I. Pendahuluan
Sebagai warga negara Indonesia yang senantiasa peduli dengan bahasa Indonesia
dan ingin terus berpartisipasi secara aktif dalam memperkenalkan seni dan budaya bangsa
Indonesia yang berbudi luhur dan bernilai sangat tinggi, saya begitu tertarik dan sangat
antusias sekali menjadi pegiat dan pengajar Bahasa Indonesia Untuk penutur Asing
(BIPA). Berawal dari hanya seorang lulusan program studi ilmu bahasa dan sastra jurusan
sastra Inggris dan berbekal menempuh pendidikan tambahan keguruan akta mengajar
(Akta IV) serta telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah melalui Kemendikbud RI
untuk mengikuti Program Pelatihan Profesi Guru (PLPG) bagi guru dalam jabatan telah
mengantarkan saya menjadi seorang pendidik bahasa Inggris tersertifikasi yang lebih
berkompetensi pada jenjang formal untuk berbagai satuan pendidikan baik jenjang SD,
SMP, SMA, SMK dan untuk beberapa institusi dan lembaga informal terakreditasi.
Menjadi guru mata pelajaran bahasa Inggris hampir lebih dari 15 tahun telah
mengantarkan saya menjadi pribadi yang senantiasa terus terbuka dan senantiasa terus
berkembang untuk terus mengikuti berbagai jenis kegiatan profesional yang terkait
dengan dunia kependidikan melalui kegiatan MGMP, seminar, dan workshop. Berbagai
kegiatan keguruan dalam rangka peningkatan profesionalisme guru yang sangat positif
tersebut tidak hanya memberi peningkatan kapasitas di bidang keilmuan, tetapi juga
kompetensi lain baik kompetensi sosial maupun kompetensi personal. Menjadi seorang
guru tentu telah memberi warna bagi diri saya untuk terus menjadi pribadi positif yang
terus dapat meningkatkan dasar keilmuan, kompetensi sosial dan kompetensi personal.
Bagi saya, mengajar dan menjadi seorang guru dengan terjun secara langsung ditengah-
tengah karakter peserta didik yang beragam dan dengan berbagai latar belakang sosial,
ekonomi serta berbagai permasalahan yang kompleks dan beraneka macam, sungguh
telah menjadi dunia kerja yang luar biasa penuh peluang, dinamis dan tentu menjadi
profesi yang penuh pengalaman dan tantangan dengan rasa suka maupun duka yang
saling terikat.
Bagi saya menjadi guru adalah profesi mulia di mana kita dapat menabung amal dan
tentu suatu saat apa yang telah kita lakukan tersebut akan menjadi ladang amal dunia dan
akhirat yang luar biasa indah dan tepat bagi saya karena saya mampu menjadi pribadi
yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat untuk terus dapat berkontribusi dan
senantiasa terus bersinergi dengan berbagai pihak untuk terlibat langsung dalam proses
menciptakan dan membentuk generasi unggul yang berkarakter dan berahklak mulia,
serta berkompetensi unggul untuk dapat menjadi tunas-tunas dan generasi bangsa yang
cemerlang di masa depan yang lebih bermartabat dan berguna untuk membangun negeri
tercinta Indonesia ini semakin jaya, bermartabat, maju serta mampu bersaing dan sejajar
dengan negara-negara lain di dunia. Tangis, tawa, suka dan duka menjadi satu bagian
utuh yang tidak terpisahkan dan akan terus menjadi kenangan yang tidak terlupakan
dalam sejarah dan perjalanan hidup saya dalam menekuni dan menjalani profesi mulia
sebagai seorang guru.
Menjadi Duta Bahasa Negara tentu akan menjadi cerita lain sangat indah, berkesan
dan menjadi sebuah kebanggan dan prestis diri yang tak lekang waktu dan senatiasa
menjadi goresan tinta sejarah abadi karena telah mampu menjadi pribadi unggul yang
terpilih dalam mengemban tugas negara untuk mewakili dan menjadi representasi bangsa
Indonesia untuk berkontribusi dalam menjayakan bahasa Indonesia, mempromosikan
citra diri bangsa Indonesia sebagai negara besar yang humanis, dan memperkenalkan
seni, budaya dan pranata sosial kemasyarakatan Indonesia yang hebat kepada para
pemelajar asing dan komunitas di negara tujuan.
III. Penutup
Menjadi pegiat dan pengajar BIPA profesional adalah sebuah peluang dan tantangan.
Profesi yang terkait dengan program BIPA dapat memberi celah dan ruang bagi kita
untuk mengisi jabatan kosong yang terkait dengan kebutuhan tenaga pengajar BIPA yang
masih sangat terbuka lebar. Disamping itu, dengan menjadi pegiat dan pengajar BIPA
profesional kita dapat terlibat langsung menjadi agen bahasa dan agen seni-budaya untuk
ikut serta memajukan bahasa Indonesia dan memperkenalkan serta mempromosikan seni-
budaya luhur bangsa Indonesia di dunia Intenasional.
Keuntungan lain dengan memilih profesi sebagai pegiat dan pengajar BIPA
profesional tentu kita dapat menjalin hubungan personal yang lebih intensif dan saling
dapat berbagi dan bertukar informasi terkait bahasa, seni dan budaya asli dari para
pemelajar asing. Dengan terjalinnya pemahaman yang baik antara kedua belah pihak,
maka langkah strategis ini dapat bertransformasi menjadi sebuah peluang dan sarana yang
efektif dan efisien untuk mencegah munculnya multitafsir dan gegar budaya (Culture
Shock) dari kedua belah pihak. BIPA pada akhirnya akan mampu menjadi sebuah
jembatan diplomasi yang kokoh untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hubungan
persaudaran yang saling menguntungkan, sehingga dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang lebih jauh dan menjadi sebuah rencana strategis yang mapan untuk
meningkatkan jalinan antara kedua belah pihak dalam bidang yang lebih komplek seperti
jalinan ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan, pendidikan dan lain-lain.
Untuk menjadi pegiat dan pengajar BIPA profesional, kita tidak hanya dituntut
memiliki kompetensi pedagogis unggul terkait dengan teknis pengelolaan kelas,
manajemen pembelajaran, perencanaan pembelajaran dan metode serta perangkat
evaluasi pengajaran bahasa Indonesia/BIPA saja. Kemampuan bahasa Asing: bahasa
Inggris, bahasa Perancis, bahasa Arab, bahasa Jerman, bahasa Rusia dan bahasa asing
lainnya tentu akan menjadi nilai tambah yang bernilai positif dan memiliki keuntungan
yang besar karena dapat digunakan sebagai sarana media komunikasi yang dapat
memudahkan kita untuk dapat berinteraksi lebih maksimal. Tantangan yang tidak kalah
penting yang harus kita kuasai adalah pemahaman akan seni, budaya dan semua hal yang
terkait dengan Indonesia (wawasan kebangsaan). Menjadi pegiat dan pengajar BIPA
profesional tentu harus dapat menyampaikan informasi tentang Indonesia secara baik,
benar dan berimbang yang didukung dengan fakta dari berbagai sumber referensi yang
baik dan tepercaya yang sesuai dengan realita ketika kita berinteraksi dengan pemelajar
asing dan berbagai komunitas di negara tujuan.
Para pegiat dan pengajar BIPA yang berasal dari berbagai daerah dengan latar
belakang sosial, ekonomi, seni dan budaya yang berbeda tentu juga dituntut untuk mampu
mempresentasikan kearifan budaya lokal dari daerah asalnya masing-masing secara baik
dan berterima. Mencegah gegar budaya bagi para pemelajar asing adalah hal yang
penting untuk dilakukan oleh siapapun yang bergerak di bidang ke-BIPA-an di awal
pertemuan sehingga dapat mencegah “Deeper Shock Culture” yang berakibat
berkurangnya minat para pemelajar asing dalam mempelajari bahasa, seni dan budaya
baru yang berbeda dari bahasa ibunya dan berbeda dari akar seni dan budaya dari negara
asalnya.
Menjadi Duta Bahasa Negara adalah sebuah kebanggan diri dan sebuah prestis.
Penugasan pengajar BIPA di luar negeri selama 4 bulan merupakan peluang emas yang
luar biasa bagi saya untuk dapat berkontribusi positif secara langsung dalam
memperkenalkan dan mempromosikan segala aspek tentang Indonesia baik dari segi
bahasa, seni, budaya, dan juga pranata sosial masyarakat Indonesia dengan berbagai
kearif lokalnya yang sangat beraneka macam. Sebagai warga negara Indonesia, saya
memilki tanggung jawab yang besar untuk menggunakan segala kompetensi dasar
keilmuan, wawasan kebangsaan, dan wawasan akan seni dan budaya yang saya milki dan
saya kuasai untuk dapat saya gunakan untuk sebagai sarana dan media yang tepat bagi
saya untuk dapat berkontribusi dan mampu memberi andil yang cukup besar untuk ikut
serta berpartispasi secara aktif dan proposional untuk dapat memanjukan dan
meningkatkan kuantitas dan kualitas hubungan diplomasi antara bangsa Indonesia dengan
bangsa lain.
Untuk memberikan pemahaman lintas budaya yang baik bagi para pemelajar asing,
memberikan pemahaman bahasa dan seni-budaya secara baik, terarah, terencana,
termonitor dan terevaluasi yang didukung fakta dan sumber referensi yang relevan juga
menjadi sebuah tantangan yang harus kita taklukan, sehingga pada akhirnya kita akan
mampu memberikan gambaran utuh citra diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
moderen, terbuka, berbudi luhur, toleran, humanis, menjunjung tinggi nilai-nilai moral,
kesetiakawanan sosial dan agama, berjiwa sosial dan kemanusiaan yang tinggi, memilki
etos kerja yang ulet, senatiasa mengutamakan musyawarah mufakat, dan selalu menjalin
hubungan sosial kemasyarakatan dengan dasar dan prinsip kerja gotong royong untuk
kepentingan dan kesejahteraan bersama.
Sumber Referensi:
1. https://bipa.kemdikbud.go.id/portal
2. http://appbipa.or.id/bahan-ajar/
3. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/4856
4. https://www.kompasiana.com/unik/55008878a33311ef6f511659/teori-belajar-andragogi-
dan-penerapannya
5. https://www.kompasiana.com/unik/55008878a33311ef6f511659/teori-belajar-andragogi-
dan-penerapannya
6. https://www.researchgate.net/publication/332944821_Aplikasi_Pembelajaran_BIPA_Bah
asa_Indonesia_Bagi_Penutur_Asing_Tingkat_Dasar_Berbasis_Android
7. https://adoc.tips/pengembangan-materi-bipa-berbasis-multimedia-dan-berkonten-b.html
8. https://www.medcom.id/internasional/asia/VNx7zxyK-investasi-kekuatan-diplomasi-
melalui-seni-budaya
9. https://www.wartaekonomi.co.id/read245229/duta-bahasa-nasional-bawa-bahasa-
indonesia-ke-internasional
10. https://www.elevenia.co.id/prd-deskripsi-empiris-dan-model-perangkat-pembelajaran-
bipa-28341455
11. Alwasilah, A. Chaedar. 1998. “Pengajaran Bahasa Indonesia Untuk Orang Asing.”
Bandung: Andira
12. Ardyansyah.2012.”Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)”: Dalam Profil BIPA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa-Kemdiknas.
13. Copper, Robert L. 1989. “Language Planning and Social Change”. New York:
Cambridge University Press.
14. Irasan, Abdul.2010.”Peluang dan Tantangan Diplomasi Indonesia”. Jakarta: Himmah
Media.
15. Robbinson, Gail L.Nemetz. 1988. “Crossculture Understanding”. New York: Prentice
Hall.