Anda di halaman 1dari 5

MK.

ELEKTRONIKA DAYA dan INDUSTRI

Dosen Pengampu:
Bp. Dr Darjat, ST., MT.

TUGAS KULIAH KE-1

Oleh:
Aziz Yulianto Pratama

Imam Luthfi

MAGISTER TEKNIK
ELEKTRO UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device semikonduktor
yang mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah diaktifkan dan cenderung tetap off
setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan biasa digunakan sebagai saklar elektronik,
protektor, dan lain sebagainya. Kawat atau terminal gate yang menjadi perbedaan dari
kedua perangkat ini. Kita tahu kalau terminal gate SCR terhubung langsung ke basis
transistor yang lebih rendah, itu berarti terminal gate ini dapat digunakan sebagai
alternatif untuk mengaktifkan SCR (latch up). Dengan memberikan tegangan yang kecil
antara gate dan katoda, transistor yang bawah atau transistor yang lebih rendah akan
dipaksa ON oleh arus basis yang dihasilkan, hal ini akan menyebabkan arus basis
transistor atas mengalir dan transistor atas akan aktif dan menghantarkan arus basis untuk
transistor yang bawah (tidak dibutuhkan lagi pasokan tegangan dari terminal gate),
sehingga kini kedua transistor saling menjaga agar tetap aktif atau saling mengunci
(latch). Arus yang diperlukan gate untuk memulai latch up tentu saja jauh lebih rendah
daripada arus yang melalui SCR dari katoda ke anoda, sehingga SCR tidak perlu
mencapai penguatan

B. Pengertian SCR
Thyristor atau silicon controlled rectifier (SCR) adalah perangkat yang banyak
digunakan untuk mengontrol atau Switching daya dan sering digunakan pada rangkaian
AC atau DC tegangan tinggi. Thyristor dapat mengubah tingkat daya yang besar sesuai
dengan penggunaannya dalam berbagai aplikasi yang berbeda Thyristor bahkan
digunakan dalam elektronik berdaya rendah di mana mereka digunakan di banyak sirkuit
mulai dari peredup cahaya hingga catu daya dengan proteksi tegangan
C. Aplikasi SCR
Aplikasi SCR dalam elektronika sebagai berikut :
 Kontrol daya AC (termasuk lampu, motor, dll)
 Proteksi tegangan lebih untuk catu daya
 Switching daya AC
 Komponen kontrol dalam pengontrollan/pemicuan sudut fase (phase)

D. Simbol SCR

E. Karakteristik SCR

Adapun karaktristik tegangan versus arus dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:
VR

iD
I

III
IH

VD

I
II
Vbo
Gambar 2. Karakteristik Thyristor
Karaktristik tegangan versus arus ini diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3
keadaan atau daerah, yaitu :
1. Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)
2. Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)
3. Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III)

Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak ada arus yang
mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada daerah II terlihat bahwa arus
tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan (Vbo). Apabila
tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba – tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil
dan ada arus mengalir. Pada saat ini thyristor mulai konduksi dan ini adalah merupakan daerah
III. Arus yang terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat disebut sebagai arus genggam (Ih
= Holding Current). Arus Ih ini cukup kecil yaitu dalam orde miliampere.Untuk membuat
thyristor kembali off, dapat dilakukan dengan menurunkan arus thyristor tersebut dibawah
arus genggamnya (Ih) dan selanjutnya diberikan tegangan penyalaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambar Simulasi

B. Penjelasan
Penerapan Simulasi Rangkaian SCR sebagai Switch dalam rangkaian elektronika .
Simulasi SCR sebagai Switch pada lampu led. Terdiri dari 12 LED , 2 SCR DAN
Resistor Pull down.
Anoda pada LED akan disambungkan langsung menuju sumber 12 volt, katoda dari
LED disambungkan pada resistor 300 ohm, hal ini dikarenakan untuk menahan arus
agar tidak terlalu besar sehingga LED tidak mudah panas dan korslet, bagian lain dari
resistor di sambungkan pada ujung katoda SCR dan resistor pull down, yang mana
resistor pulldown ini akan mengaktifkan LED sehingga menyala dan apabila SCR
aktif dan memberikan masukan 12V pada resistor 300 ohm maka LED akan mati
karena tidak adanya beda potensial yang masuk pada LED sehingga LED tidak dapat
menyala dan pada saat SCR tidak aktif maka LED dapat menyala karena katoda dari
LED tersambung pada ground. Hal ini terjadi berulang sehingga lampu LED akan
mati sejenak untuk mencegah panas pada LED karena LED yang digunakan adalah
LED High Power yang dapat panas apabila dinyalakan konstan (terus menerus), maka
digunakannya SCR dan PWM untuk mematikan LED sejenak agar LED tidak panas
dan mengurangi penggunaan daya pada LED yang dinyalakan hingga berjam-jam.
Frekuensi yang digunakan pada realisasinya adalah >50Hz agar lampu LED tidak
terlihat berkedip saat dinyalakan, akan tetapi apabila digunakan kamera slow motion
maka akan terlihat LED mati sejenak padahal kalau dilihat mata LED akan terlihat
menyala konstan (terus menerus)

Anda mungkin juga menyukai