MASA
KESETIAAN
ANGGOTA
PAC IPNU-IPPNU WRINGINANOM
MODUL
(MAKESTA)
MARS IPNU
Ciptaan: Drs. Shomuri
Siapkanlah Barisanmu
Kembangkanlah Agamamu
Dengan Berpedoman
Ayo Maju…
Pantang Mundur…
Ayo Maju…
Pantang Mundur…
MARS IPPNU
Ciptaan : Mahbub Junaidi
Hatiku Teguh,,
Bagimu Ikatan,,
Di Hati Membakar
Syubbanul Wathan
Cipt. KH. Abdul Wahab Chasbullah (1934)
Indonesia Biladi
Indonesia Negeriku
MATERI KE-ASWAJA-AN
Aswaja secara bahasa terdiri dari tiga kata, Ahlu, AlSunnah, dan Al-Jama’ah. Kata
Ahlu diartikan sebagai keluarga, komunitas, atau pengikut. Kata AlSunnah diartikan
sebagai jalan atau karakter. Sedangkan kata Al-Jamaah diartikan sebagai perkumpulan.
Arti Sunnah secara istilah adalah segala sesuatu yang diajarkan Rasulullah SAW., baik
berupa ucapan, tindakan, maupun ketetapan. Sedangkan AlJamaah bermakna sesuatu
yang telah disepakati komunitas sahabat Nabi pada masa Rasulullah SAW. dan pada era
pemerintahan Khulafah AlRasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Dengan
demikian Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah komunitas orang-orang yang selalu
berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad SAW. dan jalan para sahabat beliau, baik
dilihat dari aspek akidah, agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak hati.
Aswaja (Ahlussunah wa al-jama‟ah) adalah satu di antara banyak aliran dan sekte
yang bermuculan dalam tubuh Islam. Di antara semua aliran, kiranya aswajalah yang
punya banyak pengikut, bahkan paling banyak di antara semua sekte.Hingga dapat
dikatakan, Aswaja memegang peran sentral dalam perkembangan pemikiran keIslaman.
Aswaja tidak muncul dari ruang hampa. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses
kelahirannya dari rahim sejarah. Di antaranya yang cukup populer adalah tingginya suhu
konstelasi politik yang terjadi pada masa pasca Nabi wafat. Kematian Utsman bin Affan,
khalifah ke-3, menyulut berbagai reaksi. Utamanya, karena ia terbunuh, tidak dalam
peperangan. Hal ini memantik semangat banyak kalangan untuk menuntut Imam Ali,
pengganti Utsman untuk bertanggung jawab.Terlebih, sang pembunuh, yang ternyata
masih berhubungan darah dengan Ali, tidak segera mendapat hukuman setimpal.
Muawiyah bin Abu Sofyan, Aisyah, dan Abdulah bin Thalhah, serta Amr bin Ash
adalah beberapa di antara sekian banyak sahabat yang getol menuntut Ali. Bahkan,
semuanya harus menghadapi Ali dalam sejumlah peperangan yang kesemuanya
dimenangkan pihak Ali. Dan yang paling mengejutkan, adalah strategi Amr bin Ash
dalam perang Shiffin di tepi sungai Eufrat, akhir tahun 39 H, dengan mengangkat mushaf
di atas tombak. Tindakan ini dilakukan setelah pasukan Amr dan Muawiyah terdesak.
Ternyata, perseteruan politik ini membawa efek yang cukup besar dalam ajaran Islam.
Hal ini terjadi tatkala banyak kalangan menunggangi teks-teks untuk kepentingan politis.
Celakanya, kepentingan ini begitu jelas terbaca oleh publik, terlebih masa Yazid bin
Muawiyah. Yazid, waktu itu,mencoreng muka dinasti Umaiyah. Dengan sengaja, ia
memerintahkan pembantaian Husein bin Ali beserta 70-an anggota keluarganya di
Karbala, dekat kota Kufah, Iraq. Parahnya lagi, kepala Husein dipenggal dan diarak
menuju Damaskus, pusat pemerintahan dinasti Umaiyah.
Bagaimanapun juga, Husein adalah cucu Nabi yang dicintai umat Islam. Karenanya,
kemarahan umat tak terbendung. Kekecewaan ini begitu menggejala dan mengancam
stabilitas Dinasti. Akhirnya, dinasti Umaiyah merestui hadirnya paham Jabariyah. Ajaran
Jabariyah menyatakan bahwa manusia tidak punya kekuasaan sama sekali. Manusia
tunduk pada takdir yang telah digariskan Tuhan, tanpa bisa merubah. Opini ini ditujukan
untuk menyatakan bahwa pembantaian itu memang telah digariskan Tuhan tanpa bisa
dicegah oleh siapapun jua.
Beberapa kalangan yang menolak opini itu akhirnya membentuk second opinion
(opini rivalis) dengan mengelompokkan diri ke sekte Qadariyah. Jelasnya, paham ini
menjadi anti tesis bagi paham Jabariyah. Qadariyah menyatakan bahwa manusia punya
free will (kemampuan) untuk melakukan segalanya. Dan Tuhan hanya menjadi penonton
dan hakim di akhirat kelak.Karenanya, pembantaian itu adalah murni kesalahan manusia
yang karenanya harus dipertanggungjawabkan, di dunia dan akhirat.
Melihat sedemikian kacaunya bahasan teologi dan politik, ada kalangan umat Islam
yangenggan dan jenuh dengan semuanya. Mereka ini tidak sendiri, karena ternyata,
mayoritas umat Islam mengalami hal yang sama. Karena tidak mau terlarut dalam
perdebatan yang tak berkesudahan, mereka menarik diri dari perdebatan.Mereka
memasrahkan semua urusan dan perilaku manusia pada Tuhan di akhirat kelak.Mereka
menamakan diri Murji‟ah.Lambat laun, kelompok ini mendapatkan sambutan yang luar
biasa. Terlebih karena pandangannya yang apriori terhadap dunia politik, dapatlah
dikatakan bahwa Murjiah adalah cikal bakal Sunni (proto sunni).
Lantas, melihat parahnya polarisasi yang ada di kalangan umat Islam, akhirnya ulama
mempopulerkan beberapa hadits yang mendorong umat Islam untuk bersatu. Tercatat ada
3 hadits (dua diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dan satu oleh Imam Tabrani). Dalam
hadits ini diceritakan bahwa umat Yahudi akan terpecah ke dalam 71 golongan, Nasrani
menjadi 72 golongan, dan Islam dalam 73 golongan. Semua golongan umat Islam itu
masuk neraka kecuali satu. "Siapa mereka itu, Rasul?" tanya sahabat. "Ma ana ‘Alaihi
wa Ashabi" jawab Rasul. Bahkan dalam hadist riwayat Thabrani, secara eksplisit
dinyatakan bahwa golongan itu adalah Ahlussunah wa al-jama‟ah.
Ungkapan Nabi itu lantas menjadi aksioma umum. Sejak saat itulah kata aswaja atau
Sunni menjadi sedemikian populer di kalangan umat Islam. Bila sudah demikian, bisa
dipastikan, tak akan ada penganut Aswaja yang berani mempersoalkan sebutan, serta
hadits yang digunakan justifikasi kendati banyak terdapat kerancuan di dalamnya.
Karena jika diperhatikan lebih lanjut, hadits itu bertentangan dengan beberapa ayat
tentang kemanusiaan Muhammad, bukan peramal.
ASWAJA bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang
menyimpang, melainkan ASWAJA adalah islam yang murni yang langsung dari
Rosulallah dan sesuai dengan yang telah digariskan dan diamalkan oleh para sahabat,
poin-poin pembeda antara faham ASWAJA denga faham lainya adalah: manhaj (cara)
atau metodologi, sumber aqidah, dan karakteristiknya serta prinsip.
1. Prinsip-prinsip ASWAJA
Dalam sejarah perkembangannya Ahlussunnah Wal Jamaah selalu dinamis dalam
menjawab perkembangan zaman tetapi tetap memegang prinsip dalam mengamalkan
ajarannya. Diantara prinsip Ahlussunnah Wal Jamaah di dalam sejarah
perkembangannya di berbagai aspek kehidupan meliputi Aqidah, pengambilan
hukum (Syariah), tasawuf/akhlak dan bidang sosial-politik dengan penjabaran
sebagai berikut:
a. Bidang Aqidah
masa terhadap suatu hukum dari suatu kasus. Dalam Al-Qur‟an dasar
Ijma’ terdapat dalam QS An-Nisa‟, 4: Dan QS Al-Baqarah, 2: 143.
Qiyas
Qiyas, sebagai sumber hukum Islam, merupakan salah satu hasil ijtihad
para Ulama. Qiyas yaitu mempertemukan sesuatu yang tak ada nash
hukumnya dengan hal lain yang ada nash hukumnya karena ada
persamaan ‘illat hukum. Qiyas sangat dianjurkan untuk digunakan oleh
Imam Syafi‟i.
c. Bidang Tasawuf
Imam Abu Hamid Al-Tusi Al-Ghazali menjelaskan “Tasawuf adalah
menyucikan hati dari apa saja selain Allah. kaum sufi adalah para pencari
di Jalan Allah, dan perilaku mereka adalah perilaku yang terbaik, jalan mereka
adalah jalan yang terbaik, dan pola hidup mereka adalah pola hidup yang
paling tersucikan. Mereka telah membersihkan hati mereka dari berbagai hal
selain Allah dan menjadikannya sebagai saluran tempat mengalirnya sungai-
sungai yang membawa ilmu-ilmu dari Allah.” kata Imam Al-Ghazali. Seorang
sufi adalah mereka yang mampu membersihkan hatinya dari keterikatan selain
kepada-Nya.
Ketidakterikatan kepada apapun selain Allah SWT adalah proses batin dan
perilaku yang harus dilatih bersama keterlibatan kita di dalam urusan sehari-hari
yang bersifat duniawi. Zuhud harus dimaknai sebagai ikhtiar batin untuk
melepaskan diri dari keterikatan selain kepada-Nya tanpa meninggalkan urusan
duniawi, karena justru di tengah-tengah kenyataan duniawi posisi manusia
sebagai Hamba dan fungsinya sebagai harus diwujudkan.
2. Karakteristik ASWAJA
Karakteristik Ahlus sunnah wal jama’ah sebagai landasan dalam bermasyarakat
atau sering disebut dengan konsep Mabadiu Khaira Ummat yakni sebuah gerakan
untuk mengembangkan identitas dan karakteristik anggota Nahdlatul „Ulama dengan
pengaturan nilai-nilai mulia dari konsep keagamaan Nahdlatul „Ulama, antara lain:
a. At-Tawassuth
Tawassuth berarti pertengahan, maksudnya menempatkan diri antara dua kutub
dalam berbagai masalah dan keadaan untuk mencapai kebenaran serta
menghindari keterlanjuran ke kiri atau ke kanan secara berlebihan.
b. Al I’tidal
I‟tidal berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan dan tidak condong ke kiri.
I‟tidal juga berarti berlaku adil, tidak berpihak kecuali pada yang benar dan yang
harus dibela.
c. At-Tasamuh
Tasamuih berarti sikap toleran pada pihak lain, lapang dada, mengerti dan
menghargai sikap pendirian dan kepentingan pihak lain tanpa mengorbankan
pendirian dan harga diri, bersedia berbeda pendapat, baik dalam masalah
keagamaan maupun masalah kebangsaan, kemasyarakatan, dan kebudayaan
d. At-Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak kelebihan sesuatu unsur
atau kekurangan unsur lain.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma‟ruf nahi munkar artinya menyeru dan mendorong berbuat baik yang
bermanfaat bagi kehidupan duniawi maupun ukhrawi, serta mencegah dan
menghilangkan segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan dan
atau menjerumuskan nilai-nilai moral keagamaan dan kemanusiaan.
Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah Nabi, khulafâ’
alrâsyidîn, dan golongan mayoritas umat (al-sawâdu ala’dham). Mengikuti jejak
pemikiran dan perjuangan KH. Abdul Wahid Hasyim, KH. Abdurrahman Wahid, KH.
Ahmad Shidiq, KH. Ali Ma‟shum, KH. MA. Sahal Mahfudh, KH. Musthofa Bisyri, dan
KH. Sa‟id Aqil Siradj adalah langkah terbaik untuk mengembangkan Ahlusssunnah Wal
Jamaah secara dinamis dan produktif. Semangat membaca dari berbagai sumber
pengetahuan, baik Barat maupun Timur, mengapresiasi pemikiran dan budaya lokal,
menulis buku dan kitab, berjuang mencerdaskan umat dan menyejahterakan rakyat, dan
aktif melakukan kaderisasi adalah kunci sukses dalam mengembangkan Ahlusssunnah
Wal Jamaah. Kader Ahlusssunnah Wal Jamaah juga harus mampu menepis tuduhan
sepihak yang dilontarkan kelompok lain yang mengatakan bahwa banyak praktek budaya
yang dilakukan warga NU termasuk bid’ah tersesat yang ancamannya adalah masuk
neraka.
Agar semakin shalih likulli zamân wa makân, aplikabel di setiap masa dan ruang
sekaligus menjadi sentral gerakan dalam menjaga stabilitas sosial keagamaan yang
rahmatan lil ‘alamin. Aswaja harus diposisikan sebagai metode berpikir dan bertindak
yang berarti menjadi alat (tools) untuk mencari, menemukan, dan menyelesaikan
berbagai permasalahan sosial. Sebagai alat, maka sikap proaktif untuk mencari
penyelesaian menjadi lebih bersemangat guna melahirkan pikiranpikiran yang kreatif dan
orisinil. Dalam hal ini pendapat para ulama terdahulu tetap ditempatkan dalam kerangka
lintas-komparatif, namun tidak sampai harus menjadi belenggu pemikiran yang dapat
mematikan atau membatasi kreativitas.
Perubahan kultur dan pola pikir ini juga dapat dilihat dalam prosedur perumusan
hukum dan ajaran Ahlusunnah wal Jama‟ah dalam tradisi jam‟iyah Nahdlatul „Ulama
yang menggunakan pola Maudhu’iyah (tematik) atau terapan (Qonuniyah) yang
berbentuk tashawur lintas disiplin keilmuan empiric dan Waqi’iyah (kasuistik) dengan
pendekatan tathbiq al-syari’ah dan metode takhayyur (eklektif). Menurut Badrun (2000),
terdapat lima ciri yang perlu diperhatikan dalam memosisikan aswaja sebagai manhaj
alfikr atau manhaj al-amal:
1. Selalu mengupayakan untuk interpretasi ulang dalam mengkaji teks-teks fiqih untuk
mencari konteksnya yang baru;
2. Makna bermadzhab diubah dari bermadzhab secara tekstual (madzhab qauly)menjadi
bermadzhab secara metodologis (madzhab manhajy);
3. Melakukan verifikasi mendasar terhadap mana ajaran yang pokok (ushul) dan mana
yang cabang (furu’);
4. Fiqih dihadirkan sebagai etika sosial, bukan sebagai hukum positif;
5. Melakukan pemahaman metodologi pemikiran filosofis terutama dalam masalah-
masalah sosial dan budaya.
Menurut KH. Said Agil Siradj, Ahlussunnah Waljamaah adalah orang-orang yang
memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang
berlandaskan atas dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan, dan toleransi. Baginya
Ahlussunnah Waljamaah harus diletakkan secara proporsional, yakni Ahlussunnah
Waljamaah bukan sebagai mazhab, melainkan sebuah manhaj al-fikr (pendekatan
berpikir tertentu) yang digariskan oleh sahabat dan para muridnya, yaitu generasi tabi‟in
yang memiliki intelektualitas tinggi dan relatif netral dalam menyikapi situasi politik
ketika itu. Namun harus diakui bahwa kelahiran Ahlussunnah Waljamaah sebagai manhaj
al-fikr tidak terlepas dari pengaruh tuntutan realitas sosio-kultural dan sosio-politik yang
melingkupinya.
MATERI KE-NU-AN
Berangkat dari munculnya komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional
dan ad hoc (dibentuk untuk salah satu tujuan), maka setelah itu dirasa perlu untuk
membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi
perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya
muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama
(Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin
oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar
organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip
dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab
tersebut kemudian diwujudkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan
rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan
politik.
KH. Wahab Hasbullah sebagai perwakilan Ulama serta beberapa tokoh-tokoh lain
yang mewakili organisasi besar Islam Indonesia, dengan alasan yang kurang maton
(sesuai dengan patokan) susunan Anggota Komite berubah, KH. Wahab Hasbullah tidak
jadi masuk menjadi anggota delegasi, karena tidak “mewakili organisasi” apapun, secara
tidak langsung ini sebuah penghinaan terhadap ulama pesantren yang sesungguhnya
besar pengaruhnya dan posisinya terhadap umat Islam di Indonesia. Karena
kemungkinan bergabung dengan delegasi umat Islam Indonesia sudah tertutup, maka
para Ulama berusaha dengan kekuatan sendiri untuk mengirim delegasi Ulama Ahlu
sunnah wal jamaah Indonesia menghadap Pemerintah Saudi Arabia.
Untuk keperluan itu maka dibentuklah “Komite Hijaz” sebuah kelompok untuk
memobilisasi kekuatan dan dukungan umat bagi terlaksananya kerja dan
tersampaikannya aspirasi ulama‟. Segala kebutuhan dapat disiapkan meskipun dalam
keadaan pas-pasan. Delegasinya hanya KH. Wahab Hasbullah sendiri, seorang penasehat
dari Mesir yaitu Syekh Ghonaim (untuk memperbesar wibawa delegasi) sekretarisnya
diambilkan dari mahasantri Indonesia yang ada di Arab Saudi, yaitu KH. Dachlan dari
Nganjuk (untuk menghemat dana) ketika delegasi akan berangkat, berbisik pikiran untuk
“mempermanenkan” Komite Hijaz itu untuk menjadi organisasi yang tetap, yaitu
Nahdlatul Ulama.
Alasan dibentuknya komite hijaz yaitu untuk menjaga kemurnian agama dari
musyrik dan bid‟ah, berbagi tempat bersejarah, baik rumah Nabi Muhammad dan
sahabat termasuk makam nabi yang hendak dibongkar. Dengan kondisi seperti itu umat
islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama‟ah merasa sangat prihatin
kemudian mengirimkan usulan untuk menemui raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang
disebut Komite Hijaz. Jamiyah Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 6
rojab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926 M, dengan pendirinya antara lain:
Tujuan, Struktur dan Perangkat Nahdlatul Ulama Tujuan Nahdlatul Ulama adalah
berlakunya ajaran islam menurut Faham Ahlu sunah wal jamaah dan menganut salah satu
madzhab empat, ditengah-tengah kehidupan masyarakat didalam wadah Negara kesatuan
Republik Indonesia.
1. Memimpin organisasi sehari-hari sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pengurus suriah.
2. Melaksanakan program jam‟iyah Nahdlotul Ulama‟.
3. Membimbing, mengarahkan, memimpin dan mengawasi kegiatan-kegiatan perangkat
jam‟iyah yang ada dibawahnya.
4. Menyampaikan laporan secara periodik kepada pengurus suriah tentang pelaksanaan
tugasnya.
Perangkat organisasi Nahdlotul Ulama‟ menurut hasil Muktamar XXI di solo terdiri
atas:
1. Lembaga
Adalah perangkat departemen organisasi Nahdlotul Ulama‟ yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan Nahdlotul Ulama‟, khususnya yang berkaitan dengan bidang
tertentu. Lembaga-lembaga tersebut adalah:
a. Lembaga Dakwah Nahdlotul Ulama‟(LDNU) bertugas melaksanakan
kebijakan Nahdlotul Ulama‟ dibidang penyiaran agama islam Ahlussunah Wal
Jama‟ah.
b. Lembaga pendidikan Ma‟arif Nahdlotul Ulama‟ (LP. MA”ARIF.NU) bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama‟ dibidang pendidikan dan
pengajaran, baik formal maupun non formal selain pondok pesantren.
c. Lembaga Sosial Mabarot Nahdlotul Ulama‟ (LS MABAROT NU) bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama‟ di bidang social dan kesehatan.
2. Lajnah
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama‟ untuk melaksanakan program
Nahdlotul Ulama‟ yang memerlukan penanganan khusus.
a. Lajnah Falaqiyah bertugas mengurus masalah hisab dan ru‟yah.
b. Lajnah Ta‟lif Wanafsir bertugas di bidang penerjemahan, penyusunan dan
penyebaran kitab-kitab menurut faham Ahlussunah Wal Jama‟ah.
c. Lajnah Auqof bertugas menghimpun dan mengelola tanah serta bangunan yang
diwakafkan kepada Nahdlotul Ulama‟.
d. Lajnah Waqof Infaq dan Shodaqoh bertugas menghimpun, mengelola dan
mentasarufkan zakat, infaq, dan shodaqoh.
e. Lajnah Bahtsul Masail Diniyah, bertugas menghimpun, membahas dan
memecahkan masalah maudzuiyah dan waqiiyah yang harus segera mendapat
kepastian hukum.
3. Badan Otonom
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama‟ yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama‟, khususnya yang berkaitan dengan
kelompok masyarakat tertentu yang beranggotakan perseorangan.
a. Jam‟iyah ahli thoriqoh Muhammad SAW tabaroh annahdiyah, dalam badan
otonom yang menghimpun pengikut aliran thoriqoh yang Mukhtabar di
lingkungan Nahdlotul Ulama‟.
b. Muslimat Nahdlotul Ulama‟ (Mulimat NU) menghimpun anggota perenpuan
Nahdlotul Ulama‟.
c. Fatayat Nahdlotul Ulama‟ (Fatayat NU) menghimpun anggota perempuan
muda Nahdlotul Ulama‟.
d. Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) menghimpun anggota pemuda
Nahdlotul Ulama‟
e. Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama‟ (IPNU) menghimpun pelajar, santri, dan
mahasiswa laki-laki.
f. Ikatan Pelajar Putri Nahdlotul Ulama‟ (IPPNU) menghimpun pelajar, santri
dan mahasiswa perempuan.
g. Ikatan Sarjana Nahdlotul Ulama‟ (ISNU) menghimpun para sarjana dan kaum
intelektual di kalangan Nahdlotul Ulama‟.
h. Pagar Nusa menghimpun para anggota Nahdlotul Ulama‟ yang suka dalam
bidang beladiru pencak silat.
2. Menyelenggarakan pendidikan.
3. Mengupayakan terwujudnya kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
4. Mengupayakan pembangunan di bidang perekonomian.
MATERI KEINDONESIAAN
Indonesia dan ke-Indonesia-an merupakan nama atau penamaan dari konsep tentang
orang, bangsa, dan wilayah Negara kita yang berbentuk Republik dengan susunan
Organisasi Negara Kesatuan. Oleh karena itu, Negara kita di sebut Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sebagai wadah bersama bagi segenap warga bangsa kita
mengasosiasikan dan mengikatkan diri dalam satu persekutuan hukum organisasi Negara
di tengah pergaulan antar bangsa dan Negara di dunia.
Tak terhitung jumlah Ulama, santri dan tokoh-tokoh islam sebagai Pahlawan. Namun,
di antaranya oleh pemerintah Republik Indonesia di teteapkan sebagai Pahlawan
Nasional. Kita ketahui Pangeran Diponegoro, Tuangku Imam Bonjol, Teuku Umar, serta
masih banyak lagi yang mengobarkan semangat jihad dalam mengusir dan membuat
hengkang para penjajah dari Bumi pertiwi ini. Begitupun dengan resolusi jihad yang di
kumandangkan Oleh KH, Hasyim Asy‟ari. Munculnya resolusi jihad pada 22 Oktober
1945 erat kaitannya dengan kedatangan sekutu (Inggris) ke Indonesia yang tujuan
awalnya melucuti persenjataan jepang yang kalah dalam perang dunia II dan
memulangkan mereka ke Negara asal mereka yaitu Jepang.
A. Sejarah IPNU
IPNU adalah salah satu organisasi di bawah naungan Jamiyyah Nahdlatul Ulama,
tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang merupakan
bagian integral dan potensi generasi muda Indonesia secara utuh.Oleh karena itu
keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU
sekaligus alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai sumberdaya insani
yang vital, yang dituntut berkiprah lebih banyak dalam kancah pembangunan bangsa dan
negara dewasa ini. IPNU adalah singkatan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, yang
didirikan pada tanggal 24 Februari 1954 M / 20 Jumadil Akhir 1373 H di Semarang
ketika diadakannya kongres LP Ma‟arif NU dengan para pendirinya antara lain:
1. Tholhah Mansyur ( Jogja )
2. Sofwan Kholil ( Jogja )
3. Abdul Aziz ( Jombang)
4. Abdul Hadi ( Kediri )
5. Ahmad Budairi ( Malang )
6. Abdul Ghoni ( Semarang ) dll.
Tujuan IPNU itu sendiri yaitu dengan Terbentuknya putra-putra bangsa yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan
serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat agama Islam menurut
faham Ahlussunah Wal Jamaah yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Selain hal
di atas yang harus diketahui oleh warga IPNU adalah :
Dalam Bab III pasal 6 Peraturan Dasar IPNU, tentang fungsi disebutkan bahwa
fungsi IPNU sebagai:
a. Wadah berhimpun Putra Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan semangat nilai-
nilai Nahdliyah.
b. Wadah komunikasi Putra Nahdlatul Ulama untuk menggalang ukhuwah
islamiyah
c. Wadah aktualitas Putra Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan dan
pengembangan.
d. Wadah kaderisasi Putra Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader
bangsa
Sebelum IPNU lahir pada tahun 1954 di Semarang, didahului dengan lahirnya
beberapa organisasi serupa di kota-kota besar yang merupakan cikal bakal lahirnya IPNU
dikemudian hari yang antara lain:
1. Aqidah dan Asas IPPNU, IPPNU beraqidah Islam menurut faham ahlus sunnah
waljamaah dan mengikuti salah satu madzab: Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan
Hambali. IPPNU berasaskan Pancasila
2. Sifat IPPNU Organisasi kepelajaran, kemasyarakatan dan keagamaan yang
bersifat nirlaba.
3. Fungsi IPPNU
Wadah berhimpun pelajar Putri Nahdlatul Ulama umtuk melanjutkan
nilai-nilai dan cita-cita pejuangan NU
Wadah komunikasi, interaksi dan integrasi pelajar putri NU untuk
menggalang ukuwah islamiyah dan mengembangkan syiar islam
ahlussunnah wal jama‟ah
Wadah keilmuan
Wadah kaderisasi NU pada basis pelajar putri untuk mempersiapkan
kader-kader bangsa
D. LAMBANG IPPNU
a. Warna hijau: kebenaran, warna kuning: kejayaan dan himmah / cita-cita yang
tinggi, warna putih: kesucian.
b. Bentuk segi tiga: Islam – Iman – Ikhsan
c. Dua garis tepi: 2 Kalimat Syahadat
d. Sembilan bintang: Lambang keluarga besar NU
1 bintang yang besar diatas: Nabi Muhammad SAW
4 bintang menurun di sisi kanan: Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat: Abu
bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Tholib RA.
4 bintang menurun di sisi kiri: 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam
Hambali, Imam Syafi‟i, dan Imam Maliki ra.
e. Dua kitab: Al-Qur‟an dan Al-Hadits
f. Bulu: Lambang ilmu, 2 bulu bersilang: aktif menuntut ilmu agama dan ilmu
umum, aktif membaca dan menulis.
g. Dua bunga: sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum
h. Lima titik diantara huruf IPPNU: Rukun Islam.
E. Hubungan IPNU dan IPPNU dengan ORMAS Lain
1. Hubungan IPNU dan IPPNU dengan NU
a. Sebagai perangkat dan Badan Otonom NU, secara kelembagaan memiliki
kedudukan yang sama / sederajat dengan Badan Otonom lainnya (pasal 13 ayat
4 ART NU).
b. Sebagai anggota pleno Syuriah (pasal 14 avat 3)
c. Sebagai anggota pleno Tanfidziyah (pasal 14 ayat 5)
d. Sebagai anggota gabungan Syuriah dan Tanfidziyah NU ( pasal 14 ayat 7 )
2. Hubungannya dengan Badan Otonomi lain
Dalam upaya mengenergikan Perjuangan misi dan visi NU ke depan, maka
IPNU dan IPPNU perlu mempercepat kerjasama dan menjalin koordinasi yang baik
dengan Badan Otonom lain serta memperjelas posisi IPNU dan IPPNU di semua
tingkatan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan bidang garapannya masing-
masing.
3. Ekstern
IPNU dan IPPNU adalah bagian dari generasi muda Indonesia yang memiliki
tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan Nahdlatul
Ulama serta Cita-cita bangsa Indonesia.
Berangkat dari abstraksi ke-IPNU dan IPPNU-an, seperti diuraikan di atas ada
beberapa catatan yang harus digaris bawahi, bahwa agar NU tetap eksis akan banyak
ditentukan oleh kiprah warga NU itu sendiri, sejauh mana IPNU dan IPPNU dapat
mengaktualisasikan diri dalam berbagai bentuk, baik wawasan, ide maupun
keterlibatannya dalam ikut memikirkan dan menyelesaikan masalah-masalah
kebangsaan, yang semuanya itu hanya akan maupun diwujudkan dengan 3 ( tiga ) pilar:
MATERI KEORGANISASIAN
Filosofi
“Bekerjalah dengan struktur yang rapih, seperti bangunan yang kokoh.” (Q.S. As-Shaf
64:1)
“Kebaikan yang tidak terorganisir bisa dikalahkan oleh keburukan yang terorganisir.”
(Ali bin Abi Thalib)
“Berpegang teguhlah dengan mengikat tali kebersamaan.” (Q.S. Ali-Imran 3: 103)
“Serahkan suatu pekerjaan pada ahlinya, kalau tidak tunggulah kehancurannya.”
(Hikmah)
Organisasi:
Organisasi bukanlah pasar apalagi bazaar. Ada sebilangan orang, ada pemimpin dan
ada tujuan bersama yang hendak dicapai.
Filosofi Shalat Berjamaah: ada pemimpin dan ada yang dipimpin; shaf yang rapat dan
lurus; kriteria pemimpin yang fasih, hapalan dan pengetahuan keagamaannya luas,
berpengalaman.
Filosofi Angkutan Kota: ada kumpulan orang, ada kerja sama, ada tujuan, ada
pemimpin (Man, Money, Method, Machine, Material, Market).
Manajemen:
A. Pengertian
Secara harfiah atau lughot organisasi berasal dari bahasa yunani Organa yang
menurut bahasa latin Organom. Sedangkan menurut bahasa inggris Organition, menurut
bahasa belanda Organisatie, kesemuanya mempunyai arti kumpulan.
Secara definisi atau istilah organisasi menurut para ahli ialah:
1. John M. Gaus “organisasi adalah tata hubungan antara orang-orang untuk dapat
memungkinkan tercapai banyak tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas
dan tanggung jawab.
2. G.R. Terry :Organisasi berasal dari kata Organism yaitu suatu struktur yang
dengan bagian-bagian yang sedemikian rupa di integrasi sehingga hubungan
antara satu sama lain saling dipengaruhi dan mempengaruhi hubungan mereka
secara keseluruhan.
3. Menurut Stephen P. Robbins pengertian organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
4. Menurut James D. Mooney pengertian organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mewujudkan tujuan bersama.
5. Menurut Chester I. Bernard definisi organisasi adalah suatu sistem aktivitas kerja
sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
D. Macam-macam Organisasi
Macam organisasi apabila diklasifikasikan menjadi beberapa macam, antara lain:
1. Atas dasar usia
a. Pelajar, Remaja, Pemuda pemula (IPNU-IPPNU, IRM, PII)
b. Mahasiswa, (PMII, HMI, GMNI)
c. Pemuda dewasa (GP.ANSOR, PMM, KNPI, FKPPI, Pemuda
Muhammadiyah)
2. Organisasi Politik
a. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
b. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
c. Partai Golongan Karya (GOLKAR), dll.
3. Organisasi Profesi
a. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
b. Persatuan Pengusaha Indonesia (PPI)
c. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dll.
1. Planning (perencanaan)
a. Format kegiatan
b. Analisa kebutuhan (idealis, terlaksana, taktis)
c. Teknis pelaksanaan
d. Tujuan pelaksanaan (visi dan misi)
e. Obyek kegiatan
2. Organiting (pengorganisasian)
a. Pembentukan struktur kepanitiaan : SC, OC (Stering Comite, Organiting
Comite)
b. Job description (Pembagian tugas)
3. Actuating (pelaksanaan)
a. Administratif
Surat pengangkatan panitia
Surat perlengkapan panitia + job description
Surat musyawarah
Surat chek akhir
Surat pemberitahuan yang terkait kegiatan
Surat permohonan bantuan
Pembuatan proposal
Dan lain-lain yang (dipandang perlu)
b. Penggalian dana
c. Pengembangan opini
d. Operasional job description
e. Kegiatan / pelaksanaan
4. Controling (pengontrolan /pengecekan):
Time Schedule (jadwal Waktu Kerja) Rapat kepanitian
Pembuatan proposal
Penggalian dana
Chek kegiatan setting kegiatan
Protokoler
Pelaksanaan kegiatan
Klarifikasi
Evaluasi kegiatan (Persiapan, Pelaksanaan, Hasil)
5. Evaluating (evaluasi): Laporan pertanggung jawaban, Pembubaran kepanitiaan.
A. DEFINISI
Kepemimpinan (leadership) adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
B. UNSUR-UNSUR KEPEMIMPINAN :
1. Pemimpin / Atasan
Mempunyai wewenang untuk memimpin
Mendelegasikan tugas
2. Anggota / Subordinate / Bawahan
Membantu pemimpin sesuai tugasnya
3. Misi – Tujuan – Target
Direalisasi sesuai landasan budaya/filosofi organisasi
C. GAYA KEPEMIMPINAN
Tiga gaya kepemimpinan:
1. Memaksa (autocratic, otoriter)
Pemimpin mengambil keputusan, anggota harus
mentaatinya
Untuk anggota baru, tidak disiplin, prestasi menurun
Untuk memulai usaha baru, usaha dalam kondisi kritis
2. Terpimpin (democratic, consultative)
Pemimpin dan anggota bersama-sama membuat pemecahan masalah
Anggota mengungkapkan gagasan, pemimpin mengarahkan
3. Bebas (free-rein, participative)
Anggota diberi kebebasan mengembangkan kreasinya
Untuk anggota berketrampilan tinggi, cerdas, bermotivasi tinggi
D. WEWENANG/KEKUASAAN (POWER)
Wewenang digunakan untuk mengarahkan dan menerangkan peranan /
tanggungjawab seseorang. Jenis-jenis Wewenang/kekuasaan:
1. Wewenang Struktural
karena jabatan dalam organisasi
2. Wewenang Kearifan (Karismatik)
karena memiliki sikap dan perilaku positif, pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman
3. Wewenang Moral
karena memiliki integritas, bermoral baik, berada di tengah
anggota terutama saat ada masalah
4. Wewenang Reputasi
karena prestasi masa lalu
5. Wewenang Jasmaniah
Karena bentuk atau penampilan fisik seseorang baik yang nyata maupun
kesan yang terpantul darinya
Semakin banyak jenis wewenang yang dimiliki seorang pemimpin maka
semakin BAIK
Pemimpin yang baik menggunakan kewenangan secara CERDAS dan PEKA
sehingga menjadi sangat berwenang tanpa sewenang-wenang
Menjadi pemimpin bukan berarti mendapatkan hak untuk MEMERINTAH,
tetapi justru kewajiban memberi TELADAN KUALITAS sehingga orang lain
bisa menerima perintahnya tanpa merasa direndahkan
Kepemimpinan adalah TINDAKAN, bukan KEDUDUKAN