Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ade Irawan Pulpaseda

NIM : 044007597
Mata Kuliah : MKWU 4108 Bahasa Indonesia

1. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia


berdasarkan hasil kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta
konsep (mind mapping).

a. Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta (26-30 Oktober 1998)


Hasil kesimpulan dari Kongres ini, mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa Indonesia .

b. Kongres Bahasa Indonesia VIII di Jakarta (14-17 Oktober 2003)


Pada kongres ini, para pakar dan pemerhati bahasa Indonesia
menyimpulkan bahwa berdasarkan Kongres Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928  yang menyatakan bahwa para pemuda memiliki satu bahasa,
yakni bahasa Indonesia. Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan bahasa.

c. Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta (28 Oktober – 1 November


2008)
Kongres ini dilaksanakan dalam rangka memperingati 100 tahun
Kebangkitan Nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya
Pusat Bahasa.

d. Kongres Bahasa Indonesia X di Jakarta (28 Oktober – 31 Oktober 2013)


Kongres ini dihadiri oleh sekitar 1.168 peserta dari seluruh Indonesia dan
luar negeri, seperti Jepang, Rusia, Pakistan, Jerman, Belgia, Brunei Darussalam,
Singapura, Malaysia, China, Italia dan Timor Leste.
e. Kongres Bahasa Indonesia XI di Jakarta (28 Oktober – 31 Oktober
2018)
Kongres ini digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta dengan mengusung
tema “Menjayakan Bahsa dan Sastra Indonesia”. Dalam kongres ini,
diluncurkan beberapa produk kebahasaan dan kesastraan seperti Kamus Besar
Bahasa Indonesia Braile, buku Bahasa dan Peta Bahasa, Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI) Daring, dan lain sebagainya.

2. Masih perlukah bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia saat


ini? Penjelasan Anda harus disertai dengan alasan yang logis dan
disertai contoh
Masih sangat diperlukan. Karena menurut saya sendiri, bahasa Indonesia
itu memiliki 2 peran yaitu menjadi “identitas bangsa” dan menjadi “pemersatu”
atas proses komunikasi antar masyarakatnya. Sebagai contoh, disaat kita
berpergian ke daerah yang kurang kita kenal atau kita paham bahasanya, kita
menggunakan bahasa Indonesia untuk berbicara kepada lawan bicara agar
saling mengerti satu sama lain.

3. A. Survey
- Judul : Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
- Bagian Pembuka : “Parenting” menjadi isu yang hangat dewasa ini.
Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari
bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi
putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari.
- Sub-Judul : “Hubungan antara orangtua dan anak yang sangat dekat.”
“Orang tua adalah cerminan. “Orang tua dan anak adalah setara.”
“Memperhatikan tentang perasaan dan emosi.”
- Bagian Penutup : Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh
orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan
perpaduan antara sedikit gaya permisif,
gaya authoritative (berwibawa).
- Penulis : Buyung Okita

B. Question
- Sebutkan dan Jelaskan 4 gaya parenting!
- Jelaskan perbedaan gaya mengasuh di Amerika dan Jepang!
- Bagaimana cara orang tua di Jepang dalam memperhatikan perasaan
dan emosi sang anak?
- Gaya parenting yang diterapkan oleh orang tua di Jepang?

C. Read
- “Berwibawa, gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang
teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan
memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.”
“Otoriter , gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya
tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana
perspektif sang anak.” “Permisif, gaya asuh di mana orangtua tidak
memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan
garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan
putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung
tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.”
“OverProtektif, gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-
putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan
lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai
aspek.”
- Orang tua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak
cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan anaknya
untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan
caranya sendiri. Sedangkan orangtua Jepang cenderung
mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga
orang tua sepenuhnya menjadi “role model” bagi anaknya
- “Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau
menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa
kurang pantas.” “Orang tua memilih menunggu situasi dan tempat
yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat
memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.”
- Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang,
dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan perpaduan antara
sedikit gaya permisif, gaya berwibawa.

D. Recite
- “Berwibawa, gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang
teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan
memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.”
“Otoriter , gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya
tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana
perspektif sang anak.” “Permisif, gaya asuh di mana orangtua tidak
memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan
garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan
putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung
tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.”
“OverProtektif, gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-
putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan
lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai
aspek.”
Orang tua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak
cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan anaknya
untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan
caranya sendiri. Sedangkan orangtua Jepang cenderung
mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga
orang tua sepenuhnya menjadi “role model” bagi anaknya
“Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau
menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa
kurang pantas.” “Orang tua memilih menunggu situasi dan tempat
yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat
memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.”

E. Review
- Sudah terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai