DI SMPN 1 SUMBERSUKO
OLEH:
ELOK FADIYAH
210162834410
1
BAB I
PENDAHULUAN
METODE
1
Menikah Tahun : 3 Desember 1992
Usia Pernikahan : 29 Tahun
Status Pernikahan : Nikah / Cerai Hidup / Cerai Mati / Hidup Bersama /
Berpisah
Keterangan lain : -
D DATA ORANG TUA
AYAH
Nama Lengkap : Samori
Tempat/Tanggal Lahir : Lumajang, 30 Juni 1967
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Alamat Lengkap : Dusun Bedok I Tempeh Lor Lumajang
No. Telephon : -
IBU
Nama Lengkap : Nami Ningsih
Tempat/Tanggal Lahir : Lumajang, 11 Juni 1974
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Lengkap : Dusun Bedok I Tempeh Lor Lumajang
No. Telephon : -
DATA PERKEMBANGAN SISWA
A. RIWAYAT SISWA
1. Waktu Ibu Hamil / Mengandung
Mengalami keguguran sebelumnya : Tidak
2. Waktu Melahirkan
Biasa / Lama / Sukar, dengan cara : Sukar
Disapih dari susu formula pada usia : Tidak pernah minum susu formula
Disapih dari botol pada usia : Tidak pernah minum susu dari botol
4. Perkembangan Fisik/Motorik
Tengkurap : 4 bulan
Duduk :7 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 21 bulan
6. Riwayat Sekolah
Masuk kelompok bermain :-
Masuk TK : 6 tahun
Nama TK : TK ABA
Usia Serumah
Nama L/P Pend. Pekerjaan (Ya/Tidak Ket.
(th) )
Akis P 27 SMP - Ya
Noto L 75 - Kakek -
Riwayat kecelakaan/penyakit :-
2. Melakukan Asesmen
Asesmen merupakan kegiatan penyaringan terhadap anak-anak yang di
identifikasi sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus sendiri dapat dikelompokkan menjaditunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, lamban
belajar, anak berbakat, dll.
Tanggal : 15/02/2020
Nama Asesor : Elok Fadiyah, S. Psi
Tanda tangan :
A Tunarungu
Diduga berat/menyeluruh
KESIMPULAN
B.
Diduga Tunarungu sebagian
B. Indikator Pencapaian
1. Memetakan rancangan
2. Melaksanakan identifikasi dengan menggunakan instrumen identifikasi
(inventory) yang sudah disediakan.
3. Menyusun laporan hasil identifikasi.
4. Memberikan rekomendasi hasil identifikasi.
D. Referensi
1. Bahan bacaan bimtek pemenuhan GPK tahap pemahaman yang meliputi:
a. Klasifikasi Peserta Didik
b. Jenis Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
c. Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
d. Identifikasi
E. Prosedur / Langkah-lan
E. Langkah Pelaksanaan
1. Tentukan kelas yang akan digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap
peserta didik.
2. Pelajari instrumen identifikasi (inventory) dengan saksama.
3. Lakukan pengamatan terhadap seluruh peserta didik yang ada dalam kelas
yang sudah dipilih.
4. Gunakan instrumen identifikasi yang tersedia.
5. Fokuskan pelaksanaan identifikasi kepada peserta didik yang menurut anda
memiliki kecenderungan berkebutuhan khusus dan tentukan hasilnya.
6. Susunlah laporan hasilnya sesuai dengan template Form Hasil Identifikasi
G. Temuan dan Pembahasan
No Temuan Pembahasan
. (Isikan pada kolom di bawah ini (Deskripsikan secara singkat temuan
kendala-kendala dan dukungan yang didapat dan jelaskan apa yang
yang Anda dapatkan saat Anda lakukan saat mendapatkan
melaksanakan identifikasi) kendala dalam proses identifikasi)
1. Kendala Solusi
ABK berkomunikasi dengan Berkomunikasi dengan menggunakan
melihat gerak bibir bahasa gerak bibir yang jelas dan agak
pelan
2. ABK kurang percaya diri Menempatkan ABK dengan teman
yang dia sukai dan sering mengajak
aktif dalam kegiatan agar dapat
bersosialisasi dan lebih percaya diri
3. Dukungan
ABK mempunyai semangat yang
besar untuk belajar
H. Hasil
1. Instrumen identifikasi yang sudah terisi.
2. Tugas Terstruktur Pelaksanaan Identifikasi.
3. Laporan hasil identifikasi sesuai format.
4. Dokumen hasil pemeriksaan ahli/dokumen pendukung lainnya (apabila
ada).
I. Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah
Dilakukan tes secara medis agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat
tuna rungunya dan bisa melakukan penanganan yang sesuai dengan
kebutuhan ABK
2. Untuk guru kelas
Memberi pendampingan khusus dengan menggunakan bahasa bibir
3. Untuk orang tua
Membelikan vitamin atau suplemen yang diperlukan
4. Teman sekolah
Memberikan pengertian pada teman-teman sekolah untuk mau menerima
dan mampu menghargai perbedaan sehingga tercipta suasana yang
kondusif
K. Saran
Semua pihak mampu mengadaptasikan diri sesuai dengan PDBK
IDENTITAS ANAK
Nama : Indi Kamila
Tempat/Tgl. Lahir : Lumajang,24 Nov 2004
Kelas : VIII E
b. Asesmen
1. Indikator Pencapaian
a. Menyusun instrumen asesmen akademik
b. Melaksanakan asesmen akademik menggunakan instrumen yang
dibuat/dikembangkan oleh guru
c. Menyusun laporan hasil asesmen akademik
d. Mendeskripsikan kemampuan awal (baseline) peserta didik
2. Alat dan Bahan
a. Panduan penyusunan instrumen asesmen akademik.
b. Template laporan hasil asesmen
3. Referensi
Bahan bacaan bimtek pemenuhan GPK tahap pemahaman yang meliputi :
a. Jenis Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
b. Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
c. Asesmen
7. Hasil / Produk
1. Dokumen Instrumen asesmen yang disusun.
2. Tugas Terstruktur Pelaksanaan Asesmen.
3. Laporan hasil asesmen sesuai format.
4. Dokumen pendukung lainnya (misal: hasil kerja siswa, wawancara dengan
guru kelas/matpel, wawancara orang tua, dsb).
8. Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah
Dilakukan tes secara medis agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat
tuna rungunya dan bisa melakukan penanganan yang sesuai dengan
kebutuhan ABK
2. Untuk guru kelas
Memberi pendampingan khusus dengan menggunakan bahasa bibir
3. Untuk orang tua
Membelikan vitamin atau suplemen yang diperlukan
4. Teman sekolah
Memberikan pengertian pada teman-teman sekolah untuk mau menerima
dan mampu menghargai perbedaan sehingga tercipta suasana yang
kondusif
9. Keterlibatan ahli lain/pihak lain
Poliklinik THT Rumah Sakit Haryoto Lumajang
10. Saran
Semua pihak mampu mengadaptasikan diri sesuai dengan PDBK
IDENTITAS
NAMA : Indi Kamila
TANGGAL LAHIR : Lumajang,24 Nov 2004
KELAS : VIII E
JENIS KELAMIN : Perempuan
MATA PELAJARAN : BK
TANGGAL ASESMEN : 15 Februari 2021
NAMA ASESOR : Elok Fadiyah, S. Psi
Kompetensi Indikator Penilaian Deskripsi
N yang Akan Pencapaia Mamp Tidak kemampuan Keterangan
o Diukur* n u Mamp peserta didik
u
1. Memahami Mampu √ ABK mampu
komunikasi memahami memahami
bahasa bibir gerak bibir
orang lain
2. Berani Mau √ ABK mau
berkomunikasi menjawab menjawab
pertanyaan pertanyaan
guru orang lain
maupun dengan
teman menggunakan
bahasa bibir
yang pelan
3. Lebih Percaya Berani ikut √ ABK hanya
Diri kegiatan mau berteman
dengan
sahabatnya
saja.
*Dapat berupa Kompetensi Dasar dan/atau Kompetensi Aspek Perkembangan
B. Program Pembelajaran Individu
1. Indikator Pencapaian
a. Menuliskan identitas anak
b. Mendeskripsikan taraf kemampuan anak saat ini.
c. Merumuskan tujuan umum atau tujuan jangka panjang (enam
bulan)/fleksibel
d. Merumuskan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek (tiga
bulan)/fleksibel
e. Merumuskan materi pembelajaran PPI
f. Menentukan alokasi waktu pelaksanaan program
g. Merumuskan aktivitas pembelajaran
h. Merumuskan prosedur evaluasi pembelajaran
3. Referensi
Bahan bacaan bimtek pemenuhan GPK tahap pemahaman yang meliputi:
a. Adaptasi Kurikulum
b. Program Pembelajaran Individual
c. Pembelajaran Akomodatif
d. Penilaian Hasil Belajar
6. Hasil / Produk
1. Penyusunan PPI.
2. Dokumen PPI.
3. Media pembelajaran.
7. Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah
Dilakukan tes secara medis agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat tuna
rungunya dan bisa melakukan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan
ABK
2. Untuk guru kelas
Memberi pendampingan khusus dengan menggunakan bahasa bibir
3. Untuk orang tua
Membelikan vitamin atau suplemen yang diperlukan
4. Teman sekolah
Memberikan pengertian pada teman-teman sekolah untuk mau menerima
dan mampu menghargai perbedaan sehingga tercipta suasana yang
kondusif
Jangka
Panjang Siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain
(1
Bulan)
1. Siswa mampu mengerti komunikasi yang disampaikan
orang lain (pada minggu ke-1)
Tujuan 2. Siswa mampu menyampaikan pendapatnya (pada
minggu ke-2)
Jangka
3. Siswa mampu dan percaya diri dalam bersosialisasi
Pendek
dengan orang lain (pada minggu ke -3)
4. Siswa mampu menyampaikan pendapat didepan
kelas
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.2 Pembahasan
Pada penelitian – penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan siswa tuna
rungu seprti pada STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B (TUNARUNGU)
DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG oleh Anggi Tyas
Prabawati (¹) Sumadi(²) Rosana.(³)
Dan pada penelitian KEHIDUPAN PENYANDANG TUNA RUNGU
(Studi Kasus Keluarga “KM” di Banjar Celuk, Kelurahan Panjer, Kecamatan
Denpasar Selatan) oleh Aldu Henny Sirait1* , Purwadi Suriadireja2 , I Gusti Putu
Sudiarna3 Program Studi Antropologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Udayana
Ditemukan adanya persamaan metode dalam melakukan identifikasi dan
asesmen walaupun dengan instrumen yang berbeda.
Adanya pembuatan program yang cenderung hampir sama dalam rangka
meningkatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus, terutama siswa tuna
rungu
Adanya sedikit perbedaan dalam kondisi siswa tuna rungu, baik itu bacground
dan tingkat dampak dari ketunaan yang yang ada.
Pada studi kasus di SMA LUAR BIASA B (TUNARUNGU) DHARMA BHAKTI
DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG
Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum yang
digunakan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu adalah kurikulum khusus
yang dirancang untuk peserta didik yang memiliki keterbatasan fisik dalam hal ini
tunarungu. Kurikulum ini memiliki persentase 60% keterampilan dan 40% materi
umum.Dalam pembelajaran IPS Terpadu metode yang digunakan dikelas X B
(tunarungu) adalah dua metode khusus yaitu metode kelompok meliputi, metode
demonstrasi, metode drill, dan karya wisata. Sedangkan metode individu
meliputi metode tanya jawab, face to face dan oral.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka. Tunarungu adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Oleh
karena hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara (Mudjito, Harizal
dan Elifindri, 2012: 27). Anak tunarungu sebagai mahluk sosial seperti juga
manusia yang lain memiliki kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial. Dengan
belajar IPS terpadu bukan menjadikan anak tunarungu menarik diri dari
lingkungan sosial yang lebih luas karena kesalahan persepsi dari beberapa
komunikasi yang dilakukan, tetapi menjadi matang secara emosional untuk
berinteraksi dengan lingkungan yang bermacammacam. Mengingat
pembelajaran IPS terpadu ini penting untuk menumbuhkan sikap, kesadaran,
kepedulian, dan toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat bagi
anak didik, 2 maka guru IPS terpadu berupaya untuk memilih, menetapkan dan
mengembangkan pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu
kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan anak didik untuk
mempelajari IPS terpadu, sehingga dapat menarik minat anak didik untuk
mempelajarinya. Permasalahan tentang pembelajaran IPS terpadu seperti apa
yang akan diterapkan muncul karena ada perbedaan antara pembelajaran anak
normal dengan anak yang berkelainan atau memiliki cacat tubuh dan mental.
Problem yang terjadi di lapangan dalam pembelajaran IPS terpadu pada anak
berkebutuhan khusus seorang pendidik memerlukan kurikulum pembelajaran
khusus untuk mengimplementasikan IPS terpadu. Dalam hal ini kurikulum
Nasional yang diterapkan adalah kurikulum 2013. Penggunaan pedoman
kurikulum Nasional mutlak dalam penyelenggaraan pendidikan formal, karena
standar kurikulum dibuat untuk memberikan jaminan kepada masyarakat agar
apa yang diperoleh di sekolah benar-benar konsisten dengan prinsip dan tujuan
Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam kurikulum Nasional,
meskipun sekolah-sekolah diperkenankan untuk mengembangkan atau
melaksanakan kurikulum yang menjadi ciri khas yang bersangkutan namun
kurikulum tetap dilaksanakan sepenuhnya. Pada dasarnya sekolah didirikan
untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar bagi murid. Sementara ini
sebagian besar proses pembelajaran IPS Terpadu di sekolah berlangsung di
kelas. Oleh karena itu, setiap kelas di sekolah perlu dilengkapi dengan sarana
belajar mengajar IPS Terpadu yang dapat digunakan guru maupun murid.
Terdapat sejumlah materi pembelajaran IPS Terpadu yang seringkali membuat
siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru yang sulit untuk menjelaskannya.
Kesulitan tersebut dapat terjadi karena materi tersebut masih abstrak, rumit,
asing, dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan
sarana belajar IPS Terpadu yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka sarana belajar harus mampu membantu
siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan
penggunaan gambar, foto, bagan, dan skema. Demikian pula materi yang rumit,
harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami, terlebih lagi bagi
mereka penyandang tunarungu. SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandarlampung merupakan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Disana terdapat anak-anak tunagrahita, tunarungu, dan anak autis. Metode
pembelajaran yang diterapkan pada sekolah tersebut bervariasi tergantung
kebutuhan. Menurut Soelaiman Joesof (2004: 3) dalam metode tidak boleh
melupakan:
1. Sasaran Pendidikannya
2. Kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat
3. Taraf perkembangan sosial budaya bangsa. Berdasarkan pendeskripsian
masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pembelajaran IPS
terpadu yang diterapkan di SMA 3 Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor dalam Moleong
(2008: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian kualitatif
ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus.
Sebagaimana pendapat Burhan (2012: 19) yang menyebutkan bahwa
pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative,
yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subjek penelitian. Penelitian studi kasus atau penelitian
lapangan dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini,
serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given).
Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
Diletakkan dalam konteks rumpun pendekatan kualitatif, studi kasus tidaklah
kaku dan mekanistik sifatnya melainkan penuh dinamika. Sebagai sebuah
metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah
penelitian sosial. Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan
untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian
ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus dimana peneliti berusaha
untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS terpadu di SMA Luar
Biasa Dharma Bhakti Pertiwi Bandarlampung. Peneliti mengumpulkan data dan
mendeskripsikan proses pembelajaran IPS Terpadu kelas X B (tunarungu).
Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandarlampung Pada Siswa Kelas X B (tunarungu) Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2013/2014. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang akan peneliti gunakan adalah
sebagai berikut: Observasi Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis (H.Daryanto, 2010: 33). cara ini maka peneliti akan melihat langsung
kondisi di lapangan mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS terpadu
dikelas X B (tunarungu). 4 Wawancara Wawancara seperti yang ditegaskan oleh
Moleong (2008: 186) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
ini dillakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang
berguna dalam penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih
mendalam sebab peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan
lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan dan melalui teknik wawancara
peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami bagimana proses
pembelajaran IPS Terpadu meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
hambatan. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen (Basrowi dan
suwandi, 2008: 158).
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi tempat penelitian terletak di Sekolah Luar
Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Jalan Teuku Cik Ditiro No.1 Kelurahan
Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.Guru SLB Dharma
Bhakti dharma Pertiwi berjumlah 29 orang yang terdiri dari 27 PNS Depdiknas, 2
orang guru honorer Yayasan. Selain itu Karyawan berjumlah 11 orang honorer
yayasan. Keadaan siswa SLB-B berjumlah 74 siswa yang terdiri dari SDLB-C 69
siswa, siswa SMPLB-B 18 siswa, dan SMA LB-B 15 siswa. Kurikulum anak-anak
didik tunarungu lebih diarahkan cara agar mereka dapat bertahan hidup
dimasyarakat diantaranya dengan memberikan lebih banyak materi ketrampilan
dari pada materi umum.untuk membantu anak-anak tunarungu dibangun sarana
sarana belajar khusus bagi anak anak tunarungu yaitu PKPBI (Pengembangan
Komunikasi Presepsi Bunyi dan Irama) dan barubaru ini dibangun ruang karoke
digital untuk melatih suara mereka. metode yang digunakan untuk anakanak
tunarungu lebih ditekankan pada penanganan individu Temuan penelitian diatas
didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang difokuskan pada
kurikulum, metode dan sarana belajar di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandar Lampung. Teknik observasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu dikelas
tunarungu. Data yang terkumpul dari hasil observasi ini berupa data kualitatif.
Pengumpulan data observasi ini menggunakan pedoman observasi. 5 dalam
penelitian ini yaitu teknik wawancara.Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan
data berupa pendapat, tanggapan,kesan, dan penilaian terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Yang kedua adalah teknik wawancara,yaitu teknik dilakukan
dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh guru IPS Terpadu. Teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data berupa pendapat, tanggapan,kesan, dan penilaian
terhadap pelaksanaan pembelajaran. Teknik wawancara ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh guru IPS Terpadu. \ Teknik dokumentasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sudah tersedia
disekolah berupa data yang sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Kurikulum,
sarana dan metode pembelajaran IPS Terpadu Sebagaimana telah
dikemukakan pada diatas yang dimaksud dengan tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Karena hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Karena
memiliki keterbatasan fisik tersebut maka kurikulum, metode dan sarana belajar
anak tunarungu dibuat khusus untuk memudahkan dalam belajar. Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran.
Kurikulum yang digunakan di SMALB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi belum
mengikuti aturan dari pemerintah karena siswa dirasa belum mampu oleh guru
mata pelajaran IPS Terpadu. Kurikulum pembelajaran IPS terpadu pada anak
tunarungu di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi dibuat khusus dengan
menggunakan 60% keterampilan dan 40% materi umum. Penyusunan perangkat
mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan siswa. Materi
pelajaran IPS terpadu yang disampaikan pada kelas X B (tunarungu) memuat
materi yang sudah sangat disederhanakan yang telah diatur dalam tiap
pertemuan dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Sarana belajar
adalah segala kebutuhan logistik tertentu yang dibutuhkan dalam belajar.
Sarana dan prasarana dalam pembelajaran IPS Terpadu pada dasarnya relatif
sama dengan pembelajaran lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasanya sendiri
dalam beberapa hal. Di SMALB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi (tunarungu)
memiliki berbagai ruang khusus yang membantu anak-anak tunarungu belajar.
Untuk memeriksa derajat ketulian menggunakan ruang audiometri, untuk belajar
mengucapkan seluruh bunyi menggunakan ruang bina wicara dan untuk belajar
ICT secara berkelompok menggunakan ruang elearning Dengan adanya
berbagai sarana yang tersedia diharapkan siswa tuarungu dan guru dapat
terbantu dalam proses belajar. Metode pembelajaran adalah alat yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPS
terpadu metode yang digunakan dikelas X B 6 (tunarungu) adalah dua metode
khusus yaitu metode yang meliputi:metode kelompok meliputi, metode
demonstrasi, metode drill, dan karya wisata. Sedangkan metode individu
meliputi metode tanya jawab, face to face dan oral. Pembelajaran untuk anak
berkebutuhan khusus tiap jenis dan derajat ketunaan memerlukan pendekatan
dan strategi yang berbeda-beda. Perbedaan itu lebih disebabkan adanya
karakteristik anak berkebutuhan khususyang beragam.
SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan tentang Pembelajaran IPS Terpadu
Pada Siswa SMA Luar Biasa (Studi Kasus Pada SMA Luar Biasa B Dharma
Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014) dapat
disimpulkan bahwa: Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS
Terpadu adalah kurikulum khusus yang dirancang untuk peserta didik yang
memiliki keterbatasan fisik dalam hal ini tunarungu. Kurikulum ini memiliki
presentase 60% keterampilan dan 40% materi umum. Dalam pembelajaran IPS
Terpadu metode yang digunakan dikelas X B (tunarungu) adalah dua metode
khusus yaitu metode kelompok meliputi, metode demonstrasi, metode drill, dan
karya wisata. Sedangkan metode individu meliputi metode tanya jawab, face to
face dan oral. Demi menunjang proses belajar mengajar untuk anak tunarungu
diperlukan sarana pembelajaran khusus dalam menjalankan aktivitas belajar
mengajar yaitu terdiri dari ruang khusus yang dilengkapi alatalat khusus untuk
meningkatkan potensinya yang masih dapat diperbaiki dan dikembangkan
terutama masalah komunikasi baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun
tulisan. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut: Anak tunarungu yang diterjunkan dalam
lingkungan pembelajaran sebaiknya mereka mendapatkan penimbangan
pelayanan yang lain, seperti diimbangi dengan layanan terapi, baik di sekolah
maupun di rumah. Untuk pihak sekolah dan pengurus yayasan, supaya
memperbaiki sarana dan prasarana seperti melengkapi alat-alat peraga,
menambahi koleksi buku-buku perpustakaan tentang materi IPS Terpadu dan
media pendidikan yang lain. Seorang guru pada siswa tunarungu hendaklah
mampu memberikan empati yang tinggi karena dengan empati yang tinggi akan
mempu memproyeksikan perasaan siswanya ketika proses belajar, sehingga
dapat menentukan metode belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi
siswanya. Untuk para orang tua sangat diperlukan peran aktifnya dalam
membimbing anak tunarungu selama 7 pulang sekolah seperti melatih untuk
hidup mandiri, berkomunikasi dan melibatkan teman sebaya yang normal untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak tunarungu dalam kehidupan sosialnya.
3. Cermin
Untuk memberikan cantoh-contoh ucapan dengan artikulasi yang baik
diperlukan sebuah cermin. Dengan bantuan cermin kita dapat menyadarkan
anak terhadap posisi bicara yang kurang tepat. Dengan bantuan cermin kita
dapat mengucapkan beberapa contoh konsonan, vokal dan kata-kata atau
kalimat dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Balitbang Yayasan Santi Rama, Metode Percakapan yang Reflektif (MPR) Dalam
Pendidikan Anak Tunarungu, Buku Seri I : Landasan Teori, Jakarta, 1989
Boothroyd, Arthur, Hearing Impairments in Young Children, Prentice Hall, Inc.
Englewood Cliffs, N.J. 07632, 1982
Bosko Sumitro, Kursus Tentang Pendidikan Anak-anak Tuli yang Berinteligensi
Normal, Makalah, Wonosobo : Yayasan Don Bosco, 1984
Chaer, Drs. Abdul, Linguistik Umum, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003
Clark Morag, Language through Living, London Sydney Auckland Toronto: Hodder
And Stoughton, 1989
Cook, Thomas D. & Cambell, Donald T., Quasi-Experimentation, Design & Analysis
Issues for Field Settings, Chicago : Rand McNally College Publishing
Company, 1979
Burhan, Bungin. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitattif. Jakarta: Rajawali Pers.
Basrowi dan Suwandi. 2008.
Konsep Dasar pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy.
2008.
Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Mudjito, Harizal dan Elifindri.
2012.
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih
bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal.
313
Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman, Psikologi
Perkembangan, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 212
George Boeree, General Psychology: Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi
Emosi dan Perilaku, (Terj. Helmi J. Fauzi), Cet. 1, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Group, 2008, hal. 368
Ladidius Naisaban. Para Psikologis Terkemukaka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok
Pikiran dan Karyanya, Cet. 1, Jakarta: Grasindo, 2006,hal. 324
Laura A. King. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Terj Deresi Opi
Perdana Yanti), Cet. 1, Jakarta: Selemba Humanika, hal. 152
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern, Jakarta: Erlangga, 2006, Cet I, hal. 259
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, Cet. X, Bandung: Nusa Media, 2011, hal. 142
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya, 2003, hal. 56
Paul Suparno, Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius, Cet I,
2006, hal.11