Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Medication error  didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan
penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen.

2.2 Kategori Medication Error 

Akibat dari medication error  dapat dikelompokkan menjadi sembilan kategori


berdasarkan dampak klinisnya. Kategori tersebut yaitu :

- Kategori A : kondisi lingkungan atau kejadian yang berkapasitas menyebabkan


kesalahan.

- Kategori B : terjadi kesalahan tetapi tidak mencapai pasien

- Kategori C : terjadi suatu kesalahan yg mencapai pasien tetapi tidak menyebabkan


bahaya pada pasien

- Kategori D : terjadi kesalahan yang mencapai pasien dan membutuhkan pengawasan


untuk mengkonfirmasi apakah kesalahan tersebut berakibat tidak bahaya dan apakah
memerlukan intervensi untuk menghilangkan bahaya

- Kategori E : terjadi kesalahan yang dapat berkontribusi atau mengakibatkan bahaya


sementara pada pasien dan membutuhkan intervensi

- Kategori F : terjadi suatu kesalahan yg dapat berkontribusi atau mengakibatkan


bahaya pada pasien dan memyebabkan pasien dirawat inap atau memperpanjang
rawat inap

- Kategori G : terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau mengakibatkan


bahaya permanen pada pasien

- Kategori H : terjadi suatu kesalahan yang membutuhkan intervensi untuk


mempertahankan hidup pasien

- Kategori I : terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi mengakibatkan kematian


pasien
2.3 Jenis-jenis  Medication Error 

Secara umum, medication error  terdiri dari  prescribing error,  dispensing error dan
administration error . Tipe-tipe medication error yaitu :

- Prescribing error : Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi,


kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat yang sedang
berlangsung dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas,
rute, konsentrasi, kecepatan pemberian atau instruksi untuk
penggunaan obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien.
- Omission error : Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai
pada jadwal berikutnya
- Wrong time error : Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu yang telah
ditentukan
- Unauthorized drug error : Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh
dokter
- Wrong patient : memberikan obat kepada pasien yg salah
- Improper dose error : memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil dan ada
dosis yang diinstruksikan oleh dokter / memberikan dosis duplikasi
- Wrong dosage from error : memberikan obat kepada pasien dengan bentuk
sediaan obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh dokter
- Wrong drug preparation error : mempersiapkan obat dengan cara yang salah
sebelum diberikan ke pasien
- Wrong administration technique error : prosedur / teknik yang tidak layak atau
tidak benar saat memberikan obat
- Deteriorated drug error : memberikan obat yg telah kadaluwarsa atau yg telah
mengalami penurunan intergritas fisik atau kimia
- Montoring error : Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi
problem dari regimen yang diresepkan atau kegagalan untuk
menggunakan data klinis atau laboratorium untuk asesmen respon pasien
terhadap terapi obat yang diresepkan.
- Compliance error : sikap pasien yang tidak layak berkaitan dengan
ketaatan penggunaan obat yang diresepkan
1. Prescribing Error (Kesalahan Resep)

Berdasarkan konsensus di United Kingdom, suatu  prescribing error (kesalahan


peresepan) yang bermakna secara klinis terjadi bila akibat dari keputusan
peresepan atau pada proses penulisan resep terjadi suatu hal yang signifikan dan tidak
dimaksudkan berupa

- Pengurangan kemungkinan pengobatan berjalan sesuai waktu dan efektif

- Meningkatkan resiko bahaya bila dibandingkan dengan praktik umum yang


diterima.

Jenis-jenis  prescribing error  adalah pemilihan obat yang tidak benar (berdasarkan
indikasi, kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat yang telah berjalan
dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan
pemberian atau kesalahan instruksi dari dokter, peresepan yang sulit dibaca yang
membawa kepada kesalahan yang mencapai tahap obat diterima pasien.Situasi-situasi
prescribing error :

a. Kesalahan dalam membuat keputusan

- Ketidaklayakan peresepan berkaitan dengan kondisi pasien

- Peresepan obat untuk pasien dengan kondisi klinik yang menyertai di mana
obat tersebut kontradikasi

- Peresepan obat untuk pasien dengan alergi yang signifikan secara klinis dan
terkontraindikasi

- Tidak memperhitungkan interaksi obat yang berpotensial signifikan

- Peresepan obat dengan dosis yang menurut BNF / rekomendasi data

- Sheet, tidak layak untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal peresepan obat
dengan dosis lebih rendah daripada yg direkomendasikan untuk kondisi pasien

- Peresepan obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis diprediksi

- Dst.
b. Kesalahan dalam penulisan peresepan

- Gagal untuk mengkonfirmasikan informasi yg penting

- Meresepkan obat, dosis, rute bukan yg sebernarnya

- Tulisan tidak jelas / tidak terbaca

- Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur

- Tidak terstandarisasi

- Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep

- Meresepkan suatu tablet dimana tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut

- Tidak menuliskan rute pemberian obat yg dapat diberikan dengan lebih dari
satu rute

- Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermittern, tanpa


menspesifikasi

- Kesalahan transkipsi

- Dst.

2.  Dispensing Error 

Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik bergantung pada metode
dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode distribusi
obat  floor stock,   semi floor stock,  unit dose, menggunakan mesin otomatis,
metode distribusi injeksi yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb mempunyai
konsekuensi masing-masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang dapat terjadi.
Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:

a. Kesalahan seleksi obat :

- Salah obat

- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai

- Salah bentuk sediaan


- Salah jumlah

- Salah kekuatan/konsentrasi

b. Salah teknik persiapan :

- Meracik

- Mempersiapkan iv admixture

- Rekonstitusi

- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi

c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.

d. Lain- lain :

- Keterlambatan dispensing

- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll

- Kesalahan saat proses transportasi

- Kesalahan penyerahan

3. Administration Error 

Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat kepada pasien yang


dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada tahap pemberian obat

Jenis-jenis administration
- Omission error : Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai
pada jadwal berikutnya
- Wrong : memberikan obat pada pasien
- Wrong time error : Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu yang telah
ditentukan
- Anauthorize drug error : pemberian obat kepada pasien tanpa intruksi resmi dari
dokter
- Improper dose error : memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil dan ada
dosis yang diinstruksikan oleh dokter penulis resep, bisa karena salah kekuatan
/konsentrasi obat atau aturan pakai yg salah
- Wrong dosage from error : memberikan obat kepada pasien dengan bentuk
sediaan obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh dokter
- Wrong drug preparation error : mempersiapkan obat dengan cara yang salah
sebelum diberikan ke pasien
- Wrong administration technique error : prosedur / teknik yang tidak layak atau
tidak benar saat memberikan obat ke pasien termasuk (Salah kecepatan infus,
salah kecepatan injeksi, salah metode pemberian obat NGT, dll, salah rute)
- Deteriorated drug error : memberikan obat yg telah kadaluwarsa atau yg telah
mengalami penurunan intergritas fisik atau kimia

4. Compliance Error 

Compliance error  adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan


ketaatan pasien.

5. Monitoring Error 

Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
2.4 Prinsip Medication Safety 

1. Peran Apoteker Dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien

Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian. Dalam
mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang  perlu
diperhatikan. Dari data-data yang termuat dalam bab terdahulu disebutkan, sejumlah
pasien mengalami cedera atau mengalami insiden pada saat memperoleh layanan
kesehatan khususnya terkait penggunaan obat yang dikenal dengan medication error .
Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian medication error
dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker yang sudah
terlatih. Saat ini di negara-negara maju, sudah ada apoteker dengan spesialisasi
khusus menangani medication safety. Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan
( Medication Safety Pharmacist ) meliputi :

- Mengelola laporan medication error

- Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication


safety.

- Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek  pengobatan
yang aman.

- Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety.

- Terlibat di dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat.

- Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang


ada.
Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu
aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan  perbekalan
farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur  pelayanan, sistem
pengendalian (misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan, aspek klinik meliputi skrining
permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan
pemberian informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi
klinik sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan
risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim  pelayanan kesehatan perlu didukung
mengingat keberadaannya melalui kegiatan farmasi klinik terbukti memiliki
konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan.

Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :

a. Pemilihan Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat


diturunkan dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat
sesuai formularium.

b. Pengadaan Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan
sesuai  peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.
Melakukan evaluasi terhadap distributor mengenai transportasi yang aman,
ketepatan waktu, dan ketersediaan obat.

c. Penyimpanan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk


menurunkan kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat: Simpan obat
dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike,sound-alike medication
names) secara terpisah.. Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs)
yang dapat menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di
tempat khusus.

d. Skrining Resep Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya


medication error melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.

- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor
rekam medik/ nomor resep,

- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.

- Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam


pengambilan keputusan pemberian obat, seperti: Data demografi (umur, berat
badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi, diagnosis dan hamil/menyusui).
Contohnya, Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien yang
menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk keperluan perhitungan
dosis.
- Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda vital
dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).
e. Dispensing

Penyiapan yang aman

- Menjamin proses peracikan yang aman

- Menyediakan lingkungan yang mendukung penyiapan yang aman

- Menyediakan informasi obat mengenai cara penyiapan yang aman

- Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan yang aman

- Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP. - Pemberian etiket
yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu pada saat pengambilan
obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat mengembalikan
obat ke rak. - Dispensing yang aman

- Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat yang benar dengan
menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan dilakukan  pemeriksaan
ulang oleh orang berbeda.

- Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan


pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep terhadap
isi etiket. Mengedukasi petugas agar dapat memberikan informasi obat kepada
petugas bangsal.

f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Edukasi dan konseling

Kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang  penting tentang obat dan
pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan pada pasien
adalah :

- Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana


menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali ke dokter.
- Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan - Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain dan
makanan harus dijelaskan kepada pasien.

- - Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction  –   ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut.

- Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang


sudah rusak atau kadaluarsa.

- Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan


untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses
sebelumnya.
g. Penggunaan Obat

Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan  petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

- Tepat pasien

- Tepat indikasi

- Tepat waktu pemberian

- Tepat obat

- Tepat dosis

- Tepat label obat (aturan pakai)

- Tepat rute pemberian


h. Monitoring  dan Evaluasi

Apoteker harus melakukan monitoring   dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan
mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan
kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan pasien khususnya
medication safety dan harus secara terus menerus mengidentifikasi masalah dan
mengimplementasikan strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien.
2. Faktor Kontribusi Medication Error 
Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain:

- Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi) Kegagalan dalam


berkomunikasi merupakan sumber utama terjadinya kesalahan. Institusi pelayanan
kesehatan harus menghilangkan hambatan komunikasi antar petugas kesehatan
dan membuat SOP bagaimana resep/permintaan obat dan informasi obat lainnya
dikomunikasikan. Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan petugas
kesehatan lainnya  perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran
ganda atau ketidaklengkapan informasi. Perlu dibuat daftar singkatan dan
penulisan dosis yang berisiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.

- Kondisi lingkungan Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi


lingkungan, area dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur
kerja, untuk menurunkan kelelahan dengan pencahayaan yang cukup dan
temperatur yang nyaman. Selain itu, area kerja harus bersih dan teratur untuk
mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien perlu disiapkan dalam
nampan terpisah.

- Gangguan/interupsi pada saat bekerja Gangguan/interupsi harus seminimum


mungkin dengan mengurangi interupsi  baik langsung maupun melalui telepon.

- Beban kerja Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk
mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan
kesalahan.

- Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan
insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan
dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.
2.5 7 Langkah Keselamatan Pasien dalan Medication Safety Apoteker di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan lainnya

Dapat menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan


Kefarmasian yang mengacu pada buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit ( Patient Safety) (diterbitkan oleh Depkes tahun 2006) :

a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

b. Pimpin dan Dukung Staf Anda

c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko

Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah ,Buat kajian setiap adanya laporan KTD,
KNC dan Kejadian Sentinel, Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak
berulang dengan mengevaluasi SOP yang sudah ada atau mengembangkan SOP
bila diperlukan.
d. Kembangkan Sistem Pelaporan

- Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat


melaporkan insiden kepada atasan langsung tanpa rasa takut

- Beri penghargaan pada staf yang melaporkan


e. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien

- Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien

- Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi yang


jelas dan tepat

- Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan apoteker


tentang obat yang diterima

- Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta berikan
solusi tentang insiden yang dilaporkan f. Belajar dan Berbagi Pengalaman
Tentang Keselamatan Pasien

- Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah

- Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk menghindari
berulangnya insiden g. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :

 Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta analisis untuk
menentukan solusi

 Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design


system),  penyesuaian SOP yang menjamin keselamatan pasien

 Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi/Apotek.

BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan
penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen. Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat
yang aman efektif dan sesuai peraturan yang berlaku dan diperoleh dari distributor resmi.
Obat-obat dengan peringatan khusus yang dapat menimbulkan cedera jika terjadi
kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Pemeriksaan meliputi kelengkapan
permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat,
kesesuaian resep terhadap isi etiket. Kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang
penting tentang obat dan pengobatannya.
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek
terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap agar dalam proses penggunaan obat
lebih berhati-hati lagi, dan pelayanan pemberian obat lebih maksimal lagi bukan dilakukan
oleh apoteker saja, tetapi didukung juga oleh masyarakat luas supaya proses penggunaan
obat bisa lebih aman.

DAFTAR PUSTAKA
American Society of Hospital Pharmacists ASHP Guidelines on Preventing Medication
Errors

in Hospitals. Am J Hosp Pharm. 1993; 50:305 –1  4.

Aspden, P., Wolcott, J., Bootman, J.L, Cronenwett, L.R.,” Preventing Medication Errors:
Quality Chasm Series”, The National Academies Press, Washington, DC, 2007

B Dean, M Schachter, C Vincent, N Barber, “Prescribing errors in hospital inpatients: their

incidence and clinical significance”, Qual Saf Health Care 2002;11:340 –3  44

National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC

MERP), “NCC MERP Taxonomy of Medication Errors” 1998

 National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC
MERP), “ NCC MERP Index for Categorizing Medication Errors”, 2001

Tanggung jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien, Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, 2008

Anda mungkin juga menyukai