Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN JIWA USIA MUDA (REMAJA) PENDEKATAN

KELUARGA DAN AGAMA SEBAGAI PREVENTIF

PSYCHOSOCIAL TRAUMA

DI SUSUN OLEH :
ULVIA KURNIAWATI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV
KEPERAWATAN PALU
TAHUN 2021
MATERI

KESEHATAN JIWA PADA USIA MUDA (REMAJA) PENDEKATAN


KELUARGA DAN AGAMA SEBAGAI PREVENTIF
PSYCHOSOCIAL TRAUMA

1. Pendekatan keluarga dan agama sebagai preventif psycosocial trauma


Remaja adalah individu yang unik dengan segala proses
perkembangan yang harus dilaluinya baik secara fisik maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa transisi dan merupakan masa yang sulit bagi
remaja sehingga kemungkinan akan terjadi perubahan perilaku terkait dengan
perkembangan yang terjadi pada remaja tersebut. Pada masa ini, remaja
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang dapat menjadi ancaman bagi
remaja dan juga sangat dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan. Adanya
hambatan dalam tahap perkembangan dapat menimbulkan masalah kesehatan
jiwa bila tidak terselesaikan dengan baik. Masalah tersebut dapat berasal dari
remaja sendiri, hubungan dengan orang tua atau akibat interaksi sosial diluar
lingkungan keluarga. Dampak selanjutnya adalah munculnya gangguan
psikotik yang bisa berlanjut sampai masa dewasa. agar kesehatan jiwa remaja
dapat tercapai maka deteksi dini dan intervensi dini perlu dilakukan dengan
melibatkan keluarga maupun remaja sendiri sehingga masalah-masalah
kejiwaan remaja dapat diatasi dengan baik.
Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi
belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas
dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua tetapi disisi lain pada dasarnya
tetap membutuhkan bantuan, dukngan dan perlindungan orang tuanya. Orang
tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga
tidak menyadari bahwa mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan
lagi anak yang selalu dibantu. Orang tua menjadi bingung menghadapi
labilitas emosi dan perilaku remaja sehingga akan terjadi konflik diantara
keduanya.
Konflik yang terjadi antara orang tua dan remaja apabila tidak
terselesaikan akan berdampak negatif terhadap diri remaja sendiri ataupun
hubungan antara remaja dan orang tuanya. Kondisi seperti ini bila tidak
segera diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat berkembang kearah
yang lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun gangguan
kejiwaan dari ringan sampai berat. Apabila pada kenyataannya perhatian
masyarakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan fisik semata
dan kurang memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental emosional
dan psikososial) padahal faktor-faktor tersebut merupakan penentu dalam
keberhasilan seorang remaja dikemudian hari. Faktor non fisik yang
berpengaruh pada remaja adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan :
1. Keluarga,
2. Lingkungan sekolah,
3. Serta lingkungan masyarakat sekitarnya.
Oleh karena itu orang tua atau orang yang berhubungan dengan
remaja perlu mengetahui ciri perkembangan jiwa remaja, pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah maupun
gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat membantu mendeteksi
secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal negatif.
Peran keluarga dan agama sangatlah penting bagi terciptanya jiwa
individu yang sehat, mengingat bahwa anak usia remaja yang merupakan
bagian dari penerus bangsa, sehingga sangat penting untuk mereka (remaja)
yang sudah terlanjur memiliki pengalaman dengan pelanggaran hukum
seperti asusila dan narkoba dapat memiliki kesadaran untuk membentuk jiwa
atau karater diri menjadi positif.
Pendekatan keluarga dan agama merupakan garda terdepan dalam
menstimulus sikap dan perilaku anak usia remaja tersebut untuk mengisi hari-
hari selama menjalani proses hukum dengan optimis mampu memperbaiki
diri agar tidak mengulang, memiliki cita dan harapan kedepan yang lebih
baik. Kasih sayang, perhatian, dan support system dari keluarga serta
pendekatan ikhtiar melalui agama yang dianut remaja tersebut sangat berarti.
Dampak yang diharapkan bagi remaja agar meminimalkan
psycosocial trauma pada remaja ialah :
1. Mampu menumbuhkan rasa percaya diri untuk mampu bersosialisasi
dilingkungan luar
2. Percaya diri dan yakin akan kemampuan positif yang dimilikinya
3. Optimis dalam menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya
4. Berikhtiar untuk tidak terjerumus ke pengalaman yang tidak baik
5. Yakin bahwa keluarga sangat sayang dan selalu ingin mendampingi anak-
anaknya tumbuh menjadi anak yang baik, serta
6. Paling mendasar adalah rasa bersyukur bahwa tuhan senantiasa ada
memberi ridho untuk setiap hambaNya yang ingin bertaubat.
Pshychososial trauma adalah jenis disfungsi jiwa yang terjadi sebagai
akibat trauma dari peristiwa traumatik. Pada umumnya, reaksi terhadap
trauma adalah hal yang normal, karena reaksi atau gejala ini merupakan
bagian dari proses alami tubuh untuk pulih dari trauma yang dialaminya.
Berikut adalah beberapa reaksi atau gejala yang sering muncul:
 Sangat emosional dan merasa sedih.
 Sangat waspada terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.
 Lelah secara fisik.
 Stres dan cemas.
 Overprotektif terhadap orang-orang terdekat.
 Takut untuk bepergian karena khawatir akan terjadi sesuatu yang
membahayakan dirinya.
REAKSI MENTAL
 Berkurangnya kemampuan untuk mengingat dan berkonsentrasi.
 Sulit menghindari pikiran mengganggu yang berkaitan dengan kejadian
traumatis.
 Terus-menerus teringat kejadian traumatis tersebut tanpa bisa
dikendalikan.
 Merasa hilang arah dan disorientasi.
REAKSI EMOSIONAL
 Muncul rasa takut, panik, dan cemas.
 Mati rasa, hingga tak bisa merasakan apapun.
 Mulai mengisolasi diri dan menjauhi semua orang.
 Depresi, memiliki perasaan bersalah, dan terlalu sensitif terhadap banyak
hal di sekelilingnya.
 Terus-menerus merasa waspada karena takut akan ada bahaya lain yang
menimpanya.
 Shock atau terkejut karena tidak bisa percaya dengan kejadian buruk yang
menimpanya
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN JIWA USIA MUDA(REMAJA) PENDEKATAN
KELUARGA DAN AGAMA SEBAGAI PREVENTIF PSYCHOSOCIAL
TRAUMA

Pokok Bahasan : Kesehatan jiwa usia muda (remaja) pendekatan


keluarga dan agama sebagai preventif psychosocial
trauma
Sasaran : Para Remaja
Hari / Tanggal : Senin, 25 Oktober 2021
Waktu : 08.00-08.30 WIB s/d selesai
Tempat : Ruang Poliklinik Jiwa RSUD Madani Palu

1. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (2013) menunjukkan angka prevalensi gangguan jiwa berat di
Indonesia 1.7 permil, artinya ada sekitar 1.7 kasus gangguan jiwa berat di
antara 1000 orang penduduk Indonesia. Gangguan jiwa berat adalah gangguan
jiwa yang ditandai dengan terganggunya kemampuan menilai realitas dan
tilikan diri (insight) yang buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini antara
lain berupa halusinasi, waham, gangguan proses pikir dan kemampuan
berpikir, dan tingkah laku aneh seperti katatonik. Gangguan mental emosional
dapat dialami oleh semua orang dan setiap tingkatan usia pada kondisi distres
psikologis, namun tetap dapat pulih seperti semula. Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK), jika tidak mendapatkan intervensi dari profesional
kesehatan mental dengan tepat, maka orang dengan gangguan mental
emosional dapat mengalami gangguan yang lebih serius (Kurniawan dan
Indahria, 2016).
Dampak akibat gangguan mental yang serius adalah kematian atau bunuh
diri. Kisaran usia tertinggi akibat bunuh diri adalah usia 15-29 tahun (WHO,
2015). Gangguan jiwa sangat lazim terjadi pada remaja-remaja dengan perilaku
bunuh diri. Tidak semua tindakan bunuh diri disebabkan oleh gangguan jiwa,
tetapi 80-90% remaja yang meninggal karena bunuh diri mempunyai
psikopatologi signifikan seperti gangguan mood, gangguan cemas, problem
perilaku, dan penyalahgunaan NAPZA (Yusuf, 2019)
Hal ini tentu menjadi stressor bagi anak usia muda (remaja) yang
mengalami kasus kriminal akibat penyimpangan perilaku pada remaja. Mereka
harus mengalami perubahan lingkungan tempat tinggal dan orang-orang
disekitarnya yang awalnya bersama keluarga. Kesehatan mental bagi anak usia
dini memerlukan perhatian penting agar pergeseran rentang sehat sakit dapat
dicegah sehingga kualitas hidup remaja dapat ditingkatkan.
2. Tujuan
Memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa usia muda
(remaja) pendekatan keluarga dan agama sebagai preventif psychosocial
trauma.
3. Pelaksanaan
a. Hari/tanggal : Senin, 25 Oktober 2020
b. Waktu : 30 menit
c. Sasaran : Para pasien remaja dan orangtua
d. Tempat : Ruang poliklinik jiwa RSUD Madani Palu
4. Pembagian Tugas
a. Presentator : Ulvia Kurniawati S.Tr.Kep
b. Moderator : Nining S.Tr.Kep
c. Observer : Niluh Nila Safitri S.Tr.Kep
d. Fasilitator : Rara Sintalotu S.Tr.Kep, Nyoman Ayu Priskilayanti
S.Tr.Kep, Liana Ros S.Tr.Kep, Indriami S.Tr.Kep.
Metode : Ceramah dan diskusi
5. Media : Leaflet dan Power Point
6. Materi : Pendidikan tentang kesehatan jiwa kepada para remaja
pendekatan keluarga dan agama sebagai preventif psychosocial trauma
7. Penyajian materi
Peserta duduk dikursi, anggota kelompok duduk berbaur dengan pasien dan
keluarga , penyaji didepan.
8. Rencana kegiatan
No Tahapan Kegiatan penyuluhan Waktu Metode Alat
. bantu
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 5 menit Ceramah
2. Menjelaskan tujuan dan
kontrak waktu
2. Inti 1. Menjelaskan materi 15 Ceramah
a. Kesehatan jiwa pada menit
usia muda (remaja)
pendekatan keluarga
dan agama sebagai
preventif psychosocial
trauma
1. Mengevaluasi
secara lisan
melihat tingkat
pemahaman
peserta
3. Penutup 1. Memberikan Leaflet 10 Tanya
2. Memberikan salam menit jawab
penutup
9. Pengorganisasian Tempat

Penyuluh

Pembimbing
Moderator

Fasilitator Fasilitator
Keluarga/individu

Fasilitator Fasilitator

Observer
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Davdson G C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Kurniawan & Indahria. (2016). Komunitas SEHATI (Sehat Jiwa dan Hati) sebagai
intervensi kesehatan mental berbasis masyarakat. Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental, pISSN 2528-0104 | e-ISSN 2528-5181
https://media.neliti.com/media/publications/70507-IDkomunitas-sehati-sehat-
jiwa-dan-hati-seb.pdf. Diakses tanggal 06 Desember 2020.
Kusumawati, F. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika, 2010

Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja.Dinkes Sulsel go. Id diakses tanggal 06


Desember
Yusuf. (2019). Upaya penurunan prevalensi ODMK dan ODGJ.
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/2-Upaya-Penurunan-Prevalensi-
ODGJdan-ODMK.pdf. Diakses tanggal 07 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai