Anda di halaman 1dari 63

OPTIMALISASI FUNGSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DALAM MENYUKSESKAN PEMBELAJARAN DARING

“Penelitian Kualitatif Mengenai Fungsi Supervisi Kepala Sekolah Dalam


Menyukseskan Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang”

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

Umar Hanif Al Faruk

NIM: 2227170064

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL :OPTIMALISASI FUNGSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH


DALAM MENYUKSESKAN PEMBELAJARAN DARING
DI SD PERSIS 55 KOTA SERANG
NAMA : UMAR HANIF AL FARUK
NIM : 2227170064

PROPOSAL INI SUDAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

Serang, Maret 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd Zerri Rahma Hakim, M.Pd


NIP. 195511181982031002 NIP.198105052005012002

Mengetahui,
KETUA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Indhira Asih Vivi Yandari, M.Pd.


NIP. 196906292003122001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan proposal
penelitian dengan judul “Optimalisasi Fungsi Supervisi Kepala Sekolah Dalam
Menyukseskan Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang. Adapun
Penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA).

Dalam penyusunan laporan ini kami sangat banyak melibatkan beberapa


pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu,
peneliti sangat berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan itu, ucapan terima kasih ini kami sampaikan
kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman, M.T. Selaku Rektor Universitas


Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah memberikan izin serta fasilitasnya
sehigga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitan ini
2. Bapak Dr. Dase Erwin Juansah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan izin sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal penelitan ini.
3. Ibu Indhira Asih Vivi Yandari, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah memberikan motivasi
sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitan ini.
4. Bapak Trian Pamungkas Alamsyah, M.Pd. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing dari awal perkuliahan serta
memotivasi sehingga peniliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku guru besar sekaligus
dosen pembimbing I, yang dengan bimbingan serta masukannya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitan ini.
6. Bapak Zerri Rahman Hakim, M.Pd. selaku dosen pembimbing II, yang
telah memberikan masukan serta bimbingannya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal penelitan ini.

iii
7. Bapak Reksa Adya Pribadi, M.Pd. selaku dosen sekaligus mentor, yang
telah membantu peneliti dalam memberikan motivasi serta masukannya
mengenai penelitian kualitatif.
8. Bapak Hasbullah, M.pd. selaku kepala sekolah SD Persis 55 Kota Serang
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD tersebut.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang
dengan telah berbagi pengetahuan serta pengalamannya kepada peneliti
selama berkuliah.
10. Orang tua tersayang yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan
kepada peneliti baik secara moril maupun materil sehingga kami dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini.
11. Sahabat dan rekan seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada kami dalam proses penyusunan laporan penelitian ini.

Walaupun demikian, dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari


masih belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal
skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan
bermanfaat bagi semua terutama bagi ilmu kependidikan.

Serang, Meit 2021

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................v

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1


B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian ..........................................................5
C. Rumusan Masalah ................................................................................5
D. Tujuan Penelitian .................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ...............................................................................6
F. Kebaharuan Penelitian (Novelty) ........................................................7
G. Teori-teori yang Mendukung ...............................................................10
1. Supervisi Pendidikan ....................................................................10
2. Kepala Sekolah .............................................................................19
3. Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) ........................................27
H. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................31
I. Metode Penelitian ................................................................................35
1. Tempat dan Tujuan Penelitian ......................................................35
2. Latar Penelitian .............................................................................35
3. Metode dan Prosedur Penelitian ...................................................35
4. Data dan Sumber Data ..................................................................36
5. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .....................................37
6. Pedoman Penelitian .......................................................................39
7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan data......................................40
J. Jadwal Penelitian .................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................44

LAMPIRAN ...................................................................................................46

v
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini Indonesia di gemparkan oleh suatu penyakit yang
meresahkan masyarakat bukan hanya di Indonesia saja tetapi seluruh dunia
takut akan penyakit ini, adapun penyakit ini dinamakan dengan Covid. Covid
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh corona virus yang baru
ditemukan, virus ini bisa menyerang siapa saja mulai dari bayi, anak-anak,
dewasa sampai lanjut usia tetapi kebanyakan virus ini menyerang pada lansia,
karna lansia sudah menurunya kekebalan tubuh nya sehingga virus ini dengan
gampang menyerang. Virus ini bisa menyebabkan gangguan ringan pada
sistem pernapasan seperti batuk, flu kemudian infeksi paru-paru yang berat,
sampai menyebabkan kematian.
Virus corona ini ditemukan pertama kali di kota wuhan, China pada
akhir desember 2019, menurut WHO, dilansir dari Kompas.com, kasus
pertama Covid yang dikonfirmasi di China pada 8 Desember 2019. Namun,
tidak dilakukan pelacakan terhadap penyakit, melainkan bergantung pada
negara-negara untuk memberikan informasi. Laporan yang diterbitkan dalam
jurnal medis The Lancet, salah satu dokter di RS Jinyitntan Wuhan, yang
merawat beberapa pasien awal, menyebutkan, tanggal infeksi pertama
diketahui pada 1 Desember 2019. Tes menunjukkan seorang pasien di RS
Pusat Wuhan didiagnosis tertular virus corona yang belum diketahui pada 16
Desember 2019. Namun, komunitas medis di Wuhan sadar akan penyakit ini
pada akhir Desember 2019.
Dampak pandemi covid 19 cukup mengkhawatirkam tidak hanya yang
tertular virus covid saja bahkan yang sehat walafiat juga berdampak akibat
pandemi ini, contoh saja dari segi ekonomi banyak pekerja yang di PHK
akibatnya para pekerja ini kebingungan untuk mecari penghasilan dari mana
selain pekerjaan, kemudian banyak took-toko yang gulung tikar karna sepi
oleh pelanggan yang akhirnya bukannya untung malahan rugi, kemudian
tidak hanya dari segi ekonomi saja dari segi sosial pun juga berdampak, dapat
diambil contoh dari komunikasi yang biasanya saling berdekatan untuk
mengobrol, bermain bersama serta berkumpul dengan banyak orang, akan

1
tetapi pada masa pandemi ini semuanya berubah, dimulai dari komunikasi
yang

2
2

harus di minimlisir tidak bebas seperti sebelum pandemi karna pencegahan


virus corona agar tidak menyebar lebih banyak lagi, begitupun dengan
menghindari kerumunan karna akan menyebabkan lebih banyak lagi resiko
tertular covid ini. dan satu contoh yang mungkin adanya keterkaitan anatara
dampak dari segi ekonomi dan segi sosial yaitu kasus kejahatan yang marak
terjadi akhir-akhir ini ketika pandemi bahkan melihat berita pun justru
cendrung lebih banyak terjadi ketika pandemi, penyabab dari kejahatan ini
yaitu keterpaksaan melakukan kejahatan karna harus memenuhi kebutuh
sehari-hari dan akhirnya melakukan kejahatan.
Dan yang tidak kalah penting yaitu dampak pandemi dari segi
pendidikan, pendidikan merupakan ujung tombak dari perubahan suatu
negara, terlebih lagi di Indonesia yang sudah banyak melakukan perubahan-
perubahan dalam segi pendidikan seperti kurikulum yang sudah beberapakali
di perbaiki sesuai dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia, hal ini tidak
lain dan tidak bukan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia lebih baik
lagi kedepannya.
Pendidikan yang terjadi di Indonesia merubah pembelajaran secara
langsung disebut dengan luring (luar jaringan) menjadi tidak langsung atau di
sebut dengan daring (dalam jaringan), semua sekolah terpaksa harus tutup
untuk menghindari kerumunan dalam mencegah penularan covid dan
digantikan pembelajaran secara daring, hal ini menjadi suatu yang baru dalam
proses pembelajaran di Indonesia mungkin dalam proses pembelajaran daring
diperguruan tinggi sudah pernah dilaksanakan akan tetapi masih dalam proses
percobaan dan harus diperbaiki untuk menjadi pembelajaran yang efektif.
Lalu bagaimana untuk tingkatan dasar (SD), menengah pertama (SMP) dan
menengah atas (SMA), apakah pembelajaran daring ini bisa diterapkan untuk
tingkatan tersebut, ini menjadi sebuah catatan yang besar untuk diperhatikan
bagi pemerintah, kepala sekolah dan guru untuk bagaimana pembelajaran ini
menjadi efektif dan efesien.
Dalam pembelajaran daring diperlukan sarana prasarana yang memadai
seperti smartphone/laptop yang bisa menggunakan aplikasi untutk
pembelajaran daring kemudian memerlukan kuota untuk bisa melakukan
3

pembelajaran daring, begitupun dengan sinyal yang stabil agar pembelajaran


daring ini bisa berjalan dengan baik dan jika salah satu sarana prasarana itu
tidak terpenuhi maka tidak akan berjalan dengan baik pembelajaran daring
ini.
Terlebih lagi yang harus diperhatikan yaitu guru yang harus bisa
melakukan pembelajaran daring ini dengan menggunakan sarana prasarana
dengan baik karna jika sarana prasarana ini guru tidak bisa mengguankannya
otomatis pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, guru dituntut untuk
lebih kreativitas dan bisa mengguanakan hal baru yaitu pengoprasian aplikasi
pembelajaran daring, ini menjadi sebuah trobosan baru yang mana guru mau
tidak mau suka tidak suka harus belajar bagaimana pembelajaran daring itu,
namun bagaimana jika pembelajaran daring ini dilakukan di wilayah
pedalaman yang susah akan sinyal sarana prasarana nya pun kurang memadai,
ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah terkait bagaimana sarana
prasarana ini bisa dinikmati oleh warga negara Indonesia tidak hanya di
perkotaan saja yang di pedalaman pun seperti desa juga bisa menikmati
sarana prasarana tersebut.
Akibatnya pembelajaran ini tidak bisa dilakukan di daerah yang tidak
ada nya sarana prasarana tersebut, memang kurang tepat jika masalah ini
tidak diselesaikan tetapi pembelajaran daring ini harus di lakukan di manapun
itu daerahnya, yang pada akhirnya penerus bangsa ini seharusnya menjadi
suatu yang bisa diandalkan untuk kedepannya akan tetapi jika pendidikan ini
masih kurang merata sarana prasarana nya terlebih lagi di masa pandemi ini
akan menjadi apa nanti penerus bangsa ini, itulah betapa pentingnya sarana
prasarana di masa pandemi ini dalam segi pendidikan dan terlebih lagi
pandemi ini tidak ada yang tahu kapan berakhirnya, sehingga bisa melakukan
pembelajaran seperti biasa.
Selain sarana prasarana yang kurang memadai untuk berlangsung nya
pembelajaran daring, harus juga dibarengi oleh kemampuan guru dalam
menggunakan aplikasi pembelajaran daring tersebut karna jika guru nya saja
tidak bisa menggunakan aplikasi pembelajaran daring atau sarana prasaran
yang menunjang pembelajaran daring, tidak akan bisa tejadinya pembelajaran
4

daring tersebut, ini menyangkut kesiapan dari semua kalangan pendidik baik
guru, kepala sekolah ataupun Dinas Pendidikan yang harus memberikan
pembelajaran daring ini menjadi lebih baik dibandingkan pembelajaran
langsung, akan tetapi pada kenyataanya pembelajaran daring ini menjadi
pembelajaran yang tidak efektif.
Faktor ketidaksiapan akan pembelajaran daring ini sangat berpengaruh
dalam terlaksananya pendidikan, pengambilan keputusan pemerintah dalam
melakukan pembelajaran daring ini dirasa tidak adanya kesiapan baik kepala
sekolah, guru bahkan siswa pun dirasa belum siap akan pembelajaran daring
ini, memang salah satu cara untuk mengurangi penyebaran virus covid ini
dengan menghindari kerumunan yang terjadi di sekolah akan tetapi harus
dibarengi dengan memberikan suatu sosialisasi bagaimana cara dalam
pembelajaran online ini dan harus melakukan beberapa kali uji coba sehingga
dapat menentukan pembelajaran daring yang tepat untuk diajarkan disetiap
tingkatannya.
Bahkan yang mengkhawatirkan lagi ketika pembelajaran daring ini
harus dilakukan di sekolah dasar (SD), pada praktik di lapangan pun banyak
anak-anak SD yang kurang mengerti akan pembelajaran yang membelajarkan
bahkan hanya memebebani siswanya saja untuk melakukan tugas.
Ketidaksiapan Indonesia dalam pembelajaran daring masih sangat jelas
dirasakan sekarang pada masa pandemi ini, lagi dan lagi ini menjadi PR untuk
pemerintah dalam membenahi pembelajaran daring ini untuk kedepannya
menjadi lebih baik lagi bukan tidak mungkin pembelajaran daring ini bisa
menjadi lebih baik dibandingkan pembelajaran luring.
Pembelajaran daring berjalan baik atau tidaknya tidak luput dari peran
kepala sekolah, hal ini bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan yang diambil
dalam menangani pembelajaran covid ini, disini lah peran kepala sekolah
dalam menjalankan kepemimpinannya dengan baik di tengah situasi pandemi
covid. Kepala sekolah dituntut untuk menerapkan “manajemen krisis”, yaitu
proses mempersiapkan dan mengelola situasi darurat atau tidak terduga yang
mempengaruhi siswa, guru, staf, dan pemangku kepentingan. Ini merupakan
komponen penting dari Public Relation (PR). Ini berbeda dari manajemen
5

risiko, yang mengharuskan kepala sekolah untuk menilai potensi ancaman


dan menemukan cara terbaik untuk menghindari ancaman tersebut. Dalam
manajemen krisis, ancaman ini sudah terjadi dan harus dihadapi.
Salah satu peran kepala sekolah yaitu supervisi yang dimana kepala
sekolah wajib membina guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang lebih
baik. Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan kualiasnya dan
bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
Sementara itu, semua guru yang baik dan sudah berkompeten maupun yang
masih lemah harus diupayakan agar tidak ketinggalan jaman dalam proses
pembelajaran maupun materi yang menjadi bahan ajar (Kemendikbud.go.id).
Begitupun dengan pembelajran daring ini dengan peran kepala sekolah
sebagai supervisi menjadikan pembelajaran daring ini menjadi lebih baik
didukung dengan guru yang berkompeten dalam pembelajaran daring. Dari
latar belakang diatas peneliti ingin meneliti dengan judul “Optimalisasi
Fungsi Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyukseskan Pembelajaran Daring
di SD Persis 55 Kota Serang”.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian


Dalam penelitian kali ini dapat difokuskan masalah terlebih dahulu agar
tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan
tujuan utama penelitian ini. Maka peneliti memfokuskan untuk meneliti
mengenai Fungsi Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyukseskan
Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang, Adapun subfokus
penelitian antara lain:
1. Perencanaan Supervisi Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Daring
2. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Daring

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, secara umum maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah “Optimalisasi Fungsi Supervisi Kepala
Sekolah Dalam Menyukseskan Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota
6

Serang”. Agar penelitian ini lebih terfokus pada permasalahan, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan supervisi kepala sekolah dalam menyukseskan
pembelajaran daring?
2. Bagaimana pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam menyukseskan
pembelajaran daring di SD Persis 55 Kota Serang?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui “Optimalisai Fungsi Supervisi Kepala Sekolah Dalam
Menyukseskan Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang”. Adapun
tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganilisis perencanaa supervisi kepala sekolah dalam
menyukseskan pembelajaran daring?
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam
menyukseskan pembelajaran daring di SD Persis 55 Kota Serang?

E. Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
tentang supervisi pendidikan kepala sekolah di sekolah dasar. Agar nanti
ilmu ini dapat digunakan oleh kepala sekolah di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan kontribusi kepada guru berupa saran dan
masukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan peran guru
dalam menyukseskan pembelajaran daring.
b. Bagi Kepala Sekolah
Dapat menjadi masukan dan saran bagi kepala sekolah untuk
mengoptimalkan fungsi suvervisi dalam menyukseskan
pembelajaran daring.
7

c. Bagi Dinas Pendidikan


Memberikan informasi kepada Dinas Pendidikan agar dapat
lebih memperhatikan fungsi supervisi kepala sekolah dalam
menyukseskan pembelajaran daring

d. Bagi Peneliti
Dapat menambah informasi, wawasan dan memperkaya
pengetahuan mengenai optimalisasi fungsi supervisi kepala sekolah
dalam menyukseskan pembelajaran daring di SD Persis 55 Kota
Serang

F. Kebaharuan Penelitian (Novelty)

No 1 2 3
Judul “Peran Supervisi “Supervisi Kepala “Analisis Kebijakan
Kepala Sekolah Sekolah Dalam Kepala Sekolah
Dalam Pembinaan Dalam Pembelajaran
Mewujudkan Kinerja Guru Di Man Daring Bagi Guru Di
Profesionalisme Kota Bakti Pidie” Era New Normal”
Guru Di MI
Muhammadiyah
Program Khusus
Kartasura”
Isi Penelitian ini Supervisi kepala Penelitian ini
bertujuan untuk (1) sekolah dalam bertujuan untuk
mendeskripsikan pembinaan kinerja mengetahui kebijakan
peranan kegiatan guru merupakan salah kepala sekolah MI
supervisi kepala satu program penting Syafi’iyah Demak
sekolah dalam yang harus dalam melaksanakan
mewujudkan dilaksanakan oleh pembelajaran daring
profesionalisme kepala sekolah dalam bagi guru di era new
8

guru di MIM PK membina guru untuk normal dengan


Kartasura. (2) meningkatkan harapan peserta didik
mendeskripsikan kinerjanya. Karena mendapatkan
hambatan dari terdapat beberapa pendidikan yang
pelaksanaan orang guru yang berkualitas dan
Supervisi di MIM perangkat tercapai secara
PK Kartasura. (3) pembelajaran nya optimal. Metode
mendeskripsikan belum lengkap, seperti penelitian ini
solusi dari RPP, materi kurang menerapkan jenis
hambatan sesuai dengan silabus, kualitatif melalui studi
pelaksanaan tidak menggunakan lapangan dengan
Supervisi di MIM media pembelajaran. pendekatan deskriptif
PK Kartasura. jenis Oleh karena itu kualitatif. Objek
penelitian adalah kegiatan supervisi ini penelitian adalah MI
kualitatif deskriptif. penting dilakukan. Syafi’iyah Demak,
Penelitian Tujuan penelitian sedangkan kepala
dilakukan di MI dalam skripsi ini sekolah dan guru
Muhammadiyah adalah untuk menjadi subjek
PK Kartasura. mengetahui penelitian. Sumber
Teknik pelaksanaan supervisi data penelitian
pengumpulan data kepala sekolah dalam diperoleh melalui
yang digunakan pembinaan kinerja observasi, wawancara,
adalah wawancara, guru di MAN Kota dan dokumentasi.
observasi, dan Bakti Pidie, dan untuk Analisis data yang
dokumentasi.Naras mengetahui kendala digunakan yaitu data
umber dalam kepala sekolah dalam reduction, data
penelitian ini pelaksaan supervisi di display, dan
adalah kepala MAN Kota Bakti. verification. Hasil
sekolah sebagai Pendekatan yang penelitian ini
informan utama, digunakan dalam menunjukkan bahwa
serta wakil kepala penelitian ini ialah kepala sekolah MI
sekolah dan guru kualitatif dengan Syafi’iyah telah
9

sebagai staf metode penelitian memiliki kebijakan


pengajar di sekolah deskriptif kualitatif. dalam pelaksanaan
tersebut. Subjek penelitian pembelajaran dengan
Berdasarkan adalah kepala sekolah, menerapkan
penelitian dapat dan tiga orang guru. pembelajaran tatap
disimpulkan (1) Teknik pengambilan muka melalui
Hasil penelitian sampel Purposife pembatasan jumlah
mengemukakan Sampling dan teknik peserta didik sesuai
peran supervisi pengumpulan data protokol kesehatan.
kepala sekolah penelitian ini adalah Kepala sekolah, wali
dalam mewujudkan menggunakan kelas, guru mata
profesionalisme wawancara, observasi pelajaran, dan wali
guru yaitu dengan dan dokumentasi. peserta didik bekerja
melaksanakan Hasil penelitian ini sama untuk
supervisi terjadwal, menunjukkan bahwa: menyukseskan
supervise tidak pertama, supervisi kebijakan tersebut.
terjadwal dengan dilakukan sebanyak 2
bidang yang kali dalam satu
disupervisi adalah semester, yaitu diawal
kegiatan belajar dan diakhir semester.
mengajar, lesson Kedua, jenis supervisi
plan, kreativitas yang digunakan ialah
guru dalam display supervisi akademik
kelas, kepribadian dan supervisi klinis.
guru dan kerapihan. Ketiga, tehnik yang
(2) hambatan dari digunakan yaitu:
pelaksanaan tehnik kunjungan
Supervisi di MI kelas, rapat dengan
Muhammadiyah guru, diskusi, tehnik
PK Kartasura observasi kelas dan
adalah jadwal percakapan pribadi
supervisi guru dengan guru yang
10

bersamaan dengan bersangkutan yang


kegiatan lain, dipanggil keruang
fasilitas alat peraga kepala sekolah.
kurang memadahi, Kendala-kendala yang
dan kesulitan dihadapi dalam
dalam penentuan pelaksanaan supervisi
strategi guru dalam kepala sekolah dalam
pembelajaran. (3) pembinaan kinerja
solusi dari guru di MAN Kota
hambatan Bakti antara lain,
pelaksanaan pertama, waktu.
Supervisi di MI Kedua, kesibukan
Muhammadiyah kepala sekolah diluar
PK Kartasura sekolah maupun di
adalah dengan sekolah kemudian
menganti jadwal kepala sekolah yang
supervisi guru yang sering kedatangan
berhalangan tamu. Ketiga, tidak
mengajar, ada perubahan dari
berinovasi dengan guru yang telah di
membuat supervisi karena factor
media/alat peraga, usia. Keempat, sarana
dan konsultasi dan prasarana yang
penyusunan lesson tidak memadai.
plan dengan wakil
kepala sekolah.
Persa Jurnal skripsi ini Jurnal skripsi ini Jurnal skripsi ini
maan memiliki relevansi memiliki relevansi memiliki relevansi
dengan penelitian dengan penelitian ini dengan penelitian ini
ini karena memiliki karena memiliki karena memiliki
kesamaan dalam kesamaan dalam kesamaan dalam
mengamati proses mengamati proses mengamati proses
pelaksanaan fungsi pelaksanaan fungsi pelaksanaan fungsi
11

supevisi kepala supevisi kepala supevisi kepala


sekolah. sekolah. sekolah.
Perbe Penelitian yang Penelitian yang Penelitian yang
daan disajikan oleh disajikan oleh penulis disajikan oleh penulis
penulis lebih lebih kepada proses lebih kepada proses
kepada proses pelaksanaan fungsi pelaksanaan fungsi
pelaksanaan fungsi supervisi kepala supervisi kepala
supervise kepala sekolah dalam sekolah dalam
sekolah dalam pembelajaran daring, pembelajaran daring,
pembelajaran sedangkan jurnal ini sedangkan jurnal ini
daring, sedangkan lebih kepada lebih kepada Analisis
jurnal ini lebih pembinaan kinerja dari kebijakan kepala
kepada guru. sekolah.
profesionalisme
guru.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tidak menemukan penelitian


dengan judul dan subjek yang sama, oleh karena itu, peneliti memiliki
keyakinan bahwa penelitian dengan judul “Optimalisasi Fungsi Supervisi
Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang”
merupakan penelitian yang memiliki unsur kebaharuan (novelty)
dibandingkan dengan penelitian yang sudah pernah dikaji sebelumnya.

G. Teori-Teori Yang Mendukung


1. Supervisi Pendidikan
Supervisi dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal
dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan
penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari
atas. Pada dasarnya supervisi memmpunyai arti bagaimana seorang yang
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi bisa mempunyai penglihatan
kedepan yang lebih baik dibandingkan yang lebih rendah dibawahnya, ini
berarti bahwa supervisi dilakukan oleh atasan atau yang berkedudukan
lebih rendah kepada bawahannya .
12

Adapun pelaksanaan supervisi atau pengawasan dalam sebuah


organisasi memiliki peran yang bisa dibilang sangat penting untuk
bagaimana organisasi tersebut bisa berjalan dengan baik. Manullang
(2005:173) mendefinisikan pengawasan sebagai “Suatu proses untuk
menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila
perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula”. Adapun supervisi dilakukan pada setiap
organisasi yang mana seorang pemimpin dalam organisasi tersebut harus
bisa membawa organisasi kearah yang lebih baik, termasuk organisasi
didalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah.
Dalam ranah Pendidikan yaitu sekolah yang mempunyai
kedudakan yang tinggi adalah kepala sekolah, seorang kepala sekolah
harus mempunyai peran dan fungsi dalam terlaksananya sekolah yang
efektif dan efesien. Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat
penting untuk memberi arahan kepada guru-guru dalam terlaksananya
suasana belajar yang lebih baik, karna kepala sekolah harus mempunyai
penglihatan bagaimana pelaksanaan pendidikan berjalan sesuai dengan
arahan pemerintah yang tercantum dalam kurikulum yang sudah di buat
oleh pemerintah. Mulyasa (2004:111) menyatakan bahwa “Supervisi
sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan
sebagai supervisor”.
Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya
memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada kekurangan
dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, maka cara
memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi
sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk
mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya
adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk
memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan
meningkatkan kualitas hasil belajar.
Menurut Mulyasa (2004:115-116), untuk mengetahui sejauh mana
guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah
13

perlu melaksanakan kegiatan supervisi, salah satunya yang dapat


dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Pada hakikatnya, kepala sekolah melakukan
kegiatan supervisi atau pengawasan tidak lain dan tidak bukan untuk
memberikan arahan atau perbaikan kepada seorang guru dalam proses
pembelajaran agar tercapainya kualitas belajar mengajar dan
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
a. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi supervisi merupakan suatu fungsi yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Baik yang
dibutuhkan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar kemudian
meningkatakan kemampuannya serta membimbing guru agar nanti
proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Pelaksanaan supervisi
ini harus berjalan dengan intensif kepada guru agar dapat diterapkan
oleh guru dengan baik. Kegiatan supervisi pendidikan memiliki
beragam fungsi. Supervisi pendidikan dapat terlaksana dengan baik,
fungsi-fungsinya mampu diterapkan dengan baik pula.
Kegiatan supervisi ini secara tidak langsung akan berdampak
pada prestasi belajar siswa, karna prestasi siswa ditentukan bukan
hanya oleh kemampuan siswa tetapi ada peran penting guru dalam
memberikan suasana belajar yang efektif dan efesien. Oleh karena itu,
maka supervisi pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2) Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-
unsur yang terkait dengan pendidikan
3) Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing.

Menurut Sahertian (2000:21), fungsi kegiatan supervisi


pendidikan dirinci sebagai berikut:
14

1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah


2) Melengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5) Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
6) Menganalisis situasi belajar dan mengajar
7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap
anggota staf
8) Mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan guru-guru dalam mengajar.

Dapat disimpulkan fungsi supervisi pendidikan ini merupakan


suatu fungsi yang sangat penting dalam memajukan atau
mengembangkan pendidikan yang ada di Indonesia ini, terlebih lagi
setiap harinya pembelajaran harus lebih berinovasi lagi agar
tercapainya tujuan pendidikan, maka dari itu fungsi supervisi
pendidikan akan sangat berdampak bagi pendidikan itu sendiri.

b. Tujuan Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan mempunyai tujan yang penting ada
tujuan umum dan tujuan khusus diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Tujuan umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis
dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah lainya agar
persoalan tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya,
terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu proses pembelajaran.
Kemudian apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat,
demikian pula mutu pembelajarannya, maka diharapkan prestasi
belajar siswa juga akan meningkat. Dengan demikian jelas bahwa
tujuan umum supervisi pendidikan adalah memberikan layanan
dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru dikelas
yang pada giliranya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.
2) Tujuan khusus
15

Dalam tujuan khusus ini harus saling berkaitan dengan


tujuan umum supervisi. Adapun dalam tujuan khusu supervisi
pendidikan antara lain yaitu:
a) Membantu guru untuk lebih memahami tujuan sebenarnya
dari pendidikan dan peranan sekolah untuk mencapai tujuan
itu.
b) Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan
memahami kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan
murid untuk menolong mereka untuk mengatasinya
c) Memperbesar kesanggupan guru-guru untuk melengkapi dan
mempersiapkan murid-muridnya menjadi masyarakat yang
efektif.
d) Membantu guru mengadakan diagnosa secara kritis aktivitas-
aktivitasnya, serta kesulitan-kesulitan mengajar dan belajar
murid-muridnya, dan menolong mereka merencanakan
perbaikan
e) Membantu guru-guru untukdapat menilai aktifitas-
aktifitasnya dalam rangka tujuan perkembangan anak didik
f) Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang
demokratis dan kooperatif serta memperbesar kesediaan
untuk saling tolong menolong
g) Memperbesar ambisi guru-guru meningkatkan mutu karyanya
secara maksimal dalam bidang propesi keahliannya.
h) Membantu guru untuk dapat lebih memamfaatkan
pengalaman-pengalaman sendiri
i) Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada
masyarakat agar bertambah simpati dan kesediaan
masyarakat untuk menyokong sekolah
j) Melindungi guru-guru dan tenaga pendidikan terhadap
tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan kritik tak sehat dari
masyarakat.
16

Kegiatan supervisi pendidikan ini harus dilakukan secara terus


menerus ata intensif karena jika dilakukan tidak secara intensif maka
tujuan supervisi pendidikan ini tidak akan dapat terlaksana saja, hanya
sebagai menggugurkan kewajiban saja. Tidak akan bisa meningkatkan
kualitas belajar mengajar jika tidak dilakukan secara intensif yang
artinya tujuan supervisi pendidikan tidak akan terlaksana. Menurut
Tatang (2016:40), tujuan supervisi pendidikan adalah
“memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik”.
Dari beberapa pendapat tujuan supervisi ini untuk memperbaiki
pembelajaran yang kurang efektif, sehingga dilakukannya perbaikan
dalam pembelajaran agar pembelajaran ini berjalan dengan baik.

c. Prinsip Supervisi Pendidikan


Dalam melaksanakan supervisi pendidikan di lingkungan
sekolah ialah bagaimana seorang kepala seoklah memberikan suatu
pemahaham kepada guru atau staf sekolah bahwa harus ada suatu
perubahan dalam pembelajaran agar nanti ketika belajar mengajar
terjadi ada hal baru yang didapat oleh siswa. Artinya dalam hal ini
guru diberikan suatu kebebasan dalam menciptakan suasana belajar
agar guru dapat mengembangkan cara mengajar kepada siswa dan ini
harus di bimbing oleh kepala sekolah agar berjalan dengan baik.
Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang
objektif. Prinsip supervisi yang dilaksanakan adalah:
1) Prinsip Ilmiah
2) Prinsip Demokratis
3) Prinsip Kerjasama
4) Prinsip Konstruktif dan Kreatif

Dapat disimpulkan prinsip supervisi ini berkenaan dengan


bagaimana kepala sekolah memberikan suatu pemahaman terhadap
guru maupun staf sekolah dalam pembelajaran ini sesuai dan
tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri.
17

d. Teknik Supervisi Pendidikan


Dalam supervisi pendidikan salah satu bentuk dalam
membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi guru yaitu
sarana prasarana atau alat (device) dan teknin supervisi. Teknik
supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan
supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan dan bantuan
kepada supervisee.
1) Teknik yang bersifat individual
2) Teknik saling mengunjungi kelas
3) Menilai diri sendiri

e. Lingkup Supervisi Pendidikan


Dalam supervisi pendidikan terdapat ruang lingkup agar
supervisi ini berjalan dengan tepat sasaran. Menurut muwahid (2012:
73) Supervisi pendidikan tidak hanya mengawasi kondisi mengaiar
guru dan aspek administrasi sekolah. Tetapi ruang lingkup supervisi
pendidikan sangat luas dan banyak, dimana tujuanya adalah untuk
memperbaiki kondisi sekolah baik secara fisik, akademik ataupun
segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah.

Ruang lingkup supervisi antara lain :

1) Kesiswaan
2) Kurikulum dan pembelajaran
3) Bahan aiar
4) Metoda pengajaran
5) evaluasi
6) gadik
7) Fasilitas Pendidikan
8) Alat instruksi dan penolong instruksi
9) Anggaran
Dari uraian di atas terlihat bahwa ruang lingkup tugas pengawas
tidak hanya berhubungan denganguru dan pimpinan sekolah saja.
18

Akan tetapi berhubungan juga dengan semua yang berkaitan dengan


sekolah, seperti siswa, orangtua siswa maupun masyarrakat secara
umum.

f. Jenis-jenis Supervisi Pendidikan


Adapun jenis-jenis supervisi pendidikan terdapat 2 jenis
supervisi pendidikan yaitu:
1) Supervisi Akademik
Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan
bantuan professional yang berupa pemberian dorongan,
bimbingan, dan arahan dari kepala sekolah kepada guru agar
dapat meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan proses
pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran. Dari
pengertian diatas supervisi akademik dapat membantu seorang
guru dalam suatu permasalahan yang terjadi pada saat
melaksanakan proses pembelajaran, dan guru akan menjadi lebih
baik lagi kedepannya mengenai pelaksanaan pembelajaran
tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Direktorat
Tenaga Kependidikan Depdiknas bahwa supervisi yang
membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran disebut sebagai supervisi akademik. Tujuan
supervisi bukan hanya memperbaiki kemampuan mengajar tapi
juga untuk pengembangan potensi kualitas guru. Sebagaimana
Sergiovanni (1987) dalam buku Muwahid (2012: 41) ada tiga
tujuan supervisi akademik yaitu:
a) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud
membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan
kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
19

b) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk


memonitor kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan
memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala
sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, ataupun
dengan sebagian murid-muridnya.
c) Supevisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru
menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-
tugas mengajamya, mendorong guru mengembangkan
kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia
memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment)
terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Dapat disimpulkan bahwa suprervisi akademik sangat


berpengaruh kepada seorang guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, mengatasi permasalahan yang terjadi serta
mengembangkan potensi guru untuk menjadi lebih baik lagi
kedepannya dalam melaksanakan permbelajaran.

2) Supervisi Klinis
Supervisi klinis merupakan bagian dari supervisi
pengajaran. Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan
pembelajaran melalui siklus yang sistematis dimulai dari tahap
perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif. Dikatakan
supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan dalam proses
pembelajaran dan kemudian diusahan secara langsung pula
bagaimana cara memperbaiki kelemahan tersebut.
Tujuan supervisi adalah mengembangkan pembelajaran
yang lebih baik. Tentu harus dengan usaha agar pembelajaran
tesebut dapat berjalan dengan lebih baik, Adapun usaha perbaikan
melalui mengajar dan mengajar ditujukan kepada tercapainya
tujuan pendidikan tersebut yaitu pembentuka siswa atau peserta
20

didik yang memiliki pengetahuan, kemampuan serta sikap yang


baik secara maksimal. Maka dari itu perlu adanya pengembangan
dari proses pembelajaran yang membuat siwa dapat termotivasi
dan semangat dalam proses pembelajaran yang lebih baik.
Menurut Acheson dan Gall (1987) dalam buku Muwahid (2012:
85) tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pengajaran guru
dikelas. Tujuan ini dirinci lagi ke dalam tujuan yang lebih
spesifik, sebagai berikut.
a) Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru,
mengenai pengajaran yang di laksanakannya.
b) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah -
masalah pengajaran.
c) Membantu guru mengembangkan keterampilan nya
menggunakan strategi Pengaiaran.
d) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan
keputusan lainnya.
e) Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan profesional yang berkesinambungan.

Dapat disimpulkan bahwa jenis supervisi pendidikan ada 2 yaitu


supervisi akademik dan supervisi klinis yang mana supervisi ini saling
berhubungan dimana pada supervisi akademik kepala sekolah
memberikan dorongan dan arahan kepada guru untuk meningkatkan
kemampuannya dalam pembelajaran, sedangkan supervisi klinis lebih
kepada kegiatan pembelajaran agar pembelajaran ini sesuai dan
bejalan dengan baik, kedua supervisi saling berhubungan dimulai dari
supervisi akademik yang dimana kepala sekolah memberikan
pemahaman untuk meningkatkan kemampuan kemudian dilanjut
dengan supervisi klinis dalam proses pengajaran terus dikembangkan
dan perbaiki agar tercapainya pembelajran yang efektif dan efesien.

2. Kepala Sekolah
21

Kepala sekolah merupakan jabatan tertinggi atau pemimpin dari


suatu lembaga sekolah sehingga kepala sekolah ini memiliki peran yang
sangat penting untuk mengembangkan sekolah tersebut. menurut kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) (2016: 480) adalah “Orang atau guru
yang memimpin suatu sekolah”. Sementara itu Permendikbud Nomor 6
Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah, kepala
sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola
satuan pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-
kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa
(SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah pertama
luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), sekolah atas luar biasa (SMALB) atau Sekolah
Indonesia di luar Negri.
Wahjosumidjo menyatakan bahwa (2011: 83-85) kepala sekolah
adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa
didasarkan pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat
menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta
persyaratan-persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan,
pengalaman, usia, pangkat, dan integritas. Oleh sebab itu, kepala sekolah
pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatanya melalui
suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.
Selain itu, Mulyasa (2004: 126) menyatakan bahwa kepala
madrasah/sekolah adalah motor penggerak dan penentu kebijakan
madrasah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan dalam
pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
adalah seorang pemimpin yang memilki jabatan tertinggi dan kedudukan
secara formal dan kelembagaan, sehingga kepala sekolah memiliki peran
penting dan juga tanggung jawab dalam memimpin suatu sekolah.

a. Peran Kepala Sekolah


22

Peran kepala sekolah merupakan suatu hal yang penting dalam


lembaga formal sekolah, peran ini akan membawa arah yang lebih
baik untuk sekolah tersebut. Menurut Mulyasa (2012: 98), telah
ditetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan
pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor
(EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala sekolah
sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator
(EMASLIM).
1) Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
2) Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer
3) Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
4) Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor
5) Peran Kepala Sekolah sebagai Leader
6) Peran Kepala Sekolah sebagai Innovator
7) Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator

Dapat disimpulkan kepala sekolah mempunyai beberapa peran


yang pasti harus dilaksanakan peran-peran tessebut, karna kepala
sekolah tidak hanya sebagai nama belakang saja tetapi peran-peran ini
harus diterapkan dalam memimpin sekolah yang nantinya akan
membawa sekolah ini kearah yang lebih baik.

b. Syarat Menjadi Kepala Sekolah


Menjadi kepala sekolah tidak bisa dianggap remeh, karna
kepala sekolah merupakan gambaran dari sekolah itu sendiri jika
sekolah itu baik sudah pasti dikatakan kepala sekolahnya pun baik,
oleh karna itu ada syarat yang harus di penuhi untuk menjadi kepala
sekolah sehingga bisa dikatakan layak untuk menjadi kepala sekolah
jika syarat itu dipenuhi, Adapun syarat menjadi kepala sekolah
menurut Daryanto dalam buku Jamal Ma’mur Asmani (2012 18-19)
menyatakan ada 3 syarat untuk menjadi kepala sekolah.
23

1) “Akseptabilitas
Dukungan rill dari komunitas yang dipimpinnya. Artinya
keberadaanya diterima dan didukung secara bulat. Para guru dan
karyawan sebagai komunitas formal yang dipimpinya
mendukung. Masyarakat pendidikan, termasuk komite sekolah
sebagai wadah organisasi orang tua, juga memberikan dukungan
2) Kapabilitas
Menyangkut aspek kompetensi (kemampuan) untuk
menjalankan kepemimpinan. Kepala sekolah harus mampu
mengelolala sumber daya dari orang-orang yang dipimpinya agar
tidak menimbulkan konflik.
3) Intergritas
Menyangkut dengan komitmen moral dan prinsip berpegang
teguh pada aturan main yang telah disepakati sesuai dengan
perarturan dan norma yang semestinya berlaku”.

Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi kepala


sekolah, ini merupakan suatu hal yang tidak semua orang dapat
dipenuhi, maka dari itu menjadi kepala sekolah bukan hal yang
dianggap mudah, bahkan bisa dibilang sulit untuk di penuhi, oleh
karena itu tidak bisa dianggap remeh kepala sekolah itu.

c. Kewajiban Kepala Sekolah


Sebagai kepala sekolah yang menjadi pemimpin suatu sekolah
dalam menjalakan tugasnya mempunyai kewajiban yang pasti harus
dilaksanakan karna ini adalah suatu kewajiban untuk bagaimana
kewajiban ini membawa perubahan kearah yang baik. Adapun
kewajiban kepala sekolah menurut Dedy Mulyasana (2011: 117)
sebagai berikut
1) “Menjabarkan visi ke dalam misi terget tertentu
2) Merumuskan tujua dan terget mutu yang akan dicapai
3) Menngalisi tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekoalah/madrasah
24

4) Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk


pelaksanaan peningkatan mutu
5) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah
6) Melibatkan guru dan komite sekolah dalam pengambilan
keputusan penting sekolah/madrasah
7) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang
tua/wali siswa dan masyarakat
8) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan, dengan menggunakan sistem pemberian
penghargaan atas presatasi serta sanksi atas pelanggaran peraturan
dan kode etik
9) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi siswa
10) Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai
pelasanaan kurikulum
11) Melaksankan dan merumuskan program supervisi, serta
memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja
sekolah/madrasah
12) Meningkatkan mutu pendidikan
13) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya
14) Memfasilitasi pengembangan, penyebarluakan, dan pelaksanaan
visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan
didukung oleh komunitas sekolah/madasah
15) Membantu, membina, mempertahankan lingkungan sekolah serta
program pembelajaran kondusif bagi proses belajar siswa dan
pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan
16) Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat,
efesiensi dan efektif
17) Menjalin kerja sama dengan orang tua atau wali siswa serta
masyarakat, dan komite sekolah mengaggapi kepentingan serta
25

kebutuhan komunias yang beragam, dan memobilisasi sumber


daya masyarakat.
18) Kepala sekolah dapat mendelegasikan sebagian tugas
kewenangan kepada wakil kepala sekolah sesuai dengan
bidangnya”.

Dapat disimpulkan banyak sekali kewajiban kepala sekolah


yang harus dilaksanakan ini merupakan suatu anggapan bahwa kepala
sekolah tidak hanya memberikan arahan saja kepada gurunya terlebih
ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi juga dalam rangka untuk
tercapainya tujuan pendidikan tersebut.

d. Tipe-tipe Supervisi Kepala Sekolah


Tipe tipe supervisi kepala sekolah terdapat 4 tipe supervisi,
antar lain:
1) Supervisi yang bersifat korektif
Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk
mencari-cari kesalahan orang yang disupervisi (guru-guru) artinya
seorang supervisor bukan semata mencari kesalahan saja akan
tetapi ketika adanya kesalahan seorang supervisor dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
2) Supervisi yang bersifat preventif
Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk
melindungi guruguru dari berbuat salah. Guru-guru selalu
diingatkan untuk tidak melakukan kesalahan dengan memberikan
mereka batasan-batasan larangan-larangan atau sejumlah
pedoman dalam bertindak.
3) Supervisi yang bersifat konstruktif
Tipe supervisi jenis ini ialah supervisi yang berorientasi ke
masa depan, menolong guru-guru untuk selalu melihat ke depan,
belajar dari pengalaman, melihat hal-hal yang baru, dan secara
antusias mengusahakan perkembangan.
26

4) Supervisi yang bersifat kreatif


Kegiatan supervisi ini, lebih menekankan pada usaha
menumbuhkembangkan daya kreatifitas guru, dimana peran
kepala sekolah hanyalah sebatas mendorong dan membimbing.

Dari setiap tipe-tipe supervisi kepala sekolah ini, seorang


kepala sekolah harus mempunyai vision atau penglihatan kedepan
bagaimana nanti untuk mengarahkan ke arah yang lebih baik, dan juga
harus memahami tipe-tipe ini untuk menjadi kepala sekolah yang baik.

e. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor


Tugas kepala sekolah tidak lain untuk melakukan pengawasan
terhadap guru-guru serta pegawai sekolahnya untuk bagaimana dapat
memberikan dampak yang positif dalam rangka tercapainya tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Adapun dalam
pelaksanaan kegiatan ini meliputi penelitian, penentuan berbagai
kebijakan yang diperlukan, memberikan solusi dalam setiap masalah
yang terjadi di sekolah yang dihadapi oleh seluruh guru-guru dan staf
yang ada di sekolah. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh
kepala sekolah sebagai supervisor menurut Jamal Ma’mur (2012: 32),
antara lain:
1) Pembinaan Guru
Guru sebagai pelaksana kurikulum harus mendapatkan
bimbingan dari kepala sekolah, sehingga guru mampu
melaksanakan kurikulum dengan baik. Maka sebagai supervisor
yang mengadakan pembinaan terhadap guru, kepala sekolah
dituntut harus memiliki sikap diantaranya; memiliki jiwa
kepemimpinan, mengenal keadaan guru dan pegawai lainnya,
membangkitkan semangat mereka dalam bertugas, memberikan
kesempatan yang luas kepada mereka untuk mengembangkan
kariernya dan menciptakan rasa kekeluargaan diantara mereka.
27

Kepala sekolah dituntut harus memadukan semangat kerja


para guru agar menjadi satu kesatuan yang dinamis dalam
melaksanakan tugasnya disekolah. Selain itu juga kepala sekolah
harus mampu meniadakan pertentangan individual atau kelompok
dikalangan guru serta mengembangkan integritas kepribadian,
kegotong-royongan dan semangat juang yang tangguh.
2) Pembagian Tugas Kepada Guru
Dalam pembagian tugas kepada guru, kepala sekolah harus
terlebih dahulu mengetahui jumlah tenaga guru yang ada. Setelah
itu pembagian dapat dilakukan sesuai efektifitas dan efisensi
sekolah tersebut. Kepala sekolah dapat melakukan berdasarkan
beberapa sistem; sistem guru kelas, sistem bidang studi dan
sistem campuran.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor bahwa ia
hendaknya pandai meneliti dan me nentukan syarat-syarat apa
saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-
tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat
tercapai. Kepala sekolah harus meneliti dan menentukan syarat-
syarat apa yang telah ada dan mencukupi, apa yang belum ada
atau kurang mencukupi yang perlu di usahakan dan dipenuhi.
Menurut Ngalim Purwanto (2009: 120) kegiatan atau
usaha-usaha yang dapat dilakukan kepala sekolah sebagai
supervisor antara lain adalah :
a) “Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai
sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing
dengan sebaik-baiknya.
b) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat
perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang
diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar
mengajar.
c) Bersama guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai
28

dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Membina


kerjasama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
d) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru
dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan
diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan
sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti
penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya
masingmasing.
e) Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan
intansi-instansi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
para siswa”.

Berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab kepala sekolah


sebagai supervisor, fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan adalah menciptakan situasi pembelajaran sehingga guru-
guru dapat mengajar dan peserta didik dapat belajar dengan baik.
Kepala Sekolah sebagai supervisor bertugas mengatur seluruh aspek
kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat berjalan dengan lancar
dan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah
ditentukan. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada guru dan
seluruh staff dalam pengelolaan sekolah atau menyelenggarakan
pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Supervisi berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam


meningkatkan pembelajaran atau bimbingan dan kualitas hasil belajar
siswa. Dari berbagai pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi dari lembaga
sekolah yang mana haru punya vision atau penglihatan kedepan
bagaimana pembelajaran ini berjalan dengan baik seusai dengan
kebijakan pemerintah dan tujuan pendidikan, tentu saja dengan usaha
dalam membina, membimbing, memberi bantuan dan dorangan
29

kepada staf sekolah untuk terciptanya sekolah yang baik dan segala
tujuan tercapai.

3. Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring)


Pada masa pandemi covid-19 ini pemerintah memberikan
himbauan untuk menerapkan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar
atau biasa disebut dengan PSBB, yang mana harus menghentikan
kegiatan-kegiatan yang menyebabkan kerumunan karna pemerintah ingin
menghentikan penyebaran covid-19 ini, bahkan kementrian pendidikan
dan kebudayaan juga telah menghentikan kegiatan belajar secara
langsung atau luring, yang pada akhirnya kegiatan belajar mengajar ini
digantikan dengan secara daring (dalam jaringan) atau secara online
menggunakan aplikasi-aplikasi yang mendukung pembelajaran daring
ini. Pembelajaran daring ini menjadi suatu hal yang harus diterapkan
pada saat pandemi covid-19 ini, ini menjadi suatu jalan keluar yang
bagaimana harus penerapkan PSBB tetapi bisa dilakukan terlaksananya
belajar mengajar tanpa berkerumun menghindari penyebaran covid-19.
Adapun pengertian pembelajaran daring menurut Sadikin & Hamidah
(216:2020) ialah, pembelajaran yang menggunakan jaringan internet
dengan menetapkan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, serta
kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.
Sementara itu Pangondian, dkk. dalam Sadikin & Hamidah
(216:2020) menyatakan, pembelajaran daring sendiri dibutuhkan dalam
pembelajaran di era revolusi 4.0. Selain itu, Gikas & Grant dalam
Sadikin & Hamidah (216:2020) menyatakan, pada tataran
pelaksanaannya, pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-
perangkat mobile seperti smartphone (android or iphone), laptop,
komputer, dan tablet yang dapat dipergunakan untuk mengakses
informasi kapan dan di mana saja.
Bilfaqih (2015:4) menyatakan pada umumnya pembelajaran daring
memiliki tujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara
dalam jaringan yang bersifat massif dan terbuka untuk menjangkau target
yang lebih banyak dan lebih luas.
30

Sementara itu Sari dalam Putria, dkk. (863:2020) pembelajaran


daring adalah, membangun suasana belajar yang baru . Suasana yang
baru tersebut dapat menumbuhkan antusiasme peserta didik dalam
belajar. Selain itu, pendapat Hadisi & Muna dalam Putria (864:2020)
yang mengungkapkan bahwa, pembelajaran daring mengakibatkan
kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Kurangnya
interaksi tersebut dapat memperlambat terbentuknya nilai dalam proses
pembelajaran, sementara pembelajaran daring ini ialah pembelajaran
yang baru dirasakan baik oleh pendidik maupun peserta didik.
Adapun manfaat dari pembelajaran daring menurut Bilfaqih
(2015:4) manfaat dari pembelajaran daring adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan
b. memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
c. Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang
bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
d. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang
bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring ialah pembelajaran


yang dilakukan secara online dan menggunakan perangkat-perangkat
yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut serta koneksi
jaringan internet yang terhubung sehingga bisa dilakukan pembelajaran
daring.

a. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Daring

Pada dasarnya setiap hal yang baru akan ada kekurangan serta
kelemahan begitupun dengan pembelajaran daring ini, menurut
Rosali (23:2020) juga mengemukakan kelebihan/keuntungan
penggunaan pembelajaran online ialah: pembelajaran bersifat
mandiri dengan interaktivitas yang tinggi, mampu meningkatkan
ingatan, memberikan lebih banyak pengalaman belajar baik melalui
teks, audio, video dan animasi yang seluruhnya digunakan untuk
menyampaikan segala informasi. Selain itu juga memberikan
31

kemudahan dalam menyampaikan, memperbarui isi, serta


mengunduh. Peserta didik juga juga bisa mengirim email kepada
peserta didik lain, mengirim pesan dalam forum diskusi, memakai
ruang chat, hingga melakukan video conference untuk
berkomunikasi secara langsung. Selain itu menurut Empy dan
Zhuang (2005) dalam Mutia dan Leonard, (2013: 282) juga
menyatakan beberapa keuntungan E-learning/pembelajaran daring,
antara lain:

1) Mengurangi biaya. Dengan menggunakan E-learning, dapat


menghemat waktu dan uang untuk mencapai suatu tempat
pembelajaran. Dengan E-learning juga dapat diakses dari
berbagai lokasi dan tempat.
2) Fleksibilitas waktu, tempat dan kecepatan pembelajaran.
Dengan menggunakan E-learning, pengajar dapat menentukan
waktu untuk belajar dimanapun, dan pelajar dapat belajar sesuai
dengan kemampuan masing-masing.
3) Standarisasi dan efektivitas pembelajaran. E-learning selalu
memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak tergantung
suasana hati pengajar. E-learning dirancang agar pelajar dapat
lebih mengerti dengan menggunakan simulasi dan animasi.

Disamping kelebihan ada kekurangan dalam pembelajaran


daring ini yang mana terdapat kekuranga seperti tidak adanya
perangkat untuk berjalannya pembelajaran kemudian pemahaman
guru dan siswa dalam mengoptimalkan teknologi yang akhirnya guru
hanya memberikan siswa tugas saja dan akhirnya yang merasa
terbebani yaitu siswa itu sendiri. Sementara itu, Efendi (2008:140)
sebagai mana dikutip Putra (2020:3) menyatakan kekurangan
penggunaan E-learning antara lain:

1) Interaksi secara tatap muka yang terjadi antara peserta didik


dengan pengajar atau antara peserta didik dengan peserta didik
menjadi minim.
32

2) Pembelajaran yang dilakukan lebih cenderung ke pelatihan


bukan pendidikan.
3) Aspek bisnis atau komersial menjadi lebih berkembang
dibandingkan aspek sosial dan akademik.
4) Pengajar dituntut lebih menguasai teknik pembelajaran dengan
menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK)
5) Belum meratanya fasilitas internet yang tersedia di tempat yang
bermasalah dengan listrik, telepon dan komputer.
6) Sumber daya manusia yang memiliki keahlian untuk
mengoperasikan komputer masih kurang
7) Bahasa komputer yang belum dikuasai
8) Perasaan terisolasi dapat terjadi pada peserta didik
9) Terjadinya variasi kualitas dan akurasi informasi oleh sebab itu
diperlukan panduan pada saat menjawab pertanyaan.
10) Kesulitan mengakses grafik, gambar dan video karena peralatan
yang dipakai tidak mendukung sehingga menyebabkan peserta
didik menjadi frustasi.

Selain kekurangan-kekurangan tersebut, Pangondian


(2019:57) juga menyebutkan beberapa kelemahan dalam
pelaksanaan pembelajaran daring, yaitu:

1) Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam kegiatan


belajar mengajar
2) Pengajar perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri
3) Terkadang membuat beberapa orang merasa tidak nyaman
4) Adanya kemungkinan muncul perilaku frustasi, kecemasan dan
kebingungan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring ini


mempunyai kelebihan dan kekurang, yang mana dalam kelebihan
tersebut bisa memberikan inovasi untuk pembelajaran yang lebih
baik lagi, serta kekurangan pembelajaran daring ini bisa menjadi
bahan pertimbangan untuk kesesuain dalam melaksanakan
33

pembelajaran daring sehingga pemebelajaran daring ini menjadi


dapat terlaksana secara optimal.

Pembelajaran daring dilakukan melalui berbagai aplikasi yang


dapat menunjang proses pembelajaran seperti google classroom,
whatsapp group, zoom dan lain sebagainya. Pembelajaran daring ini akan
membentuk pembelajaran yang menjadikan siswa mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Hal ini karena siswa akan fokus pada gawai
untuk menyelesaikan tugas ataupun mengikuti diskusi yang sedang
berlangsung. Semua yang didiskusikan dalam proses belajar mengajar
melalui daring penting untuk menuntaskan kompetensi yang akan
dicapai. Oleh karena itu, melalui pelaksanaan pembelajaran daring ini
siswa diharapkan mampu mengkonstruk ilmu pengetahuan (Syarifudin,
2020:33).

H. Hasil Penelitian Yang Relevan

No Judul Penelitian Temuan


1. “Analisis Jurnal oleh Luluk Sri Handayani dan Zulaikhah
Kebijakan Kepala dalam jurnal Auladuna: Jurnal Pendidikan
Sekolah Dalam Dasar Islam pada tahun 2020 yang berjudul
Pembelajaran analisis kebijakan kepala sekolah dalam
Daring Bagi Guru pembelajaran daring bagi guru di era new
Di Era New normal. Penelitian ini bertujuan untuk
Normal” mengetahui kebijakan kepala sekolah MI
Syafi’iyah Demak dalam melaksanakan
pembelajaran daring bagi guru di era new
normal dengan harapan peserta didik
mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan
tercapai secara optimal. Metode penelitian ini
menerapkan jenis kualitatif melalui studi
lapangan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Objek penelitian adalah MI
Syafi’iyah Demak, sedangkan kepala sekolah
34

dan guru menjadi subjek penelitian. Sumber


data penelitian diperoleh melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
yang digunakan yaitu data reduction, data
display, dan verification. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kepala sekolah MI
Syafi’iyah telah memiliki kebijakan dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran tatap muka melalui pembatasan
jumlah peserta didik sesuai protokol kesehatan.
Kepala sekolah, wali kelas, guru mata
pelajaran, dan wali peserta didik bekerja sama
untuk menyukseskan kebijakan tersebut.
2. “Peran Supervisi Skripsi oleh Nur Aisyah Mirawati, yaitu
Kepala Sekolah berjudul: peran supervisi kepala sekolah dalam
Dalam mewujudkan profesionalisme guru di
Mewujudkan mimuhammadiyah program khusus kartasura.
Profesionalisme Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Guru Di mendeskripsikan peranan kegiatan supervisi
Mimuhammadiyah kepala sekolah dalam mewujudkan
Program Khusus profesionalisme guru di MIM PK Kartasura.
Kartasura” (2) mendeskripsikan hambatan dari
pelaksanaan Supervisi di MIM PK Kartasura.
(3) mendeskripsikan solusi dari hambatan
pelaksanaan Supervisi di MIM PK Kartasura.
jenis penelitian adalah kualitatif deskriptif.
Penelitian dilakukan di MI Muhammadiyah PK
Kartasura. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi.Narasumber dalam penelitian ini
adalah kepala sekolah sebagai informan utama,
serta wakil kepala sekolah dan guru sebagai
staf pengajar di sekolah tersebut. Berdasarkan
35

penelitian dapat disimpulkan (1) Hasil


penelitian mengemukakan peran supervisi
kepala sekolah dalam mewujudkan
profesionalisme guru yaitu dengan
melaksanakan supervisi terjadwal, supervise
tidak terjadwal dengan bidang yang disupervisi
adalah kegiatan belajar mengajar, lesson plan,
kreativitas guru dalam display kelas,
kepribadian guru dan kerapihan. (2) hambatan
dari pelaksanaan Supervisi di MI
Muhammadiyah PK Kartasura adalah jadwal
supervisi guru bersamaan dengan kegiatan lain,
fasilitas alat peraga kurang memadahi, dan
kesulitan dalam penentuan strategi guru dalam
pembelajaran. (3) solusi dari hambatan
pelaksanaan Supervisi di MI Muhammadiyah
PK Kartasura adalah dengan menganti jadwal
supervisi guru yang berhalangan mengajar,
berinovasi dengan membuat media/alat peraga,
dan konsultasi penyusunan lesson plan dengan
wakil kepala sekolah.
3. “Analisis Skripsi oleh Nonik Wulan Sawitri yaitu
Kebijakan Kepala berjudul analisis kebijakan kepala sekolah
Sekolah Dalam dalam
Pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran daring. Penelitian ini
Pembelajaran bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kebijakan
Daring” kepala sekolah dalam pelaksanaan
pembelajaran daring di SDN Kagokan 01; (2)
faktor pendukung dalam pelaksanaan daring di
SDN Kagokan 01; (3) faktor penghambat
dalam pelaksanaan daring di SDN Kagokan 01.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan desain deskriptif. Tempat penelitian di
36

SDN Kagokan 01, Gatak, Sukoharjo. Informan


yang dilibatkan adalah Kepala Sekolah, Guru,
dan Orang Tua Murid. Teknik pengumpulan
data dengan wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis interaktif. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa: (1) kebijakan kepala
sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran
daring di SDN Kagokan 01 sudah baik dalam
menjalankan pelaksanaan pembelajaran secara
daring dan menindaklanjuti surat edaran
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4
Tahun 2020, strategi yang dilakukan kepala
sekolah sudah baik dalam menjalankan
pelaksanaan pembelajaran daring, optimalisasi
pelaksanaan pembelajaran daring masih belum
optimal, hasil akhir yang diperoleh peserta
didik dalam melaksanakan pembelajaran daring
hampir sama dengan hasil pembelajaran
sebelum Pandemi Virus Corona, (2) faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
daring yaitu faktor dari karakteristik peserta
didik, kemampuan guru dalam menggunakan
IT dan fasilitas yang dimiliki peserta didik.

I. Metode Penelitian
37

1. Tempat dan Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengambil lokasi di
SD Persis 55 Kota Serang. Yang berlokasi di Jalan Banten Kebaharan,
Lopang, Kecamatan Serang, Kota Serang Provinsi Banten. Adapun
tujaun penelitian ini yaitu: (a).untuk mengetahui supervisi kepala
sekolah dalam menyukseskan pembelajaran daring?, dan (b).untuk
mengetahui pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam menyukseskan
pembelajaran daring di SD Persis 55 Kota Serang?.

2. Latar Penelitian
Latar penelitian yang diambil peneliti yaitu di SD Persis 55 Kota
Serang,. Alasan peneliti mengambil penelitian di tempat ini, karena
sekolah ini sudah berakreditasi “A” dan juga sekolah ini sudah dan
sedang berjalannya pembelajaran daring, sehingga untuk bagaimana
perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari kepala sekolah dalam
melakukan supervisi terlaksana secara optimal.

3. Metode dan Prosedur Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
dengan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Penlitian ini dapat
memperoleh informasi yang lebih lengkap atau mendetail mengenai
kondisi, situasi, maupun peristiwa yang sedang terjadi. salah satu
pendekatan yang bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis
suatu fenomena tertentu. Adapun penelitian ini menggambarkan kondisi
yang bisa dikatakatakan apa adanya.
Penelitian kualitatif ini bersifat induktif yang artinya peneliti
membiarkan permasalahan muncul untuk kemudian diinterpretasi.
Kemudian dengan pengamatan yang seksama, data dihimpun secara
mendetail disertai dengan hasil catatan wawancara yang mendalam
serta hasil analisis dokumen catatan lapangan, sehingga pada penelitan
kualitatif ini dengan menggunakan metode deskriptif akan mendapatkan
data untuk penelitian, bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan hasil
38

dari fungsi supervisi dalam pembelajaran daring bisa didapatkan atau


diperoleh secara optimal. Adapun prosedur penelitan, peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpul data yang di antaranya ialah
wawancara, observasi, dan dokumentasi.

4. Data dan Sumber Data


Data dan sumber data pada penelitan ini terbagi ke dalam dua
sumber data yaitu data primer dan sekunder. Adapun dalam penilitian
ini yang menjadi sumber data primer antara lain: kepala sekolah, guru,
staf/karyawan sekolah dan siswa, untuk mendapatkan data tersebut
diambil dengan cara pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan
penggunaan dokumen. Sedangkan yang menjadi data sekunder untuk
mendukung data primer antara lain: studi kepustakaan, dokumentasi,
buku, arsip tertulis yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti.
Analisis data dari Miles dan Huberman, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan dan
verifikasi (conclusion drawing/verification)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan
Kesimpulan
Gambar 1
Analisis Data Model Miles dan Huberman
39

Berdasarkan gambar analisis data model Miles dan Huberman dapat


dijabarkan sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data laporan yang diperoleh dari lapangan kemudian
direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok,
difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau
polanya. Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses
penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah peneliti
mendapatkan data dari hasil observasi ke rumah-rumah peserta didik
dan wawancara melalui daring kemudian data tersebut
disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir dalam
penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data (data display) dimasudkan agar lebih
mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Miles
dan Huberman, menyatakan bahwa yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif. Setelah dilakukannya reduksi data maka peneliti
akan melakukan penyajian data dari hasil observasi dan wawancara,
peneliti akan menggunakan penyajian data dengan bentuk teks atau
uraian yang bersifat naratif. Dengan dilakukannya penyajian data,
maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya serta mendapatkan kesimpulan
sementara.
c. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi (Conclusion
Drawing/Verification)
Pada penelitian kualitatif langkah yang ketiga dalam analisis
data yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pada tahap ini
40

peneliti melakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi dari hasil


penelitian yang sudah dilakukan yaitu observasi dan wawancara
dengan terlebih dahulu melakukan reduksi data dan penyajian data.
Sehingga, dalam tahap ini mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena masalah dan rumusan dalam penelitian kualitatif masif
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan. Proses verifikasi dilakukan oleh subjek penelitian, anggota
tim penelitian, dan para ahli terkait.

5. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Adapun teknik dan prosedur penelitan data, peneliti menggunakan
tiga teknik pengumpul data yang di antaranya ialah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Berikut penjelasan dari masing-masing
teknik.
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti sendiri ialah
wawancara semiterstruktur atau wawancara dengan jenis in-depth
interview. Wawancara ini dimaksudkan untuk mendapat jawaban
yang lebih terbuka, karena pihak yang diwawancara dimintai juga
pendapat serta ide-idenya. Pada penelitian kali ini, peneliti akan
mewawancarai seorang narasumber yang tidak lain adalah kepala
sekolah dan guru yang akan melakukan penelitian.
Dalam proses wawancara, peneliti akan mendengarkan
secara teliti serta mencatat apa yang akan disampaikan oleh
narasumber. Mengapa peneliti melakukan wawancara ialah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang
peneliti angkat. Selain itu, ada pula kemungkinan peneliti
menggunakan alat bantu berupa perekam suara maupun perekam
video adalah untuk memperkuat bukti wawancara.
b. Observasi
41

Observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah observasi


nonpartisipatif. Hal tersebut dilakukan karena, peneliti hanya
berperan untuk melihat jalannya pembelajaran. Kelebihan dari
observasi nonpartisipasif adalah, peneliti akan lebih fokus
terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan
untuk kelemahannya, peserta didik akan mengetahui adanya
peneliti. Untuk itu, perilaku peserta didik dikhawatirkan akan
menjadi kurang wajar dan dibuat-buat. Dalam hal ini, peneliti
menggunakan pengamatan berstruktur, yaitu pengamatan dengan
bantuan instrumen observasi yang sebelumnya telah peneliti buat.
Kegiatan observasi ini dilakukan dengan melihat guru
mengajara pembelajaran daring, peneliti melihat kegiatan
pembelajaran daring tersebut dengan aplikasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran daring, seperti whatsapp, google meet
atau aplikasi lainnya.
c. Dokumentasi
Untuk menghasilkan penelitian yang valid, maka peneliti
melakukan pengumpulan data berupa dokumentasi untuk
mendukung bukti yang nyata dan juga dapat dipercaya. Bentuk
dari dokumen sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk seperti
tulisan, gambar, maupun karya monumental. Dokumentasi ini
akan membantu peneliti dalam melakukan kegiatan wawancara
dan observasinya.”
Adapun dokumentasi yang akan peneliti kumpulkan dan
juga gunakan antara lain, sebagai berikut:
1) Dokumen pribadi, berupa identitas narasumber (Kepala
Sekolah).
2) Dokumen sekolah, berupa profil sekolah, kurikulum sekolah,
program sekolah, dan lain sebagainya.
3) Foto, video, maupun rekaman suara hasil temuan peneliti
ketika melakukan penelitian.
42

6. Pedoman Penelitian

Tabel 1.1
Pedoman Pengumpulan Data
Optimalisasi Fungsi Supervisi Kepala Sekolah Dalam Menyukseskan
Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang

Teknik Alat
Fokus Sub Fokus Aspek yang Narasu
Pengumpul Pendukung
Penelitian Penelitian Diteliti mber
-an Data Penelitian
Fungsi Proses Peran dan Dokumenta Kepala  Catatan
Supervisi perencanaan Tanggung si, Sekolah  Pedoman
Kepala supervisi Jawab Observasi wawancara
Sekolah yang Kepala dan  Pedoman
dalam dilakukan di Sekolah Wawancara Observasi
Menyukse SD Persis Pedoman  Recorder
skan 55 Kota Penyusunan  Camera
Teknis
Pembelaja Serang
Penyusunan
ran Daring
Supervisi
Proses Program Observasi, Kepala  Catatan
Pelaksanaan Supervisi. Dokumenta Sekolah  Pedoman
Supervisi si dan dan Observasi
Kepala Peran Serta Wawancara Guru  Pedoman
Sekolah di Guru Wawancara
Evaluasi
SD Persis  Record
Hasil
55 Kota  Camera
Supervisi
Serang

7. Teknik Pemeriksaan dan ke Absahan Data


43

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2014:270), dalam


membuktikan keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti, maka
dibutuhkan beberapa cara sebagai berikut:
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil dari
penelitian kualitatif antara lain dapat dilakukan dengan cara:
1) Perpanjangan Pengamatan
Memperpanjang kegiatan pengamatan dari waktu
yang telah ditentukan artinya peneliti akan kembali ke
lapangan untuk melakukan wawancara atau observasi
kembali. Dalam perpanjangan pengamatan ini, peneliti akan
lebih teliti lagi dalam mengecek data, apakah data yang
dikumpulkan sudah benar atau belum. Jika diketahui belum
benar, maka peneliti akan melakukan pengamatan kembali
yang lebih luas serta mendalam agar diperoleh hasil yang
sebenar-benarnya.
2) Peningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan kembali dengan lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan melakukan tindaka persebut,
maka kepastian data serta urutan peristiwa mampu didapat
secara pasti. Selain itu, peneliti juga bisa mengecek kembali
apakah data yang ditemukan dapat terpercaya. Sehingga,
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang lebih akurat.
3) Triangulasi
Triangulasi dapat dikatakan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai macam cara dan
waktu. kemudian, dihasilkanlah triangulasi sumber
(mengecek data yang sudah diperoleh melalui beberapa
sumber), triangulasi teknik (mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda), dan triangulasi
waktu (pengecekan data dengan situasi yang berbeda).
44

4) Analisis Kasus Negatif


Melakukan analisis kasus negatif artinya, peneliti
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan
dengan data yang ditemukan. Bila data tidak ada lagi yang
berbeda, maka data yang telah didapatkan oleh peneliti
dapat dipercaya. Tetapi, jika nyatanya peneliti masih
mendapatkan hasi data yang berbeda, kemungkinan akan
terjadi adanya perubahan dalam penelitian. Hal tersebut
tergantung seberapa banyak kasus negatif yang ditemukan.
5) Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi dilakukan untuk
membuktikan data yang sebelumnya sudah ditemukan.
Dalam laporan penelitian, data yang ditemukan sebaiknya
juga disisipkan dengan foto maupun dokumen yang dapat
dipercaya kebenarannya.
6) Diskusi Teman Sejawat
Kegiatan diskusi teman sejawat dilakukan dalam
rangka memperoleh pandangan kritis mengenai penelitian
yang sedang dilakukan. Diskusi ini meliputi pemberian
masukan, kritik, saran, serta tanggapan guna membantu
peneliti dalam mengembangkan langkah selanjutnya.

b. Uji Transferbilitas
Uji transferbilitas ini berkaitan dengan pertanyaan, ‘sudah
sejauh mana hasil dari penelitian dapat diterapkan dalam
konteks sosial yang berbeda.’ Bagi peneliti, nilai transfer ini
sangat bergantung pada si pembaca. Sehingga, ketika hasil
penelitian ini dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial
yang berbeda, maka validitas nilai transfer ini masih dapat
dipertanggung jawabkan.
Adapun pendapat Faisal dalam Sugiyono (2014) yang
mengatakan “Jika pembaca memperoleh suatu gambaran jelas
45

dari hasil penelitian yang dibacanya, maka hasil penelitian


tersebut dapat diberlakukan transferbility atau hasil
penelitiannya dapat dikatakan sudah memenuhi standar
transferbility.”

c. Uji Dependabilitas
Uji dependabilitas dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan cara mengumpulkan audit (pengumpulan dan
pemeriksaan bukti informasi yang kemudian dibuat laporan oleh
orang yang berkompeten) terhadap keseluruhan proses
penelitian. Jika peneliti tidak melakukan penelitian, sementara
datanya ada, maka penelitian dapat dikatakan tidak reliabel atau
dependebel.

d. Uji Konfirmabilitas
Penelitian dikatakan objektif apabila hasil dari penelitian
diakui atau disepakati oleh banyak pihak. Menguji
konfirmabilitas artinya menguji hasil penelitian yang dikaitkan
dengan proses ketika dilakukan. Artinya, bila hasil penelitian
merupakan fungs dari proses penelitian, maka penelitian
tersebut sudah memenuhi standar kofirmabilitas.
46

J. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan
hasil penelitian. Adapun penelitian dimulai dari bulan oktober
merenecanakan dan mengajukan judul sampai penyusunan proposal
penelitian serta target untuk menyelsaikan penelitian.

Tabel 1.2

2020 2021
No Kegiatan
Okt Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
1. Perencanaan
dan
Pengajuan
Judul
Penelitian
2. Pra Penelitian
3. Penyusunan
BAB I, II, III
4. Seminar
Proposal
5. Pengumpulan
Data
6. Penyusunan
BAB IV dan
V
7. Sidang
Skripsi
Tabel Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nur Mirawati. 2017. Peran Supervisi Kepala Sekolah Dalam


Mewujudkan Profesionalisme Guru di Mimmuhamadiyah Program
Khusus Kartasura. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Bilfaqih, Yusuf. 2015. Esesnsi Pengembangan Pembelajaran Daring.Yogyakarta:
Deepublish.
Bini, Maunah 2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Sukses Offset
E. Mulyasa. 2004. Menejemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya
Harahap, Burhanuddin. 2003. Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Ciawi Jaya.
Jamaludin, Dindin dkk. 2020. Pembelajaran Daring Masa Pandemik Covid-19
Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi Dan Proyeksi. Karya Tulis Ilmiah
LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Luk-luk Nur Mufidah, 2009. Supervisi pendidikan, Yogyakarta: TERAS.
Ma’mur, Jamal Asmani, 2012.Tips Supervisi Pendidikan Sekolah.
Jogjakarta:DIVA Pres.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pangondian, Roman A. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesan
Pembelajaran Daring Dalam Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional
Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS).
Pidarta, Made. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Purwanto, Ngalim. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putria, Hilna dkk. 2020. Analisis Proses Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring)
Masa Pandemi Covid-19 pada Guru Sekolah Dasar. Sukabumi: jbasic.org
(Jurnal Basicedu Vol. 4 No. 4).
Sagala, Syaiful 2012. Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
Sri, Luluk Handayani. 2020. Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam
Pembelajaran Daring Bagi Guru Di Era New Normal. Jurnal Auladuna

44
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Juantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tatang. 2016. Supervisi Pendidikan. Solo: Pustaka Setia.
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Remaja Gravindo Persada
Wulan, Nonik Sawitri, 2020. Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Daring. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Yunita. 2017. Supervisi Kepala Sekolah Dalam Pembinaan Kinerja Guru Di
MAN Kota Bakti Pidie. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh

45
LAMPIRAN

46
Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Optimalisasi Fungsi Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyukseskan Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang

Kode Jumlah
Sub Fokus Penelitian Aspek yang diteliti Pertanyaan
Pertanyaan Pertanyaan
Proses perencanaan Peran dan Tanggung Jawab Kepala 1. Apakah yang bapak lakukan P1/N1/W1 33
supervisi yang dilakukan Sekolah jika melihat guru mengajar
di SD Persis 55 Kota dengan pelajaran yang
Serang monoton?
2. Apa sikap yang bapak ambil P2/N1/W1
jika mendapaati murid yang
kurang mampu?
3. Sekiranya murid melakukan P3/N1/W1
tindakan di luar dari pada
perintah guru, apa tindakan
yang akan bapak ambil?
4. Apa saja kendala yang bapak P4/N1/W1
alami selama menjadi kepala
sekolah?

5. Jika ada masalah terhadap P5/N1/W1


guru dengan murid tindakan
apa yang bapak akan ambil?

6. Pada saat ini sedang terjadi P6/N1/W1


pandemi covid 19 yang
mengakibatkan pembelajaran
menjadi daring, apa langkah
pertama bapak dalam
menangani masalah ini?
Pedoman Penyusunan 7. Apakah dalam pelaksaan P7/N1/W1
supervisi terlebih dahulu
harus direncanakan?
8. Adakah pedoman P8/N1/W1
penyusunan untuk
merencanakan supervisi?
9. Jika ada, dari mana pedoman P9/N1/W1
penysusunan supervisi?
10. Jika tidak ada, bagaimana P10/N1/W1
bapak merencanakan
Supervisi?
11. Bagaimana menurut P11/N1/W1
pendapat bapak tentang
pedoman penyusunan
supervisi jika ada maupun
tidak ada?
12. Menurut bapak apakah dalam P12/N1/W1
melakukan teknik
penyususan supervisi
pembelajaran luring dan
daring itu berbeda, apa yang
membedakannya?
Teknis Penyusunan Supervisi 13. Apa yang pertama bapak P13/N1/W1
lakukan dalam menyusun
supervisi?
14. Apakah ada teknik tertentu P14/N1/W1
dalam penyusunan supervisi?
15. Seperti apa teknik P15/N1/W1
penyusunan supervisi yang
menurut bapak efektif dan
efesien?
16. Dalam teknik penyusunan P16/N1/W1
supervisi, suatu hal apa yang
menjadi penting dalam
penyusunan ini?
17. Bagaimana langkah-langkah P17/N1/W1
dalam penyusunan supervisi?
Proses Pelaksanaan Program Supervisi. 18. Apakah program supervisi P18/N1/W1
Supervisi Kepala ini diadakan oleh
Sekolah di SD Persis 55 pemerintah?
Kota Serang 19. Apakah program supervisi P19/N1/W1
ini dilakukan oleh kepala
sekolah jika pemerintah tidak
mengadakan program
supervisi?
20. Apa bentuk dari program P20/N1/W1
supervisi?
21. Program supervisi biasa P21/N1/W1
dilakukan berapak kali dalam
1 semeter atau 1 tahun?

22. Menurut apa saja yang harus P22/N1/W1


dilakukan agar program
supervisi ini berjalan dengan
efektif dan efesien?

Peran Serta Guru 23. Dalam pelaksanaan supervisi P23/N1/W1


apakah ada hal yang
membuat guru keberatan?
24. Apakah program supervisi P24/N1/W1
ini dilibatkan semua guru?
25. Bagaimana partisipasi guru P25/N1/W1
dalam program supervisi ini?

26. Apa yang bapak lakukan jika P26/N1/W1


ada guru yang tidak
melakukan apa yang bapak
perintah dalam program
supervisi ini?
27. Seperti apa peran serta guru P27/N1/W1
dalam pelaksanaan program
supervisi ini?
28. Adakah kendala guru dalam P28/N1/W1
berpartisipasi terhadap
program supervisi ini terlebih
pada pembelajaran daring?
Evaluasi Hasil Supervisi 29. Bagaimana hasil dari P29/N1/W1
pelaksanaan supervisi?
30. Apakah dalam pelaksanaan P30/N1/W1
supervisi ini kurang
maksimal?
31. Apa yang bapak lakukan P31/N1/W1
agar supervisi ini berjalan
dengan efektif dan efesien?

32. Menurut bapak dalam P32/N1/W1


pelaksanaan supervisi dapat
dikatakan berhasil dilihat
dari segi apanya?
33. Bagaimana mengevaluasi P33/N1/W1
dari pelaksanaan supervisi
ini?

Pedoman Observasi Guru dan Siswa

Optimalisasi Fungsi Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyukseskan Pembelajaran Daring di SD Persis 55 Kota Serang

Sub Fokus
Aspek yang diteliti Indikator Pengamatan Kode Observasi
Penelitian
Pelaksanaan Kualitas Pembelajaran 1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran O1/A1/H
Supervisi Kepala 2. Pemanfaatan media pembelajran
O1/A1/H
Sekolah di Sd Persis berbasis teknologi
55 Kota Serang 3. Keterampilan mengoprasikan media
O1/A1/H
pembelajaran
4. Terjadinya interaksi antara guru dan
O1/A1/H
murid
5. Pengelolaan kelas pembelajaran daring O1/A1/H
Ketercapaian Tujuan 6. Siswa termotivasi dalam mengikuti
O1/A1/H
Pembelajaran pembelajaran
7. Siswa lebih paham materi
O1/A1/H
pembelajaran
8. Siswa dapat menggunakan aplikasi
sebagai media pembelajaran berbasis
O1/A1/H
teknologi
9. Peningkatan hasil belajar siswa O1/A1/H
10. Pembelajaran yang dilakukan lebih
bermakna O1/A1/H

Anda mungkin juga menyukai