Dosen Pengampu
Oleh:
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
B. Batasan Kualifikasi...............................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga pada awalnya dilakukan atas rasa kecintaan atau keinginan untuk mendapatkan
kepuasan, kesehatan/kebugaran dan hubungan sosial. Dewasa ini olahraga telah menjadi
fenomena disegala sudut dunia, karena sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya
dan kehidupan umat manusia.
PEMBAHASAN
Secara universal dunia olahraga mengenal dua jalur pencapaian prestasi, yaitu amatir
dan profesional. Keduanya bagai dua sisi mata uang, berbeda namun saling melekat. Apa
yang membedakan keduanya?
Secara harfiah istilah keduanya mempenyai arti yang sangat berbeda. Arti kata amatir
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar
kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah. Sementara, profesional adalah suatu hal
yang bersangkutan dengan profesi dan mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.
Definisi tersebut sejalan dengan batasan yang diatur oleh UU No 3 tahun Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Pada pasal 1 UU itu dijelaskan olahraga
amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.
Sementara, olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain.
Ditinjau dari aspek tujuannya, olahraga amatir bertujuan membimbing atlet mencapai
prestasi tertinggi. Menjadi juara adalah tujuan utama olahraga amatir. Peserta olahraga
amatir di bawah bimbingan pelatih selalu mengutamakan pencapaian prestasi maksimal.
Olahraga amatir mendapat dukungan dari pemerintah dan memperoleh bantuan keuangan
negara.
Sementara, olahraga profesional adalah olahraga bertujuan komersial yang
menekankan pada unsur hiburan dan menyediakan hadiah uang bagi sang juara. Peserta
boleh didukung perusahaan-perusahaan swasta. Berolahraga adalah pekerjaan utama atlet
profesional. Penonton adalah faktor penting dalam olahraga profesional sebab penjualan
tiket pertandingan amat mempengaruhi bisnis ini. Bahkan, pada prakteknya beberapa cabang
olahraga profesional sebagai subsistem telah tumbuh menjadi industri yang menggiurkan.
Dewasa ini, pada beberapa cabang olahraga, jalur profesional telah menjadi suatu
bisnis yang menghasilkan uang jutaan dolar. Sebut saja sepak bola, tenis, golf, basket, tinju
dan bulutangkis telah menjelma menjadi suatu industri yang menjanjikan penghasilan
spektakuler. Profesi olah raga bisa menjadi pintu masuk untuk menjadi milyuner.
Siapa yang tak kenal dengan sosok Christiano Ronaldo yang berpenghasilan 10 juta
Euro (124 milyar) per tahun. Atau, petinju asal Filipina, Manny Pacquiao yang
berpenghasilan US$ 85 juta atau Rp 799 miliar untuk dua pertarungan pada tahun lalu.
1. Batasan Kualifikasi
Dalam dunia olah raga, batasan amatir dan profesional sempat menjadi batu ganjalan,
khususnya dalam pelaksanaan olimpiade. Awalnya, olimpiade hanya diperuntukan untuk
atlet amatir yang tidak mencari nafkah melalui kemahiran olahraga.
Akibat friksi pandangan mengenai batasan amatir dan profesional ini, cabang olahraga
tenis sempat didepak dari olimpiade mulai tahun 1928. Namun, akhirnya diterima kembali
menjadi cabang olimpiade secara resmi pada Olimpiade Seoul 1988.
Seiring dengan perkembangan zaman, batasan antara olahraga amatir dan profesional
menjadi semakin tipis. Meskipun demikian, batasan itu tetap ada. Misalnya, pemain
sepakbola profesional boleh bertanding di kejuaraan amatir. Namun, jumlah pemain setiap
tim yang berusia di atas 23 tahun dibatasi hingga hanya menjadi tiga orang saja untuk setiap
tim.
Batasan pelaku olahraga kedua jenjang ini juga telah diatur secara jelas dan tegas.
Pasal 55 UU SKN menegaskan, setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional
setelah memenuhi persyaratan:
1. Olahraga Prestasi
Kondisi fisik, adanya kondisi fisik maka komponen-komponen yang lainnya akan
terealisasi dengan baik maka kondisi fisik adalah faktor pertama penentu prestasi, dengan
adanya kondisi fisik yang bagus maka akan terealisai teknik yang matang, dengan adanya
teknik yang matang maka akan timbul taktik atau strategi dan dengan adanya persiapan
teknik dan strategi maka mental yang kuat akan timbul baik dari team, pemain , pelatih , dan
official lainnya.
Seperti yang sudah disinggung pada paragraf di atas mengenai koridor melakukan
olahraga kesehatan, lebih jelasnya kita coba pahami mengenai konsep melakukan olahraga
kesehatan. Sebetulnya konsepnya sederhana sesuai tulisan Prof. H.Y.S. Santosa Giriwijoyo
dalam bukunya yang berjudul ilmu kesehatan olahraga mengenai konsep olahraga
kesehatan, diantaranya adalah padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10-30 menit tanpa
henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan aman).
Dalam konsep olahraga kesehatan selain dari aspek fisik, di dalamnya ada aspek sosial
yaitu masal. Artinya bahwa olahraga kesehatan dilakukan dengan banyak orang secara
bersama-sama yang bermanfaat sebagai ajang silaturahmi, menurunkan stres menjalani
hidup yang berdampak pada keimanan kita, dan menjalin komunikasi sosial.
Sesuai dengan konsep olahraga kesehatan maka tujuan membentuk manusia sehat
seutuhnya menurut WHO bisa tercapai karena dalam konsep olahraga kesehatan terdapat 3
aspek sehat yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial.
2. Adequat Intensitas
Adekuat artinya bahwa aktifitas fisik dalam olahraga kesehatan masih bisa diikuti oleh
individu mulai dari awal sampai selesai atau bisa dikatakan cukup untuk individu tersebut.
Menurut Prof H.Y.S Santosa Giriwijoyo, cukup dalam waktu (10-30 menit tanpa henti) dan
intensitasnya. Intensitas bisa dikatakan sebagai dosis atau berat ringannya suatu aktifitas,
indikatornya adalah cepat tidaknya muncul kelelahan. Menurut Cooper 1994, intensitas
olahraga kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65%-80% dari
DNM (denyut nadi maksimal yang dihitung menggunakan rumus 220-usia) sesuai usia
Sehat dinamis bisa didapat jika ada kemauan untuk menggerakan tubuh kita sendiri,
khususnya melalui olahraga kesehatan. Analoginya seperti ini, siapa yang minum, dialah
yang tidak haus! siapa yang makan, dialah yang kenyang, siapa yang berolahraga, dialah
yang sehat. Jadi tergantung diri kita sendiri sebetulnya, mau sehat statis saja atau sehat
dinamis?.
Bentuk olahraga yang sesuai dan memenuhi kriteria olahraga kesehatan diantaranya
adalah, senam aerobik, gerak jalan santai dan lain-lain. Intinya bahwa olahraga tersebut bisa
dilaksanakan secara masal, disamping itu ada juga jalan cepat dan jogging yang bisa
dikatakan sebagai olahraga kesehatan.
Itulah sekilas mengenai olahraga kesehatan yang memang banyak sekali manfaatnya.
Olahraga harus dilakukan dengan benar sesuai aturan yang berlaku supaya para pelakunya
bisa merasakan manfaat dari melakukan olahraga. Mari kita tingkatkan derajat sehat dinamis
kita supaya kita bisa lebih sehat secara statis dan meningkatkan produktifitas kita dalam
bekerja sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
konsep olahraga kesehatan, diantaranya adalah padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10-
30 menit tanpa henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan
aman).
B. Saran
Dengan adanya Olahraga profesional adalah olahraga yang bertujuan komersial yang
menekankan pada unsur hiburan dan menyediakan hadiah uang bagi sang juara. Peserta boleh
didukung perusahaan-perusahaan swasta. Berolahraga adalah pekerjaan utama atlet professional
maka Penonton adalah faktor penting dalam olahraga profesional sebab penjualan tiket
pertandingan amat mempengaruhi bisnis ini. Bahkan, pada prakteknya Di harapkan beberapa
cabang olahraga profesional sebagai subsistem telah tumbuh menjadi industri yang lebih
menggiurkan.
Pada beberapa cabang olahraga, jalur profesional telah menjadi suatu bisnis yang
menghasilkan uang jutaan dolar. Maka Sebut saja sepak bola, tenis, golf, basket, tinju dan
bulutangkis telah menjelma menjadi suatu industri yang menjanjikan penghasilan spektakuler.
Profesi olah raga bisa menjadi pintu masuk untuk menjadi milyuner dan menjadi daya tarik
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. (2010). Peran Guru sebagai Model Dalam Pembelajaran Karakter dan Kebajikan
Moral Melalui Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan, 85-98.
Munir, Abdullah. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari
Rumah. Yogyakarta: Pedagogia