TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di
gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut
oleh angin. Ponce (1989) menyebutkan bahwa sedimen adalah produk disintegrasi
dan dekomposisi batuan. Disintegrasi mencakup seluruh proses dimana batuan
yang rusak/pecah menjadi butiran-butiran kecil tanpa perubahan substansi
kimiawi.
Dekomposisi mengacu pada pemecahan komponen mineral batuan oleh
reaksi kimia. Dekomposisi mencakup proses karbonasi, hidrasi, oksidasi dan
solusi. Karakteristik butiran mineral dapat menggambarkan properti sedimen,
antara lain ukuran (size), bentuk (shape), berat volume (specific weight), berat
jenis (specipfic gravity) dan kecepatan jatuh/endap (fall velocity). Sedimentasi
adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air
atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai,
danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya
berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air (Anwas, 1994).
SF = c/(ab)0.5
....Pers (2.1)
Keterangan :
a = sumbu terpanjang
b = sumbu menengah
c = sumbu terpendek
π 3
. D . ( ρ 3−ρw ) . g
2 6
W =
1 π
C D . ρw D2
2 4
g. D.∆ 4
= .
CD 3
….Pers (2.2)
4 g.D
w = ⟦ .
3 CD ⟧
∆ 1/2
Keterangan :
W = kecepatan jatuh butiran
CD = koefisien hambatan (drag coeffisien)
Δ = (Δs-Δw)/Δw
2.4 Debit
Debit dalam hidrologi adalah sejumlah besar volume air yang mengalir
dengan sejumlah sedimen padatan (misal pasir), mineral terlarut (missal
magnesium klorida), dan bahan biologis (missal alga) yang ikut bersamanya
melaui luas penampang melintang tertentu. Istilah “debit” juga digunakan dalam
bidang lain, missal aliran gas, yang juga merupakan ukuran volumetric per satuan
waktu. Istilah debit dalam hidrologi sinonim dengan debit aliran (stream flow)
yang digunakan pakar hidrologi sungai, dan debit keluaran (outflow) yang
digunakan dalam sistem penampungan air, tetapi berbeda dengan debit masukan
(inflow) (Buchanan, 1969).
Debit aliran adalah jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu.
Apabila kecepatan dan tampang aliran diketahui, maka debit aliran dapat dihitung:
∆ V =A ∆ t
….Pers(2.3)
Keterangan :
V = Volume fluida (m3)
A = Luas penampang (m 2)
t = Waktu (s)
Debit aliran fluida didefinisikan sebagai berikut :
∆V ….Pers(2.4)
Q= Q=
∆t
Sehingga menjadi
Q=A.v ….Pers(2.5)
Keterangan :
Q = Debit air (m3 /s ¿
v = Kecepatan air rata-rata (m/detik)
A = Luas penampang (m 2)
1) Teori White
White (1940) memberikan perumusan mengenai keseimbangan partikel
(butiran) di dasar sungai. Pernyataanya adalah bahwa gaya ganggu (disturbing
force) yang merupakan reultan gaya seret (drag force) dan gaya angkat (lift force)
akan sebanding dengan tegangan geser dasar (bottom shear stress) sungai dan luas
permukaan partikel (D2), dan gaya tahan gravitasi sebanding dengan berat partikel
di dalam air.
( ρs −ρ w ).g.
....Pers(2.6)
3
D
partikel akan diam (seimbang) jika :
τ 0 < C ( ρs −ρ w ….Pers(2.7)
).g.D3
Keterangan :
τ0 =
ρw . g.h. I
ρs = Kerapatan butiran
ρw = Kerapatan air
g = Percepatan gravitasi
D = Diameter partikel
H = Tinggi air
I = Kemiringan dasar sungai
C = Konstanta yang tergantung dari kondisi aliran, bentuk partikel dan
posisi partikel terhadap partikel lainnya
Kondisi aliran berdekatan dengan dasar sungai sebanding dengan besarnya
partikel dan berbanding terbalik dengan viskositas lapisan aliran yang dirumuskan
dengan :
Re* =
( U∗.V D ) ….Pers (2.8)
Keterangan :
U* = Kecepatan geser sub-layer
D = Diameter partikel
V = Viskositas air
Re* = Bilangan Reynold
2) Keseimbangan kritis
Keseimbangan kritis adalah keseimbangan batas pada saat akan mulai
terjadi gerakan. Semua tori selain White didasarkan pada pertimbangan bahwa
gaya seret berkaitan dengan kecepatan aliran, dengan keseimbangan kritis yang
dirumuskan dengan :
ϕalignl¿cr ¿¿¿ =
¿ 2 ….Pers (2.9)
( U cr )
Keterangan :
( ) Δ. g . D
1/2
U cr 6.h
( Δ. g. D)1 /2
=1,0 ( )
log
D ….Pers(2.10)
Keterangan :
U cr = kecepatan kritis rata-rata (m/dt)
h = kedalaman aliran (m)
D = diameter material (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Δ = (ρs – ρw)/ρw
ρs = rapat massa material (kg/m3)
ρw = rapat massa air (kg/m3)
2.7 Metode Pengukuran dan Perhitungan Angkutan Sedimen
Setiap sungai membawa sejumlah sedimen terapung (suspended load)
serta menggerakkan partikel-partikel padat sepanjang dasar sungai sebagai muatan
dasar (bed load). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil sedimen (sedimen yield)
dari suatu daerah aliran sungai adalah :
1) Jumlah dan intensitas curah hujan
2) Tipe tanah dan formasi geologi
3) Lapisan tanah
4) Tata guna lahan
5) Topografi
6) Jaringan sungai, yang meliputi : kerapatan sungai, kemiringan, bentuk, ukuran
dan jenis saluran.
Sebagaimana diketahui bahwa dalamnya air (h) dan kemiringan dasar
sungai akan menghasilkan tekanan dasar yang dirumuskan dalam bentuk : o =
w .ghI. Banyaknya rumus yang dapat digunakan untuk menghitung ankutan
sedimen sejak Du Boys (1879) menyajikan hubungan gaya seretnya (tractive
forcerelation). Masalah yang sering dihadapi adalah dalam memilih satu atau
beberapa rumus yang sesuai untuk dipakai dalam memecahkan suatu masalah.
Pemilihan ini tidak dapat secara langsung dilakukan selama hasil dari beberapa
formula yang digunakan menunjukkan perbedaan yang besar. Oleh karena itu,
penetapan rumus yang akan digunakan harus terlebih dahulu dibandingkan
dengan hasil observasi langsung debit sedimen di sungai yang akan ditinjau.
Intensitas angkutan sedimen total pada suatu penampang sungai atau
saluran adalah banyaknya sedimen yang lewat pada penampang tersebut per
satuan waktu (dapat dinyatakan dalam berat : N/det atau volume per satuan waktu:
m3/det). Intensitas total dari suatu angkutan dianggap sebagai penjumlahan antara
angkutan bed load dan angkutan suspended load: Ttot = Tb + Ts
Untuk perhitungan angkutan sedimen ini kita harus mengadakan faktor
koreksi yang disebut ripple factor ( μ ) dimana :
3/2
μ=λ '/ λ=(C /C ' ) ....pers(2.11)
keterangan :
λ ’ = C’ =intensive friction factor
λ = C =transport friction factor
Ss = F . U . h . Ca
….Pers(2.12)
Keterangan :
Ss = Suspended Load
F = tinggi kekasaran equivalen Nikuradze
U = kecepatan aliran rata-rata
h = kedalaman aliran
Ca = konsentrasi referensi
Muatan layang (suspended load) dapat dihitung dengan menggunakan
metode USBR (United State Bureau Reclamation) dimana untuk menghitung
angkutan muatan layang, diperlukan pengukuran debit air (Qw) dalam m3/det,
yang dikombinasikan dengan konsentrasi sedimen (C) dalam mg/l, yang
menghasilkan debit sedimen dalam ton/hari dihitung dengan persamaan :
Qs = 0,0864 C.Qw
….Pers(2.13)
Keterangan :
C = konsentrasi sedimen suspensi
Qw = Debit Air (m3/s)
Qs = Debit Sedimen (m3/s)
Keterangan :
S = Volume angkutan teoritis
D = Diameter butiran
Δ = (ρs – ρw)/ρw
Konversi total volume : S/(1- ∈ )
Sebagai hasil akhir dengan :
∈ = porositas
Intensitas pengaliran :
Δ = U*2 / ΔgD
Δ (nilai efektif dari Δ)
Suatu formulasi yang lengkap tentang gerak bed load harus mencakup
semua variable dari pada pengaliran dan sedimen. Akan tetapi umumnya rumus –
rumus tidaklah demikian.Sebagian besar rumus-rumus menggunakan parameter
yang menentukan keadaan batas dimana tidak terjadi angkutan, misalnya :
το = ρ g h S ….Pers (2.16)
Keterangan :
τo = Tegangan geser
ρ = Massa jenis
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
h = Tinggi/Elevasi
S = Ukuran partikel non-dimensial
Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (N/m2)
ρ = Massa jenis sedimen (Kg/m3)
ρw = Massa jenis air (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
d = Diameter butir sedimen (m)