Anda di halaman 1dari 8

106

BAB 8
BERBAGAI FORMASI MENGAJAR PENJAS

A. Pengertian
Mengajar sebenarnya tak lain daripada menata proses belajar-mengajar
hingga didapat pengalaman belajar yang optimal. Didalam menata hingga
tercipta lingkungan belajar yang menimbulkan proses belajar-mengajar yang
adekuat ini banyak hal yang harus terlibat. Salah satu diantaranya adalah faktor
pengelolaan kelas. Faktor ini memang memerlukan penataan agar menjadi tepat
guna dan berdaya guna. Pengajaran dituntut untuk mampunyai keterampilan
menangani masalah ini. Dalam Buku II PPSPTK kita dapat menemukan bahwa
elemen ini merupakan kompetensi ke-3 dari profil kemampuan dasar guru.
Jika berbicara tentang pengelolaan kelas dalam kegiatan pengajaran
olahraga, maka yang dimaksud bukan saja kelas yang dibatasi oleh empat
dinding, tetapi tercakup pula kelas dalam bentuk lapangan-lapangan olahraga
seperti lapangan sepakbola, lapangan volley, lapangan basket, lapangan tennis,
sport hall, kolam renang dan sebagainya. Sedangkan pengelolaan kelas
menunjuk kepada pengaturan orang (siswa) maupun pengaturan fasilitas. Dalam
konteks ini pengaturan orang kita batasi dalam pengertian pengaturan posisi
mereka di lapangan saat memberikan pengajaran dan kegiatan olahraga.

B. Formasi dalam mengajar berbagai kegiatan olahraga

Sebagai kelanjutan dari uraian diatas, akan kita bicarakan masalah


pengaturan orang dalam kegiatan Pelajaran olahraga. Tujuan dari pada
pengelolaan kelas disini (dalam hal ini adalah pengaturan orang) agar secara
maksimal semua siswa dapat aktif terlibat melakukan kegiatan yang diajarkan.
Minimal giliran untuk melakukan kegiatan tersebut tidak terlalu lama.
Pengaturan siswa dilapangan inilah yang kita maksudkan dengan formasi. Kita
mengetahui bahwa pengajaran olahraga adalah terutama kegiatan dalam bentuk
drill untuk penguasaan skill. Oleh karenanya perlu pengelolaan yang sedemikian
rupa sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang semaksimal mungkin
107

dalam melakukan kegiatan tersebut. Untuk mencapai maksud inilah


keterampilan menyusun formasi siswa dilapangan itu diperlukan. Penyusunan
formasi yang efektif merupakan sarat mutlak bagi terjadinya proses belajar-
mengajar yang efektif pula.
Untuk pengajaran kegiatan pendidikan jasmani yang efektif dan efisien
seyogyanya dituntut penggunaan secara maksimal dari fasilitas dan ruang. Hal
ini diperlukan untuk tetap memungkinkan seluruh siswa (yang biasanya dalam
jumlah besar itu) senantiasa aktif. Namun kenyataan senantiasa menunjukkan
pada kita bahwa guru olahraga biasanya dihadapkan kepada masalah kelas yang
besar dan alat fasilitas yang kurang. Ini menuntut keterampilan pengajar
menyusun formasi, menyesuaikannya dengan fasilitas, ruang serta peralatan
yang tersedia. Disamping itu tentu saja pemanfaatan pemimpin yang tersedia
dan penggunaan setiap menit dari alokasi waktu yang ada.
Berikut ini adalah berbagai contoh formasi dalam mengajar yaitu “kelas
busur”. Guru yang kreatif harus mampu mengembangkan cara pembentukan
formasi lainnya untuk kegiatan pengajaran olahraga yang sejalan. Umpamanya
formasi yang dibuat untuk mengajar bulu tangkis dengan menggunakan tiga
lapangan, dalam situasi/maksud yang sama kemungkinan besar juga efektif
untuk tennis. Apa yang dapat dikerjakan untuk sepakbola, seharusnya akan
berguna pula untuk bola tangan.

Gambar 1. Formasi Busur, Untuk


Penjelasan dan Demonstrasi
108

Gambar 1 melukiskan situasi dalam satu ruang olahraga dengan tiga


lapangan bulu tangkis. Formasi busur yang diperlihatkan itu terutama
dipergunakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan pada saat diperlukan.
Juga berguna untuk mendemonstrasikan keterampilan tertentu baik pada
permulaan Pelajaran maupun pada saat Pelajaran berjalan. Dengan formasi
seperti itu seluruh kelas dengan mudah dapat mendengarkan penjelasan guru,
atau memperhatikan demonstrasi yang dipertunjukkan. Formasi seperti ini
bukan hanya untuk dipakai dalam ruangan saja, tetapi tentu saja juga berguna di
lapangan terbuka.

Gambar 2. Formasi berpasangan


Pada gambar 2 ini dilukiskan formasi berpasangan dalam suatu sport ball
kecil dengan tiga lapangan bulu tangkis. Yang ingin ditonjolkan dalam hal ini
adalah pemanfaatan seluruh ruang. Kegiatannya adalah drill memukul bola
(salah satu cara memukul). Siswa berpasangan, yang satu loop bola, yang
satunya smash. Seperti terlihat pada gambar, seluruh ruangan semaksimal
mungkin diisi. Dalam hal seperti diatas dengan kegiatan drill untuk salah satu
cara memukul dalam bulu tangkis, tentu saja diperlukan satu bola untuk setiap
pasang siswa. Dan tiap siswa memerlukan satu raket. Jika kebutuhan alat seperti
yang disebutkan itu tidak tersedia, tentu saja formasi tersebut memerlukan
modifikasi. Dengan kata lain harus disesuaikan dengan banyaknya bola dan
jumlah raket yang tersedia. Salah satu alternatif adalah memperkecil jumlah
109

pasangan, dan menentukan penggiliran yang teratur untuk pasangan-pasangan


berikutnya.
Dengan formasi seperti diatas salah satu kesukaran yang timbul (selain
soal bola dan raket) adalah bagi guru yang dalam hal ini harus bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya untuk mengamati, mengkoreksi dan sebagainya.
Mengatasi kesulitan dalam mengawasi atau mengkoreksi aktivitas yang
tersebar di seluruh ruangan itu, pemanfaatan kepemimpinan siswa merupakan
jalan keluar yang dapat ditempuh.

Gambar 3. Formasi baris berlapis


Formasi baris berlapis (ber-saf ke belakang) dengan posisi miring seperti
gambar 3, digunakan dalam mengajar foot work, baik untuk anggar, tinju, bulu
tangkis maupun tennis. Gerakan dilakukan oleh siswa menurut arah yang
ditunjukkan dengan nomor pada lingkaran (jam) seperti pada gambar. Jika guru
menyebutkan 12, siswa dengan gerakan cepat maju kemuka, pada sebutan 6
mundur, sebutan 3 bergerak kekanan, dan sebutan 9 bergerak kekiri. Arah
gerakan ini dapat ditambah dengan membuat angka-angka yang lebih dari empat
seperti yang terdapat dalam contoh.
Perlu ditambahkan bahwa gerakan latihan olah kaki ini dapat pula diikuti
dengan gerakan tangan seperti gerakan menyerang atau menangkis pada anggar,
110

jab pada tinju, menangkis smash atau melakukan gerakan smash pada bulu
tangkis, ayunan tangan untuk drive pada tennis dan sebagainya.
Adapun tujuan dari posisi barisan yang miring itu adalah untuk
mempermudah pengajar dalam mengawasi siswa yang berada pada baris-baris
belakang.

Gambar 4. Double line formation

Formasi baris ganda ini terutama banyak sekali digunakan dalam latihan
skil sepakbola. Dipakai dalam melatih tendangan. Caranya adalah : No. 1
menendang (passing) kepada no. 2, no. 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 1 dan seterusnya.
Dalam hal ini 4 orang yang merupakan satu kelompok ini membutuhkan satu
bola. Jika jumlah bola tidak mencukupi, maka jumlah orang perkelompok dapat
ditambah menjadi 6 atau 8 orang (lihat gambar berikut!).

Gambar 5. Double line formation dengan 6 orang perkelompok

Selain untuk tendangan (passing) dalam sepakbola, formasi ini dapat


digunakan untuk mengajar cabang olahraga lainnya seperti passing bola basket,
111

passing bola tangan, passing hockey dan melempar dalam softball. Jarak antara
pemain disesuaikan dengan tingkat keterampilan mereka.

Gambar 6. Double line formation

Double line formation seperti terlihat pada gambar 6 terutama digunakan


untuk mengajar keterampilan pada cabang-cabang olahraga yang mengandung
unsur menggiring dan passing, seperti sepakbola, bola basket dan bola tangan.
Jika jumlah siswa banyak sedang bola terbatas, maka jumlah siswa pada setiap
barisan dapat ditambah. Pelaksanaan kegiatan dalam formasi ini adalah seperti
berikut : No. 1 menggiring bola ke arah no. 2, memberikan bola itu kepada no. 2
dan selanjutnya lari ke belakang barisan B. No. 2 setelah menerima bola,
menggiring bola itu kearah no. 3, memberikan bola tersebut kepada no. 3,
kemudian lari kebelakang baris A. Demikian seterusnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya formasi ini juga berguna untuk
melatih passing. Caranya adalah dengan mengkombinasikan giringan dan
operan. Pelaksanaannya, pemain menggiring, kemudian pada pertengahan jarak,
passing bola tersebut kepada pemain dibarisan depannya, lalu melanjutkan
larinya kebelakang barisan.

Gambar 7. Devidel Column Formation


112

Formasi barisan berhadapan seperti yang terlihat pada gambar 7 dapat


dipakai untuk passing dalam sepakbola, bola tangan, bola basket bahkan juga
untuk bola volley. Formasi ini bermanfaat terutama jika bola yang tersedia
terbatas. Jumlah pasangan barisan dapat disesuaikan dengan jumlah bola yang
ada. Pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : 1A passing pada 1B , setelah
itu 1A segera lari kebelakang barisannya sendiri. 1B setelah menerima bola
passing kepada 2A lalu lari kebelakang barisannya. 2A setelah terima bola,
passing kepada 2B begitu seterusnya.

Gambar 8. Formasi lingkaran

Bentuk lingkaran kelihatannya merupakan formasi yang sangat sederhana.


Namun dari segi manfaat, ternyata amat banyak yang dapat dilakukan dalam
formasi ini. Yang paling utama dalah kegiatan-kegiatan latihan keterampilan
dengan bola. Bentuk lingkaran ini akan terasa amat menolong jika jumlah bola
yang tersedia amat kurang. Dengan formasi ini satu kelompok (yang banyak
orangnnya bisa diatur) hanya memerlukan satu buah bola. Seorang pemain
(siswa) yang berada di tengah lingkaran bertindak sebagai server bagi pemain
yang berada di sekelilingnya. Untuk kegiatan skill sepakbola dengan formasi ini
dapat dilakukan latihan heading, stopping dengan dada, trapping. Untuk volley
berbagai teknik bola seperti tossing, mengambil bola bawah dengan dua tangan.
Sedangkan untuk bola tangan berbagai teknik melempar dapat dilakukan dengan
pemain yang berada ditengah lingkaran sebagai pusat.
113

Gambar 9. Formasi ber-saf

Bentuk baris ber-saf (gambar 9) ini terutama digunakan dalam mengajar


nomor-nomor lempar dalam cabang olahraga atletik. Jumlah siswa pada setiap
baris dapat disesuaikan dengan jumlah alat yang tersedia (lembing, cakram atau
peluru). Untuk melakukan nomor-nomor lempar satu hal yang perlu diingat
adalah agar lapangan arah lemparan kosong dari orang. Selesai setiap lemparan
dilakukan oleh baris pertama, siswa-siswa yang baru melempar ini harus
mengambil sendiri lembing (cakram atau peluru) dan membawanya kembali ke
barisan berikut (baris no. 2). Lalu kemudian mengambil tempat dibelakang
barisan. Perlu diperhatikan cara membawa lembing, yakni dengan menjaga agar
mata lembing tetap menghadap ke bawah.
Disamping untuk nomor-nomor lempar, formasi ini juga cukup efektif
dalam mengajar macam-macam start dalam nomor lari, baik dilakukan di
lapangan maupun di lintasan. Start ini seperti juga dengan pelaksanaan lemparan
dilakukan baris demi baris.

Anda mungkin juga menyukai