Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM

MEWUDUKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK


“GOOD GOVERNMENT”

DOSEN PENGAMPU
FAJRIAWATI SH, M.H

OLEH: KELOMPOK 5
FINGKAN SABILLIYANI CHANIAGO 2205160070
HANNY ALVI SAHRINA HARAHAP 2205160386
DISA MAULIDINA 2205160419
SYAFIRA VIRNA 2205160406
TEUKU AQNUS 2205160424
RIDWAN MAULANA 2205160404

H2 MANAJEMEN
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKNOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No 33 Tahun 2014, tentang Pemerintah Daerah, menggunakan penekanan
penempatan otonomi daerah pada Kabupaten/Kota berdasarkan Asas Desentralisasi serta
Asas Tugas Pembantuan menggunakan memberikan wewenang serta keleluasaan pada
wilayah Kabupaten/Kota untuk membentuk lembaga perangkat daerah dan melaksanakan
kebijakan menurut prakarsa, aspirasi masyarakat sinkron dengan kondisi serta
keanekaragaman masing-masing wilayah. Salah satu faktor mayoritas yang bisa mendukung
keberhasilan aplikasi otonomi daerah ialah sistem pemerintahan yang memenuhi kriteria
good governance. Peranan good governance dalam otonomi daerah sangat krusial, serta ke-
berhasilan pemerintahan daerah nantinya akan dipengaruhi oleh adanya sinergi keterlibatan 3
(tiga) sektor: State, Private Sectordan Society dalam sistem pemerintahan wilayah itu sendiri
pada suatu aktivitas kolektif untuk mengoptimalisasikan sumber daya yang dimiliki, seba-
gaimana yang kemukakan oleh Hughes dan Ferlie, dkk dalam Osborne dan Gaebler, (1992)
yang merupakan kritik serta koreksi terhadap kerangka berpikir manajemen publik terdahulu,
yang dianggap kurang efektif dalam memecahkan dilema, memberikan pelayanan publik, ter-
masuk menciptakan masyarakatnya menggunakan kata lain terjadi sinergi dalam prosedur
pengelolaan asal daya ekonomi dan sosial yang melibatkan dampak sektor negara dan sektor
non pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif pada daerah Networking (kerjasama)
antar wilayah dalam rangka memanfaatkan "keunggulan komparatif/keunggulan kompetitif"
yang dimiliki oleh masing masing wilayah sangat diharapkan, sebagai akibatnya terbentuk
kerjasama menguntungkan yang bersifat positif dan saling memperkuat antar wilayah,
melalui manfaat Sharing of experiences, bahwa dengan adanya kerjasama, maka masing-mas-
ing daerah akan bisa belajar/berbagi pengalaman untuk saling memanfaatkan, menggunakan
demikian kesalahan/kesulitan kesulitan yang telah dialami tidak akan terulang lagi.
(Putra Kelana, 2020)

Sharing of Bennefits, melalui adanya kerjasama yang baik maka potensi-potensi yang
dimiliki masing-masing daerah akan jelas terbudidayakan secara proporsional. Sharing of
Burdens, sejalan menggunakan prinsip Sharing of Bennefits, maka biaya operasional dalam
perjuangan bersama tentunya pula akan dipikul secara bersama-sama juga secara pro-
porsional pula. Dikarenakan untuk membangun kondisi kondisi yang good governance itu
bukanlah sesuatu hal yang simpel, sekaligus mampu menciptakan pemerintahan yang
efisiensi dan efektifitasnya tinggi, dibutuhkan penataan kelembagaan yang tidak hanya
menganut filosofi miskin struktur kaya fungsi, akan tetapi juga meperhatikan/serius pada ak-
ibat (hasil berupa pelayanan yang maksimal), sesuai dengan mandatnya sebagai penye-
lenggaraan Pemerintahan di daerah, apapun urusan dan kewenangannya sebagai aparatur
daerah. (Putra Kelana, 2020)

B. Rumusan Masalah
1. Kinerja pemerintah dalam memberikan solusi yang baik di beberapa daerah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mensejahterakan Masyarakat
1.1 Peran BNNK Pidie pada Mewujudkan Aksi P4GN pada Mewujudkan Ketahanan keluarga
Terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja
Peran BNNK Pidie dalam mewujudkan aksi P4GN pada kalangan masyarakat dalam
mewujudkan ketahanan keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja
masih perlu kita perhatikan lagi terutama bagi keluarga sendiri dan pula pemerintah.
Beberapa tahun belakang buat pengunaan narkoba di kabupaten pidie masih sangat tinggi, na-
mun bukan hanya pengguna tetapi pula pengedar dan juga bandar. BNNK Pidie pada
menanggapi permasalahan ini melakukan banyak sekali upaya agar dapat mengurangi tingkat
penggunaan narkoba terutama pada remaja. BNNK Pidie berusah mendekati rakyat menggu-
nakan cara melakukan banyak sekali program yang guna buat menerima simpati asal rakyat
tentang perkara narkotika yang sedang merebak dimana-mana. aktivitas-kegiatan tersebut
bertujuan buat memberikan pemahaman kepada rakyat terutama keluarga tentang pengaruh
jelek dan bahayanya narkoba. Melalui kegiatan Ketahanan keluarga yang diselenggarakan
oleh BNNK Pidie yang berupa pemeberian materi-materi tentang narkotika, maka kiprah asal
BNNK Pidie telah bisa terlihat menggunakan kentara menggunakan berusaha untuk
menyampaikan edukasi pada warga terutama keluarga supaya dapat mengawasi anak rema-
janya supaya tidak terjerumus kedalam narkoba, karena mirip yang kita ketahui keluarga
ialah sekolah pertama bagi anak serta BNNK Pidie mulai mendekati sumber ilmu pertama
bagi anak selanjutnya memberi pengetahuaan buat terus mengawasi anak remaja dalam se-
tiap keluarga. Adapun peran yang telah dijalankan oleh BNNK Pidie artinya menjadi berikut
(Misnawati et al., 2023) :
1. Mensosialisasikan bahaya narkoba kepada generasi muda di lingkungan sekolah
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman dan untuk mengem-
bangkan keterampilan kaum muda yang cocok untuk kreasi. Persahabatan adaptif dalam
perlawanan terhadap penyalahgunaan zat. Peserta dilengkapi dengan materi tentang per-
aturan pengawasan obat, Tugas anak muda dalam penegakan hukum didukung oleh De-
wan Kota Sigli Dalam Pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan pola hidup
bersih. Kegiatan Hal ini juga harus mendorong soft skill generasi muda untuk campur tan-
gan melawan kecanduan narkoba di lingkungan mereka sendiri.
2. Sosialisasi resistensi keluarga terhadap penyalahgunaan zat.
Program Ketahanan Obat Keluarga adalah salah satu programnya prioritas nasional
BNN adalah menciptakan keluarga bebas kekerasan dan peredaran gelap narkoba sebagai
bagian dari upaya mewujudkan desa yang bersih sampah Departemen Pencegahan dan
Pemberdayaan Masyarakat BNNK Pidi dilaksanakan berpartisipasi dalam program keta-
hanan keluarga kecanduan narkoba 4 kali dalam 2 tahun setiap minggu Diantaranya ada
20 peserta, termasuk 10 ibu-ibu dan 10 anak. Tujuan dari intervensi anti-resistensi obat.
Keluarga adalah mendorong seluruh anggota keluarga, baik orang tua maupun anak,
untuk berkembang kualitas keterampilan hidup seperti keterampilan mengasuh anak,
keterampilan hidup anak terkait bahaya kecanduan narkoba dan penggunaan model
kehidupan keluarga yang sehat. Keluarga adalah titik awal terbaik untuk melahirkan nilai-
nilai moral, baik sosial maupun agama. Orang tua punya peran tanamkan secara strategis
nilai-nilai tersebut di benak anak tempat terbentuknya kebiasaan orang tua menerapkan
aturan dalam kehidupan sehari-hari sebagai model anak itu bertahan hingga remaja dan
dewasa dengan harapan keluarga bisa Lead by example, seperti yang diharapkan anak
muda (BNKP 2022:1).
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi, adalah serangkaian, proses pemulihan. Pengiriman layanan rehabilitasi
yang efektif dan berkualitas tinggi memiliki efek positif yaitu mengurangi peredaran
narkoba, mengurangi kerugian pemerintah akibat narkoba dan untuk meningkatkan kual-
itas hidup, masyarakat. Rehabilitasi juga merupakan sebuah proses pemulihan kecanduan
narkoba yang komprehensif, termasuk aspek biopsikososial dan psikologis, sehingga
membutuhkan waktu, kemauan, kesabaran, pembelajaran berkelanjutan, yaitu rehabilitasi
medis, dan sosial rehabilitasi. Medis adalah proses mengeluarkan zat dari tubuh, rehabili-
tasi sosial adalah sebuah proses pemulihan terpadu yang mencakup aspek fisik dan mental
sehingga pecandu dapat melanjutkan, misi sosialnya di masyarakat.
BNNK Pidie memiliki agen khusus untuk menangani masalah rehabilitasi, sehingga
pembaharuan meliputi penyiapan materi, koordinasi pembuatan rencana strategis dan ren-
cana kerja tahunan, pengarahan teknis P4GN dan penilaian ketergantungan, obat obatan,
peningkatan kapasitas fasilitas rehabilitasi medis dan rehabilitasi, sosial pengguna narkoba
yang diselenggarakan oleh negara dan masyarakat semakin meningkat setelah layanan re-
habilitasi dan kapasitas dukungan, penilaian masyarakat dan pada Laporan kabupaten di
bidang rehabilitasi tata cara pengajuan permohonan rehabilitasi untuk pecandu,
pecandu anak, orang tua atau wali yang sah penyalahguna narkoba di bawah umur dapat
menggunakan puskesmas, rumah sakit dll. Untuk pengobatan atau perawatan rehabilitasi,
medik, dan harus memberitahukan fasilitasnya rehabilitasi social. Dalam rehabil-
itasi mereka mencapai beberapa tujuan, ketergantungan fisik dan kebebasan dari penarikan
dan kebebasan ketergantungan, psikologis dengan mengatasi gejala putus zat dan mence-
gah terjadinya obat BNN Kabupaten Pidie juga secara tegas berwenang menyediakannya
rehabilitasi, medis dan sosial pecandu narkoba (Viravuda 2020:255).
1.2 Peranan puskesmas dalam upaya mengurangi kasus stunting melalui program Sanitasi To-
tal Berbasis Masyarakat (STBM)
Peran puskesmas dalam penelitian ini yakni meliputi sumber daya manusia, sarana serta
prasarana, pendanaan, pelaksanaan, pelaporan. Sesuai yang akan terjadi penelitian, peran
puskesmas khususnya pada asal daya manusia, dilakukan oleh kepala puskesmas,
nutrisionist, sanitarian, promotor kesehatan, yang dibantu oleh kader kesehatan, bidan,
fasilitator kecamatan. Pada hal ini ketersediaan sdm pada pelaksanaan acara STBM sudah
sesuai menggunakan panduan Perbup STBM No 4 Tahun 2020, berdasarkan hasil penelitian
bahwa ketersediaan sdm pada tim program STBM sudah relatif serta sudah sinkron dengan
pedoman yang dipergunakan. Pendidikan terakhir dari nutrionist, sanitarian dan promotor
kesehatan merupakan sarjana. Hal ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan oleh
Candrarini tahun 2020 memberikan bahwa peran pasif puskesmas khususnya di sumber daya
manusia, dilakukan oleh Sanitarian, penganjur Kesehatan, dan kepala Puskesmas yang
dibantu oleh ketua Desa, Bidan Desa, Petugas/ Kader Kesehatan Desa. Dalam hal ini
ketersediaan sdm pada aplikasi acara STBM pilar Stop BABS telah sinkron menggunakan
pedoman. Pembagian tugas dan wewenang taraf puskesmas melalui koordinasi. Adanya ko-
ordinasi yang kentara serta kolaborasi pada bagian gizi, kesehatan lingkungan serta ke-
naikan pangkat kesehatan. Anggota tim program STBM maka tidak terjadi tumpang tindih
tugas pekerjaan di program STBM. Pelatihan atau koordinasi taraf Puskesmas dilakukan
seminggu sekali dan pembinaan atau koordinasi taraf desa dilakukan sebanyak 2 kali dalam
sebulan, sesuai akibat penelitian ditemukan bahwa waktu pelaksaan STBM melalui taha-
pan pemicuan, advokasi, pemetaan, dan lainnya, sumber daya manusia pelaku pemicuan
STBM dilatih melalui kegitatan training asal Fasilitator STBM Kabupaten, lalu asal
puskesmas akan melakukan sosialisasi kepada kader kesehatan/kesehaan lingkungan taraf
desa, dan kader menyampaikan ke warga menggunakan beberapa metode seperti penyam-
paian info STBM melalui handphone, rapat koordinasi, dasawisma, dan lain seba -
gainya. Kegiatan tersebut telah sesuai menggunakan Permenkes RI nomor 3 tahun 2014
yang menyatakan bahwa dalam mendukung penyelenggaraan STBM pemerintah daerah
kabupaten/kota bertanggung jawab pada mengadakan pembinaan teknis bagi petugas serta
rakyat kecamatan serta atau desa/kelurahan. (Rahmuniyati, 2020)
Berdasarkan pendapat informan bahwa STBM menuju arah perubahan sikap untuk
perubahan lingkungan secara individu yg artinnya individu melakukan suatu perubahan.
STBM artinya pendekatan buat membarui perilaku bersih serta saniter melalui pember-
dayaan rakyat dengan cara pemicuan. STBM diatur dalam Permenkes No. 3 Tahun 2014 per-
ihal Sanitasi Total Berbasis warga . STBM bertujuan untuk mewujudkan sikap rakyat yang
bersih dan saniter secara berdikari dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan rakyat
yang dengan tinggi-tingginya. Selama penyelenggaraan STBM, warga dipicu serta difasili-
tasi oleh energi kesehatan, kader, Pemerintah Daerah, juga fasilitator-fasilitator pember-
dayaan rakyat lainnya buat menemukan sendiri persoalan kesehatan yang mereka anggap
penting dan kemudian menetapkan perubahan sikap hayati bersih dan sehat yang akan
mereka lakukan. Perubahan sikap yang dibutuhkan di dalam STBM adalah perubahan sikap
total, yang tidak hanya dilakukan oleh satu orang tetapi dilakukan oleh seluruh keluarga.
Dinas Kesehatan memberikan dukungan penuh pada pelaksanaan STBM ditingkat
puskesmas baik berupa finansial dan moril, banyak sekali pihak terlibat pada memberikan
dukungan pada puskesmas pada mengawal acara STBM ini. Dinas Kesehatan, kader,
fasilitator seluruh memberikan dukungan moril serta finasial. sumber pendanaan asal dari
BOK, APBD, serta lain –lain. (Rahmuniyati, 2020)
1.3 Peran pemerintah daerah dalam membantu UMKM pada masa pandemi Covid-19
UMKM perlu mendapatkan prioritas sebab dominasi dan perannya pada perekonomian
nasional relatif besar (Pakpahan, 2020). Tiga peran krusial UMKM pada perekonomian
yaitu sarana buat pengentasan kemiskinan, sarana pemerataan ekonomi rakyat mungil,
berkontribusi dalam perolehan devisa negara (Prasetyo & Huda, 2019). UMKM
menjadi galat satu sektor yang terdampak cukup parah.,dampak pandemi Covid-19,
8,76% perusahaan berhenti beroperasi, 24,31% mengurangi kapasitas usaha. Pendapatan
dunia perjuangan menurun 82,85% dengan penurunan 82,29% (UMB) serta
84,20% (UMK). Pengurangan pegawai terbesar pada industri manufaktur 52,23%,
konstruksi 51,37% serta akomodasi serta makan minum 50,52% (BPS, 2020).
Setiawan 2020 menyampaikan sampai dengan 17 April 2020, 37.000 UMKM terdampak
pandemi Covid-19. Rilis data tadi, menjelaskan kesulitan UMKM selama pandemi yaitu
(Wanodyatama Islami et al., 2021):
1) Turunnya penjualan karena menurunnya aktifitas masyarakat pada luar rumah,
2) Keterbatasan modal karena rendahnya perputaran kapital karena penjualan turun,
3) Distribusi produk terhambat karena pembatasan distribusi produk,
4) Kesulitan bahan baku sebab ketergantungan bahan standar pada industri lain (Febran-
tara, 2020).
Skema perlindungan serta pemulihan UMKM yang dilakukan pemerintah berupa stimulus
fiskal dan moneter mencakup:
1. Donasi Sosial bagi UMKM yang masuk pada kategori miskin dan rentan terdampak
Covid-19. Pelaku UMKM dalam skema ini masuk menjadi penerima donasi sosial berasal
pemerintah. Skema bantuan sosial juga temasuk penurunan tarif listrik 50% untuk pelanggan
listrik 450 watt (Arifin, 2020).
2. Insentif Perpajakan dengan pengenaan tarif PPh nol%, bagi UMKM menggunakan omset
kurang dari Rp 4,8 miliar per tahun Fasilitas ini belum poly dimanfaatkan UMKM. Setiawan
(2020)
3. BLT UMKM atau Banpres Produktif atau bantuan Produktif usaha Mikro (BPUM) buat
UMKM yang belum pernah mendapat pembiayaan asal lembaga keuangan atau simpanan
pada bank atau pada lembaga keuangan pada bawah Rp 2 juta, bantuan yg diberikan sebesar
Rp 600 ribu/bln selama 4 bulan.
4. Perluasan Pembiayaan investasi, modal kerja UMKM menggunakan kredit lunak. Kebi-
jakan ini dibutuhkan buat menjaga likuiditas UMKM (Pakpahan, 2020), acara ini buat 23
juta UMKM yg belum pernah mendapatkan pembiayaan baik yg "bankable" maupun "un-
bankable” (Setiawan, 2020b).
5. Penyediaan Penyangga Produk dalam ekosistem UMKM. Produk bidang pertanian
perikanan, makanan dan industri rumah tangga perlu dukungan penyangga buat memastikan
serapan produk sehingga menjamin perputaran persediaan produk Kebijakan ini lebih
bermanfaat Jika diiringi menggunakan layanan commerce di daerah penyangga.
6. Kebijakan Relaksasi serta Restrukturisasi Kredit bagi UMKM sebagai respon, non-fiskal
pemerintah memberikan keringanan kredit khususnya pekeria informal (ojek online, sopir
taksi pelaku UMKM, nelayan, penduduk menggunakan penghasilan harian) (Maftuchan,
2020).
Pemerintah melalui K/L jua melakukan program intervensi guna membantu
UMKM bangkit melawan pandemi Covid-19 melalui (Wanodyatama Islami et al., 2021):
1. Training E-learningyang bersifat skilling dan re-skilling bagi 5,6 juta tenaga kerja
terdampak khususnya di sektor perjuangan mungil dan mikro.
2. Penerapan Protokol Kesehatan menjadi tindak lanjut ketentuan Kemenkes (2020)
perihal protokol pencegahan Covid-19 di area publik khususnya buat sektor jasa
serta perdagangan
3. Acara UMKM Go Online yangPer 26 November 2020, Jumlah UMKM yg telah
memasuki ekosistem digital sudah mencapai 10,25 juta melampaui sasaran acara 10
juta UMKM Go Digital pada Tahun 2020.
4. Pembinaan Online yang menyasar 4 juta UMKM menggunakan tujuan:
 memberikan solusi sekaligus medium belajar dan pembinaan yang mudah, aplikatif,
serta menyenangkan
 menyampaikan kemudahan akses terhadap sumber materi peningkatan ketrampilan
serta wawasan
 menaikkan sdm UMKM, pelaku KUKM dapat bertahan, berinovasi, serta
memperbaharui taktik pemasaran di masa pandemi Covid-19
5. Perkenalan sistem QRIS sebagai terobosan waktu belanja daring menjadi pilihan di ten-
gah masa darurat Covid-19. Para pelaku UMKM yang "go online" perlu terobosan cara
pembayaran yang safety dan simpel. Sistem baku QR Nasional "QRIS" diresmikan oleh
Bank Indonesia serta efektif berlaku per 1 Januari 2020. UMKM dapat memakai QRIS
buat pembayaran non tunai saat usaha melalui e-commercemenjadi primadona pada
masa pandemi Covid-19. (Wanodyatama Islami et al., 2021)
1.4 Peranan Pemerintah daerah dalam pembangunan infrastuktur
Pembangunan dilakukan dengan dua pendekatan, yakni pendekataan top down dan
bottom-up. Pendekatan pembangunan top down (dari atas ke bawah) masih diperlukan,
khususnya untuk program program pembangunan yang bersifat vital atau terkait dengan
kepentingan orang banyak atau yang merupakan pelayanan antar wilayah, sedangkan pen-
dekatan bottom-up. Perencanaan semacam ini membuat masyarakat langsung yang
menentukan apa yang direncanakan, dengan cara apa akan dilakukan dan yang paling
menjadi dasarnya adalah perencanaan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa itu
sendiri sehingga kegunaan dari pembangunan yang akan dilaksanakan akan sangat berarti
dan berguna bagi kebutuhan masyarakat desa tersebut. Infrastruktur berarti prasarana atau
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses baik itu
usaha, pembangunan, dll. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda
penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Agar jelas ruang lingkup
pembangunan infrastruktur dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Pembangunan
infrastruktur transportasi pedesaan guna mendukung peningkatan aksesibilitas masyarakat
desa, yaitu, jalan, jembatan, tambatan perahu. Pembangunan infrastruktur yang
mendukung produksi pertanian yaitu :irigasi pedesaan. Pembangunan infrastruktur yang
mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, meliputi : penyediaan air minum,
sanitasi pedesaan, ketenteraman dan keamanan. Dengan demikian, suatu perencanaan san-
gatlah penting dalam pembangunan karena tanpa adanya perencanaan yang matang maka
suatu pembangunan tidak akan berjalan dengan baik atau apa yang menjadi harapan
bersama tidak dapat terselenggara sesuai peran pemerintah Desa Dalam Pembangu-
nan Infrastuktur Desa Pemerintahan desa, di dalam peraturan Pemerintah No. 72 Tahun
2005 menyatakan bahwa pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelengggaraan pemerintahan desa. Se-
bagai unsur penyelenggara pemerintah desa, maka pemerintah desa pada hakikatnya mem-
punyai tugas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. oleh karena itu, dicermati asal segi fungsi maka pemerintah desa mem-
punyai fungsi menjadi berikut yaitu (Sarah Simbolon dkk et al., 2021):
1. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa
2. Melaksanakan pembangunan serta pelatihan kemasyarakatan;
3. Melaksanakan training perekonomian desa
4. Melaksanakan pelatihan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat
5. Melaksanakan training ketenteraman serta ketertiban rakyat buat menumbuhkan ke-
sadaran rakyat desa akan pentingnya perjuangan usaha pembangunan menjadi wa-
hana untuk memperbaiki syarat sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga
desa dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin desa
khususnya pimpinan serta kepemimpinan pemerintah desa atau kepala Desa. (Nur-
giansah, 2020)
1.5 Peranan pemerintah daerah Kabupaten Lamongan dalam upaya mengurangi angka
pernikahan dini
a. Upaya DP3A melalui program bina remaja
Program bina Remaja merupakan aktivitas penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas
Pemberdayaan perempuan dan proteksi Anak (DP3A) Kabupaten Lamongan yang tar-
getnya artinya peserta didik-siswi pada semua Kabupaten Lamongan, kegiatan ini di -
laksanakan terencana dengan mendatangi sekolah-sekolah pada Kabupaten Lamongan,
kegiatan ini adalah keliru satu aktivitas yang dilaksanakan sang Dinas P3A Kabupaten La-
mongan buat dapat memberikan edukasi kepada remaja tentang pertarungan remaja yang
perlu dihindari. Dinas P3A Kabupaten Lamongan saat ini sedang berusaha untuk men-
jangkau peserta didik-siswi pada semua wilayah Kabupaten Lamongan buat dapat mem-
berikan edukasi serta informasi seputar pencegahan penggunaan NAPZA, pornografi, serta
pencegahan pernikahan dini. Hal ini juga diperkuat oleh penjelasan dari ketua Bidang
Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk serta famili Berencana (Dinas
PPKB) Kabupaten Lamongan yg sangat mendukung acara dari Dinas P3A tadi. program
bina Remaja milik Dinas P3A Kabupaten Lamongan memiliki manfaat yang besar pada
memperbaiki serta meningkatkan kualitas sdm pada Lamongan, melalui acara tadi maka
peserta didik-siswi tidak hanya mengetahui dampak yang akan mereka dapatkan saat
memutuskan buat menikah dini, tetapi jua mendapatkan info tentang pertarungan lain
seperti NAPZA dan pornografi. Selain itu acara bersinar-sinar Remaja juga dibutuhkan da-
pat terus memberdayakan remaja pada Kabupaten Lamongan, menjadi program unggulan
Dinas P3A yang bisa terus berjalan buat mencerdaskan sdm pada Kabupaten Lamongan,
serta menjadi model bagi instansi lain. (Noval Lestari & Retno Herawati, 2021)
b. Upaya DP3A melalui Pembentukan PUSPAGA (Pusat Pembinaan Keluarga)
Pemda Kabupaten Lamongan melalui Dinas P3A menjadi organisasi perangkat daerah
(OPD) membuat sebuah fasilitas yg bisa dipergunakan oleh warga Kabupaten Lamongan
bernama sentra Pembelajaran keluarga (PUSPAGA). PUSPAGA ialah unit layanan bagi
keluarga yang mengalami dilema. Selain menjadi unit layanan, PUSPAGA jua artinya
pelaksanaan mandat Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah daerah bahwa
urusan Pemberdayaan wanita serta proteksi Anak dimana artinya urusan wajib non
pelayanan dasar seperti di pasal 11 ayat dua yang melingkupi Sub Urusan Kualitas kelu-
arga. PUSPAGA adalah kawasan pembelajaran buat meningkatkan kualitas kehidupan
keluarga yang dilakukan oleh tenaga profesi melalui peningkatan kapasitas orang tua/kelu-
arga atau orang yang bertanggung jawab terhadap anak dalam menjalankan tanggung jawab
mengasuh dan melindungi anak supaya tercipta kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan,
keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap serta berkelanjutan demi kepentingan terbaik
anak, termasuk proteksi dari kekerasan, pemaksaan, pendayagunaan, perlakuan keliru dan
penelantaran. PUSPAGA menjadi unit layanan keluarga buat memampukan para orang
tua buat bertanggung jawab serta berkewajiban mulai berasal mengasuh, mendidik, melin-
dungi anak, menumbuh kembangkan minat bakat anak, mencegah perkawinan usia anak
serta membentuk karakter dan nilai-nilai budi pekerti, hal ini sinkron dengan amanah Pasal
26 Undang-Undang No 35 Tahun 2014 wacana perubahan Atas UU nomor 23 Tahun 2002
tentang proteksi Anak. Layanan PUSPAGA di Kabupaten Lamongan dibentuk pada tahun
2020, layanan ini berfungsi menjadi One Stop Service/Layanan Satu Pintu kelu -
arga holistik Integratif Berbasis Hak Anak. Dua jenis layanan yang harus dimiliki PUS-
PAGA adalah layanan Konseling/Konsultasi dan layanan berit, pada menjalankan program-
nya layanan PUSPAGA Kabupaten Lamongan dijalankan oleh energi profesi Psikolog/
Konselor. PUSPAGA ketika ini terus beroperasi dan setiap tahunnya terus mengalami pen-
ingkatan jumlah rakyat yg menggunakan jasa layanannya, hal ini memberikan bahwa PUS-
PAGA sudah sebagai layanan yang dianggap oleh rakyat Kabupaten Lamongan buat
berkonsultasi tentang permasalahan yang ada pada keluarga. -
(Noval Lestari & Retno Herawati, 2021)

c. Upaya DP3A dengan DPPKB melalui pemaksimalan komunikasi informasi dan edukasi
mengenai pendewasaan usia pernikahan (PUP)
Pendewasaan usia perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia di perkaw-
inan pertama yaitu usia minimal 21 tahun bagi wanita serta 25 tahun bagi laki-laki, dimana
di batasan usia ini disebut sudah siap menghadapi kehidupan keluarga berasal sisi kese-
hatan dan perkembangan emosional. Mengetahui hal tersebut, Djuwari Tarno, Susu Kental
Manis. MM.Kes selaku ketua Dinas P3A Kabupaten Lamongan menindaklanjuti adanya
program PUP tersebut dengan menggandeng beberapa Instasi, salah satunya ialah meng-
gunakan Dinas Pengendalian Penduduk serta keluarga berencana yang memiliki kewenan-
gan dalam pengendalian penduduk pada Kabupaten Lamongan. Selain itu juga menggan-
deng instansi non-pemerintahan guna memaksimalkan komunisasi info dan edukasi men-
genai PUP, salah satunya merupakan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Universitas
Islam Lamongan dengan Dinas P3A serta Dinas PPKB Kabupaten Lamongan mengenai
Pendewasaan Usia Perkawinan. Perjanjian tersebut bertujuan buat memaksi-
malkan publikasi mengenai informasi Pendewasaan Usia Perkawinan pada Kabupaten
Lamongan sebagai akibatnya angka pernikahan dini di Kabupaten Lamongan diharapkan
akan mengalami penurunan, buat itu diharapkan publikasi yang lebih masif dengan dukun-
gan oleh aktor lain selain pemerintah, yakni seperti Instansi Pendidikan, media, dll. Seba-
gai akibatnya selanjutnya perjanjian kerjasama tentang PUP ini akan kembali dilak-
sanakan dengan instansi lain yg mempu membantu komunikasi serta publikasi infor-
masi tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Penandatanganan Perjanjian Ker-
jasama Dinas P3A dan Dinas PPKB Kabupaten Lamongan tentang Pendewasaan Usia
Perkawinan dengan instansi lain merupakan sebuah langkah baru yang dipergunakan oleh
pemda Kabupaten Lamongan. Langkah ini adalah awal berasal adanya kolaborasi antara
pemerintah menggunakan instansi atau aktor lain secara formal yang digunakan untuk
menyukseskan program pemerintah Kabupaten Lamongan. Hasil kerjasama ini akan
menentukan beberapa hal, mulai berasal dampak pada pernikahan dini pada Kabupaten La-
mongan sampai akibat pada keputusan kolaborasi lain di masa depan antara Pemerintah
Daerah Kabupaten Lamongan dengan pihak-pihak lain.
(Noval Lestari & Retno Herawati, 2021)

d. Upaya DP3A melalui forum anak Kabupaten Lamongan


Upaya yang dilakukan oleh Dinas P3A Kabupaten Lamongan untuk menekan angka
pernikahan dini menjadi wujud dari peran pemerintah menjadi katalisator yang selanjutnya
ialah menggunakan adanya program forum Anak Kabupaten Lamongan. Lembaga Anak
Kabupaten Lamongan adalah sebuah media atau wadah yang diperlukan bisa memenuhi
hak anak, sebagai bentuk komitmen dalam merespon pentingnya hak anak buat mewujud-
kan global yang layak bagi anak. Pembentukan FA Lamongan berfokus pada peningkatan
kapasitas anak serta pada rangka memenuhi hak anak serta pemerataan informasi
terkait Perlidungan anak di Kabupaten Lamongan. Forum Anak Kabupaten Lamongan ini
juga selalu memberikan bekal pada anakanak di Kabupaten Lamongan agar terhindar dari
pernikahan dini, hal ini adalah salah satu cara dari Dinas P3A karena beranggapan bahwa
komunikasi serta info antar teman sabaya akan lebih efektif serta mudah diterima, seba-
gai akibatnya perwakilan anak-anak diforum Anak Kabupaten Lamongan bisa berpartisi-
pasi pada menekan angka pernikahan di Kabupaten Lamongan. Selain itu, untuk men-
dukung keberjalanan lembaga Anak Kabupaten Lamongan supaya dapat terus berkembang
dengan aporisma, Dinas P3A mempunyai perda (Peraturan Daerah) nomor 3 Tahun
2019 tentang Kabupaten Layak Anak. Hal ini artinya salah satu tindakan lanjut dari
adanya kebijakan Kabupaten Layak Anak yang diimplementasikan Pemerintah pusat. Se-
lain itu, pembentukan perda ini artinya wujud komitmen bertenaga menjadi upaya beserta
antara pemda, orang tua, keluarga, masyarakat serta dunia perjuangan buat memas -
tikan pemenuhan hak anak perlu diperkuat melalui komitmen hukum. Pada samping hal
tersebut, melihat lembaga Anak Kabupaten Lamongan berjalan dengan baik,
Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas P3A Kabupaten Lamongan menggelar
kegiatan pembentukan serta training forum anak pada beberapa wilayah, mulai tingkat Ke-
camatan hingga Desa. Berbagai lembaga Anak ke hingga ke Desa-desa dilatar belakangi
oleh pencerahan bahwa anak merupakan harapan bangsa yang akan melanjutkan estafet
kepemimpinan bangsa, baik buruknya kelanjutan bangsa akan tergantung di anak-anak
waktu ini, serta sebagai pemegang harapan bagi keberhasilan bangsa pada masa depan.
namun keberjalanannya, forum Anak di Kabupaten Lamongan menjadi salah satu upaya
mengurangi angka pernikahan pada Kabupaten Lamongan masih mempunyai beberapa
kendala yang perlu untuk diperbaiki, seperti masih kurangnya perhatian pemerintah keca-
matan utamanya pada merespon pandangan baru kreatif pengurus forum anak di taraf ke-
camatan tentang pernikahan dini, aturan yg tersedia untuk lembaga Anak pada program
pencegahan pernikahan dini masih sangat terbatas, adanya perizinan yang relatif sulit dari
orang tua waktu anaknya ingin mengikuti aktivitas forum Anak, hingga kendala berasal
adanya sifat anak-anak yang masih cenderung berubah-ubah sebab masih dalam masa per-
tumbuhan. (Noval Lestari & Retno Herawati, 2021)
BAB III
KESIMPULAN
Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mensejahterakan Masyarakat Peran BNNK Pidie
pada Mewujudkan Aksi P4GN pada Mewujudkan Ketahanan keluar-ga Terhadap
Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja Peran BNNK Pidie dalam mewujudkan
aksi P4GN pada kalangan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan famili terhadap
penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja masih perlu kita perhatikan lagi terutama
bagi keluarga sendiri dan pula pemerintah. Melalui kegiatan Ketahanan famili yang dise-
leng-garakan oleh BNNK Pidie yang berupa pemeberian materi-materi tentang narkotika,
maka kiprah asal BNNK Pidie telah bisa terlihat menggunakan kentara menggunakan
berusaha untuk menyampaikan edukasi pada warga terutama keluarga supaya dapat men-
gawasi anak remajanya supaya tidak terjerumus kedalam narkoba, karena mirip yg
kita ketahui famili ialah sekolah pertama bagi anak serta BNNK Pidie mulai mendekati
sumber ilmu pertama bagi anak selanjutnya memberi pengetahuaan buat terus mengawasi
anak remaja dalam setiap keluarga.
Hal ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Candrarini tahun 2020
memberikan bahwa peran pasif puskesmas khususnya di sumber daya manusia, dilakukan
oleh Sanitarian, penganjur Kesehatan, dan kepala Puskesmas yang dibantu oleh ketua
Desa, Bidan Desa, Petugas/Kader Kesehatan Desa. Pelatihan atau koordinasi taraf
Puskesmas dilakukan seminggu sekali dan pembinaan atau koordinasi taraf desa
dilakukan sebanyak 2 kali da-lam sebulan, sesuai akibat penelitian ditemukan bahwa
waktu pelaksaan STBM melalui tahapan pemicuan, advokasi, pemetaan, dan lainnya,
Sumber daya manusia pelaku pemicu-an STBM dilatih melalui kegitatan training asal
Fasilitator STBM Kabupaten, lalu asal puskesmas akan melakukan sosialisasi kepada
kader kesehatan/kesehaan lingkungan taraf desa, dan kader menyampaikan ke warga
menggunakan beberapa metode seperti penyampaian info STBM melalui handphone, rapat
koordinasi, dasawisma, dan lain sebagainya, kegiatan tersebut telah sesuai menggunakan
Permenkes RI nomor 3 tahun 2014 yang menyatakan bahwa dalam mendukung
penyelenggaraan STBM pemerintah daerah kabu-paten/kota bertanggung jawab pada
mengadakan pembinaan teknis bagi petugas serta rakyat kecamatan serta atau
desa/kelurahan
Peranan pemerintah daerah Kabupaten Lamongan dalam upaya mengurangi angka
pernikahan dini a. Upaya DP3A melalui program bina remaja Program bina Remaja
merupakan aktivitas penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Pem-berdayaan perempuan
dan proteksi Anak (DP3A) Kabupaten Lamongan yg targetnya artinya peserta didik-siswi
pada semua Kabupaten Lamongan, kegiatan ini dilaksanakan terencana dengan men-
datangi sekolah-sekolah pada Kabupaten Lamongan, kegiatan ini adalah keliru satu aktiv-
itas yang dilaksanakan oleh Dinas P3A Kabupaten Lamongan buat dapat mem -
berikan edukasi kepada remaja tentang pertarungan remaja yang perlu dihindari, program
bina Remaja milik Dinas P3A Kabupaten Lamongan memiliki manfaat yang besar pada
memperbaiki serta meningkatkan kualitas sdm pada Lamongan, melalui acara tadi maka
peserta didik-siswi tidak hanya mengetahui dampak yang akan mereka dapatkan saat
memutuskan buat menikah dini, tetapi jua mendapatkan info tentang pertarungan lain
seperti NAPZA dan pornografi.Selain itu acara bersinar-sinar Remaja juga dibutuhkan da-
pat terus memberdayakan remaja pada Kabupaten Lamongan, menjadi program unggu-
lan Dinas P3A.
DAFTAR PUSTAKA

Misnawati, Nofriadi, & Alqarni Wais. (2023). Peran Badan Narkotika Nasional Kabupaten Pidie Dalam
Meningkatkan Ketahanan Keluarga Terhadap Kasus Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan remaja. Ju-
rnal Ilmiah Mahasiswa Fisip USK, 8, 1–10.

Noval Lestari, D., & Retno Herawati, N. (2021). PERAN PEMERINTAH DAERAH KABU-
PATEN LAMONGAN DALAM UPAYA MENGURANGI ANGKA PERNIKAHAN DINI
TAHUN 2021. Journal of Politic and Government Studies, 12, 124.
http://www.fisip.undip.ac.id
Putra Kelana, E. (2020). Mewujudkan Good Governance Di Dalam Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah. Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial Dan Budaya, 4(5).
Rahmuniyati, M. E. (2020). Peran Puskesmas Dalam Upaya Mengurangi Kasus Stunting Melalui
Program Sanitasi Tota; Bermasyarakat (STBM). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2, 511–517.
Sarah Simbolon dkk, D., Sarah Simbolon, D., Sari, J., Yolanda Purba, Y., Indah Siregar, N.,
Salsabila, R., & Manulang, Y. (2021). PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM PEM-
BANGUNAN INFRASTRUKTUR. Jurnal Kewarganegaraan, 5(2).
Wanodyatama Islami, N., Supanto, F., Soeroyo, A., Penelitian, B., Daerah, P., Malang, K., Panji,
J., & 158 Kepanjen, N. (2021). PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEM-
BANGKAN UMKM YANG TERDAMPAK COVID-19. E-Jurnal Katarahardja, 3, 45–57.
http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

Anda mungkin juga menyukai