Anda di halaman 1dari 520

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 8 TAHUN 1995
TENTANG
PASAR MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu


masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam


pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi
dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat;

c. bahwa agar Pasar Modal dapat berkembang dibutuhkan adanya


landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum
pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal serta melindungi
kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan;

d. bahwa sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai pembangunan nasional


serta dalam rangka antisipasi atas globalisasi ekonomi,
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang penetapan
Undang-undang Darurat tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951
Nomor 79) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952
Nomor 67) dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dipandang perlu


membentuk Undang-undang tentang Pasar Modal;

Mengingat :…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas


(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3587);

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PASAR MODAL.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Afiliasi adalah:

a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai


derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

b. hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris


dari Pihak tersebut;

c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat satu atau


lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama;

d. hubungan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

d. hubungan antara perusahaan dengan Pihak, baik langsung


maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh
perusahaan tersebut;

e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik


langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau

f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.

2. Anggota Bursa Efek adalah Perantara Pedagang Efek yang telah


memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk
mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa Efek sesuai dengan
peraturan Bursa Efek.

3. Biro Administrasi Efek adalah Pihak yang berdasarkan kontrak


dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan Efek.

4. Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan


sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli Efek Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek
di antara mereka.

5. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat


berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek,
dan setiap derivatif dari Efek.

6. Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.

7. Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting


dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.

8. Kustodian…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

8. Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan


harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.

9. Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah Pihak yang


menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian
Transaksi Bursa.

10. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Pihak yang


menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank
Kustodian, Perusahaan Efek, dan Pihak lain.

11. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola


Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio
investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

13. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran


Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek.

14. Penasihat Investasi adalah Pihak yang memberi nasihat kepada


Pihak lain mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan
memperoleh imbalan jasa.

15. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan


oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan
tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya.

16. Penitipan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

16. Penitipan Kolektif adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki
bersama oleh lebih dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili
oleh Kustodian.

17. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontrak dengan
Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan
Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang
tidak terjual.

18. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan


usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain.

19. Pernyataan Pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan


kepada Badan Pengawas Pasar Modal oleh Emiten dalam rangka
Penawaran Umum atau Perusahaan Publik.

20. Perseroan dalah perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas.

21. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha


sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau
Manajer Investasi.

22. Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki


sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan
memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal
disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

23. Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama,


asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.

24. Portofolio Efek adalah kumpulan Efek yang dimiliki oleh Pihak.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

25. Prinsip…

25. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan


Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada
Undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat
dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai
usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan
pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.

26. Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan


Penawaran Umum dengan tujuan agar Pihak lain membeli Efek.

27. Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun


dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

28. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa
Efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek
mengenai jual beli Efek, pinjam meminjam Efek, atau kontrak lain
mengenai Efek atau harga Efek.

29. Unit Penyertaan adalah satuan ukuran yang menunjukkan bagian


kepentingan setiap Pihak dalam portofolio investasi kolektif.

30. Wali Amanat adalah Pihak yang mewakili kepentingan pemegang


Efek yang bersifat utang.

Pasal 2

Menteri menetapkan kebijaksanaan umum di bidang


Pasar Modal.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

BAB II…

BAB II
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

Pasal 3

(1) Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar


Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang
selanjutnya disebut Bapepam.

(2) Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Pasal 4

Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam
dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan
Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien
serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.

Pasal 5

Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


dan Pasal 4, Bapepam berwenang untuk:

a. memberi:

1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,


Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi
Efek;

2) izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan

3) persetujuan bagi Bank Kustodian;

b. mewajibkan…

b. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali


Amanat;

c. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan


memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau
direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur
yang baru;

d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta


menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan
Pendaftaran;

e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak


dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran
terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;

f. mewajibkan setiap Pihak untuk:

1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang


berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau

2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi


akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

g. melakukan pemeriksaan terhadap:

1) setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan


menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau

2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang


perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan
Undang-undang ini;

h. menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud


dalam huruf g;

i. mengumumkan…

i. mengumumkan hasil pemeriksaan;

j. membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa


Efek atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk
jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka


waktu tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan


sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan
keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi
dimaksud;

m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan,


dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;

n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian


masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang
Pasar Modal;

o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas


Undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya;

p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah


ditentukan dalam Pasal 1 angka 5; dan

q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang


ini.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

BAB III…

BAB III
BURSA EFEK, LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN, SERTA LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

Bagian Kesatu
Bursa Efek

Paragraf 1
Perizinan

Pasal 6

(1) Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Bursa Efek


adalah Perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Bursa Efek sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

Paragraf 2
Tujuan dan Kepemilikan

Pasal 7
(1) Bursa Efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan
Efek yang teratur, wajar, dan efisien.

(2) Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1), Bursa Efek wajib menyediakan sarana pendukung dan
mengawasi kegiatan Anggota Bursa Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

(3) Rencana...

(3) Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek wajib
disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan
dilaporkan kepada Bapepam.

Pasal 8

Yang dapat menjadi pemegang saham Bursa Efek


adalah Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin
usaha untuk melakukan kegiatan sebagai Perantara
Pedagang Efek.

Paragraf 3
Peraturan Bursa Efek dan Satuan Pemeriksa

Pasal 9

(1) Bursa Efek wajib menetapkan peraturan mengenai keanggotaan,


pencatatan, perdagangan, kesepadanan Efek, kliring dan
penyelesaian Transaksi Bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan kegiatan Bursa Efek.

(2) Tata cara peralihan Efek sehubungan dengan Transaksi Bursa


ditetapkan oleh Bursa Efek.

(3) Bursa Efek dapat menetapkan biaya pencatatan Efek, iuran


keanggotaan, dan biaya transaksi berkenaan dengan jasa yang
diberikan.

(4) Biaya dan iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disesuaikan
menurut kebutuhan pelaksanaan fungsi Bursa Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Pasal 10…

Pasal 10

Bursa Efek dilarang membuat ketentuan yang


menghambat anggotanya menjadi Anggota Bursa Efek
lain atau menghambat adanya persaingan yang
sehat.

Pasal 11

Peraturan yang wajib dibuat oleh Bursa Efek,


termasuk perubahannya, mulai berlaku setelah
mendapat persetujuan Bapepam.

Pasal 12

(1) Bursa Efek wajib mempunyai satuan pemeriksa yang bertugas


menjalankan pemeriksaan berkala atau pemeriksaan sewaktu-waktu
terhadap anggotanya serta terhadap kegiatan Bursa Efek.

(2) Pimpinan satuan pemeriksa wajib melaporkan secara langsung


kepada direksi, dewan komisaris Bursa Efek, dan Bapepam tentang
masalah-masalah material yang ditemuinya serta yang dapat
mempengaruhi suatu Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek atau
Bursa Efek yang bersangkutan.

(3) Bursa Efek wajib menyediakan semua laporan satuan pemeriksa


setiap saat apabila diperlukan oleh Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Bagian…
Bagian Kedua
Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian
Paragraf 1
Perizinan

Pasal 13

(1) Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Lembaga


Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian adalah Perseroan yang telah memperoleh izin usaha
dari Bapepam.

(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Lembaga Kliring dan


Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Paragraf 2
Tujuan dan Kepemilikan

Pasal 14

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan didirikan dengan tujuan


menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi
Bursa yang teratur, wajar, dan efisien.

(2) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian didirikan dengan tujuan


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

menyediakan jasa Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi


yang teratur, wajar, dan efisien.

(3) Lembaga...

(3) Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan


Penyelesaian dapat memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bapepam.

(4) Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Lembaga Kliring


dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
wajib disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan
dilaporkan kepada Bapepam.

Pasal 15

(1) Yang dapat menjadi pemegang saham Lembaga Kliring dan


Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah
Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank
Kustodian, atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam.

(2) Mayoritas saham Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib dimiliki


oleh Bursa Efek.

Paragraf 3
Peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan serta
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Pasal 16

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menetapkan peraturan


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

mengenai kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi


Bursa, termasuk ketentuan mengenai biaya pemakaian jasa.

(2) Lembaga...

(2) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib menetapkan


peraturan mengenai jasa Kustodian sentral dan jasa penyelesaian
transaksi Efek, termasuk ketentuan mengenai biaya pemakaian jasa.

(3) Penentuan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
disesuaikan menurut kebutuhan pelaksanaan fungsi Lembaga
Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.

Pasal 17

Peraturan yang wajib ditetapkan oleh Lembaga


Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian, termasuk perubahannya, mulai
berlaku setelah mendapat persetujuan Bapepam.

BAB IV
REKSA DANA
Bagian Kesatu
Bentuk Hukum dan Perizinan

Pasal 18

(1) Reksa Dana dapat berbentuk:

a. Perseroan; atau
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

b. kontrak investasi kolektif.

(2) Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat
bersifat terbuka atau tertutup.

(3) Yang dapat menjalankan usaha Reksa Dana sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf a adalah Perseroan yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam.

(4) Reksa...

(4) Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b hanya
dapat dikelola oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak.

(5) Persyaratan dan tata cara perizinan Reksa Dana sebagaimana


dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 19

(1) Pemegang saham Reksa Dana terbuka dapat menjual kembali


sahamnya kepada Reksa Dana.

(2) Dalam hal pemegang saham melakukan penjualan kembali, Reksa


Dana terbuka wajib membeli saham-saham tersebut.

(3) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


hanya dapat dilakukan apabila:

a. Bursa Efek di mana sebagian besar Portofolio Efek Reksa Dana


diperdagangkan ditutup;

b. perdagangan Efek atas sebagian besar Portofolio Efek Reksa


Dana di Bursa Efek dihentikan;

c. keadaan darurat; atau

d. terdapat hal-hal lain yang ditetapkan dalam kontrak pengelolaan


investasi setelah mendapat persetujuan Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Pasal 20

(1) Manajer Investasi sebagai pengelola Reksa Dana terbuka berbentuk


kontrak investasi kolektif dapat menjual dan membeli kembali Unit
Penyertaan secara terus-menerus sampai dengan jumlah Unit
Penyertaan yang ditetapkan dalam kontrak.

(2) Dalam...

(2) Dalam hal pemegang Unit Penyertaan melakukan penjualan


kembali, Manajer Investasi wajib membeli kembali Unit Penyertaan
tersebut.

(3) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


hanya dapat dilakukan apabila:

a. Bursa Efek di mana sebagian besar Portofolio Efek Reksa Dana


diperdagangkan ditutup;

b. perdagangan Efek atas sebagian besar Portofolio Efek Reksa


Dana di Bursa Efek dihentikan;

c. keadaan darurat; atau

d. terdapat hal-hal lain yang ditetapkan dalam kontrak pengelolaan


investasi setelah mendapat persetujuan Bapepam.

Bagian Kedua
Pengelolaan

Pasal 21

(1) Pengelolaan Reksa Dana, baik yang berbentuk Perseroan maupun


yang berbentuk kontrak investasi kolektif, dilakukan oleh Manajer
Investasi berdasarkan kontrak.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

(2) Kontrak pengelolaan Reksa Dana berbentuk Perseroan dibuat oleh


direksi dengan Manajer Investasi.

(3) Kontrak pengelolaan Reksa Dana terbuka berbentuk kontrak


investasi kolektif dibuat antara Manajer Investasi dan Bank
Kustodian.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur
lebih lanjut oleh Bapepam.

Pasal 22…

Pasal 22

Manajer Investasi Reksa Dana terbuka berbentuk


Perseroan dan kontrak investasi kolektif wajib
menghitung nilai pasar wajar dari Efek dalam
portofolio setiap hari bursa berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

Pasal 23

Nilai saham Reksa Dana terbuka berbentuk


Perseroan dan nilai Unit Penyertaan kontrak
investasi kolektif ditentukan berdasarkan nilai
aktiva bersih.

Pasal 24

(1) Reksa Dana dilarang menerima dan atau memberikan pinjaman


secara langsung.

(2) Reksa Dana dilarang membeli saham atau Unit Penyertaan Reksa
Dana lainnya.

(3) Pembatasan investasi Reksa Dana diatur lebih lanjut oleh Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Pasal 25

(1) Semua kekayaan Reksa Dana wajib disimpan pada Bank Kustodian.

(2) Bank Kustodian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang


terafiliasi dengan Manajer Investasi yang mengelola Reksa Dana.

(3) Reksa Dana wajib menghitung nilai aktiva bersih dan


mengumumkannya.

Pasal 26…

Pasal 26

(1) Kontrak penyimpanan kekayaan Reksa Dana berbentuk Perseroan


dibuat oleh direksi Reksa Dana dengan Bank Kustodian.

(2) Kontrak penyimpanan kekayaan investasi kolektif dibuat antara


Manajer Investasi dan Bank Kustodian.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Bapepam.

Pasal 27

(1) Manajer Investasi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas sebaik mungkin semata-mata untuk
kepentingan Reksa Dana.

(2) Dalam hal Manajer Investasi tidak melaksanakan kewajibannya


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Manajer Investasi tersebut
wajib bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul karena
tindakannya.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

Pasal 28

(1) Saham Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan diterbitkan tanpa


nilai nominal.

(2) Pada saat pendirian Reksa Dana berbentuk Perseroan, paling sedikit
1% (satu perseratus) dari modal dasar Reksa Dana telah
ditempatkan dan disetor.

(3) Pelaksanaan...

(3) Pelaksanaan pembelian kembali saham Reksa Dana berbentuk


Perseroan dan pengalihan lebih lanjut saham tersebut dapat
dilakukan tanpa mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham.

(4) Dana yang digunakan untuk membeli kembali saham Reksa Dana
berbentuk Perseroan berasal dari kekayaan Reksa Dana.

Pasal 29

(1) Reksa Dana yang berbentuk Perseroan tidak diwajibkan untuk


membentuk dana cadangan.

(2) Dalam hal Reksa Dana membentuk dana cadangan, besarnya dana
cadangan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

BAB V
PERUSAHAAN EFEK, WAKIL PERUSAHAAN EFEK,
DAN PENASIHAT INVESTASI
Bagian Kesatu
Perizinan Perusahaan Efek
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Pasal 30

(1) Yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan Efek


adalah Perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

(2) Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin usaha sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dapat melakukan kegiatan sebagai
Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer
Investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapepam.

(3) Pihak...

(3) Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi


Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi hanya
untuk Efek yang bersifat utang yang jatuh temponya tidak lebih dari
satu tahun, sertifikat deposito, polis asuransi, Efek yang diterbitkan
atau dijamin Pemerintah Indonesia, atau Efek lain yang ditetapkan
oleh Bapepam tidak diwajibkan untuk memperoleh izin usaha
sebagai Perusahaan Efek.

(4) Persyaratan dan tata cara perizinan Perusahaan Efek diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 31

Perusahaan Efek bertanggung jawab terhadap segala


kegiatan yang berkaitan dengan Efek yang
dilakukan oleh direktur, pegawai, dan Pihak lain
yang bekerja untuk perusahaan tersebut.

Bagian Kedua
Perizinan Wakil Perusahaan Efek
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Pasal 32

(1) Yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil Penjamin Emisi


Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer
Investasi hanya orang perseorangan yang telah memperoleh izin
dari Bapepam.

(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Wakil Perusahaan Efek diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 33…

Pasal 33

(1) Orang perseorangan yang memiliki izin untuk bertindak sebagai


Wakil Penjamin Emisi Efek dapat bertindak sebagai Wakil
Perantara Pedagang Efek.

(2) Orang perseorangan yang memiliki izin untuk bertindak sebagai


Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, atau
Wakil Manajer Investasi dilarang bekerja pada lebih dari satu
Perusahaan Efek.

Bagian Ketiga
Perizinan Penasihat Investasi

Pasal 34

(1) Yang dapat melakukan kegiatan sebagai Penasihat Investasi adalah


Pihak yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Penasihat Investasi diatur lebih
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat
Pedoman Perilaku

Pasal 35
Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi dilarang:

a. menggunakan pengaruh atau mengadakan tekanan yang


bertentangan dengan kepentingan nasabah;

b. mengungkapkan…

b. mengungkapkan nama atau kegiatan nasabah, kecuali diberi


instruksi secara tertulis oleh nasabah atau diwajibkan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. mengemukakan secara tidak benar atau tidak mengemukakan fakta


yang material kepada nasabah mengenai kemampuan usaha atau
keadaan keuangannya;

d. merekomendasikan kepada nasabah untuk membeli atau menjual


Efek tanpa memberitahukan adanya kepentingan Perusahaan Efek
dan Penasihat Investasi dalam Efek tersebut; atau

e. membeli atau memiliki Efek untuk rekening Perusahaan Efek itu


sendiri atau untuk rekening Pihak terafiliasi jika terdapat kelebihan
permintaan beli dalam Penawaran Umum dalam hal Perusahaan
Efek tersebut bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek atau agen
penjualan, kecuali pesanan Pihak yang tidak terafiliasi telah
terpenuhi seluruhnya.

Pasal 36
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi wajib:

a. mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan tujuan investasi


nasabahnya; dan

b. membuat dan menyimpan catatan dengan baik mengenai pesanan,


transaksi, dan kondisi keuangannya.

Pasal 37

Perusahaan Efek yang menerima Efek dari nasabahnya wajib:

a. menyimpan Efek tersebut dalam rekening yang terpisah dari


rekening Perusahaan Efek; dan

b. menyelenggarakan…

b. menyelenggarakan pembukuan secara terpisah untuk setiap nasabah


dan menyediakan tempat penyimpanan yang aman atas harta
nasabahnya sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bapepam.

Pasal 38

Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara


Pedagang Efek dilarang melakukan transaksi atas
Efek yang tercatat pada Bursa Efek untuk Pihak
terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila
nasabah yang tidak terafiliasi dari Perusahaan
Efek tersebut telah memberikan instruksi untuk
membeli dan atau menjual Efek yang bersangkutan
dan Perusahaan Efek tersebut belum melaksanakan
instruksi tersebut.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Pasal 39

Penjamin Emisi Efek wajib mematuhi semua


ketentuan dalam kontrak penjaminan emisi Efek
sebagaimana dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran.

Pasal 40

Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Penjamin


Emisi Efek harus mengungkapkan dalam Prospektus
adanya hubungan Afiliasi atau hubungan lain yang
bersifat material antara Perusahaan Efek dengan
Emiten.

Pasal 41…
...
Pasal 41

Dalam hal Perusahaan Efek bertindak sebagai


Manajer Investasi dan juga sebagai Perantara
Pedagang Efek atau Pihak terafiliasi dari
Perusahaan Efek tersebut bertindak sebagai
Perantara Pedagang Efek untuk Reksa Dana,
Perusahaan Efek atau Pihak terafiliasi dimaksud
dilarang memungut komisi atau biaya dari Reksa
Dana yang lebih tinggi dari komisi atau biaya
yang dipungut oleh Perantara Pedagang Efek yang
tidak terafiliasi.

Pasal 42

Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Manajer


Investasi atau Pihak terafiliasinya dilarang
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

menerima imbalan dalam bentuk apa pun, baik


langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mempengaruhi Manajer Investasi yang bersangkutan
untuk membeli atau menjual Efek untuk Reksa Dana.

BAB VI
LEMBAGA PENUNJANG PASAR MODAL
Bagian Kesatu
Kustodian
Paragraf 1
Persetujuan

Pasal 43

(1) Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Kustodian


adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek,
atau Bank Umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam.

(2) Persyaratan...

(2) Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan bagi Bank Umum
sebagai Kustodian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 2
Efek yang Dititipkan

Pasal 44

(1) Kustodian yang menyelenggarakan kegiatan penitipan bertanggung


jawab untuk menyimpan Efek milik pemegang rekening dan
memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara Kustodian
dan pemegang rekening dimaksud.

(2) Efek yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat secara tersendiri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

(3) Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening Efek Kustodian
bukan merupakan bagian dari harta Kustodian tersebut.

Pasal 45

Kustodian hanya dapat mengeluarkan Efek atau dana


yang tercatat pada rekening Efek atas perintah
tertulis dari pemegang rekening atau Pihak yang
diberi wewenang untuk bertindak atas namanya.

Pasal 46

Kustodian wajib memberikan ganti rugi kepada


pemegang rekening atas setiap kerugian yang
timbul akibat kesalahannya.

Pasal 47…

Pasal 47

(1) Kustodian atau Pihak terafiliasinya dilarang memberikan


keterangan mengenai rekening Efek nasabah kepada Pihak mana
pun, kecuali kepada:

a. Pihak yang ditunjuk secara tertulis oleh pemegang rekening atau


ahli waris pemegang rekening;

b. Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk kepentingan peradilan perkara


pidana;

c. Pengadilan untuk kepentingan peradilan perkara perdata atas


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

permintaan Pihak-Pihak yang berperkara;

d. Pejabat Pajak untuk kepentingan perpajakan;

e. Bapepam, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,


Emiten, Biro Administrasi Efek, atau Kustodian lain dalam
rangka melaksanakan fungsinya masing-masing; atau

f. Pihak yang memberikan jasa kepada Kustodian, termasuk


konsultan, Konsultan Hukum, dan Akuntan.

(2) Setiap Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf f yang memperoleh keterangan mengenai rekening
Efek nasabah dari Kustodian atau afiliasinya dilarang memberikan
keterangan dimaksud kepada Pihak mana pun, kecuali diperlukan
dalam pelaksanaan fungsinya masing-masing.

(3) Permintaan...

(3) Permintaan untuk memperoleh keterangan mengenai rekening Efek


nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d diajukan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa
Agung, Ketua Mahkamah Agung atau pejabat yang ditunjuk, dan
Direktur Jenderal Pajak kepada Bapepam untuk memperoleh
persetujuan dengan menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa,
hakim atau pejabat pajak, nama atau nomor pemegang rekening,
sebab-sebab keterangan diperlukan, dan alasan permintaan
dimaksud.

Bagian Kedua
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Biro Administrasi Efek

Pasal 48

(1) Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Biro


Administrasi Efek adalah Perseroan yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam.

(2) Persyaratan dan tata cara perizinan Biro Administrasi Efek


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 49

(1) Pendaftaran pemilikan Efek dalam buku daftar pemegang Efek


Emiten dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek dapat
dilakukan oleh Biro Administrasi Efek berdasarkan kontrak yang
dibuat oleh Emiten dengan Biro Administrasi Efek dimaksud.

(2) Kontrak...

(2) Kontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib secara jelas
memuat hak dan kewajiban Biro Administrasi Efek dan Emiten,
termasuk kewajiban kepada pemegang Efek.

Bagian Ketiga
Wali Amanat

Pasal 50

(1) Kegiatan usaha sebagai Wali Amanat dapat dilakukan oleh:


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

a. Bank Umum; dan

b. Pihak lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Untuk dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali


Amanat, Bank Umum atau Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam.

(3) Persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 51

(1) Wali Amanat dilarang mempunyai hubungan Afiliasi dengan


Emiten, kecuali hubungan Afiliasi tersebut terjadi karena
kepemilikan atau penyertaan modal Pemerintah.

(2) Wali Amanat mewakili kepentingan pemegang Efek bersifat utang


baik di dalam maupun di luar pengadilan.

(3) Wali Amanat dilarang mempunyai hubungan kredit dengan Emiten


dalam jumlah sesuai dengan ketentuan Bapepam yang dapat
mengakibatkan benturan kepentingan antara Wali Amanat sebagai
kreditur dan wakil pemegang Efek bersifat utang.

(4) Penggunaan...

(4) Penggunaan jasa Wali Amanat ditentukan dalam peraturan


Bapepam.

Pasal 52

Emiten dan Wali Amanat wajib membuat kontrak


perwaliamanatan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapepam.

Pasal 53
Wali Amanat wajib memberikan ganti rugi kepada
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

pemegang Efek bersifat utang atas kerugian karena


kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak
perwaliamanatan.

Pasal 54

Wali Amanat dilarang merangkap sebagai penanggung


dalam emisi Efek bersifat utang yang sama.

BABVII
PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA
DAN PENITIPAN KOLEKTIF
Bagian Kesatu
Penyelesaian Transaksi Bursa

Pasal 55

(1) Penyelesaian Transaksi Bursa dapat dilaksanakan dengan


penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Lembaga...

(2) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menjamin penyelesaian


Transaksi Bursa.

(3) Tata cara dan jaminan penyelesaian Transaksi Bursa sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) didasarkan pada kontrak
antara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

(4) Untuk menjamin penyelesaian Transaksi Bursa sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2), Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat
menetapkan dana jaminan yang wajib dipenuhi oleh pemakai jasa
Lembaga Kliring dan Penjaminan.

(5) Kontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan penetapan dana
jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) mulai berlaku
setelah mendapat persetujuan Bapepam.

Bagian Kedua
Penitipan Kolektif

Pasal 56

(1) Efek dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan


Penyelesaian dicatat dalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas
nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian untuk kepentingan
pemegang rekening pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
yang bersangkutan.

(2) Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian atau


Perusahaan Efek yang dicatat dalam rekening Efek pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian dicatat atas nama Bank Kustodian
atau Perusahaan Efek dimaksud untuk kepentingan pemegang
rekening pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek tersebut.

(3) Apabila...

(3) Apabila Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian


merupakan bagian dari Portofolio Efek dari suatu kontrak investasi
kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka Efek tersebut
dicatat dalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas nama Bank
Kustodian untuk kepentingan pemilik Unit Penyertaan dari kontrak
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

investasi kolektif tersebut.

(4) Emiten wajib menerbitkan sertifikat atau konfirmasi kepada


Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) atau Bank Kustodian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) sebagai tanda bukti pencatatan dalam buku daftar
pemegang Efek Emiten.

(5) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian, atau


Perusahaan Efek wajib menerbitkan konfirmasi kepada pemegang
rekening sebagai tanda bukti pencatatan dalam rekening Efek
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 57

Dalam Penitipan Kolektif, Efek dari jenis dan


klasifikasi yang sama yang diterbitkan oleh
Emiten tertentu dianggap sepadan dan dapat
dipertukarkan antara satu dan yang lain.

Pasal 58

(1) Kustodian wajib mencatat mutasi kepemilikan Efek dalam


Penitipan Kolektif dengan menambah dan mengurangi Efek pada
masing-masing rekening Efek.

(2) Emiten...

(2) Emiten wajib memutasikan Efek dalam Penitipan Kolektif yang


terdaftar atas nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau
Bank Kustodian dalam buku daftar pemegang Efek Emiten menjadi
atas nama Pihak yang ditunjuk oleh Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian atau Bank Kustodian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

(3) Emiten wajib menolak pencatatan Efek ke dalam Penitipan Kolektif


apabila Efek tersebut hilang atau musnah, kecuali Pihak yang
meminta mutasi dimaksud memberikan bukti dan atau jaminan yang
cukup bagi Emiten.

(4) Emiten wajib menolak pencatatan Efek ke dalam Penitipan Kolektif


apabila Efek tersebut dijaminkan, diletakkan dalam sita jaminan
berdasarkan penetapan pengadilan, atau disita untuk kepentingan
pemeriksaan perkara pidana.

Pasal 59

(1) Pemegang rekening sewaktu-waktu berhak menarik dana dan atau


Efek dari rekening efeknya pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.

(2) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dapat menolak penarikan


dana dan atau pemutasian Efek dari rekening Efek sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) jika rekening Efek dimaksud diblokir,
dibekukan, atau dijaminkan.

(3) Pemblokiran rekening Efek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


hanya dapat dilakukan oleh Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian atas perintah tertulis dari Bapepam atau berdasarkan
permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Daerah, Kepala
Kejaksaan Tinggi, atau Ketua Pengadilan Tinggi untuk kepentingan
peradilan dalam perkara perdata atau pidana.

Pasal 60…

Pasal 60

(1) Pemegang rekening yang efeknya tercatat dalam Penitipan Kolektif


berhak mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

(2) Emiten, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian,


atau Perusahaan Efek wajib segera menyerahkan dividen, bunga,
saham bonus, atau hak-hak lain sehubungan dengan pemilikan Efek
dalam Penitipan Kolektif kepada pemegang rekening.

Pasal 61

Efek dalam Penitipan Kolektif, kecuali Efek atas


rekening Reksa Dana, dapat dipinjamkan atau
dijaminkan.

Pasal 62
Anggaran dasar Emiten wajib memuat ketentuan
mengenai Penitipan Kolektif.

Pasal 63

Ketentuan mengenai Penitipan Kolektif diatur


lebih lanjut oleh Bapepam.

BABVIII
PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL
Bagian Kesatu
Pendaftaran
Pasal 64

(1) Profesi Penunjang Pasar Modal terdiri dari:

a. Akuntan;...

a. Akuntan;

b. Konsultan Hukum;
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 36 -

c. Penilai;

d. Notaris; dan

e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Untuk dapat melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal, Profesi


Penunjang Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam.

(3) Persyaratan dan tata cara pendaftaran Profesi Penunjang Pasar


Modal ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 65

(1) Pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal di Bapepam menjadi


batal apabila izin profesi yang bersangkutan dicabut oleh instansi
yang berwenang.

(2) Jasa dari Profesi Penunjang Pasar Modal di bidang Pasar Modal
yang telah diberikan sebelumnya tidak menjadi batal karena
batalnya pendaftaran profesi, kecuali apabila jasa yang diberikan
tersebut merupakan sebab dibatalkannya pendaftaran atau
dicabutnya izin profesi yang bersangkutan.

(3) Dalam hal pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dibatalkan,


Bapepam dapat melakukan pemeriksaan atau penilaian atas jasa lain
berkaitan dengan Pasar Modal yang telah diberikan sebelumnya
oleh Profesi Penunjang Pasar Modal dimaksud untuk menentukan
berlaku atau tidak berlakunya jasa tersebut.

(4) Dalam...

(4) Dalam hal Bapepam memutuskan bahwa jasa yang diberikan oleh
Profesi Penunjang Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) tidak berlaku, Bapepam dapat mewajibkan perusahaan yang
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 37 -

menggunakan jasa Profesi Penunjang Pasar Modal tersebut untuk


menunjuk Profesi Penunjang Pasar Modal lain untuk melakukan
pemeriksaan dan penilaian atas perusahaan dimaksud.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasal 66

Setiap Profesi Penunjang Pasar Modal wajib


menaati kode etik dan standar profesi yang
ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang
ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

Pasal 67

Dalam melakukan kegiatan usaha di bidang Pasar


Modal, Profesi Penunjang Pasar Modal wajib
memberikan pendapat atau penilaian yang
independen.

Pasal 68

Akuntan yang terdaftar pada Bapepam yang memeriksa laporan keuangan


Emiten, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, dan Pihak lain yang melakukan kegiatan
di bidang Pasar Modal wajib menyampaikan pemberitahuan yang
sifatnya rahasia kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam waktu 3
(tiga) hari kerja sejak ditemukan adanya hal-hal sebagai berikut:

a. pelanggaran…

a. pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 38 -

Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya; atau

b. hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga


dimaksud atau kepentingan para nasabahnya.

Bagian Ketiga
Standar Akuntansi

Pasal 69

(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib


disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

(2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.

BABIX
EMITEN DAN PERUSAHAAN PUBLIK
Bagian Kesatu
Pernyataan Pendaftaran

Pasal 70

(1) Yang dapat melakukan Penawaran Umum hanyalah Emiten yang


telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam
untuk menawarkan atau menjual Efek kepada masyarakat dan
Pernyataan Pendaftaran tersebut telah efektif.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi
Pihak yang melakukan:

a. penawaran...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 39 -

a. penawaran Efek yang bersifat utang yang jatuh temponya tidak


lebih dari satu tahun;

b. penerbitan sertifikat deposito;

c. penerbitan polis asuransi;

d. penawaran Efek yang diterbitkan dan dijamin Pemerintah


Indonesia; atau

e. penawaran Efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam.

Pasal 71

Tidak satu Pihak pun dapat menjual Efek dalam


Penawaran Umum, kecuali pembeli atau pemesan
menyatakan dalam formulir pemesanan Efek bahwa
pembeli atau pemesan telah menerima atau
memperoleh kesempatan untuk membaca Prospektus
berkenaan dengan Efek yang bersangkutan sebelum
atau pada saat pemesanan dilakukan.

Pasal 72

(1) Penjamin Pelaksana Emisi Efek ditunjuk oleh Emiten.

(2) Dalam hal Penjamin Pelaksana Emisi Efek lebih dari satu, Penjamin
Pelaksana Emisi Efek bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, atas penyelenggaraan Penawaran Umum.

(3) Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Emiten bertanggung jawab atas
kebenaran dan kelengkapan Pernyataan Pendaftaran yang
disampaikan kepada Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

Pasal 73…

Pasal 73

Setiap Perusahaan Publik wajib menyampaikan


Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam.

Bagian Kedua
Tata Cara Penyampaian Pernyataan Pendaftaran

Pasal 74

(1) Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif pada hari ke-45 (keempat


puluh lima) sejak diterimanya Pernyataan Pendaftaran secara
lengkap atau pada tanggal yang lebih awal jika dinyatakan efektif
oleh Bapepam.

(2) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),


Bapepam dapat meminta perubahan dan atau tambahan informasi
dari Emiten atau Perusahaan Publik.

(3) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menyampaikan


perubahan atau tambahan informasi, Pernyataan Pendaftaran
tersebut dianggap telah disampaikan kembali pada tanggal
diterimanya perubahan atau tambahan informasi tersebut.

(4) Pernyataan Pendaftaran tidak dapat menjadi efektif sampai saat


informasi tambahan atau perubahan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diterima dan telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 41 -

Pasal 75…

Pasal 75

(1) Bapepam wajib memperhatikan kelengkapan, kecukupan,


objektivitas, kemudahan untuk dimengerti, dan kejelasan dokumen
Pernyataan Pendaftaran untuk memastikan bahwa Pernyataan
Pendaftaran memenuhi Prinsip Keterbukaan.

(2) Bapepam tidak memberikan penilaian atas keunggulan dan


kelemahan suatu Efek.

Pasal 76

Jika dalam Pernyataan Pendaftaran dinyatakan


bahwa Efek akan dicatatkan pada Bursa Efek dan
ternyata persyaratan pencatatan tidak dipenuhi,
penawaran atas Efek batal demi hukum dan
pembayaran pesanan Efek dimaksud wajib
dikembalikan kepada pemesan.

Pasal 77

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara


penyampaian Pernyataan Pendaftaran diatur lebih
lanjut oleh Bapepam.

Bagian Ketiga
Prospektus dan Pengumuman

Pasal 78

(1) Setiap Prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar


tentang Fakta Material atau tidak memuat keterangan yang benar
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 42 -

tentang Fakta Material yang diperlukan agar Prospektus tidak


memberikan gambaran yang menyesatkan.

(2) Setiap...

(2) Setiap Pihak dilarang menyatakan, baik langsung maupun tidak


langsung, bahwa Bapepam telah menyetujui, mengizinkan, atau
mengesahkan suatu Efek, atau telah melakukan penelitian atas
berbagai segi keunggulan atau kelemahan dari suatu Efek.

(3) Ketentuan mengenai Prospektus diatur lebih lanjut oleh Bapepam.

Pasal 79

(1) Setiap pengumuman dalam media massa yang berhubungan dengan


suatu Penawaran Umum dilarang memuat keterangan yang tidak
benar tentang Fakta Material dan atau tidak memuat pernyataan
tentang Fakta Material yang diperlukan agar keterangan yang
dimuat di dalam pengumuman tersebut tidak memberikan gambaran
yang menyesatkan.

(2) Hal-hal yang diumumkan dan isi serta persyaratan pengumuman


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 43 -

Bagian…
Bagian Keempat
Tanggung Jawab atas Informasi
yang Tidak Benar atau Menyesatkan

Pasal 80

(1) Jika Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum


memuat informasi yang tidak benar tentang Fakta Material atau
tidak memuat informasi tentang Fakta Material sesuai dengan
ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
sehingga informasi dimaksud menyesatkan, maka setiap Pihak yang
menandatangani Pernyataan Pendaftaran direktur dan komisaris
Emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif
Penjamin Pelaksana Emisi Efek; dan Profesi Penunjang Pasar
Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan
dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran
wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, atas kerugian yang timbul akibat perbuatan
dimaksud.

(2) Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d hanya


bertanggung jawab atas pendapat atau keterangan yang
diberikannya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku


dalam hal Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan
huruf d dapat membuktikan bahwa Pihak yang bersangkutan telah
bertindak secara profesional dan telah mengambil langkah-langkah
yang cukup untuk memastikan bahwa:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 44 -

a. pernyataan atau keterangan yang dimuat dalam Pernyataan


Pendaftaran adalah benar; dan

b. tidak...

b. tidak ada Fakta Material yang diketahuinya yang tidak dimuat


dalam Pernyataan Pendaftaran yang diperlukan agar Pernyataan
Pendaftaran tersebut tidak menyesatkan.

(4) Tuntutan ganti rugi dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diajukan dalam jangka waktu
5 (lima) tahun sejak Pernyataan Pendaftaran efektif.

Pasal 81

(1) Setiap Pihak yang menawarkan atau menjual Efek dengan


menggunakan Prospektus atau dengan cara lain, baik tertulis
maupun lisan, yang memuat informasi yang tidak benar tentang
Fakta Material atau tidak memuat informasi tentang Fakta Material
dan Pihak tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui
mengenai hal tersebut wajib bertanggung jawab atas kerugian yang
timbul akibat perbuatan dimaksud.

(2) Pembeli Efek yang telah mengetahui bahwa informasi tersebut tidak
benar dan menyesatkan sebelum melaksanakan pembelian Efek
tersebut tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap
kerugian yang timbul dari transaksi Efek dimaksud.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 45 -

Bagian…
Bagian Kelima
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Benturan Kepentingan,
Penawaran Tender, Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan

Pasal 82

(1) Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk


memberikan hak memesan Efek terlebih dahulu kepada setiap
pemegang saham secara proporsional apabila Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut menerbitkan saham atau Efek yang
dapat ditukar dengan saham Emiten atau Perusahaan Publik
tersebut.

(2) Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk


memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen
apabila Emiten atau Perusahaan Publik tersebut melakukan
transaksi di mana kepentingan ekonomis Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut berbenturan dengan kepentingan ekonomis pribadi
direktur, komisaris, atau pemegang saham utama Emiten atau
Perusahaan Publik dimaksud.

(3) Persyaratan dan tata cara penerbitan hak memesan Efek terlebih
dahulu dan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut oleh Bapepam.

Pasal 83

Setiap Pihak yang melakukan penawaran tender


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 46 -

untuk membeli Efek Emiten atau Perusahaan Publik


wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan,
kewajaran, dan pelaporan yang ditetapkan oleh
Bapepam.

Pasal 84…

Pasal 84

Emiten atau Perusahaan Publik yang melakukan


penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan
perusahaan lain wajib mengikuti ketentuan
mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan
yang ditetapkan oleh Bapepam dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku.

BABX
PELAPORAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI

Pasal 85

Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,


Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro
Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat,
dan Pihak lainnya yang telah memperoleh izin,
persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam wajib
menyampaikan laporan kepada Bapepam.

Pasal 86

(1) Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau


Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan secara berkala
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 47 -

kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada


masyarakat; dan menyampaikan laporan kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang
dapat mempengaruhi harga Efek selambat-lambatnya pada akhir
hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.

(2) Emiten...

(2) Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya


telah menjadi efektif dapat dikecualikan dari kewajiban untuk
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

Pasal 87

(1) Direktur atau komisaris Emiten atau Perusahaan Publik wajib


melaporkan kepada Bapepam atas kepemilikan dan setiap
perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan tersebut.

(2) Setiap Pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% (lima


perseratus) saham Emiten atau Perusahaan Publik wajib melaporkan
kepada Bapepam atas kepemilikan dan setiap perubahan
kepemilikannya atas saham perusahaan tersebut.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib
disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya
kepemilikan atau perubahan kepemilikan atas saham Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.

Pasal 88
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 48 -

Ketentuan dan tata cara penyampaian laporan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, Pasal 86,
dan Pasal 87 diatur lebih lanjut oleh Bapepam.

Pasal 89

(1) Informasi yang wajib disampaikan oleh setiap Pihak kepada


Bapepam berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya tersedia untuk umum.

(2) Pengecualian...

(2) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


hanya dapat dilakukan oleh Bapepam.

BABXI
PENIPUAN, MANIPULASI PASAR, DAN
PERDAGANGAN ORANG DALAM
Pasal 90

Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung


atau tidak langsung:

a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana


dan atau cara apa pun;

b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau


tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang
dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat
pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau
dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 49 -

Pasal 91

Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik


langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan
untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga Efek di Bursa Efek.

Pasal 92…

Pasal 92

Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun


bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang
melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik
langsung maupun tidak langsung, sehingga
menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik,
atau turun dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli, menjual, atau menahan Efek.

Pasal 93

Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila
pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:

a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui


bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak
benar atau menyesatkan; atau

b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam


menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 50 -

tersebut.

Pasal 94

Bapepam dapat menetapkan tindakan tertentu yang


dapat dilakukan oleh Perusahaan Efek yang bukan
merupakan tindakan yang dilarang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 91 dan Pasal 92.

Pasal 95…

Pasal 95

Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai


informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas
Efek:

a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau

b. perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau


Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Pasal 96

Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang:

a. mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau


penjualan atas Efek dimaksud; atau

b. memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk
melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 51 -

Pasal 97

(1) Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang


dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95 dan Pasal 96.

(2) Setiap...

(2) Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang


dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak
dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96, sepanjang informasi
tersebut disediakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik tanpa
pembatasan.

Pasal 98
Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten
atau Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut, kecuali apabila:

a. transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri,


tetapi atas perintah nasabahnya; dan

b. Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada


nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.

Pasal 99
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 52 -

Bapepam dapat menetapkan transaksi Efek yang


tidak termasuk transaksi Efek yang dilarang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

BABXII
PEMERIKSAAN

Pasal 100

(1) Bapepam dapat mengadakan pemeriksaan terhadap setiap Pihak


yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

(2) Dalam...

(2) Dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),


Bapepam mempunyai wewenang untuk:

a. meminta keterangan dan atau konfirmasi dari Pihak yang diduga


melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya atau
Pihak lain apabila dianggap perlu;

b. mewajibkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam


pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan
tertentu;

c. memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan,


pembukuan, dan atau dokumen lain, baik milik Pihak yang
diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya maupun
milik Pihak lain apabila dianggap perlu; dan atau

d. menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga


melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 53 -

Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk


melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka
penyelesaian kerugian yang timbul.

(3) Pengaturan mengenai tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(4) Setiap pegawai Bapepam yang diberi tugas atau Pihak lain yang
ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan pemeriksaan dilarang
memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi
yang diperoleh berdasarkan Undang-undang ini kepada Pihak mana
pun, selain dalam rangka upaya mencapai tujuan Bapepam atau jika
diharuskan oleh Undang-undang lainnya.

BABXIII…

BABXIII
PENYIDIKAN

Pasal 101

(1) Dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap


Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau
membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat, Bapepam
menetapkan dimulainya tindakan penyidikan.

(2) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Bapepam


diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang Pasar Modal berdasarkan
ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berwenang :

a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -

seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal;

b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan


berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;

c. melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan


atau terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;

d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang


bukti dari setiap Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai
saksi dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;

e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen


lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;

f. melakukan...

f. melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga


terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang
dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di
bidang Pasar Modal;

g. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari


Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana
di bidang Pasar Modal;

h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas


penyidikan tindak pidana di bidang Pasar Modal; dan

i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

(4) Dalam rangka pelaksanaan penyidikan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1), Bapepam mengajukan permohonan izin kepada
Menteri untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan
keuangan tersangka pada bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perbankan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 55 -

(5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memberitahukan


dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

(6) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat meminta bantuan aparat
penegak hukum lain.

(7) Setiap pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan


Bapepam yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan dilarang
memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi
yang diperoleh berdasarkan Undang-undang ini kepada Pihak mana
pun, selain dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan Bapepam
atau jika diharuskan oleh Undang-undang lainnya.

BAB XIV…

BABXIV
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 102

(1) Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran


Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang
dilakukan oleh setiap Pihak yang memperoleh izin, persetujuan,
atau pendaftaran dari Bapepam.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat


berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 56 -

e. pencabutan izin usaha;

f. pembatalan persetujuan; dan

g. pembatalan pendaftaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

BABXV…

BABXV
KETENTUAN PIDANA

Pasal 103

(1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin,
persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal 50,
dan Pasal 64 diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

(2) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memperoleh izin


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 diancam dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 57 -

Pasal 104

Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92,
Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1),
dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

Pasal 105

Manajer Investasi dan atau Pihak terafiliasinya


yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 diancam dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 106…
Pasal 106

(1) Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

(2) Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 diancam dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 107

Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu


atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 58 -

Bapepam, menghilangkan, memusnahkan,


menghapuskan, mengubah, mengaburkan,
menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari
Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau
pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik
diancam dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 108

Ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan


denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103, Pasal
104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107 berlaku
pula bagi Pihak yang, baik langsung maupun tidak
langsung, mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan
pelanggaran Pasal-Pasal dimaksud.

Pasal 109…

Pasal 109

Setiap Pihak yang tidak mematuhi atau menghambat


pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 100 diancam dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 110

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2),
Pasal 105, dan Pasal 109 adalah pelanggaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 59 -

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1),
Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.

BABXVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 111

Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai


akibat dari pelanggaran atas Undang-undang ini
dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut
ganti rugi, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki
tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau
Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas
pelanggaran tersebut.

Pasal 112…

Pasal 112

Bapepam dan Bank Indonesia wajib mengadakan


konsultasi dan atau koordinasi sesuai dengan
fungsi masing-masing dalam mengawasi kegiatan
Kustodian dan Wali Amanat serta kegiatan lain
yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dilakukan oleh Bank Umum
di Pasar Modal.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 60 -

BABXVII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 113

Setiap perusahaan yang telah memenuhi kriteria


sebagai Perusahaan Publik sebagaimana diatur
dalam Undang-undang ini dan belum menyampaikan
Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam sampai
dengan tanggal diundangkannya Undang-undang ini
wajib memenuhi ketentuan dalam Undang-undang ini
selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah
Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 114

Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka:

a. semua peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan


sebelum berlakunya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini atau
belum diatur yang baru berdasarkan Undang-undang ini;

b. semua izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, dan


pendaftaran yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya
Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku;

c. Pernyataan…

c. Pernyataan Pendaftaran dan permohonan izin usaha, persetujuan,


dan pendaftaran yang telah diajukan sebelum berlakunya
Undang-undang ini diselesaikan berdasarkan ketentuan yang
berlaku sebelum berlakunya Undang-undang ini; dan

d. kegiatan kliring, penyelesaian transaksi Efek, dan penyimpanan


Efek yang selama ini dilaksanakan oleh satu perusahaan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 61 -

berdasarkan izin usaha sebagai Lembaga Kliring Penyimpanan dan


Penyelesaian tetap dapat dilaksanakan untuk jangka waktu
sebagaimana ditetapkan oleh Bapepam.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 115

Dengan berlakunya Undang-undang ini,


Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang
penetapan Undang-undang Darurat tentang Bursa
(Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor
67) dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 116

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1


Januari 1996.

Agar…

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 62 -

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 10 Nopember 1995
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Nopember 1995
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1995 NOMOR 64


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1995
TENTANG
PASAR MODAL

UMUM

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus


meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata,
serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan
demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pencerminan
kehendak ini antara lain dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara yang
menegaskan bahwa "Sasaran umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua adalah
terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri
dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara yang berdasarkan Pancasila, dalam suasana kehidupan bangsa
Indonesia yang serba berkeseimbangan dan selaras dalam hubungan antara sesama
manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam dan lingkungannya, manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa". Sedangkan di bidang ekonomi sasaran Pembangunan
Jangka Panjang Kedua, antara lain, adalah terciptanya perekonomian yang mandiri dan
andal, dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang makin merata, pertumbuhan yang
cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang, antara
lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan, dan mengendalikan berbagai
kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.

Salah satu tatanan hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi
adalah ketentuan di bidang Pasar Modal yang pada saat ini masih didasarkan pada
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang penetapan "Undang-undang Darurat
tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai Undang-undang
(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Dengan lahirnya Undang-undang tentang
Pasar Modal diharapkan Pasar Modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pembangunan sehingga sasaran pembangunan di bidang ekonomi dapat tercapai.

Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka


meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal
mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha,
termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain
Pasar Modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil
dan menengah.

Ketentuan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Ketentuan yang mengatur tentang kegiatan Pasar Modal yaitu Undang-undang Nomor 15
Tahun 1952 tentang penetapan "Undang-undang Darurat tentang Bursa (Lembaran
Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952
Nomor 67) tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada
pada saat ini oleh karena ketentuan yang ada dalam Undang-undang tersebut tidak
mengatur hal-hal yang sangat penting dalam kegiatan Pasar Modal, yaitu kewajiban
Pihak-Pihak dalam suatu Penawaran Umum untuk memenuhi Prinsip Keterbukaan, serta
terutama ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perlindungan kepada masyarakat
umum. Selain itu, dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang ekonomi, ditambah
lagi dengan globalisasi ekonomi, maka sudah saatnya apabila ketentuan-ketentuan tentang
kegiatan Pasar Modal diatur dalam suatu Undang-undang yang baru, dengan tetap
mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Di dalam Undang-undang ini diatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang
melakukan Penawaran Umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai
Perusahaan Publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya, baik dari
segi keuangan, manajemen, produksi maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan
usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi
masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Oleh karena itu,
dalam Undang-undang ini diatur mengenai adanya ketentuan yang mewajibkan Pihak
yang melakukan Penawaran Umum dan memperdagangkan efeknya di pasar sekunder
untuk memenuhi Prinsip Keterbukaan. Kegagalan atas kewajiban tersebut mengakibatkan
Pihak yang melakukan atau yang terkait dengan Penawaran Umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita masyarakat dan dapat dituntut secara pidana apabila ternyata
terkandung unsur penipuan. Dalam kaitannya dengan itu, di dalam Undang-undang ini
diatur pula kewajiban-kewajiban yang melingkupi Pihak-Pihak yang berkaitan dengan
Penawaran Umum seperti Penjamin Emisi Efek, Akuntan, Konsultan Hukum, Notaris,
Penilai, dan profesi lainnya, untuk mematuhi kewajiban-kewajiban yang harus mereka
penuhi, disertai dengan ancaman berupa sanksi ganti rugi dan atau ancaman pidana atas
kegagalan mematuhi kewajiban yang ada berdasarkan Undang-undang ini.

Di dalam Undang-undang ini juga diatur tentang adanya sistem perdagangan di pasar
sekunder agar Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian dapat menjalankan fungsi masing-masing agar
perdagangan dapat dilakukan secara teratur, wajar, dan efisien.

Selanjutnya, agar kegiatan di Pasar Modal dapat berjalan dan dilaksanakan secara teratur
dan wajar, serta agar masyarakat pemodal dapat terlindungi dari praktik yang merugikan
dan tidak sejalan dengan ketentuan yang ada dalam Undang-undang ini, maka Badan
Pengawas Pasar Modal diberi kewenangan untuk melaksanakan dan menegakkan
ketentuan yang ada dalam Undang-undang ini. Kewenangan tersebut antara lain
kewenangan untuk melakukan penyidikan, yang pelaksanaannya didasarkan pada Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

PASAL…
PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Angka 1
Huruf a
Yang dimaksud dalam huruf ini dengan:
1) hubungan keluarga karena perkawinan adalah hubungan seseorang
dengan:
a) suami atau istri;
b) orang tua dari suami atau istri dan suami atau istri dari anak
(derajat I vertikal);
c) kakek dan nenek dari suami atau istri dan suami atau istri dari
cucu (derajat II vertikal);
d) saudara dari suami atau istri beserta suami atau istrinya dari
saudara yang bersangkutan (derajat II horizontal); dan
e) suami atau istri dari saudara orang yang bersangkutan (derajat
II horizontal).

2) hubungan keluarga karena keturunan adalah hubungan seseorang


dengan:
a) orang tua dan anak (derajat I vertikal);
b) kakek dan nenek serta cucu (derajat II vertikal); dan
c) saudara dari orang yang bersangkutan (derajat II horizontal).

Huruf b
Yang dimaksud dengan "pegawai dalam huruf ini adalah seseorang yang
bekerja pada Pihak lain, di mana Pihak lain tersebut mempunyai
kewenangan untuk mengendalikan dan mengarahkan orang dimaksud
untuk melakukan pekerjaan dengan memperoleh upah atau gaji secara
berkala.

Huruf c
Sebagai contoh, hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat 1
(satu) atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama adalah
sebagai berikut:

Tuan A menduduki jabatan rangkap sebagai Direktur PT X dan PT Y,


Komisaris PT X dan PT Y, atau Direktur PT X dan Komisaris PT Y.

Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengendalian dalam huruf ini adalah
kemampuan untuk menentukan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan cara apa pun pengelolaan dan atau kebijaksanaan perusahaan.

Sebagai contoh hubungan perusahaan dengan Pihak yang langsung


mengendalikan perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Tuan A…
Tuan A mengendalikan PT X.

Sebagai contoh, hubungan perusahaan dengan Pihak yang tidak langsung


mengendalikan perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tuan A mengendalikan PT X dan PT X mengendalikan PT Y. Dengan


demikian, Tuan A mengendalikan secara tidak langsung PT Y.
Sebagai contoh, hubungan antara perusahaan dan Pihak yang
dikendalikan secara langsung oleh perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut:

PT Y dikendalikan oleh PT X.

Sebagai contoh, hubungan antara perusahaan dan Pihak yang


dikendalikan secara tidak langsung oleh perusahaan tersebut adalah
sebagai berikut:

PT Z dikendalikan oleh PT Y dan PT Y dikendalikan oleh PT X.


Dengan demikian, PT Z dikendalikan secara tidak langsung oleh PT X.

Huruf e
Sebagai contoh, hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan
secara langsung oleh Pihak yang sama adalah sebagai berikut:

PT X dan PT Y dikendalikan oleh Tuan A.

Sebagai contoh, hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan


secara tidak langsung oleh Pihak yang sama adalah sebagai berikut:

PT X 1 dikendalikan oleh PT X 2 dan PT Y 1 dikendalikan oleh PT Y 2,


selanjutnya PT X 2 dan PT Y 2 dikendalikan oleh Tuan A. Dengan
demikian, PT X 1 dan PT Y 1 dikendalikan secara tidak langsung oleh
Tuan A.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "pemegang saham utama" dalam huruf ini adalah
Pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki
sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) hak suara dari seluruh
saham yang mempunyai hak suara yang dikeluarkan oleh suatu Perseroan
atau jumlah yang lebih kecil dari itu sebagaimana ditetapkan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal.

Sebagai contoh, hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama


adalah sebagai berikut:

Tuan A memiliki 20% (dua puluh perseratus) hak suara dari seluruh
saham yang mempunyai hak suara yang dikeluarkan oleh PT X.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Angka 2…
Angka 2
Cukup jelas

Angka 3
Cukup jelas

Angka 4
Pengertian ini mencakup pula sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli Efek, meskipun sistem dan atau sarana tersebut tidak
mencakup sistem dan atau sarana untuk memperdagangkan Efek.

Angka 5
Yang dimaksud dengan derivatif dari Efek dalam angka ini adalah turunan dari
Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi
dan waran.

Yang dimaksud dengan opsi dalam penjelasan angka ini adalah hak yang
dimiliki oleh Pihak untuk membeli atau menjual kepada Pihak lain atas
sejumlah Efek pada harga dan dalam waktu tertentu.

Yang dimaksud dengan waran dalam penjelasan angka ini adalah Efek yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek
untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah 6
(enam) bulan atau lebih sejak Efek dimaksud diterbitkan.

Angka 6
Cukup jelas

Angka 7
Sebagai contoh, Informasi atau Fakta Material, adalah antara lain informasi
mengenai:
a. penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition),
peleburanusaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan;
b. pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock dividend);
c. pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya;
d. perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. produk atau penemuan baru yang berarti;
f. perubahan tahun buku perusahaan; dan
g. perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen;
sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga Efek dan atau
keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Angka 8…

Angka 8
Penitipan Efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini termasuk pula
Penitipan Kolektif.

Yang dimaksud dengan "pemegang rekening" dalam angka ini adalah Pihak
yang namanya tercatat pada rekening Efek berdasarkan kontrak yang dibuat
dengan Kustodian. Pemegang rekening dapat merupakan pemilik atau wakil
pemilik Efek yang tercatat dalam rekening Efek.

Sebagai contoh, pemilik Efek menitipkan Efek dalam rekening Efek atas
namanya pada Perusahaan Efek. Kemudian, Perusahaan Efek ini menitipkan
Efek tersebut dalam rekening Efek atas nama Perusahaan Efek dimaksud pada
Bank Kustodian. Selanjutnya, Bank Kustodian menitipkan Efek tersebut dalam
rekening Efek atas nama Bank Kustodian dimaksud pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian. Dalam hal ini, Bank Kustodian tercatat
sebagai pemegang rekening pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
selaku wakil substitusi Perusahaan Efek yang dalam hal ini mewakili pemilik
Efek.

Yang dimaksud dengan "rekening Efek" dalam penjelasan angka ini adalah
catatan yang menunjukkan posisi Efek dan dana nasabah pada Kustodian.

Angka 9
Yang dimaksud dengan "kliring Transaksi Bursa" dalam angka ini adalah
proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa.

Yang dimaksud dengan "penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa" dalam


angka ini adalah pemberian kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban bagi
Anggota Bursa Efek yang timbul dari Transaksi Bursa.

Angka 10
Cukup jelas

Angka 11
Cukup jelas

Angka 12
Cukup jelas

Angka 13
Cukup jelas

Angka 14
Pemberian nasihat kepada Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam angka ini
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

mencakup pemberian nasihat yang dilakukan secara lisan atau tertulis,


termasuk melalui penerbitan dalam media massa.

Angka 15…
Angka 15
Penawaran Umum dalam angka ini meliputi penawaran Efek oleh Emiten yang
dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia atau kepada warga negara
Indonesia dengan menggunakan media massa atau ditawarkan kepada lebih
dari 100 (seratus) Pihak atau telah dijual kepada lebih dari 50 (lima puluh)
Pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu.

Penawaran Efek di wilayah Republik Indonesia meliputi penawaran Efek yang


dilakukan oleh Emiten dalam negeri atau asing, baik kepada pemodal
Indonesia maupun asing, yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia
melalui pemenuhan Prinsip Keterbukaan.

Ketentuan Penawaran Umum berlaku juga bagi Emiten dalam negeri yang
melakukan Penawaran Umum di luar negeri kepada warga negara Indonesia.
Hal ini diperlukan dalam rangka melindungi warga negara Indonesia yang
melakukan investasi dalam Efek yang ditawarkan oleh Pihak tersebut di luar
wilayah Republik Indonesia.

Penawaran Efek kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak tersebut tidak dikaitkan
dengan apakah penawaran tersebut diikuti dengan pembelian Efek atau tidak.
Sedangkan penjualan Efek kepada lebih dari 50 (lima puluh) Pihak tersebut
lebih ditekankan kepada realisasi penjualan Efek dimaksud tanpa
memperhatikan apakah penjualan tersebut dilakukan melalui penawaran atau
tidak.

Yang dimaksud dengan "media massa dalam penjelasan angka ini adalah surat
kabar, majalah, film, televisi, radio, dan media elektronik lainnya, serta surat,
brosur dan barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih dari 100 (seratus)
Pihak.

Jumlah 100 (seratus) Pihak dalam penawaran Efek dan 50 (lima puluh) Pihak
dalam penjualan Efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini dapat berubah
sesuai dengan perkembangan Pasar Modal. Perubahan tersebut ditetapkan
lebih lanjut oleh Bapepam.

Angka 16
Yang dimaksud dengan "Efek yang dimiliki bersama dalam angka ini adalah
Efek yang dimiliki oleh lebih dari satu Pihak dan tercatat atas nama Kustodian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Sebagai…
Sebagai contoh, Efek dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian yang terdaftar dalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas
nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tetap diakui oleh Emiten
bahwa Efek tersebut dimiliki bersama oleh lebih dari satu Pihak yang diwakili
oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Efek dalam Penitipan Kolektif
pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat dalam rekening Efek
pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tetap diakui oleh Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian bahwa Efek tersebut dimiliki bersama oleh
lebih dari satu Pihak yang diwakili oleh Bank Kustodian atau Perusahaan Efek
tersebut.

Angka 17
Cukup jelas

Angka 18
Cukup jelas

Angka 19
Cukup jelas
Angka 20
Cukup jelas

Angka 21
Cukup jelas

Angka 22
Cukup jelas

Angka 23
Cukup jelas

Angka 24
Cukup jelas

Angka 25
Cukup jelas

Angka 26
Cukup jelas

Angka 27
Cukup jelas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Angka 28…
Angka 28
Pinjam-meminjam Efek dapat terjadi dalam hal Anggota Bursa Efek tidak
memiliki Efek yang mencukupi untuk menyelesaikan kewajibannya yang
timbul akibat jual beli Efek yang dilakukannya di Bursa Efek.

Kontrak lain mengenai harga Efek mencakup, antara lain opsi terhadap indeks
harga saham.

Angka 29
Cukup jelas

Angka 30
Cukup jelas

Pasal 2
Kebijaksanaan umum adalah kebijaksanaan di bidang Pasar Modal yang secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kebijaksanaan fiskal, moneter, dan
kebijaksanaan ekonomi makro pada umumnya.

Pasal 3

Ayat (1)
Mengingat Pasar Modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan
sebagai wahana investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang
strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, kegiatan Pasar
Modal perlu mendapatkan pengawasan agar dapat dilaksanakan secara teratur,
wajar, dan efisien. Untuk itu, secara operasional Bapepam diberi kewenangan
dan kewajiban untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap Pihak yang
melakukan kegiatan di Pasar Modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan
dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk
aturan, pedoman, pembimbingan dan pengarahan maupun secara represif
dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 4
Cukup jelas

Pasal 5
Huruf a
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Angka 1)
Cukup jelas

Angka 2)
Cukup jelas

Angka 3)…
Angka 3)
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Calon anggota direksi atau komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam.

Persyaratan tersebut meliputi, antara lain:


1. orang perseorangan warga negara Indonesia dan cakap melakukan
perbuatan hukum;
2. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direktur atau komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit;
3. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana;
4. tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang Pasar Modal pada
khususnya dan di bidang keuangan pada umumnya;
5. memiliki akhlak dan moral yang baik;
6. memiliki keahlian di bidang Pasar Modal; dan
7. tidak pernah melakukan pelanggaran yang material atas ketentuan
peraturan perundang-undangan Pasar Modal.

Tata cara pencalonan anggota direksi atau komisaris Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah
sebagai berikut:

1. calon anggota direksi atau komisaris diajukan kepada Bapepam untuk


diteliti sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bapepam;
2. apabila calon anggota direksi atau komisaris dimaksud telah memenuhi
persyaratan, Bapepam wajib memberikan persetujuannya. Apabila
berdasarkan hasil penelitian Bapepam, calon dimaksud tidak memenuhi
persyaratan, Bapepam menolak pencalonan tersebut; dan
3. calon anggota direksi atau komisaris yang telah disetujui Bapepam
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

Bapepam dapat memberhentikan untuk sementara waktu anggota direksi atau


komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian apabila anggota direksi atau komisaris
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

tersebut, antara lain:


1. kehilangan kewarganegaraan Indonesia atau tidak cakap melakukan
perbuatan hukum;
2. dinyatakan pailit;
3. dihukum karena melakukan tindak pidana;
4. melakukan perbuatan tercela di bidang Pasar Modal pada khususnya dan
di bidang keuangan pada umumnya;

5. Tidak…
5. Tidak memiliki akhlak dan moral yang baik; atau
6. melakukan pelanggaran yang cukup material atas ketentuan peraturan
perundang-undangan Pasar Modal.

Dalam hal Bapepam memberhentikan sementara seluruh anggota direksi,


Bapepam dapat menunjuk Pihak yang berasal, baik dari dalam maupun luar
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian sebagai manajemen sementara. Selanjutnya, Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian wajib menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk
mengangkat anggota direksi atau komisaris yang baru.

Huruf d
Pernyataan efektif dalam hal ini menunjukkan lengkap atau dipenuhinya
seluruh prosedur dan persyaratan atas Pernyataan Pendaftaran yang diwajibkan
dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya. Pernyataan
efektif tersebut bukan merupakan izin untuk melakukan Penawaran Umum
dan juga bukan berarti bahwa Bapepam menyatakan informasi yang
diungkapkan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut adalah benar atau cukup.

Emiten atau Perusahaan Publik yang mengajukan Pernyataan Pendaftaran


bertanggung jawab bahwa seluruh informasi dan pernyataan yang dibuat
adalah benar dan tidak menyesatkan. Bapepam tidak menjamin kebenaran dan
kelengkapan informasi yang disampaikan dalam Pernyataan Pendaftaran.
Sesuai dengan kewenangan yang ada pada huruf ini, Bapepam dapat menunda
efektifnya Pernyataan Pendaftaran dalam hal tata cara dan atau persyaratan
Pernyataan Pendaftaran belum dipenuhi. Di samping itu, Bapepam dapat
membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran dalam hal diperoleh informasi
baru yang menunjukkan adanya pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya.

Huruf e
Cukup jelas

Huruf f
Angka 1)
Apabila suatu Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal
menyampaikan informasi melalui iklan atau promosi yang tidak sesuai
dengan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya, untuk
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

melindungi kepentingan pemodal dan atau Pasar Modal, Bapepam


memiliki kewenangan untuk menghentikan iklan atau promosi tersebut
dan mewajibkan Pihak yang bersangkutan untuk meluruskannya dengan
cara memperbaiki iklan atau promosi dimaksud.

Angka 2)…
Angka 2)
Apabila iklan atau promosi tersebut pada angka 1) di atas mengakibatkan
kerugian kepada Pihak lain termasuk pemodal, Bapepam memiliki
kewenangan untuk mewajibkan Pihak tersebut mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang
ditimbulkan, antara lain berupa pembayaran ganti rugi.

Huruf g
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini adalah pemeriksaan rutin
terhadap Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak yang memperoleh izin,
persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam. Pemeriksaan tersebut dapat
dilakukan oleh Bapepam dengan mewajibkan para Pihak dimaksud untuk
menyampaikan laporan tertentu atau memeriksa kantor dan catatan seperti
rekening, pembukuan, dokumen, atau kertas kerja yang disusun secara manual,
mekanis, elektronik atau dengan cara lain.

Huruf h
Penugasan kepada Pihak lain oleh Bapepam sebagaimana dimaksud dalam
huruf ini, misalnya, adalah penugasan Bapepam kepada Bursa Efek untuk
melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan Efek yang menjadi Anggota
Bursa Efek. Penugasan tersebut dapat pula diberikan kepada Akuntan atau
Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan dalam kasus tertentu di mana jasa
Akuntan atau Pihak lain yang bersangkutan diperlukan.

Huruf i
Dalam hal Bapepam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf e dan huruf g dan hasil pemeriksaan tersebut dipandang perlu untuk
diketahui oleh masyarakat dalam rangka menjaga integritas pasar dan
kepatuhan setiap Pihak terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya, Bapepam dapat mengumumkan hasil pemeriksaan tersebut
berdasarkan kewenangan dalam huruf ini.

Huruf j
Pembekuan atau pembatalan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau
penghentian Transaksi Bursa atas Efek tertentu dapat dilakukan oleh Bapepam
bilamana terdapat hal-hal atau kejadian yang membahayakan kepentingan
pemodal atau keadaan yang tidak memungkinkan diselenggarakannya
Transaksi Bursa atas Efek tertentu secara wajar, misalnya diketahui bahwa
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Emiten tidak mengungkapkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

Huruf k…
Huruf k
Yang dimaksud dengan "keadaan darurat dalam huruf ini adalah suatu keadaan
memaksa di luar kemampuan Pihak sebagai akibat, antara lain, adanya perang,
peristiwa alam seperti gempa bumi atau banjir, pemogokan, sabotase atau
huru-hara, turunnya sebagian besar atau keseluruhan harga Efek yang tercatat
di Bursa Efek sedemikian besar dan material sifatnya yang terjadi secara
mendadak (crash), atau kegagalan sistem perdagangan atau penyelesaian
transaksi.

Huruf l
Jika suatu Pihak dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan yang
bersangkutan tidak menerima sanksi tersebut, maka Pihak dimaksud dapat
mengajukan keberatan atas pengenaan sanksi tersebut kepada Bapepam.
Bapepam dapat mengabulkan permohonan tersebut apabila berdasarkan hasil
penelaahan Bapepam sanksi dimaksud tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dengan membatalkan atau mengubah keputusan Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
Sebaliknya, Bapepam dapat menolak permohonan tersebut dengan menguatkan
keputusan Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian apabila keberatan atas pengenaan sanksi
tersebut tidak beralasan.

Huruf m
Yang dimaksud dengan biaya perizinan dalam huruf ini adalah biaya-biaya
yang dipungut dalam rangka pemberian izin yang dikeluarkan Bapepam
kepada Pihak-Pihak yang akan melakukan kegiatan di Pasar Modal, misalnya
pemberian izin kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, Wakil Penjamin
Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer Investasi, dan
Penasihat Investasi.

Yang dimaksud dengan biaya persetujuan dalam huruf ini adalah biaya-biaya
yang dipungut dalam rangka pemberian persetujuan yang dikeluarkan oleh
Bapepam kepada Pihak-Pihak yang akan melakukan kegiatan di Pasar Modal
seperti pemberian persetujuan kepada bank yang akan bertindak sebagai
Kustodian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Yang dimaksud dengan biaya pendaftaran dalam huruf ini adalah biaya-biaya
yang dipungut dalam rangka pendaftaran Wali Amanat dan Profesi Penunjang
Pasar Modal yang meliputi pendaftaran Akuntan, Penilai, Notaris, dan
Konsultan Hukum.

Yang…

Yang dimaksud dengan biaya pemeriksaan dan penelitian dalam huruf ini,
antara lain, biaya-biaya yang dipungut dalam rangka penelaahan dokumen
Pernyataan Pendaftaran dan pemeriksaan yang melibatkan Pihak lain dalam
rangka pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh Akuntan.

Yang dimaksud dengan biaya lain dalam huruf ini, antara lain biaya-biaya yang
dipungut dalam pemberian informasi yang dibutuhkan oleh pemodal.

Semua penerimaan dari pungutan biaya-biaya yang ditetapkan berdasarkan


ketentuan dalam huruf ini merupakan penerimaan negara dan disetor ke kas
negara.

Mengingat cakupan tugas Bapepam yang cukup luas, termasuk mengantisipasi


perkembangan masa datang, kepada Bapepam perlu disediakan anggaran yang
memadai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Huruf n
Yang dimaksud dengan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian
masyarakat dalam huruf ini adalah tindakan-tindakan yang bersifat penting dan
segera harus diambil untuk melindungi masyarakat dari pelanggaran
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya, antara lain mencakup:
1. memutuskan cara penyelesaian transaksi dalam hal Lembaga Kliring dan
Penjaminan tidak mampu menyelesaikan transaksi tertentu;
2. mengambil tindakan-tindakan penting dalam hal terjadi pemalsuan saham
seperti pengusulan pencekalan terhadap Pihak tertentu kepada Direktur
Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman melalui Jaksa Agung;
3. mewajibkan Bursa Efek untuk mengubah peraturan yang dibuatnya
apabila peraturan tersebut bertentangan dengan peraturan Pasar Modal
yang berlaku;
4. mewajibkan Emiten untuk menggunakan dana hasil emisi sesuai dengan
tujuan yang telah diungkapkan dalam Prospektus; dan
5. menyetujui dilakukannya perubahan atas penggunaan dana hasil emisi
dengan syarat bahwa hal tersebut telah memperoleh putusan Rapat
Umum Pemegang Saham.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Huruf o
Cukup jelas

Huruf p
Dalam menetapkan instrumen lain sebagai Efek dalam huruf ini dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta kewenangan instansi lain, misalnya Bank Indonesia.

Huruf q…

Huruf q
Yang dimaksud dengan "melakukan hal-hal lain dalam huruf ini adalah
kewenangan selain yang ditetapkan pada huruf a sampai dengan huruf p.

Kewenangan lain yang diberikan kepada Bapepam, antara lain mengenai:


1. rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek wajib
disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan
kepada Bapepam sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (3);
2. persetujuan atas peraturan yang wajib dibuat oleh Bursa Efek, termasuk
perubahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;
3. penetapan jasa lain yang dapat diberikan oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3); dan
4. rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Lembaga Kliring dan
Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang wajib
disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan
kepada Bapepam sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (4).

Pasal 6

Ayat (1)
Kegiatan Bursa Efek pada dasarnya adalah menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana perdagangan Efek bagi para anggotanya.
Mengingat perdagangan dimaksud menyangkut dana masyarakat yang
diinvestasikan dalam Efek, perdagangan tersebut harus dilaksanakan secara
teratur, wajar, dan efisien. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan Bursa
Efek hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. izin usaha;
b. ketentuan yang wajib diatur dalam anggaran dasar;
c. kepengurusan;
d. permodalan; dan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

e. latar belakang ekonomis pendirian Bursa Efek.

Pasal 7
Ayat (1)
Perdagangan Efek secara teratur, wajar, dan efisien adalah suatu perdagangan
yang diselenggarakan berdasarkan suatu aturan yang jelas dan dilaksanakan
secara konsisten. Dengan demikian, harga yang terjadi mencerminkan
mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran.
Perdagangan Efek yang efisien tercermin dalam penyelesaian transaksi yang
cepat dengan biaya yang relatif murah.

Ayat (2)…
Ayat (2)
Bursa Efek didirikan untuk menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
atau sarana perdagangan Efek. Dengan tersedianya sistem dan atau sarana
yang baik, para Anggota Bursa Efek yang sekaligus pemegang saham Bursa
Efek yang bersangkutan dapat melakukan penawaran jual dan beli Efek secara
teratur, wajar, dan efisien. Di samping itu, tersedianya sistem dan atau sarana
dimaksud memungkinkan Bursa Efek melakukan pengawasan terhadap
anggotanya dengan lebih efektif.

Ayat (3)
Dalam menyusun rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba, Bursa Efek
wajib berpedoman pada prinsip efisiensi Pasar Modal dan memperhatikan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam yang menyangkut, antara lain,
hal-hal sebagai berikut:
a. meningkatkan sistem atau sarana perdagangan Efek;
b. meningkatkan sistem pembinaan dan pengawasan terhadap Anggota
Bursa Efek;
c. mengembangkan sistem pencatatan Efek yang efisien;
d. mengembangkan sistem kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan Bursa Efek;
e. meningkatkan sistem pelayanan informasi;
f. melakukan kegiatan pengembangan Pasar Modal melalui kegiatan
promosi dan penelitian; dan
g. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.

Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek diputuskan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dan diajukan kepada Bapepam.

Apabila berdasarkan hasil penelitian Bapepam rencana anggaran tahunan dan


penggunaan laba Bursa Efek tidak sesuai dengan hal-hal tersebut di atas,
Bapepam dapat menolak rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba
tersebut. Dalam hal Bapepam menolak rencana anggaran tahunan dan
penggunaan laba dimaksud, direksi Bursa Efek wajib melakukan penyesuaian
dan meminta persetujuan komisaris Bursa Efek sebelum diajukan kembali
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

kepada Bapepam untuk memperoleh persetujuan. Rencana anggaran tahunan


dan penggunaan laba dimaksud dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan
Bapepam.

Pasal 8

Oleh karena tujuan Bursa Efek adalah untuk menyediakan sistem dan atau sarana
perdagangan Efek dan yang dapat melakukan perdagangan Efek di Bursa Efek
hanya Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek,
pemegang saham Bursa Efek dibatasi hanya pada Perusahaan Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai Perantara Pedagang Efek.

Pasal 9…

Pasal 9

Ayat (1)

Bursa Efek merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk mengatur


pelaksanaan kegiatannya. Oleh karena itu, ketentuan yang dikeluarkan oleh
Bursa Efek mempunyai kekuatan mengikat yang wajib ditaati oleh Anggota
Bursa Efek, Emiten yang efeknya tercatat di Bursa Efek tersebut, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Kustodian
atau Pihak lain yang mempunyai hubungan kerja secara kontraktual dengan
Bursa Efek.

Kendatipun demikian, dalam hal pembuatan peraturan mengenai kliring dan


penyelesaian Transaksi Bursa, peraturan tersebut perlu dibuat bersama-sama
dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

Yang dimaksud dengan hal-hal lain dalam ayat ini adalah kewenangan Bursa
Efek untuk menetapkan aturan tentang pemeriksaan terhadap Anggota Bursa
Efek, aturan yang berkaitan dengan mekanisme koordinasi pelaksanaan fungsi
Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, dan untuk mengantisipasi perkembangan di
masa yang akan datang.

Kesepadanan Efek adalah sifat dari Efek yang dapat dipertukarkan dengan
Efek sejenis yang mempunyai nilai yang sama dan diterbitkan oleh Emiten
yang sama.

Ayat (2)

Dalam rangka menetapkan ketentuan mengenai peralihan Efek sebagaimana


dimaksud dalam ayat ini, Bursa Efek wajib memperhatikan kelaziman praktik
yang berlaku di Pasar Modal. Peralihan Efek yang dimaksud dalam hal ini
adalah peralihan hak yang melekat pada Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Ayat (3)

Pendapatan Bursa Efek pada dasarnya berasal dari pungutan berupa iuran
anggota, biaya transaksi, dan biaya pencatatan Efek. Penggunaan pungutan
dimaksud diperkenankan untuk membiayai pelaksanaan fungsinya agar
perdagangan Efek di Bursa Efek yang dilakukan oleh para anggotanya dapat
terlaksana dengan teratur, wajar, dan efisien.

Ayat (4)…
Ayat (4)

Besarnya biaya dan iuran yang ditetapkan oleh Bursa Efek harus didasarkan
pada kebutuhan bagi penyelenggaraan dan pengembangan Bursa Efek. Dalam
hal dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan pengembangan Bursa
Efek sudah mencukupi, biaya dan iuran dimaksud dapat diturunkan.

Pasal 10

Larangan dalam Pasal ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya persaingan


yang tidak sehat di antara Bursa Efek. Oleh karena itu suatu Perusahaan Efek dapat
menjadi anggota lebih dari satu Bursa Efek.

Pasal 11

Agar peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya, peraturan dimaksud wajib
mendapat persetujuan Bapepam terlebih dahulu sebelum dinyatakan berlaku.

Pasal 12

Ayat (1)

Pembentukan satuan pemeriksa pada setiap Bursa Efek dimaksudkan agar


pengawasan terhadap Anggota Bursa Efek dan manajemen Bursa Efek dapat
dilakukan secara terus-menerus untuk memastikan bahwa setiap Anggota
Bursa Efek dan manajemen Bursa Efek melakukan kegiatannya sesuai dengan
Undang-undang ini, peraturan pelaksanaannya dan atau ketentuan Bursa Efek.

Ayat (2)

Pelaporan dalam ayat ini dimaksudkan agar direksi dan dewan komisaris Bursa
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Efek serta Bapepam dapat mengambil tindakan atau langkah-langkah yang


diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan, baik pada
Anggota Bursa Efek maupun Bursa Efek.

Ayat (3)

Ketentuan ini dimaksudkan agar Bursa Efek mengadministrasikan semua


laporan satuan pemeriksa secara baik sehingga selalu tersedia apabila
sewaktu-waktu diperlukan oleh Bapepam.

Pasal 13…

Pasal 13

Ayat (1)

Kegiatan Lembaga Kliring dan Penjaminan pada dasarnya merupakan


kelanjutan dari kegiatan Bursa Efek dalam rangka penyelesaian Transaksi
Bursa. Mengingat kegiatan tersebut menyangkut dana masyarakat yang
diinvestasikan dalam Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan harus memenuhi
persyaratan teknis tertentu agar penyelesaian Transaksi Bursa dapat
dilaksanakan secara teratur, wajar, dan efisien.

Demikian pula halnya dengan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang


melaksanakan fungsi sebagai Kustodian sentral yang aman dalam rangka
penitipan Efek juga diwajibkan memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Sehubungan dengan itu, kedua lembaga tersebut wajib memperoleh izin usaha
dari Bapepam.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. izin usaha;
b. ketentuan yang wajib diatur dalam anggaran dasar;
c. kepengurusan; dan
d. permodalan.

Pasal 14

Ayat (1)

Kegiatan kliring pada dasarnya merupakan suatu proses yang digunakan untuk
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

menetapkan hak dan kewajiban para Anggota Bursa Efek atas transaksi yang
mereka lakukan sehingga mereka mengetahui hak dan kewajiban
masing-masing.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "jasa lain dalam ayat ini di antaranya adalah jasa yang
berhubungan dengan hak pemodal, seperti distribusi dokumen mengenai kuasa
dalam pemberian hak suara, distribusi laporan tahunan, pemrosesan hak
memesan Efek terlebih dahulu, penerimaan Efek dalam rangka penawaran
tender, serta pemberian jasa penyelesaian terhadap Kustodian sentral asing.

Ayat (4)…
Ayat (4)

Dalam menyusun rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba, Lembaga


Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib
berpedoman pada prinsip efisiensi Pasar Modal dan memperhatikan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bapepam yang menyangkut, antara lain, hal-hal sebagai
berikut:

a. menyelenggarakan peningkatan pelayanan kliring dan penjaminan serta


penyelesaian Transaksi Bursa secara teratur, wajar, dan efisien;
b. menyelenggarakan peningkatan pelayanan jasa Kustodian sentral dan
penyelesaian transaksi secara teratur, wajar, dan efisien;
c. meningkatkan kegiatan penyelesaian Transaksi Bursa secara pembukuan

yang aman; dan

d. mengembangkan sistem keamanan penyimpanan Efek .

Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Lembaga Kliring dan


Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian diputuskan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dan diajukan kepada Bapepam.

Apabila berdasarkan hasil penelitian Bapepam, rencana anggaran tahunan dan


penggunaan laba Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian tidak sesuai dengan hal-hal tersebut di atas,
Bapepam dapat menolak rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba
tersebut. Dalam hal Bapepam menolak rencana anggaran tahunan dan
penggunaan laba dimaksud, maka direksi Lembaga Kliring dan Penjaminan
serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib melakukan penyesuaian
dan meminta persetujuan komisaris Lembaga Kliring dan Penjaminan serta
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebelum diajukan kembali kepada


Bapepam untuk memperoleh persetujuan. Rencana anggaran tahunan dan
penggunaan laba dimaksud dapat dilaksanakan setelah memperoleh
persetujuan Bapepam.

Pasal 15…

Pasal 15

Ayat (1)

Kegiatan Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan


Penyelesaian sangat erat hubungannya dengan penyelesaian transaksi yang
terjadi di Bursa Efek. Oleh karena itu, pemilikan saham Lembaga Kliring dan
Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian diutamakan kepada
lembaga-lembaga yang menggunakan jasa kedua lembaga tersebut, seperti
Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, dan Bank Kustodian.
Namun, jika kebutuhan dana penyelenggaraan Lembaga Kliring dan
Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dirasakan
tidak dapat terpenuhi oleh lembaga-lembaga tersebut, dimungkinkan Pihak lain
turut serta sebagai pemegang saham berdasarkan persetujuan Bapepam.

Ayat (2)

Kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa merupakan


satu kesatuan dengan kegiatan Bursa Efek. Sehubungan dengan itu, dalam
rangka menjamin keselarasan antara pelaksanaan kegiatan kliring dan
penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa dengan kegiatan Bursa Efek, dalam
ayat ini ditentukan bahwa mayoritas saham Lembaga Kliring dan Penjaminan
dimiliki oleh Bursa Efek.

Mayoritas saham adalah pemegang saham yang memiliki lebih dari 50% (lima
puluh perseratus) dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan.

Pasal 16
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Ayat (1)

Agar kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa dapat terlaksana


secara teratur, wajar, dan efisien, perlu suatu aturan yang jelas yang dapat
melindungi kepentingan para pemakai jasa. Untuk itu, kepada Lembaga
Kliring dan Penjaminan diberi kewenangan untuk menetapkan
peraturan-peraturan yang mengikat dan wajib ditaati oleh para pemakai jasa
tersebut.

Ayat (2)

Agar kepentingan para Pihak yang terkait dengan kegiatan Lembaga


Penyimpanan dan Penyelesaian terlindungi, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian wajib menerbitkan peraturan mengenai hak dan kewajiban
pemakai jasa Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Ayat (3)…

Ayat (3)

Sebagai suatu lembaga yang tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan,


besarnya biaya atas pemakaian jasa Lembaga Kliring dan Penjaminan atau
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian harus disesuaikan dengan kebutuhan
dana penyelenggaraan dan pengembangan Lembaga Kliring dan Penjaminan
atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian setelah mempertimbangkan
kepentingan pemakai jasa.

Pasal 17

Agar peraturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan atau
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sesuai dengan Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya, peraturan tersebut wajib mendapat persetujuan
Bapepam terlebih dahulu sebelum dinyatakan berlaku.

Pasal 18

Ayat (1)

Huruf a

Reksa Dana berbentuk Perseroan adalah Emiten yang kegiatan usahanya


menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari
penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang
diperdagangkan di Pasar Modal dan pasar uang.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Huruf b

Kontrak investasi kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi dan


Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan di mana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
Penitipan Kolektif.

Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif menghimpun dana


dengan menerbitkan Unit Penyertaan kepada masyarakat pemodal dan
selanjutnya dana tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang
diperdagangkan di Pasar Modal dan di pasar uang.

Ayat (2)

Reksa Dana terbuka adalah Reksa Dana yang dapat menawarkan dan membeli
kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang
telah dikeluarkan, sedangkan Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang
tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal.

Ayat (3)…
Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Agar pengelolaan dana kontrak investasi kolektif dapat dilakukan secara


profesional, pengelolaannya hanya dapat dilakukan oleh Manajer Investasi.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:

a. izin usaha;

b. ketentuan yang wajib diatur dalam anggaran dasar;

c. kepengurusan; dan

d. permodalan.

Pasal 19

Ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Yang dimaksud dengan "sebagian besar dalam huruf ini adalah sejumlah
nilai tertentu yang dapat mempengaruhi secara material perhitungan nilai
portofolio dan nilai aktiva bersih per saham Reksa Dana. Perhitungan
nilai portofolio dan aktiva bersih per saham berdasarkan harga Efek-Efek
di Bursa Efek di mana portofolio Reksa Dana diperdagangkan. Apabila
Bursa Efek tersebut ditutup, tidak ada harga bagi Efek yang menjadi
dasar perhitungan nilai portofolio dan nilai aktiva bersih per saham dari
Reksa Dana.

Huruf b…

Huruf b

Yang dimaksud dengan "sebagian besar dalam huruf ini adalah


sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Apabila suatu Efek yang menjadi
bagian portofolio Reksa Dana dihentikan perdagangannya di Bursa Efek,
maka tidak ada harga bagi Efek tersebut.

Huruf c

Yang dimaksud dengan "keadaan darurat dalam huruf ini adalah


sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 5 huruf k.

Huruf d

Ketentuan dalam huruf ini dimaksudkan untuk mengantisipasi


perkembangan Pasar Modal yang memungkinkan adanya situasi di luar
huruf a, huruf b, dan huruf c yang lazimnya diatur berdasarkan kontrak
para Pihak berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak sebagaimana diatur
dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Oleh karena
itu, bila ada hal-hal lain di luar huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut,
perlu persetujuan terlebih dahulu dari Bapepam sebelum kontrak berlaku
dan mengikat para Pihak.

Pasal 20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

Ayat (1)

Pembelian kembali Unit Penyertaan Reksa Dana berbentuk kontrak investasi


kolektif dilakukan oleh Manajer Investasi dan dibebankan kepada rekening
Reksa Dana. Dana yang dipergunakan untuk membeli kembali Unit Penyertaan
yang dilakukan oleh Manajer Investasi berasal dari kekayaan Reksa Dana.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)…
Ayat (3)

Huruf a

Yang dimaksud dengan "sebagian besar dalam huruf ini adalah sejumlah
nilai tertentu yang dapat mempengaruhi secara material perhitungan nilai
portofolio dan nilai aktiva bersih per Unit Penyertaan Reksa Dana.
Perhitungan nilai portofolio dan aktiva bersih per Unit Penyertaan
berdasarkan harga Efek-Efek di Bursa Efek di mana portofolio Reksa
Dana diperdagangkan. Apabila Bursa Efek tersebut ditutup, maka tidak
ada harga bagi Efek yang menjadi dasar perhitungan nilai portofolio dan
nilai aktiva bersih per Unit Penyertaan dari Reksa Dana.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "sebagian besar dalam huruf ini adalah


sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Apabila suatu Efek yang menjadi
bagian portofolio Reksa Dana dihentikan perdagangannya di Bursa Efek,
maka tidak ada harga bagi Efek tersebut.

Huruf c

Yang dimaksud dengan "keadaan darurat dalam huruf ini adalah


sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 5 huruf k.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Huruf d

Yang dimaksud dengan "hal-hal lain dalam huruf ini adalah sebagaimana
dimaksud dalam penjelasan Pasal 19 ayat (3) huruf d.

Pasal 21

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "pengelolaan Reksa Dana adalah pengelolaan dana


Reksa Dana oleh Manajer Investasi.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan kontrak pengelolaan dalam ayat ini, antara lain
memuat:
a. rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan di Pasar Modal;
b. rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham;
c. rencana diversifikasi investasi dalam bidang industri; dan
d. larangan investasi dalam bidang-bidang tertentu.

Ayat (3)…
Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "kontrak pengelolaan dalam ayat ini, antara lain
memuat:
a. rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan di Pasar Modal;
b. rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham;
c. rencana diversifikasi investasi dalam bidang industri; dan
d. larangan investasi dalam bidang-bidang tertentu.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan "ketentuan yang akan diatur lebih lanjut oleh Bapepam
dalam ayat ini, antara lain mengenai:
a. pedoman penyusunan kontrak pengelolaan investasi; dan
b. tata cara penyampaian rancangan kontrak pengelolaan investasi.

Pasal 22

Nilai pasar wajar suatu Efek adalah harga pasar atau kurs Efek itu sendiri apabila
Efek tersebut secara aktif diperdagangkan di Bursa Efek. Namun, nilai pasar wajar
dapat berbeda dengan harga pasar apabila transaksi atas Efek tersebut tidak aktif
atau tidak ditransaksikan dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal demikian, kriteria
penentuan nilai pasar wajar diperhitungkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

oleh Bapepam.

Yang dimaksud dengan "hari bursa dalam Pasal ini adalah hari dimana Bursa Efek
melakukan kegiatan.

Pasal 23

Yang dimaksud dengan nilai aktiva bersih dalam Pasal ini adalah nilai pasar yang
wajar dari suatu Efek dan kekayaan lain dari Reksa Dana dikurangi seluruh
kewajibannya.

Pasal 24

Ayat (1)

Larangan dalam ketentuan ini tidak termasuk dalam hal Reksa Dana membeli
obligasi, Efek lain yang bersifat utang, dan atau menyimpan dana di bank.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)…

Ayat (3)

Hal-hal yang berkaitan dengan pembatasan investasi, antara lain mengenai:


a. jumlah investasi dalam satu jenis Efek;
b. batasan dalam investasi pada Efek di luar negeri; dan
c. jenis-jenis instrumen yang dilarang dibeli oleh Reksa Dana.

Pasal 25

Ayat (1)

Kekayaan Reksa Dana terdiri dari uang kas dan Efek, antara lain sertifikat
deposito, surat berharga komersial, saham, obligasi, dan tanda bukti utang.

Kewajiban penyimpanan kekayaan Reksa Dana pada Bank Kustodian


dimaksudkan untuk mengamankan kekayaan Reksa Dana. Oleh karena itu,
perlu adanya pemisahan fungsi penyimpanan yang dilakukan oleh Bank
Kustodian dan fungsi pengelolaan yang dilakukan oleh Manajer Investasi.

Ayat (2)
Untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan dana
Reksa Dana, kewenangan Manajer Investasi dan Bank Kustodian perlu
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

dibatasi. Manajer Investasi hanya bertindak sebagai pengelola, sedangkan


Bank Kustodian menyimpan dan mengadministrasikan kekayaan Reksa Dana.
Untuk menjamin hal tersebut Manajer Investasi dilarang terafiliasi dengan
Bank Kustodian.

Ayat (3)
Nilai aktiva bersih Reksa Dana terbuka dihitung dan diumumkan setiap hari
bursa.
Nilai aktiva bersih Reksa Dana tertutup dihitung dan diumumkan
sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu.

Pasal 26

Ayat (1)
Direksi Reksa Dana bertindak mengawasi pelaksanaan pengelolaan Reksa
Dana, termasuk penyimpanan kekayaan Reksa Dana. Oleh karena itu, direksi
wajib membuat kontrak penyimpanan kekayaan Reksa Dana dengan Bank
Kustodian.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "kontrak penyimpanan kekayaan dalam ayat ini, antara
lain memuat:

a. pemisahan…
a. pemisahan Efek Reksa Dana dari Kustodian;
b. pencatatan mutasi kekayaan Reksa Dana;
c. larangan penghentian kegiatan Kustodian sebelum ditunjuk Kustodian
pengganti; dan
d. pembuatan dan penyampaian laporan kepada direksi Reksa Dana,
Manajer Investasi, dan Bapepam.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "ketentuan yang akan diatur lebih lanjut oleh Bapepam
dalam ayat ini, antara lain mengenai:
a. pedoman penyusunan kontrak penyimpanan; dan
b. tata cara penyampaian rancangan kontrak penyimpanan kekayaan
investasi kolektif.

Pasal 27

Ayat (1)

Mengingat semua dana yang dikelola oleh Manajer Investasi adalah dana
masyarakat, perlu adanya pengamanan maksimal dengan mewajibkan Manajer
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

Investasi untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin untuk


kepentingan Reksa Dana.

Ayat (2)

Manajer Investasi berdasarkan ayat ini dibebani tanggung jawab atas kerugian
Reksa Dana yang timbul karena pengelolaan yang tidak dilakukan dengan
itikad baik dan tidak dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Reksa
Dana.

Pasal 28

Ayat (1)

Nilai saham Reksa Dana adalah cerminan dari nilai bersih portofolionya.
Setiap ada perubahan nilai portofolio, maka nilai aktiva bersih per saham
berubah pula.

Pemodal membeli atau menjual saham Reksa Dana sesuai dengan nilai aktiva
bersih per saham. Baik pada pertama kali didirikan maupun setelah beroperasi
harga saham Reksa Dana selalu sama dengan nilai aktiva bersih per saham,
hanya saja nilai aktiva bersih per saham itu selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan nilai portofolionya. Oleh karena itu, saham Reksa Dana
diterbitkan tanpa nilai nominal.

Ayat (2)…
Ayat (2)

Penyetoran modal pada waktu pendirian Reksa Dana berbentuk Perseroan oleh
pendiri, hanya dimaksudkan untuk merintis pendirian Reksa Dana dimaksud.
Untuk itu, pendiri cukup diwajibkan untuk melakukan pemenuhan modal
ditempatkan dan disetor pada waktu Reksa Dana tersebut didirikan
sekurang-kurangnya 1% (satu perseratus) dari modal dasar Reksa Dana.
Pemenuhan modal selanjutnya sampai dengan modal dasar akan dilakukan
melalui Penawaran Umum karena Reksa Dana adalah wadah untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam Portofolio Efek.

Ayat (3)

Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham tidak diperlukan karena pembelian


kembali saham-sahamnya yang telah dikeluarkan oleh Reksa Dana dan
pengalihan lebih lanjut saham tersebut dapat terjadi setiap saat dalam hal
pemegang saham Reksa Dana menjual kembali saham dimaksud.

Ayat (4)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

Dana yang dimaksud dalam ayat ini, antara lain, adalah kas dan hasil penjualan
portofolio Reksa Dana.

Pasal 29

Ayat (1) dan Ayat (2)

Pada dasarnya semua keuntungan yang diperoleh Reksa Dana akan dibagikan
sebagai dividen kepada pemegang saham Reksa Dana.

Reksa Dana tidak mempunyai pinjaman dari Pihak ketiga. Oleh karena itu,
tidak diperlukan dana cadangan untuk melindungi dana Pihak ketiga. Akan
tetapi, untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai investasinya, Reksa
Dana dapat membentuk dana cadangan.

Pasal 30

Ayat (1)

Untuk melaksanakan kegiatan sebagai Perusahaan Efek diperlukan berbagai


persyaratan di antaranya keahlian dan permodalan yang cukup.

Ayat (2)…
Ayat (2)

Izin usaha sebagai Penjamin Emisi Efek berlaku juga sebagai izin usaha
Perantara Pedagang Efek. Dengan demikian, Perusahaan Efek yang telah
memiliki izin tersebut, di samping dapat bertindak sebagai Penjamin Emisi
Efek, juga dapat bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek.

Sedangkan Perusahaan Efek yang hanya memiliki izin usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek tidak dapat melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek.

Ayat (3)

Pihak yang melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara


Pedagang Efek, atau Manajer Investasi atas Efek sebagaimana dimaksud
dalam ayat ini tidak diwajibkan memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Namun, karena kegiatan dimaksud dapat dilakukan oleh Pihak yang telah
mendapatkan izin usaha dari Bapepam, dan juga karena ada kemungkinan Efek
baru yang diperdagangkan dalam kegiatan tersebut belum ada badan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

pemerintah yang mengatur dan mengawasinya, maka Bapepam dapat


melaksanakan kewenangannya berdasarkan Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:

a. persyaratan kepengurusan, permodalan dan tenaga ahli; dan

b. tata cara pengajuan permohonan izin.

Pasal 31

Yang dimaksud dengan segala kegiatan yang berkaitan dengan Efek dalam Pasal ini
adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Efek yang meliputi, antara lain
kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan Manajer
Investasi.

Yang dimaksud dengan pegawai dalam Pasal ini adalah sebagaimana dimaksud
dalam Penjelasan Pasal 1 angka 1 huruf b.

Yang dimaksud dengan "Pihak lain yang bekerja untuk Perusahaan Efek dalam
Pasal ini adalah Pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Efek untuk melakukan tugas
tertentu meskipun Pihak tersebut bukan pegawai Perusahaan Efek dimaksud.

Pasal 32…

Pasal 32

Ayat (1)

Wakil Penjamin Emisi Efek bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek


untuk kegiatan yang bersangkutan dengan pelaksanaan penjaminan emisi Efek.

Wakil Perantara Pedagang Efek bertindak mewakili kepentingan Perusahaan


Efek untuk kegiatan yang bersangkutan dengan pelaksanaan perdagangan
Efek.

Wakil Manajer Investasi bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek


untuk kegiatan yang bersangkutan dengan pengelolaan Portofolio Efek.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

a. keahlian dan pengalaman; dan


b. tata cara pengajuan permohonan izin.

Pasal 33

Ayat (1)

Izin untuk bertindak sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek berlaku juga sebagai
izin Wakil Perantara Pedagang Efek. Oleh karena itu, orang perseorangan yang
memiliki izin Wakil Penjamin Emisi Efek dapat mewakili Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek.

Sedangkan orang perseorangan yang memiliki izin Wakil Perantara Pedagang


Efek hanya dapat mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek.

Ayat (2)

Orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini bekerja untuk


kepentingan perusahaan dan nasabah perusahaan yang diwakilinya. Untuk
menjaga agar tidak terjadi benturan kepentingan, Wakil Penjamin Emisi Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek, atau Wakil Manajer Investasi hanya dapat
bekerja pada satu Perusahaan Efek.

Pasal 34…

Pasal 34

Ayat (1)

Kegiatan Penasihat Investasi adalah memberikan nasihat mengenai penjualan


atau pembelian Efek dengan memperoleh imbalan jasa. Oleh karena itu,
Penasihat Investasi harus memenuhi persyaratan tertentu seperti keahlian
dalam bidang analisis Efek. Termasuk dalam kegiatan Penasihat Investasi
adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pemeringkat Efek. Untuk
memastikan hal tersebut sebelum melakukan kegiatannya, Penasihat Investasi
diwajibkan terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

a. persyaratan yang wajib dipenuhi oleh calon Penasihat Investasi, antara


lain memiliki izin orang perseorangan sebagai Wakil Manajer Investasi;
dan
b. tata cara pengajuan permohonan menjadi Penasihat Investasi.

Pasal 35

Huruf a

Kegiatan usaha Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi pada dasarnya


dilandasi oleh adanya kepercayaan dari nasabah. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan kegiatannya Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi harus
mendahulukan dan menjaga kepentingan nasabahnya sepanjang kepentingan
nasabah tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan wajib menghindarkan segala tindakan yang bertentangan
dengan kepentingan nasabah yang bersangkutan.

Sebagai contoh, pegawai pemasaran Perusahaan Efek dilarang mempengaruhi


nasabahnya yang mempunyai dana terbatas untuk diinvestasikan terhadap Efek
yang mempunyai risiko tinggi.

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c…

Huruf c

Sebagai Pihak yang memperoleh kepercayaan dari nasabahnya, Perusahaan


Efek atau Penasihat Investasi wajib secara benar dan sejujurnya
mengungkapkan Fakta Material untuk diketahui oleh nasabah mengenai
kemampuan profesi serta keadaan keuangannya.

Huruf d

Larangan yang dimaksud dalam huruf ini adalah untuk menghindarkan


kemungkinan terjadinya benturan kepentingan Perusahaan Efek atau Penasihat
Investasi dengan mewajibkan mereka untuk mengungkapkan segala
kepentingan dalam Efek yang bersangkutan.

Dalam hal Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi mempunyai kepentingan


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

dalam suatu Efek bersamaan dengan nasabahnya, mereka wajib


memberitahukan hal tersebut kepada nasabahnya sebelum memberikan
rekomendasi.

Kepentingan dalam Efek timbul, antara lain apabila:

1. Pihak, baik langsung maupun tidak langsung, secara sendiri-sendiri atau


bersama-sama dengan Pihak lain memiliki Efek atau berhak atas dividen,
bunga atau hasil penjualan dan atau penggunaan Efek;

2. Pihak telah terikat dalam kesepakatan atau perjanjian untuk membeli


Efek, mempunyai hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan
Efek, atau memiliki hak memesan Efek terlebih dahulu;

3. Pihak yang diwajibkan membeli sisa Efek yang tidak habis terjual dalam
Penawaran Umum; dan

4. Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain,


mengendalikan Pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 1, angka 2,
atau angka 3 penjelasan huruf d.

Huruf e

Selain merupakan sarana pengerahan dana masyarakat, Penawaran Umum


dimaksudkan untuk menciptakan likuiditas bagi Efek yang bersangkutan. Oleh
karena itu, penyebaran Efek kepada sejumlah besar pemodal merupakan hal
yang sangat penting. Penguasaan Efek yang ditawarkan dalam rangka
Penawaran Umum oleh sebagian kecil pelaku di Pasar Modal tidak akan
mampu menciptakan likuiditas bagi Efek yang bersangkutan. Di lain pihak hal
itu dapat menciptakan peluang bagi Pihak-Pihak tersebut untuk memanfaatkan
keadaan pasar untuk memperkaya diri sendiri.

Untuk…
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hal terjadi kelebihan permintaan dalam
Penawaran Umum, Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Penjamin Emisi
Efek wajib mendahulukan kepentingan Pihak lain yang tidak terafiliasi yang
telah memesan Efek daripada pesanan Penjamin Emisi Efek sendiri, agen
penjualan, dan semua Pihak yang terafiliasi.

Pasal 36

Huruf a dan huruf b

Karena hubungan antara nasabah dan Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi
didasarkan pada kepercayaan, sudah sepatutnya Perusahaan Efek atau
Penasihat Investasi mengetahui keinginan, kemampuan, serta latar belakang
nasabah. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, Perusahaan Efek atau Penasihat
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

Investasi dapat menentukan arah dalam pemberian jasanya sesuai dengan


keadaan nasabah sehingga dapat dihindarkan keadaan di mana Perusahaan
Efek atau Penasihat Investasi menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan
untuk kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan nasabahnya.

Selain itu, Perusahaan Efek atau Penasihat Investasi wajib menyimpan dengan
baik segala catatan yang berhubungan dengan pesanan, transaksi, dan kegiatan
investasi nasabah. Dengan demikian, catatan tersebut sewaktu-waktu dapat
diketahui oleh nasabah untuk kepentingan pembuktian.

Pasal 37

Huruf a

Efek nasabah yang dikelola oleh Perusahaan Efek merupakan titipan nasabah,
bukan merupakan bagian kekayaan dari Perusahaan Efek. Oleh karena itu,
Efek nasabah tersebut harus disimpan dalam rekening yang terpisah dari
rekening Perusahaan Efek.

Karena Efek nasabah tersebut bukan merupakan bagian dari kekayaan


Perusahaan Efek, dalam hal Perusahaan Efek yang bersangkutan pailit atau
dilikuidasi, Efek nasabah tersebut bukan merupakan bagian dari harta
kepailitan ataupun harta yang dilikuidasi. Dengan demikian, semua kreditur
atau Pihak lain yang mempunyai hak tagih terhadap Perusahaan Efek tidak
mempunyai hak untuk menuntut Efek nasabah yang dikelola oleh Perusahaan
Efek.

Huruf b…
Huruf b

Di samping kewajiban untuk memisahkan Efek nasabah dari kekayaan


Perusahaan Efek, Perusahaan Efek juga wajib menyelenggarakan pembukuan
secara terpisah untuk setiap nasabahnya agar tidak terjadi pencampuran Efek
di antara nasabahnya. Selain itu, Perusahaan Efek juga menyediakan tempat
penyimpanan yang aman atas harta nasabah agar terhindar dari kemungkinan
hilang, rusak ataupun risiko kecurian.

Dengan pembukuan secara terpisah tersebut, setiap nasabah Perusahaan Efek


dapat secara mudah mengetahui jumlah efeknya dan menggunakannya untuk
kepentingan pembuktian.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 36 -

Pasal 38

Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini berlaku bagi Perusahaan Efek
yang bertindak selaku Perantara Pedagang Efek dalam hal yang bersangkutan akan
membeli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak terafiliasinya di mana pada saat
yang bersamaan terdapat pesanan beli dari Pihak yang tidak terafiliasi dengan
persyaratan transaksi Efek yang sama atau lebih tinggi dari persyaratan transaksi
Efek untuk kepentingan Perantara Pedagang Efek yang bersangkutan atau Pihak
terafiliasinya. Akan tetapi, dalam hal Perantara Pedagang Efek dimaksud membeli
Efek dengan persyaratan transaksi Efek yang lebih tinggi dibandingkan dengan
persyaratan yang diajukan oleh Pihak yang tidak terafiliasi, Perantara Pedagang
Efek dimaksud dapat membeli Efek tersebut, baik untuk kepentingan dirinya sendiri
maupun Pihak terafiliasinya.

Larangan yang sama berlaku pula dalam hal Perantara Pedagang Efek dimaksud
bermaksud melakukan penjualan Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak
terafiliasinya di mana pada saat yang bersamaan terdapat pesanan jual dari Pihak
yang tidak terafiliasi dengan persyaratan transaksi Efek yang sama atau lebih rendah
dari persyaratan transaksi Efek untuk kepentingan Perantara Pedagang Efek yang
bersangkutan atau Pihak terafiliasinya. Akan tetapi, dalam hal Perantara Pedagang
Efek bermaksud menjual Efek dengan persyaratan transaksi Efek yang lebih rendah
dibandingkan dengan persyaratan yang diajukan oleh Pihak yang tidak terafiliasi,
maka Perantara Pedagang Efek dimaksud dapat menjual Efek tersebut, baik untuk
kepentingan dirinya sendiri maupun Pihak terafiliasinya.

Misalnya, Pihak yang tidak terafiliasi dengan Perantara Pedagang Efek mengajukan
pesanan beli atas saham PT X dengan harga Rp10.000,00 sementara pada saat yang
bersamaan Perantara Pedagang Efek tersebut bermaksud membeli saham yang sama
dengan harga di atas Rp10.000,00. Dalam hal ini, Perantara Pedagang Efek tersebut
dapat membeli saham dimaksud baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Pihak terafiliasinya.

Contoh…
Contoh lain, Pihak yang tidak terafiliasi dengan Perantara Pedagang Efek
mengajukan pesanan jual atas saham PT X dengan harga Rp10.000,00, sementara
pada saat yang bersamaan Perantara Pedagang Efek tersebut bermaksud menjual
saham yang sama dengan harga yang lebih rendah dari Rp10.000,00. Dalam hal
ini, Perantara Pedagang Efek dimaksud dapat menjual saham tersebut untuk
kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Pihak terafiliasinya.

Pasal 39

Apabila Penjamin Emisi Efek dan Emiten telah sepakat untuk melaksanakan
Penawaran Umum berdasarkan jenis kontrak yang ditentukan, Pihak tersebut wajib
melakukan Penawaran Umum tersebut sesuai dengan kontrak yang dibuat dan untuk
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 37 -

itu harus dicantumkan dalam Prospektus.

Kontrak penjaminan emisi Efek dapat berbentuk kesanggupan penuh (full


commitment) atau kesanggupan terbaik (best effort). Dengan kesanggupan penuh,
Penjamin Emisi Efek bertanggung jawab mengambil sisa Efek yang tidak terjual,
sedangkan dengan kesanggupan terbaik, Penjamin Emisi Efek tidak bertanggung
jawab terhadap sisa Efek yang tidak terjual, tetapi berusaha dengan sebaik-baiknya
untuk menjualkan Efek Emiten.

Pasal 40

Pada dasarnya Emiten dapat menerbitkan Efek tanpa menggunakan jasa Penjamin
Emisi Efek. Dalam hal ini, penetapan harga dilaksanakan oleh Emiten yang
bersangkutan. Penggunaan jasa Penjamin Emisi Efek dimaksudkan untuk membantu
Emiten memasarkan dan atau menjual Efek yang ditawarkan sehingga ada kepastian
perolehan dana hasil penjualan Efek dimaksud. Sedangkan keputusan untuk
melakukan investasi terhadap Efek yang ditawarkan sepenuhnya berada di tangan
pemodal. Oleh karena itu, penggunaan jasa Penjamin Emisi Efek yang terafiliasi
dengan Emiten pada dasarnya dapat dipersamakan dengan penawaran Efek tanpa
menggunakan jasa Penjamin Emisi Efek. Namun, penjaminan tersebut harus
benar-benar memperhatikan adanya kemungkinan benturan kepentingan.

Dengan demikian, hubungan antara Emiten dan Penjamin Emisi Efek tidak menjadi
faktor dominan bagi pemodal sepanjang hubungan dimaksud diungkapkan secara
jelas dalam Prospektus.

Dengan dimuatnya dalam Prospektus adanya hubungan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal ini pemodal dapat mengetahui dan menilai sejauh mana tingkat
independensi dari Perusahaan Efek dimaksud yang bertindak selaku Penjamin Emisi
Efek atas Efek yang diterbitkan oleh Emiten.

Yang dimaksud dengan "hubungan lain yang bersifat material dalam Pasal ini,
antara lain meliputi hubungan bisnis yang bersifat material antara Emiten dan
Penjamin Emisi Efek seperti hubungan utang-piutang dan pemberian jasa tertentu.

Pasal 41…

Pasal 41

Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan Reksa Dana dari


pengenaan komisi secara tidak wajar oleh Perusahaan Efek yang bertindak sekaligus
sebagai Manajer Investasi dan sebagai Perantara Pedagang Efek untuk Reksa Dana
atau oleh Perantara Pedagang Efek yang terafiliasi dengan Perusahaan Efek yang
bersangkutan.

Pasal 42

Mengingat keputusan investasi harus dilakukan semata-mata untuk kepentingan


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 38 -

pemegang saham Reksa Dana berbentuk Perseroan atau pemegang Unit Penyertaan
kontrak investasi kolektif, Manajer Investasi dilarang menerima imbalan dalam
bentuk apapun yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam melakukan
pembelian atau penjualan Efek untuk Reksa Dana tersebut.

Komisi yang diperoleh Perusahaan Efek dalam rangka pemberian jasa sebagai
Perantara Pedagang Efek dengan tidak melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 dan imbalan lain yang berkaitan dengan pengelolaan dana investasi
sebagaimana dituangkan dalam kontrak pengelolaan investasi bukan merupakan
imbalan yang dilarang berdasarkan ketentuan ini.

Pasal 43

Ayat (1)

Kegiatan penitipan adalah salah satu kegiatan Bank Umum sebagaimana


dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang perbankan. Oleh
karena itu, Bank Umum tidak lagi memerlukan izin untuk melakukan kegiatan
penitipan. Namun, untuk melakukan kegiatan sebagai Kustodian yang
merupakan kegiatan yang lebih luas dari kegiatan penitipan dan terkait dengan
kegiatan lembaga lainnya seperti Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
Perusahaan Efek, dan Reksa Dana, maka Bank Umum tetap memerlukan
persetujuan Bapepam.

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Perusahaan Efek tidak


memerlukan izin atau persetujuan secara terpisah untuk melakukan kegiatan
sebagai Kustodian karena izin yang telah diberikan sebagai Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian atau Perusahaan Efek sudah mencakup
kegiatan Kustodian.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan


dalam ayat ini adalah ketentuan mengenai, antara lain:

a. persyaratan…
a. persyaratan penyediaan sarana;
b. persyaratan tenaga ahli;
c. persyaratan penanggung jawab kegiatan Kustodian pada Bank Umum
tersebut; dan
d. tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh persetujuan.

Pasal 44

Ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 39 -

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Oleh karena Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening Efek bukan
merupakan harta Kustodian, Efek tersebut tidak dapat diambil atau disita oleh
kreditur Kustodian. Dalam hal Kustodian mengalami kepailitan, semua Efek
yang dititipkan pada Kustodian tersebut tidak dimasukkan dalam harta
kepailitan dan wajib dikembalikan kepada pemegang rekening yang
bersangkutan.

Pasal 45

Bentuk perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat berupa surat
yang ditandatangani atau bentuk perintah lainnya sesuai dengan kontrak yang dibuat
antara Kustodian dan pemegang rekening.

Pasal 46

Oleh karena Efek dalam rekening Efek dititipkan dan diadministrasikan pada
Kustodian, sudah sepatutnya pemegang rekening perlu mendapat perlindungan dari
kerugian yang timbul akibat kesalahan Kustodian, antara lain karena:
a. hilang atau rusaknya harta atau catatan mengenai harta dalam penitipan;
b. keterlambatan dalam penyerahan harta keluar dari penitipan; atau
c. kegagalan pemegang rekening menerima keuntungan berupa dividen, bunga,
atau hak-hak lain atas harta dalam penitipan.

Pasal 47…

Pasal 47

Ayat (1)

Pengecualian dalam ayat ini diperlukan, antara lain untuk memungkinkan


pelaksanaan penerapan sistem perdagangan Efek, kliring, penjaminan dan
penyelesaian atas Transaksi Bursa, serta penyimpanan Efek, di mana
lembaga-lembaga yang terkait saling memerlukan keterangan mengenai
rekening Efek. Untuk maksud tersebut, Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

Penjaminan perlu diberi kesempatan untuk memperoleh keterangan mengenai


rekening Efek pada Kustodian, termasuk Bank Kustodian.

Di samping itu, dalam rangka penyelenggaraan daftar pemegang Efek dan


pembagian hak-hak yang berkaitan dengan Efek, termasuk dividen, Biro
Administrasi Efek juga perlu diberikan kesempatan untuk memperoleh
keterangan mengenai rekening Efek pada Kustodian, termasuk Bank
Kustodian.

Ketentuan ini juga diperlukan agar Bapepam dapat melaksanakan fungsi


pengawasan sesuai dengan wewenang yang ditentukan dalam Undang-undang
ini.

Ayat (2)

Ketentuan dalam ayat ini menegaskan bahwa walaupun Pihak sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f dapat memperoleh
keterangan mengenai rekening Efek nasabah Kustodian atau Pihak
terafiliasinya tidak berarti bahwa keterangan tersebut dapat diberikan kepada
Pihak lain dengan bebas. Keterangan mengenai rekening Efek dimaksud hanya
dapat diberikan kepada Pihak lain semata-mata dalam pelaksanaan fungsinya.

Sebagai contoh, Biro Administrasi Efek menerima keterangan mengenai


rekening Efek nasabah dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
kemudian Biro Administrasi Efek meneruskannya kepada Emiten untuk
menentukan pemegang saham yang berhak hadir dan mengeluarkan suara
dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Ayat (3)

Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang diberikan kewenangan oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, dan Ketua Mahkamah Agung
untuk memperoleh keterangan mengenai rekening Efek.

Pasal 48…

Pasal 48

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 41 -

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perizinan dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. persyaratan penyediaan sarana;
b. persyaratan tenaga ahli;
c. persyaratan permodalan; dan
d. tata cara pengajuan permohonan izin.

Pasal 49

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 50

Ayat (1)

Oleh karena Efek bersifat utang adalah merupakan surat pengakuan utang yang
sifatnya sepihak dan para pemegangnya tersebar luas, maka untuk mengurus
dan mewakili mereka selaku kreditur, perlu dibentuk lembaga
perwaliamanatan. Agar Wali Amanat dapat mewakili kepentingan para
pemegang Efek bersifat utang tersebut, ditetapkan Bank Umum sebagai Pihak
yang dapat menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan karena mempunyai
jaringan kegiatan usaha yang luas. Namun, untuk mengantisipasi
perkembangan Pasar Modal, dimungkinkan Pihak lain, selain Bank Umum,
untuk melakukan kegiatan sebagai Wali Amanat berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Ayat (2)

Kegiatan usaha sebagai Wali Amanat merupakan salah satu kegiatan Bank
Umum sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perbankan. Oleh karena itu, Bank Umum tidak lagi memerlukan izin
untuk melakukan kegiatan sebagai Wali Amanat. Namun, untuk melakukan
kegiatan tersebut, Bank Umum tetap memerlukan pendaftaran di Bapepam.

Ayat (3)…
Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat
dalam ayat ini adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. persyaratan tenaga ahli;
b. persyaratan permodalan; dan
c. tata cara pengajuan permohonan pendaftaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 42 -

Pasal 51

Ayat (1)

Ketentuan ayat ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya benturan


kepentingan antara Wali Amanat selaku wakil pemegang Efek bersifat utang
dan kepentingan Emiten di mana Wali Amanat mempunyai hubungan Afiliasi.
Hal ini diperlukan agar Wali Amanat dapat melaksanakan fungsinya secara
independen sehingga dapat melindungi kepentingan pemegang Efek bersifat
utang secara maksimal.

Ayat (2)

Sejak ditandatangani kontrak perwaliamanatan antara Emiten dan Wali


Amanat, Wali Amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili
pemegang Efek bersifat utang, tetapi perwakilan tersebut akan berlaku efektif
pada saat Efek bersifat utang telah dialokasikan kepada para pemodal. Dalam
hal ini, Wali Amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-undang ini untuk
mewakili pemegang Efek bersifat utang dalam melakukan tindakan hukum
yang berkaitan dengan kepentingan pemegang Efek bersifat utang tersebut,
termasuk melakukan penuntutan hak-hak pemegang Efek bersifat utang, baik
di dalam maupun di luar pengadilan tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari
pemegang Efek bersifat utang dimaksud.

Ayat (3)

Ketentuan ayat ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya benturan


kepentingan antara Wali Amanat selaku wakil pemegang Efek bersifat utang
dan kepentingan Wali Amanat sebagai kreditur atau debitur dari Emiten. Hal
ini diperlukan agar Wali Amanat dapat melaksanakan fungsinya secara
independen sehingga dapat melindungi kepentingan pemegang Efek bersifat
utang secara maksimal.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan "penggunaan jasa Wali Amanat" dalam ayat ini adalah
penggunaan jasa Wali Amanat oleh Emiten dalam penerbitan Efek yang
bersifat utang jangka panjang, seperti obligasi.

Pasal 52…

Pasal 52

Yang dimaksud dengan ketentuan yang harus ditetapkan Bapepam dalam ayat ini
adalah hal-hal yang harus dimuat dalam kontrak perwaliamanatan antara Emiten dan
Wali Amanat, antara lain mengenai:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 43 -

a. utang pokok dan bunga serta manfaat lain dari Emiten;


b. saat jatuh tempo;
c. jaminan (jika ada);
d. agen pembayaran; dan
e. tugas dan fungsi Wali Amanat.

Pasal 53

Ketentuan dalam Pasal ini memberikan hak kepada pemegang Efek bersifat utang
untuk menuntut ganti rugi kepada Wali Amanat yang lalai dalam melaksanakan
tugasnya sehingga mengakibatkan kerugian kepada pemegang Efek bersifat utang
dimaksud.

Pasal 54

Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dimaksudkan untuk


menghindarkan terjadinya benturan kepentingan Wali Amanat selaku wakil
pemegang Efek bersifat utang dengan kepentingan Wali Amanat selaku penanggung
yang justru wajib memenuhi kewajiban Emiten terhadap pemegang Efek bersifat
utang dalam hal terjadi wanprestasi oleh Emiten.

Pasal 55

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "penyelesaian pembukuan" (book entry settlement)


dalam ayat ini adalah pemenuhan hak dan kewajiban yang timbul sebagai
akibat adanya Transaksi Bursa yang dilaksanakan dengan cara mengurangi
Efek dari rekening Efek yang satu dan menambahkan Efek dimaksud pada
rekening Efek yang lain pada Kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan
secara elektronik.

Peralihan hak atas Efek terjadi pada saat penyerahan Efek atau pada waktu
Efek dimaksud dikurangkan dari rekening Efek yang satu dan kemudian
ditambahkan pada rekening Efek yang lain.

Yang dimaksud dengan penyelesaian fisik dalam ayat ini, adalah penyelesaian
Transaksi Bursa yang dilakukan langsung oleh setiap Perantara Pedagang Efek
yang melakukan transaksi, berdasarkan serah terima fisik warkat Efek.

Yang…
Yang dimaksud dengan cara lain dalam ayat ini antara lain adalah:
a. penyelesaian Transaksi Bursa secara langsung pada daftar pemegang
Efek tanpa melalui rekening Efek pada Kustodian;
b. penyelesaian Transaksi Bursa secara internasional atau melalui negara
lain;
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 44 -

c. penyelesaian Transaksi Bursa secara elektronik atau cara lain yang


mungkin ditemukan dan diterapkan di masa datang sesuai dengan
perkembangan teknologi; dan
d. penyelesaian Transaksi Bursa lain yang wajib dilaksanakan apabila
terdapat peraturan perundang-undangan baru.

Ayat (2)

Setiap Transaksi Bursa wajib diselesaikan oleh para Pihak yang melakukan
Transaksi Bursa karena merupakan transaksi yang saling terkait dari waktu ke
waktu. Transaksi yang terjadi sebelumnya merupakan dasar bagi transaksi
berikutnya, sehingga pembatalan Transaksi Bursa sebelumnya akan
mempengaruhi Transaksi Bursa berikutnya.

Oleh karena itu, Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menjamin


penyelesaian Transaksi Bursa dengan merealisasikan pemenuhan hak dan
kewajiban masing-masing Anggota Bursa Efek yang melakukan Transaksi
Bursa.

Ayat (3)

Oleh karena kegiatan Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian merupakan satu kesatuan kegiatan
yang saling berkaitan mulai dari kegiatan transaksi sampai dengan
penyelesaian transaksi, ketiga lembaga dimaksud wajib menjamin
terlaksananya kegiatan tersebut secara efisien dan aman. Untuk menjamin
pelaksanaan kegiatan tersebut, ketiga lembaga dimaksud wajib membuat
kontrak tertulis diantara mereka, antara lain memuat penentuan waktu dan
tahap-tahap penyelesaian transaksi, jumlah dan cara pemenuhan dana jaminan
yang wajib dipenuhi oleh Anggota Bursa Efek, dan penentuan biaya transaksi
dan penyelesaian transaksi.

Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 56…
Pasal 56

Ayat (1)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 45 -

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa para pemegang rekening


pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian berdasarkan Undang-undang ini
diakui sebagai pemilik Efek atau Pihak yang berhak atas Efek di mana
kepentingannya diwakili oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dengan
mencatatkan nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tersebut dalam
buku daftar pemegang Efek Emiten.

Ayat (2)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa berdasarkan


Undang-undang ini, pemilik atau Pihak yang berhak atas Efek yang tercatat
pada rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah para
pemegang rekening pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek, meskipun
nama yang tercatat pada rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian adalah nama Bank Kustodian atau Perusahaan Efek.

Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dalam hal ini mewakili kepentingan
pemegang rekening pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek dimaksud.

Ayat (3)

Ketentuan ini dimaksudkan bahwa berdasarkan Undang-undang ini


keseluruhan pemilik Unit Penyertaan Reksa Dana berbentuk kontrak investasi
kolektif adalah Pihak yang memiliki atau berhak atas Efek yang termasuk
dalam portofolio Reksa Dana dimaksud. Kepemilikan tersebut diwakili oleh
Bank Kustodian dengan mencatatkan nama Bank Kustodian tersebut dalam
buku daftar pemegang Efek Emiten. Bank Kustodian dalam hal ini
semata-mata bertindak selaku wakil dari keseluruhan pemilik Unit Penyertaan
Reksa Dana dimaksud.

Ayat (4)

Konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat berupa keterangan


tertulis atau bentuk lain yang menerangkan jumlah Efek yang tercatat dalam
buku daftar pemegang Efek Emiten atas nama Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian yang mewakili kepentingan pemegang rekening atau Bank
Kustodian yang mewakili kepentingan Unit Penyertaan Reksa Dana berbentuk
kontrak investasi kolektif.

Ayat (5)…
Ayat (5)

Ketentuan dalam ayat ini mewajibkan Lembaga Penyimpanan dan


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 46 -

Penyelesaian, Bank Kustodian, atau Perusahaan Efek untuk memberikan tanda


bukti pencatatan sebagai konfirmasi kepada pemegang rekening dari Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian, atau Perusahaan Efek
dimaksud.

Pasal 57

Dalam rangka meningkatkan efisiensi penyelesaian transaksi Efek, Efek dalam


Penitipan Kolektif dianggap sepadan.

Dalam hal ini Efek dianggap memiliki sifat yang sama dengan uang, misalnya
apabila seseorang hendak mencairkan uang dari rekeningnya pada bank, maka yang
bersangkutan tidak dapat menuntut atau mensyaratkan kepada bank agar uang yang
dicairkan tersebut adalah fisik uang yang dahulu disetorkan nasabah tersebut kepada
bank.

Dengan demikian, pemegang rekening Efek tidak dapat menuntut pemilikan suatu
Efek berdasarkan nomor, seri, atau ciri-ciri tertentu dari Efek. Pemegang rekening
hanya dapat menuntut berdasarkan jumlah, jenis, dan kelas Efek.

Pasal 58

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)

Walaupun Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian


tercatat dalam buku daftar pemegang Efek Emiten, pemegang rekening pada
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian dapat
menginstruksikan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank
Kustodian agar namanya atau Pihak lain yang ditunjuk oleh yang bersangkutan
dicatat dalam buku daftar pemegang Efek Emiten. Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian atau Bank Kustodian yang menerima instruksi tersebut wajib
melaksanakannya dengan memerintahkan Emiten agar mencatatkan nama
Pihak tersebut atau Pihak lain yang ditunjuk oleh yang bersangkutan dalam
buku daftar pemegang Efek Emiten. Emiten yang menerima instruksi tersebut
wajib melaksanakannya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat ini.

Ayat (3)…
Ayat (3)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 47 -

Ketentuan ayat ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa Efek yang


dimasukkan dalam Penitipan Kolektif adalah Efek yang baik dalam arti bebas
dari permasalahan, termasuk dari gugatan Pihak mana pun yang menyatakan
berhak atas Efek dimaksud. Hal ini diperlukan agar Efek yang masuk dalam
Penitipan Kolektif benar-benar Efek yang siap untuk diperjualbelikan. Efek
yang hilang atau musnah dianggap Efek yang bermasalah, sehingga tidak dapat
dimasukkan dalam Penitipan Kolektif. Namun, kemungkinan dapat terjadi
bahwa Efek yang hilang atau musnah tersebut dimiliki oleh Pihak dan tidak
dialihkan kepada Pihak lain serta Pihak tersebut dapat membuktikan bahwa
Efek tersebut adalah milik sendiri. Dalam hal ini, Emiten dapat menerima
pencatatan Efek dimaksud ke dalam Penitipan Kolektif dan mengambil alih
tanggung jawab terhadap pencatatan Efek dimaksud ke dalam Penitipan
Kolektif.

Ayat (4)

Efek yang dijaminkan, diletakkan dalam sita jaminan berdasarkan penetapan


pengadilan, atau disita untuk kepentingan pemeriksaan perkara pidana
dianggap Efek yang tidak bebas untuk ditransaksikan. Atas dasar itu, Efek
tersebut tidak dapat dimasukkan dalam Penitipan Kolektif berdasarkan
ketentuan ayat ini.

Pasal 59

Ayat (1)

Oleh karena dana dan atau Efek dalam Rekening Efek pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian merupakan milik dari pemegang rekening,
pemegang rekening yang bersangkutan dapat menarik dana dan atau Efek
tersebut sewaktu-waktu berdasarkan ketentuan ayat ini.

Ayat (2)

Dengan pemblokiran, pembekuan, atau penjaminan atas rekening Efek berarti


bahwa dana dan atau Efek yang terdapat dalam rekening Efek tersebut tidak
dapat ditarik atau dimutasikan. Atas dasar itu, apabila terdapat permintaan
untuk menarik atau memutasikan dana dan atau Efek dalam rekening Efek
dimaksud, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dapat menolak permintaan
tersebut.

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 60…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 48 -

Pasal 60

Ayat (1)

Oleh karena pemegang rekening adalah Pihak yang memiliki atau berhak atas
rekening Efek, sudah dengan sendirinya Pihak tersebut mempunyai hak suara
atas Efek yang tercatat dalam rekening Efek yang bersangkutan. Untuk itu
berdasarkan ketentuan ayat ini ditegaskan bahwa pemegang rekening adalah
Pihak yang berhak untuk hadir dan memberikan hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Efek walaupun Efek tersebut tercatat atas nama Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian dalam buku daftar
pemegang Efek Emiten. Fungsi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan
Bank Kustodian dalam hal ini adalah selaku Kustodian yang mewakili
kepentingan pemegang rekening.

Ayat (2)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk menjamin agar hak pemegang
rekening berupa dividen, bunga, saham bonus, atau hak lain dapat segera
diterima oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Hal ini diperlukan untuk
menghindari kerugian yang mungkin timbul yang diderita oleh pemegang
rekening akibat keterlambatan penyerahan hak dimaksud.

Pasal 61

Ketentuan dalam Pasal ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pemegang


rekening sewaktu-waktu dapat meminjamkan atau menjaminkan Efek yang tercatat
dalam rekening Efek tanpa mengeluarkan Efek tersebut dari Penitipan Kolektif. Hal
ini diperlukan agar peminjaman atau penjaminan Efek itu terlaksana dengan aman
dan efisien. Peminjaman atau penjaminan Efek dilakukan dengan pemberitahuan
secara tertulis oleh pemegang rekening kepada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian atau Bank Kustodian yang menerangkan jumlah, jenis Efek yang
dipinjamkan atau dijaminkan, Pihak yang menerima pinjaman atau penjaminan, dan
persyaratan peminjaman atau penjaminan.

Pasal 62

Yang dimaksud dengan "ketentuan mengenai Penitipan Kolektif dalam Pasal ini
adalah ketentuan mengenai hal-hal yang wajib dimuat dalam anggaran dasar Emiten,
antara lain:
a. kesepadanan Efek;
b. kewajiban untuk menerbitkan sertifikat atau konfirmasi kepada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian;
c. hak suara, hak atas dividen, dan hak-hak lain yang dimiliki oleh pemegang
rekening Efek dalam penitipan kolektif; dan
d. pengalihan kepemilikan dalam Penitipan Kolektif.

Ketentuan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 49 -

Ketentuan mengenai Penitipan Kolektif diperlukan agar pemegang Efek, khususnya


pemegang saham, secara jelas mengetahui dan dapat melaksanakan hak-haknya atas
Efek yang tercatat dalam Penitipan Kolektif.

Pasal 63
Cukup jelas

Pasal 64

Ayat (1)
Huruf a

Akuntan adalah Akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri dan
terdaftar di Bapepam.

Huruf b

Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang memberikan pendapat hukum


kepada Pihak lain dan terdaftar di Bapepam.

Huruf c

Penilai adalah Pihak yang memberikan penilaian atas asset perusahaan


dan terdaftar di Bapepam.

Huruf d

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan
terdaftar di Bapepam.

Huruf e

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menampung kemungkinan


diperlukannya jasa profesi lain untuk memberikan pendapat atau
penilaian sesuai dengan perkembangan Pasar Modal di masa mendatang
dan terdaftar di Bapepam.

Ayat (2)

Karena pendapat dan atau penilaian Profesi Penunjang Pasar Modal sangat
penting bagi pemodal dalam mengambil keputusan investasinya, maka
kegiatan profesi tersebut di Pasar Modal perlu diawasi dengan mewajibkannya
mendaftar di Bapepam.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 50 -

Ayat (3)…

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan persyaratan dan tata cara pendaftaran dalam ayat ini
adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. persyaratan sarana dan prasarana;
b. persyaratan kualifikasi pendidikan;
c. persyaratan izin profesi bagi profesi yang memerlukan izin dari instansi
yang berwenang; dan
d. tata cara pengajuan permohonan pendaftaran.

Pasal 65

Ayat (1)

Karena izin profesi merupakan salah satu persyaratan pendaftaran di Bapepam,


maka apabila izin profesi tersebut dicabut, dengan sendirinya pendaftaran di
Bapepam menjadi batal.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Dalam hal tertentu Profesi Penunjang Pasar Modal dapat memberikan lebih
dari satu jenis jasa. Demikian juga halnya satu jenis jasa dapat diberikan yang
sifatnya berulang-ulang berdasarkan penugasan secara periodik. Selanjutnya
pemberian jasa dimaksud dapat diberikan kepada satu Pihak atau lebih. Dalam
hal pencabutan pendaftaran berhubungan dengan pemberian salah satu jenis
jasa kepada Pihak tertentu atau pemberian jasa pada salah satu periode kepada
Pihak tertentu, Bapepam dapat melakukan pemeriksaan atas jasa lain atau jasa
yang diberikan untuk periode lainnya, baik untuk Pihak tersebut maupun Pihak
lainnya.

Yang dimaksud dengan jasa lain dalam ayat ini adalah jasa yang bukan
menjadi penyebab dibatalkannya pendaftaran atau dicabutnya izin profesi yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Pemeriksaan atas jasa
lain dimaksud diperlukan dalam rangka untuk memperoleh kepastian tentang
dampak yang mungkin timbul akibat dari pembatalan tersebut.

Ayat (4)

Cukup jelas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 51 -

Pasal 66…

Pasal 66

Kode etik dan standar profesi merupakan suatu standar pemenuhan kualitas minimal
jasa yang diberikan kepada nasabahnya, dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap
Profesi Penunjang Pasar Modal untuk menaatinya. Namun, dalam hal kode etik dan
standar profesi dimaksud bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya, Profesi Penunjang Pasar Modal harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya. Hal ini penting
untuk melindungi kepentingan para pemodal.

Pasal 67

Ketentuan ini dimaksudkan agar pendapat atau penilaian yang diberikan oleh Profesi
Penunjang Pasar Modal dilakukan secara profesional dan bebas dari pengaruh Pihak
yang memberikan tugas dan menggunakan jasa Profesi Penunjang Pasar Modal
tersebut dan atau afiliasinya sehingga pendapat atau penilaian yang diberikan
objektif dan wajar.

Pasal 68

Ketentuan tentang kewajiban untuk melaporkan adanya pelanggaran dalam jangka


waktu 3 (tiga) hari dimaksudkan agar Bapepam dapat mengetahui hal tersebut sedini
mungkin dan dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi
atau mencegah kemungkinan kerugian yang lebih besar bagi masyarakat pemodal.

Pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam dalam Pasal ini adalah
penyampaian informasi secara rahasia tentang adanya pelanggaran yang dilakukan
terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
atau hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud atau
kepentingan para nasabahnya. Pemberitahuan dimaksud wajib disampaikan kepada
Bapepam secara tertulis.

Pasal 69

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam ayat ini
adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di Pasar Modal.

Ayat (2)

Meskipun pengaturan suatu hal tertentu sudah diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan ayat (1), tetapi apabila
belum mencakup hal-hal yang dibutuhkan di Pasar Modal seperti dalam rangka
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 52 -

memenuhi asas keterbukaan, Bapepam dapat menetapkan ketentuan mengenai


hal tersebut secara khusus untuk melindungi kepentingan publik.
Pasal 70…
Pasal 70

Ayat (1)

Kegiatan Penawaran Umum merupakan salah satu cara untuk menghimpun


dana masyarakat. Untuk itu, kepentingan masyarakat yang akan menanamkan
dananya pada Efek perlu mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu, setiap
Pihak yang bermaksud menghimpun dana melalui Penawaran Umum
diwajibkan terlebih dahulu menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada
Bapepam dan Penawaran Umum tersebut baru dapat dilakukan setelah
Pernyataan Pendaftaran dimaksud efektif.

Ayat (2)

Pengecualian pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


diperlukan mengingat pembinaan, pengaturan, dan pengawasan Efek dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c ayat ini dilaksanakan oleh instansi lain.
Khusus untuk penawaran Efek yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah
Indonesia, ketentuan ayat (1) juga tidak berlaku mengingat Pemerintah
sebagai Pihak yang menerbitkan atau menjamin Efek dimaksud memiliki
kemampuan untuk memenuhi segala kewajiban dalam penerbitan Efek
tersebut. Sedangkan pengecualian terhadap Efek lain yang ditetapkan oleh
Bapepam dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penerbitan
Efek yang oleh karena satu dan lain hal harus dikecualikan dari kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 71

Dengan ketentuan ini, pemodal mempunyai kesempatan memahami isi Prospektus


sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasinya.

Pasal 72

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan sendiri-sendiri maupun bersama-sama dalam ayat ini


adalah bahwa dalam hal terdapat lebih dari satu Penjamin Pelaksana Emisi
Efek, pemodal dapat menuntut ganti rugi kepada satu atau lebih Penjamin
Pelaksana Emisi Efek apabila terjadi kerugian yang diderita pemodal akibat
kelalaian para Penjamin Pelaksana Emisi Efek termaksud.

Ayat (3)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 53 -

Cukup jelas

Pasal 73…

Pasal 73

Untuk melindungi kepentingan pemegang saham perusahaan yang telah memenuhi


persyaratan sebagai Perusahaan Publik, perusahaan yang bersangkutan wajib
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran.

Pasal 74

Ayat (1)

Ketentuan ini dimaksudkan agar Emiten memperoleh kepastian bahwa dalam


hal Pernyataan Pendaftaran yang disampaikannya kepada Bapepam telah
lengkap dan memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan, apabila
Bapepam tidak melakukan sesuatu, Pernyataan Pendaftaran tersebut menjadi
efektif dengan sendirinya pada hari ke-45 (keempat puluh lima).

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)

Dalam hal Bapepam meminta perubahan dan atau tambahan informasi dari
Emiten atau Perusahaan Publik, penghitungan waktu untuk efektifnya
Pernyataan Pendaftaran dihitung sejak tanggal diterimanya tambahan informasi
atau perubahan dimaksud..

Ayat (4)

Terdapat kemungkinan bahwa Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan


kepada Bapepam belum lengkap dan belum memenuhi persyaratan sehingga
efektifnya Pernyataan Pendaftaran akan melebihi jangka waktu 45 (empat
puluh lima) hari.

Dalam hal ini, Bapepam dapat meminta perubahan dan atau tambahan
informasi kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Pernyataan Pendaftaran baru dapat dinyatakan efektif apabila:


a. perubahan dan atau tambahan informasi yang diminta oleh Bapepam
telah dipenuhi; dan
b. perubahan dan atau tambahan informasi dimaksud telah memenuhi
persyaratan.

Pasal 75
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -

Ayat (1)

Cukup jelas
Ayat (2)…
Ayat (2)

Bapepam tidak melakukan penilaian atas kualitas Efek yang ditawarkan.


Keputusan untuk melakukan investasi sepenuhnya ada pada pemodal.

Pasal 76

Rencana pencatatan Efek di Bursa Efek merupakan salah satu hal penting yang
dijadikan dasar pertimbangan keputusan untuk melakukan investasi oleh pemodal.
Oleh karena itu, apabila janji tersebut tidak dapat dipenuhi, Penawaran Umum
tersebut menjadi batal demi hukum dan Emiten serta Penjamin Emisi Efek wajib
mengembalikan uang pesanan Efek kepada pemesan.

Pasal 77

Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara penyampaian Pernyataan


Pendaftaran dalam Pasal ini adalah ketentuan mengenai, antara lain:

a. persyaratan tentang jenis dokumen yang termasuk dalam Pernyataan


Pendaftaran;

b. persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pihak yang melakukan Penawaran


Umum; dan

c. tata cara penyampaian Pernyataan Pendaftaran.

Pasal 78

Ayat (1)

Prospektus merupakan salah satu dokumen pokok dalam rangka Penawaran


Umum. Oleh karena itu, informasi yang terkandung di dalamnya harus memuat
hal-hal yang benar-benar menggambarkan keadaan Emiten yang bersangkutan
sehingga keterangan atau informasi dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk menetapkan keputusan investasinya. Apabila informasi
yang disajikan tidak benar tentang fakta yang material, atau tidak
mengungkapkan informasi yang benar tentang fakta yang material, hal tersebut
dapat mengakibatkan pemodal mengambil keputusan investasi yang tidak
tepat.

Ayat (2)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah adanya Pihak-Pihak yang


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 55 -

menggunakan keterangan yang tidak benar dengan menyebutkan bahwa


Bapepam telah memberikan persetujuan, izin, pengesahan, penelitian, atau
penilaian atas berbagai segi keunggulan suatu Efek dengan maksud untuk
mempengaruhi masyarakat agar membeli Efek yang ditawarkan.

Ayat (3)…
Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "ketentuan mengenai Prospektus dalam ayat ini, antara
lain mengenai bentuk dan isi Prospektus.

Prospektus tersebut sekurang-kurangnya memuat:


a. uraian tentang Penawaran Umum;
b. tujuan dan penggunaan dana Penawaran Umum;
c. analisis dan pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan;
d. risiko usaha;
e. data keuangan;
f. keterangan dari segi hukum;
g. informasi mengenai pemesanan pembelian Efek; dan
h. keterangan tentang anggaran dasar.

Pasal 79

Ayat (1)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar masyarakat memperoleh


keterangan atau informasi yang sebenarnya mengenai Emiten yang diperlukan
sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan keputusan investasinya.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ketentuan tentang persyaratan pengumuman dalam


ayat ini, antara lain mengenai:
a. nama Emiten;
b. jenis Efek yang ditawarkan;
c. jenis industri Emiten;
d. nama dan alamat agen penjualan (jika ada); dan
e. nama dan alamat Penjamin Emisi Efek (jika ada).

Pasal 80

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)

Tanggung jawab masing-masing Profesi Penunjang Pasar Modal terbatas pada


pendapat atau keterangan yang diberikannya dalam rangka Pernyataan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 56 -

Pendaftaran. Oleh karena itu, pemodal hanya dapat menuntut ganti rugi atas
kerugian yang timbul akibat dari pendapat atau penilaian yang diberikan
Profesi Penunjang Pasar Modal.

Ayat (3)…

Ayat (3)

Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau Profesi Penunjang Pasar Modal tidak
dapat dituntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh pemodal apabila
Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau Profesi Penunjang Pasar Modal tersebut
telah melakukan penilaian atau memberikan pendapatnya secara profesional,
dalam arti pekerjaannya telah dilaksanakan sesuai dengan norma pemeriksaan,
prinsip-prinsip dan kode etik masing-masing profesi, dan pendapatnya atau
penilaiannya itu telah diberikan secara independen. Selain itu, Penjamin
Pelaksana Emisi Efek atau Profesi Penunjang Pasar Modal telah melakukan
langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk memastikan kebenaran dari
pernyataan atau keterangan yang diungkapkan dalam Pernyataan Pendaftaran.

Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 81

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 82

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan hak memesan Efek terlebih dahulu dalam ayat ini
adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan kesempatan bagi
pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli Efek baru sebelum
ditawarkan kepada Pihak lain.

Ayat (2)

Untuk melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya


merupakan pemegang saham minoritas dari kemungkinan adanya penetapan
harga yang tidak wajar atas transaksi yang dilakukan oleh Emiten
disebabkan oleh adanya benturan kepentingan antara pribadi direktur,
komisaris, atau pemegang saham utama, Bapepam dapat mewajibkan Emiten
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 57 -

untuk terlebih dahulu memperoleh persetujuan mayoritas dari pemegang


saham independen.

Ayat (3)…
Ayat (3)

Yang dimaksud dengan persyaratan dan tata cara penerbitan hak memesan
Efek terlebih dahulu dan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
dalam ayat ini adalah ketentuan mengenai, antara lain:
a. bentuk dan isi Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penerbitan hak
memesan Efek terlebih dahulu;
b. dokumen-dokumen yang wajib disampaikan dalam Pernyataan
Pendaftaran tersebut;
c. bentuk dan isi Prospektus dalam rangka penerbitan hak memesan Efek
terlebih dahulu; dan
d. tata cara pelaksanaan penentuan korum dan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham untuk memperoleh persetujuan pemegang saham
independen.

Pasal 83

Yang dimaksud dengan "penawaran tender dalam Pasal ini adalah penawaran
melalui media massa untuk memperoleh Efek bersifat ekuitas dengan cara
pembelian atau pertukaran dengan Efek lainnya.

Yang dimaksud dengan "Efek bersifat ekuitas dalam penjelasan Pasal ini adalah
saham atau Efek yang dapat ditukar dengan saham atau Efek yang mengandung hak
untuk memperoleh saham.

Mengingat penawaran tender melibatkan penawaran untuk membeli Efek dari


pemegang saham publik yang dapat berakibat berkurangnya jumlah pemegang
saham secara signifikan dan ada kemungkinan perusahaan yang bersangkutan tidak
lagi memenuhi persyaratan sebagai Perusahaan Publik, pemegang saham publik
tersebut perlu memperoleh perlindungan. Perlindungan kepada pemegang saham
publik tersebut dilakukan terutama agar transaksi penawaran tender dilakukan
dengan wajar.

Kewajaran di atas, terutama dalam hal perolehan informasi yang benar tentang
rencana penawaran tender yang diusulkan, termasuk penetapan harga, tata cara
penjualan Efek, serta persyaratan tertentu yang dapat mengakibatkan batalnya
penawaran tender dimaksud.

Pasal 84
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 58 -

Ketentuan yang dimaksud dalam Pasal ini ditujukan untuk melindungi kepentingan
pemodal dari praktik yang merugikan pemodal dalam transaksi penggabungan,
peleburan, atau pengambilalihan, termasuk penyertaan yang melibatkan Emiten atau
Perusahaan Publik, dengan mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud
untuk memenuhi Prinsip Keterbukaan dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam.
Pelaksanaan ketentuan ini dilakukan tanpa mengurangi ketentuan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Pasal 85…

Pasal 85

Yang dimaksud dengan laporan dalam Pasal ini adalah laporan berkala dan laporan
insidental lainnya.

Pasal 86

Ayat (1)

Oleh karena informasi mengenai Emiten atau Perusahaan Publik mempunyai


peranan yang penting bagi pemodal, di samping untuk efektivitas pengawasan
oleh Bapepam, kewajiban untuk menyampaikan dan mengumumkan laporan
bagi Emiten atau Perusahaan Publik dimaksudkan juga agar informasi
mengenai jalannya usaha perusahaan tersebut selalu tersedia bagi masyarakat.

Huruf a

Informasi berkala tentang kegiatan usaha dan keadaan keuangan Emiten


atau Perusahaan Publik diperlukan oleh pemodal sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi atas Efek. Oleh karena itu, Emiten atau
Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan berkala untuk setiap
akhir periode tertentu kepada Bapepam dan laporan tersebut terbuka
untuk umum.

Huruf b

Selain tambahan dari laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam huruf


a di atas, apabila terjadi peristiwa yang sifatnya material, Emiten atau
Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam dan
mengumumkannya kepada masyarakat selambat-lambatnya pada akhir
hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa yang sifatnya material
tersebut.

Ayat (2)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada


Bapepam untuk menetapkan persyaratan tertentu di mana Emiten atau
Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif tidak
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 59 -

diwajibkan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).


Persyaratan dimaksud, antara lain, berupa penentuan maksimal jumlah
pemegang saham dan modal disetor Perusahaan Publik yang tidak diwajibkan
untuk menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Ketentuan ini tidak berarti bahwa Perusahaan Publik yang Pernyataan
Pendaftarannya telah menjadi efektif tidak wajib menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meskipun tidak memenuhi persyaratan
sebagai Perusahaan Publik.

Pasal 87…

Pasal 87

Ayat (1)

Karena kedudukannya yang penting tersebut, direktur atau komisaris Emiten


atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan perubahan kepemilikan
efeknya.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Jangka waktu pelaporan kepemilikan atau perubahan kepemilikan


sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dihitung sejak terjadinya transaksi.

Pasal 88

Yang dimaksud dengan "ketentuan dan tata cara penyampaian laporan yang akan
diatur oleh Bapepam dalam Pasal ini, antara lain:
a. bentuk dan isi laporan;
b. Pihak yang dapat menandatangani laporan;
c. batas waktu penyampaian laporan; dan
d. tata cara penyampaian laporan.

Pasal 89

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "informasi dalam ayat ini, antara lain Pernyataan
Pendaftaran termasuk Prospektus, permohonan izin usaha, izin orang
perseorangan, persetujuan dan pendaftaran profesi, laporan berkala, dan
laporan lainnya.

Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 60 -

Yang dimaksud dengan pengecualian dalam ayat ini, antara lain berupa
formula rahasia produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Pasal 90

Yang dimaksud dengan kegiatan perdagangan Efek dalam Pasal ini adalah kegiatan
yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi
dalam rangka Penawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun kegiatan
penawaran, pembelian dan atau penjualan Efek di luar Bursa Efek atas Efek Emiten
atau Perusahaan Publik.
Pasal 91…
Pasal 91

Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan,


keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan
penawaran jual dan penawaran beli Efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan
investasi dalam Efek. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya
tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan,
keadaan pasar, atau harga Efek, antara lain:
a. melakukan transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan;
atau
b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli Efek pada harga tertentu, di
mana Pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan Pihak lain yang
melakukan penawaran beli atau penawaran jual Efek yang sama pada harga
yang kurang lebih sama.

Pasal 92

Ketentuan ini melarang dilakukannya serangkaian transaksi Efek oleh satu Pihak
atau beberapa Pihak yang bersekongkol sehingga menciptakan harga Efek yang
semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli
Efek yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain.

Pasal 93

Cukup jelas

Pasal 94

Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam Pasal ini, antara lain menyangkut:
a. stabilisasi harga Efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut
dicantumkan dalam Prospektus; dan
b. penjualan dan pembelian Efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar
untuk rekeningnya sendiri secara terus-menerus untuk menjaga likuiditas
perdagangan Efek.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 61 -

Pasal 95

Yang dimaksud dengan orang dalam dalam Pasal ini adalah:


a. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
b. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
c. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena
hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan
orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau

Pihak…
Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c di atas.

Yang dimaksud dengan kedudukan dalam penjelasan huruf c ini adalah jabatan pada
lembaga, institusi, atau badan pemerintah.

Yang dimaksud dengan hubungan usaha dalam penjelasan huruf c ini adalah
hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain hubungan nasabah,
pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur.

Yang dimaksud dengan informasi orang dalam dalam penjelasan huruf c adalah
Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk
umum.

Sebagai contoh penjelasan huruf d adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada
tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai orang dalam
sampai dengan tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan.

Huruf a
Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
Efek Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan didasarkan atas
pertimbangan bahwa kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan
kepentingan Emiten, Perusahaan Publik, atau pemegang saham secara
keseluruhan termasuk di dalamnya untuk tidak menggunakan informasi orang
dalam untuk kepentingan diri sendiri atau Pihak lain.

Huruf b

Di samping larangan tersebut dalam huruf a, orang dalam dari suatu Emiten
atau Perusahaan Publik yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain juga
dikenakan larangan untuk melakukan transaksi atas Efek dari perusahaan lain
tersebut, meskipun yang bersangkutan bukan orang dalam dari perusahaan lain
tersebut. Hal ini karena informasi mengenai perusahaan lain tersebut lazimnya
diperoleh karena kedudukannya pada Emiten atau Perusahaan Publik yang
melakukan transaksi dengan perusahaan lain tersebut.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 62 -

Yang dimaksud dengan "transaksi dalam huruf ini adalah semua bentuk
transaksi yang terjadi antara Emiten atau Perusahaan Publik dan perusahaan
lain, termasuk transaksi atas Efek perusahaan lain tersebut yang dilakukan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Pasal 96…

Pasal 96

Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang mempengaruhi Pihak


lain untuk melakukan pembelian dan atau penjualan atas Efek dari Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan, walaupun orang dalam dimaksud tidak
memberikan informasi orang dalam kepada Pihak lain, karena hal ini dapat
mendorong Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan Efek berdasarkan
informasi orang dalam.

Selain itu, orang dalam dilarang memberikan informasi orang dalam kepada Pihak
lain yang diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian
dan atau penjualan Efek. Dengan demikian, orang dalam mempunyai kewajiban
untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi agar informasi tersebut tidak
disalahgunakan oleh Pihak yang menerima informasi tersebut untuk melakukan
pembelian atau penjualan atas Efek.

Pasal 97

Ayat (1)

Setiap Pihak yang dengan sengaja berusaha secara melawan hukum untuk
memperoleh dan pada akhirnya memperoleh informasi orang dalam mengenai
Emiten atau Perusahaan Publik, juga dikenakan larangan yang sama seperti
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan
Pasal 96. Artinya, mereka dilarang untuk melakukan transaksi atas Efek yang
bersangkutan, serta dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan
pembelian dan atau penjualan atas Efek tersebut atau memberikan informasi
orang dalam tersebut kepada Pihak lain yang patut diduga akan
menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian dan penjualan
Efek.

Sebagai contoh perbuatan melawan hukum, antara lain:


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 63 -

a. berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan cara mencuri;


b. berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan cara membujuk
orang dalam; dan
c. berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan cara kekerasan atau
ancaman.

Ayat (2)

Sebagai contoh, apabila seseorang yang bukan orang dalam meminta informasi
dari Emiten atau Perusahaan Publik dan kemudian memperolehnya dengan
mudah tanpa pembatasan, orang tersebut tidak dikenakan larangan yang
berlaku bagi orang dalam.

Namun,…
Namun, apabila pemberian informasi orang dalam disertai dengan persyaratan
untuk merahasiakannya atau persyaratan lain yang bersifat pembatasan,
terhadap Pihak yang memperoleh informasi orang dalam berlaku larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

Pasal 98

Ketentuan Pasal ini memberi kemungkinan Perusahaan Efek untuk melakukan


transaksi Efek semata-mata untuk kepentingan nasabahnya karena salah satu
kegiatan Perusahaan Efek adalah sebagai Perantara Pedagang Efek yang wajib
melayani nasabahnya dengan sebaik-baiknya. Dalam melaksanakan transaksi Efek
dimaksud, Perusahaan Efek tidak memberikan rekomendasi apa pun kepada
nasabahnya tersebut. Apabila larangan dalam Pasal ini dilanggar, Perusahaan Efek
melanggar ketentuan orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal
96.

Pasal 99

Transaksi Efek tertentu yang tidak termasuk dalam transaksi Efek sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 ditetapkan dengan peraturan Bapepam.
Sebagai contoh, transaksi Efek tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
adalah transaksi Efek antar orang dalam.

Pasal 100

Ayat (1)

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi sebagai badan pengawas


terhadap kegiatan di Pasar Modal, Bapepam perlu diberikan kewenangan
untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap Pihak yang diduga telah,
sedang, atau mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk, atau
membantu melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya. Dengan kewenangan ini, Bapepam dapat
mengumpulkan data, informasi, dan atau keterangan lain yang diperlukan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 64 -

sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya.

Ayat (2)

Dalam rangka pemeriksaan, Bapepam dapat meminta keterangan dan atau


konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari
Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap
Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya ataupun Pihak lain
apabila dianggap perlu.

Di…
Di samping itu, Bapepam dapat memerintahkan dihentikannya suatu kegiatan
yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya, seperti memerintahkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk
menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi
yang menyesatkan. Sebaliknya, Bapepam dapat memerintahkan dilakukannya
suatu kegiatan tertentu apabila dipandang perlu untuk mengurangi kerugian
yang timbul dan atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan
Emiten atau Perusahaan Publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam
media massa. Bapepam dapat pula menetapkan syarat dan atau mengizinkan
dilakukannya penyelesaian tertentu atas kerugian yang ditimbulkan dari
kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya. Penyelesaian dimaksud antara lain berupa
penyelesaian secara perdata diantara para Pihak.

Data, informasi, bahan, dan atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam
rangka pemeriksaan tersebut dapat digunakan oleh Bapepam untuk
menetapkan sanksi administratif. Apabila Bapepam menetapkan untuk
meneruskan pemeriksaan yang dilakukan ke tahap penyidikan, data, informasi,
bahan, dan atau keterangan lain tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal
dalam tahap penyidikan.

Hal ini tidak berarti bahwa tindakan penyidikan harus didahului oleh tindakan
pemeriksaan. Artinya, apabila Bapepam berpendapat bahwa suatu kegiatan
yang dilakukan itu merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan
atau peraturan pelaksanaannya dan mengakibatkan kerugian terhadap
kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan
masyarakat, maka tindakan penyidikan dapat mulai dilakukan.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan tata cara pemeriksaan dalam ayat ini adalah ketentuan
mengenai, antara lain:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 65 -

a. tata cara penyusunan program pemeriksaan;


b. tata cara pelaksanaan pemeriksaan; dan
c. tata cara pelaporan hasil pemeriksaan.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan pegawai Bapepam sebagaimana dimaksud dalam Pasal


ini adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Bapepam.

Pasal 101…

Pasal 101

Ayat (1)

Pelanggaran yang terjadi di Pasar Modal sangat beragam dilihat dari segi jenis,
modus operandi, atau kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Oleh karena itu,
Bapepam diberikan wewenang untuk mempertimbangkan konsekuensi dari
pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskannya ke tahap
penyidikan berdasarkan pertimbangan dimaksud.
Tidak semua pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya di bidang Pasar Modal harus dilanjutkan ke tahap penyidikan
karena hal tersebut justru dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau
perdagangan Efek secara keseluruhan.

Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan sistem Pasar Modal atau


kepentingan pemodal dan atau masyarakat, atau apabila tidak tercapai
penyelesaian atas kerugian yang telah timbul, Bapepam dapat memulai
tindakan penyidikan dalam rangka penuntutan tindak pidana.

Tindakan untuk memulai penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini


oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bapepam dilakukan setelah
memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam.

Ayat (2)

Penyidikan di bidang Pasar Modal adalah serangkaian tindakan penyidik untuk


mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga dapat membuat
terang tentang tindak pidana di bidang Pasar Modal yang terjadi, menemukan
tersangka, serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkannya. Penyidik
di bidang Pasar Modal adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 66 -

lingkungan Bapepam yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (3)

Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Cukup jelas

Huruf d
Cukup jelas
Huruf e…

Huruf e
Cukup jelas

Huruf f
Cukup jelas

Huruf g
Cukup jelas

Huruf h
Cukup jelas

Huruf i
Tindakan untuk memulai dan menghentikan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam huruf ini oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Bapepam dilakukan setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam.

Ayat (4)

Ketentuan dalam ayat ini menegaskan bahwa untuk memperoleh keterangan


mengenai keadaan keuangan tersangka di bank sehubungan dengan
penyidikan, Bapepam harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Menteri.
Apabila penyidikan tersebut tidak berkaitan dengan keadaan keuangan
tersangka di bank, Bapepam tidak memerlukan izin dari Menteri.

Ayat (5)
Cukup jelas

Ayat (6)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 67 -

Yang dimaksud dengan aparat penegak hukum lain dalam ayat ini antara lain
aparat penegak hukum dari Kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Imigrasi, Departemen Kehakiman, dan Kejaksaan Agung.

Ayat 7
Cukup jelas

Pasal 102

Ayat (1)

Dalam menerapkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat ini,


Bapepam perlu memperhatikan aspek pembinaan terhadap Pihak dimaksud.

Pihak…
Pihak yang dimaksud dalam ayat ini adalah Emiten, Perusahaan Publik, Bursa
Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer
Investasi, Biro Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi Penunjang
Pasar Modal, dan Pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau
pendaftaran dari Bapepam. Ketentuan dalam ayat ini berlaku juga bagi
direktur, komisaris, dan setiap Pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5%
(lima perseratus) saham Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 87 Undang-undang ini.

Ayat (2)

Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Cukup jelas

Huruf d
Cukup jelas

Huruf e
Cukup jelas

Huruf f
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 68 -

Cukup jelas

Huruf g
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 103

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105…

Pasal 105
Cukup jelas

Pasal 106

Ayat (1)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap Penawaran Umum harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat (1). Sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 6, Emiten diartikan sebagai Pihak yang melakukan
Penawaran Umum sehingga wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran
kepada Bapepam dan Pernyataan Pendaftaran tersebut telah menjadi efektif.
Oleh karena itu, setiap Pihak yang bermaksud melakukan Penawaran Umum
wajib memenuhi ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan apabila dilanggar diancam
dengan pidana berdasarkan ketentuan ayat ini.
Ayat (2)

Yang dimaksud dengan Pihak dalam ayat ini adalah Perusahaan Publik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 22.

Pasal 107
Cukup jelas

Pasal 108
Cukup jelas

Pasal 109
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 69 -

Cukup jelas

Pasal 110

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 111
Cukup jelas

Pasal 112
Cukup jelas

Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114…
Pasal 114

Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Cukup jelas

Huruf d
Cukup jelas

Pasal 115
Cukup jelas

Pasal 116
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3608


OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 12 /POJK.01/2017
TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dengan semakin berkembangnya kompleksitas


produk dan layanan jasa keuangan termasuk
pemasarannya (multi channel marketing), serta semakin
meningkatnya penggunaan teknologi informasi pada
industri jasa keuangan maka semakin tinggi risiko
Penyedia Jasa Keuangan digunakan sebagai sarana
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
b. bahwa peningkatan risiko yang dihadapi Penyedia Jasa
Keuangan perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas
penerapan program anti Pencucian Uang dan/atau
pencegahan Pendanaan Terorisme yang didasarkan pada
pendekatan berbasis risiko (risk based approach) sesuai
dengan prinsip-prinsip umum yang berlaku secara
internasional;
c. bahwa perlu adanya harmonisasi dan integrasi
pengaturan mengenai penerapan program anti Pencucian
Uang dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme di
sektor jasa keuangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan
Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Jasa Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang


Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5164);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5253);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 50, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5406);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN
PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA
KEUANGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK,
adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
-2-

dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Otoritas


Jasa Keuangan.
2. Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat PJK
adalah PJK di Sektor Perbankan, PJK di Sektor Pasar
Modal, dan PJK di Sektor Industri Keuangan Non Bank.
3. PJK di Sektor Perbankan adalah bank umum, termasuk
kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar
negeri, bank umum syariah, bank perkreditan rakyat yang
selanjutnya disebut BPR, dan bank pembiayaan rakyat
syariah yang selanjutnya disebut BPRS sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang Perbankan.
4. PJK di Sektor Pasar Modal adalah perusahaan efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek,
perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi,
serta bank umum yang menjalankan fungsi kustodian
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
5. PJK di Sektor Industri Keuangan Non Bank adalah
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,
perusahaan pialang asuransi, dana pensiun lembaga
keuangan (DPLK), perusahaan pembiayaan, perusahan
modal ventura (PMV), perusahaan pembiayaan
infrastruktur, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
(LPEI), perusahaan pergadaian, lembaga keuangan mikro
(LKM), dan penyelenggara layanan pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
Industri Keuangan Non Bank.
6. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
Pencucian Uang.
7. Pendanaan Terorisme adalah pendanaan terorisme
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
-3-

mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan


tindak pidana Pendanaan Terorisme.
8. Calon Nasabah adalah pihak yang akan menggunakan
jasa PJK.
9. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa PJK.
10. Walk in Customer yang untuk selanjutnya disingkat WIC
adalah pihak yang menggunakan jasa PJK di Sektor
Perbankan atau PJK di Sektor Pasar Modal namun tidak
memiliki rekening pada PJK di Sektor Perbankan atau PJK
di Sektor Pasar Modal tersebut, tidak termasuk pihak yang
mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah
untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah.
11. Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Diligence) yang
selanjutnya disingkat CDD adalah kegiatan berupa
identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan
oleh PJK untuk memastikan transaksi sesuai dengan
profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC.
12. Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence) yang
selanjutnya disingkat EDD adalah tindakan CDD lebih
mendalam yang dilakukan PJK terhadap Calon Nasabah,
WIC, atau Nasabah, yang berisiko tinggi termasuk PEP
dan/atau dalam area berisiko tinggi.
13. Nasabah Berisiko Tinggi (High Risk Customers) adalah
Nasabah yang berdasarkan latar belakang, identitas dan
riwayatnya dianggap memiliki risiko tinggi melakukan
kegiatan terkait tindak pidana Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme.
14. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi
keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan
Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana Pendanaan Terorisme.
15. Transaksi Keuangan Tunai adalah transaksi keuangan
tunai sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
-4-

mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan


tindak pidana Pencucian Uang.
16. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang
selanjutnya disingkat PPATK adalah PPATK sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
Pencucian Uang.
17. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme yang selanjutnya disingkat APU dan PPT adalah
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
18. Direksi:
a. bagi PJK di Sektor Perbankan, PJK di Sektor Pasar
Modal, PJK di Sektor Industri Keuangan Non Bank
berbentuk badan hukum perseroan terbatas adalah
direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai perseroan terbatas;
b. bagi BPR, perusahaan asuransi, perusahaan
asuransi syariah, perusahaan pialang asuransi,
perusahaan pembiayaan, PMV, perusahaan
pembiayaan infrastruktur, perusahaan pergadaian,
LKM atau penyelenggara layanan pinjam meminjam
uang berbasis teknologi informasi berbentuk badan
hukum koperasi adalah pengurus sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai perkoperasian;
c. bagi perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, atau perusahaan pialang asuransi berbentuk
badan hukum usaha bersama adalah direksi
sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar
perusahaan;
d. bagi PMV berbentuk badan usaha perseroan
komanditer adalah yang setara dengan direksi
sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar
perusahaan;
-5-

e. bagi DPLK adalah pengurus sebagaimana dimaksud


dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
dana pensiun;
f. bagi LPEI adalah direktur eksekutif sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai LPEI; dan
g. bagi BPR berbentuk hukum perusahaan umum
daerah, perusahaan perseroan daerah, atau
perusahaan daerah adalah direksi sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai pemerintahan daerah.
19. Dewan Komisaris:
a. bagi PJK di Sektor Perbankan, PJK di Sektor Pasar
Modal, PJK di Sektor Industri Keuangan Non Bank
berbentuk badan hukum perseroan terbatas adalah
dewan komisaris sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perseroan
terbatas;
b. bagi BPR, perusahaan asuransi, perusahaan
asuransi syariah, perusahaan pialang asuransi,
perusahaan pembiayaan, PMV, perusahaan
pembiayaan infrastruktur, perusahaan pergadaian,
LKM, atau penyelenggara layanan pinjam meminjam
uang berbasis teknologi informasi berbentuk badan
hukum koperasi adalah pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai perkoperasian;
c. bagi perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, atau perusahaan pialang asuransi berbentuk
badan hukum usaha bersama adalah dewan
komisaris sebagaimana dimaksud dalam anggaran
dasar perusahaan;
d. bagi PMV berbentuk badan usaha perseroan
komanditer adalah yang setara dengan dewan
komisaris sebagaimana dimaksud dalam anggaran
dasar perusahaan;
-6-

e. bagi DPLK adalah dewan pengawas sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai dana pensiun;
f. bagi LPEI adalah dewan direktur sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia; dan
g. bagi BPR berbentuk hukum perusahaan umum
daerah, perusahaan perseroan daerah, atau
perusahaan daerah, adalah pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai pemerintahan daerah.
20. Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) adalah setiap orang
yang:
a. berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu
yang berkaitan dengan rekening Nasabah;
b. merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau
efek yang ditempatkan pada PJK (ultimately own
account);
c. mengendalikan transaksi Nasabah;
d. memberikan kuasa untuk melakukan transaksi;
e. mengendalikan korporasi atau perikatan lainnya
(legal arrangement); dan/atau
f. merupakan pengendali akhir dari transaksi yang
dilakukan melalui badan hukum atau berdasarkan
suatu perjanjian.
21. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kelompok
yang terorganisasi, baik yang merupakan badan hukum
(legal person) maupun bukan badan hukum, antara lain:
perusahaan, yayasan, koperasi, perkumpulan keagamaan,
partai politik, lembaga swadaya masyarakat atau
organisasi non profit, dan organisasi kemasyarakatan.
22. Rekomendasi Financial Action Task Force yang untuk
selanjutnya disebut Rekomendasi FATF adalah standar
pencegahan dan pemberantasan Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme yang dikeluarkan oleh
FATF.
-7-

23. Negara Berisiko Tinggi (High Risk Countries) adalah negara


atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat:
a. terjadinya atau sarana tindak pidana Pencucian
Uang;
b. dilakukannya tindak pidana asal (predicate crime);
dan/atau
c. dilakukannya aktivitas pendanaan kegiatan
terorisme.
24. Lembaga Negara adalah lembaga yang memiliki
kewenangan di bidang eksekutif, yudikatif, atau legislatif.
25. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif dari unit
organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan
fungsinya, meliputi:
a. kementerian koordinator;
b. kementerian negara;
c. kementerian;
d. Lembaga Negara non kementerian;
e. pemerintah propinsi;
f. pemerintah kota;
g. pemerintah kabupaten;
h. Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan undang-
undang; dan
i. lembaga-lembaga negara yang menjalankan fungsi
pemerintahan dengan menggunakan anggaran
pendapatan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan belanja daerah.
26. Orang yang Populer Secara Politis (Politically Exposed
Person) yang selanjutnya disingkat PEP meliputi:
a. PEP Asing yaitu orang yang diberi kewenangan untuk
melakukan fungsi penting (prominent function) oleh
negara lain (asing), seperti kepala negara atau
pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah
senior, pejabat militer atau pejabat di bidang
penegakan hukum, eksekutif senior pada perusahaan
yang dimiliki oleh negara, pejabat penting dalam
partai politik;
-8-

b. PEP Domestik yaitu orang yang diberi kewenangan


untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh negara, seperti kepala negara atau
pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah
senior, pejabat militer atau pejabat dibidang
penegakan hukum, eksekutif senior pada perusahaan
yang dimiliki oleh negara, pejabat penting dalam
partai politik; dan
c. Orang yang diberi kewenangan untuk melakukan
fungsi penting (prominent function) oleh organisasi
internasional, seperti senior manajer yang meliputi
antara lain direktur, deputi direktur, dan anggota
dewan atau fungsi yang setara.
27. Correspondent Banking adalah kegiatan suatu bank
(correspondent) dalam menyediakan layanan jasa bagi
bank lainnya (respondent) berdasarkan suatu kesepakatan
tertulis dalam rangka memberikan jasa pembayaran dan
jasa perbankan lainnya.
28. Cross Border Corespondent Banking adalah Correspondent
Banking dimana salah satu kedudukan bank
correspondent atau bank respondent berada di luar
wilayah Negara Republik Indonesia.
29. Bank adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional, termasuk kantor cabang dari
bank yang berkedudukan di luar negeri, dan bank umum
syariah sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang perbankan.
30. Transfer Dana adalah transfer dana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai transfer dana.
31. Bank Pengirim adalah bank yang mengirimkan perintah
Transfer Dana.
32. Bank Penerus adalah bank yang meneruskan perintah
Transfer Dana dari Bank Pengirim.
33. Bank Penerima adalah bank yang menerima perintah
Transfer Dana.
-9-

34. Konglomerasi Keuangan (Financial Group) adalah PJK yang


berada dalam satu grup atau kelompok karena keterkaitan
kepemilikan dan/atau pengendalian.

BAB II
KEWAJIBAN PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG
DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR
JASA KEUANGAN

Pasal 2
PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko
tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana
Pendanaan Terorisme terkait dengan nasabah, negara atau
area geografis, produk, jasa, transaksi atau jaringan distribusi
(delivery channels), termasuk kewajiban untuk:
a. mendokumentasikan penilaian risiko;
b. mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang relevan
sebelum menetapkan tingkat keseluruhan risiko, serta
tingkat dan jenis mitigasi risiko yang memadai untuk
diterapkan;
c. mengkinikan penilaian risiko secara berkala; dan
d. memiliki mekanisme yang memadai terkait penyediaan
informasi penilaian risiko kepada instansi yang
berwenang.

Pasal 3
(1) PJK wajib memiliki kebijakan, pengawasan, dan prosedur
pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme, yang disetujui oleh Direksi dan
Dewan Komisaris, agar PJK mampu mengelola dan
memitigasi risiko yang telah diidentifikasi.
(2) PJK wajib memantau penerapan kebijakan, pengawasan
dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
meningkatkan penerapannya jika diperlukan.
(3) PJK wajib menetapkan tindakan yang lebih mendalam
untuk mengelola dan memitigasi risiko dalam hal risiko
yang lebih tinggi teridentifikasi.
- 10 -

Pasal 4
PJK wajib menerapkan program APU dan PPT untuk mengelola
dan memitigasi risiko yang telah diidentifikasi berdasarkan
penilaian risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan yang
telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
OJK ini.

Pasal 5
(1) Program APU dan PPT merupakan bagian dari penerapan
manajemen risiko PJK secara keseluruhan.
(2) Penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kebijakan dan prosedur;
c. pengendalian intern;
d. sistem informasi manajemen; dan
e. sumber daya manusia dan pelatihan.

BAB III
PENGAWASAN AKTIF DIREKSI DAN DEWAN
KOMISARIS

Bagian Pertama
Pengawasan Aktif Direksi

Pasal 6
Pengawasan aktif Direksi paling kurang meliputi:
a. memastikan PJK memiliki kebijakan dan prosedur
penerapan program APU dan PPT;
b. mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis yang
bersifat strategis mengenai penerapan program APU dan
PPT kepada Dewan Komisaris;
c. memastikan penerapan program APU dan PPT
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
tertulis yang telah ditetapkan;
- 11 -

d. membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk


pejabat yang bertanggung jawab terhadap penerapan
program APU dan PPT;
e. melakukan pengawasan atas kepatuhan unit kerja dalam
menerapkan program APU dan PPT;
f. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis
mengenai penerapan program APU dan PPT sejalan
dengan perubahan dan pengembangan produk, jasa, dan
teknologi di sektor jasa keuangan serta sesuai dengan
perkembangan modus Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme; dan
g. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai
dari satuan kerja terkait dan pegawai baru, telah
mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan penerapan
program APU dan PPT secara berkala.

Bagian Kedua
Pengawasan Aktif Dewan Komisaris

Pasal 7
Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang meliputi:
a. memberikan persetujuan atas kebijakan dan prosedur
penerapan program APU dan PPT yang diusulkan oleh
Direksi;
b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab
Direksi terhadap penerapan program APU dan PPT; dan
c. memastikan adanya pembahasan terkait Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme dalam rapat Direksi dan
Dewan Komisaris.
- 12 -

Bagian Ketiga
Penanggung Jawab Penerapan Program APU dan PPT

Paragraf 1
Umum

Pasal 8
(1) PJK wajib membentuk unit kerja khusus dan/atau
menunjuk pejabat sebagai penanggung jawab penerapan
program APU dan PPT, pada kantor pusat dan kantor
cabang.
(2) Unit kerja khusus dan/atau pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai
bagian dari struktur organisasi PJK dan bertanggung
jawab kepada Direksi.
(3) Bagi bank umum, BPR, dan PJK di Sektor Pasar Modal,
unit kerja khusus dan/atau pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
kepada Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.
(4) Bagi BPRS dan PJK di Sektor Industri Keuangan Non
Bank, penanggung jawab penerapan program APU dan
PPT dapat dilaksanakan oleh salah satu anggota Direksi.
(5) PJK wajib memastikan bahwa unit kerja khusus dan/atau
pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan program
APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memiliki kemampuan yang memadai dan memiliki
kewenangan untuk mengakses seluruh data Nasabah dan
informasi lainnya yang terkait.
(6) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal merupakan
perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau
manajer investasi dalam satu badan usaha, PJK di Sektor
Pasar Modal tersebut dapat hanya memiliki satu
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT.
(7) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal merupakan bank
kustodian, penanggung jawab penerapan program APU
dan PPT dapat ditugaskan kepada penanggung jawab bank
- 13 -

kustodian atau dirangkap oleh penanggung jawab


penerapan program APU dan PPT pada bank umum.
(8) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal berupa bank
kustodian yang merupakan kantor cabang bank asing,
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
dilakukan oleh pimpinan kantor cabang bank asing
tersebut.

Paragraf 2
Unit Kerja Khusus

Pasal 9
Dalam hal PJK membentuk unit kerja khusus sebagai
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. unit kerja khusus paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang
yang bertindak sebagai pimpinan dan 1 (satu) orang yang
bertindak sebagai pelaksana;
b. pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus tidak
merangkap fungsi lain;
c. pimpinan unit kerja khusus ditetapkan/diangkat oleh
Direksi;
d. unit kerja khusus berada di bawah koordinasi Direksi
secara langsung dalam struktur organisasi PJK; dan
e. unit kerja khusus bersifat independen dari fungsi lain.

Paragraf 3
Penugasan Pejabat

Pasal 10
Dalam hal PJK menugaskan pejabat sebagai penanggung jawab
penerapan program APU dan PPT, pejabat tersebut harus
ditetapkan atau diangkat oleh Direksi dan hanya dapat
merangkap untuk melaksanakan fungsi manajemen risiko
dan/atau fungsi kepatuhan.
- 14 -

Paragraf 4
Tugas dan Wewenang

Pasal 11
Penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai
tugas paling kurang meliputi:
a. menganalisis secara berkala penilaian risiko tindak pidana
Pencucian Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan
Terorisme terkait dengan Nasabahnya, negara atau area
geografis, produk, jasa, transaksi atau jaringan distribusi
(delivery channels);
b. menyusun, melakukan pengkinian, dan mengusulkan
kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
yang telah disusun untuk mengelola dan memitigasi risiko
berdasarkan penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada
huruf a, untuk dimintakan pertimbangan dan persetujuan
Direksi;
c. memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi,
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara
efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan
oleh Nasabah;
d. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang disusun
sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yang meliputi antara lain
produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan,
kegiatan dan kompleksitas usaha PJK, volume transaksi
PJK, dan modus Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme;
e. memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan
Nasabah telah mengakomodasi data yang diperlukan
dalam penerapan program APU dan PPT;
f. memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi
Nasabah;
g. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan
analisis transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau
tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan,
- 15 -

Transaksi Keuangan Tunai dan/atau transaksi keuangan


transfer dana dari dan ke luar negeri;
h. menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
i. memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta
data dan profil transaksi Nasabah;
j. memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko tinggi
terhadap tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak
pidana Pendanaan Terorisme diidentifikasi secara efektif
sesuai dengan kebijakan dan prosedur PJK serta
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK
ini;
k. memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik
dari setiap satuan kerja terkait kepada unit kerja khusus
atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap penerapan
program APU dan PPT dengan menjaga kerahasiaan
informasi dan memperhatikan ketentuan anti tipping-off;
l. melakukan pengawasan terkait penerapan program APU
dan PPT terhadap satuan kerja terkait;
m. memastikan adanya identifikasi area yang berisiko tinggi
yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan dan sumber informasi yang memadai;
n. menerima, melakukan analisis, dan menyusun laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atau transaksi
keuangan yang dilakukan secara tunai yang disampaikan
oleh satuan kerja;
o. menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan
transfer dana dari dan ke luar negeri;
p. memastikan seluruh kegiatan dalam rangka penerapan
program APU dan PPT terlaksana dengan baik; dan
q. memantau, menganalisis, dan merekomendasikan
kebutuhan pelatihan tentang penerapan program APU dan
PPT bagi pejabat dan/atau pegawai PJK.
- 16 -

Pasal 12
Penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai
wewenang paling kurang meliputi:
a. memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan
yang ada di seluruh unit organisasi PJK;
b. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap
penerapan program APU dan PPT oleh unit kerja terkait;
c. mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait
untuk membantu penerapan program APU dan PPT; dan
d. melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan
transfer dana dari dan ke luar negeri yang dilakukan oleh
Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pihak terafiliasi
dengan Direksi atau Dewan Komisaris, secara langsung
kepada PPATK.

BAB IV
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Pasal 13
(1) PJK wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk
mengelola dan memitigasi risiko Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme yang diidentifikasi sesuai
dengan penilaian risiko.
(2) Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang
meliputi:
a. identifikasi dan verifikasi Nasabah;
b. identifikasi dan verifikasi Beneficial Owner;
c. penutupan hubungan usaha atau penolakan
transaksi;
d. pengelolaan risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme yang berkelanjutan terkait
dengan Nasabah, negara, produk dan jasa serta
jaringan distribusi (delivery channels);
- 17 -

e. pemeliharaan data yang akurat terkait dengan


transaksi, penatausahaan proses CDD, dan
penatausahaan kebijakan dan prosedur;
f. pengkinian dan pemantauan;
g. pelaporan kepada pejabat senior, Direksi dan Dewan
Komisaris terkait pelaksanaan kebijakan dan
prosedur penerapan program APU dan PPT; dan
h. pelaporan kepada PPATK.
(3) Khusus untuk bank umum, cakupan pedoman
pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi pula Cross Border
Correspondent Banking dan Transfer Dana.
(4) PJK wajib menerapkan kebijakan dan prosedur penerapan
program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) secara konsisten dan berkesinambungan.
(5) Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat
persetujuan dari Direksi.

Pasal 14
(1) PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian
risiko tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak
pidana Pendanaan Terorisme yang terkait dengan
pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk
mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi
baru atau pengembangan teknologi untuk produk baru
maupun produk yang telah ada.
(2) PJK wajib melakukan penilaian risiko sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebelum produk, praktik usaha
dan teknologi diluncurkan atau digunakan.
(3) PJK wajib melakukan tindakan yang memadai untuk
mengelola dan memitigasi risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
- 18 -

Pasal 15
PJK wajib melakukan prosedur CDD pada saat:
a. melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah;
b. terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah
dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit
atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah);
c. terdapat transaksi Transfer Dana sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan OJK ini;
d. terdapat indikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang
terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme; atau
e. PJK meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh
Calon Nasabah, Nasabah, penerima kuasa, dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).

Pasal 16
(1) PJK wajib mengelompokkan Calon Nasabah dan Nasabah
berdasarkan tingkat risiko terjadinya Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.
(2) Pengelompokkan Calon Nasabah dan Nasabah
berdasarkan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan analisis yang paling
kurang meliputi:
a. identitas Nasabah;
b. lokasi usaha bagi Nasabah perusahaan;
c. profil Nasabah;
d. frekuensi transaksi;
e. kegiatan usaha Nasabah;
f. struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan;
g. produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery
channels) yang digunakan oleh Nasabah; dan
h. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat risiko Nasabah.
- 19 -

Pasal 17
(1) Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Calon
Nasabah, PJK wajib:
a. melakukan identifikasi Calon Nasabah untuk
mengetahui profil Calon Nasabah; dan
b. melakukan verifikasi atas informasi dan dokumen
pendukung Calon Nasabah sebagaimana dimaksud
dalam huruf a.
(2) PJK wajib melakukan verifikasi kebenaran identitas Calon
Nasabah melalui pertemuan langsung (face to face) dengan
Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha
dalam rangka meyakini kebenaran identitas Calon
Nasabah.
(3) Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digantikan
dengan verifikasi melalui sarana elektronik milik PJK.
(4) Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikecualikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. verifikasi dilakukan melalui proses dan sarana
elektronik milik PJK dan/atau milik Calon Nasabah;
dan
b. verifikasi wajib memanfaatkan data kependudukan
yang memenuhi 2 (dua) faktor otentikasi.

Pasal 18
(1) PJK dilarang membuka atau memelihara rekening anonim
atau rekening yang menggunakan nama fiktif.
(2) PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan Calon
Nasabah atau memelihara rekening Nasabah apabila:
a. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk
mematuhi peraturan yang terkait dengan penerapan
program APU dan PPT; atau
b. PJK tidak dapat meyakini kebenaran identitas dan
kelengkapan dokumen Calon Nasabah atau Nasabah.
- 20 -

Bagian Pertama
Identifikasi dan Verifikasi Calon Nasabah dan Nasabah

Pasal 19
PJK wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Calon
Nasabah atau Nasabah ke dalam kelompok orang perseorangan
(natural person), Korporasi, dan perikatan lainnya (legal
arrangement).

Pasal 20
(1) Identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui profil Calon
Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf a, dilakukan melalui permintaan data dan informasi
yang paling kurang meliputi:
a. bagi Calon Nasabah orang perseorangan (natural
person):
1. identitas yang memuat:
a) nama lengkap termasuk nama alias (jika
ada);
b) nomor dokumen identitas;
c) alamat tempat tinggal sesuai dokumen
identitas dan alamat tempat tinggal lain
(jika ada);
d) tempat dan tanggal lahir;
e) kewarganegaraan;
f) pekerjaan;
g) alamat dan nomor telepon tempat kerja (jika
ada);
h) jenis kelamin; dan
i) status perkawinan;
2. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika
ada;
3. sumber dana;
4. penghasilan rata-rata per tahun; dan
5. maksud dan tujuan hubungan usaha atau
transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah.
- 21 -

b. bagi Calon Nasabah Korporasi:


1. nama;
2. nomor izin dari instansi berwenang;
3. bidang usaha atau kegiatan;
4. alamat kedudukan;
5. tempat dan tanggal pendirian;
6. bentuk badan hukum atau badan usaha;
7. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner);
8. sumber dana; dan
9. maksud dan tujuan hubungan usaha atau
transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah.
c. bagi Calon Nasabah perikatan lainnya (legal
arrangement):
1. nama;
2. nomor izin dari instansi berwenang (jika ada);
3. alamat kedudukan;
4. bentuk perikatan (legal arrangement);
5. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner);
6. sumber dana; dan
7. maksud dan tujuan hubungan usaha atau
transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah.
(2) Berkaitan dengan transaksi WIC, sebelum melakukan
transaksi dengan WIC, PJK di Sektor Perbankan dan PJK
di Sektor Pasar Modal wajib meminta:
a. seluruh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bagi WIC orang perseorangan (natural person),
Korporasi, maupun perikatan lainnya (legal
arrangement) yang melakukan transaksi paling
sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau
yang nilainya setara, baik yang dilakukan dalam 1
(satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam 1
(satu) hari kerja;
- 22 -

b. informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


a angka 1 huruf a), huruf b), dan huruf c) bagi WIC
orang perseorangan (natural person) yang melakukan
transaksi kurang dari Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) atau nilai yang setara;
c. informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b angka 1 dan angka 4 bagi WIC Korporasi yang
melakukan transaksi kurang dari Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) atau nilai yang setara; dan
d. informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c angka 1 dan angka 3 bagi WIC perikatan lainnya
(legal arrangement) yang melakukan transaksi kurang
dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau
nilai yang setara.

Pasal 21
Untuk Calon Nasabah orang perseorangan (natural person) dan
WIC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a,
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf
a angka 1 wajib didukung dengan dokumen identitas Calon
Nasabah dan spesimen tanda tangan.

Pasal 22
(1) Untuk Calon Nasabah Korporasi berupa perusahaan,
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf b wajib didukung dengan dokumen identitas
perusahaan dan:
a. untuk Calon Nasabah Korporasi berupa perusahaan
yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil
ditambah dengan:
1. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak
yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak
untuk dan atas nama perusahaan dalam
melakukan hubungan usaha dengan PJK;
2. kartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan
untuk memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
- 23 -

3. surat izin tempat usaha atau dokumen lain yang


dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang;
b. untuk Calon Nasabah Korporasi berupa perusahaan
yang tidak tergolong usaha mikro dan usaha kecil
selain disertai dokumen sebagaimana dimaksud
dalam huruf a angka 2 dan angka 3, ditambah
dengan:
1. laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha
perusahaan;
2. struktur manajemen perusahaan;
3. struktur kepemilikan perusahaan; dan
4. dokumen identitas anggota Direksi atau
pemegang kuasa dari anggota Direksi yang
berwenang mewakili perusahaan untuk
melakukan hubungan usaha.
(2) Untuk Calon Nasabah Korporasi berupa PJK, dokumen
yang disampaikan paling sedikit meliputi:
a. akta pendirian/anggaran dasar PJK;
b. izin usaha dari instansi yang berwenang; dan
c. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak yang
ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan
atas nama PJK dalam melakukan hubungan usaha
dengan PJK.

Pasal 23
(1) Untuk Calon Nasabah selain Calon Nasabah orang
perseorangan (natural person) dan Korporasi berupa
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal
21 dan Pasal 22, PJK wajib meminta informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b.
(2) PJK wajib meminta dokumen pendukung informasi untuk
Calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang meliputi:
a. untuk Calon Nasabah Korporasi berupa yayasan:
1. izin kegiatan yayasan;
2. deskripsi kegiatan yayasan;
3. struktur dan nama pengurus yayasan; dan
- 24 -

4. dokumen identitas anggota pengurus atau


pemegang kuasa dari anggota pengurus yang
berwenang mewakili yayasan untuk melakukan
hubungan usaha dengan PJK.
b. untuk Calon Nasabah Korporasi selain perusahaan
dan yayasan baik yang merupakan badan hukum,
maupun bukan badan hukum:
1. bukti izin dari instansi yang berwenang;
2. nama Korporasi;
3. akta pendirian dan/atau anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga (AD/ART); dan
4. dokumen identitas pihak yang berwenang
mewakili Korporasi dalam melakukan hubungan
usaha dengan PJK.
c. untuk Calon Nasabah berupa perikatan lainnya (legal
arrangement):
1. bukti pendaftaran pada instansi yang
berwenang;
2. nama perikatan;
3. akta pendirian dan/atau anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga (AD/ART) (jika ada); dan
4. dokumen identitas pihak yang berwenang
mewakili perikatan lainnya (legal arrangement)
dalam melakukan hubungan usaha dengan PJK.

Pasal 24
(1) Untuk Calon Nasabah berupa Lembaga Negara, Instansi
Pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan
negara asing, PJK wajib meminta informasi mengenai
nama dan alamat kedudukan lembaga, instansi atau
perwakilan tersebut.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
didukung dengan dokumen meliputi:
a. surat penunjukan bagi pihak yang berwenang
mewakili lembaga, instansi atau perwakilan dalam
melakukan hubungan usaha; dan
- 25 -

b. spesimen tanda tangan pihak yang berwenang


mewakili lembaga, instansi atau perwakilan dalam
melakukan hubungan usaha.

Pasal 25
(1) PJK wajib melakukan verifikasi atas informasi dan
dokumen pendukung Calon Nasabah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
dan Pasal 24, berdasarkan dokumen dan/atau sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya dan independen
serta memastikan bahwa data tersebut adalah data
terkini.
(2) PJK wajib melakukan verifikasi bahwa pihak yang
bertindak untuk dan atas nama Nasabah telah
mendapatkan otorisasi dari Nasabah, dan melakukan
identifikasi dan verifikasi terhadap identitas dari pihak
tersebut.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
didasarkan pada risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme yang telah diidentifikasi
berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan oleh PJK dan
wajib memenuhi ketentuan dalam Peraturan OJK ini.
(4) PJK dapat melakukan wawancara dengan Calon Nasabah
untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran
dokumen, dalam hal terdapat keraguan atas data,
informasi, dan/atau dokumen pendukung yang diterima.
(5) Dalam hal terdapat keraguan, PJK wajib meminta kepada
Calon Nasabah untuk memberikan lebih dari satu
dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang untuk memastikan kebenaran identitas Calon
Nasabah.
(6) PJK wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas Calon
Nasabah dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), sebelum membuka hubungan usaha
dengan Calon Nasabah atau sebelum melakukan
transaksi dengan WIC.
- 26 -

(7) Dalam hal PJK telah menerapkan prosedur manajemen


risiko, PJK dapat melakukan hubungan usaha atau
transaksi sebelum proses verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) selesai.
(8) Proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
wajib diselesaikan sesegera mungkin, setelah terjadinya
hubungan usaha nasabah dengan PJK, dengan
memperhatikan bahwa risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme dapat dikelola secara efektif dan
bahwa proses pertemuan langsung ini tidak mengganggu
kegiatan usaha secara normal.

Pasal 26
PJK wajib memahami profil, maksud dan tujuan hubungan
usaha, dan transaksi yang dilakukan Nasabah dan Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) melalui identifikasi dan verifikasi.

Bagian Kedua
Identifikasi dan Verifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)

Pasal 27
(1) PJK wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC
yang membuka hubungan usaha atau melakukan
transaksi bertindak untuk diri sendiri atau untuk
kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
(2) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC bertindak
untuk kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
PJK wajib melakukan CDD terhadap Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).
(3) Dalam hal Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tergolong sebagai
PEP maka prosedur yang diterapkan adalah prosedur
EDD.
(4) Dalam hal terdapat perbedaan tingkat risiko antara Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC dengan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), penerapan CDD dilakukan mengikuti
tingkat risiko yang lebih tinggi.
- 27 -

(5) Kewajiban melakukan CDD terhadap Pemilik Manfaat


(Beneficial Owner) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak berlaku bagi calon Nasabah, Nasabah atau WIC yang
memiliki tingkat risiko rendah.

Pasal 28
(1) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah atau WIC bukan
merupakan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), antara lain berupa:
a. bagi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC orang perseorangan
(natural person) berupa:
1. informasi dan dokumen identitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a dan
Pasal 21;
2. hubungan hukum antara Calon Nasabah,
Nasabah atau WIC dengan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) yang ditunjukkan dengan
surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa
atau bentuk lainnya;
3. pernyataan dari Calon Nasabah, Nasabah atau
WIC mengenai kebenaran identitas maupun
sumber dana dari Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner); dan
4. pernyataan dari Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) bahwa yang bersangkutan adalah
pemilik sebenarnya dari dana Calon Nasabah,
Nasabah atau WIC;
b. bagi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC Korporasi berupa:
1. informasi dan dokumen identitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dan
Pasal 22;
2. hubungan hukum antara Calon Nasabah,
Nasabah atau WIC dengan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) yang ditunjukkan dengan
- 28 -

surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa


atau bentuk lainnya;
3. dokumen dan/atau informasi identitas orang
perseorangan (natural person), jika ada, yang
menjadi pemilik atau pengendali akhir dari
Korporasi;
4. pernyataan dari Calon Nasabah, Nasabah atau
WIC mengenai kebenaran identitas maupun
sumber dana dari Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner); dan
5. pernyataan dari Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) bahwa yang bersangkutan adalah
pemilik sebenarnya dari dana Calon Nasabah,
Nasabah, WIC.
c. bagi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC perikatan lainnya (legal
arrangement) berbentuk trust, berupa:
1. identitas penitip harta (settlor);
2. identitas penerima dan pengelola harta (trustee);
3. identitas penjamin (protector) (jika ada);
4. identitas penerima manfaat (beneficiary) atau
kelas penerima manfaat (class of beneficiary);
dan
5. orang perseorangan (natural person) yang
mengendalikan trust.
d. bagi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC perikatan lainnya (legal
arrangement) dalam bentuk lainnya, berupa identitas
orang perseorangan (natural person) yang mempunyai
posisi yang sama atau setara dengan pihak dalam
trust sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
(2) Dalam hal PJK ragu mengenai apakah pihak yang menjadi
pengendali melalui kepemilikan adalah Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, atau dalam hal tidak ada orang perseorangan
yang memiliki pengendalian melalui kepemilikan, PJK
wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas identitas
- 29 -

dari orang perseorangan (jika ada) yang mengendalikan


Korporasi atau legal arrangements melalui bentuk lain.
(3) Dalam hal tidak ada orang perseorangan yang
teridentifikasi sebagai Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2),
PJK wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas
identitas dari orang perseorangan yang relevan yang
memegang posisi sebagai direksi atau yang dipersamakan
dengan jabatan tersebut.
(4) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC merupakan
PJK lain di dalam negeri yang bertindak untuk dan atas
nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), dokumen
mengenai Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dapat berupa
pernyataan tertulis dari Calon Nasabah, Nasabah, atau
WIC.
(5) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC merupakan
PJK lain di luar negeri yang menerapkan program APU dan
PPT yang paling kurang setara dengan Peraturan OJK ini
yang mewakili Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), maka
dokumen mengenai Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
berupa pernyataan tertulis dari PJK di luar negeri bahwa
identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) telah
dilakukan verifikasi oleh PJK di luar negeri tersebut.
(6) Dalam hal penerapan program APU dan PPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), yang dilakukan oleh PJK di luar
negeri tidak setara dengan Peraturan OJK ini, PJK
dimaksud wajib menerapkan program APU dan PPT
berdasarkan Peraturan OJK ini.
(7) Dalam hal PJK meragukan atau tidak dapat meyakini
identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
menolak untuk melakukan hubungan usaha atau
transaksi dengan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC.

Pasal 29
Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi
identitas pemilik atau pengendali akhir Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28
- 30 -

ayat (1) huruf b angka 2 tidak berlaku bagi Pemilik Manfaat


(Beneficial Owner) berupa:
a. Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah;
b. perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
negara; atau
c. perusahaan publik atau emiten.

Bagian Ketiga
Identifikasi dan Verifikasi
Calon Nasabah dan Nasabah Berisiko Tinggi

Pasal 30
(1) PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko yang
memadai untuk menentukan apakah Calon Nasabah,
Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
termasuk kriteria berisiko tinggi.
(2) Kriteria berisiko tinggi dari Calon Nasabah, Nasabah,
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilihat dari:
a. latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
termasuk Nasabah Berisiko Tinggi (High Risk
Customers);
b. produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi
untuk digunakan sebagai sarana Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme;
c. transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries);
d. transaksi tidak sesuai dengan profil;
e. termasuk dalam kategori PEP;
f. bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC termasuk
usaha yang berisiko tinggi (High Risk Business);
g. negara atau teritori asal, domisili, atau dilakukannya
transaksi Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC termasuk Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries);
- 31 -

h. tercantumnya Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik


Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC dalam daftar
terduga teroris dan organisasi teroris; atau
i. transaksi yang dilakukan Calon Nasabah, Nasabah,
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC diduga
terkait dengan tindak pidana di sektor jasa keuangan,
tindak pidana Pencucian Uang, dan/atau tindak
pidana Pendanaan Terorisme.

Pasal 31
(1) PJK wajib melakukan penilaian untuk menentukan
Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
adalah PEP.
(2) Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC tergolong berisiko tinggi,
termasuk PEP, PJK wajib melakukan EDD.

Pasal 32
(1) Terhadap PEP Asing, selain menerapkan proses CDD
sebagaimana diatur dalam Pasal 20, PJK wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki sistem manajemen risiko untuk
menentukan apakah Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP;
b. menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab
atas hubungan usaha dengan Nasabah, Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC tersebut;
c. melakukan EDD secara berkala paling kurang berupa
analisis terhadap informasi mengenai Nasabah atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), sumber dana,
dan sumber kekayaan; dan
d. pemantauan yang lebih ketat atas hubungan usaha
antara lain melalui peningkatan jumlah dan frekuensi
pengawasan dan pemilihan pola transaksi.
(2) Pejabat senior sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berwenang untuk:
- 32 -

a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap


Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner), atau WIC yang tergolong berisiko tinggi; dan
b. membuat keputusan untuk meneruskan atau
menghentikan hubungan usaha dengan Calon
Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner), atau WIC yang tergolong berisiko tinggi.

Pasal 33
Terhadap PEP domestik atau orang yang diberi kewenangan
untuk melakukan fungsi penting (prominent function) dalam
organisasi internasional, selain menerapkan proses CDD
sebagaimana diatur dalam Pasal 20, PJK wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko untuk
menentukan apakah Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP; dan
b. dalam hal terdapat risiko yang lebih tinggi atas hubungan
usaha antara PJK dengan Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) tersebut, PJK wajib menerapkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d.

Pasal 34
Ketentuan yang berlaku bagi Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC yang berisiko tinggi, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dan ayat (4), serta Pasal 28
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berlaku pula bagi anggota
keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari PEP.

Pasal 35
Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
atau WIC yang memenuhi kriteria berisiko tinggi dibuat dalam
daftar tersendiri.
- 33 -

Pasal 36
Dalam hal PJK melakukan hubungan usaha dengan Nasabah
dan/atau melakukan transaksi yang berasal dari Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries) yang dipublikasikan oleh
FATF untuk dilakukan langkah pencegahan (countermeasures),
PJK wajib melakukan EDD dengan meminta konfirmasi dan
klarifikasi kepada otoritas terkait.

Bagian Keempat
CDD Terhadap Penerima Manfaat (Beneficiary) dari Asuransi
Jiwa dan Produk Investasi lain Terkait Polis Asuransi

Pasal 37
(1) Selain CDD yang dipersyaratkan bagi Calon Nasabah dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) sebagaimana diatur
dalam Pasal 15, PJK wajib melakukan CDD terhadap
penerima manfaat (beneficiary) dari asuransi jiwa dan
produk investasi lain terkait dengan polis asuransi, segera
setelah penerima manfaat (beneficiary) diidentifikasi atau
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk penerima manfaat (beneficiary) yang telah
diidentifikasi sebagai perorangan atau non
perorangan, PJK wajib meminta nama orang
perseorangan (natural person) atau Korporasi atau
perikatan lainnya (legal arrangement) dari penerima
manfaat (beneficiary) tersebut; atau
b. untuk penerima manfaat (beneficiary) yang telah
ditunjuk berdasarkan karakteristik atau berdasarkan
cara lain, PJK wajib meminta informasi yang
memadai mengenai penerima manfaat (beneficiary)
untuk meyakinkan PJK bahwa informasi tersebut
dapat digunakan untuk membuktikan identitas dari
penerima manfaat (beneficiary) pada saat
pembayaran klaim asuransi.
(2) Seluruh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib dicatat dan dikelola sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan OJK ini.
- 34 -

(3) Verifikasi terhadap identitas penerima manfaat


(beneficiary) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
dilakukan pada saat pembayaran klaim asuransi.

Pasal 38
(1) PJK wajib memasukkan penerima manfaat (beneficiary)
dari polis asuransi jiwa sebagai salah satu faktor risiko
yang relevan dalam memastikan apakah EDD perlu
diterapkan.
(2) Dalam hal PJK menetapkan bahwa penerima manfaat
(beneficiary) termasuk dalam kategori berisiko tinggi atau
PEP, PJK wajib melakukan EDD yang mencakup pula
identifikasi dan verifikasi terhadap identitas Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat
(beneficiary) pada saat pembayaran klaim asuransi.

Pasal 39
Dalam hal penerima manfaat (beneficiary) dan/atau Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary)
pada saat pembayaran klaim asuransi jiwa adalah PEP, PJK
wajib menginformasikan kepada pejabat senior sebelum
pembayaran klaim asuransi jiwa untuk melakukan
pengawasan lebih lanjut terkait hubungan usaha dengan
pemegang polis dan melaporkannya sebagai Transaksi
Keuangan Mencurigakan.

Bagian Kelima
CDD Sederhana

Pasal 40
(1) PJK dapat menerapkan prosedur CDD sederhana dari
prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 28,
terhadap Calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko
terjadinya Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
- 35 -

a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau


penerimaan gaji;
b. Calon Nasabah berupa emiten atau perusahaan
publik yang tunduk pada ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang kewajiban untuk
mengungkapkan kinerjanya;
c. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh pemerintah;
d. Calon Nasabah merupakan Lembaga Negara atau
Instansi Pemerintah;
e. tujuan pembukaan rekening terkait dengan program
pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan/atau pengentasan kemiskinan;
dan/atau
f. Calon Nasabah yang berdasarkan penilaian risiko
terjadinya Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria
Calon Nasabah dengan profil dan karakteristik
sederhana.
(2) Terhadap Calon Nasabah yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PJK wajib meminta
informasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bagi Calon Nasabah orang perseorangan (natural
person) yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, PJK wajib meminta
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (1) huruf a angka 1 huruf a), huruf b), huruf c),
dan huruf d);
b. bagi Calon Nasabah Korporasi, Lembaga Negara atau
Instansi Pemerintah yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
b, dan/atau huruf c, PJK wajib meminta informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf
b angka 1 dan angka 4;
c. bagi Calon Nasabah perikatan lainnya (legal
arrangement) yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
- 36 -

b, dan/atau huruf c, PJK wajib meminta informasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf
c angka 1 dan angka 3; dan
d. bagi Calon Nasabah yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, PJK
wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a angka 1 huruf a),
huruf c), huruf d), dan huruf f).
(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
didukung dengan:
a. dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, bagi Calon Nasabah orang perseorangan
(natural person) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a;
b. dokumen identitas perusahaan ditambah dengan
spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak yang
ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan
atas nama perusahaan, bagi Calon Nasabah
Korporasi berupa perusahaan yang tergolong usaha
mikro dan usaha kecil yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a;
c. dokumen identitas perusahaan dan dokumen
identitas anggota Direksi atau pemegang kuasa dari
anggota Direksi yang berwenang mewakili
perusahaan, bagi Calon Nasabah Korporasi berupa
perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan
usaha kecil yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan/atau
huruf c; atau
d. dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen
identitas yang dapat memberikan keyakinan kepada
PJK tentang profil Calon Nasabah tersebut, dan
spesimen tanda tangan, bagi Calon Nasabah yang
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e.
(4) PJK dapat menerapkan prosedur CDD sederhana
tersendiri sesuai dengan penilaian risiko atas Calon
- 37 -

Nasabah yang memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf f.
(5) Dalam hal PJK menerapkan prosedur CDD sederhana
tersendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (4), PJK wajib
memberitahukan hal tersebut kepada OJK dimana
pemberitahuan tersebut meliputi informasi mengenai:
a. kriteria identifikasi Nasabah dan transaksi berisiko
rendah konsisten dengan penilaian risiko yang
dilakukan oleh PJK;
b. persyaratan CDD sederhana mampu mengelola
tingkat ancaman Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme terhadap Calon Nasabah dan
transaksinya yang telah diidentifikasi dengan tingkat
risiko rendah terhadap Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme;
c. persyaratan CDD sederhana tidak mencakup
Nasabah yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan dikategorikan sebagai Nasabah atau
transaksi yang berisiko tinggi; dan
d. waktu dimulainya penerapan prosedur CDD
sederhana.
(6) PJK wajib mengimplementasikan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan prosedur CDD sederhana tersendiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(7) Prosedur CDD sederhana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku apabila terdapat dugaan terjadi
transaksi Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme
atau tingkat risikonya meningkat.
(8) PJK wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang
mendapat perlakuan CDD sederhana.
(9) Dalam hal penggunaan rekening tidak sesuai dengan
tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
maka PJK wajib melakukan prosedur CDD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a dan Pasal 21
terhadap Nasabah yang bersangkutan.
- 38 -

Bagian Keenam
Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga

Pasal 41
(1) PJK dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan
oleh pihak ketiga terhadap Calon Nasabahnya yang telah
menjadi Nasabah pada pihak ketiga tersebut.
(2) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PJK wajib:
a. memahami maksud dan tujuan hubungan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26; dan
b. mengidentifikasi dan memverifikasi Nasabah dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29.
(3) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD yang telah
dilakukan oleh pihak ketiga, tanggung jawab CDD tetap
berada pada PJK tersebut.
(4) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD pihak ketiga:
a. PJK wajib sesegera mungkin mendapatkan informasi
yang diperlukan terkait dengan prosedur CDD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 28;
b. PJK wajib memiliki kerja sama dengan pihak ketiga
dalam bentuk kesepakatan tertulis;
c. PJK wajib mengambil langkah yang memadai untuk
memastikan bahwa pihak ketiga bersedia memenuhi
permintaan informasi dan salinan dokumen
pendukung segera apabila dibutuhkan oleh PJK
dalam rangka penerapan program APU dan PPT;
d. PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga
merupakan lembaga keuangan dan penyedia barang
dan/atau jasa dan profesi tertentu yang memiliki
prosedur CDD dan tunduk pada pengawasan dari
otoritas berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e. PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko
negara tempat pihak ketiga tersebut berasal.
- 39 -

(5) Dalam hal pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) berkedudukan di Negara Berisiko Tinggi (High Risk
Countries), maka pihak ketiga tersebut wajib memenuhi
kriteria:
a. berada dalam Konglomerasi Keuangan (financial
group) yang sama dengan PJK;
b. Konglomerasi Keuangan (financial group) tersebut
telah menerapkan CDD, penatausahaan dokumen,
dan program APU dan PPT secara efektif sesuai
dengan Rekomendasi FATF; dan
c. Konglomerasi Keuangan (financial group) tersebut
diawasi oleh otoritas yang berwenang.
(6) Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD yang dilakukan
oleh pihak ketiga yang merupakan Konglomerasi
Keuangan (financial group) yang sama maka PJK atau
perusahaan induk harus mempertimbangkan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Konglomerasi Keuangan (financial group) menerapkan
ketentuan CDD, penatausahaan dokumen, dan
program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam
Peraturan OJK ini;
b. terhadap implementasi atas CDD, penatausahaan
dokumen, dan program APU dan PPT dilakukan
pengawasan Konglomerasi Keuangan (financial group)
oleh otoritas yang berwenang; dan
c. terhadap Negara Berisiko Tinggi (High Risk Countries)
telah dilakukan mitigasi risiko secara memadai oleh
unit APU dan PPT berdasarkan kebijakan program
APU dan PPT di tingkat Konglomerasi Keuangan
(financial group).
- 40 -

Bagian Ketujuh
Penolakan Transaksi dan Penutupan Hubungan Usaha

Pasal 42
(1) PJK wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan
Calon Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan
WIC, dalam hal Calon Nasabah atau WIC:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal
23, Pasal 24, dan Pasal 28;
b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan
dokumen palsu;
c. menyampaikan informasi yang diragukan
kebenarannya; dan/atau
d. berbentuk shell bank atau bank umum atau bank
umum syariah yang mengizinkan rekeningnya
digunakan oleh shell bank.
(2) PJK wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi,
dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah
dalam hal:
a. kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terpenuhi;
b. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui
dan/atau patut diduga berasal dari hasil tindak
pidana; dan/atau
c. Calon Nasabah atau Nasabah terdapat dalam daftar
terduga teroris dan organisasi teroris.
(3) PJK tetap wajib menyelesaikan proses identifikasi dan
verifikasi terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), dalam hal terdapat
penolakan hubungan usaha dengan Calon Nasabah
dan/atau penolakan transaksi dengan WIC berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan huruf c.
(4) Dalam hal PJK menduga adanya transaksi keuangan
terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme, dan PJK meyakini bahwa proses
- 41 -

CDD akan melanggar ketentuan anti tipping-off, PJK wajib


tidak melanjutkan prosedur CDD dan wajib melaporkan
Transaksi Keuangan Mencurigakan tersebut kepada
PPATK.
(5) PJK wajib mendokumentasikan Calon Nasabah, Nasabah
atau WIC yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
(6) PJK wajib melaporkan Calon Nasabah, Nasabah atau WIC
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
dalam laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan apabila
transaksinya mencurigakan.
(7) Kewajiban PJK untuk menolak, membatalkan dan/atau
menutup hubungan usaha dengan Nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib dicantumkan dalam
perjanjian pembukaan rekening dan diberitahukan
kepada Nasabah.

Pasal 43
(1) Dalam hal dilakukan penutupan hubungan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), PJK wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Nasabah
mengenai penutupan hubungan usaha tersebut.
(2) Dalam hal setelah dilakukan pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Nasabah tidak mengambil sisa
dana yang tersimpan di PJK maka penyelesaian terhadap
sisa dana Nasabah yang tersimpan di PJK dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Bagian Kedelapan
Pengkinian dan Pemantauan

Pasal 44
(1) PJK wajib melakukan pemantauan terhadap hubungan
usaha dengan Nasabah dengan cara memantau transaksi
Nasabah untuk memastikan bahwa transaksi yang
dilakukan sejalan dengan pemahaman PJK atas Nasabah,
- 42 -

kegiatan usaha dan profil risiko Nasabah, termasuk


sumber dananya.
(2) PJK wajib melakukan upaya pengkinian data, informasi,
dan/atau dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan
Pasal 28 dalam hal terdapat perubahan yang diketahui
dari pemantauan PJK terhadap Nasabah atau informasi
lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) PJK wajib mendokumentasikan upaya pengkinian data
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam melakukan pengkinian data sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), PJK wajib:
a. melakukan pemantauan terhadap informasi dan
dokumen Nasabah;
b. menyusun laporan rencana pengkinian data; dan
c. menyusun laporan realisasi pengkinian data.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan
huruf c wajib mendapat persetujuan dari Direksi.

Pasal 45
(1) PJK wajib melakukan analisis terhadap seluruh transaksi
yang tidak sesuai dengan profil Nasabah.
(2) PJK dapat meminta informasi tentang latar belakang dan
tujuan transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai
dengan profil Nasabah, dengan memperhatikan ketentuan
anti tipping-off sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
(3) Dalam melaksanakan pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) PJK wajib memiliki
sistem yang dapat:
a. mengidentifikasi, menganalisis, memantau, dan
menyediakan laporan secara efektif mengenai profil,
karakteristik dan/atau kebiasaan pola transaksi yang
dilakukan oleh Nasabah; dan
b. menelusuri setiap transaksi, apabila diperlukan,
termasuk penelusuran atas identitas Nasabah,
- 43 -

bentuk transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan


denominasi transaksi, serta sumber dana yang
digunakan untuk transaksi.
(4) Dalam hal data dan/atau informasi yang disampaikan
Nasabah tidak memberikan penjelasan yang meyakinkan,
maka PJK wajib melaporkan Transaksi Keuangan
Mencurigakan tersebut kepada PPATK.
(5) PJK wajib melakukan pemantauan yang
berkesinambungan terhadap hubungan usaha/transaksi
dengan:
a. Nasabah yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi
(High Risk Countries); dan
b. PJK yang berkedudukan di Negara Berisiko Tinggi
(High Risk Countries).

Pasal 46
(1) PJK wajib memelihara daftar terduga teroris dan
organisasi teroris.
(2) PJK wajib melakukan identifikasi dan memastikan secara
berkala nama Nasabah yang memiliki kesamaan nama dan
informasi lain atas Nasabah dengan nama dan informasi
yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan
organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan
nama yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan
organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PJK wajib memastikan kesesuaian identitas Nasabah
tersebut dengan informasi lain yang terkait.
(4) Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan
kesamaan informasi lainnya dengan nama yang tercantum
dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PJK wajib segera
melakukan pemblokiran secara serta merta dan
melaporkannya sebagai laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan.
- 44 -

Bagian Kesembilan
Cross Border Correspondent Banking

Pasal 47
(1) Sebelum menyediakan jasa Cross Border Correspondent
Banking, Bank wajib memahami kegiatan usaha Bank
Penerima dan/atau Bank Penerus dengan meminta
informasi mengenai:
a. profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus;
b. reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus
berdasarkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
c. tingkat penerapan program APU dan PPT di negara
tempat kedudukan Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus; dan
d. informasi relevan lain yang diperlukan Bank untuk
mengetahui profil calon Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
didasarkan pada informasi publik yang memadai yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.
(3) Bank wajib menunjuk pejabat senior yang bertanggung
jawab atas hubungan usaha dengan calon Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus.
(4) Bank wajib melakukan penilaian terhadap penerapan
program APU dan PPT pada Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus.
(5) Bank wajib memahami tanggung jawab penerapan
program APU dan PPT dari masing-masing pihak yang
terkait dengan kegiatan Cross Border Corespondent
Banking.

Pasal 48
Bank wajib melakukan CDD terhadap Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus yang disesuaikan dengan pendekatan
berdasarkan risiko (risk based approach) apabila:
- 45 -

a. terdapat perubahan profil Bank Penerima dan/atau Bank


Penerus yang bersifat substansial; dan/atau
b. informasi pada profil Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus yang tersedia belum dilengkapi dengan informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1).

Pasal 49
Dalam hal terdapat Nasabah yang mempunyai akses terhadap
payable through account dalam jasa Cross Border Correspondent
Banking, Bank Pengirim wajib memastikan:
a. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus telah
melaksanakan proses CDD dan pemantauan yang
memadai yang paling kurang sama dengan yang diatur
dalam Peraturan OJK ini; dan
b. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus bersedia untuk
menyediakan data identifikasi Nasabah yang terkait
apabila diminta oleh Bank Pengirim.

Pasal 50
Bank Pengirim yang menyediakan jasa Cross Border
Correspondent Banking wajib:
a. mendokumentasikan seluruh transaksi Cross Border
Correspondent Banking;
b. menolak untuk berhubungan dan/atau meneruskan
hubungan Cross Border Correspondent Banking dengan
shell bank; dan
c. memastikan bahwa Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus tidak mengijinkan rekeningnya digunakan oleh
shell bank pada saat mengadakan hubungan usaha terkait
dengan Cross Border Correspondent Banking.
- 46 -

Bagian Kesepuluh
Transfer Dana

Pasal 51
(1) Bagi Bank yang melakukan kegiatan Transfer Dana baik
di dalam wilayah Indonesia maupun secara lintas negara
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Bank Pengirim wajib:
1. memperoleh informasi dan melakukan
identifikasi serta verifikasi terhadap
Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC
penerima, paling kurang meliputi:
a) nama Nasabah atau WIC pengirim;
b) nomor rekening Nasabah pengirim;
c) alamat Nasabah atau WIC pengirim;
d) nomor dokumen identitas, nomor
identifikasi, atau tempat dan tanggal lahir
dari Nasabah atau WIC pengirim;
e) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim;
f) nama Nasabah atau WIC penerima;
g) nomor rekening Nasabah penerima;
h) alamat WIC penerima;
i) jumlah uang dan jenis mata uang; dan
j) tanggal transaksi;
2. menyampaikan informasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1 kepada Bank Penerima;
dan
3. mendokumentasikan seluruh transaksi Transfer
Dana;
b. Bank Penerus wajib meneruskan pesan dan perintah
Transfer Dana, serta menatausahakan informasi yang
diterima dari Bank Pengirim;
c. Bank Penerima wajib memastikan kelengkapan
informasi Nasabah pengirim dan WIC pengirim
sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 1;
(2) Untuk kegiatan Transfer Dana di dalam wilayah Indonesia,
Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis
- 47 -

informasi yang dibutuhkan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja


berdasarkan permintaan tertulis dari Bank Penerima,
dan/atau dari otoritas yang berwenang apabila Bank
Penerima hanya memperoleh informasi nomor rekening
atau nomor referensi transaksi.

Pasal 52
(1) Dalam hal terdapat beberapa Transfer Dana dari satu
Nasabah atau WIC pengirim yang tergabung dalam satu
dokumen yang ditujukan kepada beberapa Nasabah atau
WIC penerima, dokumen tersebut wajib memuat informasi
mengenai Nasabah atau WIC pengirim dan informasi
mengenai Nasabah atau WIC penerima secara lengkap.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dapat ditelusuri di negara Nasabah atau WIC penerima.
(3) Bank wajib mencantumkan nomor rekening atau nomor
referensi transaksi Nasabah atau WIC pengirim.

Pasal 53
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
dikecualikan terhadap:
a. Transfer Dana yang menggunakan kartu debit, kartu ATM
maupun kartu kredit; atau
b. Transfer Dana yang dilakukan antar PJK dan untuk
kepentingan PJK dimaksud.

Pasal 54
(1) Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (1) huruf a angka 1 tidak dipenuhi maka Bank
Pengirim wajib menolak untuk melaksanakan Transfer
Dana.
(2) Dalam hal Bank Penerus dan/atau Bank Penerima
menerima perintah transfer dari Bank Pengirim di luar
negeri yang tidak dilengkapi dengan informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a
angka 1 maka Bank Penerus dan/atau Bank Penerima
dapat:
- 48 -

a. melaksanakan Transfer Dana;


b. menolak untuk melaksanakan Transfer Dana; atau
c. menunda transaksi Transfer Dana,
disertai dengan tindak lanjut yang memadai.
(3) Dalam menentukan tindakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bank Penerus dan/atau Bank Penerima
wajib memiliki kebijakan dan prosedur berbasis risiko.

Pasal 55
Dalam hal terdapat Transfer Dana yang memenuhi kriteria
Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme, Bank
wajib melaporkan Transfer Dana tersebut sebagai laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.

Bagian Kesebelas
Penatausahaan Dokumen

Pasal 56
(1) PJK wajib menatausahakan:
a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC
dengan jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun
sejak:
1. berakhirnya hubungan usaha atau transaksi
dengan Nasabah atau WIC; atau
2. ditemukannya ketidaksesuaian transaksi
dengan tujuan ekonomis dan/atau tujuan
usaha;
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan
transaksi keuangan dengan jangka waktu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
mengenai dokumen perusahaan.
(2) Dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling kurang
meliputi:
- 49 -

a. identitas Nasabah atau WIC termasuk dokumen


pendukungnya;
b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis
dan jumlah mata uang yang digunakan, tanggal
perintah transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta
nomor rekening yang terkait dengan transaksi;
c. hasil analisis yang telah dilakukan; dan
d. korespondensi dengan Nasabah atau WIC.
(3) PJK wajib menyimpan catatan dan dokumen mengenai
seluruh proses identifikasi Transaksi Keuangan
Mencurigakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) PJK wajib memberikan data, informasi, dan/atau
dokumen yang ditatausahakan apabila diminta oleh OJK
dan/atau otoritas lain yang berwenang.

BAB V
PENGENDALIAN INTERN

Pasal 57
(1) PJK wajib memiliki sistem pengendalian intern yang
efektif.
(2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif
antara lain dibuktikan dengan:
a. dimilikinya kebijakan, prosedur, dan pemantauan
internal yang memadai;
b. adanya batasan wewenang dan tanggung jawab
satuan kerja terkait dengan penerapan program APU
dan PPT; dan
c. dilakukannya pemeriksaan secara independen untuk
memastikan efektivitas penerapan program APU dan
PPT.
- 50 -

BAB VI
PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT DI JARINGAN KANTOR
DAN ANAK PERUSAHAAN

Pasal 58
(1) Konglomerasi Keuangan (financial group) wajib
menerapkan program APU dan PPT ke seluruh jaringan
kantor dan anak perusahaan di dalam dan di luar negeri,
serta memantau pelaksanaannya termasuk:
a. kebijakan dan prosedur pertukaran informasi untuk
tujuan CDD dan manajemen risiko terhadap
pencucian uang dan pendanaan terorisme;
b. pengaturan, pada fungsi kepatuhan, fungsi audit,
dan fungsi APU dan PPT pada level grup harus
mendapatkan informasi mengenai nasabah, rekening,
dan transaksi untuk tujuan APU dan PPT dari
seluruh jaringan kantor dan anak perusahaan; dan
c. dalam melaksanakan pertukaran informasi tersebut,
Konglomerasi Keuangan (financial group) wajib
memiliki ketentuan yang memadai mengenai
keamanan informasi.
(2) Seluruh jaringan kantor dan anak perusahaan di dalam
dan di luar negeri wajib mengimplementasikan kebijakan
dan prosedur program APU dan PPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor dan anak
perusahaan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki peraturan APU dan PPT yang lebih ketat
dari yang diatur dalam Peraturan OJK ini, kantor dan
anak perusahaan dimaksud wajib tunduk pada ketentuan
yang dikeluarkan oleh otoritas negara dimaksud.
(4) Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor dan anak
perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
mematuhi Rekomendasi FATF atau sudah mematuhi
namun standar program APU dan PPT yang dimiliki lebih
longgar dari yang diatur dalam Peraturan OJK ini, kantor
dan anak perusahaan dimaksud wajib menerapkan
- 51 -

program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam


Peraturan OJK ini.
(5) Dalam hal penerapan program APU dan PPT sebagaimana
diatur dalam Peraturan OJK ini mengakibatkan
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di negara tempat kedudukan
kantor dan anak perusahaan berada, maka pejabat kantor
PJK di luar negeri tersebut wajib menginformasikan
kepada kantor pusat PJK dan OJK bahwa kantor PJK
dimaksud tidak dapat menerapkan program APU dan PPT
sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK ini.

BAB VII
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Pasal 59
(1) PJK wajib memiliki sistem informasi yang dapat
mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan
menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.
(2) PJK wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara
terpadu (single customer identification file), paling kurang
meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dan Pasal 24 ayat (1).
(3) PJK wajib memiliki dan memelihara profil WIC
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a.
(4) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) wajib mempertimbangkan faktor
teknologi informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh
pelaku Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme.
- 52 -

BAB VIII
SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELATIHAN

Pasal 60
Untuk mencegah digunakannya PJK sebagai media atau tujuan
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme yang
melibatkan pihak intern PJK, PJK wajib melakukan:
a. prosedur penyaringan dalam rangka penerimaan
karyawan baru (pre employee screening); dan
b. pengenalan dan pemantauan terhadap profil karyawan.

Pasal 61
PJK wajib menyelenggarakan pelatihan yang
berkesinambungan tentang:
a. penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan program APU dan PPT;
b. teknik, metode, dan tipologi Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme; dan
c. kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
serta peran dan tanggung jawab pegawai dalam mencegah
dan memberantas Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme.

BAB IX
PELAPORAN

Pasal 62
(1) PJK wajib menyampaikan kepada OJK:
a. action plan penerapan program APU dan PPT paling
lambat pada akhir bulan Mei 2017;
b. penyesuaian kebijakan dan prosedur penerapan
program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 paling lambat 6 (enam) bulan sejak
diberlakukannya Peraturan OJK ini;
c. laporan rencana kegiatan pengkinian data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) huruf
- 53 -

b disampaikan setiap tahun paling lambat akhir


bulan Desember; dan
d. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) huruf c
disampaikan setiap tahun paling lambat akhir bulan
Desember.
(2) Dalam hal tanggal pelaporan jatuh pada hari libur,
penyampaian laporan dilakukan pada hari berikutnya.
(3) Dalam hal terdapat perubahan atas action plan, kebijakan
dan prosedur penerapan program APU dan PPT, laporan
rencana kegiatan pengkinian data, yang telah
disampaikan kepada OJK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c, PJK wajib
menyampaikan perubahan tersebut paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak perubahan dilakukan.
(4) Kewajiban PJK untuk menyampaikan laporan kepada OJK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat
menjadi bagian dari laporan pelaksanaan tugas Direktur
yang membawahkan fungsi kepatuhan.

Pasal 63
(1) PJK wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan, laporan Transaksi Keuangan Tunai dan
laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana Pencucian Uang.
(2) Kewajiban PJK untuk melaporkan Transaksi Keuangan
Mencurigakan juga berlaku untuk transaksi yang diduga
terkait dengan kegiatan terorisme atau pendanaan
terorisme.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang
dikeluarkan oleh PPATK.
- 54 -

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 64
PJK wajib bekerja sama dengan penegak hukum dan otoritas
yang berwenang dalam rangka memberantas tindak pidana
Pencucian Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan
Terorisme.

BAB XI
SANKSI

Pasal 65
(1) PJK yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dan Pasal 63 dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu kewajiban membayar
sejumlah uang dengan rincian sebagai berikut:
a. sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari
keterlambatan per laporan dan paling banyak sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) bagi PJK
berupa bank umum, perusahaan efek, perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
pialang asuransi, DPLK, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, LPEI, perusahaan pergadaian dan
manajer investasi; atau
b. sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per
hari keterlambatan per laporan dan paling banyak
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) bagi PJK
berupa BPR, BPRS, perusahaan pembiayaan, dan
PMV.
(2) LKM dan penyelenggara layanan pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi yang terlambat
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 dan Pasal 63 dikenakan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis.
- 55 -

Pasal 66
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan OJK ini selain pelanggaran atas
keterlambatan penyampaian laporan, dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. peringatan atau teguran tertulis;
b. denda dalam bentuk kewajiban membayar sejumlah
uang;
c. penurunan dalam penilaian tingkat kesehatan;
d. pembatasan kegiatan usaha tertentu;
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu;
f. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya
menunjuk dan mengangkat pengganti sementara
sampai rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota koperasi mengangkat pengganti yang tetap
dengan persetujuan OJK; dan/atau
g. pencantuman anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris, pegawai PJK, pemegang saham dalam
daftar orang tercela di sektor jasa keuangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dapat
dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a.
(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
(4) OJK dapat mengumumkan pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
publik/masyarakat.
- 56 -

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 67
(1) PJK yang telah memiliki kebijakan dan prosedur
penerapan program APU dan PPT wajib menyesuaikan
kebijakan dan prosedur dimaksud sesuai Peraturan OJK
ini, paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan OJK ini
diundangkan.
(2) Bagi LKM dan penyelenggara layanan pinjam meminjam
uang berbasis teknologi informasi, ketentuan pada
Peraturan OJK ini dinyatakan berlaku setelah 4 (empat)
tahun terhitung sejak Peraturan OJK ini diundangkan.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan program APU dan
PPT di sektor jasa keuangan diatur dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 69
Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku, ketentuan yang
mengatur penerapan APU dan PPT sebagaimana dimaksud
dalam:
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 290,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5385);
- 57 -

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012


tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
290, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5385);
c. Peraturan OJK Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Prinsip
Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 353, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5631); dan
d. Peraturan OJK Nomor 39/POJK.05/2015 tentang
Penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme oleh Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Industri Keuangan Non-Bank (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 320, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5790),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 70
Peraturan OJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 58 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan OJK ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2017

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2017

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 57

Salinan ini sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Yuliana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 12 /POJK.01/2017
TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA KEUANGAN

I. UMUM
Adanya globalisasi di sektor jasa keuangan yang diiringi dengan
semakin berkembangnya produk jasa keuangan termasuk pemasarannya
(multi channel marketing), konglomerasi, serta aktivitas dan teknologi
industri jasa keuangan yang semakin kompleks baik dari sisi produk,
layanan, dan penggunaan teknologi informasi, berpotensi meningkatkan
risiko pemanfaatan industri jasa keuangan sebagai sarana Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme, dengan berbagai modus operandinya yang
semakin beragam dan maju.
Dalam kaitan tersebut dan sesuai ketentuan Pasal 5 Undang Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang menegaskan
bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan, perlu adanya pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi (termasuk keseragaman pengaturan) dalam penerapan program
anti Pencucian Uang dan pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT)
oleh PJK yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Disamping itu, pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi dalam
penerapan program APU dan PPT oleh PJK yang melakukan kegiatan di
sektor jasa keuangan perlu kiranya didasarkan pada pengawasan
berbasis risiko (risk based approach) sesuai dengan standar internasional
-2-

sebagaimana direkomendasikan oleh The Financial Action Task Force on Money


Laundering (FATF) yang menegaskan agar dalam penerapan rezim anti
Pencucian Uang dan pencegahan Pendanaan Terorisme perlu mengedepankan
pendekatan berbasis risiko dalam penyusunan kebijakan dan prosedur.
Dalam hal tingkat risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme
tinggi maka kebijakan dan prosedur yang ditetapkan lebih ketat dibandingkan
apabila tingkat risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme dinilai
lebih rendah.
Berkaitan dengan Rekomendasi FATF, Peraturan OJK perlu mengatur
beberapa Rekomendasi FATF termasuk tetapi tidak terbatas pada pengaturan
penerapan program APU dan PPT di sektor jasa keuangan berbasis risiko (risk
based approach), seperti:
1. kewajiban PJK melakukan penilaian risiko TPPU dan TPPT terkait dengan
nasabah, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi, atau
jaringan distribusi (delivery channels), yang menjadi dasar untuk
mengelola dan memitigasi risiko;
2. pengaturan CDD sederhana sesuai dengan penilaian risiko tersendiri
oleh PJK yang dimungkinkan untuk dilakukan sepanjang:
a. memenuhi kriteria untuk nasabah atau transaksi berisiko rendah
yang konsisten dengan penilaian risiko; dan
b. persyaratan CDD sederhana mampu mengelola tingkat ancaman
TPPU dan/atau TPPT yang telah diidentifikasi dengan tingkat risiko
rendah.
3. persyaratan CDD sederhana tidak mencakup Nasabah yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan dikategorikan sebagai Nasabah atau
transaksi yang berisiko tinggi;
4. pengaturan mengenai Politically Exposed Person (PEP), yang mencakup
antara lain identifikasi dan verifikasi PEP domestik, PEP asing, orang
yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent
function) dalam lembaga/organisasi internasional, dan anggota keluarga
afiliasi/close associates dari PEP;
5. pengaturan mengenai CDD terhadap penerima manfaat (beneficiary) dari
asuransi jiwa/life insurance dan produk lain terkait asuransi, antara lain
kewajiban untuk melakukan verifikasi identitas dari penerima manfaat
(beneficiary) pada saat pembayaran klaim asuransi jiwa/life insurance;
dan
-3-

6. pengaturan kebijakan dan prosedur penerapan APU dan PPT bagi


Konglomerasi Keuangan (financial group).
Melalui penerapan program APU dan PPT di sektor jasa keuangan yang
berstandar internasional, diharapkan PJK dapat melakukan kegiatannya
secara lebih sehat dan lebih berdaya saing global sehingga pada akhirnya
akan lebih mendorong pertumbuhan industri jasa keuangan secara nasional.
Melalui Peraturan OJK ini, ketentuan-ketentuan terkait APU dan PPT
yang diatur masing-masing sektor jasa keuangan baik Perbankan, Pasar
Modal, dan Industri Keuangan Non Bank diharmonisasi secara terpadu
termasuk tetapi tidak terbatas antara lain pada perbedaan pengaturan antar
masing-masing sektor jasa keuangan, independensi dan tanggung jawab
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT, informasi dan dokumen
pendukung prosedur Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Diligence/CDD) dan
Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence/EDD), serta pengenaan sanksi.
Menunjuk pada adanya perkembangan produk dan layanan jasa
keuangan, baik yang dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan, maupun yang dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan
masyarakat atas produk dan layanan jasa keuangan yang memanfaatkan
perkembangan teknologi dan informasi, Peraturan OJK perlu kiranya
mengatur ketentuan:
1. Pertemuan langsung (face to face) dan tanda tangan dokumen Calon
Nasabah atau Nasabah dalam rangka CDD yang dimungkinkan dapat
dilakukan secara elektronik melalui sistem yang disediakan oleh PJK;
dan
2. Prosedur CDD sederhana yang dimungkinkan apabila tujuan
pembukaan rekening terkait dengan program Pemerintah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan seperti layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka
keuangan inklusif, simpanan pelajar, dan bantuan sosial pada
kementerian negara/lembaga.
Selain hal-hal tersebut di atas, dalam rangka upaya penegakan hukum
khususnya yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT di sektor
jasa keuangan, Peraturan OJK perlu pula kiranya mengatur mengenai
keseragaman sanksi atas pelanggaran Peraturan OJK ini dengan tetap
memperhatikan size PJK masing masing sektor jasa keuangan dimana sanksi
terbagi menjadi sanksi berupa denda atas pelanggaran kewajiban pelaporan
-4-

dan sanksi lainnya atas pelanggaran Peraturan OJK ini selain kewajiban
pelaporan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “secara berkala” adalah dilakukan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan dan penilaian risiko PJK.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 3
Ayat (1)
Persetujuan Direksi diperlukan untuk kebijakan, pengawasan, dan
prosedur pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme yang bersifat teknis.
Persetujuan Dewan Komisaris diperlukan untuk kebijakan,
pengawasan, dan prosedur pengelolaan dan mitigasi risiko
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme yang bersifat strategis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.
-5-

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Untuk kantor cabang dari PJK yang berkedudukan di luar negeri, yang
dimaksud dengan “Direksi” adalah pimpinan kantor cabang dari PJK
yang berkedudukan di luar negeri yakni pemimpin kantor cabang PJK
dan/atau pejabat satu tingkat di bawah pemimpin kantor cabang.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Kebijakan dan prosedur lebih lanjut yang bersifat lebih teknis, yang
merupakan ketentuan lebih lanjut dari kebijakan dan prosedur
tertulis yang bersifat strategis, tidak perlu memperoleh persetujuan
Dewan Komisaris, namun cukup disetujui oleh Direksi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat
sebagai penanggung jawab penerapan program APU dan PPT
dilakukan sesuai dengan kebutuhan, kompleksitas usaha, dan
penilaian risiko PJK.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “satuan kerja terkait” antara lain satuan
kerja yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan Nasabah dan/atau WIC, seperti petugas pelayanan
nasabah (front liner), petugas pemasaran, petugas yang terkait
pengelolaan dan pengembangan teknologi informasi, serta internal
auditor.
-6-

Pasal 7
Huruf a
Persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU
dan PPT oleh Dewan Komisaris, hanya untuk kebijakan dan
prosedur tertulis yang bersifat strategis.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Frekuensi pembahasan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme dalam rapat Direksi dan Dewan Komisaris dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan penilaian risiko masing-masing PJK.

Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “kemampuan yang memadai” antara lain
meliputi pengalaman, pengetahuan termasuk pengalaman dan
pengetahuan mengenai penerapan program APU dan PPT.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.
-7-

Pasal 11
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Yang dimaksud dengan “melakukan pengawasan terkait penerapan
program APU dan PPT terhadap satuan kerja terkait” antara lain
mengawasi apakah satuan kerja terkait telah melakukan fungsi dan
tugas dalam rangka mempersiapkan laporan mengenai dugaan
Transaksi Keuangan Mencurigakan sebelum menyampaikannya
kepada unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggung jawab
terhadap penerapan program APU dan PPT.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
-8-

Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Kebijakan dan prosedur terkait identifikasi dan verifikasi
nasabah antara lain mencakup juga CDD sederhana, CDD oleh
pihak ketiga, dan EDD.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah pejabat yang
memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti
Pencucian Uang dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme
misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat atau
pimpinan di kantor cabang.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
-9-

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “transaksi keuangan dengan mata uang
rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau
setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”, termasuk
transaksi yang dilakukan dalam satu kali transaksi atau dilakukan
dalam beberapa transaksi yang patut diduga saling terkait.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Prosedur CDD yang dilakukan pada saat terdapat indikasi Transaksi
Keuangan Mencurigakan yang terkait dengan Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme, dilakukan tanpa memperhatikan
adanya pengecualian atau batasan nilai transaksi sebagaimana
diatur dalam Peraturan OJK ini.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Dalam rangka identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui
profil Calon Nasabah, PJK dapat diwakili oleh
- 10 -

pihak lain, dengan ketentuan bahwa Pihak lain yang mewakili


PJK tersebut harus mengetahui prinsip dasar dari CDD.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaksanaan verifikasi secara face to face melalui sarana elektronik
milik PJK antara lain dapat dilakukan dengan video banking yang
menggunakan perangkat milik PJK yang sifatnya langsung online
dengan petugas dari PJK.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “2 (dua) faktor otentikasi” mencakup:
1. what you have, yaitu dokumen identitas yang dimiliki oleh
Calon Nasabah yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP)
elektronik; dan
2. what you are, yaitu data biometrik antara lain dalam
bentuk sidik jari milik Calon Nasabah.

Pasal 18
Ayat (1)
Termasuk dalam pengertian rekening fiktif adalah rekening Nasabah
yang menggunakan nama yang tidak sesuai dengan yang tertera
pada dokumen identitas Nasabah yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.
- 11 -

Pasal 20
Ayat (1)
Huruf a
Angka 1
Huruf a)
Cukup jelas.
Huruf b)
Cukup jelas.
Huruf c)
Informasi mengenai alamat tempat tinggal lain
diperlukan apabila Calon Nasabah orang
perseorangan (natural person) memiliki alamat tempat
tinggal berbeda dengan alamat yang tercatat pada
dokumen identitas.
Huruf d)
Cukup jelas.
Huruf e)
Cukup jelas.
Huruf f)
Cukup jelas.
Huruf g)
Cukup jelas.
Huruf h)
Cukup jelas.
Huruf i)
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
- 12 -

Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Termasuk izin adalah izin lainnya yang dipersamakan
dengan izin yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “perikatan lainnya (legal arrangement)”
antara lain trustee. Contoh: bank umum sebagai trustee
(pengelola atau penerima harta trust).
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Termasuk izin adalah izin lainnya yang dipersamakan
dengan izin yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
- 13 -

Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Ketentuan pada ayat ini juga berlaku bagi perantara atau pihak
yang mendapatkan kuasa dari Nasabah untuk melakukan
transaksi atas kepentingan Nasabah yang transaksinya
tergolong tidak wajar atau mencurigakan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 21
Dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan Indonesia dapat berupa Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), atau paspor yang masih berlaku.
Sedangkan dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah
perorangan yang berkewarganegaraan asing adalah paspor yang disertai
dengan Kartu Izin Tinggal sesuai dengan ketentuan keimigrasian.
Dokumen pendukung identitas tersebut juga diperlukan bagi perorangan
yang ditunjuk bertindak untuk dan atas nama perusahaan. Dokumen
Kartu Izin Tinggal dapat digantikan oleh dokumen lainnya yang dapat
memberikan keyakinan kepada PJK tentang profil Calon Nasabah
berkewarganegaraan asing tersebut antara lain surat referensi dari:
a. seorang berkewarganegaraan Indonesia atau
perusahaan/instansi/pemerintah Indonesia mengenai profil Calon
Nasabah berkewarganegaraan asing; atau
b. PJK di negara atau jurisdiksi tempat kedudukan Calon Nasabah dan
negara atau jurisdiksi tersebut tidak tergolong berisiko tinggi.
Termasuk spesimen tanda tangan bagi Calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan Indonesia adalah cap jempol atau sidik jari.
- 14 -

Pasal 22
Ayat (1)
Dokumen identitas perusahaan antara lain berupa:
a. akta pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; dan
b. izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang.
Contoh: izin usaha sebagai pedagang valuta asing, izin kegiatan
usaha pengiriman uang, atau izin usaha dari kementerian
kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang
perkayuan/kehutanan.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “usaha mikro dan usaha kecil” adalah
usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai usaha mikro dan
usaha kecil.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Deskripsi kegiatan usaha perusahaan meliputi informasi
mengenai bidang usaha, profil pelanggan, alamat tempat
kegiatan usaha dan nomor telepon usaha dan nomor
telepon perusahaan.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Yang dimaksud dengan “anggota Direksi yang berwenang
mewakili perusahaan untuk melakukan hubungan usaha
dengan PJK” adalah anggota Direksi yang memiliki
spesimen tanda tangan (authorized signature).
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 15 -

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Untuk memastikan kebenaran identitas Nasabah perseorangan,
dokumen identitas hendaknya merupakan dokumen yang
mencantumkan foto diri yang diterbitkan oleh pihak yang
berwenang dengan jangka waktu yang masih berlaku.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “lebih dari satu dokumen identitas”
misalnya selain kartu tanda penduduk adalah paspor atau surat izin
mengemudi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Contoh hubungan usaha atau transaksi sebelum proses verifikasi
dilakukan adalah transaksi efek di bursa efek yang harus dilakukan
sesegera mungkin dengan mempertimbangkan kondisi pasar,
dimana transaksi efek tersebut dilaksanakan sebelum dilakukannya
proses verifikasi.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.
- 16 -

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1)
Huruf a
Termasuk Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) orang
perseorangan (natural person) pada ayat ini adalah Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) orang perseorangan (natural person)
dari Calon Nasabah yang merupakan Lembaga Negara atau
Instansi Pemerintah.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Huruf b
Dalam hal Nasabah atau pemilik atau pengendali akhir dari
Korporasi adalah perusahaan terbuka dan diwajibkan untuk
melakukan keterbukaan informasi atas pengendali Korporasi
dimaksud, atau anak perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh
perusahaan terbuka tersebut, PJK tidak perlu melakukan
identifikasi dan verifikasi terhadap pemegang saham atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari perusahaan terbuka
tersebut. Data identifikasi yang relevan dapat diperoleh dari
otoritas yang berwenang, dari Nasabah atau dari sumber lain
yang dapat diandalkan.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Yang dimaksud dengan “pemilik atau pengendali akhir
perusahaan, yayasan atau perkumpulan (ultimate
- 17 -

owner/ultimate controller)” adalah perorangan yang


menurut penilaian PJK memiliki dan/atau yang
melakukan pengendalian akhir untuk mengambil
keputusan dalam pengelolaan perusahaan. Dokumen
identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa surat
pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat informasi
mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.
Pengendali akhir dari Korporasi dapat tidak teridentifikasi
karena pengendali akhir dari Korporasi dapat sangat
terdiversifikasi sehingga tidak ada orang perseorangan
(natural person), baik sendiri-sendiri maupun bersama-
sama, yang mengendalikan Korporasi melalui
kepemilikan.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Huruf c
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Pengendalian trust dapat dilakukan melalui kepemilikan
atau kemampuan untuk mengendalikan.
Huruf d
Identitas dari orang perseorangan dari perikatan lainnya (legal
arrangement) yang mempunyai posisi yang sama dengan
trustee.
Ayat (2)
Contoh pengendalian Korporasi melalui bentuk lain adalah
pengendalian melalui kemampuan untuk menunjuk atau mengganti
Direksi dari Korporasi.
- 18 -

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “produk sektor jasa keuangan yang
berisiko tinggi” antara lain:
1. private banking;
2. transaksi anonim (anonymous transactions) (termasuk
transaksi tunai); atau
3. pembayaran yang diterima dari pihak ketiga yang tidak
dikenal atau yang tidak terkait.
Huruf c
Contoh Negara yang Berisiko Tinggi (High Risk Countries)
antara lain terdiri dari:
1. Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual
assessment terhadap suatu negara (seperti: Financial
Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pacific
Group on Money Laundering (APG), Caribbean Financial
Action Task Force (CFATF), Committee of Experts on the
Evaluation of Anti-Money Laundering Measures and the
- 19 -

Financing of Terrorism (MONEYVAL), Eastern and Southern


Africa Anti-Money Laundering Group (ESAAMLG), The
Eurasian Group on Combating Money Laundering and
Financing of Terrorism (EAG), The Grupo de Accion
Financiera de Sudamerica (GAFISUD), Intergovernmental
Anti-Money Laundering Group in Africa (GIABA) atau Middle
East & North Africa Financial Action Task Force
(MENAFATF)) diidentifikasi sebagai tidak secara memadai
melaksanakan Rekomendasi FATF;
2. Negara yang diidentifikasi sebagai yang tidak cooperative
atau Tax Haven oleh Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD);
3. Negara yang memiliki tingkat tata kelola (good governance)
yang rendah sebagaimana ditentukan oleh World Bank;
4. Negara yang memiliki tingkat risiko korupsi yang tinggi
sebagaimana diidentifikasi dalam Transparancy
International Corruption Perception Index;
5. Negara yang diketahui secara luas sebagai tempat
penghasil dan pusat perdagangan narkoba;
6. Negara yang dikenakan sanksi, embargo, atau yang
serupa, antara lain oleh PBB; atau
7. Negara atau yurisdiksi yang diidentifikasi oleh lembaga
yang dipercaya, sebagai penyandang dana atau
mendukung kegiatan terorisme, atau yang membolehkan
kegiatan organisasi teroris di negaranya.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Informasi atas pihak yang tercantum dalam daftar terduga
teroris dan organisasi teroris dapat bersumber dari:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
- 20 -

2. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267; atau


3. sumber lain yang lazim digunakan.
Huruf i
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Pengertian PEP tidak dimaksudkan untuk mencakup pihak-pihak
dari level menengah atau lebih junior.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah pejabat yang
memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti
Pencucian Uang dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme
misalnya kepala divisi atau kepala bagian di kantor pusat atau
pimpinan di kantor cabang.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Ketentuan ini berlaku bagi Nasabah yang statusnya mengalami
perubahan dari Nasabah biasa menjadi PEP termasuk Nasabah
yang baru teridentifikasi sebagai PEP.

Pasal 33
Yang dimaksud “organisasi internasional” antara lain International
Monetary Fund (IMF), World Bank, United Nations (UN), Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD), Asian Development
Bank (ADB), dan Islamic Development Bank (IDB).
- 21 -

Pasal 34
Yang dimaksud dengan “anggota keluarga dari PEP” adalah anggota
keluarga PEP sampai dengan derajat kedua, baik horisontal maupun
vertikal, yaitu:
1. orang tua kandung/tiri/angkat;
2. saudara kandung/tiri/angkat;
3. anak kandung/tiri/angkat;
4. kakek atau nenek kandung/tiri/angkat;
5. cucu kandung/tiri/angkat;
6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
7. suami atau istri;
8. mertua atau besan;
9. suami atau istri dari anak kandung/tiri/angkat;
10. kakek atau nenek dari suami atau istri;
11. suami atau istri dari cucu kandung/tiri /angkat;
12. saudara kandung/tiri/angkat dari suami; atau
13. istri beserta suami atau istrinya dari saudara,
yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan “pihak yang terkait dengan PEP” antara lain:
1. perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP; atau
2. pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik mempunyai
hubungan dekat dengan PEP. Contoh supir, asisten pribadi,
sekretaris pribadi.

Pasal 35
Pembuatan daftar tersendiri ditujukan untuk memudahkan identifikasi
dan pemantauan.

Pasal 36
Yang dimaksud dengan “otoritas terkait” antara lain adalah PPATK.

Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Nama perorangan dari penerima manfaat (beneficiary) berupa
non perorangan dapat berupa nama pengurus atau orang yang
mewakili non perorangan tersebut.
- 22 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan “penerima manfaat (beneficiary)
berdasarkan karakteristik” misalnya suami atau isteri, atau
anak-anak pada saat risiko asuransi timbul.
Yang dimaksud dengan “penerima manfaat dengan cara lain”
misalnya penerima manfaat (beneficiary) yang ditunjuk
berdasarkan surat wasiat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah pejabat yang memiliki
pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti Pencucian Uang
dan/atau pencegahan Pendanaan Terorisme misalnya kepala divisi atau
kepala bagian di kantor pusat atau pimpinan di kantor cabang.

Pasal 40
Ayat (1)
Termasuk tingkat risiko negara asal Nasabah.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “rekening” adalah rekening milik
perusahaan yang digunakan hanya untuk pembayaran gaji
karyawan perusahaan tersebut secara periodik dan/atau
rekening karyawan yang digunakan hanya untuk menerima
gaji dari pemberi kerja.
Huruf b
Identitas mengenai perusahaan dan Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) dari perusahaan publik atau emiten telah tersedia
sebagai dokumen publik.
Huruf c
Cukup jelas.
- 23 -

Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “program pemerintah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan” antara lain gerakan Indonesia menabung, layanan
keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif,
simpanan pelajar, asuransi mikro, asuransi usaha ternak sapi,
asuransi usaha padi, program keluarga harapan (PKH), dan
bantuan dana tunai
Huruf f
Sebagai contoh:
1. pemasaran produk atau jasa melalui saluran komunikasi
jarak jauh (telemarketing);
2. Calon Nasabah merupakan penerima Efek dalam rangka
employee stock ownership program (ESOP) dan/atau
management stock ownership program (MSOP) dari emiten
atau perusahaan publik;
3. Calon Nasabah merupakan pihak yang melakukan
pemesanan efek di pasar perdana paling banyak senilai
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
4. peserta DPLK yang diikutsertakan oleh pemberi kerja atau
peserta mandiri yang membayar iuran ke DPLK, yang
jumlahnya paling banyak 20% (dua puluh persen) dari
penghasilan setiap bulan atau lebih dari 20% (dua puluh
persen) dari penghasilan tetapi tidak melebihi
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) setiap bulan;
5. produk asuransi yang tidak menjanjikan pengembalian
dana sebelum atau setelah berakhirnya masa
pertanggungan;
6. produk asuransi yang jumlah pembayaran premi
regulernya apabila di setahunkan tidak melebihi
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
7. produk asuransi yang pembayaran premi tunggalnya tidak
melebihi Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
- 24 -

8. pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan


atau PMV yang nilainya tidak melebihi Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah);
9. calon Nasabah dan/atau Nasabah berupa perusahaan
publik;
10. jenis barang jaminan berupa alat rumah tangga atau
barang gudang dengan nilai nominal paling banyak
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); dan/atau
11. nominal uang pinjaman atau penghimpunan dana paling
banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas antara
lain:
a. kartu pengenal yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
mencantumkan foto diri seperti kartu peserta program
yang dikeluarkan oleh pemerintah;
b. dokumen identitas dan surat referensi dari Nasabah lain
yang mengenal profil Calon Nasabah;
c. surat referensi dari kelurahan atau kepala desa dimana
Calon Nasabah berdomisili yang mencantumkan foto diri;
atau
d. kartu tanda pelajar bagi Calon Nasabah Perorangan yang
belum memenuhi syarat untuk memiliki kartu tanda
penduduk yang disertai dengan dokumen identitas dan
surat persetujuan dari orangtua atau pihak lain yang
bertanggung jawab terhadap Calon Nasabah tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas.
- 25 -

Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Daftar yang dibuat antara lain memuat informasi mengenai alasan
penetapan risiko sehingga digolongkan sebagai risiko rendah.
Ayat (9)
Cukup jelas.

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan “informasi” paling kurang berupa
informasi mengenai nama lengkap sesuai dengan yang
tercantum pada kartu identitas, alamat atau tempat dan
tanggal lahir, nomor kartu identitas, dan kewarganegaraan dari
Calon Nasabah.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
- 26 -

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “otoritas yang berwenang” adalah:
a. otoritas dimana Konglomerasi Keuangan (financial group)
tersebut berasal, yang mengawasi penerapan kebijakan
dan prosedur pada level Konglomerasi Keuangan (financial
group) tersebut; dan
b. otoritas dimana kantor cabang atau anak usaha dari
Konglomerasi Keuangan (financial group) tersebut berada.
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.

Pasal 42
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “shell bank” adalah Bank yang tidak
mempunyai kehadiran secara fisik (physical presence) di
wilayah hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin,
dan tidak berafiliasi dengan Konglomerasi Keuangan (financial
group) jasa keuangan yang menjadi subyek pengawasan
terkonsolidasi yang efektif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 27 -

Ayat (3)
Kewajiban PJK untuk tetap melakukan proses identifikasi dan
verifikasi terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dimaksudkan untuk kepentingan
pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Pemberitahuan dapat dilakukan secara tertulis yang ditujukan
kepada Nasabah sesuai dengan alamat yang tercantum dalam
database PJK atau diumumkan melalui media cetak, media
elektronik maupun media lainnya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah”
antara lain berupa penyerahan sisa dana kepada Balai Harta
Peninggalan.

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan
apabila terdapat transaksi keuangan yang memenuhi kriteria
sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 28 -

Ayat (4)
Laporan pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data
kualitatif.
Yang dimaksud dengan “data kuantitatif” antara lain berupa
statistik jumlah Nasabah yang datanya telah atau belum dikinikan.
Yang dimaksud dengan “data kualitatif” antara lain berupa kendala,
upaya yang telah dilakukan PJK serta kemajuan (progress) dari
upaya tersebut.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “transaksi yang tidak sesuai dengan profil
Nasabah” adalah transaksi sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undanganan yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 46
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “daftar terduga teroris dan organisasi
teroris” adalah daftar yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian
Negara RI berdasarkan penetapan pengadilan negeri Jakarta Pusat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “informasi lainnya” antara lain tempat
tanggal lahir dan alamat Nasabah.
- 29 -

Ayat (4)
Dalam melakukan pemblokiran dan pelaporan, PJK mengacu pada
Peraturan Bersama tentang Pencantuman Identitas Orang dan
Korporasi dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dan
Pemblokiran Secara Serta Merta atas Dana Milik Orang atau
Korporasi yang Tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris.

Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Informasi mengenai profil calon Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus antara lain meliputi susunan anggota Direksi dan
Dewan Komisaris, kegiatan usaha, dan produk hasil usaha.
Huruf b
Dalam meneliti reputasi Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus, Bank perlu meneliti reputasi yang bersifat negatif,
misalnya sanksi yang pernah dikenakan oleh otoritas kepada
Bank Penerima dan/atau Bank Penerus terkait dengan
pelanggaran ketentuan otoritas termasuk ketentuan yang
terkait dengan Rekomendasi FATF, atau Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus sedang dalam proses penyidikan
dan/atau pembinaan oleh otoritas yang berwenang terkait
dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
Huruf c
Tingkat penerapan program APU dan PPT suatu negara dapat
dilihat dari tingkat risiko negara tempat kedudukan Bank
tersebut yang dikeluarkan oleh FATF atau Asia Pacific Group on
Money Laundering (APG) terhadap kemungkinan terjadinya
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “informasi relevan lain” antara lain
informasi mengenai:
a. kepemilikan, pengendalian, dan struktur manajemen,
untuk memastikan apakah terdapat PEP dalam susunan
kepemilikan atau sebagai pengendali;
- 30 -

b. posisi keuangan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus;


dan
c. profil perusahaan induk dan anak perusahaan.
Ayat (2)
Otoritas di dalam negeri yang berwenang seperti PPATK dan Bank
Indonesia, sedangkan otoritas di luar negeri yang berwenang seperti
Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pasific
Group on Money Laundering (APG), dan United Nations (UN).
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah Pejabat Eksekutif
yang mengatur mengenai bank umum dan telah memiliki
pengetahuan dan/atau pengalaman mengenai anti Pencucian Uang
atau pencegahan Pendanaan Terorisme, misalnya kepala divisi atau
kepala bagian di kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang
Bank.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Yang dimaksud dengan “payable through account” adalah rekening
koresponden yang digunakan secara langsung oleh pihak ketiga untuk
melakukan transaksi atas nama pihak ketiga tersebut.

Pasal 50
Huruf a
Yang dimaksud dengan “mendokumentasikan” adalah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 Peraturan OJK ini.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
- 31 -

Pasal 51
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Bank Pengirim” termasuk Bank yang
melakukan kegiatan usaha sebagai agen dari penyelenggara
kegiatan pengiriman uang.
Angka 1
Huruf a)
Cukup jelas.
Huruf b)
Cukup jelas.
Huruf c)
Cukup jelas.
Huruf d)
Yang dimaksud dengan “nomor identifikasi” antara
lain nomor yang secara unik mengidentifikasikan
Nasabah/WIC pengirim dari Bank Pengirim dengan
data informasi yang dikelola oleh Bank Pengirim.
Dalam hal ini, nomor identifikasi berbeda dengan
nomor transaksi.
Huruf e)
Cukup jelas.
Huruf f)
Cukup jelas.
Huruf g)
Cukup jelas.
Huruf h)
Cukup jelas.
Huruf i)
Cukup jelas.
Huruf j)
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
- 32 -

Angka 3
Yang dimaksud dengan “mendokumentasikan” adalah
kegiatan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 Peraturan OJK ini.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “informasi” adalah informasi mengenai
pihak yang pertama kali mengeluarkan perintah Transfer Dana.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Informasi atau permintaan tertulis dapat berupa surat yang
ditandatangani maupun informasi atau permintaan yang
disampaikan melalui media elektronik lainnya.
Yang dimaksud dengan “Otoritas yang berwenang” termasuk
otoritas penegak hukum dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kerahasiaan Bank.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “PJK” adalah sebagaimana yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian
Uang.

Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tindak lanjut yang memadai” antara lain
melakukan pemantauan yang lebih ketat, melaporkan sebagai
Transaksi Keuangan Mencurigakan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 33 -

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Ayat (1)
Salah satu tujuan penatausahaaan dokumen dimaksudkan untuk
memudahkan rekonstruksi transaksi dalam hal diminta oleh
otoritas yang berwenang.
Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan,
electronic form, microfilm atau dokumen yang berdasarkan undang-
undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Dalam memastikan efektivitas penerapan program APU dan
PPT, PJK antara lain melakukan uji kepatuhan (termasuk
penggunaan sample testing) terhadap kebijakan dan prosedur
yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT.

Pasal 58
Ayat (1)
Huruf a
Pertukaran informasi dapat berupa antara lain: tipologi,
modus, dan profil nasabah.
- 34 -

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “anak perusahaan” adalah anak perusahaan
yang mayoritas kepemilikannya berada pada Konglomerasi
Keuangan (financial group).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 59
Ayat (1)
Sistem informasi yang dimiliki harus dapat memungkinkan PJK
untuk menelusuri setiap transaksi (individual transaction) apabila
diperlukan, baik untuk keperluan intern dan/atau OJK, maupun
dalam kaitannya dengan penegakan hukum.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “profil Nasabah secara terpadu” adalah
Nasabah yang mencakup seluruh rekening yang dimiliki oleh satu
Nasabah pada suatu PJK.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Penggunaan teknologi yang berpotensi disalahgunakan seperti
pembukaan rekening dan/atau melakukan transaksi melalui pos,
faksimili, telepon, internet banking, dan anjungan tunai mandiri
(ATM).

Pasal 60
Pemanfaatan jasa PJK sebagai media Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme dimungkinkan juga melibatkan karyawan PJK itu
- 35 -

sendiri. Dengan demikian untuk mencegah ataupun mendeteksi


terjadinya dugaan tindak pidana Pencucian Uang yang dilakukan melalui
PJK perlu diterapkan know your employee (KYE) yang diantaranya adalah
melalui prosedur pre employee screening, pengenalan dan pemantauan
profil yang mencakup karakter, perilaku dan gaya hidup karyawan.
Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Huruf a
Action plan adalah langkah-langkah PJK untuk melaksanakan
program APU dan PPT dengan target waktu penyelesaian
selama periode tertentu, yang paling kurang memuat
penyempurnaan infrastruktur terkait dengan teknologi
informasi, penyiapan sumber daya manusia, dan program
pengkinian data Nasabah, WIC dan Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner).
Action Plan juga memuat langkah-langkah PJK untuk
melakukan CDD terhadap Nasabah yang ada berdasarkan
materialitas dan risikonya.
Dalam hal PJK telah menyampaikan action plan kepada OJK
sebelum berlakunya Peraturan OJK ini, PJK hanya wajib
menyampaikan penyesuaian action plan penerapan program
APU dan PPT.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Rencana kegiatan pengkinian data disusun sesuai dengan
penilaian PJK terhadap kesesuaian data yang tersedia.
Rencana kegiatan tersebut membantu PJK untuk dapat
memantau dan melaporkan Transaksi Keuangan
Mencurigakan.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 36 -

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Termasuk dalam kerja sama dengan penegak hukum yang dimaksudkan
pada ayat ini adalah menyampaikan dokumen atau informasi kepada
penegak hukum terkait dengan identitas Nasabah yang diduga
melakukan tindak pidana yang merupakan tindak pidana asal (predicate
crime) dari tindak pidana Pencucian Uang sesuai dengan ketentuan
perundangan-undangan.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6035


Z`

Yth.

1. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai


Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek;

2. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai


Manajer Investasi; dan

3. Direksi Bank Umum yang menjalankan fungsi Kustodian,

di tempat.

SALINAN
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 47 /SEOJK.04/2017
TENTANG
PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR PASAR MODAL

Dalam rangka pelaksanaan amanat Pasal 68 Peraturan Otoritas Jasa


Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6035), perlu mengatur
ketentuan pelaksanaan mengenai penerapan program anti pencucian uang
dan pencegahan pendanaan terorisme di sektor pasar modal dalam Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut:

I. KETENTUAN UMUM
1. Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
a. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal yang
selanjutnya disebut PJK di Sektor Pasar Modal adalah
perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau
manajer investasi, serta bank umum yang menjalankan fungsi
kustodian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
-2-

b. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana dimaksud


dalam Undang-Undang mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
c. Pendanaan Terorisme adalah pendanaan terorisme
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pendanaan
Terorisme.
d. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
yang selanjutnya disingkat APU dan PPT adalah upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang
dan Pendanaan Terorisme.
e. Direksi bagi PJK di sektor Pasar Modal adalah Direksi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai
perseroan terbatas.
f. Dewan Komisaris bagi PJK di sektor Pasar Modal adalah Dewan
Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
mengenai perseroan terbatas.
2. PJK di Sektor Pasar Modal sangat rentan terhadap kemungkinan
digunakan sebagai media Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme, PJK di Sektor Pasar Modal dimungkinkan menjadi pintu
masuk harta kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana atau
merupakan pendanaan kegiatan terorisme ke dalam sistem
keuangan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pelaku kejahatan. Misalnya untuk pelaku Pencucian Uang, harta
kekayaan tersebut dapat ditarik kembali sebagai harta kekayaan
yang seolah-olah sah dan tidak lagi dapat dilacak asal-usulnya.
Sedangkan untuk pelaku Pendanaan Terorisme, harta kekayaan
tersebut dapat digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme.
3. Semakin berkembangnya kompleksitas produk dan layanan jasa
keuangan termasuk pemasarannya (multi channel marketing), serta
semakin meningkatnya penggunaan teknologi informasi pada
industri jasa keuangan, mengakibatkan semakin tinggi risiko PJK di
Sektor Pasar Modal digunakan sebagai sarana Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.
4. Dalam kaitan tersebut perlu adanya peningkatan kualitas penerapan
program APU dan PPT yang didasarkan pada pendekatan berbasis
risiko (risk based approach) sesuai dengan prinsip-prinsip umum
-3-

yang berlaku secara internasional, serta sejalan dengan penilaian


risiko nasional (national risk assessment/NRA) dan penilaian risiko
sektoral (sectoral risk assessment/SRA).
5. Penerapan program APU dan PPT berbasis risiko paling sedikit
meliputi:
a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kebijakan dan prosedur;
c. pengendalian internal;
d. sistem manajemen informasi; dan
e. sumber daya manusia dan pelatihan.
6. Gambaran Umum Tindak Pidana Pencucian Uang
a. Tindak pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah perbuatan
menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan,
menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta
kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil
tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah
menjadi harta kekayaan yang sah.
b. Pada dasarnya proses Pencucian Uang dapat dikelompokkan ke
dalam 3 (tiga) tahap kegiatan yang meliputi:
1) penempatan (placement), yaitu upaya menempatkan uang
tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem
keuangan (financial system);
2) transfer (layering), yaitu upaya untuk mentransfer harta
kekayaan yang berasal dari tindak pidana (dirty money)
yang telah berhasil ditempatkan pada PJK (terutama bank)
sebagai hasil upaya penempatan (placement) ke PJK yang
lain. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan jejak sumber
dana hasil tindak pidana melalui beberapa lapis (layer)
transaksi keuangan; dan/atau
3) penggunaan harta kekayaan (integration), yaitu upaya
menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak
pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem
keuangan melalui penempatan atau transfer sehingga
seolah-olah menjadi harta kekayaan sah (clean money),
untuk kegiatan bisnis yang sah atau untuk membiayai
-4-

kembali kegiatan kejahatan.


c. Beberapa metode, teknis, skema, dan instrumen dalam
Pencucian Uang, seperti:
1) penukaran mata uang/konversi uang tunai, yaitu teknik
yang digunakan untuk membantu penyelundupan ke
yurisdiksi lain atau untuk memanfaatkan rendahnya
persyaratan pelaporan pada jasa penyedia jasa pertukaran
mata uang untuk meminimalkan risiko terdeteksi,
contohnya melakukan pembelian cek perjalanan untuk
membawa nilai ke yurisdiksi lainnya;
2) pembawaan uang tunai/penyelundupan mata uang, yaitu
teknik yang dilakukan untuk menyembunyikan
perpindahan dari mata uang untuk menghindari transaksi
atau mengukur pelaporan uang tunai;
3) structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan
dengan memecah-mecah transaksi sehingga jumlah
transaksi menjadi lebih kecil namun dengan frekuensi
yang tinggi;
4) smurfing, yaitu metode yang dilakukan dengan
menggunakan beberapa rekening atas nama individu yang
berbeda-beda untuk kepentingan satu orang tertentu;
5) underground banking atau alternatif jasa pengiriman uang,
yaitu kegiatan pengiriman uang melalui mekanisme jalur
informal yang dilakukan atas dasar kepercayaan.
Seringkali mekanisme ini bekerja secara paralel dengan
sektor perbankan tradisional dan kemungkinan melanggar
hukum di beberapa yurisdiksi. Teknik ini dimanfaatkan
oleh pelaku Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
untuk memindahkan nilai uang tanpa terdeteksi dan
untuk mengaburkan identitas yang mengendalikan uang
tersebut;
6) Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme berbasis
perdagangan, yaitu teknik yang mencakup manipulasi
faktur dan menggunakan rute jalur keuangan dan
komoditas untuk menghindari transparansi hukum dan
keuangan;
-5-

7) mingling, yaitu teknik dengan menggunakan cara


mencampurkan atau menggabungkan hasil kejahatan
dengan hasil usaha bisnis yang sah dengan tujuan untuk
mengaburkan sumber dana;
8) penggunaan jasa profesional, yaitu teknik dengan
menggunakan pihak ketiga, dalam hal ini yaitu jasa
profesional seperti advokat, notaris, perencana keuangan,
akuntan, dan akuntan publik. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mengaburkan identitas penerima
manfaat dan sumber dana hasil kejahatan;
9) penggunaan perusahaan boneka (shell company), yaitu
sebuah teknik yang dilakukan dengan mendirikan
perusahaan secara formal berdasarkan aturan hukum
yang berlaku. Namun, dalam praktiknya perusahaan
tersebut tidak digunakan untuk melakukan kegiatan
usaha. Perusahaan boneka tersebut didirikan hanya untuk
melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset pihak
pendiri atau orang lain. Selain itu, teknik tersebut
bertujuan untuk mengaburkan identitas orang yang
mengendalikan dana dan memanfaatkan persyaratan
pelaporan yang relatif rendah;
10) penggunaan transfer kawat (wire transfer), yaitu teknik
yang bertujuan untuk melakukan transfer dana secara
elektronik antara lembaga keuangan dan sering kali ke
yurisdiksi lain untuk menghindari deteksi dan penyitaan
aset;
11) teknologi pembayaran baru (new payment technologies),
yaitu teknik yang menggunakan teknologi pembayaran
yang baru muncul untuk Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme, contohnya sistem pembayaran dan pengiriman
uang berbasis telepon seluler (ponsel);
12) penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang
dilakukan dengan menggunakan identitas palsu sebagai
upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan
pendeteksian keberadaan pelaku Pencucian Uang. Dalam
perkembangannya, tren penggunaan identitas palsu
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan melalui
-6-

berbagai cara, di antaranya, melakukan penipuan melalui


penggunaan identitas palsu dalam proses pembukaan
rekening;
13) penggunaan nama orang lain (nominee), wali amanat,
anggota keluarga, dan pihak ketiga, yaitu teknik yang biasa
digunakan untuk mengaburkan identitas orang yang
mengendalikan dana hasil kejahatan;
14) pembelian aset atau barang mewah (properti, kendaraan,
dan lain-lain), yaitu menginvestasikan hasil kejahatan ke
dalam bentuk aset/barang yang memiliki nilai tawar tinggi.
Hal tersebut bertujuan untuk mengambil keuntungan dari
mengurangi persyaratan pelaporan dengan maksud
mengaburkan sumber dana hasil kejahatan;
15) pertukaran barang (barter), yaitu menghindari penggunaan
dana tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak dapat
terdeteksi oleh sistem keuangan dalam pengukuran rezim
anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
Contohnya, pertukaran secara langsung antara heroin
dengan emas batangan;
16) u turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal-usul hasil
kejahatan dengan memutarbalikkan transaksi untuk
kemudian dikembalikan ke rekening asalnya;
17) cuckoo smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal-usul
sumber dana dengan mengirimkan dana dari hasil
kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang
menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak
menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut
merupakan proceed of crime; dan/atau
18) penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan
dengan menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan
menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang
sebenarnya merupakan pemilik dana hasil tindak pidana.
7. Gambaran Umum Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
a. Setiap aksi terorisme yang dilakukan di Indonesia pada
dasarnya membutuhkan dukungan, baik dalam bentuk
persenjataan (senjata api, tajam, dan peledak), tempat tinggal,
kendaraan untuk mobilisasi, fasilitas perang, dan penyediaan
-7-

kebutuhan anggota yang kesemuanya dapat diartikan sebagai


pendanaan berdasarkan definisi dana dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Dalam tindak pidana
kejahatan terorisme, uang atau dana diperuntukan sebagai
sarana untuk melakukan aksi dan bukan sebagai sasaran yang
ingin dicari sehingga berbagai cara akan dilakukan oleh para
pelaku untuk mendapatkan dana baik secara sah maupun
dengan aksi kejahatan. Dana yang terkumpul dipergunakan
untuk mendapatkan persenjataan, membeli bahan peledak,
membangun jaringan atau perekrutan anggota, pelatihan
perang, mobilisasi anggota dari atau ke suatu tempat demi
terlaksananya aksi teror.
b. Tindak pidana Pendanaan Terorisme (TPPT) adalah penggunaan
harta kekayaan secara langsung atau tidak langsung untuk
kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris. Pendanaan
terorisme pada dasarnya merupakan jenis tindak pidana yang
berbeda dari TPPU, namun demikian keduanya mengandung
kesamaan yaitu menggunakan jasa keuangan sebagai sarana
untuk melakukan suatu tindak pidana.
c. Berbeda dengan TPPU yang tujuannya untuk menyamarkan
asal-usul harta kekayaan, tujuan TPPT adalah membantu
kegiatan terorisme, baik dengan harta kekayaan yang
merupakan hasil dari suatu tindak pidana ataupun dari harta
kekayaan yang diperoleh secara sah. Untuk mencegah PJK di
Sektor Pasar Modal digunakan sebagai sarana TPPT, PJK di
Sektor Pasar Modal perlu menerapkan program APU dan PPT
secara memadai.
d. Beberapa modus Pendanaan Terorisme yang banyak digunakan
oleh pelaku Pendanaan Terorisme adalah:
1) pendanaan dalam negeri melalui sumbangan ke yayasan
menggunakan instrumen uang tunai yang digunakan
untuk pengelolaan jaringan teroris;
2) pendanaan dalam negeri melalui penyalahgunaan dana
yayasan menggunakan instrumen uang tunai yang
digunakan untuk pengelolaan jaringan teroris;
3) pendanaan dalam negeri melalui berdagang/usaha
-8-

(barang/jasa) menggunakan instrumen uang tunai yang


digunakan untuk pengelolaan jaringan teroris;
4) pendanaan dalam negeri melalui tindakan kriminal
menggunakan instrumen uang tunai yang digunakan
untuk pengelolaan jaringan teroris; dan/atau
5) pendanaan dalam negeri melalui penyalahgunaan dana
yayasan untuk membuka kegiatan usaha baru
(barang/jasa) yang hasilnya untuk pengelolaan jaringan
teroris.
Modus tersebut merupakan modus Pendanaan Terorisme
berisiko tinggi.

II. PROGRAM APU DAN PPT BERBASIS RISIKO (RISK BASED APPROACH)
1. Kewajiban Penerapan Program APU dan PPT Berbasis Risiko
a. PJK di Sektor Pasar Modal wajib menerapkan program APU dan
PPT berbasis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
sampai dengan Pasal 5 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di
Sektor Jasa Keuangan.
b. Dalam penerapan program APU dan PPT berbasis risiko, PJK di
Sektor Pasar Modal harus merujuk dan mempertimbangkan
risiko sebagaimana yang tercantum dalam NRA dan SRA.
Adapun risiko yang tercantum dalam NRA dan SRA tersebut
dapat berkembang dan mengalami perubahan. Oleh karena itu,
penerapan program APU dan PPT yang dimiliki PJK di Sektor
Pasar Modal harus responsif terhadap perubahan risiko
tersebut.
2. Konsep Risiko
a. Definisi Risiko
Risiko secara sederhana dapat dilihat sebagai kombinasi
peluang yang mungkin terjadi dan tingkat kerusakan atau
kerugian yang mungkin dihasilkan dari suatu peristiwa. Dalam
konteks Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, risiko
diartikan:
1) Pada tingkat nasional adalah suatu ancaman dan
kerentanan yang disebabkan oleh Pencucian Uang dan
-9-

Pendanaan Terorisme yang membahayakan sistem


keuangan nasional serta keselamatan dan keamanan
nasional.
2) Pada tingkat PJK di Sektor Pasar Modal adalah suatu
ancaman dan kerentanan yang menempatkan PJK di
Sektor Pasar Modal digunakan sebagai sarana Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme.
Adapun definisi ancaman dapat diartikan berupa pihak atau
objek yang dapat menyebabkan kerugian. Dalam konteks
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, ancaman dapat
berupa pelaku tindakan kriminal, fasilitator (pihak yang
membantu pelaksanaan tindakan kriminal), dana para pelaku
kejahatan, atau bahkan kelompok teroris.
Sementara kerentanan adalah unsur kegiatan usaha yang dapat
dimanfaatkan oleh ancaman yang telah teridentifikasi. Dalam
konteks TPPU dan TPPT kerentanan dapat berupa pengendalian
internal yang lemah dari PJK di Sektor Pasar Modal ataupun
penawaran produk atau jasa yang berisiko tinggi.
Dalam menilai risiko PJK di Sektor Pasar Modal juga
mempertimbangkan dampak risiko tersebut, dimana dampak
suatu risiko dilihat dari tingkat kerusakan dan kerugian yang
serius yang timbul jika terdapat TPPU dan TPPT yang material.
b. Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Dalam
kaitannya dengan Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme,
manajemen risiko dimaksud mencakup pemahaman terhadap
risiko Pencucian Uang dan risiko Pendanaan Terorisme,
penilaian atas kedua risiko tersebut, serta pengembangan
metode untuk mengelola dan memitigasi risiko yang telah
diidentifikasi.
Dalam menerapkan manajemen risiko atas risiko Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme, PJK di Sektor Pasar Modal
dapat mengembangkan metode manajemen risiko sesuai
dengan karakteristik PJK di Sektor Pasar Modal dengan tetap
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai APU PPT.
-10-

c. Risiko Bawaan (Inherent Risk) dan Risiko Residual (Residual


Risk)
Dalam melakukan penilaian risiko, penting untuk membedakan
antara risiko bawaan dan risiko residual. Risiko bawaan adalah
risiko yang melekat pada suatu peristiwa atau keadaan yang
telah ada sebelum penerapan tindakan pengendalian. Risiko
bawaan ini terkait dengan kegiatan usaha dan nasabah PJK di
Sektor Pasar Modal. Pada sisi lain, risiko residual adalah tingkat
risiko yang tersisa setelah implementasi langkah mitigasi risiko
dan pengendalian.
d. Pendekatan Berbasis Risiko
Dalam konteks Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme,
pendekatan berbasis risiko adalah suatu proses yang meliputi
hal sebagai berikut:
1) Penilaian risiko yang mencakup 4 (empat) faktor risiko,
yaitu:
a) nasabah;
b) negara atau area geografis;
c) produk, jasa, atau transaksi; dan
d) jaringan distribusi (delivery channels).
2) Mengelola dan memitigasi risiko yang dilakukan melalui
penerapan pelaksanaan pengendalian internal dan langkah
yang sesuai dengan risiko yang telah diidentifikasi.
3) Melakukan pemantauan atas nasabah, transaksi, dan
hubungan bisnis sesuai dengan tingkat risiko yang telah
dinilai.
Dalam melakukan penilaian, pengelolaan dan mitigasi risiko
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, PJK di Sektor Pasar
Modal perlu memahami bahwa kegiatan penilaian dan mitigasi
tersebut bukanlah sesuatu yang statis. Risiko yang telah
diidentifikasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan
produk baru atau ancaman baru sehingga harus dilakukan
pengkinian penilaian risiko secara berkala sesuai dengan
kebutuhan dan penilaian risiko PJK di Sektor Pasar Modal.
-11-

3. Siklus Pendekatan Berbasis Risiko


a. Dalam melakukan pendekatan berbasis risiko (risk based
approach), PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan 6
(enam) langkah kegiatan sebagai berikut:
1) melakukan identifikasi, pemahaman, dan penilaian
terhadap risiko bawaan;
2) menetapkan toleransi risiko;
3) menyusun langkah pengurangan dan pengendalian risiko;
4) melakukan evaluasi atas risiko residual;
5) menerapkan pendekatan berbasis risiko; dan
6) melakukan peninjauan dan evaluasi atas pendekatan
berbasis risiko yang telah dimiliki.
b. Alur siklus pendekatan berbasis risiko (risk based approach)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan ini.
4. Langkah Pendekatan Berbasis Risiko
a. Identifikasi, pemahaman dan penilaian terhadap risiko bawaan
1) Dalam melakukan identifikasi risiko bawaan, PJK di
Sektor Pasar Modal harus mempertimbangkan kerentanan
PJK di Sektor Pasar Modal untuk digunakan sebagai
sarana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
Langkah awal PJK di Sektor Pasar Modal dalam melakukan
penilaian risiko yaitu dengan memahami kegiatan usaha
PJK secara keseluruhan dengan perspektif yang luas.
Pemahaman tersebut akan memungkinkan PJK di Sektor
Pasar Modal untuk mempertimbangkan di mana risiko
terjadi, apakah risiko terjadi pada kegiatan usaha,
nasabah, atau produk tertentu.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus mempertimbangkan
unsur yang memicu timbulnya risiko baik dari sisi
nasabah, geografis/negara/yurisdiksi, produk, jasa, atau
transaksi, dan jaringan distribusi (delivery channels).
Jumlah aktual atas risiko yang diinventarisasi oleh PJK di
Sektor Pasar Modal akan bervariasi bergantung pada
kegiatan usaha PJK di Sektor Pasar Modal, dan produk
atau jasa yang ditawarkan.
-12-

3) Risiko Nasabah
PJK di Sektor Pasar Modal harus memperhatikan risiko
yang mungkin timbul dari nasabah. Untuk itu, PJK di
Sektor Pasar Modal perlu mengategorikan nasabah
berdasarkan tingkat risiko. Pengategorian tersebut dapat
mengacu pada klasifikasi risiko yang ditetapkan oleh PJK
di Sektor Pasar Modal, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar internasional yang
berlaku.
Beberapa kategori nasabah yang aktivitasnya dapat
diindikasikan memiliki risiko tinggi antara lain:
a) nasabah yang melakukan hubungan usaha atau
transaksi yang tidak wajar atau tidak sesuai dengan
profil nasabah, seperti:
(1) jarak geografis yang signifikan dan tidak dapat
dijelaskan antara tempat tinggal atau lokasi
bisnis nasabah dengan lokasi di mana transaksi
dilakukan; dan
(2) nasabah yang melakukan transaksi dengan pola
dan nilai transaksi yang jauh berbeda dengan
yang biasa dilakukan;
b) nasabah korporasi yang struktur kepemilikannya
kompleks dan menimbulkan kesulitan untuk
diidentifikasi siapa yang menjadi pemilik manfaat
(beneficial owner), pemilik akhir (ultimate owner) atau
pengendali akhir (ultimate controller) dari korporasi;
c) nasabah yang termasuk dalam kategori orang yang
populer secara politis (politically exposed person) yang
selanjutnya disingkat PEP, termasuk anggota
keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari
PEP;
d) nasabah yang pemilik manfaatnya (beneficial owner)
tidak diketahui; dan
e) nasabah yang tidak bersedia memberikan data dan
informasi dalam proses identifikasi atau nasabah yang
memberikan informasi yang sangat minim atau
informasi yang patut diduga sebagai informasi fiktif.
-13-

4) Risiko Negara atau Area Geografis


Risiko negara atau risiko area geografis bersama dengan
faktor risiko lainnya, menyediakan informasi yang sangat
bermanfaat untuk penilaian risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme. Dalam melakukan penilaian risiko,
PJK di Sektor Pasar Modal harus mengidentifikasi unsur
risiko tinggi terkait dengan lokasi geografis, baik lokasi
geografis PJK di Sektor Pasar Modal maupun lokasi
geografis nasabah atau lokasi tempat terjadinya hubungan
usaha, dan dampaknya pada keseluruhan risiko.
Risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme pada
kegiatan usaha PJK di Sektor Pasar Modal meningkat
apabila:
a) dana diterima dari atau dikirim ke negara/yurisdiksi
yang berisiko tinggi; atau
b) nasabah memiliki hubungan yang signifikan dengan
negara/yurisdiksi berisiko tinggi.
Risiko yang terkait dengan domisili, kewarganegaraan,
atau transaksi harus dinilai sebagai bagian dari risiko
bawaan dari nasabah PJK di Sektor Pasar Modal.
Indikator yang menentukan suatu negara atau wilayah
geografis berisiko tinggi terhadap Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme seperti:
a) yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan
mutual assessment terhadap suatu negara (seperti:
Financial Action Task Force on Money Laundering
(FATF), Asia Pacific Group on Money Laundering (APG),
Caribbean Financial Action Task Force (CFATF),
Committee of Experts on the Evaluation of Anti-Money
Laundering Measures and the Financing of Terrorism
(MONEYVAL), Eastern and Southern Africa Anti-Money
Laundering Group (ESAAMLG), The Eurasian Group on
Combating Money Laundering and Financing of
Terrorism (EAG), The Grupo de Accion Financiera de
Sudamerica (GAFISUD), Intergovernmental Anti-Money
Laundering Group in Africa (GIABA) atau Middle East &
North Africa Financial Action Task Force (MENAFATF))
-14-

diidentifikasi sebagai yurisdiksi yang tidak secara


memadai melaksanakan Rekomendasi FATF;
b) negara yang diidentifikasi sebagai yang tidak
cooperative atau Tax Haven oleh Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD);
c) negara yang memiliki tingkat tata kelola (good
governance) yang rendah sebagaimana ditentukan
oleh World Bank;
d) negara yang memiliki tingkat risiko korupsi yang
tinggi sebagaimana diidentifikasi dalam Transparancy
International Corruption Perception Index;
e) negara yang diketahui secara luas sebagai tempat
penghasil dan pusat perdagangan narkoba;
f) negara yang dikenakan sanksi, embargo, atau yang
serupa, antara lain oleh PBB; atau
g) negara atau yurisdiksi yang diidentifikasi oleh
lembaga yang dipercaya, sebagai penyandang dana
atau mendukung kegiatan terorisme, atau yang
membolehkan kegiatan organisasi teroris di
negaranya.
5) Risiko Produk/Jasa/Transaksi
Penilaian risiko secara keseluruhan juga harus
mengikutsertakan penentuan risiko potensial yang muncul
dari berbagai produk atau jasa yang ditawarkan oleh PJK
di Sektor Pasar Modal, hal berikut dapat meningkatkan
profil risiko produk atau jasa:
a) Produk atau jasa yang menawarkan keleluasaan
dalam penarikan dengan biaya tertentu seperti
layanan pinjam-meminjam dana nasabah yang dapat
diambil sewaktu-waktu, transaksi pembelian atau
penjualan unit penyertaan reksa dana yang tidak
dibatasi dan dapat diambil sewaktu-waktu.
b) Produk atau jasa yang memiliki nilai kas yang tinggi.
c) Penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang tidak
dikenal atau tidak ada hubungan, seperti
penyelesaian pembayaran transaksi efek langsung ke
rekening perusahaan.
-15-

d) Transaksi menggunakan online trading.


e) Penerimaan pembayaran dengan menggunakan
pembayaran tunai seperti penyetoran tunai pada saat
margin call.
6) Risiko Jaringan Distribusi (delivery channels)
Jaringan distribusi merupakan media yang digunakan
untuk memperoleh suatu produk atau jasa, atau media
yang digunakan untuk melakukan suatu transaksi.
Jaringan distribusi harus dipertimbangkan sebagai risiko
transaksi. Jaringan distribusi, yang memungkinkan
adanya transaksi tanpa pertemuan langsung (non face to
face), memiliki risiko bawaan yang lebih tinggi.
Beberapa jaringan distribusi dapat digunakan tanpa
pertemuan langsung (face to face), misalnya internet atau
telepon, dan dapat diakses 24 (dua puluh empat) jam per
hari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu, dari manapun. Hal ini
dapat digunakan untuk mengaburkan identitas
sebenarnya dari nasabah atau pemilik manfaat (beneficial
owner) sehingga memiliki risiko yang lebih tinggi. Meskipun
beberapa jaringan distribusi telah lazim digunakan
misalnya online trading, hal tersebut tetap perlu
dipertimbangkan sebagai bagian dari faktor yang dapat
menyebabkan risiko nasabah atau risiko produk menjadi
lebih tinggi.
Beberapa indikator yang dapat menyebabkan jaringan
distribusi berisiko tinggi, antara lain:
a) transaksi tanpa pertemuan langsung;
b) penggunaan agen; dan/atau
c) pembelian produk atau jasa secara online.
7) Risiko Relevan lainnya
Faktor lain yang relevan yang dapat memberikan dampak
pada risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme,
seperti:
a) tren tipologi, metode, teknik, dan skema Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme; dan
b) model bisnis PJK di Sektor Pasar Modal.
-16-

PJK di Sektor Pasar Modal perlu mempertimbangkan model


bisnis, skala usaha, jumlah cabang, dan jumlah karyawan
yang dimiliki oleh PJK dimaksud sebagai faktor risiko
bawaan dalam internal PJK di Sektor Pasar Modal.
8) Penskoran (scoring) Penilaian Risiko
a) Setelah melakukan identifikasi dan dokumentasi
risiko bawaan, PJK di Sektor Pasar Modal perlu
memberikan level pada setiap risiko.
b) Skala risiko perlu disusun, disesuaikan dengan skala
bisnis dan jenis usaha PJK di Sektor Pasar Modal.
c) Usaha dengan skala bisnis kecil yang melakukan
transaksi sederhana dapat mengategorikan risiko
dalam 2 (dua) kategori rendah dan tinggi.
d) Untuk kegiatan usaha bisnis dengan skala bisnis lebih
besar diharapkan dapat mengategorikan risiko dalam
beberapa level, misalnya menengah, menengah-tinggi
(medium-high), atau tinggi (high).
9) Untuk membantu PJK di Sektor Pasar Modal melakukan
penilaian risiko, PJK di Sektor Pasar Modal dapat
menggunakan matriks kemungkinan dan dampak
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan ini.
10) Dalam melakukan tahapan identifikasi dari risiko bawaan,
PJK di Sektor Pasar Modal harus mampu menjelaskan
seluruh penilaian risiko yang telah dilakukan oleh PJK di
Sektor Pasar Modal dengan alasan dan pertimbangannya.
PJK di Sektor Pasar Modal dapat menyediakan informasi
yang telah terdokumentasi yang menunjukkan bahwa PJK
di Sektor Pasar Modal telah memperhatikan indikator-
indikator yang berisiko tinggi dalam penilaian risikonya.
b. Menetapkan Toleransi Risiko
1) Toleransi risiko merupakan tingkat dan jenis risiko yang
secara maksimum ditetapkan oleh PJK di Sektor Pasar
Modal. Toleransi risiko merupakan penjabaran dari tingkat
risiko yang akan diambil (risk appetite). Toleransi risiko
-17-

adalah komponen penting dari manajemen risiko yang


efektif.
2) Sebelum mempertimbangkan mitigasi risiko, PJK di Sektor
Pasar Modal harus menetapkan toleransi risiko.
3) Pada saat mempertimbangkan ancaman, konsep toleransi
risiko akan membuat PJK di Sektor Pasar Modal mampu
untuk menentukan tingkat ancaman terpapar risiko yang
dapat ditoleransi oleh PJK di Sektor Pasar Modal.
4) Dalam menetapkan toleransi risiko, PJK di Sektor Pasar
Modal perlu mempertimbangkan kategori risiko di bawah
ini, yaitu:
a) risiko regulator (regulatory risk);
b) risiko reputasi (reputational risk);
c) risiko hukum (legal risk); dan
d) risiko keuangan (financial risk).
c. Menyusun Langkah Pengurangan dan Pengendalian Risiko
1) Mitigasi risiko adalah penerapan pengendalian internal
untuk membatasi risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme yang telah diidentifikasi dalam melakukan
penilaian risiko.
2) Mitigasi risiko akan membantu kegiatan usaha PJK di
Sektor Pasar Modal tetap berada dalam batas toleransi
risiko yang telah ditetapkan. Dalam hal hasil penilaian
risiko menunjukan bahwa PJK di Sektor Pasar Modal
memiliki tingkat risiko tinggi, PJK di Sektor Pasar Modal
harus mengembangkan strategi mitigasi risiko secara
tertulis berupa kebijakan dan prosedur untuk memitigasi
risiko tinggi tersebut dan menerapkannya pada area atau
hubungan usaha yang berisiko tinggi sebagaimana yang
telah diidentifikasi.
3) Pengendalian internal dan mitigasi risiko yang tinggi
didasarkan pada toleransi risiko dan penerimaan risiko
(risk appetite). Diharapkan pengendalian internal dan
mitigasi risiko akan sepadan dengan risiko yang telah
diidentifikasi oleh PJK di Sektor Pasar Modal.
4) Dalam semua situasi, kegiatan usaha PJK di Sektor Pasar
Modal harus mempertimbangkan pengendalian internal
-18-

yang akan berpengaruh dalam memitigasi keseluruhan


risiko yang telah diidentifikasi.
5) Dalam penilaian risiko, semua area berisiko tinggi yang
telah diidentifikasi harus dimitigasi dengan pengendalian
internal atau langkah lain, serta didokumentasikan dengan
baik.
6) Untuk semua nasabah dan hubungan usaha, PJK di Sektor
Pasar Modal harus:
a) melakukan pemantauan terhadap seluruh hubungan
usaha; dan
b) mendokumentasikan informasi terkait dan langkah-
langkah yang telah dilakukan.
7) Untuk nasabah dan hubungan usaha yang berisiko tinggi,
PJK di Sektor Pasar Modal harus:
a) melakukan pemantauan yang lebih sering terhadap
hubungan usaha tersebut; dan
b) mengambil langkah yang lebih ketat dalam
melakukan identifikasi dan pengkinian data.
8) Dengan adanya kegiatan mitigasi risiko, diharapkan PJK di
Sektor Pasar Modal dapat:
a) melakukan pengkinian dan penatausahaan terhadap
informasi nasabah dan penerima manfaat (beneficial
owner);
b) menetapkan dan melaksanakan kegiatan pemantauan
berkelanjutan pada setiap tingkatan hubungan usaha
PJK di Sektor Pasar Modal (bagi nasabah berisiko
rendah dilakukan secara periodik dan bagi nasabah
berisiko tinggi dilakukan lebih sering);
c) melaksanakan mitigasi terhadap area berisiko tinggi.
Strategi mitigasi risiko ini harus tercantum dalam
kebijakan dan prosedur; dan
d) menerapkan prosedur pengendalian internal secara
konsisten.
9) PJK di Sektor Pasar Modal juga harus dapat menunjukkan
kepada Otoritas Jasa Keuangan bahwa langkah mitigasi
tersebut telah dilaksanakan secara efektif, misalnya
ditunjukkan melalui audit internal.
-19-

d. Melakukan Evaluasi atas Risiko Residual


1) Risiko residual merupakan risiko yang tersisa setelah
penerapan pengendalian internal dan mitigasi risiko.
2) PJK di Sektor Pasar Modal perlu memperhatikan bahwa
seketat apapun mitigasi risiko dan manajemen risiko yang
dimiliki oleh PJK di Sektor Pasar Modal, PJK di Sektor
Pasar Modal tetap memiliki risiko residual yang harus
dikelola secara baik.
3) Jenis Risiko residual harus sesuai dengan jenis toleransi
risiko yang telah ditetapkan.
4) PJK di Sektor Pasar Modal harus memastikan bahwa
tingkat risiko residual tidak lebih besar dari tingkat
toleransi risiko yang telah ditetapkan PJK di Sektor Pasar
Modal.
5) Dalam hal risiko residual masih lebih besar daripada
toleransi risiko, atau dalam hal pengendalian internal dan
mitigasi terhadap area berisiko tinggi tidak memadai, PJK
di Sektor Pasar Modal wajib kembali melakukan langkah
pengurangan dan pengendalian risiko sebagaimana
dimaksud dalam huruf c dan meningkatkan level atau
kuantitas dari langkah mitigasi yang telah ditetapkan.
6) Ciri risiko residual adalah:
a) Risiko telah ditoleransi/diterima
Dalam risiko ini, risiko tetap ada meskipun telah
ditoleransi. Penerimaan terhadap risiko yang
ditoleransi diartikan bahwa tidak ada keuntungan
dalam usaha mengurangi risiko. Namun demikian,
risiko yang ditoleransi tersebut dapat meningkat dari
waktu ke waktu, misalnya ketika terdapat produk
baru atau ketika terjadi ancaman baru Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme.
b) Risiko telah dimitigasi
Dalam risiko ini, risiko tetap ada meskipun telah
dimitigasi. Risiko ini telah dikurangi, namun tetap
tidak dapat dihilangkan. Dalam praktiknya,
pengendalian internal yang telah ditetapkan mungkin
tidak dapat diterapkan, misalnya sistem pemantauan
-20-

atau proses pemantauan transaksi gagal, sehingga


menyebabkan beberapa transaksi tidak dilaporkan.
7) Dengan adanya kegiatan evaluasi terhadap risiko residual,
diharapkan PJK di Sektor Pasar Modal dapat:
a) melakukan evaluasi terhadap risiko residual yang
dimiliki; dan
b) PJK di Sektor Pasar Modal perlu menyesuaikan
tingkat risiko yang dimiliki dengan risiko yang
ditoleransi/diterima.
e. Menerapkan Pendekatan Berbasis Risiko
1) Setelah PJK di Sektor Pasar Modal melakukan penilaian
risiko, PJK di Sektor Pasar Modal harus menerapkan
pendekatan berbasis risiko terhadap kegiatan/aktivitas
usaha sehari-hari. Walaupun telah menggunakan
pendekatan berbasis risiko, kewajiban yang ada seperti
identifikasi, verifikasi, dan pemantauan, tetap perlu
dilakukan sebagai persyaratan minimum.
2) Pendekatan berbasis risiko yang dimiliki PJK di Sektor
Pasar Modal perlu didokumentasikan dalam bentuk
kebijakan dan prosedur untuk menunjukan tingkat
kepatuhan PJK di Sektor Pasar Modal.
3) Kebijakan dan prosedur terkait pendekatan berbasis risiko
harus dikomunikasikan, dipahami, dan dipatuhi oleh
semua pegawai, khususnya pegawai yang melakukan
identifikasi dan penatausahaan data dan informasi
nasabah serta pelaporan transaksi kepada otoritas terkait.
4) Kebijakan dan prosedur terkait pendekatan berbasis risiko
harus memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut:
a) identifikasi nasabah;
b) penilaian risiko;
c) tindakan khusus terhadap area berisiko tinggi;
d) penatausahaan; dan
e) pelaporan.
5) PJK di Sektor Pasar Modal perlu melakukan pemantauan
secara berkala terhadap seluruh hubungan usaha yang
dilakukan, dan terhadap hubungan usaha yang berisiko
tinggi terhadap Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
-21-

6) PJK di Sektor Pasar Modal menerapkan langkah khusus


yang lebih ketat terhadap nasabah atau hubungan usaha
yang berisiko tinggi.
7) PJK di Sektor Pasar Modal perlu memperhatikan bahwa
dalam manajemen risiko dan mitigasi risiko dibutuhkan
kepemimpinan dan keterlibatan pejabat senior.
8) Pejabat senior bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan terkait kebijakan, prosedur, dan proses
pengendalian internal dan mitigasi risiko Pencucian Uang
dan Pendanaan Terorisme dalam kegiatan/aktivitas usaha
yang dimiliki PJK di Sektor Pasar Modal.
9) Dengan adanya pendekatan berbasis risiko, diharapkan
PJK di Sektor Pasar Modal dapat:
a) memastikan bahwa penilaian risiko yang telah
dilakukan menggambarkan proses pendekatan
berbasis risiko, frekuensi pemantauan nasabah yang
berisiko rendah dan berisiko tinggi, dan juga
menggambarkan langkah pengendalian internal yang
diberlakukan untuk mengurangi risiko tinggi yang
telah diidentifikasi;
b) menerapkan pendekatan berbasis risiko;
c) melakukan pengkinian data dan informasi terhadap
nasabah dan penerima manfaat (beneficial owner);
d) melakukan pemantauan terhadap seluruh hubungan
usaha yang dimiliki;
e) melakukan pemantauan yang lebih sering terhadap
hubungan usaha yang berisiko tinggi terkait
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme;
f) melakukan langkah tertentu terhadap nasabah
berisiko tinggi; dan/atau
g) melibatkan pejabat senior dalam menghadapi situasi
atau area berisiko tinggi (misalnya untuk PEP,
pemberian persetujuan melakukan hubungan usaha
diberikan oleh pejabat senior).
f. Peninjauan dan evaluasi atas Pendekatan Berbasis Risiko yang
telah dimiliki
-22-

1) Penilaian risiko yang dimiliki oleh PJK di Sektor Pasar


Modal harus ditinjau berdasarkan kebutuhan untuk
menguji efektivitas dari kepatuhan penerapan program anti
Pencucian Uang dan pencegahan Pendanaan Terorisme,
yang meliputi:
a) kebijakan dan prosedur;
b) penilaian risiko terkait Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme; dan
c) program pelatihan sumber daya manusia (bagi
karyawan dan pejabat senior).
2) Dalam hal terhadap perubahan struktur kegiatan usaha
dan adanya penawaran atas produk dan jasa baru,
pengkinian atas penilaian risiko harus dilakukan untuk
kebijakan dan prosedur, langkah mitigasi dan
pengendalian internal.
3) Peninjauan atas penilaian risiko terkait Pencucian Uang
dan Pendanaan Terorisme harus mencakup seluruh unsur
termasuk kebijakan dan prosedur terhadap penilaian
risiko, mitigasi risiko dan pemantauan berkelanjutan yang
lebih intensif.
4) peninjauan dapat membantu dalam mengevaluasi
kebutuhan untuk menyempurnakan kebijakan dan
prosedur yang ada, atau untuk pembentukan kebijakan
dan prosedur yang baru.
5) Risiko yang telah diidentifikasi dapat berubah atau
berkembang pada saat ada produk dan ancaman baru
terhadap kegiatan usaha. Pada akhirnya, prosedur
peninjauan dimaksud akan mempengaruhi efektivitas dari
pelaksanaan pendekatan berbasis risiko.
6) Dengan adanya peninjauan pada pendekatan berbasis
risiko, diharapkan PJK di Sektor Pasar Modal dapat:
a) melakukan peninjauan sesuai dengan kebutuhan PJK
atau dalam hal terdapat perubahan model bisnis,
akuisisi portofolio baru dan sebagainya;
b) menghasilkan tinjauan yang mencakup kepatuhan
kebijakan dan prosedur, penilaian risiko terhadap
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, dan
-23-

program pelatihan untuk menguji efektivitas


pendekatan berbasis risiko;
c) melakukan penatausahaan terhadap proses
peninjauan dan melaporkan kepada pejabat senior;
dan
d) melakukan penatausahaan hasil peninjauan bersama
dengan penetapan langkah yang bersifat korektif
untuk ditindaklanjuti.

III. PENGAWASAN AKTIF DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS


Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pengawasan aktif Direksi
a. Direksi bertanggung jawab atas kebijakan, pengawasan, serta
prosedur pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme.
b. Direksi memberikan persetujuan yang bersifat teknis atas
kebijakan, pengawasan, serta prosedur pengelolaan dan
mitigasi risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme yang
berkaitan dengan teknis pelaksanaan tugas Direksi.
c. Dalam mendukung efektivitas penerapan program APU dan PPT,
Direksi harus:
1) memiliki pemahaman yang memadai mengenai risiko
Pencucian Uang dan Pendanaan Teroris yang melekat pada
seluruh aktivitas operasional PJK di Sektor Pasar Modal
sehingga Direksi mampu mengambil tindakan yang
diperlukan sesuai dengan profil risiko PJK di Sektor Pasar
Modal;
2) menyusun kebijakan dan prosedur tertulis terkait
penerapan program APU dan PPT untuk diusulkan kepada
Dewan Komisaris yang paling sedikit memuat:
a) latar belakang penyusunan kebijakan dan prosedur
tertulis;
-24-

b) struktur, tugas, wewenang dan tanggung jawab


satuan kerja atau penanggung jawab penerapan
program APU dan PPT;
c) kebijakan dan prosedur penerapan progam APU dan
PPT;
d) pengawasan atas penerapan program APU dan PPT;
dan
e) rencana pengendalian internal atas hasil pengawasan;
3) memberikan arahan yang jelas atas kebijakan,
pengawasan, serta prosedur pengelolaan dan mitigasi
risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme;
4) membentuk unit kerja khusus (UKK) dan/atau menunjuk
pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan program
APU dan PPT;
5) memantau pelaksanaan tugas unit kerja khusus dan/atau
pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan program
APU dan PPT; dan
6) memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis
mengenai penerapan program APU dan PPT dapat
diterapkan dalam berbagai situasi terutama responsif
terhadap perubahan dan pengembangan produk, jasa dan
teknologi di sektor jasa keuangan serta mampu untuk
mendeteksi modus Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme.
2. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris
a. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas kebijakan,
pengawasan, serta prosedur pengelolaan dan mitigasi risiko
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
b. Dewan Komisaris memberikan persetujuan yang bersifat
strategis atas kebijakan, pengawasan, serta prosedur
pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme yang berkaitan dengan kebijakan, pengawasan, dan
prosedur yang sifatnya signifikan dan mendasar dalam
penerapan program APU dan PPT.
c. Dalam mendukung efektivitas penerapan program APU dan PPT,
Dewan Komisaris harus:
1) memiliki pemahaman terkait risiko yang dihadapi PJK di
-25-

Sektor Pasar Modal terutama risiko nasabah, risiko negara


atau geografis, risiko produk atau jasa, dan risiko jaringan
distribusi (delivery channels);
2) memberikan persetujuan atas kebijakan dan prosedur
tertulis mengenai penerapan program APU dan PPT yang
diusulkan oleh Direksi;
3) melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas Direksi
dalam penerapan program APU dan PPT;
4) memastikan struktur organisasi memadai untuk
penerapan program APU dan PPT; dan
5) mengagendakan pembahasan program penerapan APU dan
PPT dalam rapat Dewan Komisaris dengan Direksi.
3. Penanggung Jawab Penerapan Program APU dan PPT
a. Berdasarkan pertimbangan beban tugas operasional dan
kompleksitas usaha, PJK di Sektor Pasar Modal membentuk
UKK dan/atau menunjuk pejabat penanggung jawab penerapan
program APU dan PPT di kantor pusat dan/atau di kantor
cabang.
b. Dalam menjalankan tugasnya, UKK dan/atau pejabat
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT, melapor
dan bertanggung jawab kepada anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan atau salah satu anggota
Direksi yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT.
c. Agar tugas UKK dan/atau pejabat penanggung jawab penerapan
program APU dan PPT dapat dilaksanakan dengan baik, PJK di
Sektor Pasar Modal harus memiliki mekanisme kerja yang
memadai, serta dilaksanakan oleh setiap unit kerja terkait
dengan memperhatikan ketentuan anti tipping off dan
kerahasiaan informasi.
d. UKK dan/atau pejabat penanggung jawab penerapan program
APU dan PPT memenuhi kriteria:
1) independen terhadap kegiatan yang dimonitor;
2) mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
Direksi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi PJK
di Sektor Pasar Modal terkait dengan manajemen risiko dan
kepatuhan; dan
3) memiliki akses yang tepat dan tidak dibatasi untuk
-26-

dokumen identifikasi nasabah, rekening terdaftar, catatan


akuntansi lain, dan informasi terkait lainnya.
e. UKK paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang yang bertindak
sebagai pimpinan dan 1 (satu) orang yang bertindak sebagai
pelaksana.
f. Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal menunjuk pejabat
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT di kantor
pusat, maka pejabat penanggung jawab dilakukan oleh pejabat
atau pegawai paling rendah setingkat di bawah Direksi.
g. Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal menunjuk pejabat
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT di kantor
cabang, maka pejabat penanggung jawab dilakukan oleh
pejabat atau pegawai paling rendah setingkat dengan penyelia
(supervisor).
h. Untuk kantor cabang yang hanya terdapat unit kerja yang
berhubungan dengan nasabah maka pejabat dan/atau pegawai
penanggung jawab penerapan program APU dan PPT dapat:
1) berasal dari unit kerja dan/atau pejabat penanggung jawab
penerapan program APU dan PPT dari kantor cabang
lainnya; atau
2) berasal dari kantor pusat apabila seluruh hubungan usaha
dan transaksi nasabah di kantor cabang dikontrol
sepenuhnya oleh kantor pusat.
4. UKK dan/atau pejabat penanggung jawab penerapan program APU
dan PPT di kantor cabang dapat dibantu oleh kepala kantor cabang
dalam penerapan program APU dan PPT.

IV. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR


1. Identifikasi dan Verifikasi Calon Nasabah, Nasabah, dan Pemilik
Manfaat (beneficial owner)
a. Kebijakan Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Dilligence/CDD)
1) Uji tuntas nasabah (Customer Due Dilligence/CDD)
merupakan kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan
pemantauan yang dilakukan PJK di Sektor Pasar Modal
untuk memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai
dengan profil calon nasabah atau nasabah. CDD
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terkini
-27-

mengenai profil nasabah berdasarkan pendekatan berbasis


risiko untuk memastikan kesesuaian antara profil nasabah
dengan transaksi yang dilakukan. CDD dapat dilakukan
baik terhadap seluruh informasi maupun hanya terhadap
sebagian informasi.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan prosedur CDD
pada saat:
a) melakukan hubungan usaha dengan calon nasabah,
misalnya pada saat pembukaan rekening efek.
b) terdapat transaksi keuangan dengan mata uang
rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling
sedikit atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
Contoh:
Nasabah umum (walk in customer) yang melakukan
pemesanan efek di pasar perdana paling sedikit senilai
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
c) terdapat indikasi transaksi keuangan mencurigakan
yang terkait dengan Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme, misalnya transaksi yang
memenuhi salah satu kriteria dari transaksi keuangan
mencurigakan namun masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah
transaksi tersebut tergolong sebagai transaksi
keuangan mencurigakan yang harus dilaporkan
kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK).
d) PJK di Sektor Pasar Modal meragukan kebenaran
informasi yang diberikan oleh nasabah, penerima
kuasa, dan/atau pemilik manfaat (beneficial owner).
Contoh: penerima kuasa adalah individual yang tidak
memiliki hubungan afiliasi atau hubungan kerja sama
sekali dengan pemilik manfaat (beneficial owner). PJK
di Sektor Pasar Modal dapat melakukan konfirmasi
terkait kebenaran atas kewenangan pihak yang
mewakili atau bertindak untuk dan atas nama pemilik
manfaat (beneficial owner).
-28-

b. Kebijakan dan Prosedur Penerimaan dan Identifikasi Calon


Nasabah
PJK di Sektor Pasar Modal harus memiliki kebijakan tentang
penerimaan dan identifikasi calon nasabah yang paling sedikit
mencakup hal sebagai berikut:
1) permintaan informasi mengenai calon nasabah;
2) permintaan salinan atau rekaman dari dokumen identitas
nasabah yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi nasabah
yang memiliki KTP berdasarkan Undang-Undang mengenai
administrasi kependudukan atau dokumen lain yang dapat
menunjukan nomor induk kependudukan (NIK) bagi
nasabah yang belum memiliki KTP;
3) penelitian atas kebenaran dokumen pendukung identitas
calon nasabah;
4) permintaan kartu identitas lebih dari satu yang
dikeluarkan pihak yang berwenang, jika terdapat keraguan
terhadap kartu identitas yang ada;
5) apabila diperlukan dapat dilakukan wawancara dengan
calon nasabah untuk memperoleh keyakinan atas
kebenaran informasi, bukti identitas, dan dokumen
pendukung calon nasabah;
6) larangan untuk membuka atau memelihara rekening
anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif;
7) pertemuan langsung (face to face) dengan calon nasabah
pada awal melakukan hubungan usaha dalam rangka
meyakini kebenaran identitas calon nasabah;
8) kewaspadaan terhadap transaksi atau hubungan usaha
dengan calon nasabah yang berasal atau terkait dengan
negara yang belum memadai dalam melaksanakan
rekomendasi Financial Action Task Force (FATF); dan
9) penyelesaian proses verifikasi identitas calon nasabah dan
pemilik manfaat (beneficial owner) dilakukan sebelum
membina hubungan usaha dengan calon nasabah.
c. Kebijakan dan Prosedur Identifikasi Pemilik Manfaat (beneficial
owner)
1) Dalam hal calon nasabah mewakili pemilik manfaat
(beneficial owner) untuk membuka hubungan usaha atau
-29-

melakukan transaksi, PJK di Sektor Pasar Modal harus


melakukan prosedur CDD terhadap pemilik manfaat
(beneficial owner) yang sama ketatnya dengan prosedur
CDD bagi calon nasabah.
2) Dalam hal pemilik manfaat (beneficial owner) tergolong
sebagai PEP maka prosedur yang diterapkan adalah
prosedur CDD yang lebih ketat atau uji tuntas lanjut
(enhanced due dilligence/EDD).
3) Dalam melakukan identifikasi terhadap calon nasabah
korporasi, PJK di Sektor Pasar Modal harus menetapkan
pemilik manfaat (beneficial owner).
4) Bagi pemilik manfaat (beneficial owner) berupa lembaga
pemerintahan, instansi pemerintah, atau perusahaan yang
terdaftar di bursa efek (listing), kewajiban penyampaian
dokumen dan/atau identitas pengendali akhir tidak perlu
dilakukan. Yang termasuk pengertian perusahaan yang
terdaftar di bursa efek adalah:
a) nasabah perusahaan yang merupakan anak
perusahaan (subsidiary) dari perusahaan yang
terdaftar di bursa efek, dimana kepemilikan
perusahaan induk adalah mayoritas; dan/atau
b) nasabah perusahaan yang bukan merupakan
perusahaan yang terdaftar di bursa efek namun
kebijakan internal perusahaan tersebut meharuskan
adanya paparan publik (public expose) yang
memaparkan kepada publik untuk menjelaskan
mengenai kinerja perusahaan tersebut sebagaimana
yang berlaku pada perusahaan yang terdaftar di bursa
efek.
5) Pengecualian terhadap kewajiban penyampaian dokumen
dan/atau identitas pengendali akhir pemilik manfaat
(beneficial owner) harus didokumentasikan.
6) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal meragukan atau
tidak dapat meyakini identitas pemilik manfaat (beneficial
owner), PJK di Sektor Pasar Modal harus menolak untuk
melakukan hubungan usaha atau transaksi dengan calon
nasabah.
-30-

7) Terhadap calon nasabah atau pemilik manfaat (beneficial


owner) yang hubungan usaha atau transaksinya ditolak,
PJK di Sektor Pasar Modal harus memperoleh paling sedikit
informasi nama, nomor identitas, alamat, dan tempat
tanggal lahir sesuai dengan salinan dokumen identitas
yang diperoleh PJK di Sektor Pasar Modal untuk
kepentingan pelaporan laporan transaksi keuangan
mencurigakan (LTKM).
d. Verifikasi Calon Nasabah, Nasabah, dan Penerima Manfaat
(beneficial owner).
1) PJK di Sektor Pasar Modal harus meneliti kebenaran
informasi yang disampaikan oleh calon nasabah, nasabah,
dan pemilik manfaat (beneficial owner) dengan melakukan
verifikasi terhadap dokumen pendukung berdasarkan
dokumen dan/atau sumber independen lainnya serta
memastikan kekinian informasi tersebut.
2) Dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon
nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat (beneficial owner)
verifikasi dilakukan dengan:
a) pertemuan langsung (face to face) dengan calon
nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat (beneficial
owner) pada awal melakukan hubungan usaha;
b) melakukan wawancara dengan calon nasabah,
nasabah, dan pemilik manfaat apabila diperlukan;
c) mencocokkan kesesuaian profil calon nasabah,
nasabah, dan pemilik manfaat dengan foto diri yang
tercantum dalam kartu identitas;
d) mencocokan kesesuaian tanda tangan, cap jempol,
atau sidik jari dengan dokumen identitas atau
dokumen lainnya yang mencantumkan tanda tangan,
cap jempol, atau sidik jari. Dokumen lainnya antara
lain surat pernyataan calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat, kartu keluarga, atau kartu kredit;
e) meminta kepada calon nasabah, nasabah, dan pemilik
manfaat untuk memberikan lebih dari satu dokumen
identitas yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang
-31-

apabila timbul keraguan terhadap kartu identitas


yang ada;
f) menatausahakan salinan dokumen kartu identitas
setelah dilakukan pencocokan dengan dokumen asli
yang sah;
g) melakukan pengecekan silang untuk memastikan
adanya konsistensi dari berbagai informasi yang
disampaikan oleh calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat. Pengecekan silang dilakukan dengan
cara, antara lain:
(1) menghubungi calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat melalui telepon (rumah atau
kantor);
(2) menghubungi pejabat sumber daya manusia
tempat calon nasabah, nasabah, dan pemilik
manfaat bekerja apabila pekerjaan calon
nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat adalah
karyawan suatu perusahaan atau instansi;
(3) melakukan konfirmasi atas penghasilan calon
nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat dengan
mensyaratkan rekening koran dari bank lainnya;
atau
(4) melakukan analisis informasi geografis untuk
melihat kondisi hutan melalui teknologi remote
sensing terhadap calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat perusahaan yang bergerak di
bidang kehutanan;
h) memastikan bahwa calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat tidak memiliki rekam jejak negatif
dengan melakukan verifikasi identitas calon nasabah,
nasabah dan pemilik manfaat menggunakan sumber
independen lainnya antara lain sebagai berikut:
(1) daftar teroris dan/atau daftar terduga teroris dan
organisasi teroris yang diterbitkan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
(2) daftar hitam nasional (DHN); atau
-32-

(3) data lainnya yang dimiliki PJK di Sektor Pasar


Modal, identitas pemberi kerja dari calon
nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat,
rekening telepon, dan rekening listrik; dan/atau
i) memastikan adanya kemungkinan hal-hal yang tidak
wajar atau mencurigakan.
3) Verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face),
sebagaimana dimaksud pada angka 2) huruf a), dengan
calon nasabah, nasabah dan pemilik manfaat pada awal
melakukan hubungan usaha dapat digantikan dengan
verifikasi melalui sarana elektronik, dengan persyaratan
sebagai berikut:
a) what you have, yaitu dokumen identitas yang dimiliki
oleh calon nasabah yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP)
elektronik; dan
b) what you are, yaitu data biometrik antara lain dalam
bentuk sidik jari milik calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat (beneficial owner).
4) Proses verifikasi identitas calon nasabah, nasabah, dan
pemilik manfaat (beneficial owner) harus diselesaikan
sebelum membina hubungan usaha dengan calon
nasabah, nasabah dan pemilik manfaat (beneficial owner).
5) Dalam kondisi tertentu, proses verifikasi dapat
diselesaikan kemudian setelah dilakukannya hubungan
usaha.
6) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 5)
yaitu:
a) kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat
hubungan usaha akan dilakukan misalnya karena
dokumen masih dalam proses pengurusan. Untuk itu,
calon nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat
(beneficial owner) dapat menyampaikan dokumen
setelah melakukan hubungan usaha, dengan jangka
waktu sebagaimana yang ditetapkan oleh PJK di
Sektor Pasar Modal; dan/atau
-33-

b) apabila tingkat risiko calon nasabah, nasabah, dan


pemilik manfaat (beneficial owner) perorangan
tergolong rendah.
e. Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence/EDD)
1) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal menilai nasabah
berisiko tinggi maka PJK di Sektor Pasar Modal
menerapkan kadar CDD yang lebih tinggi berupa EDD
terhadap Nasabah yang bersangkutan.
2) EDD sebagaimana dimaksud pada angka 1) dilaksanakan
dengan melakukan verifikasi informasi calon nasabah,
nasabah, dan pemilik manfaat (beneficial owner),
didasarkan pada kebenaran informasi, kebenaran sumber
informasi, dan jenis informasi terkait.
3) Verifikasi informasi dalam pelaksanaan EDD sebagaimana
dimaksud pada angka 2) dapat dilakukan antara lain
dengan cara:
a) mencari informasi tambahan tentang nasabah
bersangkutan dan melakukan pengkinian atas data
identitas nasabah atau pemilik manfaat (beneficial
owner);
b) mencari informasi tambahan tentang sifat peruntukan
dari hubungan bisnis tersebut;
c) mencari informasi tambahan mengenai sumber dana
atau sumber kekayaan nasabah tersebut;
d) mencari infromasi tambahan mengenai alasan dari
transaksi yang dimaksud atau yang dilakukan;
e) meminta persetujuan dari pejabat senior untuk
memulai atau meneruskan hubungan bisnis tersebut;
dan/atau
f) melakukan pemantauan yang semakin diperketat
terhadap hubungan bisnis tersebut, yaitu dengan
menambah jumlah dan waktu pengawas yang dipakai,
dan memiliki pola transaksi yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
4) PJK di Sektor Pasar Modal menatausahakan dokumen
terkait EDD serta melakukan pengkinian atas data
nasabah secara berkala atau sesuai dengan kebutuhan
-34-

dan kompleksitas PJK di Sektor Pasar Modal.


f. Dalam melaksanakan hubungan usaha dengan calon nasabah,
nasabah dan pemilik manfaat (beneficial owner) yang mendapat
perlakuan EDD, PJK di Sektor Pasar Modal harus menunjuk
pejabat senior sebagai penanggung jawab atas hubungan usaha
dengan calon nasabah, nasabah, dan pemilik manfaat
(beneficial owner) tesebut.
g. CDD sederhana (Simplified CDD)
1) PJK di Sektor Pasar Modal harus mendokumentasikan
Nasabah yang mendapat perlakuan CDD sederhana dalam
daftar yang memuat informasi mengenai alasan penetapan
risiko sehingga digolongkan sebagai risiko rendah.
2) Nasabah yang telah mendapatkan perlakuan CDD
sederhana (simplified CDD) harus dikeluarkan dari daftar
nasabah CDD sederhana (simplified CDD) apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) diindikasikan terkait dengan Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme; atau
b) tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Jasa Keuangan.
3) Nasabah yang dikeluarkan dari daftar nasabah CDD
sederhana sebagaimana dimaksud pada angka 2),
nasabah tersebut harus:
a) dilakukan CDD atau EDD sesuai dengan tingkat risiko
nasabah terkini; dan/atau
b) dilaporkan dalam LTKM apabila transaksi
diindikasikan terkait dengan Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme.
h. CDD oleh Pihak Ketiga
1) PJK di Sektor Pasar Modal dapat menggunakan hasil CDD
yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap calon
nasabahnya yang telah menjadi nasabah pada pihak ketiga
tersebut. Pihak ketiga dimaksud telah mempunyai
hubungan usaha dengan nasabah yang bersifat
-35-

independen dari hubungan usaha yang dilakukan antara


nasabah dengan PJK di Sektor Pasar Modal yang
menggunakan hasil CDD pihak ketiga, dan pihak ketiga
tersebut menerapkan prosedur CDD sendiri.
2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada angka 1) adalah
sebagai berikut:
a) PJK di sektor perbankan dan di sektor industri
keuangan non bank, misalnya apabila perusahaan
efek menerima nasabah yang merupakan nasabah
bank, perusahaan efek dapat menggunakan hasil
CDD yang telah dilakukan oleh bank dimaksud
sepanjang perusahaan efek telah menandatangani
kerjasama CDD pihak ketiga dengan bank tersebut
dan perusahaan efek dapat sesegera mungkin
mendapatkan informasi dan salinan dokumen
pendukung apabila perusahaan efek membutuhkan
dalam rangka penerapan program APU dan PPT.
b) Lembaga keuangan dan penyedia barang dan/atau
jasa dan profesi tertentu yang memiliki prosedur CDD
dan tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Contoh dari lembaga keuangan yaitu penyelenggara
kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank
(money changer) dan penyelenggara kegiatan usaha
pengiriman uang. Perusahaan efek tetap harus
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
huruf a).
3) Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal menggunakan hasil
CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga, PJK di Sektor
Pasar Modal wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan
Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Jasa Keuangan yaitu pelaksanaan
CDD oleh pihak ketiga hanya terbatas pada tahap
identifikasi dan verifikasi nasabah sedangkan tahap
-36-

pemantauan transaksi dan pengkinian data nasabah tetap


dilakukan oleh PJK di Sektor Pasar Modal.
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka
2), dan angka 3) tidak berlaku untuk hubungan keagenan.
Dalam hal PJK di Sektor Pasar Modal menggunakan agen
dalam menerapkan prosedur CDD, penerapan prosedur
CDD dimaksud dilakukan oleh agen untuk dan atas nama
PJK di Sektor Pasar Modal yang mendelegasikan.
Hasil CDD yang dilakukan oleh agen sebagaimana
dimaksud diserahkan kepada PJK di Sektor Pasar Modal
yang mendelegasikan.
Sebagai contoh, dalam hal Manajer Investasi menggunakan
agen penjual efek reksa dana (APERD) dalam memasarkan
produk reksa dana, penerapan CDD dilakukan oleh APERD
untuk dan atas nama Manajer Investasi sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh Manajer Investasi, dan di
bawah pengawasan Manajer Investasi.
2. Penolakan dan Penutupan Hubungan Usaha
a. Penolakan Hubungan Usaha
1) PJK di Sektor Pasar Modal wajib melakukan penolakan
hubungan usaha dengan calon nasabah dalam hal:
a) calon nasabah ingin melakukan transaksi namun
calon nasabah tidak bersedia memberikan informasi
dan/atau melengkapi dokumen yang dipersyaratkan
PJK di Sektor Pasar Modal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 28
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Jasa Keuangan; dan/atau
b) calon nasabah memberikan informasi dan/atau
dokumen yang tidak sesuai atau patut diduga sebagai
dokumen palsu atau informasi yang diragukan
kebenarannya.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus mendokumentasikan
calon nasabah yang terkena penolakan hubungan usaha
sebagaimana dimaksud pada angka 1) dalam daftar
-37-

tersendiri.
b. Penutupan Hubungan Usaha
1) PJK di Sektor Pasar Modal melakukan penutupan
hubungan usaha dengan calon nasabah atau nasabah
dalam hal:
a) calon nasabah atau nasabah tidak bersedia
memberikan informasi dan/atau melengkapi
dokumen yang dipersyaratkan PJK di Sektor Pasar
Modal;
b) calon nasabah atau nasabah memberikan informasi
dan/atau dokumen yang tidak sesuai atau patut
diduga sebagai dokumen palsu atau informasi yang
diragukan kebenarannya;
c) sumber dana transaksi yang dimiliki calon nasabah
atau nasabah diketahui dan/atau patut diduga
berasal dari hasil tindak pidana; dan
d) calon nasabah atau nasabah tercatat dalam daftar
teroris dan/atau daftar terduga teroris dan organisasi
teroris.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus memberitahukan secara
tertulis kepada nasabah mengenai penutupan hubungan
usaha tersebut.
3) Pemberitahuan tertulis dapat dilakukan dengan
penyampaian surat yang ditujukan kepada nasabah sesuai
dengan alamat yang tercantum dalam database PJK di
Sektor Pasar Modal atau diumumkan melalui media cetak,
media elektronik, maupun media lainnya.
4) Apabila setelah dilakukan pemberitahuan tertulis,
nasabah tidak mengambil sisa dana yang tersimpan di PJK
di Sektor Pasar Modal, maka penyelesaian terhadap sisa
dana nasabah tersebut dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, antara lain dengan
menyerahkan sisa dana ke Balai Harta Peninggalan. Dalam
hal penutupan hubungan usaha terkait dengan transaksi
transfer dana, maka prosedur penutupan hubungan usaha
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai transfer dana.
-38-

5) PJK di Sektor Pasar Modal harus mendokumentasikan


calon nasabah atau nasabah yang terkena penutupan
hubungan usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1)
dalam daftar tersendiri.
3. Pemantauan dan Pengkinian
a. Pemantauan
1) Tingkat dan sifat pemantauan yang dilakukan oleh PJK di
Sektor Pasar Modal akan begantung pada skala usaha
perusahaan, tingkat risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme yang dimiliki PJK di Sektor Pasar Modal, dan
jenis kegiatan usaha perusahaan.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan kegiatan
pemantauan yang paling sedikit:
a) dilakukan secara berkesinambungan untuk
mengidentifikasi kesesuaian antara transaksi
nasabah dengan profil nasabah dan menatausahakan
dokumen tersebut, terutama terhadap hubungan
usaha atau transaksi dengan nasabah dan/atau PJK
di Sektor Pasar Modal dari negara dengan program
APU dan PPT kurang memadai;
b) melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang
tidak sesuai dengan profil nasabah; dan
c) apabila diperlukan, meminta informasi tentang latar
belakang dan tujuan transaksi terhadap transaksi
yang tidak sesuai dengan profil nasabah, dengan
memperhatikan ketentuan anti tipping off
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPU.
3) Kegiatan pemantauan profil dan transaksi nasabah
dilakukan secara berkesinambungan meliputi kegiatan:
a) memastikan kelengkapan informasi dan dokumen
nasabah;
b) meneliti kesesuaian antara profil transaksi dengan
profil nasabah; dan
c) meneliti kemiripan atau kesamaan nama dengan
nama yang tercantum dalam:
(1) database daftar teroris;
-39-

(2) daftar terduga teroris dan organisasi teroris;


(3) nama tersangka atau terdakwa yang
dipublikasikan dalam media massa atau oleh
otoritas yang berwenang; dan
(4) daftar hitam nasional (DHN).
4) Sumber informasi yang dapat digunakan untuk memantau
nasabah yang ditetapkan sebagai status tersangka atau
terdakwa dapat diperoleh antara lain melalui:
a) database yang dikeluarkan oleh pihak berwenang
seperti PPATK; atau
b) media massa, seperti koran, majalah, televisi, dan
internet.
5) PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan klasifikasi
terkait transaksi dan nasabah yang membutuhkan
pemantauan khusus. Pemantauan terhadap rekening
nasabah harus dipantau lebih ketat apabila terdapat
nasabah berisiko tinggi.
6) Seluruh kegiatan pemantauan didokumentasikan dengan
baik dalam bentuk tertulis baik melalui dokumen formal
seperti memo, nota, atau catatan maupun melalui
dokumen informal seperti korespondensi melalui surat
elektronik (email).
b. Pengkinian Data
1) PJK di Sektor Pasar Modal harus menerapkan prosedur
CDD terhadap nasabahnya dalam rangka pengkinian data,
untuk mengkinikan materialitas data dan risiko. CDD
tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
waktu pelaksanaan CDD sebelumnya dan kecukupan data
yang diperoleh.
2) PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan pengkinian
data terhadap informasi dan dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan OJK mengenai APU dan PPT
serta menatausahakannya.
3) PJK di Sektor Pasar Modal harus memastikan bahwa
dokumen, data, atau informasi yang dihimpun dalam
proses CDD selalu diperbarui dan relevan dengan
melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang ada,
-40-

khususnya yang terkait dengan nasabah berisiko tinggi.


4) PJK di Sektor Pasar Modal harus mengkinikan data
nasabah yang dimiliki agar identifikasi dan pemantauan
transaksi keuangan yang mencurigakan dapat berjalan
efektif.
5) Pengkinian data nasabah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan risiko yang mencakup pengkinian
profil nasabah dan transaksinya. Dalam hal sumber daya
yang dimiliki PJK di Sektor Pasar Modal terbatas, kegiatan
pengkinian data dilakukan dengan skala prioritas.
6) Parameter untuk menetapkan skala prioritas sebagaimana
dimaksud pada angka 5) antara lain:
a) tingkat risiko nasabah tinggi;
b) transaksi dengan jumlah yang signifikan dan/atau
menyimpang dari profil transaksi atau profil nasabah
(red flag);
c) terdapat perubahan saldo yang nilainya signifikan;
dan/atau
d) informasi yang ada pada customer identification file
(CIF) belum sesuai dengan Peraturan OJK mengenai
APU dan PPT.
7) Pengkinian data dilakukan secara berkala sesuai dengan
kebutuhan dan kompleksitas PJK di Sektor Pasar Modal
dan didasarkan pada tingkat risiko nasabah atau
transaksi.
8) Pelaksanaan pengkinian data terhadap nasabah yang
tercantum dalam laporan rencana pengkinian data dapat
dilakukan antara lain pada saat:
a) pembukaan hubungan usaha tambahan;
b) perpanjangan penggunaan produk atau jasa PJK di
Sektor Pasar Modal;
c) penggantian dokumen data dan identitas nasabah;
atau
d) penutupan hubungan usaha.
9) Seluruh kegiatan pengkinian data harus
diadministrasikan.
-41-

4. Dalam hal nasabah yang akan dilakukan pengkinian data telah


menjadi nasabah sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di
Sektor Jasa Keuangan, PJK di Sektor Pasar Modal harus
memberitahukan secara tertulis kepada nasabah dimaksud
mengenai keharusan PJK di Sektor Pasar Modal untuk menolak
transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan
usaha sebagaimana tercantum pada angka IV angka 2.
5. Pemeliharaan data yang akurat terkait dengan transaksi,
penatausahaan proses CDD, dan penatausahaan kebijakan dan
prosedur paling sedikit memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. pendokumentasian data nasabah diklasifikasikan sesuai
dengan tingkat risiko nasabah;
b. dokumen yang ditatausahakan paling sedikit mencakup:
1) salinan atau rekaman dari dokumen identitas nasabah
yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi nasabah yang
memiliki KTP berdasarkan Undang-Undang mengenai
administrasi kependudukan atau dokumen lain yang dapat
menunjukan nomor induk kependudukan (NIK) bagi
nasabah yang belum memiliki KTP;
2) berkas terkait proses CDD dan EDD, termasuk hasil
analisis yang dilakukan; dan
3) informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan
jumlah mata uang yang digunakan, tanggal perintah
transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta nomor rekening
yang terkait dengan transaksi;
c. jangka waktu penatausahaan dokumen adalah sebagai berikut:
1) dokumen yang terkait dengan data nasabah dengan jangka
waktu paling sedikit 5 (lima) tahun sejak:
a) berakhirnya hubungan usaha dengan nasabah;
dan/atau
b) ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan
tujuan ekonomis dan/atau tujuan usaha;
2) dokumen yang terkait dengan transaksi keuangan nasabah
dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang mengenai dokumen perusahaan;
-42-

d. PJK di Sektor Pasar Modal harus memastikan bahwa seluruh


dokumen baik yang terkait dengan data nasabah maupun
dokumen yang terkait dengan transaksi nasabah dapat
disediakan setiap saat untuk kebutuhan otoritas yang
berwenang.
6. Pelaporan kepada Pejabat Senior, Direksi, dan Dewan Komisaris
terkait Penerapan Program APU dan PPT
a. Dalam hal proses CDD menunjukkan adanya calon nasabah
atau nasabah yang dikategorikan berisiko tinggi maka pegawai
PJK di Sektor Pasar Modal yang melaksanakan CDD
melaporkan kepada pejabat senior. Pejabat senior bertanggung
jawab terhadap penerimaan dan/atau penolakan hubungan
usaha dengan calon nasabah dan nasabah yang berisiko tinggi.
b. Dalam hal pejabat senior menyetujui hubungan usaha dengan
nasabah berisiko tinggi, pejabat senior bertanggung jawab
dalam memantau transaksi nasabah berisiko tinggi.
c. Pejabat senior harus melaporkan kepada Direksi yang
membawahkan fungsi penerapan program APU dan PPT terkait
jumlah calon nasabah atau nasabah yang berisiko tinggi
termasuk jumlah nasabah berisiko tinggi yang ditolak, diterima,
atau dilakukan penutupan hubungan usaha.
d. Direksi harus memberikan arahan atas laporan yang
disampaikan pejabat senior dan menetapkan langkah mitigasi
risiko.
e. Direksi melaporkan kepada Dewan Komisaris terkait hasil
pemantauan atas penerapan program APU dan PPT secara
keseluruhan sebagaimana kebijakan dan prosedur tertulis yang
telah ditetapkan PJK.
f. Direksi dapat mengusulkan pengkinian kebijakan dan prosedur
dalam hal terdapat perkembangan risiko yang perlu dimitigasi
oleh PJK di Sektor Pasar Modal, yang belum tercantum dalam
kebijakan dan prosedur tertulis.

V. PENGENDALIAN INTERNAL
1. Pelaksanaan pengendalian internal dalam rangka penerapan
program APU dan PPT dilaksanakan oleh penanggung jawab
kepatuhan atau satuan kerja audit internal (SKAI).
-43-

2. Sistem pengendalian internal yang efektif sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 57 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang
dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan,
harus mampu mendeteksi kelemahan dan penyimpangan dari
penerapan program APU dan PPT.
3. Dalam rangka pelaksanaan pengendalian internal yang efektif
sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 ayat (2) Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan
Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
di Sektor Jasa Keuangan, PJK di Sektor Pasar Modal harus memiliki
kerangka pengendalian internal yang meliputi:
a. penunjukan UKK dan/atau pejabat yang bertanggung jawab
dalam mengelola penerapan program APU dan PPT;
b. pemantauan khusus terhadap kegiatan operasional yang
berpotensi berisiko tinggi baik dari nasabah, produk ataupun
wilayah geografis termasuk terhadap hal yang dinilai rentan,
dan berpotensi berkaitan dengan transaksi yang mencurigakan,
dan/atau hal yang atas saran dan informasi dari asosiasi
industri atau regulator dan penegakan hukum perlu mendapat
perhatian khusus;
c. penyampaian informasi yang cepat dan tepat dalam hal terdapat
indikasi dan/atau dugaan terkait TPPU dan TPPT, inisiatif
kepatuhan, kekurangan terkait kepatuhan, tindakan korektif
diambil, dan laporan aktivitas yang mencurigakan;
d. penerapan kebijakan, prosedur dan kontrol atas uji tuntas
nasabah (CDD);
e. penyediaan kontrol yang memadai bagi nasabah, transaksi dan
produk yang berisiko tinggi, seperti batasan transaksi atau
persetujuan manajemen; dan
f. pengujian terhadap keefektifan dari pelaksanaan program APU
dan PPT dengan mengambil contoh secara acak (random
sampling) dan melakukan pendokumentasian atas pengujian
yang dilakukan.
-44-

VI. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


1. Sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, menganalisis,
memantau, dan menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah PJK di Sektor
Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1)
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan, paling sedikit
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. dapat menyimpan data dan informasi nasabah yang akurat,
lengkap, dan terkini. Data dan informasi dimaksud wajib
digunakan sebagai salah satu parameter dalam melakukan
pemantauan transaksi nasabah;
b. dapat menyediakan informasi rincian orang, bidang usaha, dan
negara yang memenuhi kriteria area berisiko tinggi dan wajib
dilakukan pengkinian secara reguler;
c. dapat mengidentifikasi transaksi keuangan yang mencurigakan
dengan menggunakan parameter yang disesuaikan secara
berkala dan memperhatikan kompleksitas usaha, volume
transaksi, dan risiko yang dimiliki PJK di Sektor Pasar Modal;
d. dapat menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah; dan
e. dapat memungkinkan PJK di Sektor Pasar Modal untuk
menelusuri setiap transaksi (individual transaction), baik untuk
keperluan internal dan/atau OJK, maupun dalam kaitannya
dengan kasus peradilan.
2. PJK di Sektor Pasar Modal wajib memiliki dan memelihara profil
nasabah secara terpadu (single customer identification file). Single
customer identification file dimaksud berupa nomor tunggal identitas
pemodal (single investor identification/SID) yang disediakan oleh
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
3. PJK di Sektor Pasar Modal wajib memastikan pemantauan transaksi
nasabah dengan menggunakan sistem informasi dapat terlaksana
secara efektif dan berkesinambungan.
4. PJK di Sektor Pasar Modal wajib memastikan keamanan dan
keandalan sistem informasi.
-45-

5. PJK di Sektor Pasar Modal wajib memiliki mekanisme atau prosedur


operasional standar berkaitan dengan penggunaan sistem informasi
termasuk menetapkan batasan akses bagi setiap pengguna sistem
informasi.
6. Kebijakan dan prosedur tertulis yang dimiliki PJK di Sektor Pasar
Modal harus mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang
berpotensi disalahgunakan oleh pelaku Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme, seperti: pembukaan rekening melalui internet,
wesel atau perintah transfer dana melalui fax atau telepon, dan
transaksi elektronik lainnya.

VII. SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELATIHAN


1. Sumber Daya Manusia
Dalam rangka pencegahan penggunaan PJK di Sektor Pasar Modal
sebagai media atau tujuan Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme, PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan:
a. prosedur penyaringan (pre-employee screening) pada saat
penerimaan calon karyawan baru sebagai bagian dari
penerapan know your employee (KYE), dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) metode screening yang disesuaikan dengan kebutuhan,
kompleksitas usaha, dan profil risiko PJK di Sektor Pasar
Modal; dan
2) metode screening sebagaimana dimaksud pada angka 1),
antara lain:
a) mengharuskan calon karyawan membuat surat
pernyataan tidak pernah melakukan perbuatan
tercela dan/atau menyerahkan surat keterangan
catatan kepolisian (SKCK);
b) melakukan verifikasi identitas dan pendidikan formal
terakhir yang telah diperoleh calon karyawan;
c) memastikan rekam jejak (track record) calon
karyawan; dan
d) melakukan penelitian profil calon karyawan melalui
media informasi lainnya;
b. pengenalan dan pemantauan profil karyawan antara lain
mencakup perilaku dan gaya hidup karyawan, antara lain:
-46-

1) melakukan verifikasi pemantauan dan verifikasi terhadap


karyawan yang mengalami perubahan gaya hidup yang
cukup signifikan;
2) memastikan bahwa karyawan telah memahami dan
menaati kode etik karyawan (staff code of conduct); dan
3) mengevaluasi karyawan yang bertanggung jawab pada
aktivitas yang tergolong berisiko tinggi yaitu memiliki akses
pada data PJK di Sektor Pasar Modal dan berhadapan
dengan calon nasabah atau nasabah; dan
c. prosedur penyaringan (pre-employee screening), pengenalan dan
pemantauan terhadap profil karyawan dituangkan dalam
kebijakan know your employee yang berpedoman pada
ketentuan yang mengatur mengenai penerapan strategi anti
fraud.
2. Pelatihan
PJK di Sektor Pasar Modal wajib menyelenggarakan pelatihan terkait
penerapan program APU dan PPT yang dilakukan secara
berkesinambungan sesuai kebutuhan, kompleksitas usaha, dan
penilaian risiko PJK di Sektor Pasar Modal dengan cara sebagai
berikut:
a. peserta pelatihan:
1) PJK di Sektor Pasar Modal harus memberikan pelatihan
mengenai penerapan program APU dan PPT kepada
seluruh karyawan.
2) Dalam menentukan peserta pelatihan, PJK di Sektor Pasar
Modal mengutamakan karyawan yang tugas sehari-harinya
memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:
a) berhadapan langsung dengan nasabah (pelayanan
nasabah);
b) melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan
program APU dan PPT; atau
c) terkait dengan penyusunan pelaporan kepada PPATK
dan OJK.
3) Karyawan yang melakukan pengawasan pelaksanaan
penerapan program APU dan PPT harus mendapatkan
pelatihan secara berkala, sedangkan karyawan lainnya
harus mendapatkan pelatihan paling sedikit 1 (satu) kali
-47-

dalam masa kerjanya. Karyawan yang berhadapan


langsung dengan nasabah (front liner) harus mendapatkan
pelatihan sebelum penempatan.
b. Metode Pelatihan
1) Pelatihan dapat dilakukan secara elektronik (online base)
maupun melalui tatap muka.
2) Pelatihan secara elektronik (online base) dapat
menggunakan media e-learning baik yang disediakan oleh
otoritas berwenang seperti PPATK atau yang disediakan
secara mandiri oleh PJK di Sektor Pasar Modal.
3) Pelatihan melalui tatap muka dilakukan secara interaktif
(misal workshop) atau tatap muka satu arah (misal
seminar).
c. Topik Pelatihan
Topik pelatihan paling sedikit mengenai:
1) implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan program APU dan PPT;
2) teknik, metode, dan tipologi Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme termasuk tren dan perkembangan
profil risiko produk PJK di Sektor Pasar Modal; dan
3) kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT
serta peran dan tanggung jawab pegawai dalam mencegah
dan memberantas Pencucian Uang atau Pendanaan
Terorisme, termasuk konsekuensi apabila karyawan
melakukan tipping off.
Kedalaman topik pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan PJK
di Sektor Pasar Modal dan kesesuaian dengan tugas dan
tanggung jawab karyawan.
d. Evaluasi pelatihan
1) Untuk mengetahui tingkat pemahaman karyawan dan
kesesuaian materi pelatihan, PJK di Sektor Pasar Modal
harus melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang telah
diselenggarakan.
2) Evaluasi dapat dilakukan secara langsung melalui
wawancara atau secara tidak langsung melalui tes.
-48-

3) PJK di Sektor Pasar Modal harus melakukan upaya tindak


lanjut dari hasil evaluasi pelatihan melalui
penyempurnaan materi dan metode pelatihan.

VIII. PELAPORAN
1. Pelaporan rencana kegiatan pengkinian data dan laporan realisasi
pengkinian data dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. laporan ditujukan kepada:
1) Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A, Otoritas
Jasa Keuangan, bagi perusahaan efek.
2) Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2B, Otoritas
Jasa Keuangan, bagi bank kustodian.
b. isi laporan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam
bentuk dokumen cetak dan dapat pula disiapkan dalam format
digital dengan menggunakan media digital cakram padat
(compact disk).
c. laporan sesuai dengan format sebagaimana dimuat dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.
2. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan sistem
elektronik, pelaporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat
disampaikan melalui sistem elektronik tersebut.

IX. PENUTUP
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2017
KEPALA EKSEKUTIF
PENGAWAS PASAR MODAL
OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd
Salinan ini sesuai dengan aslinya
Direktur Hukum 1
Departemen Hukum HOESEN

ttd

Yuliana
-1-

LAMPIRAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR 47 /SEOJK.04/2017

TENTANG

PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN


PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR PASAR MODAL
-1-

SIKLUS PENDEKATAN BERBASIS RISIKO (RISK BASED APPROACH)

Risiko Jaringan Distribusi


Media yang digunakan untuk
memperoleh atau menawarkan barang
dan jasa, apakah secara langsung,
melalui agen dan/atau secara online
-2-

PEMISAHAN RISIKO YANG TERKAIT DENGAN KEGIATAN USAHA PJK DI


SEKTOR PASAR MODAL

A. Tabel berikut menyajikan beberapa contoh faktor risiko yang mungkin


dihadapi oleh PJK di Sektor Pasar Modal sebagai bagian dari penilaian
risiko yang berhubungan dengan kegiatan usaha PJK di Sektor Pasar
Modal. Tabel tersebut juga memaparkan alasan-alasan rasional yang
dapat membantu PJK di Sektor Pasar Modal untuk membedakan setiap
peringkat risiko.
B. PJK di Sektor Pasar Modal dapat memutuskan skala risiko yang ingin
digunakan oleh PJK di Sektor Pasar Modal. Pedoman ini tidak mewajibkan
PJK di Sektor Pasar Modal untuk menentukan skala risiko tinggi,
menengah, dan rendah. PJK di Sektor Pasar Modal dapat menggunakan
skala tinggi dan rendah saja sesuai dengan kegiatan usaha, kebutuhan,
dan kompleksitas PJK di Sektor Pasar Modal.
C. Perlu diketahui bahwa penggunaan tabel ini bukan merupakan penerapan
Pendekatan Berbasis Risiko karena penerapan pendekatan berbasis risiko
harus memenuhi siklus Risk Based Approach. Tabel ini membantu PJK di
Sektor Pasar Modal dalam melakukan penilaian risiko atas kegiatan usaha
PJK di Sektor Pasar Modal, namun tidak mempertimbangkan risiko
nasabah.
D. Tabel risiko ini menyajikan contoh risiko bawaan (inherent risk) yang
belum dimitigasi,
E. Mitigasi risiko diperlukan bagi risiko-risiko yang dikategorikan tinggi.

TABEL CONTOH PEMISAHAN RISIKO

Faktor Rendah Menengah Tinggi

Produk atau PJK di Sektor PJK di Sektor PJK di Sektor Pasar


Jasa- Pasar Modal tidak Pasar Modal Modal menawarkan
menyediakan memiliki beberapa beragam layanan
Transaksi
layanan transaksi layanan transaksi transaksi
Elektronik
elektronik. elektronik. elektronik.
contoh:
contoh: online
online trading contoh: online contoh: online
trading trading namun trading
hanya untuk
-3-

Faktor Rendah Menengah Tinggi

produk dan
layanan tertentu.
PJK di Sektor
Pasar Modal
memiliki batasan
untuk penggunaan
layanan transaksi
elektronik

Struktur PJK di Sektor PJK di Sektor PJK di Sektor Pasar


Kepemilikan Pasar Modal Pasar Modal Modal dimiliki oleh
dimiliki oleh dimiliki oleh swasta Asing
BUMN

Geografi- PJK di Sektor Kantor Pusat atau Kantor Pusat atau


Pasar Modal beberapa kantor beberapa kantor
Wilayah
berlokasi di cabang atau kantor cabang atau kantor
berdasarkan
wilayah yang di luar kantor di luar kantor
tingkat risiko
memiliki tingkat cabang PJK di cabang PJK berada
TPPU dan
risiko TPPU dan Sektor Pasar Modal di wilayah yang
TPPT
TPPT yang berada di wilayah memiliki tingkat
rendah. yang memiliki risiko TPPU dan
tingkat risiko TPPU TPPT yang tinggi.
dan TPPT
menengah atau
sedang.

Geografi- PJK di Sektor PJK di Sektor PJK di Sektor Pasar


negara Pasar Modal tidak Pasar Modal Modal memiliki
berisiko tinggi memiliki memiliki hubungan hubungan usaha
hubungan usaha usaha dengan dengan negara
dengan negara negara berisiko berisiko tinggi
berisiko tinggi. tinggi dengan dengan volume
volume transaksi transaksi tinggi.
menengah atau
sedang.
-4-

Beberapa indikator dalam tabel di atas bersifat samar atau membutuhkan


penjelasan lebih lanjut seperti penggunaan kata beberapa atau signifikan.
PJK di Sektor Pasar Modal dapat mengintepretasikan hal tersebut sesuai
dengan skala kegiatan usaha PJK di Sektor Pasar Modal.
-5-

MATRIKS KEMUNGKINAN DAN DAMPAK (LIKELIHOOD AND IMPACT MATRIX)

A. Dalam melakukan identifikasi risiko, salah satu alat bantu yang dapat
digunakan oleh PJK di Sektor Pasar Modal ialah matriks kemungkinan
dan dampak (likelihood and impact matrix). Matriks tersebut membantu
PJK di Sektor Pasar Modal dalam menetapkan seberapa besar upaya
atau pemantauan yang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi risiko
bawaan (inherent risk). Perlu diperhatikan bahwa matriks tersebut hanya
merupakan contoh. PJK di Sektor Pasar Modal dapat menggunakan alat
bantu lain atau bentuk matriks lain yang sesuai dengan skala usaha,
kebutuhan, dan kompleksitas PJK di Sektor Pasar Modal sehingga
benar-benar dapat menggambarkan risiko yang dihadapi PJK di Sektor
Pasar Modal.
1. Kemungkinan (likelihood)
Kemungkinan (likelihood) atas risiko pencucian uang dan pendanaan
terorisme (berupa ancaman dan kerentanan) terjadi dalam kegiatan
usaha PJK di Sektor Pasar Modal. Peluang terjadi risiko ialah
kemungkinan (likelihood) itu sendiri. PJK di Sektor Pasar Modal perlu
memahami kemungkinan (likelihood) risiko yang telah teridentifikasi
benar-benar terjadi. Kemungkinan (likelihood) merujuk pada tingkat
risiko yang telah diidentifikasi sebagai bagian dari penilaian risiko.
Dalam hal ini PJK di Sektor Pasar Modal dapat menggunakan skala
risiko yang pada umumnya digunakan yaitu:
Peringkat Kemungkinan (Likelihood) risiko pencucian uang dan
pendanaan terorisme
Tinggi Kemungkinan risiko pencucian uang dan pendanaan
terorisme terjadi.
Menengah Kemungkinan terjadinya risiko dapat diterima.
Rendah Tidak terdapat kemungkinan terjadinya risiko.

2. Dampak (Impact)
Dampak dalam hal ini merujuk pada tingkat keseriusan atau
konsekuensi dari suatu kerusakan atau kerugian yang terjadi apabila
terjadi risiko.
Timbulnya dampak (impact) bergantung pada kondisi internal PJK di
Sektor Pasar Modal. Dampak (impact) atas terjadinya risiko pencucian
uang dan pendanaan terorisme dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, antara lain:
-6-

a. Risiko reputasi dan dampaknya terhadap kegiatan usaha PJK di


Sektor Pasar Modal;
b. Dampak regulasi;
c. Kerugian finansial bagi PJK di Sektor Pasar Modal; dan/atau
d. Risiko hukum.
Dampak (impact) atas terjadinya risiko pencucian uang dan
pendanaan terorisme akan sangat spesifik untuk setiap PJK di Sektor
Pasar Modal, oleh karena itu hanya PJK di Sektor Pasar Modal yang
dapat menentukan dampak (impact) atas risiko yang terjadi.
Skala yang digunakan untuk menghitung dampak (impact) tidak jauh
berbeda dengan skala dalam menghitung kemungkinan (likelihood).
Peringkat Konsekuensi atas risiko pencucian uang dan
pendanaan terorisme
Tinggi Risiko memiliki konsekuensi yang berat.
Menengah Risiko memiliki konsekuensi yang moderat.
Rendah Risiko memiliki konsekuensi yang kecil atau tidak
signifikan.

B. Matriks kemungkinan (likelihood) dan dampak (impact) akan membantu


PJK di Sektor Pasar Modal untuk memutuskan hal yang perlu dilakukan
dengan mempertimbangkan risiko secara keseluruhan. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, pendekatan berbasis risiko merupakan
proses yang memungkinkan PJK di Sektor Pasar Modal untuk
menerapkan langkah-langkah yang sepadan dengan risiko yang
teridentifikasi sebagai bagian dari penilaian risiko.

Setiap kotak dalam matriks menunjukan sumber daya yang dibutuhkan


untuk melakukan:

 Action (contoh: risiko perlu segera ditindaklanjuti)


 Effort (contoh: tingkat upaya dalam melakukan mitigasi risiko)
 Monitoring (contoh: tingkat pemantauan yang perlu dilakukan PJK di
Sektor Pasar Modal)
-7-

C. Cara membaca matriks prioritas


1. Kotak 6
Kondisi pada kotak 6 menunjukan kemungkinan dan dampak
terjadinya risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme rendah
sehingga PJK di Sektor Pasar Modal tidak perlu mengambil tindakan,
upaya atau pemantauan khusus.
2. Kotak 3
Kondisi pada kotak 3 menunjukan bahwa PJK di Sektor Pasar Modal
perlu mengalokasikan sumber daya untuk melakukan tindakan,
upaya dan pemantauan. Terdapat kemungkinan terjadinya risiko
pencucian uang dan pendanaan terorisme dengan dampak yang
dapat dikategorikan moderat. Untuk itu, PJK di Sektor Pasar Modal
perlu memperhatikan seluruh kegiatan usaha dan hubungan usaha
yang ada, sehingga tidak menimbulkan peningkatan risiko (tidak
berubah menjadi kotak 2 atau kotak 1).
-8-

3. Kotak 1
Kondisi pada kotak 1 menunjukan bahwa kemungkinan terjadinya
risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme sangat tinggi
termasuk besarnya dampak atas risiko tersebut. Pada kondisi
tersebut dibutuhkan sumber daya yang lebih banyak, tindakan
khusus, upaya khusus, serta pemantauan berkala untuk
meminimalisasi risiko tersebut.
-9-

LAPORAN RENCANA PENGKINIAN DATA

(Nama PJK di Sektor Pasar Modal)


Posisi .....

Jumlah SID
% terhadap Informasi Persentase
Jenis Nasabah dan SID yang
No jumlah yang akan Metode/Strategi Pemenuhan SID
Tingkat Risiko akan
seluruh Dikinikan yang telah dikinikan
Dikinikan
SID
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
1 Nasabah orang perseorangan
a. Risiko Tinggi
b. Risiko Menengah
c. Risiko Rendah
2 Nasabah Korporasi
a. Non Usaha Mikro dan Kecil
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
b. Usaha Mikro dan Kecil
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
c. Penyedia Jasa Keuangan
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
- 10 -

Jumlah SID
% terhadap Informasi Persentase
Jenis Nasabah dan SID yang
No jumlah yang akan Metode/Strategi Pemenuhan SID
Tingkat Risiko akan
seluruh Dikinikan yang telah dikinikan
Dikinikan
SID
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
3) Risiko Rendah
d. Yayasan
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
e. Selain perusahaan dan
yayasan (berbadan hukum
maupun tidak berbadan
hukum)
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
3 Lembaga Negara, Instansi
Pemerintah, lembaga
internasional, dan perwakilan
negara asing
a. Risiko Tinggi
b. Risiko Menengah
c. Risiko Rendah
- 11 -

Keterangan:
(a) Diisi dengan nomor
(b) Sesuai Kolom
(c) Diisi dengan rencana jumlah SID yang akan dikinikan untuk 1 (satu) tahun berikutnya
(d) Diisi dalam persentase
(e) Informasi dapat diisi lebih dari satu, seperti pengkinian alamat tempat tinggal atau pekerjaan.
(f) Metode atau strategi dapat diisi lebih dari satu, seperti korespondensi melalui surat atau surat elektronik.
(g) Target waktu disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing PJK di Sektor Pasar Modal, misalnya secara
triwulanan.
- 12 -

LAPORAN REALISASI PENGKINIAN DATA

(Nama PJK di Sektor Pasar Modal)


Posisi ......

Perkembangan
Jenis Nasabah dan Tingkat Upaya yang akan
No Kendala
Risiko Target Realisasi Deviasi (%) Dilakukan

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)


1 Nasabah Perorangan
a. Risiko Tinggi
b. Risiko Menengah
c. Risiko Rendah
2 Nasabah Korporasi
a. Usaha Mikro dan Kecil
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
b. Non Usaha Mikro dan Kecil
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
c. Penyedia Jasa Keuangan
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
d. Yayasan
- 13 -

Perkembangan
Jenis Nasabah dan Tingkat Upaya yang akan
No Kendala
Risiko Target Realisasi Deviasi (%) Dilakukan

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)


1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
e. Selain perusahaan dan
yayasan (berbadan hukum
maupun tidak berbadan
hukum)
1) Risiko Tinggi
2) Risiko Menengah
3) Risiko Rendah
3 Lembaga Negara, Instansi
Pemerinah, Lembaga
Internasional, dan Perwakilan
Negara Asing
a. Risiko Tinggi
b. Risiko Menengah
c. Risiko Rendah

Keterangan:
(a) Diisi dengan nomor
(b) Sesuai Kolom
(c) Diisi dengan target jumlah SID yang dikinikan
- 14 -

(d) Diisi dengan realisasi jumlah SID yang dikinikan


(e) Diisi dengan selisih persentase antara target jumlah SID yang dikinikan (c) dengan realisasi jumlah SID yang dikinikan (d).
(f) Kendala dapat diisi lebih dari satu.
(g) Diisi dengan upaya untuk mengatasi kendala dan dapat lebih dari satu.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2017
KEPALA EKSEKUTIF
PENGAWAS PASAR MODAL,

ttd

HOESEN

Salinan ini sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Yuliana
-2-

OTORITAS JASA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 /POJK.04/2018
TENTANG
PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dalam permohonan


izin, perpanjangan izin, dan pelaporan wakil penjamin
emisi efek dan wakil perantara pedagang efek, serta
mengoptimalkan pengawasan bagi wakil penjamin emisi
efek dan wakil perantara pedagang efek, Otoritas Jasa
Keuangan perlu mendorong penggunaan sistem teknologi
informasi dan komunikasi;
b. bahwa untuk memberikan kemudahan dan keleluasaan
dalam perpanjangan izin wakil penjamin emisi efek dan
wakil perantara pedagang efek, Otoritas Jasa Keuangan
perlu mengatur kembali ketentuan mengenai masa
berlaku izin dan mekanisme perpanjangan izin yang
terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
27/POJK.04/2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin
Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang baru;
-2-

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perizinan
Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3608);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL
PERANTARA PEDAGANG EFEK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
1. Penjamin Emisi Efek yang selanjutnya disingkat PEE
adalah Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten
untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan
Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa
Efek yang tidak terjual.
2. Perantara Pedagang Efek yang selanjutnya disingkat PPE
adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli
Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain.
3. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan
usaha sebagai PEE, PPE, dan/atau Manajer Investasi.
-3-

4. Wakil Penjamin Emisi Efek yang selanjutnya disingkat


WPEE adalah orang perseorangan yang bertindak
mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai PEE.
5. Wakil Perantara Pedagang Efek yang selanjutnya
disingkat WPPE adalah orang perseorangan yang
bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai PPE.
6. Izin orang perseorangan sebagai WPEE yang selanjutnya
disebut sebagai Izin WPEE adalah izin yang diberikan
oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada orang perseorangan
untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE.
7. Izin orang perseorangan sebagai WPPE yang selanjutnya
disebut Izin WPPE adalah izin yang diberikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan kepada orang perseorangan
untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai PPE.
8. Lembaga Sertifikasi Profesi adalah lembaga pelaksana
sertifikasi kompetensi kerja yang mendapatkan lisensi
dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

BAB II
PERIZINAN DAN PERSYARATAN WPEE DAN WPPE

Pasal 2
(1) WPEE wajib memiliki Izin WPEE dari Otoritas Jasa
Keuangan.
(2) WPPE wajib memiliki Izin WPPE dari Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Orang perseorangan yang memiliki Izin WPEE dapat
bertindak sebagai WPPE.

Pasal 3
(1) Kewajiban untuk memiliki Izin WPEE sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku bagi:
-4-

a. direktur yang bertanggung jawab atas kegiatan


penjaminan emisi Efek;
b. pegawai yang bertanggung jawab atas kegiatan
penjaminan emisi Efek; dan
c. pegawai dengan posisi jabatan di bawah direktur,
yang membawahkan unit yang bertanggung jawab
atas kegiatan penjaminan emisi Efek,
dari Perusahaan Efek yang memiliki izin usaha untuk
melakukan kegiatan usaha sebagai PEE.
(2) Kewajiban untuk memiliki Izin WPPE sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berlaku bagi:
a. direktur yang bertanggung jawab atas kegiatan
keperantaraan perdagangan Efek;
b. pegawai yang melakukan kegiatan pemasaran;
c. pegawai yang melakukan kegiatan manajemen
risiko;
d. pegawai yang melakukan kegiatan sebagai pejabat
yang membawahkan fungsi kepatuhan dan/atau
audit internal; dan
e. pegawai yang melakukan kegiatan sebagai pejabat
yang membawahkan fungsi analisis/riset
perdagangan Efek,
dari Perusahaan Efek yang memiliki izin usaha untuk
melakukan kegiatan usaha sebagai PPE.
(3) Dalam kondisi tertentu, Otoritas Jasa Keuangan dapat
menetapkan maupun mengecualikan pihak yang bekerja
pada Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai
PEE dan PPE dari kewajiban untuk memiliki Izin WPEE
atau Izin WPPE.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu dan
pengecualian pihak yang bekerja pada Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan sebagai PEE dan PPE dari
kewajiban untuk memiliki Izin WPEE dan Izin WPPE
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
-5-

Pasal 4
WPEE dan WPPE wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. persyaratan integritas yang meliputi:
1. memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. cakap melakukan perbuatan hukum;
3. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
di bidang jasa keuangan;
4. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin,
pembatalan persetujuan, dan/atau pembatalan
pendaftaran oleh Otoritas Jasa Keuangan selama
3 (tiga) tahun terakhir;
5. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi
pengurus yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perusahaan dinyatakan pailit dalam waktu
5 (lima) tahun terakhir sebelum pengajuan
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE; dan
6. memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan;
b. persyaratan kompetensi yang meliputi:
1. berpendidikan paling rendah pendidikan menengah;
2. memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai
di bidang pasar modal, dibuktikan dengan:
a) memiliki sertifikat keahlian:
1) sebagai WPEE, bagi WPEE; dan
2) sebagai WPEE atau WPPE, bagi WPPE,
yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan; atau
b) memiliki pengalaman kerja pada institusi
pengawas pasar modal dan/atau organisasi
yang diberi kewenangan oleh Undang-Undang
mengenai pasar modal untuk mengatur
dan/atau mengawasi industri pasar modal
dengan ketentuan:
1) paling singkat 2 (dua) tahun pada posisi
manajerial; atau
-6-

2) paling singkat 5 (lima) tahun pada posisi


pelaksana,
dalam bidang tugas dan fungsi yang terkait
pengaturan dan/atau pengawasan industri
pasar modal;
c. bekerja pada lembaga jasa keuangan di Indonesia, bagi
warga negara asing; dan
d. tidak bekerja pada:
1. lebih dari 1 (satu) Perusahaan Efek; atau
2. lembaga jasa keuangan lainnya dalam hal telah
bekerja pada Perusahaan Efek.

Pasal 5
(1) Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b angka 2 huruf a) dapat digunakan untuk
pengajuan permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE
sepanjang berumur tidak lebih dari 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal diterbitkan sampai dengan saat
pengajuan Izin WPEE atau Izin WPPE.
(2) Dalam hal telah terdapat ketentuan di sektor jasa
keuangan yang mengatur mengenai kerangka kualifikasi
nasional Indonesia di sektor jasa keuangan, sertifikat
keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b
angka 2 huruf a) mengacu pada kerangka kualifikasi
sebagaimana diatur dalam ketentuan di sektor jasa
keuangan yang mengatur mengenai kerangka kualifikasi
nasional Indonesia di sektor jasa keuangan tersebut.

BAB III
TATA CARA PERMOHONAN IZIN WPEE DAN IZIN WPPE

Pasal 6
(1) Permohonan untuk memperoleh Izin WPEE atau Izin
WPPE kepada Otoritas Jasa Keuangan harus diajukan
oleh pemohon secara elektronik melalui sistem perizinan
Otoritas Jasa Keuangan.
-7-

(2) Permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus disertai kelengkapan
dokumen dan/atau data sebagai berikut:
a. fotokopi ijazah pendidikan formal terakhir;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor yang
masih berlaku;
c. bukti telah memiliki pengetahuan dan keahlian di
bidang pasar modal berupa:
1. fotokopi sertifikat keahlian:
a) sebagai WPEE, bagi WPEE; dan
b) sebagai WPEE atau WPPE, bagi WPPE,
yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan; atau
2. fotokopi surat keterangan pengalaman kerja
dari institusi pengawas pasar modal dan/atau
organisasi yang diberi kewenangan oleh
Undang-Undang mengenai pasar modal untuk
mengatur dan/atau mengawasi industri pasar
modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b angka 2 huruf b);
d. surat keterangan kerja dari lembaga jasa keuangan
di Indonesia bagi warga negara asing;
e. pasfoto berwarna yang terbaru;
f. surat pernyataan yang menyatakan bahwa pemohon:
1. memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. cakap melakukan perbuatan hukum;
3. tidak pernah melakukan perbuatan tercela
dan/atau dihukum karena terbukti melakukan
tindak pidana di bidang jasa keuangan;
4. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin,
pembatalan persetujuan, dan/atau pembatalan
pendaftaran oleh Otoritas Jasa Keuangan
selama 3 (tiga) tahun terakhir;
5. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi
pengurus yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan
-8-

pailit dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir


sebelum pengajuan permohonan Izin WPEE
atau Izin WPPE;
6. memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan; dan
7. tidak akan bekerja pada:
a) lebih dari 1 (satu) Perusahaan Efek; atau
b) lembaga jasa keuangan lainnya dalam hal
telah bekerja pada Perusahaan Efek,
sesuai dengan format surat pernyataan
integritas tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini;
g. surat referensi dan/atau rekomendasi dari
perusahaan tempat pemohon bekerja sesuai dengan
format surat referensi kerja tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, jika ada;
h. fotokopi izin mempekerjakan tenaga asing yang
diterbitkan oleh instansi berwenang, bagi warga
negara asing yang bekerja pada lembaga jasa
keuangan;
i. bukti pembayaran biaya perizinan WPEE atau
WPPE; dan
j. surat keterangan perbedaan nama dari pejabat atau
instansi berwenang, jika terdapat perbedaan nama
pemohon dengan dokumen yang dilampirkan.
(3) Izin WPEE atau Izin WPPE sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan apabila
pemohon telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).

Pasal 7
Dalam memproses permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE,
Otoritas Jasa Keuangan berwenang:
-9-

a. melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen yang


disampaikan oleh pemohon sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2); dan/atau
b. meminta keterangan kepada pemohon,
untuk memastikan pemenuhan atas persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 8
(1) Izin WPEE atau Izin WPPE diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak diterimanya permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE
yang memenuhi syarat.
(2) Dalam hal permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE pada
saat diterima tidak memenuhi syarat, paling lambat
21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diterimanya
permohonan, Otoritas Jasa Keuangan memberikan surat
pemberitahuan kepada pemohon yang menyatakan
bahwa:
a. permohonan belum memenuhi persyaratan; atau
b. permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan.
(3) Pemohon harus melengkapi kekurangan yang
dipersyaratkan dalam surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah tanggal surat
pemberitahuan.
(4) Penyampaian perubahan dokumen, tambahan informasi,
dan/atau kelengkapan kekurangan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dianggap telah
diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal yang
tercantum dalam tanda bukti penerimaan penyampaian
perubahan dokumen, tambahan informasi, dan/atau
kelengkapan kekurangan persyaratan.
(5) Sejak diterimanya perubahan dokumen, tambahan
informasi, dan/atau kelengkapan kekurangan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE tersebut
- 10 -

dianggap baru diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan dan


diproses sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) Pemohon yang tidak melengkapi kekurangan yang
dipersyaratkan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dianggap membatalkan
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE yang sudah
diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 9
Izin WPEE atau Izin WPPE tidak berlaku jika masa berlakunya
telah berakhir dan tidak dilakukan perpanjangan.

BAB IV
MASA BERLAKU DAN PERPANJANGAN IZIN WPEE DAN IZIN
WPPE

Pasal 10
(1) Izin WPEE dan Izin WPPE mempunyai masa berlaku
selama 3 (tiga) tahun sesuai dengan tanggal dan bulan
lahir pemegang Izin WPEE dan Izin WPPE dan dapat
diperpanjang.
(2) Bagi pemohon Izin WPEE dan Izin WPPE sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang tanggal kelahirannya
sebelum tanggal dan bulan terbitnya Izin WPEE dan
Izin WPPE, masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
yang diberikan akan berakhir di tahun ke-4 (keempat)
tanggal dan bulan kelahiran pemegang Izin WPEE dan
Izin WPPE sejak terbitnya Izin WPEE dan Izin WPPE.

Pasal 11
(1) Permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 harus diajukan
oleh pemohon secara elektronik kepada Otoritas Jasa
Keuangan melalui sistem perizinan Otoritas Jasa
Keuangan sebelum masa berlaku Izin WPEE atau Izin
WPPE dimaksud berakhir dengan ketentuan paling cepat
- 11 -

90 (sembilan puluh) hari sebelum masa berlaku Izin


WPEE atau Izin WPPE berakhir.
(2) Permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE
tidak dapat dilakukan setelah masa berlaku Izin WPEE
atau Izin WPPE dimaksud berakhir.
(3) Permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai
dengan format surat permohonan perpanjangan Izin
WPEE atau Izin WPPE tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini dengan disertai kelengkapan
dokumen sebagai berikut:
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor yang
masih berlaku;
b. fotokopi izin mempekerjakan tenaga asing yang
diterbitkan oleh instansi berwenang, bagi warga
negara asing yang bekerja pada lembaga jasa
keuangan;
c. surat keterangan kerja dari perusahaan yang
melakukan kegiatan penjaminan emisi Efek
dan/atau keperantaraan pedagang Efek tempat
WPEE atau WPPE bekerja bagi pemegang izin yang
bekerja di Perusahaan Efek;
d. fotokopi kartu anggota yang masih berlaku dari
asosiasi yang mewadahi WPEE atau WPPE yang
telah mendapatkan pengakuan dari Otoritas Jasa
Keuangan; dan
e. fotokopi dokumen pendidikan berkelanjutan yang
dilaksanakan antara tanggal berlaku hingga tanggal
berakhirnya Izin WPEE atau Izin WPPE.

Pasal 12
(1) Perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE diberikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 21 (dua puluh
satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE yang memenuhi
syarat.
- 12 -

(2) Dalam hal permohonan perpanjangan Izin WPEE atau


Izin WPPE pada saat diterima tidak memenuhi syarat,
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
diterimanya permohonan, Otoritas Jasa Keuangan
memberikan surat pemberitahuan kepada pemohon yang
menyatakan bahwa:
a. permohonan belum memenuhi persyaratan; atau
b. permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan.
(3) Penyampaian perubahan dokumen, tambahan informasi,
dan/atau kelengkapan kekurangan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dianggap
telah diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal
yang tercantum dalam tanda bukti penerimaan
penyampaian perubahan dokumen, tambahan informasi,
dan/atau kelengkapan kekurangan persyaratan.
(4) Pemohon perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE yang
tidak melengkapi kekurangan yang dipersyaratkan
sebelum masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE
berakhir, dianggap membatalkan permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE yang sudah
diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 13
(1) Dalam hal masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE telah
berakhir namun permohonan perpanjangan telah
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum
masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE berakhir, Izin
WPEE atau Izin WPPE tetap berlaku hingga terdapat:
a. persetujuan perpanjangan Izin WPEE atau Izin
WPPE dari Otoritas Jasa Keuangan; atau
b. surat pemberitahuan kepada pemohon yang
menyatakan permohonan ditolak karena tidak
memenuhi persyaratan.
(2) Dalam hal masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE telah
berakhir namun permohonan perpanjangan telah
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum
- 13 -

masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE berakhir, Izin


WPEE atau Izin WPPE tetap berlaku selama proses
perpanjangan meskipun terdapat surat pemberitahuan
kepada pemohon yang menyatakan permohonan belum
memenuhi persyaratan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dan surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak masa
berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE berakhir.
(4) Pemohon harus melengkapi kekurangan yang
dipersyaratkan dalam surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling lambat 5 (lima) hari kerja
sejak tanggal surat pemberitahuan.
(5) Penyampaian perubahan dokumen, tambahan informasi,
dan/atau kelengkapan kekurangan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dianggap telah
diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal yang
tercantum dalam tanda bukti penerimaan penyampaian
perubahan dokumen, tambahan informasi, dan/atau
kelengkapan kekurangan persyaratan.
(6) Sejak diterimanya perubahan dokumen, tambahan
informasi, dan/atau kelengkapan kekurangan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE tersebut
dianggap baru diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(7) Dalam hal perubahan dokumen, tambahan informasi,
dan/atau kelengkapan kekurangan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah diterima
Otoritas Jasa Keuangan, dalam 5 (lima) hari kerja
Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau
penolakan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE.
(8) Pemohon yang tidak melengkapi kekurangan yang
dipersyaratkan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dianggap membatalkan
- 14 -

permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE


yang sudah diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 14
Masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE yang mendapatkan
persetujuan perpanjangan adalah 3 (tiga) tahun terhitung
sejak tanggal persetujuan diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan.

Pasal 15
Apabila pada saat permohonan perpanjangan Izin WPEE atau
Izin WPPE, pemegang Izin WPEE atau Izin WPPE masih
mempunyai kewajiban berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan/atau
keputusan Otoritas Jasa Keuangan yang belum dipenuhi,
Otoritas Jasa Keuangan berhak menolak pengajuan
permohonan perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE
dimaksud.

BAB V
KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI WPEE DAN WPPE

Bagian Kesatu
Kewajiban

Pasal 16
WPEE dan WPPE wajib:
a. memahami dan mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal Indonesia;
b. bertindak dan bersikap profesional serta mempunyai
wawasan yang luas di bidang pasar modal; dan
c. menjadi anggota asosiasi yang mewadahi WPEE atau
WPPE yang telah mendapatkan pengakuan dari Otoritas
Jasa Keuangan.
- 15 -

Pasal 17
(1) WPEE dan WPPE wajib mengikuti pendidikan
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh asosiasi yang
mewadahi WPEE dan/atau WPPE atau pihak lain, yang
diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 3 (tiga) tahun.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pemenuhan persyaratan melampirkan dokumen telah
mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf e mulai berlaku
jika telah terdapat:
a. asosiasi yang mewadahi WPEE dan/atau WPPE;
atau
b. pihak lain,
yang telah mendapatkan pengakuan dari Otoritas Jasa
Keuangan untuk menyelenggarakan pendidikan khusus
di bidang pasar modal.

Bagian Kedua
Larangan

Pasal 18
(1) WPEE dan WPPE dilarang bekerja rangkap pada:
a. lebih dari 1 (satu) Perusahaan Efek; atau
b. lembaga jasa keuangan lainnya dalam hal telah
bekerja pada Perusahaan Efek.
(2) Larangan bekerja rangkap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku bagi WPEE dan WPPE yang
berkedudukan sebagai anggota direksi dari PEE
dan/atau PPE untuk merangkap jabatan sebagai
komisaris bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
- 16 -

BAB VI
ASOSIASI

Pasal 19
(1) Asosiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c
mempunyai tugas meliputi:
a. menyusun kode etik anggota;
b. melaksanakan pendidikan berkelanjutan bagi
pemegang Izin WPEE dan/atau Izin WPPE; dan
c. melaksanakan pendidikan dan/atau pelatihan
lainnya.
(2) Pelaksanaan kegiatan asosiasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai asosiasi yang mewadahi
WPEE dan/atau WPPE diatur dengan Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan.

BAB VII
PELAPORAN

Pasal 20
(1) Orang perseorangan yang memiliki Izin WPEE atau Izin
WPPE wajib menyampaikan laporan mulai bekerja,
berhenti bekerja, atau pindah bekerja pada Perusahaan
Efek atau lembaga jasa keuangan lainnya, paling lambat
14 (empat belas) hari terhitung sejak yang bersangkutan
mulai bekerja, berhenti bekerja, atau pindah bekerja.
(2) Dalam hal batas waktu penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari
libur, laporan mulai bekerja, berhenti bekerja, atau
pindah bekerja disampaikan paling lambat pada 1 (satu)
hari kerja berikutnya.

Pasal 21
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara
elektronik.
- 17 -

BAB VIII
PENGEMBALIAN IZIN WPEE DAN IZIN WPPE

Pasal 22
(1) Pemegang Izin WPEE atau Izin WPPE dapat
mengembalikan Izin WPEE atau Izin WPPE yang
dimilikinya kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan
menggunakan surat pengembalian Izin WPEE dan/atau
Izin WPPE sesuai dengan format tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Pengembalian Izin WPEE atau Izin WPPE sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak serta merta menghilangkan
kewajiban dan tanggung jawabnya atas peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan/atau
keputusan Otoritas Jasa Keuangan yang belum dipenuhi
yang timbul pada saat orang perseorangan tersebut
memegang Izin WPEE atau Izin WPPE.

BAB IX
KETENTUAN LAIN

Pasal 23
Pengaturan mengenai tata cara permohonan Izin WPEE dan
Izin WPPE, masa berlaku dan perpanjangan Izin WPEE dan
Izin WPPE, kewajiban dan larangan, asosiasi, pelaporan, serta
pengembalian Izin WPEE dan Izin WPPE, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku secara
mutatis mutandis bagi wakil perantara pedagang efek
pemasaran dan wakil perantara pedagang efek pemasaran
terbatas.

Pasal 24
Orang perseorangan yang mengajukan permohonan Izin
WPEE atau Izin WPPE, permohonan perpanjangan Izin WPEE
atau Izin WPPE, dan pelaksanaan kewajiban pelaporan
sebagai pemegang Izin WPEE atau Izin WPPE wajib
- 18 -

menyimpan tanda bukti penerimaan penyampaian


permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE, permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE, dan pelaksanaan
kewajiban pelaporan sebagai pemegang Izin WPEE atau Izin
WPPE.

Pasal 25
Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang mengakibatkan
sistem perizinan Otoritas Jasa Keuangan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, permohonan Izin WPEE atau
Izin WPPE atau permohonan perpanjangan Izin WPEE atau
Izin WPPE harus diajukan dalam bentuk dokumen cetak
kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 26
Petunjuk operasional terkait penyampaian permohonan Izin
WPEE dan Izin WPPE, perpanjangan Izin WPEE dan Izin
WPPE, dan pelaporan WPEE dan WPPE dapat diunduh
melalui situs web Otoritas Jasa Keuangan.

BAB X
KETENTUAN SANKSI

Pasal 27
(1) Setiap pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 19, dan Pasal 20 ayat (1), dikenakan sanksi
administratif.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
juga kepada pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dijatuhkan oleh Otoritas jasa Keuangan.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu;
- 19 -

c. pembatasan kegiatan usaha;


d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan/atau
g. pembatalan pendaftaran.
(5) Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau
huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a.
(7) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b dapat dikenakan secara
tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c, huruf d,
huruf e, huruf f, atau huruf g.

Pasal 28
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (4), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

Pasal 29
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (4), serta tindakan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 kepada masyarakat.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30
Permohonan dan perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE,
serta penyampaian laporan WPEE dan WPPE harus
disampaikan secara elektronik melalui sistem perizinan
- 20 -

Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 2 (dua) tahun sejak


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku.

Pasal 31
(1) Ketentuan mengenai tata cara permohonan Izin WPEE
dan Izin WPPE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 7, dan Pasal 8, ketentuan mengenai perpanjangan
Izin WPEE dan Izin WPPE sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13, dan ketentuan
mengenai pelaporan WPEE dan WPPE sebagaimana
dimaksud Pasal 20 dalam bentuk elektronik berlaku
secara mutatis mutandis dalam bentuk dokumen cetak
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30.
(2) Penyampaian permohonan Izin WPEE dan Izin WPPE,
perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE, dan pelaporan
WPEE dan WPPE dalam bentuk dokumen cetak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara diserahkan atau dikirimkan langsung ke alamat
korespondensi kantor pusat Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 32
(1) Ketentuan mengenai sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c angka 1 mulai
berlaku sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai Lembaga Sertifikasi
Profesi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Sertifikat keahlian sebagai WPEE dan WPPE yang
diterbitkan oleh Panitia Standar Profesi dan Lembaga
Pendidikan Khusus di Bidang Pasar Modal tetap berlaku
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai pendaftaran Lembaga Sertifikasi
Profesi di bidang pasar modal.

Pasal 33
(1) Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE yang
dikeluarkan atau diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun
- 21 -

sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


ini dinyatakan otomatis menyesuaikan menjadi 3 (tiga)
tahun sesuai dengan tanggal dan bulan lahir pemegang
izin.
(2) Masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. bagi pemegang Izin WPEE dan Izin WPPE yang
tanggal dan bulan kelahirannya sebelum tanggal dan
bulan masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
berakhir, masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
habis tepat di tanggal dan bulan kelahiran pemegang
Izin WPEE dan Izin WPPE di tahun berikutnya; dan
b. bagi pemegang Izin WPEE dan Izin WPPE yang
tanggal dan bulan kelahirannya setelah tanggal dan
bulan masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
berakhir, masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
habis tepat di tanggal dan bulan kelahiran pemegang
Izin WPEE dan Izin WPPE di tahun tersebut.

Pasal 34
(1) Permohonan Izin WPEE dan Izin WPPE yang telah
diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum
berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini,
diselesaikan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang Perizinan
Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek.
(2) Permohonan perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE
yang telah diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan:
a. sebelum masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE
berakhir;
b. sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini; dan
c. belum dikeluarkan persetujuan perpanjangan Izin
WPEE dan Izin WPPE,
masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE secara otomatis
menyesuaikan manjadi 3 (tiga) tahun sebagaimana
- 22 -

dimaksud Pasal 33 dan tidak dikeluarkan keputusan


perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, ketentuan Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 22/POJK.04/2016 tentang Segmentasi
Perizinan Wakil Perantara Pedagang Efek (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5875), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 36
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang
Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 362, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5636) dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini.

Pasal 37
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
27/POJK.04/2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi
Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 362, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5636), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 38
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
- 23 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2018

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIMBOH SANTOSO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 November 2018

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 200

Salinan ini sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Yuliana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 /POJK.04/2018
TENTANG
PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK

I. UMUM
Dalam rangka meningkatkan efisiensi, baik dari aspek permohonan
Izin WPEE dan Izin WPPE, perpanjangan Izin WPEE dan Izin WPPE, dan
pelaporan WPEE dan WPPE dan mengoptimalkan pengawasan atas WPEE
dan WPPE, Otoritas Jasa Keuangan berupaya untuk mendorong
penggunaan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
berkembang dewasa ini.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan juga mempunyai inisiatif untuk
memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam perpanjangan Izin WPEE
dan Izin WPPE antara lain melalui pengaturan kembali ketentuan
mengenai masa berlaku izin yang semula hanya berlaku selama 2 (dua)
tahun menjadi berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Selanjutnya untuk memberikan landasan hukum serta
meningkatkan upaya efisiensi perizinan dan optimalisasi pengawasan atas
WPEE dan WPPE dimaksud, perlu dilakukan perubahan terhadap
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang
Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek
melalui penetapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
-2-

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Ayat (1)
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan penjaminan emisi
Efek adalah Perusahaan Efek yang memiliki izin usaha
Perusahaan Efek untuk melakukan kegiatan usaha sebagai PEE.
Ayat (2)
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan keperantaraan
perdagangan Efek adalah Perusahaan Efek yang memiliki izin
usaha Perusahaan Efek untuk melakukan kegiatan usaha
sebagai PPE.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Terkait bagian fungsi pemasaran Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan keperantaraan perdagangan efek,
kewajiban memiliki Izin WPPE diperuntukkan bagi pejabat
yang membawahkan fungsi pemasaran. Bagi pegawai yang
melakukan kegiatan pemasaran dapat memiliki izin wakil
perantara pedagang efek pemasaran atau izin wakil
perantara pedagang efek pemasaran terbatas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
-3-

Ayat (3)
Pengecualian kewajiban memiliki Izin WPEE atau Izin WPPE
antara lain adalah pihak yang bekerja pada Perusahaan Efek
untuk pelaksanaan tugas sebagai pengelola statuter dimana
dalam kondisi tertentu dan mendesak, ada kemungkinan pihak
yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengelola
statuter tidak memiliki izin.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 4
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
Angka 2
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Permohonan untuk memperoleh Izin WPEE atau Izin WPPE
kepada Otoritas Jasa Keuangan mengacu pada petunjuk teknis
permohonan Izin WPEE dan Izin WPPE dalam sistem elektronik
-4-

tersebut dan/atau sesuai dengan format surat permohonan Izin


WPEE atau Izin WPPE tercantum dalam Lampiran.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Apabila sistem elektronik permohonan Izin WPEE dan Izin
WPPE telah tersedia, format penulisan dan/atau pengisian
data terkait surat pernyataan pemohon Izin WPEE dan Izin
WPPE mengacu pada petunjuk teknis pengisian surat
pernyataan dalam sistem elektronik tersebut.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Tindak pidana di bidang jasa keuangan antara lain
tindak pidana di bidang perbankan, pasar modal,
industri keuangan non bank, atau perpajakan.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
-5-

Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “biaya perizinan WPEE atau WPPE”
adalah biaya perizinan WPEE atau WPPE sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 7
Huruf a
Dalam melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen yang
disampaikan oleh pemohon, Otoritas Jasa Keuangan dapat
antara lain meminta pemohon untuk menunjukkan dokumen
asli dari fotokopi dokumen yang disertakan untuk memenuhi
persyaratan permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE.
Huruf b
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Permohonan belum memenuhi persyaratan antara lain
dokumen yang disampaikan kurang dan/atau informasi
yang disampaikan tidak lengkap.
Huruf b
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dapat berupa
surat dalam format cetak dan/atau elektronik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
-6-

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Masa berlaku Izin WPEE dan Izin WPPE selama 3 (tiga) tahun
dihitung sejak tanggal dan bulan diterbitkannya Izin WPEE dan
Izin WPPE dan berakhir pada tahun ke-3 (ketiga) sesuai dengan
tanggal dan bulan lahir pemegang Izin WPEE dan Izin WPPE.
Sebagai contoh:
1. Tanggal lahir pemohon izin sebelum tanggal dan bulan
terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Apabila Izin WPEE
atau WPPE A diterbitkan pada tanggal 11 Desember 2018,
maka Izin WPEE atau WPPE tersebut mulai berlaku sejak
11 Desember 2018 dan berakhir pada tanggal 10 Oktober
2022.

2018 2019 2020 2021 2022

10 Agu 10 Okt 11 Des 10 Okt 10 Okt 10 Okt 10 Okt

POJK Tgl Tgl Masa


berlaku
Terbit Lahir SK
izin
berakhir

2. Tanggal lahir pemohon izin sesudah tanggal dan bulan


terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Apabila Izin WPEE
atau WPPE A diterbitkan pada tanggal 1 September 2018,
maka Izin WPEE atau WPPE tersebut mulai berlaku sejak
1 September 2018 dan berakhir pada tanggal 10 Oktober
2021.
-7-

2018 2019 2020 2021

10 Agu 1 Sep 10 Okt 10 Okt 10 Okt 10 Okt


Masa
POJK Tgl Tgl
berlaku
Terbit SK Lahir izin
berakhir

3. Tanggal lahir pemohon izin sama dengan tanggal dan bulan


terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Apabila Izin WPEE
atau WPPE A diterbitkan pada tanggal 10 Oktober 2018,
maka Izin WPEE atau WPPE tersebut mulai berlaku sejak
10 Oktober 2018 dan berakhir pada tanggal 10 Oktober
2021.

2018 2019 2020 2021

10 Agu 10 Okt 10 Okt 10 Okt 10 Okt


Tgl Lahir Masa
POJK berlaku
dan
Terbit izin
Tgl SK
berakhir

Ayat (2)
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Apabila Izin WPEE atau
Izin WPPE A diterbitkan pada tanggal 11 Desember 2018, maka
Izin WPEE atau Izin WPPE tersebut mulai berlaku sejak
11 Desember 2018 dan berakhir pada tanggal 10 Oktober 2022.

2018 2019 2020 2021 2022

10 Agu 10 Okt 11 Des 10 Okt 10 Okt 10 Okt 10 Okt


Masa
POJK Tgl Tgl berlaku
Terbit Lahir SK izin
berakhir

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
-8-

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Memperhatikan bahwa Izin WPEE dan Izin WPPE mempunyai
batasan masa berlaku, maka perpanjangan hanya dapat
dimohonkan sebelum masa berlakunya berakhir. Jika pemegang
Izin WPEE atau Izin WPPE tidak mengajukan permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE pada masa berlaku Izin
WPEE atau Izin WPPE tersebut maka pemegang Izin WPEE atau
Izin WPPE dianggap tidak bermaksud untuk memperpanjang
Izin WPEE atau Izin WPPE-nya. Dalam hal pemegang izin
bermaksud tetap memiliki Izin WPEE atau Izin WPPE setelah
masa berlakunya berakhir dan tidak melakukan permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE, pemohon harus
mengajukan permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE
sebagaimana Izin WPEE atau Izin WPPE baru.

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam hal Permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan, Izin WPEE dan Izin WPPE dapat dimohonkan
kembali dengan mengikuti tata cara permohonan Izin WPEE dan
Izin WPPE yang telah diatur dalam ketentuan ini.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 13
Dalam hal masa berlaku Izin WPEE atau Izin WPPE telah berakhir
namun permohonan perpanjangan telah disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan sebelum masa berlaku Izin WPEE atau Izin
WPPE berakhir, Izin WPEE atau Izin WPPE tetap berlaku paling lama
15 (lima belas) hari kerja.
-9-

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pengakuan dari Otoritas Jasa
Keuangan” meliputi:
a. persetujuan Otoritas Jasa Keuangan kepada asosiasi atau
pihak lain yang mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan di bidang
pasar modal; dan/atau

b. penunjukan Otoritas Jasa Keuangan kepada asosiasi atau


pihak lain untuk menyelenggarakan pendidikan
berkelanjutan di bidang pasar modal.

Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “lembaga jasa keuangan” adalah
lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan,
pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.
- 10 -

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Yang dimaksud “keadaan tertentu” yaitu peristiwa dan/atau keadaan
yang terjadi di luar kehendak dan/atau kemampuan sistem
elektronik dan/atau pemohon yang mengakibatkan proses
permohonan Izin WPEE atau Izin WPPE atau permohonan
perpanjangan Izin WPEE atau Izin WPPE melalui sistem elektronik
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Yang dimaksud dengan “diajukan dalam bentuk dokumen cetak”
yaitu menyampaikan permohonan izin WPEE atau Izin WPPE atau
permohonan perpanjangan izin WPEE atau Izin WPPE dengan cara
antara lain:
1. diserahkan langsung ke kantor Otoritas Jasa Keuangan; atau
2. dikirim melalui jasa pengiriman ke kantor Otoritas Jasa
Keuangan.
Tanda bukti penyampaian berupa surat tanda terima dari Otoritas
Jasa Keuangan.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.
- 11 -

Pasal 28
Yang dimaksud dengan “tindakan tertentu” antara lain berupa
penundaan pemberian perpanjangan Izin WPEE atau WPPE.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Sebagai contoh:
1. Tanggal lahir pemohon izin sebelum tanggal dan bulan
terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Oktober 1990. Izin WPEE atau
WPPE A yang dikeluarkan pada tanggal 9 Desember 2016
berlaku hingga 10 Oktober 2020.

2016 2017 2018 2019 2020

10 Okt 9 Des 9 Des 10 Agu 9 Des 10 Okt 9 Des 10 Okt


Tgl Tgl POJK yang baru Masa berlaku Masa
Lahir SK terbit izin seharusnya berlaku
berakhir, namun izin
diperpanjang berakhir

2. Tanggal lahir pemohon izin sesudah tanggal dan bulan


terbitnya Izin WPEE dan WPPE
A lahir pada tanggal 10 Desember 1990. Izin WPEE atau
WPPE A yang dikeluarkan pada tanggal 9 Oktober 2016
berlaku hingga 10 Desember 2019.
- 12 -

2016 2017 2018 2019

9 Okt 10 Des 9 Okt 10 Agu 9 Okt 10 Des


POJK yang baru Masa berlaku Masa
Tgl Tgl berlaku
terbit izin seharusnya
SK Lahir berakhir, namun izin
diperpanjang berakhir

3. Masa berlaku Izin WPEE dan WPPE yang semula 2 (dua)


tahun menjadi 3 (tiga) tahun (asumsi tanggal lahir dan
tanggal SK sama)
A lahir pada tanggal 9 Desember 1990. Izin WPEE atau
WPPE A yang dikeluarkan pada tanggal 9 Desember 2016
berlaku hingga 9 Desember 2019.

2016 2017 2018 2019

9 Des 9 Des 10 Agu 9 Des 9 Des


Tgl Lahir dan POJK yang baru Masa berlaku Masa
terbit izin seharusnya berlaku
Tgl SK
berakhir, namun izin
diperpanjang berakhir

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.
- 13 -

Pasal 38
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6260


-2-

OTORITAS JASA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 22 /POJK.04/2016
TENTANG
SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan industri terhadap


Wakil Perantara Pedagang Efek untuk satu atau lebih fungsi
pada Perusahaan Efek yang melaksanakan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek khususnya pada fungsi
pemasaran, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tentang Segmentasi Perizinan Wakil Perantara
Pedagang Efek;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3608);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5253);
-2-

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor


27/POJK.04/2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin
Emisi Efek Dan Wakil Perantara Pedagang Efek
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 362, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 5636);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG
EFEK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Wakil Perantara Pedagang Efek adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek.
2. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran.
3. Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
adalah orang perseorangan yang bertindak mewakili
kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.
4. Izin orang perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek, yang selanjutnya disebut Izin Wakil
Perantara Pedagang Efek adalah izin yang diberikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan kepada orang perseorangan
untuk bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
-3-

yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara


Pedagang Efek.
5. Izin orang perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran, yang selanjutnya disebut Izin
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran adalah izin
yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada
orang perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, yang khusus
melakukan fungsi pemasaran.
6. Izin orang perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas, yang selanjutnya
disebut Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
Terbatas adalah izin yang diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan kepada orang perseorangan yang bertindak
mewakili kepentingan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek, yang
khusus melakukan fungsi pemasaran secara terbatas.

BAB II
SEGMENTASI IZIN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
BERDASARKAN FUNGSI PERUSAHAAN EFEK

Pasal 2
Otoritas Jasa Keuangan dapat memberikan izin Wakil
Perantara Pedagang Efek khusus untuk 1 (satu) atau lebih
segmentasi fungsi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.

Pasal 3
Segmentasi izin Wakil Perantara Pedagang Efek khusus untuk
fungsi pemasaran dilakukan berdasarkan persyaratan dan
prosedur yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.
-4-

Pasal 4
Segmentasi izin Wakil Perantara Pedagang Efek khusus untuk
fungsi pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
terdiri dari:
a. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran; dan
b. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas.

Pasal 5
Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Izin Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 tidak dapat digunakan sebagai
pemenuhan persyaratan kompetensi direktur Perusahaan
Efek sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tentang Perizinan Perusahan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek.

BAB III
RUANG LINGKUP IZIN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
PEMASARAN DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK
PEMASARAN TERBATAS

Pasal 6
(1) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas hanya
dapat bertindak mewakili Perusahaan Efek dalam
melaksanakan fungsi pemasaran jika yang bersangkutan
bekerja pada Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.
(2) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mewakili Perusahaan Efek untuk:
a. melakukan penawaran kepada calon investor atau
masyarakat untuk menjadi nasabah Perusahaan
Efek;
b. menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah;
c. membuat kontrak pembukaan rekening Efek reguler
dengan nasabah;
-5-

d. membuat kontrak pembukaan rekening Efek


pembiayaan dengan nasabah untuk nasabah yang
menerima fasilitas pembiayaan;
e. membuat kontrak pembukaan rekening Efek lainnya
dengan nasabah;
f. menerima pesanan dan/atau instruksi untuk
kepentingan nasabah; dan
g. melakukan komunikasi dengan nasabah termasuk
memberitahukan kepada nasabah setelah
mendapatkan pemberitahuan dari fungsi teknologi
informasi dalam hal sistem komunikasi daring
mengalami kelambatan atau tidak berfungsi.
(3) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mewakili
Perusahaan Efek untuk:
a. melakukan penawaran kepada calon investor atau
masyarakat untuk menjadi Nasabah Perusahaan
Efek;
b. menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah;
c. membuat kontrak pembukaan rekening Efek reguler
dengan nasabah;
d. membuat kontrak pembukaan rekening Efek
pembiayaan dengan nasabah untuk nasabah yang
menerima fasilitas pembiayaan; dan
e. membuat kontrak pembukaan rekening Efek lainnya
dengan nasabah.

Pasal 7
(1) Orang perseorangan yang memiliki Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran dan orang perseorangan yang
memiliki Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
Terbatas yang tidak bekerja pada Perusahaan Efek dapat
bekerja pada Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
atau bertindak sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Agen
Perantara Pedagang Efek.
-6-

(2) Kewenangan orang perseorangan yang memiliki Izin


Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan orang
perseorangan yang memiliki Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terbatas
pada kewenangan yang dimiliki oleh Agen Perantara
Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Agen Perantara
Pedagang Efek.

Pasal 8
(1) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran hanya dapat
menjadi penanggung jawab atas fungsi pemasaran
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek di lokasi lain selain
kantor pusat.
(2) Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
dilarang menjadi penanggung jawab atas fungsi
pemasaran Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Perantara Pedagang Efek.

BAB IV
PERIZINAN DAN PERSYARATAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK PEMASARAN DAN WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK PEMASARAN TERBATAS

Pasal 9
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan integritas yang meliputi:
1. memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. cakap melakukan perbuatan hukum;
3. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di
bidang jasa keuangan;
4. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin,
pembatalan persetujuan, dan/atau pembatalan
-7-

pendaftaran oleh Otoritas Jasa Keuangan selama 3


(tiga) tahun terakhir; dan
5. memiliki komitmen yang tinggi untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan;
b. Persyaratan kompetensi yang meliputi:
1. berpendidikan paling rendah pendidikan menengah;
2. memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di
bidang Pasar Modal, dibuktikan dengan memiliki
sertifikat keahlian:
a) sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek atau Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran, bagi Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran; dan
b) sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek, Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran atau Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas, bagi Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas,
yang diakui Otoritas Jasa Keuangan dan diterbitkan
oleh lembaga pendidikan khusus di bidang Pasar
Modal berdasarkan rekomendasi dari Komite Standar
Keahlian;
c. bekerja pada lembaga jasa keuangan di Indonesia, bagi
warga negara asing; dan
d. tidak bekerja pada lebih dari 1 (satu) Perusahaan Efek,
Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan, dan/atau
lembaga jasa keuangan lainnya.

Pasal 10
Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b angka 2 dapat digunakan untuk pengajuan
permohonan Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
dan Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sepanjang berumur tidak lebih dari 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal diterbitkan sampai dengan saat pengajuan izin.

Pasal 11
Pengaturan mengenai tata cara permohonan izin, masa
berlaku dan perpanjangan izin, kewajiban dan larangan,
-8-

Komite Standar Keahlian dan asosiasi, pelaporan, serta


pengembalian izin, bagi Wakil Perantara Pedagang Efek
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang Perizinan Wakil
Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek
berlaku bagi Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas,
sepanjang tidak diatur lain dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.
BAB V
KETENTUAN SANKSI

Pasal 12
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang
Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak
yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini termasuk pihak yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut, berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf
g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
-9-

Pasal 13
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

Pasal 14
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 kepada masyarakat.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
- 10 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 April 2016

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 75

Salinan sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Yuliana
-1-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 22 /POJK.04/2016
TENTANG
SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

I. UMUM
Dalam rangka mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Berkenaan
dengan fungsinya dalam pengaturan dan pengawasan, Otoritas Jasa
Keuangan selalu mengikuti perkembangan kecenderungan Pasar Modal
dunia dalam era globalisasi yang perkembangannya kian menjadi tanpa
batas. Salah satu pengaturan yang menjadi perhatian Otoritas Jasa
Keuangan yaitu terkait peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia di bidang Pasar Modal yang perlu untuk ditingkatkan, terutama
Wakil Perantara Pedagang Efek yang menjadi ujung tombak pemasaran
Perusahaan Efek.
Menyadari pentingnya peranan Wakil Perantara Pedagang Efek,
Otoritas Jasa Keuangan telah menyempurnakan pengaturan terkait Wakil
Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek dengan
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/
2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara
Pedagang Efek sebagai langkah awal peningkatan kualitas pemegang Izin
Wakil Perantara Pedagang Efek.
-2-

Kurangnya kuantitas sumber daya manusia yang memiliki izin


sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek, khususnya untuk menjalankan
fungsi pemasaran menjadi salah satu kendala yang dihadapi Perusahaan
Efek dalam mengembangkan usahanya, yang mengakibatkan kegiatan
Perusahaan Efek di berbagai lokasi dan keagenan tidak berjalan dengan
baik. Luasnya cakupan wilayah (aspek geografis) yang harus dijangkau
oleh Perusahaan Efek juga menjadi penghalang dalam langkah
pendalaman pasar khususnya untuk memperluas basis investor Pasar
Modal. Oleh karena itu, pengembangan Wakil Perantara Pedagang Efek
tidak boleh berhenti pada peningkatan kualitas saja, melainkan juga
peningkatan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan industri Pasar Modal
melalui skema segmentasi perizinan Wakil Perantara Pedagang Efek yang
khusus melaksanakan fungsi pemasaran.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Ketentuan ini merupakan konsekuensi logis mengingat bahwa Izin
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran dan Izin Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas tidak setara dengan Izin Wakil
Perantara Pedagang Efek.

Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
-3-

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Pada praktiknya sistem komunikasi daring biasa disebut
sebagai on line.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
-4-

Angka 2
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5875


-1-

OTORITAS JASA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 24 /POJK.04/2016
TENTANG
AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan jumlah investor Pasar


Modal Indonesia dan memanfaatkan potensi Pasar Modal
Indonesia serta mengoptimalkan fungsi pemasaran dari
Perantara Pedagang Efek, perlu menetapkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Agen Perantara Pedagang
Efek;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3608);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG AGEN


PERANTARA PEDAGANG EFEK.
-2-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
1. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan
kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri
atau Pihak lain.
2. Agen Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang
mereferensikan calon nasabah kepada Perantara Pedagang
Efek untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek
dengan mendapat komisi berdasarkan kontrak kerja sama.
3. Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
adalah Izin Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan tentang Segmentasi Perizinan Wakil
Perantara Pedagang Efek.
4. Pelaku Usaha Jasa Keuangan adalah Pelaku Usaha Jasa
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan.
5. Gerai adalah sarana kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek yang tidak bersifat permanen, dengan jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan pada 1 (satu) tempat yang sama.

BAB II
RUANG LINGKUP DAN PERSYARATAN AGEN PERANTARA
PEDAGANG EFEK

Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Agen Perantara Pedagang Efek

Pasal 2
Agen Perantara Pedagang Efek terdiri atas Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan dan Agen Perantara Pedagang
Efek orang perseorangan.
-3-

Pasal 3
(1) Pihak yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek kelembagaan wajib terlebih dahulu terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.
(2) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh
Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang merupakan badan
hukum.

Pasal 4
(1) Kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang
perseorangan dilakukan oleh orang perseorangan yang
memiliki izin sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran, dan/atau Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas.
(2) Orang perseorangan yang memiliki izin sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan
kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang
perseorangan tanpa perlu terlebih dahulu mengajukan
permohonan pendaftaran kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Orang perseorangan yang memiliki izin sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan
kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek orang
perseorangan, apabila tidak bekerja pada Perusahaan
Efek dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
-4-

Pasal 5
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 hanya dapat melakukan
kegiatan penawaran kepada calon nasabah untuk
menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek dan kegiatan
lain yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dapat melakukan kegiatan
penawaran kepada calon nasabah untuk menjadi
nasabah Perantara Pedagang Efek di kantor pusat,
kantor lain selain kantor pusat, lokasi lain dan/atau
Gerai.
(3) Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya dapat
melakukan kegiatan penawaran kepada calon nasabah
untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek.

Pasal 6
Pegawai Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek wajib
memiliki izin orang perseorangan dari Otoritas Jasa Keuangan
paling rendah izin sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas.

Bagian Kedua
Persyaratan Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan

Pasal 7
Dalam rangka memperoleh Surat Tanda Terdaftar sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan, Pelaku Usaha
Jasa Keuangan wajib:
a. memiliki pegawai yang melakukan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek di setiap kantor pusat, kantor
lain selain kantor pusat, lokasi lain dan/atau Gerai Agen
Perantara Pedagang Efek yang melakukan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek;
-5-

b. memiliki pejabat penanggung jawab kegiatan Agen


Perantara Pedagang Efek untuk setiap kantor pusat,
kantor lain selain kantor pusat, lokasi lain dan/atau
Gerai Agen Perantara Pedagang Efek yang melakukan
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek; dan
c. memiliki sistem pengendalian internal yang memadai.

Pasal 8
Pegawai yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek dan/atau pejabat penanggung jawab sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dan huruf b, wajib:
a. memiliki izin orang perseorangan dari Otoritas Jasa
Keuangan paling rendah izin sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek Pemasaran Terbatas; dan
b. mendapat penugasan khusus secara tertulis dari Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan untuk bertindak
sebagai pegawai yang melakukan Agen Perantara
Pedagang Efek dan/atau pejabat penanggung jawab
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek.

Pasal 9
Sistem pengendalian internal yang memadai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c wajib dituangkan secara
tertulis dengan ketentuan paling sedikit memuat:
a. pemberian wewenang dan tanggung jawab yang dapat
menghindari timbulnya benturan kepentingan;
b. prosedur operasi standar pelaksanaan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek; dan
c. upaya dan tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
penyimpangan yang terjadi.
-6-

BAB III
TATA CARA PENDAFTARAN DAN DOKUMEN ELEKTRONIK
SERTA BATAS WAKTU

Bagian Kesatu
Pendaftaran Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan

Pasal 10
(1) Permohonan pendaftaran sebagai Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan diajukan oleh pemohon
dalam bentuk dokumen cetak kepada Otoritas Jasa
Keuangan sesuai dengan format surat permohonan
pendaftaran sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
kelembagaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Permohonan pendaftaran sebagai Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib disertai kelengkapan dokumen
sebagai berikut:
a. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh
instansi yang berwenang dan perubahan anggaran
dasar terakhir;
b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Badan;
c. fotokopi izin usaha;
d. data kantor pusat yang memuat alamat kantor dan
penanggungjawabnya serta daftar pegawai yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek;
e. dokumen yang terkait dengan nama, data, dan
informasi pejabat penanggung jawab Agen Perantara
Pedagang Efek, meliputi:
1. daftar riwayat hidup terbaru yang telah
ditandatangani;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor
yang masih berlaku;
-7-

3. fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja


Asing bagi warga negara asing;
4. fotokopi surat keputusan Direksi terkait
pengangkatan atau penempatan sebagai pejabat
penanggung jawab kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek di kantor pusat; dan
5. fotokopi izin orang perseorangan dari Otoritas
Jasa Keuangan paling rendah berupa izin
sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas atas nama yang
bersangkutan;
f. dokumen pegawai yang melakukan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek yang meliputi:
1. daftar riwayat hidup terbaru yang telah
ditandatangani;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor
yang masih berlaku;
3. fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing bagi warga negara asing;
4. fotokopi surat keputusan Direksi terkait
pengangkatan atau penempatan pegawai yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek di kantor pusat; dan
5. fotokopi izin orang perseorangan dari Otoritas
Jasa Keuangan paling rendah berupa izin
sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas atas nama yang
bersangkutan;
g. diagram struktur organisasi yang menunjukkan
garis pertanggungjawaban dari masing-masing
fungsi kepada penanggung jawab atau anggota
Direksi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
beserta uraian tugasnya;
h. prosedur operasi standar pelaksanaan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek; dan
-8-

i. proyeksi rencana operasi kegiatan Agen Perantara


Pedagang Efek paling singkat 1 (satu) tahun ke
depan yang paling sedikit mencakup informasi
sebagai berikut:
1. target jenis calon nasabah (pangsa pasar); dan
2. target jumlah calon nasabah.

Pasal 11
Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta tambahan data
dan/atau informasi untuk melengkapi permohonan
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

Bagian Kedua
Dokumen Elektronik, Proses Pendaftaran, dan Batas Waktu

Pasal 12
(1) Dokumen permohonan pendaftaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 wajib pula disiapkan dalam
format digital dan disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan dengan menggunakan media digital cakram
padat atau lainnya, atau surat elektronik dengan alamat
pendaftaranappe@ojk.go.id.
(2) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan
sistem elektronik, permohonan pendaftaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dapat disampaikan melalui
sistem elektronik dimaksud.
(3) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyampaikan
permohonan pendaftaran melalui sistem elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pelaku Usaha Jasa
Keuangan wajib menyimpan dokumen cetak permohonan
pendaftaran sebagaimana yang telah disampaikan
melalui sistem elektronik.
(4) Otoritas Jasa Keuangan sewaktu-waktu dapat meminta
dokumen cetak permohonan pendaftaran kepada Pelaku
Usaha Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) apabila diperlukan.
-9-

Pasal 13
(1) Dalam memproses permohonan pendaftaran sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10, Otoritas Jasa Keuangan melakukan
penelitian atas kelengkapan dokumen permohonan.
(2) Dalam hal permohonan pendaftaran sebagai Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 tidak memenuhi syarat, paling lambat 45
(empat puluh lima) hari sejak diterimanya permohonan,
Otoritas Jasa Keuangan memberikan surat
pemberitahuan kepada pemohon yang menyatakan
bahwa:
a. permohonan belum memenuhi persyaratan
kelengkapan dokumen; atau
b. permohonan ditolak karena tidak memenuhi
persyaratan.
(3) Pemohon wajib melengkapi kekurangan dokumen yang
dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a paling lambat 45 (empat puluh lima) hari
setelah tanggal surat pemberitahuan.
(4) Pemohon yang tidak melengkapi kekurangan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dianggap telah
membatalkan permohonan pendaftaran sebagai Agen
Perantara Pedagang Efek.
(5) Otoritas Jasa Keuangan memberikan Surat Tanda
Terdaftar sebagai Agen Perantara Pedagang Efek kepada
pemohon yang mengajukan permohonan pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 paling lambat
45 (empat puluh lima) hari sejak permohonan diterima
secara lengkap dan memenuhi syarat.

Pasal 14
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan wajib
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak:
a. memperoleh Surat Tanda Terdaftar dari Otoritas
Jasa Keuangan; atau
- 10 -

b. berakhirnya kontrak kerja sama kegiatan Agen


Perantara Pedagang Efek.
(2) Dalam hal Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
tidak melaksanakan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek dalam waktu 6 (enam) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Surat Tanda Terdaftar Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan menjadi tidak
berlaku.

BAB IV
KONTRAK KERJA SAMA

Pasal 15
Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek wajib didasarkan
pada kontrak kerja sama antara Perantara Pedagang Efek
dengan Agen Perantara Pedagang Efek.

Pasal 16
Kontrak kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
paling sedikit memuat hal sebagai berikut:
a. identitas pihak yang terlibat dalam kontrak;
b. hak dan kewajiban para pihak;
c. komisi yang diterima Agen Perantara Pedagang Efek dan
biaya yang menjadi beban Agen Perantara Pedagang
Efek;
d. jangka waktu kontrak;
e. penunjukan lembaga peradilan atau lembaga lainnya
sebagai lembaga untuk menyelesaikan perselisihan dan
sengketa perdata antar para Pihak; dan
f. ketentuan pengakhiran kontrak.

Pasal 17
Dalam melakukan kerja sama dengan Agen Perantara
Pedagang Efek, Perantara Pedagang Efek wajib:
a. memiliki kontrak kerja sama secara tertulis dengan
Agen Perantara Pedagang Efek;
b. bertanggung jawab atas perjanjian kerja sama antara
- 11 -

Perantara Pedagang Efek dan Agen Perantara Pedagang


Efek;
c. bertanggung jawab atas perilaku Agen Perantara
Pedagang Efek orang perseorangan;
d. meneliti pemenuhan persyaratan yang ditentukan dan
proses uji tuntas terhadap calon Agen Perantara
Pedagang Efek;
e. memastikan Agen Perantara Pedagang Efek
kelembagaan memiliki pejabat yang bertanggung jawab
atas kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek;
f. bertanggung jawab atas perbuatan dan tindakan Agen
Perantara Pedagang Efek yang termasuk dalam cakupan
layanan Agen Perantara Pedagang Efek sesuai dengan
yang dicantumkan dalam perjanjian kerja sama; dan
g. memantau dan mengawasi kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek secara langsung, baik secara berkala
maupun insidentil.

Pasal 18
(1) Agen Perantara Pedagang Efek wajib menyampaikan
laporan setiap dimulainya dan/atau berakhirnya
kontrak kerja sama dengan Perantara Pedagang Efek
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Laporan dimulainya kontrak kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disertai dengan dokumen
kontrak kerja sama dan dokumen kelayakan uji tuntas
dengan Perantara Pedagang Efek.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
efektif dimulainya kerja sama dan/atau berakhirnya
kerja sama.
- 12 -

BAB V
PEJABAT PENANGGUNG JAWAB DAN PEGAWAI AGEN
PERANTARA PEDAGANG EFEK

Pasal 19
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan wajib
memiliki paling sedikit 1 (satu) orang pejabat
penanggung jawab atas kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan.
(2) Pejabat penanggung jawab kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mempunyai pengalaman dalam
kegiatan pemasaran paling singkat 3 (tiga) tahun.
(3) Pejabat penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki tugas dan fungsi paling sedikit sebagai
berikut:
a. memastikan proses kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan telah berjalan sesuai
dengan:
1. kontrak kerja sama yang dibuat oleh Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan dengan
Perantara Pedagang Efek;
2. prosedur operasi standar Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan; dan
3. kontrak kerja sama yang dibuat oleh Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan dengan
pihak lain dalam rangka melaksanakan
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
Gerai;
b. memastikan dokumen atas proses kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud
pada huruf a telah lengkap; dan
c. memastikan proses kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan telah berjalan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 13 -

(4) Pejabat penanggung jawab Agen Perantara Pedagang


Efek kelembagaan dilarang merangkap bekerja pada
perusahaan lain.

Pasal 20
(1) Pegawai Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek dilarang merangkap bekerja pada perusahaan lain.
(2) Pegawai Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang terdaftar
pada lebih dari 1 (satu) lokasi Agen Perantara Pedagang
Efek kelembagaan.
(3) Perangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku untuk Gerai.

Pasal 21
Dalam hal terjadi kekosongan atas seluruh pegawai yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
dan/atau pejabat penanggung jawab kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dan huruf b, Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan dimaksud tidak dapat
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang sebagai Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan sampai dengan
terdapat pegawai yang melakukan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek dan/atau pejabat penanggung jawab kegiatan
Agen Perantara Pedagang Efek yang memiliki izin paling
rendah sebagai Wakil Agen Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas.
- 14 -

BAB VI
KANTOR LAIN SELAIN KANTOR PUSAT, LOKASI LAIN, DAN
GERAI AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Bagian Kesatu
Kantor Lain Selain Kantor Pusat dan Lokasi Lain Agen
Perantara Pedagang Efek Kelembagaan

Pasal 22
(1) Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi lain wajib
melaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah dimulainya kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek dimaksud.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan sesuai dengan format laporan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek kelembagaan di kantor lain selain
kantor pusat dan/atau lokasi lain sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disertai dokumen sebagai berikut:
a. dokumen pejabat penanggung jawab Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan di kantor lain selain
kantor pusat dan/atau lokasi lain yang meliputi:
1. daftar riwayat hidup terbaru yang telah
ditandatangani;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor
yang masih berlaku;
3. fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing,
bagi warga negara asing;
4. fotokopi surat keputusan Direksi terkait
pengangkatan atau penunjukan sebagai pejabat
penanggung jawab kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek di kantor lain selain kantor pusat
dan/atau lokasi lain; dan
- 15 -

5. fotokopi izin orang perseorangan dari Otoritas


Jasa Keuangan paling rendah berupa izin
sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas atas nama yang
bersangkutan;
b. dokumen pegawai Agen Perantara Pedagang Efek yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi lain
yang meliputi:
1. daftar riwayat hidup terbaru yang telah
ditandatangani;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor
yang masih berlaku;
3. fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing,
bagi warga negara asing;
4. fotokopi surat keputusan Direksi terkait
pengangkatan atau penunjukan sebagai pegawai
Agen Perantara Pedagang Efek yang melakukan
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di kantor
lain selain kantor pusat dan/atau lokasi lain; dan
5. fotokopi izin orang perseorangan dari Otoritas
Jasa Keuangan paling rendah berupa izin
sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
Pemasaran Terbatas atas nama yang
bersangkutan;
c. surat keterangan domisili kantor lain selain kantor
pusat dan/atau lokasi lain dari pengelola gedung atau
instansi berwenang; dan
d. daftar kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi
lain beserta alamat kantor dan penanggungjawabnya
serta daftar pegawai Agen Perantara Pedagang Efek
yang melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang
Efek, sesuai dengan format daftar kantor lain selain
kantor pusat dan/atau lokasi lain Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
- 16 -

terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


ini.

Pasal 23
Dokumen laporan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di
kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3)
wajib pula disiapkan dalam format digital dan disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan menggunakan media
digital cakram padat atau lainnya, atau surat elektronik dengan
alamat pendaftaranappe@ojk.go.id.

Bagian Kedua
Gerai Agen Perantara Pedagang Efek

Pasal 24
(1) Agen Perantara Pedagang Efek dapat membuka Gerai
melalui kerja sama dengan pihak lain.
(2) Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek di Gerai wajib
dilakukan oleh orang perseorangan yang memiliki izin dari
Otoritas Jasa Keuangan paling rendah berupa izin sebagai
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas.

BAB VII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN AGEN PERANTARA PEDAGANG
EFEK

Bagian Kesatu
Kewajiban Agen Perantara Pedagang Efek

Pasal 25
Bagi Agen Perantara Pedagang Efek:
a. kelembagaan wajib:
1. bertanggung jawab atas segala tindakan yang
berkaitan dengan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek yang dilakukan oleh pegawai
dan/atau pihak lain yang bekerja sama dengan
- 17 -

Agen Perantara Pedagang Efek tersebut;


2. mempunyai sistem pengawasan atas kegiatan
para pegawainya yang melakukan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek untuk menjamin
dipatuhinya semua ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal; dan
3. menjalankan tugas sebaik mungkin dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai
dengan kontrak kerja sama; dan
b. orang perseorangan wajib:
1. bertanggung jawab atas segala tindakan yang
berkaitan dengan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek; dan
2. menjalankan tugas sebaik mungkin dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai
dengan kontrak kerja sama dengan Perantara
Pedagang Efek.

Bagian Kedua
Larangan Agen Perantara Pedagang Efek

Pasal 26
Bagi Agen Perantara Pedagang Efek:
a. kelembagaan dilarang:
1. menerima pesanan dari nasabah atau meneruskan
transaksi nasabah;
2. memungut penerimaan dari nasabah dan membagi
komisi dengan nasabah;
3. memberikan penjelasan yang tidak benar dan
ungkapan yang berlebihan terkait investasi di Pasar
Modal;
4. memastikan dan menjanjikan hasil investasi;
5. menyarankan untuk melakukan transaksi;
6. membuat pernyataan yang negatif terhadap Perantara
Pedagang Efek tertentu;
- 18 -

7. memberikan rekomendasi atas Efek tertentu kepada


calon nasabah untuk mendapatkan keuntungan;
8. menjanjikan potongan komisi kepada calon nasabah;
dan
9. bertindak sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
terhadap lebih dari 1 (satu) Perantara Pedagang Efek;
dan
b. orang perseorangan dilarang:
1. menerima pesanan dari nasabah atau meneruskan
transaksi nasabah;
2. memungut penerimaan dari nasabah dan membagi
komisi dengan nasabah;
3. memberikan penjelasan yang tidak benar dan
ungkapan yang berlebihan terkait investasi di Pasar
Modal;
4. memastikan dan menjanjikan hasil investasi;
5. menyarankan untuk melakukan transaksi;
6. membuat pernyataan yang negatif terhadap Perantara
Pedagang Efek tertentu;
7. memberikan rekomendasi atas Efek tertentu kepada
calon nasabah untuk mendapatkan keuntungan;
8. menjanjikan potongan komisi kepada calon nasabah;
9. bertindak sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
terhadap lebih dari 1 (satu) Perantara Pedagang Efek;
dan
10. bekerja pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

BAB VIII
PENYAMPAIAN LAPORAN

Bagian Kesatu
Laporan Bagi Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan

Pasal 27
Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan wajib melaporkan
kepada Otoritas Jasa Keuangan apabila terdapat:
- 19 -

1. perubahan alamat kantor pusat, kantor lain selain kantor


pusat dan/atau lokasi lain;
2. perubahan pejabat penanggung jawab dan pegawai yang
melakukan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek;
dan/atau
3. penutupan kantor lain selain kantor pusat dan/atau lokasi
lain,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak terjadinya peristiwa
dimaksud.

Bagian Kedua
Laporan Bagi Perantara Pedagang Efek

Pasal 28
(1) Perantara Pedagang Efek wajib melaporkan kepada
Otoritas Jasa Keuangan setiap penambahan dan
pemutusan kerjasama dengan Agen Perantara
Pedagang Efek.
(2) Laporan setiap penambahan dan pemutusan kerjasama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak penambahan dan pemutusan
kerjasama tersebut.
(3) Perantara Pedagang Efek wajib melaporkan perkembangan
penyelenggaraan kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek
kepada Otoritas Jasa Keuangan, sesuai dengan format
laporan perkembangan penyelenggaraan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(4) Laporan perkembangan penyelenggaraan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni,
September, dan Desember paling lambat setiap hari kerja
ke-15 (kelima belas) setelah akhir bulan laporan.
- 20 -

Pasal 29
Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan sistem
laporan elektronik Agen Perantara Pedagang Efek, laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat disampaikan
melalui sistem elektronik dimaksud.

BAB IX
BERAKHIRNYA KEGIATAN AGEN PERANTARA PEDAGANG
EFEK

Bagian Kesatu
Pencabutan Atau Pembatalan Surat Tanda Terdaftar Sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek Kelembagaan

Pasal 30
Surat Tanda Terdaftar sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
kelembagaan dapat dicabut atau dibatalkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan berdasarkan hal sebagai berikut:
a. Surat Tanda Terdaftar sebagai Agen Perantara Pedagang
Efek kelembagaan dikembalikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan;
b. pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan-
undangan di sektor Pasar Modal;
c. Izin usaha pihak yang melakukan kegiatan Agen Perantara
Pedagang Efek kelembagaan dicabut oleh Otoritas Jasa
Keuangan; dan
d. Badan hukum pihak yang melakukan kegiatan sebagai
Agen Perantara Pedagang Efek pailit atau bubar.

Bagian Kedua
Berakhirnya Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek Orang
Perseorangan

Pasal 31
Kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek orang perseorangan
berakhir dengan sendirinya apabila Izin orang perseorangan
dari Otoritas Jasa Keuangan berupa izin sebagai Wakil
Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil
- 21 -

Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau Wakil


Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas yang dimiliki
sudah tidak berlaku.
BAB X
KETENTUAN SANKSI

Pasal 32
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang
Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak
yang melakukan pelanggaran ketentuan peraturan ini,
termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran tersebut berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf
g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara
tersendiri atau secara bersama-sama dengan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
- 22 -

Pasal 33
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

Pasal 34
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 kepada masyarakat.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 35
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku, orang perseorangan yang telah memiliki izin sebagai
Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek,
Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, dan/atau Wakil
Perantara Pedagang Efek Pemasaran Terbatas dapat
melakukan kegiatan sebagai Agen Perantara Pedagang Efek
orang perseorangan.

Pasal 36
Kontrak kerja sama antara Pihak dengan Perantara Pedagang
Efek dalam rangka melakukan kegiatan penawaran kepada
calon nasabah untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang
Efek yang masih berlaku dan sudah ada sebelum berlakunya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, wajib:
a. disesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini; dan
b. dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan,
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini diundangkan.
- 23 -

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku sejak


tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juni 2016

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juni 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H.LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 127


Salinan sesuai dengan aslinya
Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Yuliana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 24 /POJK.04/2016
TENTANG
AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK

I. UMUM
Salah satu penyebab rendahnya jumlah investor Pasar Modal di
Indonesia adalah terbatasnya akses masyarakat Indonesia untuk menjadi
investor di Pasar Modal. Terbatasnya jaring pemasaran Perantara
Pedagang Efek yang hanya terfokus di kota besar menyebabkan calon
investor potensial yang berada di daerah sulit untuk terjangkau.
Dalam rangka memperluas fungsi pemasaran Perantara Pedagang
Efek, diperlukan pengaturan yang memungkinkan Perantara Pedagang
Efek melakukan kerja sama dengan Pihak lain yang memiliki akses untuk
menjangkau calon nasabah terutama calon nasabah yang berada di
daerah.
Peraturan ini membuka kesempatan bagi Pihak lain untuk menjadi
Agen Perantara Pedagang Efek dengan melakukan kerjasama dengan
Perantara Pedagang Efek untuk melakukan penawaran kepada
masyarakat untuk menjadi nasabah Perantara Pedagang Efek. Pihak
tersebut dapat berupa orang perseorangan maupun badan hukum yang
merupakan Pelaku Usaha Jasa Keuangan, seperti Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Bank
Kustodian, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Gadai, dan Perusahaan Penjaminan.
Kerja sama antara Agen Perantara Pedagang Efek dan Perantara
Pedagang Efek didasarkan oleh kontrak/perjanjian tertulis, yang
menyebutkan minimal klausa yang wajib tercantum dalam perjanjian
-2-

kedua belah pihak. Agen Perantara Pedagang Efek dapat menawarkan dan
memproses penerimaan sebagai nasabah Perantara Pedagang Efek, serta
menyampaikan informasi suatu Efek sebagai referensi nasabah untuk
transaksi Efek. Akan tetapi transaksi Efek tetap dilakukan oleh Perantara
Pedagang Efek.
Disamping membuka kesempatan bagi Pihak lain untuk menjadi
Agen Perantara Pedagang Efek, dalam peraturan ini juga diatur terkait
kegiatan dan perilaku Agen Perantara Pedagang Efek. Pengaturan tersebut
diharapkan dapat lebih menjamin kepastian hukum dan kepatuhan Agen
Perantara Pedagang Efek terhadap peraturan perundang-undangan
sehingga pada akhirnya dapat melindungi masyarakat pemodal dari
praktik yang merugikan.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan Agen Perantara Pedagang Efek serta untuk memitigasi risiko
yang mungkin timbul, perlu pengaturan tentang Agen Perantara Pedagang
Efek dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.
-3-

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud “instansi yang berwenang” antara lain
instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan hak asasi manusia.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan izin usaha termasuk pengesahan
badan hukum Dana Pensiun.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Angka 1
Untuk melihat pengalaman kerja dalam kegiatan
pemasaran, daftar riwayat hidup dilengkapi dengan
informasi pengalaman kerja yang memuat tahun
-4-

bekerja, nama perusahaan, bidang usaha, nama


jabatan dan uraian tugas, dan tanggung jawab.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Ayat (1)
Surat elektronik dimaksud biasa disebut dengan e-mail.
Ayat (2)
Otoritas Jasa Keuangan tidak lagi mewajibkan penyampaian
permohonan pendaftaran Agen Perantara Pedagang Efek dalam
bentuk dokumen cetak dalam hal permohonan tersebut telah
disampaikan melalui sistem elektronik.
-5-

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Ketentuan pada huruf c ini hanya berlaku bagi Perantara
Pedagang Efek yang melakukan kerjasama dengan Agen
Perantara Pedagang Efek orang perseorangan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
-6-

Huruf g
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Ayat (1)
Pejabat penanggung jawab dapat ditunjuk sebagai pihak yang
bertanggung jawab pada 1 (satu) atau lebih lokasi kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Surat elektronik dimaksud biasa disebut dengan e-mail.

Pasal 24
Cukup jelas.
-7-

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Laporan perkembangan penyelenggaraan kegiatan Agen
Perantara Pedagang Efek oleh Perantara Pedagang Efek berlaku
atas Agen Perantara Pedagang Efek kelembagaan dan Agen
Perantara Pedagang Efek orang perseorangan yang memiliki
kontrak kerjasama dengan Perantara Pedagang Efek dimaksud,
yang paling kurang menjelaskan perkembangan:

a. jumlah kerjasama dengan Agen Perantara Pedagang Efek


yang ada;
b. jumlah calon nasabah yang diajukan Agen Perantara
Pedagang Efek ke Perantara Pedagang Efek;
c. jumlah calon nasabah yang disetujui untuk menjadi
nasabah; dan
d. nilai transaksi.

Ayat (4)
Cukup jelas.
-8-

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5896


-1-

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 57 /POJK.04/2017
TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA
PEDAGANG EFEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa seiring dengan perkembangan pasar modal


Indonesia dan untuk meningkatkan perlindungan
terhadap kepentingan nasabah, perlu dilakukan
peningkatan kualitas perusahaan efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek dan
perantara pedagang efek antara lain dengan
meningkatkan kinerja perusahaan efek, meningkatkan
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan meningkatkan transparansi atas praktik
tata kelola perusahaan serta nilai etika yang berlaku
umum, melalui peningkatan tata kelola perusahaan yang
baik;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan
-2-

Tata Kelola Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan


Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3608);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG
MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI
EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud
dengan:
1. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang
Efek, dan/atau Manajer Investasi.
2. Tata Kelola Perusahaan Efek yang Baik yang selanjutnya
disebut Tata Kelola adalah tata kelola Perusahaan Efek
yang menerapkan prinsip keterbukaan (transparency),
akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness).
3. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disingkat RUPS adalah organ Perusahaan Efek yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
-3-

Direksi atau Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud


dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar
Perusahaan Efek.
4. Direksi adalah organ Perusahaan Efek yang berwenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perusahaan Efek untuk kepentingan Perusahaan Efek,
sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan Efek serta
mewakili Perusahaan Efek, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
5. Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan Efek yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasihat kepada Direksi.
6. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris
yang berasal dari luar Perusahaan Efek dan memenuhi
persyaratan sebagai Komisaris Independen sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
7. Pemegang Saham Pengendali adalah pihak yang secara
langsung atau tidak langsung memiliki:
a. saham paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
saham yang dikeluarkan oleh satu Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek dan
mempunyai hak suara; atau
b. saham kurang dari 20% (dua puluh persen) dari
saham yang dikeluarkan oleh satu Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek dan
mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan
telah melakukan pengendalian baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek.
8. Rencana Bisnis adalah dokumen tertulis yang
menggambarkan rencana kegiatan usaha Perusahaan
Efek dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, termasuk
-4-

rencana untuk meningkatkan kinerja usaha, serta


strategi untuk merealisasikan rencana tersebut sesuai
dengan target dan waktu yang ditetapkan, dengan tetap
memperhatikan pemenuhan ketentuan kehati-hatian dan
penerapan manajemen risiko.
9. Situs Web adalah kumpulan halaman web yang memuat
informasi atau data yang dapat diakses melalui suatu
sistem jaringan internet.
10. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh
izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
akuntan publik dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
11. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari
Efek.
12. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat
kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran
Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual.
13. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan
kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri
atau Pihak lain.
14. Wakil Penjamin Emisi Efek adalah orang perseorangan
yang bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek.
15. Wakil Perantara Pedagang Efek adalah orang
perseorangan yang bertindak mewakili kepentingan
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek.
16. Anggota Bursa Efek adalah Perantara Pedagang Efek
yang telah memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa
Keuangan dan mempunyai hak untuk mempergunakan
sistem dan atau sarana Bursa Efek sesuai dengan
peraturan Bursa Efek.
-5-

17. Afiliasi adalah:


a. hubungan keluarga karena perkawinan dan
keturunan sampai derajat kedua, baik secara
horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur,
atau komisaris dari Pihak tersebut;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana
terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan
komisaris yang sama;
d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik
langsung maupun tidak langsung, mengendalikan
atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak
langsung, oleh Pihak yang sama; atau
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham
utama.

Pasal 2
(1) Perusahaan Efek yang wajib memenuhi ketentuan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek yang
merupakan Anggota Bursa Efek.
(2) Perusahaan Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menerapkan Tata Kelola dalam setiap kegiatan
usaha pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
(3) Penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
a. komitmen pemegang saham dan RUPS;
b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris;
d. larangan Direksi dan Dewan Komisaris;
e. remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris;
f. etika bisnis;
-6-

g. pengendalian internal;
h. Rencana Bisnis;
i. kebijakan sistem pelaporan pelanggaran dan
kebijakan sistem pengaduan nasabah;
j. Situs Web; dan
k. pelaporan.

BAB II
KOMITMEN PEMEGANG SAHAM DAN RUPS

Bagian Kesatu
Komitmen Pemegang Saham

Pasal 3
(1) Pemegang saham Perusahaan Efek wajib memenuhi
persyaratan integritas dan kelayakan keuangan.
(2) Pemenuhan persyaratan integritas dan kelayakan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui penilaian kemampuan dan kepatutan
oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Persyaratan integritas dan kelayakan keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta penilaian
kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan.

Pasal 4
(1) Pemegang saham dilarang melakukan intervensi dalam
pelaksanaan kegiatan usaha dan/atau operasional
Perusahaan Efek.
(2) Pemegang saham yang menjabat sebagai anggota Direksi
atau anggota Dewan Komisaris wajib mendahulukan
kepentingan Perusahaan Efek tersebut.
-7-

Bagian Kedua
RUPS

Pasal 5
(1) Perusahaan Efek wajib menyelenggarakan RUPS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar Perusahaan Efek.
(2) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib didahului pemanggilan RUPS.
(3) Pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak
memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal
RUPS.
(4) Pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit memuat informasi:
a. tanggal dan waktu penyelenggaraan RUPS;
b. tempat penyelenggaraan RUPS;
c. mata acara rapat; dan
d. informasi yang menyatakan bahan terkait mata
acara rapat tersedia bagi pemegang saham sejak
tanggal dilakukannya pemanggilan RUPS sampai
dengan RUPS diselenggarakan.
(5) Pemanggilan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan surat tercatat, surat elektronik, Situs
Web, dan/atau dengan iklan dalam surat kabar.
(6) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
dengan ayat (5) dapat tidak dilakukan sepanjang seluruh
pemegang saham dengan hak suara hadir dalam RUPS
dan keputusan RUPS tersebut tetap sah jika disetujui
dengan suara bulat.

Pasal 6
(1) Perusahaan Efek wajib menyediakan bahan mata acara
rapat bagi pemegang saham.
-8-

(2) Bahan mata acara rapat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disediakan dalam bentuk salinan dokumen fisik
dan/atau salinan dokumen elektronik.
(3) Salinan dokumen fisik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan secara cuma-cuma di kantor Perusahaan
Efek jika diminta secara tertulis oleh pemegang saham.

Pasal 7
Pengambilan keputusan RUPS wajib:
a. mendukung pengembangan operasional Perusahaan Efek
yang sehat dan pasar modal Indonesia; dan
b. mendahulukan kepentingan nasabah.

Pasal 8
(1) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 wajib dituangkan dalam risalah RUPS dan
didokumentasikan dengan baik.
(2) Perusahaan Efek wajib menyampaikan ringkasan risalah
RUPS dan bukti pemanggilan RUPS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
tanggal penyelenggaraan RUPS.
(3) Ringkasan risalah RUPS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib memuat informasi paling sedikit:
a. tanggal RUPS, tempat pelaksanaan RUPS, waktu
pelaksanaan RUPS, dan mata acara RUPS;
b. anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang
hadir pada saat RUPS;
c. jumlah saham dengan hak suara yang sah yang
hadir pada saat RUPS dan persentasenya dari
jumlah seluruh saham yang mempunyai hak suara
yang sah;
d. mekanisme pengambilan keputusan RUPS;
e. hasil pemungutan suara yang meliputi jumlah suara
setuju, tidak setuju, dan abstain (tidak memberikan
suara) untuk setiap mata acara rapat, jika
-9-

pengambilan keputusan dilakukan dengan


pemungutan suara; dan
f. keputusan RUPS.

Pasal 9
(1) Pemegang saham dapat mengambil keputusan yang
mengikat di luar RUPS dengan syarat seluruh pemegang
saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis
dengan menandatangani usul yang bersangkutan.
(2) Pengambilan keputusan yang mengikat di luar RUPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan yang mengikat di luar RUPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan Perusahaan
Efek kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah seluruh pemegang saham
menandatangani keputusan di luar RUPS tersebut.

BAB III
DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Bagian Kesatu
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Pasal 10
Penentuan jumlah dan komposisi anggota Direksi harus
memperhatikan:
a. ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
perizinan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek;
b. kondisi Perusahaan Efek;
c. keberagaman pengetahuan, pengalaman dan/atau
keahlian yang dibutuhkan; dan
d. efektivitas dalam pengambilan keputusan.
- 10 -

Pasal 11
(1) Setiap anggota Direksi wajib memenuhi persyaratan
integritas, reputasi keuangan, serta kompetensi dan
keahlian di bidang pasar modal.
(2) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui penilaian kemampuan dan
kepatutan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penilaian
kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan.
(4) Dalam hal anggota Direksi tidak lagi memenuhi
persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Direksi
dilarang melakukan tindakan hukum sebagai anggota
Direksi.

Pasal 12
(1) Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung jawab
atas pengurusan Perusahaan Efek untuk kepentingan
Perusahaan Efek sesuai dengan maksud dan tujuan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar.
(2) Tugas dan tanggung jawab atas pengurusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
kewenangan Direksi yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
(3) Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan pengurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab.
- 11 -

(4) Direksi wajib memastikan penerapan Tata Kelola


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
(5) Untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya, Direksi dapat membentuk komite
dan/atau unit pendukung Direksi.
(6) Direksi wajib memastikan bahwa komite dan/atau unit
pendukung Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
menjalankan tugasnya secara efektif.

Pasal 13
Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat,
relevan, dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris.

Pasal 14
Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi
dari fungsi manajemen risiko, fungsi kepatuhan dan audit
internal, hasil pengawasan Dewan Komisaris, dan hasil
pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 15
Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan
melalui rapat Direksi.

Pasal 16
(1) Direksi wajib mengadakan rapat Direksi paling sedikit
1 (satu) kali setiap 2 (dua) bulan.
(2) Rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilangsungkan jika dihadiri mayoritas dari seluruh
anggota Direksi.
(3) Setiap anggota Direksi wajib menghadiri paling sedikit
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan
rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selama 1 (satu) tahun.
(4) Keputusan rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diambil:
- 12 -

a. berdasarkan musyawarah mufakat; atau


b. berdasarkan suara terbanyak, dalam hal
musyawarah mufakat tidak tercapai.
(5) Hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
termasuk adanya perbedaan pendapat serta alasannya
wajib dituangkan dalam risalah rapat dan ditandatangani
oleh pimpinan rapat serta didokumentasikan dengan
baik.

Pasal 17
(1) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman untuk membantu pelaksanaan tugas,
anggota Direksi wajib mengikuti program pendidikan
berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai perizinan Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek.
(2) Selain mengikuti program pendidikan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi dapat
mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan lainnya.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Pasal 18
(1) Penentuan jumlah dan komposisi anggota Dewan
Komisaris harus memperhatikan:
a. ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek dan Perantara Pedagang Efek;
b. kondisi Perusahaan Efek;
c. keberagaman pengetahuan, pengalaman, dan/atau
keahlian yang dibutuhkan; dan
d. efektivitas dalam pengawasan dan pemberian
nasihat kepada Direksi.
- 13 -

(2) Jumlah anggota Dewan Komisaris tidak melebihi jumlah


anggota Direksi.

Pasal 19
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki Komisaris Independen.
(2) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua)
orang, persentase jumlah Komisaris Independen wajib
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
seluruh anggota Dewan Komisaris.

Pasal 20
(1) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib memenuhi
persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal.
(2) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui penilaian kemampuan dan
kepatutan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penilaian
kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perizinan Perusahaan Efek yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan.
(4) Dalam hal anggota Dewan Komisaris tidak lagi memenuhi
persyaratan integritas, reputasi keuangan, serta
kompetensi dan keahlian di bidang pasar modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Dewan
Komisaris dilarang melakukan tindakan hukum sebagai
anggota Dewan Komisaris.

Pasal 21
(1) Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung jawab atas
pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya
- 14 -

pengurusan Perusahaan Efek pada umumnya, dan


pemberian nasihat kepada Direksi.
(2) Dalam hal Dewan Komisaris ikut mengambil keputusan
mengenai hal yang ditetapkan dalam anggaran dasar
atau ketentuan peraturan perundang-undangan,
pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas dan pemberi nasihat kepada
Direksi.
(3) Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas
terselenggaranya penerapan Tata Kelola sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
(4) Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugasnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara independen.

Pasal 22
Komisaris Independen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Perusahaan Efek tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali sebagai
Komisaris Independen Perusahaan Efek pada periode
berikutnya;
b. tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak
langsung pada Perusahaan Efek;
c. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Perusahaan
Efek, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi
dan/atau Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Efek;
dan
d. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
usaha Perusahaan Efek.

Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
- 15 -

Dewan Komisaris wajib melaksanakan fungsi audit


melalui Komisaris Independen.
(2) Fungsi audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan penelaahan atas:
a. informasi keuangan yang akan dikeluarkan
Perusahaan Efek kepada publik dan/atau pihak
otoritas;
b. independensi, ruang lingkup penugasan, dan biaya
sebagai dasar pada penunjukan Akuntan Publik;
c. rencana dan pelaksanaan audit oleh Akuntan
Publik; dan
d. pelaksanaan fungsi manajemen risiko dan fungsi
kepatuhan dan audit internal Perusahaan Efek.
(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Dewan Komisaris dapat membentuk komite
audit yang diketuai oleh Komisaris Independen.

Pasal 24
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari fungsi
manajemen risiko, fungsi kepatuhan dan audit internal, hasil
pengawasan Dewan Komisaris, dan hasil pengawasan Otoritas
Jasa Keuangan.

Pasal 25
(1) Untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya, selain dapat membentuk komite
audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3)
Dewan Komisaris dapat membentuk komite lainnya.
(2) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Pasal 23
ayat (3) menjalankan tugasnya secara efektif.

Pasal 26
(1) Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada Otoritas Jasa
Keuangan jika mengetahui indikasi pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
- 16 -

keuangan yang dapat membahayakan kelangsungan


kegiatan usaha Perusahaan Efek, yang dilakukan oleh
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan/atau
pegawai Perusahaan Efek paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sejak diketahui indikasi pelanggaran.
(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan rapat Dewan
Komisaris dengan mengundang Direksi untuk membahas
terkait indikasi pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 27
(1) Dewan Komisaris wajib mengadakan rapat paling sedikit
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(2) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilangsungkan jika dihadiri mayoritas dari
seluruh anggota Dewan Komisaris.
(3) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib menghadiri paling
sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah
keseluruhan rapat Dewan Komisaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) selama 1 (satu) tahun.
(4) Keputusan rapat Dewan Komisaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diambil:
a. berdasarkan musyawarah mufakat; atau
b. berdasarkan suara terbanyak, dalam hal
musyawarah mufakat tidak tercapai.
(5) Hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
termasuk adanya perbedaan pendapat serta alasannya
wajib dituangkan dalam risalah rapat dan ditandatangani
oleh pimpinan rapat serta didokumentasikan dengan
baik.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (5) tidak berlaku untuk Perusahaan Efek
yang hanya memiliki 1 (satu) orang anggota Dewan
Komisaris.
- 17 -

Pasal 28
(1) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman untuk membantu pelaksanaan tugasnya,
anggota Dewan Komisaris Perusahaan Efek wajib
mengikuti program pendidikan berkelanjutan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai perizinan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek
dan Perantara Pedagang Efek.
(2) Selain mengikuti program pendidikan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Dewan
Komisaris dapat mengikuti pendidikan dan/atau
pelatihan lainnya.

Bagian Ketiga
Larangan Direksi dan Dewan Komisaris

Pasal 29
Anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris dilarang:
a. menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan
pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain; dan
b. mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi
dari kegiatan Perusahaan Efek baik secara langsung
maupun tidak langsung selain penghasilan yang sah.

BAB IV
REMUNERASI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Pasal 30
(1) Struktur remunerasi bagi anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris dapat berupa:
a. gaji;
b. honorarium;
c. insentif; dan/atau
d. tunjangan yang bersifat tetap dan/atau variabel.
(2) Remunerasi bagi anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris harus memperhatikan:
- 18 -

a. remunerasi yang berlaku pada industri dan skala


usaha Perusahaan Efek;
b. tugas, tanggung jawab, dan wewenang anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris dikaitkan
dengan risiko dan pencapaian tujuan dan kinerja
Perusahaan Efek baik dalam jangka pendek ataupun
dalam jangka panjang;
c. target kinerja atau kinerja masing-masing anggota
Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris; dan
d. keseimbangan tunjangan antara yang bersifat tetap
dan bersifat variabel.

BAB V
ETIKA BISNIS

Bagian Kesatu
Perilaku Perusahaan Efek Dalam Menjalankan
Kegiatan Usaha

Pasal 31
Perusahaan Efek wajib:
a. menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan etika bisnis
yang baik, sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal
yang mengatur mengenai perilaku Perusahaan Efek
dalam menjalankan kegiatan usaha sebagai Penjamin
Emisi Efek dan/atau sebagai Perantara Pedagang
Efek; dan/atau
b. menerapkan prinsip mengenal nasabah sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai anti pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme di sektor jasa keuangan.
- 19 -

Bagian Kedua
Kode Etik Perusahaan Efek dan Pedoman Direksi atau
Dewan Komisaris

Pasal 32
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki kode etik yang berlaku
bagi seluruh anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,
dan karyawan/pegawai, serta pendukung organ yang
dimiliki Perusahaan Efek.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
oleh Direksi dan Dewan Komisaris, paling sedikit
memuat:
a. nilai perusahaan;
b. prinsip pelaksanaan tugas Direksi, Dewan
Komisaris, karyawan/pegawai, dan/atau pendukung
organ yang dimiliki Perusahaan Efek yang dilakukan
dengan itikad baik, penuh tanggung jawab, dan
kehati-hatian;
c. kebijakan Perusahaan Efek terkait benturan
kepentingan;
d. penanganan pelanggaran kode etik; dan
e. akuntabilitas pengenaan sanksi pelanggaran kode
etik.
(3) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disosialisasikan kepada seluruh karyawan/pegawai
Perusahaan Efek.
(4) Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, karyawan/
pegawai, dan/atau pendukung organ yang dimiliki
Perusahaan Efek wajib melaporkan dugaan pelanggaran
kode etik melalui sistem pelaporan pelanggaran terkait
dengan adanya dugaan pelanggaran terhadap kode etik.

Pasal 33
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki pedoman yang mengikat
setiap anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
- 20 -

(2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun


oleh Direksi dan Dewan Komisaris, paling sedikit
memuat:
a. landasan hukum;
b. deskripsi tugas, tanggung jawab, dan wewenang;
c. kebijakan rapat, termasuk kebijakan kehadiran dan
tata cara pengambilan keputusan dalam rapat, dan
penyusunan risalah rapat; dan
d. pelaporan dan pertanggungjawaban.

BAB VI
PENGENDALIAN INTERNAL

Pasal 34
Perusahaan Efek wajib melaksanakan pengendalian internal
Perusahaan Efek.

Pasal 35
(1) Dalam melaksanakan pengendalian internal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, Perusahaan Efek wajib
membentuk fungsi:
a. manajemen risiko; dan
b. kepatuhan dan audit internal.
(2) Selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang
Efek yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah
wajib membentuk dan memenuhi pelaksanaan fungsi:
a. pemasaran;
b. pembukuan;
c. kustodian;
d. teknologi informasi; dan
e. riset (jika diperlukan),
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang
- 21 -

mengatur mengenai pengendalian internal Perusahaan


Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek.

Pasal 36
(1) Pegawai yang melaksanakan masing-masing fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilarang
merangkap untuk melaksanakan fungsi lainnya kecuali
diatur lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
independen.

Pasal 37
(1) Pelaksanaan fungsi manajemen risiko sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a paling sedikit
mencakup:
a. penyusunan kebijakan manajemen risiko;
b. pengujian, evaluasi, dan rekomendasi perbaikan
yang objektif atas pelaksanaan sistem manajemen
risiko, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun atau dalam frekuensi yang lebih sering dalam
hal terdapat perubahan faktor yang mempengaruhi
kegiatan usaha Perusahaan Efek secara signifikan;
dan
c. pemantauan, identifikasi, pengukuran, dan tindak
lanjut terkait hal yang berhubungan dengan
manajemen risiko yang memerlukan perhatian
Direksi.
(2) Kebijakan manajemen risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat:
a. strategi dan kerangka manajemen risiko yang
komprehensif;
b. prinsip kehati-hatian;
c. penyediaan modal yang mencukupi;
- 22 -

d. pemenuhan ketentuan peraturan perundang-


undangan;
e. sistem deteksi dini;
f. identifikasi dan diversifikasi risiko;
g. pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko;
h. limit risiko yang diambil dan toleransi risiko
terhadap kecukupan permodalan;
i. mitigasi risiko; dan
j. keterbukaan dan budaya sadar risiko.
(3) Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah, selain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib memenuhi pelaksanaan fungsi manajemen
risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang
mengatur mengenai pengendalian internal Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek.

Pasal 38
(1) Pelaksanaan fungsi kepatuhan dan audit internal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b
paling sedikit mencakup:
a. penyusunan kebijakan kepatuhan dan kebijakan
audit internal;
b. pengujian, evaluasi, dan rekomendasi atas
kesesuaian kebijakan, ketentuan, sistem maupun
prosedur yang dimiliki Perusahaan Efek dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dalam
frekuensi yang lebih sering dalam hal terdapat
perubahan faktor yang mempengaruhi kegiatan
usaha Perusahaan Efek secara signifikan;
c. penyusunan dan pelaksanaan program audit yang
memadai terhadap keseluruhan unit kerja yang
- 23 -

pelaksanaannya mempertimbangkan tingkat risiko


pada masing-masing unit kerja; dan
d. pemantauan, identifikasi, pengukuran, dan tindak
lanjut terkait hal yang berhubungan dengan
kepatuhan dan audit internal yang memerlukan
perhatian Direksi.
(2) Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah, selain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), wajib memenuhi pelaksanaan fungsi kepatuhan
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang
mengatur mengenai pengendalian internal Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek.

Pasal 39
(1) Pelaksana fungsi manajemen risiko dan fungsi kepatuhan
dan audit internal bertanggung jawab kepada Direksi.
(2) Laporan pelaksanaan fungsi manajemen risiko dan fungsi
kepatuhan dan audit internal disampaikan kepada
Direksi dan ditembuskan kepada Dewan Komisaris.

BAB VII
RENCANA BISNIS

Pasal 40
Perusahaan Efek wajib memiliki Rencana Bisnis yang realistis,
terukur, dan berkesinambungan.

Pasal 41
(1) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
wajib disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan
Komisaris atau RUPS sebagaimana ditentukan dalam
anggaran dasar.
- 24 -

(2) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40


paling sedikit memuat:
a. penetapan sasaran Perusahaan Efek yang harus
dicapai dalam jangka waktu 1 (satu) tahun;
b. strategi pencapaian sasaran Perusahaan Efek; dan
c. proyeksi keuangan 1 (satu) tahun ke depan.
(3) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
disusun dengan memperhatikan:
a. rencana strategis Perusahaan Efek;
b. faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi kelangsungan kegiatan usaha
Perusahaan Efek;
c. prinsip kehati-hatian; dan
d. penerapan manajemen risiko.

Pasal 42
(1) Direksi bertanggung jawab atas pelaksanaan Rencana
Bisnis dan sosialisasi Rencana Bisnis kepada seluruh
karyawan/pegawai Perusahaan Efek.
(2) Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Bisnis.

Pasal 43
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan Rencana Bisnis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 kepada Otoritas
Jasa Keuangan setiap 1 (satu) tahun sekali.
(2) Perusahaan Efek wajib menyampaikan realisasi atas
Rencana Bisnis tahun sebelumnya kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Perusahaan Efek
untuk melakukan penyesuaian dalam hal Rencana Bisnis
yang disampaikan dinilai belum sepenuhnya memenuhi
ketentuan terkait dengan kegiatan Perusahaan Efek.
(4) Perusahaan Efek wajib menyampaikan penyesuaian
terhadap Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 15
- 25 -

(lima belas) hari kerja setelah tanggal surat dari Otoritas


Jasa Keuangan.
(5) Perusahaan Efek hanya dapat melakukan perubahan
terhadap Rencana Bisnis sebanyak 1 (satu) kali, paling
lambat pada hari kerja terakhir di bulan Juni tahun
berjalan, kecuali ditentukan lain atas permintaan dari
Otoritas Jasa Keuangan.
(6) Perubahan terhadap Rencana Bisnis sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), wajib disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kerja sebelum pelaksanaan Rencana Bisnis
dimaksud.

BAB VIII
KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN DAN
KEBIJAKAN SISTEM PENGADUAN NASABAH

Pasal 44
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki kebijakan sistem
pelaporan pelanggaran.
(2) Kebijakan sistem pelaporan pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat:
a. sistematika proses pelaporan pelanggaran;
b. jenis pelanggaran yang dapat dilaporkan;
c. cara penyampaian laporan pelanggaran;
d. perlindungan dan jaminan kerahasiaan pelapor;
e. penanganan pelaporan pelanggaran;
f. pihak yang mengelola penanganan laporan
pelanggaran;
g. hasil penanganan dan tindak lanjut laporan
pelanggaran; dan
h. evaluasi secara berkala oleh Direksi dan Dewan
Komisaris terhadap kebijakan sistem pelaporan
pelanggaran.
- 26 -

Pasal 45
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki kebijakan penanganan
pengaduan nasabah.
(2) Kebijakan penanganan pengaduan nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat:
a. sistematika proses pengaduan;
b. jangka waktu penanganan pengaduan;
c. penanganan pengaduan;
d. unit kerja atau pihak yang mengelola penanganan
pengaduan;
e. hasil penanganan dan tindak lanjut pengaduan; dan
f. evaluasi secara berkala oleh Direksi dan Dewan
Komisaris terhadap kebijakan penanganan
pengaduan nasabah.
(3) Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah, selain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), wajib memenuhi kebijakan penanganan pengaduan
nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang
mengatur mengenai pengendalian internal Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek.

BAB IX
SITUS WEB

Pasal 46
(1) Perusahaan Efek wajib memiliki Situs Web.
(2) Situs Web sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencerminkan identitas Perusahaan Efek dan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 27 -

Pasal 47
Informasi yang wajib dimuat dalam Situs Web Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 paling sedikit
meliputi:
a. informasi umum;
b. informasi bagi nasabah; dan
c. informasi Tata Kelola.

Pasal 48
(1) Informasi umum sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 47 huruf a, paling sedikit memuat:
a. nama, alamat dan kontak kantor pusat, alamat dan
kontak kantor selain kantor pusat, dan agen
Perusahaan Efek (jika ada) yang dapat dihubungi;
b. riwayat singkat Perusahaan Efek;
c. struktur organisasi Perusahaan Efek;
d. profil Direksi, Dewan Komisaris, komite dan/atau
unit pendukung (jika ada);
e. informasi mengenai Direksi dan pegawai yang
memiliki izin sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek
dan/atau Wakil Perantara Pedagang Efek; dan
f. nomor izin usaha Perusahaan Efek.
(2) Informasi bagi nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 huruf b, paling sedikit memuat:
a. laporan keuangan berkala;
b. keputusan RUPS; dan
c. layanan pengaduan nasabah dan pelaporan
pelanggaran.
(3) Informasi Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 huruf c, paling sedikit memuat:
a. pedoman kerja Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kode etik;
c. fungsi dan kebijakan manajemen risiko; dan
d. fungsi dan kebijakan kepatuhan dan audit internal.
- 28 -

BAB X
PELAPORAN

Pasal 49
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan laporan berkala
kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut:
a. laporan keuangan berkala;
b. laporan kegiatan; dan
c. laporan Akuntan Publik atas modal kerja bersih
disesuaikan tahunan.
(2) Ketentuan penyampaian laporan berkala sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal
yang mengatur mengenai kewajiban penyampaian
laporan berkala oleh Perusahaan Efek.

Pasal 50
(1) Perusahaan Efek wajib menyusun laporan penerapan
Tata Kelola setiap tahun untuk posisi akhir bulan
Desember.
(2) Laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), paling sedikit meliputi:
a. transparansi;
1. pengungkapan bentuk penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf a sampai dengan huruf g, huruf i, huruf j,
dan huruf k;
2. kepemilikan saham anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris serta hubungan
keuangan dan/atau hubungan keluarga
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
dengan anggota Direksi dan/atau anggota
Dewan Komisaris lain, dan/atau pemegang
saham Perusahaan Efek;
3. total remunerasi dan fasilitas lain yang diterima
Direksi dan Dewan Komisaris;
- 29 -

4. penyimpangan internal yang terjadi dan upaya


penyelesaian oleh Perusahaan Efek;
5. jenis, jumlah, dan upaya penyelesaian
permasalahan hukum baik hukum perdata
maupun hukum pidana dan telah diajukan
melalui proses hukum (jika ada); dan
6. benturan kepentingan dan/atau transaksi
dengan pihak Afiliasi;
b. hasil penilaian sendiri atas penerapan Tata Kelola;
dan/atau
c. rencana tindak bagi Perusahaan Efek yang
memperoleh peringkat komposit 4 atau 5.
(3) Laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disajikan secara komparatif dengan tahun
sebelumnya.
(4) Perusahaan Efek wajib menyampaikan laporan
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 1 (satu) tahun
sekali.
(5) Laporan penerapan Tata Kelola pada ayat (4) wajib
disampaikan Perusahaan Efek paling lambat setiap
tanggal 15 bulan kedua pada tahun berikutnya.
(6) Dalam hal tanggal 15 sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) jatuh pada hari libur, laporan penerapan Tata Kelola
disampaikan paling lambat pada hari kerja berikutnya.
(7) Dalam hal Perusahaan Efek menyampaikan laporan
penerapan Tata Kelola melewati batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), penghitungan
jumlah hari keterlambatan atas penyampaian laporan
dihitung sejak hari pertama setelah batas akhir waktu
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (6).
(8) Penyampaian laporan penerapan Tata Kelola untuk
pertama kali, tidak disajikan secara komparatif dengan
tahun sebelumnya.
- 30 -

Pasal 51
(1) Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Perusahaan Efek
untuk melakukan revisi terhadap laporan penerapan Tata
Kelola apabila berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh
Otoritas Jasa Keuangan, laporan dimaksud tidak sesuai
dengan kondisi Perusahaan Efek yang sebenarnya.
(2) Revisi laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak diterimanya surat pemberitahuan dari
Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 52
(1) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (1) wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat pada hari kerja terakhir di bulan
November.
(2) Laporan realisasi Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) wajib disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada tanggal 15
Februari.
(3) Dalam hal tanggal 15 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) jatuh pada hari libur, laporan realisasi Rencana Bisnis
disampaikan paling lambat pada hari kerja berikutnya.
(4) Dalam hal Perusahaan Efek menyampaikan laporan
realisasi Rencana Bisnis melewati batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penghitungan
jumlah hari keterlambatan atas penyampaian laporan
realisasi Rencana Bisnis dihitung sejak hari pertama
setelah batas akhir waktu penyampaian laporan realisasi
Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Laporan realisasi Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), disajikan secara komparatif dengan
Rencana Bisnis yang telah disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan.
- 31 -

Pasal 53
(1) Rencana Bisnis, laporan realisasi Rencana Bisnis, dan
Laporan penerapan Tata Kelola wajib disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam bentuk dokumen
cetak dan dokumen elektronik.
(2) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan
sistem pelaporan elektronik, pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan melalui sistem
pelaporan elektronik tersebut.
(3) Dalam hal pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah disampaikan melalui sistem pelaporan
elektronik, Otoritas Jasa Keuangan tidak mewajibkan lagi
penyampaian pelaporan dalam bentuk dokumen cetak.

Pasal 54
(1) Perusahaan Efek wajib melakukan penilaian sendiri atas
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (2) huruf b.
(2) Hasil penilaian sendiri penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
tidak terpisahkan dari laporan penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50.

Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan penerapan Tata
Kelola diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 56
Selain memenuhi ketentuan pelaporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 55,
Perusahaan Efek wajib memenuhi ketentuan pelaporan
lainnya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
sektor pasar modal.
- 32 -

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 57
(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap penerapan
Tata Kelola, Otoritas Jasa Keuangan melakukan
penilaian atau evaluasi terhadap hasil penilaian sendiri
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 ayat (1).
(2) Berdasarkan hasil penilaian atau evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat
meminta Perusahaan Efek untuk menyampaikan rencana
tindak yang memuat langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan oleh Perusahaan Efek dengan target waktu
tertentu.
(3) Dalam hal diperlukan, Otoritas Jasa Keuangan dapat
meminta Perusahaan Efek untuk melakukan
penyesuaian rencana tindak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(4) Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan evaluasi
terhadap penyesuaian rencana tindak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan melakukan pemeriksaan
khusus terhadap hasil perbaikan penerapan Tata Kelola
yang telah dilakukan oleh Perusahaan Efek.

BAB XII
KETENTUAN SANKSI

Pasal 58
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang
pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak
yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini termasuk pihak yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut, berupa:
a. peringatan tertulis;
- 33 -

b. denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah


uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan/atau
g. pembatalan pendaftaran.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf
g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara
tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.

Pasal 59
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

Pasal 60
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 kepada masyarakat.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 61
(1) Perusahaan Efek wajib menyesuaikan dengan ketentuan
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dalam
- 34 -

waktu 1 (satu) tahun sejak Peraturan Otoritas Jasa


Keuangan ini mulai berlaku.
(2) Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini mulai diterapkan 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai
berlaku.

Pasal 62
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan Rencana Bisnis
pertama kali untuk rencana kegiatan tahun 2018.
(2) Rencana Bisnis pertama kali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat pada hari kerja terakhir di bulan
November 2017.

Pasal 63
(1) Perusahaan Efek wajib menyampaikan laporan
penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (1) untuk pertama kali pada periode tahun
2018.
(2) Laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat pada tanggal 15 Februari 2019.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 64
(1) Ketentuan peraturan perundang-undangan lain terkait
kewajiban Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan
usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Dalam hal terdapat ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya yang mengatur ketentuan mengenai
pedoman tata kelola bagi Perusahaan Efek yang
- 35 -

merupakan Emiten atau Perusahaan Publik dan/atau


Perusahaan Efek yang termasuk dalam konglomerasi
keuangan, yang berbeda dengan ketentuan dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, berlaku ketentuan
yang mengatur lebih ketat.

Pasal 65
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 September 2017

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,
ttd
WIMBOH SANTOSO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 September 2017

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 211

Salinan ini sesuai dengan aslinya


Deputi Direktur Direktorat Hukum 1
selaku Plh. Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Wiwit Puspasari
-1-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 57 /POJK.04/2017
TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA
PEDAGANG EFEK

I. UMUM
Seiring dengan berkembangnya perekonomian nasional, industri
pasar modal di Indonesia menjadi salah satu industri yang memiliki
perkembangan yang cukup cepat. Perusahaan Efek sebagai salah satu
pelaku di industri pasar modal memiliki peran dalam mendorong
perkembangan perdagangan, pelayanan, dan produk investasi pasar
modal. Dengan demikian, implementasi Tata Kelola Perusahaan Efek
dapat dijadikan salah satu cara bagi Perusahaan Efek untuk membantu
perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan memberikan manfaat jangka
panjang, sekaligus meningkatkan daya saing untuk perusahaan.
Tata Kelola Perusahaan Efek, dalam hal ini Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara
Pedagang Efek, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan Perusahaan
Efek agar memiliki acuan yang digunakan dalam penerapan Tata Kelola
yang baik. Penerapan Tata Kelola bagi Perusahaan Efek, pada dasarnya
telah diatur dalam beberapa peraturan di bidang pasar modal maupun
-2-

di sektor jasa keuangan. Namun demikian, dalam rangka meningkatkan


penerapan Tata Kelola Perusahaan Efek dan mempertimbangkan
perkembangan penerapan Tata Kelola perusahaan, baik di industri pasar
modal, industri jasa keuangan secara lebih luas, dan Tata Kelola
perusahaan dalam konglomerasi keuangan, diperlukan pengaturan
mengenai penerapan Tata Kelola Perusahaan Efek yang lebih rinci.
Peraturan tersebut mencakup ketentuan Tata Kelola Perusahaan Efek
yang telah diatur dalam beberapa peraturan yang ada dan praktik
keteladanan Tata Kelola perusahaan yang dibutuhkan, yang dapat
diimplementasikan bagi Perusahaan Efek khususnya dalam hal ini
Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
-3-

Ayat (5)
Pada praktiknya, surat elektronik dimaksud biasa disebut
dengan electronic mail (e-mail).
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Contoh bahan mata acara rapat antara lain laporan keuangan
tahunan dalam RUPS tahunan.
Ayat (2)
Salinan dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam ayat
ini dapat disampaikan dengan menggunakan antara lain media
digital cakram padat (compact disc), flashdisk, atau lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Risalah RUPS dimaksud dibuat dan ditandatangani oleh
pimpinan rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang
saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
Tanda tangan sebagaimana dimaksud tidak disyaratkan apabila
risalah RUPS dibuat dalam bentuk akta berita acara RUPS yang
dibuat oleh notaris.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Pada praktiknya, pengambilan keputusan di luar RUPS
dimaksud biasa disebut dengan usul keputusan yang diedarkan
-4-

(circular resolution).
Yang dimaksud dengan “keputusan yang mengikat” adalah
keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan keputusan RUPS.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 10
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kondisi Perusahaan Efek” antara lain
disesuaikan dengan kebutuhan, ukuran dan kompleksitas
usaha, dan kemampuan Perusahaan Efek.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud “komite dan/atau unit pendukung Direksi”
antara lain komite manajemen risiko atau komite sumber daya
manusia.
-5-

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Yang dimaksud dengan “kebijakan strategis” adalah kebijakan
Perusahaan Efek yang dapat mempengaruhi keuangan Perusahaan
Efek secara signifikan dan/atau memiliki dampak yang
berkesinambungan terhadap anggaran, sumber daya manusia,
struktur organisasi, nasabah, dan/atau pihak ketiga.

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kehadiran anggota Direksi dalam rapat”
adalah kehadiran fisik atau melalui media elektronik, seperti
telekonferensi atau video konferensi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pendidikan dan/atau pelatihan lainnya dapat diperoleh antara
lain melalui pelatihan, sosialisasi, atau seminar yang
diselenggarakan pihak yang berkompeten.
-6-

Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kondisi Perusahaan Efek” antara
lain disesuaikan dengan kebutuhan, ukuran dan
kompleksitas usaha, dan kemampuan Perusahaan Efek.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 19
Ayat (1)
Sebagai contoh jika Perusahaan Efek hanya memiliki 1 (satu)
anggota Dewan Komisaris, maka anggota Dewan Komisaris
dimaksud merupakan Komisaris Independen.
Jika Perusahaan Efek memiliki 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris, maka salah 1 (satu) anggota Dewan Komisaris
dimaksud merupakan Komisaris Independen.
Ayat (2)
Sebagai contoh jika Perusahaan Efek memiliki 4 (empat) anggota
Dewan Komisaris, maka paling sedikit 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris dimaksud merupakan Komisaris Independen.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
-7-

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pengawasan penerapan Tata Kelola”
antara lain dilakukan melalui:
a. pengawasan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
atas penerapan Tata Kelola;
b. pemberian nasihat kepada Direksi atas penerapan Tata
Kelola; dan
c. mengevaluasi kebijakan perusahaan terkait Tata Kelola,
seperti evaluasi atas pedoman kerja Direksi dan Dewan
Komisaris.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Fungsi audit yang diatur dalam ketentuan ini merupakan fungsi
audit yang dimiliki oleh Dewan Komisaris.
Ayat (2)
Hasil penelaahan fungsi audit yang dilaksanakan oleh Komisaris
Independen menjadi rekomendasi untuk Dewan Komisaris.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “komite lainnya” antara lain komite Tata
Kelola, komite manajemen risiko, dan/atau komite nominasi dan
remunerasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
-8-

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud “kehadiran anggota Dewan Komisaris dalam
rapat” adalah kehadiran fisik atau melalui media elektronik,
seperti telekonferensi atau video konferensi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pendidikan dan/atau pelatihan lainnya dapat diperoleh antara
lain melalui pelatihan, sosialisasi, atau seminar yang
diselenggarakan pihak yang berkompeten.

Pasal 29
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “penghasilan yang sah” yaitu remunerasi
yang ditetapkan dalam RUPS.
-9-

Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “tunjangan” yaitu termasuk fasilitas
yang diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris untuk
menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “benturan kepentingan” adalah
perbedaan kepentingan ekonomis antara Perusahaan Efek
dengan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham
Pengendali, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,
karyawan/pegawai, dan/atau pihak terkait dengan
Perusahaan Efek.
Kebijakan benturan kepentingan antara lain:
1. definisi benturan kepentingan;
2. identifikasi hal yang merupakan benturan
kepentingan, antara lain jenis transaksi benturan
- 10 -

kepentingan Perusahaan Efek dengan pribadi


Pemegang Saham Pengendali, anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, karyawan/pegawai, dan/atau pihak
terkait dengan Perusahaan Efek;
3. penanganan, mitigasi, dan/atau pengelolaan benturan
kepentingan, antara lain:
a) sikap profesional Direksi, Dewan Komisaris,
karyawan/ pegawai, dan/atau komite/fungsi yang
dimiliki Perusahaan Efek apabila terdapat
benturan kepentingan dengan Perusahaan Efek,
misalnya larangan melakukan transaksi terlebih
dahulu atas suatu Efek tertentu atas dasar
adanya informasi nasabah yang akan melakukan
transaksi dalam volume besar atas Efek yang
diperkirakan mempengaruhi harga pasar dengan
tujuan untuk meraih keuntungan atau
mengurangi kerugian;
b) prosedur atau mekanisme pengambilan
keputusan dalam hal terjadi benturan
kepentingan dan pelaporan/pengungkapan secara
tertulis apabila memiliki atau berpotensi memiliki
benturan kepentingan, misalnya larangan bagi
anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris untuk memberikan suara dalam rapat
jika memiliki benturan kepentingan; dan
4. administrasi dan dokumentasi benturan kepentingan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “sistem pelaporan pelanggaran” adalah
sebuah kebijakan pelaporan pelanggaran yang memenuhi
- 11 -

ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


ini.

Pasal 33
Ayat (1)
Pedoman dapat menjadi bagian dari kode etik atau terpisah dari
kode etik.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Fungsi kepatuhan dan audit internal dapat dilaksanakan
secara terpisah sesuai dengan kebutuhan Perusahaan Efek.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Pada praktiknya, kebijakan manajemen risiko dimaksud
dikenal sebagai pedoman manajemen risiko.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
- 12 -

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pada praktiknya, sistem deteksi dini dimaksud biasa
disebut dengan early warning system.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Pada praktiknya, limit risiko yang diambil dimaksud biasa
disebut dengan risk appetite dan toleransi risiko biasa
disebut dengan risk tolerance.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 38
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Penyusunan dan pelaksanaan program audit yang memadai
antara lain memenuhi independensi, objektivitas, dan tidak
membatasi cakupan dan ruang lingkup internal audit.
- 13 -

Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Faktor internal dapat berupa kekuatan dan kelemahan
Perusahaan Efek, sedangkan faktor eksternal dapat berupa
peluang dan tantangan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 14 -

Ayat (3)
Ketentuan terkait dengan kegiatan Perusahaan Efek antara lain
Peraturan yang berkaitan dengan perizinan, pengendalian
internal, dan permodalan Perusahaan Efek.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pihak yang mengelola penanganan laporan pelanggaran
dapat dilakukan oleh pihak yang melakukan fungsi
kepatuhan.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
- 15 -

Pasal 45
Ayat (1)
Kebijakan penanganan pengaduan nasabah disusun dengan
mengacu pada ketentuan penanganan pengaduan konsumen
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Ayat (2)
Kebijakan penanganan pengaduan nasabah paling sedikit
mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Identitas Perusahaan Efek paling sedikit mencakup nama
Perusahaan Efek, jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Perusahaan Efek, dan layanan yang diberikan oleh Perusahaan
Efek.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Riwayat singkat Perusahaan Efek antara lain meliputi
sejarah pendirian, visi dan misi, dan jenis kegiatan usaha
menurut anggaran dasar terakhir.
Huruf c
Struktur organisasi disajikan dalam bentuk bagan paling
sedikit sampai dengan 1 (satu) tingkat di bawah Direksi dan
- 16 -

Dewan Komisaris, termasuk komite (jika ada), disertai


dengan nama dan jabatan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pada praktiknya, penilaian sendiri dimaksud biasa disebut
dengan self assessment.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “peringkat komposit” adalah
peringkat akhir hasil penilaian sendiri.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
- 17 -

Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud “dokumen elektronik” antara lain penyampaian
laporan penerapan Tata Kelola melalui surat elektronik (email).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Yang dimaksud ketentuan pelaporan lainnya, antara lain pelaporan
terkait:
a. pembukaan kegiatan yang dilakukan di lokasi lain selain kantor
pusat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor pasar modal yang mengatur
mengenai kegiatan Perusahaan Efek di berbagai lokasi;
b. pengaduan nasabah dan tindak lanjut pelayanan dan
penyelesaian pengaduan nasabah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai perlindungan
konsumen sektor jasa keuangan; dan
- 18 -

c. perubahan nama sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas


Jasa Keuangan mengenai perizinan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek.

Pasal 57
Cukup jelas

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6126


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR KEP-548/BL/2010

TENTANG

PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN EFEK


YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
SEBAGAI PERANTARA PEDAGANG EFEK

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pengendalian internal


Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan usaha sebagai
Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan rekening Efek
nasabah, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor V.D.3 tentang
Pengendalian Interen dan Penyelenggaraan Pembukuan Oleh
Perusahaan Efek, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor: Kep-28/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996,
dengan menetapkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan yang baru;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun
2006;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PENGENDALIAN
INTERNAL PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA SEBAGAI PERANTARA PEDAGANG
EFEK.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

-2-

Pasal 1
Ketentuan mengenai Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang
Menjalankan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek
diatur dalam Peraturan Nomor V.D.3 sebagaimana dimuat dalam
Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2
Perusahaan Efek yang telah memiliki izin usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek sebelum ditetapkannya Keputusan ini, wajib:
a. menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Nomor V.D.3
Lampiran Keputusan ini termasuk tetapi tidak terbatas untuk
memperbaharui kontrak pembukaan rekening Efek nasabah
yang telah ada dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
angka 7 huruf b Peraturan dimaksud antara lain:
1) pembukaan rekening dana untuk masing-masing nasabah
yang telah ada; dan
2) pembuatan atau pencantuman nomor tunggal identitas
nasabah (Single Investor Identification) bagi nasabah yang telah
ada;
paling lambat 31 Januari 2012.
b. melaporkan kepada Bapepam dan LK perkembangan
pelaksanaan penyesuaian sebagaimana dimaksud pada huruf a
setiap 6 (enam) bulan sejak berlakunya Keputusan ini.

Pasal 3
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-28/PM/1996, tanggal 17
Januari 1996 tentang Pengendalian Interen Dan Penyelenggaraan
Pembukuan Oleh Perusahaan Efek dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.

Pasal 4
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Desember 2010
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan
ttd.
A. Fuad Rahmany
NIP 19541111 198112 1 001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
Prasetyo Wahyu Adi Suryo
NIP 19551222 198002 1 001an Umum

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep- 548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

PERATURAN NOMOR V.D.3 : PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN


EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA SEBAGAI PERANTARA PEDAGANG
EFEK

1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


a. Perantara Pedagang Efek adalah Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah.
b. Sistem Perdagangan Online adalah sistem perdagangan yang disediakan
oleh Perantara Pedagang Efek melalui media komunikasi elektronik
termasuk internet, layanan pesan singkat (short message service/sms), layanan
protokol aplikasi nirkabel (wireless application protocol/wap), atau media
elektronik lainnya untuk melakukan transaksi Efek.
2. Perantara Pedagang Efek wajib memastikan bahwa sistem pengendalian internal
yang dimilikinya paling kurang sesuai dengan Peraturan ini untuk
meminimalkan risiko kesalahan dan penyalahgunaan.
3. Perantara Pedagang Efek wajib mempunyai dan melaksanakan paling kurang 6
(enam) fungsi, sebagai berikut:
a. fungsi pemasaran;
b. fungsi manajemen risiko;
c. fungsi pembukuan;
d. fungsi Kustodian;
e. fungsi teknologi informasi; dan
f. fungsi kepatuhan.
4. Apabila Perantara Pedagang Efek memiliki fungsi riset, maka fungsi tersebut
wajib dipisahkan dengan fungsi lainnya sebagaimana dimaksud dalam angka 3.
5. Perantara Pedagang Efek wajib melakukan pemisahan fungsi-fungsi
sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan angka 4 dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pegawai yang melaksanakan masing-masing fungsi dimaksud dilarang
merangkap untuk melaksanakan fungsi lainnya; dan
b. dalam hal kegiatan usaha Perantara Pedagang Efek masih tergabung dengan
kegiatan usaha Penjamin Emisi Efek dan/atau Manajer Investasi dalam
Perusahaan Efek yang sama, maka:
1) prosedur operasi standar fungsi-fungsi dalam menjalankan kegiatan
sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Manajer Investasi dimaksud wajib
terpisah dari prosedur operasi standar fungsi-fungsi Perantara Pedagang
Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan angka 4; dan
2) Pelaksanaan masing-masing fungsi manajemen risiko, fungsi
pembukuan, fungsi teknologi informasi, fungsi kepatuhan, dan/atau
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-2-

fungsi riset yang terdapat dalam kegiatan Perantara Pedagang Efek,


Penjamin Emisi Efek, dan/atau Manajer Investasi dapat dilaksanakan
oleh satu unit kerja yang melaksanakan fungsi tersebut.
6. Apabila terdapat permasalahan yang mengakibatkan salah satu atau beberapa
fungsi Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan
angka 4 tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya, maka Perantara
Pedagang Efek paling lambat pada hari bursa berikutnya wajib menyampaikan
laporan kepada Bursa Efek dengan tembusan kepada Bapepam dan LK yang
berisi antara lain:
a. penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi;
b. waktu terjadinya permasalahan;
c. lama terjadinya permasalahan;
d. fungsi yang mengalami permasalahan dan pengaruhnya;
e. keterangan mengenai apakah masalah tersebut pernah terjadi sebelumnya;
f. dampak permasalahan tersebut terhadap kepentingan nasabah dan jumlah
nasabahnya jika memungkinkan untuk dihitung;
g. langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani permasalahan; dan
h. langkah-langkah yang dilakukan agar permasalahan yang sama tidak
terulang.
7. Pelaksanaan fungsi pemasaran sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf a
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi pemasaran wajib bertanggung jawab
untuk:
1) menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal
Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal;
2) membuat kontrak pembukaan rekening Efek reguler dengan nasabah;
3) membuat kontrak pembukaan rekening Efek pembiayaan dengan nasabah
untuk nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6 tentang
Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan
Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek;
4) membuat kontrak pembukaan rekening Efek lainnya dengan nasabah
(jika ada);
5) menerima pesanan dan/atau instruksi untuk kepentingan nasabah; dan
6) melakukan komunikasi dengan nasabah termasuk memberitahukan
kepada nasabah setelah mendapat pemberitahuan dari fungsi teknologi
informasi dalam hal sistem komunikasi on line mengalami kelambatan
atau tidak berfungsi.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-3-

b. Kontrak pembukaan rekening Efek dengan nasabah sebagaimana dimaksud


pada huruf a butir 2) dan butir 3) wajib dibuat dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Transaksi Efek untuk kepentingan nasabah tidak dapat dilaksanakan
sebelum rekening Efek dibuka atas nama nasabah yang bersangkutan,
kecuali:
a) membeli atau menjual produk investasi yang dikelola oleh Manajer
Investasi yang tidak tercatat di Bursa Efek;
b) memesan Efek dalam rangka Penawaran Umum sebelum nasabah
mendapatkan penjatahan Efek; dan
c) membeli atau menjual Efek untuk kepentingan Perusahaan Efek lain,
Bank, Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun, atau lembaga keuangan
lain.
2) Pembukaan rekening Efek wajib diikuti dengan:
a) pembukaan Sub Rekening Efek pada Kustodian dan pembukaan
rekening dana atas nama nasabah pada bank untuk masing-masing
nasabah; dan
b) pembuatan nomor tunggal identitas nasabah (Single Investor
Identification) pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, bagi
nasabah yang belum memiliki.
3) Kontrak pembukaan rekening Efek dimaksud wajib paling kurang
memuat ketentuan mengenai:
a) Efek dan/atau dana dalam rekening Efek nasabah dapat digunakan
sebagai jaminan penyelesaian kewajiban hanya untuk nasabah yang
bersangkutan terhadap Perantara Pedagang Efek, kecuali diperjanjikan
khusus dalam perjanjian yang terpisah dengan kontrak pembukaan
rekening Efek;
b) Perantara Pedagang Efek dapat meminta dana dan/atau Efek dari
pemegang rekening Efek tersebut, sebelum pelaksanaan transaksi
Efek;
c) dana yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada
rekening bank untuk masing-masing nasabah atas nama nasabah;
d) Efek yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada Sub
Rekening Efek pada Kustodian untuk masing-masing nasabah atas
nama nasabah;
e) Perantara Pedagang Efek mempunyai hak untuk membeli atau
meminjam Efek atau menjual Efek lain milik nasabah untuk rekening
Efek nasabah, dengan tujuan untuk menutup saldo negatif Efek yang
tidak dibiayai oleh Perantara Pedagang Efek atau tidak dijamin secara
cukup oleh nasabah;
f) dalam hal dana menunjukkan saldo negatif dalam rekening Efek
reguler nasabah, Perantara Pedagang Efek dapat:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-4-

(1) menggunakan Efek dalam rekening Efek nasabah tersebut sebagai


jaminan atas kredit bank atau lembaga keuangan lainnya; atau
(2) melakukan penjualan Efek secara paksa (forced sale) tanpa
persetujuan nasabah;

hanya dalam rangka penyelesaian kewajiban nasabah yang


bersangkutan.
g) untuk kontrak pembukaan rekening Efek pembiayaan dengan nasabah
sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 3) wajib memuat ketentuan
mengenai Perusahaan Efek untuk setiap saat tanpa memberikan alasan
atau pemberitahuan atau memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari nasabah menjual atau membeli Efek atau mengambil tindakan
lain yang disepakati dengan nasabah jika nasabah tidak memenuhi
Permintaan Pemenuhan Jaminan, sebagaimana dimaksud dalam
angka 4 huruf e Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6 tentang
Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan
Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek.
h) kesediaan nasabah untuk memberikan kuasa kepada Perantara
Pedagang Efek untuk:
(1) melakukan pemindahbukuan dana dalam rekening dana nasabah
pada bank untuk keperluan transaksi Efek nasabah; dan
(2) memberikan data termasuk mutasi dan/atau saldo dana yang ada
dalam rekening dana yang ada di bank sebagaimana dimaksud
pada butir 3) poin c) kepada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.
i) bagi nasabah sebagaimana dimaksud pada butir 1) poin c), nasabah
membuat pernyataan tertulis yang berisi antara lain:
(1) nasabah setuju menjamin ketersediaan dana dan/atau Efek untuk
keperluan penyelesaian transaksi sebelum melakukan pemesanan
jual atau beli; dan
(2) dalam hal nasabah tidak dapat menyediakan dana dan/atau
Efek, maka nasabah tersebut setuju untuk menanggung dan
mengganti seluruh kerugian yang timbul akibat kegagalan dalam
menyelesaikan transaksi pada tanggal penyelesaian; dan
j) ketentuan dan tata cara penutupan rekening Efek, paling kurang
mencantumkan ketentuan penutupan rekening Efek jika saldo dalam
rekening Efek nasabah nihil selama jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan berturut-turut.
4) Perjanjian khusus sebagaimana dimaksud pada butir 3) point a) paling
kurang wajib memuat ketentuan sebagai berikut:
a) perjanjian pokok yang mendasari perjanjian tersebut adalah perjanjian
pinjam-meminjam;
b) manfaat yang diperoleh oleh nasabah;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-5-

c) prosedur yang disepakati dalam hal terjadi sengketa antara nasabah


dan Perantara Pedagang Efek;
d) jangka waktu perjanjian; dan
e) pengakhiran perjanjian.
5) Dokumen kontrak pembukaan rekening Efek sebagaimana dimaksud
pada huruf a butir 2) dan butir 3), harus disimpan dalam arsip pada unit
kerja yang melakukan fungsi pemasaran, dilengkapi dengan dokumen:
a) terkait penerimaan dan identifikasi nasabah dan dokumen pendukung
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Bapepam dan LK
Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa
Keuangan Di Bidang Pasar Modal dan fotokopi dokumen nomor
tunggal identitas nasabah (Single Investor Identification);
b) terkait dengan kontrak pembukaan rekening Efek pembiayaan dengan
nasabah untuk nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Bapepam dan LK
Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan
Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek;
c) surat kuasa dari nasabah yang berbentuk badan hukum yang
memberikan wewenang kepada pejabat tertentu dari badan hukum
tersebut untuk memberikan pesanan dan/atau instruksi kepada
Perantara Pedagang Efek sehubungan dengan rekening Efek nasabah
tersebut;
d) surat kuasa dari nasabah yang memberikan wewenang kepada Pihak
ketiga untuk memberikan pesanan dan/atau instruksi kepada
Perantara Pedagang Efek sehubungan dengan rekening Efek nasabah
(jika ada);
e) surat kuasa dari nasabah kepada Perantara Pedagang Efek
sebagaimana dimaksud pada butir 3) poin h);
f) dokumen yang diperlukan dalam rangka pemindahan Efek dan/atau
dana; dan
g) kontrak pengelolaan Reksa Dana, Kontrak Investasi Kolektif selain
Reksa Dana, dan/atau produk investasi lain yang memberikan
kewenangan kepada Manajer Investasi untuk memberikan pesanan
dan/atau instruksi untuk kepentingan Reksa Dana, Kontrak Investasi
Kolektif selain Reksa Dana, dan/atau nasabah dari produk investasi
lain yang dikelolanya;
6) Formulir untuk nasabah orang perseorangan paling kurang memuat
informasi mengenai nasabah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Nomor V.D.10 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Oleh
Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal yang terkait dengan
penerimaan dan identifikasi nasabah dan nomor tunggal identitas
nasabah (Single Investor Identification) bagi nasabah yang sudah memiliki
dan bagi nasabah yang belum memiliki wajib dicantumkan setelah
dibuatkan sebagaimana dimaksud pada butir 2) poin b di atas.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-6-

7) Kontrak pembukaan rekening Efek sebagaimana dimaksud pada huruf a


butir 2) dan butir 3), wajib disetujui dan ditandatangani oleh Direksi atau
pegawai dan pengawas dalam unit kerja yang menjalankan fungsi
pemasaran.
8) Perusahaan Efek wajib memberikan salinan kontrak pembukaan rekening
Efek dan pembukaan rekening dana pada bank kepada nasabah.
c. Tanggung jawab penerimaan pesanan dan/atau instruksi untuk kepentingan
nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 5) meliputi antara lain:
1) memastikan bahwa nasabah yang melakukan pemberian pesanan
dan/atau instruksi telah memiliki nomor tunggal identitas nasabah (Single
Investor Identification);
2) menerima pesanan dan/atau instruksi nasabah untuk membeli dan/atau
menjual Efek, mengubah, atau membatalkan pesanan dan/atau instruksi
nasabah;
3) membuat dan menyimpan catatan dan/atau rekaman pembicaraan yang
terinci dari setiap pesanan dan/atau setiap instruksi nasabah sesuai
urutan waktu, termasuk informasi mengenai:
a) rincian pesanan dan/atau instruksi antara lain:
(1) nama dan jenis Efek
(2) jumlah Efek;
(3) harga Efek; dan/atau
(4) nama dan nomor identitas rekening Efek asal dan tujuan.
b) tanggal dan waktu pesanan dan/atau instruksi yang diterima;
c) tanggal dan waktu setiap pembelian, penjualan, perubahan, atau
pembatalan pesanan dan/atau instruksi tersebut;
d) persyaratan pesanan dan/atau instruksi;
e) kode identitas nasabah; dan
f) nomor tunggal identitas nasabah (Single Investor Identification).
4) meneruskan pesanan dan/atau instruksi nasabah dimaksud kepada unit
kerja yang menjalankan fungsi manajemen risiko; dan
5) merekam semua komunikasi yang terkait dengan pesanan dan/atau
instruksi nasabah dan wajib dilakukan melalui jaringan komunikasi yang
terhubung dengan sistem komunikasi Perantara Pedagang Efek.
8. Pelaksanaan fungsi manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam angka 3
huruf b wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi manajemen risiko wajib bertanggung
jawab untuk mengelola sistem pengendalian risiko, menyusun parameter dan
melakukan verifikasi dalam memproses pesanan dan/atau instruksi baik
untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan Perantara Pedagang
Efek dan melaksanakan transaksi Efek, dengan ketentuan:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-7-

1) menyusun dan memastikan pelaksanaan parameter batasan transaksi


(trading limit) baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk
kepentingan Perantara Pedagang Efek yang formulasinya tertuang dalam
prosedur operasi standar Perantara Pedagang Efek;
2) melakukan verifikasi bahwa rekening Efek nasabah telah dibuka dan
disetujui oleh unit kerja yang melakukan fungsi pemasaran;
3) melakukan verifikasi sebelum melaksanakan pesanan dan/atau instruksi
nasabah untuk memastikan ketersediaan dana dan/atau Efek dalam
rekening Efek nasabah dalam rangka penyelesaian transaksi Efek tersebut;
4) bagi nasabah yang tidak mempunyai rekening Efek di Perantara
Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 7 huruf b butir 1)
poin c), verifikasi ketersediaan dana dan/atau Efek dilakukan dengan
memastikan bahwa nasabah dimaksud telah membuat pernyataan tertulis
sebagaimana dimaksud dalam angka 7 huruf b butir 3) poin h); dan
5) Pelaksanaan verifikasi terhadap rekening Efek dan ketersedian dana
dan/atau Efek sebagaimana dimaksud pada butir 2) dan butir 3), dapat
dilakukan baik secara manual maupun elektronik melalui sistem
manajemen risiko Perantara Pedagang Efek yang terintegrasi.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi manajemen risiko wajib menyusun
prosedur operasi standar terkait dengan transaksi Efek yang dilakukan untuk
kepentingan Perantara Pedagang Efek sendiri atau Pihak terafiliasi Perantara
Pedagang Efek termasuk namun tidak terbatas pada pemegang saham,
anggota direksi, komisaris, pegawai, yang mencakup paling kurang antara
lain:
1) tidak melakukan transaksi Efek yang tercatat pada Bursa Efek untuk
Pihak terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila nasabah yang tidak
terafiliasi dari Perantara Pedagang Efek tersebut telah memberikan
instruksi untuk membeli dan/atau menjual Efek yang bersangkutan dan
Perantara Pedagang Efek tersebut belum melaksanakan instruksi tersebut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal; dan
2) melaporkan transaksi Efek dimaksud kepada unit kerja yang menjalankan
fungsi kepatuhan.
9. Pelaksanaan fungsi pembukuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf c
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Perantara Pedagang Efek wajib mencatat seluruh transaksi yang
dilaksanakannya setiap hari sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku dan Peraturan Bapepam dan LK yang berkaitan dengan hal tersebut.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi pembukuan wajib bertanggung jawab atas
pemeliharaan catatan dan buku perusahaan, antara lain meliputi buku besar
(general ledger).
c. Buku besar (general ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b wajib
memuat secara rinci yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-8-

1) aset;
2) liabilitas;
3) modal; dan
4) pendapatan dan biaya.
d. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat dilaksanakan secara
manual, elektronik, atau cara lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Sistem pencatatan yang digunakan harus memiliki pengamanan yang dapat
mencegah adanya risiko pemalsuan dan/atau penyalahgunaan terhadap
catatan tersebut.
f. Sistem pencatatan harus mampu memberikan informasi yang cepat, tepat,
dan dapat dimengerti oleh para Pihak yang berkepentingan terhadap
dokumen tersebut.
g. Unit kerja yang menjalankan fungsi pembukuan wajib menyimpan catatan
tambahan dan dokumen pendukung lainnya, antara lain:
1) bukti pengeluaran cek;
2) rekening bank;
3) pembatalan cek (jika ada);
4) rekonsiliasi rekening bank;
5) pemberitahuan debet dan kredit rekening Efek;
6) saldo semua akun dalam buku besar (general ledger) dalam bentuk neraca
saldo, sekurang-kurangnya setiap bulan;
7) catatan harian yang merupakan bukti dari semua pendebetan dan
pengkreditan kas untuk hari tersebut; dan
8) rekonsiliasi harian antara buku besar (general ledger) dan buku pembantu
Efek (securities ledger).
h. Informasi tentang nasabah termasuk aktivitas transaksi wajib disimpan
secara rahasia oleh Perantara Pedagang Efek dan pegawainya, kecuali atas
izin nasabah atau atas permintaan Pihak yang berwenang berdasarkan
undang-undang.
10. Pelaksanaan fungsi Kustodian sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf d
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab untuk
menjalankan kewajiban Perantara Pedagang Efek sebagai Kustodian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor VI.A.3
tentang Rekening Efek Pada Kustodian.
b. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab atas
pemeliharaan catatan dan buku perusahaan, antara lain meliputi:
1) rekening Efek (securities accounts);
2) buku pembantu Efek (securities ledger);
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-9-

3) buku pembantu dana (fund ledger).


4) buku pembantu transaksi (transaction ledger);
c. Rekening Efek (securities accounts) sebagaimana dimaksud pada huruf b butir
1), wajib memuat hal-hal sebagai berikut:
1) untuk setiap rekening Efek perlu dicatat:
a) nama dan alamat pemegang rekening;
b) wakil Perantara Pedagang Efek atau wakil Penjamin Emisi Efek yang
ditunjuk;
c) Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
d) nama, alamat, nomor telepon, dan nomor faksimil Perantara Pedagang
Efek;
2) dalam hal pembelian, penjualan, penerimaan, dan penyerahan Efek
dan/atau dana untuk setiap rekening Efek, wajib dicatat:
a) tanggal transaksi;
b) uraian transaksi;
c) jumlah dana (jika ada);
d) jumlah Efek (jika ada); dan
e) kurs transaksi (jika ada);
3) laporan rekening Efek harus memuat posisi portofolio Efek nasabah pada
tanggal laporan, dan dikirimkan kepada nasabahnya paling lambat hari
ke-10 (kesepuluh) setiap bulan termasuk aktivitas transaksi nasabah
selama satu bulan; dan
4) transaksi yang termuat dalam laporan rekening Efek mencakup:
a) transaksi yang telah dilaksanakan;
b) jumlah dividen, saham bonus, bunga, Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, dan hak-hak lainnya; dan
c) penarikan atau penyetoran dana dan/atau Efek.
d. Buku pembantu Efek (securities ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b
butir 2), wajib dibuat dalam bentuk pembukuan berpasangan, yang memuat
informasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor
V.D.4 tentang Pengendalian Dan Perlindungan Efek Yang Disimpan Oleh
Perusahaan Efek.
e. Buku pembantu dana (fund ledger) sebagaimana dimaksud pada huruf b butir
3) wajib memuat secara rinci informasi yang menggambarkan hal-hal sebagai
berikut:
1) kepemilikan dana:
a) perusahaan;
b) nasabah:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 10 -

(1) terafiliasi;
(2) tidak terafiliasi;
2) penyimpanan dana:
a) rincian saldo masing-masing rekening bank;
b) saldo dana masing-masing nasabah setiap hari;
c) saldo dana milik perusahaan setiap hari;
3) status dana milik nasabah, bebas atau dijaminkan.
4) Dana milik perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir 1 point a)
merupakan dana milik perusahaan yang disimpan dan diadministrasikan
oleh unit yang menjalakan fungsi pembukuan.
f. Laporan buku pembantu dana (fund ledger) sebagaimana dimaksud pada
huruf e wajib disusun dengan menggunakan Formulir Nomor V.D.5-6
Lampiran 6 Peraturan Nomor V.D.5, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.5 tentang
Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan.
g. Buku pembantu transaksi (transaction ledger) sebagaimana dimaksud pada
huruf b butir 4), harus dibuat paling lambat hari kerja berikutnya
berdasarkan konfirmasi tertulis yang dikirimkan kepada nasabah dan
memuat hal-hal sebagai berikut:
1) tanggal transaksi;
2) jenis transaksi, misalnya jual atau beli;
3) harga;
4) komisi dan biaya;
5) tanggal kewajiban penyelesaian;
6) nama dan kode nasabah;
7) nomor transaksi;
8) jumlah Efek;
9) metode penyelesaian; dan
10) informasi mengenai tindak lanjut penyelesaian transaksi, sesuai dengan
metode penyelesaian.
h. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian harus mendapatkan catatan
dan/atau rekaman pembicaraan atas transaksi Efek untuk melakukan
pemeliharaan dan penyelenggaraan catatan dan buku perusahaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
i. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dapat dilaksanakan secara
manual, elektronik, atau cara lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 11 -

j. Sistem pencatatan yang digunakan harus memiliki pengamanan yang cukup


sehingga dapat mencegah adanya risiko pemalsuan dan/atau
penyalahgunaan terhadap catatan tersebut.
k. Sistem pencatatan harus mampu memberikan informasi yang cepat, tepat,
dan dapat dimengerti oleh para Pihak yang berkepentingan terhadap
dokumen tersebut.
l. Unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian wajib menyimpan catatan
tambahan dan dokumen pendukung lainnya, antara lain:
1) konfirmasi transaksi Efek;
2) pemberitahuan debet dan kredit rekening Efek;
3) kontrak transaksi Efek dengan Perusahaan Efek lain; dan
4) bukti semua pembukuan untuk buku pembantu Efek.
m. Unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian wajib bertanggung jawab atas
penerimaan, penyerahan, dan penyimpanan dana, Efek, dan/atau dokumen
yang berkaitan dengan Efek dengan ketentuan sebagai berikut:
1) dana, Efek, dan/atau dokumen yang berkaitan dengan Efek harus
disimpan di ruangan besi, brankas, lemari besi yang aman, bank, Bank
Kustodian, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
2) dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1)
wajib dihitung dan direkonsiliasikan dengan buku pembantu Efek dan
rekening Efek sekurang-kurangnya:
a) setiap hari oleh pegawai pada unit kerja yang menjalankan fungsi
Kustodian;
b) setiap bulan oleh pegawai pada unit kerja yang menjalankan fungsi
kepatuhan; dan
c) setiap tahun oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam dan LK;
3) dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 2),
yang dimiliki Perantara Pedagang Efek wajib disimpan secara terpisah
dari dana, Efek, dan/atau dokumen yang dimiliki oleh nasabah Perantara
Pedagang Efek, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) dana yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada
rekening bank untuk masing-masing nasabah atas nama nasabah;
b) Efek yang dimiliki nasabah wajib disimpan secara terpisah pada Sub
Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian untuk
masing-masing nasabah atas nama nasabah;
c) dokumen yang terkait dengan nasabah wajib disimpan pada tempat
yang terpisah dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) dokumen fisik wajib disimpan dalam tempat yang aman; dan
(2) dokumen elektronik wajib disimpan dalam sistem teknologi
informasi yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam angka 11;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 12 -

4) dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1)


wajib diamankan dari penyalahgunaan, kehilangan, kerusakan, dan
pemalsuan;
5) catatan dan laporan terinci oleh unit kerja yang melakukan fungsi
Kustodian atas penerimaan dan penyerahan dana, Efek, dan/atau
dokumen yang berkaitan dengan Efek, wajib dibuat dan disimpan oleh
unit kerja yang melakukan fungsi Kustodian yang memuat informasi
mengenai :
a) nomor sertifikat (jika ada);
b) nama dan jenis Efek;
c) kode Efek;
d) jumlah Efek;
e) tanggal transaksi; dan
f) nama dan nomor identitas rekening Efek;
6) dana, Efek, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 1)
dilarang dikeluarkan dan/atau dipindahbukukan dari unit kerja yang
melakukan fungsi Kustodian, kecuali didasarkan pada wewenang yang
sah; dan
7) wewenang sebagaimana dimaksud pada butir 6) wajib dituangkan dalam
prosedur operasi standar dan uraian jabatan.
n. Unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan penyelesaian transaksi Efek, yang antara lain meliputi:
1) penghitungan hak dan kewajiban penyelesaian transaksi Efek;
2) pemindahan Efek dan/atau dana; dan
3) penyampaian konfirmasi tertulis kepada setiap nasabah.
o. Informasi tentang nasabah termasuk aktivitas transaksi wajib disimpan
secara rahasia oleh Perantara Pedagang Efek dan pegawainya, kecuali atas
izin nasabah atau atas permintaan Pihak yang berwenang berdasarkan
undang-undang.
11. Pelaksanaan fungsi teknologi informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 3
huruf e wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Unit kerja yang menjalankan fungsi teknologi informasi wajib memenuhi hal-
hal sebagai berikut:
1) memiliki sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam
bidang teknologi informasi;
2) memiliki kapasitas sistem yang dapat mengantisipasi pertumbuhan
transaksi;
3) melakukan pengujian kapasitas secara periodik;
4) melakukan asesmen atas kinerja dan kelemahan teknologi yang
digunakan;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 13 -

5) memiliki sistem cadangan (back up system) untuk mengatasi kegagalan


sistem;
6) memiliki prosedur untuk mengatasi permasalahan sistem;
7) memberitahukan kepada unit yang melaksanakan fungsi pemasaran dan
menyediakan sistem pengganti apabila sistem komunikasi on line
mengalami kelambatan atau tidak berfungsi;
8) membangun dan memasang (install) sistem yang dapat membantu
mendeteksi, dan mencegah adanya akses oleh Pihak yang tidak
berwenang;
9) menerapkan pengawasan berkelanjutan dan prosedur pengelolaan krisis;
10) menerapkan sistem yang dapat memastikan integritas data baik yang
disimpan, dikirimkan, atau disajikan di layar nasabah;
11) melakukan pengujian keamanan sistem teknologi informasi secara reguler
baik dilakukan sendiri atau oleh Pihak lain;
12) menggunakan enkripsi (encryption), otentikasi (authentication), dan teknik
nirsangkal (non-repudiation techniques) seperti mendapatkan sertifikat
digital dari Pihak yang berwenang mengeluarkan sertifikat;
13) menjaga sistem dari gangguan sistem seperti virus komputer dan/atau
perangkat lunak perusak (malicious software/malware) lainnya;
14) menunjuk auditor teknologi informasi profesional (professional IT auditors)
untuk melakukan audit sistem teknologi informasi setiap terdapat
perubahan yang material baik piranti lunak maupun keras;
15) memelihara database dan aplikasi yang dapat digunakan untuk
merekonstruksi transaksi keuangan;
16) memelihara catatan terkait dengan sistem apabila terjadi masalah;
17) memiliki sistem yang digunakan untuk menangani keluhan nasabah
terkait dengan infrastruktur teknologi informasi; dan
18) melakukan edukasi terkait penggunaan sistem teknologi informasi yang
digunakan oleh Perantara Pedagang Efek kepada nasabahnya.
b. Database yang dapat digunakan untuk merekonstruksi transaksi keuangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 15) meliputi antara lain database
mengenai:
1) penempatan, pembatalan, perubahan, atau pelaksanaan pesanan
dan/atau instruksi dengan dilengkapi catatan waktu dan nomor referensi
yang unik;
2) aktivitas masuk (log in) dan keluar (log out) dalam sistem;
3) verifikasi ketersediaan dana dan/atau Efek, seperti penetapan dan
pengecualian batasan transaksi;
4) pengelolaan sandi lewat (password) terkait akses nasabah dan akses
pegawai Perantara Pedagang Efek; dan
5) perubahan atas parameter sistem dan file utama (master files).
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 14 -

c. Perantara Pedagang Efek yang menggunakan Sistem Perdagangan Online


wajib menyajikan informasi melalui laman (website) Perantara Pedagang Efek
mengenai hal-hal antara lain sebagai berikut:
1) penjelasan mengenai risiko atas transaksi Efek;
2) contoh kontrak pembukaan rekening Efek bagi nasabahnya;
3) pernyataan mengenai keamanan dan kerahasiaan atas setiap data dan
informasi;
4) pernyataan dan informasi umum mengenai bagaimana order diterima,
diproses, dan dilaksanakan melalui media komunikasi elektronik;
5) pernyataan mengenai kebijakan penanganan sistem apabila terjadi
masalah dan penjelasan mengenai sistem pengganti yang dapat
digunakan oleh nasabah;
6) pemberitahuan secara tepat waktu mengenai terjadinya permasalahan
sistem baik melalui surat elektronik (email), laman (website) atau media
lainnya;
7) penjelasan mengenai prosedur penanganan pesanan dan/atau instruksi
yang tertunda ketika terjadinya permasalahan atas Sistem Perdagangan
Online.
d. Perantara Pedagang Efek yang menggunakan Sistem Perdagangan Online
wajib menyediakan bagi nasabahnya petugas khusus dan jalur komunikasi
telepon siaga (hotline) yang cukup dan tersedia terus menerus pada setiap
hari bursa untuk memudahkan nasabah berhubungan dengan Perantara
Pedagang Efek.
12. Pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf f
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Fungsi kepatuhan dapat dilaksanakan oleh unit kerja, anggota direksi, atau
pejabat setingkat di bawah direksi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang
menjalankan fungsi kepatuhan wajib bersifat independen dari fungsi
lainnya namun memiliki akses yang tidak terbatas kepada fungsi lainnya
terkait dengan tugasnya untuk memastikan kepatuhan Perantara
Pedagang Efek;
2) unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang
menjalankan fungsi kepatuhan ditetapkan sebagai bagian dari struktur
organisasi Perantara Pedagang Efek;
3) unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang
menjalankan fungsi kepatuhan ditetapkan sebagai wakil yang ditugaskan
oleh Perantara Pedagang Efek untuk menangani proses pemeriksaan dari
Bapepam dan LK dan Bursa Efek.
4) dalam menetapkan pembentukan unit kerja, atau penunjukan anggota
direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang menjalankan fungsi
kepatuhan, Perantara Pedagang Efek wajib mempertimbangkan:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 15 -

a) jenis produk dan jasa yang ditawarkan;


b) jenis, jumlah, dan penyebaran nasabah baik nasabah ritel maupun
kelembagaan;
c) struktur organisasi dan penyebaran kegiatan operasional termasuk
penyebaran secara geografis;
d) volume dan nilai transaksi yang dilakukannya; dan
e) jumlah pegawai;
5) unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang
menjalankan fungsi kepatuhan bertanggung jawab untuk antara lain:
a) mengidentifikasi kebijakan, prosedur operasi standar, dan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Perantara Pedagang Efek;
b) menyusun kebijakan dan prosedur tugas pokok dan fungsi unit
kepatuhan;
c) memastikan kepatuhan Perantara Pedagang Efek terhadap kebijakan
dan prosedur operasi standar;
d) memastikan kepatuhan Perantara Pedagang Efek terhadap ketentuan
mengenai perizinan;
e) memastikan kepatuhan Perantara Pedagang Efek terhadap ketentuan
mengenai pelaksanaan pengawasan pegawai;
f) memastikan kepatuhan Perantara Pedagang Efek terhadap ketentuan
mengenai pengendalian internal;
g) memastikan kepatuhan Perantara Pedagang Efek terhadap ketentuan
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang dan pendanaan kegiatan terorisme;
h) memastikan kepatuhan Perantara Pedagang Efek terhadap ketentuan
mengenai perdagangan Efek, antara lain dengan:
(1) melakukan pencegahan pengungkapan data yang bersifat rahasia
oleh pegawai;
(2) melakukan pendeteksian, pencegahan dan penanganan apabila
terdapat benturan kepentingan;
(3) melakukan pengawasan terhadap pembukaan rekening Efek
nasabah baru;
(4) melakukan pengawasan transaksi Efek termasuk namun tidak
terbatas pada transaksi untuk kepentingan Perantara Pedagang
Efek sendiri atau Pihak terafiliasinya;
(5) melakukan pengawasan atas pengelolaan portofolio Perantara
Pedagang Efek;
(6) melakukan pengawasan setiap informasi, nasihat, rekomendasi,
dan/atau hasil riset yang dikeluarkan Perantara Pedagang Efek
untuk diberikan kepada nasabah dan/atau disebarluaskan
kepada masyarakat; dan
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 16 -

(7) melakukan pengawasan pencatatan dan pendokumentasian,


termasuk penyimpanan dan pencegahan pengungkapan catatan
dan informasi yang masih bersifat rahasia.
i) melakukan penanganan dan pengadministrasian pengaduan nasabah
dengan wajib memiliki mekanisme khusus untuk menangani dan
menindaklanjuti pengaduan tertulis dari nasabah (internal dispute
resolution), dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:
(1) mempunyai prosedur penanganan pengaduan nasabah;
(2) mempunyai prosedur penyelesaian perselisihan;
(3) mempunyai arsip pengaduan yang harus disusun menurut abjad
nama nasabah;
(4) catatan mengenai pengaduan harus dilengkapi dengan dokumen
yang berkaitan dengan masalah yang diadukan;
(5) catatan mengenai pengaduan harus pula memuat tindakan yang
telah dilakukan termasuk penyelesaian permasalahan yang
diajukan; dan
(6) dalam hal tidak terdapat pengaduan dari nasabah atau Pihak
lain, maka unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di
bawah direksi yang menjalankan fungsi kepatuhan harus
menyimpan arsip pengaduan setiap bulan dengan keterangan
bahwa tidak ada pengaduan.
j) melakukan pengawasan rencana kelangsungan usaha (business
continuity plan);
k) menyampaikan laporan secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam
setahun, dan laporan secara insidental kepada dewan komisaris
dan/atau direksi; dan
l) menyediakan bantuan dan/atau melakukan pelatihan kepada
pegawai pada unit kerja yang menjalankan fungsi-fungsi lain dalam
rangka memenuhi kepatuhan fungsi dimaksud terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan
perundang-undangan lain yang terkait.
6) unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang
menjalankan fungsi kepatuhan wajib menyusun prosedur operasi standar
kepatuhan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di Pasar Modal termasuk tetapi tidak terbatas pada kepatuhan
terhadap ketentuan mengenai:
a) prosedur identifikasi risiko dan pelanggaran;
b) prosedur penanganan adanya potensi risiko (mitigasi risiko) dan
indikasi pelanggaran;
c) prosedur penyampaian laporan baik insidentil maupun berkala;
d) prosedur pengawasan untuk memperbaiki suatu pelanggaran dan
memastikan pelanggaran tersebut tidak terjadi lagi; dan
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 17 -

e) prosedur pemeliharaan dokumen terkait pelaksanaan fungsi


kepatuhan.
b. Kewenangan fungsi kepatuhan harus ditetapkan dalam pakta (charter) yang
secara tertulis mengikat unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di
bawah direksi yang menjalankan fungsi kepatuhan dan fungsi-fungsi lain
sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan angka 4.
c. Unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di bawah direksi yang
menjalankan fungsi kepatuhan wajib melaporkan secara rahasia kepada
dewan komisaris dan Bapepam dan LK jika menemukan adanya indikasi
pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilakukan
oleh Perantara Pedagang Efek dan/atau nasabahnya.
13. Penyerahan pelaksanaan fungsi Perantara Pedagang Efek kepada Pihak lain
(outsourcing) wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Perantara Pedagang Efek dapat menunjuk Pihak lain untuk melakukan
fungsi pemasaran, fungsi pembukuan, fungsi Kustodian, dan/atau fungsi
teknologi informasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penyerahan pelaksanaan fungsi pemasaran hanya dapat dilakukan
dengan mengacu pada Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.9 tentang
Pedoman Perjanjian Agen Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek.
2) Penyerahan pelaksanaan fungsi Kustodian hanya dapat dilakukan
kepada penyedia jasa yang merupakan Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah atau Bank Kustodian.
3) Penyerahan pelaksanaan fungsi pembukuan, fungsi Kustodian, dan
fungsi teknologi informasi hanya dapat dilakukan kepada penyedia jasa
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Perantara Pedagang Efek wajib melaporkan informasi tentang rencana
penyerahan pelaksanaan fungsi pembukuan, fungsi Kustodian,
dan/atau fungsi teknologi informasi kepada Bapepam dan LK dengan
menggunakan Formulir Nomor: V.D.3-1 Lampiran 1 Peraturan ini;
b) Sebelum menunjuk penyedia jasa untuk melaksanakan fungsi
pembukuan, fungsi Kustodian, dan/atau fungsi teknologi informasi,
Perantara Pedagang Efek wajib melakukan uji tuntas (due diligence)
terhadap penyedia jasa yang mencakup, antara lain:
(1) kemampuan penyedia jasa dalam standar yang tinggi untuk
melaksanakan fungsinya;
(2) kemampuan penyedia jasa memenuhi kewajibannya sesuai
dengan perjanjian;
(3) faktor-faktor operasional dan kemampuan keuangan secara
kualitatif dan kuantitatif;
(4) faktor reputasi;
(5) cakupan asuransi oleh penyedia jasa (jika ada);
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 18 -

(6) adanya potensi benturan kepentingan khususnya bila penyedia


jasa bergerak di bidang usaha yang sama; dan
(7) kemampuan dan kecukupan sumber daya yang dimiliki
penyedia jasa apabila memiliki perjanjian penyerahan
pelaksanaan fungsi Perantara Pedagang Efek kepada Pihak lain
(outsourcing) dengan beberapa Pihak.
c) Perantara Pedagang Efek wajib melakukan reviu secara berkala fungsi
yang dijalankan oleh penyedia jasa untuk memastikan bahwa fungsi
tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan
prosedur operasi standar pelaksanaan fungsi-fungsi dimaksud.
d) Perantara Pedagang Efek wajib memiliki perjanjian tertulis dengan
penyedia jasa, yang paling kurang mencakup antara lain:
(1) nama pihak;
(2) ruang lingkup, syarat-syarat, dan kondisi fungsi Perantara
Pedagang Efek yang pelaksanaannya diserahkan kepada
penyedia jasa;
(3) tanggung jawab Perantara Pedagang Efek dan penyedia jasa,
serta pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab tersebut;
(4) standar layanan jasa, dan mekanisme untuk memastikan bahwa
standar tersebut dapat dipenuhi setiap saat;
(5) kerahasiaan dan keamanan informasi;
(6) tanggung jawab terkait dengan keamanan sistem teknologi
informasi;
(7) pelaporan penyedia jasa kepada Perantara Pedagang Efek;
(8) pertanggungjawaban dari penyedia jasa kepada Perantara
Pedagang Efek atas pelayanan yang tidak memuaskan atau
pelanggaran-pelanggaran lainnya atas perjanjian;
(9) jaminan atas kualitas layanan jasa dan ganti rugi;
(10) kewajiban penyedia jasa, setiap saat jika diminta, untuk
menyediakan setiap catatan, informasi dan/atau bantuan
berkaitan fungsi-fungsi Perantara Pedagang Efek yang
dilaksanakannya kepada Perantara Pedagang Efek yang
menunjuk penyedia jasa, auditor Perantara Pedagang Efek
dimaksud, Bapepam dan LK dan/atau Pihak lain yang ditunjuk
oleh Bapepam dan LK, serta Bursa Efek;
(11) larangan bagi penyedia jasa untuk menunjuk pihak ketiga (sub
kontrak) dalam menjalankan kewajibannya;
(12) ketentuan-ketentuan tentang keberlangsungan fungsi Perantara
Pedagang Efek dalam hal penyedia jasa mengalami kondisi
darurat sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya (contingency
plan);
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 19 -

(13) pengakhiran perjanjian, yang meliputi antara lain transfer


informasi dan langkah-langkah pemutusan perjanjian (exit
strategies), dan prosedur transisi; dan
(14) mekanisme untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara
Perantara Pedagang Efek dengan penyedia jasa.
e) Perantara Pedagang Efek wajib memastikan bahwa penyedia jasa
menjaga kerahasian informasi yang diterima dari Perantara Pedagang
Efek.
f) Perantara Pedagang Efek pada hari bursa berikutnya wajib
melaporkan kepada Bursa Efek dengan tembusan kepada Bapepam
dan LK apabila penyedia jasa tidak dapat melakukan kewajibannya.
g) Perantara Pedagang Efek wajib memastikan bahwa setiap saat
Bapepam dan LK dan/atau Pihak lain yang ditunjuk oleh Bapepam
dan LK, serta Bursa Efek dapat mengakses pembukuan, catatan dan
dokumen penyedia jasa berkaitan dengan penyerahan pelaksanaan
fungsi Perantara Pedagang Efek kepada Pihak lain (outsourcing).
h) Perantara Pedagang Efek hanya dapat menunjuk penyedia jasa yang
kegiatan operasionalnya berlokasi di Indonesia.
b. Perantara Pedagang Efek bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi
Perantara Pedagang Efek, yang telah diserahkan pelaksanaannya kepada
Pihak lain (outsourcing).
14. Semua dokumen, rekaman data, dan/atau pembicaraan dan pencatatan
Perantara Pedagang Efek yang ditentukan dalam Peraturan ini wajib:
a. disimpan untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun; dan
b. sekurang-kurangnya 2 (dua tahun) pertama dari jangka waktu 5 (lima) tahun
dimaksud, wajib disimpan pada tempat yang mudah dijangkau.
15. Pegawai Perantara Pedagang Efek yang menjalankan masing-masing fungsi
Perantara Pedagang Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan 4, dilarang
melakukan tugas di luar tugas dan tanggung jawab fungsinya sendiri dan/atau
dilarang memiliki akses terhadap catatan, buku, dan rekening pada fungsi lain
dari Perantara Pedagang Efek tersebut tanpa persetujuan tertulis dari direksi.
16. Pihak yang bukan pegawai Perantara Pedagang Efek dilarang masuk ke ruangan
unit kerja yang menjalankan fungsi pemasaran, fungsi manajemen risiko, fungsi
pembukuan, fungsi Kustodian, fungsi teknologi informasi, fungsi kepatuhan,
dan fungsi riset (jika ada) kecuali jika diawasi dengan ketat dan bersama dengan
pegawai Perantara Pedagang Efek yang berwenang atau dalam rangka
menjalankan kewenangannya berdasarkan undang-undang.
17. Setiap Pihak dan pegawai Perantara Pedagang Efek yang tidak berwenang
dilarang memiliki akses atau mengakses terhadap perangkat keras dan
perangkat lunak komputer dan dokumentasi Perantara Pedagang Efek
dimaksud, kecuali pegawai unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di
bawah direksi yang menjalankan fungsi kepatuhan dalam rangka menjalankan
fungsinya.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-548/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 20 -

18. Perantara Pedagang Efek wajib memiliki prosedur dan melakukan


pemberitahuan mengenai penanganan pesanan nasabah kepada nasabah dan
penyedia jasa dan pihak lain yang terkait apabila kegiatan usaha Perantara
Pedagang Efek dibekukan untuk sementara.
19. Dewan komisaris Perantara Pedagang Efek wajib mengawasi pelaksanaan
tanggung jawab fungsi kepatuhan dan melakukan tindak lanjut atas laporan
yang disampaikan oleh unit kerja, anggota direksi, atau pejabat setingkat di
bawah direksi yang menjalankan fungsi kepatuhan.
20. Perantara Pedagang Efek wajib menyusun prosedur pelaksanaan fungsi-fungsi
sebagaimana dimaksud dalam angka 3, angka 4, angka 13 huruf a butir 3) poin
c), dan angka 18 dalam bentuk prosedur operasi standar yang baku dan
memastikan bahwa prosedur operasi standar tersebut dipatuhi dan dilaksanakan
oleh semua pegawai yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut, serta
menyampaikan kepada Bapepam dan LK setiap ada perubahan material
terhadap prosedur operasi standar paling lambat 7 (tujuh hari) setelah
dilakukannya perubahan tersebut sebagaimana dimaksud dalam angka 5 huruf
b butir 9) Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.A.1 tentang Perizinan
Perusahaan Efek.
21. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal,
Bapepam dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap Pihak yang
melanggar ketentuan Peraturan ini, termasuk Pihak yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Desember 2010

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal


dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 19541111 198112 1 001

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 19551222 198002 1 001an ahyu Adi
Suryo
NIP 060076008
Lampiran : 1
Peraturan Nomor: V.D.3

FORMULIR NOMOR: V.D.3-1

Nomor : ... ............... , ...........................20....


Lampiran : ...
Perihal : Laporan Rencana KEPADA
Penyerahan Pelaksanaan Yth. Ketua Badan Pengawas Pasar
Fungsi ……………………. Modal dan Lembaga Keuangan
di -
Jakarta

Dengan ini kami menyampaikan rencana perusahaan kami untuk menyerahkan


pelaksanaan (outsourcing) fungsi …………………….. Sebagai informasi, bersama ini
terlampir kami sampaikan:

1. Deskripsi Penyedia Jasa yang menerima penyerahan pelaksanaan fungsi, meliputi


antara lain:

a. Nama Penyedia Jasa.


b. Bidang usaha Penyedia Jasa.
c. Kemampuan Penyedia Jasa dalam standar yang tinggi untuk melaksanakan
fungsinya.
d. Kemampuan Penyedia Jasa memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian;
e. Faktor-faktor operasional dan kemampuan keuangan Penyedia Jasa secara
kualitatif dan kuantitatif.
f. Faktor reputasi Penyedia Jasa.
g. Cakupan asuransi oleh Penyedia Jasa (jika ada).
h. Adanya potensi benturan kepentingan khususnya bila Penyedia Jasa bergerak di
bidang usaha yang sama.
i. Kemampuan dan kecukupan sumber daya yang dimiliki Penyedia Jasa apabila
memiliki perjanjian penyerahan pelaksanaan fungsi Perantara Pedagang Efek
kepada pihak lain (outsourcing) dengan beberapa Pihak.

2. Deskripsi kegiatan yang akan diserahkan kepada Penyedia Jasa.

Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak diucapkan terima
kasih.

Direksi PT ……………,

.............................................
(nama jelas)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR KEP-549/BL/2010

TENTANG

PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN EFEK


YANG DISIMPAN OLEH PERUSAHAAN EFEK

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan dan


administrasi rekening Efek nasabah di Perusahaan Efek, maka
dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor V.D.4 tentang Pengendalian dan
Perlindungan Efek Yang Disimpan Oleh Perusahaan Efek,
Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:
Kep-28/PM/1998 tanggal 19 Juni 1998 sebagaimana diubah dengan
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-
26/PM/1999 tanggal 31 Desember 1999, dengan menetapkan
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan yang baru;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun
2006;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PENGENDALIAN
DAN PERLINDUNGAN EFEK YANG DISIMPAN OLEH
PERUSAHAAN EFEK.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

-2-

Pasal 1

Ketentuan mengenai Pengendalian dan Perlindungan Efek Yang


Disimpan Oleh Perusahaan Efek diatur dalam Peraturan Nomor
V.D.4 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2

Perusahaan Efek yang telah mendapatkan izin usaha dari Bapepam


dan LK sebelum berlakunya Keputusan ini, wajib melakukan
penyesuaian dengan ketentuan dalam Peraturan Nomor V.D.4,
Lampiran Keputusan ini paling lambat tanggal 31 Januari 2012.

Pasal 3

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-


28/PM/1998 tanggal 19 Juni 1998 tentang Pengendalian dan
Perlindungan Efek Yang Disimpan Oleh Perusahaan Efek
sebagaimana diubah dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor: Kep-26/PM/1999 tanggal 31 Desember 1999
tetap berlaku sampai dengan tanggal 31 Januari 2012.

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Desember 2010

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal


dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 19541111 198112 1 001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 19551222 198002 1 001an

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep- 549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

PERATURAN NOMOR V.D.4 : PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN


EFEK YANG DISIMPAN OLEH
PERUSAHAAN EFEK

1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:


a. Buku Pembantu Efek adalah catatan mengenai Efek yang disimpan pada
Perusahaan Efek atau dimiliki oleh Perusahaan Efek yang dibuat dalam
bentuk pembukuan berpasangan yang menunjukkan Posisi Long, Posisi Short
dan lokasi Efek tersebut.
b. Efek Bebas adalah Efek yang tercatat sebagai Posisi Long rekening Efek
nasabah dalam Buku Pembantu Efek yang merupakan kelebihan atas Efek
Jaminan nasabah dan dapat ditarik oleh nasabah dari rekening Efek setiap
saat.
c. Efek Dimiliki adalah Efek milik Perusahaan Efek sendiri yang dipisahkan
dari Efek milik nasabah.
d. Efek Dipisahkan adalah:
1) Efek nasabah dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek yang tidak
sedang dijaminkan kepada Perusahaan Efek atau tidak sedang terikat
dengan kewajiban penyelesaian transaksi; dan/atau
2) Efek nasabah tidak dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek lebih
dari 5 (lima) hari kerja.
e. Efek Jaminan adalah Efek yang tercatat sebagai Posisi Long rekening Efek
nasabah dalam Buku Pembantu Efek yang bukan merupakan Efek Bebas.
f. Efek Tidak Dipisahkan adalah Efek dalam pengendalian langsung
Perusahaan Efek yang dimiliki oleh nasabah dan sedang dijaminkan kepada
Perusahaan Efek atau terikat dengan kewajiban penyelesaian transaksi
nasabah atau dalam proses administrasi di Emiten atau Biro Administrasi
Efek yang akan diterbitkan dalam waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
Efek tersebut dimasukkan ke Emiten atau Biro Administrasi Efek.
g. Posisi Long adalah saldo Efek dalam akun tertentu di Buku Pembantu Efek
yang menunjukkan sejumlah Efek yang dimiliki oleh Perusahaan Efek atau
sejumlah Efek yang wajib diserahkan oleh Perusahaan Efek kepada nasabah.
h. Posisi Short adalah saldo Efek dalam akun tertentu di Buku Pembantu Efek
yang menunjukkan sejumlah Efek yang dijual oleh Perusahaan Efek untuk
kepentingannya sendiri dan/atau kepentingan nasabah, tetapi pada saat
dijual Efek dimaksud belum dimiliki oleh Perusahaan Efek dan/atau belum
diserahkan oleh nasabah kepada Perusahaan Efek.
i. Selisih Efek adalah jumlah Efek yang dicatat dalam Buku Pembantu Efek
yang menunjukkan:
1) kelebihan atau kekurangan yang ditemukan dalam perhitungan Efek
seperti misalnya perhitungan dan rekonsiliasi antara Buku Pembantu Efek
dan rekening Efek dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3
tentang Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan
Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-2-

2) kelebihan atau kekurangan yang ditemukan dalam rekonsiliasi harian


antara Buku Besar dan Buku Pembantu Efek sebagaimana disyaratkan
dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian
Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai
Perantara Pedagang Efek; atau
3) kelebihan atau kekurangan saldo dalam rekonsiliasi harian debit dan
kredit dalam Buku Pembantu Efek sebagaimana disyaratkan dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal
Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara
Pedagang Efek.
2. Perusahaan Efek wajib melakukan pembukuan harian atas Efek yang disimpan
pada Perusahaan Efek atau dimiliki oleh Perusahaan Efek melalui Buku
Pembantu Efek dan menyusun Laporan Buku Pembantu Efek dengan
menggunakan Formulir Nomor V.D.5-7 Lampiran 7 Peraturan Nomor V.D.5,
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan Modal Kerja Bersih
Disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor
V.D.5 tentang Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan.
3. Pembukuan pada Buku Pembantu Efek
a. Saldo di sisi debit dalam Buku Pembantu Efek menunjukkan
kepemilikan atas Efek dalam akun sebagai berikut:
1) Efek Reverse Repo;
2) Portofolio Perusahaan Efek (Posisi Long);
3) Efek dalam rekening Efek nasabah (Posisi Long):
a) Efek Bebas; dan
b) Efek Jaminan;
4) Transaksi beli Efek nasabah pemilik rekening Efek;
5) Efek milik Perusahaan Efek lain:
a) Efek yang dipinjam dari Perusahaan Efek lain;
b) Transaksi jual Efek; dan
c) Gagal serah Perusahaan Efek;
6) Efek yang akan diserahkan ke Lembaga Kliring dan Penjaminan:
a) Efek yang dipinjam dari Lembaga Kliring dan Penjaminan; dan
b) Efek serah atas hasil kliring;
7) Efek milik Perusahaan Efek lain, Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun,
Bank, dan/atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal
Perusahaan Efek Yang Menjalankan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara
Pedagang Efek:
a) Transaksi beli; dan
b) Gagal serah;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-3-

8) Efek yang dipinjam dari Pihak lain; dan


9) Selisih Efek positif.
b. Saldo di sisi kredit dalam Buku Pembantu Efek menunjukkan lokasi
Efek yang ada dalam akun sebagai berikut:
1) Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek dikelompokkan
dalam Efek Dimiliki, Efek Dipisahkan, dan Efek Tidak Dipisahkan, yang
meliputi sebagai berikut:
a) Efek yang disimpan di unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian
Perusahaan Efek;
b) Efek yang disimpan pada kotak penyimpanan yang disewa oleh
Perusahaan Efek pada Bank Kustodian;
c) Efek yang ada dalam rekening Efek pada Bank Kustodian;
d) Efek yang ada dalam rekening Efek pada Perusahaan Efek lain;
e) Efek yang ada dalam rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian;
f) Efek yang ada pada Emiten atau Biro Administrasi Efek; dan
g) Efek yang ada dalam rekening Efek pada lembaga penyimpanan
lainnya;
2) Efek tidak dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek
dikelompokkan dalam:
a) Efek tidak dalam pengendalian langsung sampai dengan 5 (lima) hari
kerja; dan
b) Efek tidak dalam pengendalian langsung lebih dari 5 (lima) hari kerja
yang dikelompokkan dalam Efek Dimiliki dan Efek Dipisahkan.
3) Efek tidak dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek sebagaimana
dimaksud pada butir 2) meliputi sebagai berikut:
a) Efek yang dipakai sebagai jaminan pinjaman di bank atau di lembaga
keuangan;
b) Efek dalam perjalanan antar kantor dalam satu Perusahaan Efek;
c) Efek dalam perjalanan ke Perusahaan Efek lain, Bank Kustodian,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian dimana bukti pengiriman belum diterima;
d) Efek yang akan diterima dari kustodian luar negeri, lembaga kliring
luar negeri, atau dari perusahaan efek luar negeri;
e) Efek pada Emiten atau Biro Administrasi Efek yang belum diterbitkan
dalam 5 (lima) hari kerja terhitung sejak Efek tersebut dimasukkan ke
Emiten atau Biro Administrasi Efek;
f) Efek yang akan diterima dari Emiten sebagai akibat adanya
pembagian hak dalam rangka aksi korporasi misalnya dividen saham
atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu pada tanggal pencatatan;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-4-

g) Efek repo atau re-repo;


h) Transaksi jual Efek nasabah pemilik rekening;
i) Efek dijual yang belum dimiliki (Posisi Short);
j) Efek yang akan diterima dari Perusahaan Efek lain:
(1) Efek dipinjamkan;
(2) Transaksi beli Efek; dan
(3) Gagal terima Perusahaan Efek;
k) Efek yang akan diterima dari Lembaga Kliring dan Penjaminan:
(1) Efek dipinjamkan; dan
(2) Efek terima atas hasil kliring;
l) Efek yang akan diterima dari nasabah kelembagaan:
(1) Transaksi jual; dan
(2) Gagal terima;
m) Posisi Short dalam rekening Efek nasabah terafiliasi; dan
n) Posisi Short dalam rekening Efek nasabah tidak terafiliasi; dan
3) Selisih Efek negatif.
c. Buku Pembantu Efek wajib diselenggarakan dan dicocokkan saldo hariannya
untuk masing-masing jenis Efek termasuk kekurangan atau kelebihan yang
ada wajib dibukukan ke akun Selisih Efek positif atau akun Selisih Efek
negatif.
d. Pembukuan dalam Buku Pembantu Efek wajib paling kurang terdiri dari:
1) jumlah Efek dalam hal saham, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,
waran, Unit Penyertaan Reksa Dana, Efek Beragun Aset arus kas tidak
tetap, Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estat, atau Efek lain yang
mempunyai karakteristik sejenis;
2) nilai nominal dalam hal obligasi korporasi, sukuk, Sertifikat Bank
Indonesia, Surat Berharga Negara, Efek Beragun Aset arus kas tetap, atau
surat utang lainnya; dan
3) jumlah kontrak dalam hal Opsi atau K ontrak B erjangka atas Efek
atau atas Indeks Efek yang telah dibuat standarnya atau Efek lain
yang mempunyai karakteristik sejenis.
e. Buku Pembantu Efek wajib menunjukkan saldo dari masing-masing jenis
Efek secara terpisah.
f. Masing-masing jenis Efek wajib ditandai dengan angka yang sesuai dengan
standar ISIN (International Securities Identification Number).
g. Transaksi yang wajib dibukukan secara harian ke dalam Buku Pembantu
Efek menyangkut semua perubahan status kepemilikan atau lokasi Efek yang
dimiliki oleh Perusahaan Efek atau nasabahnya menyangkut transaksi antara
lain sebagai berikut:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-5-

1) pembelian dan penjualan Efek;


2) pinjam meminjam Efek;
3) penerimaan dan penyerahan Efek;
4) gagal serah atau gagal terima Efek; dan
5) Efek yang timbul sebagai akibat dari pembagian hak dalam rangka aksi
korporasi oleh Emiten, misalnya Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau
dividen saham.
h. Pembelian atau penjualan Efek untuk kepentingan rekening Efek nasabah
wajib dibukukan ke dalam sub akun transaksi beli Efek nasabah pemilik
rekening atau transaksi jual Efek nasabah pemilik rekening pada tanggal
transaksi dan dipindahbukukan pada akun Posisi Long atau Posisi Short
nasabah pada tanggal penyelesaian transaksi sesuai kontrak.
i. Pembelian atau penjualan Efek untuk rekening Perusahaan Efek wajib
dibukukan kedalam rekening tersebut pada tanggal transaksi mengikat
Perusahaan Efek.
j. Gagal serah dan gagal terima wajib dibukukan pada tanggal penyelesaian
sesuai kontrak jika penyelesaian transaksi tidak dilakukan. Penyelesaian atas
transaksi yang mengalami kegagalan dimaksud wajib dibukukan pada
tanggal kegagalan tersebut dapat diselesaikan.
k. Perpindahan Efek antar lokasi atau rekening Efek wajib dibukukan pada
tanggal pemindahan dimaksud.
l. Analisa umur atas posisi Efek dalam Buku Pembantu Efek wajib dilakukan
secara harian.
m. Buku Pembantu Efek wajib menunjukkan jangka waktu sampai dengan 5
(lima) hari kerja dan lebih dari 5 (lima) hari kerja dalam posisi berikut:
1) Efek dalam perjalanan antar kantor dalam satu Perusahaan Efek;
2) Efek dalam perjalanan ke Perusahaan Efek lain, Bank Kustodian, Lembaga
Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
dimana bukti pengiriman belum diterima;
3) Efek di Emiten atau Biro Administrasi Efek yang belum diterbitkan dalam
5 (lima) hari kerja terhitung sejak Efek tersebut dimasukkan ke Emiten
atau Biro Administrasi Efek;
4) Efek yang akan diterima dari Emiten sebagai akibat adanya pembagian
hak dalam rangka aksi korporasi;
5) gagal terima;
6) gagal serah; atau
7) Selisih Efek.
n. Perusahaan Efek wajib membuat ikhtisar catatan harian atas semua
perubahan pada Buku Pembantu Efek untuk setiap sub-akun pada Buku
Pembantu Efek.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-6-

o. Posisi Short dan Posisi Long dalam Buku Pembantu Efek wajib ditandai
dengan nomor rekening Efek masing-masing nasabah.
p. Saldo Efek dalam akun pada Buku Pembantu Efek yang menunjukkan Efek
yang akan diterima dari atau Efek yang akan diserahkan kepada Perusahaan
Efek, Bank Kustodian, Emiten, Biro Administrasi Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, lembaga
penyimpanan lainnya, atau lembaga keuangan lainnya wajib ditunjukkan
secara terpisah untuk masing-masing Pihak tersebut.
q. Buku Pembantu Efek wajib menunjukkan sub-akun untuk Efek yang ada
dalam Posisi Long nasabah sebagai berikut:
1) Efek Bebas; dan
2) Efek Jaminan.
r. Buku Pembantu Efek wajib menunjukkan rekening titipan terpisah dari
rekening Efek.
4. Kewajiban Perusahaan Efek untuk menempatkan Efek Nasabah Dalam
Pengendalian Langsung Perusahaan Efek
a. Perusahaan Efek wajib untuk mengambil tindakan yang cepat dan efektif
untuk menjaga agar Efek yang ada dalam Posisi Long rekening Efek nasabah
berada dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek.
b. Efek Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek
sesudah periode 5 (lima) hari kerja harus diganti dengan Efek yang dibeli
oleh Perusahaan Efek.
c. Perusahaan Efek dimungkinkan untuk memperpanjang waktu 5 (lima) hari
kerja untuk membeli Efek sebagaimana dimaksud pada huruf b, dengan
ketentuan bahwa:
1) Perusahaan Efek telah menyisihkan uang sejumlah nilai pasar wajar Efek
yang belum berada dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek
tersebut dan ada dalam rekening khusus di bank atas nama Perusahaan
Efek untuk kepentingan (qq) pemegang rekening untuk menjamin Efek
Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek;
dan
2) Perusahaan Efek telah secara aktif dan terus menerus melakukan tindakan
terbaik dan benar untuk memastikan Efek dimaksud dalam pengendalian
langsung Perusahaan Efek.
5. Pemisahan Efek Nasabah
Perusahaan Efek wajib menghitung secara harian jumlah Efek Bebas dan Efek
Jaminan dengan prosedur sebagai berikut:
a. melakukan perhitungan Efek Jaminan yang dapat ditahan sebagai jaminan
penyelesaian pesanan terbuka dan kewajiban nasabah lainnya yang tidak
termasuk kewajiban dalam Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin dan
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling sesuai perhitungan
manajemen risiko Perusahaan Efek yang diterapkan secara konsisten dalam
menentukan batasan transaksi (trading limit) setiap nasabahnya sebagaimana
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-7-

dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang


Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha
Sebagai Perantara Pedagang Efek.
b. berdasarkan perhitungan Efek Jaminan pada huruf a, Perusahaan Efek wajib:
1) memisahkan sejumlah Efek Dipisahkan sekurang-kurangnya sejumlah
Efek Bebas, dengan menambah atau mengurangkan Efek Dipisahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) untuk Efek yang berbentuk fisik dan ada di tempat penyimpanan
yaitu di unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian atau di kotak
penyimpanan Bank Kustodian, pemisahan wajib dilakukan secara
fisik; atau
b) untuk Efek yang ada dalam rekening Efek dalam pengelolaan Bank
Kustodian, Perusahaan Efek lain, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, atau lembaga penyimpanan lainnya, pemisahan
dilaksanakan dengan memberi instruksi kepada Kustodian tersebut
untuk mentransfer Efek antar rekening Efek; dan
2) membukukan sejumlah Efek dalam rekening Efek nasabah (Posisi Long)
sebagai Efek Bebas dan Efek Jaminan.
6. Perlindungan Efek Nasabah
a. Perusahaan Efek tidak dapat menggunakan Efek nasabah untuk jaminan
penyelesaian kewajiban Perusahaan Efek kepada Lembaga Kliring dan
Penjaminan kecuali apabila disetujui oleh nasabah yang bersangkutan
dengan perjanjian khusus yang jelas dan terpisah dari perjanjian lainnya.
b. Perjanjian khusus sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 7 huruf b butir 4) Peraturan
Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal Perusahaan
Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek.
c. Dalam hal nasabah menyetujui penggunaan Efek nasabah sebagai Efek
Jaminan maka Perusahaan Efek wajib membuka Sub Rekening Efek Jaminan
atas nama nasabah dimaksud dan menempatkan Efek Jaminan tersebut
dalam Sub Rekening Efek Jaminan pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.
d. Apabila terdapat nasabah umum yang mendapatkan penjatahan Efek pada
Penawaran Umum, dan belum memiliki rekening Efek, maka nasabah
dimaksud wajib membuka rekening Efek sehingga menjadi nasabah pemilik
rekening, dan Perusahaan Efek wajib:
1) membuka Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian atas nama nasabah dimaksud; dan
2) memindahbukukan Efek milik nasabah dimaksud ke dalam Sub Rekening
Efek nasabah sesuai dengan tanggal distribusi yang ditentukan Emiten.
e. Perusahaan Efek wajib memberikan akses informasi kepada nasabahnya
yang memungkinkan nasabahnya dapat secara langsung memonitor mutasi
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-8-

dan/atau saldo Efek dan/atau dana yang disimpan pada Sub Rekening Efek
atas nama nasabah tersebut pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
7. Pembukuan dan penyelesaian Selisih Efek
a. Selisih Efek wajib dibukukan secara harian;
b. Perusahaan Efek wajib segera melakukan pemeriksaan dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencari sebab dan menyelesaikan Selisih
Efek yang terjadi; dan
c. Selisih Efek yang belum diselesaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja wajib
diganti dengan cara membeli.
8. Penilaian Harian pada Buku Pembantu Efek
a. Dalam melakukan penentuan nilai pasar wajar Efek, Perusahaan Efek wajib
mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku,
menerapkan secara konsisten dan mendokumentasikan hal-hal yang terkait
dengan penerapan SAK dimaksud.
b. Nilai Pasar Wajar untuk Efek berikut harus dinilai secara harian, yaitu:
1) Sertifikat Bank Indonesia;
2) Surat Berharga Negara;
3) Obligasi korporasi, Sukuk korporasi, atau Efek Beragun Aset Arus Kas
Tetap yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia;
4) Efek Bersifat Ekuitas yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, Reksa Dana
yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia,
atau Efek Beragun Aset Arus Kas Tidak Tetap yang tercatat di Bursa Efek
di Indonesia;
5) Efek Bersifat Ekuitas yang tidak lagi tercatat pada Bursa Efek di Indonesia
(delist);
6) Efek yang diperdagangkan di bursa efek luar negeri;
7) Unit Penyertaan Reksa Dana;
8) Investasi yang dikelola oleh Perusahaan Efek lain;
9) Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estat;
10) Kontrak Opsi atas Efek atau atas Indeks Efek;
11) Kontrak Berjangka atas Efek atau atas Indeks Efek; dan
12) Efek lain yang terdaftar di Bapepam dan LK.
c. Nilai akun portofolio dalam buku besar Perusahaan Efek wajib disesuaikan
secara harian dengan Nilai Pasar Wajar sebagaimana dimaksud pada huruf b
dan dicatat dalam akun pengendali.
d. Nilai Pasar Wajar Posisi Long dan Posisi Short pada rekening Efek nasabah
wajib diringkas sebagai berikut:
1) nilai Efek Bebas nasabah terafiliasi;
2) nilai Efek Bebas nasabah tidak terafiliasi;
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

-9-

3) nilai Efek Jaminan nasabah terafiliasi;


4) nilai Efek Jaminan nasabah tidak terafiliasi;
5) nilai Posisi Short nasabah terafiliasi; dan
6) nilai Posisi Short nasabah tidak terafiliasi.
e. Nilai Pasar Wajar atas Efek Dalam Pengendalian Langsung Perusahaan Efek
wajib diringkas dan dibukukan ke akun pengendali sebagai berikut:
1) Efek di unit kerja yang menjalankan fungsi Kustodian;
2) Efek dalam kotak penyimpanan Bank Kustodian;
3) Efek di rekening Efek pada Bank Kustodian;
4) Efek di rekening Efek Perusahaan Lain;
5) Efek di rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
6) Efek di Emiten atau Biro Administrasi Efek yang belum diterbitkan dalam
5 (lima) hari kerja terhitung sejak Efek tersebut dimasukkan ke Emiten
atau Biro Administrasi Efek; dan
7) Efek di rekening Efek lembaga penyimpanan lainnya.
9. Tanggung Jawab Direktur Perusahaan Efek atas Buku Pembantu Efek
a. Perusahaan Efek wajib melaporkan ke Bapepam dan LK nama dua direktur
yang bertanggung jawab mengawasi pembukuan harian pada Buku
Pembantu Efek, memastikan Efek nasabah berada dalam pengendalian
langsung Perusahaan Efek, mengelompokkan Efek ke dalam Efek Dipisahkan
dan Efek Tidak Dipisahkan, melakukan penyelesaian atas Selisih Efek, dan
melakukan pembelian Efek untuk mengganti Efek sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan ini; dan
b. satu diantara dua direktur sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus
menandatangani laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan harian yang
disimpan dalam arsip Perusahaan Efek.
10. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam
dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap Pihak yang melanggar
ketentuan Peraturan ini, termasuk Pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 2010

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal


dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 195411111981121001
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-549/BL/2010
Tanggal : 28 Desember 2010

- 10 -

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 19551222 198002 1 001an

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008
Peraturan Nomor V.D.5

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR: KEP-20/PM/2003
TENTANG

PEMELIHARAAN DAN PELAPORAN MODAL KERJA BERSIH DISESUAIKAN

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka memperkuat kondisi keuangan dan kemampuan


operasional Perusahaan Efek dan sejalan dengan peningkatan modal
disetor bagi Perusahaan Efek sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 179/KMK.010/2003 tanggal 5 Mei 2003
tentang Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek, maka
perlu penyesuaian Modal Kerja Bersih Disesuaikan bagi Perusahaan
Efek dengan menetapkan Keputusan Ketua Bapepam yang baru;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran


Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan lembaran Negara Nomor
3608);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan


Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Pemeriksaan di


Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 87,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun 2000;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG


PEMELIHARAAN DAN PELAPORAN MODAL KERJA BERSIH
DISESUAIKAN.

Pasal 1

Ketentuan mengenai Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan, diatur dalam
P e r a t u r a n N o m o r : V. D . 5 s e b a g a i m a n a d i m u a t d a l a m L a m p i r a n K e p u t u s a n i n i .

IV-1
Peraturan Nomor V.D.5

Pasal 2

(1) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam sebelum diberlakukannya Keputusan ini, wajib
menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a Lampiran
Keputusan ini, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

(2) Bagi Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam
sebelum diberlakukannya Keputusan ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 huruf b Lampiran Keputusan ini, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

(3) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Manajer
Investasi yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebelum diberlakukannya Keputusan
ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf e
Lampiran Keputusan ini, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.200.000.000,00 (sepuluh miliar dua ratus juta
rupiah);

b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus
juta rupiah).

(4) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan Manajer Investasi yang telah memperoleh
izin usaha dari Bapepam sebelum diberlakukannya Keputusan ini, wajib menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf f Lampiran Keputusan ini, dengan
ketentuan sebagai berikut :

a. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2003 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 10.200.000.000,00 (sepuluh miliar dua ratus juta
rupiah);

b. paling lambat pada tanggal 31 Desember 2004 wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua
ratus juta rupiah).

IV-2
Peraturan Nomor V.D.5

Pasal 3

Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-27/PM/1999
tanggal 31 Desember 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 8 Mei 2003

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

IV-3
Peraturan Nomor V.D.5
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003

PERATURAN NOMOR V.D.5 : PEMELIHARAAN DAN PELAPORAN MODAL KERJA


BERSIH DISESUAIKAN

1. Setiap Perusahaan Efek wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan ketentuan
sebagai berikut :

a. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek wajib memiliki
Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah).

b. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan
paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

c. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
tidak mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki Modal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

d. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Manajer Investasi wajib memiliki
Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).

e. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan Manajer
Investasi wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar
Rp25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus juta rupiah).

f. Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan Manajer Investasi wajib memiliki Modal
Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima
miliar dua ratus juta rupiah).

2. Perusahaan Efek wajib menyiapkan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan mengisi
for mulir V.D.5-1, V.D.5-2, V.D.5-3 dan V.D.5-4 dengan ketentuan sebagai berikut :

a. laporan tersebut wajib ditandatangani direktur Perusahaan Efek dan disimpan pada
bagian akuntansi kantor pusat Perusahaan Efek; dan

b. laporan tersebut wajib disiapkan dalam format digital dengan lajur dan kolom sebagaimana
dimaksud dalam peraturan ini dan disampaikan dalam bentuk disket atau e-mail yang
rincian teknisnya akan ditentukan oleh Bapepam bagi setiap Perusahaan Efek.

3. Perusahaan Efek wajib memelihara dan menyampaikan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 peraturan ini setiap hari kerja kepada Bapepam,
Bursa Efek bagi Perusahaan Efek menjadi Anggota Bursa Efek serta Lembaga Kliring dan
Penjaminan bagi Perusahaan Efek menjadi Anggota Kliring, berdasarkan posisi akhir hari
sebelumnya selambat-lambatnya pukul 09.00 WIB.

IV-4
Peraturan Nomor V.D.5

LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003

4. Bursa Efek wajib melarang anggotanya yang tidak melaporkan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
sebagaimana dimaksud dalam angka 3 peraturan ini untuk melakukan transaksi bursa.

5. Perusahaan Efek wajib menyampaikan statistik kegiatan Perusahaan Efek bulanan dalam
format digital sesuai dengan formulir V.D.5-5 kepada Bapepam selambat-lambatnya pada
hari kerja ke-5 (kelima) bulan berikutnya. Keterlambatan atas penyampaian laporan tersebut
dikenakan denda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 63 huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal.

6. Jika Perusahaan Efek gagal memenuhi Modal Kerja Bersih Disesuaikan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 peraturan ini, maka pada hari kerja berikutnya wajib :

a. menghentikan pembukaan rekening Efek untuk nasabah baru;

b. menghentikan transaksi jual beli Efek yang akan meningkatkan Posisi Long atau Posisi
Short pada portofolio milik Perusahaan Efek kecuali melaksanakan atau menjual Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu;

c. menghentikan transaksi Efek yang akan meningkatkan Saldo Debit atau Posisi Short
pada rekening nasabah;

d. menghentikan seluruh transaksi jual dan beli Efek dalam rekening Efek nasabah, kecuali
transaksi untuk mengurangi Posisi Short atau Saldo Debit dan melaksanakan atau
menjual Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu jika kekurangan Modal Kerja Bersih
Disesuaikan melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah Modal Kerja Bersih
Disesuaikan yang disyaratkan; dan

e. menyampaikan kepada Bapepam rencana yang memuat jadwal, tata cara dan bentuk
peningkatan modal, pengurangan kegiatan usaha atau penghentian kegiatan usaha
serta menyampaikan tembusannya kepada Bursa Efek bagi Perusahaan Efek yang
menjadi Anggota Bursa Efek tersebut.

7. Bapepam dapat menyetujui, menolak atau meminta penyempurnaan dari rencana Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf e peraturan ini.

8. Setiap hari kerja dalam periode Perusahaan Efek gagal memenuhi Modal Kerja Bersih
Disesuaikan, Perusahaan Efek wajib melaporkan secara tertulis pelaksanaan rencana
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf e peraturan ini kepada Bapepam dan Bursa
Efek bagi Perusahaan Efek yang menjadi Anggota Bursa Efek.

9. Bapepam akan mencabut izin usaha Perusahaan Efek dan mewajibkan Perusahaan Efek
yang bersangkutan untuk menyampaikan rencana penyelesaian seluruh kewajiban pada
nasabahnya, apabila Perusahaan Efek dimaksud gagal memenuhi Modal Kerja
Bersih Disesuaikan dalam periode lebih dari 30 (tiga puluh) hari berturut-turut atau lebih
dari 60 (enam puluh) hari dalam periode 12 (dua belas) bulan.

IV-5
Peraturan Nomor V.D.5
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003
10. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melakukan pemeriksaan setempat terhadap Anggota
Bursa Efek yang gagal memenuhi batas minimal Modal Kerja Bersih Disesuaikan selambat-
lambatnya pukul 13.00 WIB pada hari berikutnya atau pada hari Anggota Bursa Efek tidak
menyerahkan laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib mengawasi kegiatan Anggota Bursa Efek yang
melanggar peraturan mengenai Modal Kerja Bersih Disesuaikan untuk memastikan bahwa
Anggota Bursa Efek yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan yang dilarang dalam
peraturan ini; dan

b. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melaporkan segera kepada Bapepam setiap tindakan
yang dilakukan oleh Anggota Bursa Efek yang bertentangan dengan peraturan ini serta
sanksi yang diberikan oleh Bursa Efek kepada Anggota Bursa Efek yang bersangkutan.

11. Satuan Pemeriksa Bursa Efek wajib melaporkan kepada Bapepam selambatlambatnya pukul
15.00 WIB pada hari berikutnya setelah dimulainya pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam angka 10 peraturan ini, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. informasi tentang pemenuhan terhadap Peraturan Nomor V.D.3 tentang Pengendalian


Interen dan Penyelenggaraan Pembukuan Perusahaan Efek;

b. perlu tidaknya pembatasan lebih jauh terhadap kegiatan Anggota Bursa Efek dimaksud
dengan tujuan melindungi kepentingan nasabah; dan

c. penilaian atas kelayakan rencana yang disampaikan kepada Bapepam oleh Anggota
Bursa Efek untuk memastikan bahwa rencana tersebut layak untuk dilaksanakan.

12. Anggota direksi Perusahaan Efek yang membawahi bidang Perantara Pedagang Efek atau
Penjamin Emisi Efek wajib mengikuti program pendidikan lanjutan yang diselenggarakan oleh
Panitia Standar Profesi setiap 3 (tiga) tahun sekali untuk mendalami :

a. Peraturan Nomor III. A.10 tentang Transaksi Efek;

b. Peraturan Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Interen dan Penyelenggaraan Pembukuan


Perusahaan Efek;

c. Peraturan Nomor V.D.4 tentang Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan Oleh
Perusahaan Efek;

d. Peraturan Nomor V.D.5 tentang Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan;

e. informasi yang wajib dilaporkan dalam formulir V.D.5-1, V.D5-2, V.D.5-3, V.D.5-4, dan V.D.5-
5; dan

f. Peraturan Nomor VI. A.3 tentang Rekening Efek Pada Kustodian.

IV-6
Peraturan Nomor V.D.5

LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-20/PM/2003
Ta n g g a l : 8 Mei 2003

13. Akuntan yang memeriksa laporan keuangan Perusahaan Efek wajib memeriksa perhitungan
Modal Kerja Bersih Disesuaikan dengan mengambil sampel sebanyak 15 (lima belas) hari
kerja secara acak selama tahun buku yang diperiksa dan memberikan pendapat apakah
Modal Kerja Bersih Disesuaikan telah didasarkan atas informasi yang benar dan dihitung
serta dilaporkan dengan cara yang benar.

14. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam dapat
mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan peraturan ini, termasuk Pihak
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 8 Mei 2003

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

IV-7
Peraturan Nomor V.D.5

FORMULIR NOMOR: V.D.5-1

A B C D
1. Neraca Percobaan Harian (Aktiva)
2.
3. Nama Perusahaan Efek :
4. Tanggal :
5. Direktur yang Bertanggung Jawab Atas Laporan Ini :
6. Saldo Terafiliasi Tidak
Terafiliasi
7. Aktiva Lancar
8. Kas dan Setara Kas
9. Rekening qq Saldo Kredit Rekening Efek Nasabah
10. Rekening qq Efek Nasabah
11. Simpanan Giro Bank
12. Deposito Berjangka
13. Efek Beli dengan Janji Jual Kembali
14. Portofolio Sendiri (Nilai Pasar Wajar)
15. SBI dan Surat Hutang Pemerintah Indonesia
16. SBPU Perusahaan Indonesia yang Diperingkat
17. Efek Bersifat Ekuitas yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
18. Efek Bersifat Hutang yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
19. Efek Lain yang Terdaftar di Bapepam
20. Efek yang Tercatat di Bursa Efek Luar Negeri
21. Piutang Nasabah Pemilik Rekening Efek
22. Transaksi Beli Efek
23. Saldo Debit Rekening Efek Nasabah
24. Piutang Nasabah Umum
25. Piutang Nasabah Kelembagaan
26. Transaksi Beli Efek
27. Gagal Serah-Transaksi Kelembagaan
28. Piutang Lembaga Kliring dan Penjaminan
29. Uang Jaminan untuk Peminjaman Efek
30. Uang Jaminan untuk Transaksi Bursa
31. Piutang Transaksi Bursa
32. Piutang Perusahaan Efek

IV-8
Peraturan Nomor V.D.5

Saldo Terafiliasi Tidak


Terafiliasi
33. Uang Jaminan untuk Peminjaman Efek

34. Saldo Rekening Efek pada Anggota Kliring

35. Transaksi Jual Efek

36. Piutang Komisi

37. Gagal Serah – Perusahaan Efek

38. Piutang Dividen dan Bunga

39. Total Aktiva Lancar

40. Penyertaan di Bursa Efek

41. Jaminan Lainnya

42. Selisih Efek Positif

43. Aktiva Keuangan Lainnya

44. Aktiva Tetap Dikurangi Penyusutan

45. Aktiva Lainnya

46. Total Aktiva Tetap dan Aktiva Lainnya

47. TOTAL AKTIVA

IV-9
Peraturan Nomor V.D.5

FORMULIR NOMOR: V.D.5-2


A B C D
48. Neraca Percobaan Harian (Kewajiban dan Ekuitas)
49.
50. Nama Perusahaan Efek :
51. Tanggal :
52. Direktur yang Bertanggung Jawab Atas Laporan Ini :
53. Saldo Bebas Dijaminkan
54. Kewajiban
55. Hutang Bank Jangka Pendek
56. Surat Hutang Jangka Pendek
57. Efek Jual dengan Janji Beli Kembali
58. Efek yang Dijual, Belum Dibeli (Nilai Pasar Wajar)
59. SBI dan Surat Hutang Pemerintah Indonesia
60. SBPU Perusahaan Indonesia yang Diperingkat
61. Efek Bersifat Ekuitas yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
62. Efek Bersifat Hutang yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
63. Efek Lain yang Terdaftar di Bapepam
64. Efek yang Tercatat di Bursa Efek Luar Negeri
65. Hutang Nasabah Pemilik Rekening Efek
66. Transaksi Jual Efek
67. Saldo Kredit Rekening Efek Nasabah
68. Hutang Nasabah Umum
69. Hutang Nasabah Kelembagaan
70. Transaksi Jual Efek
71. Gagal Terima – Transaksi Kelembagaan
72. Hutang Transaksi Bursa – Lembaga Kliring Penjaminan
73. Hutang Perusahaan Efek
74. Saldo Rekening Efek pada Anggota Kliring
75. Transaksi Beli Efek
76. Hutang Komisi
77. Gagal Terima – Perusahaan Efek
78. Selisih Efek Negatif
79. Hutang Jangka Pendek Lainnya
80. Hutang Jangka Panjang
81. Hutang Sub-Ordinasi
82. TOTAL KEWAJIBAN
83. TOTAL EKUITAS
84. TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS

IV-10
Peraturan Nomor V.D.5

FORMULIR NOMOR: V.D.5-3


A B C D

1. Penilaian Buku Pembantu Efek


2.
3. Nama Perusahaan Efek :
4. Tanggal :
5. Direktur yang Bertanggung Jawab Atas Laporan Ini :
6.
7. Saldo Debit dalam Buku Pembantu Efek
8. Saldo < = 15 hr > 15 hr
9. Efek Beli dengan Janji Jual Kembali
10. Portofolio Perusahaan Efek – Posisi Long
11. Efek Dalam Rekening Efek Nasabah Posisi Long
12. Efek Bebas
13. Efek Jaminan
14. Transaksi Beli Efek Nasabah Pemilik Rekening
15. Efek Milik Perusahaan Efek Lain
16. Efek yang Dipinjam dari Perusahaan Efek
17. Transaksi Jual Efek
18. Gagal Serah-Perusahaan Efek
19. Efek yang Akan Diserahkan ke Lembaga Kliring dan Penjaminan
20. Efek yang dipinjam dari Lembaga Kliring dan Penjaminan
21. Efek Serah Atas Transaksi Kliring
22. Efek Milik Nasabah Umum
23. Efek Milik Nasabah Kelembagaan
24. Transaksi Beli Nasabah Kelembagaan
25. Gagal Serah-Nasabah Kelembagaan
26. Selisih Efek Positif
27. Total Debit (Nilai Pasar Wajar)
28.
29.
30. Saldo Kredit Dalam Buku Pembantu Efek
31. Saldo D ipisahkan Tdk Dipisahkan

32. Efek Dalam Pengendalian Langsung Perusahaan Efek


33. Bagian Jasa Kustodian
34. Efek Dalam Kotak Penyimpanan Bank Kustodian
35. Rekening Efek Bank Kustodian
36. Rekening Efek LPP
37. Emiten atau BAE (Konfirmasi Dalam 15 Hari)
38. Total Efek Dalam Pengendalian Langsung Perusahaan Efek
39.

IV-11
Peraturan Nomor V.D.5

Saldo <=15 hr > 15 hr


40. Efek Tidak Dalam Pengendalian Langsung Perusahaan
41. Sebagai Jaminan di Bank atau Lembaga Keuangan
42. Dalam Perjalanan Antar Kantor Perusahaan Efek Sendiri
43. Dalam Perjalanan ke Lembaga Keuangan Lain (konfirmasi belum diterima)
44. Dari Bank atau Lembaga Kliring Luar Negeri
45. Dari Perusahaan Efek Luar Negeri
46. Di Rekening Efek Perusahaan Efek Bukan Anggota Kliring
47. Di Emiten atau BAE (Belum dikonfirmasikan dalam 15 hari)
48. Efek yang akan Diterima Dari Emiten sebagai Akibat adanya Pembagian Hak
49. Efek Jual dengan Janji Beli Kembali
50. Transaksi Jual Efek Nasabah Pemilik Rekening
51. Efek Dijual yang Belum Dibeli (Posisi Short)
52. Efek yang Akan Diterima dari Perusahaan Efek
53. Efek Dipinjamkan
54. Transaksi Beli Efek
55. Gagal Terima-Perusahaan Efek
56. Efek yang Akan Diterima dari Lembaga Kliring dan Penjaminan
57. Efek Dipinjamkan
58. Efek Transaksi Kliring
69. Efek yang Akan Diterima dari Nasabah Umum
60. Efek yang Akan Diterima dari Nasabah Kelembagaan
61. Transaksi Jual Nasabah Kelembagaan
62. Gagal Terima-Nasabah Kelembagaan
63. Selisih Efek Negatif
64. Posisi Short Rekening Efek Nasabah ( Terafiliasi )
65. Posisi Short Rekening Efek Nasabah ( Tidak Terafiliasi )
65. Total Efek Tidak Dalam Pengendalian Langsung Perusahaan
66. Total Kredit (Nilai Pasar Wajar)

IV-12
Peraturan Nomor V.D.5

FORMULIR NOMOR: V.D.5-4

A B C D E F G
1. Laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan

2.

3. Nama Perusahaan Efek :

4. Tanggal :

5. Direktur yang Bertanggung Jawab :

6.

7. Formulir Lajur Kolom Jumlah Faktorisasi Total

8. Modal Kerja Bersih

9. Total Aktiva Lancar V.D.5-1 39 B 1.00

10. Kurang:

11. Total Kewajiban V.D.5-2 82 B 1.00

12. Modal Kerja

13. Penyesuaian Menyeluruh

14. Tambah:

15. Hutang Sub-Ordinasi V.D5-2 81 B 1.00

16. Kurang:

17. Milik Pihak Afiliasi V.D.5-1 39 C 1.00

18. Posisi Short Rekening Efek Nasabah-Perseorangan Afiliasi V.D.5-3 65 B 1.00

19. Modal Kerja Kotor Disesuaikan

20. Kurang:

21. Penyesuaian Resiko Pasar

22. SBI dan Hutang lain yang diterbitkan Pemerintah Indonesia V.D.5-1 15 B 0.10

23. SBPU Perusahaan Indonesia yang Diperingkat V.D.5-1 16 B 0.20

24. Efek Bersifat Ekuitas yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia V.D.5-1 17 B 0.10

25. Efek Bersifat Hutang yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia V.D.5-1 18 B 0.20

26. Efek Lain yang Terdaftar di Bapepam V.D.5-1 19 B 0.30

27. Efek yang Tercatat di Bursa Efek Luar Negeri V.D.5-1 20 B 0.90

28. Penyesuaian Resiko Kepercayaan

29. Gagal Serah-Nasabah Kelembagaan (Non afiliasi) V.D.5-1 27 D 1.00

IV-13
Peraturan Nomor V.D.5

30. Gagal Serah-Perusahaan Efek (Non Afiliasi) V.D.5-1 37 D 1.00

31. Penyesuaian Resiko Kegiatan Usaha :

32. Kurang :

33. Dalam Perjalanan Antar Kantor Perusahaan V.D.5-3 43 D 0.50


Efek Sendiri (> 15 hari)

34. Dalam Perjalanan ke Lembaga Keuangan Lain V.D.5-3 44 D 0.50


(konfirmasi belum diterima >15 hari)

35. Di Emiten dan BAE (Belum di V.D.5-3 48 D 0.50


konfirmasi dalam 15 hari)

36. Efek yang Akan Diterima dari Emiten sebagai V.D.5-3 49 D 0.50
Akibat Pembagian Adanya Hak (>15 hari)

37. Gagal Terima –Perusahaan Efek (> 15 hari) V.D.5-3 56 D 0.50

38. Gagal Terima-Nasabah Kelembagaan (>15 hari) V.D.5-3 63 D 0.50

39. Selisih Efek Negatif (>15 hari) V.D.5-3 64 D 0.50

40. Penyesuaian Tambahan

41. Kurang:

42. Kelebihan Total Kewajiban (baris 11) Melebihi


25 Kali Modal Kerja (baris 12) - (jika ada)

43. Modal Kerja Bersih Disesuaikan (Total dari yang diatas)

44. Kurang:

45. Modal Kerja Bersih Disesuaikan yang Seharusnya

46. Lebih (Kurang) Modal Kerja Bersih Disesuaikan

IV-14
Peraturan Nomor V.D.5

FORMULIR NOMOR: V.D.5-5

A B C D
1. Statistik Kegiatan Perusahaan Efek Bulanan
2.
3. Nama Perusahaan Efek :
4. Tanggal :
5. Direktur yang Bertanggung Jawab :
6. Total Terafiliasi Tidak
Terafiliasi
7. Total Pembelian Efek untuk Nasabah Pemilik Rekening Efek (bulan ini)
8. Total Pembelian Efek untuk Nasabah Umum (bulan ini)
9. Total Pembelian Efek untuk Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
10. Total Pembelian Efek untuk Perusahaan Efek (bulan ini)
11. Total Penjualan Efek untuk Nasabah Pemilik Rekening Efek (bulan ini)
12. Total Penjualan Efek untuk Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
13. Total Penjualan Efek untuk Perusahaan (bulan ini)
14. Total Transaksi Bursa (bulan ini)
15. Total Transaksi Luar Bursa (bulan ini)
16. Jumlah Rekening Efek (akhir bulan)
17. Jumlah Rekening Efek pada Saldo Debit (akhir bulan)
18. Jumlah Rekening Efek pada Posisi Short (akhir bulan)
19. Jumlah Transaksi Bursa Nasabah (bulan ini)
20. Jumlah Transaksi Bursa Perusahaan Efek (bulan ini)
21. Jumlah Gagal Serah-Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
22. Jumlah Gagal Serah-Perusahaan Efek (bulan ini)
23. Jumlah Gagal Terima-Nasabah Kelembagaan (bulan ini)
24. Jumlah Gagal Terima-Perusahaan Efek (bulan ini)
25. Total Berizin Tidak Berizin
26. Jumlah Direksi dan Pegawai (akhir bulan)
27. Jumlah Pegawai pada Divisi Kustodian (akhir bulan)
28. Jumlah Pegawai pada Divisi Pemasaran (akhir bulan)
29. Jumlah Pegawai pada Divisi Akuntansi (akhir bulan)
30. Jumlah Pegawai pada Divisi Pemesanan/Perdagangan (akhir bulan)
31. Tanggal
32. Tanggal Rekonsiliasi Rekening Bank Terakhir
33. Tanggal Penghitungan dan Rekonsiliasi Terakhir Buku Pembantu Efek
oleh Karyawan Perusahaan
34. Tanggal Penghitungan dan Rekonsiliasi Terakhir Buku Pembantu Efek
oleh Auditor Independen
35. Tanggal Pemeriksaan Terakhir oleh Bursa

IV-15
Peraturan Nomor III.A.10

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR KEP- 42/PM/1997

TENTANG

TRANSAKSI EFEK

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang


Pasar Modal, dipandang perlu untuk menetapkan Keputusan Ketua
Bapepam tentang Transaksi Efek;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran


Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608);
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3587);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 322/M Tahun 1995;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG


TRANSAKSI EFEK.

Pasal 1

Ketentuan mengenai Transaksi Efek diatur dalam Peraturan Nomor III.A.10 sebagaimana dimuat
dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Februari 1998.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 26 Desember 1997

BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


Ketua,

I PUTU GEDE ARY SUTA


NIP. 060065493

IV-1
Peraturan Nomor III.A.10

LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997

PERATURAN NOMOR III.A.10 : TRANSAKSI EFEK

1. Definisi

a. Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa.

b. Netting adalah kegiatan Kliring yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi setiap anggota Kliring
untuk menyerahkan atau menerima saldo Efek tertentu untuk setiap jenis Efek yang ditransaksikan
dan untuk menerima atau membayar sejumlah uang untuk seluruh Efek yang ditransaksikan.

c. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam-meminjam Efek, atau kontrak lain
mengenai Efek atau harga Efek.

d. Transaksi di Luar Bursa adalah transaksi antar Perusahaan Efek atau antara Perusahaan Efek dengan
Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak yang bukan Perusahaan Efek.

e. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening adalah transaksi Efek yang dilaksanakan oleh Perusahaan
Efek untuk kepentingan rekening nasabahnya sesuai dengan kontrak antara Perusahaan Efek
dengan nasabah tersebut, yang dibuat sesuai dengan angka 5 Peraturan Nomor V.D.3 dan angka
4 Peraturan Nomor V.D.6.

f. Transaksi Nasabah Umum adalah transaksi melalui pemesanan Efek dalam Penawaran Umum oleh
pemodal yang tidak mempunyai rekening Efek pada Perusahaan Efek sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 huruf a butir 3) Peraturan Nomor V.D.3.

g. Transaksi Nasabah Kelembagaan adalah transaksi Efek antara Perusahaan Efek dengan nasabah
kelembagaan tertentu yang didasarkan pada perjanjian antara Perusahaan Efek dengan nasabah
kelembagaan tersebut seperti perusahaan asuransi, Reksa Dana, bank atau lembaga keuangan
lainnya yang tidak mempunyai rekening Efek pada Perusahaan Efek tersebut, sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 huruf a butir 3) Peraturan Nomor V.D.3.

2. Transaksi Bursa

a. Bursa Efek dilarang membuat peraturan yang melarang atau menghalangi Emiten atau Biro
Administrasi Efek untuk mendaftar Efek yang diperoleh melalui Transaksi di Luar Bursa, atau
mensyaratkan bahwa pemindahan Efek harus didasarkan pada Transaksi Bursa, akan tetapi Bursa
Efek dapat melarang anggotanya untuk melaksanakan transaksi di luar Bursa atas Efek yang tercatat
di Bursa Efek.

b. Bursa Efek dilarang membuat peraturan yang melarang atau menghalangi Perusahaan Efek, Emiten,
Biro Administrasi Efek, atau Pihak lain untuk :

1) memindahkan Efek dari rekening Efek yang satu ke rekening Efek yang lain pada atau antar
Bank Kustodian atau Perusahaan Efek;

2) memindahkan Efek ke dalam atau keluar Penitipan Kolektif;

IV-2
Peraturan Nomor III.A.10

LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997

3) mengalihkan Efek menjadi atas nama Perusahaan Efek atau Lembaga Kliring dan
Penjaminan untuk digunakan sebagai jaminan; dan

4) mengalihkan Efek dalam rangka pinjam-meminjam Efek, hibah, warisan, atau putusan
pengadilan.

c. Bursa Efek wajib mengeluarkan peraturan yang memuat ketentuan dan persyaratan Transaksi
Bursa.

d. Bursa Efek dapat menetapkan lebih dari satu jenis Transaksi Bursa, dengan ketentuan bahwa
masing-masing jenis Transaksi Bursa tersebut dilaksanakan pada pasar yang berbeda yang
dikelola dan diawasi oleh Bursa Efek.

e. Peraturan Bursa Efek untuk masing-masing jenis Transaksi Bursa wajib memuat antara lain:

1) saat kontrak mulai mengikat;

2) syarat pembatalan kontrak, jika ada;

3) ketentuan mengenai jam dan tanggal yang telah ditentukan sebelumnya untuk penyelesaian
transaksi atau ketentuan mengenai jam dan tanggal untuk penyelesaian transaksi yang
dapat ditentukan secara bebas oleh Anggota Bursa Efek beli, Anggota Bursa Efek jual,
atau keduanya secara bersama-sama;

4) ketentuan mengenai bentuk dan isi surat kuasa, dokumen pengalihan hak, dan keterangan
atau pernyataan mengenai pengalihan hak atas Efek yang dicetak pada sertifikat Efek;

5) ketentuan mengenai sertifikat Efek, termasuk denominasi, metode pencetakan, jenis,


berat dan ukuran kertas, kondisi fisik, dan ciri khusus pengamanan, dalam hal penyelesaian
Transaksi Bursa dilakukan secara fisik;

6) ketentuan mengenai bentuk dan cara pembayaran dalam rangka penyelesaian transaksi;

7) ketentuan mengenai penyelesaian transaksi yang dapat dilakukan secara bagian demi
bagian, jika ada;

8) ketentuan mengenai tata cara penyelesaian transaksi, termasuk ketentuan mengenai :

a) penyelesaian transaksi yang dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan atau dengan


cara fisik; dan

b) penyelesaian transaksi yang dilakukan dengan cara per transaksi antar Anggota Bursa
Efek atau antara Anggota Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau
dengan cara Netting antara Anggota Bursa Efek dengan Lembaga Kliring dan
Penjaminan;

9) ketentuan mengenai hak-hak Anggota Bursa Efek beli seperti dividen, saham bonus,
bunga, dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, serta ketentuan mengenai hak-hak
dimaksud dalam hal terdapat penundaan atau kegagalan dalam penyelesaian Transaksi
Bursa, dan ketentuan mengenai penagihan atas hak Anggota Bursa Efek beli serta
pengembalian pajak;

10) ketentuan mengenai batas waktu perbaikan atas setiap jenis kesalahan dalam penyelesaian
Transaksi Bursa, jika ada;

IV-3
Peraturan Nomor III.A.10

LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997

11) ketentuan mengenai sanksi termasuk denda dalam hal terjadi kegagalan penyelesaian Transaksi
Bursa, jika ada; dan

12) penanggulangan yang wajib ditempuh dalam hal terjadi kegagalan dalam penyelesaian Transaksi
Bursa.

f. Transaksi Bursa yang negosiasinya terjadi secara otomatis mengikat pada saat penawaran beli dan
penawaran jual bertemu melalui sistem komputer, dan transaksi tersebut hanya dapat dibatalkan apabila
disetujui oleh Anggota Bursa Efek beli, Anggota Bursa Efek jual, dan Bursa Efek pada hari yang sama
sebelum Kliring dilaksanakan.

g. Transaksi Bursa yang terjadi sebagai akibat negosiasi langsung antar Anggota Bursa Efek mulai mengikat
pada saat sebagaimana diatur oleh peraturan Bursa Efek yang dapat didasarkan pada konfirmasi yang
disampaikan oleh Anggota Bursa Efek beli, Anggota Bursa Efek jual, atau keduanya, dengan atau tanpa
persetujuan atas konfirmasi dimaksud.

h. Nasabah Anggota Bursa Efek hanya bertanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya kepada Anggota
Bursa Efek yang melaksanakan transaksi untuk kepentingan nasabah yang bersangkutan dan tidak
bertanggung jawab kepada Pihak lain termasuk Lembaga Kliring dan Penjaminan, Anggota Bursa Efek
lain, dan nasabah Anggota Bursa Efek lain.

i. Dalam hal penyelesaian Transaksi Bursa dilaksanakan melalui proses Netting dan pemindah bukuan,
maka :

1) hubungan hukum antar Anggota Bursa Efek yang menimbulkan hak dan kewajiban atas Transaksi
Bursa yang dilakukannya beralih menjadi hubungan hukum antara Anggota Bursa Efek yang
bersangkutan dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan pada saat Kliring dilaksanakan; dan

2) masing-masing Anggota Bursa Efek yang melaksanakan transaksi dimaksud tidak dapat menuntut
satu sama lain.

j. Efek dari jenis dan klasifikasi yang sama yang diterbitkan oleh Emiten tertentu yang menjadi obyek dalam
Transaksi Bursa adalah sepadan dan penyelesaian atas transaksi tersebut tidak dapat dibatasi, seperti
oleh :

1) kepemilikan oleh Pihak tertentu, misalnya kepemilikan oleh Pihak asing; atau

2) nomor seri sertifikat Efek tertentu.

3. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening

a. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening antara lain meliputi pesanan jual beli, pesanan pinjam meminjam,
penerimaan hak-hak pemegang rekening atas Efek, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
rekening Efek nasabah tersebut.

b. Dalam hubungannya dengan Transaksi Nasabah Pemilik Rekening, nasabah tersebut hanya terikat
kepada Perusahaan Efek yang melaksanakan Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa dan
tidak terikat kepada Pihak lain termasuk Perusahaan Efek lain atau Lembaga Kliring dan Penjaminan
yang menjadi Pihak atau terkait dalam Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa tersebut.

IV-4
Peraturan Nomor III.A.10

LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997

c. Dalam hal pesanan jual beli Efek telah dilaksanakan melalui Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa,
maka nasabah pemilik rekening dan Perusahaan Efek yang melaksanakan transaksi tersebut terikat pada
jumlah dan jenis Efek, harga, dan tanggal penyelesaian Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa.

d. Pesanan nasabah dapat ditolak atau dibatalkan oleh Perusahaan Efek.

e. Dalam hal Perusahaan Efek membatalkan pesanan nasabah, maka Perusahaan Efek wajib menyampaikan
pemberitahuan kepada nasabah secara tertulis pada hari yang sama.

f. Nasabah dapat membatalkan pesanannya setiap saat sebelum transaksi dilaksanakan.

g. Dalam hal transaksi tetap dilaksanakan walaupun nasabah telah membatalkan pesanannya, maka nasabah
tetap bertanggung jawab atas transaksi yang bersangkutan kecuali transaksi dilaksanakan :

1) 30 menit atau lebih sesudah perintah pembatalan pesanan diterima oleh Perusahaan Efek untuk
Transaksi Efek yang dilakukan di Indonesia; atau

2) 24 jam atau lebih sesudah perintah pembatalan pesanan diterima oleh Perusahaan Efek untuk
Transaksi Efek yang dilakukan di luar negeri.

h. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening wajib diselesaikan oleh Perusahaan Efek dan nasabahnya pada hari
penyelesaian yang ditetapkan dalam Transaksi Bursa atau Transaksi di Luar Bursa, tanpa memperhatikan
apakah Transaksi Bursa telah diselesaikan antara Perusahaan Efek dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan
atau apakah Transaksi di Luar Bursa telah diselesaikan antara Perusahaan Efek yang satu dengan
Perusahaan Efek yang lain dengan ketentuan sebagai berikut :

1) penyelesaian Transaksi Nasabah Pemilik Rekening dilaksanakan dengan mendebit atau mengkredit
Efek dan dana pada rekening Efek nasabah pada hari penyelesaian;

2) Perusahaan Efek bertindak sebagai Kustodian atas Efek yang tercatat dalam rekening Efek nasabah
dan sebagai Pihak yang berhutang atas dana yang tercatat dalam Saldo Kredit dalam rekening Efek
nasabah sesudah penyelesaian Transaksi Nasabah Pemilik Rekening;

3) nasabah bertanggung jawab atas kewajiban yang timbul dari setiap Posisi Short dan atas Saldo Debit
dalam rekening Efeknya sesudah penyelesaian Transaksi Nasabah Pemilik Rekening; dan

4) Dalam hal penyelesaian Transaksi Bursa Beli dilaksanakan dengan uang pengganti, maka uang
pengganti tersebut dibagikan kepada para Pemegang Rekening Beli berdasarkan urutan waktu
terjadinya Transaksi Bursa tersebut.

i. Sebagai Kustodian atas Efek yang dicatat dalam rekening Efek nasabah, Perusahaan Efek bertanggung
jawab untuk menyerahkan Efek dimaksud kepada nasabah atas permintaan nasabah, kecuali Efek tersebut
dijaminkan untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek.

j. Sebagai Pihak yang berhutang atas Saldo Kredit dalam rekening Efek nasabah, Perusahaan Efek
bertanggung jawab untuk membayar jumlah Saldo Kredit dimaksud atas permintaan nasabah, kecuali
jumlah Saldo Kredit tersebut dijaminkan untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek.

IV-5
Peraturan Nomor III.A.10

LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997

k. Berdasarkan perjanjian antara nasabah dan Perusahaan Efek, Efek dan dana dalam rekening Efek
merupakan jaminan atas kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek.

l. Perusahaan Efek wajib mencatat dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
dan hak-hak lain yang melekat pada Efek pada Posisi Long dalam rekening Efek nasabah, dengan
ketentuan bahwa pencatatan tersebut wajib memperhitungkan pajak bagi nasabah dimaksud.

m. Perusahaan Efek wajib mencatat kewajiban nasabah kepada Perusahaan Efek tersebut untuk
membayar atau menyerahkan dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,
dan hak-hak lain yang melekat pada Efek pada Posisi Short dalam rekening Efek nasabah, dengan
ketentuan bahwa pencatatan tersebut dilaksanakan tanpa memperhitungkan pajak yang berlaku
bagi nasabah dimaksud.

n. Perusahaan Efek dapat mewajibkan nasabah untuk membayar bunga atas Saldo Debet atau
membayar bunga kepada nasabah atas Saldo Kredit dalam rekening Efek nasabah sesuai dengan
perjanjian tertulis antara Perusahaan Efek dengan nasabahnya.

o. Perusahaan Efek bertanggung jawab untuk membayar dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu, dan hak-hak lain yang melekat pada Efek yang tercatat dalam rekening Efek
nasabah pada tanggal jatuh tempo hak tersebut tanpa memperhatikan apakah Perusahaan Efek
tersebut telah menagih dividen, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, atau
hak-hak lain yang melekat pada Efek yang bersangkutan.

p. Perusahaan Efek wajib mengirim konfirmasi tertulis kepada nasabah atas setiap Transaksi Nasabah
Pemilik Rekening untuk kepentingan nasabah tersebut pada hari transaksi dilaksanakan, dengan
memuat hal-hal sebagai berikut :

1) nama dan alamat Perusahaan Efek;

2) nama dan alamat nasabah;

3) nomor rekening Efek;

4) tanggal transaksi dilaksanakan;

5) tanggal transaksi harus diselesaikan;

6) rincian mengenai transaksi seperti jumlah, jenis, denominasi, dan harga Efek;

7) Bursa Efek atau pasar dimana transaksi dilaksanakan;

8) penjelasan apakah dalam transaksi tersebut Perusahaan Efek bertindak sebagai pedagang
atau perantara;

9) komisi dan atau biaya atas transaksi tersebut, jika ada; dan

10) nilai bersih transaksi.

q. Konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam huruf p di atas, dapat dikirimkan melalui surat, faksimili,
diantar langsung, e-mail, atau cara lain yang disetujui oleh nasabah dan Perusahaan Efek.

4. Transaksi Nasabah Umum

a. Transaksi Nasabah Umum wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam Prospektus.

IV-6
Peraturan Nomor III.A.10

LAMPIRAN :
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-42/PM/1997
Tanggal : 26 Desember 1997

b. Jika dalam Penawaran Umum terjadi kelebihan permintaan Efek, Perusahaan Efek harus
memprioritaskan pesanan melalui rekening Efek, kecuali dalam hal rekening Efek dimiliki
oleh Pihak terafiliasi sebagaimana dimaksud dalam angka 5 huruf c Peraturan Nomor
IX.A.7.

5. Transaksi di Luar Bursa

a. Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mencatat Transaksi
tersebut pada tanggal transaksi tersebut mulai mengikat.

b. Perusahan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mencatat dalam rekening
Gagal Terima atau Gagal Serah atas Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian
transaksi tersebut pada tanggal yang ditentukan.

c. Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi di Luar Bursa wajib mengirim konfirmasi atas
Transaksi di Luar Bursa kepada Perusahaan Efek lain atau Pihak lain yang menjadi Pihak
dalam Transaksi di Luar Bursa pada tanggal transaksi tersebut dilaksanakan.

6. Transaksi Nasabah Kelembagaan

a. Transaksi Nasabah Kelembagaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan


dalam perjanjian antara Perusahaan Efek dan nasabah kelembagaan.

b. Penyelesaian Transaksi Nasabah Kelembagaan dapat dilakukan dengan cara penyerahan


uang dan Efek pada saat yang bersamaan, atau dengan cara lain, sesuai dengan perjanjian
yang dibuat oleh para Pihak.

c. Perusahaan Efek wajib mencatat setiap Transaksi Nasabah Kelembagaan pada tanggal
transaksi tersebut mulai mengikat.

d. Perusahaan Efek wajib mencatat dalam rekening Gagal Terima atau Gagal Serah atas
Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian Transaksi Nasabah Kelembagaan pada
tanggal yang ditentukan untuk penyelesaian transaksi tersebut.

e. Perusahaan Efek wajib mengirim konfirmasi kepada nasabah kelembagaan yang menjadi
Pihak dalam Transaksi Nasabah Kelembagaan dengan memuat hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 huruf p peraturan ini.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 26 Desember 1997

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

I PUTU GEDE ARYSUTA


NIP 060065493

IV-7
OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 26/POJK.04/2014

TENTANG

Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa salah satu tujuan pendirian Lembaga Kliring


dan Penjaminan adalah untuk melaksanakan
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa yang
teratur, wajar, dan efisien sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal;

b. bahwa penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa


merupakan salah satu kegiatan pengelolaan risiko di
bidang Pasar Modal yang memerlukan adanya
pengaturan yang jelas dan menjamin kepastian
hukum;

c. bahwa pengaturan mengenai Penjaminan


Penyelesaian Transaksi Bursa dan pengaturan
mengenai Dana Jaminan perlu disesuaikan dengan
perkembangan praktik penjaminan dan penyelesaian
transaksi di Bursa Efek;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1995...
-2-

1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 3608);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang


Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG


PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang


dimaksud dengan:

1. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa adalah


kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk
seketika dan langsung mengambil alih tanggung jawab
Anggota Kliring yang gagal memenuhi kewajibannya
berkaitan dengan penyelesaian Transaksi Bursa dan
untuk menyelesaikan transaksi tersebut pada waktu
dan cara yang sama sebagaimana diwajibkan kepada
Anggota Kliring yang bersangkutan.

2. Dana Jaminan adalah kumpulan dana dan/atau Efek


yang diadministrasikan dan dikelola oleh Lembaga
Kliring dan Penjaminan yang digunakan untuk
melakukan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan.

3. Cadangan Jaminan adalah akumulasi dana yang


berasal dari penyisihan laba bersih Lembaga Kliring
dan Penjaminan dalam bentuk kas atau setara kas
yang digunakan untuk melakukan Penjaminan
Penyelesaian...
-3-

Penyelesaian Transaksi Bursa oleh Lembaga Kliring


dan Penjaminan.

4. Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban


yang timbul dari Transaksi Bursa.

5. Netting adalah kegiatan Kliring yang menimbulkan hak


dan kewajiban bagi setiap Anggota Kliring untuk
menyerahkan atau menerima sejumlah saldo Efek
tertentu untuk setiap jenis Efek yang ditransaksikan
dan untuk menerima atau membayar sejumlah saldo
dana untuk seluruh atau setiap jenis Efek yang
ditransaksikan.

6. Anggota Kliring adalah Anggota Bursa Efek atau pihak


lain, yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
layanan jasa Kliring dan Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Bursa berdasarkan peraturan Lembaga
Kliring dan Penjaminan.

7. Agunan adalah dana, Efek, dan/atau instrumen


keuangan lainnya milik Anggota Kliring sebagai
jaminan yang dapat digunakan oleh Lembaga Kliring
dan Penjaminan untuk menyelesaikan Transaksi Bursa
dan/atau untuk menyelesaikan kewajiban Anggota
Kliring kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan.

8. Rekening Jaminan adalah Rekening Efek Anggota


Kliring pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
untuk menempatkan Agunan berbentuk Efek dan/atau
dana yang dapat digunakan oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan untuk menyelesaikan Transaksi Bursa
dan/atau untuk menyelesaikan kewajiban Anggota
Kliring tersebut kepada Lembaga Kliring dan
Penjaminan.

9. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh


Anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek,
pinjam meminjam Efek, atau kontrak lain mengenai

Efek...
-4-

Efek atau harga Efek.

10. Transaksi Dipisahkan adalah Transaksi Bursa yang


dipisahkan dari Penjaminan Penyelesaian Transaksi
Bursa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan atau
atas perintah Otoritas Jasa Keuangan.

11. Efek Tidak Dijamin adalah Efek yang ditetapkan oleh


Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan
berdasarkan persyaratan tertentu yang penyelesaian
transaksinya tidak dijamin.

12. Jaringan Kredit adalah Anggota Kliring baik sendiri-


sendiri maupun bersama-sama yang diwajibkan untuk
menutup kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan
berkaitan dengan Penjaminan Penyelesaian Transaksi
Bursa.

13. Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko


adalah komite yang diangkat dan diberhentikan oleh
Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk memberi
masukan kebijakan kredit dan pengendalian risiko
guna mendukung pelaksanaan Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa.

BAB II

KEWAJIBAN PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA

Pasal 2

Bursa Efek wajib mengatur setiap jenis Transaksi Bursa


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan terkait Transaksi Efek serta Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini.

Pasal 3

Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib melaksanakan


Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa sesuai dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, peraturan Bursa
Efek, dan peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

Pasal 4...
-5-

Pasal 4

Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib bertanggung jawab


atas kerugian yang dialami setiap pihak sebagai akibat
keterlambatan Lembaga Kliring dan Penjaminan dalam
penyelesaian Transaksi Bursa yang dijaminnya.

Pasal 5

(1) Direktur dan/atau komisaris Lembaga Kliring dan


Penjaminan dapat diminta pertanggungjawaban secara
pribadi baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
atas segala kerugian yang diderita oleh Lembaga
Kliring dan Penjaminan atau pihak lain.

(2) Tanggung jawab direktur dan/atau komisaris Lembaga


Kliring dan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) timbul karena kelalaian atau pelanggaran
peraturan yang dilakukan direktur dan/atau
komisaris Lembaga Kliring dan Penjaminan yang
mengakibatkan Lembaga Kliring dan Penjaminan gagal
memenuhi kewajiban Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Bursa.

Pasal 6

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib memastikan


bahwa semua pesanan Transaksi Bursa Anggota
Kliring sebelum dilaksanakan mempunyai Agunan
yang cukup dan dikendalikan oleh Lembaga Kliring
dan Penjaminan.

(2) Kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Efek yang tidak dapat dijual dengan cepat atau


yang dihentikan sementara dari perdagangannya di
Bursa Efek tidak dapat digunakan sebagai Agunan
pada Rekening Jaminan kecuali untuk menjamin
penyelesaian penjualan Efek itu sendiri;
b. Lembaga...
-6-

b. Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib


mensyaratkan Anggota Kliring menyetor Agunan
tambahan pada Rekening Jaminan apabila nilai
pasar Agunan tersebut jatuh di bawah batas nilai
Agunan yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan
Kredit dan Pengendalian Risiko dan Lembaga
Kliring dan Penjaminan berhak menolak pesanan
Transaksi Bursa Anggota Kliring sampai Agunan
tambahan tersebut dipenuhi; dan

c. Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menolak


pesanan baru Transaksi Bursa Anggota Kliring
yang mempunyai saldo debit pada Agunan sampai
saldo Agunannya positif atau yang gagal memenuhi
kewajiban penyelesaian Transaksi Bursa kepada
Lembaga Kliring dan Penjaminan sampai kewajiban
tersebut dipenuhi.

Pasal 7

(1) Dalam rangka menjalankan fungsi Penjaminan


Penyelesaian Transaksi Bursa, Lembaga Kliring dan
Penjaminan membentuk Cadangan Jaminan.

(2) Pembentukan Cadangan Jaminan oleh Lembaga Kliring


dan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan penggunaannya dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. besarnya penyisihan dari laba bersih Lembaga


Kliring dan Penjaminan tahun berjalan, yang
dialokasikan ke Cadangan Jaminan ditentukan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham; dan

b. penggunaan Cadangan Jaminan tidak memerlukan


persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 8

(1) Bursa Efek wajib membuat kontrak dengan Lembaga


Kliring dan Penjaminan mengenai Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa.

(2) Kontrak...
-7-

(2) Kontrak antara Bursa Efek dengan Lembaga Kliring


dan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat ketentuan sebagai berikut:

a. Lembaga Kliring dan Penjaminan berwenang


menentukan Anggota Kliring yang dapat
melakukan Transaksi Bursa dan Anggota Kliring
yang dilarang melakukan Transaksi Bursa
berdasarkan hasil analisis risiko penjaminan;

b. Bursa Efek wajib memastikan bahwa Lembaga


Kliring dan Penjaminan memiliki fasilitas untuk
menganalisis tingkat risiko Anggota Kliring dan
berhak menyetujui atau menolak setiap pesanan
sebelum pesanan tersebut dapat dilaksanakan di
Bursa Efek;

c. Lembaga Kliring dan Penjaminan berhak untuk


mengetahui informasi berkaitan dengan Rekening
Jaminan setiap Anggota Kliring dan wajib memiliki
fasilitas untuk menerima informasi dimaksud
setiap saat serta wajib menetapkan persyaratan
Agunan yang wajib dipenuhi setiap Anggota Kliring;

d. Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib


mensyaratkan setiap Anggota Kliring untuk
menyerahkan saham Bursa Efek yang dimilikinya
sebagai Agunan;

e. Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat


mensyaratkan setiap Anggota Kliring untuk
memastikan pemegang saham mayoritas dan/atau
pemegang saham utama Anggota Kliring
menyerahkan sebagian atau seluruh saham
Anggota Kliring yang dimilikinya sebagai Agunan;

f. Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib


mensyaratkan setiap Anggota Kliring untuk
menerima tanggung jawab Jaringan Kredit sesuai
dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini;

g. Bursa...
-8-

g. Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan


wajib menetapkan persyaratan dan tata cara
penetapan Efek Tidak Dijamin berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini;

h. Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan


wajib menetapkan persyaratan dan tata cara
penetapan Transaksi Dipisahkan berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini;

i. Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan


wajib menetapkan parameter penghentian
sementara perdagangan atas Efek tertentu
dan/atau Anggota Kliring tertentu dalam rangka
melaksanakan pengelolaan risiko penjaminan; dan

j. Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib


menetapkan parameter kondisi Anggota Kliring
yang dinyatakan gagal memenuhi kewajiban
penyelesaian Transaksi Bursa dan tindakan yang
diambil oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan
dalam rangka penanganan kegagalan Anggota
Kliring tersebut.

Pasal 9

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib membuat


kontrak dengan setiap Anggota Kliring mengenai
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa.

(2) Kontrak antara Lembaga Kliring dan Penjaminan


dengan setiap Anggota Kliring sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan sebagai
berikut:

a. Lembaga Kliring dan Penjaminan hanya


bertanggung jawab melakukan Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa kepada Anggota
Kliring;

b. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh


Lembaga Kliring dan Penjaminan didasarkan pada

hasil...
-9-

hasil Kliring yang dilakukan secara Netting setiap


Anggota Kliring yang ditetapkan oleh Lembaga
Kliring dan Penjaminan;

c. kondisi Anggota Kliring yang dinyatakan gagal


memenuhi kewajiban penyelesaian Transaksi
Bursa dan tindakan yang diambil oleh Lembaga
Kliring dan Penjaminan dalam rangka penanganan
kegagalan Anggota Kliring;

d. kewajiban Anggota Kliring untuk membayar


kontribusi Dana Jaminan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan
peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan; dan

e. kewajiban Anggota Kliring untuk menerima


tanggung jawab Jaringan Kredit sesuai dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan
peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

BAB III

DANA JAMINAN

Pasal 10

(1) Anggota Kliring wajib membayar sejumlah uang


sebagai kontribusi untuk Dana Jaminan yang tidak
dapat ditarik kembali guna menjamin kelancaran dan
keamanan penyelesaian Transaksi Bursa.

(2) Kewajiban Anggota Kliring sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. kontribusi Dana Jaminan berasal dari kontribusi


awal Anggota Kliring baru dan kontribusi yang
didasarkan pada nilai transaksi setiap Anggota
Kliring;

b. penetapan besaran nilai kontribusi awal Anggota


Kliring baru termasuk tata cara pemungutannya,
ditetapkan dalam peraturan Lembaga Kliring dan
Penjaminan;
c. kontribusi...
-10-

c. kontribusi yang didasarkan pada nilai transaksi


sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayar
paling lambat pada hari penyelesaian Transaksi
Bursa melalui Lembaga Kliring dan Penjaminan;
dan

d. penetapan besaran nilai kontribusi yang


didasarkan pada nilai transaksi sebagaimana
dimaksud pada huruf a diatur dengan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 11

(1) Dana Jaminan hanya dapat digunakan oleh Lembaga


Kliring dan Penjaminan dalam rangka Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa.

(2) Penggunaan Dana Jaminan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. jika sumber keuangan berupa Cadangan Jaminan


dan kredit bank telah digunakan tetapi tidak
mencukupi untuk menyelesaikan kewajiban
Anggota Kliring yang gagal memenuhi kewajiban
penyelesaian Transaksi Bursa; dan

b. sebagai jaminan untuk memperoleh kredit bank


yang hanya ditujukan untuk Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa.

(3) Dana Jaminan yang digunakan untuk memperoleh


kredit bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b wajib terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian
Risiko.

(4) Setiap penggunaan Dana Jaminan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) wajib dilaporkan Lembaga
Kliring dan Penjaminan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya
setelah penggunaan Dana Jaminan.

Pasal 12...
-11-

Pasal 12

Penggunaan Dana Jaminan untuk menyelesaikan


Transaksi Bursa wajib dibayar kembali oleh Anggota Kliring
yang gagal menyelesaikan Transaksi Bursa dimaksud.

Pasal 13

Dana Jaminan bukan merupakan milik pihak tertentu dan


tidak didistribusikan kepada siapapun untuk keperluan
apapun kecuali untuk tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (2).

Pasal 14

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib mengelola Dana


Jaminan.

(2) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan berpendapat


Lembaga Kliring dan Penjaminan tidak sanggup untuk
mengelola Dana Jaminan dan tidak dapat melanjutkan
fungsinya atau tidak ada pihak lain yang mampu
menjalankan fungsi dan tanggung jawab Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Dana Jaminan wajib
diserahkan Lembaga Kliring dan Penjaminan kepada
Otoritas Jasa Keuangan untuk Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa.

Pasal 15

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat mengenakan


biaya atas jasa pengelolaan investasi Dana Jaminan
paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari
pendapatan bersih Dana Jaminan setelah pajak.

(2) Otoritas Jasa Keuangan dapat menentukan batasan


lain yang lebih kecil atas biaya jasa pengelolaan Dana
Jaminan dengan memperhatikan kondisi keuangan
Lembaga Kliring dan Penjaminan.

Pasal 16

(1) Dana Jaminan hanya dapat diinvestasikan dalam


deposito bank dan/atau Surat Berharga Negara.
(2) Investasi...
-12-

(2) Investasi Dana Jaminan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. komposisi dan batasan nilai investasi sesuai


dengan penetapan Komite Kebijakan Kredit dan
Pengendalian Risiko; dan

b. Surat Berharga Negara tersebut dapat dijadikan


dasar atau jaminan dalam transaksi jual Efek
dengan janji beli kembali (repurchase agreement)
dan/atau transaksi pinjam meminjam Efek dengan
Pemerintah dan Bank Indonesia.

Pasal 17

Dalam mengelola Dana Jaminan, Lembaga Kliring dan


Penjaminan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. memisahkan penyimpanan, pencatatan, dan


pembukuan antara aset Lembaga Kliring dan
Penjaminan dengan aset Dana Jaminan;

b. menyediakan tempat penyimpanan yang aman atas


aset Dana Jaminan;

c. Dana Jaminan yang diinvestasikan dalam deposito


bank wajib ditempatkan pada bank yang disetujui oleh
Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko; dan

d. Dana Jaminan yang diinvestasikan dalam Surat


Berharga Negara wajib disimpan di Rekening Efek pada
Kustodian yang disetujui oleh Komite Kebijakan Kredit
dan Pengendalian Risiko.

Pasal 18

Hasil investasi Dana Jaminan wajib ditambahkan ke dalam


Dana Jaminan setelah dikurangi biaya atas jasa
pengelolaan investasi oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan.

Pasal 19

(1) Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menyampaikan


laporan...
-13-

laporan keuangan Dana Jaminan secara bulanan dan


tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Kewajiban penyampaian laporan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:

a. laporan disusun dan disampaikan secara terpisah


dari laporan keuangan Lembaga Kliring dan
Penjaminan;

b. laporan disajikan dengan menggunakan Standar


Akuntansi Keuangan yang berlaku;

c. laporan ditandatangani paling sedikit oleh 1 (satu)


anggota Direksi Lembaga Kliring dan Penjaminan;

d. laporan bulanan disampaikan paling lambat hari


ke-15 (kelima belas) pada bulan berikutnya dengan
tembusan kepada Komite Kebijakan Kredit dan
Pengendalian Risiko dan Dewan Komisaris
Lembaga Kliring dan Penjaminan; dan

e. laporan keuangan tahunan disampaikan paling


lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal tahun
buku berakhir dan diaudit oleh akuntan yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

(3) Biaya yang berkaitan dengan jasa akuntansi dan audit


laporan keuangan tahunan Dana Jaminan dibebankan
pada Dana Jaminan dan besarnya biaya dimaksud
wajib dimintakan persetujuan terlebih dahulu oleh
Lembaga Kliring dan Penjaminan kepada Komite
Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko.

(4) Dalam hal batas waktu penyampaian laporan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dan
huruf e jatuh pada hari libur, maka penyampaian
laporan tersebut disampaikan pada 1 (satu) hari kerja
berikutnya.

BAB IV...
-14-

BAB IV

PROSEDUR PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA

Pasal 20

Anggota Kliring dinyatakan gagal memenuhi kewajibannya


berkaitan dengan penyelesaian Transaksi Bursa apabila
Anggota Kliring tidak dapat memenuhi sebagian atau
seluruh kewajibannya untuk menyelesaikan Transaksi
Bursa sesuai dengan waktu dan cara yang telah diatur
dalam peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

Pasal 21

(1) Dalam hal terjadi kegagalan Anggota Kliring


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Lembaga
Kliring dan Penjaminan wajib melaksanakan fungsi
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa.

(2) Fungsi Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan sumber keuangan dan urutan sebagai berikut:

a. Cadangan Jaminan;

b. Kredit bank, jika sudah ada kontrak antara


Lembaga Kliring dan Penjaminan dengan bank;

c. Dana Jaminan;

d. sumber keuangan dari anggota Jaringan Kredit


yang lain, apabila seluruh sumber keuangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan
huruf c telah digunakan tetapi tidak mencukupi,
dengan pembagian sebagai berikut:

1. 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah yang


dibutuhkan untuk membayar kewajiban
Lembaga Kliring dan Penjaminan dibagi sama
rata di antara anggota Jaringan Kredit yang
tersisa;

2. 80% (delapan puluh per seratus) dari jumlah


yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban

Lembaga...
-15-

Lembaga Kliring dan Penjaminan dibagi di


antara anggota Jaringan Kredit yang tersisa
secara proporsional berdasarkan nilai Kliring
masing-masing anggota Jaringan Kredit
dimaksud selama 6 (enam) bulan terakhir; dan

3. jumlah yang tidak dibayar dalam 30 (tiga


puluh) hari oleh anggota Jaringan Kredit
tertentu, dibagi kembali di antara anggota
Jaringan Kredit yang tersisa sesuai dengan
ketentuan angka 1 dan angka 2.

Pasal 22

Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan tindakan hukum


tertentu terhadap Anggota Jaringan Kredit yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (2) huruf d angka 3 dengan memperhatikan usulan
dari Lembaga Kliring dan Penjaminan.

Pasal 23

(1) Setiap penggunaan sumber keuangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajib dibayar
kembali dari sumber keuangan Anggota Kliring yang
gagal menyelesaikan Transaksi Bursa.

(2) Pembayaran kembali sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Lembaga Kliring dan Penjaminan melakukan


proses permintaan setoran dana dan/atau
menggunakan sumber keuangan Anggota Kliring
yang gagal menyelesaikan Transaksi Bursa yang
berada di bawah penguasaan Lembaga Kliring dan
Penjaminan paling lambat 2 (dua) hari Bursa
setelah penggunaan sumber keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2);

b. Lembaga Kliring dan Penjaminan melakukan


proses penjualan Efek dalam Rekening Jaminan
Anggota Kliring yang gagal menyelesaikan
Transaksi...
-16-

Transaksi Bursa paling lambat 10 (sepuluh) hari


Bursa setelah penggunaan sumber keuangan;

c. Lembaga Kliring dan Penjaminan melakukan


permintaan pencabutan keanggotaan Bursa Efek
Anggota Kliring yang gagal menyelesaikan
Transaksi Bursa diikuti dengan penjualan saham
Bursa Efek dan/atau penjualan saham Anggota
Kliring yang gagal menyelesaikan Transaksi Bursa
yang dimiliki pemegang saham mayoritas paling
lambat 60 (enam puluh) hari Bursa setelah
penggunaan sumber keuangan; dan

d. Lembaga Kliring dan Penjaminan melakukan


proses pengajuan permohonan pailit terhadap
Anggota Kliring yang gagal menyelesaikan
Transaksi Bursa kepada Otoritas Jasa Keuangan
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari Bursa
setelah penggunaan sumber keuangan diikuti
dengan likuidasi dan/atau penjualan aset Anggota
Kliring.

(3) Pengembalian sumber keuangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan sesuai dengan
urutan prioritas sebagai berikut:

a. Dana Jaminan;

b. Jaringan Kredit;

c. Kredit bank; dan

d. Cadangan Jaminan.

(4) Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat melakukan


proses permintaan setoran dana dan/atau likuidasi
sumber keuangan lain milik Anggota Kliring yang gagal
menyelesaikan Transaksi Bursa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, pada hari
yang sama dengan penggunaan sumber keuangan
sebagaimana tersebut dalam Pasal 21 ayat (2).

Pasal 24...
-17-

Pasal 24

Dalam hal sumber keuangan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 ayat (2) belum mencukupi untuk membayar
kembali penggunaan Dana Jaminan yang digunakan untuk
menyelesaikan kegagalan Anggota Kliring dalam
penyelesaian Transaksi Bursa, kekurangan pengembalian
Dana Jaminan dilakukan dengan menggunakan sumber
keuangan anggota Jaringan Kredit yang lain dengan
mekanisme pembagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (2) huruf d, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
setelah penggunaan Dana Jaminan.

BAB V

TRANSAKSI BURSA YANG DIKECUALIKAN

Pasal 25

(1) Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat


menetapkan Efek Tidak Dijamin.

(2) Efek Tidak Dijamin wajib diumumkan kepada publik


dan dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan oleh
Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan
paling lambat 2 (dua) hari Bursa sebelum Efek Tidak
Dijamin berlaku.

(3) Penetapan Efek Tidak Dijamin sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. persyaratan dan tata cara penetapan Efek Tidak


Dijamin wajib ditetapkan dalam peraturan Bursa
Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan;

b. dalam menetapkan persyaratan Efek Tidak Dijamin


sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bursa Efek
dan Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib
mempertimbangkan paling kurang:

1. komposisi kepemilikan Efek termasuk porsi


kepemilikan publik dan konsentrasi
kepemilikan Efek;
2. pola...
-18-

2. pola, volume, dan frekuensi transaksi Efek; dan

3. fluktuasi harga Efek.

c. tata cara penetapan Efek Tidak Dijamin


sebagaimana dimaksud pada huruf a antara lain
memuat periode data dan informasi yang
digunakan, periode reviu, serta tata cara
pengumuman Efek Tidak Dijamin.

(4) Lembaga Kliring dan Penjaminan tidak melakukan


Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa terhadap
Transaksi Bursa atas Efek Tidak Dijamin.

Pasal 26

(1) Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat


menetapkan Transaksi Dipisahkan.

(2) Penetapan Transaksi Dipisahkan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan atau berdasarkan perintah
Otoritas Jasa Keuangan.

(3) Transaksi Dipisahkan wajib diumumkan kepada publik


dan dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan oleh
Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan
paling lambat 2 (dua) hari Bursa setelah penetapan
Transaksi Dipisahkan.

(4) Penetapan Transaksi Dipisahkan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Transaksi Dipisahkan dapat ditetapkan dalam hal


terdapat antara lain indikasi transaksi yang tidak
wajar, berisiko tinggi, dan/atau membahayakan
integritas pasar;

b. persyaratan dan tata cara penetapan Transaksi


Dipisahkan wajib ditetapkan dalam peraturan
Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan;

c. dalam menetapkan persyaratan Transaksi


Dipisahkan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Bursa...
-19-

Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan


wajib mempertimbangkan paling kurang:

1. kondisi Anggota Kliring yang transaksinya


dapat diberlakukan sebagai Transaksi
Dipisahkan, termasuk tetapi tidak terbatas
pada besaran nilai transaksi yang berpotensi
tidak dapat diselesaikan dan pola transaksi
Anggota Kliring yang bersangkutan; dan

2. kondisi Efek termasuk tetapi tidak terbatas


pada pola, volume, dan frekuensi transaksi
Efek, serta fluktuasi harga Efek.

d. tata cara penetapan Transaksi Dipisahkan


sebagaimana dimaksud pada huruf b antara lain
memuat periode data dan informasi yang
digunakan, periode reviu, serta pengumuman
penetapan Transaksi Dipisahkan.

(5) Lembaga Kliring dan Penjaminan dapat menunda


Penyelesaian Transaksi Bursa dan/atau tidak
melakukan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
terhadap Transaksi Dipisahkan setelah mendapatkan
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan atau berdasarkan
perintah Otoritas Jasa Keuangan.

BAB VI

KOMITE KEBIJAKAN KREDIT DAN PENGENDALIAN RISIKO

Pasal 27

(1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan Penjaminan


Penyelesaian Transaksi Bursa, Lembaga Kliring dan
Penjaminan wajib membentuk Komite Kebijakan Kredit
dan Pengendalian Risiko.

(2) Pembentukan Komite Kebijakan Kredit dan


Pengendalian Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. keanggotaan Komite Kebijakan Kredit dan


Pengendalian Risiko wajib terdiri dari 5 (lima)
direktur...
-20-

direktur dari Anggota Kliring yang tidak saling


terafiliasi; dan

b. keanggotaan Komite Kebijakan Kredit dan


Pengendalian Risiko ditetapkan oleh Lembaga
Kliring dan Penjaminan berdasarkan calon yang
diajukan oleh para Anggota Kliring.

(3) Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko


mempunyai tugas dan kewajiban antara lain:

a. merekomendasikan kebijakan pengelolaan risiko


Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa kepada
Direksi dan Dewan Komisaris Lembaga Kliring dan
Penjaminan;

b. memantau kebijakan pengelolaan risiko


Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa;

c. merekomendasikan persentase laba bersih


Lembaga Kliring dan Penjaminan yang wajib
disisihkan untuk membentuk Cadangan Jaminan
kepada Direksi, Dewan Komisaris, dan pemegang
saham Lembaga Kliring dan Penjaminan; dan

d. menetapkan kebijakan penggunaan dan investasi


Dana Jaminan.

(4) Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko wajib


mengadakan rapat paling kurang sekali dalam 2 (dua)
bulan atau setiap saat jika terjadi kondisi tertentu
yang memerlukan keputusan dan/atau rekomendasi
Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko.

(5) Setiap rapat Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian


Risiko wajib dibuat minuta atau risalah rapat yang
ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga) anggota
komite dan disimpan.

Pasal 28

Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib menyampaikan


kepada Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko
data dan informasi yang berkaitan dengan tugas dan

kewajiban...
-21-

kewajiban Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian


Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3)
sesuai dengan cara yang ditetapkan Komite Kebijakan
Kredit dan Pengendalian Risiko.

Pasal 29

Persyaratan dan tata cara pemilihan anggota Komite


Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko dan tata cara
pengambilan keputusan dan/atau rekomendasi Komite
Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko ditetapkan lebih
lanjut dalam peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.

BAB VII
KETENTUAN SANKSI

Pasal 30

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang


Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif terhadap setiap
pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, termasuk
pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
tersebut berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah


uang tertentu

c. pembatasan kegiatan usaha

d. pembekuan kegiatan usaha

e. pencabutan izin usaha

f. pembatalan persetujuan, dan

g. pembatalan pendaftaran.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f atau
huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

(3) Sanksi...
-22-

(3) Sanksi administratif denda sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara
tersendiri atau secara bersama-sama dengan
pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f atau huruf g.

Pasal 31

Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan
pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini.

Pasal 32

Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan


sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 kepada masyarakat.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib


telah menetapkan peraturan dan sarana terkait dengan
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa paling lambat
pada tanggal 31 Desember 2015.

Pasal 34

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku sejak tanggal


diundangkan, kecuali ketentuan dalam Pasal 25 dan Pasal
26 berlaku sejak tanggal 1 Januari 2016.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai


berlaku:

a. Keputusan...
-23-

a. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-46/PM/2004


tanggal 9 Desember 2004 tentang Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa, beserta Peraturan
Nomor III.B.6 yang merupakan lampirannya; dan

b. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-47/PM/2004


tanggal 9 Desember 2004 tentang Dana Jaminan,
beserta Peraturan Nomor III.B.7 yang merupakan
lampirannya;

dinyatakan dicabut dan tidak berlaku, kecuali ketentuan


angka 3 huruf a Peraturan Nomor III.B.7 Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-47/PM/2004
tanggal 9 Desember 2004 tentang Dana Jaminan masih
tetap berlaku sampai dengan diterbitkannya Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2) huruf d.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 November 2014

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR


DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN

NOMOR KEP-258/BL/2008

TENTANG

PEMBIAYAAN TRANSAKSI EFEK OLEH PERUSAHAAN EFEK BAGI NASABAH DAN


TRANSAKSI SHORT SELLING OLEH PERUSAHAAN EFEK

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan likuiditas transaksi Efek dan


kualitas pembiayaan penyelesaian transaksi Efek oleh
Perusahaan Efek bagi nasabah serta meningkatkan kepastian
hukum atas transaksi Efek, maka dipandang perlu untuk
menyempurnakan Peraturan Nomor V.D.6, Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor: Kep-09/PM/1997 tentang Pembiayaan
Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah
dengan menetapkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan yang baru;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal


(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara
Tahun 1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun
2006;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PEMBIAYAAN
TRANSAKSI EFEK OLEH PERUSAHAAN EFEK BAGI NASABAH
DAN TRANSAKSI SHORT SELLING OLEH PERUSAHAAN EFEK.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

-2-

Pasal 1
Ketentuan mengenai Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan
Efek Bagi Nasabah Dan Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan
Efek diatur dalam Peraturan Nomor V.D.6 sebagaimana dimuat
dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2
Bursa Efek wajib:
a. menetapkan peraturan Bursa Efek yang mengatur persyaratan
Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan oleh
Perusahaan Efek dan yang dapat digunakan sebagai jaminan
pembiayaan dalam transaksi dimaksud, sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 Peraturan Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan
ini, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Keputusan ini ditetapkan.
b. menyiapkan sistem dan atau sarana perdagangan yang
memfasilitasi dilaksanakannya Transaksi Short Selling
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf c butir 10) dan
angka 8 huruf e Peraturan Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan
ini, paling lambat satu tahun sejak Keputusan ini ditetapkan.

Pasal 3
Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib membuat kontrak standar
pinjam meminjam Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 6
huruf d butir 3) Peraturan Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan ini
paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Keputusan ini ditetapkan.

Pasal 4
(1) Perusahaan Efek yang telah memberikan fasilitas pembiayaan
transaksi Efek kepada nasabah sebelum berlakunya Keputusan
ini, wajib menyesuaikan pembiayaan transaksi Efek yang telah
diberikan kepada nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Nomor V.D.6, Lampiran Keputusan ini paling
lambat tanggal 31 Desember 2008.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan nasabah yang dapat
menerima pembiayaan dari Perusahaan Efek sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 Peraturan Nomor V.D.6, Lampiran
Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya Keputusan ini
terhadap nasabah baru yang akan diberikan fasilitas
pembiayaan transaksi Efek oleh Perusahaan Efek.

Pasal 5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-09/PM/1997 tanggal 30
April 1997 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh
Perusahaan Efek bagi nasabah tetap berlaku sampai dengan tanggal
31 Desember 2008.
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

-3-

Pasal 6
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 30 Juni 2008

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal


dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 060063058
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

PERATURAN NOMOR V.D.6 : PEMBIAYAAN TRANSAKSI EFEK OLEH


PERUSAHAAN EFEK BAGI NASABAH DAN
TRANSAKSI SHORT SELLING OLEH
PERUSAHAAN EFEK

1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


a. Jaminan Awal adalah sejumlah dana dan atau Efek yang wajib disetor
nasabah kepada Perusahaan Efek sebagai Jaminan Pembiayaan pada saat
pembukaan Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling.
b. Jaminan Pembiayaan adalah sejumlah dana dan atau Efek milik nasabah
yang ditahan oleh Perusahaan Efek sebagai jaminan untuk penyelesaian
Transaksi Marjin atau Transaksi Short Selling.
c. Permintaan Pemenuhan Jaminan adalah permintaan Perusahaan Efek
kepada nasabah untuk menyerahkan dana dan atau Efek dalam rangka
memenuhi batas maksimal nilai pembiayaan yang diberikan oleh
Perusahaan Efek kepada nasabah atau batas minimal nilai Jaminan
Pembiayaan yang wajib dipenuhi oleh nasabah.
d. Perjanjian Pembiayaan adalah perjanjian antara Perusahaan Efek dengan
nasabah yang memuat hak dan kewajiban terkait dengan pembiayaan
penyelesaian transaksi Efek nasabah oleh Perusahaan Efek yang dapat
berupa pembiayaan dana dan atau pembiayaan Efek.
e. Posisi Long adalah saldo Efek dalam akun tertentu di buku pembantu
Efek yang menunjukkan sejumlah Efek yang dimiliki oleh Perusahaan
Efek atau sejumlah Efek yang wajib diserahkan oleh Perusahaan Efek
kepada nasabah.
f. Posisi Short adalah saldo Efek dalam akun tertentu di buku pembantu
Efek yang menunjukkan sejumlah Efek yang dijual oleh Perusahaan Efek
untuk kepentingannya sendiri dan atau kepentingan nasabah, tetapi pada
saat dijual Efek dimaksud belum dimiliki oleh Perusahaan Efek dan atau
belum diserahkan oleh nasabah kepada Perusahaan Efek
g. Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin adalah rekening Efek
nasabah yang khusus dipergunakan untuk aktivitas Transaksi Marjin.
h. Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling adalah rekening Efek
nasabah yang khusus dipergunakan untuk aktivitas Transaksi Short
Selling.
i. Saldo Debit adalah saldo dalam Rekening Efek Pembiayaan Transaksi
Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling yang
menunjukkan jumlah uang yang wajib dibayar oleh nasabah kepada
Perusahaan Efek.
j Saldo Kredit adalah saldo dana dalam rekening Efek nasabah yang
menunjukkan kewajiban Perusahaan Efek kepada nasabah dan atau yang
menunjukkan jaminan termasuk Jaminan Pembiayaan dalam Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-2-

k. Transaksi Marjin adalah transaksi pembelian Efek untuk kepentingan


nasabah yang dibiayai oleh Perusahaan Efek.
l. Transaksi Short Selling adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek
dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.

2. Persyaratan Perusahaan Efek Yang Dapat Memberikan Pembiayaan


Penyelesaian Transaksi Efek
a. Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short
Selling, hanya dapat dilakukan apabila Perusahaan Efek telah memenuhi
seluruh ketentuan sebagai berikut:
1) memiliki izin usaha dari Bapepam dan LK untuk melakukan
kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah;
2) memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Peraturan Nomor V.D.5 tentang Pemeliharaan
dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan;
3) memperoleh persetujuan dari Bursa Efek untuk melakukan Transaksi
Marjin dan atau Transaksi Short Selling;
4) dalam hal Perusahaan Efek memberikan pembiayaan dana melalui
Transaksi Marjin, Perusahaan Efek wajib mempunyai cukup sumber
pembiayaan untuk membiayai penyelesaian transaksi pembelian
Efek; dan
5) dalam hal Perusahaan Efek memberikan pembiayaan Efek melalui
Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek wajib memiliki perikatan
dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan, Perusahaan Efek lain,
Bank Kustodian, dan atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK
untuk meminjam Efek yang diperlukan bagi penyelesaian transaksi
penjualan Efek.
b. Sebelum memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 2
huruf a butir 3), Bursa Efek wajib memeriksa sistem operasional
Perusahaan Efek terutama yang terkait dengan sistem manajemen risiko
atas pembiayaan penyelesaian transaksi Efek bagi nasabah.
c. Bursa Efek yang telah memberikan persetujuan tersebut wajib melakukan
pemeriksaan atas sistem operasional sebagaimana dimaksud pada angka 2
huruf b secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

3. Persyaratan Nasabah Yang Dapat Menerima Pembiayaan Penyelesaian


Transaksi Efek.
Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin atau Transaksi Short Selling hanya
dapat diberikan oleh Perusahaan Efek apabila nasabah memenuhi seluruh
kriteria sebagai berikut:
a. telah memiliki rekening Efek reguler, untuk mengetahui riwayat transaksi
nasabah;
b. telah membuka Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin untuk
nasabah yang akan melakukan Transaksi Marjin atau Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Short Selling untuk nasabah yang akan melakukan
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-3-

Transaksi Short Selling pada Perusahaan Efek berdasarkan Perjanjian


Pembiayaan dan masih memiliki rekening Efek reguler sebagaimana
dimaksud dalam huruf a untuk menampung transaksi Efek yang tidak
dibiayai oleh Perusahaan Efek; dan
c. telah menyetorkan Jaminan Awal dengan nilai paling kurang sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk masing-masing Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Marjin dan Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling.

4. Pokok-pokok Perjanjian Pembiayaan Transaksi Efek Nasabah


Perjanjian Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 huruf b paling
kurang wajib memuat klausula sebagai berikut:
a. tingginya tingkat risiko investasi nasabah karena perubahan harga Efek
yang dapat mengakibatkan antara lain Jaminan Pembiayaan nasabah
berkurang, habis, atau minus;
b. kebijakan penilaian Jaminan Pembiayaan berupa Efek, antara lain meliputi
jenis Efek yang dapat diterima sebagai Jaminan Pembiayaan, penetapan
nilai pasar wajarnya, dan penetapan haircut (jika ada);
c. kewajiban nasabah untuk setiap saat memenuhi permintaan Perusahaan
Efek sehubungan antara lain Permintaan Pemenuhan Jaminan atas
Transaksi Marjin, dan atau Transaksi Short Selling;
d. kewajiban Perusahaan Efek untuk melakukan pemberitahuan Permintaan
Pemenuhan Jaminan kepada nasabah;
e. hak Perusahaan Efek, dalam hal nasabah tidak memenuhi Permintaan
Pemenuhan Jaminan, untuk setiap saat tanpa memberikan alasan atau
pemberitahuan atau memperoleh persetujuan terlebih dahulu untuk
menjual atau membeli Efek atau tindakan lain yang disepakati dengan
nasabah guna memenuhi:
1) persyaratan nilai Jaminan Pembiayaan yang ditentukan dalam
Perjanjian Pembiayaan; dan
2) kewajiban nasabah dalam penyelesaian transaksi Efek.
f. Nasabah Perusahaan Efek tidak dapat memilih Efek yang akan dilikuidasi
atau dijual untuk memenuhi kewajibannya;
g. Batasan maksimal Efek nasabah yang menjadi Jaminan Pembiayaan yang
dapat dijual atau dibeli oleh Perusahaan Efek dalam rangka Permintaan
Pemenuhan Jaminan, penyelesaian Transaksi Marjin, dan atau Transaksi
Short Selling;
h. Hal-hal yang menyebabkan Perusahaan Efek dapat setiap saat menutup
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Short Selling;
i. Ketentuan pembiayaan yang antara lain meliputi jangka waktu
pembiayaan, perhitungan tingkat bunga pembiayaan, dan metode
perhitungan bunga pembiayaan; dan
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-4-

j. Ketentuan mengenai perjanjian pinjam meminjam Efek antara nasabah


dengan Perusahaan Efek dalam rangka Transaksi Short Selling nasabah.

5. Persyaratan Efek Yang Dapat Ditransaksikan Dalam Pembiayaan Transaksi


Efek Nasabah
a. Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling hanya dapat
dilaksanakan apabila Efek tersebut tercatat di Bursa Efek kecuali
ditentukan lain oleh Bapepam dan LK.
b. Persyaratan Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan
penyelesaian transaksi Efek dan yang dapat digunakan sebagai Jaminan
Pembiayaan ditetapkan oleh Bursa Efek dalam peraturan Bursa Efek.
c. Dalam menetapkan persyaratan Efek yang dimaksud dalam angka 5 huruf
b, Bursa Efek wajib mempertimbangkan sekurang-kurangnya hal-hal
sebagai berikut:
1) nilai minimal rata-rata transaksi harian dalam periode tertentu;
2) jumlah minimal Pihak yang memiliki Efek dalam periode tertentu;
3) faktor fundamental Efek; dan
4) kriteria khusus untuk Efek yang dapat dilakukan Transaksi Short
Selling, termasuk batasan persentase jumlah maksimal Efek dari total
Efek yang beredar yang dapat ditransaksikan.
d. Efek yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam angka 5 huruf
c wajib:
1) diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada Bapepam dan LK
oleh Bursa Efek pada hari kerja terakhir setiap bulan;
2) direview pemenuhan persyaratannya apabila ada informasi material,
dan hasil review dimaksud diumumkan kepada publik dan
dilaporkan kepada Bapepam dan LK oleh Bursa Efek pada hari yang
sama.
e. Dalam hal Efek tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa Efek
sebagai Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan penyelesaian
transaksi Efek dan yang dapat digunakan sebagai Jaminan Pembiayaan,
maka pembiayaan atas transaksi Efek Nasabah yang sudah berjalan wajib
diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari bursa sejak Efek tidak lagi
memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa Efek.

6. Mekanisme Pembiayaan Transaksi Efek Nasabah


a. Ketentuan Umum
1) Sebelum membiayai penyelesaian Transaksi Marjin dan atau
Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek wajib meneliti hal-hal
sebagai berikut:
a) nasabah telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam angka 3; dan
b) Perusahaan Efek telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 huruf a butir 4) dan butir 5).
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-5-

2) Nilai Jaminan Pembiayaan atas kewajiban nasabah dalam Rekening


Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan
Transaksi Short Selling adalah:
a) jumlah uang yang tercatat pada Saldo Kredit sebagai jaminan
dalam Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling; dan
b) nilai pasar wajar Efek pada Posisi Long sebagai jaminan dalam
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling pada buku pembantu
Efek setelah memperhitungkan haircut.
3) Perusahaan Efek wajib melakukan pencatatan Transaksi Marjin dan
Transaksi Short Selling sesuai dengan ketentuan akuntansi
Perusahaan Efek yang berlaku.
b. Transaksi Marjin
1) Sebelum menyetujui untuk membiayai penyelesaian Transaksi
Marjin, petugas kredit di bagian pesanan dan perdagangan
Perusahaan Efek harus memastikan telah tersedia sejumlah dana dan
atau Efek di Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin sebagai
Jaminan Awal.
2) Nilai pembiayaan dana atas Transaksi Marjin adalah sebesar jumlah
piutang atas Transaksi Marjin yang diberikan Perusahaan Efek
kepada nasabahnya dan dicatat sebagai Saldo Debit dalam Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Marjin.
3) Nilai Jaminan Awal paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari
nilai pembelian Efek pada saat transaksi atau Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) mana yang lebih tinggi.
4) Nilai pembiayaan dana atas Transaksi Marjin yang dapat diberikan
oleh Perusahaan Efek kepada nasabah paling banyak 65% (enam
puluh lima perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.
5) Jika nilai Jaminan Pembiayaan mengalami penurunan sehingga nilai
pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf b butir 2)
melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari nilai Jaminan
Pembiayaan, maka Perusahaan Efek wajib melakukan Permintaan
Pemenuhan Jaminan kepada nasabahnya dan nasabah wajib
memenuhi Permintaan Pemenuhan Jaminan, sehingga nilai
pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari
nilai Jaminan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 6
huruf b butir 4).
6) Jika nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan Jaminan
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf b butir 5) paling lambat
3 (tiga) hari bursa, maka Perusahaan Efek pada hari bursa ke-4 (ke
empat) wajib segera menjual Efek dalam Jaminan Pembiayaan yang
dibuktikan dengan melakukan penawaran jual sehingga nilai
pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari
nilai Jaminan Pembiayaan.
7) Jika nilai pembiayaan telah mencapai 80% (delapan puluh
perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan, maka Perusahaan Efek
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-6-

baik dengan ataupun tanpa pemberitahuan kepada nasabahnya,


wajib segera menjual Efek dalam Jaminan Pembiayaan yang
dibuktikan dengan melakukan penawaran jual sehingga nilai
pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari
nilai Jaminan Pembiayaan.
8) Perusahaan Efek wajib menyampaikan konfirmasi secara tertulis
kepada nasabahnya atas transaksi penjualan sebagaimana dimaksud
dalam angka 6 huruf b butir 6) dan butir 7), yang dibedakan dengan
konfirmasi tertulis atas transaksi berdasarkan pesanan nasabah pada
hari yang sama dengan penjualan Efek nasabah oleh Perusahaan Efek
sebagaimana dimaksud angka 6 huruf b butir 6) dan butir 7).
c. Pembiayaan Transaksi Short Selling
1) Sebelum menyetujui untuk membiayai penyelesaian Transaksi Short
Selling, petugas kredit di bagian pesanan dan perdagangan
Perusahaan Efek wajib:
a) memastikan telah tersedia sejumlah dana dan atau Efek di
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling sebagai
Jaminan Awal;
b) mempertimbangkan ketersediaan Efek pada saat penyelesaian
Transaksi Short Selling antara lain:
(1) memiliki Efek lain yang dapat dikonversi atau ditukar
menjadi Efek yang digunakan untuk penyelesaian
Transaksi Short Selling; atau
(2) telah melaksanakan hak atas opsi atau waran untuk
memperoleh Efek yang digunakan untuk penyelesaian
Transaksi Short Selling.
c) memastikan bahwa nasabah telah menandatangani perjanjian
pinjam meminjam Efek dengan Perusahaan Efek; dan
d) memastikan bahwa nasabah telah memahami hak dan
kewajiban berkenaan dengan Transaksi Short Selling tersebut.
2) Nilai pembiayaan Efek atas Transaksi Short Selling adalah sebesar
nilai pasar wajar Efek yang ditransaksikan secara short selling oleh
nasabah yang dibiayai oleh Perusahaan Efek dan dicatat pada saldo
Posisi Short Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling di
buku pembantu Efek.
3) Nilai Jaminan Awal paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari
nilai Transaksi Short Selling atau Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) mana yang lebih tinggi.
4) Nilai Jaminan Pembiayaan paling kurang 150% (seratus lima puluh
perseratus) dari nilai Transaksi Short Selling pada saat Transaksi Short
Selling pertama terjadi, dimana Jaminan Pembiayaan dimaksud
paling kurang terdiri dari Jaminan Awal dan dana yang diterima dari
penjualan Efek melalui Transaksi Short Selling dimaksud.
5) Nilai Jaminan Pembiayaan atas Transaksi Short Selling yang wajib
dipelihara nasabah paling kurang 135% (seratus tiga puluh lima
perseratus) dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short.
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-7-

6) Jika nilai Jaminan Pembiayaan mengalami penurunan dan atau nilai


pasar wajar Efek dalam Posisi Short mengalami kenaikan sehingga
nilai Jaminan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 6
huruf a butir 2) kurang dari 135% (seratus tiga puluh lima perseratus)
dari nilai pasar wajar Efek dalam Posisi Short, maka Perusahaan Efek
wajib melakukan Permintaan Pemenuhan Jaminan kepada
nasabahnya dan nasabah wajib memenuhi Permintaan Pemenuhan
Jaminan, sehingga nilai Jaminan Pembiayaan tidak kurang dari 135%
(seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek dalam
Posisi Short sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf c butir 5).
7) Jika nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan Jaminan
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf c butir 6) paling lambat
3 (tiga) hari bursa, maka Perusahaan Efek pada hari bursa ke-4
(keempat) wajib segera membeli Efek yang dijual melalui Transaksi
Short Selling yang dibuktikan dengan melakukan penawaran beli
sehingga nilai Jaminan Pembiayaan tidak kurang dari 135% (seratus
tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi
Short.
8) Jika nilai Jaminan Pembiayaan kurang dari 120% (seratus dua puluh
perseratus) dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short, maka
Perusahaan Efek wajib segera membeli Efek pada Posisi Short yang
dibuktikan dengan melakukan penawaran beli sehingga nilai
Jaminan Pembiayaan tidak kurang dari 135% (seratus tiga puluh
lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek dalam Posisi Short.
9) Perusahaan Efek wajib menyampaikan konfirmasi secara tertulis
kepada nasabahnya atas transaksi pembelian sebagaimana dimaksud
dalam angka 6 huruf c butir 7) dan butir 8), yang dibedakan dengan
konfirmasi tertulis atas transaksi berdasarkan pesanan nasabah pada
hari yang sama dengan pembelian Efek nasabah oleh Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf c butir 7) dan butir
8).
10) Transaksi Short Selling dibatasi dengan ketentuan:
a) Harga penawaran jual yang dimasukkan dalam sistem
perdagangan Bursa Efek harus di atas harga yang terjadi
terakhir di Bursa Efek; dan
b) Perusahaan Efek wajib memberi tanda “short” pada saat
pelaksanaan order jual pada sistem perdagangan Bursa Efek.
d. Perjanjian Pinjam Meminjam Efek dalam rangka pembiayaan Transaksi
Short Selling nasabah.
1) Perusahaan Efek hanya dapat melakukan pembiayaan Transaksi
Short Selling nasabah apabila Efek yang digunakan oleh Perusahaan
Efek untuk penyelesaian transaksi Efek tersebut akan diperoleh
dengan cara Perusahaan Efek meminjam Efek dari dan atau melalui:
a) Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP);
b) Perusahaaan Efek lain;
c) Bank Kustodian; dan atau
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-8-

d) Pihak lain.
2) Kontrak standar pinjam meminjam Efek wajib memuat rincian antara
lain mengenai:
a) jumlah dan jenis Efek;
b) waktu berlakunya pinjam meminjam;
c) jaminan;
d) hak-hak sehubungan dengan pemilikan Efek termasuk hak
suara, hak memesan Efek terlebih dahulu, bonus, dividen, dan
bunga;
e) kewajiban perpajakan;
f) biaya-biaya dalam rangka pinjam meminjam;
g) wanprestasi;
h) metode penilaian Efek yang dipinjamkan dan jaminan; dan
i) mekanisme penyelesaian perselisihan.
3) Dalam rangka menjalankan fungsinya, Lembaga Kliring dan
Penjaminan wajib membuat kontrak standar pinjam meminjam Efek
yang isinya sesuai dengan angka 6 huruf d butir 2) dan telah
disetujui oleh Bapepam dan LK untuk dapat dipergunakan oleh
semua Pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 1).
4) Setiap Pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 1)
yang tidak menggunakan kontrak standar pinjam meminjam Efek
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 3), dapat
membuat kontrak pinjam meminjam Efek yang isinya sesuai dengan
peraturan ini sepanjang disertai pendapat hukum dari 2 (dua)
konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam dan LK dan wajib
disampaikan kepada Bapepam dan LK untuk mendapat persetujuan
sebelum berlaku.

7. Perusahaan Efek dilarang memberikan pembiayaan Transaksi Marjin dan atau


Transaksi Short Selling kepada nasabahnya yang merupakan komisaris,
direktur, atau pegawai Perusahaan Efek dimaksud.

8. Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek


Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi Short Selling untuk kepentingan
sendiri wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek wajib:
1) telah membuka rekening terpisah untuk Transaksi Short Selling;
2) telah menyisihkan dana dan atau Efek dalam rekening sebagaimana
dimaksud dalam angka 8 huruf a butir 1) paling kurang 50% (lima
puluh per seratus) dari nilai Transaksi Short Selling sebagai aset yang
disisihkan Perusahaan Efek untuk menutup risiko Transaksi Short
Selling; dan
3) memastikan telah tersedia Efek pada saat penyelesaian Transaksi
Short Selling antara lain:
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

-9-

a) memiliki Efek lain yang dapat dikonversi atau ditukar menjadi


Efek yang digunakan untuk penyelesaian Transaksi Short
Selling;
b) telah melaksanakan hak atas opsi atau waran untuk
memperoleh Efek yang digunakan untuk penyelesaian
Transaksi Short Selling; dan atau
c) telah melakukan perjanjian pinjam meminjam Efek dalam
rangka Transaksi Short Selling dari dan atau melalui pihak-pihak
sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 1).
Perjanjian pinjam meminjam Efek dibuat dengan menggunakan
kontrak sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf d butir 2),
butir 3) dan butir 4).
b. Pada saat Transaksi Short Selling pertama terjadi, nilai aset yang disisihkan
sebagaimana dimaksud dalam angka 8 huruf a butir 2) ditambah dana
yang diterima dari penjualan Efek melalui Transaksi Short Selling paling
kurang 150% (seratus lima puluh perseratus) dari nilai Transaksi Short
Selling.
c. Nilai aset yang disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan
Efek melalui Transaksi Short Selling sebagaimana dimaksud dalam angka 8
huruf b wajib dipelihara Perusahaan Efek paling kurang 135% (seratus
tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short.
d. Jika nilai aset yang disisihkan ditambah dana yang diterima dari
penjualan Efek melalui Transaksi Short Selling sebagaimana dimaksud
dalam angka 8 huruf b mengalami penurunan dan atau nilai pasar wajar
Efek dalam Posisi Short mengalami kenaikan sehingga nilai aset yang
disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan Efek melalui
Transaksi Short Selling kurang dari:
1) 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek
dalam Posisi Short, maka Perusahaan Efek wajib menambah aset
yang disisihkan dan atau membeli Efek yang ditransaksikan secara
short selling paling lambat 3 (tiga) hari bursa, sehingga nilai aset yang
disisihkan ditambah dana yang diterima dari penjualan Efek melalui
Transaksi Short Selling tidak kurang dari 135% (seratus tiga puluh
lima perseratus) dari nilai pasar wajar Efek dalam Posisi Short
sebagaimana dimaksud dalam angka 8 huruf c.
2) 120% (seratus dua puluh perseratus) dari nilai pasar wajar Efek
dalam Posisi Short, maka Perusahaan Efek wajib segera menambah
aset yang disisihkan dan atau membeli Efek yang ditransaksikan
secara short selling, sehingga nilai aset yang disisihkan ditambah dana
yang diterima dari penjualan Efek melalui Transaksi Short Selling
tidak kurang dari 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dari nilai
pasar wajar Efek dalam Posisi Short sebagaimana dimaksud dalam
angka 8 huruf c.
e. Transaksi Short Selling Perusahaan Efek dibatasi dengan ketentuan:
1) Harga penawaran jual yang dimasukkan dalam sistem perdagangan
Bursa Efek harus di atas harga yang terjadi terakhir di Bursa Efek;
dan
LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-258/BL/2008
Tanggal : 30 Juni 2008

- 10 -

2) Perusahaan Efek wajib memberi tanda “short” pada saat pelaksanaan


order jual pada sistem perdagangan Bursa Efek.
f. Perusahaan Efek hanya dapat melakukan Transaksi Short Selling atas Efek
yang ditetapkan Bursa Efek sebagai Efek yang dapat ditransaksikan secara
short selling.
g. Dalam hal Efek tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa Efek
sebagai Efek yang dapat ditransaksikan secara short selling, maka
Transaksi Short Selling Perusahaan Efek yang sudah berjalan wajib
diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari bursa sejak Efek tidak lagi
memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa Efek.

9. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam


dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan
peraturan ini, termasuk Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 30 Juni 2008

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal


dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 060063058
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008
Lampiran : 1
Peraturan Nomor: V.D.6

ILUSTRASI TRANKSASI MARJIN DAN TRANSAKSI SHORT SELLING

1. Asumsi yang digunakan dalam ilustrasi


a. Dalam perhitungan dilakukan pembulatan angka desimal di bawah 0,5 menjadi
0 dan 0,5 ke atas menjadi 1; dan
b. Mengabaikan perhitungan komisi, biaya transaksi, pajak dan biaya lainnya.

2. Ilustrasi Transaksi Marjin Nasabah

Nasabah A membuka Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin dengan


menyetorkan Jaminan Awal senilai Rp200.000.000.-. Dengan fasilitas marjin
Perusahaan Efek dapat membiayai Nasabah A sebesar Rp200.000.000,- [50% dari
Nilai Transaksi Marjin, ketentuan angka 6 huruf b butir 3)] sehingga Nasabah A
dapat membeli 400.000 lembar saham senilai Rp 400.000.000,- (Rp1.000,- per saham).

Pada saat penyelesaian transaksi, Perusahaan Efek akan membayar Rp400.000.000,-


kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan, dimana Rp 200.000.000,- berasal dari
Jaminan Awal Nasabah dan Rp 200.000.000,- merupakan pembiayaan dari
Perusahaan Efek. Saham yang dibeli selanjutnya menjadi Jaminan Pembiayaan
sehingga total Jaminan Pembiayaan menjadi senilai Rp400.000.000,-. Dengan
demikian, maka rasio pembiayaan terhadap jaminan adalah :
Rp200.000.000 : Rp400.000.000 (yaitu dari Rp1.000 x 400.000 saham) = 50% 

Kondisi harga saham mengalami penurunan


• Jika harga saham mengalami penurunan menjadi Rp900,- dan Jaminan
Pembiayaan hanya meliputi saham tersebut, maka penurunan tersebut akan
mengakibatkan Jaminan Pembiayaan juga akan mengalami penurunan menjadi
Rp900 x 400.000 = Rp360.000.000,-. Sedangkan nilai pembiayaan yang wajib
dilunasi oleh nasabah kepada Perusahaan Efek tetap sejumlah Rp200.000.000,-
sehingga rasio pembiayaan terhadap jaminan akan mengalami peningkatan
menjadi:
Rp200.000.000 : Rp360.000.000 (yaitu dari Rp900 x 400.000 saham) = 56% 
• Jika harga saham mengalami penurunan menjadi Rp769,- maka rasio pembiayaan
menjadi:
Rp200.000.000 : Rp307.600.000 (yaitu dari Rp769 x 400.000 saham) = 65% 
• Jika harga saham mengalami penurunan menjadi Rp700,- maka rasio pembiayaan
menjadi:
Rp200.000.000 : Rp280.000.000 (yaitu dari Rp700,­ x 400.000 saham) = 71% 
Pada saat rasio pembiayaan sudah mencapai 71%, maka Perusahaan Efek wajib
melakukan Permintaan Pemenuhan Jaminan kepada nasabah untuk
menyerahkan tambahan dana atau Efek ke Rekening Efek Pembiayaan Transaksi
Marjin, sehingga pembiayaan yang diberikannya menjadi paling banyak 65%
(enam puluh perseratus). Untuk memenuhi rasio tersebut, nasabah wajib
menyerahkan tambahan dana dan atau Efek paling kurang sebesar:
nilai pembiayaan ­ [besarnya nilai jaminan x batas maksimal pembiayaan]  

= Rp200.000.000 ­ [Rp280,000,000 (dari Rp700,­x400.000 saham) x 65%] = Rp18.000.000 

Tambahan dana dan atau Efek tersebut digunakan untuk mengurangi besarnya
pembiayaan, sehingga rasio pembiayaan kembali menjadi:
(Rp200.000.000­Rp18.000.000) : Rp280.000.000  = 65% 

Jika nasabah tidak melakukan penyerahan dana dan atau Efek tambahan
sedangkan harga saham mengalami penurunan lebih lanjut menjadi Rp 600,
maka rasio pembiayaan menjadi
Rp200.000.000 : Rp240.000.000 (yaitu Rp600 x 400.000 saham) = 83% 

Dalam kondisi ini, Perusahaan Efek wajib melakukan eksekusi jaminan untuk
memperbaiki rasio pembiayaan menjadi 65%. Adapun besarnya jaminan yang
wajib dieksekusi adalah:

Rp200.000.000 dikurangi X    
= 65% 
Rp240.000.000 dikurangi X
 
Keterangan: X adalah jaminan yang dieksekusi 

Jaminan yang wajib dieksekusi oleh Perusahaan Efek adalah sebesar


Rp125.702.879,- sehingga nilai pembiayaan mengalami penurunan menjadi
Rp74.297.121,- yaitu Rp200.000.000 dikurangi Rp125.702.879,- dan nilai jaminan
mengalami penurunan menjadi Rp114.297.121, yaitu Rp240.000.000 dikurangi
Rp125.702.879. Dengan demikian rasio pembiayaan terhadap jaminan menjadi:

Rp200.000.000 ­ Rp125.702.879 Rp74.297.121
=  = 65% 
Rp240.000.000­ Rp125.702.879 Rp114.297.121

Tabel Ilustrasi Transaksi Marjin:

Lembar 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000


Harga Saham (Rp) 1.000 900 769 700 600
Nilai Pembiayaan (Rp) 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000
Nilai Jaminan Pembiayaan (Rp) 400.000.000 360.000.000 307.600.000 280.000.000 240.000.000
Rasio 50% 56% 65% 71% 83%
Tambahan dana / Efek (Rp) - - - 18.000.000 -
Eksekusi Jaminan (Rp) - - - - 125.702.879

3. Ilustrasi Transaksi Short Selling Nasabah:

Nasabah B membuka Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling dengan


menyetorkan Jaminan Awal kepada Perusahaan Efek senilai Rp200.000.000. Dengan
Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek dapat memberikan pembiayaan Efek atas
Transaksi Short Selling sebesar nilai Efek yang ditransaksikan secara short selling oleh
nasabah. yang dibiayai oleh Perusahaan Efek dan dicatat pada saldo Posisi Short
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling di buku Pembantu Efek. Dengan
jaminan sebesar Rp200.000.000 [50% dari Nilai Transaksi Short Selling, ketentuan
angka 6 huruf c butir 3)] nasabah dapat melakukan Transaksi Short Selling sebesar
Rp400.000.000 (dengan asumsi harga saham adalah Rp1.000,- per saham dan jumlah
saham adalah 400.000 saham).

2
Pada saat penyelesaian transaksi, Perusahaan Efek akan menerima dana senilai
Rp400.000.000,- dari Lembaga Kliring dan Penjaminan. Dana yang diterima dari
penjualan tersebut selanjutnya menjadi Jaminan Pembiayaan, sehingga rasio
Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short adalah :

Rp200.000.000 (Jaminan Awal) + Rp400.000.000 (dana hasil short selling) 
= 150% 
Rp400.000.000 (nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short)

Kondisi harga saham mengalami kenaikan


• Jika nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami peningkatan menjadi
Rp 1.100, maka peningkatan tersebut akan mengakibatkan nilai pasar wajar Efek
pada Posisi Short mengalami kenaikan menjadi Rp 1.100 x 400.000 =
Rp440.000.000,-, sehingga rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short akan
mengalami penurunan menjadi:
Rp600.000.000 : Rp440.000.000 (yaitu dari Rp1.100 x 400.000 saham) = 136% 

• Jika nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami kenaikan menjadi Rp
1.111,- maka rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short menjadi:

Rp600.000.000 : Rp444.400.000 (yaitu dari Rp1.111 x 400.000 saham) = 135% 

• Jika nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami kenaikan lebih lanjut
menjadi Rp1.200, maka rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short menjadi:
Rp600.000.000 : Rp480.000.000 (yaitu dari Rp1200 x 400.000 saham) = 125% 

Pada saat rasio Jaminan Pembiayaan terhadap Posisi Short kurang dari 135%,
maka Perusahaan Efek wajib melakukan Permintaan Pemenuhan Jaminan kepada
nasabah untuk menyerahkan tambahan dana atau Efek ke Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Short Selling sehingga nilai Jaminan Pembiayaan terhadap
nilai pasar wajar saham pada Posisi Short menjadi paling kurang 135% (seratus
tiga puluh lima perseratus).
Pada saat nilai pasar wajar saham pada Posisi Short sebesar Rp480.000.000, maka
Jaminan Pembiayaan seharusnya Rp480.000.000 x 135% = Rp.648.000.000. Oleh
karena jaminan yang ada adalah Rp600.000.000, maka nasabah wajib
menyerahkan tambahan dana dan atau Efek paling kurang sebesar Rp48.000.000,-
Jika nasabah tidak melakukan penyerahan dana dan atau Efek tambahan
sedangkan nilai pasar wajar saham pada Posisi Short mengalami peningkatan
lebih lanjut menjadi Rp1.300, maka nilai Jaminan Pembiayaan terhadap nilai
pasar wajar saham pada Posisi Short menjadi:
Rp600.000.000 : Rp520.000.000 (yaitu dari Rp1.300 x 400.000 saham) = 115% 

Dalam kondisi ini, Perusahaan Efek wajib melakukan eksekusi jaminan untuk
membeli saham pada Posisi Short dalam rangka memperbaiki rasio antara
Jaminan Pembiayaan terhadap nilai pasar wajar saham pada Posisi Short
sehingga menjadi 135% (seratus tiga puluh lima perseratus). Adapun jaminan
yang wajib dieksekusi adalah sebesar saham pada Posisi Short yang wajib dibeli
yaitu :

3
    
Rp600.000.000 dikurangi X 
= 135% 
Rp520.000.000 dikurangi X 

Keterangan: X adalah saham pada Posisi Short yang wajib dibeli 

Saham pada Posisi Short yang wajib dibeli oleh Perusahaan Efek adalah senilai
Rp 291.077.467 atau sebanyak Rp 291.077.467 : Rp1300 = 223.923 saham sehingga
rasio antara Jaminan Pembiayaan terhadap nilai pasar wajar saham pada Posisi
Short adalah 135% (seratus tiga puluh lima perseratus) dengan perhitungan sbb:

Rp600.000.000 ­ Rp 291.077467    
= 135% 
Rp520.000.000 ­ Rp 291.077467    

Tabel Ilustrasi Transaksi Short Selling:

Lembar 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000


Harga Saham (Rp) 1,000 1,100 1,111 1,200 1,300
Nilai Posisi Short (Rp) 400,000,000 440,000,000 444,444,444 480,000,000 520,000,000
Nilai Jaminan Pembiayaan (Rp) 600,000,000 600,000,000 600,000,000 600,000,000 600,000,000
Rasio 150% 136% 135% 125% 115%
Tambahan dana / Efek (Rp) - - - 48.000.000 -
Pembelian (Rp) - - - - 291.077.467

Penutupan Rekening Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling.


Apabila Nasabah B bermaksud menutup Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short
Selling pada saat harga mencapai Rp 1.300, maka Perusahaan Efek akan melakukan
pembelian atas saham dalam Posisi Short senilai Rp1.300 x 400.000 = Rp520.000.000.
Dengan pembelian tersebut maka sisa nilai Jaminan Pembiayaan menjadi:
Rp600,000,000 – Rp520.000.000 = Rp80.000.000.

Dengan ditutupnya rekening tersebut, Perusahaan Efek mendapatkan


pengembalian saham sebanyak 400.000 lembar dengan nilai Rp 520.000.000 dan
Nasabah menerima sisa Jaminan Pembiayaan sebesar Rp 80.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai