Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk
2.1.1 Definisi Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk


diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual
produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa
ditawarkan, sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas
organisasi serta daya beli pasar (Tjiptono, 2002).

Definisi produk menurut Stanton (1997) adalah sebagai berikut:


Sekumpulan atribut yang nyata, didalamnya sudah tercakup warna, harga,
kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta
pengecer mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang mungkin bisa
memuaskan keinginannnya. Sedangkan definisi produk menurut Kotler dan
Armstrong (2000) adalah Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapat perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Berdasarkan dua definisi mengenai produk di atas maka dapat


disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen
kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mampu
memberikan kepuasan bagi penggunanya.

7
8

2.1.2 Klasifikasi Produk

Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.


Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok utama yaitu sebagai berikut: (Tjiptono, 2002)

a. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang yaitu:
1) Barang tidak tahan lama (non durable goods).
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain
umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu
tahun.
2) Barang tahan lama (durable goods).
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian
normal adalah satu tahun atau lebih).
2.1.3 Strategi Produk
Secara garis besar strategi produk dapat dikelompokkan menjadi delapan
jenis atau kategori produk, yaitu sebagai berikut: (Tjiptono, 2002)
a. Strategi Positioning Produk
Strategi positioning merupakan strategi yang berusaha untuk
menciptakan differensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran, sehingga
terbentuk citra (image) merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan
merek atau produk pesaing. Strategi positioning terdiri dari:
1) Atribut produk
2) Harga dan kualitas
3) Aspek penggunaan atau aplikasi
4) Pemakai produk
5) Berkenaan dengan pesaing
9

6) Manfaat

Kunci utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang


diciptakan. Selain ditentukan oleh persepsi pelanggannya sendiri, posisi atau
citra sebuah perusahaan dipengaruhi pula oleh para pesaing dan pelanggan
mereka. Tujuan pokok strategi positioning adalah:

1) Untuk menempatkan atau memposisikan produk di pasar sehingga produk

tersebut terpisah atau berbeda dengan merek-merek yang bersaing.

2) Untuk memposisikan produk sehingga dapat menyampaikan beberapa hal

pokok kepada para pelanggan.

b. Strategi Repositioning Produk


Strategi repositioning produk dibutuhkan bilamana terjadi salah satu dari
empat kemungkinan berikut :
1) Ada pesaing yang masuk dan produknya diposisikan berdampingan

dengan merek perusahaan, sehingga berdampak buruk terhadap pangsa

pasar perusahaan.

2) Preferensi konsumen telah berubah.

3) Ditemukan kelompok preferensi pelanggan baru, yang diikuti dengan

peluang yang menjanjikan.

4) Terjadi kesalahan dalam positioning sebelumnya.

Strategi repositioning produk dilaksanakan dengan jalan meninjau


kembali posisi produk dan bauran pemasaran saat ini, serta berusaha mencari
posisi baru yang lebih tepat bagi produk tersebut. Tujuan dari strategi ini
adalah untuk melanjutkan kelangsungan hidup produk dan untuk mengoreksi
kesalahan penentuan posisi sebelumnya.
10

2.2 Perencanaan Dan Pengembangan Produk

Perancangan dan pengembangan produk merupakan hal yang penting


dalam sebuah produk serta suksesnya ekonomi sebuah perusahaan tergantung
pada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelaku usaha, kemudian
secara tepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut
dengan biaya rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian
pemasaran, bagian desain, melainkan tanggung jawab yang melibatkan banyak
fungsi dalam suatu perusahaan.

Dengan adanya perancangan dan pengembangan produk, akan


mendapatkan suatu pemikiran agar menciptakan atau memperbarui produk yang
sudah ada. Dalam memperkenalkan sebuah produk yang baru dirancang maupun
produk yang dirancang ulang, perlu banyak cara supaya produk diminati serta
dapat memenuhi kebutuhan tanpa mengurangi nilai estetika, kualitas serta fungsi
dari produk itu sendiri.

Perancangan produk adalah proses menciptakan ide dan menyusunan


konsep yang lebih jelas dan sistematis dari pada gagasan produk baru ataupun
modifiksi produk lama dalam bentuk gambar teknis (Engineering Drawing) untuk
memenuhi kebutuhan pelaggan (market pull) ataupun memanfaatkan inovasi
teknologi (market technology push).

Menurut Harsokoesoemo (2004) adalah kegiatan awal dari suatu


rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan
dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain
yang menyusul. Diantara keputusan penting tersebut termasuk keputusan yang
membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak
dalam suatu pembangunan proyek. Perancangan produk baru ditinjau dari dua sisi
yaitu:

a. Produk baru yang benar-benar baru (hasil inovasi)


b. Produk baru yang merupakan hasil modifikasi.
11

Fungsi perancangan memiliki peranan penting dalam mendefinisikan


bentuk fisik produk supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan tugas
bagian perancangan mencakup desain Engineering seperti elektrik, mekanik dan
software (Urlich dan Eppinger, 2001).

Pengembangan Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) adalah


mengembangkan konsep produk menjadi produk nyata untuk dapat memastikan
bahwa ide produk dapat diubah menjadi produk yang bisa dikerjakan. Produk
adalah sebuah benda teknik yang keberadaannya di dunia merupakan hasil karya
keteknikan atau hasil perancangan, pembuatan dan kegiatan teknik lainnya yang
terkait. Produk tidak dapat ditemukan secara ilmiah di dunia ini. Produk
diciptakan supaya dapat memenuhi kebutuhan manusia dan mampu meringankan
manusia (Harsokoesoemo, 2004).

Perancangan dan pengembangan produk adalah semua proses yang


berhubungan dengan keberadaan produk yang meliputi segala aktifitas mulai dari
identifikasi konsumen samapi produk jadi ke tangan konsumen. Menurut Kotler
dan Keller (2009), proses pengembangan produk memiliki delapan tahapan yaitu:

a. Penciptaan Ide, proses pengembangan produk baru dimulai dengan pencarian


ide.
b. Penyaringan Ide, untuk menciptakan sejumlah ide yang baik dan
menyampingkan yang jelek sedini mungkin.
c. Pengembangan dan Pengujian Konsep Ide, ide yang menarik harus
disempurnakan menjadi konsep produk yang dapat diuji.
d. Pengembangan Strategi Pemasaran, setelah uji konsep berhasil manajer produk
baru akan mengembangkan rencana pemasaran.
e. Analisa Bisnis, setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan
strategi pemasaran manajemen dapat mengevaluasi dari bisnis proposal.
f. Pengembangan Produk, jika konsep produk melewati ujian bisnis maka konsep
ini lanjut ke litbang.
12

g. Pengujian Pasar, setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional maka


produk siap dikemas

Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin yang


membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan,
namun tiga fungsi yang selalu paling penting bagi proyek pengembangan produk
(Cross, 1994) adalah:

a. Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah menjembatani interaksi antara perusahaan
dengan pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi
peluang produk, pendefinisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan
pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi
antara perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan merancang
peluncuran serta promosi produk.
b. Perancangan (desain)
Fungsi perancangan memegang peranan penting dalam mendefinisikan
bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam
konteks tersebut tugas bagian perancangan mencakup desain engineering
(mekanik, elektrik, software, dan lain-lain) dan desain industri (estetika,
ergonomics, user interface).
c. Manufaktur
Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan
mengoperasikan system produks pada proses produksi produk. Fungsi ini
melingkupi pembelian, instalasi, dan distribusi.
Menurut Ulrich-Epping ada 6 fase dalam proses pengembangan produk
yaitu sebagai berikut:
1) Fase 0 : Perencanaan Produk
Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai “zero fase” karena kegiatan ini
mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk
aktual.
2) Fase 1 : Pengembangan Konsep
13

Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,


alternative konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau
lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
3) Fase 2 : Perancangan Tingkat Sistem
Fase perancangan tingkat sistem mencakup definisi arsitektur produk dan
uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen
4) Fase 3 : Perancangan Detail
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material,
dan toleransitoleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi
seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
5) Fase 4 : Pengujian dan Perbaikan
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari
bermacam-macam versi produksi awal produk.
6) Fase 5 : Produksi Awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi
yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga
kerja dalam memecahkan permasalahan yang timbul pada proses produksi
sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya
biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk
diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.

b.3 Pengembangan Produk Baru


b.3.1 Pengertian Produk Baru
Pengertian produk baru menurut Tjiptono (2014) adalah produk orisinil,
produk yang disempurnakan, produk yang dimodifikasi, dan merk baru yang
dikembangkan melalui riset dan pengembangan. Menurut Bozz, Allen, dan
Hamilton dalam buku Tjiptono & Diana (2016) mengidentifikasi 6 kategori
produk baru, berdasarkan tingkat kebaruan bagi perusahaan dan bagi pasar.
Keenam kategori tersebut adalah:
a. Produk yang benar-benar baru (baru bagi dunia), yaitu hasil dari inovasi yang
menciptakan pasar baru.
14

b. Lini produk baru, yaitu produk baru yang memungkinkan perusahaan untuk
memasuki pasar yang sebelumnya sudah ada untuk pertama kali.
c. Tambahan pada lini produk yang sudah ada, yaitu produk baru yang
melengkapi lini produk yang sudah ada (misalnya ukuran kemasan baru, rasa
yang berbeda, dll).
d. Penyempurnaan sebagai revisi terhadap produk yang sudah ada, merupakan
pengenalan model produk yang telah disempurnakan untuk mengganti produk
lama. Penyempurnaan produk dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Menambah model produk.
b. Mengubah persyaratan/kebutuhaan pemrosesan
c. Mengubah kandungan/unsur-unsur produk.
e. Repositioning, yaitu produk yang sudah ada dijual pada pasar atau segmen
pasar yang baru.
f. Pengurangan biaya, yaitu produk baru yang menghasilkan kinerja yang serupa
tetapi pada tingkat biaya yang lebih rendah.

b.3.2 Pengertian Pengembangan Produk Baru


Pemasaran merupakan suatu usaha yang penting dalam menjalankan
perusahaan. Kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat
pemasaran yang meliputi produk, harga, distribusi dan promosi. Salah satu
keputusan yang dapat digunakan adalah keputusan tentang produk dengan
melakukan pengembangan produk. Keputusan pengembangan produk menjadi
sangat penting, karena perusahaan tidak bisa jika hanya menggantungkan produk
yang sudah ada secara terus menerus, tetapi perusahaan harus melakukan suatu
usaha yaitu melalui pengembangan produk dan penyempurnaan produk tersebut.
Menurut Danang Sunyoto (2013) pengembangan produk (product
development) adalah kegiatan-kegiatan pembuat barang dan perantara yang
bermaksud melakukan penyesuaian barangbarang yang dibuat atau ditawarkan
untuk dijual atas permintaan pembeli. Pengembangan produk meliputi penentuan
kualitas, ukuran, bentuk, daya tarik, labeling, cap tanda, pembungkus, dan
sebagainya untuk menyesuaikan selera konsumen.
15

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Produk


Tidak bisa dimungkiri bahwa selera yang dimiliki oleh konsumen selalu
berubah-ubah. Agar tetap bisa mengikuti selera yang dinginkan oleh konsumen,
maka perusahaan harus melakukan pengembangan produk. Meskipun begitu,
pengembangan produk bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Ada
berbagai macam faktor yang memengaruhi kegiatan pengembangan produk. Pada
dasarnya, faktor yang memengaruhi pengembangan produk dibagi menjadi dua,
yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat.

2.4.1 Faktor Pendukung Pengembangan Produk


a. Perkembangan Teknologi
Adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat berdampak pada
terciptanya sarana produksi yang baru. Sarana produksi baru tersebut dapat
dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan produk sehingga kualitas
produk menjadi lebih baik dan jumlah produksi dapat ditingkatkan.
b. Perubahan Selera Konsumen
Perubahan selera konsumen justru menjadi faktor pendukung pengembangan
produk. Sebab dengan adanya perubahan selera konsumen, perusahaan akan
berupaya keras mengembangkan produk agar tetap bisa memberikan kepuasan
terhadap konsumen.
c. Persaingan
Dengan adanya persaingan yang kuat di antara perusahaan yang sejenis, akan
mendorong sautu perusahaan untuk selalu mengembangkan produknya.
Dengan harapan dapat menyaingi atau memenangkan persaingan dengan
perusahaan sejenis.
d. Siklus Hidup Produk Yang Pendek
Siklus kehidupan produk yang pendek membuat perusahaan terpacu untuk
terus mengembangkan produknya agar konsumen tidak bosan dengan produk-
16

produk yang diproduksi oleh perusahaan serta untuk menjaga kesetiaan


konsumen terhadap produk perusahaan.

e. Adanya Keinginan Untuk Meningkatkan Laba


Keinginan untuk mengalahkan pesaing dan menguasai pasar telah mendorong
perusahaan untuk mengembangkan produk. Sebab, dengan mengalahkan
pesaing dan menguasai pasar, akan meningkatkan laba perusahaan.

2.4.2 Faktor Pengambat Pengembangan Produk.


Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat pengembangan
produk. Dalam buku Manajemen Industri Perikanan (2017) karya Mochammad
Fattah dan Pudji Purwanti, dijelaskan beberapa faktor yang menjadi penghambat
dalam pengembangan produk, yaitu:
a. Kualitas gagasan pengembangan produk masih kurang baik.
b. Mahalnya biaya proses pengembangan produk. Masalah ini mencakup biaya
penelitian dan pengembangan serta biaya pemasaran yang mahal.
c. Kegagalan produk masuk ke dalam pasar.
d. Pasar yang terbagi-bagi karena persaingan yang ketat serta banyaknya produk
subtitusi.
e. Kemampuan perusahaan lain untuk meniru produk yang sukses.
f. Keterbatasan modal
g. Terdapat batasan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Misalnya, suatu produk
harus memenuhi kriteria seperti keamanan konsumen dan keseimbangan
lingkungan. 

2.5 Proses Pengembangan Konsep Produk


Menurut Ulrich-Epping dalam buku (Arman Hakim Nasution, 2003)
proses pengembangan mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Identifikasi kebutuhan pelanggan


Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen dan
mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan. Output dari
17

langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun


rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot kepentingan
untuk tiap kebutuhan. Tujuan metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah:
1) Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan
konsumen.
2) Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak
terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.
3) Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
4) Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan.
5) Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen
diantara anggota tim pengembang.
b. Penetapan spesifikasi target
Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi
kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar spesifikasi
target. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 3 langkah :
1) Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang
diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya.
2) Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan mengkombinasikannya
dengan tingkat kepuasan dari pelanggan produk pesaing.
3) Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
metrik.
c. Penyusunan konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai
teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep adalah
menggali lebih jauh area konsepkonsep produk yang mungkin sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana
produk memuaskan kebutuhan konsumen. Proses penyusunan konsep terdiri
dari 4 langkah :
1) Pemaparan masalah dengan diagram fungsi
2) Pencarian eksternal
3) Pencarian internal
18

4) Penggalian secara sistematis dengan pohon klasifikasi dan tabel


kombinasi.

d. Pemilihan konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis
secara berturutturut, kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang
paling menjanjikan. Pemilihan konsep terdiri atas dua tahap, yaitu:
1) Penyaringan konsep
Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep secara
cepat dan untuk memperbaiki konsep
2) Penilaian konsep
Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap
kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik
dengan penekanan pada setiap kriteria.
3) pengujian konsep
Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan
konsumen telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan
mengidentifikasi beberapa kelemahan yang harus diperbaiki selama proses
pengembangan selanjutnya.
4) Penentuan spesifikasi akhir
Spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau kembali
setelah proses dipilih dan diuji. Pada tahap ini, tim harus konsisten dengan
nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada
konsep produk itu sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasi melalui
pemodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja.
5) Perencanaan
Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim membuat suatu jadwal
pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu
19

pengembangan, dan mengidentifikasi sumber daya yang digunakan untuk


menyelesaikan.
6) Analisis ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan program
pengembangan menyeluruh dan memecahkan tawar-menawar spesifik,
misalnya antara biaya manufaktur dan biaya pengembangan. Analisis
ekonomi merupakan salah satu kegiatan dalam tahap pengembangan.
7) Analisa produk-produk pesaing
Pemahaman mengenai produk pesaing adalah penting untuk penentuan
posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya
untuk rancangan produk dan proses produksi. Analisis pesaing dilakukan
untuk mendukung banyak kegiatan awal sampai akhir
8) Pemodelan dan pembuatan prototype
Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak
bentuk model dan prototipe. Hal ini mencakup antara lain model
pembuktian konsep yang akan membantu tim pengembangan dalam
menunjukkan kelayakan model ‘hanya bentuk’ yang ditunjukkan kepada
konsumen untuk mengevaluasi keergonomisan dan gaya, sedangkan model
lembar kerja adalah untuk pilihan teknis

2.6 Perancangan Produk Lampu Hias (Home Décor)


Perancangan produk adalah proses menciptakan ide dan menyusunan
konsep yang lebih jelas dan sistematis pada gagasan produk baru ataupun
modifiksi produk lama dalam bentuk gambar teknis (Engineering Drawing) untuk
memenuhi kebutuhan pelaggan (market pull) ataupun memanfaatkan inovasi
teknologi (market technology push).

Umumnya penggunaan lampu hias masih menggunakan lampu bohlam


biasa yang menyerap daya besar dan masih menggunakan kabel untuk
disambungkan ke instalasi listrik rumahan. Untuk menyalakan lampu tersebut
juga masih manual menggunakan saklar sehingga dirasa sangat kurang efesien
20

dalam penggunaanya. Dengan bentuk yang kurang minimalis menyebabkan


penggunanya cepat bosan.

Maka muncul ide untuk menciptakan produk lampu hias (yang pertama)
dengan menggunakan teknologi lampu LED yang lebih aman dan tidak mudah
panas. Lampu yang dirancang dapat berubah warna sesuai dengan kebutuhan
konsumen masing-masing, dengan daya sangat rendah menggunakan arus DC
(Direct Current) untuk menyalakan lampu tersebut tanpa harus menggunakan arus
listrik instalasi rumah sehingga lebih ekonimis dan aman, desain lampu yang lebih
minimalis dan didukung dengan menggunakan remot control untuk menyalakan
lampu tersebut sehingga memudahkan para pengguna untuk menyalakannya dan
mematikan.

Lampu hias yang sudah menggunakan teknologi remot control untuk


mempermudah penggunanya menyalakan lampu tersebut dirasa masih kurang
efesien maka peneliti ingin mengembangkan lampu hias tersebut dengan
menggunakan teknologi yang lebih modern yaitu dengan menggunakan teknologi
smartphone, yang dapat memudahkann bagi pemakainya untuk menggunakannya.
Lampu hias (ke kedua) yang dirancang secara multifungsi bisa dipakai sebagai
lampu untuk home décor maupun sebagai lampu emergency dengan keunggulan
menggunakan lampu LED yang dapat berubah warna yang tak terhingga pilihan
warnanya dan tingkat kecerahan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen masing-masing, lampu ini juga dapat pengiringi irama musik atau lagu
sehingga dapat merubah mood bagi penggunanya, dapat dikontrol atau dinyalakan
dengan menggunakan sensor suara melalui aplikasi google asisten. Daya yang
sangat rendah mampu dinyalakan tanpa harus menggunakan kabel karna terdapat
baterai yang mampu menyimpan tegangan listrik dengan menggunakan power
bank maupun charger handphone untuk mengecas baterai tersebut. Memiliki
wadah atau cover yang lebih elegan dan ergonomis dibandingkan dengan produk
yang lama permukaan yang lebih halus karna melalui tiga tahap pengamplasan
pada wadah tersebut.
21

2.7 Proses Produksi Lampu Hias Home Decor


1. Tahap pembuatan lampu hias

Tahapan-tahapan pembuatan lampu hias dekorasi rumah yaitu:

a) Tahap pembuatan pola/bentuk.


Pertama adalah dengan membuat suatu pola atau bentuk yang akan
dibuat nantinya disuaikan dengan ukuran yang sudah ditentukan,
fungsinya adalah untuk memudahkan saat melakukan pemotongan pada
kayu yang akan di potong atau bentuk.
b) Tahap pemotongan kayu.
Tahap yang kedua adalah pemotongan kayu dimana kayu yang sudah
terbentuk pola dengan ukuran yang sudah ditentukan akan dipotong
dengan menggunakan gergaji otomatis, fungsinya adalah biar hasil lebih
rapi dan lurus dibandingkan dengan menggunakan manual.
c) Tahap pengamplasan.
Setelah kayu yang sudah dipotong maka akan dilakukan teknik
pengamplasan atau penghalusan terhadap sisi-sisi kayu untuk
menghilangkan sisa-sisa kayu yang ada dan untuk menutupi pori-pori
kayu sehingga kayu akan terlihat lebih halus nantinya Penghalusan pada
tempat lampu harus maksimal untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
membuat nyaman bagi yang melihatnya.
d) Tahap pewarnaan.
Tahap pewarnaan ini sangat penting karna akan membuat suatu barang
itu menjadi sangat menarik nantinya. Jenis cat yang digunakan junga
sangat berpengaruh pada hasil akhir setelah proses pengecatan. Jenis
yang di aplikasikan pada kayu ini adalah furnitur karna dengan berbahan
kayu jati merupakan kayu yang memiliki serat yang indah jika tidak bisa
mengolahnya, maka serat itu akan terbuang sia-sia dan akan
menghilangakan nilai seninya.
22

e) Tahap perakitan.
Setelah semua tahap selesai maka akan dilakukan tahap terakhir yaitu
perakitan dimana bagian-bagian kayu yang sudah dipotong maka akan
disusun sesuai bentuk yang sudah ditentukan penggunaan lem untuk
merekatkan kayu satu dengan yang lainnya sehingga nantinya kayu tidak
mudah lepas atau rusak.
2. Komponen Elektronik Yang Dipakai Dalam Pembuatan Lampu.
Dalam pembuatan lampu hias dibutuhkan beberapa komponen
elektronik pendukung lainnya di antaranya:
1. Menggunakan modul step up/boost yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan output-nya, dengan terdiri dari beberapa komponen inti seperti
kumparan lilitan primer sekunder dan coil yang fungsinya untuk
mengubah tegangan sesuai yang di inginkan.
2. Resistor
Komponen dasar elektronika yang fungsinya untuk menghambat arus
listrik yang melewati suatu rangkaian. Bisa dibilang semua rangkaian
elektronika selalu menggunakan komponen elektronika ini.
3. Kapasitor
Fungsi Kapasitor dalam suatu rangkaian elektronika adalah sebagai
penyeimbang, filter pada sebuah rangkaian power supply, pembangkit
frekuensi dan juga digunakan untuk mencegah percikan bunga api pada
sebuah saklar. Untuk menyimpan arus dan tegangan listrik sementara
waktu.
4. Transistor
Transistor adalah sebuah komponen elektronika yang digunakan untuk
penguat, sebagai sirkuit pemutus, sebagai penyambung, sebagai
stabilitas.
5. Travo
Fungsi trafo hanya dapat dipergunakan untuk melakukan perubahan
tegangan tertentu menjadi tegangan output yang diperlukan. Tetapi
fungsi trafo tidak dapat menstabilkan tegangan atau voltase tersebut.
23

6. Elco
Fungsi Elco (Elektrolit Condensator) biasanya sebagai penyimpan arus
listrik searah (DC). Namun demikian, elco memiliki banyak fungsi yang
banyak dan beragam pada berbagai perangkat elektronika, antara lain
Fungsi elco sebagai filter atau penyaring yang sempurna.
7. Menggunakan modul Inventer sebagi alat pengubah arus yang awalnya
menggunakan arus input DC yang akan dikelola menjadi arus output AC
yang memiliki tegangan cukup tinggi.
8. Menggunakan baterai yang berkapasitas 8000 mAh untuk menampung
daya listrik dan di salurkan untuk menyalakan lampu tersebut. Dengan
output 12volt 5,5A.

2.8 Quality Function Deployment (QFD)

Menurut Cohen (1995) Quality Function Deployment merupakan suatu


istilah yang sering kita dengar, dimana Quality Function Deployment adalah
sebuah metode untuk merencanakan struktur produk dan pengembangan produk
untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan konsumen, seperti mengevaluasi secara
sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.

Quality Function Deployment adalah suatu alat untuk mendesain dan


mengembangkan sebuah produk baru yang mampu mengintegrasikan kualitas ke
dalam desain, memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang diterjemahkan
ke dalam technical requirements (Wahyudi, 2002). Quality Function Deployment
(QFD) atau juga dikenal sebagai voice of the customer (suara konsumen) adalah
metode perencanaan yang digunakan untuk memperbaiki proses produksi melalui
pengumpulan informasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen.

Ada empat tahap ini menerjemahkan keinginan konsumen menuju proses


24

perancangan produk. Tahapan tersebut adalah:

1. Tahap Perencanaan Produk (House of Quality)

2. Tahap Perencanaan Komponen (Part Deployment)

3. Tahap Perencanaan Proses (Proses Deployment)

4. Tahap Perencanaan Produksi (Manufacturing/ Production Planning)

Tujuan dilakukannya Metode Quality Function Deployment (QFD)


pada proses produksi adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen agar produk yang


dihasilkannya dapat memenuhi tingkat kualitas yang baik sesuai dengan yang
diinginkan oleh konsumen.

2. Mengembangkan kebutuhan produk dan menjamin bahwa keinginan


konsumen diperhatikan.

3. Menganalisa kompetitor atau persaingan usaha baik dari segi teknis


maupun dari sudut pandang konsumen sehingga didapatkan strategi
pemasaran yang tepat.
4. Menetapkan prioritas atau tujuan jangka pendek dan jangka panjang
perusahaan.

5. Memformalkan proses komunikasi.

6. Menginstitusionalkan ide dan perbaikan terus menerus terhadap


produknya sehingga desain sasaran produk sesuai dengan keinginan
konsumen.

Adapun manfaat dari Quality Function Deployment (QFD) adalah


sebagai berikut:

1. Fokus pada konsumen


Perusahaan akan lebih fokus pada konsumen. Sehingga metode QFD ini
secara tidak langsung memberikan arti bahwa konsumen adalah segalanya.
Perusahaan mengumpulkan sejumlah informasi seperti apa saja masukan
25

dari konsumen. Kemudian innformasi tersebut diterjemahkan kedalam


persyaratan pelanggan yang spesifik terhadap produk yang diinginkannya.

2. Menghemat biaya
Metode QFD dapat menghemat cost production (biaya produksi) karena
perbaikan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pelanggan. Perusahaan tidak memerlukan pengulangan pekerjaan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan pelanggan.
3. Efisiensi Waktu 
Selain menghemat biaya, QFD dapat menghemat waktu yang dibutuhkan
dalam pengembangan produk. Perusahaan dapat lebih memfokuskan pada
persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasikan dengan
jelas. Namun, memang diperlukan waktu yang cukup untuk input manual
terhadap angket dan survei yang dilakukan.
4. Orientasi Kerjasama Tim
QFD "memaksa" karyawan untuk berkonstribusi pada peningkatan
kualitas produk. Di sinilah dibutuhkan kerjasama tim yang baik. Semua
keputusan terkait dengan proses produksi didasarkan atas persetujuan
mufakat antara semua orang yang terlibat di dalamnya, melalui diskusi
dan brainstorming yang mendalam. 
5. Orientasi Kerjasama Tim 
Dengan dilakukannya QFD pada sebuah produk, perusahaan akan
memperoleh dokumen yang cukup komprehensif mengenai data-data yang
berhubungan dengan proses produksi dan perbandinganya dengan
persyaratan atau keinginan konsumen.
6. Meningkatkan pendapatan perusahaan
Jika kebutuhan konsumen terpenuhi, maka kepuasan konsumen terhadap
produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan dapat dengan mudah
dicapai. Dengan begitu, jumlah transaksi dikarenakan adanya repeat order
26

yang dilakukan oleh konsumen bisa saja meningkat sehingga pendapatan


yang diterima oleh perusahaan juga semakin meningkat.

Untuk Quality Function Deployment dibagi menjadi beberapa


tahapan, menurut Cohen (1995) melibatkan proses konstruksi satu atau lebih
matrik. Matrik ini yang biasa disebut dengan “House of Quality” atau HOQ.
House Of Quality merupakan teknik grafis untuk menjelaskan hubungan antara
keinginan pelanggan dan produk atau jasa. House Of Quality menggunakan
sebuah matriks perencanaan untuk menghubungkan keinginan pelanggan dengan
bagaimana perusahaan melakukan sesuatu untuk memenuhi keinginan tersebut.
Bentuk HOQ dapat dilihat pada Gambar 2.5 sebagai berikut:

E. Technical
Correlation
s

C. Technical Response

Customer B. Planning
D. Relationship Matrix
Needs Matrix

F. Technical Matrix

Gambar 2.1 Diagram House Of Quality


(Sumber : Lou Cohen, 1995)

Diagram diatas menunjukkan, huruf A sampai F adalah sebuah


struktur, ungkapan sistematis untuk sebuah produk atau proses pengembangan
27

pemahaman tentang sebuah aspek keseluruhan proses perencanaan untuk sebuah


produk baru.

1. Bagian A

Merupakan kebutuhan dan keinginan pelanggan (costumer needs). Fase ini


menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun secara hierarkis
dengan kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi.
Kebanyakan pengembang mengumpulkan “suara pelanggan” (voice of
costumer) melalui wawancara dan kemudian disusun secara hirarki.

2. Bagian B

Planning matrix merupakan bagian ke dua dari HOQ dan disebut sebagai
tempat penentuan sasaran dan tujuan produk, didasarkan kepada interpretasi
tim terhadap data riset pasar. Penetapan sasaran merupakan gabungan antara
prioritas-prioritas kebutuhan pelanggan. Hal ini yang merupakan tahap penting
dalam perencanaan produk Planning matrix berisi tiga tipe informasi penting:

a. Data kuantitatif pasar, yang menunjukkan hubungan antara tingkat


kepentingan kebutuhan, keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan
pelanggan dengan perusahaan.

b. Penetapan sasaran untuk jenis produk atau jasa baru.

c. Perhitungan tingkat ranking (rank order) keinginan dan kebutuhan


pelanggan.

Selain informasi tersebut, pada planning matrix terdapat beberapa macam-


macam tabel nilai seperti:

a. Improvement Ratio

Digunakan untuk menunjukkan besarnya perubahan atau perbaikan


yang harus dilakukan. Dalam bentuk matematis penentuan nilai rasio
perbaikan dengan rumus pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
28

Rasio perbaikan =

b. Sales Point

Sales point adalah persepsi atau pendapat tentang suatu produk atau jasa
dari pihak manajemen. Dan nilai tersebut dipakai pada ketetetapan sales
point dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sales Point

Nil
Arti
ai
1 Tidak ada sales point
1,2 Sales point sedang
1,5 Sales point kuat
Sumber: : Lou Cohen, 1995

Sikap atau tanggapan baik terhadap kebutuhan konsumen bisa dijadikan hal
untuk mempermudah dalam menjual produk atau jasa.

c. Raw Weight and Normalized Raw Weight

Digunakan untuk menunjukkan besarnya perbaikan suatu kriteria


costumer need. Dalam bentuk matematis penentuan nilai Raw Weight and
Normalized Raw Weight

Raw Weight = Importance to Costumer*Improvement Ratio*Sales Point


Normalized Raw Weight =

3. Bagian C

Merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran bagaimana cara


tim pengembangan produk dalam merespon kebutuhan dan keinginan
konsumen. Sura konsumen baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif
harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice of the developer).
29

4. Bagian D

Bagian ini menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan


kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Simbol dan Nilai Matriks Interaksi

Lambang Keterangan Keterangan


Nilai
● 9 Kuat
○ 3 Sedang
▲ 1 Lemah
Sumber: : Lou Cohen, 1995

Untuk memperoleh informasi yang bersifat kuantitatif, maka nilai


yang merupakan representasi hubungan diatas perlu dikalikan dengan
normalisasi bobot.

5. Bagian E

Bagian ini akan memetakkan hubungan dan saling ketergantungan diantara


parameter teknik. Interaksi diantara parameter teknik dapat dilihat pada Tabel
2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Simbol Interaksi Parameter Teknik

Simbol Keterangan
++ Positif kuat

+ Positif moderat

Tidak ada hubungan

Sumber: : Lou Cohen, 1995

6. Bagian F
30

Bagian ini berisi berbagai macam informasi. Pertama, menghitung


besarnya pengaruh atau keterkaitan dari technical response serta kebutuhan
dan keinginan konsumen. Dari perhitungan ini, dapat dilakukan perangkingan
terhadap jenis parameter teknik, sehingga dapat diketahui prioritas
pengembangan produk.

Kedua, perbandingan antara produk yang dihasilkan perusahaan dan


produk yang dihasilkan pesaing. Untuk itu perlu ditetapkan terlebih dahulu
satuan ukur parameter teknik. Informasi ini dapat digunakan untuk melakukan
benchmarking dari produk pesaing.

Ketiga, dari adanya perbandingan diatas maka perusahaan dapat


menetapkan sasaran kinerja (nilai target) secara teknik yang akan dicapai
perusahaan. Penetapan target ini akan disesuaikan dengan sumber daya yang
dimiliki perusahaan

2.9 Kebutuhan Pelanggan (Voice Of Customer)

Berisi atribut atau variabel yang diperoleh dari pengolahan data dengan
metode Importance-Performance Analysis yang atributnya termasuk dalam
Kuadran I (Prioritas Utama). Selanjutnya atribut ini dijadikan sebagai input dalam
penyusunan Quality Function Deployment. Sedangkan atribut yang termasuk
dalam kuadran II,III,dan IV dieliminasi.

2.10 Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa penelitian serupa terdahulu dan saya


gunakan untuk referensi dalam penelitian saya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Charles Anson, Soejono Tjitro, Stefanus


Ongkodjojo pada tahun 2006 dengan judul “Desain dan Pembuatan Alat
Penggiling Daging Dengan Quality Function Deployment “ dengan tujuan
untuk membuat alat penggiling daging yang terutama ulir/screw terbuat dari
31

bahan besi cor. Membuat ulir tersebut mudah korosif dan tidak baik untuk
berkontak langsung dengan makanan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, didapatkan hasil yakni Meningkatnya performa higenitas alat yang
didapat dari nilai angka kekasaran permukaan yang berubah 62,2 % lebih
baik serta material tidak lagi korosif. Keuntungan lain yaitu didapat produk
yang lebih ringan untuk bagian ulir/screw dari 3 kg menjadi 1,2 kg dengan
dimensi yang sama
2. Pada tahun 2012 Pendy Ardiansah melakukan penelitian dengan judul
Perancangan Alat Pembuat Sengkang Dengan Metode QFD dan Pendekatan
Anthropometri dikarenakan Posisi duduk dengan fasilitas kerja yang ada
menimbulkan keluhan bagi pekerja. Sehingga peneliti ingin mengembangkan
atau memperbarui alat tersebut untuk menunjang kenyamanan bagi pekerja
dengan membuat alat sederhana yang Menghasilkan suatu alat pembuat
sengkang dengan bahan rangka meja, bangku terbuat dari besi, bahan jok
bangku berpori, tebal busa 4 cm, meja bersifat portable dan dapat dilihat dari
nilai GAP (selisih nilai penilaian dengan harapan pengguna terhadap atribut
suatu produk) yang semakin menurun dari rata-rata GAP awal -0,64 menjadi
0,37
3. Penelitian yang dilakukan Tri Hastomo pada tahun 2009 yang mengusung
tema Perancangan dan Pembuatan Alat Pemotong Krupuk Rambak Dengan
Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) peneliti tergerak ingin
mengembangkan alat tersebut dikarenakan proses pemotongan yang masih
memanfaatkan pisau yang digerakan dengan tangan atau konvensional.
Sehingga menimbulkan beberapa keluhan, diantaranya lamanya proses
pemotongan, pekerja sering merasakan tidak nyaman dan membutuhkan
tingkat kosentrasi guna menghindari resiko kecelakaan dengan
dikembangkannya alat pemotongan krupuk tersebut diharapkan dapat
Menghasilkan suatu alat pemotong krupuk rambak yang lebih modern. Untuk
proses pemotongan menjadi lebih cepat, pekerja lebih nyaman dalam
melakukan proses pemotongan dan lebih ergonomis lagi
32

Anda mungkin juga menyukai