Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIOLOGI OLAHRAGA

“Olahraga dan Profesionalisme”

Dosen Pengampu

Dr.Willadi Rasyid M.Pd


Drs. Syamsuar , M.S, AIFO, Ph.D

Oleh:

Kemal Hidayatullah (20199031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

A.Olahraga Amatir dan Profesional..........................................................

B. Batasan Kualifikasi...............................................................................

C.Pengaturan pelaku Olahraga profesional...............................................

D.Olahraga Prestasi dan Kesehatan ..........................................................

E. Konsep Olahraga Kesehatan.................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................


A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga pada awalnya dilakukan atas rasa kecintaan atau keinginan untuk mendapatkan
kepuasan, kesehatan/kebugaran dan hubungan sosial. Dewasa ini olahraga telah menjadi
fenomena disegala sudut dunia, karena sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya
dan kehidupan umat manusia.

Tuntutan perubahan lingkungan dari pemenuhan kebutuhan pribadi yang sangat


bervariasi dari pengolahraga yang semula motifnya hanya sekedar hobi (amatir) berubah
menjadikan olahraga sebagai upaya memperoleh pendapatan. Hal tersebut mendorong
berkembangnya olahraga profesional sebagai salah satu komoditi ekonomi masyarakat. 

Olahraga Profesional sesungguhnya telah berkembang di Indonesia sejak 1960 – an yang


penyelenggaraannya pada saat itu dikaitkan dengan kebijakan dari sektor ketenagakerjaan,
khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1971 yang mengacu pada Undang-undang
Nomor 14 tahun 1969 .

Sejauh ini kondisi perkembangan olahraga profesional di indonesia belum cukup


kondusif bagi terciptanya iklim yang sehat untuk penerapan profesionalisme. Hal ini antara lain
disebabkan pemahaman yang belum maksimal terhadap olahraga profesional tersebut.

Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan


Nasional (SKN), olahraga profesional mendapat posisi yang jelas. Kedudukan olahraga sebagai
profesi untuk mendapatkan pendapatan melalui prestasi olahraga guna meningkatkan
kesejahteraan olahragawan telah ada dasar hukum yang menjamin.

Kondisi ini menimbulkan semakin banyaknya kehadiran olahragawan profesional di


Indonesia yang perlu ditata sebaik mungkin, sehingga dalam perkembangan selanjutnya tetap
berada pada landasan idealisme tujuan keolahragaan nasional.
B. Tujuan
A. Mengetahui Pengertian Olahraga Profesional?
B. Memahami Batasan Kualifikasi Olahraga Profesional?
C. Mengetahui Pengertian Olahraga Prestasi?
D. Mengetahui Konsep Olahraga Kesehatan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Olaharaga Amatir dan Professional

Olahraga Profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan


dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga. (Pasal 1
Angka 15 UU Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional).

Secara universal dunia olahraga mengenal dua jalur pencapaian prestasi, yaitu amatir
dan profesional. Keduanya bagai dua sisi mata uang, berbeda namun saling melekat. Apa
yang membedakan keduanya?

Secara harfiah istilah keduanya mempenyai arti yang sangat berbeda. Arti kata amatir
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar
kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah. Sementara, profesional adalah suatu hal
yang bersangkutan dengan profesi dan mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.

Definisi tersebut sejalan dengan batasan yang diatur oleh UU No 3 tahun Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Pada pasal 1 UU itu dijelaskan olahraga
amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.
Sementara, olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain.

Ditinjau dari aspek tujuannya, olahraga amatir bertujuan membimbing atlet mencapai
prestasi tertinggi. Menjadi juara adalah tujuan utama olahraga amatir. Peserta olahraga
amatir di bawah bimbingan pelatih selalu mengutamakan pencapaian prestasi maksimal.
Olahraga amatir mendapat dukungan dari pemerintah dan memperoleh bantuan keuangan
negara.
Sementara, olahraga profesional adalah olahraga bertujuan komersial yang
menekankan pada unsur hiburan dan menyediakan hadiah uang bagi sang juara. Peserta
boleh didukung perusahaan-perusahaan swasta. Berolahraga adalah pekerjaan utama atlet
profesional. Penonton adalah faktor penting dalam olahraga profesional sebab penjualan
tiket pertandingan amat mempengaruhi bisnis ini. Bahkan, pada prakteknya beberapa cabang
olahraga profesional sebagai subsistem telah tumbuh menjadi industri yang menggiurkan.

Dewasa ini, pada beberapa cabang olahraga, jalur profesional telah menjadi suatu
bisnis yang menghasilkan uang jutaan dolar. Sebut saja sepak bola, tenis, golf, basket, tinju
dan bulutangkis telah menjelma menjadi suatu industri yang menjanjikan penghasilan
spektakuler. Profesi olah raga bisa menjadi pintu masuk untuk menjadi milyuner.

Siapa yang tak kenal dengan sosok Christiano Ronaldo yang berpenghasilan 10 juta
Euro (124 milyar) per tahun. Atau, petinju asal Filipina, Manny Pacquiao yang
berpenghasilan US$ 85 juta atau Rp 799 miliar untuk dua pertarungan pada tahun  lalu.

1. Batasan Kualifikasi

Dalam dunia olah raga, batasan amatir dan profesional sempat menjadi batu ganjalan,
khususnya dalam pelaksanaan olimpiade. Awalnya, olimpiade hanya diperuntukan untuk
atlet amatir yang tidak mencari nafkah melalui kemahiran olahraga.

Akibat friksi pandangan mengenai batasan amatir dan profesional ini, cabang olahraga
tenis sempat didepak dari olimpiade mulai tahun 1928. Namun,  akhirnya diterima kembali
menjadi cabang olimpiade secara resmi pada Olimpiade Seoul 1988.

Seiring dengan perkembangan zaman, batasan antara olahraga amatir dan profesional
menjadi semakin tipis. Meskipun demikian, batasan itu tetap ada. Misalnya, pemain
sepakbola profesional boleh bertanding di kejuaraan amatir. Namun, jumlah pemain setiap
tim yang berusia di atas 23 tahun dibatasi hingga hanya menjadi tiga orang saja untuk setiap
tim.

Memang, tidak semua cabang olahraga memberikan batasan yang rigid mengenai


kualifikasi pemain profesional dan amatir yang akan ikut dalam suatu pertandingan. Tapi,
ada juga cabang olahraga yang telah memberikan batasan yang pasti. Seperti pada cabang
tinju, organisasi dunia yang menaungi olah raga itu sudah menetapkan batasan yang jelas
dan praktis. Seorang petinju yang telah naik kelas di ring profesional, tidak boleh lagi
bertanding pada event amatir.
Hal yang sama juga terjadi pada olahraga golf. R&A Rules Limited dan The United
States Golf Association menetapkan aturan status atlet amatir dan profesional dengan sangat
ketat. Atlet golf amatir tidak diperkenankan menerima hadiah dalam bentuk keuntungan
finansial.

2. Pengaturan Pelaku Olahraga Profesional

Batasan pelaku olahraga kedua jenjang ini juga telah diatur secara jelas dan tegas.
Pasal 55 UU SKN menegaskan, setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional
setelah memenuhi persyaratan:

1. Pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik;


2. Memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;
3. Memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan
4. Memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari olahragawan amatir
5. Menjadi olahragawan profesional yang diketahui oleh induk organisasi cabang
olahraga yang bersangkutan.

Pengaturan ini dilakukan secara jelas untuk melindungi setiap olahragawan


profesional. Sehingga, dalam melaksanakan profesinya, olahragawan profesional harus
membuat perjanjian berupa kontrak kerja. Tujuannya agar haknya terkait masalah
pendapatan, kesehatan, manajemen, pelatihan dan hukum yang layak dapat
dilindungi.

B. Olahraga Prestasi dan Olahraga Kesehatan

1. Olahraga Prestasi

Olahraga Prestasi menurut UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan


Nasional adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui latihan dan kompetisi untuk mencapai
prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan tekhnologi keolahragaan.
Menurut Prof.Dr.Syafrudin,M.Pd : prestasi olahraga merupakan gambaran
kemampuan seseorang atau sekelompok orang (olahraga beregu) yang di peroleh setelah
melakukan suatu proses latihan.
Jadi, dari data diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga prestasi adalah olahraga yang
membina dan mengembangkan olahragawan secara sistematis, berjenjang, dan berkelanjutan
melalui latihan dan kompetisi yang didukung ilmu pengetahuan dan tekhnologi
keolahragaan untuk meraih prestasi terbaik atau tertinggi. Prestasi olahraga merupakan hasil
yang dapat dicapai atlet, dan olahraga prestasi merupakan jenis-jenis olahraga yang
dilakukan oleh olahragawan atau atlet.
a. Komponen Prestasi Olahraga
Kemampuan seseorang atau atlet dalam suatu pertandingan atau kompetisi pada
dasarnya di tentukan oleh empat faktor yaitu :
1.      Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan unsur atau kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap atlet
untuk meraih suatu prestasi olahraga. Kondisi fisik menggambarkan kemampuan fungsi
tubuh seorang atlet. Maka dari itu kondisi fisik sangat menentukan seorang atlit untuk
berprestasi ( prestasi olahraga ).
Contoh : Seseorang yang mengambil cabang olahraga bola voli tetapi dia memiliki
tinggi 165 cm, tentu kondisi fisik atlet tersebut tidak mendukung untuk mencapai prestasi
yang tinggi.
2.      Teknik
Seorang atlet harus bisa menguasai teknik dari cabang olahraga tersebut, dan sesuai
dengan kondisi fisiknya. Untuk dapat menguasai teknik memerlukan latihan yang berulang-
ulang agar kita dapat mencapai prestasi yang di inginkan.
3.      Taktik
Kondisi fisik dan teknik merupakan unsur yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan
dan merealisasikan taktik atau strategi pada saat dilapangan.
Pelaksanaan taktik atau strategi terbagi menjadi tiga, a. Taktik Individual b. Taktik
Kelompok c. Taktik Tim
4.      Mental
Bagi seorang pelatih dan atlet harus mempunyai mental yang kuat, karena dari mental
yang kuat seseorang bisa mengambil keputusan dan tidak terburu-buru.

Kondisi fisik, adanya kondisi fisik maka komponen-komponen yang lainnya akan
terealisasi dengan baik maka kondisi fisik adalah faktor pertama penentu prestasi, dengan
adanya kondisi fisik yang bagus maka akan terealisai teknik yang matang, dengan adanya
teknik yang matang maka akan timbul taktik atau strategi dan dengan adanya persiapan
teknik dan strategi maka mental yang kuat akan timbul baik dari team, pemain , pelatih , dan
official lainnya.

Sedangkan Olahraga kesehatan merupakan olahraga yang bertujuan untuk menjaga


atau memelihara dan meningkatkan derajat sehat dinamis, sehingga orang bukan hanya sehat
ketika tidak ada aktifitas (sehat statis) tetapi juga sehat memiliki kemampuan gerak yang
mendukung terhadap kerja yang dilakukan sehari-hari. Olahraga kesehatan berbeda dengan
olahraga prestasi yang menuntut kemampuan maksimal dari tiap organ tubuh kita.

1. Konsep Olaraga Kesehatan

Seperti yang sudah disinggung pada paragraf di atas mengenai koridor melakukan
olahraga kesehatan, lebih jelasnya kita coba pahami mengenai konsep melakukan olahraga
kesehatan. Sebetulnya konsepnya sederhana sesuai tulisan Prof. H.Y.S. Santosa Giriwijoyo
dalam bukunya yang berjudul ilmu kesehatan olahraga mengenai konsep olahraga
kesehatan, diantaranya adalah padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10-30 menit tanpa
henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan aman). 

Dalam konsep olahraga kesehatan selain dari aspek fisik, di dalamnya ada aspek sosial
yaitu masal. Artinya bahwa olahraga kesehatan dilakukan dengan banyak orang secara
bersama-sama yang bermanfaat sebagai ajang silaturahmi, menurunkan stres menjalani
hidup yang berdampak pada keimanan kita, dan menjalin komunikasi sosial.

Sesuai dengan konsep olahraga kesehatan maka tujuan membentuk manusia sehat
seutuhnya menurut WHO bisa tercapai karena dalam konsep olahraga kesehatan terdapat 3
aspek sehat yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial.
2. Adequat Intensitas
Adekuat artinya bahwa aktifitas fisik dalam olahraga kesehatan masih bisa diikuti oleh
individu mulai dari awal sampai selesai atau bisa dikatakan cukup untuk individu tersebut.
Menurut Prof H.Y.S Santosa Giriwijoyo, cukup dalam waktu (10-30 menit tanpa henti) dan
intensitasnya. Intensitas bisa dikatakan sebagai dosis atau berat ringannya suatu aktifitas,
indikatornya adalah cepat tidaknya muncul kelelahan. Menurut Cooper 1994, intensitas
olahraga kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65%-80% dari
DNM (denyut nadi maksimal yang dihitung menggunakan rumus 220-usia) sesuai usia

Sehat dinamis bisa didapat jika ada kemauan untuk menggerakan tubuh kita sendiri,
khususnya melalui olahraga kesehatan. Analoginya seperti ini, siapa yang minum, dialah
yang tidak haus! siapa yang makan, dialah yang kenyang, siapa yang berolahraga, dialah
yang sehat. Jadi tergantung diri kita sendiri sebetulnya, mau sehat statis saja atau sehat
dinamis?.

Bentuk olahraga yang sesuai dan memenuhi kriteria olahraga kesehatan diantaranya
adalah, senam aerobik, gerak jalan santai dan lain-lain. Intinya bahwa olahraga tersebut bisa
dilaksanakan secara masal, disamping itu ada juga jalan cepat dan jogging yang bisa
dikatakan sebagai olahraga kesehatan.

Itulah sekilas mengenai olahraga kesehatan yang memang banyak sekali manfaatnya.
Olahraga harus dilakukan dengan benar sesuai aturan yang berlaku supaya para pelakunya
bisa merasakan manfaat dari melakukan olahraga. Mari kita tingkatkan derajat sehat dinamis
kita supaya kita bisa lebih sehat secara statis dan meningkatkan produktifitas kita dalam
bekerja sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Olahraga Profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan


dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga. (Pasal 1
Angka 15 UU Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional).

 Pengaturan Pelaku Olahraga Profesional


Batasan pelaku olahraga kedua jenjang ini juga telah diatur secara jelas dan tegas. Pasal 55 UU
SKN menegaskan, setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional setelah memenuhi
persyaratan:
1. Pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik;
2. Memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;
3. Memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan
4. Memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari olahragawan amatir
5. Menjadi olahragawan profesional yang diketahui oleh induk organisasi cabang
olahraga yang bersangkutan.
Olahraga Prestasi menurut UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang,
dan berkelanjutan melalui latihan dan kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi keolahragaan.

konsep olahraga kesehatan, diantaranya adalah padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10-
30 menit tanpa henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan
aman). 
B. Saran

Dengan adanya Olahraga profesional adalah olahraga yang bertujuan komersial yang
menekankan pada unsur hiburan dan menyediakan hadiah uang bagi sang juara. Peserta boleh
didukung perusahaan-perusahaan swasta. Berolahraga adalah pekerjaan utama atlet professional
maka Penonton adalah faktor penting dalam olahraga profesional sebab penjualan tiket
pertandingan amat mempengaruhi bisnis ini. Bahkan, pada prakteknya Di harapkan beberapa
cabang olahraga profesional sebagai subsistem telah tumbuh menjadi industri yang lebih
menggiurkan.

Pada beberapa cabang olahraga, jalur profesional telah menjadi suatu bisnis yang
menghasilkan uang jutaan dolar. Maka Sebut saja sepak bola, tenis, golf, basket, tinju dan
bulutangkis telah menjelma menjadi suatu industri yang menjanjikan penghasilan spektakuler.
Profesi olah raga bisa menjadi pintu masuk untuk menjadi milyuner dan menjadi daya tarik
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Amansyah. (2010). Olahraga dan Etika Fair Play. Diakses pada tanggal 26 Februari


2012. http://syahaman.blogspot.com/2010/06/olahraga-dan-etika-fair-play.html

Anung Handoko. (2008). Sepak Bola Tanpa Batas. Yogyakarta : Kanisius.


Armando Pribadi. (Desember 2010). Fair Play. Makalah yang disajikan dalam Seminar
Nasional Sport Enterpreuneur, di FIK UNY.

Barnawi., M.Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan


Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Dimyati. (2010). Peran Guru sebagai Model Dalam Pembelajaran Karakter dan Kebajikan
Moral Melalui Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan, 85-98.
 
Munir, Abdullah. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari
Rumah.  Yogyakarta: Pedagogia

Robert S. Weinberg., Daniel Gould. (2007). Foundations of sport and exercise psychology.


Human Kinetics Publisher. Four Edition.
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Olahraga_Profesional

Anda mungkin juga menyukai