PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan
penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen.
Secara umum, medication error terdiri dari prescribing error, dispensing error dan
administration error . Tipe-tipe medication error yaitu :
Jenis-jenis prescribing error adalah pemilihan obat yang tidak benar (berdasarkan
indikasi, kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat yang telah berjalan
dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan
pemberian atau kesalahan instruksi dari dokter, peresepan yang sulit dibaca yang
membawa kepada kesalahan yang mencapai tahap obat diterima pasien.Situasi-situasi
prescribing error :
- Peresepan obat untuk pasien dengan kondisi klinik yang menyertai di mana
obat tersebut kontradikasi
- Peresepan obat untuk pasien dengan alergi yang signifikan secara klinis dan
terkontraindikasi
- Sheet, tidak layak untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal peresepan obat
dengan dosis lebih rendah daripada yg direkomendasikan untuk kondisi pasien
- Dst.
b. Kesalahan dalam penulisan peresepan
- Tidak terstandarisasi
- Meresepkan suatu tablet dimana tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut
- Tidak menuliskan rute pemberian obat yg dapat diberikan dengan lebih dari
satu rute
- Kesalahan transkipsi
- Dst.
2. Dispensing Error
Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik bergantung pada metode
dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode distribusi
obat floor stock, semi floor stock, unit dose, menggunakan mesin otomatis,
metode distribusi injeksi yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb mempunyai
konsekuensi masing-masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang dapat terjadi.
Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:
- Salah obat
- Salah kekuatan/konsentrasi
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll
- Kesalahan penyerahan
3. Administration Error
Jenis-jenis administration
- Omission error : Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai
pada jadwal berikutnya
- Wrong : memberikan obat pada pasien
- Wrong time error : Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu yang telah
ditentukan
- Anauthorize drug error : pemberian obat kepada pasien tanpa intruksi resmi dari
dokter
- Improper dose error : memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil dan ada
dosis yang diinstruksikan oleh dokter penulis resep, bisa karena salah kekuatan
/konsentrasi obat atau aturan pakai yg salah
- Wrong dosage from error : memberikan obat kepada pasien dengan bentuk
sediaan obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh dokter
- Wrong drug preparation error : mempersiapkan obat dengan cara yang salah
sebelum diberikan ke pasien
- Wrong administration technique error : prosedur / teknik yang tidak layak atau
tidak benar saat memberikan obat ke pasien termasuk (Salah kecepatan infus,
salah kecepatan injeksi, salah metode pemberian obat NGT, dll, salah rute)
- Deteriorated drug error : memberikan obat yg telah kadaluwarsa atau yg telah
mengalami penurunan intergritas fisik atau kimia
4. Compliance Error
5. Monitoring Error
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
2.4 Prinsip Medication Safety
Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian. Dalam
mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang perlu
diperhatikan. Dari data-data yang termuat dalam bab terdahulu disebutkan, sejumlah
pasien mengalami cedera atau mengalami insiden pada saat memperoleh layanan
kesehatan khususnya terkait penggunaan obat yang dikenal dengan medication error .
Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian medication error
dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker yang sudah
terlatih. Saat ini di negara-negara maju, sudah ada apoteker dengan spesialisasi
khusus menangani medication safety. Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan
( Medication Safety Pharmacist ) meliputi :
- Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek pengobatan
yang aman.
b. Pengadaan Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan
sesuai peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.
Melakukan evaluasi terhadap distributor mengenai transportasi yang aman,
ketepatan waktu, dan ketersediaan obat.
- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor
rekam medik/ nomor resep,
- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.
- Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP. - Pemberian etiket
yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu pada saat pengambilan
obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat mengembalikan
obat ke rak. - Dispensing yang aman
- Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat yang benar dengan
menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan dilakukan pemeriksaan
ulang oleh orang berbeda.
Kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting tentang obat dan
pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan pada pasien
adalah :
- - Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut.
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Tepat pasien
- Tepat indikasi
- Tepat obat
- Tepat dosis
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan
mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan
kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan pasien khususnya
medication safety dan harus secara terus menerus mengidentifikasi masalah dan
mengimplementasikan strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien.
2. Faktor Kontribusi Medication Error
Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain:
- Beban kerja Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk
mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan
kesalahan.
- Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan
insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan
dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.
2.5 7 Langkah Keselamatan Pasien dalan Medication Safety Apoteker di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan lainnya
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah ,Buat kajian setiap adanya laporan KTD,
KNC dan Kejadian Sentinel, Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak
berulang dengan mengevaluasi SOP yang sudah ada atau mengembangkan SOP
bila diperlukan.
d. Kembangkan Sistem Pelaporan
- Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta berikan
solusi tentang insiden yang dilaporkan f. Belajar dan Berbagi Pengalaman
Tentang Keselamatan Pasien
- Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk menghindari
berulangnya insiden g. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :
Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta analisis untuk
menentukan solusi
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan
penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen. Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat
yang aman efektif dan sesuai peraturan yang berlaku dan diperoleh dari distributor resmi.
Obat-obat dengan peringatan khusus yang dapat menimbulkan cedera jika terjadi
kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Pemeriksaan meliputi kelengkapan
permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat,
kesesuaian resep terhadap isi etiket. Kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang
penting tentang obat dan pengobatannya.
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek
terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap agar dalam proses penggunaan obat
lebih berhati-hati lagi, dan pelayanan pemberian obat lebih maksimal lagi bukan dilakukan
oleh apoteker saja, tetapi didukung juga oleh masyarakat luas supaya proses penggunaan
obat bisa lebih aman.
DAFTAR PUSTAKA
American Society of Hospital Pharmacists ASHP Guidelines on Preventing Medication
Errors
Aspden, P., Wolcott, J., Bootman, J.L, Cronenwett, L.R.,” Preventing Medication Errors:
Quality Chasm Series”, The National Academies Press, Washington, DC, 2007
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC
MERP), “ NCC MERP Index for Categorizing Medication Errors”, 2001
Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, 2008