Anda di halaman 1dari 15

Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 237

MEKANISME IMPEACHMENT DI NEGARA DENGAN SISTEM


PRESIDENSIAL: STUDI PERBANDINGAN MEKANISME IMPEACHMENT
DI INDONESIA DAN KOREA SELATAN∗
Ryan Muthiara Wasti∗∗

Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia


Jalan Prof. Mr. Djokosoetono, Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424

Abstract
In the development of the government sistem, there are semi-presidential systems which are different from
presidential and parliamentary systems. The difference is in the case of the presence of the President
and Prime Minister as a parliamentary sistem but the mechanism for dismissing the President resembles
the impeachment in the presidential systems. This research was conducted to see how the impeachment
mechanism compares in countries with presidential sistems, especially Indonesia and in countries with
a semi-presidential sistem, namely South Korea. The author finds that there are differences between the
impeachment mechanisms in Indonesia and South Korea in the process and reasons for the termination
of the President. This can be an input for the mechanism in Indonesia to focus more on legal mechanisms
without a political mechanism in the MPR.
Keywords: semi-presidential systems, impeachment.

Intisari
Dalam perkembangan sistem pemerintahan, terdapat sistem semi presidensial yang berbeda dari sistem
presidensial dan parlementer. Perbedannya adalah dalam hal adanya Presiden dan Perdana Menteri
layaknya sistem parlementer tetapi mekanisme pemberhentian Presidennya menyerupai impeachment
dalam sistem presidensial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan mekanisme impeachment
di negara dengan sistem presidensial khususnya Indonesia dan di negara dengan sistem semi presidensial
yaitu Korea Selatan. Penulis menemukan bahwa terdapat perbedaan antara mekanisme impeachment di
Indonesia dan Korea Selatan dalam mekanisme maupun alasan pemberhentian Presiden. Hal ini bisa
menjadi masukan untuk mekanisme di Indonesia agar lebih fokus terhadap mekanisme hukum tanpa
mekanisme politis di MPR.
Kata Kunci: sistem semi presidensial, impeachment.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................................... 238
B. Metode Penelitian .............................................................................................................................. 239
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................................................................... 240
1. Pengaturan Mengenai Impeachment di Indonesia . ...................................................................... 240
2. Pengaturan Mengenai Impeachment Di Korea Selatan . .............................................................. 245
3. Keterkaitan Mekanisme Impeachment di Korea Selatan dengan Sistem Semi Presidensial ....... 248
4. Analisis Perbandingan Mekanisme Impeachment di Indonesia dan Korea Selatan . ................... 248
D. Kesimpulan......................................................................................................................................... 250


Artikel ini merupakan hasil dari penelitian yang didanai oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia melalui Hibah Riset Pemula Tahun 2018.
∗∗
Alamat korespondensi: ryan.muthiara@gmail.com.
238 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

A. Latar Belakang Masalah parlementer atau presidensial mengadopsi sistem


Presiden merupakan organ yang penting semi-presidensial. Armenia misalkan meninggalkan
dalam sebuah negara terutama yang menganut sistem kepresidenan pada tahun 1994 untuk semi-
sistem presidensial. Keberadaan presiden dengan presidensial sementara Georgia juga melakukan hal
kekuasaan yang sangat besar dalam sistem yang sama di tahun 2004.3
presidensial menjadi syarat utama bagi negara Terdapat sejumlah perbedaan antara sistem
tersebut. Selain itu, ciri sistem presidensial yang presidensial dengan sistem semi presidensial. Hal
lain adalah masa jabatan presiden yang tetap (fixed ini terlihat misalnya dalam sistem pemerintahan
term government) yang menyebabkan presiden semi presidensial tidak terdapat kecendrungan
tidak dapat dijatuhkan dalam masa jabatannya. presiden atau kepala negara untuk diktator karena
Sistem semi-presidensial berawal dari adanya pembagian kewenangan antara kepala
Republik Weimar Jerman (1919-1933), namun negara dengan kepala pemerintahan. Selain
istilah “semi-presidensial” tidak digunakan sampai itu, presiden yang mempunyai legitimasi besar
tahun 1958. Penggunaannya mulai populer pada dimana pemilihannya langsung oleh rakyat hanya
akhir 1970-an, melalui karya Maurice Duverger, bertindak sebagai kepala negara (simbol) sementara
ketika Duverger menggunakannya untuk menggam­ pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri yang
barkan Republik Kelima Prancis. Ada beberapa dipilih oleh partai mayoritas di parlemen. Inilah
negara di dunia dengan sistem pemerintahan semi- yang membedakannya dengan sistem presidensial
presidensial, dengan beberapa bersandar lebih pada dimana presiden yang dipilih langsung oleh rakyat
sistem presidensial murni yang memiliki presiden mempunyai kewenangan yang besar sebagai kepala
yang kuat namun beberapa negara lain memiliki negara sekaligus kepala pemerintahan. Sehingga,
presiden yang hampir seremonial dimana semua sekilas tidak terlihat adanya kemungkinan pember­
kekuatannya terletak pada perdana menteri. Perancis hentian presiden dalam sistem semi presidensial.
menawarkan pembagian kerja yang seimbang antara Salah satu negara yang menggunakan sistem
presiden dan perdana menteri. Meskipun tanggung semi presidensial adalah Korea Selatan. Konstitusi
jawab kedua pemimpin tidak secara eksplisit Korea Selatan mengatur di Article 86 mengenai
dinyatakan dalam konstitusi, lama kelamaan ia pemilihan Presiden melalui pemilihan umum
berkembang sebagai masalah kemanfaatan politik sedangkan Perdana Menteri dipilih oleh Presiden.4
berdasarkan prinsip-prinsip konstitusional.1 Selain itu, perdana menteri selaku pemegang
Negara-negara yang memiliki sistem kekuasaan pemerintahan bertanggungjawab kepada
semi-presidensial telah meningkat dibandingkan Presiden dan parlemen sehingga sistem pemerin­
masa lalu. Mayoritas bekas negara komunis juga tahan pada Korea Selatan ini berdasarkan ciri
mengadopsi sistem semi-presidensial, dengan yang dikemukakan oleh Shugart dan Carey adalah
sekitar 30% masuk untuk sistem parlementer dan president parliamentary.5 Dengan ciri adanya
sekitar 10% mengadopsi sistem presidensiil.2 presiden yang dipilih melalui pemilihan umum
Sejumlah negara lain di Amerika Latin, Afrika, tersebut, maka Korea Selatan mempunyai kemiripan
Asia, dan Eropa memiliki sistem semi-presidensial. dengan Indonesia karena Presiden Indonesia dipilih
Di masa lalu, beberapa negara demokrasi melalui pemilihan umum.

1
Benjamin Elissa, Countries that have both A President and Prime Minister, http://www.worldatlas.com/articles/countries-that-have-both-a-
president-and-a-prime-minister.html, diakses 4 Mei 2017.
2
Robert Elgie, et al., 2016, Semi-Presidentialism in The Caucasus And Central Asia, Macmillan Publishers, London, hlm. 23-25.
3
Ibid.
4
Article 86 Constitution of South Korea.
5
Fitra Arsil, 2017, Teori Sistem Pemerintahan, Pergeseran Konsep dan Saling Kontribusi Antar Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara,
Djokosoetono Research Center, Depok, hlm. 99.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 239

Negara yang menggunakan sistem peme­ bahwa Presiden berhenti atau tidak. Proses tersebut
rintahan presidensial memiliki perbedaan meka­ terlihat mempunyai dua mekanisme yaitu mekanisme
nisme pemberhentian presidennya, apalagi berbeda hukum dan politik. Mekanisme hukum sudah
sistem pemerintahannya. Korea Selatan dengan seharusnya ditempuh untuk memperoleh kepastian
Indonesia mempunyai mekanisme impeach­ment hukum dan keadilan. Sementara mekanisme politik
yang berbeda. Sebagaimana negara dengan sistem harus diteliti lagi apakah dibutuhkan atau tidak
presidensial, presiden hanya dapat dijatuhkan dalam mekanisme impeachment di Indonesia.
dengan mekanisme tersendiri yang pada umumnya Oleh sebab itu, penting dan menarik untuk
melalui proses yang tidak mudah. Hal ini mengingat mengkaji mengenai mekanisme impeachment
masa jabatan seorang presiden yang tetap sehingga di negara dengan sistem pemerintahan semi
tidak dapat serta merta dijatuhkan oleh parlemen presidensial yang salah satunya adalah Negara
seperti yang terjadi di negara dengan sistem Korea Selatan dimana presiden dipilih melalui
parlementer. Korea Selatan sendiri sudah pernah pemilihan umum yang biasanya hanya ada di negara
melakukan impeachment terhadap presidennya dengan sistem presidensial seperti Indonesia.
pada tahun 2004. Namun, pada masa itu, presiden Hal ini untuk melihat hal-hal positif yang bisa
Roh Muu Yun yang ingin diberhentikan tersebut dipraktikkan di Indonesia mengingat Indonesia
tidak berhasil diberhentikan sehingga ia kembali juga memiliki mekanisme impeachment. Meskipun
menjabat sebagai presiden. Pada tahun 2016, terjadi memiliki sistem pemerintahan yang berbeda dengan
lagi impeachment terhadap presiden Korea Park Indonesia, namun ada satu persamaan yang dapat
Geun Hye yang diduga melakukan tindakan kolusi ditarik dari mekanisme impeachment di Korea
yang merupakan alasan untuk diberhentikan seorang Selatan yaitu persamaan dalam hal lembaga yang
kepala negara. Hal ini terdapat dalam Konstitusi terlibat dari proses impeachment yaitu lembaga
Korea Selatan pada Article 65 dan Chapter IV The legislatif dan lembaga yudisial.8 Berdasarkan uraian
Excecutive yang mengatur mengenai mekanisme dan latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan
alasan impeachment pejabat negara.6 Mekanisme masalah yaitu: Pertama, Bagaimana pengaturan
impeachment di Korea Selatan terlihat lebih kepada mengenai impeachment di Indonesia? Kedua,
mekanisme hukum karena proses akhir penetapan Bagaimana pengaturan mengenai impeachment
putusan berhentinya presidennya ada di Mahkamah di Korea Selatan? Ketiga, Bagaimana mekanisme
Konstitusi. impeachment di Korea Selatan dikaitkan dengan
Konteks Indonesia, pemberhentian presiden sistem semi pemerintahan yang digunakannya?
diatur di dalam Pasal 7A dan 7B yang melibatkan Keempat, Bagaimana analisis perbandingan
DPR, MK dan MPR.7 DPR mengajukan usulan mekanisme impeachment di Indonesia dan Korea
pemberhentian presiden kepada MK yang kemudian Selatan?
akan ditindaklanjuti MK dengan putusan bahwa
presiden bersalah atau tidak. Setelah itu, MK akan B. Metode Penelitian
mengembalikan kepada DPR putusan tersebut dan Metode penelitian riset ini adalah yuridis
akan diserahkan kepada MPR untuk diputuskan normatif dengan menganalisis ketentuan mengenai

6

Constitusion of the Republic of Korea, http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@ed_protect/@protrav/@ilo_aids/documents/
legaldocument/wcms_117333.pdf, diakses 4 Mei 2017.
7
Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan Keempat.
8
Jika dibandingkan dengan mekanisme impeachment di Amerika Serikat yang merupakan negara dengan sistem pemerintahan presidensial
terlihat perbedaan dimana di AS mekanisme impeachment hanya melibatkan kekuasaan yudisial hanya sebagai pemimpin sidang pemutusan
saja sementara juri dalam sidang tersebut adalah anggota Senat yang akan memutuskan apakah Presiden berhenti atau tidak. Lihat Robert
Longley, “The Impeachment Process in US Government”,https://www.thoughtco.com/impeachment-the-unthinkable-process-3322171,
diakses 17 Juli 2019.
240 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

mekanisme impeachment di Negara Korea Selatan yang tepat untuk proses pemberhentian pemimpin
dan Indonesia, peraturan Mahkamah Konstitusi kekuasaan eksekutifnya. Sedangkan statute
Korea Selatan dan Indonesia serta peraturan approach digunakan sebagai landasan hukum
nasional lain yang terkait. Negara Korea Selatan yang otentik mengenai penggunaan sebuah sistem
dipilih karena menggunakan sistem presidensial pemerintahan dan mekanisme impeachment baik
awalnya yang sama dengan Indonesia namun di Indonesia maupun di Korea Selatan, khususnya
berubah menjadi sistem semi presidensial. Hal konstitusi masing-masing negara.
ini dimaksudkan untuk mencari perbedaan atau
pengaruh dari sistem pemerintahan yang digunakan C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dengan mekanisme impeachment di negara tersebut. 1. Pengaturan Mengenai Impeachment di
Jenis riset ini adalah qualitative research Indonesia
yang mengutamakan data sekunder yaitu berupa a. Sistem Pemerintahan di Indonesia
peraturan perundang-undangan serta literatur lain Teori sistem pemerintahan yang
yang membahas mengenai mekanisme impeachment dikembangkan para ahli terdapat sistem semi
di Indonesia dan Korea. Selain dokumen tertulis, presidensial yang memadukan ciri antara
data juga didapatkan dengan wawancara dengan sistem presidensial dengan sistem parlemen-
para narasumber relevan seperti Hakim Mahkamah tern. Robert Elgie mengemu­kakan terdapat
Konstitusi, serta peneliti dan akademisi yang dua bentuk dari sistem semi presidensial yai-
fokus terhadap kajian impeachment dan sistem tu sistem president parlia­mentarism dan pre­
pemerintahan. Pendekatan penelitian yang mier-parliamentary.9 Secara umum, perbe-
digunakan adalah comparative approach, historical daan dari sistem presidensial dan parlementer
approach dan statute approach. Comparative terletak pada keterkaitan dan keterpisahan
approach dilakukan dengan membandingkan antara lembaga legislatif dan lembaga ekse-
pengaturan dan praktik proses impeachment di kutif. Dalam sistem presidensial, pemilihan
Indonesia sebelum dan sesudah perubahan Undang- presiden dan legislatif dilakukan secara ter-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun pisah, sehingga sumber legitimasi keduanya
1945 (UUD NRI Tahun 1945) serta perbandingan terpisah. Sementara dalam sistem parlemen­
dengan negara lain yaitu Korea Selatan. Penulis ter, sumber legitimasi dari eksekutif adalah
melakukan pendekatan perbandingan sebagai cara legislatif dimana pemerintahan yang terben-
yang menurut penulis dapat menghasilkan simpulan tuk bisa jadi bukanlah dari partai pemenang
yang baik terkait dengan mekanisme impeachment pemilihan umum terutama dalam kondisi
di sebuah negara. partai pemenang pemilihan umum tidak
Perbandingan dilakukan dengan negara mayo­ritas. Hal ini menyebabkan diharuskan-
Korea Selatan karena menggunakan mekanisme nya koalisi antara beberapa partai sehingga
yang juga melalui lembaga yang sama yaitu sumber legitimasi dari eksekutif bergantung
Mahkamah Konstitusi dan sudah pernah melakukan kepada lembaga legislatifnya.Sistem presi­
proses impeachment melalui MK pada tahun 2016 densial yang digunakan di Amerika Serikat
lalu. Historical approach digunakan agar dapat (AS) dianggap sebagai contoh penerapan
melihat bagaimana perjalanan sebuah negara sistem presidensial yang murni.
terutama Indonesia dalam menemukan mekanisme Hal ini disebabkan kriteria utama dari

9
Robert Elgie, 2011, Semi Presidentialim: Sub Types and Democratic Performance, Oxford University Press, New York, hlm. 147-152. Bogdan
Dima dalam artikelnya menemukanbahwa terdapat 7 (tujuh) negara yang memilih tipe pemerintahan premier parliament semi presidentialism
dalam negara yang tergolong komunis yang sedang ditelitinya. Negara-negara yang dianggap memulai penggunaan sistem semi presidensial
yaitu Kroasia, Bulgaria, Polandia, Romania dan Slovenia. Lihat Bogdan Dima, Impeachment Procecures against Presidents in Central and
South East European Democracies: A Comparative Constitutional Approach. hlm. 3.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 241

sistem presidensial digunakan di AS yaitu sebagai sistem yang paling konsekuen untuk
pemilihan presiden langsung oleh rakyat dan menerapkan trias politica Montesquieu.
masa jabatan pemerintahan yang memiliki Hal ini disebabkan karena dalam sistem
waktu yang tetap.10 Dua kriteria utama terse- ini pemisahan kekuasaan Negara serta
but, menurut Fitra Arsil berkaitan de­ngan badan-badan yang memegang pelaksanaan
sumber legitimasi dari kekuasaan ekseku- masing-masing kekuasaan Negara dilakukan
tif. Pemilihan langsung presiden misalkan secara sempurna. Bahkan antara kekuasaan
menunjukkan bahwa sumber kekuasaan ekse- eksekutif dan legislative tidak ada hubungan
kutif tidak berasal dari kekuasaan legislatif. pertanggungjawaban. Eksekutif dan legislatf
Sementara masa jabatan yang ditetap menun- masing-masing bertanggungjawab secara
jukkan bahwa dalam sistem presidensial, langsung kepada rakyat.12 Ada sedikitnya 9
eksekutif diganti hanya melalui pemilihan (sembilan) prinsip pokok yang perlu dipenuhi
umum. Kedua hal ini menjadikan keduanya oleh suatu sistem pemerintahan agar bisa
tidak mengganggu legitimasi yang lain.11 dikategorikan sebagai sistem presidensial
Soehino juga mengemukakan hal yang sekaligus membedakannya dengan sistem
sama, bahwa sistem presidensial disebut parlementer.

Tabel 1.13
Perbandingan Prinsip-Prinsip Pokok Sistem Presidensial dan Sistem Parlementer
No Prinsip-prinsip sistem presidensial Prinsip-prinsip sistem parlementer
1 Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara Eksekutif dan legislatif tidak terpisah
eksekutif, legislatif dan yudikatif
2 Presiden adalah eksekutif tunggal, kekuasaannya Eksekutif terpisah antara kepala pemerintahan
tidak terbagi dan kepala negara
3 Kepala pemerintahan sekaligus kepala negara Kepala pemerintahan diangkat oleh kepala
negara
4 Presiiden mengangkat para menteri sebagai Kepala pemerintahan mengangkat para menteri
pembantu yang bertanggungjawab kepadanya sebagai suatu kesatuan institusi yang bersifat
kolektif
5 Anggota parlemen tidak boleh merangkap Menteri bisa merangkap menjadi anggota
jabatan menteri, begitu juga sebaliknya parlemen
6 Presiden tidak bertanggungjawab keapda Pemerintah bertanggungjawab kepada parlemen
parlemen dan tidak dapat membubarkannya
7 Berlaku prinsip supremasi konstitusi Berlaku prinsip supremasi parlemen
8 Presiden bertanggungjawab kepada rakyat Sebagai konsekuensi supremasi parlemen maka
kedudukan parlemen lebih tinggi dari bagian-
bagian pemerintahan lainnya
9 Sebagai konsekuensi pemisahan kekuasaan Kekuasaan negara terpusat kepada parlemen
negara tersebar ke cabang pemerintahan lainnya
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019

10
Meskipun demikian, Amerika Serikat pernah mengalami masa dimana Presiden dipilih oleh House of Representative yakni pada pemilihan
presiden tahun 1824 (yang sekaligus menjadi yang kedua dan yang terakhir menggunakan mekanisme pemilihan presiden melalui House of
Representative). Lihat Skau, George H., “A Critical Analysis of the Presidential Election System”, Presidential Studies Quarterly, Vol.6, No.
4., 1976, hlm. 42-48.
11
Ibid., hlm. 69.
12
Soehino, 1993, Hukum Tata Negara: Sistem Pemerintahan Negara, Penerbit Liberty, 1993, hlm. 81.
13
Diolah dari Verney dalam Arend Lijphart (1995: hlm. 35-50); Ashshiddiqie (2007: hlm. 315-36); dan Budiarjo (2008: hlm. 295-360)
sebagaimana dikutip oleh Syamsudin Haris, 2014, Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi, Pustaka Obor. Jakarta, hlm. 9.
242 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

UUD 1945 sebelum perubahan diangkan menjadi diktum pada bagian batang
mengatur mengenai sistem pemerintahan tubuh. Kelima, jika dalam pembahasan tidak
yang menurut RM A.B. Kusuma menjadi tercapai kesepakatan terhadap rancangan
kunci pokok pemerintahan di Indonesia yang diktum maka dikembalikan pada diktum
diantaranya yaitu:14 Pertama, Presiden adalah naskah UUD 1945.
penyelenggara pemerintah Negara yang Meskipun UUD 1945 yang asli
tertinggi dibawah majelis. Oleh karena itu, (sebelum amandemen) dipandang menganut
pemerintahan Negara dipimpin oleh Presiden. sistem presidensial, namun beberapa ahli
Kedua, Presiden tidak bertanggungjawab juga menyatakan bahwa sistem presidensial
kepada DPR. Namun dalam hal persetujuan yang dibangun bukanlah yang murni. Hal
rancangan undang-undang, Presiden harus ini terutama jika dilihat dari ciri-cirinya.
menjalankannya bersama dengan DPR. Misalkan dalam hal pembuatan undang-
Indonesia sudah menggunakan sistem undang dilakukan bersama presiden dan
pemerintahan presidensial sebelum adanya DPR sedangkan dalam sistem presidensial
perubahan UUD 1945. Bahkan sistem ini Amerika Serikat, undang-undang dibuat
disepakati untuk tidak diubah sebagaimana oleh kongres, presiden hanya mempunyai
disampaikan oleh Amin Aryoso sebagai hak veto sehingga tidak secara langsung
pimpinan rapat dalam Rapat Panitia Adhoc mempengaruhi proses pembentukan undang-
III Badan Pekerja MPR pada tanggal 12 undang.17
Oktober 1999.15 b. Pengaturan Impeachment di Indonesia
Berikut beberapa hal yang menjadi Proses impeachment presiden Indo­
kesepakatan Panitia Ad Hoc dalam melakukan nesia pada masa sebelum perubahan UUD
pembahasan rancangan Perubahan UUD 1945, 1945 sangat bergantung kepada kese­
yaitu:16 Pertama,pengubahan dilakukan pakatan dan aturan yang dibuat oleh
dengan teknik amandemen, sehingga diktum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
lama yang diubah tetap menjadi bagian Hal ini dikarenakan MPR merupakan
dalam naskah UUD 1945 dan diktum baru lembaga yang memiliki kedudukan tertinggi
disisipkan pada dokumen UUD 1945, dengan dalam susunan ketatanegaraan Republik
demikian diktum asli yang telah diubah tetap Indonesia dan dianggap sebagai pelaksana
dapat ditemukan dalam dokumen UUD 1945 dari kedaulatan rakyat.18 Oleh karena itu,
yang telah diubah. Kedua, pembukaan yang Presiden bertanggungjawab kepada MPR
berisi Pancasila sebagai dasar negara tidak sebagai lembaga tertinggi negara dalam
dapat diubah. Ketiga, sistem pemerintahan bentuk pertanggungjawaban politis dengan
presidensial dan bentuk negara kesatuan sanksi berupa pelepasan jabatan Presiden.
Republik Indonesia tidak menjadi objek Hal ini sesuai dengan aturan Pasal 4
amandemen. Keempat, materi penjelasan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
yang berkualifikasi sebagai norma hukum Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan

14
RM A.B. Kusuma, 2011, Sistem Pemerintahan “Pendiri Negara” Versus Sistem Presidensial “Orde Reformasi”, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Depok, hlm. 14-15.
15
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 1999, Buku Kedua Jilid 6 Risalah Rapat Badab Pekerja Ad Hoc
III Sidang Umum MPR RI, Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta, hlm. 336-337.
16
Sri Soemantri Martosoewignjo, 2016, Konstitusi Indonesia: Prosedur dan Sistem Perubahannya Sebelum dan Sesudah UUD 1945 Perubahan,
Rosdakarya, Bandung, hlm. 202.
17
RM A.B. Kusuma, Op.cit., hlm. 17.
18
Jimly Asshiddiqie, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta, hlm. 11.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 243

dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Presiden telah melanggar haluan negara.
dengan/atau antara Lembaga-Lembaga Dalam hal Presiden tidak memperhatikan
Tinggi Negara (TAP MPR No III/MPR/1978) memorandum tersebut dalam 3 bulan, DPR
yang menjelaskan alasan pemberhentian dapat mengajukan memorandum yang
presiden sebagai berikut: 1) Atas permintaan kedua. Jika dalam 1 bulan memorandum
sendiri; 2)Berhalangan tetap; 3) Sungguh- yang kedua juga tidak diperhatikan oleh
sungguh melanggar Haluan Negara. Presiden, maka DPR dapat meminta MPR
Pengaturan mengenai pemberhentian mengadakan Sidang Istimewa untuk meminta
Presiden tidak diatur secara tegas di dalam pertanggungjawaban Presiden. Jika mengacu
Batang Tubuh UUD 1945 sebelum perubahan pada kosntitusi yang pernah digunakan,
sehingga pemberhentian presiden hanya maka terlihat bahwa tidak ada pengaturan
mengacu kepada TAP MPR tersebut. Selain mengenai mekanisme impeachment yang
dalam Pasal 4, Pasal 7 ayat 2 TAP MPR yang secara tegas di dalam konstitusi baik UUD
sama mengatur mengenai pengawasan DPR 1945, Konstitusi RIS, maupun UUDS 1950.
dengan menyampaikan memorandum untuk Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
mengingatkan Presiden jika DPR menganggap

Tabel 2.
Perbandingan Pengaturan Impeachment pada Setiap Konstitusi di Indonesia
Konstitusi UUD 1945 Konstitusi RIS UUDS 1950 UUD 1945
perubahan
Pengaturan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pasal 7A:
Impeachment Presiden dan/atau
Wakil Presiden
dapatdiber­henti­
kan dalam masa
jabatannya oleh
MPR atas usul
DPR.
Pengaturan Pasal 8: Pasal 72: Pasal 48:
Pergantian Presiden harus UU Federal Penggantian Presiden
Presiden diganti oleh Wakil mengatur dilakukan dalam hal
Presiden sampai pemilihan Presiden Presiden mangkat,
habis waktunya yag baru untuk hal berhenti atau tidak
apabila ia mangkat, apabila Presiden dapat menjalankan
berhenti atau tidak tetap berhalangan, kewajibannya dalam masa
dapat melakukan berpulang atau jabatannya ia digantikan
kewajibannya meletakkan oleh Wakil Presiden
dalam masa jabatannya. sampai habis masa
jabatannya. jabatannya.
Sistem Presidensial Parlementer Semi Presidensial
Pemerintahan
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019.

Mendasarkan pada perbandingan mengenai pemberhentian presiden dimana di


keempat konstitusi tersebut dapat disimpulkan dalam UUD 1945 naskah asli memang tidak
bahwa terdapat perbedaan pengaturan tertulis pengaturan mengenai pemberhentian
244 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

presiden. Namun pemberhentian presiden mekanisme dari proses check and balances
pada masa sebelum perubahan UUD 1945 dan pengawasan. Hal ini dikarenakan
dapat dilakukan dengan Sidang Istimewa adanya kekhawatiran munculnya sosok
MPR dalam hal Presiden melakukan presiden yang otoriter sehingga perlu
kejahatan, pengkhianatan terhadap negara, adanya pengawasan dan mekanisme untuk
serta tidak mampu lagi menjalankan memberhentikan sang presiden. Artinya,
jabatannya.19 Hal ini dibuktikan dengan presideen tetap dapat diberhentikan dalam
impeachment yang terjadi pada masa masa jabatannya meskipun masa jabatannya
Soekarno yang diberhentikan dalam Sidang disebut tetap dalam UUD 1945. Oleh
Istimewa Majelis Permuswaratan Rakyat karena keistimewaaanya, maka perlu sebuah
Smentara (MPRS) melalui Ketetapan Majelis mekanisme yang istimewa pula untuk dapat
Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor melakukan pemberhentian seorang presiden.
XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Pada sejarah sistem pemerintahan
Kekuasan Pemerintahan Negara dari Presiden yang pernah digunakan di Indonesia, tercatat
Sukarno dan pemberhentian Abdurrahman beberapa kasus pemberhentian presiden di
Wahid dalam Sidang Isimewa MPR melalui Indonesia. UUD 1945 sebelum amandemen
Ketetapan Majelis Permusyawaratan tidak memuat aturan yang detail tentang
Rakyat Nomor II/MPR/2001 tentang mekanisme pemberhentian presiden, baik
Pertanggungjawaban Presiden Republik alasan pemberhentian maupun prosedurnya;
Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid.20 Satu-satunya ketentuan dalam UUD 1945
Sementara, pengaturan secara tegas sebelum perubahan, yang secara implisit
kewenangan MPR dalam memberhentikan mengatur kemungkinan pemberhentian
Presiden diatur di dalam TAP MPR No III/ presiden di tengah masa jabatannya adalah
MPR/1978 yang mengatur bahwa MPR Pasal 8 UUD 1945 yang berbunyi: “Jika
memiliki kekuasaan memberhentikan Pre­ Presiden Mangkat, berhenti atau tidak
siden dari masa jabatannya, jika yang ber­ dapat melakukan kewajibannya dalam masa
sangkutan telah “sungguh-sungguh melang­ jabatannya ia diganti oleh Wakil Presiden
gar haluan negara”.21 sampai habis masa jabatannya.” Kemudian
Pada masa setelah perubahan UUD dalam Penjelasan UUD 1945 angka VII
1945, terlihat adanya penegasan mengenai Alinea ketiga, dijelaskan:
sistem pemerintahan presidensial. Jabatan “Jika Dewan Menganggap bahwa
presiden dalam sebuah pemerintahan Presiden sungguh melanggar haluan
presidensial sangatlah penting dan menjadi negara yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang Dasar atau oleh
penentu dari stabil atau tidaknya sebuah
Majelis Permusyawaratan Rakyat,
pemerintahan. Mekskipun demikian, maka Majelis itu dapat diundang untuk
presiden dalam sistem presidensial tetap persidangan istimewa agar supaya
dapat diberhentikan sebagai salah satu bisa meminta pertanggungan jawab
Presiden.”22

19
Abdul Gani Abdullah, 2005, Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum tentang Impeachment dalam Sisten Hukum Tata Negara, BPHN, Jakarta,
hlm. 30.
20
Ibid., hlm. 3.
21
Lihat Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga
Tertinggi Negara Dengan/Atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
22
Penjelasan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 angka VII Alinea ketiga.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 245

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyuapan, tindak pidana berat lainnya


kewenangan MPR untuk memberhentikan atau perbuatan tercela dan atau pendapat
Presiden diatur dalam Tap MPR RI No. VI/­ bahwa Presiden/Wakil Presiden tidak lagi
MPR/1973 dan Tap MPR No. III/MPR 1978 memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau
yang menegaskan bahwa: Pertama, apabila Wakil Presiden. Setelah ditetapkan terbukti
DPR menganggap bahwa Presiden sungguh- melakukan pelanggaran hukum, maka MPR
sungguh melanggar haluan negara maka akan bersidang untuk menetapkan apakah
DPR menyampaikan memorandum untuk presiden tersebut diberhentikan atau tidak.
mengingatkan Presiden. Kedua, apabila
dalam waktu tiga bulan Presiden tidak 2. Pengaturan Mengenai Impeachment Di
memperhatikan memorandum tersebut, maka Korea Selatan
DPR menyampaikan memorandum kedua. a. Sistem Pemerintahan Korea Selatan
Ketiga, apabila dalam waktu satu bulan Sistem semi presidensial di negara-
memorandum kedua ini tidak diindahkan negara di dunia terbagi atas dua jenis
Presiden maka DPR dapat meminta MPR sebagaimana dikemukakan oleh Shugart dan
untuk mengadakan Sidang Istimewa untuk Carey yaitu sistem president parliemantary
meminta pertanggungan jawab Presiden. dan sistem premier presidential. Terlebih
Setelah perubahan UUD 1945, dahulu harus dilihat ciri yang terdapat dalam
pengaturan mengenai pemberhentian presiden pemerintahan Korea Selatan untuk dapat
disebut secara tegas dalam Pasal 7A dan 7B. memasukkannya ke dalam salah satu sistem
Selain itu, juga diatur di dalam Pasal 10 ayat pemerintahan semi presidensial tersebut.
(3) Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 Korea Selatan mempunyai seorang Presiden
Tentang Mahkamah Konstitusi memberikan yang dipilih melalui pemilihan umum dan
penjelasan jenis-jenis pelanggaran hukum seorang Perdana Menteri yang dipilih oleh
tersebut.23 Pasal 7B mengatur mengenai Presiden untuk memimpin kabinetnya.24
alur pemberhentian presiden yaitu dimulai Konstitusi Korea Selatan mengatur menge­
dari usul pemberhentian Presiden dan/atau nai kekuasaan eksekutif dalam Section 2
Wakil Presiden oleh Dewan Perwakilan subsection 1 yang menyebutkan bahwa
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan cabang kekuasaan eksekutif terdiri dari
Rakyat dengan terlebih dahulu mengajukan perdana menteri dan anggota State Council.
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi Prime Minister dan State Council mempunyai
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus relasi yang dituangkan dalam Article 87
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat terkait sebagai berikut:25
dugaan bahwa Presiden/Wakil Presiden · The members of the State
telah melakukan pelanggaran hukum berupa Council shall be appointed by
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, the President on the recom­

23
Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, mengatur mengenai pelanggaran hukum sebagai
alasan impeachment presiden sebagai berikut:
Penghianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan Negara sebagaimana diatur dalam undang-undang
Korupsi dan penyuapan adalah adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
Tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun atau lebih.
Perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat Presiden dan/atau wakil presiden
Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden adalah syarat sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 6 Undang-
Undang Dasar 1945.
24
Lihat Article 86 Constitution of South Korea .
25
Lihat Article 87 Constitution of South Korea.
246 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

mendation of the Prime Minister. memimpin kabinet.26


· The members of the State Hal ini ada di negara Korea Selatan
Council shall assist the President
dimana terdapat seorang presiden dan seorang
in the conduct of State affairs
and, as constituents of the State perdana menteri namun presiden dipilih
Council, shall deliberate on langsung dan mempunyai masa jabatan yang
State affairs. tetap kecuali dengan pemberhentian dengan
· The Prime Minister may mekanisme impeachment. Meskipun masa
recommend to the President
the removal of a member of the jabatannya tetap, Presiden di Korea Selatan
State Council from office. tidak dapat dipilih kembali sebagaimana yang
· No member of the military shall biasanya terjadi di negara-negara dengan
be appointed a member of the sistem pemerintahan lainnya. Selain itu, hal
State Council unless he is retired
yang menarik dari adalah adanya pemilihan
from active duty.
di National Assembly dalam hal calon
Perdana menteri dapat memberikan presiden yang mengikuti pemilihan umum
rekomendasi untuk keanggotaan dari mendapatkan suara yang sama banyaknya.
State Council bahkan dapat mengajukan Calon terpilih adalah mereka yang dipilih
pemberhentian untuk State Council. oleh mayoritas suara di National Assembly.
Sementara State Council ini terdiri dari Selain itu, hal menarik lainnya adalah
Perdana Menteri, Presiden, dan anggota adanya kekuatan yang besar dari Presiden
lainnya yang tidak boleh lebih dari 30 sementara perdana manteri terbatas kekua­
dan tidak kurang dari 15 orang. Presiden saannya, namun dalam hal tertentu terdapat
dan Wakil Presiden secara tidak langsung kebijakan yang harus dengan pertimbangan
menjadi ketua dan wakil ketua State Council. perdana menteri seperti pemilihan kepala
Dalam proses pemberhentian, yang dapat kementerian yang dipilih oleh presiden.
mengajukan proses impeachment Presiden Sementara dalam hal tang­gung­jawab, per­
adalah National Assembly dengan mekanisme dana menteri bertang­gungjawab kepada
yang tidak mudah sehingga dapat dikatakan Presiden dan kepada National Assembly
Presiden tidak dapat dijatuhkan dalam masa sehingga sistem pemerin­tahannya adalah
jabatannya kecuali dengan alasan khusus yang semi presidensial dengan bentuk president
menjadi ciri dari sistem presidensial. Namun, parlia­mentary. Article 63 Konstitusi Korea
Korea Selatan mempunyai perdana menteri Selatan mengatur bahwa:27
yang merupakan salah satu ciri dari sistem
· The National Assembly may
parlementer. Robert Elgie mengemukakan pass a recommendation for the
bahwa terdapat ciri khas dari negara yang removal of the Prime Minister
menggunakan sistem semi presidensial yaitu or a State Council member from
adanya pemilihan presiden secara langsung office.
· A recommendation for removal
oleh rakyat dan jabatan perdana menteri as referred to in paragraph (1)
ada sebagai pemegang pemerintahan dan may be introduced by one third

26
Ciri ini juga dikemukakan oleh Maurice Duverger mengenai ciri sistem semi presidensial yang menurutnya terdiri dari:
[a] political regime is considered as semi-presidential if the constitution which established it combines three elements: (1) the president of the
republic is elected by universal suffrage; (2) he possesses quite considerable powers; (3) he has opposite him, however, a prime minister and
ministers who possess executive and governmental power and can stay in office only if the parliament does not show its opposition to them.
Lihat Robert Elgie, 2011, Semi Presidentialisme: Sub Types and Demoractice Performance, Oxford Universtity Press, New York, hlm. 20.
27
Lihat Article 87 Constitution of South Korea.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 247

or more of the total members ahli mengatakan bahwa Korea Selatan


of the National Assembly, menggunakan sistem presidensial, namun
and shall be passed with the
ada sejumlah hal yang menjadikannya masih
concurrent vote of a majority
of the total members of the diperdebatkan oleh sejumlah ahli salah
National Assembly. satunya adalah adanya perdana menteri.
Article 86 mengatur bahwa perdana menteri
Sebagaimana pembagian bentuk
dipilih oleh Presiden dan akan menjadi
sistem pemerintahan semi presidensial
pemimpin dari kabinet. Padahal, Perdana
oleh Shugart dan Carey, perdana manteri
menteri dalam sebuah negara pada umumnya
di Korea Selatan selain bertanggungjawab
mencirikan penggunaan sistem pemerintahan
kepada Presiden juga bertanggungjawab
parlementer. Bahkan, perdana menteri di
kepada National Assembly yang merupakan
Korea Selatan bertanggungjawab kepada
parlemen Korea Selatan. Bahkan, tidak hanya
Presiden.
bertanggungjawab, National Assembly juga
Dalam sistem semi presidensial Korea
dapat mengajukan impeachment terhadap
Selatan terdapat seorang Presiden yang
perdana menteri. Selain itu, dengan sistem
dipilih langsung oleh rakyat dengan masa
pemerintahan semi presidensial ini membuat
jabatan tertentu. Masa jabatan Presiden diatur
Korea menjadi negara yang multipartai
di dalam Article 70 Konstitusi Korea Selatan
karena di satu sisi memberikan ruang untuk
yang mengatur bahwa Presiden memiliki masa
partai politik berlomba-lomba dalam hal
jabatan 5 tahun dengan tidak boleh dipilih
pemilihan presiden dan berlomba agar
kembali. Artinya, Presiden sesungguhnya
ditunjutk wakilnya sebagai perdana menteri.
tidak dapat dijatuhkan dalam masa
Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat
jabatannya sehingga harus ada mekanisme
dalam negara Korea Selatan diatas,
untuk membatasi kekuasaan presiden selama
dapat ditegaskan bahwa Korea Selatan
5 tahun tersebut yaitu dengan mekanisme
menggunakan sistem semi presidensial
impeachment. Hal ini biasanya terjadi di
dengan bentuk president parliamentary
negara dengan sistem semi presidensial yang
dimana presiden mempunyai kekuasaan
membatasi jabatan presiden dan parlemen
yang besar yang terlihat dari pasal-pasal
tidak dapat menjatuhkan presiden (ciri yang
yang mengatur mengenai kekuasaan
hanya terdapat dalam sistem parlementer).
presiden sementara perdana menteri selain
Proses impeachment di Korea Selatan
bertanggungjawab kepada parlemen juga
diatur di dalam Konstitusinya dalam
bertanggungjawab kepada presiden.28
beberapa pasal. Lembaga yang terlibat dalam
c. Pengaturan Impeachment di Korea
proses impeachment adalah Mahkamah
Selatan
Konstitusi dan National Assembly. Pasal 111
Presiden di Negara Korea Selatan
Konstitusi Korea Selatan diatur mengenai
mempunyai kekuasaan yang hampir
kewenangan Mahkamah Konstitusi negara
sama dengan Presiden di negara dengan
tersebut yaitu untuk memutus perkara yang
sistem presidensial. Meskipun sejumlah
salah satunya berkenaan dengan perkara

28
Sistem semi presidensial seperti ini juga diterapkan di Timor Leste dimana menggabungkan dua kekuatan yaitu presiden dan pemerintahan
(perdana menteri) dalam satu kesatuan. Hal ini mengakibatkan presiden dan perdana menteri dapat mengklaim bahwa masing-masing
mendapatkan mandat langsung dari rakyat. Namun, sayangnya dua kekuatan besar ini mengakibatkan ketidakstabilan dalam pemerintahan
Timor Leste. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Xanana Gusmao yang menjadi presiden dengan dipilih langsung oleh rakyat dan perdana
menteri Dr. Maro Alkatiri, yang memenangkan 55 kursi dan 88 kursi di Constitutional Assembly. Lihat Dennis Shoesmith, “Timor Leste:
Divided Leadership in a Semi-Presidential System”, Asian Survey, Vol. 43, No.2, March-April 2003, hlm. 231-252.
248 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

permintaan pertanggungjawaban Presiden mengajukan pemberhentian Presiden kepada


(impeachment).29 Constitutional Court dan akan langsung diputuskan
Adapun mengenai impeachment berhenti atau tidaknya oleh Constitutional Court
diatur di dalam Article 63 Konstitusi Korea sendiri.32 Hal ini mempunyai kaitan dengan sistem
Selatan yaitu objek dari impeachment adalah semi presidensial yang digunakan. Pada negara
Presiden, Perdana Menteri, anggota Dewan dengan sistem semi presidensial, kekuasaan terbagi
Negara, kepala Kementerian Eksekutif, kepada Presiden dan Perdana Menteri sehingga
Hakim Konstitusi, hakim, anggota Komisi terkadang terdapat konflik antara keduanya.
Pemilihan Umum, Ketua dan anggota Misalkan di Negara Polandia pada 1991-1995
Dewan Audit dan Inspeksi, dan publik terjadi konflik internal antara Presiden dan Perdana
lainnya Pejabat yang ditunjuk oleh Undang- Menterinya.33 Selain itu, khususnya dalam hal
Undang serta mengatur mengenai proses pemberhentian (dismissal) Presiden atau Perdana
impeachmentnya.30 Sementara alasan dapat Menteri khususnya Perdana Menteri terdapat dua
dilakukannya impeachment hanya disebutkan opsi yang bisa dilakukan yaitu: 1). Presiden dan
dalam hal melanggar undang-undang. legislatif memberhentikan Perdana Menteri, 2).
Artinya tidak ada pengaturan secara spesifik Legislatif memberhentikan Perdana Menteri.34
mengenai alasan impeachment sebagaimana Kedua opsi tersebut memperlihatkan bahwa
di dalam UUD 1945 NRI. pemberhentian Perdana Menteri pada sistem semi
presidensial memang lebih banyak diambil alih oleh
3. Keterkaitan Mekanisme Impeachment legislatif karena Presiden hanya bertindak sebagai
di Korea Selatan dengan Sistem Semi kepala negara (simbol) saja sehingga ada negara
Presidensial yang tidak memberikan kekuasaan kepada Presiden
Pengaturan mengenai mekanisme di Korea untuk memberhentikan perdana menteri. Hal ini
Selatan terdapat dalam konstitusinya khususnya berpengaruh terhadap pemberhentian Presiden
dalam pasal mengenai Mahkamah Konstitusi dimana setelah adanya MK, Presiden hanya dapat
Korea Selatan. Pasal 111 Konstitusi Korea Selatan diberhentikan oleh MK dengan alasan Presiden
mengatur mengenai kewenangan MK nya untuk tidak dapat diganggu-gugat oleh Perdana Menteri
melakukan proses impeachment dan bahkan (untuk menstabilkan pemerintahan).
menjadi penentu akhir dari berhentinya seorang
presiden atau tidak. Hal ini salah satunya terlihat 4. Analisis Perbandingan Mekanisme Im­
dari putusan hakim MK Korea Selatan pada proses peach­ment di Indonesia dan Korea Selatan
impeachment Roh Moo-Hyun pada tahun 2004 yang Terdapat dua hal yang menjadi pembanding
menolak untuk memberhentikan Roh Moo-Hyun untuk mekanisme pemberhentian Presiden yaitu
dari jabatannya sebagai Presiden Korea Selatan.31 mekanisme dan alasan. Pertama, dilihat dari
Proses impeachment di Korea Selatan hanya mekanismenya, impeachment di Indonesia dengan
melibatkan National Assembly dan Constitutional di Korea Selatan terdapat perbedaan yaitu proses
Court dimana National Assembly akan langsung impeachment di Indonesia hanya ditujukan kepada

29
Republic of South Korea, Constitution of South Korea, Article 111.
30
Republic of South Korea, Constitution of South Korea, Article 63.
31
Rusdianto, “Proses Impeachment dalam Konstitusi Negara-Negara Modern”, Jurnal Hukum, Vol. XIX, No. 19, Oktober 2010, hlm. 113.
32
Young Jae Lee, “Law, Politics, and Impeachment: The Impeachment of Roh Moo-hyun from a Comparative Constitutional Perspectives”, The
American Journal of Comparative Law, Vol. 53, No. 2 (Spring, 2005), hlm. 403-432.
33
Thomas Sedelius, et al., “Two Decades of Semi-Presidentialism: Issue of Intra-Excecutive Conflict in Central and Eastern Europe 1991-2011,”
East European Politics Journal, Vol. 29, No.2, January 2013, hlm. 110.
34
Sujit Choudry, et al., 2018, Semi Presidentialism and Inclusive Governance in Ukraine: Reflection for Constitutional Reform, International
IDEA, Sweden, hlm. 39.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 249

Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana Mahkamah Konstitusi, anggota Komisi Pemilihan
dimaksud pada Pasal 7A dan 7B UUD 1945. DPR Umum dan pejabat lainnya yang ditentukan dalam
mengajukan usulan pemberhentian Presiden kepada undang-undang. Mekanisme impeachment di
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi Korea Selatan dimulai dengan usulan National
memutuskan pendapat DPR bahwa Presiden telah Assembly kapada Constitutional Court untuk
melanggar hukum atau alasan konstitusional memberhentikan Presiden. Presiden dapat langsung
lainnya dalam waktu paling lama 90 hari. Setelah diberhentikan oleh Constitutional Court tanpa
memutuskan pendapat DPR tersebut, maka harus dikembalikan kepada lembaga legislatifnya.
Mahkamah Konstitusi menyampaikan Hal ini berkaitan dengan sistem kamar di Korea
putusan itu kepada DPR apakah Presiden benar- Selatan yang hanya menggunakan satu kamar
benar telah melakukan pelanggaran sebagaimana (unicameral) yaitu National Assembly serta sistem
yang dituduhkan oleh DPR. Dalam hal putusan pemerintahannya dimana Presiden dalam sistem
Mahkamah Konstitusi tersebut menyatakan bahwa semi presidensial hanya bertugas sebagai kepala
Presiden telah melanggar hukum sebagaimana negara sehingga lembaga legislatif tidak begitu
dimaksud oleh DPR, maka DPR mengajukan putusan memiliki kaitan yang erat dengan Presiden, justru
MK tersebut kepada MPR untuk dilaksanakan berkaitan dengan pemerintahan yang dipimpin
sidang istimewa dalam waktu paling lama 30 hari, oleh perdana menteri. Hal ini membuat lembaga
dan diberikan kesempatan kepada Presiden untuk legislatif tidak mempunyai kekuatan yang besar
melakukan pembelaan terlebih dahulu. Dengan untuk dapat memutuskan pemberhentian Presiden.
demikian peran Mahkamah Konstitusi dalam proses Proses pemberhentian Presiden di Korea Selatan
impeachment Presiden di Indonesia adalah sebagai dapat dilihat sebagai berikut:36
penengah yang putusannya tidak bisa eksekutorial
dalam arti bisa langsung memberhentikan Presiden.
Hal ini dapat terlihat dari gambar berikut:35

Gambar 2. Proses Impeachment Presiden di


Korea Selatan

Gambar 1. Proses Impeachment Presiden di Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019.


Indonesia
Kedua, dilihat dari segi alasan pemberhentian
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019.
Presidennya terdapat perbedaan antara Indonesia
dan Korea Selatan. Dalam konteks Indonesia,
Sementara impeachment di Korea Selatan
alasan pemberhentian Presiden dan atau Wakil
tidak hanay ditujukan kepada Presiden dan/atau
Presiden diatur di dalam Pasal 7A dimana Presiden
Wakil Presiden tetapi juga terhadap Perdana
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya jika
Menteri, anggota State Council, Menteri, Hakim

35
Lihat Pasal 7B Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
36
Republic of South Korea, Constitution of South Korea, Article 65 dan 111.
250 MIMBAR HUKUM Volume 31, Nomor 2, Juni 2019, Halaman 237-251

terbukti telah melakukan pelanggaran hukum bahwa proses impeachment di Indonesia lebih besar
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, unsur politiknya dibandingkan unsur hukumnya.
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau Kedua, mekanisme impeachment di Negara Korea
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak Selatan diatur di dalam Pasal 63 dan Pasal 111
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Konstitusi Korea Selatan yang memperlihatkan
Wakil Presiden. Sementara di Korea Selatan, alasan bahwa mekanisme impeachment dilakukan dengan
untuk pemberhentian Presiden hanya disebutkan melibatkan dua lembaga yaitu parlemen dan lembaga
karena pelanggaran konstitusi dan undang-undang. yudisial yaitu Mahkamah Konstitusi. Penentuan
Dalam konstitusinya, tidak dijelaskan dengan detil akhir dari diberhentikan atau tidaknya seorang
alasan pemberhentian tersebut, hal ini berbeda presiden di Korea Selatan dilakukan di Mahkamah
dengan di Indonesia yang secara detil menjelaskan Konstitusi sehingga dianggap memenuhi proses
di dalam konstitusi mengenai alasan pemberhentian hukum.
Presidennya. Ketiga, pengaturan mekanisme impeachment
di Korea Selatan dapat dikaitkan dengan sistem semi
D. Kesimpulan presidensial yang digunakan. Hal ini dapat terlihat
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas dari proses yang hanya melibatkan dua lembaga
terdapat beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama, yaitu National Assembly dan Constitutional Court
mekanisme impeachment di Indonesia sebelum saja. Dalam sistem semi presidensial, parlemen
perubahan UUD 1945 belum ada secara eksplisit tidak dapat menjatuhkan Presiden dalam masa
disebutkan di dalam Konstitusi baik UUD 1945 jabatannya sehingga ada mekanisme lain yang
naskah asli, Konstitusi RIS, maupun UUDS 1950. menjadi tempat yang legal bagi parlemen (National
Namun, pengaturan mengenai impeachment ada Assembly) untuk memberhentikan Presiden dalam
di dalam TAP MPR Nomor III/MPR/1978 yang masa jabatannya yaitu melalui Constitutional Court
memberikan kewenangan kepada MPR untuk yang digunakan di Korea Selatan. Keempat, dapat
memberhentikan presiden. Pasca perubahan UUD disimpulkan bahwa dalam hal pemberhentian
1945 kemudian diatur di dalam Pasal 7A dan Pasal presiden, baik pada sistem presidensial maupun
7B UUD 1945 mengenai proses impeachment yang sistem semi presidensial terdapat persamaan yaitu
melibatkan tiga lembaga yaitu DPR, MPR dan melibatkan lembaga yudisial yaitu Mahkamah
Mahkamah Konstitusi. dimana pemutus akhir dari Konstitusi terutama pada sistem semi presidensial
diberhentikannya presiden di Indonesia yaitu di di Korea Selatan dengan bentuk president
MPR. Itulah sebabnya para ahli banyak menyatakan parliamentarism.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan


Abdullah, Abdul Gani, 2005, Laporan Akhir Tim Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
Pengkajian Hukum tentang Impeachment UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta.
dalam Sistem Hukum Tata Negara, BPHN, Choudry, Sujit, et al., 2018, Semi Presidentialism
Jakarta. and Inclusive Governance in Ukraine:
Arsil, Fitra, 2017, Teori Sistem Pemerintahan, Reflection for Constitutional Reform,
Pergeseran Konsep dan Saling Kontribusi International IDEA, Sweden.
Antar Sistem Pemerintahan di Berbagai Elgie, Robert, 2011, Semi Presidentialism, Sub
Negara, Djokosoetono Research Center, Types and Democratic Performace, Oxford
Depok. Universtity Press, New York.
Wasti, Mekanisme Impeachment di Negara dengan Sistem Presidensial 251

Elgie, Robert, et al., 2016, Semi-Presidentialism in 29, No.2, January 2013.


the Caucasus and Central Asia. Macmillan Shoesmith, Dennis “Timor Leste: Divided
Publisher. London. Leadership in a Semi-Presidential System”,
Haris, Syamsudin, 2014, Partai, Pemilu, dan Asian Survey, Vol. 43, No.2, March-April
Parlemen Era Reformasi, Pustaka Obor, 2003.
Jakarta. Skau, George H., “A Critical Analysis of the
Kusuma, R.M. A.B., 2011, Sistem Pemerintahan Presidential Election Sistem”, Presidential
“Pendiri Negara” Versus Sistem Presidensial Studies Quarterly, Vol. 6, No. 4., 1976.
“Orde Reformasi”, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Depok. C. Internet
Lijphart, Arend, 1999, Pattern of Democracy: Elissa, Benjamin, “Countries that have both A
Government Forms and Performance in President and Prime Minister”, http://www.
Thirty-Six Countries, Yale University Press, worldatlas.com/articles/countries-that-have-
New Haven. both-a-president-and-a-prime-minister.html,
Martosoewignjo, Sri Soemantri, 2016, Konstitusi diakses 4 Mei 2019.
Indonesia: Prosedur dan Sistem Perubah­ Constitusion of the Republic of Korea, http://
an­nya Sebelum dan Sesudah UUD 1945 www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@ed_
Perubahan, Rosdakarya, Bandung. protect/@protrav/@ilo_aids/documents/
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan legaldocument/wcms_117333.pdf , diakses 4
Rakyat Republik Indonesia, 1999, Buku Mei 2019.
Kedua Jilid 6 Risalah Rapat Badab Pekerja Longley, Robert, “The Impeachment Process in
Ad Hoc III Sidang Umum MPR RI, Sekretariat US Government”, https://www.thoughtco.
Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat com/impeachment-the-unthinkable-
Republik Indonesia, Jakarta. process-3322171, diakses 17 Juli 2019.
Soehino, 1993, Hukum Tata Negara: Sistem
Pemerintahan Negara, Penerbit Liberty, D. Peraturan Perundang-Undangan
Yogyakarta. Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1949.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Perubahan
B. Artikel Jurnal Keempat.
Lee, Young Jae, “Law, Politics, and Impeachment: Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
The Impeachment of Roh Moo-hyun from a Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan
Comparative Constitutional Perspectives”, dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi
The American Journal of Comparative Law, Negara Dengan/Atau Antar Lembaga-
Vol. 53, No. 2, 2005. Lembaga Tinggi Negara.
Rusdianto, “Proses Impeachment dalam Konstitusi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Negara-Negara Modern”. Jurnal Hukum, Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara
Vol. XIX, No. 19, Oktober 2010. Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran
Sedelius, Thomas, et al., “Two Decades of Semi- Negara Nomor 4316).
Presidentialism: Issue of Intra-Excecutive
Conflict in Central and Eastern Europe 1991- E. Dokumen Lain
2011”. East European Politics Journal, Vol. Constitution of South Korea.

Anda mungkin juga menyukai