Anda di halaman 1dari 27

4-Present Value

dan Future Value


DOSEN : NOVRIANA SUMARTI,PHD
Saat awal t = 0 nilai pokok investasi adalah P=1.
Saat t = 1, nilai investasi berakumulasi menjadi (1 + 𝑖𝑖).
Jadi nilai akumulasi atau future value (FV) adalah(1 + 𝑖𝑖),

t=0 t=T

1 FV= 1 + 𝑖𝑖 𝑇𝑇

Sebaliknya,
Saat t = 1, nilai investasi berakumulasi adalah 𝐴𝐴 1 = 1.
−1
Saat t=0, nilai sekarang atau present value (PV) adalah: 1 + 𝑖𝑖 .

t=0 t=T
PV= 1 + 𝑖𝑖 −𝑇𝑇 1
Contoh:
Terdapat tiga jenis pembayaran (dalam ribuan rupiah) pada setiap
akhir tahun selama 5 tahun seperti di bawah ini.
A. 14, 16, 17, 18, 20;
B. 18, 16, 15, 15, 15;
C. 19, 17, 15, 12, 10.
Jumlah total terbesar adalah A(85), lalu B (79) dan C (73), tetapi
apakah besar present value juga memenuhi urutan yang sama?
𝒓𝒓 Rangkaian Pembayaran
A B C
0,1 63,44 60,42 56.99
0,5 27,67 28,49 28,35
0,8 18,40 19,73 20,05
Contoh 1.2:
Sebuah pabrik kopi membutuhkan suatu mesin dengan tipe
tertentu untuk lima tahun ke depan. Saat ini mereka memiliki suatu
mesin yang bernilai $500 tetapi akan menyusut sebesar $100 per
tahun. Biaya operasi mesin tersebut per tahun adalah $300 dengan
perkiraan biayanya akan terus meningkat sebesar $75 di setiap
tahun penggunaan.
Sebuah mesin baru dapat dibeli pada awal tahun dengan
harga $1000. Nilai mesin baru ini akan terus berkurang $100
di dua tahun awal masa penggunaan dan pada tahun-tahun
berikutnya menurun sebesar $200. Biaya operasi dari mesin
tersebut adalah $200 pada 3 tahun pertama dan meningkat
$50 di setiap tahun berikutnya. Bila dihitung sampai akhir
tahun ke-5 dan interest rate 8%, kapan waktu terbaik selama
5 tahun perusahaan tersebut harus membeli mesin yang
baru?
Cost flow untuk pembelian tahun pertama
Pengeluaran = positif, Pemasukan = negatif
Pada awal tahun ke-6, mesin baru dijual setelah 5 tahun,
1000 − 2 × 100 + 3 × 200 = 200
Awal thn Harga Ongkos Harga Ongkos Costflow
ke- jual operasi mesin operasi
mesin mesin baru mesin
lama lama baru
1 -500 1000 200 700
2 200 200
3 200 200
4 250 250
5 300 300
6 -200 -200
Cost flow untuk pembelian tahun kedua, dan seterusnya
Awal thn Harga Ongkos Harga Ongkos Cost flow
ke- jual operasi mesin operasi
mesin mesin baru mesin
lama lama baru
1 300 300
2 -400 1000 200 800
3 200 200
4 250 250
5 300 300
6 -400 -400
Untuk menentukan waktu yang terbaik, present value dari masing-
masing costflow dihitung dan dipilih yang terkecil.
Present value dari costflow dengan pembelian tahun pertama
dihitung sebagai berikut:
700 + 200𝑣𝑣 + 200𝑣𝑣 2 + 250𝑣𝑣 3 + 300𝑣𝑣 4 − 200𝑣𝑣 5 = 1339,50

Tahun Present
ke- Value
1 1339,50
2 1282,49
3 1316,24
4 1429,39
5 1645,79

Perusahaan lebih baik membeli mesin baru pada tahun kedua.


Contoh 1.3:
Seorang karyawan memutuskan untuk pensiun pada 20 tahun
mendatang. Ia berencana menyimpan sejumlah uang A di bank
setiap awal bulan selama 20 tahun mendatang, sehingga ia
dapat mengambil Rp. 10.000.000 pada tiap awal bulan selama
20 tahun berikutnya.

Berapakah besar A agar kondisi tersebut terpenuhi jika


nominal interest rate-nya 6% berlipat perbulannya
(compounded monthly/convertible monthly)?
0,06
Monthly effective interest rate adalah 𝑟𝑟 = 12
= 0,005.

Gambarkan garis waktunya.


Misal A adalah jumlah uang yang disimpan setiap awal bulan
1
dan 𝛽𝛽 = 1+𝑟𝑟, present value untuk seluruh depositnya adalah:
𝐴𝐴 + 𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝐴𝐴𝐴𝐴 2 + ⋯ + 𝐴𝐴𝐴𝐴 239 = 𝑊𝑊𝛽𝛽 240 + 𝑊𝑊𝛽𝛽 241 + ⋯ + 𝑊𝑊𝛽𝛽 479
1 − 𝛽𝛽 240 1 − 𝛽𝛽 240
𝐴𝐴 = 𝑊𝑊𝛽𝛽 240 .
1 − 𝛽𝛽 1 − 𝛽𝛽

1
Dengan 𝑊𝑊 = 10.000.000 dan 𝛽𝛽 = ,
nilai A adalah
1.005
𝐴𝐴 = 3.020.961,42

Jadi dengan menyimpan Rp.3.020.961,42 per bulan untuk 20 tahun


membuat ia dapat mengambil Rp. 10.000.000 per bulannya dalam
kurun waktu 20 tahun.
Contoh 1.4:
Misalkan anda mengajukan pinjaman ke bank sebesar
Rp 500.000.000 untuk membeli sebuah rumah.

a. Petugas bank tersebut mengatakan bahwa pinjaman


tersebut dapat diangsur per bulan selama 15 tahun dengan
interest rate 12 % compounded monthly.

b. Jika bank mengenakan biaya awal pada hutang tersebut


sebesar Rp 600.000 dan biaya inspeksi rumah Rp 400.000
dan 1 poin (1% dari harga rumah), berapakan efective
interest rate bulanan yang ditawarkan oleh bank tersebut?
Jawab:
Misalkan pembayaran bulanannya adalah A.
0,12
Interest rate per bulan adalah 𝑟𝑟 = 12 = 0,01.
a. Jika belum ada biaya awal, uang sejumlah Rp 500 juta harus
dibayar kembali dalam waktu 180 bulan dengan interest rate 1%
per bulan:
500.000.000 = 𝐴𝐴 𝛼𝛼 + 𝛼𝛼 2 + ⋯ + 𝛼𝛼 180 ,
1
dengan 𝛼𝛼 = 1.01 . Sehingga:
500.000.000 1 − 𝛼𝛼
𝐴𝐴 = 180
= 6.000.840,31
𝛼𝛼 1 − 𝛼𝛼

Jadi, jika anda meminjam uang Rp. 500.000.000 untuk dibayar


kembali dalam waktu 180 bulan dengan effective interest rate
bulanannya 1%, maka besar angsurannya Rp. 6.000.840.
b. Namun jika dikenakan biaya-biaya awal, uang yang diterima
hanya sebesar
Rp.500.000.000-600.000-400.000-5.000.000= 494.000.000,
maka effective interest rate bulanannya adalah
494.000.000 = 𝐴𝐴 𝛽𝛽 + 𝛽𝛽 2 + ⋯ + 𝛽𝛽180 ,
dengan 𝛽𝛽 = 1 + 𝑟𝑟 −1 . Sehingga
𝛽𝛽 1 − 𝛽𝛽180
= 82,3218,
1 − 𝛽𝛽
1−𝛽𝛽
atau karena 𝛽𝛽 = 𝑟𝑟
1 180
1 − 1 + 𝑟𝑟
= 82,3218
𝑟𝑟
Dengan penyelesaian numerik, salah satunya dengan metode
mencari akar Goal Seek Excel, diperoleh 𝑟𝑟 = 1,019 per bulan. Jadi
effective interest rate adalah 1,019 %.
Contoh 1.5:
Misalkan Andy mengambil pinjaman sebesar L yang harus
dikembalikan selama 𝑛𝑛 bulan sebesar 𝐴𝐴 di tiap akhir
bulannya.
Interest rate per bulan dari pinjaman tersebut adalah 𝑟𝑟.

1. Berapa besar 𝐴𝐴?


2. Setelah 𝑗𝑗 bulan, berapa sisa hutang pokok?
3. Berapa besar yang dikeluarkan selama waktu
j untuk membayar bunga dan berapa hutang
pokok yang sudah terbayar?
Jawab:
Misal 𝛼𝛼 = 1 + 𝑟𝑟. Present value dari pembayaran selama 𝑛𝑛 bulan
adalah:
1 𝑛𝑛
𝐴𝐴 𝐴𝐴 𝐴𝐴 𝐴𝐴 1 − 𝛼𝛼 𝐴𝐴
+ 2 + ⋯ + 𝑛𝑛 = = 1 − 𝛼𝛼 −𝑛𝑛 = 𝐿𝐿.
𝛼𝛼 𝛼𝛼 𝛼𝛼 𝛼𝛼 1 − 1 𝑟𝑟
𝛼𝛼
Present value ini harus sama dengan besar pokok yang dipinjam 𝐿𝐿,
sehingga:
𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐿𝐿 𝛼𝛼 − 1 𝛼𝛼 𝑛𝑛
𝐴𝐴 = −𝑛𝑛
= 𝑛𝑛
.
1 − 𝛼𝛼 𝛼𝛼 − 1
Misalkan 𝑅𝑅𝑗𝑗 merupakan sisa hutang pokok setelah 𝑗𝑗 bulan
𝑗𝑗 = 0, … , 𝑛𝑛 .
Pada akhir bulan ke- 𝑗𝑗 + 1 , hutangnya menjadi 1 + 𝑟𝑟 𝑅𝑅𝑗𝑗
dan lalu dikurangi angsuran sebesar 𝐴𝐴, sehingga sisa hutangnya
adalah:
𝑅𝑅𝑗𝑗+1 = 1 + 𝑟𝑟 𝑅𝑅𝑗𝑗 − 𝐴𝐴 = 𝛼𝛼𝑅𝑅𝑗𝑗 − 𝐴𝐴.

Waktu t=0 t=1 t=2 …


Hutang 𝑅𝑅0 = 𝐿𝐿 𝑅𝑅0 (1 + 𝑟𝑟) 𝑅𝑅1 (1 + 𝑟𝑟) …
Angsuran 𝐴𝐴 𝐴𝐴
Sisa 𝑅𝑅0 𝑅𝑅1 = 𝛼𝛼𝛼𝛼 − 𝐴𝐴 𝑅𝑅2 …
Hutang = 𝛼𝛼 2 𝐿𝐿 − 1 + 𝛼𝛼 𝐴𝐴
saat t
Bila 𝑅𝑅0 = 𝐿𝐿 kita peroleh:
𝑅𝑅1 = 𝛼𝛼L − A,
𝑅𝑅2 = 𝛼𝛼𝑅𝑅1 − 𝐴𝐴 = 𝛼𝛼 𝛼𝛼𝛼𝛼 − 𝐴𝐴 − 𝐴𝐴 = 𝛼𝛼 2 𝐿𝐿 − 1 + 𝛼𝛼 𝐴𝐴
𝑅𝑅3 = 𝛼𝛼𝑅𝑅2 − 𝐴𝐴 = 𝛼𝛼 3 𝐿𝐿 − 1 + 𝛼𝛼 + 𝛼𝛼 2 𝐴𝐴.

Secara umum, untuk 𝑗𝑗 = 0, … , 𝑛𝑛 kita peroleh:


𝑗𝑗
𝑗𝑗 𝑗𝑗−1 𝑗𝑗
𝛼𝛼 −1
𝑅𝑅𝑗𝑗 = 𝛼𝛼 𝐿𝐿 − 𝐴𝐴 1 + 𝛼𝛼 + ⋯ + 𝛼𝛼 = 𝛼𝛼 𝐿𝐿 − 𝐴𝐴
𝛼𝛼 − 1
𝑛𝑛 𝑗𝑗 𝑛𝑛 𝑗𝑗
𝐿𝐿𝛼𝛼 (𝛼𝛼 − 1) 𝐿𝐿 𝛼𝛼 − 𝛼𝛼
= 𝛼𝛼 𝑗𝑗 𝐿𝐿 − 𝑛𝑛
= 𝑛𝑛
.
𝛼𝛼 − 1 𝛼𝛼 − 1
Angsuran A per bulan terdiri dari bagian dari pokok yang
dikembalikan dan bunga.
Misalkan 𝐼𝐼𝑗𝑗 dan 𝑃𝑃𝑗𝑗 menyatakan besarnya pembayaran bunga dan
hutang pokok di akhir bulan ke−𝑗𝑗.

Karena 𝑅𝑅𝑗𝑗−1 adalah sisa hutang dari bulan sebelumnya dan saat
bulan ke-j berbunga sebesar 𝑟𝑟𝑅𝑅𝑗𝑗−1 , maka:
Hutang dari pokok yang dibayarkan pada bulan ke-j adalah:
𝐿𝐿 𝛼𝛼 − 1 𝛼𝛼 𝑛𝑛 − 𝛼𝛼 𝑗𝑗−1
𝐼𝐼𝑗𝑗 = 𝑟𝑟𝑅𝑅𝑗𝑗−1 =
𝛼𝛼 𝑛𝑛 − 1
𝑗𝑗−1
𝐿𝐿 𝛼𝛼 − 1 𝐿𝐿 𝛼𝛼 − 1 𝛼𝛼
𝑃𝑃𝑗𝑗 = 𝐴𝐴 − 𝐼𝐼𝑗𝑗 = 𝑛𝑛 𝛼𝛼 𝑛𝑛 − 𝛼𝛼 𝑛𝑛 − 𝛼𝛼 𝑗𝑗−1 = 𝑛𝑛
.
𝛼𝛼 − 1 𝛼𝛼 − 1
Perhatikan bahwa
𝑛𝑛

� 𝑃𝑃𝑗𝑗 = 𝐿𝐿.
𝑗𝑗=1
Perbandingan Present Value Dua Barisan

Misal ada dua barisan pembayaran


𝒂𝒂 = 𝑎𝑎0 , 𝑎𝑎1 , … , 𝑎𝑎𝑛𝑛 , 𝒃𝒃 = 𝑏𝑏0 , 𝑏𝑏1 , … , 𝑏𝑏𝑛𝑛
Dengan diperbolehkan menggunakan transaksi keuangan, apakah
syarat agar PV(𝒂𝒂) selalu lebih besar daripada PV(𝒃𝒃) untuk semua
nilai sukubunga ?

Proporsi:
Jika 𝑎𝑎𝑛𝑛 ≥ 𝑏𝑏𝑛𝑛 dan 𝑎𝑎0 ≥ 𝑏𝑏0 , maka untuk setiap 𝑟𝑟 > 0
𝑛𝑛 𝑛𝑛
−𝑖𝑖 −𝑖𝑖
� 𝑎𝑎𝑖𝑖 1 + 𝑟𝑟 ≥ � 𝑏𝑏𝑖𝑖 1 + 𝑟𝑟
𝑖𝑖=0 𝑖𝑖=0
Pembuktian menggunakan induksi:

Misal 𝑘𝑘 = 0, jika 𝑎𝑎0 ≥ 𝑏𝑏0 maka 𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑎𝑎0 ≥ 𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑏𝑏0 terbukti.

Misal berlaku untuk 𝑘𝑘 = 𝑛𝑛 − 1, dimana untuk


𝒂𝒂∗ = 𝑎𝑎0 , 𝑎𝑎1 , … , 𝑎𝑎𝑛𝑛−1 dan 𝒃𝒃∗ = 𝑏𝑏0 , 𝑏𝑏1 , … , 𝑏𝑏𝑛𝑛−1 .

Present value saat waktu ke-1, bukan waktu ke-0, berlaku:


𝑛𝑛−2 𝑛𝑛−2

𝑃𝑃𝑃𝑃 𝒂𝒂∗ = � 𝑎𝑎𝑖𝑖+1 1 + 𝑟𝑟 −𝑖𝑖


≥ � 𝑏𝑏𝑖𝑖+1 1 + 𝑟𝑟 −𝑖𝑖
= 𝑃𝑃𝑃𝑃 𝒃𝒃∗ .
𝑖𝑖=0 𝑖𝑖=0
Akan dibuktikan berlaku untuk 𝑘𝑘 = 𝑛𝑛.

Terdapat 2 (dua) kasus: 𝑎𝑎0 ≥ 𝑏𝑏0 dan 𝑎𝑎0 < 𝑏𝑏0


Kasus: 𝑎𝑎0 ≥ 𝑏𝑏0 ,
Cashflow c melakukan replikasi terhadap cashflow a. Dengan
menyimpan 𝑎𝑎0 − 𝑏𝑏0 di bank dan mengambil 𝑎𝑎0 − 𝑏𝑏0 1 + 𝑟𝑟 pada
periode berikutnya diperoleh cashflow
𝑏𝑏0 , 𝑎𝑎0 − 𝑏𝑏0 1 + 𝑟𝑟 + 𝑎𝑎1 , 𝑎𝑎2 , … , 𝑎𝑎𝑛𝑛
(a0 − b0 )(1 + r ) + a1 a2 a3 an
PV (c) = b0 + + + +  +
(1 + r ) (1 + r ) 2 (1 + r )3 (1 + r ) n
n
=b0 + (a0 − b0 ) + ∑ ai (1 + r ) − i =PV (a )
i =1

(1 + r )  n
−i 
=b0 +
(1 + r ) 
( a0 − b0 ) + ∑
i =1
ai (1 + r ) 

1  n−2
an 
=b0 + 
(1 + r ) 
(1 + r )( a0 − b0 ) + ∑ ai +1 (1 + r ) −i
+
(1 + r ) n −1 
i =0 
1  an 
= b0 +  (1 + r )( a0 − b0 ) + PV ( a*) + 
(1 + r )  (1 + r ) n −1 
n n
PV (b) =∑ bi (1 + r ) =b0 + ∑ bi (1 + r ) − i
−i

=i 0=i 1

(1 + r ) n −1 1 n−2 bn
b0 +
= ∑
(1 + r ) i 0=
− i −1
bi +1 (1 + r ) = b0 + ∑
(1 + r ) i 0
bi +1 (1 + r ) +
−i

(1 + r ) n −1
1 bn
b0 +
= PV (b*) +
(1 + r ) (1 + r ) n −1

Hitung PV(a)-PV(b) dengan menghitung:

PV (a ) − PV (b) =
 an bn 
(1 + r )(a0 − b0 ) + (1 + r )  PV (a*) − PV (b*) + n −1
− n −1 
≥0
 (1 + r ) (1 + r ) 
Kasus 𝑎𝑎0 < 𝑏𝑏0 .
Pinjam 𝑏𝑏0 − 𝑎𝑎0 lalu kembalikan 𝑏𝑏0 − 𝑎𝑎0 1 + 𝑟𝑟 pada periode
berikutnya, sehingga cahsflownya adalah
𝑏𝑏0 , 𝑎𝑎1 − 𝑏𝑏0 − 𝑎𝑎0 1 + 𝑟𝑟 , 𝑎𝑎2 , … , 𝑎𝑎𝑛𝑛
a1 − (b0 − a0 )(1 + r ) a2 a3 an
PV (c) = b0 + + 2
+ 3
+ +
(1 + r ) (1 + r ) (1 + r ) (1 + r ) n
(1 + r )  n
−i 
= b0 +
(1 + r ) 
− (b0 − a0 ) + ∑
i =1
ai (1 + r ) 

1  an 
=b0 +  (1 + r )(a0 − b0 ) + PV (a*) + 
(1 + r )  (1 + r ) n −1 
n n
PV (b) =∑ bi (1 + r ) =b0 + ∑ bi (1 + r ) − i
−i

=i 0=i 1

(1 + r ) n −1 1 n−2 bn
b0 +
=
(1
=i 0=i 0 + r )
∑ bi +1 (1 + r ) − i −1
=b 0 +
(1 + r )
∑ bi +1 (1 + r ) −i
+
(1 + r ) n −1
1 bn
b0 +
= PV (b*) +
(1 + r ) (1 + r ) n −1
Dengan demikian

PV (a ) − PV (b) =
 an bn 
(1 + r )(a0 − b0 ) + (1 + r )  PV (a*) − PV (b*) + n −1
− n −1 
≥0
 (1 + r ) (1 + r ) 

Karena 𝑎𝑎0 < 𝑏𝑏0 maka harus ada tambahan asumsi bahwa

 an bn 
(a0 − b0 ) <  PV (a*) − PV (b*) + n −1
− n −1 
 (1 + r ) (1 + r ) 

Jadi 𝑃𝑃𝑃𝑃(𝒂𝒂) ≥ 𝑃𝑃𝑃𝑃(𝒃𝒃) untuk semua sukubunga r.

Anda mungkin juga menyukai