Anda di halaman 1dari 22

BUNGA TUNGGAL DAN BUNGA MAJEMUK

A. Bunga Tunggal
1. Bunga
Bunga adalah jasa dari simpanan atau pinjaman yang dibayarkan pada akhir suatu jagka
waktu yang ditentukan atas persetujuan bersama.

Contoh:
Seorang pedagang meminjam uang di bank sebesar Rp. 1.000.000,00 dengan perjanjian
bahwa uang tersebut harus dikembalikan dalam jangka waktu satu tahun dengan uang
pengembalian sebesar Rp. 1.200.000,00.Uang sebesar Rp 1.000.000,00 disebut modal
sedangkan uang yang merupakan kelebihannya, yaitu Rp 200.000,00 disebut bunga atau
jasa. Jika besarnya bunga dibandingkan dengan jumlah modal simpanan atau pinjaman
dinyatakan dalam persen, makanya nilainya disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan
dalam p %.

2. Persenan di atas dan di bawah seratus


a. Persenan di atas seratus
Persenan di atas seratus adalah bentuk pecahan yang selisih antara pembilang dan
penyebut sama dengan seratus. Secara umum ditulis :
𝑝
, dikatakan bunganya p% di atas setatus.
100 + 𝑝

Untuk menentukan p% di atas setatus dari modal M dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :

1) Dengan perhitungan biasa :


𝑝
×𝑀
100 + 𝑝

2) Dengan jumlah deret geometri turun tak hingga :


𝑝 𝑝 𝑝
𝑝 𝑝 𝑝 𝑝
= 100
100+𝑝 + 100
𝑝 = 100
𝑝 = − (100)2+ (100)3− …..
100+𝑝 1+ 1−(− ) 100
100 100 100

𝑃
 Suku pertama a =100
𝑃
 Rasio r = −
100

Contoh:
Tentukan 5 % diatas 100 dari modal sebesar Rp. 200.000,-
 Cara pertama
5
× 200.00 = 9.523,81
100+5
 Cara kedua, dengan deret geometri turun
5% x 200000 = 10000 (–)
5% x 10000 = 500 (+)
5% x 500 = 25 (–)
5% x 25 = 1,25 (+)
5% x 1,25 = 0,0625
9523,8125
Sampai hasil perkalian kurang dari 1, kemudian hasilnya dihitung
diperolehRp. 9523,8125

Jadi 5 % diatas 100 dari modal sebesar Rp. 200.000,00 adalah Rp. 9523,8125
b. Persenan di bawah seratus
Persenan di bawah seratus adalah bentuk pecahan yang jumlah antara pembilang dan
penyebut sama dengan seratus. Secra umum ditulis :
𝑝
, dikatakan bunganya p% dibawah seratus. Untuk menentukan p% dibawah
100−𝑝

seratus dari modal M dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :


1) Dengan Perhitungan biasa :
𝑝
×𝑀
100 − 𝑝

2) Dengan jumlah deret geometri turun tak hingga :


𝑝 𝑝
𝑝 𝑝 𝑝 𝑝
= 100
100−𝑝 + 100
𝑝 = 100 + (100)2+ (100)3− …..
100+𝑝 1−
100 100

𝑃
 Suku pertama a =100
𝑃
 Rasio r = 100

Contoh :

Tentukan 5 % dibawah 100 dari modal sebesar Rp. 200.000,-


adalahPenyelesaian:

 Cara pertama dengan rumus


5
× 200.00 = 10.526,32
100 − 5
 Cara kedua dengan deret geometri turun

5% x 200000 = 10000 (+)


5% x 10000 = 500 (+)
5% x 500 = 25 (+)
5% x 25 = 1,25 (+)
5% x 1,25 = 0,0625
10526,3125
Sampai hasil perkalian kurang dari 1, kemudian hasilnya dihitung
diperolehRp. 10526,3125

Jadi 5 % diatas 100 dari modal sebesar Rp. 200.000,00 adalah Rp. 10526,3125

3. Bunga Tunggal

Bunga tunggal adalah bunga yang timbul pada setiap akhir jangka waktu tertentu yang
tidak mempengaruhi besarnya modal (besarnya modal tetap).

Besarnya bunga berbanding senilai dengan persentase dan lama waktunya dan umumnya
berbanding senilai pula dengan besarnya modal.

Jika modal sebesar M dibungakan dengan bunga p % setahun maka:

a. Setelah t tahun, besarnya bunga:


𝑝
𝐼=𝑀 × ×𝑡
100

b. Setelah t bulan, besarnya bunga:


𝑝 𝑡
𝐼=𝑀 × × 12
100

c. Setelah t hari, besarnya bunga:

 Jika satu tahun 360 hari, maka:


𝑝 𝑡
𝐼=𝑀 × 100
× 360

 Jika satu tahun 365 hari, maka :


𝑝 𝑡
𝐼=𝑀 × 100
× 365

 Jika satu tahun 366 hari (tahun kabisat)


𝑝 𝑡
𝐼=𝑀 × ×
100 366

4. Perbedaan Bunga dengan Diskonto

Diskonto adalah bunga yang dibayarkan pada permulaan penerimaan pinjaman.


Jika nilai diskonto = D, Jumlah uang yang diterima saat meminjam = Nilai Tunai
(NT),Jumlah uang yang harus dikembalikan = Nilai Akhir (NA), maka D = NA –
NT. Untuk menentukan besarnya diskonto, dapat digunakan 2 macam cara
sebagai berikut:
a. Diskonto dari Nilai Akhir

𝑝 𝑡
𝐷= × 𝑁𝐴 × ℎ
100

b. Diskonto dari Nilai Tunai


𝑝
𝐷= × 𝑁𝑇
100−𝑝

5. Metode menghitung bunga tunggal

a. Metode pembagi tetap


Pada pembahasan sebelumnya, kita telah menentukan rumus untuk mencari besarnya
bunga dari modal sebesar M dengan suku bunga p % setahun dalam jangka waktu
t hari yang dirumuskan sebagai berikut:
𝑝 𝑡 𝑀. 𝑡 𝑝 𝑀. 𝑡 360
𝐼=𝑀 × × = × = ∶
100 360 100 360 100 𝑝

b. Metode persen yang sebanding

Metode persen yang sebanding digunakan jika suku bunga bukan merupakan pembagi
habis 360, sebab dengan metode ini satu tahun dihitung 360 hari. Untuk soal seperti
tersebut di atas maka langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

a). Hitung besarnya bunga berdasarkan persentase terdekat dengan suku bunga
merupakan pembagi habis 360.
b). Kemudian hitung besarnya bunga yang dimaksud dengan menggunakan persen
yang sebanding.

c. Metode persen seukuran


Metode ini digunakan jikaditentukan 1 tahun = 365 hari. Satu-satunya pembagi tetap
360
yang bulat adalah jika bunganya 5% setahunnya dan pembagi tetapnya = 5 = 73
5 𝑡
𝐼= ×𝑀×
100 360

𝑀. 𝑡 5
= ×
100 365

𝑀. 𝑡 1
= ∶
100 73

𝑀. 𝑡 100
= ∶
10.000 73
B. Bunga Majemuk
1. Pengertian dan Konsep Bunga Majemuk
Jika kita menyimpan modal berupa uang di bank selama periode bunga tertentu, misalnya
satu tahun maka setelah satu tahun kita akan mendapatkan bunga sebesar p % kali modal
yang kita bungakan. Jika bunga itu tidak kita ambil, tetapi ditambahkan pada modal awal
untuk dibungakan lagi pada periode berikutnya, sehingga besarnya bunga pada setiap
periode berikutnya berbeda jumlahnya (menjadi bunga berbunga), maka dikatakan modal
tersebut dibungakan atas dasar bunga majemuk.
2. Perbedaan Bunga Tunggal dan Bunga Majemuk
Bunga tunggal dihitung berdasarkan modal yang sama setiap periode sedangkan bunga
majemuk dihitung berdasarkan modal awal yang sudah ditambahkan dengan bunga.
3. Perhitungan Nilai Akhir Modal
a. Dengan menggunakan rumus
Jika modal sebesar M dibungakan atas dasar bunga majemuk sebesar p % setahun
selama n tahun, maka besarnya modal setelah n tahun adalah:
 Setelah satu tahun
𝑃
𝑀1 = 𝑀 + 100 𝑀
𝑃
= 𝑀 (1 + )
100

 Setelah dua tahun
𝑃 𝑃 𝑃
𝑀2 = 𝑀 (1 + )+ 𝑀 (1 + )
100 100 100
𝑃 𝑃
= 𝑀 (1 + ) (1 )
100 100
𝑃
= 𝑀 (1 + )
100

 Setelah n tahun

 P n
  
 

b. Dengan masa bunga pecahan


Untuk menghitung nilai akhir modal dengan masa bunga pecahan, digunakan langkah
sebagai berikut:
1. Hitunglah dulu nilai akhir dari modal berdasarkan masa bunga majemuk yang
terdekat
2. Sisa masa bunga yang belum dihitung, digunakan untuk menghitung bunga
berdasarkan bunga tunggal dari nilai akhir pada 1

𝑎
𝑀𝑛+𝑎 = 𝑀 (1 + 𝑖)𝑛 (1 + 𝑏 𝑖)
𝑏
4. Perhitungan nilai tunai modal
a. Rumus nilai tunai
𝑃 −𝑛
𝑁𝑇 = 𝑀 (1 + )
100
b. Nilai tunai modal dengan masa bunga pecahan
Dari rumus nilai akhir modal dengan masa bunga pecahan, dapat dibentuk rumus
nilai tunai modal dengan masa bunga pecahan sebagai berikut:

𝑎
𝑀𝑚+𝑎 = M(1+i)n(1 + 𝑏 𝑖)
𝑏
n

𝑀 𝑎
𝑛+
𝑏
Diubah menjadi: = 𝑀 = 𝑎
(1+𝑖)𝑛(1+ 𝑖)
𝑏


 a
Jika M = nilai tunai yang ditulis NT dan M n a = modal setelah n  periode yang
b
b

𝑀
ditulis M, maka rumus di atas berubah menjadi: 𝑀 = 𝑎
(1+𝑖)𝑛(1+ 𝑖)
𝑏
 
Cotoh Soal

1. Suatu lembaga kredit menawarkan 3 jenis sertifikat investasi yg masing-masing mempunyai


tarif bunga nominal j2 = 11,6% ; j4= 11,5% ; dan j12= 11,4%.
Sertifikat mana yg akan memberikan hasil pengembalian investasi yg paling besar?
Jawab:
 j2 = 11,6%
1) j = ( 1 + 0,116/2)2 – 1 = 0, 119364
= 11,9364%
 j4 = 11,5%
2) j= (1 + 0,115/4)4 - 1 = 0,120055112
= 12,0055112%
 j12 = 11,4%
3) j= (1 + 0,114/12)12 - 1 = 0,1201492163
= 12,01492163%
Pilih investasi ke 3, krn bunga lebih besar

2. Pada awal bln Des’06 . Ali menabung di BCA sebesar Rp. 100.000,-. Bunga dimajemukkan
secara bulanan (j12) dengan tingkat bunga 12%.Hitunglah uang Ali pada awal April 2007!
 Bulan
Awal Des’06 =Rp.100.000,-(=P)
Awal Jan;07 = I= Rp.100.000,- x 0,01
= Rp.1.000,-
Sehingga Total(S)= Rp. 100.000,- + Rp. 1.000,-
S = Rp. 101.000,-
Awal Feb’07 = nilai Rp.101.000,- menjadi P lagi
I = Rp. 101.000,- x 0,01= 1.010,-
S=Rp. 102.010,-

Awal Maret’07= nilai P adalah Rp. 102.010,-


Shg I = Rp.102.010,- x 0,01 = Rp.1.020,1
S = 102.010 + Rp.1.020,1
S = Rp.103.030,1,-

Awal April’07 = nilai Rp.103.030,1,- adalah = P Shg:


I = Rp.103.030,1,- x 0,01 = Rp.1.030,301,-
S= Rp. 103.030,1,- + Rp. 1.030,301,-
S= Rp.104.060,401 = total uang sampai dgn Awal April’07

3. Bapak Amir meminjam uang kepada temannya sebesar Rp. 600.000,- dan dikenakan
tingkat bunga r= 12%. Bpk. Amir berjanji akan melunasi seluruh hutangnya + bunga 5
bulan lagi.
Berapa jumlah uang yang harus dibayar Bpk Amir saat jatuh tempo (=S)?
Jawab:
I = P.r.t
I = Rp.600.000,- x 0,12/ 12 bln x 5 bln
I = Rp. 600.000,- x 0,01/ bln x 5 bln
I= Rp. 30.000,- (bunganya saja selama 5 Bln)
 S=P+I
S = Rp. 600.000,- + Rp. 30.000,- = Rp. 630.000,-
ANUITAS

1. Pengertian Anuitas

Anuitas adalah sejumlah pembayaran yang sama besarnya, yang dibayarkan setiap
akhirjangka waktu, dan terdiri atas bagian bunga dan bagian angsuran.
Anuitas = Bunga + Angsuran
Jika besarnya bunga adalah A, angsuran periode ke-n dinyatakan dengan an, dan
bungaperiode ke-n adalah bn, maka diperoleh hubungan :
A  an  bn , dengan n = 1, 2, 3, ...
Jika suatu pinjaman sebesar Mdilunasi dengan anuitas selama n tahun,atas dasar
bungai = P% setahun, maka:
 Pada akhir tahun ke-n :
Ak  ak  bk
 Pada akhir tahun ke-(k+1) :
Ak 1  ak 1  bk 1

Karena, Ak  Ak 1 , maka:

ak 1  bk 1  ak  bk

 ak 1  ak  bk  bk 1

 ak 1  ak  i.ak

 ak 1  ak 1  i
Sehingga:
a2  a11 i
a3  a2 1  i   a1 1  i 1  i   a1 1  i 2

2. Perhitungan Anuitas
1. Menghitung anuitas dengan deret
Suatu pinjaman sebesar M akan dilunasi dengan n anuitas sebesar A dan besarnya
suku bunga adalai i, maka A= b1 + a1 , karena b1= Mi, maka A= Mi + ai . jika jumlah
ansuran sama dengan pokok pinjaman, maka :
a1  a2  a3  ...  an  M

𝑀𝑖
𝐴=
1 − 𝐴𝑛𝑖
2. Menghitung anuitas dengan notasi sigma
Pinjaman sebesar M dilunasi dengan n anuitas sebesar A, maka besarnya M sama
denganjumlah nilai tunai dari semua pembayaran anuitas. Jadi:

1
𝐴=𝑀×
∑𝑛𝑛−1(1 + 𝑖) − 1

3. Menghitung sisa pinjam

Sisa pinjaman setelah pembayaran anuitas ke-m sama dengan pokok pinjaman
dikurangijumlaj m angsuran yang sudah dibayar.
S m  M  a1  a2  a3  ...  a m 


M 
1  a  a 11  i   a 1  i 
1  ...  a 1  i 
2 m1


1 M  a 1  1  i   1  i   ...  1  i 
2 m1

𝑚−1

𝑠𝑚= 𝑀 − 𝑎1 [1 + ∑ (1 + 𝑖)]
𝑘−1
Contoh Soal

1. Sebuah pinjaman akan segera di lunasi dengan sistem anuitas bulanan. Jika besar anuitas
nya Rp 600.000,00. Maka tentukanlah berapa angsuran ke-5 jika bunga ke-5 nya ialah
sebesar Rp 415.000,00 ?

Jawaban:

AN = Rp 600.000
Bn = Rp 415.000

Ditanya : An ..….. ?

Di jawab :

AN = An + Bn
Rp 600.000 = An + Rp 415.000
An = Rp 600.000 – Rp 415.000
An = Rp 185.000

Jadi, jumlah nilai dari angsurannya ialah sebesar = Rp 185.000.

2. Sebuah pinjaman akan segera di lunasi dengan sistem anuitas bulanan, jika besar anuitas
nya Rp 400.000,00. Maka tentukanlah berapa besarnya angsuran yang pertama jika bunga
pertamanya ialah sebesar Rp 250.000,00, dan besarnya bunga ke 5 jika angsuran nya ialah
sebesar Rp 315.000,00 ?
Jawab :
A = Rp 400.000,00.
a.) Menentukan a1 dengan b1 ialah = Rp 250.000. :
A = an + bn.
A = a1 + b1.
a1 = A – b1.
= Rp 400.000 – Rp 250.000.
= Rp 150.000.
b.) Menentukan b5 + a5 = Rp 315.000. :
A = an + bn.
A = a1 + b1.
b5 = A – a5.
= Rp 400.000 – Rp 315.000.
= Rp 85.000.
Jadi, besarnya angsuran yang pertama jika bunga pertamanya ialah sebesar Rp 250.000,00,
dan besarnya bunga ke 5 jika angsuran nya ialah sebesar Rp 315.000,00 adalah = Rp
150.000 dan Rp 85.000.

3. Tentukanlah nilai anuitas dari sebuah pinjaman sebesar Rp 5.000.000 selama 2 tahun dengan
suku bunga nya sekitar 2% perbulan ?

Jawaban :

M = Rp 5.000.000.
i = 2% → 0, 02.
n = 2 tahun = 24 bulan.
A = M . i / 1 – ( 1 + i ) –n
= Rp 5.000.000 x 0, 02 / 1 – ( 1 + 0, 02 ) – 24
= Rp 100.000 / 1 – ( 1, 02 ) – 24
= Rp 100.000 / 0, 378278512.
= Rp 264.355, 49.

Jadi, nilai anuitas dari soal di atas ialah = RP 264.355, 49.


PENYUSUTAN

Seseorang pengusaha membeli sebuah mesin yang masih baru seharga Rp. 100.000,-, setelah
digunakan selama 5 tahun nilai mesin itu diperkirakan tinggal Rp. 60.000,-
Dari cerita diatas bisa disimpulkan antara lain bahwa suatu aktiva (kecuali tanah dan
beberapa barang yang memiliki karakteristik khusus misalnya barang antik) selama masa
pakainya akan mengalami penurunan daya guna sejalan dengan berlangsungnya waktu
pemakaian dan berdampak pada penurunan nilai alat produksi (aktiva yang lain) tersebut.
Dengan kata lain nilai barang mengalami penyusutan.
Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam perhitungan besar/kecilnya penyusutan
adalah:
 Biaya perolehan (A)
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat sampai dengan alat tersebut dapat
dioperasikan.
Pada contoh diata snilai perolehan (A) = 100.000
 Perkiraan Nilai Sisa (Residu/ S)
Yaitu nilai yang munkin diperoleh (ditaksir) melalui penjualan barang yang sudah lampau
masa pakainya.
Pada contoh diatas, nilai sisa S = Rp. 60.000,-
 Perkiraan Umur Manfaat barang (n)
Dari contoh diatas, umur manfa’at adalah 5 tahun.
Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung nilai penyusutan
sebuah aktiva

1. Metoda Garis Lurus (Persentase tetap dari Harga Beli)


2. Metoda persentase tetap dari nilai
3. Metoda Satuan Jam Kerja
4. Metoda satuan hasil produksi
5. Metoda jumlah bilangan tahun

1. Metode Garis Lurus


Pada Metoda ini penyusutan terhadap sebuah aktiva dianggap sama pada setiap periodenya.
𝐴−𝑆
𝐷=
𝑁
𝐷
𝑖 = × 100%
𝐴

D= besar penyusutan setiap perode


A= biaya perolehan aktiva
D = besar penyusutan
S = nilai sisa
I = tingkat penyusutan

Contoh:
A = 100.000 , S = 60.000 , n = 5
A – S= 100.000 - 60.000
D = = = 8.000
N 5
i = D / A x 100% = 8.000/100.000 x 100% = 8%

Nilai buku setelah perioda ke 7 adalah = 100.000 - 7(8.000)


= 100.000 - 56.000 = 44.000

2. Metode Persentase Tetap Terhadap Nilai Buku.


Pada metode ini besar penyusutan didasarkan atas persentase tetap terhadap harga buku, karena
pada setiap periode mempunyai nilai buku yang berlainan maka jumlah penyusutannya pun
berbeda-beda, seperti perhitungan berikut:
Nilai buku aktiva pada akhir periode:
Ke 1 = Nb1 = A - iA = A (1 - i)
Ke 2 = Nb2 = A(1 - i) - iA(1 - i) = A (1 - i) (1 - i) = A (1 - i)2
Nbn = A (1 - I) n
Nilai buku aktiva pada akhir perioda ke n adalah Nilai Sisa Aktiva itu sendiri sehingga bisa
dinyatakan dengan :
Nbn =S = A (1 - i)n
S/A = (1 - i)n
n n
(1 - i) = S/Ai = 1 - S/A
Contoh :
Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah
Rp. 250.000,- dan masa manfa’at aktiva tersebut adalah 5 tahun.
Hitung tingkat penyusutannya dan susunlah daftar penyusutan untuk 3 tahun pertama.
Jawaban :
a). Beban penyusutan:
a. i = 1 - n S/A = 1 - 5 250.000/3.000.000 = 1 - 0,6084 = 0,3916 = 39,16 %
b). Daftar penyusutan:
Nilai Buku Persentase Beban Akumulasi Nilai Buku
Th
Awal Thn Penyusutan Penyusutan Penyusutan Akhir Thn ke
0 3.000.000
1 3.000.000. 39,16 1.174.800,00 1.174.800 1.825.200
2 1.825.200,- 39,16 714.748,32 1.889.548,32 1.110.451,68
3 1.110.451,68 39,16 454.852,88 2.324.401,20 675.598,80

3. Metode satuan jam kerja

Pada metode ini menurunnya daya guna suatu aktiva dipengaruhi oleh lamanya aktiva dipakai
yang diskalakan dalam satuan jam kerja aktiva.
Rumus yang digunakan adalah:
A S
D
N

Contoh :
Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah
Rp. 250.000,- dan masa manfaat aktiva tersebut adalah 5000 jam dalam 5 tahun dengan
rincian sebagai berikut: tahun ke 1 = 1350 jam, tahun ke 2 = 1250 jam, tahun ke 3 =
1025jam, tahun ke 4 = 800 jam dan tahun ke 5 = 575 jam. Tentukan:

a. Besar penyusutan setiap jamnya


b. Beban penyusutan pada tahun pertama
c. Daftar Penyusutan
Jawaban :
a. Besar penyusutan
A  S 3000000  250000
D   550
n 5000
b. Beban penyusutan tahun pertama adalah 1350 x Rp.550 = Rp.742.500
c. Daftar penyusutan:

Jam Penyusutan Beban Akumulasi Nilai Buku


Th
Kerja Tiap Jam Penyusutan Penyusutan akhir tahun
0 - - 3.000.000

1 1350 550 742.500 742.500 2.257.500


2 1250 550 687.500 1.430.000 1.570.000
3 1025 550 563.750 1.993.750 1.006.250
4 800 550 440.000 2.433.750 566.250
5 575 550 316.250 2.750.000 250.000

4. Metode Satuan Hasil Produksi (SHP)


Pada metode ini besar penyusutan tergantung pada kinerja alat/aktiva (Jumlah barang yang
dihasilkan alat tersebut).
Rumus yang digunakan adalah:
A S
D
N
Contoh :

Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah Rp.
250.000,- dan telah menghasilkan 10000 satuan hasil produksi dalam 5 tahun dengan rincian
sebagai berikut: tahun ke 1 menghasilkan 2500 shp, tahun ke 2 menghasilkan 2250 shp, tahun
ke 3 menghasilkan 2000 shp, tahun ke 4 menghasilkan 1750 shp, tahun ke 5 menghasilkan
1500 shp. Tentukan:
a. Besar penyusutan setiap satuan hasil produksi
b. Beban penyusutan pada tahun pertama
c. Daftar Penyusutan.

Penyelesaian:
a. Besar Penyusutan =
A  S 3000000  250000
D   275
n 10000
b. Beban Penyusutan tahun pertama adalah 2500 x Rp275= Rp.687.500
c. Daftar Penyusutan.
Penyusutan Beban Akumulasi Nilai Buku
Th SHP
Tiap SHP Penyusutan Penyusutan akhir tahun
0 - - - - 3.000.000

1 2500 275 687.500 687.500 2.312.500

2 2250 275 618.750 1.306.250 1.693.750

3 2000 275 550.000 1.856.250 1.143.750

4 1750 275 481.250 2.337.500 662.500

5 1500 275 412.500 2.750.000 250.000

5. Metode Jumlah Bilangan Tahun


Pada metode ini digunakan baris bilangan menurun dari pecahan-pecahan yang dijadikan
acuan untuk menhitung beban penyusutan.
Baris bilangan pecahan tersebut adalah:
1. Sebagai penyebut adalah jumlah dari bilangan-bilangan yang merupakan periode
2. Sebagai pembilang dari pecahan tersebut adalah nomor periode
Misal Umur manfaat 6 tahun maka
Penyubut pecahan = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 21
Pembilang pecahan = 6, 5, 4, 3, 2, 1
Baris bilangan = 6/21, 5/21, 4/21, 3/21, 2/21, 1/21

Contoh :

Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah
Rp. 250.000,- dan masa manfaat aktiva tersebut adalah 5 tahun.
a. Hitung beban penyusutan pada tahun ke 1
b. Susunlah daftar penyusutan.
Penyelesaian:
a. Beban Penyusutan pada tahun pertama adalah =
5
 2750000  916.666,67
15
b. Daftar Penyusutan
Tingkat Beban Akumulasi Nilai Buku
Th. A–S
penyusutan Penyusutan Penyusutan akhir tahun
0 - - - - 3.000.000

1 2.750.000 5/15 916.666,7 687.500 2.083.333


2 2.750.000 4/15 1.650.000 1.306.250 1.350.000

3 2.750.000 3/15 2.200.000 1.856.250 800.000

4 2.750.000 2/15 2.566.66,67 2.337.500 433.333,33

5 2.750.000 1/15 412.500 2.750.000 250.000


Cntoh Soal

1. Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah
Rp. 250.000,- dan masa manfa’at aktiva tersebut adalah 5 tahun.
Hitung tingkat penyusutannya dan susunlah daftar penyusutan untuk 3 tahun pertama.
Jawaban :
a). Beban penyusutan:
a. i = 1 - n S/A = 1 - 5 250.000/3.000.000 = 1 - 0,6084 = 0,3916 = 39,16 %
b). Daftar penyusutan:
Nilai Buku Persentase Beban Akumulasi Nilai Buku
Th
Awal Thn Penyusutan Penyusutan Penyusutan Akhir Thn ke
0 3.000.000
1 3.000.000. 39,16 1.174.800,00 1.174.800 1.825.200
2 1.825.200,- 39,16 714.748,32 1.889.548,32 1.110.451,68
3 1.110.451,68 39,16 454.852,88 2.324.401,20 675.598,80

2. Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah
Rp. 250.000,- dan masa manfaat aktiva tersebut adalah 5000 jam dalam 5 tahun dengan
rincian sebagai berikut: tahun ke 1 = 1350 jam, tahun ke 2 = 1250 jam, tahun ke 3 =
1025jam, tahun ke 4 = 800 jam dan tahun ke 5 = 575 jam. Tentukan:

d. Besar penyusutan setiap jamnya


e. Beban penyusutan pada tahun pertama
f. Daftar Penyusutan
Jawaban :
d. Besar penyusutan
A  S 3000000  250000
D   550
n 5000
e. Beban penyusutan tahun pertama adalah 1350 x Rp.550 = Rp.742.500
f. Daftar penyusutan:

Jam Penyusutan Beban Akumulasi Nilai Buku


Th
Kerja Tiap Jam Penyusutan Penyusutan akhir tahun
0 - - 3.000.000

1 1350 550 742.500 742.500 2.257.500


2 1250 550 687.500 1.430.000 1.570.000
3 1025 550 563.750 1.993.750 1.006.250
4 800 550 440.000 2.433.750 566.250
5 575 550 316.250 2.750.000 250.000
3. Sebuah aktiva diperoleh dengan biaya Rp. 3.000.000,- Taksiran nilai sisanya adalah
Rp. 250.000,- dan masa manfaat aktiva tersebut adalah 5 tahun.
a. Hitung beban penyusutan pada tahun ke 1
b. Susunlah daftar penyusutan.
Jawaban:
a. Beban Penyusutan pada tahun pertama adalah
5
 2750000  916.666,67
15
b. Daftar Penyusutan
Tingkat Beban Akumulasi Nilai Buku
Th. A–S
penyusutan Penyusutan Penyusutan akhir tahun
0 - - - - 3.000.000

1 2.750.000 5/15 916.666,7 687.500 2.083.333

2 2.750.000 4/15 1.650.000 1.306.250 1.350.000

3 2.750.000 3/15 2.200.000 1.856.250 800.000

4 2.750.000 2/15 2.566.66,67 2.337.500 433.333,33

5 2.750.000 1/15 412.500 2.750.000 250.000

Anda mungkin juga menyukai