REPUBLIK INDONESIA
Mengingat :…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Afiliasi adalah:
d. hubungan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
8. Kustodian…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
16. Penitipan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
16. Penitipan Kolektif adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki
bersama oleh lebih dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili
oleh Kustodian.
17. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontrak dengan
Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan
Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang
tidak terjual.
24. Portofolio Efek adalah kumpulan Efek yang dimiliki oleh Pihak.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
25. Prinsip…
28. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa
Efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek
mengenai jual beli Efek, pinjam meminjam Efek, atau kontrak lain
mengenai Efek atau harga Efek.
Pasal 2
- 7 -
BAB II…
BAB II
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
a. memberi:
- 8 -
b. mewajibkan…
- 9 -
i. mengumumkan…
- 10 -
BAB III…
BAB III
BURSA EFEK, LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN, SERTA LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN
Bagian Kesatu
Bursa Efek
Paragraf 1
Perizinan
Pasal 6
Paragraf 2
Tujuan dan Kepemilikan
Pasal 7
(1) Bursa Efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan
Efek yang teratur, wajar, dan efisien.
- 11 -
(3) Rencana...
(3) Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek wajib
disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan
dilaporkan kepada Bapepam.
Pasal 8
Paragraf 3
Peraturan Bursa Efek dan Satuan Pemeriksa
Pasal 9
(4) Biaya dan iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disesuaikan
menurut kebutuhan pelaksanaan fungsi Bursa Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Pasal 10…
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
- 13 -
Bagian…
Bagian Kedua
Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian
Paragraf 1
Perizinan
Pasal 13
Paragraf 2
Tujuan dan Kepemilikan
Pasal 14
- 14 -
(3) Lembaga...
Pasal 15
Paragraf 3
Peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan serta
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Pasal 16
- 15 -
(2) Lembaga...
(3) Penentuan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
disesuaikan menurut kebutuhan pelaksanaan fungsi Lembaga
Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.
Pasal 17
BAB IV
REKSA DANA
Bagian Kesatu
Bentuk Hukum dan Perizinan
Pasal 18
a. Perseroan; atau
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
(2) Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat
bersifat terbuka atau tertutup.
(4) Reksa...
(4) Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b hanya
dapat dikelola oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak.
Pasal 19
- 17 -
Pasal 20
(2) Dalam...
Bagian Kedua
Pengelolaan
Pasal 21
- 18 -
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur
lebih lanjut oleh Bapepam.
Pasal 22…
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
(2) Reksa Dana dilarang membeli saham atau Unit Penyertaan Reksa
Dana lainnya.
(3) Pembatasan investasi Reksa Dana diatur lebih lanjut oleh Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Pasal 25
(1) Semua kekayaan Reksa Dana wajib disimpan pada Bank Kustodian.
Pasal 26…
Pasal 26
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Bapepam.
Pasal 27
(1) Manajer Investasi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas sebaik mungkin semata-mata untuk
kepentingan Reksa Dana.
- 20 -
Pasal 28
(2) Pada saat pendirian Reksa Dana berbentuk Perseroan, paling sedikit
1% (satu perseratus) dari modal dasar Reksa Dana telah
ditempatkan dan disetor.
(3) Pelaksanaan...
(4) Dana yang digunakan untuk membeli kembali saham Reksa Dana
berbentuk Perseroan berasal dari kekayaan Reksa Dana.
Pasal 29
(2) Dalam hal Reksa Dana membentuk dana cadangan, besarnya dana
cadangan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.
BAB V
PERUSAHAAN EFEK, WAKIL PERUSAHAAN EFEK,
DAN PENASIHAT INVESTASI
Bagian Kesatu
Perizinan Perusahaan Efek
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Pasal 30
(3) Pihak...
(4) Persyaratan dan tata cara perizinan Perusahaan Efek diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 31
Bagian Kedua
Perizinan Wakil Perusahaan Efek
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
Pasal 32
(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Wakil Perusahaan Efek diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 33…
Pasal 33
Bagian Ketiga
Perizinan Penasihat Investasi
Pasal 34
(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Penasihat Investasi diatur lebih
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
Bagian Keempat
Pedoman Perilaku
Pasal 35
Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi dilarang:
b. mengungkapkan…
Pasal 36
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
Pasal 37
b. menyelenggarakan…
Pasal 38
- 25 -
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41…
...
Pasal 41
Pasal 42
- 26 -
BAB VI
LEMBAGA PENUNJANG PASAR MODAL
Bagian Kesatu
Kustodian
Paragraf 1
Persetujuan
Pasal 43
(2) Persyaratan...
(2) Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan bagi Bank Umum
sebagai Kustodian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Paragraf 2
Efek yang Dititipkan
Pasal 44
(2) Efek yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat secara tersendiri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
(3) Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening Efek Kustodian
bukan merupakan bagian dari harta Kustodian tersebut.
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47…
Pasal 47
- 28 -
(2) Setiap Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf f yang memperoleh keterangan mengenai rekening
Efek nasabah dari Kustodian atau afiliasinya dilarang memberikan
keterangan dimaksud kepada Pihak mana pun, kecuali diperlukan
dalam pelaksanaan fungsinya masing-masing.
(3) Permintaan...
Bagian Kedua
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
Pasal 48
Pasal 49
(2) Kontrak...
(2) Kontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib secara jelas
memuat hak dan kewajiban Biro Administrasi Efek dan Emiten,
termasuk kewajiban kepada pemegang Efek.
Bagian Ketiga
Wali Amanat
Pasal 50
- 30 -
(3) Persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 51
(4) Penggunaan...
Pasal 52
Pasal 53
Wali Amanat wajib memberikan ganti rugi kepada
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
Pasal 54
BABVII
PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA
DAN PENITIPAN KOLEKTIF
Bagian Kesatu
Penyelesaian Transaksi Bursa
Pasal 55
(2) Lembaga...
- 32 -
(5) Kontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan penetapan dana
jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) mulai berlaku
setelah mendapat persetujuan Bapepam.
Bagian Kedua
Penitipan Kolektif
Pasal 56
(3) Apabila...
- 33 -
Pasal 57
Pasal 58
(2) Emiten...
- 34 -
Pasal 59
Pasal 60…
Pasal 60
- 35 -
Pasal 61
Pasal 62
Anggaran dasar Emiten wajib memuat ketentuan
mengenai Penitipan Kolektif.
Pasal 63
BABVIII
PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL
Bagian Kesatu
Pendaftaran
Pasal 64
a. Akuntan;...
a. Akuntan;
b. Konsultan Hukum;
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -
c. Penilai;
d. Notaris; dan
Pasal 65
(2) Jasa dari Profesi Penunjang Pasar Modal di bidang Pasar Modal
yang telah diberikan sebelumnya tidak menjadi batal karena
batalnya pendaftaran profesi, kecuali apabila jasa yang diberikan
tersebut merupakan sebab dibatalkannya pendaftaran atau
dicabutnya izin profesi yang bersangkutan.
(4) Dalam...
(4) Dalam hal Bapepam memutuskan bahwa jasa yang diberikan oleh
Profesi Penunjang Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) tidak berlaku, Bapepam dapat mewajibkan perusahaan yang
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
a. pelanggaran…
- 38 -
Bagian Ketiga
Standar Akuntansi
Pasal 69
BABIX
EMITEN DAN PERUSAHAAN PUBLIK
Bagian Kesatu
Pernyataan Pendaftaran
Pasal 70
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi
Pihak yang melakukan:
a. penawaran...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -
Pasal 71
Pasal 72
(2) Dalam hal Penjamin Pelaksana Emisi Efek lebih dari satu, Penjamin
Pelaksana Emisi Efek bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, atas penyelenggaraan Penawaran Umum.
(3) Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Emiten bertanggung jawab atas
kebenaran dan kelengkapan Pernyataan Pendaftaran yang
disampaikan kepada Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -
Pasal 73…
Pasal 73
Bagian Kedua
Tata Cara Penyampaian Pernyataan Pendaftaran
Pasal 74
- 41 -
Pasal 75…
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Bagian Ketiga
Prospektus dan Pengumuman
Pasal 78
- 42 -
(2) Setiap...
Pasal 79
- 43 -
Bagian…
Bagian Keempat
Tanggung Jawab atas Informasi
yang Tidak Benar atau Menyesatkan
Pasal 80
- 44 -
b. tidak...
Pasal 81
(2) Pembeli Efek yang telah mengetahui bahwa informasi tersebut tidak
benar dan menyesatkan sebelum melaksanakan pembelian Efek
tersebut tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap
kerugian yang timbul dari transaksi Efek dimaksud.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -
Bagian…
Bagian Kelima
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Benturan Kepentingan,
Penawaran Tender, Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
Pasal 82
(3) Persyaratan dan tata cara penerbitan hak memesan Efek terlebih
dahulu dan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut oleh Bapepam.
Pasal 83
- 46 -
Pasal 84…
Pasal 84
BABX
PELAPORAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI
Pasal 85
Pasal 86
- 47 -
(2) Emiten...
Pasal 87
(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib
disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya
kepemilikan atau perubahan kepemilikan atas saham Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
Pasal 88
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
Pasal 89
(2) Pengecualian...
BABXI
PENIPUAN, MANIPULASI PASAR, DAN
PERDAGANGAN ORANG DALAM
Pasal 90
- 49 -
Pasal 91
Pasal 92…
Pasal 92
Pasal 93
Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila
pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:
- 50 -
tersebut.
Pasal 94
Pasal 95…
Pasal 95
Pasal 96
b. memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk
melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -
Pasal 97
(2) Setiap...
Pasal 98
Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten
atau Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut, kecuali apabila:
Pasal 99
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 52 -
BABXII
PEMERIKSAAN
Pasal 100
(2) Dalam...
- 53 -
(4) Setiap pegawai Bapepam yang diberi tugas atau Pihak lain yang
ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan pemeriksaan dilarang
memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi
yang diperoleh berdasarkan Undang-undang ini kepada Pihak mana
pun, selain dalam rangka upaya mencapai tujuan Bapepam atau jika
diharuskan oleh Undang-undang lainnya.
BABXIII…
BABXIII
PENYIDIKAN
Pasal 101
- 54 -
f. melakukan...
- 55 -
BAB XIV…
BABXIV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 102
a. peringatan tertulis;
- 56 -
g. pembatalan pendaftaran.
BABXV…
BABXV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 103
(1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin,
persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50,
dan Pasal 64 diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
- 57 -
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106…
Pasal 106
Pasal 107
- 58 -
Pasal 108
Pasal 109…
Pasal 109
Pasal 110
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2),
Pasal 105, dan Pasal 109 adalah pelanggaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1),
Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.
BABXVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 111
Pasal 112…
Pasal 112
- 60 -
BABXVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 113
Pasal 114
c. Pernyataan…
- 61 -
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 115
Pasal 116
Agar…
- 62 -
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 10 Nopember 1995
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Nopember 1995
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MOERDIONO
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1995
TENTANG
PASAR MODAL
UMUM
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang, antara
lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan, dan mengendalikan berbagai
kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tatanan hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi
adalah ketentuan di bidang Pasar Modal yang pada saat ini masih didasarkan pada
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang penetapan "Undang-undang Darurat
tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai Undang-undang
(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Dengan lahirnya Undang-undang tentang
Pasar Modal diharapkan Pasar Modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pembangunan sehingga sasaran pembangunan di bidang ekonomi dapat tercapai.
Ketentuan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
Ketentuan yang mengatur tentang kegiatan Pasar Modal yaitu Undang-undang Nomor 15
Tahun 1952 tentang penetapan "Undang-undang Darurat tentang Bursa (Lembaran
Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952
Nomor 67) tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada
pada saat ini oleh karena ketentuan yang ada dalam Undang-undang tersebut tidak
mengatur hal-hal yang sangat penting dalam kegiatan Pasar Modal, yaitu kewajiban
Pihak-Pihak dalam suatu Penawaran Umum untuk memenuhi Prinsip Keterbukaan, serta
terutama ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perlindungan kepada masyarakat
umum. Selain itu, dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang ekonomi, ditambah
lagi dengan globalisasi ekonomi, maka sudah saatnya apabila ketentuan-ketentuan tentang
kegiatan Pasar Modal diatur dalam suatu Undang-undang yang baru, dengan tetap
mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Di dalam Undang-undang ini diatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang
melakukan Penawaran Umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai
Perusahaan Publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya, baik dari
segi keuangan, manajemen, produksi maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan
usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi
masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Oleh karena itu,
dalam Undang-undang ini diatur mengenai adanya ketentuan yang mewajibkan Pihak
yang melakukan Penawaran Umum dan memperdagangkan efeknya di pasar sekunder
untuk memenuhi Prinsip Keterbukaan. Kegagalan atas kewajiban tersebut mengakibatkan
Pihak yang melakukan atau yang terkait dengan Penawaran Umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita masyarakat dan dapat dituntut secara pidana apabila ternyata
terkandung unsur penipuan. Dalam kaitannya dengan itu, di dalam Undang-undang ini
diatur pula kewajiban-kewajiban yang melingkupi Pihak-Pihak yang berkaitan dengan
Penawaran Umum seperti Penjamin Emisi Efek, Akuntan, Konsultan Hukum, Notaris,
Penilai, dan profesi lainnya, untuk mematuhi kewajiban-kewajiban yang harus mereka
penuhi, disertai dengan ancaman berupa sanksi ganti rugi dan atau ancaman pidana atas
kegagalan mematuhi kewajiban yang ada berdasarkan Undang-undang ini.
Di dalam Undang-undang ini juga diatur tentang adanya sistem perdagangan di pasar
sekunder agar Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian dapat menjalankan fungsi masing-masing agar
perdagangan dapat dilakukan secara teratur, wajar, dan efisien.
Selanjutnya, agar kegiatan di Pasar Modal dapat berjalan dan dilaksanakan secara teratur
dan wajar, serta agar masyarakat pemodal dapat terlindungi dari praktik yang merugikan
dan tidak sejalan dengan ketentuan yang ada dalam Undang-undang ini, maka Badan
Pengawas Pasar Modal diberi kewenangan untuk melaksanakan dan menegakkan
ketentuan yang ada dalam Undang-undang ini. Kewenangan tersebut antara lain
kewenangan untuk melakukan penyidikan, yang pelaksanaannya didasarkan pada Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
PASAL…
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Angka 1
Huruf a
Yang dimaksud dalam huruf ini dengan:
1) hubungan keluarga karena perkawinan adalah hubungan seseorang
dengan:
a) suami atau istri;
b) orang tua dari suami atau istri dan suami atau istri dari anak
(derajat I vertikal);
c) kakek dan nenek dari suami atau istri dan suami atau istri dari
cucu (derajat II vertikal);
d) saudara dari suami atau istri beserta suami atau istrinya dari
saudara yang bersangkutan (derajat II horizontal); dan
e) suami atau istri dari saudara orang yang bersangkutan (derajat
II horizontal).
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pegawai dalam huruf ini adalah seseorang yang
bekerja pada Pihak lain, di mana Pihak lain tersebut mempunyai
kewenangan untuk mengendalikan dan mengarahkan orang dimaksud
untuk melakukan pekerjaan dengan memperoleh upah atau gaji secara
berkala.
Huruf c
Sebagai contoh, hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat 1
(satu) atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama adalah
sebagai berikut:
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengendalian dalam huruf ini adalah
kemampuan untuk menentukan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan cara apa pun pengelolaan dan atau kebijaksanaan perusahaan.
- 4 -
Tuan A…
Tuan A mengendalikan PT X.
PT Y dikendalikan oleh PT X.
Huruf e
Sebagai contoh, hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan
secara langsung oleh Pihak yang sama adalah sebagai berikut:
Tuan A memiliki 20% (dua puluh perseratus) hak suara dari seluruh
saham yang mempunyai hak suara yang dikeluarkan oleh PT X.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
Angka 2…
Angka 2
Cukup jelas
Angka 3
Cukup jelas
Angka 4
Pengertian ini mencakup pula sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli Efek, meskipun sistem dan atau sarana tersebut tidak
mencakup sistem dan atau sarana untuk memperdagangkan Efek.
Angka 5
Yang dimaksud dengan derivatif dari Efek dalam angka ini adalah turunan dari
Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi
dan waran.
Yang dimaksud dengan opsi dalam penjelasan angka ini adalah hak yang
dimiliki oleh Pihak untuk membeli atau menjual kepada Pihak lain atas
sejumlah Efek pada harga dan dalam waktu tertentu.
Yang dimaksud dengan waran dalam penjelasan angka ini adalah Efek yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek
untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah 6
(enam) bulan atau lebih sejak Efek dimaksud diterbitkan.
Angka 6
Cukup jelas
Angka 7
Sebagai contoh, Informasi atau Fakta Material, adalah antara lain informasi
mengenai:
a. penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition),
peleburanusaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan;
b. pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock dividend);
c. pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya;
d. perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. produk atau penemuan baru yang berarti;
f. perubahan tahun buku perusahaan; dan
g. perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen;
sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga Efek dan atau
keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
Angka 8…
Angka 8
Penitipan Efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini termasuk pula
Penitipan Kolektif.
Yang dimaksud dengan "pemegang rekening" dalam angka ini adalah Pihak
yang namanya tercatat pada rekening Efek berdasarkan kontrak yang dibuat
dengan Kustodian. Pemegang rekening dapat merupakan pemilik atau wakil
pemilik Efek yang tercatat dalam rekening Efek.
Sebagai contoh, pemilik Efek menitipkan Efek dalam rekening Efek atas
namanya pada Perusahaan Efek. Kemudian, Perusahaan Efek ini menitipkan
Efek tersebut dalam rekening Efek atas nama Perusahaan Efek dimaksud pada
Bank Kustodian. Selanjutnya, Bank Kustodian menitipkan Efek tersebut dalam
rekening Efek atas nama Bank Kustodian dimaksud pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian. Dalam hal ini, Bank Kustodian tercatat
sebagai pemegang rekening pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
selaku wakil substitusi Perusahaan Efek yang dalam hal ini mewakili pemilik
Efek.
Yang dimaksud dengan "rekening Efek" dalam penjelasan angka ini adalah
catatan yang menunjukkan posisi Efek dan dana nasabah pada Kustodian.
Angka 9
Yang dimaksud dengan "kliring Transaksi Bursa" dalam angka ini adalah
proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa.
Angka 10
Cukup jelas
Angka 11
Cukup jelas
Angka 12
Cukup jelas
Angka 13
Cukup jelas
Angka 14
Pemberian nasihat kepada Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam angka ini
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
Angka 15…
Angka 15
Penawaran Umum dalam angka ini meliputi penawaran Efek oleh Emiten yang
dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia atau kepada warga negara
Indonesia dengan menggunakan media massa atau ditawarkan kepada lebih
dari 100 (seratus) Pihak atau telah dijual kepada lebih dari 50 (lima puluh)
Pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu.
Ketentuan Penawaran Umum berlaku juga bagi Emiten dalam negeri yang
melakukan Penawaran Umum di luar negeri kepada warga negara Indonesia.
Hal ini diperlukan dalam rangka melindungi warga negara Indonesia yang
melakukan investasi dalam Efek yang ditawarkan oleh Pihak tersebut di luar
wilayah Republik Indonesia.
Penawaran Efek kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak tersebut tidak dikaitkan
dengan apakah penawaran tersebut diikuti dengan pembelian Efek atau tidak.
Sedangkan penjualan Efek kepada lebih dari 50 (lima puluh) Pihak tersebut
lebih ditekankan kepada realisasi penjualan Efek dimaksud tanpa
memperhatikan apakah penjualan tersebut dilakukan melalui penawaran atau
tidak.
Yang dimaksud dengan "media massa dalam penjelasan angka ini adalah surat
kabar, majalah, film, televisi, radio, dan media elektronik lainnya, serta surat,
brosur dan barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih dari 100 (seratus)
Pihak.
Jumlah 100 (seratus) Pihak dalam penawaran Efek dan 50 (lima puluh) Pihak
dalam penjualan Efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini dapat berubah
sesuai dengan perkembangan Pasar Modal. Perubahan tersebut ditetapkan
lebih lanjut oleh Bapepam.
Angka 16
Yang dimaksud dengan "Efek yang dimiliki bersama dalam angka ini adalah
Efek yang dimiliki oleh lebih dari satu Pihak dan tercatat atas nama Kustodian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
Sebagai…
Sebagai contoh, Efek dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian yang terdaftar dalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas
nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tetap diakui oleh Emiten
bahwa Efek tersebut dimiliki bersama oleh lebih dari satu Pihak yang diwakili
oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Efek dalam Penitipan Kolektif
pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat dalam rekening Efek
pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tetap diakui oleh Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian bahwa Efek tersebut dimiliki bersama oleh
lebih dari satu Pihak yang diwakili oleh Bank Kustodian atau Perusahaan Efek
tersebut.
Angka 17
Cukup jelas
Angka 18
Cukup jelas
Angka 19
Cukup jelas
Angka 20
Cukup jelas
Angka 21
Cukup jelas
Angka 22
Cukup jelas
Angka 23
Cukup jelas
Angka 24
Cukup jelas
Angka 25
Cukup jelas
Angka 26
Cukup jelas
Angka 27
Cukup jelas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
Angka 28…
Angka 28
Pinjam-meminjam Efek dapat terjadi dalam hal Anggota Bursa Efek tidak
memiliki Efek yang mencukupi untuk menyelesaikan kewajibannya yang
timbul akibat jual beli Efek yang dilakukannya di Bursa Efek.
Kontrak lain mengenai harga Efek mencakup, antara lain opsi terhadap indeks
harga saham.
Angka 29
Cukup jelas
Angka 30
Cukup jelas
Pasal 2
Kebijaksanaan umum adalah kebijaksanaan di bidang Pasar Modal yang secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kebijaksanaan fiskal, moneter, dan
kebijaksanaan ekonomi makro pada umumnya.
Pasal 3
Ayat (1)
Mengingat Pasar Modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan
sebagai wahana investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang
strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, kegiatan Pasar
Modal perlu mendapatkan pengawasan agar dapat dilaksanakan secara teratur,
wajar, dan efisien. Untuk itu, secara operasional Bapepam diberi kewenangan
dan kewajiban untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap Pihak yang
melakukan kegiatan di Pasar Modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan
dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk
aturan, pedoman, pembimbingan dan pengarahan maupun secara represif
dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Huruf a
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
Angka 1)
Cukup jelas
Angka 2)
Cukup jelas
Angka 3)…
Angka 3)
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Calon anggota direksi atau komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam.
Tata cara pencalonan anggota direksi atau komisaris Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah
sebagai berikut:
- 11 -
5. Tidak…
5. Tidak memiliki akhlak dan moral yang baik; atau
6. melakukan pelanggaran yang cukup material atas ketentuan peraturan
perundang-undangan Pasar Modal.
Huruf d
Pernyataan efektif dalam hal ini menunjukkan lengkap atau dipenuhinya
seluruh prosedur dan persyaratan atas Pernyataan Pendaftaran yang diwajibkan
dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya. Pernyataan
efektif tersebut bukan merupakan izin untuk melakukan Penawaran Umum
dan juga bukan berarti bahwa Bapepam menyatakan informasi yang
diungkapkan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut adalah benar atau cukup.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Angka 1)
Apabila suatu Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal
menyampaikan informasi melalui iklan atau promosi yang tidak sesuai
dengan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya, untuk
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Angka 2)…
Angka 2)
Apabila iklan atau promosi tersebut pada angka 1) di atas mengakibatkan
kerugian kepada Pihak lain termasuk pemodal, Bapepam memiliki
kewenangan untuk mewajibkan Pihak tersebut mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang
ditimbulkan, antara lain berupa pembayaran ganti rugi.
Huruf g
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini adalah pemeriksaan rutin
terhadap Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak yang memperoleh izin,
persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam. Pemeriksaan tersebut dapat
dilakukan oleh Bapepam dengan mewajibkan para Pihak dimaksud untuk
menyampaikan laporan tertentu atau memeriksa kantor dan catatan seperti
rekening, pembukuan, dokumen, atau kertas kerja yang disusun secara manual,
mekanis, elektronik atau dengan cara lain.
Huruf h
Penugasan kepada Pihak lain oleh Bapepam sebagaimana dimaksud dalam
huruf ini, misalnya, adalah penugasan Bapepam kepada Bursa Efek untuk
melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan Efek yang menjadi Anggota
Bursa Efek. Penugasan tersebut dapat pula diberikan kepada Akuntan atau
Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan dalam kasus tertentu di mana jasa
Akuntan atau Pihak lain yang bersangkutan diperlukan.
Huruf i
Dalam hal Bapepam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf e dan huruf g dan hasil pemeriksaan tersebut dipandang perlu untuk
diketahui oleh masyarakat dalam rangka menjaga integritas pasar dan
kepatuhan setiap Pihak terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya, Bapepam dapat mengumumkan hasil pemeriksaan tersebut
berdasarkan kewenangan dalam huruf ini.
Huruf j
Pembekuan atau pembatalan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau
penghentian Transaksi Bursa atas Efek tertentu dapat dilakukan oleh Bapepam
bilamana terdapat hal-hal atau kejadian yang membahayakan kepentingan
pemodal atau keadaan yang tidak memungkinkan diselenggarakannya
Transaksi Bursa atas Efek tertentu secara wajar, misalnya diketahui bahwa
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
Huruf k…
Huruf k
Yang dimaksud dengan "keadaan darurat dalam huruf ini adalah suatu keadaan
memaksa di luar kemampuan Pihak sebagai akibat, antara lain, adanya perang,
peristiwa alam seperti gempa bumi atau banjir, pemogokan, sabotase atau
huru-hara, turunnya sebagian besar atau keseluruhan harga Efek yang tercatat
di Bursa Efek sedemikian besar dan material sifatnya yang terjadi secara
mendadak (crash), atau kegagalan sistem perdagangan atau penyelesaian
transaksi.
Huruf l
Jika suatu Pihak dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan yang
bersangkutan tidak menerima sanksi tersebut, maka Pihak dimaksud dapat
mengajukan keberatan atas pengenaan sanksi tersebut kepada Bapepam.
Bapepam dapat mengabulkan permohonan tersebut apabila berdasarkan hasil
penelaahan Bapepam sanksi dimaksud tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dengan membatalkan atau mengubah keputusan Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
Sebaliknya, Bapepam dapat menolak permohonan tersebut dengan menguatkan
keputusan Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian apabila keberatan atas pengenaan sanksi
tersebut tidak beralasan.
Huruf m
Yang dimaksud dengan biaya perizinan dalam huruf ini adalah biaya-biaya
yang dipungut dalam rangka pemberian izin yang dikeluarkan Bapepam
kepada Pihak-Pihak yang akan melakukan kegiatan di Pasar Modal, misalnya
pemberian izin kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, Wakil Penjamin
Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer Investasi, dan
Penasihat Investasi.
Yang dimaksud dengan biaya persetujuan dalam huruf ini adalah biaya-biaya
yang dipungut dalam rangka pemberian persetujuan yang dikeluarkan oleh
Bapepam kepada Pihak-Pihak yang akan melakukan kegiatan di Pasar Modal
seperti pemberian persetujuan kepada bank yang akan bertindak sebagai
Kustodian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
Yang dimaksud dengan biaya pendaftaran dalam huruf ini adalah biaya-biaya
yang dipungut dalam rangka pendaftaran Wali Amanat dan Profesi Penunjang
Pasar Modal yang meliputi pendaftaran Akuntan, Penilai, Notaris, dan
Konsultan Hukum.
Yang…
Yang dimaksud dengan biaya pemeriksaan dan penelitian dalam huruf ini,
antara lain, biaya-biaya yang dipungut dalam rangka penelaahan dokumen
Pernyataan Pendaftaran dan pemeriksaan yang melibatkan Pihak lain dalam
rangka pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh Akuntan.
Yang dimaksud dengan biaya lain dalam huruf ini, antara lain biaya-biaya yang
dipungut dalam pemberian informasi yang dibutuhkan oleh pemodal.
Huruf n
Yang dimaksud dengan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian
masyarakat dalam huruf ini adalah tindakan-tindakan yang bersifat penting dan
segera harus diambil untuk melindungi masyarakat dari pelanggaran
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya, antara lain mencakup:
1. memutuskan cara penyelesaian transaksi dalam hal Lembaga Kliring dan
Penjaminan tidak mampu menyelesaikan transaksi tertentu;
2. mengambil tindakan-tindakan penting dalam hal terjadi pemalsuan saham
seperti pengusulan pencekalan terhadap Pihak tertentu kepada Direktur
Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman melalui Jaksa Agung;
3. mewajibkan Bursa Efek untuk mengubah peraturan yang dibuatnya
apabila peraturan tersebut bertentangan dengan peraturan Pasar Modal
yang berlaku;
4. mewajibkan Emiten untuk menggunakan dana hasil emisi sesuai dengan
tujuan yang telah diungkapkan dalam Prospektus; dan
5. menyetujui dilakukannya perubahan atas penggunaan dana hasil emisi
dengan syarat bahwa hal tersebut telah memperoleh putusan Rapat
Umum Pemegang Saham.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Dalam menetapkan instrumen lain sebagai Efek dalam huruf ini dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta kewenangan instansi lain, misalnya Bank Indonesia.
Huruf q…
Huruf q
Yang dimaksud dengan "melakukan hal-hal lain dalam huruf ini adalah
kewenangan selain yang ditetapkan pada huruf a sampai dengan huruf p.
Pasal 6
Ayat (1)
Kegiatan Bursa Efek pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana perdagangan Efek bagi para anggotanya.
Mengingat perdagangan dimaksud menyangkut dana masyarakat yang
diinvestasikan dalam Efek, perdagangan tersebut harus dilaksanakan secara
teratur, wajar, dan efisien. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan Bursa
Efek hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. izin usaha;
b. ketentuan yang wajib diatur dalam anggaran dasar;
c. kepengurusan;
d. permodalan; dan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
Pasal 7
Ayat (1)
Perdagangan Efek secara teratur, wajar, dan efisien adalah suatu perdagangan
yang diselenggarakan berdasarkan suatu aturan yang jelas dan dilaksanakan
secara konsisten. Dengan demikian, harga yang terjadi mencerminkan
mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran.
Perdagangan Efek yang efisien tercermin dalam penyelesaian transaksi yang
cepat dengan biaya yang relatif murah.
Ayat (2)…
Ayat (2)
Bursa Efek didirikan untuk menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
atau sarana perdagangan Efek. Dengan tersedianya sistem dan atau sarana
yang baik, para Anggota Bursa Efek yang sekaligus pemegang saham Bursa
Efek yang bersangkutan dapat melakukan penawaran jual dan beli Efek secara
teratur, wajar, dan efisien. Di samping itu, tersedianya sistem dan atau sarana
dimaksud memungkinkan Bursa Efek melakukan pengawasan terhadap
anggotanya dengan lebih efektif.
Ayat (3)
Dalam menyusun rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba, Bursa Efek
wajib berpedoman pada prinsip efisiensi Pasar Modal dan memperhatikan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam yang menyangkut, antara lain,
hal-hal sebagai berikut:
a. meningkatkan sistem atau sarana perdagangan Efek;
b. meningkatkan sistem pembinaan dan pengawasan terhadap Anggota
Bursa Efek;
c. mengembangkan sistem pencatatan Efek yang efisien;
d. mengembangkan sistem kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan Bursa Efek;
e. meningkatkan sistem pelayanan informasi;
f. melakukan kegiatan pengembangan Pasar Modal melalui kegiatan
promosi dan penelitian; dan
g. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek diputuskan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dan diajukan kepada Bapepam.
- 17 -
Pasal 8
Oleh karena tujuan Bursa Efek adalah untuk menyediakan sistem dan atau sarana
perdagangan Efek dan yang dapat melakukan perdagangan Efek di Bursa Efek
hanya Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek,
pemegang saham Bursa Efek dibatasi hanya pada Perusahaan Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai Perantara Pedagang Efek.
Pasal 9…
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hal-hal lain dalam ayat ini adalah kewenangan Bursa
Efek untuk menetapkan aturan tentang pemeriksaan terhadap Anggota Bursa
Efek, aturan yang berkaitan dengan mekanisme koordinasi pelaksanaan fungsi
Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, dan untuk mengantisipasi perkembangan di
masa yang akan datang.
Kesepadanan Efek adalah sifat dari Efek yang dapat dipertukarkan dengan
Efek sejenis yang mempunyai nilai yang sama dan diterbitkan oleh Emiten
yang sama.
Ayat (2)
- 18 -
Ayat (3)
Pendapatan Bursa Efek pada dasarnya berasal dari pungutan berupa iuran
anggota, biaya transaksi, dan biaya pencatatan Efek. Penggunaan pungutan
dimaksud diperkenankan untuk membiayai pelaksanaan fungsinya agar
perdagangan Efek di Bursa Efek yang dilakukan oleh para anggotanya dapat
terlaksana dengan teratur, wajar, dan efisien.
Ayat (4)…
Ayat (4)
Besarnya biaya dan iuran yang ditetapkan oleh Bursa Efek harus didasarkan
pada kebutuhan bagi penyelenggaraan dan pengembangan Bursa Efek. Dalam
hal dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan pengembangan Bursa
Efek sudah mencukupi, biaya dan iuran dimaksud dapat diturunkan.
Pasal 10
Pasal 11
Agar peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya, peraturan dimaksud wajib
mendapat persetujuan Bapepam terlebih dahulu sebelum dinyatakan berlaku.
Pasal 12
Ayat (1)
Ayat (2)
Pelaporan dalam ayat ini dimaksudkan agar direksi dan dewan komisaris Bursa
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Ayat (3)
Pasal 13…
Pasal 13
Ayat (1)
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. izin usaha;
b. ketentuan yang wajib diatur dalam anggaran dasar;
c. kepengurusan; dan
d. permodalan.
Pasal 14
Ayat (1)
Kegiatan kliring pada dasarnya merupakan suatu proses yang digunakan untuk
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
menetapkan hak dan kewajiban para Anggota Bursa Efek atas transaksi yang
mereka lakukan sehingga mereka mengetahui hak dan kewajiban
masing-masing.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "jasa lain dalam ayat ini di antaranya adalah jasa yang
berhubungan dengan hak pemodal, seperti distribusi dokumen mengenai kuasa
dalam pemberian hak suara, distribusi laporan tahunan, pemrosesan hak
memesan Efek terlebih dahulu, penerimaan Efek dalam rangka penawaran
tender, serta pemberian jasa penyelesaian terhadap Kustodian sentral asing.
Ayat (4)…
Ayat (4)
- 21 -
Pasal 15…
Pasal 15
Ayat (1)
Ayat (2)
Mayoritas saham adalah pemegang saham yang memiliki lebih dari 50% (lima
puluh perseratus) dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan.
Pasal 16
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)…
Ayat (3)
Pasal 17
Agar peraturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan atau
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sesuai dengan Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya, peraturan tersebut wajib mendapat persetujuan
Bapepam terlebih dahulu sebelum dinyatakan berlaku.
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
- 23 -
Huruf b
Ayat (2)
Reksa Dana terbuka adalah Reksa Dana yang dapat menawarkan dan membeli
kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang
telah dikeluarkan, sedangkan Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang
tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal.
Ayat (3)…
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. izin usaha;
c. kepengurusan; dan
d. permodalan.
Pasal 19
Ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "sebagian besar dalam huruf ini adalah sejumlah
nilai tertentu yang dapat mempengaruhi secara material perhitungan nilai
portofolio dan nilai aktiva bersih per saham Reksa Dana. Perhitungan
nilai portofolio dan aktiva bersih per saham berdasarkan harga Efek-Efek
di Bursa Efek di mana portofolio Reksa Dana diperdagangkan. Apabila
Bursa Efek tersebut ditutup, tidak ada harga bagi Efek yang menjadi
dasar perhitungan nilai portofolio dan nilai aktiva bersih per saham dari
Reksa Dana.
Huruf b…
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Pasal 20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)…
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "sebagian besar dalam huruf ini adalah sejumlah
nilai tertentu yang dapat mempengaruhi secara material perhitungan nilai
portofolio dan nilai aktiva bersih per Unit Penyertaan Reksa Dana.
Perhitungan nilai portofolio dan aktiva bersih per Unit Penyertaan
berdasarkan harga Efek-Efek di Bursa Efek di mana portofolio Reksa
Dana diperdagangkan. Apabila Bursa Efek tersebut ditutup, maka tidak
ada harga bagi Efek yang menjadi dasar perhitungan nilai portofolio dan
nilai aktiva bersih per Unit Penyertaan dari Reksa Dana.
Huruf b
Huruf c
- 26 -
Huruf d
Yang dimaksud dengan "hal-hal lain dalam huruf ini adalah sebagaimana
dimaksud dalam penjelasan Pasal 19 ayat (3) huruf d.
Pasal 21
Ayat (1)
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kontrak pengelolaan dalam ayat ini, antara lain
memuat:
a. rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan di Pasar Modal;
b. rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham;
c. rencana diversifikasi investasi dalam bidang industri; dan
d. larangan investasi dalam bidang-bidang tertentu.
Ayat (3)…
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "kontrak pengelolaan dalam ayat ini, antara lain
memuat:
a. rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan di Pasar Modal;
b. rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham;
c. rencana diversifikasi investasi dalam bidang industri; dan
d. larangan investasi dalam bidang-bidang tertentu.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "ketentuan yang akan diatur lebih lanjut oleh Bapepam
dalam ayat ini, antara lain mengenai:
a. pedoman penyusunan kontrak pengelolaan investasi; dan
b. tata cara penyampaian rancangan kontrak pengelolaan investasi.
Pasal 22
Nilai pasar wajar suatu Efek adalah harga pasar atau kurs Efek itu sendiri apabila
Efek tersebut secara aktif diperdagangkan di Bursa Efek. Namun, nilai pasar wajar
dapat berbeda dengan harga pasar apabila transaksi atas Efek tersebut tidak aktif
atau tidak ditransaksikan dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal demikian, kriteria
penentuan nilai pasar wajar diperhitungkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
oleh Bapepam.
Yang dimaksud dengan "hari bursa dalam Pasal ini adalah hari dimana Bursa Efek
melakukan kegiatan.
Pasal 23
Yang dimaksud dengan nilai aktiva bersih dalam Pasal ini adalah nilai pasar yang
wajar dari suatu Efek dan kekayaan lain dari Reksa Dana dikurangi seluruh
kewajibannya.
Pasal 24
Ayat (1)
Larangan dalam ketentuan ini tidak termasuk dalam hal Reksa Dana membeli
obligasi, Efek lain yang bersifat utang, dan atau menyimpan dana di bank.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)…
Ayat (3)
Pasal 25
Ayat (1)
Kekayaan Reksa Dana terdiri dari uang kas dan Efek, antara lain sertifikat
deposito, surat berharga komersial, saham, obligasi, dan tanda bukti utang.
Ayat (2)
Untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan dana
Reksa Dana, kewenangan Manajer Investasi dan Bank Kustodian perlu
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
Ayat (3)
Nilai aktiva bersih Reksa Dana terbuka dihitung dan diumumkan setiap hari
bursa.
Nilai aktiva bersih Reksa Dana tertutup dihitung dan diumumkan
sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu.
Pasal 26
Ayat (1)
Direksi Reksa Dana bertindak mengawasi pelaksanaan pengelolaan Reksa
Dana, termasuk penyimpanan kekayaan Reksa Dana. Oleh karena itu, direksi
wajib membuat kontrak penyimpanan kekayaan Reksa Dana dengan Bank
Kustodian.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "kontrak penyimpanan kekayaan dalam ayat ini, antara
lain memuat:
a. pemisahan…
a. pemisahan Efek Reksa Dana dari Kustodian;
b. pencatatan mutasi kekayaan Reksa Dana;
c. larangan penghentian kegiatan Kustodian sebelum ditunjuk Kustodian
pengganti; dan
d. pembuatan dan penyampaian laporan kepada direksi Reksa Dana,
Manajer Investasi, dan Bapepam.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "ketentuan yang akan diatur lebih lanjut oleh Bapepam
dalam ayat ini, antara lain mengenai:
a. pedoman penyusunan kontrak penyimpanan; dan
b. tata cara penyampaian rancangan kontrak penyimpanan kekayaan
investasi kolektif.
Pasal 27
Ayat (1)
Mengingat semua dana yang dikelola oleh Manajer Investasi adalah dana
masyarakat, perlu adanya pengamanan maksimal dengan mewajibkan Manajer
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
Ayat (2)
Manajer Investasi berdasarkan ayat ini dibebani tanggung jawab atas kerugian
Reksa Dana yang timbul karena pengelolaan yang tidak dilakukan dengan
itikad baik dan tidak dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Reksa
Dana.
Pasal 28
Ayat (1)
Nilai saham Reksa Dana adalah cerminan dari nilai bersih portofolionya.
Setiap ada perubahan nilai portofolio, maka nilai aktiva bersih per saham
berubah pula.
Pemodal membeli atau menjual saham Reksa Dana sesuai dengan nilai aktiva
bersih per saham. Baik pada pertama kali didirikan maupun setelah beroperasi
harga saham Reksa Dana selalu sama dengan nilai aktiva bersih per saham,
hanya saja nilai aktiva bersih per saham itu selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan nilai portofolionya. Oleh karena itu, saham Reksa Dana
diterbitkan tanpa nilai nominal.
Ayat (2)…
Ayat (2)
Penyetoran modal pada waktu pendirian Reksa Dana berbentuk Perseroan oleh
pendiri, hanya dimaksudkan untuk merintis pendirian Reksa Dana dimaksud.
Untuk itu, pendiri cukup diwajibkan untuk melakukan pemenuhan modal
ditempatkan dan disetor pada waktu Reksa Dana tersebut didirikan
sekurang-kurangnya 1% (satu perseratus) dari modal dasar Reksa Dana.
Pemenuhan modal selanjutnya sampai dengan modal dasar akan dilakukan
melalui Penawaran Umum karena Reksa Dana adalah wadah untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam Portofolio Efek.
Ayat (3)
Ayat (4)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
Dana yang dimaksud dalam ayat ini, antara lain, adalah kas dan hasil penjualan
portofolio Reksa Dana.
Pasal 29
Pada dasarnya semua keuntungan yang diperoleh Reksa Dana akan dibagikan
sebagai dividen kepada pemegang saham Reksa Dana.
Reksa Dana tidak mempunyai pinjaman dari Pihak ketiga. Oleh karena itu,
tidak diperlukan dana cadangan untuk melindungi dana Pihak ketiga. Akan
tetapi, untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai investasinya, Reksa
Dana dapat membentuk dana cadangan.
Pasal 30
Ayat (1)
Ayat (2)…
Ayat (2)
Izin usaha sebagai Penjamin Emisi Efek berlaku juga sebagai izin usaha
Perantara Pedagang Efek. Dengan demikian, Perusahaan Efek yang telah
memiliki izin tersebut, di samping dapat bertindak sebagai Penjamin Emisi
Efek, juga dapat bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek.
Sedangkan Perusahaan Efek yang hanya memiliki izin usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek tidak dapat melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek.
Ayat (3)
Namun, karena kegiatan dimaksud dapat dilakukan oleh Pihak yang telah
mendapatkan izin usaha dari Bapepam, dan juga karena ada kemungkinan Efek
baru yang diperdagangkan dalam kegiatan tersebut belum ada badan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
Pasal 31
Yang dimaksud dengan segala kegiatan yang berkaitan dengan Efek dalam Pasal ini
adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Efek yang meliputi, antara lain
kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan Manajer
Investasi.
Yang dimaksud dengan pegawai dalam Pasal ini adalah sebagaimana dimaksud
dalam Penjelasan Pasal 1 angka 1 huruf b.
Yang dimaksud dengan "Pihak lain yang bekerja untuk Perusahaan Efek dalam
Pasal ini adalah Pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Efek untuk melakukan tugas
tertentu meskipun Pihak tersebut bukan pegawai Perusahaan Efek dimaksud.
Pasal 32…
Pasal 32
Ayat (1)
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -
Pasal 33
Ayat (1)
Izin untuk bertindak sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek berlaku juga sebagai
izin Wakil Perantara Pedagang Efek. Oleh karena itu, orang perseorangan yang
memiliki izin Wakil Penjamin Emisi Efek dapat mewakili Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek.
Ayat (2)
Pasal 34…
Pasal 34
Ayat (1)
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
Pasal 35
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c…
Huruf c
Huruf d
- 34 -
3. Pihak yang diwajibkan membeli sisa Efek yang tidak habis terjual dalam
Penawaran Umum; dan
Huruf e
Untuk…
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hal terjadi kelebihan permintaan dalam
Penawaran Umum, Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Penjamin Emisi
Efek wajib mendahulukan kepentingan Pihak lain yang tidak terafiliasi yang
telah memesan Efek daripada pesanan Penjamin Emisi Efek sendiri, agen
penjualan, dan semua Pihak yang terafiliasi.
Pasal 36
Karena hubungan antara nasabah dan Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi
didasarkan pada kepercayaan, sudah sepatutnya Perusahaan Efek atau
Penasihat Investasi mengetahui keinginan, kemampuan, serta latar belakang
nasabah. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, Perusahaan Efek atau Penasihat
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
Selain itu, Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi wajib menyimpan dengan
baik segala catatan yang berhubungan dengan pesanan, transaksi, dan kegiatan
investasi nasabah. Dengan demikian, catatan tersebut sewaktu-waktu dapat
diketahui oleh nasabah untuk kepentingan pembuktian.
Pasal 37
Huruf a
Efek nasabah yang dikelola oleh Perusahaan Efek merupakan titipan nasabah,
bukan merupakan bagian kekayaan dari Perusahaan Efek. Oleh karena itu,
Efek nasabah tersebut harus disimpan dalam rekening yang terpisah dari
rekening Perusahaan Efek.
Huruf b…
Huruf b
- 36 -
Pasal 38
Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini berlaku bagi Perusahaan Efek
yang bertindak selaku Perantara Pedagang Efek dalam hal yang bersangkutan akan
membeli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak terafiliasinya di mana pada saat
yang bersamaan terdapat pesanan beli dari Pihak yang tidak terafiliasi dengan
persyaratan transaksi Efek yang sama atau lebih tinggi dari persyaratan transaksi
Efek untuk kepentingan Perantara Pedagang Efek yang bersangkutan atau Pihak
terafiliasinya. Akan tetapi, dalam hal Perantara Pedagang Efek dimaksud membeli
Efek dengan persyaratan transaksi Efek yang lebih tinggi dibandingkan dengan
persyaratan yang diajukan oleh Pihak yang tidak terafiliasi, Perantara Pedagang
Efek dimaksud dapat membeli Efek tersebut, baik untuk kepentingan dirinya sendiri
maupun Pihak terafiliasinya.
Larangan yang sama berlaku pula dalam hal Perantara Pedagang Efek dimaksud
bermaksud melakukan penjualan Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak
terafiliasinya di mana pada saat yang bersamaan terdapat pesanan jual dari Pihak
yang tidak terafiliasi dengan persyaratan transaksi Efek yang sama atau lebih rendah
dari persyaratan transaksi Efek untuk kepentingan Perantara Pedagang Efek yang
bersangkutan atau Pihak terafiliasinya. Akan tetapi, dalam hal Perantara Pedagang
Efek bermaksud menjual Efek dengan persyaratan transaksi Efek yang lebih rendah
dibandingkan dengan persyaratan yang diajukan oleh Pihak yang tidak terafiliasi,
maka Perantara Pedagang Efek dimaksud dapat menjual Efek tersebut, baik untuk
kepentingan dirinya sendiri maupun Pihak terafiliasinya.
Misalnya, Pihak yang tidak terafiliasi dengan Perantara Pedagang Efek mengajukan
pesanan beli atas saham PT X dengan harga Rp10.000,00 sementara pada saat yang
bersamaan Perantara Pedagang Efek tersebut bermaksud membeli saham yang sama
dengan harga di atas Rp10.000,00. Dalam hal ini, Perantara Pedagang Efek tersebut
dapat membeli saham dimaksud baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Pihak terafiliasinya.
Contoh…
Contoh lain, Pihak yang tidak terafiliasi dengan Perantara Pedagang Efek
mengajukan pesanan jual atas saham PT X dengan harga Rp10.000,00, sementara
pada saat yang bersamaan Perantara Pedagang Efek tersebut bermaksud menjual
saham yang sama dengan harga yang lebih rendah dari Rp10.000,00. Dalam hal
ini, Perantara Pedagang Efek dimaksud dapat menjual saham tersebut untuk
kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Pihak terafiliasinya.
Pasal 39
Apabila Penjamin Emisi Efek dan Emiten telah sepakat untuk melaksanakan
Penawaran Umum berdasarkan jenis kontrak yang ditentukan, Pihak tersebut wajib
melakukan Penawaran Umum tersebut sesuai dengan kontrak yang dibuat dan untuk
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
Pasal 40
Pada dasarnya Emiten dapat menerbitkan Efek tanpa menggunakan jasa Penjamin
Emisi Efek. Dalam hal ini, penetapan harga dilaksanakan oleh Emiten yang
bersangkutan. Penggunaan jasa Penjamin Emisi Efek dimaksudkan untuk membantu
Emiten memasarkan dan atau menjual Efek yang ditawarkan sehingga ada kepastian
perolehan dana hasil penjualan Efek dimaksud. Sedangkan keputusan untuk
melakukan investasi terhadap Efek yang ditawarkan sepenuhnya berada di tangan
pemodal. Oleh karena itu, penggunaan jasa Penjamin Emisi Efek yang terafiliasi
dengan Emiten pada dasarnya dapat dipersamakan dengan penawaran Efek tanpa
menggunakan jasa Penjamin Emisi Efek. Namun, penjaminan tersebut harus
benar-benar memperhatikan adanya kemungkinan benturan kepentingan.
Dengan demikian, hubungan antara Emiten dan Penjamin Emisi Efek tidak menjadi
faktor dominan bagi pemodal sepanjang hubungan dimaksud diungkapkan secara
jelas dalam Prospektus.
Yang dimaksud dengan "hubungan lain yang bersifat material dalam Pasal ini,
antara lain meliputi hubungan bisnis yang bersifat material antara Emiten dan
Penjamin Emisi Efek seperti hubungan utang-piutang dan pemberian jasa tertentu.
Pasal 41…
Pasal 41
Pasal 42
- 38 -
pemegang saham Reksa Dana berbentuk Perseroan atau pemegang Unit Penyertaan
kontrak investasi kolektif, Manajer Investasi dilarang menerima imbalan dalam
bentuk apapun yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam melakukan
pembelian atau penjualan Efek untuk Reksa Dana tersebut.
Komisi yang diperoleh Perusahaan Efek dalam rangka pemberian jasa sebagai
Perantara Pedagang Efek dengan tidak melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 dan imbalan lain yang berkaitan dengan pengelolaan dana investasi
sebagaimana dituangkan dalam kontrak pengelolaan investasi bukan merupakan
imbalan yang dilarang berdasarkan ketentuan ini.
Pasal 43
Ayat (1)
Ayat (2)
a. persyaratan…
a. persyaratan penyediaan sarana;
b. persyaratan tenaga ahli;
c. persyaratan penanggung jawab kegiatan Kustodian pada Bank Umum
tersebut; dan
d. tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh persetujuan.
Pasal 44
Ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Oleh karena Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening Efek bukan
merupakan harta Kustodian, Efek tersebut tidak dapat diambil atau disita oleh
kreditur Kustodian. Dalam hal Kustodian mengalami kepailitan, semua Efek
yang dititipkan pada Kustodian tersebut tidak dimasukkan dalam harta
kepailitan dan wajib dikembalikan kepada pemegang rekening yang
bersangkutan.
Pasal 45
Bentuk perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat berupa surat
yang ditandatangani atau bentuk perintah lainnya sesuai dengan kontrak yang dibuat
antara Kustodian dan pemegang rekening.
Pasal 46
Oleh karena Efek dalam rekening Efek dititipkan dan diadministrasikan pada
Kustodian, sudah sepatutnya pemegang rekening perlu mendapat perlindungan dari
kerugian yang timbul akibat kesalahan Kustodian, antara lain karena:
a. hilang atau rusaknya harta atau catatan mengenai harta dalam penitipan;
b. keterlambatan dalam penyerahan harta keluar dari penitipan; atau
c. kegagalan pemegang rekening menerima keuntungan berupa dividen, bunga,
atau hak-hak lain atas harta dalam penitipan.
Pasal 47…
Pasal 47
Ayat (1)
- 40 -
Ayat (2)
Ayat (3)
Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang diberikan kewenangan oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, dan Ketua Mahkamah Agung
untuk memperoleh keterangan mengenai rekening Efek.
Pasal 48…
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. persyaratan penyediaan sarana;
b. persyaratan tenaga ahli;
c. persyaratan permodalan; dan
d. tata cara pengajuan permohonan izin.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Oleh karena Efek bersifat utang adalah merupakan surat pengakuan utang yang
sifatnya sepihak dan para pemegangnya tersebar luas, maka untuk mengurus
dan mewakili mereka selaku kreditur, perlu dibentuk lembaga
perwaliamanatan. Agar Wali Amanat dapat mewakili kepentingan para
pemegang Efek bersifat utang tersebut, ditetapkan Bank Umum sebagai Pihak
yang dapat menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan karena mempunyai
jaringan kegiatan usaha yang luas. Namun, untuk mengantisipasi
perkembangan Pasar Modal, dimungkinkan Pihak lain, selain Bank Umum,
untuk melakukan kegiatan sebagai Wali Amanat berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Ayat (2)
Kegiatan usaha sebagai Wali Amanat merupakan salah satu kegiatan Bank
Umum sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perbankan. Oleh karena itu, Bank Umum tidak lagi memerlukan izin
untuk melakukan kegiatan sebagai Wali Amanat. Namun, untuk melakukan
kegiatan tersebut, Bank Umum tetap memerlukan pendaftaran di Bapepam.
Ayat (3)…
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat
dalam ayat ini adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. persyaratan tenaga ahli;
b. persyaratan permodalan; dan
c. tata cara pengajuan permohonan pendaftaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -
Pasal 51
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "penggunaan jasa Wali Amanat" dalam ayat ini adalah
penggunaan jasa Wali Amanat oleh Emiten dalam penerbitan Efek yang
bersifat utang jangka panjang, seperti obligasi.
Pasal 52…
Pasal 52
Yang dimaksud dengan ketentuan yang harus ditetapkan Bapepam dalam ayat ini
adalah hal-hal yang harus dimuat dalam kontrak perwaliamanatan antara Emiten dan
Wali Amanat, antara lain mengenai:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -
Pasal 53
Ketentuan dalam Pasal ini memberikan hak kepada pemegang Efek bersifat utang
untuk menuntut ganti rugi kepada Wali Amanat yang lalai dalam melaksanakan
tugasnya sehingga mengakibatkan kerugian kepada pemegang Efek bersifat utang
dimaksud.
Pasal 54
Pasal 55
Ayat (1)
Peralihan hak atas Efek terjadi pada saat penyerahan Efek atau pada waktu
Efek dimaksud dikurangkan dari rekening Efek yang satu dan kemudian
ditambahkan pada rekening Efek yang lain.
Yang dimaksud dengan penyelesaian fisik dalam ayat ini, adalah penyelesaian
Transaksi Bursa yang dilakukan langsung oleh setiap Perantara Pedagang Efek
yang melakukan transaksi, berdasarkan serah terima fisik warkat Efek.
Yang…
Yang dimaksud dengan cara lain dalam ayat ini antara lain adalah:
a. penyelesaian Transaksi Bursa secara langsung pada daftar pemegang
Efek tanpa melalui rekening Efek pada Kustodian;
b. penyelesaian Transaksi Bursa secara internasional atau melalui negara
lain;
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -
Ayat (2)
Setiap Transaksi Bursa wajib diselesaikan oleh para Pihak yang melakukan
Transaksi Bursa karena merupakan transaksi yang saling terkait dari waktu ke
waktu. Transaksi yang terjadi sebelumnya merupakan dasar bagi transaksi
berikutnya, sehingga pembatalan Transaksi Bursa sebelumnya akan
mempengaruhi Transaksi Bursa berikutnya.
Ayat (3)
Oleh karena kegiatan Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian merupakan satu kesatuan kegiatan
yang saling berkaitan mulai dari kegiatan transaksi sampai dengan
penyelesaian transaksi, ketiga lembaga dimaksud wajib menjamin
terlaksananya kegiatan tersebut secara efisien dan aman. Untuk menjamin
pelaksanaan kegiatan tersebut, ketiga lembaga dimaksud wajib membuat
kontrak tertulis diantara mereka, antara lain memuat penentuan waktu dan
tahap-tahap penyelesaian transaksi, jumlah dan cara pemenuhan dana jaminan
yang wajib dipenuhi oleh Anggota Bursa Efek, dan penentuan biaya transaksi
dan penyelesaian transaksi.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 56…
Pasal 56
Ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -
Ayat (2)
Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dalam hal ini mewakili kepentingan
pemegang rekening pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dimaksud.
Ayat (3)
Ayat (4)
Ayat (5)…
Ayat (5)
- 46 -
Pasal 57
Dalam hal ini Efek dianggap memiliki sifat yang sama dengan uang, misalnya
apabila seseorang hendak mencairkan uang dari rekeningnya pada bank, maka yang
bersangkutan tidak dapat menuntut atau mensyaratkan kepada bank agar uang yang
dicairkan tersebut adalah fisik uang yang dahulu disetorkan nasabah tersebut kepada
bank.
Dengan demikian, pemegang rekening Efek tidak dapat menuntut pemilikan suatu
Efek berdasarkan nomor, seri, atau ciri-ciri tertentu dari Efek. Pemegang rekening
hanya dapat menuntut berdasarkan jumlah, jenis, dan kelas Efek.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Ayat (3)…
Ayat (3)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -
Ayat (4)
Pasal 59
Ayat (1)
Oleh karena dana dan atau Efek dalam Rekening Efek pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian merupakan milik dari pemegang rekening,
pemegang rekening yang bersangkutan dapat menarik dana dan atau Efek
tersebut sewaktu-waktu berdasarkan ketentuan ayat ini.
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 60…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
Pasal 60
Ayat (1)
Oleh karena pemegang rekening adalah Pihak yang memiliki atau berhak atas
rekening Efek, sudah dengan sendirinya Pihak tersebut mempunyai hak suara
atas Efek yang tercatat dalam rekening Efek yang bersangkutan. Untuk itu
berdasarkan ketentuan ayat ini ditegaskan bahwa pemegang rekening adalah
Pihak yang berhak untuk hadir dan memberikan hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Efek walaupun Efek tersebut tercatat atas nama Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian dalam buku daftar
pemegang Efek Emiten. Fungsi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan
Bank Kustodian dalam hal ini adalah selaku Kustodian yang mewakili
kepentingan pemegang rekening.
Ayat (2)
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk menjamin agar hak pemegang
rekening berupa dividen, bunga, saham bonus, atau hak lain dapat segera
diterima oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Hal ini diperlukan untuk
menghindari kerugian yang mungkin timbul yang diderita oleh pemegang
rekening akibat keterlambatan penyerahan hak dimaksud.
Pasal 61
Pasal 62
Yang dimaksud dengan "ketentuan mengenai Penitipan Kolektif dalam Pasal ini
adalah ketentuan mengenai hal-hal yang wajib dimuat dalam anggaran dasar Emiten,
antara lain:
a. kesepadanan Efek;
b. kewajiban untuk menerbitkan sertifikat atau konfirmasi kepada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian;
c. hak suara, hak atas dividen, dan hak-hak lain yang dimiliki oleh pemegang
rekening Efek dalam penitipan kolektif; dan
d. pengalihan kepemilikan dalam Penitipan Kolektif.
Ketentuan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (1)
Huruf a
Akuntan adalah Akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri dan
terdaftar di Bapepam.
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan
terdaftar di Bapepam.
Huruf e
Ayat (2)
Karena pendapat dan atau penilaian Profesi Penunjang Pasar Modal sangat
penting bagi pemodal dalam mengambil keputusan investasinya, maka
kegiatan profesi tersebut di Pasar Modal perlu diawasi dengan mewajibkannya
mendaftar di Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
Ayat (3)…
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan persyaratan dan tata cara pendaftaran dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. persyaratan sarana dan prasarana;
b. persyaratan kualifikasi pendidikan;
c. persyaratan izin profesi bagi profesi yang memerlukan izin dari instansi
yang berwenang; dan
d. tata cara pengajuan permohonan pendaftaran.
Pasal 65
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Dalam hal tertentu Profesi Penunjang Pasar Modal dapat memberikan lebih
dari satu jenis jasa. Demikian juga halnya satu jenis jasa dapat diberikan yang
sifatnya berulang-ulang berdasarkan penugasan secara periodik. Selanjutnya
pemberian jasa dimaksud dapat diberikan kepada satu Pihak atau lebih. Dalam
hal pencabutan pendaftaran berhubungan dengan pemberian salah satu jenis
jasa kepada Pihak tertentu atau pemberian jasa pada salah satu periode kepada
Pihak tertentu, Bapepam dapat melakukan pemeriksaan atas jasa lain atau jasa
yang diberikan untuk periode lainnya, baik untuk Pihak tersebut maupun Pihak
lainnya.
Yang dimaksud dengan jasa lain dalam ayat ini adalah jasa yang bukan
menjadi penyebab dibatalkannya pendaftaran atau dicabutnya izin profesi yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Pemeriksaan atas jasa
lain dimaksud diperlukan dalam rangka untuk memperoleh kepastian tentang
dampak yang mungkin timbul akibat dari pembatalan tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -
Pasal 66…
Pasal 66
Kode etik dan standar profesi merupakan suatu standar pemenuhan kualitas minimal
jasa yang diberikan kepada nasabahnya, dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap
Profesi Penunjang Pasar Modal untuk menaatinya. Namun, dalam hal kode etik dan
standar profesi dimaksud bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya, Profesi Penunjang Pasar Modal harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya. Hal ini penting
untuk melindungi kepentingan para pemodal.
Pasal 67
Ketentuan ini dimaksudkan agar pendapat atau penilaian yang diberikan oleh Profesi
Penunjang Pasar Modal dilakukan secara profesional dan bebas dari pengaruh Pihak
yang memberikan tugas dan menggunakan jasa Profesi Penunjang Pasar Modal
tersebut dan atau afiliasinya sehingga pendapat atau penilaian yang diberikan
objektif dan wajar.
Pasal 68
Pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam dalam Pasal ini adalah
penyampaian informasi secara rahasia tentang adanya pelanggaran yang dilakukan
terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
atau hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud atau
kepentingan para nasabahnya. Pemberitahuan dimaksud wajib disampaikan kepada
Bapepam secara tertulis.
Pasal 69
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam ayat ini
adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di Pasar Modal.
Ayat (2)
Meskipun pengaturan suatu hal tertentu sudah diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan ayat (1), tetapi apabila
belum mencakup hal-hal yang dibutuhkan di Pasar Modal seperti dalam rangka
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 52 -
Ayat (1)
Ayat (2)
Pasal 71
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Ayat (3)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -
Cukup jelas
Pasal 73…
Pasal 73
Pasal 74
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Dalam hal Bapepam meminta perubahan dan atau tambahan informasi dari
Emiten atau Perusahaan Publik, penghitungan waktu untuk efektifnya
Pernyataan Pendaftaran dihitung sejak tanggal diterimanya tambahan informasi
atau perubahan dimaksud..
Ayat (4)
Dalam hal ini, Bapepam dapat meminta perubahan dan atau tambahan
informasi kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.
Pasal 75
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 -
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)…
Ayat (2)
Pasal 76
Rencana pencatatan Efek di Bursa Efek merupakan salah satu hal penting yang
dijadikan dasar pertimbangan keputusan untuk melakukan investasi oleh pemodal.
Oleh karena itu, apabila janji tersebut tidak dapat dipenuhi, Penawaran Umum
tersebut menjadi batal demi hukum dan Emiten serta Penjamin Emisi Efek wajib
mengembalikan uang pesanan Efek kepada pemesan.
Pasal 77
Pasal 78
Ayat (1)
Ayat (2)
- 55 -
Ayat (3)…
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "ketentuan mengenai Prospektus dalam ayat ini, antara
lain mengenai bentuk dan isi Prospektus.
Pasal 79
Ayat (1)
Ayat (2)
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
- 56 -
Pendaftaran. Oleh karena itu, pemodal hanya dapat menuntut ganti rugi atas
kerugian yang timbul akibat dari pendapat atau penilaian yang diberikan
Profesi Penunjang Pasar Modal.
Ayat (3)…
Ayat (3)
Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau Profesi Penunjang Pasar Modal tidak
dapat dituntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh pemodal apabila
Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau Profesi Penunjang Pasar Modal tersebut
telah melakukan penilaian atau memberikan pendapatnya secara profesional,
dalam arti pekerjaannya telah dilaksanakan sesuai dengan norma pemeriksaan,
prinsip-prinsip dan kode etik masing-masing profesi, dan pendapatnya atau
penilaiannya itu telah diberikan secara independen. Selain itu, Penjamin
Pelaksana Emisi Efek atau Profesi Penunjang Pasar Modal telah melakukan
langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk memastikan kebenaran dari
pernyataan atau keterangan yang diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 82
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hak memesan Efek terlebih dahulu dalam ayat ini
adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan kesempatan bagi
pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli Efek baru sebelum
ditawarkan kepada Pihak lain.
Ayat (2)
- 57 -
Ayat (3)…
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan persyaratan dan tata cara penerbitan hak memesan
Efek terlebih dahulu dan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
dalam ayat ini adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. bentuk dan isi Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penerbitan hak
memesan Efek terlebih dahulu;
b. dokumen-dokumen yang wajib disampaikan dalam Pernyataan
Pendaftaran tersebut;
c. bentuk dan isi Prospektus dalam rangka penerbitan hak memesan Efek
terlebih dahulu; dan
d. tata cara pelaksanaan penentuan korum dan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham untuk memperoleh persetujuan pemegang saham
independen.
Pasal 83
Yang dimaksud dengan "penawaran tender dalam Pasal ini adalah penawaran
melalui media massa untuk memperoleh Efek bersifat ekuitas dengan cara
pembelian atau pertukaran dengan Efek lainnya.
Yang dimaksud dengan "Efek bersifat ekuitas dalam penjelasan Pasal ini adalah
saham atau Efek yang dapat ditukar dengan saham atau Efek yang mengandung hak
untuk memperoleh saham.
Kewajaran di atas, terutama dalam hal perolehan informasi yang benar tentang
rencana penawaran tender yang diusulkan, termasuk penetapan harga, tata cara
penjualan Efek, serta persyaratan tertentu yang dapat mengakibatkan batalnya
penawaran tender dimaksud.
Pasal 84
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -
Ketentuan yang dimaksud dalam Pasal ini ditujukan untuk melindungi kepentingan
pemodal dari praktik yang merugikan pemodal dalam transaksi penggabungan,
peleburan, atau pengambilalihan, termasuk penyertaan yang melibatkan Emiten atau
Perusahaan Publik, dengan mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud
untuk memenuhi Prinsip Keterbukaan dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam.
Pelaksanaan ketentuan ini dilakukan tanpa mengurangi ketentuan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 85…
Pasal 85
Yang dimaksud dengan laporan dalam Pasal ini adalah laporan berkala dan laporan
insidental lainnya.
Pasal 86
Ayat (1)
Huruf a
Huruf b
Ayat (2)
- 59 -
Pasal 87…
Pasal 87
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 88
Yang dimaksud dengan "ketentuan dan tata cara penyampaian laporan yang akan
diatur oleh Bapepam dalam Pasal ini, antara lain:
a. bentuk dan isi laporan;
b. Pihak yang dapat menandatangani laporan;
c. batas waktu penyampaian laporan; dan
d. tata cara penyampaian laporan.
Pasal 89
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "informasi dalam ayat ini, antara lain Pernyataan
Pendaftaran termasuk Prospektus, permohonan izin usaha, izin orang
perseorangan, persetujuan dan pendaftaran profesi, laporan berkala, dan
laporan lainnya.
Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -
Yang dimaksud dengan pengecualian dalam ayat ini, antara lain berupa
formula rahasia produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Pasal 90
Yang dimaksud dengan kegiatan perdagangan Efek dalam Pasal ini adalah kegiatan
yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi
dalam rangka Penawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun kegiatan
penawaran, pembelian dan atau penjualan Efek di luar Bursa Efek atas Efek Emiten
atau Perusahaan Publik.
Pasal 91…
Pasal 91
Pasal 92
Ketentuan ini melarang dilakukannya serangkaian transaksi Efek oleh satu Pihak
atau beberapa Pihak yang bersekongkol sehingga menciptakan harga Efek yang
semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli
Efek yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain.
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam Pasal ini, antara lain menyangkut:
a. stabilisasi harga Efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut
dicantumkan dalam Prospektus; dan
b. penjualan dan pembelian Efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar
untuk rekeningnya sendiri secara terus-menerus untuk menjaga likuiditas
perdagangan Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
Pasal 95
Pihak…
Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c di atas.
Yang dimaksud dengan kedudukan dalam penjelasan huruf c ini adalah jabatan pada
lembaga, institusi, atau badan pemerintah.
Yang dimaksud dengan hubungan usaha dalam penjelasan huruf c ini adalah
hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain hubungan nasabah,
pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur.
Yang dimaksud dengan informasi orang dalam dalam penjelasan huruf c adalah
Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk
umum.
Sebagai contoh penjelasan huruf d adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada
tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai orang dalam
sampai dengan tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan.
Huruf a
Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
Efek Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan didasarkan atas
pertimbangan bahwa kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan
kepentingan Emiten, Perusahaan Publik, atau pemegang saham secara
keseluruhan termasuk di dalamnya untuk tidak menggunakan informasi orang
dalam untuk kepentingan diri sendiri atau Pihak lain.
Huruf b
Di samping larangan tersebut dalam huruf a, orang dalam dari suatu Emiten
atau Perusahaan Publik yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain juga
dikenakan larangan untuk melakukan transaksi atas Efek dari perusahaan lain
tersebut, meskipun yang bersangkutan bukan orang dalam dari perusahaan lain
tersebut. Hal ini karena informasi mengenai perusahaan lain tersebut lazimnya
diperoleh karena kedudukannya pada Emiten atau Perusahaan Publik yang
melakukan transaksi dengan perusahaan lain tersebut.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -
Yang dimaksud dengan "transaksi dalam huruf ini adalah semua bentuk
transaksi yang terjadi antara Emiten atau Perusahaan Publik dan perusahaan
lain, termasuk transaksi atas Efek perusahaan lain tersebut yang dilakukan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.
Pasal 96…
Pasal 96
Selain itu, orang dalam dilarang memberikan informasi orang dalam kepada Pihak
lain yang diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian
dan atau penjualan Efek. Dengan demikian, orang dalam mempunyai kewajiban
untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi agar informasi tersebut tidak
disalahgunakan oleh Pihak yang menerima informasi tersebut untuk melakukan
pembelian atau penjualan atas Efek.
Pasal 97
Ayat (1)
Setiap Pihak yang dengan sengaja berusaha secara melawan hukum untuk
memperoleh dan pada akhirnya memperoleh informasi orang dalam mengenai
Emiten atau Perusahaan Publik, juga dikenakan larangan yang sama seperti
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan
Pasal 96. Artinya, mereka dilarang untuk melakukan transaksi atas Efek yang
bersangkutan, serta dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan
pembelian dan atau penjualan atas Efek tersebut atau memberikan informasi
orang dalam tersebut kepada Pihak lain yang patut diduga akan
menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian dan penjualan
Efek.
- 63 -
Ayat (2)
Sebagai contoh, apabila seseorang yang bukan orang dalam meminta informasi
dari Emiten atau Perusahaan Publik dan kemudian memperolehnya dengan
mudah tanpa pembatasan, orang tersebut tidak dikenakan larangan yang
berlaku bagi orang dalam.
Namun,…
Namun, apabila pemberian informasi orang dalam disertai dengan persyaratan
untuk merahasiakannya atau persyaratan lain yang bersifat pembatasan,
terhadap Pihak yang memperoleh informasi orang dalam berlaku larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.
Pasal 98
Pasal 99
Transaksi Efek tertentu yang tidak termasuk dalam transaksi Efek sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 ditetapkan dengan peraturan Bapepam.
Sebagai contoh, transaksi Efek tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
adalah transaksi Efek antar orang dalam.
Pasal 100
Ayat (1)
- 64 -
sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya.
Ayat (2)
Di…
Di samping itu, Bapepam dapat memerintahkan dihentikannya suatu kegiatan
yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya, seperti memerintahkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk
menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi
yang menyesatkan. Sebaliknya, Bapepam dapat memerintahkan dilakukannya
suatu kegiatan tertentu apabila dipandang perlu untuk mengurangi kerugian
yang timbul dan atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan
Emiten atau Perusahaan Publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam
media massa. Bapepam dapat pula menetapkan syarat dan atau mengizinkan
dilakukannya penyelesaian tertentu atas kerugian yang ditimbulkan dari
kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya. Penyelesaian dimaksud antara lain berupa
penyelesaian secara perdata diantara para Pihak.
Data, informasi, bahan, dan atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam
rangka pemeriksaan tersebut dapat digunakan oleh Bapepam untuk
menetapkan sanksi administratif. Apabila Bapepam menetapkan untuk
meneruskan pemeriksaan yang dilakukan ke tahap penyidikan, data, informasi,
bahan, dan atau keterangan lain tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal
dalam tahap penyidikan.
Hal ini tidak berarti bahwa tindakan penyidikan harus didahului oleh tindakan
pemeriksaan. Artinya, apabila Bapepam berpendapat bahwa suatu kegiatan
yang dilakukan itu merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya dan mengakibatkan kerugian terhadap
kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan
masyarakat, maka tindakan penyidikan dapat mulai dilakukan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tata cara pemeriksaan dalam ayat ini adalah ketentuan
mengenai, antara lain:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -
Ayat (4)
Pasal 101…
Pasal 101
Ayat (1)
Pelanggaran yang terjadi di Pasar Modal sangat beragam dilihat dari segi jenis,
modus operandi, atau kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Oleh karena itu,
Bapepam diberikan wewenang untuk mempertimbangkan konsekuensi dari
pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskannya ke tahap
penyidikan berdasarkan pertimbangan dimaksud.
Tidak semua pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya di bidang Pasar Modal harus dilanjutkan ke tahap penyidikan
karena hal tersebut justru dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau
perdagangan Efek secara keseluruhan.
Ayat (2)
- 66 -
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e…
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Tindakan untuk memulai dan menghentikan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam huruf ini oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Bapepam dilakukan setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam.
Ayat (4)
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -
Yang dimaksud dengan aparat penegak hukum lain dalam ayat ini antara lain
aparat penegak hukum dari Kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Imigrasi, Departemen Kehakiman, dan Kejaksaan Agung.
Ayat 7
Cukup jelas
Pasal 102
Ayat (1)
Pihak…
Pihak yang dimaksud dalam ayat ini adalah Emiten, Perusahaan Publik, Bursa
Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer
Investasi, Biro Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi Penunjang
Pasar Modal, dan Pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau
pendaftaran dari Bapepam. Ketentuan dalam ayat ini berlaku juga bagi
direktur, komisaris, dan setiap Pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5%
(lima perseratus) saham Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 87 Undang-undang ini.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 68 -
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 103
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105…
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Ayat (1)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap Penawaran Umum harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat (1). Sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 6, Emiten diartikan sebagai Pihak yang melakukan
Penawaran Umum sehingga wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran
kepada Bapepam dan Pernyataan Pendaftaran tersebut telah menjadi efektif.
Oleh karena itu, setiap Pihak yang bermaksud melakukan Penawaran Umum
wajib memenuhi ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan apabila dilanggar diancam
dengan pidana berdasarkan ketentuan ayat ini.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Pihak dalam ayat ini adalah Perusahaan Publik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 22.
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 69 -
Cukup jelas
Pasal 110
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas
Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114…
Pasal 114
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 115
Cukup jelas
Pasal 116
Cukup jelas
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 12 /POJK.01/2017
TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA KEUANGAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN
PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA
KEUANGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK,
adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
-2-
BAB II
KEWAJIBAN PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG
DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR
JASA KEUANGAN
Pasal 2
PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko
tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana
Pendanaan Terorisme terkait dengan nasabah, negara atau
area geografis, produk, jasa, transaksi atau jaringan distribusi
(delivery channels), termasuk kewajiban untuk:
a. mendokumentasikan penilaian risiko;
b. mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang relevan
sebelum menetapkan tingkat keseluruhan risiko, serta
tingkat dan jenis mitigasi risiko yang memadai untuk
diterapkan;
c. mengkinikan penilaian risiko secara berkala; dan
d. memiliki mekanisme yang memadai terkait penyediaan
informasi penilaian risiko kepada instansi yang
berwenang.
Pasal 3
(1) PJK wajib memiliki kebijakan, pengawasan, dan prosedur
pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme, yang disetujui oleh Direksi dan
Dewan Komisaris, agar PJK mampu mengelola dan
memitigasi risiko yang telah diidentifikasi.
(2) PJK wajib memantau penerapan kebijakan, pengawasan
dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
meningkatkan penerapannya jika diperlukan.
(3) PJK wajib menetapkan tindakan yang lebih mendalam
untuk mengelola dan memitigasi risiko dalam hal risiko
yang lebih tinggi teridentifikasi.
- 10 -
Pasal 4
PJK wajib menerapkan program APU dan PPT untuk mengelola
dan memitigasi risiko yang telah diidentifikasi berdasarkan
penilaian risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan yang
telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
OJK ini.
Pasal 5
(1) Program APU dan PPT merupakan bagian dari penerapan
manajemen risiko PJK secara keseluruhan.
(2) Penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kebijakan dan prosedur;
c. pengendalian intern;
d. sistem informasi manajemen; dan
e. sumber daya manusia dan pelatihan.
BAB III
PENGAWASAN AKTIF DIREKSI DAN DEWAN
KOMISARIS
Bagian Pertama
Pengawasan Aktif Direksi
Pasal 6
Pengawasan aktif Direksi paling kurang meliputi:
a. memastikan PJK memiliki kebijakan dan prosedur
penerapan program APU dan PPT;
b. mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis yang
bersifat strategis mengenai penerapan program APU dan
PPT kepada Dewan Komisaris;
c. memastikan penerapan program APU dan PPT
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
tertulis yang telah ditetapkan;
- 11 -
Bagian Kedua
Pengawasan Aktif Dewan Komisaris
Pasal 7
Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang meliputi:
a. memberikan persetujuan atas kebijakan dan prosedur
penerapan program APU dan PPT yang diusulkan oleh
Direksi;
b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab
Direksi terhadap penerapan program APU dan PPT; dan
c. memastikan adanya pembahasan terkait Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme dalam rapat Direksi dan
Dewan Komisaris.
- 12 -
Bagian Ketiga
Penanggung Jawab Penerapan Program APU dan PPT
Paragraf 1
Umum
Pasal 8
(1) PJK wajib membentuk unit kerja khusus dan/atau
menunjuk pejabat sebagai penanggung jawab penerapan
program APU dan PPT, pada kantor pusat dan kantor
cabang.
(2) Unit kerja khusus dan/atau pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai
bagian dari struktur organisasi PJK dan bertanggung
jawab kepada Direksi.
(3) Bagi bank umum, BPR, dan PJK di Sektor Pasar Modal,
unit kerja khusus dan/atau pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
kepada Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.
(4) Bagi BPRS dan PJK di Sektor Industri Keuangan Non
Bank, penanggung jawab penerapan program APU dan
PPT dapat dilaksanakan oleh salah satu anggota Direksi.
(5) PJK wajib memastikan bahwa unit kerja khusus dan/atau
pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan program
APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memiliki kemampuan yang memadai dan memiliki
kewenangan untuk mengakses seluruh data Nasabah dan
informasi lainnya yang terkait.
(6) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal merupakan
perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau
manajer investasi dalam satu badan usaha, PJK di Sektor
Pasar Modal tersebut dapat hanya memiliki satu
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT.
(7) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal merupakan bank
kustodian, penanggung jawab penerapan program APU
dan PPT dapat ditugaskan kepada penanggung jawab bank
- 13 -
Paragraf 2
Unit Kerja Khusus
Pasal 9
Dalam hal PJK membentuk unit kerja khusus sebagai
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. unit kerja khusus paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang
yang bertindak sebagai pimpinan dan 1 (satu) orang yang
bertindak sebagai pelaksana;
b. pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus tidak
merangkap fungsi lain;
c. pimpinan unit kerja khusus ditetapkan/diangkat oleh
Direksi;
d. unit kerja khusus berada di bawah koordinasi Direksi
secara langsung dalam struktur organisasi PJK; dan
e. unit kerja khusus bersifat independen dari fungsi lain.
Paragraf 3
Penugasan Pejabat
Pasal 10
Dalam hal PJK menugaskan pejabat sebagai penanggung jawab
penerapan program APU dan PPT, pejabat tersebut harus
ditetapkan atau diangkat oleh Direksi dan hanya dapat
merangkap untuk melaksanakan fungsi manajemen risiko
dan/atau fungsi kepatuhan.
- 14 -
Paragraf 4
Tugas dan Wewenang
Pasal 11
Penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai
tugas paling kurang meliputi:
a. menganalisis secara berkala penilaian risiko tindak pidana
Pencucian Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan
Terorisme terkait dengan Nasabahnya, negara atau area
geografis, produk, jasa, transaksi atau jaringan distribusi
(delivery channels);
b. menyusun, melakukan pengkinian, dan mengusulkan
kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
yang telah disusun untuk mengelola dan memitigasi risiko
berdasarkan penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada
huruf a, untuk dimintakan pertimbangan dan persetujuan
Direksi;
c. memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi,
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara
efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan
oleh Nasabah;
d. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang disusun
sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yang meliputi antara lain
produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan,
kegiatan dan kompleksitas usaha PJK, volume transaksi
PJK, dan modus Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme;
e. memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan
Nasabah telah mengakomodasi data yang diperlukan
dalam penerapan program APU dan PPT;
f. memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi
Nasabah;
g. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan
analisis transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau
tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan,
- 15 -
Pasal 12
Penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai
wewenang paling kurang meliputi:
a. memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan
yang ada di seluruh unit organisasi PJK;
b. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap
penerapan program APU dan PPT oleh unit kerja terkait;
c. mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait
untuk membantu penerapan program APU dan PPT; dan
d. melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan
transfer dana dari dan ke luar negeri yang dilakukan oleh
Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pihak terafiliasi
dengan Direksi atau Dewan Komisaris, secara langsung
kepada PPATK.
BAB IV
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Pasal 13
(1) PJK wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk
mengelola dan memitigasi risiko Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme yang diidentifikasi sesuai
dengan penilaian risiko.
(2) Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang
meliputi:
a. identifikasi dan verifikasi Nasabah;
b. identifikasi dan verifikasi Beneficial Owner;
c. penutupan hubungan usaha atau penolakan
transaksi;
d. pengelolaan risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme yang berkelanjutan terkait
dengan Nasabah, negara, produk dan jasa serta
jaringan distribusi (delivery channels);
- 17 -
Pasal 14
(1) PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian
risiko tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak
pidana Pendanaan Terorisme yang terkait dengan
pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk
mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi
baru atau pengembangan teknologi untuk produk baru
maupun produk yang telah ada.
(2) PJK wajib melakukan penilaian risiko sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebelum produk, praktik usaha
dan teknologi diluncurkan atau digunakan.
(3) PJK wajib melakukan tindakan yang memadai untuk
mengelola dan memitigasi risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
- 18 -
Pasal 15
PJK wajib melakukan prosedur CDD pada saat:
a. melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah;
b. terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah
dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit
atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah);
c. terdapat transaksi Transfer Dana sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan OJK ini;
d. terdapat indikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang
terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme; atau
e. PJK meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh
Calon Nasabah, Nasabah, penerima kuasa, dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
Pasal 16
(1) PJK wajib mengelompokkan Calon Nasabah dan Nasabah
berdasarkan tingkat risiko terjadinya Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.
(2) Pengelompokkan Calon Nasabah dan Nasabah
berdasarkan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan analisis yang paling
kurang meliputi:
a. identitas Nasabah;
b. lokasi usaha bagi Nasabah perusahaan;
c. profil Nasabah;
d. frekuensi transaksi;
e. kegiatan usaha Nasabah;
f. struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan;
g. produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery
channels) yang digunakan oleh Nasabah; dan
h. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat risiko Nasabah.
- 19 -
Pasal 17
(1) Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Calon
Nasabah, PJK wajib:
a. melakukan identifikasi Calon Nasabah untuk
mengetahui profil Calon Nasabah; dan
b. melakukan verifikasi atas informasi dan dokumen
pendukung Calon Nasabah sebagaimana dimaksud
dalam huruf a.
(2) PJK wajib melakukan verifikasi kebenaran identitas Calon
Nasabah melalui pertemuan langsung (face to face) dengan
Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha
dalam rangka meyakini kebenaran identitas Calon
Nasabah.
(3) Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digantikan
dengan verifikasi melalui sarana elektronik milik PJK.
(4) Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikecualikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. verifikasi dilakukan melalui proses dan sarana
elektronik milik PJK dan/atau milik Calon Nasabah;
dan
b. verifikasi wajib memanfaatkan data kependudukan
yang memenuhi 2 (dua) faktor otentikasi.
Pasal 18
(1) PJK dilarang membuka atau memelihara rekening anonim
atau rekening yang menggunakan nama fiktif.
(2) PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan Calon
Nasabah atau memelihara rekening Nasabah apabila:
a. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk
mematuhi peraturan yang terkait dengan penerapan
program APU dan PPT; atau
b. PJK tidak dapat meyakini kebenaran identitas dan
kelengkapan dokumen Calon Nasabah atau Nasabah.
- 20 -
Bagian Pertama
Identifikasi dan Verifikasi Calon Nasabah dan Nasabah
Pasal 19
PJK wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Calon
Nasabah atau Nasabah ke dalam kelompok orang perseorangan
(natural person), Korporasi, dan perikatan lainnya (legal
arrangement).
Pasal 20
(1) Identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui profil Calon
Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf a, dilakukan melalui permintaan data dan informasi
yang paling kurang meliputi:
a. bagi Calon Nasabah orang perseorangan (natural
person):
1. identitas yang memuat:
a) nama lengkap termasuk nama alias (jika
ada);
b) nomor dokumen identitas;
c) alamat tempat tinggal sesuai dokumen
identitas dan alamat tempat tinggal lain
(jika ada);
d) tempat dan tanggal lahir;
e) kewarganegaraan;
f) pekerjaan;
g) alamat dan nomor telepon tempat kerja (jika
ada);
h) jenis kelamin; dan
i) status perkawinan;
2. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika
ada;
3. sumber dana;
4. penghasilan rata-rata per tahun; dan
5. maksud dan tujuan hubungan usaha atau
transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah.
- 21 -
Pasal 21
Untuk Calon Nasabah orang perseorangan (natural person) dan
WIC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a,
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf
a angka 1 wajib didukung dengan dokumen identitas Calon
Nasabah dan spesimen tanda tangan.
Pasal 22
(1) Untuk Calon Nasabah Korporasi berupa perusahaan,
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf b wajib didukung dengan dokumen identitas
perusahaan dan:
a. untuk Calon Nasabah Korporasi berupa perusahaan
yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil
ditambah dengan:
1. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak
yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak
untuk dan atas nama perusahaan dalam
melakukan hubungan usaha dengan PJK;
2. kartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan
untuk memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
- 23 -
Pasal 23
(1) Untuk Calon Nasabah selain Calon Nasabah orang
perseorangan (natural person) dan Korporasi berupa
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal
21 dan Pasal 22, PJK wajib meminta informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b.
(2) PJK wajib meminta dokumen pendukung informasi untuk
Calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang meliputi:
a. untuk Calon Nasabah Korporasi berupa yayasan:
1. izin kegiatan yayasan;
2. deskripsi kegiatan yayasan;
3. struktur dan nama pengurus yayasan; dan
- 24 -
Pasal 24
(1) Untuk Calon Nasabah berupa Lembaga Negara, Instansi
Pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan
negara asing, PJK wajib meminta informasi mengenai
nama dan alamat kedudukan lembaga, instansi atau
perwakilan tersebut.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
didukung dengan dokumen meliputi:
a. surat penunjukan bagi pihak yang berwenang
mewakili lembaga, instansi atau perwakilan dalam
melakukan hubungan usaha; dan
- 25 -
Pasal 25
(1) PJK wajib melakukan verifikasi atas informasi dan
dokumen pendukung Calon Nasabah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
dan Pasal 24, berdasarkan dokumen dan/atau sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya dan independen
serta memastikan bahwa data tersebut adalah data
terkini.
(2) PJK wajib melakukan verifikasi bahwa pihak yang
bertindak untuk dan atas nama Nasabah telah
mendapatkan otorisasi dari Nasabah, dan melakukan
identifikasi dan verifikasi terhadap identitas dari pihak
tersebut.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
didasarkan pada risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme yang telah diidentifikasi
berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan oleh PJK dan
wajib memenuhi ketentuan dalam Peraturan OJK ini.
(4) PJK dapat melakukan wawancara dengan Calon Nasabah
untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran
dokumen, dalam hal terdapat keraguan atas data,
informasi, dan/atau dokumen pendukung yang diterima.
(5) Dalam hal terdapat keraguan, PJK wajib meminta kepada
Calon Nasabah untuk memberikan lebih dari satu
dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang untuk memastikan kebenaran identitas Calon
Nasabah.
(6) PJK wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas Calon
Nasabah dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), sebelum membuka hubungan usaha
dengan Calon Nasabah atau sebelum melakukan
transaksi dengan WIC.
- 26 -
Pasal 26
PJK wajib memahami profil, maksud dan tujuan hubungan
usaha, dan transaksi yang dilakukan Nasabah dan Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) melalui identifikasi dan verifikasi.
Bagian Kedua
Identifikasi dan Verifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
Pasal 27
(1) PJK wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC
yang membuka hubungan usaha atau melakukan
transaksi bertindak untuk diri sendiri atau untuk
kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
(2) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC bertindak
untuk kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
PJK wajib melakukan CDD terhadap Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).
(3) Dalam hal Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tergolong sebagai
PEP maka prosedur yang diterapkan adalah prosedur
EDD.
(4) Dalam hal terdapat perbedaan tingkat risiko antara Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC dengan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), penerapan CDD dilakukan mengikuti
tingkat risiko yang lebih tinggi.
- 27 -
Pasal 28
(1) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah atau WIC bukan
merupakan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), antara lain berupa:
a. bagi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC orang perseorangan
(natural person) berupa:
1. informasi dan dokumen identitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a dan
Pasal 21;
2. hubungan hukum antara Calon Nasabah,
Nasabah atau WIC dengan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) yang ditunjukkan dengan
surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa
atau bentuk lainnya;
3. pernyataan dari Calon Nasabah, Nasabah atau
WIC mengenai kebenaran identitas maupun
sumber dana dari Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner); dan
4. pernyataan dari Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) bahwa yang bersangkutan adalah
pemilik sebenarnya dari dana Calon Nasabah,
Nasabah atau WIC;
b. bagi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC Korporasi berupa:
1. informasi dan dokumen identitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dan
Pasal 22;
2. hubungan hukum antara Calon Nasabah,
Nasabah atau WIC dengan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) yang ditunjukkan dengan
- 28 -
Pasal 29
Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi
identitas pemilik atau pengendali akhir Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28
- 30 -
Bagian Ketiga
Identifikasi dan Verifikasi
Calon Nasabah dan Nasabah Berisiko Tinggi
Pasal 30
(1) PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko yang
memadai untuk menentukan apakah Calon Nasabah,
Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
termasuk kriteria berisiko tinggi.
(2) Kriteria berisiko tinggi dari Calon Nasabah, Nasabah,
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilihat dari:
a. latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
termasuk Nasabah Berisiko Tinggi (High Risk
Customers);
b. produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi
untuk digunakan sebagai sarana Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme;
c. transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries);
d. transaksi tidak sesuai dengan profil;
e. termasuk dalam kategori PEP;
f. bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC termasuk
usaha yang berisiko tinggi (High Risk Business);
g. negara atau teritori asal, domisili, atau dilakukannya
transaksi Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC termasuk Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries);
- 31 -
Pasal 31
(1) PJK wajib melakukan penilaian untuk menentukan
Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
adalah PEP.
(2) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC tergolong berisiko tinggi,
termasuk PEP, PJK wajib melakukan EDD.
Pasal 32
(1) Terhadap PEP Asing, selain menerapkan proses CDD
sebagaimana diatur dalam Pasal 20, PJK wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki sistem manajemen risiko untuk
menentukan apakah Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP;
b. menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab
atas hubungan usaha dengan Nasabah, Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC tersebut;
c. melakukan EDD secara berkala paling kurang berupa
analisis terhadap informasi mengenai Nasabah atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), sumber dana,
dan sumber kekayaan; dan
d. pemantauan yang lebih ketat atas hubungan usaha
antara lain melalui peningkatan jumlah dan frekuensi
pengawasan dan pemilihan pola transaksi.
(2) Pejabat senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berwenang untuk:
- 32 -
Pasal 33
Terhadap PEP domestik atau orang yang diberi kewenangan
untuk melakukan fungsi penting (prominent function) dalam
organisasi internasional, selain menerapkan proses CDD
sebagaimana diatur dalam Pasal 20, PJK wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko untuk
menentukan apakah Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP; dan
b. dalam hal terdapat risiko yang lebih tinggi atas hubungan
usaha antara PJK dengan Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) tersebut, PJK wajib menerapkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d.
Pasal 34
Ketentuan yang berlaku bagi Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC yang berisiko tinggi, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dan ayat (4), serta Pasal 28
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berlaku pula bagi anggota
keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari PEP.
Pasal 35
Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
atau WIC yang memenuhi kriteria berisiko tinggi dibuat dalam
daftar tersendiri.
- 33 -
Pasal 36
Dalam hal PJK melakukan hubungan usaha dengan Nasabah
dan/atau melakukan transaksi yang berasal dari Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries) yang dipublikasikan oleh
FATF untuk dilakukan langkah pencegahan (countermeasures),
PJK wajib melakukan EDD dengan meminta konfirmasi dan
klarifikasi kepada otoritas terkait.
Bagian Keempat
CDD Terhadap Penerima Manfaat (Beneficiary) dari Asuransi
Jiwa dan Produk Investasi lain Terkait Polis Asuransi
Pasal 37
(1) Selain CDD yang dipersyaratkan bagi Calon Nasabah dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) sebagaimana diatur
dalam Pasal 15, PJK wajib melakukan CDD terhadap
penerima manfaat (beneficiary) dari asuransi jiwa dan
produk investasi lain terkait dengan polis asuransi, segera
setelah penerima manfaat (beneficiary) diidentifikasi atau
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk penerima manfaat (beneficiary) yang telah
diidentifikasi sebagai perorangan atau non
perorangan, PJK wajib meminta nama orang
perseorangan (natural person) atau Korporasi atau
perikatan lainnya (legal arrangement) dari penerima
manfaat (beneficiary) tersebut; atau
b. untuk penerima manfaat (beneficiary) yang telah
ditunjuk berdasarkan karakteristik atau berdasarkan
cara lain, PJK wajib meminta informasi yang
memadai mengenai penerima manfaat (beneficiary)
untuk meyakinkan PJK bahwa informasi tersebut
dapat digunakan untuk membuktikan identitas dari
penerima manfaat (beneficiary) pada saat
pembayaran klaim asuransi.
(2) Seluruh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib dicatat dan dikelola sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan OJK ini.
- 34 -
Pasal 38
(1) PJK wajib memasukkan penerima manfaat (beneficiary)
dari polis asuransi jiwa sebagai salah satu faktor risiko
yang relevan dalam memastikan apakah EDD perlu
diterapkan.
(2) Dalam hal PJK menetapkan bahwa penerima manfaat
(beneficiary) termasuk dalam kategori berisiko tinggi atau
PEP, PJK wajib melakukan EDD yang mencakup pula
identifikasi dan verifikasi terhadap identitas Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat
(beneficiary) pada saat pembayaran klaim asuransi.
Pasal 39
Dalam hal penerima manfaat (beneficiary) dan/atau Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary)
pada saat pembayaran klaim asuransi jiwa adalah PEP, PJK
wajib menginformasikan kepada pejabat senior sebelum
pembayaran klaim asuransi jiwa untuk melakukan
pengawasan lebih lanjut terkait hubungan usaha dengan
pemegang polis dan melaporkannya sebagai Transaksi
Keuangan Mencurigakan.
Bagian Kelima
CDD Sederhana
Pasal 40
(1) PJK dapat menerapkan prosedur CDD sederhana dari
prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 28,
terhadap Calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko
terjadinya Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
- 35 -
Bagian Keenam
Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga
Pasal 41
(1) PJK dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan
oleh pihak ketiga terhadap Calon Nasabahnya yang telah
menjadi Nasabah pada pihak ketiga tersebut.
(2) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PJK wajib:
a. memahami maksud dan tujuan hubungan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26; dan
b. mengidentifikasi dan memverifikasi Nasabah dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29.
(3) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD yang telah
dilakukan oleh pihak ketiga, tanggung jawab CDD tetap
berada pada PJK tersebut.
(4) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD pihak ketiga:
a. PJK wajib sesegera mungkin mendapatkan informasi
yang diperlukan terkait dengan prosedur CDD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 28;
b. PJK wajib memiliki kerja sama dengan pihak ketiga
dalam bentuk kesepakatan tertulis;
c. PJK wajib mengambil langkah yang memadai untuk
memastikan bahwa pihak ketiga bersedia memenuhi
permintaan informasi dan salinan dokumen
pendukung segera apabila dibutuhkan oleh PJK
dalam rangka penerapan program APU dan PPT;
d. PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga
merupakan lembaga keuangan dan penyedia barang
dan/atau jasa dan profesi tertentu yang memiliki
prosedur CDD dan tunduk pada pengawasan dari
otoritas berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e. PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko
negara tempat pihak ketiga tersebut berasal.
- 39 -
Bagian Ketujuh
Penolakan Transaksi dan Penutupan Hubungan Usaha
Pasal 42
(1) PJK wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan
Calon Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan
WIC, dalam hal Calon Nasabah atau WIC:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal
23, Pasal 24, dan Pasal 28;
b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan
dokumen palsu;
c. menyampaikan informasi yang diragukan
kebenarannya; dan/atau
d. berbentuk shell bank atau bank umum atau bank
umum syariah yang mengizinkan rekeningnya
digunakan oleh shell bank.
(2) PJK wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi,
dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah
dalam hal:
a. kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terpenuhi;
b. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui
dan/atau patut diduga berasal dari hasil tindak
pidana; dan/atau
c. Calon Nasabah atau Nasabah terdapat dalam daftar
terduga teroris dan organisasi teroris.
(3) PJK tetap wajib menyelesaikan proses identifikasi dan
verifikasi terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), dalam hal terdapat
penolakan hubungan usaha dengan Calon Nasabah
dan/atau penolakan transaksi dengan WIC berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan huruf c.
(4) Dalam hal PJK menduga adanya transaksi keuangan
terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme, dan PJK meyakini bahwa proses
- 41 -
Pasal 43
(1) Dalam hal dilakukan penutupan hubungan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), PJK wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Nasabah
mengenai penutupan hubungan usaha tersebut.
(2) Dalam hal setelah dilakukan pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Nasabah tidak mengambil sisa
dana yang tersimpan di PJK maka penyelesaian terhadap
sisa dana Nasabah yang tersimpan di PJK dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Bagian Kedelapan
Pengkinian dan Pemantauan
Pasal 44
(1) PJK wajib melakukan pemantauan terhadap hubungan
usaha dengan Nasabah dengan cara memantau transaksi
Nasabah untuk memastikan bahwa transaksi yang
dilakukan sejalan dengan pemahaman PJK atas Nasabah,
- 42 -
Pasal 45
(1) PJK wajib melakukan analisis terhadap seluruh transaksi
yang tidak sesuai dengan profil Nasabah.
(2) PJK dapat meminta informasi tentang latar belakang dan
tujuan transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai
dengan profil Nasabah, dengan memperhatikan ketentuan
anti tipping-off sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
(3) Dalam melaksanakan pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) PJK wajib memiliki
sistem yang dapat:
a. mengidentifikasi, menganalisis, memantau, dan
menyediakan laporan secara efektif mengenai profil,
karakteristik dan/atau kebiasaan pola transaksi yang
dilakukan oleh Nasabah; dan
b. menelusuri setiap transaksi, apabila diperlukan,
termasuk penelusuran atas identitas Nasabah,
- 43 -
Pasal 46
(1) PJK wajib memelihara daftar terduga teroris dan
organisasi teroris.
(2) PJK wajib melakukan identifikasi dan memastikan secara
berkala nama Nasabah yang memiliki kesamaan nama dan
informasi lain atas Nasabah dengan nama dan informasi
yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan
organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan
nama yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan
organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PJK wajib memastikan kesesuaian identitas Nasabah
tersebut dengan informasi lain yang terkait.
(4) Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan
kesamaan informasi lainnya dengan nama yang tercantum
dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PJK wajib segera
melakukan pemblokiran secara serta merta dan
melaporkannya sebagai laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan.
- 44 -
Bagian Kesembilan
Cross Border Correspondent Banking
Pasal 47
(1) Sebelum menyediakan jasa Cross Border Correspondent
Banking, Bank wajib memahami kegiatan usaha Bank
Penerima dan/atau Bank Penerus dengan meminta
informasi mengenai:
a. profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus;
b. reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus
berdasarkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
c. tingkat penerapan program APU dan PPT di negara
tempat kedudukan Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus; dan
d. informasi relevan lain yang diperlukan Bank untuk
mengetahui profil calon Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
didasarkan pada informasi publik yang memadai yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.
(3) Bank wajib menunjuk pejabat senior yang bertanggung
jawab atas hubungan usaha dengan calon Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus.
(4) Bank wajib melakukan penilaian terhadap penerapan
program APU dan PPT pada Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus.
(5) Bank wajib memahami tanggung jawab penerapan
program APU dan PPT dari masing-masing pihak yang
terkait dengan kegiatan Cross Border Corespondent
Banking.
Pasal 48
Bank wajib melakukan CDD terhadap Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus yang disesuaikan dengan pendekatan
berdasarkan risiko (risk based approach) apabila:
- 45 -
Pasal 49
Dalam hal terdapat Nasabah yang mempunyai akses terhadap
payable through account dalam jasa Cross Border Correspondent
Banking, Bank Pengirim wajib memastikan:
a. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus telah
melaksanakan proses CDD dan pemantauan yang
memadai yang paling kurang sama dengan yang diatur
dalam Peraturan OJK ini; dan
b. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus bersedia untuk
menyediakan data identifikasi Nasabah yang terkait
apabila diminta oleh Bank Pengirim.
Pasal 50
Bank Pengirim yang menyediakan jasa Cross Border
Correspondent Banking wajib:
a. mendokumentasikan seluruh transaksi Cross Border
Correspondent Banking;
b. menolak untuk berhubungan dan/atau meneruskan
hubungan Cross Border Correspondent Banking dengan
shell bank; dan
c. memastikan bahwa Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus tidak mengijinkan rekeningnya digunakan oleh
shell bank pada saat mengadakan hubungan usaha terkait
dengan Cross Border Correspondent Banking.
- 46 -
Bagian Kesepuluh
Transfer Dana
Pasal 51
(1) Bagi Bank yang melakukan kegiatan Transfer Dana baik
di dalam wilayah Indonesia maupun secara lintas negara
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Bank Pengirim wajib:
1. memperoleh informasi dan melakukan
identifikasi serta verifikasi terhadap
Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC
penerima, paling kurang meliputi:
a) nama Nasabah atau WIC pengirim;
b) nomor rekening Nasabah pengirim;
c) alamat Nasabah atau WIC pengirim;
d) nomor dokumen identitas, nomor
identifikasi, atau tempat dan tanggal lahir
dari Nasabah atau WIC pengirim;
e) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim;
f) nama Nasabah atau WIC penerima;
g) nomor rekening Nasabah penerima;
h) alamat WIC penerima;
i) jumlah uang dan jenis mata uang; dan
j) tanggal transaksi;
2. menyampaikan informasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1 kepada Bank Penerima;
dan
3. mendokumentasikan seluruh transaksi Transfer
Dana;
b. Bank Penerus wajib meneruskan pesan dan perintah
Transfer Dana, serta menatausahakan informasi yang
diterima dari Bank Pengirim;
c. Bank Penerima wajib memastikan kelengkapan
informasi Nasabah pengirim dan WIC pengirim
sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 1;
(2) Untuk kegiatan Transfer Dana di dalam wilayah Indonesia,
Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis
- 47 -
Pasal 52
(1) Dalam hal terdapat beberapa Transfer Dana dari satu
Nasabah atau WIC pengirim yang tergabung dalam satu
dokumen yang ditujukan kepada beberapa Nasabah atau
WIC penerima, dokumen tersebut wajib memuat informasi
mengenai Nasabah atau WIC pengirim dan informasi
mengenai Nasabah atau WIC penerima secara lengkap.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dapat ditelusuri di negara Nasabah atau WIC penerima.
(3) Bank wajib mencantumkan nomor rekening atau nomor
referensi transaksi Nasabah atau WIC pengirim.
Pasal 53
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
dikecualikan terhadap:
a. Transfer Dana yang menggunakan kartu debit, kartu ATM
maupun kartu kredit; atau
b. Transfer Dana yang dilakukan antar PJK dan untuk
kepentingan PJK dimaksud.
Pasal 54
(1) Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (1) huruf a angka 1 tidak dipenuhi maka Bank
Pengirim wajib menolak untuk melaksanakan Transfer
Dana.
(2) Dalam hal Bank Penerus dan/atau Bank Penerima
menerima perintah transfer dari Bank Pengirim di luar
negeri yang tidak dilengkapi dengan informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a
angka 1 maka Bank Penerus dan/atau Bank Penerima
dapat:
- 48 -
Pasal 55
Dalam hal terdapat Transfer Dana yang memenuhi kriteria
Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme, Bank
wajib melaporkan Transfer Dana tersebut sebagai laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.
Bagian Kesebelas
Penatausahaan Dokumen
Pasal 56
(1) PJK wajib menatausahakan:
a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC
dengan jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun
sejak:
1. berakhirnya hubungan usaha atau transaksi
dengan Nasabah atau WIC; atau
2. ditemukannya ketidaksesuaian transaksi
dengan tujuan ekonomis dan/atau tujuan
usaha;
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan
transaksi keuangan dengan jangka waktu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
mengenai dokumen perusahaan.
(2) Dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling kurang
meliputi:
- 49 -
BAB V
PENGENDALIAN INTERN
Pasal 57
(1) PJK wajib memiliki sistem pengendalian intern yang
efektif.
(2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif
antara lain dibuktikan dengan:
a. dimilikinya kebijakan, prosedur, dan pemantauan
internal yang memadai;
b. adanya batasan wewenang dan tanggung jawab
satuan kerja terkait dengan penerapan program APU
dan PPT; dan
c. dilakukannya pemeriksaan secara independen untuk
memastikan efektivitas penerapan program APU dan
PPT.
- 50 -
BAB VI
PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT DI JARINGAN KANTOR
DAN ANAK PERUSAHAAN
Pasal 58
(1) Konglomerasi Keuangan (financial group) wajib
menerapkan program APU dan PPT ke seluruh jaringan
kantor dan anak perusahaan di dalam dan di luar negeri,
serta memantau pelaksanaannya termasuk:
a. kebijakan dan prosedur pertukaran informasi untuk
tujuan CDD dan manajemen risiko terhadap
pencucian uang dan pendanaan terorisme;
b. pengaturan, pada fungsi kepatuhan, fungsi audit,
dan fungsi APU dan PPT pada level grup harus
mendapatkan informasi mengenai nasabah, rekening,
dan transaksi untuk tujuan APU dan PPT dari
seluruh jaringan kantor dan anak perusahaan; dan
c. dalam melaksanakan pertukaran informasi tersebut,
Konglomerasi Keuangan (financial group) wajib
memiliki ketentuan yang memadai mengenai
keamanan informasi.
(2) Seluruh jaringan kantor dan anak perusahaan di dalam
dan di luar negeri wajib mengimplementasikan kebijakan
dan prosedur program APU dan PPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor dan anak
perusahaan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki peraturan APU dan PPT yang lebih ketat
dari yang diatur dalam Peraturan OJK ini, kantor dan
anak perusahaan dimaksud wajib tunduk pada ketentuan
yang dikeluarkan oleh otoritas negara dimaksud.
(4) Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor dan anak
perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
mematuhi Rekomendasi FATF atau sudah mematuhi
namun standar program APU dan PPT yang dimiliki lebih
longgar dari yang diatur dalam Peraturan OJK ini, kantor
dan anak perusahaan dimaksud wajib menerapkan
- 51 -
BAB VII
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Pasal 59
(1) PJK wajib memiliki sistem informasi yang dapat
mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan
menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.
(2) PJK wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara
terpadu (single customer identification file), paling kurang
meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dan Pasal 24 ayat (1).
(3) PJK wajib memiliki dan memelihara profil WIC
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a.
(4) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) wajib mempertimbangkan faktor
teknologi informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh
pelaku Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme.
- 52 -
BAB VIII
SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELATIHAN
Pasal 60
Untuk mencegah digunakannya PJK sebagai media atau tujuan
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme yang
melibatkan pihak intern PJK, PJK wajib melakukan:
a. prosedur penyaringan dalam rangka penerimaan
karyawan baru (pre employee screening); dan
b. pengenalan dan pemantauan terhadap profil karyawan.
Pasal 61
PJK wajib menyelenggarakan pelatihan yang
berkesinambungan tentang:
a. penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan program APU dan PPT;
b. teknik, metode, dan tipologi Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme; dan
c. kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
serta peran dan tanggung jawab pegawai dalam mencegah
dan memberantas Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme.
BAB IX
PELAPORAN
Pasal 62
(1) PJK wajib menyampaikan kepada OJK:
a. action plan penerapan program APU dan PPT paling
lambat pada akhir bulan Mei 2017;
b. penyesuaian kebijakan dan prosedur penerapan
program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 paling lambat 6 (enam) bulan sejak
diberlakukannya Peraturan OJK ini;
c. laporan rencana kegiatan pengkinian data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) huruf
- 53 -
Pasal 63
(1) PJK wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan, laporan Transaksi Keuangan Tunai dan
laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana Pencucian Uang.
(2) Kewajiban PJK untuk melaporkan Transaksi Keuangan
Mencurigakan juga berlaku untuk transaksi yang diduga
terkait dengan kegiatan terorisme atau pendanaan
terorisme.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang
dikeluarkan oleh PPATK.
- 54 -
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 64
PJK wajib bekerja sama dengan penegak hukum dan otoritas
yang berwenang dalam rangka memberantas tindak pidana
Pencucian Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan
Terorisme.
BAB XI
SANKSI
Pasal 65
(1) PJK yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dan Pasal 63 dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu kewajiban membayar
sejumlah uang dengan rincian sebagai berikut:
a. sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari
keterlambatan per laporan dan paling banyak sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) bagi PJK
berupa bank umum, perusahaan efek, perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
pialang asuransi, DPLK, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, LPEI, perusahaan pergadaian dan
manajer investasi; atau
b. sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per
hari keterlambatan per laporan dan paling banyak
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) bagi PJK
berupa BPR, BPRS, perusahaan pembiayaan, dan
PMV.
(2) LKM dan penyelenggara layanan pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi yang terlambat
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 dan Pasal 63 dikenakan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis.
- 55 -
Pasal 66
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan OJK ini selain pelanggaran atas
keterlambatan penyampaian laporan, dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. peringatan atau teguran tertulis;
b. denda dalam bentuk kewajiban membayar sejumlah
uang;
c. penurunan dalam penilaian tingkat kesehatan;
d. pembatasan kegiatan usaha tertentu;
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu;
f. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya
menunjuk dan mengangkat pengganti sementara
sampai rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota koperasi mengangkat pengganti yang tetap
dengan persetujuan OJK; dan/atau
g. pencantuman anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris, pegawai PJK, pemegang saham dalam
daftar orang tercela di sektor jasa keuangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dapat
dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a.
(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
(4) OJK dapat mengumumkan pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
publik/masyarakat.
- 56 -
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 67
(1) PJK yang telah memiliki kebijakan dan prosedur
penerapan program APU dan PPT wajib menyesuaikan
kebijakan dan prosedur dimaksud sesuai Peraturan OJK
ini, paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan OJK ini
diundangkan.
(2) Bagi LKM dan penyelenggara layanan pinjam meminjam
uang berbasis teknologi informasi, ketentuan pada
Peraturan OJK ini dinyatakan berlaku setelah 4 (empat)
tahun terhitung sejak Peraturan OJK ini diundangkan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan program APU dan
PPT di sektor jasa keuangan diatur dalam Surat Edaran OJK.
Pasal 69
Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku, ketentuan yang
mengatur penerapan APU dan PPT sebagaimana dimaksud
dalam:
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 290,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5385);
- 57 -
Pasal 70
Peraturan OJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 58 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2017
ttd
MULIAMAN D. HADAD
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2017
ttd
YASONNA H. LAOLY
ttd
Yuliana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 12 /POJK.01/2017
TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA KEUANGAN
I. UMUM
Adanya globalisasi di sektor jasa keuangan yang diiringi dengan
semakin berkembangnya produk jasa keuangan termasuk pemasarannya
(multi channel marketing), konglomerasi, serta aktivitas dan teknologi
industri jasa keuangan yang semakin kompleks baik dari sisi produk,
layanan, dan penggunaan teknologi informasi, berpotensi meningkatkan
risiko pemanfaatan industri jasa keuangan sebagai sarana Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme, dengan berbagai modus operandinya yang
semakin beragam dan maju.
Dalam kaitan tersebut dan sesuai ketentuan Pasal 5 Undang Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang menegaskan
bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan, perlu adanya pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi (termasuk keseragaman pengaturan) dalam penerapan program
anti Pencucian Uang dan pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT)
oleh PJK yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Disamping itu, pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi dalam
penerapan program APU dan PPT oleh PJK yang melakukan kegiatan di
sektor jasa keuangan perlu kiranya didasarkan pada pengawasan
berbasis risiko (risk based approach) sesuai dengan standar internasional
-2-
dan sanksi lainnya atas pelanggaran Peraturan OJK ini selain kewajiban
pelaporan.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “secara berkala” adalah dilakukan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan dan penilaian risiko PJK.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Persetujuan Direksi diperlukan untuk kebijakan, pengawasan, dan
prosedur pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme yang bersifat teknis.
Persetujuan Dewan Komisaris diperlukan untuk kebijakan,
pengawasan, dan prosedur pengelolaan dan mitigasi risiko
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme yang bersifat strategis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
-5-
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Untuk kantor cabang dari PJK yang berkedudukan di luar negeri, yang
dimaksud dengan “Direksi” adalah pimpinan kantor cabang dari PJK
yang berkedudukan di luar negeri yakni pemimpin kantor cabang PJK
dan/atau pejabat satu tingkat di bawah pemimpin kantor cabang.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Kebijakan dan prosedur lebih lanjut yang bersifat lebih teknis, yang
merupakan ketentuan lebih lanjut dari kebijakan dan prosedur
tertulis yang bersifat strategis, tidak perlu memperoleh persetujuan
Dewan Komisaris, namun cukup disetujui oleh Direksi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat
sebagai penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
dilakukan sesuai dengan kebutuhan, kompleksitas usaha, dan
penilaian risiko PJK.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “satuan kerja terkait” antara lain satuan
kerja yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan Nasabah dan/atau WIC, seperti petugas pelayanan
nasabah (front liner), petugas pemasaran, petugas yang terkait
pengelolaan dan pengembangan teknologi informasi, serta internal
auditor.
-6-
Pasal 7
Huruf a
Persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU
dan PPT oleh Dewan Komisaris, hanya untuk kebijakan dan
prosedur tertulis yang bersifat strategis.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Frekuensi pembahasan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme dalam rapat Direksi dan Dewan Komisaris dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan penilaian risiko masing-masing PJK.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “kemampuan yang memadai” antara lain
meliputi pengalaman, pengetahuan termasuk pengalaman dan
pengetahuan mengenai penerapan program APU dan PPT.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
-7-
Pasal 11
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Yang dimaksud dengan “melakukan pengawasan terkait penerapan
program APU dan PPT terhadap satuan kerja terkait” antara lain
mengawasi apakah satuan kerja terkait telah melakukan fungsi dan
tugas dalam rangka mempersiapkan laporan mengenai dugaan
Transaksi Keuangan Mencurigakan sebelum menyampaikannya
kepada unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggung jawab
terhadap penerapan program APU dan PPT.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
-8-
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Kebijakan dan prosedur terkait identifikasi dan verifikasi
nasabah antara lain mencakup juga CDD sederhana, CDD oleh
pihak ketiga, dan EDD.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah pejabat yang
memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti
Pencucian Uang dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme
misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat atau
pimpinan di kantor cabang.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
-9-
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “transaksi keuangan dengan mata uang
rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau
setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”, termasuk
transaksi yang dilakukan dalam satu kali transaksi atau dilakukan
dalam beberapa transaksi yang patut diduga saling terkait.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Prosedur CDD yang dilakukan pada saat terdapat indikasi Transaksi
Keuangan Mencurigakan yang terkait dengan Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme, dilakukan tanpa memperhatikan
adanya pengecualian atau batasan nilai transaksi sebagaimana
diatur dalam Peraturan OJK ini.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Dalam rangka identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui
profil Calon Nasabah, PJK dapat diwakili oleh
- 10 -
Pasal 18
Ayat (1)
Termasuk dalam pengertian rekening fiktif adalah rekening Nasabah
yang menggunakan nama yang tidak sesuai dengan yang tertera
pada dokumen identitas Nasabah yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
- 11 -
Pasal 20
Ayat (1)
Huruf a
Angka 1
Huruf a)
Cukup jelas.
Huruf b)
Cukup jelas.
Huruf c)
Informasi mengenai alamat tempat tinggal lain
diperlukan apabila Calon Nasabah orang
perseorangan (natural person) memiliki alamat tempat
tinggal berbeda dengan alamat yang tercatat pada
dokumen identitas.
Huruf d)
Cukup jelas.
Huruf e)
Cukup jelas.
Huruf f)
Cukup jelas.
Huruf g)
Cukup jelas.
Huruf h)
Cukup jelas.
Huruf i)
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
- 12 -
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Termasuk izin adalah izin lainnya yang dipersamakan
dengan izin yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “perikatan lainnya (legal arrangement)”
antara lain trustee. Contoh: bank umum sebagai trustee
(pengelola atau penerima harta trust).
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Termasuk izin adalah izin lainnya yang dipersamakan
dengan izin yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
- 13 -
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Ketentuan pada ayat ini juga berlaku bagi perantara atau pihak
yang mendapatkan kuasa dari Nasabah untuk melakukan
transaksi atas kepentingan Nasabah yang transaksinya
tergolong tidak wajar atau mencurigakan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 21
Dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan Indonesia dapat berupa Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), atau paspor yang masih berlaku.
Sedangkan dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah
perorangan yang berkewarganegaraan asing adalah paspor yang disertai
dengan Kartu Izin Tinggal sesuai dengan ketentuan keimigrasian.
Dokumen pendukung identitas tersebut juga diperlukan bagi perorangan
yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama perusahaan. Dokumen
Kartu Izin Tinggal dapat digantikan oleh dokumen lainnya yang dapat
memberikan keyakinan kepada PJK tentang profil Calon Nasabah
berkewarganegaraan asing tersebut antara lain surat referensi dari:
a. seorang berkewarganegaraan Indonesia atau
perusahaan/instansi/pemerintah Indonesia mengenai profil Calon
Nasabah berkewarganegaraan asing; atau
b. PJK di negara atau jurisdiksi tempat kedudukan Calon Nasabah dan
negara atau jurisdiksi tersebut tidak tergolong berisiko tinggi.
Termasuk spesimen tanda tangan bagi Calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan Indonesia adalah cap jempol atau sidik jari.
- 14 -
Pasal 22
Ayat (1)
Dokumen identitas perusahaan antara lain berupa:
a. akta pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; dan
b. izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang.
Contoh: izin usaha sebagai pedagang valuta asing, izin kegiatan
usaha pengiriman uang, atau izin usaha dari kementerian
kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang
perkayuan/kehutanan.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “usaha mikro dan usaha kecil” adalah
usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai usaha mikro dan
usaha kecil.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Deskripsi kegiatan usaha perusahaan meliputi informasi
mengenai bidang usaha, profil pelanggan, alamat tempat
kegiatan usaha dan nomor telepon usaha dan nomor
telepon perusahaan.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “anggota Direksi yang berwenang
mewakili perusahaan untuk melakukan hubungan usaha
dengan PJK” adalah anggota Direksi yang memiliki
spesimen tanda tangan (authorized signature).
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 15 -
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Untuk memastikan kebenaran identitas Nasabah perseorangan,
dokumen identitas hendaknya merupakan dokumen yang
mencantumkan foto diri yang diterbitkan oleh pihak yang
berwenang dengan jangka waktu yang masih berlaku.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “lebih dari satu dokumen identitas”
misalnya selain kartu tanda penduduk adalah paspor atau surat izin
mengemudi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Contoh hubungan usaha atau transaksi sebelum proses verifikasi
dilakukan adalah transaksi efek di bursa efek yang harus dilakukan
sesegera mungkin dengan mempertimbangkan kondisi pasar,
dimana transaksi efek tersebut dilaksanakan sebelum dilakukannya
proses verifikasi.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
- 16 -
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Huruf a
Termasuk Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) orang
perseorangan (natural person) pada ayat ini adalah Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) orang perseorangan (natural person)
dari Calon Nasabah yang merupakan Lembaga Negara atau
Instansi Pemerintah.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Huruf b
Dalam hal Nasabah atau pemilik atau pengendali akhir dari
Korporasi adalah perusahaan terbuka dan diwajibkan untuk
melakukan keterbukaan informasi atas pengendali Korporasi
dimaksud, atau anak perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh
perusahaan terbuka tersebut, PJK tidak perlu melakukan
identifikasi dan verifikasi terhadap pemegang saham atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari perusahaan terbuka
tersebut. Data identifikasi yang relevan dapat diperoleh dari
otoritas yang berwenang, dari Nasabah atau dari sumber lain
yang dapat diandalkan.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “pemilik atau pengendali akhir
perusahaan, yayasan atau perkumpulan (ultimate
- 17 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “produk sektor jasa keuangan yang
berisiko tinggi” antara lain:
1. private banking;
2. transaksi anonim (anonymous transactions) (termasuk
transaksi tunai); atau
3. pembayaran yang diterima dari pihak ketiga yang tidak
dikenal atau yang tidak terkait.
Huruf c
Contoh Negara yang Berisiko Tinggi (High Risk Countries)
antara lain terdiri dari:
1. Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual
assessment terhadap suatu negara (seperti: Financial
Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pacific
Group on Money Laundering (APG), Caribbean Financial
Action Task Force (CFATF), Committee of Experts on the
Evaluation of Anti-Money Laundering Measures and the
- 19 -
Pasal 31
Ayat (1)
Pengertian PEP tidak dimaksudkan untuk mencakup pihak-pihak
dari level menengah atau lebih junior.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah pejabat yang
memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti
Pencucian Uang dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme
misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat atau
pimpinan di kantor cabang.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Ketentuan ini berlaku bagi Nasabah yang statusnya mengalami
perubahan dari Nasabah biasa menjadi PEP termasuk Nasabah
yang baru teridentifikasi sebagai PEP.
Pasal 33
Yang dimaksud “organisasi internasional” antara lain International
Monetary Fund (IMF), World Bank, United Nations (UN), Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD), Asian Development
Bank (ADB), dan Islamic Development Bank (IDB).
- 21 -
Pasal 34
Yang dimaksud dengan “anggota keluarga dari PEP” adalah anggota
keluarga PEP sampai dengan derajat kedua, baik horisontal maupun
vertikal, yaitu:
1. orang tua kandung/tiri/angkat;
2. saudara kandung/tiri/angkat;
3. anak kandung/tiri/angkat;
4. kakek atau nenek kandung/tiri/angkat;
5. cucu kandung/tiri/angkat;
6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
7. suami atau istri;
8. mertua atau besan;
9. suami atau istri dari anak kandung/tiri/angkat;
10. kakek atau nenek dari suami atau istri;
11. suami atau istri dari cucu kandung/tiri /angkat;
12. saudara kandung/tiri/angkat dari suami; atau
13. istri beserta suami atau istrinya dari saudara,
yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan “pihak yang terkait dengan PEP” antara lain:
1. perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP; atau
2. pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik mempunyai
hubungan dekat dengan PEP. Contoh supir, asisten pribadi,
sekretaris pribadi.
Pasal 35
Pembuatan daftar tersendiri ditujukan untuk memudahkan identifikasi
dan pemantauan.
Pasal 36
Yang dimaksud dengan “otoritas terkait” antara lain adalah PPATK.
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Nama perorangan dari penerima manfaat (beneficiary) berupa
non perorangan dapat berupa nama pengurus atau orang yang
mewakili non perorangan tersebut.
- 22 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan “penerima manfaat (beneficiary)
berdasarkan karakteristik” misalnya suami atau isteri, atau
anak-anak pada saat risiko asuransi timbul.
Yang dimaksud dengan “penerima manfaat dengan cara lain”
misalnya penerima manfaat (beneficiary) yang ditunjuk
berdasarkan surat wasiat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah pejabat yang memiliki
pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti Pencucian Uang
dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme misalnya kepala divisi atau
kepala bagian di kantor pusat atau pimpinan di kantor cabang.
Pasal 40
Ayat (1)
Termasuk tingkat risiko negara asal Nasabah.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “rekening” adalah rekening milik
perusahaan yang digunakan hanya untuk pembayaran gaji
karyawan perusahaan tersebut secara periodik dan/atau
rekening karyawan yang digunakan hanya untuk menerima
gaji dari pemberi kerja.
Huruf b
Identitas mengenai perusahaan dan Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) dari perusahaan publik atau emiten telah tersedia
sebagai dokumen publik.
Huruf c
Cukup jelas.
- 23 -
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “program pemerintah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan” antara lain gerakan Indonesia menabung, layanan
keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif,
simpanan pelajar, asuransi mikro, asuransi usaha ternak sapi,
asuransi usaha padi, program keluarga harapan (PKH), dan
bantuan dana tunai
Huruf f
Sebagai contoh:
1. pemasaran produk atau jasa melalui saluran komunikasi
jarak jauh (telemarketing);
2. Calon Nasabah merupakan penerima Efek dalam rangka
employee stock ownership program (ESOP) dan/atau
management stock ownership program (MSOP) dari emiten
atau perusahaan publik;
3. Calon Nasabah merupakan pihak yang melakukan
pemesanan efek di pasar perdana paling banyak senilai
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
4. peserta DPLK yang diikutsertakan oleh pemberi kerja atau
peserta mandiri yang membayar iuran ke DPLK, yang
jumlahnya paling banyak 20% (dua puluh persen) dari
penghasilan setiap bulan atau lebih dari 20% (dua puluh
persen) dari penghasilan tetapi tidak melebihi
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) setiap bulan;
5. produk asuransi yang tidak menjanjikan pengembalian
dana sebelum atau setelah berakhirnya masa
pertanggungan;
6. produk asuransi yang jumlah pembayaran premi
regulernya apabila di setahunkan tidak melebihi
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
7. produk asuransi yang pembayaran premi tunggalnya tidak
melebihi Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
- 24 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Daftar yang dibuat antara lain memuat informasi mengenai alasan
penetapan risiko sehingga digolongkan sebagai risiko rendah.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan “informasi” paling kurang berupa
informasi mengenai nama lengkap sesuai dengan yang
tercantum pada kartu identitas, alamat atau tempat dan
tanggal lahir, nomor kartu identitas, dan kewarganegaraan dari
Calon Nasabah.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
- 26 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “otoritas yang berwenang” adalah:
a. otoritas dimana Konglomerasi Keuangan (financial group)
tersebut berasal, yang mengawasi penerapan kebijakan
dan prosedur pada level Konglomerasi Keuangan (financial
group) tersebut; dan
b. otoritas dimana kantor cabang atau anak usaha dari
Konglomerasi Keuangan (financial group) tersebut berada.
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “shell bank” adalah Bank yang tidak
mempunyai kehadiran secara fisik (physical presence) di
wilayah hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin,
dan tidak berafiliasi dengan Konglomerasi Keuangan (financial
group) jasa keuangan yang menjadi subyek pengawasan
terkonsolidasi yang efektif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 27 -
Ayat (3)
Kewajiban PJK untuk tetap melakukan proses identifikasi dan
verifikasi terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dimaksudkan untuk kepentingan
pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Pemberitahuan dapat dilakukan secara tertulis yang ditujukan
kepada Nasabah sesuai dengan alamat yang tercantum dalam
database PJK atau diumumkan melalui media cetak, media
elektronik maupun media lainnya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah”
antara lain berupa penyerahan sisa dana kepada Balai Harta
Peninggalan.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan
apabila terdapat transaksi keuangan yang memenuhi kriteria
sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 28 -
Ayat (4)
Laporan pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data
kualitatif.
Yang dimaksud dengan “data kuantitatif” antara lain berupa
statistik jumlah Nasabah yang datanya telah atau belum dikinikan.
Yang dimaksud dengan “data kualitatif” antara lain berupa kendala,
upaya yang telah dilakukan PJK serta kemajuan (progress) dari
upaya tersebut.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “transaksi yang tidak sesuai dengan profil
Nasabah” adalah transaksi sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undanganan yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “daftar terduga teroris dan organisasi
teroris” adalah daftar yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian
Negara RI berdasarkan penetapan pengadilan negeri Jakarta Pusat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “informasi lainnya” antara lain tempat
tanggal lahir dan alamat Nasabah.
- 29 -
Ayat (4)
Dalam melakukan pemblokiran dan pelaporan, PJK mengacu pada
Peraturan Bersama tentang Pencantuman Identitas Orang dan
Korporasi dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dan
Pemblokiran Secara Serta Merta atas Dana Milik Orang atau
Korporasi yang Tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris.
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Informasi mengenai profil calon Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus antara lain meliputi susunan anggota Direksi dan
Dewan Komisaris, kegiatan usaha, dan produk hasil usaha.
Huruf b
Dalam meneliti reputasi Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus, Bank perlu meneliti reputasi yang bersifat negatif,
misalnya sanksi yang pernah dikenakan oleh otoritas kepada
Bank Penerima dan/atau Bank Penerus terkait dengan
pelanggaran ketentuan otoritas termasuk ketentuan yang
terkait dengan Rekomendasi FATF, atau Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus sedang dalam proses penyidikan
dan/atau pembinaan oleh otoritas yang berwenang terkait
dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
Huruf c
Tingkat penerapan program APU dan PPT suatu negara dapat
dilihat dari tingkat risiko negara tempat kedudukan Bank
tersebut yang dikeluarkan oleh FATF atau Asia Pacific Group on
Money Laundering (APG) terhadap kemungkinan terjadinya
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “informasi relevan lain” antara lain
informasi mengenai:
a. kepemilikan, pengendalian, dan struktur manajemen,
untuk memastikan apakah terdapat PEP dalam susunan
kepemilikan atau sebagai pengendali;
- 30 -
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Yang dimaksud dengan “payable through account” adalah rekening
koresponden yang digunakan secara langsung oleh pihak ketiga untuk
melakukan transaksi atas nama pihak ketiga tersebut.
Pasal 50
Huruf a
Yang dimaksud dengan “mendokumentasikan” adalah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 Peraturan OJK ini.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
- 31 -
Pasal 51
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Bank Pengirim” termasuk Bank yang
melakukan kegiatan usaha sebagai agen dari penyelenggara
kegiatan pengiriman uang.
Angka 1
Huruf a)
Cukup jelas.
Huruf b)
Cukup jelas.
Huruf c)
Cukup jelas.
Huruf d)
Yang dimaksud dengan “nomor identifikasi” antara
lain nomor yang secara unik mengidentifikasikan
Nasabah/WIC pengirim dari Bank Pengirim dengan
data informasi yang dikelola oleh Bank Pengirim.
Dalam hal ini, nomor identifikasi berbeda dengan
nomor transaksi.
Huruf e)
Cukup jelas.
Huruf f)
Cukup jelas.
Huruf g)
Cukup jelas.
Huruf h)
Cukup jelas.
Huruf i)
Cukup jelas.
Huruf j)
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
- 32 -
Angka 3
Yang dimaksud dengan “mendokumentasikan” adalah
kegiatan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 Peraturan OJK ini.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “informasi” adalah informasi mengenai
pihak yang pertama kali mengeluarkan perintah Transfer Dana.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Informasi atau permintaan tertulis dapat berupa surat yang
ditandatangani maupun informasi atau permintaan yang
disampaikan melalui media elektronik lainnya.
Yang dimaksud dengan “Otoritas yang berwenang” termasuk
otoritas penegak hukum dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kerahasiaan Bank.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “PJK” adalah sebagaimana yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian
Uang.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tindak lanjut yang memadai” antara lain
melakukan pemantauan yang lebih ketat, melaporkan sebagai
Transaksi Keuangan Mencurigakan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 33 -
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Salah satu tujuan penatausahaaan dokumen dimaksudkan untuk
memudahkan rekonstruksi transaksi dalam hal diminta oleh
otoritas yang berwenang.
Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan,
electronic form, microfilm atau dokumen yang berdasarkan undang-
undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Dalam memastikan efektivitas penerapan program APU dan
PPT, PJK antara lain melakukan uji kepatuhan (termasuk
penggunaan sample testing) terhadap kebijakan dan prosedur
yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT.
Pasal 58
Ayat (1)
Huruf a
Pertukaran informasi dapat berupa antara lain: tipologi,
modus, dan profil nasabah.
- 34 -
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “anak perusahaan” adalah anak perusahaan
yang mayoritas kepemilikannya berada pada Konglomerasi
Keuangan (financial group).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Sistem informasi yang dimiliki harus dapat memungkinkan PJK
untuk menelusuri setiap transaksi (individual transaction) apabila
diperlukan, baik untuk keperluan intern dan/atau OJK, maupun
dalam kaitannya dengan penegakan hukum.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “profil Nasabah secara terpadu” adalah
Nasabah yang mencakup seluruh rekening yang dimiliki oleh satu
Nasabah pada suatu PJK.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Penggunaan teknologi yang berpotensi disalahgunakan seperti
pembukaan rekening dan/atau melakukan transaksi melalui pos,
faksimili, telepon, internet banking, dan anjungan tunai mandiri
(ATM).
Pasal 60
Pemanfaatan jasa PJK sebagai media Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme dimungkinkan juga melibatkan karyawan PJK itu
- 35 -
Pasal 62
Ayat (1)
Huruf a
Action plan adalah langkah-langkah PJK untuk melaksanakan
program APU dan PPT dengan target waktu penyelesaian
selama periode tertentu, yang paling kurang memuat
penyempurnaan infrastruktur terkait dengan teknologi
informasi, penyiapan sumber daya manusia, dan program
pengkinian data Nasabah, WIC dan Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner).
Action Plan juga memuat langkah-langkah PJK untuk
melakukan CDD terhadap Nasabah yang ada berdasarkan
materialitas dan risikonya.
Dalam hal PJK telah menyampaikan action plan kepada OJK
sebelum berlakunya Peraturan OJK ini, PJK hanya wajib
menyampaikan penyesuaian action plan penerapan program
APU dan PPT.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Rencana kegiatan pengkinian data disusun sesuai dengan
penilaian PJK terhadap kesesuaian data yang tersedia.
Rencana kegiatan tersebut membantu PJK untuk dapat
memantau dan melaporkan Transaksi Keuangan
Mencurigakan.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 36 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Termasuk dalam kerja sama dengan penegak hukum yang dimaksudkan
pada ayat ini adalah menyampaikan dokumen atau informasi kepada
penegak hukum terkait dengan identitas Nasabah yang diduga
melakukan tindak pidana yang merupakan tindak pidana asal (predicate
crime) dari tindak pidana Pencucian Uang sesuai dengan ketentuan
perundangan-undangan.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Yth.
di tempat.
SALINAN
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 47 /SEOJK.04/2017
TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR PASAR MODAL
I. KETENTUAN UMUM
1. Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
a. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal yang
selanjutnya disebut PJK di Sektor Pasar Modal adalah
perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau
manajer investasi, serta bank umum yang menjalankan fungsi
kustodian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
-2-
II. PROGRAM APU DAN PPT BERBASIS RISIKO (RISK BASED APPROACH)
1. Kewajiban Penerapan Program APU dan PPT Berbasis Risiko
a. PJK di Sektor Pasar Modal wajib menerapkan program APU dan
PPT berbasis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
sampai dengan Pasal 5 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di
Sektor Jasa Keuangan.
b. Dalam penerapan program APU dan PPT berbasis risiko, PJK di
Sektor Pasar Modal harus merujuk dan mempertimbangkan
risiko sebagaimana yang tercantum dalam NRA dan SRA.
Adapun risiko yang tercantum dalam NRA dan SRA tersebut
dapat berkembang dan mengalami perubahan. Oleh karena itu,
penerapan program APU dan PPT yang dimiliki PJK di Sektor
Pasar Modal harus responsif terhadap perubahan risiko
tersebut.
2. Konsep Risiko
a. Definisi Risiko
Risiko secara sederhana dapat dilihat sebagai kombinasi
peluang yang mungkin terjadi dan tingkat kerusakan atau
kerugian yang mungkin dihasilkan dari suatu peristiwa. Dalam
konteks Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, risiko
diartikan:
1) Pada tingkat nasional adalah suatu ancaman dan
kerentanan yang disebabkan oleh Pencucian Uang dan
-9-
3) Risiko Nasabah
PJK di Sektor Pasar Modal harus memperhatikan risiko
yang mungkin timbul dari nasabah. Untuk itu, PJK di
Sektor Pasar Modal perlu mengategorikan nasabah
berdasarkan tingkat risiko. Pengategorian tersebut dapat
mengacu pada klasifikasi risiko yang ditetapkan oleh PJK
di Sektor Pasar Modal, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar internasional yang
berlaku.
Beberapa kategori nasabah yang aktivitasnya dapat
diindikasikan memiliki risiko tinggi antara lain:
a) nasabah yang melakukan hubungan usaha atau
transaksi yang tidak wajar atau tidak sesuai dengan
profil nasabah, seperti:
(1) jarak geografis yang signifikan dan tidak dapat
dijelaskan antara tempat tinggal atau lokasi
bisnis nasabah dengan lokasi di mana transaksi
dilakukan; dan
(2) nasabah yang melakukan transaksi dengan pola
dan nilai transaksi yang jauh berbeda dengan
yang biasa dilakukan;
b) nasabah korporasi yang struktur kepemilikannya
kompleks dan menimbulkan kesulitan untuk
diidentifikasi siapa yang menjadi pemilik manfaat
(beneficial owner), pemilik akhir (ultimate owner) atau
pengendali akhir (ultimate controller) dari korporasi;
c) nasabah yang termasuk dalam kategori orang yang
populer secara politis (politically exposed person) yang
selanjutnya disingkat PEP, termasuk anggota
keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari
PEP;
d) nasabah yang pemilik manfaatnya (beneficial owner)
tidak diketahui; dan
e) nasabah yang tidak bersedia memberikan data dan
informasi dalam proses identifikasi atau nasabah yang
memberikan informasi yang sangat minim atau
informasi yang patut diduga sebagai informasi fiktif.
-13-
tersendiri.
b. Penutupan Hubungan Usaha
1) PJK di Sektor Pasar Modal melakukan penutupan
hubungan usaha dengan calon nasabah atau nasabah
dalam hal:
a) calon nasabah atau nasabah tidak bersedia
memberikan informasi dan/atau melengkapi
dokumen yang dipersyaratkan PJK di Sektor Pasar
Modal;
b) calon nasabah atau nasabah memberikan informasi
dan/atau dokumen yang tidak sesuai atau patut
diduga sebagai dokumen palsu atau informasi yang
diragukan kebenarannya;
c) sumber dana transaksi yang dimiliki calon nasabah
atau nasabah diketahui dan/atau patut diduga
berasal dari hasil tindak pidana; dan
d) calon nasabah atau nasabah tercatat dalam daftar
teroris dan/atau daftar terduga teroris dan organisasi
teroris.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus memberitahukan secara
tertulis kepada nasabah mengenai penutupan hubungan
usaha tersebut.
3) Pemberitahuan tertulis dapat dilakukan dengan
penyampaian surat yang ditujukan kepada nasabah sesuai
dengan alamat yang tercantum dalam database PJK di
Sektor Pasar Modal atau diumumkan melalui media cetak,
media elektronik, maupun media lainnya.
4) Apabila setelah dilakukan pemberitahuan tertulis,
nasabah tidak mengambil sisa dana yang tersimpan di PJK
di Sektor Pasar Modal, maka penyelesaian terhadap sisa
dana nasabah tersebut dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, antara lain dengan
menyerahkan sisa dana ke Balai Harta Peninggalan. Dalam
hal penutupan hubungan usaha terkait dengan transaksi
transfer dana, maka prosedur penutupan hubungan usaha
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai transfer dana.
-38-
V. PENGENDALIAN INTERNAL
1. Pelaksanaan pengendalian internal dalam rangka penerapan
program APU dan PPT dilaksanakan oleh penanggung jawab
kepatuhan atau satuan kerja audit internal (SKAI).
-43-
VIII. PELAPORAN
1. Pelaporan rencana kegiatan pengkinian data dan laporan realisasi
pengkinian data dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. laporan ditujukan kepada:
1) Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A, Otoritas
Jasa Keuangan, bagi perusahaan efek.
2) Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2B, Otoritas
Jasa Keuangan, bagi bank kustodian.
b. isi laporan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam
bentuk dokumen cetak dan dapat pula disiapkan dalam format
digital dengan menggunakan media digital cakram padat
(compact disk).
c. laporan sesuai dengan format sebagaimana dimuat dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.
2. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan sistem
elektronik, pelaporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat
disampaikan melalui sistem elektronik tersebut.
IX. PENUTUP
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2017
KEPALA EKSEKUTIF
PENGAWAS PASAR MODAL
OTORITAS JASA KEUANGAN,
ttd
Salinan ini sesuai dengan aslinya
Direktur Hukum 1
Departemen Hukum HOESEN
ttd
Yuliana
-1-
LAMPIRAN
NOMOR 47 /SEOJK.04/2017
TENTANG
produk dan
layanan tertentu.
PJK di Sektor
Pasar Modal
memiliki batasan
untuk penggunaan
layanan transaksi
elektronik
A. Dalam melakukan identifikasi risiko, salah satu alat bantu yang dapat
digunakan oleh PJK di Sektor Pasar Modal ialah matriks kemungkinan
dan dampak (likelihood and impact matrix). Matriks tersebut membantu
PJK di Sektor Pasar Modal dalam menetapkan seberapa besar upaya
atau pemantauan yang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi risiko
bawaan (inherent risk). Perlu diperhatikan bahwa matriks tersebut hanya
merupakan contoh. PJK di Sektor Pasar Modal dapat menggunakan alat
bantu lain atau bentuk matriks lain yang sesuai dengan skala usaha,
kebutuhan, dan kompleksitas PJK di Sektor Pasar Modal sehingga
benar-benar dapat menggambarkan risiko yang dihadapi PJK di Sektor
Pasar Modal.
1. Kemungkinan (likelihood)
Kemungkinan (likelihood) atas risiko pencucian uang dan pendanaan
terorisme (berupa ancaman dan kerentanan) terjadi dalam kegiatan
usaha PJK di Sektor Pasar Modal. Peluang terjadi risiko ialah
kemungkinan (likelihood) itu sendiri. PJK di Sektor Pasar Modal perlu
memahami kemungkinan (likelihood) risiko yang telah teridentifikasi
benar-benar terjadi. Kemungkinan (likelihood) merujuk pada tingkat
risiko yang telah diidentifikasi sebagai bagian dari penilaian risiko.
Dalam hal ini PJK di Sektor Pasar Modal dapat menggunakan skala
risiko yang pada umumnya digunakan yaitu:
Peringkat Kemungkinan (Likelihood) risiko pencucian uang dan
pendanaan terorisme
Tinggi Kemungkinan risiko pencucian uang dan pendanaan
terorisme terjadi.
Menengah Kemungkinan terjadinya risiko dapat diterima.
Rendah Tidak terdapat kemungkinan terjadinya risiko.
2. Dampak (Impact)
Dampak dalam hal ini merujuk pada tingkat keseriusan atau
konsekuensi dari suatu kerusakan atau kerugian yang terjadi apabila
terjadi risiko.
Timbulnya dampak (impact) bergantung pada kondisi internal PJK di
Sektor Pasar Modal. Dampak (impact) atas terjadinya risiko pencucian
uang dan pendanaan terorisme dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, antara lain:
-6-
3. Kotak 1
Kondisi pada kotak 1 menunjukan bahwa kemungkinan terjadinya
risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme sangat tinggi
termasuk besarnya dampak atas risiko tersebut. Pada kondisi
tersebut dibutuhkan sumber daya yang lebih banyak, tindakan
khusus, upaya khusus, serta pemantauan berkala untuk
meminimalisasi risiko tersebut.
-9-
Jumlah SID
% terhadap Informasi Persentase
Jenis Nasabah dan SID yang
No jumlah yang akan Metode/Strategi Pemenuhan SID
Tingkat Risiko akan
seluruh Dikinikan yang telah dikinikan
Dikinikan
SID
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
1 Nasabah orang perseorangan
a. Risiko Tinggi
b. Risiko Menengah
c. Risiko Rendah
2 Nasabah Korporasi
a. Non Usaha Mikro dan Kecil
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
b. Usaha Mikro dan Kecil
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
c. Penyedia Jasa Keuangan
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
- 10 -
Jumlah SID
% terhadap Informasi Persentase
Jenis Nasabah dan SID yang
No jumlah yang akan Metode/Strategi Pemenuhan SID
Tingkat Risiko akan
seluruh Dikinikan yang telah dikinikan
Dikinikan
SID
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
3) Risiko Rendah
d. Yayasan
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
e. Selain perusahaan dan
yayasan (berbadan hukum
maupun tidak berbadan
hukum)
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
3 Lembaga Negara, Instansi
Pemerintah, lembaga
internasional, dan perwakilan
negara asing
a. Risiko Tinggi
b. Risiko Menengah
c. Risiko Rendah
- 11 -
Keterangan:
(a) Diisi dengan nomor
(b) Sesuai Kolom
(c) Diisi dengan rencana jumlah SID yang akan dikinikan untuk 1 (satu) tahun berikutnya
(d) Diisi dalam persentase
(e) Informasi dapat diisi lebih dari satu, seperti pengkinian alamat tempat tinggal atau pekerjaan.
(f) Metode atau strategi dapat diisi lebih dari satu, seperti korespondensi melalui surat atau surat elektronik.
(g) Target waktu disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing PJK di Sektor Pasar Modal, misalnya secara
triwulanan.
- 12 -
Perkembangan
Jenis Nasabah dan Tingkat Upaya yang akan
No Kendala
Risiko Target Realisasi Deviasi (%) Dilakukan
Perkembangan
Jenis Nasabah dan Tingkat Upaya yang akan
No Kendala
Risiko Target Realisasi Deviasi (%) Dilakukan
Keterangan:
(a) Diisi dengan nomor
(b) Sesuai Kolom
(c) Diisi dengan target jumlah SID yang dikinikan
- 14 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2017
KEPALA EKSEKUTIF
PENGAWAS PASAR MODAL,
ttd
HOESEN
ttd
Yuliana
-2-
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 /POJK.04/2018
TENTANG
PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL
PERANTARA PEDAGANG EFEK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
1. Penjamin Emisi Efek yang selanjutnya disingkat PEE
adalah Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten
untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan
Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa
Efek yang tidak terjual.
2. Perantara Pedagang Efek yang selanjutnya disingkat PPE
adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli
Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain.
3. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan
usaha sebagai PEE, PPE, dan/atau Manajer Investasi.
-3-
BAB II
PERIZINAN DAN PERSYARATAN WPEE DAN WPPE
Pasal 2
(1) WPEE wajib memiliki Izin WPEE dari Otoritas Jasa
Keuangan.
(2) WPPE wajib memiliki Izin WPPE dari Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Orang perseorangan yang memiliki Izin WPEE dapat
bertindak sebagai WPPE.
Pasal 3
(1) Kewajiban untuk memiliki Izin WPEE sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku bagi:
-4-
Pasal 4
WPEE dan WPPE wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. persyaratan integritas yang meliputi:
1. memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. cakap melakukan perbuatan hukum;
3. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
di bidang jasa keuangan;
4. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin,
pembatalan persetujuan, dan/atau pembatalan
pendaftaran oleh Otoritas Jasa Keuangan selama
3 (tiga) tahun terakhir;
5. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi
pengurus yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perusahaan dinyatakan pailit dalam waktu
5 (lima) tahun terakhir sebelum pengajuan
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE; dan
6. memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan;
b. persyaratan kompetensi yang meliputi:
1. berpendidikan paling rendah pendidikan menengah;
2. memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai
di bidang pasar modal, dibuktikan dengan:
a) memiliki sertifikat keahlian:
1) sebagai WPEE, bagi WPEE; dan
2) sebagai WPEE atau WPPE, bagi WPPE,
yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan; atau
b) memiliki pengalaman kerja pada institusi
pengawas pasar modal dan/atau organisasi
yang diberi kewenangan oleh Undang-Undang
mengenai pasar modal untuk mengatur
dan/atau mengawasi industri pasar modal
dengan ketentuan:
1) paling singkat 2 (dua) tahun pada posisi
manajerial; atau
-6-
Pasal 5
(1) Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b angka 2 huruf a) dapat digunakan untuk
pengajuan permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE
sepanjang berumur tidak lebih dari 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal diterbitkan sampai dengan saat
pengajuan Izin WPEE atau Izin WPPE.
(2) Dalam hal telah terdapat ketentuan di sektor jasa
keuangan yang mengatur mengenai kerangka kualifikasi
nasional Indonesia di sektor jasa keuangan, sertifikat
keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b
angka 2 huruf a) mengacu pada kerangka kualifikasi
sebagaimana diatur dalam ketentuan di sektor jasa
keuangan yang mengatur mengenai kerangka kualifikasi
nasional Indonesia di sektor jasa keuangan tersebut.
BAB III
TATA CARA PERMOHONAN IZIN WPEE DAN IZIN WPPE
Pasal 6
(1) Permohonan untuk memperoleh Izin WPEE atau Izin
WPPE kepada Otoritas Jasa Keuangan harus diajukan
oleh pemohon secara elektronik melalui sistem perizinan
Otoritas Jasa Keuangan.
-7-
Pasal 7
Dalam memproses permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE,
Otoritas Jasa Keuangan berwenang:
-9-
Pasal 8
(1) Izin WPEE atau Izin WPPE diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak diterimanya permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE
yang memenuhi syarat.
(2) Dalam hal permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE pada
saat diterima tidak memenuhi syarat, paling lambat
21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diterimanya
permohonan, Otoritas Jasa Keuangan memberikan surat
pemberitahuan kepada pemohon yang menyatakan
bahwa:
a. permohonan belum memenuhi persyaratan; atau
b. permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan.
(3) Pemohon harus melengkapi kekurangan yang
dipersyaratkan dalam surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah tanggal surat
pemberitahuan.
(4) Penyampaian perubahan dokumen, tambahan informasi,
dan/atau kelengkapan kekurangan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dianggap telah
diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal yang
tercantum dalam tanda bukti penerimaan penyampaian
perubahan dokumen, tambahan informasi, dan/atau
kelengkapan kekurangan persyaratan.
(5) Sejak diterimanya perubahan dokumen, tambahan
informasi, dan/atau kelengkapan kekurangan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE tersebut
- 10 -
Pasal 9
Izin WPEE atau Izin WPPE tidak berlaku jika masa berlakunya
telah berakhir dan tidak dilakukan perpanjangan.
BAB IV
MASA BERLAKU DAN PERPANJANGAN IZIN WPEE DAN IZIN
WPPE
Pasal 10
(1) Izin WPEE dan Izin WPPE mempunyai masa berlaku
selama 3 (tiga) tahun sesuai dengan tanggal dan bulan
lahir pemegang Izin WPEE dan Izin WPPE dan dapat
diperpanjang.
(2) Bagi pemohon Izin WPEE dan Izin WPPE sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang tanggal kelahirannya
sebelum tanggal dan bulan terbitnya Izin WPEE dan
Izin WPPE, masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
yang diberikan akan berakhir di tahun ke-4 (keempat)
tanggal dan bulan kelahiran pemegang Izin WPEE dan
Izin WPPE sejak terbitnya Izin WPEE dan Izin WPPE.
Pasal 11
(1) Permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 harus diajukan
oleh pemohon secara elektronik kepada Otoritas Jasa
Keuangan melalui sistem perizinan Otoritas Jasa
Keuangan sebelum masa berlaku Izin WPEE atau Izin
WPPE dimaksud berakhir dengan ketentuan paling cepat
- 11 -
Pasal 12
(1) Perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE diberikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 21 (dua puluh
satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE yang memenuhi
syarat.
- 12 -
Pasal 13
(1) Dalam hal masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE telah
berakhir namun permohonan perpanjangan telah
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum
masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE berakhir, Izin
WPEE atau Izin WPPE tetap berlaku hingga terdapat:
a. persetujuan perpanjangan Izin WPEE atau Izin
WPPE dari Otoritas Jasa Keuangan; atau
b. surat pemberitahuan kepada pemohon yang
menyatakan permohonan ditolak karena tidak
memenuhi persyaratan.
(2) Dalam hal masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE telah
berakhir namun permohonan perpanjangan telah
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum
- 13 -
Pasal 14
Masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE yang mendapatkan
persetujuan perpanjangan adalah 3 (tiga) tahun terhitung
sejak tanggal persetujuan diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan.
Pasal 15
Apabila pada saat permohonan perpanjangan Izin WPEE atau
Izin WPPE, pemegang Izin WPEE atau Izin WPPE masih
mempunyai kewajiban berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan/atau
keputusan Otoritas Jasa Keuangan yang belum dipenuhi,
Otoritas Jasa Keuangan berhak menolak pengajuan
permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE
dimaksud.
BAB V
KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI WPEE DAN WPPE
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 16
WPEE dan WPPE wajib:
a. memahami dan mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal Indonesia;
b. bertindak dan bersikap profesional serta mempunyai
wawasan yang luas di bidang pasar modal; dan
c. menjadi anggota asosiasi yang mewadahi WPEE atau
WPPE yang telah mendapatkan pengakuan dari Otoritas
Jasa Keuangan.
- 15 -
Pasal 17
(1) WPEE dan WPPE wajib mengikuti pendidikan
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh asosiasi yang
mewadahi WPEE dan/atau WPPE atau pihak lain, yang
diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 3 (tiga) tahun.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pemenuhan persyaratan melampirkan dokumen telah
mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf e mulai berlaku
jika telah terdapat:
a. asosiasi yang mewadahi WPEE dan/atau WPPE;
atau
b. pihak lain,
yang telah mendapatkan pengakuan dari Otoritas Jasa
Keuangan untuk menyelenggarakan pendidikan khusus
di bidang pasar modal.
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 18
(1) WPEE dan WPPE dilarang bekerja rangkap pada:
a. lebih dari 1 (satu) Perusahaan Efek; atau
b. lembaga jasa keuangan lainnya dalam hal telah
bekerja pada Perusahaan Efek.
(2) Larangan bekerja rangkap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku bagi WPEE dan WPPE yang
berkedudukan sebagai anggota direksi dari PEE
dan/atau PPE untuk merangkap jabatan sebagai
komisaris bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
- 16 -
BAB VI
ASOSIASI
Pasal 19
(1) Asosiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c
mempunyai tugas meliputi:
a. menyusun kode etik anggota;
b. melaksanakan pendidikan berkelanjutan bagi
pemegang Izin WPEE dan/atau Izin WPPE; dan
c. melaksanakan pendidikan dan/atau pelatihan
lainnya.
(2) Pelaksanaan kegiatan asosiasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai asosiasi yang mewadahi
WPEE dan/atau WPPE diatur dengan Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan.
BAB VII
PELAPORAN
Pasal 20
(1) Orang perseorangan yang memiliki Izin WPEE atau Izin
WPPE wajib menyampaikan laporan mulai bekerja,
berhenti bekerja, atau pindah bekerja pada Perusahaan
Efek atau lembaga jasa keuangan lainnya, paling lambat
14 (empat belas) hari terhitung sejak yang bersangkutan
mulai bekerja, berhenti bekerja, atau pindah bekerja.
(2) Dalam hal batas waktu penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari
libur, laporan mulai bekerja, berhenti bekerja, atau
pindah bekerja disampaikan paling lambat pada 1 (satu)
hari kerja berikutnya.
Pasal 21
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara
elektronik.
- 17 -
BAB VIII
PENGEMBALIAN IZIN WPEE DAN IZIN WPPE
Pasal 22
(1) Pemegang Izin WPEE atau Izin WPPE dapat
mengembalikan Izin WPEE atau Izin WPPE yang
dimilikinya kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan
menggunakan surat pengembalian Izin WPEE dan/atau
Izin WPPE sesuai dengan format tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Pengembalian Izin WPEE atau Izin WPPE sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak serta merta menghilangkan
kewajiban dan tanggung jawabnya atas peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan/atau
keputusan Otoritas Jasa Keuangan yang belum dipenuhi
yang timbul pada saat orang perseorangan tersebut
memegang Izin WPEE atau Izin WPPE.
BAB IX
KETENTUAN LAIN
Pasal 23
Pengaturan mengenai tata cara permohonan Izin WPEE dan
Izin WPPE, masa berlaku dan perpanjangan Izin WPEE dan
Izin WPPE, kewajiban dan larangan, asosiasi, pelaporan, serta
pengembalian Izin WPEE dan Izin WPPE, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku secara
mutatis mutandis bagi wakil perantara pedagang efek
pemasaran dan wakil perantara pedagang efek pemasaran
terbatas.
Pasal 24
Orang perseorangan yang mengajukan permohonan Izin
WPEE atau Izin WPPE, permohonan perpanjangan Izin WPEE
atau Izin WPPE, dan pelaksanaan kewajiban pelaporan
sebagai pemegang Izin WPEE atau Izin WPPE wajib
- 18 -
Pasal 25
Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang mengakibatkan
sistem perizinan Otoritas Jasa Keuangan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, permohonan Izin WPEE atau
Izin WPPE atau permohonan perpanjangan Izin WPEE atau
Izin WPPE harus diajukan dalam bentuk dokumen cetak
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 26
Petunjuk operasional terkait penyampaian permohonan Izin
WPEE dan Izin WPPE, perpanjangan Izin WPEE dan Izin
WPPE, dan pelaporan WPEE dan WPPE dapat diunduh
melalui situs web Otoritas Jasa Keuangan.
BAB X
KETENTUAN SANKSI
Pasal 27
(1) Setiap pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 19, dan Pasal 20 ayat (1), dikenakan sanksi
administratif.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
juga kepada pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dijatuhkan oleh Otoritas jasa Keuangan.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu;
- 19 -
Pasal 28
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (4), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
Pasal 29
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (4), serta tindakan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 kepada masyarakat.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Permohonan dan perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE,
serta penyampaian laporan WPEE dan WPPE harus
disampaikan secara elektronik melalui sistem perizinan
- 20 -
Pasal 31
(1) Ketentuan mengenai tata cara permohonan Izin WPEE
dan Izin WPPE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 7, dan Pasal 8, ketentuan mengenai perpanjangan
Izin WPEE dan Izin WPPE sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13, dan ketentuan
mengenai pelaporan WPEE dan WPPE sebagaimana
dimaksud Pasal 20 dalam bentuk elektronik berlaku
secara mutatis mutandis dalam bentuk dokumen cetak
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30.
(2) Penyampaian permohonan Izin WPEE dan Izin WPPE,
perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE, dan pelaporan
WPEE dan WPPE dalam bentuk dokumen cetak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara diserahkan atau dikirimkan langsung ke alamat
korespondensi kantor pusat Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 32
(1) Ketentuan mengenai sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c angka 1 mulai
berlaku sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai Lembaga Sertifikasi
Profesi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Sertifikat keahlian sebagai WPEE dan WPPE yang
diterbitkan oleh Panitia Standar Profesi dan Lembaga
Pendidikan Khusus di Bidang Pasar Modal tetap berlaku
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai pendaftaran Lembaga Sertifikasi
Profesi di bidang pasar modal.
Pasal 33
(1) Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE yang
dikeluarkan atau diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun
- 21 -
Pasal 34
(1) Permohonan Izin WPEE dan Izin WPPE yang telah
diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum
berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini,
diselesaikan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang Perizinan
Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek.
(2) Permohonan perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE
yang telah diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan:
a. sebelum masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
berakhir;
b. sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini; dan
c. belum dikeluarkan persetujuan perpanjangan Izin
WPEE dan Izin WPPE,
masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE secara otomatis
menyesuaikan manjadi 3 (tiga) tahun sebagaimana
- 22 -
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, ketentuan Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 22/POJK.04/2016 tentang Segmentasi
Perizinan Wakil Perantara Pedagang Efek (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5875), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 36
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang
Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 362, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5636) dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini.
Pasal 37
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
27/POJK.04/2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi
Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 362, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5636), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 38
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
- 23 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2018
ttd
WIMBOH SANTOSO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 November 2018
ttd
YASONNA H. LAOLY
ttd
Yuliana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 /POJK.04/2018
TENTANG
PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK
I. UMUM
Dalam rangka meningkatkan efisiensi, baik dari aspek permohonan
Izin WPEE dan Izin WPPE, perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE, dan
pelaporan WPEE dan WPPE dan mengoptimalkan pengawasan atas WPEE
dan WPPE, Otoritas Jasa Keuangan berupaya untuk mendorong
penggunaan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
berkembang dewasa ini.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan juga mempunyai inisiatif untuk
memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam perpanjangan Izin WPEE
dan Izin WPPE antara lain melalui pengaturan kembali ketentuan
mengenai masa berlaku izin yang semula hanya berlaku selama 2 (dua)
tahun menjadi berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Selanjutnya untuk memberikan landasan hukum serta
meningkatkan upaya efisiensi perizinan dan optimalisasi pengawasan atas
WPEE dan WPPE dimaksud, perlu dilakukan perubahan terhadap
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang
Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek
melalui penetapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
-2-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan penjaminan emisi
Efek adalah Perusahaan Efek yang memiliki izin usaha
Perusahaan Efek untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PEE.
Ayat (2)
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan keperantaraan
perdagangan Efek adalah Perusahaan Efek yang memiliki izin
usaha Perusahaan Efek untuk melakukan kegiatan usaha
sebagai PPE.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Terkait bagian fungsi pemasaran Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan keperantaraan perdagangan efek,
kewajiban memiliki Izin WPPE diperuntukkan bagi pejabat
yang membawahkan fungsi pemasaran. Bagi pegawai yang
melakukan kegiatan pemasaran dapat memiliki izin wakil
perantara pedagang efek pemasaran atau izin wakil
perantara pedagang efek pemasaran terbatas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
-3-
Ayat (3)
Pengecualian kewajiban memiliki Izin WPEE atau Izin WPPE
antara lain adalah pihak yang bekerja pada Perusahaan Efek
untuk pelaksanaan tugas sebagai pengelola statuter dimana
dalam kondisi tertentu dan mendesak, ada kemungkinan pihak
yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengelola
statuter tidak memiliki izin.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 4
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
Angka 2
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Permohonan untuk memperoleh Izin WPEE atau Izin WPPE
kepada Otoritas Jasa Keuangan mengacu pada petunjuk teknis
permohonan Izin WPEE dan Izin WPPE dalam sistem elektronik
-4-
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “biaya perizinan WPEE atau WPPE”
adalah biaya perizinan WPEE atau WPPE sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 7
Huruf a
Dalam melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen yang
disampaikan oleh pemohon, Otoritas Jasa Keuangan dapat
antara lain meminta pemohon untuk menunjukkan dokumen
asli dari fotokopi dokumen yang disertakan untuk memenuhi
persyaratan permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Permohonan belum memenuhi persyaratan antara lain
dokumen yang disampaikan kurang dan/atau informasi
yang disampaikan tidak lengkap.
Huruf b
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dapat berupa
surat dalam format cetak dan/atau elektronik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
-6-
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE selama 3 (tiga) tahun
dihitung sejak tanggal dan bulan diterbitkannya Izin WPEE dan
Izin WPPE dan berakhir pada tahun ke-3 (ketiga) sesuai dengan
tanggal dan bulan lahir pemegang Izin WPEE dan Izin WPPE.
Sebagai contoh:
1. Tanggal lahir pemohon izin sebelum tanggal dan bulan
terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Apabila Izin WPEE
atau WPPE A diterbitkan pada tanggal 11 Desember 2018,
maka Izin WPEE atau WPPE tersebut mulai berlaku sejak
11 Desember 2018 dan berakhir pada tanggal 10 Oktober
2022.
Ayat (2)
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Apabila Izin WPEE atau
Izin WPPE A diterbitkan pada tanggal 11 Desember 2018, maka
Izin WPEE atau Izin WPPE tersebut mulai berlaku sejak
11 Desember 2018 dan berakhir pada tanggal 10 Oktober 2022.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
-8-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Memperhatikan bahwa Izin WPEE dan Izin WPPE mempunyai
batasan masa berlaku, maka perpanjangan hanya dapat
dimohonkan sebelum masa berlakunya berakhir. Jika pemegang
Izin WPEE atau Izin WPPE tidak mengajukan permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE pada masa berlaku Izin
WPEE atau Izin WPPE tersebut maka pemegang Izin WPEE atau
Izin WPPE dianggap tidak bermaksud untuk memperpanjang
Izin WPEE atau Izin WPPE-nya. Dalam hal pemegang izin
bermaksud tetap memiliki Izin WPEE atau Izin WPPE setelah
masa berlakunya berakhir dan tidak melakukan permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE, pemohon harus
mengajukan permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE
sebagaimana Izin WPEE atau Izin WPPE baru.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam hal Permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan, Izin WPEE dan Izin WPPE dapat dimohonkan
kembali dengan mengikuti tata cara permohonan Izin WPEE dan
Izin WPPE yang telah diatur dalam ketentuan ini.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Dalam hal masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE telah berakhir
namun permohonan perpanjangan telah disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan sebelum masa berlaku Izin WPEE atau Izin
WPPE berakhir, Izin WPEE atau Izin WPPE tetap berlaku paling lama
15 (lima belas) hari kerja.
-9-
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pengakuan dari Otoritas Jasa
Keuangan” meliputi:
a. persetujuan Otoritas Jasa Keuangan kepada asosiasi atau
pihak lain yang mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan di bidang
pasar modal; dan/atau
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “lembaga jasa keuangan” adalah
lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan,
pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
- 10 -
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Yang dimaksud “keadaan tertentu” yaitu peristiwa dan/atau keadaan
yang terjadi di luar kehendak dan/atau kemampuan sistem
elektronik dan/atau pemohon yang mengakibatkan proses
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE atau permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE melalui sistem elektronik
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Yang dimaksud dengan “diajukan dalam bentuk dokumen cetak”
yaitu menyampaikan permohonan izin WPEE atau Izin WPPE atau
permohonan perpanjangan izin WPEE atau Izin WPPE dengan cara
antara lain:
1. diserahkan langsung ke kantor Otoritas Jasa Keuangan; atau
2. dikirim melalui jasa pengiriman ke kantor Otoritas Jasa
Keuangan.
Tanda bukti penyampaian berupa surat tanda terima dari Otoritas
Jasa Keuangan.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
- 11 -
Pasal 28
Yang dimaksud dengan “tindakan tertentu” antara lain berupa
penundaan pemberian perpanjangan Izin WPEE atau WPPE.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Sebagai contoh:
1. Tanggal lahir pemohon izin sebelum tanggal dan bulan
terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Izin WPEE atau
WPPE A yang dikeluarkan pada tanggal 9 Desember 2016
berlaku hingga 10 Oktober 2020.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
- 13 -
Pasal 38
Cukup jelas.
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 22 /POJK.04/2016
TENTANG
SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG
EFEK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Wakil Perantara Pedagang Efek adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek.
2. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran.
3. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili
kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.
4. Izin orang perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek, yang selanjutnya disebut Izin Wakil
Perantara Pedagang Efek adalah izin yang diberikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan kepada orang perseorangan
untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
-3-
BAB II
SEGMENTASI IZIN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
BERDASARKAN FUNGSI PERUSAHAAN EFEK
Pasal 2
Otoritas Jasa Keuangan dapat memberikan izin Wakil
Perantara Pedagang Efek khusus untuk 1 (satu) atau lebih
segmentasi fungsi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
Pasal 3
Segmentasi izin Wakil Perantara Pedagang Efek khusus untuk
fungsi pemasaran dilakukan berdasarkan persyaratan dan
prosedur yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.
-4-
Pasal 4
Segmentasi izin Wakil Perantara Pedagang Efek khusus untuk
fungsi pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
terdiri dari:
a. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran; dan
b. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas.
Pasal 5
Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Izin Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 tidak dapat digunakan sebagai
pemenuhan persyaratan kompetensi direktur Perusahaan
Efek sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tentang Perizinan Perusahan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek.
BAB III
RUANG LINGKUP IZIN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
PEMASARAN DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
PEMASARAN TERBATAS
Pasal 6
(1) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas hanya
dapat bertindak mewakili Perusahaan Efek dalam
melaksanakan fungsi pemasaran jika yang bersangkutan
bekerja pada Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
(2) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mewakili Perusahaan Efek untuk:
a. melakukan penawaran kepada calon investor atau
masyarakat untuk menjadi nasabah Perusahaan
Efek;
b. menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah;
c. membuat kontrak pembukaan rekening Efek reguler
dengan nasabah;
-5-
Pasal 7
(1) Orang perseorangan yang memiliki Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran dan orang perseorangan yang
memiliki Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
Terbatas yang tidak bekerja pada Perusahaan Efek dapat
bekerja pada Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
atau bertindak sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Agen
Perantara Pedagang Efek.
-6-
Pasal 8
(1) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran hanya dapat
menjadi penanggung jawab atas fungsi pemasaran
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek di lokasi lain selain
kantor pusat.
(2) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
dilarang menjadi penanggung jawab atas fungsi
pemasaran Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
BAB IV
PERIZINAN DAN PERSYARATAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK PEMASARAN DAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK PEMASARAN TERBATAS
Pasal 9
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan integritas yang meliputi:
1. memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. cakap melakukan perbuatan hukum;
3. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di
bidang jasa keuangan;
4. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin,
pembatalan persetujuan, dan/atau pembatalan
-7-
Pasal 10
Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b angka 2 dapat digunakan untuk pengajuan
permohonan Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
dan Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sepanjang berumur tidak lebih dari 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal diterbitkan sampai dengan saat pengajuan izin.
Pasal 11
Pengaturan mengenai tata cara permohonan izin, masa
berlaku dan perpanjangan izin, kewajiban dan larangan,
-8-
Pasal 12
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang
Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak
yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini termasuk pihak yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut, berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf
g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
-9-
Pasal 13
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
Pasal 14
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 kepada masyarakat.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
- 10 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 April 2016
ttd
MULIAMAN D. HADAD
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2016
ttd
YASONNA H. LAOLY
ttd
Yuliana
-1-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 22 /POJK.04/2016
TENTANG
SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
I. UMUM
Dalam rangka mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Berkenaan
dengan fungsinya dalam pengaturan dan pengawasan, Otoritas Jasa
Keuangan selalu mengikuti perkembangan kecenderungan Pasar Modal
dunia dalam era globalisasi yang perkembangannya kian menjadi tanpa
batas. Salah satu pengaturan yang menjadi perhatian Otoritas Jasa
Keuangan yaitu terkait peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia di bidang Pasar Modal yang perlu untuk ditingkatkan, terutama
Wakil Perantara Pedagang Efek yang menjadi ujung tombak pemasaran
Perusahaan Efek.
Menyadari pentingnya peranan Wakil Perantara Pedagang Efek,
Otoritas Jasa Keuangan telah menyempurnakan pengaturan terkait Wakil
Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek dengan
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/
2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek sebagai langkah awal peningkatan kualitas pemegang Izin
Wakil Perantara Pedagang Efek.
-2-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ketentuan ini merupakan konsekuensi logis mengingat bahwa Izin
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas tidak setara dengan Izin Wakil
Perantara Pedagang Efek.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
-3-
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Pada praktiknya sistem komunikasi daring biasa disebut
sebagai on line.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
-4-
Angka 2
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 24 /POJK.04/2016
TENTANG
AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
1. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan
kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri
atau Pihak lain.
2. Agen Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang
mereferensikan calon nasabah kepada Perantara Pedagang
Efek untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek
dengan mendapat komisi berdasarkan kontrak kerja sama.
3. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
adalah Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan tentang Segmentasi Perizinan Wakil
Perantara Pedagang Efek.
4. Pelaku Usaha Jasa Keuangan adalah Pelaku Usaha Jasa
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan.
5. Gerai adalah sarana kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek yang tidak bersifat permanen, dengan jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan pada 1 (satu) tempat yang sama.
BAB II
RUANG LINGKUP DAN PERSYARATAN AGEN PERANTARA
PEDAGANG EFEK
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Agen Perantara Pedagang Efek
Pasal 2
Agen Perantara Pedagang Efek terdiri atas Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan dan Agen Perantara Pedagang
Efek orang perseorangan.
-3-
Pasal 3
(1) Pihak yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek kelembagaan wajib terlebih dahulu terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.
(2) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh
Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang merupakan badan
hukum.
Pasal 4
(1) Kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang
perseorangan dilakukan oleh orang perseorangan yang
memiliki izin sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran, dan/atau Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas.
(2) Orang perseorangan yang memiliki izin sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan
kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang
perseorangan tanpa perlu terlebih dahulu mengajukan
permohonan pendaftaran kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Orang perseorangan yang memiliki izin sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan
kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang
perseorangan, apabila tidak bekerja pada Perusahaan
Efek dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
-4-
Pasal 5
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 hanya dapat melakukan
kegiatan penawaran kepada calon nasabah untuk
menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek dan kegiatan
lain yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dapat melakukan kegiatan
penawaran kepada calon nasabah untuk menjadi
nasabah Perantara Pedagang Efek di kantor pusat,
kantor lain selain kantor pusat, lokasi lain dan/atau
Gerai.
(3) Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya dapat
melakukan kegiatan penawaran kepada calon nasabah
untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek.
Pasal 6
Pegawai Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek wajib
memiliki izin orang perseorangan dari Otoritas Jasa Keuangan
paling rendah izin sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas.
Bagian Kedua
Persyaratan Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan
Pasal 7
Dalam rangka memperoleh Surat Tanda Terdaftar sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan, Pelaku Usaha
Jasa Keuangan wajib:
a. memiliki pegawai yang melakukan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek di setiap kantor pusat, kantor
lain selain kantor pusat, lokasi lain dan/atau Gerai Agen
Perantara Pedagang Efek yang melakukan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek;
-5-
Pasal 8
Pegawai yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek dan/atau pejabat penanggung jawab sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dan huruf b, wajib:
a. memiliki izin orang perseorangan dari Otoritas Jasa
Keuangan paling rendah izin sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas; dan
b. mendapat penugasan khusus secara tertulis dari Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan untuk bertindak
sebagai pegawai yang melakukan Agen Perantara
Pedagang Efek dan/atau pejabat penanggung jawab
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek.
Pasal 9
Sistem pengendalian internal yang memadai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c wajib dituangkan secara
tertulis dengan ketentuan paling sedikit memuat:
a. pemberian wewenang dan tanggung jawab yang dapat
menghindari timbulnya benturan kepentingan;
b. prosedur operasi standar pelaksanaan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek; dan
c. upaya dan tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
penyimpangan yang terjadi.
-6-
BAB III
TATA CARA PENDAFTARAN DAN DOKUMEN ELEKTRONIK
SERTA BATAS WAKTU
Bagian Kesatu
Pendaftaran Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan
Pasal 10
(1) Permohonan pendaftaran sebagai Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan diajukan oleh pemohon
dalam bentuk dokumen cetak kepada Otoritas Jasa
Keuangan sesuai dengan format surat permohonan
pendaftaran sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
kelembagaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Permohonan pendaftaran sebagai Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib disertai kelengkapan dokumen
sebagai berikut:
a. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh
instansi yang berwenang dan perubahan anggaran
dasar terakhir;
b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Badan;
c. fotokopi izin usaha;
d. data kantor pusat yang memuat alamat kantor dan
penanggungjawabnya serta daftar pegawai yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek;
e. dokumen yang terkait dengan nama, data, dan
informasi pejabat penanggung jawab Agen Perantara
Pedagang Efek, meliputi:
1. daftar riwayat hidup terbaru yang telah
ditandatangani;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor
yang masih berlaku;
-7-
Pasal 11
Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta tambahan data
dan/atau informasi untuk melengkapi permohonan
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Bagian Kedua
Dokumen Elektronik, Proses Pendaftaran, dan Batas Waktu
Pasal 12
(1) Dokumen permohonan pendaftaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 wajib pula disiapkan dalam
format digital dan disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan dengan menggunakan media digital cakram
padat atau lainnya, atau surat elektronik dengan alamat
pendaftaranappe@ojk.go.id.
(2) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan
sistem elektronik, permohonan pendaftaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dapat disampaikan melalui
sistem elektronik dimaksud.
(3) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyampaikan
permohonan pendaftaran melalui sistem elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pelaku Usaha Jasa
Keuangan wajib menyimpan dokumen cetak permohonan
pendaftaran sebagaimana yang telah disampaikan
melalui sistem elektronik.
(4) Otoritas Jasa Keuangan sewaktu-waktu dapat meminta
dokumen cetak permohonan pendaftaran kepada Pelaku
Usaha Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) apabila diperlukan.
-9-
Pasal 13
(1) Dalam memproses permohonan pendaftaran sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10, Otoritas Jasa Keuangan melakukan
penelitian atas kelengkapan dokumen permohonan.
(2) Dalam hal permohonan pendaftaran sebagai Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 tidak memenuhi syarat, paling lambat 45
(empat puluh lima) hari sejak diterimanya permohonan,
Otoritas Jasa Keuangan memberikan surat
pemberitahuan kepada pemohon yang menyatakan
bahwa:
a. permohonan belum memenuhi persyaratan
kelengkapan dokumen; atau
b. permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan.
(3) Pemohon wajib melengkapi kekurangan dokumen yang
dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a paling lambat 45 (empat puluh lima) hari
setelah tanggal surat pemberitahuan.
(4) Pemohon yang tidak melengkapi kekurangan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dianggap telah
membatalkan permohonan pendaftaran sebagai Agen
Perantara Pedagang Efek.
(5) Otoritas Jasa Keuangan memberikan Surat Tanda
Terdaftar sebagai Agen Perantara Pedagang Efek kepada
pemohon yang mengajukan permohonan pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 paling lambat
45 (empat puluh lima) hari sejak permohonan diterima
secara lengkap dan memenuhi syarat.
Pasal 14
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan wajib
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak:
a. memperoleh Surat Tanda Terdaftar dari Otoritas
Jasa Keuangan; atau
- 10 -
BAB IV
KONTRAK KERJA SAMA
Pasal 15
Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek wajib didasarkan
pada kontrak kerja sama antara Perantara Pedagang Efek
dengan Agen Perantara Pedagang Efek.
Pasal 16
Kontrak kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
paling sedikit memuat hal sebagai berikut:
a. identitas pihak yang terlibat dalam kontrak;
b. hak dan kewajiban para pihak;
c. komisi yang diterima Agen Perantara Pedagang Efek dan
biaya yang menjadi beban Agen Perantara Pedagang
Efek;
d. jangka waktu kontrak;
e. penunjukan lembaga peradilan atau lembaga lainnya
sebagai lembaga untuk menyelesaikan perselisihan dan
sengketa perdata antar para Pihak; dan
f. ketentuan pengakhiran kontrak.
Pasal 17
Dalam melakukan kerja sama dengan Agen Perantara
Pedagang Efek, Perantara Pedagang Efek wajib:
a. memiliki kontrak kerja sama secara tertulis dengan
Agen Perantara Pedagang Efek;
b. bertanggung jawab atas perjanjian kerja sama antara
- 11 -
Pasal 18
(1) Agen Perantara Pedagang Efek wajib menyampaikan
laporan setiap dimulainya dan/atau berakhirnya
kontrak kerja sama dengan Perantara Pedagang Efek
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Laporan dimulainya kontrak kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disertai dengan dokumen
kontrak kerja sama dan dokumen kelayakan uji tuntas
dengan Perantara Pedagang Efek.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
efektif dimulainya kerja sama dan/atau berakhirnya
kerja sama.
- 12 -
BAB V
PEJABAT PENANGGUNG JAWAB DAN PEGAWAI AGEN
PERANTARA PEDAGANG EFEK
Pasal 19
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan wajib
memiliki paling sedikit 1 (satu) orang pejabat
penanggung jawab atas kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan.
(2) Pejabat penanggung jawab kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mempunyai pengalaman dalam
kegiatan pemasaran paling singkat 3 (tiga) tahun.
(3) Pejabat penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki tugas dan fungsi paling sedikit sebagai
berikut:
a. memastikan proses kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan telah berjalan sesuai
dengan:
1. kontrak kerja sama yang dibuat oleh Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan dengan
Perantara Pedagang Efek;
2. prosedur operasi standar Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan; dan
3. kontrak kerja sama yang dibuat oleh Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan dengan
pihak lain dalam rangka melaksanakan
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
Gerai;
b. memastikan dokumen atas proses kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud
pada huruf a telah lengkap; dan
c. memastikan proses kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan telah berjalan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 13 -
Pasal 20
(1) Pegawai Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek dilarang merangkap bekerja pada perusahaan lain.
(2) Pegawai Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang terdaftar
pada lebih dari 1 (satu) lokasi Agen Perantara Pedagang
Efek kelembagaan.
(3) Perangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku untuk Gerai.
Pasal 21
Dalam hal terjadi kekosongan atas seluruh pegawai yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
dan/atau pejabat penanggung jawab kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dan huruf b, Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan dimaksud tidak dapat
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang sebagai Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan sampai dengan
terdapat pegawai yang melakukan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek dan/atau pejabat penanggung jawab kegiatan
Agen Perantara Pedagang Efek yang memiliki izin paling
rendah sebagai Wakil Agen Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas.
- 14 -
BAB VI
KANTOR LAIN SELAIN KANTOR PUSAT, LOKASI LAIN, DAN
GERAI AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK
Bagian Kesatu
Kantor Lain Selain Kantor Pusat dan Lokasi Lain Agen
Perantara Pedagang Efek Kelembagaan
Pasal 22
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi lain wajib
melaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah dimulainya kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek dimaksud.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan sesuai dengan format laporan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan di kantor lain selain
kantor pusat dan/atau lokasi lain sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disertai dokumen sebagai berikut:
a. dokumen pejabat penanggung jawab Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan di kantor lain selain
kantor pusat dan/atau lokasi lain yang meliputi:
1. daftar riwayat hidup terbaru yang telah
ditandatangani;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor
yang masih berlaku;
3. fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing,
bagi warga negara asing;
4. fotokopi surat keputusan Direksi terkait
pengangkatan atau penunjukan sebagai pejabat
penanggung jawab kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek di kantor lain selain kantor pusat
dan/atau lokasi lain; dan
- 15 -
Pasal 23
Dokumen laporan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3)
wajib pula disiapkan dalam format digital dan disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan menggunakan media
digital cakram padat atau lainnya, atau surat elektronik dengan
alamat pendaftaranappe@ojk.go.id.
Bagian Kedua
Gerai Agen Perantara Pedagang Efek
Pasal 24
(1) Agen Perantara Pedagang Efek dapat membuka Gerai
melalui kerja sama dengan pihak lain.
(2) Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di Gerai wajib
dilakukan oleh orang perseorangan yang memiliki izin dari
Otoritas Jasa Keuangan paling rendah berupa izin sebagai
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas.
BAB VII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN AGEN PERANTARA PEDAGANG
EFEK
Bagian Kesatu
Kewajiban Agen Perantara Pedagang Efek
Pasal 25
Bagi Agen Perantara Pedagang Efek:
a. kelembagaan wajib:
1. bertanggung jawab atas segala tindakan yang
berkaitan dengan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek yang dilakukan oleh pegawai
dan/atau pihak lain yang bekerja sama dengan
- 17 -
Bagian Kedua
Larangan Agen Perantara Pedagang Efek
Pasal 26
Bagi Agen Perantara Pedagang Efek:
a. kelembagaan dilarang:
1. menerima pesanan dari nasabah atau meneruskan
transaksi nasabah;
2. memungut penerimaan dari nasabah dan membagi
komisi dengan nasabah;
3. memberikan penjelasan yang tidak benar dan
ungkapan yang berlebihan terkait investasi di Pasar
Modal;
4. memastikan dan menjanjikan hasil investasi;
5. menyarankan untuk melakukan transaksi;
6. membuat pernyataan yang negatif terhadap Perantara
Pedagang Efek tertentu;
- 18 -
BAB VIII
PENYAMPAIAN LAPORAN
Bagian Kesatu
Laporan Bagi Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan
Pasal 27
Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan wajib melaporkan
kepada Otoritas Jasa Keuangan apabila terdapat:
- 19 -
Bagian Kedua
Laporan Bagi Perantara Pedagang Efek
Pasal 28
(1) Perantara Pedagang Efek wajib melaporkan kepada
Otoritas Jasa Keuangan setiap penambahan dan
pemutusan kerjasama dengan Agen Perantara
Pedagang Efek.
(2) Laporan setiap penambahan dan pemutusan kerjasama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak penambahan dan pemutusan
kerjasama tersebut.
(3) Perantara Pedagang Efek wajib melaporkan perkembangan
penyelenggaraan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
kepada Otoritas Jasa Keuangan, sesuai dengan format
laporan perkembangan penyelenggaraan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(4) Laporan perkembangan penyelenggaraan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni,
September, dan Desember paling lambat setiap hari kerja
ke-15 (kelima belas) setelah akhir bulan laporan.
- 20 -
Pasal 29
Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan sistem
laporan elektronik Agen Perantara Pedagang Efek, laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat disampaikan
melalui sistem elektronik dimaksud.
BAB IX
BERAKHIRNYA KEGIATAN AGEN PERANTARA PEDAGANG
EFEK
Bagian Kesatu
Pencabutan Atau Pembatalan Surat Tanda Terdaftar Sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan
Pasal 30
Surat Tanda Terdaftar sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
kelembagaan dapat dicabut atau dibatalkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan berdasarkan hal sebagai berikut:
a. Surat Tanda Terdaftar sebagai Agen Perantara Pedagang
Efek kelembagaan dikembalikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan;
b. pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan-
undangan di sektor Pasar Modal;
c. Izin usaha pihak yang melakukan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan dicabut oleh Otoritas Jasa
Keuangan; dan
d. Badan hukum pihak yang melakukan kegiatan sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek pailit atau bubar.
Bagian Kedua
Berakhirnya Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek Orang
Perseorangan
Pasal 31
Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan
berakhir dengan sendirinya apabila Izin orang perseorangan
dari Otoritas Jasa Keuangan berupa izin sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil
- 21 -
Pasal 32
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang
Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak
yang melakukan pelanggaran ketentuan peraturan ini,
termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran tersebut berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf
g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara
tersendiri atau secara bersama-sama dengan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
- 22 -
Pasal 33
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
Pasal 34
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 kepada masyarakat.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, orang perseorangan yang telah memiliki izin sebagai
Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas dapat
melakukan kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
orang perseorangan.
Pasal 36
Kontrak kerja sama antara Pihak dengan Perantara Pedagang
Efek dalam rangka melakukan kegiatan penawaran kepada
calon nasabah untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang
Efek yang masih berlaku dan sudah ada sebelum berlakunya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, wajib:
a. disesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini; dan
b. dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan,
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini diundangkan.
- 23 -
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juni 2016
ttd
MULIAMAN D. HADAD
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juni 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H.LAOLY
ttd
Yuliana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 24 /POJK.04/2016
TENTANG
AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK
I. UMUM
Salah satu penyebab rendahnya jumlah investor Pasar Modal di
Indonesia adalah terbatasnya akses masyarakat Indonesia untuk menjadi
investor di Pasar Modal. Terbatasnya jaring pemasaran Perantara
Pedagang Efek yang hanya terfokus di kota besar menyebabkan calon
investor potensial yang berada di daerah sulit untuk terjangkau.
Dalam rangka memperluas fungsi pemasaran Perantara Pedagang
Efek, diperlukan pengaturan yang memungkinkan Perantara Pedagang
Efek melakukan kerja sama dengan Pihak lain yang memiliki akses untuk
menjangkau calon nasabah terutama calon nasabah yang berada di
daerah.
Peraturan ini membuka kesempatan bagi Pihak lain untuk menjadi
Agen Perantara Pedagang Efek dengan melakukan kerjasama dengan
Perantara Pedagang Efek untuk melakukan penawaran kepada
masyarakat untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek. Pihak
tersebut dapat berupa orang perseorangan maupun badan hukum yang
merupakan Pelaku Usaha Jasa Keuangan, seperti Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Bank
Kustodian, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Gadai, dan Perusahaan Penjaminan.
Kerja sama antara Agen Perantara Pedagang Efek dan Perantara
Pedagang Efek didasarkan oleh kontrak/perjanjian tertulis, yang
menyebutkan minimal klausa yang wajib tercantum dalam perjanjian
-2-
kedua belah pihak. Agen Perantara Pedagang Efek dapat menawarkan dan
memproses penerimaan sebagai nasabah Perantara Pedagang Efek, serta
menyampaikan informasi suatu Efek sebagai referensi nasabah untuk
transaksi Efek. Akan tetapi transaksi Efek tetap dilakukan oleh Perantara
Pedagang Efek.
Disamping membuka kesempatan bagi Pihak lain untuk menjadi
Agen Perantara Pedagang Efek, dalam peraturan ini juga diatur terkait
kegiatan dan perilaku Agen Perantara Pedagang Efek. Pengaturan tersebut
diharapkan dapat lebih menjamin kepastian hukum dan kepatuhan Agen
Perantara Pedagang Efek terhadap peraturan perundang-undangan
sehingga pada akhirnya dapat melindungi masyarakat pemodal dari
praktik yang merugikan.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek serta untuk memitigasi risiko
yang mungkin timbul, perlu pengaturan tentang Agen Perantara Pedagang
Efek dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
-3-
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud “instansi yang berwenang” antara lain
instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan hak asasi manusia.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan izin usaha termasuk pengesahan
badan hukum Dana Pensiun.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Angka 1
Untuk melihat pengalaman kerja dalam kegiatan
pemasaran, daftar riwayat hidup dilengkapi dengan
informasi pengalaman kerja yang memuat tahun
-4-
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Surat elektronik dimaksud biasa disebut dengan e-mail.
Ayat (2)
Otoritas Jasa Keuangan tidak lagi mewajibkan penyampaian
permohonan pendaftaran Agen Perantara Pedagang Efek dalam
bentuk dokumen cetak dalam hal permohonan tersebut telah
disampaikan melalui sistem elektronik.
-5-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Ketentuan pada huruf c ini hanya berlaku bagi Perantara
Pedagang Efek yang melakukan kerjasama dengan Agen
Perantara Pedagang Efek orang perseorangan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
-6-
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Pejabat penanggung jawab dapat ditunjuk sebagai pihak yang
bertanggung jawab pada 1 (satu) atau lebih lokasi kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Surat elektronik dimaksud biasa disebut dengan e-mail.
Pasal 24
Cukup jelas.
-7-
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Laporan perkembangan penyelenggaraan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek oleh Perantara Pedagang Efek berlaku
atas Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan dan Agen
Perantara Pedagang Efek orang perseorangan yang memiliki
kontrak kerjasama dengan Perantara Pedagang Efek dimaksud,
yang paling kurang menjelaskan perkembangan:
Ayat (4)
Cukup jelas.
-8-
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 57 /POJK.04/2017
TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA
PEDAGANG EFEK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG
MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI
EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
1. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang
Efek, dan/atau Manajer Investasi.
2. Tata Kelola Perusahaan Efek yang Baik yang selanjutnya
disebut Tata Kelola adalah tata kelola Perusahaan Efek
yang menerapkan prinsip keterbukaan (transparency),
akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness).
3. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disingkat RUPS adalah organ Perusahaan Efek yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
-3-
Pasal 2
(1) Perusahaan Efek yang wajib memenuhi ketentuan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek yang
merupakan Anggota Bursa Efek.
(2) Perusahaan Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menerapkan Tata Kelola dalam setiap kegiatan
usaha pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
(3) Penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
a. komitmen pemegang saham dan RUPS;
b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris;
d. larangan Direksi dan Dewan Komisaris;
e. remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris;
f. etika bisnis;
-6-
g. pengendalian internal;
h. Rencana Bisnis;
i. kebijakan sistem pelaporan pelanggaran dan
kebijakan sistem pengaduan nasabah;
j. Situs Web; dan
k. pelaporan.
BAB II
KOMITMEN PEMEGANG SAHAM DAN RUPS
Bagian Kesatu
Komitmen Pemegang Saham
Pasal 3
(1) Pemegang saham Perusahaan Efek wajib memenuhi
persyaratan integritas dan kelayakan keuangan.
(2) Pemenuhan persyaratan integritas dan kelayakan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui penilaian kemampuan dan kepatutan
oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Persyaratan integritas dan kelayakan keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta penilaian
kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan.
Pasal 4
(1) Pemegang saham dilarang melakukan intervensi dalam
pelaksanaan kegiatan usaha dan/atau operasional
Perusahaan Efek.
(2) Pemegang saham yang menjabat sebagai anggota Direksi
atau anggota Dewan Komisaris wajib mendahulukan
kepentingan Perusahaan Efek tersebut.
-7-
Bagian Kedua
RUPS
Pasal 5
(1) Perusahaan Efek wajib menyelenggarakan RUPS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar Perusahaan Efek.
(2) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib didahului pemanggilan RUPS.
(3) Pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak
memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal
RUPS.
(4) Pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit memuat informasi:
a. tanggal dan waktu penyelenggaraan RUPS;
b. tempat penyelenggaraan RUPS;
c. mata acara rapat; dan
d. informasi yang menyatakan bahan terkait mata
acara rapat tersedia bagi pemegang saham sejak
tanggal dilakukannya pemanggilan RUPS sampai
dengan RUPS diselenggarakan.
(5) Pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan surat tercatat, surat elektronik, Situs
Web, dan/atau dengan iklan dalam surat kabar.
(6) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
dengan ayat (5) dapat tidak dilakukan sepanjang seluruh
pemegang saham dengan hak suara hadir dalam RUPS
dan keputusan RUPS tersebut tetap sah jika disetujui
dengan suara bulat.
Pasal 6
(1) Perusahaan Efek wajib menyediakan bahan mata acara
rapat bagi pemegang saham.
-8-
Pasal 7
Pengambilan keputusan RUPS wajib:
a. mendukung pengembangan operasional Perusahaan Efek
yang sehat dan pasar modal Indonesia; dan
b. mendahulukan kepentingan nasabah.
Pasal 8
(1) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 wajib dituangkan dalam risalah RUPS dan
didokumentasikan dengan baik.
(2) Perusahaan Efek wajib menyampaikan ringkasan risalah
RUPS dan bukti pemanggilan RUPS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
tanggal penyelenggaraan RUPS.
(3) Ringkasan risalah RUPS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib memuat informasi paling sedikit:
a. tanggal RUPS, tempat pelaksanaan RUPS, waktu
pelaksanaan RUPS, dan mata acara RUPS;
b. anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang
hadir pada saat RUPS;
c. jumlah saham dengan hak suara yang sah yang
hadir pada saat RUPS dan persentasenya dari
jumlah seluruh saham yang mempunyai hak suara
yang sah;
d. mekanisme pengambilan keputusan RUPS;
e. hasil pemungutan suara yang meliputi jumlah suara
setuju, tidak setuju, dan abstain (tidak memberikan
suara) untuk setiap mata acara rapat, jika
-9-
Pasal 9
(1) Pemegang saham dapat mengambil keputusan yang
mengikat di luar RUPS dengan syarat seluruh pemegang
saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis
dengan menandatangani usul yang bersangkutan.
(2) Pengambilan keputusan yang mengikat di luar RUPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan yang mengikat di luar RUPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan Perusahaan
Efek kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah seluruh pemegang saham
menandatangani keputusan di luar RUPS tersebut.
BAB III
DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Pasal 10
Penentuan jumlah dan komposisi anggota Direksi harus
memperhatikan:
a. ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
perizinan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek;
b. kondisi Perusahaan Efek;
c. keberagaman pengetahuan, pengalaman dan/atau
keahlian yang dibutuhkan; dan
d. efektivitas dalam pengambilan keputusan.
- 10 -
Pasal 11
(1) Setiap anggota Direksi wajib memenuhi persyaratan
integritas, reputasi keuangan, serta kompetensi dan
keahlian di bidang pasar modal.
(2) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui penilaian kemampuan dan
kepatutan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penilaian
kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan.
(4) Dalam hal anggota Direksi tidak lagi memenuhi
persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Direksi
dilarang melakukan tindakan hukum sebagai anggota
Direksi.
Pasal 12
(1) Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung jawab
atas pengurusan Perusahaan Efek untuk kepentingan
Perusahaan Efek sesuai dengan maksud dan tujuan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar.
(2) Tugas dan tanggung jawab atas pengurusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
kewenangan Direksi yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
(3) Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan pengurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab.
- 11 -
Pasal 13
Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat,
relevan, dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris.
Pasal 14
Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi
dari fungsi manajemen risiko, fungsi kepatuhan dan audit
internal, hasil pengawasan Dewan Komisaris, dan hasil
pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 15
Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan
melalui rapat Direksi.
Pasal 16
(1) Direksi wajib mengadakan rapat Direksi paling sedikit
1 (satu) kali setiap 2 (dua) bulan.
(2) Rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilangsungkan jika dihadiri mayoritas dari seluruh
anggota Direksi.
(3) Setiap anggota Direksi wajib menghadiri paling sedikit
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan
rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selama 1 (satu) tahun.
(4) Keputusan rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diambil:
- 12 -
Pasal 17
(1) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman untuk membantu pelaksanaan tugas,
anggota Direksi wajib mengikuti program pendidikan
berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai perizinan Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek.
(2) Selain mengikuti program pendidikan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi dapat
mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan lainnya.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Pasal 18
(1) Penentuan jumlah dan komposisi anggota Dewan
Komisaris harus memperhatikan:
a. ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek dan Perantara Pedagang Efek;
b. kondisi Perusahaan Efek;
c. keberagaman pengetahuan, pengalaman, dan/atau
keahlian yang dibutuhkan; dan
d. efektivitas dalam pengawasan dan pemberian
nasihat kepada Direksi.
- 13 -
Pasal 19
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki Komisaris Independen.
(2) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua)
orang, persentase jumlah Komisaris Independen wajib
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
seluruh anggota Dewan Komisaris.
Pasal 20
(1) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib memenuhi
persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal.
(2) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui penilaian kemampuan dan
kepatutan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penilaian
kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan.
(4) Dalam hal anggota Dewan Komisaris tidak lagi memenuhi
persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Dewan
Komisaris dilarang melakukan tindakan hukum sebagai
anggota Dewan Komisaris.
Pasal 21
(1) Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung jawab atas
pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya
- 14 -
Pasal 22
Komisaris Independen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Perusahaan Efek tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali sebagai
Komisaris Independen Perusahaan Efek pada periode
berikutnya;
b. tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak
langsung pada Perusahaan Efek;
c. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Perusahaan
Efek, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi
dan/atau Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Efek;
dan
d. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
usaha Perusahaan Efek.
Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
- 15 -
Pasal 24
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari fungsi
manajemen risiko, fungsi kepatuhan dan audit internal, hasil
pengawasan Dewan Komisaris, dan hasil pengawasan Otoritas
Jasa Keuangan.
Pasal 25
(1) Untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya, selain dapat membentuk komite
audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3)
Dewan Komisaris dapat membentuk komite lainnya.
(2) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Pasal 23
ayat (3) menjalankan tugasnya secara efektif.
Pasal 26
(1) Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada Otoritas Jasa
Keuangan jika mengetahui indikasi pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
- 16 -
Pasal 27
(1) Dewan Komisaris wajib mengadakan rapat paling sedikit
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(2) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilangsungkan jika dihadiri mayoritas dari
seluruh anggota Dewan Komisaris.
(3) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib menghadiri paling
sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah
keseluruhan rapat Dewan Komisaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) selama 1 (satu) tahun.
(4) Keputusan rapat Dewan Komisaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diambil:
a. berdasarkan musyawarah mufakat; atau
b. berdasarkan suara terbanyak, dalam hal
musyawarah mufakat tidak tercapai.
(5) Hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
termasuk adanya perbedaan pendapat serta alasannya
wajib dituangkan dalam risalah rapat dan ditandatangani
oleh pimpinan rapat serta didokumentasikan dengan
baik.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (5) tidak berlaku untuk Perusahaan Efek
yang hanya memiliki 1 (satu) orang anggota Dewan
Komisaris.
- 17 -
Pasal 28
(1) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman untuk membantu pelaksanaan tugasnya,
anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek wajib
mengikuti program pendidikan berkelanjutan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai perizinan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek
dan Perantara Pedagang Efek.
(2) Selain mengikuti program pendidikan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Dewan
Komisaris dapat mengikuti pendidikan dan/atau
pelatihan lainnya.
Bagian Ketiga
Larangan Direksi dan Dewan Komisaris
Pasal 29
Anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris dilarang:
a. menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan
pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain; dan
b. mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi
dari kegiatan Perusahaan Efek baik secara langsung
maupun tidak langsung selain penghasilan yang sah.
BAB IV
REMUNERASI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
Pasal 30
(1) Struktur remunerasi bagi anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris dapat berupa:
a. gaji;
b. honorarium;
c. insentif; dan/atau
d. tunjangan yang bersifat tetap dan/atau variabel.
(2) Remunerasi bagi anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris harus memperhatikan:
- 18 -
BAB V
ETIKA BISNIS
Bagian Kesatu
Perilaku Perusahaan Efek Dalam Menjalankan
Kegiatan Usaha
Pasal 31
Perusahaan Efek wajib:
a. menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan etika bisnis
yang baik, sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal
yang mengatur mengenai perilaku Perusahaan Efek
dalam menjalankan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau sebagai Perantara Pedagang
Efek; dan/atau
b. menerapkan prinsip mengenal nasabah sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai anti pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme di sektor jasa keuangan.
- 19 -
Bagian Kedua
Kode Etik Perusahaan Efek dan Pedoman Direksi atau
Dewan Komisaris
Pasal 32
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki kode etik yang berlaku
bagi seluruh anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,
dan karyawan/pegawai, serta pendukung organ yang
dimiliki Perusahaan Efek.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
oleh Direksi dan Dewan Komisaris, paling sedikit
memuat:
a. nilai perusahaan;
b. prinsip pelaksanaan tugas Direksi, Dewan
Komisaris, karyawan/pegawai, dan/atau pendukung
organ yang dimiliki Perusahaan Efek yang dilakukan
dengan itikad baik, penuh tanggung jawab, dan
kehati-hatian;
c. kebijakan Perusahaan Efek terkait benturan
kepentingan;
d. penanganan pelanggaran kode etik; dan
e. akuntabilitas pengenaan sanksi pelanggaran kode
etik.
(3) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disosialisasikan kepada seluruh karyawan/pegawai
Perusahaan Efek.
(4) Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, karyawan/
pegawai, dan/atau pendukung organ yang dimiliki
Perusahaan Efek wajib melaporkan dugaan pelanggaran
kode etik melalui sistem pelaporan pelanggaran terkait
dengan adanya dugaan pelanggaran terhadap kode etik.
Pasal 33
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki pedoman yang mengikat
setiap anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
- 20 -
BAB VI
PENGENDALIAN INTERNAL
Pasal 34
Perusahaan Efek wajib melaksanakan pengendalian internal
Perusahaan Efek.
Pasal 35
(1) Dalam melaksanakan pengendalian internal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, Perusahaan Efek wajib
membentuk fungsi:
a. manajemen risiko; dan
b. kepatuhan dan audit internal.
(2) Selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah
wajib membentuk dan memenuhi pelaksanaan fungsi:
a. pemasaran;
b. pembukuan;
c. kustodian;
d. teknologi informasi; dan
e. riset (jika diperlukan),
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang
- 21 -
Pasal 36
(1) Pegawai yang melaksanakan masing-masing fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilarang
merangkap untuk melaksanakan fungsi lainnya kecuali
diatur lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
independen.
Pasal 37
(1) Pelaksanaan fungsi manajemen risiko sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a paling sedikit
mencakup:
a. penyusunan kebijakan manajemen risiko;
b. pengujian, evaluasi, dan rekomendasi perbaikan
yang objektif atas pelaksanaan sistem manajemen
risiko, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun atau dalam frekuensi yang lebih sering dalam
hal terdapat perubahan faktor yang mempengaruhi
kegiatan usaha Perusahaan Efek secara signifikan;
dan
c. pemantauan, identifikasi, pengukuran, dan tindak
lanjut terkait hal yang berhubungan dengan
manajemen risiko yang memerlukan perhatian
Direksi.
(2) Kebijakan manajemen risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat:
a. strategi dan kerangka manajemen risiko yang
komprehensif;
b. prinsip kehati-hatian;
c. penyediaan modal yang mencukupi;
- 22 -
Pasal 38
(1) Pelaksanaan fungsi kepatuhan dan audit internal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b
paling sedikit mencakup:
a. penyusunan kebijakan kepatuhan dan kebijakan
audit internal;
b. pengujian, evaluasi, dan rekomendasi atas
kesesuaian kebijakan, ketentuan, sistem maupun
prosedur yang dimiliki Perusahaan Efek dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dalam
frekuensi yang lebih sering dalam hal terdapat
perubahan faktor yang mempengaruhi kegiatan
usaha Perusahaan Efek secara signifikan;
c. penyusunan dan pelaksanaan program audit yang
memadai terhadap keseluruhan unit kerja yang
- 23 -
Pasal 39
(1) Pelaksana fungsi manajemen risiko dan fungsi kepatuhan
dan audit internal bertanggung jawab kepada Direksi.
(2) Laporan pelaksanaan fungsi manajemen risiko dan fungsi
kepatuhan dan audit internal disampaikan kepada
Direksi dan ditembuskan kepada Dewan Komisaris.
BAB VII
RENCANA BISNIS
Pasal 40
Perusahaan Efek wajib memiliki Rencana Bisnis yang realistis,
terukur, dan berkesinambungan.
Pasal 41
(1) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
wajib disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan
Komisaris atau RUPS sebagaimana ditentukan dalam
anggaran dasar.
- 24 -
Pasal 42
(1) Direksi bertanggung jawab atas pelaksanaan Rencana
Bisnis dan sosialisasi Rencana Bisnis kepada seluruh
karyawan/pegawai Perusahaan Efek.
(2) Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Bisnis.
Pasal 43
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan Rencana Bisnis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 kepada Otoritas
Jasa Keuangan setiap 1 (satu) tahun sekali.
(2) Perusahaan Efek wajib menyampaikan realisasi atas
Rencana Bisnis tahun sebelumnya kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Perusahaan Efek
untuk melakukan penyesuaian dalam hal Rencana Bisnis
yang disampaikan dinilai belum sepenuhnya memenuhi
ketentuan terkait dengan kegiatan Perusahaan Efek.
(4) Perusahaan Efek wajib menyampaikan penyesuaian
terhadap Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 15
- 25 -
BAB VIII
KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN DAN
KEBIJAKAN SISTEM PENGADUAN NASABAH
Pasal 44
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki kebijakan sistem
pelaporan pelanggaran.
(2) Kebijakan sistem pelaporan pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat:
a. sistematika proses pelaporan pelanggaran;
b. jenis pelanggaran yang dapat dilaporkan;
c. cara penyampaian laporan pelanggaran;
d. perlindungan dan jaminan kerahasiaan pelapor;
e. penanganan pelaporan pelanggaran;
f. pihak yang mengelola penanganan laporan
pelanggaran;
g. hasil penanganan dan tindak lanjut laporan
pelanggaran; dan
h. evaluasi secara berkala oleh Direksi dan Dewan
Komisaris terhadap kebijakan sistem pelaporan
pelanggaran.
- 26 -
Pasal 45
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki kebijakan penanganan
pengaduan nasabah.
(2) Kebijakan penanganan pengaduan nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat:
a. sistematika proses pengaduan;
b. jangka waktu penanganan pengaduan;
c. penanganan pengaduan;
d. unit kerja atau pihak yang mengelola penanganan
pengaduan;
e. hasil penanganan dan tindak lanjut pengaduan; dan
f. evaluasi secara berkala oleh Direksi dan Dewan
Komisaris terhadap kebijakan penanganan
pengaduan nasabah.
(3) Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah, selain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), wajib memenuhi kebijakan penanganan pengaduan
nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang
mengatur mengenai pengendalian internal Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek.
BAB IX
SITUS WEB
Pasal 46
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki Situs Web.
(2) Situs Web sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencerminkan identitas Perusahaan Efek dan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 27 -
Pasal 47
Informasi yang wajib dimuat dalam Situs Web Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 paling sedikit
meliputi:
a. informasi umum;
b. informasi bagi nasabah; dan
c. informasi Tata Kelola.
Pasal 48
(1) Informasi umum sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 47 huruf a, paling sedikit memuat:
a. nama, alamat dan kontak kantor pusat, alamat dan
kontak kantor selain kantor pusat, dan agen
Perusahaan Efek (jika ada) yang dapat dihubungi;
b. riwayat singkat Perusahaan Efek;
c. struktur organisasi Perusahaan Efek;
d. profil Direksi, Dewan Komisaris, komite dan/atau
unit pendukung (jika ada);
e. informasi mengenai Direksi dan pegawai yang
memiliki izin sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek
dan/atau Wakil Perantara Pedagang Efek; dan
f. nomor izin usaha Perusahaan Efek.
(2) Informasi bagi nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 huruf b, paling sedikit memuat:
a. laporan keuangan berkala;
b. keputusan RUPS; dan
c. layanan pengaduan nasabah dan pelaporan
pelanggaran.
(3) Informasi Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 huruf c, paling sedikit memuat:
a. pedoman kerja Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kode etik;
c. fungsi dan kebijakan manajemen risiko; dan
d. fungsi dan kebijakan kepatuhan dan audit internal.
- 28 -
BAB X
PELAPORAN
Pasal 49
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan laporan berkala
kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut:
a. laporan keuangan berkala;
b. laporan kegiatan; dan
c. laporan Akuntan Publik atas modal kerja bersih
disesuaikan tahunan.
(2) Ketentuan penyampaian laporan berkala sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal
yang mengatur mengenai kewajiban penyampaian
laporan berkala oleh Perusahaan Efek.
Pasal 50
(1) Perusahaan Efek wajib menyusun laporan penerapan
Tata Kelola setiap tahun untuk posisi akhir bulan
Desember.
(2) Laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), paling sedikit meliputi:
a. transparansi;
1. pengungkapan bentuk penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf a sampai dengan huruf g, huruf i, huruf j,
dan huruf k;
2. kepemilikan saham anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris serta hubungan
keuangan dan/atau hubungan keluarga
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
dengan anggota Direksi dan/atau anggota
Dewan Komisaris lain, dan/atau pemegang
saham Perusahaan Efek;
3. total remunerasi dan fasilitas lain yang diterima
Direksi dan Dewan Komisaris;
- 29 -
Pasal 51
(1) Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Perusahaan Efek
untuk melakukan revisi terhadap laporan penerapan Tata
Kelola apabila berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh
Otoritas Jasa Keuangan, laporan dimaksud tidak sesuai
dengan kondisi Perusahaan Efek yang sebenarnya.
(2) Revisi laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak diterimanya surat pemberitahuan dari
Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 52
(1) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (1) wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat pada hari kerja terakhir di bulan
November.
(2) Laporan realisasi Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) wajib disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada tanggal 15
Februari.
(3) Dalam hal tanggal 15 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) jatuh pada hari libur, laporan realisasi Rencana Bisnis
disampaikan paling lambat pada hari kerja berikutnya.
(4) Dalam hal Perusahaan Efek menyampaikan laporan
realisasi Rencana Bisnis melewati batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penghitungan
jumlah hari keterlambatan atas penyampaian laporan
realisasi Rencana Bisnis dihitung sejak hari pertama
setelah batas akhir waktu penyampaian laporan realisasi
Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Laporan realisasi Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), disajikan secara komparatif dengan
Rencana Bisnis yang telah disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan.
- 31 -
Pasal 53
(1) Rencana Bisnis, laporan realisasi Rencana Bisnis, dan
Laporan penerapan Tata Kelola wajib disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam bentuk dokumen
cetak dan dokumen elektronik.
(2) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan
sistem pelaporan elektronik, pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan melalui sistem
pelaporan elektronik tersebut.
(3) Dalam hal pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah disampaikan melalui sistem pelaporan
elektronik, Otoritas Jasa Keuangan tidak mewajibkan lagi
penyampaian pelaporan dalam bentuk dokumen cetak.
Pasal 54
(1) Perusahaan Efek wajib melakukan penilaian sendiri atas
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (2) huruf b.
(2) Hasil penilaian sendiri penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
tidak terpisahkan dari laporan penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan penerapan Tata
Kelola diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 56
Selain memenuhi ketentuan pelaporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 55,
Perusahaan Efek wajib memenuhi ketentuan pelaporan
lainnya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
sektor pasar modal.
- 32 -
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 57
(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap penerapan
Tata Kelola, Otoritas Jasa Keuangan melakukan
penilaian atau evaluasi terhadap hasil penilaian sendiri
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 ayat (1).
(2) Berdasarkan hasil penilaian atau evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat
meminta Perusahaan Efek untuk menyampaikan rencana
tindak yang memuat langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan oleh Perusahaan Efek dengan target waktu
tertentu.
(3) Dalam hal diperlukan, Otoritas Jasa Keuangan dapat
meminta Perusahaan Efek untuk melakukan
penyesuaian rencana tindak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(4) Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan evaluasi
terhadap penyesuaian rencana tindak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan melakukan pemeriksaan
khusus terhadap hasil perbaikan penerapan Tata Kelola
yang telah dilakukan oleh Perusahaan Efek.
BAB XII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 58
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang
pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak
yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini termasuk pihak yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut, berupa:
a. peringatan tertulis;
- 33 -
Pasal 59
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
Pasal 60
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 kepada masyarakat.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 61
(1) Perusahaan Efek wajib menyesuaikan dengan ketentuan
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dalam
- 34 -
Pasal 62
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan Rencana Bisnis
pertama kali untuk rencana kegiatan tahun 2018.
(2) Rencana Bisnis pertama kali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat pada hari kerja terakhir di bulan
November 2017.
Pasal 63
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan laporan
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (1) untuk pertama kali pada periode tahun
2018.
(2) Laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat pada tanggal 15 Februari 2019.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64
(1) Ketentuan peraturan perundang-undangan lain terkait
kewajiban Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Dalam hal terdapat ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya yang mengatur ketentuan mengenai
pedoman tata kelola bagi Perusahaan Efek yang
- 35 -
Pasal 65
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 September 2017
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 September 2017
ttd
Wiwit Puspasari
-1-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 57 /POJK.04/2017
TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA
PEDAGANG EFEK
I. UMUM
Seiring dengan berkembangnya perekonomian nasional, industri
pasar modal di Indonesia menjadi salah satu industri yang memiliki
perkembangan yang cukup cepat. Perusahaan Efek sebagai salah satu
pelaku di industri pasar modal memiliki peran dalam mendorong
perkembangan perdagangan, pelayanan, dan produk investasi pasar
modal. Dengan demikian, implementasi Tata Kelola Perusahaan Efek
dapat dijadikan salah satu cara bagi Perusahaan Efek untuk membantu
perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan memberikan manfaat jangka
panjang, sekaligus meningkatkan daya saing untuk perusahaan.
Tata Kelola Perusahaan Efek, dalam hal ini Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan Perusahaan
Efek agar memiliki acuan yang digunakan dalam penerapan Tata Kelola
yang baik. Penerapan Tata Kelola bagi Perusahaan Efek, pada dasarnya
telah diatur dalam beberapa peraturan di bidang pasar modal maupun
-2-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
-3-
Ayat (5)
Pada praktiknya, surat elektronik dimaksud biasa disebut
dengan electronic mail (e-mail).
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Contoh bahan mata acara rapat antara lain laporan keuangan
tahunan dalam RUPS tahunan.
Ayat (2)
Salinan dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam ayat
ini dapat disampaikan dengan menggunakan antara lain media
digital cakram padat (compact disc), flashdisk, atau lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Risalah RUPS dimaksud dibuat dan ditandatangani oleh
pimpinan rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang
saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
Tanda tangan sebagaimana dimaksud tidak disyaratkan apabila
risalah RUPS dibuat dalam bentuk akta berita acara RUPS yang
dibuat oleh notaris.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Pada praktiknya, pengambilan keputusan di luar RUPS
dimaksud biasa disebut dengan usul keputusan yang diedarkan
-4-
(circular resolution).
Yang dimaksud dengan “keputusan yang mengikat” adalah
keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan keputusan RUPS.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kondisi Perusahaan Efek” antara lain
disesuaikan dengan kebutuhan, ukuran dan kompleksitas
usaha, dan kemampuan Perusahaan Efek.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud “komite dan/atau unit pendukung Direksi”
antara lain komite manajemen risiko atau komite sumber daya
manusia.
-5-
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan “kebijakan strategis” adalah kebijakan
Perusahaan Efek yang dapat mempengaruhi keuangan Perusahaan
Efek secara signifikan dan/atau memiliki dampak yang
berkesinambungan terhadap anggaran, sumber daya manusia,
struktur organisasi, nasabah, dan/atau pihak ketiga.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kehadiran anggota Direksi dalam rapat”
adalah kehadiran fisik atau melalui media elektronik, seperti
telekonferensi atau video konferensi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pendidikan dan/atau pelatihan lainnya dapat diperoleh antara
lain melalui pelatihan, sosialisasi, atau seminar yang
diselenggarakan pihak yang berkompeten.
-6-
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kondisi Perusahaan Efek” antara
lain disesuaikan dengan kebutuhan, ukuran dan
kompleksitas usaha, dan kemampuan Perusahaan Efek.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Sebagai contoh jika Perusahaan Efek hanya memiliki 1 (satu)
anggota Dewan Komisaris, maka anggota Dewan Komisaris
dimaksud merupakan Komisaris Independen.
Jika Perusahaan Efek memiliki 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris, maka salah 1 (satu) anggota Dewan Komisaris
dimaksud merupakan Komisaris Independen.
Ayat (2)
Sebagai contoh jika Perusahaan Efek memiliki 4 (empat) anggota
Dewan Komisaris, maka paling sedikit 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris dimaksud merupakan Komisaris Independen.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
-7-
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pengawasan penerapan Tata Kelola”
antara lain dilakukan melalui:
a. pengawasan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
atas penerapan Tata Kelola;
b. pemberian nasihat kepada Direksi atas penerapan Tata
Kelola; dan
c. mengevaluasi kebijakan perusahaan terkait Tata Kelola,
seperti evaluasi atas pedoman kerja Direksi dan Dewan
Komisaris.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Fungsi audit yang diatur dalam ketentuan ini merupakan fungsi
audit yang dimiliki oleh Dewan Komisaris.
Ayat (2)
Hasil penelaahan fungsi audit yang dilaksanakan oleh Komisaris
Independen menjadi rekomendasi untuk Dewan Komisaris.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “komite lainnya” antara lain komite Tata
Kelola, komite manajemen risiko, dan/atau komite nominasi dan
remunerasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
-8-
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud “kehadiran anggota Dewan Komisaris dalam
rapat” adalah kehadiran fisik atau melalui media elektronik,
seperti telekonferensi atau video konferensi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pendidikan dan/atau pelatihan lainnya dapat diperoleh antara
lain melalui pelatihan, sosialisasi, atau seminar yang
diselenggarakan pihak yang berkompeten.
Pasal 29
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “penghasilan yang sah” yaitu remunerasi
yang ditetapkan dalam RUPS.
-9-
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “tunjangan” yaitu termasuk fasilitas
yang diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris untuk
menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “benturan kepentingan” adalah
perbedaan kepentingan ekonomis antara Perusahaan Efek
dengan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham
Pengendali, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,
karyawan/pegawai, dan/atau pihak terkait dengan
Perusahaan Efek.
Kebijakan benturan kepentingan antara lain:
1. definisi benturan kepentingan;
2. identifikasi hal yang merupakan benturan
kepentingan, antara lain jenis transaksi benturan
- 10 -
Pasal 33
Ayat (1)
Pedoman dapat menjadi bagian dari kode etik atau terpisah dari
kode etik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Fungsi kepatuhan dan audit internal dapat dilaksanakan
secara terpisah sesuai dengan kebutuhan Perusahaan Efek.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Pada praktiknya, kebijakan manajemen risiko dimaksud
dikenal sebagai pedoman manajemen risiko.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
- 12 -
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pada praktiknya, sistem deteksi dini dimaksud biasa
disebut dengan early warning system.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Pada praktiknya, limit risiko yang diambil dimaksud biasa
disebut dengan risk appetite dan toleransi risiko biasa
disebut dengan risk tolerance.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Penyusunan dan pelaksanaan program audit yang memadai
antara lain memenuhi independensi, objektivitas, dan tidak
membatasi cakupan dan ruang lingkup internal audit.
- 13 -
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Faktor internal dapat berupa kekuatan dan kelemahan
Perusahaan Efek, sedangkan faktor eksternal dapat berupa
peluang dan tantangan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 14 -
Ayat (3)
Ketentuan terkait dengan kegiatan Perusahaan Efek antara lain
Peraturan yang berkaitan dengan perizinan, pengendalian
internal, dan permodalan Perusahaan Efek.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pihak yang mengelola penanganan laporan pelanggaran
dapat dilakukan oleh pihak yang melakukan fungsi
kepatuhan.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
- 15 -
Pasal 45
Ayat (1)
Kebijakan penanganan pengaduan nasabah disusun dengan
mengacu pada ketentuan penanganan pengaduan konsumen
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Ayat (2)
Kebijakan penanganan pengaduan nasabah paling sedikit
mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Identitas Perusahaan Efek paling sedikit mencakup nama
Perusahaan Efek, jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Perusahaan Efek, dan layanan yang diberikan oleh Perusahaan
Efek.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Riwayat singkat Perusahaan Efek antara lain meliputi
sejarah pendirian, visi dan misi, dan jenis kegiatan usaha
menurut anggaran dasar terakhir.
Huruf c
Struktur organisasi disajikan dalam bentuk bagan paling
sedikit sampai dengan 1 (satu) tingkat di bawah Direksi dan
- 16 -
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pada praktiknya, penilaian sendiri dimaksud biasa disebut
dengan self assessment.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “peringkat komposit” adalah
peringkat akhir hasil penilaian sendiri.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
- 17 -
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud “dokumen elektronik” antara lain penyampaian
laporan penerapan Tata Kelola melalui surat elektronik (email).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Yang dimaksud ketentuan pelaporan lainnya, antara lain pelaporan
terkait:
a. pembukaan kegiatan yang dilakukan di lokasi lain selain kantor
pusat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang mengatur
mengenai kegiatan Perusahaan Efek di berbagai lokasi;
b. pengaduan nasabah dan tindak lanjut pelayanan dan
penyelesaian pengaduan nasabah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai perlindungan
konsumen sektor jasa keuangan; dan
- 18 -
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
SALINAN
TENTANG
MEMUTUSKAN:
-2-
Pasal 1
Ketentuan mengenai Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang
Menjalankan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek
diatur dalam Peraturan Nomor V.D.3 sebagaimana dimuat dalam
Lampiran Keputusan ini.
Pasal 2
Perusahaan Efek yang telah memiliki izin usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek sebelum ditetapkannya Keputusan ini, wajib:
a. menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Nomor V.D.3
Lampiran Keputusan ini termasuk tetapi tidak terbatas untuk
memperbaharui kontrak pembukaan rekening Efek nasabah
yang telah ada dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
angka 7 huruf b Peraturan dimaksud antara lain:
1) pembukaan rekening dana untuk masing-masing nasabah
yang telah ada; dan
2) pembuatan atau pencantuman nomor tunggal identitas
nasabah (Single Investor Identification) bagi nasabah yang telah
ada;
paling lambat 31 Januari 2012.
b. melaporkan kepada Bapepam dan LK perkembangan
pelaksanaan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada huruf a
setiap 6 (enam) bulan sejak berlakunya Keputusan ini.
Pasal 3
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-28/PM/1996, tanggal 17
Januari 1996 tentang Pengendalian Interen Dan Penyelenggaraan
Pembukuan Oleh Perusahaan Efek dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 4
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Desember 2010
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 19541111 198112 1 001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
Prasetyo Wahyu Adi Suryo
NIP 19551222 198002 1 001an Umum
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
1) aset;
2) liabilitas;
3) modal; dan
4) pendapatan dan biaya.
d. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat dilaksanakan secara
manual, elektronik, atau cara lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Sistem pencatatan yang digunakan harus memiliki pengamanan yang dapat
mencegah adanya risiko pemalsuan dan/atau penyalahgunaan terhadap
catatan tersebut.
f. Sistem pencatatan harus mampu memberikan informasi yang cepat, tepat,
dan dapat dimengerti oleh para Pihak yang berkepentingan terhadap
dokumen tersebut.
g. Unit kerja yang menjalankan fungsi pembukuan wajib menyimpan catatan
tambahan dan dokumen pendukung lainnya, antara lain:
1) bukti pengeluaran cek;
2) rekening bank;
3) pembatalan cek (jika ada);
4) rekonsiliasi rekening bank;
5) pemberitahuan debet dan kredit rekening Efek;
6) saldo semua akun dalam buku besar (general ledger) dalam bentuk neraca
saldo, sekurang-kurangnya setiap bulan;
7) catatan harian yang merupakan bukti dari semua pendebetan dan
pengkreditan kas untuk hari tersebut; dan
8) rekonsiliasi harian antara buku besar (general ledger) dan buku pembantu
Efek (securities ledger).
h. Informasi tentang nasabah termasuk aktivitas transaksi wajib disimpan
secara rahasia oleh Perantara Pedagang Efek dan pegawainya, kecuali atas
izin nasabah atau atas permintaan Pihak yang berwenang berdasarkan
undang-undang.
10. Pelaksanaan fungsi Kustodian sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf d
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab untuk
menjalankan kewajiban Perantara Pedagang Efek sebagai Kustodian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor VI.A.3
tentang Rekening Efek Pada Kustodian.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab atas
pemeliharaan catatan dan buku perusahaan, antara lain meliputi:
1) rekening Efek (securities accounts);
2) buku pembantu Efek (securities ledger);
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010
-9-
- 10 -
(1) terafiliasi;
(2) tidak terafiliasi;
2) penyimpanan dana:
a) rincian saldo masing-masing rekening bank;
b) saldo dana masing-masing nasabah setiap hari;
c) saldo dana milik perusahaan setiap hari;
3) status dana milik nasabah, bebas atau dijaminkan.
4) Dana milik perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir 1 point a)
merupakan dana milik perusahaan yang disimpan dan diadministrasikan
oleh unit yang menjalakan fungsi pembukuan.
f. Laporan buku pembantu dana (fund ledger) sebagaimana dimaksud pada
huruf e wajib disusun dengan menggunakan Formulir Nomor V.D.5-6
Lampiran 6 Peraturan Nomor V.D.5, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.5 tentang
Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan.
g. Buku pembantu transaksi (transaction ledger) sebagaimana dimaksud pada
huruf b butir 4), harus dibuat paling lambat hari kerja berikutnya
berdasarkan konfirmasi tertulis yang dikirimkan kepada nasabah dan
memuat hal-hal sebagai berikut:
1) tanggal transaksi;
2) jenis transaksi, misalnya jual atau beli;
3) harga;
4) komisi dan biaya;
5) tanggal kewajiban penyelesaian;
6) nama dan kode nasabah;
7) nomor transaksi;
8) jumlah Efek;
9) metode penyelesaian; dan
10) informasi mengenai tindak lanjut penyelesaian transaksi, sesuai dengan
metode penyelesaian.
h. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian harus mendapatkan catatan
dan/atau rekaman pembicaraan atas transaksi Efek untuk melakukan
pemeliharaan dan penyelenggaraan catatan dan buku perusahaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
i. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dapat dilaksanakan secara
manual, elektronik, atau cara lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010
- 11 -
- 12 -
- 13 -
- 14 -
- 15 -
- 16 -
- 17 -
- 18 -
- 19 -
- 20 -
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Desember 2010
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 19541111 198112 1 001
ttd.
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak diucapkan terima
kasih.
Direksi PT ……………,
.............................................
(nama jelas)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
SALINAN
TENTANG
MEMUTUSKAN:
-2-
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Desember 2010
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 19541111 198112 1 001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
o. Posisi Short dan Posisi Long dalam Buku Pembantu Efek wajib ditandai
dengan nomor rekening Efek masing-masing nasabah.
p. Saldo Efek dalam akun pada Buku Pembantu Efek yang menunjukkan Efek
yang akan diterima dari atau Efek yang akan diserahkan kepada Perusahaan
Efek, Bank Kustodian, Emiten, Biro Administrasi Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, lembaga
penyimpanan lainnya, atau lembaga keuangan lainnya wajib ditunjukkan
secara terpisah untuk masing-masing Pihak tersebut.
q. Buku Pembantu Efek wajib menunjukkan sub-akun untuk Efek yang ada
dalam Posisi Long nasabah sebagai berikut:
1) Efek Bebas; dan
2) Efek Jaminan.
r. Buku Pembantu Efek wajib menunjukkan rekening titipan terpisah dari
rekening Efek.
4. Kewajiban Perusahaan Efek untuk menempatkan Efek Nasabah Dalam
Pengendalian Langsung Perusahaan Efek
a. Perusahaan Efek wajib untuk mengambil tindakan yang cepat dan efektif
untuk menjaga agar Efek yang ada dalam Posisi Long rekening Efek nasabah
berada dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek.
b. Efek Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek
sesudah periode 5 (lima) hari kerja harus diganti dengan Efek yang dibeli
oleh Perusahaan Efek.
c. Perusahaan Efek dimungkinkan untuk memperpanjang waktu 5 (lima) hari
kerja untuk membeli Efek sebagaimana dimaksud pada huruf b, dengan
ketentuan bahwa:
1) Perusahaan Efek telah menyisihkan uang sejumlah nilai pasar wajar Efek
yang belum berada dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek
tersebut dan ada dalam rekening khusus di bank atas nama Perusahaan
Efek untuk kepentingan (qq) pemegang rekening untuk menjamin Efek
Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek;
dan
2) Perusahaan Efek telah secara aktif dan terus menerus melakukan tindakan
terbaik dan benar untuk memastikan Efek dimaksud dalam pengendalian
langsung Perusahaan Efek.
5. Pemisahan Efek Nasabah
Perusahaan Efek wajib menghitung secara harian jumlah Efek Bebas dan Efek
Jaminan dengan prosedur sebagai berikut:
a. melakukan perhitungan Efek Jaminan yang dapat ditahan sebagai jaminan
penyelesaian pesanan terbuka dan kewajiban nasabah lainnya yang tidak
termasuk kewajiban dalam Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin dan
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling sesuai perhitungan
manajemen risiko Perusahaan Efek yang diterapkan secara konsisten dalam
menentukan batasan transaksi (trading limit) setiap nasabahnya sebagaimana
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010
-7-
-8-
dan/atau saldo Efek dan/atau dana yang disimpan pada Sub Rekening Efek
atas nama nasabah tersebut pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
7. Pembukuan dan penyelesaian Selisih Efek
a. Selisih Efek wajib dibukukan secara harian;
b. Perusahaan Efek wajib segera melakukan pemeriksaan dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencari sebab dan menyelesaikan Selisih
Efek yang terjadi; dan
c. Selisih Efek yang belum diselesaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja wajib
diganti dengan cara membeli.
8. Penilaian Harian pada Buku Pembantu Efek
a. Dalam melakukan penentuan nilai pasar wajar Efek, Perusahaan Efek wajib
mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku,
menerapkan secara konsisten dan mendokumentasikan hal-hal yang terkait
dengan penerapan SAK dimaksud.
b. Nilai Pasar Wajar untuk Efek berikut harus dinilai secara harian, yaitu:
1) Sertifikat Bank Indonesia;
2) Surat Berharga Negara;
3) Obligasi korporasi, Sukuk korporasi, atau Efek Beragun Aset Arus Kas
Tetap yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia;
4) Efek Bersifat Ekuitas yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, Reksa Dana
yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia,
atau Efek Beragun Aset Arus Kas Tidak Tetap yang tercatat di Bursa Efek
di Indonesia;
5) Efek Bersifat Ekuitas yang tidak lagi tercatat pada Bursa Efek di Indonesia
(delist);
6) Efek yang diperdagangkan di bursa efek luar negeri;
7) Unit Penyertaan Reksa Dana;
8) Investasi yang dikelola oleh Perusahaan Efek lain;
9) Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estat;
10) Kontrak Opsi atas Efek atau atas Indeks Efek;
11) Kontrak Berjangka atas Efek atau atas Indeks Efek; dan
12) Efek lain yang terdaftar di Bapepam dan LK.
c. Nilai akun portofolio dalam buku besar Perusahaan Efek wajib disesuaikan
secara harian dengan Nilai Pasar Wajar sebagaimana dimaksud pada huruf b
dan dicatat dalam akun pengendali.
d. Nilai Pasar Wajar Posisi Long dan Posisi Short pada rekening Efek nasabah
wajib diringkas sebagai berikut:
1) nilai Efek Bebas nasabah terafiliasi;
2) nilai Efek Bebas nasabah tidak terafiliasi;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010
-9-
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 2010
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 195411111981121001
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010
- 10 -
ttd.
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Ketentuan mengenai Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan, diatur dalam
P e r a t u r a n N o m o r : V. D . 5 s e b a g a i m a n a d i m u a t d a l a m L a m p i r a n K e p u t u s a n i n i .
IV-1
Peraturan Nomor V.D.5
Pasal 2
(1) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam sebelum diberlakukannya Keputusan ini, wajib
menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a Lampiran
Keputusan ini, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
(2) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam
sebelum diberlakukannya Keputusan ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 huruf b Lampiran Keputusan ini, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
(3) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Manajer
Investasi yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebelum diberlakukannya Keputusan
ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf e
Lampiran Keputusan ini, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.200.000.000,00 (sepuluh miliar dua ratus juta
rupiah);
b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus
juta rupiah).
(4) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan Manajer Investasi yang telah memperoleh
izin usaha dari Bapepam sebelum diberlakukannya Keputusan ini, wajib menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf f Lampiran Keputusan ini, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.200.000.000,00 (sepuluh miliar dua ratus juta
rupiah);
b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua
ratus juta rupiah).
IV-2
Peraturan Nomor V.D.5
Pasal 3
Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-27/PM/1999
tanggal 31 Desember 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 4
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 8 Mei 2003
Herwidayatmo
NIP 060065750
IV-3
Peraturan Nomor V.D.5
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003
1. Setiap Perusahaan Efek wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek wajib memiliki
Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah).
b. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan
paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
c. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
tidak mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
d. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Manajer Investasi wajib memiliki
Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
e. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Manajer
Investasi wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar
Rp25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus juta rupiah).
f. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan Manajer Investasi wajib memiliki Modal
Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima
miliar dua ratus juta rupiah).
2. Perusahaan Efek wajib menyiapkan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan mengisi
for mulir V.D.5-1, V.D.5-2, V.D.5-3 dan V.D.5-4 dengan ketentuan sebagai berikut :
a. laporan tersebut wajib ditandatangani direktur Perusahaan Efek dan disimpan pada
bagian akuntansi kantor pusat Perusahaan Efek; dan
b. laporan tersebut wajib disiapkan dalam format digital dengan lajur dan kolom sebagaimana
dimaksud dalam peraturan ini dan disampaikan dalam bentuk disket atau e-mail yang
rincian teknisnya akan ditentukan oleh Bapepam bagi setiap Perusahaan Efek.
3. Perusahaan Efek wajib memelihara dan menyampaikan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 peraturan ini setiap hari kerja kepada Bapepam,
Bursa Efek bagi Perusahaan Efek menjadi Anggota Bursa Efek serta Lembaga Kliring dan
Penjaminan bagi Perusahaan Efek menjadi Anggota Kliring, berdasarkan posisi akhir hari
sebelumnya selambat-lambatnya pukul 09.00 WIB.
IV-4
Peraturan Nomor V.D.5
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003
4. Bursa Efek wajib melarang anggotanya yang tidak melaporkan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
sebagaimana dimaksud dalam angka 3 peraturan ini untuk melakukan transaksi bursa.
5. Perusahaan Efek wajib menyampaikan statistik kegiatan Perusahaan Efek bulanan dalam
format digital sesuai dengan formulir V.D.5-5 kepada Bapepam selambat-lambatnya pada
hari kerja ke-5 (kelima) bulan berikutnya. Keterlambatan atas penyampaian laporan tersebut
dikenakan denda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 63 huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal.
6. Jika Perusahaan Efek gagal memenuhi Modal Kerja Bersih Disesuaikan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 peraturan ini, maka pada hari kerja berikutnya wajib :
b. menghentikan transaksi jual beli Efek yang akan meningkatkan Posisi Long atau Posisi
Short pada portofolio milik Perusahaan Efek kecuali melaksanakan atau menjual Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu;
c. menghentikan transaksi Efek yang akan meningkatkan Saldo Debit atau Posisi Short
pada rekening nasabah;
d. menghentikan seluruh transaksi jual dan beli Efek dalam rekening Efek nasabah, kecuali
transaksi untuk mengurangi Posisi Short atau Saldo Debit dan melaksanakan atau
menjual Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu jika kekurangan Modal Kerja Bersih
Disesuaikan melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah Modal Kerja Bersih
Disesuaikan yang disyaratkan; dan
e. menyampaikan kepada Bapepam rencana yang memuat jadwal, tata cara dan bentuk
peningkatan modal, pengurangan kegiatan usaha atau penghentian kegiatan usaha
serta menyampaikan tembusannya kepada Bursa Efek bagi Perusahaan Efek yang
menjadi Anggota Bursa Efek tersebut.
7. Bapepam dapat menyetujui, menolak atau meminta penyempurnaan dari rencana Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf e peraturan ini.
8. Setiap hari kerja dalam periode Perusahaan Efek gagal memenuhi Modal Kerja Bersih
Disesuaikan, Perusahaan Efek wajib melaporkan secara tertulis pelaksanaan rencana
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf e peraturan ini kepada Bapepam dan Bursa
Efek bagi Perusahaan Efek yang menjadi Anggota Bursa Efek.
9. Bapepam akan mencabut izin usaha Perusahaan Efek dan mewajibkan Perusahaan Efek
yang bersangkutan untuk menyampaikan rencana penyelesaian seluruh kewajiban pada
nasabahnya, apabila Perusahaan Efek dimaksud gagal memenuhi Modal Kerja
Bersih Disesuaikan dalam periode lebih dari 30 (tiga puluh) hari berturut-turut atau lebih
dari 60 (enam puluh) hari dalam periode 12 (dua belas) bulan.
IV-5
Peraturan Nomor V.D.5
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003
10. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melakukan pemeriksaan setempat terhadap Anggota
Bursa Efek yang gagal memenuhi batas minimal Modal Kerja Bersih Disesuaikan selambat-
lambatnya pukul 13.00 WIB pada hari berikutnya atau pada hari Anggota Bursa Efek tidak
menyerahkan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib mengawasi kegiatan Anggota Bursa Efek yang
melanggar peraturan mengenai Modal Kerja Bersih Disesuaikan untuk memastikan bahwa
Anggota Bursa Efek yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan yang dilarang dalam
peraturan ini; dan
b. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melaporkan segera kepada Bapepam setiap tindakan
yang dilakukan oleh Anggota Bursa Efek yang bertentangan dengan peraturan ini serta
sanksi yang diberikan oleh Bursa Efek kepada Anggota Bursa Efek yang bersangkutan.
11. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melaporkan kepada Bapepam selambatlambatnya pukul
15.00 WIB pada hari berikutnya setelah dimulainya pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam angka 10 peraturan ini, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
b. perlu tidaknya pembatasan lebih jauh terhadap kegiatan Anggota Bursa Efek dimaksud
dengan tujuan melindungi kepentingan nasabah; dan
c. penilaian atas kelayakan rencana yang disampaikan kepada Bapepam oleh Anggota
Bursa Efek untuk memastikan bahwa rencana tersebut layak untuk dilaksanakan.
12. Anggota direksi Perusahaan Efek yang membawahi bidang Perantara Pedagang Efek atau
Penjamin Emisi Efek wajib mengikuti program pendidikan lanjutan yang diselenggarakan oleh
Panitia Standar Profesi setiap 3 (tiga) tahun sekali untuk mendalami :
c. Peraturan Nomor V.D.4 tentang Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan Oleh
Perusahaan Efek;
d. Peraturan Nomor V.D.5 tentang Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan;
e. informasi yang wajib dilaporkan dalam formulir V.D.5-1, V.D5-2, V.D.5-3, V.D.5-4, dan V.D.5-
5; dan
IV-6
Peraturan Nomor V.D.5
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003
13. Akuntan yang memeriksa laporan keuangan Perusahaan Efek wajib memeriksa perhitungan
Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan mengambil sampel sebanyak 15 (lima belas) hari
kerja secara acak selama tahun buku yang diperiksa dan memberikan pendapat apakah
Modal Kerja Bersih Disesuaikan telah didasarkan atas informasi yang benar dan dihitung
serta dilaporkan dengan cara yang benar.
14. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam dapat
mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan peraturan ini, termasuk Pihak
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 8 Mei 2003
Herwidayatmo
NIP 060065750
IV-7
Peraturan Nomor V.D.5
A B C D
1. Neraca Percobaan Harian (Aktiva)
2.
3. Nama Perusahaan Efek :
4. Tanggal :
5. Direktur yang Bertanggung Jawab Atas Laporan Ini :
6. Saldo Terafiliasi Tidak
Terafiliasi
7. Aktiva Lancar
8. Kas dan Setara Kas
9. Rekening qq Saldo Kredit Rekening Efek Nasabah
10. Rekening qq Efek Nasabah
11. Simpanan Giro Bank
12. Deposito Berjangka
13. Efek Beli dengan Janji Jual Kembali
14. Portofolio Sendiri (Nilai Pasar Wajar)
15. SBI dan Surat Hutang Pemerintah Indonesia
16. SBPU Perusahaan Indonesia yang Diperingkat
17. Efek Bersifat Ekuitas yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
18. Efek Bersifat Hutang yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
19. Efek Lain yang Terdaftar di Bapepam
20. Efek yang Tercatat di Bursa Efek Luar Negeri
21. Piutang Nasabah Pemilik Rekening Efek
22. Transaksi Beli Efek
23. Saldo Debit Rekening Efek Nasabah
24. Piutang Nasabah Umum
25. Piutang Nasabah Kelembagaan
26. Transaksi Beli Efek
27. Gagal Serah-Transaksi Kelembagaan
28. Piutang Lembaga Kliring dan Penjaminan
29. Uang Jaminan untuk Peminjaman Efek
30. Uang Jaminan untuk Transaksi Bursa
31. Piutang Transaksi Bursa
32. Piutang Perusahaan Efek
IV-8
Peraturan Nomor V.D.5
IV-9
Peraturan Nomor V.D.5
IV-10
Peraturan Nomor V.D.5
IV-11
Peraturan Nomor V.D.5
IV-12
Peraturan Nomor V.D.5
A B C D E F G
1. Laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
2.
4. Tanggal :
6.
10. Kurang:
14. Tambah:
16. Kurang:
20. Kurang:
22. SBI dan Hutang lain yang diterbitkan Pemerintah Indonesia V.D.5-1 15 B 0.10
24. Efek Bersifat Ekuitas yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia V.D.5-1 17 B 0.10
25. Efek Bersifat Hutang yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia V.D.5-1 18 B 0.20
27. Efek yang Tercatat di Bursa Efek Luar Negeri V.D.5-1 20 B 0.90
IV-13
Peraturan Nomor V.D.5
32. Kurang :
36. Efek yang Akan Diterima dari Emiten sebagai V.D.5-3 49 D 0.50
Akibat Pembagian Adanya Hak (>15 hari)
41. Kurang:
44. Kurang:
IV-14
Peraturan Nomor V.D.5
A B C D
1. Statistik Kegiatan Perusahaan Efek Bulanan
2.
3. Nama Perusahaan Efek :
4. Tanggal :
5. Direktur yang Bertanggung Jawab :
6. Total Terafiliasi Tidak
Terafiliasi
7. Total Pembelian Efek untuk Nasabah Pemilik Rekening Efek (bulan ini)
8. Total Pembelian Efek untuk Nasabah Umum (bulan ini)
9. Total Pembelian Efek untuk Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
10. Total Pembelian Efek untuk Perusahaan Efek (bulan ini)
11. Total Penjualan Efek untuk Nasabah Pemilik Rekening Efek (bulan ini)
12. Total Penjualan Efek untuk Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
13. Total Penjualan Efek untuk Perusahaan (bulan ini)
14. Total Transaksi Bursa (bulan ini)
15. Total Transaksi Luar Bursa (bulan ini)
16. Jumlah Rekening Efek (akhir bulan)
17. Jumlah Rekening Efek pada Saldo Debit (akhir bulan)
18. Jumlah Rekening Efek pada Posisi Short (akhir bulan)
19. Jumlah Transaksi Bursa Nasabah (bulan ini)
20. Jumlah Transaksi Bursa Perusahaan Efek (bulan ini)
21. Jumlah Gagal Serah-Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
22. Jumlah Gagal Serah-Perusahaan Efek (bulan ini)
23. Jumlah Gagal Terima-Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
24. Jumlah Gagal Terima-Perusahaan Efek (bulan ini)
25. Total Berizin Tidak Berizin
26. Jumlah Direksi dan Pegawai (akhir bulan)
27. Jumlah Pegawai pada Divisi Kustodian (akhir bulan)
28. Jumlah Pegawai pada Divisi Pemasaran (akhir bulan)
29. Jumlah Pegawai pada Divisi Akuntansi (akhir bulan)
30. Jumlah Pegawai pada Divisi Pemesanan/Perdagangan (akhir bulan)
31. Tanggal
32. Tanggal Rekonsiliasi Rekening Bank Terakhir
33. Tanggal Penghitungan dan Rekonsiliasi Terakhir Buku Pembantu Efek
oleh Karyawan Perusahaan
34. Tanggal Penghitungan dan Rekonsiliasi Terakhir Buku Pembantu Efek
oleh Auditor Independen
35. Tanggal Pemeriksaan Terakhir oleh Bursa
IV-15
Peraturan Nomor III.A.10
TENTANG
TRANSAKSI EFEK
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Ketentuan mengenai Transaksi Efek diatur dalam Peraturan Nomor III.A.10 sebagaimana dimuat
dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 2
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 26 Desember 1997
IV-1
Peraturan Nomor III.A.10
LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997
1. Definisi
a. Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa.
b. Netting adalah kegiatan Kliring yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi setiap anggota Kliring
untuk menyerahkan atau menerima saldo Efek tertentu untuk setiap jenis Efek yang ditransaksikan
dan untuk menerima atau membayar sejumlah uang untuk seluruh Efek yang ditransaksikan.
c. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam-meminjam Efek, atau kontrak lain
mengenai Efek atau harga Efek.
d. Transaksi di Luar Bursa adalah transaksi antar Perusahaan Efek atau antara Perusahaan Efek dengan
Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak yang bukan Perusahaan Efek.
e. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening adalah transaksi Efek yang dilaksanakan oleh Perusahaan
Efek untuk kepentingan rekening nasabahnya sesuai dengan kontrak antara Perusahaan Efek
dengan nasabah tersebut, yang dibuat sesuai dengan angka 5 Peraturan Nomor V.D.3 dan angka
4 Peraturan Nomor V.D.6.
f. Transaksi Nasabah Umum adalah transaksi melalui pemesanan Efek dalam Penawaran Umum oleh
pemodal yang tidak mempunyai rekening Efek pada Perusahaan Efek sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 huruf a butir 3) Peraturan Nomor V.D.3.
g. Transaksi Nasabah Kelembagaan adalah transaksi Efek antara Perusahaan Efek dengan nasabah
kelembagaan tertentu yang didasarkan pada perjanjian antara Perusahaan Efek dengan nasabah
kelembagaan tersebut seperti perusahaan asuransi, Reksa Dana, bank atau lembaga keuangan
lainnya yang tidak mempunyai rekening Efek pada Perusahaan Efek tersebut, sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 huruf a butir 3) Peraturan Nomor V.D.3.
2. Transaksi Bursa
a. Bursa Efek dilarang membuat peraturan yang melarang atau menghalangi Emiten atau Biro
Administrasi Efek untuk mendaftar Efek yang diperoleh melalui Transaksi di Luar Bursa, atau
mensyaratkan bahwa pemindahan Efek harus didasarkan pada Transaksi Bursa, akan tetapi Bursa
Efek dapat melarang anggotanya untuk melaksanakan transaksi di luar Bursa atas Efek yang tercatat
di Bursa Efek.
b. Bursa Efek dilarang membuat peraturan yang melarang atau menghalangi Perusahaan Efek, Emiten,
Biro Administrasi Efek, atau Pihak lain untuk :
1) memindahkan Efek dari rekening Efek yang satu ke rekening Efek yang lain pada atau antar
Bank Kustodian atau Perusahaan Efek;
IV-2
Peraturan Nomor III.A.10
LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997
3) mengalihkan Efek menjadi atas nama Perusahaan Efek atau Lembaga Kliring dan
Penjaminan untuk digunakan sebagai jaminan; dan
4) mengalihkan Efek dalam rangka pinjam-meminjam Efek, hibah, warisan, atau putusan
pengadilan.
c. Bursa Efek wajib mengeluarkan peraturan yang memuat ketentuan dan persyaratan Transaksi
Bursa.
d. Bursa Efek dapat menetapkan lebih dari satu jenis Transaksi Bursa, dengan ketentuan bahwa
masing-masing jenis Transaksi Bursa tersebut dilaksanakan pada pasar yang berbeda yang
dikelola dan diawasi oleh Bursa Efek.
e. Peraturan Bursa Efek untuk masing-masing jenis Transaksi Bursa wajib memuat antara lain:
3) ketentuan mengenai jam dan tanggal yang telah ditentukan sebelumnya untuk penyelesaian
transaksi atau ketentuan mengenai jam dan tanggal untuk penyelesaian transaksi yang
dapat ditentukan secara bebas oleh Anggota Bursa Efek beli, Anggota Bursa Efek jual,
atau keduanya secara bersama-sama;
4) ketentuan mengenai bentuk dan isi surat kuasa, dokumen pengalihan hak, dan keterangan
atau pernyataan mengenai pengalihan hak atas Efek yang dicetak pada sertifikat Efek;
6) ketentuan mengenai bentuk dan cara pembayaran dalam rangka penyelesaian transaksi;
7) ketentuan mengenai penyelesaian transaksi yang dapat dilakukan secara bagian demi
bagian, jika ada;
b) penyelesaian transaksi yang dilakukan dengan cara per transaksi antar Anggota Bursa
Efek atau antara Anggota Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau
dengan cara Netting antara Anggota Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan
Penjaminan;
9) ketentuan mengenai hak-hak Anggota Bursa Efek beli seperti dividen, saham bonus,
bunga, dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, serta ketentuan mengenai hak-hak
dimaksud dalam hal terdapat penundaan atau kegagalan dalam penyelesaian Transaksi
Bursa, dan ketentuan mengenai penagihan atas hak Anggota Bursa Efek beli serta
pengembalian pajak;
10) ketentuan mengenai batas waktu perbaikan atas setiap jenis kesalahan dalam penyelesaian
Transaksi Bursa, jika ada;
IV-3
Peraturan Nomor III.A.10
LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997
11) ketentuan mengenai sanksi termasuk denda dalam hal terjadi kegagalan penyelesaian Transaksi
Bursa, jika ada; dan
12) penanggulangan yang wajib ditempuh dalam hal terjadi kegagalan dalam penyelesaian Transaksi
Bursa.
f. Transaksi Bursa yang negosiasinya terjadi secara otomatis mengikat pada saat penawaran beli dan
penawaran jual bertemu melalui sistem komputer, dan transaksi tersebut hanya dapat dibatalkan apabila
disetujui oleh Anggota Bursa Efek beli, Anggota Bursa Efek jual, dan Bursa Efek pada hari yang sama
sebelum Kliring dilaksanakan.
g. Transaksi Bursa yang terjadi sebagai akibat negosiasi langsung antar Anggota Bursa Efek mulai mengikat
pada saat sebagaimana diatur oleh peraturan Bursa Efek yang dapat didasarkan pada konfirmasi yang
disampaikan oleh Anggota Bursa Efek beli, Anggota Bursa Efek jual, atau keduanya, dengan atau tanpa
persetujuan atas konfirmasi dimaksud.
h. Nasabah Anggota Bursa Efek hanya bertanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya kepada Anggota
Bursa Efek yang melaksanakan transaksi untuk kepentingan nasabah yang bersangkutan dan tidak
bertanggung jawab kepada Pihak lain termasuk Lembaga Kliring dan Penjaminan, Anggota Bursa Efek
lain, dan nasabah Anggota Bursa Efek lain.
i. Dalam hal penyelesaian Transaksi Bursa dilaksanakan melalui proses Netting dan pemindah bukuan,
maka :
1) hubungan hukum antar Anggota Bursa Efek yang menimbulkan hak dan kewajiban atas Transaksi
Bursa yang dilakukannya beralih menjadi hubungan hukum antara Anggota Bursa Efek yang
bersangkutan dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan pada saat Kliring dilaksanakan; dan
2) masing-masing Anggota Bursa Efek yang melaksanakan transaksi dimaksud tidak dapat menuntut
satu sama lain.
j. Efek dari jenis dan klasifikasi yang sama yang diterbitkan oleh Emiten tertentu yang menjadi obyek dalam
Transaksi Bursa adalah sepadan dan penyelesaian atas transaksi tersebut tidak dapat dibatasi, seperti
oleh :
1) kepemilikan oleh Pihak tertentu, misalnya kepemilikan oleh Pihak asing; atau
a. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening antara lain meliputi pesanan jual beli, pesanan pinjam meminjam,
penerimaan hak-hak pemegang rekening atas Efek, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
rekening Efek nasabah tersebut.
b. Dalam hubungannya dengan Transaksi Nasabah Pemilik Rekening, nasabah tersebut hanya terikat
kepada Perusahaan Efek yang melaksanakan Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa dan
tidak terikat kepada Pihak lain termasuk Perusahaan Efek lain atau Lembaga Kliring dan Penjaminan
yang menjadi Pihak atau terkait dalam Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa tersebut.
IV-4
Peraturan Nomor III.A.10
LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997
c. Dalam hal pesanan jual beli Efek telah dilaksanakan melalui Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa,
maka nasabah pemilik rekening dan Perusahaan Efek yang melaksanakan transaksi tersebut terikat pada
jumlah dan jenis Efek, harga, dan tanggal penyelesaian Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa.
e. Dalam hal Perusahaan Efek membatalkan pesanan nasabah, maka Perusahaan Efek wajib menyampaikan
pemberitahuan kepada nasabah secara tertulis pada hari yang sama.
g. Dalam hal transaksi tetap dilaksanakan walaupun nasabah telah membatalkan pesanannya, maka nasabah
tetap bertanggung jawab atas transaksi yang bersangkutan kecuali transaksi dilaksanakan :
1) 30 menit atau lebih sesudah perintah pembatalan pesanan diterima oleh Perusahaan Efek untuk
Transaksi Efek yang dilakukan di Indonesia; atau
2) 24 jam atau lebih sesudah perintah pembatalan pesanan diterima oleh Perusahaan Efek untuk
Transaksi Efek yang dilakukan di luar negeri.
h. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening wajib diselesaikan oleh Perusahaan Efek dan nasabahnya pada hari
penyelesaian yang ditetapkan dalam Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa, tanpa memperhatikan
apakah Transaksi Bursa telah diselesaikan antara Perusahaan Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan
atau apakah Transaksi di Luar Bursa telah diselesaikan antara Perusahaan Efek yang satu dengan
Perusahaan Efek yang lain dengan ketentuan sebagai berikut :
1) penyelesaian Transaksi Nasabah Pemilik Rekening dilaksanakan dengan mendebit atau mengkredit
Efek dan dana pada rekening Efek nasabah pada hari penyelesaian;
2) Perusahaan Efek bertindak sebagai Kustodian atas Efek yang tercatat dalam rekening Efek nasabah
dan sebagai Pihak yang berhutang atas dana yang tercatat dalam Saldo Kredit dalam rekening Efek
nasabah sesudah penyelesaian Transaksi Nasabah Pemilik Rekening;
3) nasabah bertanggung jawab atas kewajiban yang timbul dari setiap Posisi Short dan atas Saldo Debit
dalam rekening Efeknya sesudah penyelesaian Transaksi Nasabah Pemilik Rekening; dan
4) Dalam hal penyelesaian Transaksi Bursa Beli dilaksanakan dengan uang pengganti, maka uang
pengganti tersebut dibagikan kepada para Pemegang Rekening Beli berdasarkan urutan waktu
terjadinya Transaksi Bursa tersebut.
i. Sebagai Kustodian atas Efek yang dicatat dalam rekening Efek nasabah, Perusahaan Efek bertanggung
jawab untuk menyerahkan Efek dimaksud kepada nasabah atas permintaan nasabah, kecuali Efek tersebut
dijaminkan untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek.
j. Sebagai Pihak yang berhutang atas Saldo Kredit dalam rekening Efek nasabah, Perusahaan Efek
bertanggung jawab untuk membayar jumlah Saldo Kredit dimaksud atas permintaan nasabah, kecuali
jumlah Saldo Kredit tersebut dijaminkan untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek.
IV-5
Peraturan Nomor III.A.10
LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997
k. Berdasarkan perjanjian antara nasabah dan Perusahaan Efek, Efek dan dana dalam rekening Efek
merupakan jaminan atas kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek.
l. Perusahaan Efek wajib mencatat dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
dan hak-hak lain yang melekat pada Efek pada Posisi Long dalam rekening Efek nasabah, dengan
ketentuan bahwa pencatatan tersebut wajib memperhitungkan pajak bagi nasabah dimaksud.
m. Perusahaan Efek wajib mencatat kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek tersebut untuk
membayar atau menyerahkan dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,
dan hak-hak lain yang melekat pada Efek pada Posisi Short dalam rekening Efek nasabah, dengan
ketentuan bahwa pencatatan tersebut dilaksanakan tanpa memperhitungkan pajak yang berlaku
bagi nasabah dimaksud.
n. Perusahaan Efek dapat mewajibkan nasabah untuk membayar bunga atas Saldo Debet atau
membayar bunga kepada nasabah atas Saldo Kredit dalam rekening Efek nasabah sesuai dengan
perjanjian tertulis antara Perusahaan Efek dengan nasabahnya.
o. Perusahaan Efek bertanggung jawab untuk membayar dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu, dan hak-hak lain yang melekat pada Efek yang tercatat dalam rekening Efek
nasabah pada tanggal jatuh tempo hak tersebut tanpa memperhatikan apakah Perusahaan Efek
tersebut telah menagih dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, atau
hak-hak lain yang melekat pada Efek yang bersangkutan.
p. Perusahaan Efek wajib mengirim konfirmasi tertulis kepada nasabah atas setiap Transaksi Nasabah
Pemilik Rekening untuk kepentingan nasabah tersebut pada hari transaksi dilaksanakan, dengan
memuat hal-hal sebagai berikut :
6) rincian mengenai transaksi seperti jumlah, jenis, denominasi, dan harga Efek;
8) penjelasan apakah dalam transaksi tersebut Perusahaan Efek bertindak sebagai pedagang
atau perantara;
9) komisi dan atau biaya atas transaksi tersebut, jika ada; dan
q. Konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam huruf p di atas, dapat dikirimkan melalui surat, faksimili,
diantar langsung, e-mail, atau cara lain yang disetujui oleh nasabah dan Perusahaan Efek.
a. Transaksi Nasabah Umum wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam Prospektus.
IV-6
Peraturan Nomor III.A.10
LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997
b. Jika dalam Penawaran Umum terjadi kelebihan permintaan Efek, Perusahaan Efek harus
memprioritaskan pesanan melalui rekening Efek, kecuali dalam hal rekening Efek dimiliki
oleh Pihak terafiliasi sebagaimana dimaksud dalam angka 5 huruf c Peraturan Nomor
IX.A.7.
a. Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mencatat Transaksi
tersebut pada tanggal transaksi tersebut mulai mengikat.
b. Perusahan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mencatat dalam rekening
Gagal Terima atau Gagal Serah atas Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian
transaksi tersebut pada tanggal yang ditentukan.
c. Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mengirim konfirmasi atas
Transaksi di Luar Bursa kepada Perusahaan Efek lain atau Pihak lain yang menjadi Pihak
dalam Transaksi di Luar Bursa pada tanggal transaksi tersebut dilaksanakan.
c. Perusahaan Efek wajib mencatat setiap Transaksi Nasabah Kelembagaan pada tanggal
transaksi tersebut mulai mengikat.
d. Perusahaan Efek wajib mencatat dalam rekening Gagal Terima atau Gagal Serah atas
Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian Transaksi Nasabah Kelembagaan pada
tanggal yang ditentukan untuk penyelesaian transaksi tersebut.
e. Perusahaan Efek wajib mengirim konfirmasi kepada nasabah kelembagaan yang menjadi
Pihak dalam Transaksi Nasabah Kelembagaan dengan memuat hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 huruf p peraturan ini.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 26 Desember 1997
IV-7
OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 26/POJK.04/2014
TENTANG
1995...
-2-
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Efek...
-4-
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4...
-5-
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
(2) Kontrak...
-7-
g. Bursa...
-8-
Pasal 9
hasil...
-9-
BAB III
DANA JAMINAN
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12...
-11-
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
BAB IV...
-14-
BAB IV
Pasal 20
Pasal 21
a. Cadangan Jaminan;
c. Dana Jaminan;
Lembaga...
-15-
Pasal 22
Pasal 23
a. Dana Jaminan;
b. Jaringan Kredit;
d. Cadangan Jaminan.
Pasal 24...
-17-
Pasal 24
BAB V
Pasal 25
Pasal 26
BAB VI
Pasal 27
Pasal 28
kewajiban...
-21-
Pasal 29
BAB VII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 30
a. peringatan tertulis;
g. pembatalan pendaftaran.
(3) Sanksi...
-22-
Pasal 31
Pasal 32
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33
Pasal 34
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
a. Keputusan...
-23-
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 November 2014
Ttd.
MULIAMAN D. HADAD
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR KEP-258/BL/2008
TENTANG
MEMUTUSKAN:
-2-
Pasal 1
Ketentuan mengenai Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan
Efek Bagi Nasabah Dan Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan
Efek diatur dalam Peraturan Nomor V.D.6 sebagaimana dimuat
dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 2
Bursa Efek wajib:
a. menetapkan peraturan Bursa Efek yang mengatur persyaratan
Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan oleh
Perusahaan Efek dan yang dapat digunakan sebagai jaminan
pembiayaan dalam transaksi dimaksud, sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 Peraturan Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan
ini, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Keputusan ini ditetapkan.
b. menyiapkan sistem dan atau sarana perdagangan yang
memfasilitasi dilaksanakannya Transaksi Short Selling
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf c butir 10) dan
angka 8 huruf e Peraturan Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan
ini, paling lambat satu tahun sejak Keputusan ini ditetapkan.
Pasal 3
Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib membuat kontrak standar
pinjam meminjam Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 6
huruf d butir 3) Peraturan Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan ini
paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Keputusan ini ditetapkan.
Pasal 4
(1) Perusahaan Efek yang telah memberikan fasilitas pembiayaan
transaksi Efek kepada nasabah sebelum berlakunya Keputusan
ini, wajib menyesuaikan pembiayaan transaksi Efek yang telah
diberikan kepada nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Nomor V.D.6, Lampiran Keputusan ini paling
lambat tanggal 31 Desember 2008.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan nasabah yang dapat
menerima pembiayaan dari Perusahaan Efek sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 Peraturan Nomor V.D.6, Lampiran
Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya Keputusan ini
terhadap nasabah baru yang akan diberikan fasilitas
pembiayaan transaksi Efek oleh Perusahaan Efek.
Pasal 5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-09/PM/1997 tanggal 30
April 1997 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh
Perusahaan Efek bagi nasabah tetap berlaku sampai dengan tanggal
31 Desember 2008.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
-3-
Pasal 6
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 30 Juni 2008
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 060063058
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
d) Pihak lain.
2) Kontrak standar pinjam meminjam Efek wajib memuat rincian antara
lain mengenai:
a) jumlah dan jenis Efek;
b) waktu berlakunya pinjam meminjam;
c) jaminan;
d) hak-hak sehubungan dengan pemilikan Efek termasuk hak
suara, hak memesan Efek terlebih dahulu, bonus, dividen, dan
bunga;
e) kewajiban perpajakan;
f) biaya-biaya dalam rangka pinjam meminjam;
g) wanprestasi;
h) metode penilaian Efek yang dipinjamkan dan jaminan; dan
i) mekanisme penyelesaian perselisihan.
3) Dalam rangka menjalankan fungsinya, Lembaga Kliring dan
Penjaminan wajib membuat kontrak standar pinjam meminjam Efek
yang isinya sesuai dengan angka 6 huruf d butir 2) dan telah
disetujui oleh Bapepam dan LK untuk dapat dipergunakan oleh
semua Pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 1).
4) Setiap Pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 1)
yang tidak menggunakan kontrak standar pinjam meminjam Efek
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 3), dapat
membuat kontrak pinjam meminjam Efek yang isinya sesuai dengan
peraturan ini sepanjang disertai pendapat hukum dari 2 (dua)
konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam dan LK dan wajib
disampaikan kepada Bapepam dan LK untuk mendapat persetujuan
sebelum berlaku.
-9-
- 10 -
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 30 Juni 2008
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 060063058
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
= Rp200.000.000 [Rp280,000,000 (dari Rp700,x400.000 saham) x 65%] = Rp18.000.000
Tambahan dana dan atau Efek tersebut digunakan untuk mengurangi besarnya
pembiayaan, sehingga rasio pembiayaan kembali menjadi:
(Rp200.000.000Rp18.000.000) : Rp280.000.000 = 65%
Jika nasabah tidak melakukan penyerahan dana dan atau Efek tambahan
sedangkan harga saham mengalami penurunan lebih lanjut menjadi Rp 600,
maka rasio pembiayaan menjadi
Rp200.000.000 : Rp240.000.000 (yaitu Rp600 x 400.000 saham) = 83%
Dalam kondisi ini, Perusahaan Efek wajib melakukan eksekusi jaminan untuk
memperbaiki rasio pembiayaan menjadi 65%. Adapun besarnya jaminan yang
wajib dieksekusi adalah:
Rp200.000.000 dikurangi X
= 65%
Rp240.000.000 dikurangi X
Keterangan: X adalah jaminan yang dieksekusi
Rp200.000.000 Rp125.702.879 Rp74.297.121
= = 65%
Rp240.000.000 Rp125.702.879 Rp114.297.121
2
Pada saat penyelesaian transaksi, Perusahaan Efek akan menerima dana senilai
Rp400.000.000,- dari Lembaga Kliring dan Penjaminan. Dana yang diterima dari
penjualan tersebut selanjutnya menjadi Jaminan Pembiayaan, sehingga rasio
Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short adalah :
Rp200.000.000 (Jaminan Awal) + Rp400.000.000 (dana hasil short selling)
= 150%
Rp400.000.000 (nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short)
• Jika nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami kenaikan menjadi Rp
1.111,- maka rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short menjadi:
Rp600.000.000 : Rp444.400.000 (yaitu dari Rp1.111 x 400.000 saham) = 135%
• Jika nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami kenaikan lebih lanjut
menjadi Rp1.200, maka rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short menjadi:
Rp600.000.000 : Rp480.000.000 (yaitu dari Rp1200 x 400.000 saham) = 125%
Pada saat rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short kurang dari 135%,
maka Perusahaan Efek wajib melakukan Permintaan Pemenuhan Jaminan kepada
nasabah untuk menyerahkan tambahan dana atau Efek ke Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Short Selling sehingga nilai Jaminan Pembiayaan terhadap
nilai pasar wajar saham pada Posisi Short menjadi paling kurang 135% (seratus
tiga puluh lima perseratus).
Pada saat nilai pasar wajar saham pada Posisi Short sebesar Rp480.000.000, maka
Jaminan Pembiayaan seharusnya Rp480.000.000 x 135% = Rp.648.000.000. Oleh
karena jaminan yang ada adalah Rp600.000.000, maka nasabah wajib
menyerahkan tambahan dana dan atau Efek paling kurang sebesar Rp48.000.000,-
Jika nasabah tidak melakukan penyerahan dana dan atau Efek tambahan
sedangkan nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami peningkatan
lebih lanjut menjadi Rp1.300, maka nilai Jaminan Pembiayaan terhadap nilai
pasar wajar saham pada Posisi Short menjadi:
Rp600.000.000 : Rp520.000.000 (yaitu dari Rp1.300 x 400.000 saham) = 115%
Dalam kondisi ini, Perusahaan Efek wajib melakukan eksekusi jaminan untuk
membeli saham pada Posisi Short dalam rangka memperbaiki rasio antara
Jaminan Pembiayaan terhadap nilai pasar wajar saham pada Posisi Short
sehingga menjadi 135% (seratus tiga puluh lima perseratus). Adapun jaminan
yang wajib dieksekusi adalah sebesar saham pada Posisi Short yang wajib dibeli
yaitu :
3
Rp600.000.000 dikurangi X
= 135%
Rp520.000.000 dikurangi X
Keterangan: X adalah saham pada Posisi Short yang wajib dibeli
Saham pada Posisi Short yang wajib dibeli oleh Perusahaan Efek adalah senilai
Rp 291.077.467 atau sebanyak Rp 291.077.467 : Rp1300 = 223.923 saham sehingga
rasio antara Jaminan Pembiayaan terhadap nilai pasar wajar saham pada Posisi
Short adalah 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dengan perhitungan sbb:
Rp600.000.000 Rp 291.077467
= 135%
Rp520.000.000 Rp 291.077467