidak menyadari, bahwa ini adalah satu-satunya kebun raya yang
ada di dalam (di tengah-tengah) kota, sementara di seluruh

197 Misalnya jelas natar atau natah (Bali) adalah kata yang indah untuk 200 “Raja Gula” ini memilikikekayaan 200 juta gulden yang sekarang setara
halaman tengah, di dalam pekarangan yang dikelilingi beberapa ruangan. 27 Triliun rupiah pada puncak kejayaannya, 1919-1920, pada saat
Kita tidak memerlukan kata asing courtyard. permintaan akan gula mencapai puncaknya pasa PD I.
198 Salam penutup pada pengantar laporan Kebun Binatang Batavia, 1864- 201 Gambar pada Kraus, 2012:82-83, adalah letak dan peta kebun binatang,

1939. Sejak awal, masyarakat kolonial umumnya menamai kebun sesudah 1864, bukan kediaman Raden Saleh yang hingga sekarang masih
binatang “planten- en dierentuin”, bukan hanya “dierentuin” (kebun ada, yang berada di lahan sebelahnya, yang kemudian menjadi RSPGI-
binatang). Cikini.
199 Laporan tentang Keadaan Kebun Raya di Bogor pada tahun 1868.

89
Indonesia sebenarnya terdapat juga beberapa kebun raya yang
terletak di luar kota. Kebun Raya Bogor dianggap mulai berdiri ketika halaman istana
Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun gubernur jenderal itu menjadi markas besar Caspar Georg Carl
percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Reinwardt203 . Ahli tanaman ini diangkat memimpin suatu komisi
Hindia Belanda. Namun pada perkembangannya pendirian Kebun yang dibentuk pada tahun 1816 atas perintah raja Willem I204 untuk
Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu mengumpulkan pengetahuan tentang Hindia Belanda. Sejak itu
pengetahuan di Indonesia dan sebagai wadah bagi ilmuwan Kebun Raya Bogor selalu berperan naik turun dalam pemerintahan
terutama bidang botani di Indonesia secara terorganisasi terutama pengetahuan (alam) negeri ini. Kebun Raya Bogor menjadi pusat
pada masa 1840 - 1905. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengumpulan pengetahuan alam Hindia Belanda yang aktif sejak
pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), tahun 1817 hingga sekitar tahun 1826, ketika Blume, rekan kerja
Herbarium Bogoriensis (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Reinwardt, menyusulnya meninggalkan Hindia Belanda. Selama
Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium beberapa dasawarsa sesudahnya, ia lebih berperan sebagai taman
Zoologi (1894).202 bersenang-senang elite Hindia Belanda, dan berada di bawah
kendali langsung pasukan pengawal gubernur jenderal. Sesudah
Gambar X: Denah rencana kompleks bangunan yang sekarang tahun 1860an, di bawah pimpinan Direktur Teysmann, peran
menjadi Istana Kepresidenan Bogor, digambar pada 1899. Leiden keilmuan Kebun Raya Bogor mendapat tempat lagi secara berarti,
Universiteit, KK 1620306 karena perhatian dan dukungan gubernur jenderal L. A. J. W. Baron
File berwarna (dijadikan b/w): Bogor_Istana_1899_.tiff Sloet van de Beele.

Gambar X: Peta rencana Kebun Raya Bogor pada tahun 1867, Kebun Raya Bogor mencapai reputasi dunia pada dua
sebelum perluasan ke sisi timur Sungai Ciliwung. Leiden dasawarna terakhir abad ke-19, ketika menjadi pusat penelitian
Universiteit, KK 1620307. ilmu tanaman, menyaingi yang ada di Eropa, dan juga menjadi
File peta berwarna: Kebun Raya Bogor 1867 oleh JC sumber nasihat untuk pemerintah penjajahan Hindia Belanda
Rappard_KK1620307.tiff dalam pemanfaatan tanaman. Tentu saja kita harus
menghubungkan ini dengan perkembangan luar biasa dalam
File peta b/w: Kebun Raya Bogor Denah 1867 oleh J C industri perkebunan sejak tahun 1870, ketika terjadi liberalisasi
Rappard_Leiden_Plan van het paleis en 's Landsplantentuin eknomi. Masa itu adalah ketika Melchior Treub205 menjadi
DE25,9.tiff kepalanya selama 25 tahun, 1880-1905. Treub adalah satu-satunya
orang yang pertama diberi gelar profesor di Hindia Belanda,
Gambar X: Kebun Raya Bogor, 1930, sudah dengan perluasan ke meskipun tidak ada satu pun universitas di sini ketika itu.
seberang timur Sungai Ciliwung, tapi baru separoh dari yang Banyak ilmuwan terkenal tinggal beberapa bulan di Kebun Raya
sekarang. Tampak sebagian besar gedung Istana Presiden sekarang Bogor untuk melakukan penelitian di masa itu. Sebuah pusat
telah terbangun; juga ada lebih banyak bangunan di bagian barat penelitian tumbuhan didirikan pada tahun 1884. Dalam sepuluh
daya, yaitu 13) Kantor Departemen Pertanian, Industri dan tahun 1884-1894 Kebun Raya Bogor menerima 46 peneliti, dua
Perdagangan; 14) Rumah Kurator; 15) dan 16) Laboratorium pertiganya orang Jerman dan Belanda. Dalam kurun waktu 1884
Analisis; 17) Laboratorium Fitokimia; 18) Laboratoria; 19) Museum hingga awal PD I, 154 ilmuwan asing telah tinggal di sini. H. Graf zu
Zoologi dan Laboratorium; 20) Kantor Fotografi dan Percetakan; Solms Laubach, profesor botani di Göttingen, bahkan telah tinggal
21) Laboratorium Industri; 22) Kantor dan laboratorium Direktur di sini di musim dingin 1883. 206
Kebun Raya; 23) Rumah Direktur; 24) Laboratorium Treub (nama Treub melalui Kebun Raya Bogor juga memperluas
direktur pertama Kebun Raya); 25) Rumah Asisten Kurator; 26) pengaruhnya, dengan, sebagai contoh, mendukung dan
Kantor Kurator; 27) Ruang Penyimpanan Bibit; dan 30) Hebarium mendorong penelitian paleontolog Marie Eugène François Thomas
dan Museum Botani Dubois207, yang dikenal sebagai orang pertama yang dengan
sengaja mencari, menemukan dan mempelajari Pithecanthropus
Kebun Raya Bogor_1930_Hotel Bellevue-Dibbets_KK1620310.tiff
erectus yang kini disebut Homo erectus.

202 (https://kebunraya.id/bogor/about) 206 Buku oleh Andrew Goss, The Floracrats, State-Sponsored Science and the
203 Lahir 5 June 1773 di Lüttringhausen, wafat pada 6 March 1854 di Leiden. Failure of the Enlightenment in Indonesia, 2011, memberikan gambaran
204 Bertakhtah 16 March 1815 – 7 October 1840 cukup rinci tentang sejarah Kebun Raya Bogor.
205 Lahir 26 December 1851, meninggal 3 October 1910. 207 28 January 1858 – 16 December 1940.

90
Andreas. F. W. Shimper, seorang Darwinis Jerman, tinggal di sini Setelah merdeka, Indonesia pada tahun 1959 telah
pada tahun 1890. Dua tahun sesudahnya, Gottlieb Haberlandt menambahkan Kebun Raya Eka Karya Bali, yang lebih dikenal
mengunjungi Jawa, dan pada tahun 1893 menerbitkan pujian dan sebagai Kebun Raya Bali atau Kebun Raya Bedugul209. Jadi, ada
harapan, bahwa “hasil yang kaya yang dicapai dalam bidang empat kebun raya yang langsung dikelola Lembaga Ilmu
morfologi umum tanaman, anatomi, fisiologi dan biologi, juga Pengetahuan Indonesia (LIPI)210: Bogor, Cibodas, Purwodadi dan
dapat diharapkan dari masa depan Kebun Raya ini.”208 Bali (Bedugul).
Adolf Engler, direktur Kebun Raya Berlin, mengunjungi Kebun Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah kebun raya disiapkan
Raya Bogor dari Desember 1905 hingga Februari 1906. Selain itu dan sebagian mulai dibuka untuk umum.
ada nama besar Jean Massart, Elmer Merril(1902), Karl von Goebel Paling dekat dengan Bogor adalah Kebun Raya Cibinong seluas
(1898), Ernst Haeckel (akhir tahun 1900) dan David Fairchild (1895- sekitar 80ha, terletak di tengah kawasan perkotaan Cibinong, Jawa
6, dan 1899) Barat, dekat Bogor, dikelola sebagai perluasan dari Kebun Raya
Elmer Merril, yang kemudian menjadi Direktur Kebun Raya New Bogor. Ia bagian dari Cibinong Science Center, bersama berbagai
York dan kepala herbarium di Harvard, tinggal di KR Bogor pada fasilitas penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia seperti
tahun 1902. Reseach Center for Limnology, Research Center for Biology,
David Fairchild, yang tinggal hampir delapan bulan dan datang Research Center for Biotechnology dan Indonesian Culture
dua kali dalam kurun waktu 1895-1896, adalah ahli pertanian Collection (InaCC). Masih di Jawa Barat terdapat Kebun Raya
Amerika yang terkenal dengan bukunya, The World was My Garden Kuningan, Jawa Barat, di perbatasan Taman Nasional Gunung
(1937). Di Kebun Ryaa Bogor dia meneliti rayap sebagai peternak Ceremai, hanya berjarak 18 km ke arah barat daya dari Kota
jamur di dalam koloninya sebagai bahan makanan. Bukunya adalah Cirebon, mengkhususkan diri pada tumbuhan daerah berbatu dan
yang paling rinci menggambarkan bagaimana suasana dan fasilitas ekosistem Ceremai. Di Jawa Tengah terdapat Kebun Raya
kerja di Kebun Raya di masa itu, yang rupa-rupanya membuat para Baturaden terletak 13 km ke arah utara dari Purwokerto,
peneliti betah. Tiap peneliti mendapatkan meja di laboratorium Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Di Jawa Timur, direncanakan
yang besar, di depan jendela besar. Mereka juga diberi asisten ada Kebun Raya Sukorambi.
peneliti yang bertugas mengumpulkan spesimen yang diperlukan, Di Pulau Sulawesi terdapat sejumlah kebun raya juga. Berikut
mengatur perjalanan (“ekspedisi”), menjadi petunjuk jalan dan diurutkan dari utara ke selatan. Kebun Raya Minahasa atau Kebun
hampir segala hal lain yang diperlukan untuk bekerja dengan baik. Raya Gardenia, yang sedang dibangun di dataran tinggi 20 km ke
Buku Fairchild juga menyebut nama-nama orang-orang yang arah tenggara dari Manado, 5 km ke arah timur laut dari Todano,
diperbantukan kepadanya: Mario, Mantri Oedam, dan Papa Iidan. ingin mengumpulkan tumbuhan dataran tinggi Wallacea211. Kebun
Fairchild juga menceritakan bahan pembicaraan Treub dan kawan- Raya Massenrempulu Enrekang, 15 km di selatan Kota Enrekang,
kawan ketika itu, yaitu para pengusaha perkebunan di masa awal Sulawesi Selatan, memiliki luas 300 ha dan ingin fokus koleksi flora
perkebunan karet dan tembakau di Sumatra. Sementara itu, endemis Wallacea. Kebun Raya Jompie Pare-pare, meskipun bukan
perkebunan kopi di Jawa mulai kalah dengan teh dari Assam. di pusat kota, masih berada di dalam kawasan perkotaan, yaitu
bagian timur laut kota Pare-pare, dikelilingi permukiman penduduk.
Dua jenis kebun merupakan jenis yang benar-benar untuk Kebun Raya Pucak di Maros, terletak 25 km ke arah timur Makassar.
mempertontonkan alam sebagai obyek keingintahuan, yang satu Kebun Raya Kendari sedang direncanakan di Sulawesi Tenggara,
lebih untuk kerajaan tumbuh-tumbuan (flora), yang lain untuk hanya 10 kilometer ke arah tenggara dari Kota Kendari.
kerajaan hewan (fauna). Namun, sebenarnya tentu saja sejak awal Di Sumatra, kebun raya terdapat mulai dari provinsi Sumatra
disadari tidak mungkin memisahkan hewan dari suasana yang Utara hingga Lampung. Kebun Raya Samosir di bagian timur Pulau
dipenuhi tetumbuhan, meskipun sebaliknya bisa terjadi: Kebun Samosir di tengah Danau Toba akan memiliki pinus endemik
Raya bisa tidak ada hewan besar yang perlu diurus khusus. Burung kawasan tersebut. Di Sumatra Barat terdapat Kebun Raya Solok, 9
dan serangga serta hewan-hewan kecil lainnya tentu saja bebas km ke arah utara dari Kota Solok. Kebun Raya Bukit Sari di Jambi
keluar masuk dan berkembang biak di dalam kebun raya. terletak di perbatasan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo,

208 Andrew Goss, 2011: 60. riset milik pemerintah. LIPI akan dilebur dengan lembaga-lembaga lain
209 https://krbali.lipi.go.id dengan mandat yang baru.
210 Pada tanggal 1 September 2021, LIPI (dibentuk tahun 1967) sebagai 211 Wallacea (dari nama Alfred Russel Wallace) adalah kawasan bagian timur

nama dan organisasi tersendiri berhenti. Pemerintah membentuk Badan Indonesia yang dipisahkan dari bagian barat olehi Selat Lombok hingga
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang akan menaungi semua lembaga Selat Makassar, kecuali Papua dan pulau-pulau kecilnya.

91
terletak 90 km ke arah barat dari Kota Jambi. Kebun Raya Sumatra
Selatan atau Sriwijaya ), dengan luas 100 ha dan terletak tidak Taman-taman Istana Kepresidenan
sampai 30 km di atah barat daya Kota Palembang, akan fokus pada
tumbuhan lahan basah. Kebun Raya Liwa dengan luas 112 ha, Selain taman-taman yang dibuat para raja, Indonesia punya
terletak di dataran tinggi Liwa, kawasan ujung selatan Bukit Barisan, beberapa istana kepresidenan, yang sebenarnya dapat menjadi
150 km ke arah barat laut dari Kota Bandarlampung. Sebuah kota taman yang bagus terbuka untuk masyarakat umum, terutama
baru, Batam, memiliki Kebun Raya Batam yang terletak di kawasan yang berada dekat dengan permukiman masyarakat. Bogor tentu
Nongsa. pada Jalan Hang Lekiu Km. 4, akan koleksi tumbuhan dari saja sudah dikenal. Selain itu kita punya Istana Cipanas dan Tampak
pulau-pulau kecil. Siring. Juga Gedung Negara di Yogyakarta. Yang terakhir ini sudah
Pulau besar Kalimantan memiliki beberapa kebun raya. Bila terlalu penuh dengan bangunan sehingga agak sulit
diurutkan secara pradaksina dari Kalimantan Timur, maka sebagai membayangkan halaman tersisa sebagai taman publik.
berikut. Di Samarinda, ibukota Provinsi Kalimantan Timur, terdapat Berbeda sendiri, Istana Cipanas punya luas total sekitar 21
Kebun Raya Universitas Mulawarman (UNMUL), sekitar 7 kilometer ha.Sekitar 15 ha di bagian belakang kelihatannya dapat dibuka
ke arah timur laut dari pusat Kota Samarinda. Kebun Raya untuk umum tanpa mengganggu keamanan presiden. Mungkin
Balikpapan di provinsi yang sama, terletak tidak sampai 15 km ke Istana Tampak Siring pun dapat dipertimbangkan.
arah utara dari Kota Balikpapan. Di Kalimantan Selatan akan
terdapat Kebun Raya Banua di kawasan pusat pemerintahan baru Gambar X: Peta Istana Cipanas, KK 1640111.
Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru. Ia hanya berjarak 5 Cipanas_Istana_Landhuis te Tjipanas_1900_KK1640111.tiff
hingga 7 km dari pusat permukiman Kota Banjarbaru dan Kota
Martapura. Terdapat sebagian besar kampus Universitas Lambung Kebon Raja dan Halaman Rumah Dinas Kepala Daerah
Mangkurat di Banjarbaru ini. Di Kalimantan Tengah terdapat Kebun Pada skala jauh lebih kecil, banyak rumah dinas kepala daerah
Raya Katingan, 60 km ke arah barat laut Palangkaraya,dengani luas yang memiliki taman cukup luas juga di bagian belakangnya.
127 ha. Di Kalimantan Barat terdapat Kebun Raya Sambas, 60 km Sebagiannya juga dijadikan taman terbuka untuk umum. Nama
ke arah timur laut dari Singkawang, 100 km ke arah barat daya dari “Kebon Rojo” digunakan untuk taman umum di belakang rumah
Kuching, Sarawak, Malaysia, yang fokus koleksi tumbuhan riparian dinas Walikota Blitar. Luasnya sekitar 2.5 ha; dengan kemungkinan
dataran rendah. Juga sedang dibanguun Kebun Raya Danau Lait, di dulu lebih luas ke arah barat hingga ke sungai (bahkan mungkin
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, hanya 65 km ke arah timur hingga ke seberangnya?) dan ke selatan tempat sekarang ada
dari Pontianak. lapangan tenis. Kawasan di seberang barat sungai itu hingga
Di Pulau Lombok ada Kebun Raya Lombok yang terletak di sekarang masih kelihatan sebagian besarnya dalam keadaan tidak
dalam Hutan Lindung Lemor di Lombok Timur. berbangunan. Di taman yang populer bagi masyarakat setempat ini
Beberapa dari kebun raya-kebun raya itu berada di dalam kota, terdapat beberapa burung merak, kera dan rusa. Alamat
atau akan dengan cepat terserap ke dalam kota yang melebar. Ini lengkapnya: Jalan Diponegoro Nomor 12, Bondogerit, Kecamatan
siatuasi yang akan menyerupai Bogor. Yang tergolong kelompok ini: Sananwetan. Diduga, kebon ini berawal sebagai laboratorium
Cibinong, Sukorambi (Jember), Samarinda, Banua (Banjarbaru), dan tanaman unggul milik para pengusaha perkebunan di tahun
Parepare 1890an. Nama resminya sekarang adalah Taman Rakyat Kebon
Beberapa lagi akan tetap berada di luar kota, tetapi sangat Rojo, dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Blitar.
dekat atau dengan mudah dapat dikunjungi dalam satu hari Di banyak tempat lain di Jawa kita mengenal nama tempat
perjalanan dari kota-kota di dekatnya. Kebun raya-kebun raya seperti kebonrejo, kebonharjo, kebonrojo. Di Kabupaten Kulon
demikian akan mendapatkan pekraman pendukungnya. Sebaliknya, Progo, D. I. Yogyakarta, misalnya, ada Kelurahan Kebonharjo.
kota-kota tersebut akan dapat mendaku “memiliki” kebun raya.
Yang tergolong demikian adalah Solok, Kuningan, Baturaden, Solok, Gambar X: Alun-alun Blitar, difoto sebelum 1880 oleh H. Salzwedel.
Balikpapan, Minahasa, Enrekang, Pucak, dan Kendari. Leiden Universiteit, KTLV 82798.
Kedua kelompok di atas akan bersifat kekotaan. Hal itu akan File foto b/w: Alun-alun Blitar b1880 oleh H Salzwedel_KITLV
memerlukan visi dan perencanaan ke masa depan untuk 82798.tiff
mendapatkan manfaat yang maksimal.
Yang lain-lain sebenarnya tetap berada dalam jangkauan dari Di masa kecil saya ingat halaman samping rumah direktur PN
kota yang terdekat, tetapi mungkin memerlukan upaya khusus, Timah di Pangkalpinang sangat luas dan memelihara rusa tutul
sehingga tidak atau belum akan dominan dalam kehidupan sehari- sebagai tontonan bagi masyarakat. Di kota ini, juga terdapat sebuah
hari warga kota-kota terdekat. Taman Sari (Wilhelmina Park) di sebelah barat rumah dinas

92
walikota, yang dulu merupakan bagian dari halamannya. Ia lebih seluas hampir 4 hektar di bagian depannya, sepanjang Jalan Karya
menyerupai sebuah kebun daripada sebuah taman, dengan Wisata.
suasana utama terbentuk oleh banyak pohon-pohon besar dan
tinggi. Ia suatu lembah alam yang bersebelahan dengan bukit kecil Gambar X: Gambar rencana Kebun Binatang Medan, 1938, di tepi
tempat rumah dinas tersebut. timur Sungai Babura, setelah pertemuan dengan Sungai Deli, di
sebelah utara Taman Cadika Pramuka. Leiden Universiteit, KITLV
Kebun Binatang 1400801.
File peta berwarna: Medan_Kebun Binatang Medan Rencana
Bebeda dengan kebun raya, kebun binatang umumnya 1938_Kampung Baru_KITLV1400801.tiff
diletakkan cukup dekat dengan kota, biasanya tepat di tepi, batas
perkembangan kota. Beberapa lalu menjadi di dalam kota ketika Dari kebon-kebon warisan kolonial, hanya yang di Jakarta yang
kota yang bersangkutan membesar melebar; sebagian lagi dipindahkan lebih jauh dari pusat kota, ke lahan di pinggir kota
dipindahkan mengikuti batas baru kota. Beberapa kebon binatang (pada waktu itu) yang jauh lebih luas daripada yang sebelumnya.
baru cenderung diletakkan di tepian kota juga, dan dapat Yang lain-lain cenderung berjuang bertahan di dalam kota. Kebon
dibayangkan bahwa ia akan punya pengalaman yang sama: Binatang Surabaya (KBS) menempuh cara mengirimkan keluar
terserap ke dalam kota, atau dipindahkan lagi ke batas baru kota. kelebihan populasi hewannya, yaitu ke Kebon Binatang Mirah
Fantasia, di Banyuwangi.
Pada tahun 2021 di Indonesia terdapat setidaknya 47 kebun
binatang yang dapat ditelusuri keberadaannya, dengan tingkat Letak ke Pusat
Nama Alamat
kelengkapan informasi yang berbeda-beda. Bali memiliki paling Kota
banyak, sembilan, kebun binatang campuran atau dengan ACEH
Taman Rusa Lam 13 km dari pusat, Jl. Raya Taman Rusa, Gampong
spesialisasi tertentu, misalnya burung, reptil, atau gajah.
Tanjong Aceh Besar di luar Kota Banda Lam Tanjong, Kec. Suka
Wisatawan tampaknya menjadi pekraman pendukung yang mampu (2011) Aceh, ke selatan. Makmur, Kab. Aceh Besar
untuk kebon binatang yang begini banyak. Kemudahan SUMATRA UTARA
mendapatkan air permukaan untuk kebon-kebon ini mungkin 12 km dari pusat, di tepi Kota Jl. Bunga Rampai IV
Taman Margasatwa
menjadi faktor pendukung juga. Selain itu, di Pulau Bali tentu saja Medan, ke selatan agak ke No. 100, Medan
Medan (1968)
mudah meletakkan kebon-kebon itu terhubung dengan jaringan barat daya 20135
prasarana yang ada, terutama jalan. 36 km dari pusat, di Desa Bengabing, Kec.
R Zoo & Park
luar Kota Medan, ke Pegajahan, Kab. Serdang
Ada tujuah kebon binatang yang berasal dari masa kolonial dan (2017)
tenggara. Bedagai, Sumatera Utara 20988
masih berlanjut, dengan tingkat keterawatan yang berbeda-beda:
Taman Hewan 0,4 km dari pusat, di Jl. M.H. Sitorus No. 10,
Jakarta, 1864; Surakarta, 1901; Surabaya, 1916; Bukittinggi, 1929; Pematang Siantar dalam Kota Pematang Pematangsiantar,
Yogyakarta, 1933; Bandung, 1930; dan Pematang Siantar, 1936. (1936) Siantar. Barat daya Sumatera Utara 21115
Kebon Binatang Medan berdiri pada tahun 1968 di lokasi JAMBI
pertama di Kampung Baru, kemudian dipindahkan pada tahun 2005 Taman Rimbo Di dalam Kota Jambi,bagian Jl. Cendrawasih I, Pal
ke lokasi sekarang di Kecamatan Medan Tuntungan. Sebuah peta Jambi tenggara, sebelah utara bandara Merah, Jambi 36139
menunjukkan bahwa pernah adan rencana Kebun Binatang Medan RIAU
pada tahun 1938 di sebelah utara Taman Cadika Pramuka, di Kasang Kulim Zoo,
12 km dari pusat, di tepi Jl. Raya Teratak Buluh,
tempat kompleks Johor City dan Citra Wisata sekarang, setelah Kota Pekanbaru, ke Desa Kumbang,
Riau (1994)
selatan agak barat daya Kabupaten Kampar, Riau
pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura (sekarang disebut
KEPULAUAN RIAU
Sungai Deli juga). Rencana Museum en Dierentuin (Museum dan
Safari Lagoi 30 km dari pusat, di luar Jalan Panglima Pantar Lagoi,
Kebun Binatang) ini memiliki museum dan rencana perluasan Bintan Tanjunginang, ke utara. Bintan Resort, Kepulauan Riau.
sembilan kali lebih besar dari tahap awal. Terdapat juga sebuah SUMATRA BARAT
Aquarium. Rencana ini tidak pernah dibangun. Bangunannya Taman Margasatwa dan 0,5 km dari pusat, di
tampak beratp tropis yang besar, dengan tampak bergaya art-deco, Jl. Cindua Mato,
Budaya Kinantan, dalam kota Bukittinggi,
Bukittinggi 26113
dengan perpaduan tegak lurus garis-garis horisontal bangunan dan Bukittinggi (1929) ke utara.
menara vertikal, yang populer di masa itu. Mungkin rencana kebun Taman Satwa 3 km dari pusat, di luar Kandi Desa Kolok Nan Tuo,
binatang ini memang berkaitan dengan taman Cadika Pramuka Kandi, Sawahlunto Kota Sawahlunto, ke Kecamatan Barangin, Kota
(2006) selatan agat tenggara. Sawahlunto, Sumatera Barat
yang sekarang masih ada seluas sekitar 32 heaktar, dengan danau
LAMPUNG

93
Taman Wisata Bumi 5 km dari pusat, di tepi 13 km dari pusat, di luar
Jl. W.A. Rahman No. 1-3, Jl. Masturi No. 171,
Kedaton, Lampung Kota Bandarlampun, ke Lembang Park and Kota Bandung, ke utara, di
Bandar Lampung 35239 Lembang, Kabupaten
(2004) barat daya Zoo (2019) antara permukiman
Bandung Barat 40391
3 km dari pusat, di Jl. Radin Imba Kesuma Ratu Lembang.
Taman Satwa tepi Kota Bandar No. 21, Kel. Sukadanaham, JAWA TENGAH
Lembah Hijau (2007) Lampung, ke barat Kec. Tanjung Karang Barat, Taman Satwa Taru 3,7 km dari pusat, di tepi
laut Bandar Lampung Jalan Ir. Sutami No.
Jurug, Surakarta Kota Surakarta, ke timur
109, Jebres, Surakarta
BALI (1901) laut.
Jalan Betngandang I No. 12, Taman Rekreasi 1 km dari pusat, di tepi Jalan Selamanik
4,5 km dari pusat, di
Bakas Aneka Citra Desa Bakas, Kec. Margasatwa Serulingmas, Kota Banjarnegara, ke No. 35,
luar Kota Klungkung,
Wisata Tirta (1995) Banjarangkan, Kab. Banjarnegara (1997) barat daya Banjarnegara.
ke barat
Klungkung, Bali Wersut Seguni 15 km dari pusat, di luar Dusun Klampok, Desa
Jl. Batukaru Sandan, Indonesia Kota Kendal, ke pantai, Sendangsikucing, Kecamatan
Bali Butterfly Park 6,5 km dari pusat, di luar
Wanasari, Tabanan, (1999) barat laut Rowosari, Kabupaten Kendal
(1996) Kota Tabanan, ke barat laut
Bali 26 km dari pusat, di luar Jl. Raya Semarang -
Agrowisata
9 km dari pusatm di luar Jl. Raya Singapadu, Semarang, ke selatan, di Solo Km. 28,
Sidomuncul (1999)
Bali Zoo (2002) Denpasar, ke timur laut, di Sukawati, Gianyar, tengah permukiman baru Kabupaten Semarang
tengah permukiman Gianyar. Bali 80582 5 km dari pusat, di Gembong, Desa Saradan,
Ndayu Park,
16,5 km dari pusat, di Jalan Bypass Prof. Dr. Ida luar Kota Sragen, Kecamatan Karangmalang, Kab.
Bali Safari Park Sragen(2015)
luar Kota Denpasar, ke Bagus Mantra KM 19,8 ke barat daya Sragen
(2007)
timur laut Gianyar, Bali 80551 15 km dari pusat, di luar Jalan Raya Semarang -
Semarang Zoo
34 km dari pusat, Banjar Tegeh, Desa Angseri, Kota Semarang, ke barat Kendal KM 17, Semarang
Taman Satwa Tegeh
di luar Kota Kecamatan Baturiti, Kabupaten 3,8 km dari pusat, di luar
Angseri (2021) Batang Dolphin Jl. Pantai Sigandu -
Denpasar, ke utara Tabanan, Bali kota Batang,ke timur laut,
Center Ujungnegoro, Kab. Batang
7,3 km dari pusat, di pantai
Jl. Cok Serma Ngurah Gambir,
Bali Reptile Park luar Kota Denpasar, JAWA TIMUR
Batubulan, Gianyar, Bali 80542
ke timur laut Kebun Binatang Jl. Setail No. 1, Darmo,
Di dalam Kota Surabaya
7,4 km dari pusat, di luar Jl. Cok Ngurah Gambir, Surabaya (1916) Surabaya
Bali Bird Park Kota Denpasar, ke timur Sukawati, Gianyar, Bali Jawa Timur Park Jl. Kartika No. 2, Batu
laut 80585 Di Dalam kota Batu
(2001) 65314
30 km dari pusat, di luar Jl. Ngurah Rai, Taman Wisata Studi 2 km dari pusat, di Jl. Basuki Rahmad, Kota
Elephant Safari Park
Kota Denpasar, ke utara Pesanggaran, Denpasar, Lingkungan, Probolinggo tepi kota, ke timur Probolinggo
Taro
agak ke timur laut. Bali 80221
57 km dari pusat, di luar
Desa Carangsari, Maharani Zoo & Jalan Raya Paciran, Paciran,
24 km dari pusat, di luar Kota Surabaya, ke barat
Bali Elephant Camp Kecamatan Petang, Goa, Lamongan Kabupaten Lamongan
Kota Denpasar, ke utara laut
Kabupaten Badung, Bali
Madiun Umbul 17 km dari pusat, di luar Jl. Pesanggrahan Umbul,
JAKARTA Square Madiun, ke selatan Kab. Madiun 63174
Taman Margasatwa Di dalam Jalan Harsono RM No. 1, Ragunan, Taman Safari 30 km dari pusat, di luar Gn. Princi, Jatiarjo,
Ragunan (1864) Jakarta Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550 Indonesia II Prigen, Pasuruan, ke barat daya, 58 Kec. Prigen,
Pasuruan dari Surabaya ke selatan. Pasuruan 67157
Taman Burung, Taman Mini 16 km dari pusat, di tepi Jl.Taman Mini I, 1,3 km dari pusat, di tepi Jl. Karimunjawa No. 81,
Indonesia Indah (1975) Jakarta, ke tenggara Jakarta Timur Mirah Fantasia,
Kota Banyuwangi, ke utara Kab. Banyuwangi
Taman Impian Jaya Ancol Jl. Lodan Raya, Ancol, Banyuwangi
Di dalam Jakarta sedikit ke timur laut 68413
(Faunaland) (2016) Jakarta Utara KALIMANTAN BARAT
Jakarta Aquarium & Podomoro City, Jalan S. Parman Jl. Malindo Teluk Karang,
Di dalam Jakarta 11,6 km dari pusat, di
Safari Kav 28, Jakarta Barat 11470 Kel. Sedau, Kec.
Sinka Zoo (2007) luar Singkawang,ke
JAWA BARAT Singkawang Selatan,
barat daya
Bandung Zoological DI dalam kota Jl. Kebun Binatang No. 6, Kalimantan Barat
Garden (1930) Bandung Bandung 40132 NUSA TENGGARA BARAT
Taman Safari Indonesia I DI luar Jakarta, Jl. Harun Kabir No. 724, Lombok Wildlife 20 km dari pusat, di luar Jl.Tanjung-Sire, Lombok
Cisarua, Bogor (1986) di luar Bogor. Cibeureum, Cisarua, Bogor. Park Kota Mataram, ke utara. Utara, NTB 83352
14 km dari pusat, Kampung Jati, Desa Taman Burung dan Taman 10 km dari pusat, di luar Jl. Bosnik Km. 12
Taman Satwa
di luar Kota Garut, Cikembulan, Kec. Kadungora, Anggrek, Biak, Papua (1984) kota Biak, ke timur Biak, Papua.
Cikembulan (2009)
ke utara Garut

94
19 km dari pusat, di luar Jalan Poros Lantebung- Sinka Zoo, Singkawang 35,00 - 275
Citra Satwa Celebes kota Makssar, ke Borongrappo, Kab. Gowa, Bali Safari Park 40,00 80 400
tenggara Sulawesi Selatan 92411
Safari Lagoi Bintan 100,00 - -
YOGYAKARTA
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta 147,00 - 2.009
KRKB Gembira Loka, 3,6 km dari pusat, di dalam Jl. Kebun Raya No. 2,
Taman Safari Indonesia I Cisarua, Bogor 168,00 257 2.636
Yogyakarta (1933) Kota Yogyakarta, barat. Yogyakarta 55171
Sumber sebagian alamat: https://www.izaa.org/ Taman Safari Indonesia II Prigen, Pasuruan 340,00 2.000
Bakas Aneka Citra Wisata Tirta, Bali - 17 37
Bali Reptile Park - 80 250
Kebon Binatang di Indonesia: Luas dan Jumlah Koleksi;
Bali Elephant Camp -
Urutan Menurut Luas, per Agustus 2021
Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah, - 175
Nama Luas Jumlah Jakarta
(ha) Spesies Ekor
Wersut Seguni Indonesia, Kendal - 13
Bali Butterfly Park 0,37 15 950 Mirah Fantasia, Banyuwangi - 13 76
Jakarta Aquarium & Safari 1,00 - -
Taman Wisata Studi Lingkungan, Probolinggo 1,00 - -
Citra Satwa Celebes, Gowa, Sulawesi Selatan 1,20 - 88 Dari Kebun Raden Saleh menjadi Kebun Raya dan Binatang
Bali Bird Park 2,00 250 1.000 Jakarta.
Taman Rusa Lam Tanjong Aceh Besar 3,00 6 8
Agrowisata Sidomuncul, Kabupaten Semarang 3,00 52 154
Kebun Bintang Jakarta menempati sekitar separoh dari semua
Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, 3,36 122 335
lahan yang dulu dimiliki Raden Saleh. Sebagian koleksi hewannya
Bukittinggi
kemungkinan besar berasal dari koleksi Raden Saleh sendiri, yang
Elephant Safari Park Taro, Bali 3,50 - 60
dijualnya bersama lahan itu. Namun, separoh lain dari lahannya,
Maharani Zoo & Goa, Lamongan 3,50 - 746
yang tetap menjadi kediamannya, juga merupakan satu taman yang
Lombok Wildlife Park 4,00 60 420
menarik perhatian orang di Batavia di akhir abad ke-19 itu. Pada
Taman Hewan Pematang Siantar 4,50 183 500
tahun 1867 seorang Raden Aryo Sastro-Darmo yang mengunjungi
Taman Impian Jaya Ancol (Faunaland), Jakarta 4,95 33 122
beliau di kediamannya menulis:
Ndayu Park, Sragen 5,00 31 81
Setelah menjelajahi kebun binatang […] Saya mengarh ke selatan,
Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, 5,00 36 - tempat saya menemukan apa yang saya cari, tidak jauh dari kebun
Banjarnegara
binatang itu dan terpisah darinya hanya oleh suatu pagar. Ketika tiba
Madiun Umbul Square 5,00 - 151 di depan rumah Raden Saleh saya berjenti dan memperhatikan
Taman Wisata Bumi Kedaton, Lampung 5,00 47 140 halaman dengan tanaman-tanamannya yang cantik. Rumah Saleh
Taman Burung dan Taman Anggrek, Biak, Papua 5,00 33 200 tidak berhubungan dengan bentuk Jawa dan pertamanannya juga
Taman Satwa Kandi, Sawahlunto 5,00 - 74 menyerupai yang Belanda daripada yang pribumi. […] Rumahnya
Taman Satwa Cikembulan, Garut 6,00 114 520 berdiri cukup jaug dari jalan utama dan dindingnya juga ditanami
Semarang Zoo 9,00 70 288 kembang sepatu berbunga merah yang cukup rimbun di sisi selatan.
Kasang Kulim Zoo, Riau 10,00 23 93 Semuanya diatur, terawat dan terpangkas dengan rapi. Tanaman
nanas menyeruak ke dalam rimbunan kembang sepatu merah ini.
Bali Zoo 12,00 - 350
Taman Satwa Taru Jurug, Surakarta 13,90 63 298
Jalan utama yang menuju rumahnya membelah menjadi dua jalan
Bandung Zoological Garden 14,00 - 800
memutari, yang ke utara dan yang ke selatan. Jalan ini seperti ular
Batang Dolphin Center 15,00 - 42
sawah yang sedang berenang. Bunga-bunga ditanam di kiri kanan
Kebun Binatang Surabaya 15,00 - 2.200 jalan, dan juga terdapat bak-bak yng ditanami di padang rumput. Tamu
Taman Satwa Lembah Hijau, Bandarlampung 15,00 26 - yang tiba di depan rumah dari jalan memutar di sisi utara akan pergi
Taman Rimbo Jambi 18,00 - 352 melalui jalan yang di memutar di sisi selatan. […] Saya mendapat kesan
Taman Satwa Tegeh Angseri (TASTA), Bali 20,00 - 55 bahwa Raden Saleh telah mendapat ilham untuk rancangan taman ini
Lembang Park and Zoo 20,00 - 370 dari gambaran-gambaran tentang Taman Sri Wedari. Semuanya
R Zoo & Park, Serdang Bedagai 20,00 83 - sungguh indah dan yang membuatnya telah menciptakan keseluruhan
Jawa Timur Park, Batu 22,00 100 2.000
KRKB Gembira Loka, Yogyakarta 24,00 192 -
Taman Margasatwa Medan 30,00 44 254

95
kompleks dengan yang sangat menyenangkan. Sejauh saya tahu, tidak mirip dengan yang ada di Taman Suniaragi, Cirebon. Bentuknya
ada rumah lain seperti ini di seluruh kota Batavia..212 lebih seperti menara yang rucing, dengan payung di atasnya, juga
dengan aliran air ke bawah, semacam miniatur air terjun, dan gua-
Ada juga gambaran dari seorang ahli biologi Amerika bernama, gua kecil, dan tangga untuk naik ke puncak.
Albert S. Bickmore, yang memberikan gambaran lain:
File foto b/w: Karang di bonbin Cikini_Rotspartij in de Planten-
Di depan istana itu halamannya ditata dengan selera tinggi terdiri
en Dierentuin te Batavia_b1880_KITLV 4127.tiff
dari lapangan-lapangan rumput kecil dan bidang-bidang bertanaman
bunga, yang dikelilingi oleh tanaman rendah yang rimbun dengan
daun-daunnya berwarna merah. (...) Ini kediaman paling agung yang
File foto b/w: Karang di Bonbin Cikini_
dimiliki seorang bangsawan pribumi di seluruh kepulauan India b1880_Waterpartij in de Planten- en Dierentuin te
Timur.213 Batavia_KITLV 26636.tiff
File foto b/w: Karang Menara Bonbin Cikini_1880_Rotspartij
Kalimat terakhir dari Bickmore di atas mungkin agak met grot en watervallen in de Planten- en Dierentuin te
berlebiham, karenakan dia belum melihat taman-taman lain di Batavia_KITLV 3443.tiff
Hindia Belnda, tapi setidaknya memberikan kesan bahwa yang File foto b/w: Karang Menara Bonbin Cikini_1880_Rotspartij
bersangkutan sangat terkesima. met grot en watervallen in de Planten- en Dierentuin te Batavia
c1880_KITLV 3443.tiff_KITLV 114054.tiff
Gambar X: Kebun Binatang Cikini, sekitar tahun 1880, menempati
halaman belahan utara (barat laut) kediaman Raden S. B. Saleh, Ada juga susunan karang sebagai tempat menempatkan
sekarang Taman Ismail Marzuki. Tampak ada kolam air, permukaan tanaman yang disusun vertikal. Gambar X:
tanah yang berbukit landai di kejauhan, dan pot-pot bunga berkaki. Karang_Cikini_Rotspartij (met grot) in de planten- en dierentuin
Hewan-hewan kemungkinan terkurung dalam kandang-kandang te Batavia c 1890_KITLV 29060.tiff
kecil, sehingga kebun binang ini lebih tampak sebagai sebuah
taman. Leiden Universiteit, KITLV 105982. Kebun Binatang Cikini juga digunakan sebagai tempat pameran,
File foto b/w: Kebun Binatang Cikini c1880_KILTV105982.tiff pertunjukan musik kebun (ada panggung beratap), parade berhias
Kebun binatang pertama di Indonesia disebut pada awalnya bunga (bloemencorso) dan mungkin berbagai kegiatan lain lagi.
sebagai Planten- en Dierentuin te Batavia (“kebun raya/tanaman Tampak ada semacam programming oleh pengelola. Gambar X:
dan binatang di Batavia). Dibuka pada tahun 1846, ia ketika itu suatu panggung musik bertenda, yang lazim juga di taman-taman
terletak relatif sudah ditengah, bahkan dipusat kota, di Jalan Cikini kota lain di masa kolonial diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Raya sekatang. Tanah dbeli dari pelukis Raden Saleh seharga 25.000
gulden oleh Genootschap Planten- en Dierentuin van Batavia pada Gambar X: Kebun Binatang Cikini memperlihatakan adanya
tanggal 19 September 1864.214 Kelihatannya pembelian ini panggung musik beratap, sebelum tahun 1880. KITLV 3438
mencakupjuga koleksi hewan yang sebelumnya telah dimiliki oleh File foto b/w: Bonbin Cikini_Muziektent in de Planten- en
Raden Saleh, sehingga pada tahun itu juga taman tersebut sudah Dierentuin te Batavia_sblm1880_Woodbury n Page_KITLV
dapat dibuka sebagai kebun binatang. Ketika itu luasnya 10 hektar. 3438.tiff
Sekarang tempat tersebut menjadi Taman Ismail Marzuki. Tempat Gambar X: Parade berhiasan bunga di Kebun Binatang Cikini,
tinggal Raden sendiri ada di sebelah selatan (tenggara) kebon KITLV 503077.
binatang itu, yang sekarang menjadi Rumah Sakit PGI. Bangunan Bonbin Cikini_Bloemencorso in Planten- en Dierentuin,
rumah Raden Saleh masih ada di dalam, di tengah-tengah kompleks Batavia_KITLV 503077.tiff
rumah sakit tersebut. Pemerintah kolonial Belanda membangun di
dalam kebun binatang itu juga taman-taman, bangunan, bioskop, Pada ulang tahunnya yang ke-100, pada tahun 1964,
fasilitas olahraga, kolam renang, dan balai pertemuan. Dalam kurun pemerintah menyatakan niat memindahkannya ke tempat yang
waktu 1949 hinga 1964 namanya menjadi Kebun Binatang Cikini. lebih luas di ‘luar kota’, di Ragunan. Disediakan lahan seluas 85
Salah satu hiasan di dalam kebun Cikini ini adalah susunan batu hektar. Pada 1966 kebun binatang baru itu dibuka untuk umum dan
karang, yang mungkin lebih dari satu. Yang saya temukan salah diganti namanya menjadi Taman Margasatwa Jakarta. Perubahan
satunya berupa semacam gunungan runcing, yang bukannya tidak nama menjadi Kebun Binatang Ragunan terjadi pada tahun 1974.

212 Kraus, 2012: Hal. 80. 213 Kraus, 2012: 81.


214 Kraus, 2012: 81.

96
Sejak itu luasnya terus bertambah sehingga kini mencapai 134 menginap di KBS untuk menunggui komodo bertelur, karena
hektar. Pada 1999, nama Kebun Binatang Ragunan berubah kebanyakan peristiwa itu terjadi di malam hari. Telur-telur komodo
menjadi Taman Margasatwa Ragunan. Saat itu ia sudah memiliki yang baru keluar harus dipindahkan ke nursery. Komodo adalah
hampir 50.000 tanaman dari 968 spesies dan 335 spesies binatang. satwa penyendiri, hanya berkumpul saat makan dan berkembang
90 persen binatang merupakan satwa asli dari Indonesia. biak. KBS sengaja menyediakan tontonan bagi pengunjung yaitu
Dalam sepuluh tahun terakhir kunjungan ke kebun binatang feeding time bagi Komodo setiap hari Sabtu siang.215
melonjak drastis, apalagi di hari-hari libur. Saat lebaran 2016, Dari waktu ke waktu, KBS mengirim petugasnya untuk berburu
Ragunan dikunjungi 200 ribu orang, melonjak dari hari biasa hewan liar. Tahun 1963, ekspedisi anoa di Bitung dan Gunung Dua
dengan sekitar 3.000-5.000 pengunjung. Di kebun binatang Sodara. Oktober 1968, ekspedisi ke hutan-hutan di sepanjang
Gembira Loka, Yogyakarta, pun pada 2016 pengunjung di hari biasa Sungai Mahakam selama 30 hari menangkap 5 kera bekantan. Mei
berkisar 1.000 hingga 3.000 orang. Namun, pada libur lebaran, di 1971, ekspedisi ke Pulau Komodo gagal karena tidak diizinkan
hari kedua dan ketiga, pengunjung bisa mencapai 12.000 orang per Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT). Desember 1971 ekspedisi ke
hari. Komodo diulang, dan pada 8 Januari 1972 berhasil membawa 7
komodo ke KBS.216
Kebon Binatang (Bonbin) Surabaya
KBS sudah memiliki komodo sebagai koleksi pada tahun 1927.
Kebun Binatang (Bonbin) Surabaya di Jalan Setail, Darmo. Ia juga menjadi pusat pengiriman komodo ke luar Hindia Belanda.
Didirikan tahun 1916 di Kaliondo dengan nama Soerabaiasche Karena pengalaman panjang, tidak heran hanya KBS yang mampu
Planten-en Dierentuin. Pada tahun 1917 ia pindah ke Jalan menangkar Komodo. Sejak keberhasilan ekspedisi Douglas Burden
Groedo.Pada tahun 1920 ia pindah lagi ke lokasi di Darmo sekarang, ke Komodo pada tahun 1926, dan kemudian komodo tampil di New
karena mendapat hibah tanah dari perusahaan kereta api, Oost- York, pemerintah kolonial mulai belajar tentang pelestarian hewan
Java Stoomtram Maatschapij, pengembang perumahan Eropa langka karena permintaan yang banyak dari seluruh dunia, dan
Darmo, yang rupanya melihat kehadira bonbin akan menjadi daya sejak 1928 mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk
tarik. Pada waktu itu Darmo berada di pinggiran kota. Di Surabaya membatasi akses ke Komodo. Komodo sendiri pertama kali disebut
memang terdapat gejala menarik itu: perusahaan kereta api di dalam suatu artikel pada tahun 1912, dalam suatu jurnal ilmu
menjadi penghela perluasan kota di awal abad ke-20. Sebenarnya pengetahuan yang tidak begitu dikenal. Beberapa ekspedisi pada
di Bandung perusahaan kereta api juga menjadi pendorong kuat dua dasawarsa awal abad ke-20 juga dikabarkan berhasil
program perluasan kota, tetapi di sana pemerintah kota proaktif menyaksikannya, tetapi tidak membawa hewan itu ke luar
melakukan perencanaan, sehingga arah perkembangan kota tidak habitatnya sebelum Burden pada tahun 1926 tersebut.217
sepenuhnya ditentukan oleh perusahaan kereta api. Perundingan Bonbin Surabaya mendapatkan sepasang pertama komodo dari
penting menyangkut perletakan halte dan pergudangan. ekspedisi 24-28 Maret 24—28, 1927, yang berhasil menangkap 12
komodo di Pulau Komodo and Pulau Rinca. Mereka tiba di Surabaya
Kebun Binatang Surabaya dan komodo pada 11 April 1927. Sisanya di bawa ke Eropa.
Seperti biasa, kehati-hatian menyusul belakangan. Ekspedisi
Komodo adalah satwa kebanggaan Kebun Binatang Surabaya dengan tujuan utama mempelajari habitat komodo, Pulau Komodo
(KBS). Hanya KBS yang berhasil menangkarnya. Lambang KBS yang dan Pulau Rinca, baru dilakukan pada tahun 1929 oleh ekspedisi De
semula mirip lambang kota “Sura dan Buaya” telah diganti dengan Jong. Namun, ini pun disertai dengan permintaan 10 spesimen—5
gambar komodo. dalam keadaan mati, 5 dalam keadaan hidup— dari berbagai
Pada tahun 2019 bulan Februari, 74 telur komodo generasi ke- museum dan pemerintah. Satu dari yang hidup ini menjadi milik
4 di KBS menetas. Ini berasal dari 114 telur dari 7 induk betina yang KBS. Semenjak itu ada berbagai ekspedisi menangkap komodo
menelurkannya pafa bulan Juli-Agustus 2018. Sebelumnya KBS hingga tahun 1930an. Sementara pada tahun 1926 para pejabart
sudah memiliki 68 komodo, sehingga kini ia memiliki total 142. Yang Kebun Raya Bogor mengatakan kepada Douglas Burden bahwa ia
tertua sudah berusia lebih dari 25 tahun. Suradji, pengasuh khusus dapat mengambil komodo sebanyak dia mau, karena “hewan-
komodo sejak tahun 2000 selalu memberi perhatian khusus pada hewan itu banyak berlimpah”, maka pada tahun 1935 seorang
komodo betina yang hendak bertelur. Tak jarang Suradji harus

215 Nurcahyo, Henri, Dhahana Adi. “Bonbin dalam Kisah dan Tjerita: Tanda 217 Timothy P. Barnard, “Protecting the Dragon: Dutch Attempts at Limiting.
Cinta 100 Tahun Kebun Binatang Surabaya”. Yogyakarta: Indie Book Access to Komodo Lizards in the 1920s and 1930s.” dalam Indonesia 92,
Corner, 2017, hal. 127-132. October 2011.
216 Nurcahyo, Henri, Dhahana Adi., 2017: 145-154

97
pejabat F. C. van Heuren memperkirakan bahwa hanya tersisa Tanaman Rambat dan Pagar 9089 m2
beberapa ratus komodo saja. Tanaman Pelindung 1274 batang
Kebon Binatang Jakarta baru mendapatkan komodo Tanaman Palem-paleman 1426 batang
pertamanya pada tahun 1937, dari ekspedisi De Jong yang kedua, Tanaman Produktif 411 batang
yang menangkap 19 komodo. Ekspedisi ini juga menghasilkan Tanaman Langka 250 batang
jawaban atas berbagai pertanyaan di kalangan ilmuwan dan pecinta Sumber: Inventaris Flora KBS, Januari 2007
alam. Kesimpulan pentingnya: peraturan pembatasan selama ini
bekerja baik, sehingga tidak tampak ada penurunan populasi Jumlah Tanaman Langka di Kebun Binatang Surabaya, Januari
komodo antara tahun 1929 (ekspedisi pertamanya) dan tahun 2007.
1937. Komodo langka karena habitatnya terbatas. Kalau habitatnya Nama Tanaman Nama Latin Jumlah (batang)
dipertahankan, maka tidak ada bahaya kepunahan. Karena itu, Keben Baringtonia asiatica 68
untuk pertama kalinya De Jong mengusuljan penetapan suatu
Nyamplung Calophlylum inophilium 69
“cagar alam”. Pada tahun 1930 terdapat 143 penduduk di Pulau
Sembirit Belgia sapiida 12
Komodo. Salah satu pilihan yang disarankan adalah menyertakan
Kendal Cordia obliqua 25
penduduk itu dalam upaya pelestarian. Namun, akhirnya
Gamal Gliricidia sepilum 1
pemerintah memilih menetapkan hanya sebagian Pulau Komodo
Ambar Fcus religosa 10
dan Pulau Rinca sebagai kawasan cagar alam, tidak mencakup
Poh-pohan Buchanania arborescea 25
permukiman penduduk, sehingga tidak usah menyertakan ataupun
Buah Gandul Kigelia pinata 7
membayar kompensasi memindahkan mereka.
Buah Canon Cauropyta novoguinensis 8
Kebun Binatang Surabaya sebagai Hutan Kota Sogok telik Adenanthera paranina 11
Tabebuya Tabennia leucoxyla 4
Pada tanggal 24-25 Oktober 2015, c2o library & collabtive— Dadap Erythrina kariegata 5
perpustakaan swadaya di pusat kota Surabaya—menggelar Nam-nam Cynimetra cauliflora 5
konferensi-festival perancangan (design) bertajuk DIYSUB di KBS. Maja Aegle marmelos 2
Selama dua hari, perancang, seniman, arsitek, aktivis dari Surabaya, Bungur putih Lagerstroemia 1
Gresik, Sidoarjo, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Singapura, Jet Ropa - 1
Surakarta, Pekanbaru, Hong Kong, Malaysia, Australia, dan Belanda Sumber: Inventaris Flora KBS, Februari 2007
berkumpul di KBS mengikuti diskusi santai, lokakarya, pameran,
pentas storytelling dengan lampion, pasar design, dan open lab di Berdasarkan analisa visual Flora, Fauna, Tanah dan Air (Land
menara pantau di bagian barat KBS. Ternyata koleksi koleksi and Water) serta Ruang Terbuka (”outdoor activities”),
tanaman di “kebun binatang” ini mengagetkan. Dari lantai tiga menunjukkan bahwa KBS dapat dikategorikan sebagai tempat
menara pantau terlihat kumpulan tanaman-tanaman tinggi. KBS rekreasi yang hijau, tempat umum yang asri dan dapat untuk
tampak seperti hutan kota di tengah-tengah permukiman melakukan sebuah kegiatan di dalamnya, serta dapat digunakan
penduduk. sebagai tempat untuk melihat pemandangan kota. Beberapa jenis
Para penggiat Peta Hijau dari Jurusan Arsitektur Universitas Flora yang langka dapat digunakan untuk meningkatkan
Kristen Petra pada tahun 2010 mengumpulkan informasi tentang pengetahuan tentang macam tumbuhan dan keberagaman hewan
jumlah tanaman di KBS inventarisasi bulanan pada tahun 2007. yang ada, berguna juga untuk penelitian keilmuan. Selain itu KBS
Hasilnya dafter berikut ini. 218 juga merupakan salah satu tempat sebagai pusat reservoir air,
sehingga mampu menjadi ekosistem kota Surabaya untuk menjaga
Jumlah Tanaman di Kebun Binatang Surabaya, Januari 200 keberagaman hayati.219
Jenis Tanaman Jumlah Satuan
Tanaman Penutup Tanah 9489 m2
Kebun Binatang Bandung
Tanaman Berbunga Indah 651 batang
Tanaman Hias Daun 4549 m2

218 Hidayatun, Maria I., Lilianny Sigit Arifin, Altrerosye Asri, Rully Damayanti. 219 Hidayatun, Maria I., dkk., 2010. 0
"Peta Hijau Hubungannya dengan KBS sebagai Wisata Edukasi Alam
Berkelanjutan". 2010

98
Kebun Binatang Bandung pada awalnya adalah sebuah taman Dorongan besar kedua akan kesadaran taman modern adalah
yang diresmikan pada tahun1923 dengan nama Jubileumpark untuk Universal Exhibitions, yang mendirikan bangunan-bangunan di
memperingati perayaan ratu penjajah Belanda, Wilhelmina. Pada dalam taman-taman besar yang sudah tersedia. Universal
tahun 1930 ia menjadi kebun binatang atas prakarasa Bandung Exhibition pertama di selenggarakan pada tahun 1851 dan 1862 di
Zoological Park (BZP) yang dipelopori oleh Hoogland, direktur Bank London, 1853 di New York, 1854 di Munich, 1855, 1867, 1878, 1889
DENIS. Kebun Binatang Bandung sempat terlantar di masa dan 1900 di Paris, 1873 di Wina, 1876 di Philadelphia, 1883 di
pendudukan militer Jepang. Rehabilitasi dilakukan pada tahun Amsterdam, 1893 di Chicago, 1894 di Antwerpen, 1895 di Berlin
1948. BZP dibubarkan pada tahun 1956, lalu sejak 1957 kebun dan 1897 di Brussel. Selain itu Belanda sendiri menyelenggarakan
binatang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari yang Internationale Koloniale en Uitvoerhandel di Amsterdam, Mei-
didirikan dengan prakarsa R. Ema Bratakoesoema. Oktober 1883. Katalog 1883 ini menjadi salah satu bahan untuk
kesertaan Hindia Belanda di Universal Exhibition yang di Paris pada
Gambar X: Dari kiri ke kanan: Gaya, Fatimah, Marco dan Curianti tahun 1900.221 Selain itu, di beberapa kota di Hindia Belanda juga
Kusumawijaya, di Kebun Binatang Bandung, September 1965. diselenggarakan pameran kolonial, misalnya di Semarang pada
File foto b/w (harus di-scan): tahun 1914 yang dirancang oleh Maclaine Pont, mengambil tempat
di lahan Oei Tiong Ham di Gergaji. (Lihat Bab Semarang).
Pada tahun 1960an, Kebun Binatang Bandung dan Kebun Jadi kalau pun ada pengaruh taman umum dari Eropa kepada
Binatang Surabaya merupakan tempat populer berbagai kalangan. taman-taman di luar istana di Indonesia, hal itu hanya mungkin
Saya di tahun 1965 mengunjungi keduanya dalam suatu perjalanan pada taman-taman yang dibuat sesudah pertengahan abad ke-19.
liburan bersama sebagian keluarga, yaitu ayah, ibu, dan kakak Pada beberapa dasawarsa awal abad ke-20, taman kota berukuran
tertua. Kebun Binatang Bandung adalah kebanggaan Bandung kecil terdapat sebagai unsur di dalam perluasan beberapa kota
ketika itu, dan disarankan oleh banyak orang, termasuk manajemen besar di Hindia Belanda. Kasus ini misalnya adalah Menteng di
Hotel Savoy Homann tempat menginap kami ketika itu, sebagai Jakarta, Kotabaru di Yogyakarta, Ijen di Malang, dan Bandung Utara
tempat yang wajib dikunjungi. (Bandoeng Noord).
Taman-taman yang lebih tua di dalam kompleks kraton, yang
Taman Kota Modern di Eropa dibangun sebelum pertengahan abad ke-19, harus disimpulkan
dibuat dengan mengacu kepada sejarah di dalam kebudayaan yang
Taman publik modern di Eropa baru mulai sesudah revolusi ada di nusantara sendiri. Satu hal penting yang ditunjukkan
Perancis yang kedua pada tahun 1848, yang menjadikan Napoleon Lombard adalah bahwa rujukan tentang taman sangat jelas
III sebagai kaisar. Rejim konservativ kanan ini berkuasa selama 17 terdapat di dalam karya-karya klasik sastra Jawa.
tahun, 1848-1865. Napoleon III mengangkat Georges-Eugène Di Bab Candi kita akan melihat juga bagaimana tataletak candi
Haussmann, yang lebih umum dikenal sebagai Baron mungkin adalah salah satu khasana penting tentang pemahaman
Haussmann (27 March 1809 – 11 January 1891), sebagai ruang di nusantara ini.
prefect of Seine (1853–1870). Tugasnya adalah melaksanakan
program pembaharuan kota (urban renewal) besar-besaran. Untuk Taman Oei Tiong Ham
membangun taman Haussmann meminta Alphonse Alphand yang
kemudian membangun antara lain Bois Bologne, Bois de Vincennes, Raja Gula Oei Tiong Ham di Semarang di akhir abad ke-19 atau
Buttes Chaumont, dan Parc Montsouris. 220 Jadi taman-taman awal abad ke-20 memiliki taman dengan koleksi hewan juga.
besar ini dibangun sebagai bagian dari program perencanaan dan Kediaman dengan taman luas ini di sebut Istana Gergaji, karena
pembaharuan kota besar-besaran untuk menjawab masalah letaknya di kawasan Gergaji, utara Jomblang, Semarang, yang pada
urbanisasi besar-besaran yang terdorong oleh industrialisasi yang waktu itu termasuk dalam permukiman golongan Eropa. Di
membuat penduduk perkotaan beberapa negara di Eropa dalamnya terdapat semacam kebon binatang kecil, dengan
mencapai atau melewati 50% di sekitar pertengahan abad ke-19. beruang, monyet, burung kasuari, merak, ular dan rusa.222 Ia juga
Pengaruh program Paris ini kemudian menyebar ke negara-negara memiliki balekambang.
Eropa lain. Brussels, Belgia, meniru dengan taman Bois de la
Cambre (1864). Gambar X: Taman kediaman Oei Tiong Ham, Semarang, suatu
gunungan dengan gua-gua menyerupai batu karang. Apakah ilham

220 Benevolo, 1977: 68 dan 72. 222 Joost Cote, Searching for Semarang, Februari 2021: 134.
221 ENI-IV, 1905: 305.

99
dari Taman Sunyaragi, Cirebon, atau mengacu langsung ke taman- memungi bukit, suatu prinsip biasa dalam tatanan Cina. Leiden
taman di negeri Cina yang juga menjadi salah satu pengaruh bagi Universiteit, KITLV 400197.
Taman Sunyaragi itu? Foto sekitar tahun 1900 oleh Willem Meijers. File foto b/w: Tuin van Oei Tiong Ham in Gergadji te
Koleksi Leiden Universiteit, KITLV 400225. Semarang_c1900_KITLV 400197.tiff
File foto b/w: Tuin van Oei Tiong Ham in Gergadji te Semarang Sebagian bangunan kediaman Oei Tiong Ham di Gergaji ini
c1900_KITLV 400225.tiff masih ada, mewadahi sekarang Kantor Otoritas Jasa Keuangan
Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, di Jalan
Gambar X: Taman kediaman Oei Tiong Ham, Semarang, sekitar Kyai Saleh No.12-14, Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan.. Oei
tahun 1900, oleh Willem Meijers; tampaknya memanfaatkan dulu memiliki lahan seluas 81 hektar di pusat Kota Semarang dan di
lembah yang dikelilingi perbukitan, dengan unsur utama sekitar rumah tinggalnya di kawasan Gergaji. Lahan yang juga milik
kelompok-kelompok batu karang (buatan?) yang membentuk Oei antara lain adalah yang kini menjadi pusat perkantoran
bak-bak besar tanaman, juga bangunan dan patung berbagai gaya pemerintah di sekitar Simpang Lima Semarang, seperti kompleks
berasal dari budaya berbeda. Leiden Universiteit, KITLV 400220 Polda Jawa Tengah, Kantor Gubernur Jawa Tengah, DPRD Jawa
File foto b/w: Tuin van Oei Tiong Ham in Gergadji te Semarang Tengah, kampus Universitas Diponegoro Pleburan dan pusat
c1900 by Willem Meijers_KITLV 400220.tiff perkantoran di Jalan Pandanaran hingga ke dekat Kampung Kali.
Jalan dari Simpang Lima ke arah barat daya, yang sekarang bernama
Gambar X: Taman kediaman Oei Tiong Ham di Gergaji, Semarang: Jalan Pahlawan (pernah bernama Jalan Semarang-Surakarta dan
Bak tanaman menyerupai karang, sekitar 1900. Leiden Jalan Semarang-Yogyakarta) dulu bernama Oei Tiong Ham Weg
Universiteit, KITLV400234. menurut Peta dari tahun 1920.
File foto b/w: Taman Oei Tiong Ham_Meijers, Willem (1871-
1943) c1900_KITLV400234.tiff Jalan Veteran sekarang bernama Jalan Gergadji di masa
kolonial.Itu sebab rumahnya disebut Istana Gergaji. Ia disebut juga
Gambar X: Taman kediaman Oei Tiong Ham di Gergaji, Semarang, Istana Balekambang, mengisyaratkan adanya bangunan yang
sekitar 1900; suatu lembah yang dikelilingi perbukitan, dirancang dikelilingi air, kelihatannya bangunan terbuka beratap persegi
simetri dengan bangunan-bangunan membentuk huruf U delapan yang di kiri kanannya dihubungan dengan jembatan ke dua
sisinya

“I do not understand how any one can be content until he has experienced the wonder
of the tropics.”
(Fairchild, The World was My Garden, 1938: 62.)

100

Anda mungkin juga menyukai