Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

1) Sejarah Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia mempunyai tugas pokok membantu

gubernur dalam melakukan koordinasi, pengawasan,

pengendalian dan mendorong peran serta masyarakat yang

berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotropika, prekusor dan bahan adiktif lainnya di daerah.1

2) Visi Dan Misi Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan

Timur

Visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional

Provinsi Kalimantan Timur adalah “Menjadi perwakilan BNN

RI di Provinsi Kalimantan Timur yang profesional dan mampu

menggerakkan seluruh komponen masyarakat di wilayah

1
Data dari Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 16 Agustus
2019.

48
49

Kalimantan Timur dalam melaksanakan P4GN”, kemudian

Misi Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan

Timuradalah “Bersama instansi pemerintah daerah dan

komponen masyarakat di provinsi Kalimantan Timur untuk

melaksanakan: (a)Pencegahan (b)Pemberdayaan masyarakat

(c)Penjangkauan dan pendampingan (d)Pemberantasan (e)Tata

kelola pemerintahan yang akuntabel.2

3) Tujuan Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Tujuan dari Badan Narkotika Nasional Provinsi

Kalimntan Timur yaitu melindungi atau menyelamatkan

seluruh komponen masyarakat di wilayah provinsi Kalimatan

timur dari keterlibatan dalampenyalahgunaan dan peredaran

narkoba, melalui: (a) Peningkatan daya tangkal (imunitas)

masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba; (b)

Peningkatan peran serta masyarakat dalam P4GN; (c)

Peningkatan penjangkauan dan pendampingan penyalahguna

dan/atau pecandu narkoba dan pengurangan angka relapse; (d)

Peningkatan pemberantasan sindikat jaringan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba; (e) Penguatan tata kelola

pemerintahan di lingkungan BNNP Kalimantan Timur.3

2
Data dari Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 16 Agustus
2019.
3
Data dari Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 16 Agustus
2019.
50

4) Sasaran Strategis Badan Narkotika Nasional Provinsi

Kalimantan Timur

Pencegahan;

a) Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja

yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran

tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba.

b) Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja

sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan

menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

c) Meningkatnya peran instansi pemerintah dan swasta dalam

mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

Pemberdayaan Masyarakat:

a) Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja

bebas narkoba di wilayah provinsi Kalimantan Timur.

b) Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan

dan peredaran gelap. narkoba di daerah perkotaan bebas

narkoba di wilayah provinsi Kalimantan Timur.

Penjangkauan dan Pendampingan;

a) Meningkatnya pelayanan penyalahguna/pecandu yang

mengikuti wajib lapor.


51

b) Meningkatnya penyalahguna dan/atau pecandu narkoba

menerima pelayanan rehabilitasi melalui penjangkauan.

c) Meningkatnya mantan penylahguna dan/atau pecandu

narkoba yang mengikuti program pendampingan.

Pemberantasan;

a) Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran

gelap narkoba.

b) Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk

(bandara, pelabuhan, dan border land).

c) Meningkatnya tersangka peredaran gelap narkoba.

d) Meningkatnya pengungkapan jaringan.

e) Meningkatnya nilai asset yang disita.

Tata Kelola Pemerintahan yang Akuntabel;

a) Terlaksananya perencanaan dan penganggaran yang

terpadu, berbasis kinerja, dan berkerangka pengeluaran

jangka menengah di lingkungan BNN.

b) Terlaksananya layanan system komunikasi informasi

kelembagaan, administrasi kelembagaan, penyediaan dan

pengelolaan barang milik negara (SIMAK BMN).

c) Terlaksananya tata kelola organisasi dan profesionalisme

pegawai BNNP Kalimantan Timur.


52

d) Terlaksananya sistem dan prosedur pembukuan dan

pelaporan keuangan sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah

(SAP).

e) Terlaksananya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas

kinerja dan keuangan.

5) Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Lokasi Badan Narkotika

Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Kedudukan;

a) Badan Narkotika Nasional Provinsi yangselanjutnya dalam

Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini disebut

BNNP adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional

Dalam wilayah Provinsi.

b) BNNP berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Kepala Badan Narkotika Nasional.

c) BNNP dipimpin oleh Kepala.

Tugas BNN Provinsi Kalimantan Timur;

a) Melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika

b) Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan

peredarangelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;


53

c) Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika;

d) memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan

masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

e) melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik

regional maupun internasional, guna mencegah dan

memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika;

f) Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan

tehadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika;

g) Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan

wewenang.

Fungsi Badan Narkotika Provinsi Kalimantan Timur;

a) Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,

pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi;

b) Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang

pemberantasan dalam rangka pemetaan jaringan kejahatan

terorganisasi;

c) Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotoprika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali


54

bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah

Provinsi;

d) Pelaksana penyiapan bantuan hukum dan kerjasama;

e) Penyusunan rencana program dan anggaran BNNP;

f) Evaluasi dan penyusunan laporan BNNP; dan

g) Pelayanan admisistrasi BNNP.

6) Lokasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Lokasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan

Timur; berlokasi di Jalan Rapak Indah Km 1, Kelurahan

Karang Asam Ilir, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota

Samarinda.4

7) Data korban yang di rehabilitasi

Data korban yang di rehabilitasi di mulai pada tahun:

Tahun 2016: 212 Korban

Tahun 2017: 184 Korban

Tahun 2018: 149 Korban

Tahun 2019 Januari-Juli: 319 Korban5

8) Struktur organisasi

Sebagaimana disebut dalam peraturan kepala Badan

Narkotika Nasional No: PER/04/V/2010/BNN tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Propinsi

4
Data dari Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 16 Agustus
2019.
5
Data dari Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 16 Agustus
2019.
55

dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota adalah sebagai

berikut:

a) Kepala

b) Bagian Tata Usaha;

c) Bidang P2M;

d) Bidang Rehabilitasi;

e) Bidang Pemberantasan.

Jumlah sumber daya manusia di BNNP Kaltim

sebanyak 74 orang yang terbagi menajdi PNS, tenaga kontrak

penyuluh non PNS, konselor tenaga medis dan tenaga kontrak

kebersihan. Di wilayah kerja BNNP Kaltim yaitu secara

vertikal ada pada 3 BNNK yaitu BNNK Samarinda, BNNK

Balikpapan, BNNK Tarakan dan BNNK Nunukan. Berikut ini

merupakan bagan struktur organisasi Badan Narkotika

Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Timur di tahun 2019.

b. Peran Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Dalam Program Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika

Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan P4GN, peranan

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur dalam

memberikan rekomendasi rehabilitasi terhadap pecandu narkotika

terlihat dari setiap tahunnya Badan Narkotika Nasional Provinsi

Kalimantan Timur telah mengirim pecandu atau residen ke Balai

Rehabilitasi Tanah Merah. Pecandu narkotika atau residen tersebut


56

akan direkomendasi untuk direhabilitasi dan dikirim langsung oleh

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur ke Balai

Rehabilitasi Tanah Merah tidak dipungut biaya atau gratis. Dalam

melaksanakan perannya, Badan Narkotika Nasional Provinsi

Kalimantan Timur tidak bekerja sendiri, Badan Narkotika Nasional

Provinsi Kalimantan Timur akan bekerja sama dengan Institusi

Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang ada di Provinsi Kalimantan

Timur.

Selain itu pecandu narkotika dapat melaporkan diri ke

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, pecandu

narkotika juga bisa melaporkan diri ke IPWL yang telah ditunjuk

oleh Pemerintah Kalimantan Timur. IPWL terbentuk berdasarkan

Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan

Wajib Lapor Pecandu Narkotika. Wajib lapor diartikan sebagai

kegiatan melaporkan diri yang dilakukan oleh pecandu narkotika

yang sudah cukup umur atau keluarganya dan/atau orang tua atau

wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada

Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) untuk mendapatkan

pengobatan dan/atau perawatan melalui Rehabilitasi Medis.

Pecandu narkotika yang berasal dari BNN maupun pecandu

narkotika yang berasal dari IPWL tidak dipungut biaya atau gratis.

Semua biaya nantinya akan ditanggung oleh Pemerintah, baik itu


57

pusat maupun itu daerah yang telah dianggarkan dalam APBN atau

APBD.

Pecandu narkotika yang akan menjalani rehabilitasi di pusat

rehabilitasi atau balai besar rehabilitasi haruslah memenuhi

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Adapun

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pecandu

narkotika adalah:

1) Berusia 17 – 45 tahun keatas, kasus tertentu diputuskan oleh

tim Asasment.

2) Korban terbukti tes urin positif atau memiliki riwayat

penggunaan satu tahun terakhir

3) Ada orang tua/wali yang bertanggung jawab

4) Bukan penderita gangguan jiwa berat, dibuktikan hasil

pemeriksaan medis atau rekomnendasi RSJ

5) Tidak memiliki cacat fisik atau penyakit berat yang dapat

mengganggu jalannya rehabilitasi

6) Residen kiriman instansi pemerintah/swasta wajib membawa

surat pengantar resmi

7) Residen yang berasal dari anggota( kepolisian/angkatan) wajib

menyertakan surat pengantar dari kesatuan.

8) Calon residen bantaran wajib diantar oleh penyidik dengan

surat pengantar resmi


58

9) Residen yang berasal dari putusan pengadilan wajib diantar

oleh petugas kejaksaan dengan mengantarkan surat putusan

pengadilan

10) Calon residen wajib mengikuti rehabilitasi sampai komplit

program.

11) Orang tua /wali wajib wajib menghadiri pertemuan yang

dijadwalkan a.l Family Dialog (FD) dan konseling keluarga,

FSG dan kunjungan keluarga sesuai jadwal yang ditentukan

oleh petugas

12) Mememenuhi syarat administrasi : a. Fotokopi KTP dan kartu

keluarga ( calon residen dan wali/orang tua) @ 2 lembar b.

Materai Rp. 6000 2 lembar c. Pas foto calon residen 4 x 6 4

lembar d. Surat pengantar dari BNNP/BNNK

2. Hasil Observasi

Hasil obsevasi yang penulis dapatkan di lapangan, tepatnya di

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur kota

Samarinda, penulis melakukan wawancara dan pengamatan di

lapangan, sejauh ini peran Badan Narkotika Nasional Provinsi

Kalimantan Timur telah cukup baik menjalankan perannya karena di

lokasi tersebut terdapat beberapa baleho-baleho atau spanduk

pemberitahuan akan bahaya narkotika tepatnya di Badan Narkotika

Nasional Provinsi Kalimantan Timur, akan tetapi hanya sekedar

peringatan akan bahaya narkotika, maka dalam hal ini informasi terkait
59

program rehabilitasi juga sangat penting di paparkan atau di sebar di

spanduk-spanduk.

Kemudian Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah yang

dimana Lembaga Pemerintahan terkait telah melakukan IPWL (Intuisi

Penerima Wajib Lapor) dan sangat di sayangkan IPWL ini tidak

berjalan lancar dengan tidak adanya baleho-baleho atau spanduk untuk

pemberitahuan kepada masyarakat bahwa lembaga tersebut menerima

rehabilitasi rawat jalan, maka hal ini membuktikan kurangnya

sosialisasi yang berkesinambungan di masyarakat maupun sekolah-

sekolah dalam bentuk seminar, baleho-baleho ataupun di media sosial

khususnya daerah pedesaan yang minim akan informasi, di mana

daerah pedesaan ini sangat rawan penyalahgunaan narkotika, salah satu

contoh di desa penulis sendiri, banyak korban penyalahgunaan

narkotika di kalangan pelajar yang takut mengadu ke BNN setempat

untuk di rehab karena mindsite mereka terus berfikir bahwa mereka

akan di hukum dengan hukuman yang berat, hal ini dikarenakan

ketidaktauhan mereka, bahwa lembaga pemerintahan telah melakukan

IPWL (Intitusi Penerima Wajib Lapor) di Puskesmas Daerah setempat.

3. Hasil Penelitian Wawancara

a. Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak H.

Iwan Setiawan selaku Kepala Bidang Rehabilitasi di Badan

Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur, menyatakan


60

bahwa khusus dalam program rehabilitasi yang pertama ialah

memberikan pelayanan assasment, yang dimana assasment ini

menentukan seseorang atau korban akan di arahkan kemana,

korban perlu rawat jalan atau rawat inap, jika hasil dari assasment

ini korban hanya coba pakai atau mengkonsumsi sebulan sekali itu

tindakannya adalah harus mendapatkan pelayanan rawat jalan di

Klinik Pratama selama delapan kali pertemuan, dan dalam Klinik

Pratama ini ada Dokter ada Perawat dan ada Analis Kesehatan dan

Assesor yang menjadi teman curhat korban.6

Kendala-kendala dalam menjalankan program rehabilitasi

ini, yaitu ada korban yang bandel dalam delapan kali pertemuan,

dua sampai tiga pertumuan hilang, ada juga korban yang ingin

sembuh dia taat mengikuti program rehabilitasi akan tetapi

kebanyakan korban itu bandel-bandel, ada beberapa aspek untuk

mengikuti program rehabilitasi yang pertama itu dukungan

keluarga jika tidak ada dukungan keluarga program rehabilitasi

tidak akan behasil yang dimana kita menggunakan aspek

rehabilitasi yang berkesinambungan bukan hanya mereka itu di

berikan perawatan di klinik atau dibalai rehab itu tidak, mereka

harus berkesinambungan mereka harus masuk ke pasca rehab.7

6
H. Iwan Setiawan, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Kalimantan Timur, Wawancara,
Samarinda, 17 Juli 2019.
7
H. Iwan Setiawan, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Kalimantan Timur, Wawancara,
Samarinda, 17 Juli 2019.
61

Yang kedua apabila seseorang sudah menjadi pecandu akut

jika dia tidak mengkunsumsi dia ngamuk-ngamuk dan bisa

mencelakakan orang lain, maka korban tersebut wajib rawat inap,

dan rawat inapnya di Balai Rehabilitasi Tanah Merah dan hal

tersebut tergantung tim assasment di sana apakah korban tersebut

harus rawat inap selama tiga bulan atau maksimal enam bulan,

akan tetapi di satu sisi BNN Provinsi Kalimantan Timur memiliki

Intitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang di keluarkan oleh

Kementrian Kesehatan dan Kementrian Sosial, khusus untuk

Kementrian Kesehatan di tunjuklah Puskesmas dan Rumah Sakit

Umum Daerah akan tetapi IPWL ini tidak berjalan dengan baik

karna kendala dari anggaran, padahal IPWL ini akses termudah

untuk korban dan masyarakat setempat mengadu atau berkeluh

kesah di Puskesmas terdekat atau Rumah Sakit Umum Daerah

karna rata-rata sebagian besar korban takut ke BNN karna takut di

hukum atau apalah itu, ini cuma mindsite mereka yang berfikir

seperti itu masalahnya adalah perlu sosialisasi lebih

berkesinambungan lagi dari Lembaga Pemerintahan khususnya

Badan Narkotika Nasional Provinsi maupun Kabupaten agar

mereka dapat merubah mindsite mereka. Dan setidaknya pada

Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah minimal melakukan

sosialisasi untuk pemberitahuan kepada masyarakat semacam

sepanduk atau baleho bahwa pihak tersebut menerima pengaduan


62

korban penyalahgunaan narkotika, misalnya Puskesmas atau

Rumah Sakit ini menerima pecandu atau penyalahguna narkotika

untuk dapat di rehabilitasi rawat jalan, tapi sekarang ini kan tidak

ada.8

Maka dari itu harus ada dari lembaga pemerintahan untuk

menegur atau dari Wali Kota karna Puskesmas termasuk dalam

naungan Wali Kota, dan Rumah Sakit Daerah di bawah naungan

Gubernur, harus ada pejabat yang berani mendobrak mereka

menyatakan bahwa masyarakat sangat perlu di bantu dalam proses

pencegahan maupun proses rehabilitasi. Perlu di garis bawahi

bahwa program rehabilitasi ini gratis, kemudian mekanisme

menjalankan program rehabilitasi adalah dengan menyerahkan diri

sendiri atau kesadaran diri sendiri (Polentri) dan ada dengan cara

(Komposri) dengan proses paksaan misalkan dengan razia atau

hasil tangkapan. Kemudian memberdayakan atau mengedepankan

tim assasment terpadu memiliki dua tim yaitu tim kesehatan

meliputi Dokter, Perawat, Psikolog dan tim hukum meliputi,

penyidik POLRI, penyidik BNN, Jaksa dan kanwil Kementrian

Hukum dan HAM khususnya Bapas. Dan dua tim assasment

terpadu ini memiliki masing-masing tugas dalam peyidikan. Tim

assasment memiliki PerBer (Peraturan Bersama) dari kepala Badan

H. Iwan Setiawan, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Kalimantan Timur, Wawancara,


8

Samarinda, 17 Juli 2019.


63

Narkotika Nasional Republik Indonesia, POLRI, Jaksa Agung, dan

Mahkama Agung.9

Korban penyalahgunaan narkotika semakin tahun semakin

meningkat, bahkan di Kalimantan Timur. Presentase korban

penyaalahgunaan narkotika dan pecandu hanya 30% peluang untuk

sembuh dan 70% peluang untuk kembali terjerat narkotika, baik itu

rawat jalan atau rawat inap di balai rehabilitasi. Pasca rehabilitasi

itu ada dua, Intensif dan Reguler. Intensif telah memeiliki RD

(Rumah Damping) dan dalam rumah damping ini korban di

inapkan selama 50 hari dengan kegiatan social agar bisa menyatu

dengan masyarakat seperti kerja bakti, pengajian di masjid atau

kegiatan rohani kemudian di rumah damping ini mereka

memberdayakan potensi korban sebelum mereka menghadapi

masyarakat, korban di arahkan dengan pekerjaan yang korban

inginkan dan Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimnatan

Timur telah bekerja sama dengan BLKI (Balai Latihan Kerja

Industri) BNN Provinsi Kalimantan Timur menyalurkan kepada

BLKI dan korban di sana mendapatkan prioritas untuk

menyalurkan potensi mereka dan mendapatkan keterampilan.

Setelah korban dari BLKI mereka kembali ke Rumah Damping dan

di Rumah Damping mereka mengisi kegiatan sampingan seperti

anyam-menganyam, membuat manik-manik, dan kaos di sablon,

H. Iwan Setiawan, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Kalimantan Timur, Wawancara,


9

Samarinda, 17 Juli 2019.


64

kemudian lokasi rumah damping itu tepatnya di Kahoi. Akan tetapi

yang namanya korban narkotika atau bahkan pecandu, sangat sulit

di sembuhkan karna urat otak mereka ada yang putus maka dari itu

tingkat kesembuhan korban sangat rendah, bahkan keinginan

mereka untuk mamakai lagi itu 70%, pada initinya setelah program

rehabilitasi korban tidak dapat sembuh total, batas melakukan

program rehabilitasi hanya dua kali.10

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

bersifat humanis, lunak terhadap korban dan di berikan program

rehabilitasi akan tetapi tegas terhadap pengedar. Kenyataan

sekrang 75% penghuni lapas dan rutan itu kasus narkotika.11

b. Majelis Ulama Indonesia

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Abnan

Pancasilawati selaku Kepala Bidang Hukum dan Perundang-

Undangan di Kantor Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalimantan

Timur menyatakan bahwa tidak ada ayat yang tegas dalam Al-

Quran yang mengatur tentang narkotika bahkan dalam Hadist yang

ada hanyalah terkait Khamar, maka sejarah hukum narkotika dalam

islam itu diambil dalam metode Qiyas, karena Illatnya sama, yaitu

10
H. Iwan Setiawan, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Kalimantan Timur, Wawancara,
Samarinda, 17 Juli 2019.
11
H. Iwan Setiawan, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Kalimantan Timur, Wawancara,
Samarinda, 17 Juli 2019.
65

sama-sama memabukan dan menghilangkan akal maka dari inilah

di lakukan metode Qiyas.12

Korban penyalahgunaan narkotika harus di bina, di bimbing

dalam hal sosial dan aqidah secara sistematis oleh lembaga rehab

bahkan oleh masyarakat, agar di saat korban kembali ke

masyarakat korban dapat di terima oleh masyarakat, maka dari itu

korban penyalahgunaan narkotika tidak di hukum penjara karna

dalam penjara tidak ada pembinaan sedangkan seorang korban

harus dibina dan pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan

melakukan pendekatan aqidah, kesehatan dan social, hal ini di

maksudkan agar para korban penyalahgunaan narkotika tidak

mengalami krisis aqidah.13

c. Lapas Tenggarong

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penghuni

Lapas Tenggarong Kabupaten/Kota Kutai Kartanegara yang

berinisial DM selaku penyalahguna narkotika dengan umur 24

tahun, pernyataan korban, korban sekarang tidak melakukan

program rehabilitasi melainkan menjalani hukuman penjara dengan

alasan tidak memenuhi syarat untuk di rehabilitasi dan

pernyataannya korban yang di rehabilitasi harus di bawah umur 20

12
Hj. Abnan Pancasilawati, Kepala Bidang Biro Hukum dan Perundang-Undangan MUI
Provinsi Kalimantan Timur, Wawancara, Samarinda , 16 Agustus 2009.
13
Hj. Abnan Pancasilawati, Kepala Bidang Biro Hukum dan Perundang-Undangan MUI
Provinsi Kalimantan Timur, Wawancara, Samarinda , 16 Agustus 2009.
66

tahun, pernyataan korban jika korban ingin di rehabilitasi korban

harus membayar senilai 40 juta rupiah.14

Korban mengkonsumsi narkotika mulai tahun 2015-2017

akan tetapi korban bukan pecandu akut kemudian korban di

temukan mengkonsumsi narkotika oleh polisi setempat pada tahun

2017, dan awal korban mengkonsumsi narkotika itu karena coba-

coba dan di tawarkan oleh teman.15

B. Pembahasan

1. Analisis Peran Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur

Dalam Program Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan narkotika di Provinsi Kalimantan Timur

beberapa tahun terakhir telah mancapai fase yang sangat

mengkhawatirkan, bahkan korban yang telah menjalankan program

rehabilitasi kemungkinannya sangat kecil untuk sembuh bahkan hasil

wawancara dengan Kepala Bidang Rehabilitasi Bapak H. Iwan

Setiawan, beliau menyatakan bahwa persentase korban dapat sembuh

hanya 30% dan 70% peluang mereka untuk kembai terjerat narkotika.

Penyalahgunaan narkotika di Provinsi Kalimantan Timur

secara umum dilatarbelakangi oleh adanya tren pergaulan bebas para

remaja karena pengaruh dari budaya barat yang tidak sesuai dengan

budaya di Indonesia yang mengutamakan tata karma dan budi pekerti

14
DM, Korban Penyalahgunaan Narkotika Lapas Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara,
Wawancara, Samarinda, 15 Agustus 2019.
15
DM, Korban Penyalahgunaan Narkotika Lapas Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara,
Wawancara, Samarinda, 15 Agustus 2019.
67

yang luhur. Dengan dilatarbelakangi oleh masalah yang berbeda-beda

seperti akibat dari keadaan keluarga yang kurang harmonis dan

kurangnya perhatian dari para orang tua terhadap anaknya maupun

permasalahan lainnya yang menyebabkan seorang remaja itu stress dan

mencari pelarian untuk masalah yang dihadapi. Oleh karena itu untuk

mengatasi peredaran dan penyalahgunaan narkotika, BNNP

Kalimantan Timur sangatlah memiliki peran penting, yang diharapkan

dapat menanggulangi masalah narkotika karena BNN merupakan

lembaga Pemerintahan yang di khususkan untuk menangani

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika (P4GN).

Pada pelaksanaan programnya, BNN telah memetakan 10

daerah dengan tingkat kerawanan narkotika tertinggi di Indonesia pada

tanggal 09 maret 2015. Menurut pernyataan Direktur Narkoba

Kepolisian Daerah (Polda) Kaltim Komisaris Besar Akadianto, DKI

Jakarta masih merupakan daerah yang tingkat kerawanannnya tertinggi

sebesar 4,74%, dan kedua adalah Kalimantan Timur sebesar 3,07%,

dan telah menggesar angka Kepulauan Riau. Data Badan Narkotika

Nasional (BNN) menyatakan, pengguna narkoba di Kaltim mencapai

97.000 jiwa, yang terdiri dari para pengguna pemula dan pecandu

(Liputan6, 17 November 2015).

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Timur perlu

melakukan beberapa kegiatan serta kerjasama yang baik antara Dinas


68

Terkait. Sehingga dalam melaksanakan tugas P4GN dapat

dilaksanakan dengan baik. Selain itu dalam menjalankan perannya

sebagai lembaga yang bertugas dalam bidang Rehabilitasi,

pencegahan, dan pemberantasan, upaya yang harus dilakukan dalam

penanggulangan penyalahgunaan narkotika ini melalui beberapa

pendekatan yang secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga

bagian, diantaranya ialah:

a. Upaya terpadu yang berguna untuk menekankan atau meniadakan

ketersediaan narkotika di lingkungan masyarakat. Contohnya

seperti mengadakan razia pada tempat hiburan malam atau daerah

rawan narkotika.

b. Melakukan kegiatan yang bersifat rehabilitative yang berguna

meningkatkan ketahanan masyarakat sehingga memiliki daya

tangkal dan tidak tergoda untuk melakukan penyalahgunaan

narkotika baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakat

sekelilingnya. Contohnya seperti sosialisasi dan pembinaan tentang

bahaya narkotika.

c. Melakukan kegiatan yang bersifat rehabilitative dengan intervensi

kepada korban atau pengguna yang sudah ketergantungan agar

tidak semakin parah atau membahayakan bagi dirinya dan

mencegah agar tidak terjadi dampak negative yang secara

berkelanjutan. Contohnya seperti rehabilitasi. Akan tetapi dalam

melakukan program ini alangkah baiknya IPWL (Intuisi Penerima


69

Wajib Lapor) di terapakan kembali karena IPWL ini merupakan

akses termudah masyarakat untuk menjalankan rehabilitasi.

Dalam kegiatan sosialisasi dan penyuluhan narkotika, tidak ada

jadwal rutin bagi kegiatan tersebut, kegiatan ini berjalan apabila ada

persetujuan kerjasama antara BNN dengan POLRI dan instansi-

instansi terkait tempat diadakannya kegiatan tersebut.Tujuan dari

kegiatan sosialisasi dan penyuluhan narkotika adalah memberikan

pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat tentang bahaya

narkotika dan pentingnya untuk menjalankan program rehabilitasi.

Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan, terlihat

kesimpulan bahwa sosialisasi dan penyuluhan yang diadakan di

sekolah-sekolah maupun instansi/badan-badan milik

Pemerintah/swasta, belum mencakup keseluruhan sekolah-sekolah,

instansi/badan-badan yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan

Timur. Hal ini berarti program-program yang dijalankan BNNP masih

hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat, dan belum sesuai

dengan tugas pokok BNNP Kalimantan Timur yang seharusnya

mencakup seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur, hal ini

dikarenakan kurang memadainya dana, sarana maupun prasarana untuk

melakukan kegiatan rutin seperti sosialisasi dan penyuluhan di

berbagai tempat di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.


70

2. Analisis Faktor pendukung dan Faktor Penghambat Badan Narkotika

Nasional Provinsi Kalimantan Timur Dalam Program Rehabilitasi

Korban Penyalahgunaan Narkotika

Dalam pelaksanaan program kegiatan tersebut Badan Narkotika

Nasional Provinsi Kalimantan Timur sendiri juga tidak lepas dari

faktor pendukung serta berbagai hambatan yang dialami, dari berbagai

faktor pendukung serta penghambat dalam program pelaksanaan

kegiatan dapat di identifikasikan sebgai berikut, diantaranya: Faktor

pendukung (1) UUD Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (2)

Instruksi Presiden RI No.12 tahun 2011 (3) Dukungan dan kerjasama

Pemerintah seperti POLRI, Dinas Kesehatan, dan Balai Rehabilitas (4)

Dukungan dan kerjasma lingkungan sekolah maupun lingkungan kerja

dalam pelaksanaan P4GN.

Mengenai faktor penghambat Badan Narkotika Nasional

Provinsi Kalimantan Timur dalam penanggulangan narkotika di

wilayah Provinsi Kalimantan Timur ialah kurangnya pengetahuan atau

pemahaman serta kesadaran atau partisipasi masyarakat untuk

bersama-sama membantu BNN dalam menjalankan program P4GN,

pola pikir masyarakat ditambah lagi keterbatasan jumlah anggaran

maupun sumber daya manusia yang dimiliki BNNP Kalimantan Timur

jika di bandingkan dengan cakupan wilayah yang ada di Provinsi

Kalimantan Timur, sehingga dalam melaksanakan tugasnya BNNP

Kalimantan Timur masih belum melaksanakan tugasnya dengan


71

menyeluruh di Provinsi Kalimantan Timur kemudian IPWL pun tidak

berjalan dengan baik yang merupakan akses termudah masyarakat

untuk menjalankan program rehabilitasi.

Hal inilah yang menjadi kendala dan hambatan dalam

mencegah dan memberantas peredaran narkotika di Provinsi

Kalimantan Timur kemudian yang menjadi salah satu tantangan BNNP

Kalimantan Timur dalam mencegah dan memberantas peredaran

narkotika di wilayah Provinsi Kalimantan Timur ialah maraknya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di wilayah Provinsi

Kalimantan Timur di tambah lagi dengan kemajuan teknologi yang

semakin canggih sehingga memudahkan akses peredaran gelap

narkotika serta banyaknya tempat hiburan malam yang merupakan

tempat yang dapat dijadikan pemakaian atau transasksi dalam

penyalahgunaan narkotika berkembang pesat dan semakin berkembang

pesat dan semakin tersebar luas di kalangan masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai