antara
HUTAMA KARYA – ADHI KARYA, KSO
dengan
PT.KONAWEHA MAKMUR
Tentang
PENGADAAN BATU GUNUNG & BATU PECAH
Nomor : 010/SPPB/HKADHI-KM/AMERORO/XI/2021
Tanggal : 25 November 2021
Pada hari ini Kamis Tanggal Dua Lima Bulan November tahun Dua Ribu Dua Puluh
Satu (25-11-2021) kami yang bertanda tangan di bawah ini :
II GIRI WARDOYO : Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
PT.KONAWEHA MAKMUR yang beralamat di
Jl.Sultan Hasanuddin No.67 Kendari,selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA
PASAL – 1
DASAR PERJANJIAN
PASAL – 2
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberi tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima
serta bersedia mengikatkan diri untuk melaksanakan : Pengadaan Batu Gunung & Batu
Pecah :
1. Batu Gunung = 2.210 Ton (Dua Ribu Dua Ratus Sepuluh) Dengan spesifikasi :
- Material Batu Gunung tidak boleh bercampur dengan tanah liat
- Batu yang diterima berukuran 20 – 30 cm
- Kuat tekan minimal 400 kg/cm2
Pihak I Pihak II
2. Batu Pecah 0,5 cm= 850 Ton ( Lima Ratus ) Meter
Kubik Dengan spesifikasi :
- Material Batu Pecah tidak boleh bercampur dengan tanah liat
- Batu yang diterima berukuran 0,5 cm
PASAL - 3
HARGA PENGADAAN
Terbilang: Dua Ratus Empat Puluh Sembilan Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah,-.
2. Nilai Jual Beli dalam ayat 1 Pasal ini sudah termasuk segala pengeluaran PIHAK
KEDUA, Galian C, PAD dan pajak-pajak lainnya, bea materai atas surat perjanjian ini,
pungutan resmi lainya.
3. Harga satuan tersebut di atas bersifat tetap (Fixed Unit Price).
4. Volume / jenis barang bersifat estimasi, bisa bertambah atau berkurang sesuai
kebutuhan PIHAK PERTAMA.
PASAL - 4
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
1. PENJUAL/PIHAK KEDUA sanggup untuk mengikuti aturan K3L yang ditetapkan oleh
PEMBELI / PIHAK PERTAMA dan mengikuti peraturan perundangan yang
ditetapkan mengenai K3 dan Lingkungan Seperti :
a. Undang -Undang Republik Indonesia No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 tahun 1992 tentang Jamsostek
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengolahan
Lingkungan Hidup.
d. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang ketanagakerjaan.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 1075/MENKES/SK/VII/2003
tentang Pedoman sistem informasi kesehatan kerja.
2. PENJUAL/PIHAK KEDUA membuat RMK3L mencakup resiko kecelakaan kerjaan
saat operasional quarry, transportasi, sampai diterima pihak pertama, mitigasi resiko
serta rencana tindak lanjut sesuai prosedur PIHAK PERTAMA.
PASAL - 5
CARA PEMBAYARAN
Pembayaran dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dilaksanakan dan diatur
sebagai berikut:
a. Opname volume pekerjaan dilakukan 1 (satu) bulan sekali, cut off per tanggal 25,
ditandatangani kedua belah pihak (berita acara penerimaan material) yang telah
divalidasi kebenaran datanya (material layak diterima sesuai spesifikasi yang
disyaratkan dan diterima oleh pengawas PIHAK PERTAMA)
b. Pembayaran 21 hari setelah opname & material diterima.
c. Pembayaran dapat dilakukan melalui melalui rekening di :
Nama Bank : BANK MANDIRI
No. Rekening :152-00-9400538-2
Atas Nama : PT.KONAWEHA MAKMUR
d. Permintaan Pembayaran dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA disertai dengan
dokumen :
- Invoice (Asli)
- Berita Acara Pembayaran yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak (Asli)
- Kwitansi asli ber Materai Cukup
- Surat jalan/ Bill of Lading ditandatangani oleh pengawas di lapangan
- Berita Acara Penyerahan Barang (P4) yang ditanda tangani oleh PENJUAL dan
PEMBELI.
- Copy Kontrak.
PASAL -6
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PENGADAAN
PASAL -7
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
PASAL -8
SANKSI-SANKSI
Apabila terjadi keterlambatan pelaksanaan sesuai schedule pada lampiran ini akibat
kesalahan PIHAK KEDUA, maka untuk setiap hari keterlambatan PIHAK KEDUA akan
dikenakan denda sebesar 1 ‰ ( satupermil ) perhari terhadap sisa harga kontrak.
Barang/material yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan ditolak atau dikembalikan.
PASAL - 9
FORCE MAJEURE
1. Yang dimaksuddengan Force Majeure adalah keadaan atau peristiwa yang terjadi
diluar kekuasaan atau kemampuan manusia, baik langsung maupun tidak langsung
yang mengakibatkan kedua belah pihak tidak mampu melaksanakan baik sebagian
ataupun seluruh dari kewajibannya, antara lain :
a. Gempabumi.
b. Banjir.
c. Taupan
d. Kebakaran yang bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan kedua belah
pihak.
e. Peraturan Pemerintah Pusat maupun Daerah yang tidak memungkinkan lagi
pekerjaan itu dilaksanakan atau dilanjutkan.
2. Apabila terjadi force majeure (keadaan kahar) dimaksud selama pelaksanaan
pekerjaan, maka pihak yang terkena diharuskan melaporkan kejadian tersebut secara
tertulis kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua
puluh empat) jam sejak force majeure (keadaan kahar) tersebut terjadi.
3. Jika jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini telah dilampaui
sedangkan laporan belum juga disampaikan, maka force majeure tersebut dianggap
tidak pernah ada dan pihak yang terkena tetap harus melaksanakan kewajibannya
sesuai isi perjanjian.
4. Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah PIHAK PERTAMA
menerima laporan tentang terjadinya force majeure dari PIHAK KEDUA, dan PIHAK
PERTAMA belum menyatakan persetujuannya, maka PIHAK PERTAMA dianggap
telah menyetujui keadaan force majeure tersebut.
PASAL - 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya perselisihan
tersebut akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila dengan cara musyawarah tersebut tidak dapat dicapai suatu penyelesaian,
maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut pada
tingkat pertama dan terakhir melalui Badan Arbitrasi Nasional Indonesia ( BANI )
oleh Arbiter-Arbiter yang ditunjuk menurut peraturan tersebut.
3. Putusan arbiter merupakan putusan terakhir dan mengikat kedua belah pihak, dan
kedua belah pihak sepakat meniadakan hak mengajukan upaya hukum apapun ke
Pengadilan manapun sehubungan dengan putusan tersebut.
4. Biaya untuk menyelesaikan perselisihan dan pembebanannya akan ditentukan atas
dasar keputusan BANI tersebut.
5. PIHAK KEDUA berkwajiban untuk melaksanakan Pekerjaan dan menjaga
kemajuannya selama berlangsungnya proses arbitrase.
6. Dalam hal PIHAK PERTAMA melakukan arbitrase dengan Pemberi Tugas atau pihak
lain mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA
berkewajiban untuk menyiapkan dan mengajukan bukti-bukti untuk kepentingan
PIHAK PERTAMA, dengan ini PIHAK KEDUA mengikatkan dan menundukkan dirinya
kepada keputusan arbitrase seperti halnya PIHAK PERTAMA terikat oleh keputusan
tersebut.
PASAL - 11
PENUTUP
Hal-hal lain yang belum diatur atau belum cukup diatur atau ada perubahan dalam Surat
Perjanjian ini akan ditentukan kemudian oleh kedua belah pihak dan akan dituangkan
dalam suatu addendum yang dijadikan lampiran atau bagian, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Surat Perjanjian ini. Demikian Surat Perjanjian
ini dibuat dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak dalam rangkap2 (dua) bermaterai
cukup, rangkap pertama asli dipegang oleh PIHAK PERTAMA dan rangkap kedua asli
dipegang oleh PIHAK KEDUA dimana masing-masing rangkap mempunyai kekuatan
hukum yang sama.