Anda di halaman 1dari 46

Bab 4

SEDIMENT TRANSPORT (ST)

4.1. Introduction
ST is important aspect in hydraulic engineering
• River design, navigation improvement, flood control structure
• Irrigation : design stable channel, intake
• Coastal engineering ; prediction of longshore transport, design
coastal protection structure, design of port

Objectives:
• To estimate whether there is a balance (equilibrium), erosion /
degradation / scouring or deposition /deposition / agradation
• To estimate sediment transport rate

Characteristic:
• Very complex, low accuracy and empirical
• Based on experiments, field measurements and laboratory.
• Angkutan sedimen berkaitan dgn hubungan; antara aliran air dan
butir sedimen.

• Penting pemahaman tentang sifat-sifat fisik dari air dan butir


sediment
4.2. Sifat2 Air dan Sedimen
Termonilogi/Istilah dalam angkutan sedimen.
Beberapa Istilah yang sering digunakan.
• Density/kepadatan (ρ); masa per satuan volume
• Specific Weight/Berat spesifik (γ); berat per satuan volume

Hubungan antara kepadatan dan berat spesifik;

γ = ρg dimana; γ = Berat spesifik


ρ = kepadatan dan
g = percepatan gravitasi

• Specific Gravity;
Rasio antara berat spesifik/specific weight suatu material
terhadap berat spesifik air pada temperature 4o C. Specific
Gravity sediment rata-rata adalah 2,65.

• Nominal diameter;
Diameter suatu bentuk butiran yang mempunyai volume yang sama
dengan butir itu.
• Sieve diameter/diameter ayakan;
Diameter suatu bentuk butiran yang sama dengan sisi empat persegi
dari lubang ayakan yang terbuka dimana butiran dapat melaluinya.
Sebagai pendekatan diameter ayakan sama dengan diameter nominal.

• Fall Velocity/ kecepatan jatuh;


Kecepatan rata-rata butiran tunggal hingga jatuh/mengendap pada
air suling yang tenang/diam.

• Angle of repose;
sudut miring yang dibentuk oleh suatu material pada saat keruntuhan
lereng yang terjadi.

• Porositas/porosity;
Suatu ukuran suatu rongga per satuan volume sedimen.

dimana;
VV Vt  Vs p = porositas
p  Vv = Volume rongga
Vt Vt Vt = Volume total sediment termasuk bagian
rongga
Vs = Volume sediment tidak termasuk rongga
• Viscosity/Viskositas;
tingkat dimana zat cair dapat menahan aliran pada suatu gaya yang
bekerja.
• Viskositas dinamis;
Konstanta proporsional yang menghubungkan gaya geser/shear stress
dan gradien kecepatan.

du
  dimana;
τ = tegangan geser
dy ( 2.3)
Μ = viskositas dinamis
du/dy = gradient kecepatan

• Viskositas Kinematis/Kinematic viscosity;


rasio antara viskositas dinamis dan kepadatan zat cair.

ν ═ μ/ρ dimana ;
= viskositas kinematis
(2.4) ν
ρ = kepadatan zat cair/ fluid density
a.Sifat-sifat Air
Sifat-sifat dasar air yang merupakan bagian penting dari angkutan
sedimen;

• Kepadatan/rapat masa (ρ)


Kepadatan/rapat masa; tergantung pada temperatur;

T (o C) 0 4 12 16 20 30 40
ρ (kg/m3) 999,9 1000 999,5 999,0 998,3 995,7 992,3

Untuk tujuan praktis;


ρ = rapat masa air tawar = 1000 kg/m3
ρw = rapat masa air laut = 1026 kg/m3
ρs = rapat masa sediment = 2650 kg/m3

• Viskositas kinematis.
Untuk tujuan praktis . ν = 10-6 m2/dt
b. Sifat-sifat butiran sedimen tunggal
Sifat-sifat dari butiran sedimen tunggal;

Ukuran butir.
(1947 Sifat-sifat dasar yang dapat diukur yang menunjukkan sifat-sifat fisik
Ukuran butir dapat ditentukan dengan analisa saringan dan analisa tabung.
berdasarkan; U.S. Standard Sieve Series dan.usulan oleh Lane at all ).

Bentuk butiran
• Bentuk butiran mengikuti formasi atau konfigurasi dari butiran tanpa
memperhatikan ukuran dan komposisi butiran.
• Menurut Corey (lihat Schultz et al, 1954);

Sp = c / (ab)1/2
Dimana;
Sp = faktor bentuk/shape factor;
a, b dan c= masing-masing adalah ukuran dari yang paling panjang,
menengah dan yang paling kecil dari sumbu yang saling
tegak lurus satu sama lain.
Kepadatan/Specific Gravity
• Kepadatan sedimen mengikuti komposisi mineralnya.
• Specific gravity; rasio antara specific weight atau kepadatan sedimen
terhadap specific weight air, digunakan sebagai indikator kepadatan
butiran.
• Besaran Specific Gravity ini adalah 2,65.

Viskositas Kinematis
adalah fungsi dari temperatur air yang dapat dihitung dari;

ν = 1,792 x 10-6 / (1.0 + 0,03377 T + 0,000221 T2 ) (2.6


dimana
T = Temperatur air dalam o C

T (o C) 0 4 12 16 20 30 40
ν (10-6 m2/dt) 1,793 1,567 1,237 1,112 1,011 0,802 0,661

Koefisien viskositas kinematis dipengaruhi oleh butir sedimen, untuk


kondisi dalam suspensi dimana untuk c < 0,1 menurut Einstein;

m   1 2,5.c  (2.7)


Dimana;
νm = koefisien viskositas kinematis untuk campuran sedimen-air
ν = koefisien viskositas kinematis untuk air
c = volume konsentrasi sedimen
Kecepatan Jatuh/ Fall Velocity
 Kecepatan jatuh/kecepatan jatuh akhir
• dimana butiran berada dalam kolom air, berkaitan dengan kondisi
aliran, sedimen dan air. Dimana proses ini ada 3 tahapan; pada
saat sedimen mulai bergerak, selama sedimen bergerak dan pada
saat sedimen mulai mengendap.
• Kecepatan jatuh; hasil yang terintegrasi dari ukuran, bentuk,
kekasaran permukaan, specific gravity dan viskositas dari cairan.
• Kecepatan jatuh butiran dihitung dengan keseimbangan antara berat
butiran mengambang dan gaya tahanan yang dihasilkan dari gaya
drag cairan.

Ws = FD
4/3. r3. π (ρs – ρ).g = CD .ρ. A. ( ω2/2 ) (2.8)

Gravitasi tahanan/resistence
WS  FD
4 .r 3 . (  S   ).g C . . A.( 2
)
3 
D 2
gravitasi tahanan/ resistence
C D . . A.(
2
)  4 .r 3 . (  S   ).g
2 3
 .d 2 2  .d 3
. s   s   .g.
1
 .C D
2 4 6

 .d 3
Ws  4 .r 3 . .(  s   ).g  (  s   ).g
3 6

FD  C D . . A.   
1
2 2
2
  .C D .
 .
4
d 2
. s2

4( s  1).g.d
s 
3.C D
10
 Gaya Drag secara umum adalah;

FD  C D . . A.  
2 1
  .C D .
2 2
 .
4
d 2
.s2
(2.9)
Dimana; FD = Gaya drag
CD = Koefisien Drag
ρ = kepadatan air
A = Luas proyeksi butiran pada arah jatuh
ω = Kecepatan jatuh.

 Berat mengambang butiran sedimen


 .d3
Ws  4 .r 3 . .(  s   ).g  (  s   ).g (2.10)
3 6
Dimana :
r = diameter butiran
ρs dan ρ = masing-masing kepadatan sedimen dan air

Gaya drag dapat dihitung jika koefisien drag diketahui


Koefisien drag dipengaruhi oleh Angka Reynold dan Faktor
bentuk/Shape factor
Drag Koefisien
Untuk butiran pada aliran yang bergerak tetap dan sangat lambat
dalam suatu cairan tak terbatas pada Angka Reynold yang kecil
(Re<1,0), Gaya Drag adalah;

FD = 6.μ π ω (2.11)

Drag koefisien menjadi;

Dimana ; Re = Angka Reynold


24
CD 
Re (2.12)

Gaya drag dapat dinyatakan;

FD = 3.π.d. ρ. υ. ω (2.13)
Kecepatan jatuh akhir untuk butiran sedimen.

1 s  d2
 g
18   (2.14)

dimana;
d = diameter butiran sedimen
ρs dan ρ = masing-masing kepadatan sedimen dan air

Persamaan di atas dapat dipakai untuk menghitung kecepatan jatuh


butiran sedimen dalam air jika diameter butiran sama atau lebih
kecil dari 0.1 mm (≤ 0,1 mm).

Oseen (1929) menyajikan yang berkaitan dengan inersia dalam


solusi persamaan Navier-Stokes, Koefisien Drag didapatkan;

24  3 
CD   1  Re
(2.15)
Re  16 
Goldstein (1929) menyajikan solusi yang lebih lengkap dari Pendekatan Oseen,
dan Drag Koefisien menjadi;
(2.16)
CD = (24/Re) [ 1 + (3/16).Re – (19/1280).Re² + (71/20480).Re³ + ……]
Persamaan di atas berlaku untuk Angka Reynold sampai dengan 2.0 (Re <2,0).

Graf dan Acaroglu (1966), jika Angka Reynold lebih besar dari 2.0 hubungan
drag koefisien dan Angka Reynold harusnya ditentukan secara eksperimental.

Rumus Rubey
Rubey (1933); Kecepatan jatuh untuk butiran kerikil/gravel, pasir dan lanau.
Untuk butiran kwarsa dengan diameter lebih besar dari 1.0 mm (d>1,0 mm),
Kecepatan jatuh dihitung dengan;

1/ 2
 s  
  F dg 
    (2.17)
Di mana parameter F=0,79 untuk ukuran butir lebih besar dari 1 mm jatuh
pada air dengan temperatur antara 10º C dan 25ºC dan d adalah diameter
butiran.
Untuk ukuran butiran yang lebih kecil (dari 1,0mm);

1/ 2 1/ 2
2 36 2
  36 2

F  3   3 
 3 gd  s /   1   gd  s /   1 
(2.18)

Untuk ukuran butiran lebih besar dari 2mm, Kecepatan jatuh


dalam air dengan temperatur 16ºC;

  6,01d 1 / 2 (2.19a) (dalam ft/dt, d dalam ft)

  3,32d 1/ 2 (2.19b) (dalam m/dt, d dalam m)


Eksperimen untuk Koefisien Drag dan Kecepatan
Jatuh.
• Koefisien Drag tidak dapat ditentukan secara analitis jika Angka
Reynold lebih besar dari 2,0 (Re>2,0) harus ditetapkan secara
eksperimen dengan mengamati kecepatan jatuh pada air yang tenang.
• Hasil penelitian Rouse (1937), seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2.
• Setelah Koefisien Drag ditemukan dengan melalui Gambar 1.1. atau
• Gambar 1.2, kecepatan jatuh dari butiran sedimen dihitung dengan
rumus (1.15) dan rumus (1.16).
• Perhitungan rumit dapat dihindari dengan Skala pembantu dalam
Gambar 1.2, dimana Ws adalah berat layang sedimen.
• Untuk butiran pasir alami Faktor Bentuk/shape factor biasanya <1,0
dan Gambar 1.1.dan Gambar 1.2 tidak dapat dipakai secara langsung.
• Pendekatan yang paling praktis adalah pemakaian Gambar 1.3 jika
ukuran butir, shape factor dan temperatur air diketahui.
• Gambar 1.3, direkomendasi oleh the U.S. Interagency Committee on
Water Resources, Subcommittee on Sedimentation (1957). Untuk
pasir alami
dipakai shape factor = 0,70
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecepatan Jatuh butir
sedimen.
• Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kecepatan jatuh
adalah relative density antara cairan dan sedimen, viskositas
cairan, kekasaran permukaan butir, ukuran butir dan bentuk,
konsentrasi sedimen layang dan kekuatan turbulence/olakan.
• Pada banyak kasus butir sediment tidak jatuh dengan sendirinya.
• Haushild(1961) menemukan bahwa dengan bertambahnya
sedimen halus dapat memperbesar viskositas dan berat spesifik
(specific weight) dari campuran air-sedimen. Kecepatan jatuh
partikel secara progresif berkurang dengan bertambahnya
konsentrasi dari sebaran sedimen halus di air.
• Kapasitas angkutan sedimen dapat diperbesar dengan
menambahkan butiran halus ke dalam sistem.
Gambar 2.1. Hubungan Angka Reynold dan Koefisien Drag (Graft dan
Acaroglu 1966)
Gambar 2.2: Koefisien Drag sebagai fungsi dari Angka Reynold
(Rouse, 1937)
Gambar 2.3. Hubungan antara diameter ayakan butir dan kecepatan jatuh (fall
velocity)
Contoh Soal
Tentukan kecepatan jatuh (Fall velocity) Untuk butir sedimen dengan diameter
0,3 mm dan Spesifik gravity S = 2,65 pada air dengan temperatur 20o C

d  0,3mm
 s  2650 kg / m 3
 w  1000 kg / m 3
  1,0906 x10 5 ft 2 / dt pada 20 0 C  0,0929 x1,0906 x10 5 m 2 / dt

Ws  d 3  s   g   (3x10 4 ) 3 [m 3 ].(2650  1000 )[kg / m 3 ]  23,314 x10 9 [kg ]


1 1
6 6
Ws 23,31x10 9
  224
 w 2 5 2
(.0,0929 x1,0906 x10 ) x(1000 / 10)
Dari Diagram didapat C D  3,5
4.3.Permulaan Gerak
Awal terjadinya gerakan sedimen penting dalam;
• studi angkutan sedimen,
• degradasi dan
• perencanaan stabilisasi saluran.

Pada kondisi alami gerakan sedimen didasar sungai sulit ditentukan


secara tepat (kondisi aliran yg bagaimana sedimen mulai bergerak).

Tergantung pada definisi/metode yang dipakai oleh peneliti baik secara


teoritis maupun eksperimen.

Gaya gaya bekerja pada butir sedimen di dasar saluran terbuka seperti
pada Gambar dihalaman berikut.

Pada saluran alami kemiringan dasar saluran kecil dibandingkan gaya-gaya


arah lain sehingga komponen gaya gravitasi arah aliran dapat diabaikan.

22
Gaya Drag dan Gaya Angkat (Lift Force)
Gaya Drag total:

1
FD  . .C D . A.U
2

Gaya Angkat/Lift Force:

1
FL  . .C L . A.U
2

Dimana:
A = Luas proyeksi dari benda thd bidang datar yang tegak lurus arah aliran

CD, CL = Koefisien Drag dan Koef. Gaya angkat yg tergantung pd bentuk dan
kekasaran permukaan dari benda dan Angka Reynold.
23
Koefisien Gesekan
Dimana α diperhitungkan, krn kita tdk tahu
Kecepatan arus yg melalui butir sedimen tetapi
dianggap merupakan fungsi kecepatan rata-rata
FD  . .C D . A .U 
1 2

2 Dan parameter lain

Gaya fluida yg bekerja pada butir sedimen di dasar saluran

Butir sedimen menimbulkan gaya tahanan FD pada aliran


Jika A’ adalah luas proyeksi butiran pada bidang datar,
tegangan geser dasar:

FD 1 2 A 1
b   . .(C D . . ).U  . . f .U 2
2

A' 2 A' 2
24
FD 1 A 1
b   . .(C D . 2 . ).U 2  . . f .U 2
A' 2 A' 2

Dimana f adalah koefisien gesek pada dasar saluran (tdk berdimensi),


dengan menggunakan persamaan Chezy

0,06 u* .k s
Hydraulically smooth flow 5
  12 h  
2

 log 
  3,3 / u  
2g   * 
f  2  u* .k s
C 0,06
Hydraulically rough flow  70
  12 h  
2

 log 
  k 
  s 

25
Contoh Soal
Soal:
Kedalaman air h = 5m, kecepatan arus U = 1 m/dt, ukuran butir d90 = 0,15 mm, ks
= 0,075
Ditanyakan : Tegangan geser dasar
Jawab: koefisien gesekan dasar:

0,06 0,06
f  2
 2
 0,0071
  12 h     12 x5  
 log    log   
  k    0,075 
  s 
sehingga, tegangan geser dasar :
1 1
 b  . . f .U 2  .1000 x0,0071 x12  3,6 N / m 2
2 2

26
Koefisien Drag tergantung pada Angka Reynold

Re   s .(d /  )

24 1 g .d
La min ar( Re  0,5) CD  (teori )   s  ( s  1).
Re 18 
Turbulen( Re  10 3 ) C D  0,4( percobaan)   s  3( s  1) g.d

Fredse et al.(1992)
36
C D  1.4 
Re

2
 36.   7,5( s  1).g.d  36.
 d n 
 dn
n
s 
2,80

27
Keseimbangan butir sedimen di dasar saluran
Aliran air (steady) mengalir di dasar saluran dimana sedimen dasar
Berupa pasir, Gaya yang bekerja pada butiran:

Gaya dorong adalah gaya drag aliran yg bekerja pada butiran


1  .d 2
FD   .C D . .( .u*,c ) 2
2 4
Pada saat sedimen akan bergerak

 .d 2   .d 3 1  .d 2 
.( .u*,c )  f   s   .g.
1
 .C D . 2
 . .C L . ( .u*,c ) 2 
2 4  6 2 4 
28
Persamaan menjadi:
u*,2 c f 4
 .
( s  1).g.d  2 .C D  f . 2 .C L 3. 2

 Parameter Shield
u*2
  
( s  1).g .d

Sedimen mulai bergerak jika:

u*  u*,c  Kecepa tan geser kritis u*,c


atau  b   b ,c  Tegangan geser dasar kritis  b,c   .u*,c
u*,2 c
atau   c  Parameter Shield kritis c 
( s  1).g.d

29
Dari formula sebelumnya
u* .d n
Re  s .(d /  ) 

Berdasarkan studi Shield diperoleh hubungan θ dengan Angka Reynold (Re)

1). Hydraulically Smooth untuk Re≤ 2


dn jauh lebih kecil dpd tebal lap.viskus. Butir sedimen terendam didalam
lap viskus shg nilai θ tdk tergantung pada diameter butir, dari percobaan
didapat θ=0,1/Re .

2). Hydraulically Rough Flow untuk Re≥ 500


Lapisan Viskus tidak ada, nilai θ tidak tergantung pada viskositas fluida
Nilai θ mempunyai nilai konstan = 0,06

3) Hydraulically transitional Flow 2 ≤ Re ≤ 500


Butiran sedimen sama dengan tebal lapisan viskus
Nilai θ minimum = 0,032 dengan nilai Re = 10

30
Diagram Shield memperlihatkan θc sebagai fungsi Re

31
Diagram Shield agak sulit digunakan karena nilai u* berada pada dua sisi
sumbu. Madsen et al (1976) mengkonversi Diagram Shield Kedalam suatu
diagram yg memperlihatkan hubungan antara Parameter Shield kritis θc dan
Parameter Sedimen-Fluida (S*)

d ( s  1).g .d
S* 
4.

Untuk memudahkan dapat digunakan Diagram berikut:

32
Diagram Shield memperlihatkan nilai Parameter Shield θc
sebagai fungsi Parameter sedimen-fluida S*
(Madsen et al, 1976)
33
Contoh Soal
Diketahui: Sedimen pasir dg ρs = 2650 kg/m3 dan d = 0,20 mm
Zat cair adalah air laut dengan ρ = 1025 kg/m3 dan ν=10-6 m2/dt
Tentukan Tegangan Geser kritis, τb,c
Penyelesaian:
Densitas relative s = (ρs /ρ)=(2650/1024)=2,59
Parameter Sedimen-Fluida :

d ( s  1).g .d 0,0002 (2,59  1) x9,8 x0,0002


S*    2,79
4. 4 x10 6

Dari diagram didapat θc = 0,052 sehingga:

u*,c   c ( s  1).g .d  0,0127 m / dt


 b ,c   .u*,2 c  0,165 N / m 2

34
Kumpulan rumus-2

u*2 u*2
    ( s  1)  
( s  1).g .d .g .d
 b   .g.h.I u*  g .h.I  u*2  g .h.I
 b   .u*2
u*2 b b
    
( s  1).g .d  .(s  1).g .d  .(.g .d )

35
4.4. Stabilitas Dasar dan Tebing Saluran
(ditinjau dari butir sedimen)

Dari pendekatan permulaan gerak sedimen maka dapat


dilakukan analisa tentang stabilitas dasar dan tebing saluran
ditinjau dari kondisi butir sedimen.
4.4. Stabilitas Dasar dan Tebing Saluran
Dari pendekatan permulaan gerak sedimen maka dapat dilakukan analisa
tentang stabilitas dasar dan tebing saluran ditinjau dari kondisi butir sedimen.

1. Untuk Dasar saluran (berupa bidang horizontal/hor. bed)


Kecepatan, U

Fres Ffluid = Fdrag = ½.CD.ρ.A.U2


Ffluid
α = 00

Frest  .N
 (tan  ).G   30 0  40 0
Bergerak jika Ffluid,0 ≥ G.tan φ sehingga

F fluid , 0
tan  
G
u*2
  
( s  1) g .d
s
s

u*  g .h.I  b   .u*2

d ( s  1).g .d
S* 
4.
2. Untuk Bidang miring (long bed slope)

Frest

Gsinα
Ffluid
α

G.cosα
G

F res  .N  .G. cos  tan . cos .G

F fluid ,  G. sin   Fres


Bergerak jika:
F fluid ,  (G. cos . tan  )  (G. sin  )
F fluid , (G. cos . tan  )  (G. sin  )
k  
F fluid , 0 G. tan 
F fluid , sin(   ) Untuk α =φ τcr = 0
k  
F fluid ,0 sin 
 cr ,  k . cr ,0
sin(   )
 cr ,    cr , 0
sin 

Untuk kondisi-2:

sin(   )
 cr ,    cr , 0  k cr 1 s / d 0
α sin 
Gerakan kebawah

sin(   )
α  cr ,    cr , 0  k cr  1
Gerakan keatas
sin 
3. Dinding Miring/Tebing saluran trapesium (Side slope)

Ffluid,β

R  ( F fluid ,  )  G sin 
2 2 2
Fres R

G.sinβ

β
G.cosβ

Fres  .N
 tan .G. cos   tan 2  
0 , 50

k   cos  .1  
 tan 2
 
Bergerak jika: R ≥ Fres 0 , 50
 tan 2  
 cr ,  cos  1   . cr , 0
 tan  
2
4. Longitudinal slope + Side Slope

Ffluid,β
α

Fres R

G.sinβ

 cr ,  k .k  . cr ,0 sinα = 10-3 ~ 10-4

Longitudinal slope penting jika α > 3o


Untuk saluran yg lebar b>>h

1:2/1,5:1 h

Bagian Tengah :  b  .g.h.I b


- Bagian Tengah stabil jika:  b,tengah  .g.h.I b   cr ,tengah

Bagian Tepi/tebing : b  3 . .g .h.I b Berdasarkan eksperimen


4

- Bagian Tepi/tebing stabil jika:  b ,tepi  3 4 . .g .h.I b   cr ,tepi


Hubungan antara diameter butir
Dan Angle of Repose (φ )
CONTOH SOAL:
Suatu saluran dengan debit Q = 95 m3/dt, dengan sediment kasar (very angular) d50 = 0,02 m.
Kekasaran dasar ditetapkan dengan d90 = 0,04 m.
Tentukan a). kemiringan dasar saluran (Ib)
b). Apakah saluran stabil jika θ = 0,03 ?

h = 3m 1:2

6m 20 m 6m

Penyelesaian:
Q2
U  C. R.I b  Q  A.C. R.I b  Ib  2 2
A .C .R
A  78m 2
RA  78  2,33m
P (2 45  20)
Anggap dasar saluran " rough / kasar":
12.h 12  2,33 1
C  18. log( )  18. log( )  51,2m 2 / dt
ks 0,04
95 2
Ib  2  24  10  4
78  51,2  2,33
2
2) Bagian tengah (dasar saluran)

 b   .g.h.I b  10 2  10  3  (24.10 4 )  7,2 N / m 2


 b,c   c (  s   ).g.d 50  0,03(2650  1000 ).10.0,02  9,9 N / m 2
 b   b,c  SALURAN STABIL

3) Bagian tebing
 b  3 4 . .g.h.I b  3 4 .1000 .10.3.(24 10 4 )  5,2 N / m 2
 c ,tebing  k  . c ,dasar
k   very angular
d 50  0,02 m    36,5o.
k   0,7
 c ,tebing  0,7  9,9  6,9 N / m 2
 b  5,2   c ,tebing  6,9  STABIL

Anda mungkin juga menyukai