Anda di halaman 1dari 24

GOOD GOVERNANCE SEBAGAI IMPLEMENTASI STANDAR

MINIMAL KURIKULUM MADRASAH DINIYAH DALAM


PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH
(Studi Kasus di Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah Desa Kambinganrejo,
Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
Angga Fajar Maulana: 19230029

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
A. Latar Belakang
Pemerintahan yang baik melahirkan pemaknaan yang cukup beragam. Di satu
sisi sering dimaknai sebagai bentuk kerja, di sisi yang lain sering dimaknai sebagai
suatu kondisi stabil demokrasi bagi keniscayaan adanya civil culture. Namun pada
umumnya istilah good governance memiliki pengertian segala hal yang berkaitan
dengan tindakan yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi
urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga good governance tidak sebatas pengelolahan lembaga pemerintah, tapi
menyangkut semua lembaga baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah
(lembaga swadaya masyarakat) dengan istilah good corporate.1 Secara normatif, Islam
juga memiliki nilai-nilai yang menuju ke arah terciptanya pemerintahan yang baik.
Secara konseptual good governance diartikan sebagai cara kekuasaan dikelola dan
dijalankan dengan landasan semangat efektif, kejujuran, keadilan, transparan, dan
bertanggung jawab. Konsep ini tidak terpisahkan dari demokrasi, sebab dalam
demokrasi kekuasaan politik mengharuskan adanya prinsip tersebut. Oleh karena itu,
untuk menggapai good governance persyaratan paling utama yang harus dipenuhi
adalah adanya komitmen kolektif dan dedikasi tinggi untuk melakukan suatu perubahan
dari kondisi yang ada atau buruk.
Demi menggapai good governance, diperlukan adanya perubahan-perubahan
yang ekstensif dalam hal peranan antara pemerintah dan civil society.2 Ford Foundation
salah satu lembaga yang menjadi pionir program good governance menyatakan bahwa
pemerintahan yang efektif bergantung pada legitimasi yang diperoleh dari partisipasi
yang berbasis luas, keadilan, dan akuntabilitas. Oleh sebab itu, dengan tegas Ford
Foundation mendukung program-program yang akan memperkuat institusi-institusi
demokratis, meningkatkan partisipasi kelompok, dan membuat pelayanan publik lebih
responsif terhadap kebutukan masyarakat. Sehingga atas pandangan demikian terdapat
sebuah keyakinan bahwa pemerintahan tidak dapat mengatur dirinya sendiri, jadi harus
dikontrol dan diimbangi dengan kondisi masyarakat yang aktif, artikulatif, dan
terorganisir. Secara eksplisit pandangan ini mempercayai bahwa tanpa civil society,
tidak akan terwujud pemerintahan yang baik.

1
Suhro, “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 Dan Relevansinya Dengan
Good Governance (Kajian Ketatanegaraan Islam)” (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). h. 3.
2
Hetifah SJ Sumarto, Inovasi, partisipasi, dan good governance: 20 prakarsa inovatif dan partisipatif di Indonesia,
2 ed. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009). h. 15.

2
Kaitannya dengan hal tersebut, Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 Tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan telah merubah
sistem yang awalnya bersifat sentralistik ditangan pemerintah pusat, beralih pada asas
desentralisasi dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola
daerahnya masing-masing. Pemberlakuan otonomi dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah ini, dianggap sebagai jawaban dalam menghadapi tuntutan demokrasi.
Hubungan antara pusat dan daerah yang dibangun akan menciptakan efisiensi,
menopang, serta memperkuat negara kesatuan dalam penyelenggaraan pemerintah.
Sehingga akan menciptakan legitimasi kekuasaan pemerintah khususnya dalam
pelayanan publik pada sektor Pendidikan.
Salah satu problematika dari buruknya penyelenggaraan pemerintah di
Indonesia, termasuk pemerintahan daerah adalah pelayanan publik dan proses
transparansi serta partisipasi masyarakat dalam upaya mengontrol dan
menyelenggarakan good governance. Dalam hal ini khususnya pelayanan publik pada
sektor Pendidikan.
Sektor dan pelayanan Pendidikan dalam mempersiapkan dan mengembangkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing secara sehat dan memiliki skill
pengetahuan yang luas serta memiliki rasa kebersamaan antar manusia. Pendidikan
merupakan salah satu alternatif untuk mempunyai ilmu pengetahuan, yang mana hal itu
merupakan hak dari setiap insan. Sejalan dengan sektor Pendidikan ini, seiring
bergulirnya era reformasi di Indonesia yang menuntut otonomi daerah, maka secara
bertahap pun kewenangan penyelenggaraan Pendidikan diserahkan kepada tiap-tiap
pemerintah daerah. Dengan diserahkannya kewenangan tersebut kepada pemerintah
daerah, berarti telah ada keleluasaan daerah untuk menjalankan aktifitas pelayanan
publik.
Kemudian, beberapa indikator mengapa pemerintah Kabupaten Pasuruan perlu
untuk memperbaiki sektor Pendidikan khususnya Pendidikan Diniyah melalui otonomi
daerah ini ialah. Pertama, apabila dilihat kondisi riil kuantitas Madrasah Diniyah di
Kabupaten Pasuruan yang relatif besar dengan jumlah yang tidak sedikit ini, tentunya
Madrasah Diniyah menempati posisinya tersendiri di tengah-tengah masyarakat.
Bahkan Madrasah Diniyah di Kabupaten Pasuruan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
pendidikan nonformal masyarakat Kabupaten Pasuruan. Diperjelas dengan jumlah
lembaga Madrasah Diniyah yang besar tapi tidak diimbangi dengan kemampuan

3
Sumber Daya Manusia yang terlibat di dalamnya, sehingga sejalan dengan
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan maka kompleksitas problematika
pendidikan Madrasah Diniyah juga semakin meningkat. Kedua, adanya kontribusi
Madrasah Diniyah dalam pembangunan masyarakat Kabupaten Pasuruan baik direct
atau indirect. Ketiga, sebagai lembaga Pendidikan nonformal dari-oleh-untuk
masyarakat telah memberikan sumbangsih signifikan dalam pembangunan masyarakat.
Dan keempat, tidak adanya program semacam ini dari Pemerintah Pusat, maupun
Kementerian Agama sebagai pembina lembaga pendidikan Diniyah.
Mencermati kondisi dalam sektor Pendidikan Madrasah Diniyah tersebut, maka
yang hendaknya dipersiapkan oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan adalah
memfasilitasi, menyiapkan dan membentuk Standar Minimal Kurikulum Madrasah
Diniyah secara resmi. Dengan latar belakang inilah yang menjadi penggagas untuk
melayani sektor Pendidikan Madrasah Diniyah khususnya pada kurikulum Madrasah
Diniyah yang akhirnya diberlakukannya kebijakan Peraturan Bupati Pasuruan Nomor
21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah yang didalamnya
juga mengatur tentang Ketentuan Umum; Dasar, Fungsi, dan Tujuan; Penyelenggaraan
Pendidikan Madrasah Diniyah; Peserta Didik; Hak dan Kewajiban Masyrakat maupun
Pemerintah Daerah serta Peserta Didik; Pembelajaran dan Evaluasi; Tenaga Pendidik;
Kurikulum; Monitoring dan Evaluasi; Ketentuan Lain-lain, Peralihan, dan Penutup.3
Meningat Pendidikan Madrasah Diniyah berdasarkan Perbup Pasuruan Nomor
21 Tahun 2016 tersebut dijelaskan bahwa pada Pasal 8 dijelaskan bahwa (1) Pemerintah
Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi
penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Diniyah sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan. (2) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa berkewajiban memberikan
layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya Pendidikan Madrasah
Diniyah yang bermutu. Hal ini ada kaitannya dengan penjelasan pada Perda Kabupaten
Pasuruan Nomor. 4 Tahun 2014 Pasal 25 Ayat 25 “Kurikulum Madrasah Diniyah dibuat
oleh setiap satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Minimal Kurikulum
Madrasah Diniyah Kabupaten Pasuruan yang telah ditetapkan oleh Tim Pengembang
Kurikulum Diniyah.” 4

3
Undang-undang, Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan
Madrasah Diniyah (Indonesia, 2016), X, h. 1–21.
4
Peraturan Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Di Kabupaten Pasuruan, 2014, VII, 219–32.

4
Namun pada realitanya, dalam segi empiris terdapat pertentangan antara hukum
dengan penerapannya. Sebagaimana yang terjadi di beberapa Madrasah Diniyah di
Kabupaten Pasuruan khususnya Kecamatan Grati. Dengan lahirnya Peraturan Bupati
Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah,
yang dianggap oleh beberapa pihak terkesan terburu-buru, sehingga implementasinya
di lapangan, tidak menilai pada mutu Madrasah Diniyah itu sendiri. Padahal sebenarnya
mutu Madrasah Diniyah yang masih perlu mendapatkan pembinaan secara intens
terutama di wilayah perdesaan, karena masih banyak adanya Madrasah Diniyah yang
dikelola secara asal-asalan dan tidak sesuai dengan prosedur, ini juga disebabkan
karena kurangnya pengawasan serta tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah setelah
mengeluarkan ijin operasional Madrasah Diniyah dan diindikasikan banyaknya
Madrasah Diniyah yang berdiri ini lebih banyak disebabkan adanya Bantuan
Operasional Daerah tetapi kualitas tidak terjaga. Bahkan dengan adanya Bantuan
Operasional Daerah itulah, jumlah lembaga Madrasah Diniyah membludak, lebih
banyak dibandingkan dengan sebelum adanya kebijakan tentang Bantuan Operasional
Daerah Tersebut.5 Disamping itu dalam Perbup Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Pada
Pasal 8 atas tindak lanjut dari Perda Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Pasuruan Pasal 25 Ayat (2) bahwasannya
“Kurikulum Madrasah Diniyah dibuat oleh setiap satuan Pendidikan dengan mengacu
pada Standar Minimal Kurikulum Madrasah Diniyah Kabupaten Pasuruan yang telah
ditetapkan oleh Tim Pengembangan Kurikulum Diniyah.” Namun sampai
diterapkannya peraturan ini, Tim Pengembangan Kurikulum Diniyah belum juga
terbentuk dan kurikulum yang dipakai belum ada standar yang ditetapkan secara resmi.6
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka persoalan mengenai
implementasi Standar Minimal Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan Bupati
Pasuruan Nomor 21 Tauhn 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah
dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan pada pelayanan publik sektor Pendidikan
melalui penerapan prinsip-prinsip good governance di Kabupaten Pasuruan, yang akan
diteliti lebih lanjut dalam penelitian berjudul: “Implementasi Standar Minimal
Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun

5
Iwan Kuswandi and others, ‘Respon Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peraturan Bupati Tentang Wajib
Madrasah Diniyah’, Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 4 (2020), h. 7–14.
6
Khoirul Anwar, “Telaah Wajib Madrasah Diniyah Di Kabupaten Pasuruan,” Jurnal Akademika, 1.3 (2019), h.
17–34.

5
2016 Tentang Wajib Belajar Madrasah Diniyah dan Relevansinya dengan Good
Governance”.
B. Batasan Masalah
Agar kajian penelitian ini fokus pada permasalahan serta dapat dipahami dengan
baik dan benar, maka peneliti membatasi penelitian ini pada good governance sebagai
implementasi Standar Minimal Kurikulum Madarasah Diniyah pada Perbup Nomor 21
Tahun 2016.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan Bupati
Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah
Diniyah di Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah Kecamatan Grati Kabupaten
Pasuruan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya Standar Minimal
Kurikulum Madrasah Diniyah Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 di
Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan?
3. Bagaimana urgensi good governance sebagai solusi implementasi Standar Minimal
Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun
2016?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan penerapan kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan
Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan
Madrasah Diniyah di Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah Kecamatan Grati
Kabupaten Pasuruan?
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya Standar
Minimal Kurikulum Madrasah Diniyah Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21
Tahun 2016 di Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah Kecamatan Grati Kabupaten
Pasuruan.
3. Untuk merumuskan good governance sebagai solusi implementasi Standar Minimal
Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun
2016.
E. Manfaat Penelitian
Selain dilihat dari aspek tujuan, salah satu yang penting dalam kegiatan
penelitian ialah mengenai manfaat pada penelitian tersebut, baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah:

6
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan maupun mengembangkan
pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya serta bagi masyarakat pada
umumnya mengenai prinsip good governance terhadap penerapan kebijakan
pemerintah pada pelayanan publik khususnya sektor Pendidikan Madrasah Diniyah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi rujukan untuk memperoleh
pengetahuan serta yang berkepentingan untuk mengontrol atau mengawasi tentang
good governance sebagai implementasi Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21
Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah di Kabupaten
Pasuruan bagi mahasiswa ataupun masyarakat umum.
F. Definsi Operasional
Untuk menginterpretasikan arti dan maksud dalam judul penelitian ini dengan
baik dan benar agar tidak terjadi dan terhindar dari kesalahpahaman, maka perlu
ditegaskan pengertian dari beberapa istilah yang terdapat didalamnya yakni:
1. Implementasi adalah tindakan atau pelaksanaan dari suatu rencana, program, atau
kebijakan yang telah disusun secara matang dan terperinci.7 Dalam hal ini
penerapan Standar Minimal Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Perbup tersebut
apakah telah dilaksanakan di Madrasah Diniyah An- Nidhomiyah Kecamatan Grati
Kabupaten Pasuruan.
2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.8 Dalam hal ini
merupakan kurikulum Madrasah Diniyah di Kabupaten Pasuruan.
3. Perbup (Peraturan Bupati) adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Bupati atas
wewenangnya dalam daerah otonom terkait suatu hal demi kepentingan masyarakat
secara tertulis.9 Dalam hal ini Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah.
4. Wajib belajar adalah suatu perintah atau kewajiban bagi anak usia 7-12 tahun atau
setingkat Pendidikan dasar untuk memperoleh Pendidikan dalam rangka

7
Nurdnin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 70.
8
Undang-Undang, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2017..
9
Ada Afrianus, “Beda Perbup, Perda dan Instruksi Bupati dalam Perspektif Hukum,” Jurnal Faktual.Id, 2019.

7
mencerdaskan kehidupan bangsa yang apabila tidak dilaksanakan akan dikenakan
sanksi. Dalam hal ini ialah wajib belajar Pendidikan Madrasah Diniyah.
5. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana beajar
serta mengembangkan potensi peserta didik baik potensi spiritual, keterampilan,
maupun kecerdasan akhlak.10 Dalam hal ini ialah Pendidikan Madrasah Diniyah.
6. Madrasah Diniyah adalah satuan Pendidikan berbasis masyarakat yang
menyelenggarakan Pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam
dengan pemahaman yang baik dan benar.11 Dalam hal ini ialah isi dari Perbup
tersebut Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah.
7. Good governance adalah segala hal yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah
laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik
guna mewujudkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
relevansi antara prinsip good governance dengan implementasi Peraturan Bupati
Kabupaten Pasuruan tersebut.
G. Penelitian Terdahulu
Sebagai bukti orisinalitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka akan
dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang bertemakan sama dengan penelitian
ini agar terhindar dari kesamaan dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian
terdahulu sebagai berikut:
1. Suhro, Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 dan
Relevansinya dengan Good Governance (Kajian Ketatanegaraan Islam). Skripsi.
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.12 Dalam pembahasannya memuat tentang proses implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Komisi Transparansi dan
Partisipasi (KTP). Adapun pelaksanaannya yakni dalam bentuk upaya
penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolahan pembangunan serta cita luhur
guna menciptakan local governance dan penerapan prinsip-prinsip good
governance di Kabupaten Lebak dalam perspektif ketatanegaraan islam.

10
Undang-undang, Peraturan Bupati Pasuruan, Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan
Madrasah Diniyah, X, h 1-21.
11
Undang-undang, Peraturan Bupati Pasuruan, Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan
Madrasah Diniyah..
12
Suhro, 'Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 Dan Relevansinya Dengan
Good Governance (Kajian Ketatanegaraan Islam)' Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2009).

8
2. Raynaldi Chisara Lubis, Implementasi Perda No. 5 Tahun 2014 Tentang Wajib
Belajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) di Kota Medan (Studi
Kasus di Kecamatan Medan Marelan). Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.13 Dalam pembahasannya memuat
tentang implementasi Perda No. 5 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Madrasah
Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MTD) Di Kota Medan. Adapun yang menjadi fokus
utama dalam penelitian ini ialah penerapan dan pengawasan Perda tersebut serta
faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya Perda tersebut.
3. Iwan Kuswandi, Muh Barid Nizarudin Wajdi, Umar al Faruq, dkk, Respon
Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peraturan Bupati Tentang Wajib Madrasah
Diniyah. Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar. Volume 4. No. 1
Januari 2020.14 Dalam pembahasannya memuat tentang kajian kebijakan
pemerintah terhadap Peraturan Bupati Wajib Madrasah Diniyah. Didalamnya
dijelaskan bahwasannya dalam kehidupan bermasyarakat, aparatur desa lah yang
paling dekat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Sehingga Pemerintah
Desa berada di garda terdekat untuk mengetahui persoalan tentang proses
penyelenggaraan Madrasah Diniyah di desanya.
4. Sondil E. Nubatonis, Sugeng Rusmiwari, Son Suwasono, Implementasi Prinsip-
prinsip Good Governance dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan
Publik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 3. No 1 (2014). 15 Dalam
pembahasannya memuat tentang penerapan prinsip good governance dalam upaya
meningkatkan kinerja di sektor organisasi pelayanan publik. Menurut Mohammad
(2003) berdasarkan kondisi riil pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
yang kurang responsif, informarif, accessible, koordinasi, birokratis, dan kurang
mendengarkan aspirasi atau saran dari masyarakat serta inefisien.
5. Darmnerus Duarmas, Patar Rumapea, Welson Yappi Rompas, Prinsip-prinsip Good
Governance dalam Pelayanan Publik di Kantor Camat Kormomolin Kabupaten

13
Raynaldi Chisara Lubis, ‘Implementasi Perda No. 5 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Di Kota Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Marelam)’, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2018).
14
Kuswandi, dkk, 'Respon Kebijakan Pemerintah Desa terhadap Peraturan Bupati Tentang Wajib Madrasah
Diniyah', Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 4, (2020).
15
Sondil E Nubatonis and others, ‘Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Kinerja
Organisasi Pelayanan Publik’, JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 3. 1, (2014), h. 16–20.

9
Maluku Tenggara Barat. Jurnal Administrasi Publik. Volume 1. (2016). 16
Pembahasannya memuat tentang pelayanan publik di kantor Camat Kormonolin
Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang belum mengandung prinsip-prinsip good
governance. Pada penerapannya masih terdapat sistem, metode, dan prosedur kerja
yang belum tertib, prosedur pelayanan yang berbelit-belit sehingga masih jauh dari
kriteria penilaian pelayanan publik yang cepat, tepat, mudah, dan berkeadilan.

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No Nama/Judul Substansi Persamaan Perbedaan


Pembahasan
1. Suhro, Implementasi Upaya mewujudkan Membahas tentang - Penelitian terdahulu
Peraturan Daerah transparansi dan penerapan kebijakan ini relevansinya lebih
Kabupaten Lebak Nomor partisipasi melalui pemerintah dengan spesifik pada prinsip-
6 Tahun 2004 dan Perda Kabupaten relevansinya terhadap prinsip good
Relevansinya dengan Lebak Nomor 6 prinsip-prinsip good governance perspektif
Good Governance Tahun 2004 guna governance. kajian ketatanegaraan
(Kajian Ketatanegaraan memperbaiki proses Islam.
Islam). Skripsi. Fakultas penyelenggaraan - Menggunakan Perda
Syariah dan Hukum pemerintahan dan Kabupaten Lebak
Universitas Islam Negeri pengelolahan Nomor 6 Tahun 2004
Syarif Hidayatullah pembangunan yang
Jakarta. semakin tidak sesuai
dengan aturan
berdasarkan prinsip
good governance
perspektif
ketatanegaraan islam
2. Raynaldi Chisara Lubis, Mengenai Membahas tentang - Penelitian terdahulu
Implementasi Perda No. pengawasan pada kebijakan pemerintah ini tidak
5 Tahun 2014 Tentang penerapan terhadap melalui Perda dan merelevansikan atau

16
Darmanerus Duarmas, Patar Rumapea, and Welson Yappi Rompas, ‘Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam
Pelayanan Publik Di Kantor Camat Kormomolin Kabupaten Maluku Tenggara Barat’, Jurnal Administrasi Publik,
1, (2016), h. 9.

10
Wajib Belajar Madrasah Perda No. 5 Tahun Perbup pada sektor menghubungkan pada
Diniyah Takmiliyah 2014 Tentang Wajib Pendidikan tentang prinsip-prinsip good
Awaliyah (MDTA) di Belajar Madrasah wajib belajar governance terhadap
Kota Medan (Studi Diniyah Takmiliyah Pendidikan Madrasah implementasi
Kasus di Kecamatan Awaliyah (MDTA) Diniyah. kebijakan yang
Medan Marelan). Skripsi. di Kecamatan dikeluarkan
Fakultas Syariah dan Medan Marelan. pemerintah tentang
Hukum Universitas Islam wajib belajar
Negeri Sumatera Utara. Madrasah Diniyah.
- Menggunakan Perda
No. 5 Tahun 2014
Tentang Wajib Belajar
Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah
(MDTA) di Kota
Medan.
3. Iwan Kuswandi, Muh Tentang respon dari Membahas tentang Penelitian teraduhulu
Barid Nizarudin Wajdi, kebijakan penerapan dan ini lebih spesifik pada
Umar al Faruq, dkk, Pemerintah Desa pengawasan pada pembahasan alokasi
Respon Kebijakan terhadap kegiatan pembelajaran dana desa terhadap
Pemerintah Desa pengelolahan dan Pendidikan Madrasah peningkatan
Terhadap Peraturan pengawasan Diniyah. pelayanan publik,
Bupati Tentang Wajib Pendidikan akan tetapi dijelaskan
Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah di Permendesa PDTT
Autentik: Jurnal dan bantuan dana Nomor 11 Tahun 2019
Pengembangan BOSDA dari Tentang Prioritas
Pendidikan Dasar. pemerintah pada Penggunaan Dana
Volume 4. No. 1 Januari penyelenggaraan Desa tahun 2020 yang
2020. wajib belajar secara eskpilit
Pendidikan penggunaan
Madrasah Diniyah. didalmnya tidak
disebutkan.

11
4. Sondil E. Nubatonis, Tetntang upaya Penggunaan prinsip- Penelitian terdauhulu
Sugeng Rusmiwari, Son memprioritaskan prinsip good ini lebih spesifik pada
Suwasono, Implementasi pembenahan kinerja governance dalam penjelasan mengenai
Prinsip-prinsip Good birokrasi pemerintah upaya penerapan dan prinsip-prinsip good
Governance dalam pada pelayanan pembenahan governance terhadap
Meningkatkan Kinerja publik dengan kebijakan pemerintah kinerja organisasi
Organisasi Pelayanan mengedepankan dalam mengatasi pelayanan public.
Publik. Jurnal Ilmu prinsip-prinsip good permasalahan pada
Sosial dan Ilmu Politik. governance. sektor pelayanan
Volume 3. No 1 (2014). publik.
5. Darmnerus Duarmas, Tentang dampak Penggunaan prinsip- Objek penelitian
Patar Rumapea, Welson atau pengaruh prinsip good terdauhulu ini berbeda
Yappi Rompas, Prinsip- penerapan prinsip- governance pada pada sektor pelayanan
prinsip Good prinsip good pembenahan dan publik yang spesifik
Governance dalam governance terhadap penerapan pelayanan pada pelayanan publik
Pelayanan Publik di pelayanan publik di publik. secara umum, bukan
Kantor Camat Kantor Camat pada penerapan sektor
Kormomolin Kabupaten Kormomolin Pendidikan Madrasah
Maluku Tenggara Barat. Kabupaten Maluku Diniyah.
Jurnal Administrasi Tenggara Barat.
Publik. Volume 1.
(2016).

H. Kerangka Teori
1. Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
a. Pengertian Good Governance
Menurut UNDP (United Nations Development Programme) atau Badan
Program Pembangun PBB yang mendefiniskan negara sebagai pelaksanaan
wewenang politik: “governance is defined at the exercise of political, economic,
and administrative autholithy to manage a nation’s affair”. Maksudnya ialah
governance selain sebagai wewenang politik juga menangani kewenangan dalam
administrasi serta mengelola beberapa permasalahan negara. Pelaksanaan
tersebut dapat dikatakan baik jika dilaksanakan dengan efektif, efisien, dan

12
responsive terhadap kebutuhan masyarakat, dalam suasana yang demokratis,
akuntabel dan transparan.17 Dapat dipahami bahwa pengertian dari good
governance adalah sebagai tindakan dan tingkah laku yang didasarkan pada nilai-
nilai positif, bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi
persoalan publik guna mewujudkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa good governance ialah sebuah
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan demokratis.
b. Prinsip-prinsip Good Governance
United Nations Development Progamme mengidentifikasi karakteristik
pada sistem pemerintahan yang baik adalah: “the characteristics of good system
of governance is legitimacy, freedom of association and participation and
freedom of media, fair and established legal frameworks that the enforced
impartially, bereucratic, accountability, and transparency, freely available, and
falid information, effective and efficient public sector management, and
corporation between government civil society organization”.18
Meskipun diawali identifikasi oleh badan-badan internasional seperti
UNDP, namun cita-cita luhur good governance kini sudah menjadi bagian dari
diskusi serius dalam pengembangan paradigma pembangunan kedepan, bahkan
telah menjadi bagian dari berbagai kebijakan pembangunan nasional di era-
reformasi ini. Lembaga Administrasi Negara dari berbagai hasil kajiannya telah
menyimpulkan beberapa aspek fundamental yang menjadi karakteristik good
governance yaitu:19
1) Aturan Hukum (rule of law)
2) Partisipasi (participation)
3) Transparansi (transparency)
4) Responsif (responsiveness)
5) Consensus Orientation
6) Kesetaraan (equity)
7) Efektif dan efisien

17
Agung Hendarto, Good Governance Dan Penguatan Institusi Daerah, (Jakarta: Masyarakat Transparansi
Indonesia, 2002), h. 2.
18
Joko Widodo, Good Governance: Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas Dan Kontrol Birokrasi Orda Era
Disentralisasi Dan Otonomi Daerah, cet. 1, (Surabaya: Insan Cendekia, 2001), h. 25.
19
Agung Hendarto, Good Governance Dan Penguatan Institusi Daerah, (Jakarta: Masyarakat Transparansi
Indonesia, 2002), h. 2.

13
8) Akuntabilitas (accountability)
9) Visi strategis (strategic vision)
2. Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum merupakan teori yang
digagas oleh Soerjono Soekanto, yaitu:20
1) Faktor hukumnya sendiri: Undang-undang
Permasalahan selama ini terhadap penegakan hukum yang berasal dari Undang-
undang disebabkan oleh:
a) Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang;
b) Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk
menerapkan undang-undang;
c) Ketidakjelasan arti kata-kata dalam Undang-undang yang menyebabkan
kesimpangsiuran diantara penafsiran dan penerapannya.
2) Faktor penegak hukum
Yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Penegak
hukum merupakan sebuah panutan dalam masyarakat yang seharusnya
mempunyai beberapa kemampuan tertentu yang sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Penegak hukum juga harus dapat memilih waktu dan lingkungan
yang tepat didalam memperkenalkan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum
yang baru, serta memberikan sikap teladan yang baik.
3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
Tanpa adanya saranan atau fasilitas dalam mendukung penegakan hukum, tidak
akan mungkin penegak hukum menyerasikan antara peranan yang seharusnya
dengan peranan yang aktual.
4) Faktor masyarakat
Yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan. Penegakan
hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian
ditengah masyarakat. Oleh karena itu apabila dilihat dari sudut pandang tertentu,
maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.
5) Faktor kebudayaan

20
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1983), h. 5.

14
Yakni sebagai karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia
didalam pergaulan hidup. Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang mana merupakan konsepsi-
konsepsi abstrak mengenai apa yang dinilai baik sehingga dianuti dan apa yang
dianggap buruk sehingga dihindari.

Kemudian, Soerjono Soekanto memberikan beberapa catatan terhadap hasil teori


atau pemikirannya tersebut yaitu:21

1) Kesimpulan sementara bahwa permasalahan pokok dari penegakan hukum


sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut mempunyai arti penting yang netral sehingga dampak positif dan
negatifnya terletak pada faktor tersebut;
2) Diantara semua faktor tersebut, maka faktor penegak hukum menempati titik
paling sentral. Hal itu disebabkan oleh karena Undang-undang itu disusun oleh
penegak hukum dan penegak hukum dianggap sebagai golongan panutan oleh
masyarakat luas.
I. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan akurat sehingga diyakini dan
tidak diragukan mengenai hasil penelitiannya, maka langkah yang harus dilakukan oleh
peneliti yakni dengan menentukan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah empiris (field
research), lebih tepatnya yuridis-empiris karena terdapat pertentangan antara hukum
dengan penerapannya dan bisa dikatakatn jenis penelitian hukum sosiologis yang
mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyatannya
di masyarakat.22 Adapun datanya berupa deskriptif-analitis (deskriptif research)
yang bertujuan untuk melihat secara langsung penerapan hukum dengan keadaan
masyarakat yang diatur oleh hukum. Penelitian hukum empiris tidak hanya tertuju
pada masyarakat, namun juga tertuju pada para penegak hukum dan fasilitas yang
diharapkan sebagai penunjang pelaksanaan peraturan tersebut.23

21
Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1983),
h. 5.
22
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 15.
23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2005), h. 32.

15
2. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, secara umum
pendekatan yang akan digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif yaitu
pendekatan yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah dengan peneliti menjadi instrument kunci, pengambilan
sampel sumber data secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, sehingga hasil
penelitian kualitatif ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi.24
Menggambarkan bagaiamana implementasi dari sebuah Standar Minimal
Kurikulum Madrasah Diniyah dalam Peraturan Bupati (Perbup) yang berlaku dan
relevansinya terhadap prinsip good governance. Yang menjadi spesifikasi kajian
dalam penelitian ini ialah apakah hukum yang diterapkan pada masyarakat telah
sesuai dengan peraturan yang ada.25 Pendekatan penelitian ini dipergunakan untuk
mengkaji aturan dan kenyataan yang terjadi dilapangan terkait Pasal 8 Peraturan
Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar Pendidikan
Madrasah Diniyah.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana pengambilan sampel penelitian dan
bertujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (proposive) yaitu di Madrasah Diniyah An Nidhomiyah, Desa
Kambinganrejo, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan tempat lokasi
yang diambil oleh peneliti ini didasari karena di Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah
ini terdapat beberapa hal yang mengganjal pada pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar baik dalam aspek administrasi tenaga pendidik dan peserta didik maupun
tidak adanya kepastian mengenai prosedur aturan pemakaian dana dari pemerintah,
serta masih belum ada pengawasan atau pengontrolan dari pemerintah terkait
penyelenggaraan pembinaan sebagai penunjang kualitas SDM (Sumber Daya
Manusia) tenaga pendidik.
4. Sumber Data

24
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 13.
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rienek Cipta, 2002), h. 1.

16
Sumber data adalah sesuatu yang penting dalam kegiatan penelitian dengan
maksud subjek dari mana data diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini diklasifikasikan menjadi:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber utama atau
langsung dari lapangan dan bisa dikatakan data yang bersumber asli. 26 Data
tersebut tidak bisa tersedia dalam bentuk yang sudah terkompilasi atau dalam
bentuk file. Data primer harus diperoleh langsung melalui responden.
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi dan wawancara
dengan Kepala Madin, Ketua Komite Madin, dan Tenaga Pendidik atau Pengajar
di Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian dan data tersebut diperoleh dari informasi yang telah digunakan atau
diolah oleh pihak lain, data yang dihimpun pada data sekunder ini adalah data
valid yang sesuai dengan fokus penelitian berdasarkan beberapa alat bantu seperti
dokumen-dokumen resmi yang merupakan bagian dari data sekunder.27
Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang berasal dari
beberapa sumber seperti beberapa peraturan yaitu, Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 18 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Jo Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar
Pendidikan Madrasah Diniyah, buku, skripsi, dan jurnal.
5. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan penelitian yang sesuai dengan yuridis empiris, maka penulis
mengumpulkan data-data dengan cara berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu kegiatan penelitian
yang dilakukan oleh penulis guna mengumpulkan data dengan cara mengamati

26
Amiruddin and Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum Edisi 1 Cetakan Ke 2, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2016), h. 135.
27
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003), h. 114.

17
fenomena masyarakat tertentu dalam waktu tertentu juga. Adapun tujuan dari
kegiatan observasi ialah:28
1) Memperoleh data yang menyeluruh dari perilaku manusia sesuai dengan
kenyataannya.
2) Memperoleh gambaran yang relatif yang lengkap mengenai perilaku
masyarakat dalam kehidupan sosial.
3) Mengadakan eksplorasi terhadap kehidupan manusia yang diteliti.
Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung di Madrasah
An- Nidhomiyah, Desa Kambinganrejo, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah salah satu kegiatan yang penting dalam penelitian
hukum empiris, karena dengan wawancara penulis akan memperoleh informasi
melalui bertanya langsung pada responden. Wawancara merupakan sutau metode
pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung
guna saling bertukar informasi atau ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga
dapat dibagnun makna dalam suatu topik tertentu. Kegiatan wawancara dapat
dilakukan dengan menggunakan panduan daftar pertanyaan sebelum penulis
mengumpulkan data di lapangan yang biasa disebut dengan metode wawancara
sistematik, yaitu wawancara yang dilakukan dengan pewawancara terlebih
dahulu menyiapkan pedoman tertulis dengan apa yang mau ditanyakan pada
responden.29
Adapun wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan Bapak
Mukhidin selaku Kepala Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah, Bapak Sucipto
selaku Ketua Komite Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah, dan Ustad Muhammad
Saiful Rizal selaku Tenaga Pendidk atau Pengajar di Madrasah Diniyah An-
Nidhomiyah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mencari sumber data sekunder berupa dokumen atau literatur yang berhubungan
dengan penelitian. Bersifat tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga

28
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, h. 168.
29
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, h. 161.

18
memberikan peluang pada penulis untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi
pada waktu sebelumnya.30
Adapun pada penelitian ini, dokumen yang penulis ambil ialah Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 18 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah, buku, skripsi, dan jurnal.
6. Teknik Pengolahan Data
Untuk mengelolah seluruh data penelitian yang telah diperoleh, maka
diperlukan adanya prosedur pengolahan dan analisis data agar memiliki kebenaran-
kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab atau memecahkan suatu
permasalahan.31 Adapun teknik analisis yang digunakan oleh penulis pada penelitian
ini adalah analisis deskriptif kualitatif yakni sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Memilah dan memfokuskan hal-hal pokok yang penting sesuai dengan
rumusan masalah. Dalam Teknik editing ini penulis memeriksa kelengkapan dan
keakuratan data penelitian yang telah diperoleh dari responden yaitu, Ketua
Komite Madrasah Diniyah An-Nidhomiyah, Kepala Madrasah Diniyah An-
Nidhomiyah, dan Tenaga Pendidik atau Pengajar Madrasah Diniyah An-
Nidhomiyah.
b. Klasifikasi (Calssifiying)
Pengelompokkan dilakukan dengan cara menyusun semua data penelitian
yang telah diperoleh dari berbagai sumber, kemudian dikelompokkan
berdasarkan kategori tertentu dan selanjutnya dilakukan pengecekan ulang agar
data yang diperoleh terbukti valid. Klasifikasi ini berguna untuk memilah data-
data yang diperoleh dari informan dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Prioritas dilakukan dengan cara melihat berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 21
Tahun 2016 Tenang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah yang
kemudian disesuaikan dengan hasil responden yang ada di lapangan guna
mempermudah pembaca dalam memahami penelitian.
c. Verifikasi (Verifikasi (Verifiying)

30
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada
MediaGroup, 2012), h. 141.
31
Muslan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM Press, 2009), h. 121.

19
Verifikasi data adalah salah satu metode yang digunakan penulis untuk
memperoleh data yang telah diperoleh dari informan dengan memproses
pemeriksaan data untuk diperoleh suatu hasil kebenaran secara akurat. Penulis
memeriksa dan mensinkronkan dengan melakukan wawancara kepada informan
yang sama dan memberikan pertanyaan yang sama.
d. Analisis (Analyzing)
Data penelitian yang telah didapat yang kemudian dilanjutkan pada
tahapan analisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga dapat
diperoleh pemahaman dengan langkah ini dan dapat menjawab persoalan dalam
penelitian. Analisis adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
mudah untuk dipahami. Proses ini digunakan guna memperoleh gambaran dari
subjek yang diteliti, tanpa harus diperinci secara detail.32
e. Kesimpulan (Concluding)
Tahapan terakhir yakni kesimpulan, yaitu menyimpulkan bahan-bahan
yang telah terkumpul dan disusun sehingga mempermudah nanti penjabarannya
seperti hasil wawancara, dokumentasi, dan pedoman hukum yang sesuai dengan
penelitian. Kesimpulan juga bertujuan guna menjawab latar belakang yang telah
dipaparkan sebelumnya, yaitu menjelaskan bagaimana penerapan kebijakan
Peraturan Bupati Pasuruan pada penyelenggaran Wajib Belajar Pendidikan
Madrasah Diniyah dan menghubungkan pada prinsip good governance.
J. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pada bab I meliputi latar belakang tentang permasalahan penerapan Perbup pada
penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Diniyah, batasan masalah untuk membatasi
kajian penelitian ini, adanya rumusan masalah guna merumuskan masalah yang akan
dikaji oleh peneliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,
penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan. Pada bagian ini ditujukan sebagai tahap
pendahuluan penelitian dan deskripsi permasalahan serta kerangka awal yang memuat
dasar teoritis.
Pada bab II berisi sub bab landasan teori yang akan digunakan untuk pondasi
dasar jawaban dari latar belakang dan permasalahan penelitian yang akan diteliti.
Dengan adanya kerangka teori, yang didalamnya terdapat teori-teori atau konsep-

32
LKP2M, Research Book for LKP2M, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2005), h. 60.

20
konsep yuridis sebagai landasan teori untuk pengkajian atau analisis masalah guna
menganalisis setiap permasalahan yang dibahas dalam penelitian dan juga sebagai
perbandingan dalam penelitian ini. Dari landasan teori ini diharapkan sedikit
memberikan gambaran atau merumuskan suatu permasalahan dalam penelitian. Pada
bab ini membahas tentang teori dari pengertian good governance, prinsip-prinsip good
governance menurut UNDP dan yang terakhir teori faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum oleh Soerjono Soekanto. Dimana kajian teori ini disesuaikan dengan
permasalahan dan lapangan yang diteliti. Sehingga teori tersebut dijadikan sebagai alat
analisis untuk mejelaskan dan memberikan interpretasi bagian data-data penelitian
yang telah terkumpul.
Pada bab III berisi tentang metode penelitian yang merupakan salah satu
langkah umum dan bagian penting yang harus dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan
penelitian berupa jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber
data, metode pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data. Pada penelitian Perbup
Nomor 21 tahun 2016 di Kabupaten Pasuruan dimulai dengan mencari permasalahan
atau isu hukum yang akan menjadi titik fokus penelitian.
Pada bab IV setelah data penelitian diperoleh dan diproses dalam beberapa
tahapan penelitian, selanjutnya menguraikan paparan data dan hasil dari penelitian dan
pembahasan yang berisi tentang implementasi Perbup Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah Diniyah dan relevansinya dengan good
governance, serta prinsip-prinsip yang ada dalam good governance di Madrasah
Diniyah An-Nidhomiyah Desa Kambinganrejo, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Pada bab V yang merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan
hasil dari penelitian ini secara keseluruhan, sehingga dari kesimpulan ini diharapkan
memberikan kesan mudah bagi para pembaca untuk memahami penelitian ini.

21
K. Daftar Pustaka
Undang-Undang
Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016. Tentang Wajib Belajar Pendidikan Madrasah
Diniyah.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18. Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014.
Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan di Kabupaten.
Buku

Abdurrahman, Muslan, Metode Penelitian Hukum (Malang: UMM Press, 2009)

Afrianus, Ada, “Beda Perbup, Perda dan Instruksi Bupati dalam Perspektif Hukum,” Jurnal
Faktual.Id, 2019

Amiruddin, dan Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum edisi 1 cetakan ke 2 (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2016)

Anwar, Khoirul, “Telaah Wajib Madrasah Diniyah Di Kabupaten Pasuruan,” Jurnal


Akademika, 1.3 (2019), 17–34

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rienek
Cipta, 2002)

Bupati, Peraturan, Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Wajib Belajar
Pendidikan Madrasah Diniyah (Indonesia, 2016), X, 1–21

Dewata, Mukti Fajar Nur, dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris

Duarmas, Darmanerus, Patar Rumapea, dan Welson Yappi Rompas, “Prinsip-Prinsip Good
Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kantor Camat Kormomolin Kabupaten Maluku
Tenggara Barat,” Jurnal Administrasi Publik, 1 (2016), 9

Hendarto, Agung, Good Governance dan Penguatan Institusi Daerah (Jakarta: Masyarakat
Transparansi Indonesia, 2002)

Kuswandi, Iwan, Muh Barid Nizarudin Wajdi, Umar Al Faruq, Zulhijra, Khairudin, dan
Khoiriyah, “Respon Kebijakan Pemerintah Desa terhadap Peraturan Bupati Tentang
Wajib Madrasah Diniyah,” Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 4

22
(2020), 7–14

LKP2M, Research Book for LKP2M (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2005)

Lubis, Raynaldi Chisara, “Implementasi Perda No. 5 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) di Kota Medan (Studi Kasus di
Kecamatan Medan Marelam),” Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2018)

Noor, Juliansyah, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah (Jakarta:
Kencana Prenada MediaGroup, 2012)

Nubatonis, Sondil E, Sugeng Rusmiwari, Son Suwasono, Program Studi, Ilmu Administrasi,
dan Universitas Tribhuwana Tunggadewi, “Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik,” JISIP: Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3.1 (2014), 16–20

Peraturan Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Pasuruan, 2014, VII, 219–32

Soekanto, Soerjono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1983)

———, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2005)

Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung: Alfabeta,


2013)

Suhro, “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 Dan
Relevansinya Dengan Good Governance (Kajian Ketatanegaraan Islam)” (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009)

Sumarto, Hetifah SJ, Inovasi, partisipasi, dan good governance: 20 prakarsa inovatif dan
partisipatif di Indonesia, 2 ed. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009)

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Grafindo Persada, 2003)

Undang-Undang, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional, 2017, II, 39–45
<https://doi.org/10.24967/ekombis.v2i1.48>

Usman, Nurdnin, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo
23
Persada, 2004)

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 2002)

Widodo, Joko, Good Governance: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi
Orda Era Disentralisasi dan Otonomi Daerah (Surabaya: Insan Cendekia, 2001)

Skripsi

Suhro. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2004 Dan
Relevansinya Dengan Good Governance (Kajian Ketatanegaraan Islam). Skripsi.
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).

Lubis, Raynaldi Chisara. Implementasi Perda No. 5 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Di Kota Medan (Studi Kasus Di
Kecamatan Medan Marelam). Skripsi. (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara, 2018).

Jurnal

Afrianus, Ada. Beda Perbup, Perda Dan Instruksi Bupati Dalam Perspektif Hukum. Jurnal
Faktual.Id. (2019).

Duarmas, Darmanerus, Patar Rumapea, dan Welson Yappi Rompas. Prinsip-Prinsip Good
Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kantor Camat Kormomolin Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Jurnal Administrasi Publik. Volume 1 (2016).

Kuswandi, Iwan, Muh Barid Nizarudin Wajdi, Umar Al Faruq, Zulhijra, Khairudin, dan
Khoiriyah. Respon Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peraturan Bupati Tentang
Wajib Madrasah Diniyah. Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Volume
4. (2020).

Nubatonis, Sondil E, Sugeng Rusmiwari, Son Suwasono, Program Studi, Ilmu Administrasi,
dan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. JISIP: Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Volume 3.1. (2014).

24

Anda mungkin juga menyukai