Atribut Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai dan
melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:
a. Merek (Brand)
Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau
rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal
dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal. Nama merek yang baik
dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk (Kotler dan Armstrong, 2001:360)
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (Packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau pembungkus su
atu produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk
untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,
ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat
menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selainmengurangi kerusakan
produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.
Tingkatan Produk
Berdasarkan definisi diatas produk dapat dikatakan sebagai fokus inti dari semua bisnis.
Produk adalah apa yang dilakukan perusahaan, mulai dari mendesain, mengadakan sistem
produksi dan operasi, menciptakan program pemasaran, sistem distribusi, iklan dan mengarahkan
tenaga penjual untuk menjual produk tersebut.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:279) dalam merencanakan penawaran suatu
produk, pemasar harus memahami lima tingkat produk, yaitu :
a. Produk Utama (Care Benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan
dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
b. Produk Generik (Basic Produk), adalah produk dasar yang mampu memenuhi fungsi pokok
produk yang paling dasar.
c. Produk Harapan (Expected Product), adalah produk formal yang ditawarkan dengan berbagai
atribut dan kondisi secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.
d. Produk Pelengkap (Augment Product), adalah berbagai atribut produk yang dilengkapi atau
ditambahkan dengan berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan
kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk pesaing.
e. Produk Potensial (Potential Product), adalah segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.
Klasifikasi Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:280) klasifikasi produk dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Barang Konsumen
Barang konsumen yaitu barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri,
bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi empat
jenis, yaitu :
1) Barang kebutuhan sehari-hari (Convience Goods) adalah barang-barang yang biasanya sering
dibeli konsumen (memiliki frekuensi pembelian tinggi), dibutuhkan dalam waktu segera, dan
memerlukan waktu yang minim dalam pembandingan dan pembeliannya.
2) Barang belanjaan (Shopping Goods) adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan
dengan berbagai alternatif yang tersedia oleh konsumen berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga,
dan daya dalam proses pemilihan dan pembeliannya.
3) Barang khusus (Speciality Goods) adalah barang-barang dengan karakteristik dan atau
identifikasi yang unik, yang untuknya sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia senantiasa
melakukan usaha khusus untuk pembeliannya.
4) Barang yang tidak dicari (Unsought Goods) adalah barang-barang yang tidak diketahui
konsumen atau walau sudah diketahui namun secara umum konsumen belum terpikir untuk
membelinya.
b. Barang Industri
Barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau
konsumen bisnis) untuk keperluan selain konsumsi langsung, yaitu : untuk diubah, diproduksi
menjadi barang lain kemudian dijual kembali oleh produsen, untuk dijual kembali oleh pedagang
tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi).
Dimensi Kualitas Produk
Menurut Orville, Larreche, dan Boyd (2005: 422) apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek
dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk yaitu:
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan
sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap
produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik
operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak
ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau
tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka
produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari
tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi,
persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara
asal.
Strategi Harga
Defenisi Harga
Kotler dan Amstrong (2001 : 339) mengatakan bahwa : “Harga adalah jumlah uang yang
dibebankan untuk sebuah produk atau jasa”. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah nilai yang
konsumen pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk
atau jasa”.
Menurut Lamb et.al (2001:268), “Harga adalah apa yang harus diberikan oleh konsumen
(pembeli) untuk mendapatkan suatu produk”.
Menurut Swastha ( 2010 : 147 ), “ Harga adalah jumlah uang ( ditambah beberapa barang
kalau mungkin ) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya “.
Penetapan harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga
dibagi menjadi tiga (Stanton,2000:31)
1. Berorientasi pada laba untuk:
a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan perusahaan.
b. Memaksimalkan laba
2. Berorientasi pada penjualan untuk:
a. Meningkatkan penjualan.
b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.
3. Berorientasi pada status quo untuk:
a. Menstabilkan harga
b. Menangkal persaingan.
Swasta (2010 :246) menjelaskan tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti :
1. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.
2. Permintaan dan penawaran
Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.
Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu.
3. Elastisitas permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar.
4. Persaingan
Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat
menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
6. Tujuan perusahaan
Tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah :
- Laba maksimum
- Volume penjualan tertentu
- Penguasaan pasar
- Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk: penentuan harga maksimum dan
minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-
usaha kearah monopoli.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh konsumen
dengan minat beli. Minat beli adalah kecenderungan pembelian untuk melakukan pembelian
pada masa yang akan datang, namun pengukuran terhadap kecenserungan terhadap pembelian
umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri.
Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli
adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk barang atau
jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap
positif terhadap suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah
dilakukan pada masa lampau.
1) Frekuensi
Beberapa kali perusahaan mengadakan survey untuk mengetahui minat beli pelanggan, biasanya
paling tidak setiap 70-80 hari sekali.
2) Format
Siapa yang melakukan Survey minat beli konsumen? Dapat dikatakan bahwa sebaiknya yang
melakukan Survey formal minat beli konsumen adalah pihak ketiga diluar perusahaan dan
hasilnya disampaikan kepada semua pihak dalam organisasi.
3) Isi
Isi (Content) pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan standar dan dapat dikuantitatifkan.
4) Desain isi
Tidak ada satupun instrumen Survey yang paling baik untuk setiap kondisi. Oleh karena itu
perusahaan harus mendesain Survey secara sistematis dan memperhatikan setiap pandangan yang
ada.
5) Melibatkan setiap orang
Mereka yang mengunjungi pelanggan untuk melakukan Survey adalah semua Level dan semua
fungsi yang ada dalam organisasi, mulai dari manajer puncak hingga karyawan.
6) Mengukur minat beli setiap orang
Perusahaan harus mengukur minat beli semua pihak, tidak hanya konsumen langsung seperti
pemakai, tetapi juga pelanggan tidak langsung seperti distributor, agen, pedagang besar,
pengecer dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfa Beta
Durianto, Darmadi. Sugiarto dan Sitinjak, Tony. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ferdinand, Augusty. 2002. Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa Benyamin Molan.
Jakarta. : Indeks
Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Alih Bahasa Imam
Nurmawan Jakarta : Erlangga.
Lamb, Hair, dan McDaniel. 2001. Pemasaran. Buku 1. Penerjemah David Octarevia. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Pemasaran Jasa. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mc Carthy dan Perrefault, 2003. Dasar-Dasar Pemasaran. Alih Bahasa Agus Dharma. Jakarta:
Erlangga.
Orville C. Walker, Boyd. Harper W, Larreche, Jean Claude. 2005. Manajemen Pemasaran Suatu
Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.
Saladin, Djaslim. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat
Stanton J, William. 2000. Prinsip Pemasaran. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sunarto. 2004. Pengantar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: UST Press.
Swastha, Basu DH. 2006. Manajemen Penjualan Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Yogyakarta: Penerbit. Andy.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2005. Total Quality Manajemen.Yogyakarta : Andi.
Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta : Ekonisia.
A. PEMASARAN
pemasaran adalah suatu prosessosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang merekabutuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain Kotler dan Armstrong (2007:6)
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih target pasar danmembangun hubungan
yang menguntungkan dengan target pasar itu (Kotler danArmstrong, 2007: 10)
B. Kualitas Produk.
Sebenarnya tidak mudah untuk mendefinisikan kualitas produk dengan tepat.Kualitas produk
merupakan konsep yang sangat luas tidak hanya menekankan pada aspek hasil tetapi juga
manusia dan prosesnya. Ada beberapa pengertian mengenai kualitas produk yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya :
Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan pada kemampuan
untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler,2005:49).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk merupakan tumpuan dari
keberhasilan usaha suatu perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan selalu berupaya untuk
dapat terus meningkatan kualitas produknya. Kualitas produk seharusnya tidak hanya dilihat dari
sisi pandang pemakai atau pelanggan produk tersebut. Dalam hal ini kualitas produk harus
mencerminkan tingkat kemampuan produk untuk memberikan kemanfaatan yang diharapkan
oleh pemakai atau pelanggan melalui objek fisik produk tersebut.
Kualitas produk membedakannya dengan produk para pesaing, penghematan biaya produksi
sehingga lebih rendah, dapat menjadi pioneer dalam bidangnya, keunggulan kompetitif yang
diperoleh tercermin dalam kemampuan kualitas produk yang dihasilkan dan tingkat biaya yang
relatif rendah, serta dapat memenuhi waktu delivery yang telah dijanjikan. Kualitas produk
adalah bagaimana produk itu memiliki nilai yang dapat memuaskan pelanggan baik secara fisik
maupun secara psikologis yang menunjuk pada atribut atau sifat-sifat yang terdapat dalam suatu
barang atau hasil.
Menurut Orville, Larreche, dan Boyd (2005: 422) apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek
dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk yaitu:
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan
sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap
produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik
operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak
ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau
tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka
produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari
tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi,
persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara
asal.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh sembilan bidang dasar atau 9M. Pada masa
sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah besar kondisi yang membebani
produksi melalui suatu cara yang tidak pernah dialami dalam periode sebelumnya. Menurut
(Sofjan Assauri, 2009 : 362)mengatakan bahwa :
1. Pasar (Market)
Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju yang
eksplosif.Pelanggan diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat
memenuhi hampir setiap kebutuhan.Pada masa sekarang pelanggan meminta dan memperoleh
produk yang lebih baik memenuhi ini.Pasar menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara
fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan.Dengan bertambahnya
perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan mendunia.Akhirnya bisnis harus lebih
fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.
2. Uang (Money)
Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia telah
menurunkan batas (marjin) laba. Pada waktu yang bersamaan, kebutuhan akan otomasi dan
pemekanisan mendorong pengeluaran mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses
dan perlengkapan yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus dibayar
melalui naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besar dalam memproduksi
disebabkan oleh barang pabrikan dan pengulangkerjaan yang sangat serius.Kenyataan ini
memfokuskan perhatian pada manajer pada bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari “titik
lunak” tempat biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.
3. Manajemen(Management)
Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus.Sekarang
bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan produknya, harus membuat persyaratan produk.
Bagian perancangan bertanggung jawab merancang produk yang akan memenuhi persyaratan itu.
Bagian produksi mengembangkan dan memperbaiki kembali proses untuk memberikan
kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi rancangan. Bagian
pengendalian kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada seluruh aliran proses yang
menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan, setelah
produk sampai pada pelanggan menjadi bagian yang penting dari paket produk total. Hal ini
telah menambah beban manajemen puncak, khususnya bertambahnya kesulitan dalam
mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi penyimpangan dari standar
kualitas.
4. Manusia (Men)
Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang baru seperti
elektronika komputer menciptakan suatu permintaan yang besar akan pekerja dengan
pengetahuan khusus.
waktu yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli teknik sistem yang akan
mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama merencanakan, menciptakan dan
mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.
waktu yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli teknik sistem yang akan
mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama merencanakan, menciptakan dan
mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.
5. Motivasi (Motivation)
Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai hadiah tambahan uang, para
pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan
mereka dan pengakuan bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas tercapainya
sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan.Hal ini membimbing ke arah kebutuhan yang
tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan komunikasi yang lebih baik tentang
kesadaran kualitas.
6. Bahan (Material)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik memilih bahan dengan
batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya.Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat
dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.