Anda di halaman 1dari 6

Berdasarkan hasil pengelolaan data diperoleh bahwa responden yang baik

menerapkan protokol memakai masker berjumlah 56,4% ada 43,6% yang kurang
menerapkan protokol memakai masker.

1. Hubungan Kepatuhan Masyarakat terhadap Protokol Mencuci Tangan

Berdasarkan hasil pengelolaan data diperoleh bahwa yang baik

menerapkan protokol mencuci tangan dihubungkan dengan yang patuh

menerapkan kepatuhan berjumlah 16 responden (76,2%), responden kurang

menerapkan protokol mencuci tangan dihubungkan dengan patuh menerapkan

kepatuhan berjumlah 5 responden (33,3%), responden yang baik menerapkan

protokol mencuci tangan di hubungkan dengan tidak patuh menerapkan

kepatuhan berjumlah 6 responden (23,8%) dan responden yang kurang

menerapkan protokol kesehatan mencuci tangan dihubungkan dengan tidak

menerapkan kepatuhan berjumlah 12 responden (66,7%). Berdarkan hasil uji

Chi-Square tests didapatkan hasil signifikan atau angka ρ = 0,007 jauh lebih

rendah dari standar signifikan dari 0,05 atau (ρ< a), yang berarti ada

hubungan antara kepatuhan masyarakat dengan protokol mencuci tangan di

Rw 03 Labuan Beru

Menurut asumsi peneliti bahwa kepatuhan masyarakat ada hubungan

yang bermakna dengan protokol mencuci tangan. Berdasarkan dari analisis

kuisioner dari 39 responden, 19 responden menyediakan anti septik berarti ada

20 responden yang tidak menyediakan anti septik dirumah. dan 18 responden

mencuci tangan 6 langkah, berarti ada 21 responden tidak menggunakan


tekhnik 6 langkah. Sedangkan untuk kepatuhan tentang mencuci tangan, Dari

39 responden ada 17 responden membawa hand sanitizer saat keluar rumah,

bearti ada 22 responden yang tidak membawa hand sanitizer saat berpergian

keluar rumah.

ketidakpatuhan responden di Labuan Beru terhadap protokol mencuci

tangan karena ada beberapa faktor seperti tidak adanya biaya untuk membeli

anti septik, masyarakat juga belum terbiasa menggunkan anti septik saat

mencuci tangan ataupun menggunakan handsanitizer, dan kurangnya edukasi

kesehatan tentang mencuci tangan 6 langkah.

Hal ini sejalan dengan teori Maryunani tahun 2013 bahwa Mencuci

tangan merupakan proses menghilangkan kotoran dan debu dari kedua belah

tangan dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Bertujuan untuk

mencegah kontaminasi silang suatu penyakit atau berpindah kuman. Cuci

tangan adalah menggosok semua permukaan tangan menggunakan sabun

dengan air bersih yang mengalir selama 1 menit akan dapat menurunkan

kejadian diare sampai 45 % (Maryunani, 2013).

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faura

dea ayu pinasti tahun 2020. Dimana Dari 130 peserta sebanyak 94,6 % peserta

menganggap bahwa menjaga kebersihan tangan selama masa pandemi Corona

virus perlu dilakukan. Sebagian peserta (56,9%) telah menjaga kebersihan

tangan mereka dengan menggunakan sabun dan air menggalir dan didapatkan

52,3 % peserta masih tidak mencuci tangan sebekum makan.


2. Hubungan Kepatuhan Masyarakat terhadap Protokol Memakai Masker

Berdasarkan hasil pengelolaan data diperoleh bahwa bahwa responden

yang baik menerapkan protokol memakai masker dihubungkan dengan yang

patuh menerapkan kepatuhan berjumlah 16 responden (72,7%), responden

yang kurang menerapkan memakai masker dihubungkan dengan patuh

menerapkan kepatuhan berjumlah 6 responden (35,3%), responden yang baik

menerapkan masker dihubungkan dengan tidak menerapkan kepatuhan

berjumlah 6 responden (27,3%), dan responden yang kurang menerapkan

masker dihubungkan dengan tidak menerapkan kepatuhan berjumlah 17

responden (64,7%). Berdarkan hasil uji Chi-Square tests didapatkan hasil

signifikan atau angka ρ = 0,019 jauh lebih rendah dari standar signifikan dari

0,05 atau (ρ< a), yang berarti ada hubungan antara kepatuhan terhadap

protokol memakai masker di Rw 03 Labuan Berru.

Berdasarkan dari analisis kuisioner dari 39 responden, ada 15

responden melepas masker dengan memegang talinya berarti ada 24

responden yang tidak melepas masker dengan memegang talinya. 17

responden merasa nyaman saat menggunakan masker berarti ada 22

responden yang tidak nyaman saat memakai masker. Sedangkan untuk

kepatuhan tentang memakai masker dari 39 responden, ada 20 responde yang

terbiasa memakai masker dan menyediakan masker dirumah, bearti ada 19


responden yang tidak terbiasa memakai masker dan tidak menyediakan

masker dirumah.

Menurut asumsi peneliti bahwa ketidakpatuhan masyarakat di Rw 03

Labuan Berru terhadap protokol memakai masker karena ada beberapa faktor

seperti tidak merasa nyaman dan tidak terbiasa saat memakai masker, tidak

ada biaya untuk selalu menyediakan masker dirumah, serta kurangnya

pengetahuan masyarakat saat memakai ataupun melepas masker

Hal ini sejalan dengan teori Cohen & Birdner tahun 2012 bahwa

masker adalah pelindungan pernafasan yang digunakan sebagai metode untuk

melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang

berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan

untuk menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit,

tetapi digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faura

dea ayu pinasti tahun 2020. Dimana Dari 130 peserta sebanyak 95,4 peserta

telah menerapkan protokol penggunaan masker dengan baik dan benar serta

menggunakan masker ketika pergi. Hal sangat perlu dilakukan karena dengan

menggunaan masker penyebaran kasus infeksi Corona virus dapat

dikendalikan. Meski demikian sebanyak 23,1 % masih jarang mengganti atau

mencuci masker mereka stelah digunakan untuk berpergian.


3. Hubungan Kepatuhan Masyarakat terhadap Protokol Menjaga Jarak

Berdasarkan hasil pengelolaan data diperoleh bahwa reponden yang

baik menerapkan protokol menjaga jarak dihubungkan dengan patuh

menerapkan kepatuhan berjumlah 16 responden (80%), responden yang

kurang menerapkan protokol menjaga jarak dihubungkan dengan menerapkan

kepatuhan berjumlah 6 responden (31,6%), responden yang baik menerapkan

protokol menjaga jarak dihubungkan dengan tidak menerapkan kepatuhan

berjumlah 4 responden (20%) dan responden yang kurang menerapkan

protokol menjaga jarak dihubungkan dengan tidak menerapkan kepatuhan

berjumlah 13 responden (68,4%). Berdarkan hasil uji Chi-Square tests

didapatkan hasil signifikan atau angka ρ = 0,002 jauh lebih rendah dari

standar signifikan dari 0,05 atau (ρ< a), yang berarti ada hubungan antara

kepatuhan terhadap protokol menjaga jarak di Rw 03 Labuan Beru.

Berdasarkan dari analisis kuisioner dari 39 responden. ada 20

responden berdiam diri dirumah sebagai cara efektif selain menjaga jarak dan

menghindari pusat pembelanjaan selama masa pandemik, berarti ada 19

responden yang tidak berdiam diri di rumah dan tidak menghindari pusat

pembelanjaan. 24 responden menerapkan jaga jarak selama masa pandemik,

berarti ada 25 responden tidak menerapkan jaga jarak selama masa pandemik.

Sedangkan untuk kepatuhan tentang menjaga jarak Dari 39 responden, ada 24

responden tidak mengikuti perkumpulan saat ada keramaian bearti ada 25

responden yang tetap mengikuti perkumpulan saat di keramaian.


Menurut asumsi peneliti bahwa ketidak patuhan masyarakat di Rw 03

Labuan Berru terhadap protokol menjaga jarak karena ada beberapa faktor

seperti menjaga jarak dapat menjadi penghalang silaturahmi semakin

renggang, berdiam diri sementara pun sebagai cara efektif selain menjaga

jarak dapat menjadi penghambat perputaran ekonomi bagi kalangan

menengah kebawah dan jika dalam ibadah agama islam dapat menjadi pro dan

kontrak serta mayarakat akan cenderung ingin tahu jika tiba-tiba ada

perkumpulan di tengah keramaian.

Hal ini sejalan dengan teori Delfirman dkk tahun 2020 Jaga jarak

sosial mengacu pada pengadopsian perilaku oleh individu dalam suatu

komunitas yang mengurangi risiko individu tersebut terinfeksi dengan

membatasi kontak mereka dengan individu lain atau mengurangi risiko

penularan selama setiap kontak.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faura dea ayu pinasti

(2020). Dimana Dari 130 peserta sebanyak 84,6 % peserta membuktikan menjaga

jarakminimal 1 meter. Selain itu sebanyak 77,7 % peserta juga tidak berpergian dan

berkumpul dengan orang lain selama masa pandemi Corona virus. Kegiatan tersebut

tentu sangat perlu dilakukan karena melalui menjaga jarak proses interaksi antar

masyarakat dapat diminimalisir, sehingga penyebaran virus Corona dari satu orang ke

orang yang lain dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai