NIM : 044007597
Mata Kuliah : HKUM4201 – Hukum Tata Negara
Hal ini tentunya berbeda jika melihat pada sistem parlementer yang terjadi
peleburan antara lembaga eksekutif merupakan bagian dari legislatif.
Kasus penerapan sistem presidensial di Rusia dan Ukraina bisa menjadi contoh
yang baik, hal itu disebabkan karena presiden memanfaatkan considerably power yang
dimilikinya. Sedangkan di dalam sistem parlementer, eksekutif hanyalah pelaksana dari
garis besar halauan yang telah ditentukan oleh parlemen.
Di sisi lain, ada sistem yang bernama parlementer, atau banyak yang
menyebutnya dengan istilah Westminster model, yang diawali dari sistem pemerintahan
di Inggris. Defisini mendasar dari karakteristik sistem parlementer adalah “peleburan
cabang eksekutif dan legislatif, dimana biasanya kepala negara dan kepala
pemerintahan dijabat oleh orang yang berbeda, lain dengan sistem presidensial yang
kerap kali dipegang oleh orang yang sama” (Ibid: 180).
Di dalam sistem parlementer, jika memang ada suara mayoritas partai, maka
biasanya akan lebih mudah dan cepat dalam menyusun formatur pemerintahan dan
tidak membutuhkan koalisi. Sebaliknya, jika tidak ada partai yang memiliki mayoritas
suara di parlemen, maka partai akan mencari mitra koalisi di dalam mengusung
formatur pemerintahan.
Sebagaimana yang telah dikatakan di awal tulisan, memang secara praktik sukar
ditemukan banyak negara yang menganut sistem pemerintahan baik presidensial
maupun parlementer secara murni.
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki kedudukan yang relatif kuat dan
tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan
pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal,
kedudukan presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-
pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya .
Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina
adalah enam tahun, dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
Masa pemilihan umum lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
Legislatif bukan tempat pengkaderan untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.