Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di
gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut
oleh angin. Ponce (1989) menyebutkan bahwa sedimen adalah produk disintegrasi
dan dekomposisi batuan. Disintegrasi mencakup seluruh proses dimana batuan
yang rusak/pecah menjadi butiran-butiran kecil tanpa perubahan substansi
kimiawi.
Dekomposisi mengacu pada pemecahan komponen mineral batuan oleh
reaksi kimia. Dekomposisi mencakup proses karbonasi, hidrasi, oksidasi dan
solusi. Karakteristik butiran mineral dapat menggambarkan properti sedimen,
antara lain ukuran (size), bentuk (shape), berat volume (specific weight), berat
jenis (specipfic gravity) dan kecepatan jatuh/endap (fall velocity). Sedimentasi
adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air
atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai,
danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya
berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air (Anwas, 1994).

2.2 Angkutan Sedimen


Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses
alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai
media untuk mengalirkan air. Juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai
angkutan sedimen. Berdasarkan mekanisme pergerakannya,angkutan sedimen di
sungai dapat dibedakan sebagai angkutan sedimen dasar (bed load) dan angkutan
sedimen layang (suspended load). Awal gerak butiran sedimen dasar merupakan
awal terjadinya angkutan sedimen di suatu saluran terbuka, dan oleh karenanya
merupakan hal penting dalam perhitungan angkutan sedimen. Awal gerak butiran
dasar merupakan kondisi atas antara aliran tanpa angkutan sedimen dan aliran
dengan sedimen dasar. Angkutan sedimen yang dialirkan melalui saluran terbuka
atau sungai dapat menyebabkan penumpukan sedimen terutama di bagian hulu
sungai (Azwar Samitra, 2013).

2.3 Klasifikasi Sedimen


Berdasarkan klasifikasi partikelnya, sedimen dibagi menjadi 3 yaitu
sebagai berikut :
1) Sedimen dasar (Bed load)
Sedimen dasar bergerak dalam aliran sungai dengan cara bergulir,
meluncur dan meloncat-loncat di atas permukaan dasar sungai, contoh bisa dilihat
pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bed load


Sumber : Stephen Marshak

2) Sedimen melayang (Suspended load)


Sedimen melayang terdiri dari butiran halus yang ukurannya lebih kecil
dari 0,1 mm dan senantiasa melayang di dalam aliran air.
3) Sedimen kikisan (Wash load)
Berupa butiran yang sangat halus, walaupun air tidak lagi mengalir, tetapi
butiran tersebut tetap tidak mengendap serta airnya tetap saja keruh.
Klasifikasi berdasarkan besar butir yaitu untuk ukuran diameter biasanya
disimbolkan dengan d,dan satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir
sedimen adalah millimeter (mm) dan mikrometer (μm) (Poerbandono dan
Djunasjah, 2005).
Sedangkan berdasarkan mekanisme transport, sedimen dibagi lagi menjadi
menjadi 2 (tiga) yaitu sebagai berikut :
1) Bed load, yaitu sedimen yang bergerak didasar secara menggelinding
(rolling), menggeser (sliding), atau meloncat (jumping).
2) Suspended load, yaitu sedimen yang bergerak diatas dasar secara
melayang dimana berat partikel dikompensasi oleh turbulensi aliran.

2.3.1 Bentuk dan Ukuran Sedimen


Bentuk partikel dari sedimen alam beraneka ragam dan tidak terbatas.
Ukuran partikel sedimen itu sendiri belum cukup untuk menjelaskan butir-butir
sedimen. Sifat-sifat yang paling penting dan berhubungan dengan angkutan
sedimen adalah bentuk dan kebulatan butir (berdasarkan pengamatan H, ).
Bentuk butiran dinyatakan dalam kebulatannya yang didefinisikan sebagai
perbandingan daerah permukaan yang bulat dengan volume yang sama dari
butiran dengan daerah permukaan partikel.
Daerah permukaan sulit ditentukan dan isi butiran relatif kecil,
sehingga Wadell mengambil pendekatan untuk menyatakan kebulatan. Kebulatan
dinyatakan sebagai perbandingan diameter suatu lingkaran dengan daerah yang
sama terhadap proyeksi butiran dalam keadaan diam dan ruang terhadap muka
yang paling besar kepada diameter yang paling kecil atau dengan kata lain
kebulatan digambarkan sebagai perbandingan radius rata-rata kelengkungan setiap
butir terhadap radius lingkungan yang paling besar (daerah proyeksi atau bagian
butiran melintang).
Bentuk partikel dinyatakan sebagai suatu faktor bentuk (SF), yaitu :

SF = c/(ab)0.5
....Pers (2.1)
Keterangan :
a = sumbu terpanjang
b = sumbu menengah
c = sumbu terpendek

Untuk partikel berbentuk bola SF = 1, sedangkan untuk pasir alam SF =


0.7. Pengaruh bentuk terhadap karakteristik hidraulis dari partikel/butiran (yaitu
kecepatan jatuh ataupun hambatan) tergantung pada angka Reynold.
Partikel-partikel sedimen alam memiliki bentuk yang tidak teratur. Oleh karena
itu setiap panjang dan diameter akan memberikan ciri kepada bentuk kelompok
butiran.
Dalam peristilahan sedimen digunakan tiga macam diameter yaitu:
1) Diameter saringan (D), adalah panjang dari sisi lubang saringan dimana suatu
partikel dapat melaluinya.
2) Diameter sedimentasi (Ds), adalah diameter bulat dari partikel dengan berat
spesifik dan kecepatan jatuh yang sama pada cairan sedimentasi dan temperatur
yang sama pula.
3) Diameter nominal (Dn), adalah diameter bulat suatu partikel dengan volume
yang sama (dimana volume=1/6Dn3)
Secara garis besar skala butiran adalah sebagai berikut:
- boulders : 4000 – 250 mm
- cobbles : 250 - 64 mm
- gravel : 64 – 2 mm
- sand : 2000 – 62 
- silt : 62 – 4 
- clay : 4 - 0.24 

2.3.2 Kerapatan, Berat Spesifik, Konsentrasi dan Kecepatan Endapan


1) Rapat Massa (Density)
Pada umumnya sedimen berasal dari desintegrasi atau dekomposisi dari
batu- batuan, baik yang diakibatkan oleh angin atau air. Suatu misal: clay adalah
fragmen - fragmen dari feldspar dan mika, silt adalah silikat, pasir adalah kwarts.
Kerikil adalah pecahan-pecahan yang cukup berarti dari batu-batu asal. Boulders
adalah segala komponen dari batu asal (batu-batu besar).
Rapat massa butiran-butiran sedimen (< 4 mm) umumnya tidak banyak
berselisih. Rapat massa rata-rata dapat diambil s = 2650 kg/m3 hal ini
dikarenakan kwarts adalah yang paling banyak terdapat dalam sedimen alam. Bila
dinyatakan sebagai spesific grafity (s), maka besarnya = 2,65. Untuk clay, 
berkisar antara 2500 - 2700 kg/m3.
Berat Spesifik (Specific Grafity)
2) Berat spesifik adalah perbandingan gaya gravitasi antara benda dan air
pada volume yang sama. Simbol berat spesifik adalah s dimana s = /w =  /w.
3) Konsentrasi
Menurut AGU ( American Geophysical Union ) material pasir mempunyai
ukuran butiran antara 0,062 sampai 2,000 mm. Dari data material dasar sungai
serta material “suspended” yang terangkut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar material dasar sungai berupa pasir, yaitu sekitar 80 % dari seluruh material
dasar sungai. Material “suspended” yang terangkut sebagian besar juga
merupakan material pasir, yaitu sekitar 90 %. Dengan demikian material dasar
sungai yang ada dapat dikatakan mempunyai agihan butiran yang sama dengan
agihan butiran material “suspended” yang terangkut, yaitu sebagian besar berupa
material pasir.
4) Kecepatan Endapan (Settling Velocity)
Kecepatan endapan (w) sangat penting dalam masalah suspense dan
sedimentasi. Kecepatan arus kritis untuk menggerakkan butiran di dasar serta
perkembangan konfigurasi dasar sungai sering dihubungkan dengan kecepatan
endap. Kecepatan ditentukan oleh persamaan keseimbangan antara berat butir
dalam air dan hambatan selama butir mengendap.
Berat butir di air = gaya hambatan
p 3
D ( ρs− ρw ) . g
6 = gaya berat
1 p
C D= ρwW 2 . . D2
2 4 = gaya hambatan

π 3
. D . ( ρ 3−ρw ) . g
2 6
W =
1 π
C D . ρw D2
2 4

g. D.∆ 4
= .
CD 3
….Pers (2.2)
4 g.D
w = ⟦ .
3 CD ⟧
∆ 1/2

Keterangan :
W = kecepatan jatuh butiran
CD = koefisien hambatan (drag coeffisien)
Δ = (Δs-Δw)/Δw

2.4 Debit
Debit dalam hidrologi adalah sejumlah besar volume air yang mengalir
dengan sejumlah sedimen padatan (misal pasir), mineral terlarut (missal
magnesium klorida), dan bahan biologis (missal alga) yang ikut bersamanya
melaui luas penampang melintang tertentu. Istilah “debit” juga digunakan dalam
bidang lain, missal aliran gas, yang juga merupakan ukuran volumetric per satuan
waktu. Istilah debit dalam hidrologi sinonim dengan debit aliran (stream flow)
yang digunakan pakar hidrologi sungai, dan debit keluaran (outflow) yang
digunakan dalam sistem penampungan air, tetapi berbeda dengan debit masukan
(inflow) (Buchanan, 1969).
Debit aliran adalah jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu.
Apabila kecepatan dan tampang aliran diketahui, maka debit aliran dapat dihitung:

∆ V =A ∆ t
….Pers(2.3)
Keterangan :
V = Volume fluida (m3)
A = Luas penampang (m 2)
t = Waktu (s)
Debit aliran fluida didefinisikan sebagai berikut :

∆V ….Pers(2.4)
Q= Q=
∆t

Sehingga menjadi
Q=A.v ….Pers(2.5)

Keterangan :
Q = Debit air (m3 /s ¿
v = Kecepatan air rata-rata (m/detik)
A = Luas penampang (m 2)

2.5 Permulaan Gerak Butiran


Pada permulaan gerak butiran secara umum dinyatakan bahwa air yang
mengalir pada permukaan sedimen mengerjakan gaya pada butiran yang
cenderung menggerakkannya. Gaya yang menahan gaya yang ditimbulkan oleh
air yang mengalir berbeda-beda sesuai dengan ukuran butiran dan distribusi
ukuran pada sedimen.
Untuk sedimen kasar misalnya pasir dan kerikil, gaya penahan gerakan
terutama disebabkan oleh berat partikel. Sedimen halus yang mengandung sedikit
lumpur atau tanah liat ataupun keduanya, cenderung bersifat kohesif dan menahan
gerakan dengan gaya kohesinya daripada dengan gaya berat butir secara individu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada sekelompok sedimen
atau butiran halus akan digerakkan sebagai satu kesatuan, sedangkan pada
sedimen kasar yang bersifat non kohesif digerakkan sebagai butiran-butiran yang
bebas. Bila gaya hidrodinamik bekerja pada suatu butiran dari sedimen atau
agregat dari partikel sedimen non kohesif telah mencapai suatu nilai yang bila
bertambah sedikit saja akan menyebabkan partikel atau butiran bergerak,
dikatakan sebagai keadaan kritis. Bila kondisi kritis tersebut mencapai suatu nilai
atau besaran sebesar gaya geser dasar saluran, maka kecepatan rata-ratanya telah
mencapai kondisi kritis. Pada kondisi ini aliran berkompeten untuk menggerakkan
butiran sedimen.
Sedangkan secara teori menyatakan bahwa apabila gaya hidrodinamik
bekerja pada suatu butiran dari sedimen atau agregat dari partikel sedimen non
kohesif telah mencapai suatu nilai yang bila bertambah sedikit saja akan
menyebabkan partikel atau butiran bergerak, dikatakan sebagai keadaan kritis.
Bila kondisi kritis tersebut mencapai satu nilai/besaran sebesar gaya gesek dasar
saluran, maka kecepatan rata-ratanya telah mencapai kondisi kritis. Pada kondisi
ini aliran berkompeten untuk menggerakkan butiran sedimen.
Pada awal gerak butiran gaya yang ditumbulkan oleh aliran air adalah
seimbang dengan gaya hambatan dari butiran atau sedimen dasar. Untuk butiran
sedimen kohesif, parameter penting didalam menetukan awal gerak sedimen
adalah konsentrasi atau rapat massa dari endapan dasar.
Definisi dari awal gerak sedimen :
1) Bila satu partikel telah bergerak
2) Bila sedikit partkel telah bergerak
3) Bila sebagian partikel telah bergerak
4) Bila  = cr dimana penangkapan sedimen (qb) = 0
Untuk material sedimen kasar (pasir dan batuan), gaya-gaya aliran tersebut
diimbangi oleh berat butiran sedimen, sedangkan untuk sedimen halus (lanau dan
lempung) diimbangi oleh kohesif butiran. Pada waktu gaya-gaya aliran (gaya
hidrodinamik) yang bekerja pada partikel sedimen mencapai suatu harga tertentu
dimana bila gaya tersebut sedikit ditambah akan menyebabkan butiran sedimen
bergerak (kondisi kritik).
Aliran air menimbulkan gaya-gaya aliran yang bekerja pada material
sedimen, yang cenderung untuk menggerakkan/menyeret butiran material
sedimen. Kondisi kritik terjadi apabila gaya-gaya hidrodinamik yang bekerja pada
suatu partikel sedimen mencapai suatu harga tertentu yang mana jika terlampaui
akan menyebabkan butiran sedimen bergerak. Permulaan atau awal gerak sedimen
berkaitan dengan suatu kondisi kritis yaitu, saat tegangan geser lebih dari
tegangan geser kritiknya, dan kecepatan aliran melebihi dari kecepatan kritiknya
maka kondisi butir sedimen dikatakan bergerak.
Prinsip dasar angkutan sedimen yaitu untuk mengetahui perilaku sedimen
pada kondisi tertentu apakah terjadi keadaan seimbang, erosi, maupun
sedimentasi. Juga untuk memprediksi kuantitas angkutan sedimen pada proses
tersebut. Proses yang terjadi secara alami ini kuantitasnya ditentukan oleh gaya
geser aliran serta diameter butiran sedimen.

1) Teori White
White (1940) memberikan perumusan mengenai keseimbangan partikel
(butiran) di dasar sungai. Pernyataanya adalah bahwa gaya ganggu (disturbing
force) yang merupakan reultan gaya seret (drag force) dan gaya angkat (lift force)
akan sebanding dengan tegangan geser dasar (bottom shear stress) sungai dan luas
permukaan partikel (D2), dan gaya tahan gravitasi sebanding dengan berat partikel
di dalam air.
( ρs −ρ w ).g.
....Pers(2.6)
3
D
partikel akan diam (seimbang) jika :

τ 0 < C ( ρs −ρ w ….Pers(2.7)
).g.D3
Keterangan :
τ0 =
ρw . g.h. I
ρs = Kerapatan butiran

ρw = Kerapatan air

g = Percepatan gravitasi
D = Diameter partikel
H = Tinggi air
I = Kemiringan dasar sungai
C = Konstanta yang tergantung dari kondisi aliran, bentuk partikel dan
posisi partikel terhadap partikel lainnya
Kondisi aliran berdekatan dengan dasar sungai sebanding dengan besarnya
partikel dan berbanding terbalik dengan viskositas lapisan aliran yang dirumuskan
dengan :

Re* =
( U∗.V D ) ….Pers (2.8)

Keterangan :
U* = Kecepatan geser sub-layer
D = Diameter partikel
V = Viskositas air
Re* = Bilangan Reynold

2) Keseimbangan kritis
Keseimbangan kritis adalah keseimbangan batas pada saat akan mulai
terjadi gerakan. Semua tori selain White didasarkan pada pertimbangan bahwa
gaya seret berkaitan dengan kecepatan aliran, dengan keseimbangan kritis yang
dirumuskan dengan :

ϕalignl¿cr ¿¿¿ =
¿ 2 ….Pers (2.9)
( U cr )
Keterangan :
( ) Δ. g . D

ϕalignl¿cr ¿¿¿ = gaya seret kritis


¿
cr
U = kecepatan geser kritis
D = diameter butiran

2.6 Stabilitas Sedimen (Butiran dasar)


Debit dalam hidrologi adalah sejumlah besar volume air yang mengalir
dengan sejumlah sedimen padatan (misal pasir), mineral terlarut (missal
magnesium klorida), dan bahan biologis (missal alga) yang ikut bersamanya
melaui luas penampang melintang tertentu. Istilah “debit” juga digunakan dalam
bidang lain, missal aliran gas, yang juga merupakan ukuran volumetrik per satuan
waktu. Istilah debit dalam hidrologi sinonim dengan debit aliran (stream flow)
yang digunakan pakar hidrologi sungai, dan debit keluaran (outflow) yang
digunakan dalam sistem penampungan air, tetapi berbeda dengan debit masukan
(inflow) (Buchanan, 1969).
Penentuan stabilitas batuan diperlukan dalam pekerjaan seperti : pekerjaan
pembuatan dam, perlindungan dasar saluran dan lain sebagainya. Beberapa
peneliti memberikan rumus pendekatan untuk menentukan ukuran batuan guna
mencapai kestabilannya, yaitu :
Shields memberi angka keamanan dengan parameter Δ = 0,03 dan ks = 2D
yang memperlihatkan pada kekasaran batuan yang besar (Δ = intensitas
pengaliran dan ks = kekasaran batuan). Dengan kedua parameter tersebut
didapatkan hubungan sebagai berikut (Sembiring et al., 2014).

1/2
U cr 6.h
( Δ. g. D)1 /2
=1,0 ( )
log
D ….Pers(2.10)

Keterangan :
U cr = kecepatan kritis rata-rata (m/dt)
h = kedalaman aliran (m)
D = diameter material (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Δ = (ρs – ρw)/ρw
ρs = rapat massa material (kg/m3)
ρw = rapat massa air (kg/m3)
2.7 Metode Pengukuran dan Perhitungan Angkutan Sedimen
Setiap sungai membawa sejumlah sedimen terapung (suspended load)
serta menggerakkan partikel-partikel padat sepanjang dasar sungai sebagai muatan
dasar (bed load). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil sedimen (sedimen yield)
dari suatu daerah aliran sungai adalah :
1) Jumlah dan intensitas curah hujan
2) Tipe tanah dan formasi geologi
3) Lapisan tanah
4) Tata guna lahan
5) Topografi
6) Jaringan sungai, yang meliputi : kerapatan sungai, kemiringan, bentuk, ukuran
dan jenis saluran.
Sebagaimana diketahui bahwa dalamnya air (h) dan kemiringan dasar
sungai akan menghasilkan tekanan dasar yang dirumuskan dalam bentuk : o =
w .ghI. Banyaknya rumus yang dapat digunakan untuk menghitung ankutan
sedimen sejak Du Boys (1879) menyajikan hubungan gaya seretnya (tractive
forcerelation). Masalah yang sering dihadapi adalah dalam memilih satu atau
beberapa rumus yang sesuai untuk dipakai dalam memecahkan suatu masalah.
Pemilihan ini tidak dapat secara langsung dilakukan selama hasil dari beberapa
formula yang digunakan menunjukkan perbedaan yang besar. Oleh karena itu,
penetapan rumus yang akan digunakan harus terlebih dahulu dibandingkan
dengan hasil observasi langsung debit sedimen di sungai yang akan ditinjau.
Intensitas angkutan sedimen total pada suatu penampang sungai atau
saluran adalah banyaknya sedimen yang lewat pada penampang tersebut per
satuan waktu (dapat dinyatakan dalam berat : N/det atau volume per satuan waktu:
m3/det). Intensitas total dari suatu angkutan dianggap sebagai penjumlahan antara
angkutan bed load dan angkutan suspended load: Ttot = Tb + Ts
Untuk perhitungan angkutan sedimen ini kita harus mengadakan faktor
koreksi yang disebut ripple factor ( μ ) dimana :

3/2
μ=λ '/ λ=(C /C ' ) ....pers(2.11)
keterangan :
λ ’ = C’ =intensive friction factor
λ = C =transport friction factor

2.7.1 Metode Pengukuran Angkutan Sedimen Muatan Bilas ( Wash Load)


Muatan Bilas (Wash Load) Menurut, Soewarno (1991) bahwa muatan
bilas (wash load) adalah angkutan partikel-partikel halus berupa lempung (silt)
dan debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai. Partikel-partikel ini akan
terbawa aliran sungai sampai ke laut, atau dapat juga terendap pada aliran tenang
atau pada air yang tergenang. Ukuran butir muatan bilas adalah paling kecil dari
ukuran butir seluruh angkutan sedimen. Sumber utama dari muatan bilas adalah
hasil pelapukan lapisan atas batuan atau tanah daerah pengaliran sungai.
Muatan layang (suspended load), yaitu partikel yang bergerak dalam
pusaran aliran yang cenderung terus menerus melayang bersama aliran. Ukuran
partikelnya lebih kecil dari 0,1 mm. Muatan layang tidak berpengaruh terhadap
alterasi, tetapi dapat mengendap di muara-muara sungai ataupun dasar waduk
yang dapat menimbulkan pendangkalan dan akhirnya menyebabkan berbagai
masalah. Transportasi suspended load dapat dimengerti secara mudah dan dapat
digambarkan dengan metode teoritis, didasarkan pada teori turbulen dan metode
yang sangat bagus yang telah ada untuk menghitung distribusi relatif konsentrasi
suspended load yang melebihi kedalaman saluran. Kapasitas suspended load telah
diformulasikan) sebagai berikut (Diansari, 2014).
Pada saat transportasi suspended dengan ketidakakuratan sampai 25 dapat
digunakan rumus sebagai berikut (Pilarczyk,1995 : 92) :

Ss = F . U . h . Ca
….Pers(2.12)

Keterangan :
Ss = Suspended Load
F = tinggi kekasaran equivalen Nikuradze
U = kecepatan aliran rata-rata
h = kedalaman aliran
Ca = konsentrasi referensi
Muatan layang (suspended load) dapat dihitung dengan menggunakan
metode USBR (United State Bureau Reclamation) dimana untuk menghitung
angkutan muatan layang, diperlukan pengukuran debit air (Qw) dalam m3/det,
yang dikombinasikan dengan konsentrasi sedimen (C) dalam mg/l, yang
menghasilkan debit sedimen dalam ton/hari dihitung dengan persamaan :

Qs = 0,0864 C.Qw
….Pers(2.13)

Keterangan :
C = konsentrasi sedimen suspensi
Qw = Debit Air (m3/s)
Qs = Debit Sedimen (m3/s)

2.7.2 Metode Perhitungan Angkutan Muatan Layang (Suspended Load


Transport)
Muatan layang (suspended load), yaitu partikel yang bergerak dalam
pusaran aliran yang cenderung terus menerus melayang bersama aliran. Muatan
Sedimen Melayang (Suspended Load) Menurut, Soewarno (1991) bahwa muatan
sedimen melayang merupakan material dasar sungai yang melayang di dalam
aliran sungai dan terdiri dari butiran-butiran pasir halus yang senantiasa
mengambang di atas sungai, karena selalu didorong ke atas oleh turbulensi aliran.
Pada aliran turbulen, partikel sedimen tetap melayang di dalam aliran sungai,
tetapi jika aliran sungai itu laminar maka konsentrasi sedimen akan berkurang dan
akhirnya mengendap.
Muatan dasar keadaannya selalu bergerak, oleh sebab itu pada sepanjang
aliran dasar sungai selalu terjadi proses degradasi dan agradasi yang disebut
sebagai “Alterasi Dasar Sungai“. Transportasi bed load selalu dihitung dengan
rata-rata jumlah yang besar dengan rumus yang berbeda, dimana semua rumus
tersebut tanpa pengecualian yang sudah menjadi sifat keempirisannya.
Pengukuran transportasi bed load dilapangan sangat tidak dapat dipercaya,
terutama pada debit yang tinggi, saat banyak bed load yang berpindah.
Sebaliknya, tes aliran di laboratorium dengan transportasi bed load mudah
membandingkan tingkah lakunya, dan eksperimen aliran dalam jumlah sangat
banyak telah dilakukan di segala tempat. Konsekuensinya, semua rumus yang ada
harus disesuaikan atau dikalibrasi dengan tes aliran di laboratorium, tanpa
menguji pada kondisi lapangan (Ransport, 1998).

2.7.3 Metode Perhitungan Angkutan Muatan Dasar ( Bed Load Transport )


Sebagaimana diketahui bahwa dalamnya air (h) dan kemiringan dasar
sungai akan menghasilkan tekanan dasar yang dirumuskan dalam bentuk : o =
w .ghI.
Muatan sedimen dasar merupakan partikel-partikel kasar yang bergerak
pada dasar sungai secara keseluruhan. Gerakannya bisa bergeser, menggelinding
atau meloncat-loncat, tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Gerakan ini
kadang-kadang meliputi lapisan dasar ditandai bercampurnya butiran partikel
tersebut bersamasama bergerak ke arah hilir. Pada umumnya alur sungai di bagian
hulu angkutan bed load merupakan bagian yang terbesar dari seluruh jumlah
sedimen (Soewarno, 1991).
Dalam menghitung angkutan sedimen kesulitannya tidak ada aturan
tertentu, sehingga kita mengikuti aturan-aturan yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Secara umum intensitas angkutan sedimen dirumuskan sebagai
berikut :

Δ = S/(g.Δ.D3)1/2 ….Pers (2.14)

Keterangan :
S = Volume angkutan teoritis
D = Diameter butiran
Δ = (ρs – ρw)/ρw
Konversi total volume : S/(1- ∈ )
Sebagai hasil akhir dengan :
∈ = porositas

Intensitas pengaliran :
Δ = U*2 / ΔgD
Δ (nilai efektif dari Δ)
Suatu formulasi yang lengkap tentang gerak bed load harus mencakup
semua variable dari pada pengaliran dan sedimen. Akan tetapi umumnya rumus –
rumus tidaklah demikian.Sebagian besar rumus-rumus menggunakan parameter
yang menentukan keadaan batas dimana tidak terjadi angkutan, misalnya :

1) t0 – t (tegangan super kritis)


2) Q0 – Qc (debit kritis)
3) U0 – Uc (kecepatan kritis)

2.8 Debit Inflow


Debit inflow merupakan sejumlah yang masuk ke dalam suatu struktur
tertentu (misalnya daerah aliran sungai, danau, kolam tanah, serta akuifer) yang
kemudian melalui satu atau beberapa proses tertentu dalam struktur tersebut akan
ke luar sejumlah air yang disebut sebagai pengaliran ke luar (outflow). Dengan
pengertian tersebut, Warren Viessmen (1972:20), merumuskannya kedalam suatu
konsep yang disebut sebagai Konsep Imbangan Air (Water Balance Concept).
Berdasarkan konsep ini, jumlah pengaliran masuk dan jumlah pengaliran ke luar
yang terjadi pada periode waktu tertentu di daerah aliran sungai merupakan
imbangan di daerah itu.
Pengaliran masuk (inflow) terdiri atas beberapa komponen, antara lain
curah hujan rata-rata daerah (P) melalui perhitungan metode Polygon Thienssen;
dan limpasan (Ro) melalui perhitungan metode Thornthwaite - Mather. Kedua
komponen tersebut memiliki pengaruh pada pengaliran masuk yang berbeda
untuk tiap-tiap daerah sesuai dengan karakteristik geografisnya, seperti faktor
kelerengan/topografis, geologi, geomorfologi, penggunaan lahan, iklim, erosi,
tanah, hidrologi, dan vegetasi. pengaliran masuk (inflow), pengaliran keluar
(outflow), dan timbunan air.

2.9 Faktor Faktor Yang Menentukan Hasil Sedimen


Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi,vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin dan juga gaya gravitasi.
Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme
pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda karena berat jenis
angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat sulit mengangkut sedimen yang
ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu
terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Sedimentasi merupakan
suatu peristiwa masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan
tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Sedimentasi merupakan suatu masalah yang sering terjadi di daerah pesisir pantai.
Menurut Thurman, 1983, pergerakan sedimen dipengaruhi oleh kecepatan
arus tergantung pada ukuran sedimen tersebut jika diameter sedimen yang lebih
besar akan tererosi dengan kecepatan arus yang lebih besar pula. Menurut Mc
Dowell dan O‟connor, 1997, proses pengangkutan dan pengendapan sedimen
tergantung pada dua faktor, yaitu: a) Fisika-kimia sedimen. b) Kondisi dinamika
atau gerakan air disekitarnya. Sedimen diangkut dalam lapisan aliran air yaitu
dasar aliran sebagai muatan dasar (bed load) dan aliran permukaan sebagai
muatan layang (suspended load).
1) Gelombang Dan Arus
Menurut Gross 1990, arus laut merupakan gerakan massa air laut dari satu
tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal yang terjadi
secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai
macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom dan dasar perairan. Stress
angin yang bekerja di permukaan laut akan mendorong air di permukaan
membentuk arus permukaan. Pola arus permukaan mengikuti pola angin
permukaan. Selain itu arus permukaan juga terbentuk akibat pengaruh gaya tarik
bumi dan matahari yang di kenal dengan arus pasang surut.
Karakter gelombang yang diamati di perairan pesisir Propinsi Bengkulu
dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin di laut lepas. Angin yang bertiup di
lepas pantai Bengkulu bervariasi dari bulan ke bulan, dimana arah utama dari
utara, barat laut, selatan dan tenggara, sehingga gelombang juga merambat dari
arah tersebut menuju pantai.
Arus menyusur pantai (longshore current) merupakan pergerakan massa
air yang bergerak sejajar dengan garis pantai. Pergerakan ini diakibatkan oleh
adanya gelombang yang menghantam pantai dengan sudut tertentu dari arah yang
tidak tegak lurus dengan garis pantai. Arus menyusur pantai merupakan salah satu
proses penting dalam dinamika perairan pesisir. Parameter terpenting dalam
menentukan kecepatan arus menyusur pantai adalah tinggi dan sudut datang
gelombang.

2.10 Perubahan Karakter Angkutan Sedimen


Setiap sungai membawa sejumlah sedimen terapung (suspended sediment)
serta menggerakkan bahan-bahan padat di sepanjang dasar sungai sebagai muatan
dasar (bed load). Keberadaan sedimen yang berlebih dapat mempengaruhi
karakteristik dan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, seperti banjir dan penurunan kualitas air. Sebagi contoh, kedalaman
sungai berkurang apabila komponen mineral batuan oleh reaksi kimia.
Dekomposisi mencakup proses karbonasi, hidrasi, oksidasi dan solusi.
Karakteristik butiran mineral dapat menggambarkan properti sedimen, antara lain
ukuran (size), bentuk (shape), berat volume (specific weight), berat jenis
(specipfic gravity) dan kecepatan jatuh/endap (fall velocity).
Adapun beberapa faktor yang menjadi faktor perubahan karakteristik
angkutan sedimentasi yaitu sebagai berikut :
1) Ukuran Partikel
Ukuran sedimen partikel merupakan karakteristik sedimen yang dapat
diukur secara nyata.
2) Volume dan Berat Jenis Sedimen
Berat volume (specific weight) sedimen adalah berat butir partikel sedimen
setiap satu satuan volume, sedangkan berat jenis (specific gravity) sedimen adalah
rasio berat butir partikel sedimen terhadap berat volume air (Ponce, 1989). Berat
jenis sedimen pada umumnya diperkirakan sekitar 2,65, kecuali untuk material
yang berat seperti magnetit (berat jenis 5,18).
3) Kecepatan Jatuh
Kecepatan jatuh (fall velocity) partikel merupakan kecepatan akhir
sedimen untuk mengendap pada air diam. Menurut Ponce (1989), kecepatan jatuh
merupakan fungsi ukuran, bentuk, berat volume partikel, berat volume dan
kekentalan air di sekitarnya.
4) Laju Sedimentasi
Pada praktek di lapangan, muatan sedimen, debit sedimen dan laju
transpor sedimen merupakan hal yang sama. Prediksi transpor sedimen berkenaan
dengan perkiraan laju transpor sedimen dalam kondisi aliran seimbang (misal
steady uniform flow).

2.11 Satuan Berat Endapan Sedimen


Tabel 3.1 Jenis sedimen berdasar ukuran partikel
Jenis Sedimen Ukuran Partikel (mm)
Liat <0,0039
Debu 0,0039 – 0,0625
Pasir 0,0625 – 2,0
Pasir besar 2,0 – 64,0
Sumber: Asdak, 2004

Hasil sedimen tergantung pada besarnya erosi total di DAS/Sub-DAS dan


tergantung pada angkutan partikel -partikel tanah yang tererosi tersebut keluar
dari daerah tangkapan air DAS/Sub-DAS. Produksi sedimen umumnya mengacu
kepada besarnya laju sedimen yang mengalir melewati satu titik pengamatan
tertentu dalam suatu sistem DAS. Besarnya hasil sedimen biasanya bervariasi
mengikuti karakteristik fisik DAS/Sub-DAS.
Hasil sedimen dan hasil erosi kotor (gross erosion) yang dihasilkan oleh
erosi lempeng ditambah erosi alur atau oleh sebab lain adalah saling
bergantungan. Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai rasio hasil sedimen
terhadap erosi kotor, rasio ini dinamakan rasio pengangkutan sedimen (Sedimen
Delivery Ratio, SDR). Hasil sedimen dari suatu daerah pengaliran tertentu dapat
ditentukan dengan pengukuran pengangkutan sedimen pada titik kontrol alur
sungai, atau dengan menggunakan rumus-rumus empiris.

2.12 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Butiran


Air yang mengalir pada permukaan sedimen mengerjakan gaya pada butiran yang
cenderung menggerakkannya. Gaya yang menahan gaya yang ditimbulkan oleh
air yang mengalir berbeda-beda sesuai dengan ukuran butiran dan distribusi
ukuran pada sedimen.
Untuk sedimen kasar misalnya pasir dan kerikil, gaya penahan gerakan
terutama disebabkan oleh berat partikel. Sedimen halus yang mengandung sedikit
lumpur atau tanah liat ataupun keduanya, cenderung bersifat kohesif dan menahan
gerakan dengan gaya kohesinya daripada dengan gaya berat butir secara
individu.Dengan demikian dapat diimpulkan bahwa pada sekelompok sedimen
atau butiran halus akan digerakkan sebagai satu kesatuan, sedangkan pada
sedimen kasar yang bersifat non kohesif digerakkan sebagai butiran – butiran
yang bebas.
Pada awal gerak butiran sangat penting kaitannya dengan transport
sedimen, awalnya gaya yang ditimbulkan oleh aliran air pada butiran sedimen
adalah seimbang dengan gaya hambatan dari butiran atau sedimen dasar. Untuk
butiran sedimen kohesif, parameter penting didalam menentukan awal gerak
sedimen adalah konsentrasi atau rapat massa dari endapan dasar.
Definisi dari awal gerak sedimen :
1) Bila satu partikel telah bergerak
2) Bila sedikit partikel telah bergerak
3) Bila sebagian karakter telah bergerak
4) Bila τ = τcr dimana penangkapan sedimen (qb) = 0
Untuk material sedimen kasar (pasir dan batuan), gaya-gaya aliran tersebut
diimbangi oleh berat butiran sedimen, sedangkan untuk sedimen halus (lanau dan
lempung) diimbangi oleh kohesif butiran. Pada waktu gaya – gaya aliran (gaya
hidrodinamik) yang bekerja pada partikel sedimen mencapai suatu harga tertentu
dimana bila gaya tersebut sedikit ditambah akan menyebabkan butiran sedimen
bergerak (kondisi kritik).

2.13 Teori Perhitungan Gerak Butir Sedimen


Teori perhitungan gerak butir sedimen pada umumnya menggunakan
analisis ukuran butiran sedimen. Rumus yang biasa digunakan untuk menentukan
gerak butiran sedimen ini, diantaranya memanfaatkan grafik shield, sebagai
berikut :

Gambar 2.2. Diagram Shields untuk diameter butir sedimen


Sumber : Modul Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada Percobaan
Angkutan Sedimen, 2021
Gerak butir sedimen berkaitan dengan suatu kondisi kritis, yaitu, saat
tegangan geser lebih dari tegangan geser kritiknya, dan kecepatan aliran melebihi
dari kecepatan kritiknya maka kondisi butir sedimen dikatakan bergerak.

1) Perhitungan Kecepatan Geser di Dasar Saluran (V) Besarnya nilai


kecepatan geser yang terjadi di dasar saluran dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus :

V=√gxhxS ….Pers (2.15)


Keterangan :
V = Kecepatan geser
g = Percepatan gravitasi
h = Tinggi/Elevasi
S = Ukuran partikel non-dimensial

2) Perhitungan Tegangan Geser di Dasar Saluran (το ) Besarnya nilai


tegangan geser di dasar saluran dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

το = ρ g h S ….Pers (2.16)

Keterangan :

τo = Tegangan geser
ρ = Massa jenis
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
h = Tinggi/Elevasi
S = Ukuran partikel non-dimensial

3) Perhitungan Kecepatan Geser Kritis (U∗c) Nilai kecepatan geser kritis


sedimen
(U.c) 2 / {[(ρs – ρw)/ρw] gd} ….Pers (2.17)
Keterangan :
U.c = Kecepatan geser kritis (m/s)
ρs = Massa jenis sedimen (kg/m3)
ρw = Massa jenis air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
d = Diameter butiran sedimen (m)

4) Perhitungan Tegangan Geser Kritis (τc) Nilai tegangan geser kritis


sedimen

τc /[(ρs – ρw) gd]


….Pers (2.18)

Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (N/m2)
ρ = Massa jenis sedimen (Kg/m3)
ρw = Massa jenis air (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
d = Diameter butir sedimen (m)

Anda mungkin juga menyukai