2020
Berkenaan dengan kegiatan tersebut, kami telah menerbitkan modul Masa Kesetiaan
Anggota (Makesta) PAC IPNU IPPNU Kec. Kradenan tahun 2020. Modul ini berisi informasi
mengenai gambaran umum materi-materi yang disampaikan selama kegiatan.
Harapannya dengan adanya modul ini peserta lebih mudah dalam menangkap materi serta
mampu mendalami lebih dalam mengenai materi yang belum jelas ketika disampaikan oleh
pemateri.
Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian modul
Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) PAC IPNU IPPNU Kec. Kradenan tahun 2020 ini. Kami
mengucapkan selamat mengikuti serangkaian kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta)
PAC IPNU IPPNU Kec. Kradenan.
Penyusun
PENGANTAR......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
1. AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH........................................................................................4
2. KE-NU-AN.......................................................................................................................... 7
4. KEORGANISASIAN......................................................................................................... 16
5. KEPEMIMPINAN.............................................................................................................. 17
MARS IPNU......................................................................................................................... 20
MARS IPPNU....................................................................................................................... 20
Kalimat Ahlussunnah wal Jama’ah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari tiga kata
yaitu:
Jadi pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah ialah: golongan pengikut ajaran Islam yang
murni sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw., bersama para sahabat-
sahabatnya dan para salafus shalih.
Istilah Ahlussunnah wal Jama’ah dengan pengertian di atas berasal dari hadits
Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani sbb: Yang artinya: “telah
berpecah belah umat Yahudi atas 71 golongan dan telah berpecah belah umat Nasrani
atas 72 golongan dan akan berpecah belah umatku menjadi 73 golongan, yang selamat
diantara mereka hanya satu, sedangkan sisanya binasa” sahabat bertanya: “siapakah
yang selamat itu?” Nabi menjawab: “Ahlussunnah wal Jama’ah” sahabat bertanya lagi:
4 “Apakah Ahlussunnah wal Jama’ah itu?” Nabi menjawab :Belajar, Berjuang,
“apa yang Bertaqwa
aku perbuat hari
ini dan para sahabatku”.
Pada masa Rasulullah Saw. masih hidup, di kalangan umat Islam kala itu, nyaris tak
ada permasalahan yang berkepanjangan, sebab, Rasulullah selalu dapat
menyelesaikannya dengan baik. Namun, setelah Rasulullah wafat, berbagai
permasalahan timbul di kalangan umat Islam waktu itu, dan tak jarang mengakibatkan
pertentangan yang serius di antara umat Islam. Sebagai bukti seriusnya pertentangan
itu adalah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang
dibunuh. Persoalan ini memang persoalan politik, tetapi pada akhirnya merembet pada
persolan akidah, peristiwa inilah yang sering disebut dengan Alfitnatul Qubro.
Sebagai buntut dari pertentangan antar umat Islam tadi, lahirlah berbagai kelompok
politik yang berkembang menjadi aliran kalam. Hal ini disebabkan dari perdebatan antar
kelompok mengenai siapa yang salah, siapa yang benar, siapa yang masuk surga,
siapa yang masuk neraka dan seterusnya.
Pada saat umat Islam sedang kebingungan dikarenakan pergolakan pemikiran politik
dan kalam ini, ada sekelompok orang yang tidak terlibat dengan pertentangan politik
dan masih berpegang teguh pada ajaran tauhid yang telah ditegakkan oleh Rasulullah
SAW., mereka inilah para pengamal substansi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, meski
saat itu belum terlembagakan, namun kelompok ini jumlahnya mayoritas. Para tokoh
Ajaran Aswaja ini, terlembagakan pada masa Imam Al-Asy’ari (260-324 H) dan Imam
Al-M’aturidi (248-333 H). kedua imam ini saling berjauhan, dan tidak pernah bertemu
secara langsung, Imam Asy’ari berada di Basrah dan Imam Ma’turidi di Khurasan.
Namun, keduanya sama-sama memperjuangkan faham kalam Ahlussunnah wal
Jama’ah dengan doktrin sifat-sifat Allah yang populer dengan sifat 20 atau sifat 13.
Para pengikut kedua Imam ini, kemudian menyebarluaskan ajaran Islam ahlussunnah
wal jama’ah ini, sehingga samapai ke Indonesia dan umat Islam di berlahan dunia lain,
karena faham ini yang mayoritas dipegang oleh umat Islam di dunia.
Sebagai gerakan pemelihara kemurnian ajaran islam, kaum Ahlussunnah wal Jama’ah
selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip antara lain sebagi berikut :
1. Tawasuth (Moderat)
Dengan prinsip ini kita akan selalu mejadi kelompok yang dapat diterima oleh semua
pihak dan selalu menghindari segala bentuk pendekatan bersifat ekstrem.
4. Tawazun (Seimbang)
Sikap ini memberikan tuntunan kepada kita agar selalu menjunjung tinggi syariat dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dengan prinsip keseimbangan.
Seimbang antara dunia dan akhirat.
Ahlussunnah wal jama’ah adalah golongan pengikut ajaran islam yang selalu
berpegang teguh pada :
1. Al Qur’an
Karena islam adalah wahyu yang bersumber dari Allah sedangkan Al Qur’an adalah
firman Allah, maka sudah tentu pedoman hidup kita harus berpegang teguh kepada
kitabullah.
2. Sunnah Rosul
4. Qiyas (Analogi)
Qiyas adalah menetapkan hukum suatu perbuatan yang belum ada ketentuan
hukumnya berdasarkan suatu hukum yang sudah ditentukan nashnya, karena
persamaan antara keduanya.
A. Sejarah Berdirinya NU
Jam’iyah Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H., bertepatan dengan
31 Januari 1926 M. di Surabaya. Pendirinya adalah KH. Wahab Hasbullah, KH. Hasyim
Asy’ari, KH. Bisri Jombang, KH. Ridwan Semarang dll.
Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama tidak bisa dilepaskan dari keadaan umat
Islam Indonesia saat itu, hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, umat Islam
Indonesia pada saat itu sedang berada dalam cengkraman kaum penjajah Belanda,
sehingga ketentraman umat Islam dalam menjalankan ibadah banyak terganggu, sebab
hak-hak mereka dirampas oleh kaum penjajah. Kedua, munculnya gerakan pembaruan
Islam yang berfaham wahabi, dengan menentang tradisi umat Islam yang sudah sejak
lama ada di Indonesia, sebagai warisan dari para wali. Mereka beranggapan bahwa
keislaman masyarakat Nusantara waktu itu belum sempurna, karena penuh dengan
praktek-praktek takhayul, bid’ah dan khurafat. Tuduhan syirik pun tak jarang
dialamatkan pada umat Islam Indonesia yang berpegang pada tradisi. Bukan hanya itu,
mereka juga telah membentuk kekuatan melalui pendirian organisasi-organisasi yang
berfaham wahabi.
Selain kedua faktor yang terjadi di Indonesia tadi, ada juga faktor internasional, yaitu;
kebijakan Raja Abdul Aziz bin Suud (Saudi Arabia) yang mematenkan satu faham
keagamaan saja, yaitu wahabi, dengan melakukan pelarangan bermadzab, larangan
7 berziarah ke makam Syuhada’ dan makam Rasulullah (Bahkan mereka bermaksud
Belajar, Berjuang, Bertaqwa
menghancurkan kubah hijau makan Rasulullah Saw. di Madinah), berdoa, bertawasul
dilarang keras, tidak boleh membaca sholawat Dalailul Khoirot sebab kesemuanya
dipandang sirik dan bid’ah. Parahnya lagi, raja ini bermaksud mengadakan Muktamar
Khilafah untuk mengukuhkan dirinya, menggantikan Daulah Usmaniyah, sebagai pusat
kekuasaan Islam. Umat Islam dari seluruh dunia diundang, termasuk juga Indonesia.
Delegasi Indonesia diwakili oleh tokoh Syarikat Islam, Muhammadiyah dan dari
kalangan pesantren. Namun dari kalangan pesantren, ditolak, sebab tidak mewakili
organisasi. Padahal kalangan pesantren sangat berkepentingan dalam muktamar itu,
mereka akan mengusulkan kepada raja Suud, agar memberikan kebebasan dalam
bermadzhab. Oleh karena itu, KH. Wahab Hasbullah, mengumpulkan tokoh-tokoh
pesantren se-Jawa dan Madura, yang menghasilkan keputusan untuk membentuk
Komite Hijaz sebagai utusan resmi dari kalangan pesantren.
KH. Hasyim Asyari menyarankan agar Komite Hijaz ini tidak hanya untuk sekedar
urusan muktamar saja, tetapi dikembangkan menjadi organisasi permanen untuk
memperjuangkan dan melestarikan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah. Akhirnya
usulan tersebut disepakati oleh para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut
dengan suara bulat, dan dibentuklah Jam’iyah Nahdlatul Ulama, pada tanggal 16 Rajab
1344 H. atau 31 Januari 1926 M.
1. Lembaga
2. Lajnah
Adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama’ untuk melaksanakan program
Nahdlatul Ulama’ yang memerlukan penanganan khusus.
c. Lajnah Auqof bertugas menghimpun dan mengelola tanah serta bangunan yang
diwakafkan kepada Nahdlatul Ulama’.
3. Badan Otonom
g. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama’ (ISNU) menghimpun para sarjana dan kaum
intelektual di kalangan Nahdlatul Ulama’.
h. Pagar Nusa menghimpun para anggota Nahdlatul Ulama’ yang suka dalam
bidang bela diri pencak silat
a. Globe (bola dunia), melambangkan bumi tempat manusia hidup dan mencari
kehidupan yaitu dengan berjuang, beramal, dan berilmu. Bumi mengingatkan
bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah serta dikeluarkan
dari tanah pada hari kiamat.
c. Tali bersimpul yang melingkari globe, melambangkan persatuan yang kokoh dan
ikatan di bawahnya melambangkan hubungan manusia dengan Allah SWT.
Untaian tali berjumlah 99, melambangkan Asmaul Husna agar manusia hidup
bahagia di dunia dan akhirat.
A. Pendahuluan
IPNU-IPPNU merupakan Organisasi Badan Otonom Nahdlatul Ulama, dan bagian tak
terpisahkan dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda. Sebagai organisasi Banom,
11 IPNU-IPPNU dituntut senantiasa mengembangkan dan Belajar, Berjuang,peran
meningkatkan Bertaqwa
serta
fungsinya sebagai pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok
masyarakat pelajar, santri, mahasiswa dan remaja sebagai basis keanggotaannya. Ada
beberapa aspek yang melatar belakangi berdirinya organisasi IPNU-IPPNU yaitu :
3. Aspek Sosiologis yaitu adanya persamaan tujuan, kesadaran dan keikhlasan akan
pentingnya suatu wadah pembinaan bagi generasi penerus para ulama dan
penerus perjuangan bangsa.
Sebagai organisasi Banom dari NU, IPNU-IPPNU selalu meletakkan posisinya sebagai
organisasi kader yang selalu meletakkan nilai-nilai dasar perjuangan Islam Ahluss
sunnah wal Jama’ah dalam setiap gerak langkahnya, dan secara otonomi memiliki
kepentingan dan cita-cita serta peraturan perundang-undangan sendiri. Sehingga
segala bentuk kebijakan dan pengembangan program IPNU-IPPNU harus selalu
mempertimbangkan kebutuhan sendiri.
1. Periode Perintis
Munculnya organisasi IPNU-IPPNU bermula dari adanya jam’iyah yang bersifat lokal
atau kedaerahan yang berupa kumpulan pelajar, sekolah dan pesantren, yang
semula dikelola oleh para Ulama. Contohnya jam’iyah Diba’iyah.
2. Periode Kelahiran
Pada 29 April – 1 Mei 1954 diadakan pertemuan di Surakarta yang terkenal dengan
pertemuan Kolida (Konferensi Lima Daerah) yang dihadiri Yogyakarta, Semarang,
Surakarta, Jombang dan Kediri (diwakili Bpk. KH Asmuni Iskandar dari Gurah).
Dalam konferensi ini ditetapkan PD/PRT dan berusaha untuk mendapatkan
legitimasi/pengakuan secara formal dari NU.
Usaha untuk mencari legitimasi ini diwujudkan dengan mengirimkan delegasi pada
Muktamar NU ke X di Surabaya pada 8-14 September 1954. Delegasi dipimpin oleh
M. Tolchah Manshur, dengan beranggotakan 5 orang yaitu Sofyan Cholil, M Najib
Abdul Wahab, Abdul Ghoni dan Farida Achmad. Dengan perjuangan yang gigih
akhirnya IPNU mendapatkan pengakuan dengan syarat hanya beranggotakan putra
saja.
Sesuai dengan PDPRT visi dan misi IPNU-IPPNU adalah sebagai berikut :
◊ Visi
Adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
13 berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak
Belajar, Berjuang, Bertaqwa
dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
◊ Misi
Citra diri IPNU-IPPNU berorientasi serta berpijak pada kesemestaan organisasi dan
anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada zona keterpelajaran
dengan kaidah “belajar, berjuang, dan bertakwa”, yang bercorak dasar dengan
wawasan kebangsaan, ke-Islaman, keilmuan, kekaderan dan keterpelajaran.
1. Wawasan Kebangsaan
2. Wawasan Ke-Islaman
Ialah wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam sebagai sumber motivasi
dan inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia.
3. Wawasan Keilmuan
Ialah wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk
mengembangkan sumberdaya anggota dan kader.
4. Wawasan Kekaderan
Ialah wawasan yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina
anggota agar menjadi kader-kader yang memiliki komitmen terhadap idiologi, cita-
cita, perjuangan organisasi, bertanggung jawab dalam mengembangkan dan
membentengi organisasi, juga diharapakan dapat membentuk pribadi yang
menghayati dan mengenal ajaran Islam ala ahlussunnah wal jama’ah.
5. Wawasan Keterpelajaran
Ialah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri
sebagai center of excellence pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang
14 berilmu, berkeahlian dan visioner, yang diikuti kejelasan misiBerjuang,
Belajar, sucinya,Bertaqwa
sekaligus
strategi dan operasionalisasi yang berpihak kepada kebenaran, kejujuran serta amar
ma’ruf nahi munkar.
4. Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) untuk luar negeri, (masa khidmat 2 tahun)
5. Pimpinan Anak Cabang (PAC) untuk tingkat kecamatan, (masa khidmat 2 tahun)
6. Pimpinan Ranting (PR) untuk tingkat desa atau kelurahan, (masa khidmat 1 tahun)
F. Lambang IPNU
2. Warna dasar hijau berlingkar kuning ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.
4. Dibawahnya terdapat bintang sembilan, lima terletak sejajar yang satu diantaranya
lebih besar terletak ditengah dan empat bintang lainnya terletak mengapit
membentuk sudut segi tiga, semua berwarna kuning.
5. Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu angsa yang
bersilangan berwarna putih.
1. Warna hijau : subur, warna kuning : himmah/cita-cita yang tinggi, warna putih : suci.
9. 4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i,
dan Imam Maliki ra.
11. Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintesis / perpaduan ilmu agama dan
ilmu umum.
G. Lambang IPPNU
2. Warna dasar hijau bergaris berwarna kuning yang diapit dua warna putih ditepinya.
3. Isi lambang : Bintang sembilan, yang satu besar terletak diatas, empat menurun
disisi kiri dan empat lainnya menurun disisi kanan dan berwarna kuning. Dua kitab
dan dua bulu ayam bersilang berwarna putih, dua bunga melati di sudut bawah
berwarna putih.
1. Warna hijau: kebenaran, warna kuning : kejayaan dan himmah / cita-cita yang
tinggi, warna putih : kesucian.
6. Empat bintang menurun di sisi kanan: Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu
bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.
7. Empat bintang menurun di sisi kiri: 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
9. Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu bersilang :aktif menuntut ilmu agama dan ilmu umum,
16 aktif membaca dan menulis. Belajar, Berjuang, Bertaqwa
10. Dua bunga: sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum
11. Lima titik diantara huruf IPPNU: Rukun Islam.
KEORGANISASIAN
A. Pengertian Organisasi
Dari pengertian di atas maka organsiasi dapat ditinjau dari dua sorotan :
1. Organisasi sebagai wadah, di mana kegiatan admisnistrasi dilaksanakan sehingga
bersifat statis atau seperti benda mati.
2. Organisasi sebagai hal yang hidup, manakala kita menyaksikan bahwa organisasi
dapat meprotes tindakan sewenang-wenang dari seorang oknum, organsiasi dapat
merevolusi, mendukun dan tidak menyetujuinya dari suatu kebijakan / kebijaksanaan.
B. Unsur-Unsur Organisasi
1. PD dan PRT (Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga)
2. Personalia Organisasi
3. Struktur Organisasi
4. Program organisasi
5. Pembagian kerja
6. Permusyawaratan
C. Macam-Macam Organisasi
17 Belajar, Berjuang, Bertaqwa
Organisasi terdiri dari berbagai macam, antara lain sebagai berikut:
1. Organisasi kemahasiswaan: Ekstra dan Intra Kampus
2. Organisasi profesi: Parfi, PWI, IKADIN dan IDI dll
3. Organisasi minat: Persebaya, Mitra dll
4. Organisasi Politik: PKB, PDI-P PAN dll
5. Organisasi keagamaan: NU,IPNU,IPPNU, Muhammadiyah
6. Organisasi sosial: LSM, Dll
D. Penutup
Bagaimanapun juga keberhasilan suatu organisasi terletak pada kerjasama yang baik
dan kejelasan program serta tujuan organisasi tersebut. Untuk itu beberapa cii yang
baik dari suatu organisasi antara lain:
1. Terdapat tujuan yang jelas.
2. Tujuan organisasi harus dipahami dan diterima oleh setiap anggota
3. Adanya kesatuan arah (unity of direction)
4. Adanya kesatuan perintah (Unity of command)
5. Adanya pembagian tugas (Job description)
6. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab.
7. Penembapatan orang sesuai dengan keahliannya.
KEPEMIMPINAN
B. Pendahuluan
Untuk memimpin dengan berhasil diperlukan kiat-kiat tertentu yang membantu seorang
pemimpin untuk berpikir, berbicara bahkan bertindak dalam kerangka tujuan yang ingin
dicapai. Konsep berpikir yang jelas dari seorang pemimpin sangat diperlukan dan
idealnya harus dapat dimengerti bawahannya. Dalam batas tertentu, sepanjang untuk
keperluan lembaganya.
Pada dasarnya, manusia adalah ciptaan Tuhan yang mendapat tugas untuk menjadi
pemimpin dunia (khalifatullah). Tugas pertama adalah untuk memimpin dirinya sendiri
sendiri. Sayangnya, tidak jarang tugas ini yang tidak mampu kita lakukan. Kita mampu
mendidik orang lain – anak buah kita – untuk mempunya disiplin, misalnya, namun kita
sendiri tidak mau disiplin. Kita mampu membuat orang lain mematuhi aturan, namun
kita sendiri tidak mampu (atau tidak mau) mengikuti aturan tesebut. Kesemuanya
18 karena kita tidak meliki kompetensi kepemimpinan) Belajar, Berjuang, Bertaqwa
C. Fungsi Kepemimpinan
Sebelum kita memahami fungsi daripada kepemimpinan terlebih dahulu mari kita
pahami makna kepemimpinan. Secara etimologi leadership (kepemimpinan) berasal
dari bahasa Inggris yang artinya pemimpin atau kepemimpinan. Atau adapun secara
terminology dapat dirumuskan sebagai berikut: Kepemimpinan adalah kemampuan atau
kesiapan yang dimiliki oleh seseorang yang dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menunutun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia
menerima pengaruh tersebut, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
pencapaian sesuatu maksud atau tujuan.
Salah satu hal yang perlu dipahami bersama adalah bahwa kepemimpinan berbeda
dengan keilmuan dan manajemen. Kepemimpinan adalah praktek dan bukan teori saja.
Oleh karena itu tugas pokok kepemimpinan adalah mengambil keputusan-keputusan
strategis, maka tatkala menjadi pemimpin yang terutama adalah bagaimana kita
memiliki tiga pilar utama kepemimpinan. Yakni kemampuan yang meliputi Intelligence
Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Sehinga dengan
demikian tidak cukup dengan IQ saja. Kualitas intelektual membuat kita mampu memilih
data, informasi, dan opini. Data emosional akan menunjukkan bahwa kita mampunyai
kemampuan untuk membuat keputusan dengan tepat, dan akurat. Dengan pengusaaan
SQ kita mempunyai fondasi nilai bahwa keputusan yang kita buat, apapun keputusan
itu, harus kita pertanggungjawabkan sendiri – mengingat, pemimpin selalu berkapasitas
alone-ness. Dalam ranah intelektual, pertanggungjawaban kita berikan kepada keilmuan
Alhasil, kita harus memahami tugas daripada seorang pemimpin adalah sebagai
pelopor dan penanggungjawab, ideologi dan perencana, bapak dan ibu atau orang tua
dan symbol of group, contoh dan pendukung, pengarah dan penggerak, wakil dari
anggota dan pengembang imajinasi. Dengan demikian, si pemimpin bukan pemimpin
saja, namun seorang bapak, penasehat, pelindung dan teladan. Pepatah mengatakan
“Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani adalah
BENAR!.
D. Tipologi Kepemimpinan
Sudah menjadi suatu kewajaran, bahwa seorang pemimpin hendaknya mampu dan bisa
untuk senantiasa berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya dengan secara meluas.
Dengan demikian seorang pemimpin dalam hidup bermasyarakat hendaknya juga
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
2. Tasammuh
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan,
terutama masalah yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam
masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
3. Tawazzun
Sikap berimbang dalam berhikmah, menyerasikan hikmah kepada Allah SWT.
Hikmah kepada manusia, serta lingkungan hidpupnya, menyelaraskan kepentingan
masa lalu, masa kini dan masa mendatang.