Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN STUDI KASUS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SMPN 1 SUMBERSUKO

UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH

DETERMINAN TUMBUH KEMBANG

OLEH:

ELOK FADIYAH

210162834410

PASCA SARJANA PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER, 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah hak yang dimiliki setiap warga negara, seperti yang
tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 bahwa “Setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Begitu pula dengan anak
berkebutuhan khusus, juga mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
pendidikan. Anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan di Sekolah
Luar Biasa ataupun di Sekolah Inklusi.
Sebagai sekolah inklusi sejak tahun 2019, maka SMPN 1 Sumbersuko
berusaha mewujudkan pendidikan yang nyaman bagi semua peserta didiknya
baik yang reguler maupun yang berkebutuhan khusus. Oleh karenanya
diperlukan alat atau instrumen yang dapat mengukur dan mengetahui potensi
siswa agar para pendidik bisa memberikan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi siswa.
Selain itu, untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak
berkebutuhan khusus, perlu dilakukan berbagai program demi meningkatkan
dan mengembangkan anak berkebutuhan khusus yang ada dengan berbagai
aspek perkembangan yang berbeda.
Aspek perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial,
perkembangan emosional dan spiritual adalah salah satu dari beberapa proses
yang berpengaruh pada perkembangan anak. Psikologi perkembangan sebagai
salah satu turunan dari disiplin ilmu Psikologi, memiliki ruang lingkup kajian yang
sangat rinci. Aspek-aspek tersebut terorganisir dan bergantung antara satu dan
lainnya dalam perkembangan manusia mulai dari kandungan hingga lanjut usia.
Sebagaimana aspek perkembangan lainnya, kognitif juga mengalami
perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaan atau kematangannya.
Sederhananya, kognitif dimengerti sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Kemampuan kognitif yang berkembangkan memudahkan anak dalam menguasai
pengetahuan umum lainnya sehingga ia dapat menjalankan fungsinya dalam
interaksi bermasyarakat secara luas.

1.2 Tujuan Studi Kasus


Tujuan Umum :
1. Mengetahui yang termasuk anak berkebutuhan khusus
2. Mengenal langsung jenis pada anak berkebutuhan khusus
3. Mengetahui faktor penyebab terjadinta kelainan
4. Mengetahui dampak terjadinya kelainan
Tujuan Khusus :
1. Lebih memahami tentang anak berkebutuhan khusus
2. Memberikan semangat dan dorongan kepada kami untuk menjadi guru yang
lebih profesional
3. Memberikan acuan karakteristik anak berkebutuhan khusus

1.3 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup dalam studi kasus ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana anak tuna rungu itu ?
3. Apa faktor penyebab dan dampak bagi siswa yang mengalami tuna rungu?
4. Program program yang dilakukan dalam pembelajaran siswa tuna rungu
BAB II

METODE

2.1 Subyek Studi Kasus


Adapun subyek dari studi kasus ini adalah :
A. DATA SISWA
Nama Lengkap : Indi Kamila
Nama Panggilan : Indy
Tempat/Tanggal Lahir : Lumajang, 24 Nov 2004
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat Lengkap : Dusun Bedok I Tempeh Lor Lumajang
No. Telephon : 085745429498
Tinggi / Berat Badan : 153 Cm / 46 Kg
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
Kelahiran ke : 3 dari pernikahan ke 1

Status Dalam Keluarga : Anak Kandung

B. CIRI – CIRI KHUSUS SISWA


Cacat Tubuh : -
Cacat Indrawi : Pendengaran
Ciri Khusus : -
Catatan Lain : -
Anak sekamar dengan : Ibu Kandung
Anak tidur seranjang dengan : Ibu Kandung

C DATA PERNIKAHAN ORANG TUA


Pernikahan ke : 1

1
Menikah Tahun : 3 Desember 1992
Usia Pernikahan : 29 Tahun
Status Pernikahan : Nikah / Cerai Hidup / Cerai Mati / Hidup Bersama /
Berpisah
Keterangan lain : -
D DATA ORANG TUA
AYAH
Nama Lengkap : Samori
Tempat/Tanggal Lahir : Lumajang, 30 Juni 1967
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Alamat Lengkap : Dusun Bedok I Tempeh Lor Lumajang
No. Telephon : -

IBU
Nama Lengkap : Nami Ningsih
Tempat/Tanggal Lahir : Lumajang, 11 Juni 1974
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Lengkap : Dusun Bedok I Tempeh Lor Lumajang
No. Telephon : -
DATA PERKEMBANGAN SISWA

A. RIWAYAT SISWA
1. Waktu Ibu Hamil / Mengandung
Mengalami keguguran sebelumnya : Tidak

Merasa sedih/ bingung/ kesal : Tidak

Anak ini adalah yang diinginkan : Ya

Anak ini pernah mau digugurkan : Tidak

Kondisi kesehatan badan ibu waktu hamil : Sehat

Lahir pada usia kandungan : 9 bulan

2. Waktu Melahirkan
Biasa / Lama / Sukar, dengan cara : Sukar

Tempat Kelahiran : Rumah sendiri

Ditolong oleh : Bidan

Berat badan bayi : 2 kg

Panjang badan bayi : 49cm

3. Riwayat Makanan (Asupan Gizi)


Riwayat Menyusui : ASI

Disapih dari ASI pada usia : .2 Tahun

Berhenti menyusu karena : Sudah Waktunya

Disapih dari susu formula pada usia : Tidak pernah minum susu formula

Disapih dari botol pada usia : Tidak pernah minum susu dari botol

Diberi makanan tambahan : Buah

Kesukaran pemberian makanan : Ikan

4. Perkembangan Fisik/Motorik
Tengkurap : 4 bulan

Duduk :7 bulan
Merangkak : 9 bulan

Berdiri : 12 bulan

Berjalan : 21 bulan

Bicara kata-kata pertama : 15 bulan

Bicara lancar : 21 bulan

Kesulitan gerakan : ada

5. Siapa yang mengasuh


Waktu bayi : Ibu

Waktu balita : Ibu

Saat ini : Ibu

6. Riwayat Sekolah
Masuk kelompok bermain :-

Nama kelompok bermain : .-

Masuk TK : 6 tahun

Nama TK : TK ABA

Prestasi belajar : Kurang

Pelayanan khusus yg diterima :-

7. Kursus-kursus atau Terapi yang pernah dijalani


1. ............................................................................................ tahun ............
- ........

2. ............................................................................................ tahun ............


- ........

3. ............................................................................................ tahun ............


- ........
4. ............................................................................................ tahun ............
- ........

5. ............................................................................................ tahun ............


- ........

8. Kondisi Anak di Sekolah (di isi Guru)


Sosialisasi dengan Guru : Jarang berkomunikasi, Harus didekati
terlebih dahulu oleh guru

Sosialisasi dengan Orang lain : Jarang bersosialisasi

Sopan santun terhadap Guru : Sangat sopan dan santun

Sopan santun terhadap teman : Sangat sopan dan santun

Sopan santun terhadap orang lain : Sangat sopan dan santun

Sopan santun di kelas : Sangat sopan dan santun

Pelajaran yang sangat disukai : Prakarya

Pelajaran yang tidak disukai : MTK

Kesulitan yang dialami di sekolah : Berkomunikasi dan bersosialisasi dengan


orang lain

9. Kondisi Anak di Rumah


Hubungan anak dengan orang tua : Baik

Hubungan anak dengan saudara : Baik

Hubungan anak dengan orang lain : Baik

Hubungan dengan tetangga : Baik

Sopan santun terhadap orang tua : Baik


DATA PELENGKAP SISWA

A. DATA SAUDARA KANDUNG / TIRI SISWA

Usia Serumah
Nama L/P Pend. Pekerjaan (Ya/Tidak Ket.
(th) )

Akis P 27 SMP - Ya

Rohmat L 22 SMK Pabrik Ya

B. ORANG-ORANG LAIN YANG SERUMAH


Hubungan Pendidikan/
Nama L/P Usia Pend.
Keluarga Pekerjaan

Nenek Mistiyah P 74 - Nenek -

Noto L 75 - Kakek -

KELUHAN-KELUHAN (bila ada)

Keluhan Utama : Gangguan Pendengaran

Kesulitan penanganan terhadap anak : Kurang Percaya diri

Riwayat kecelakaan/penyakit :-

Keadaan penglihatan & pendengaran : Gangguan Pendengaran

Pengecekan kesehatan ke dokter : Kadang-kadang

Alasan pengecekan : Mengetahui kondisi telinga

C. BAKAT DAN MINAT SERTA KARAKTER KHUSUS


Bakat : Memasak
Minat : Menjadi Chef

Karakter : Rajin dan suka bersih-bersih, kurang percaya diri dan


perlu stimulus untuk berani tampil.

2.2 Prosedur Studi Kasus


Prosedur yang penulis lakukan dalam studi kasus iini ada 4 tahap, dimana
tahapan ini sesuai dengan SOP sekolah inklusi
1. Melakukan identifikasi
Identifikasi anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu upaya tahapan
awal yang dapat dilakukan sedini mungkin sebagai usaha untuk menemu
kenali anak yang memiliki kebutuhan khusus baik dari segi fisik, motorik,
kognitif, bahasa, sosial, emosional, neurologis.

2. Melakukan Asesmen
Asesmen merupakan kegiatan penyaringan terhadap anak-anak yang di
identifikasi sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus sendiri dapat dikelompokkan menjaditunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, lamban
belajar, anak berbakat, dll.

3. Pembuatan Program Pembelajaran Individu (PPI)


PPI merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak
berkebutuhan khusus yang bersifat heterogen, baik dalam hal jenis maupun
kemampuannya. Melalui program pembelajaran yang diindividualisasikan ini
memungkinkan anak berkebutuhan khusus dapat terlayani secara optimal.

4. Pembuatan RPP Akomodatif


RPP ini merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran akomodatif untuk
siswa PDBK dengan hambatan – hambatan tertentu. RPP
akomodatif merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan PDBK (peserta didik berkebutuhan khusus) dengan tetap
mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran.

2.3 Instrumen Studi Kasus


a. Identifikasi
IDENTITAS ANAK
Teknik
1. Observasi
2. Wawancara
Nama : Indi Kamila
3. Dokumen
Tempat,tgl lahir : Lumajang,24 Nov 2004 4. Perintah
Jenis kelamin : Perempuan 5. Gabungan 1,2,3
Nama Sekolah : SMPN 1 Sumbersuko
Kelas : VIII E
Alamat rumah : Dusun Bedok I Tempeh Lor
Alamat sekolah : Jl. Raya Sumbersuko Lumajang

Tanggal : 15/02/2020
Nama Asesor : Elok Fadiyah, S. Psi
Tanda tangan :

IDENTIFIKASI HAMBATAN PENDENGARAN


PETUNJUK  
Ketik angka 1 jika ya dan angka 0 jika tidak pada kolom warna kuning pernyataan sesuai dengan gejala yang tampak/
diperoleh
 

N TEKNI YA=1, Sko


KATEGORI PERTANYAAN BOBOT
O K TIDAK=0 r

A. Berat/ 1 Tidak memahami perintah (bicara sangat keras/ teriak)


menyeluruh dalam jarak 1 m 100 4 0 0
2 Ucapan kata tidak jelas dan sulit dipahami
100 4 1 100
1 Tidak memahami perintah dalam jarak lebih 1 m
60 4 1 60
2 Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
10 4 1 10
3 Banyak perhatian terhadap getaran
20 1 1 20
B. Sedang/ 4 Tidak ada reaksi terhadap bunyi di dekatnya lebih 1
sebagian meter 60 4 1 60
5 Terlambat dalam perkembangan bahasa
40 2 1 40
6 Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
40 4 1 40
7 Kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara
20 4 1 20
    Skor gejala A     0 100
    Skor gejala B     0 250
Tuliskan temuan lain (jika ada) tentang kondisi anak yang berhubungan dengan hambatan pendengaran di bawah ini:
Indy bisa memahami komunikasi dari orang lain dengan membaca atau memperhatikan gerak bibir lawan bicaranya

A Tunarungu
Diduga berat/menyeluruh
KESIMPULAN
B.
Diduga Tunarungu sebagian
B. Indikator Pencapaian 
1. Memetakan rancangan
2. Melaksanakan identifikasi dengan menggunakan instrumen identifikasi
(inventory) yang sudah disediakan.
3. Menyusun laporan hasil identifikasi.
4. Memberikan rekomendasi hasil identifikasi.

C. Alat dan bahan


1. Instrumen identifikasi (inventory).
2. Template laporan hasil identifikasi.

D. Referensi
1. Bahan bacaan bimtek pemenuhan GPK tahap pemahaman yang meliputi:
a. Klasifikasi Peserta Didik
b. Jenis Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
c. Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
d. Identifikasi 

E. Prosedur / Langkah-lan
E. Langkah Pelaksanaan
1. Tentukan kelas yang akan digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap
peserta didik.
2. Pelajari instrumen identifikasi (inventory) dengan saksama.
3. Lakukan pengamatan terhadap seluruh peserta didik yang ada dalam kelas
yang sudah dipilih. 
4. Gunakan instrumen identifikasi yang tersedia. 
5. Fokuskan pelaksanaan identifikasi kepada peserta didik yang menurut anda
memiliki kecenderungan berkebutuhan khusus dan tentukan hasilnya. 
6. Susunlah laporan hasilnya sesuai dengan template Form Hasil Identifikasi
G. Temuan dan Pembahasan
No Temuan  Pembahasan 
. (Isikan pada kolom di bawah ini (Deskripsikan secara singkat temuan
kendala-kendala dan dukungan yang didapat dan jelaskan apa yang
yang  Anda dapatkan saat Anda lakukan saat mendapatkan
melaksanakan identifikasi) kendala dalam proses identifikasi)
1. Kendala  Solusi
ABK berkomunikasi dengan Berkomunikasi dengan menggunakan
melihat gerak bibir bahasa gerak bibir yang jelas dan agak
pelan
2. ABK kurang percaya diri Menempatkan ABK dengan teman
yang dia sukai dan sering mengajak
aktif dalam kegiatan agar dapat
bersosialisasi dan lebih percaya diri
3. Dukungan
ABK mempunyai semangat yang
besar untuk belajar

H. Hasil 
1. Instrumen identifikasi yang sudah terisi. 
2. Tugas Terstruktur Pelaksanaan Identifikasi. 
3. Laporan hasil identifikasi sesuai format.
4. Dokumen hasil pemeriksaan ahli/dokumen pendukung lainnya (apabila
ada).

I. Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah 
Dilakukan tes secara medis agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat
tuna rungunya dan bisa melakukan penanganan yang sesuai dengan
kebutuhan ABK  
2. Untuk guru kelas 
Memberi pendampingan khusus dengan menggunakan bahasa bibir
3. Untuk orang tua
Membelikan vitamin atau suplemen yang diperlukan
4. Teman sekolah
Memberikan pengertian pada teman-teman sekolah untuk mau menerima
dan mampu menghargai perbedaan sehingga tercipta suasana yang
kondusif

J. Keterlibatan ahli lain/pihak lain


Poliklinik THT Rumah Sakit Haryoto Lumajang

K. Saran
Semua pihak mampu mengadaptasikan diri sesuai dengan PDBK

Laporan Hasil Identifikasi

IDENTITAS ANAK
Nama        : Indi Kamila
Tempat/Tgl. Lahir    : Lumajang,24 Nov 2004
Kelas        : VIII E

N Hasil Identifikasi Uraian


o
1 Karakterisik unik sesuai form 1. Ucapan kata tidak jelas dan sulit
Identifikasi dipahami 
2.  Tidak memahami perintah
dalam jarak lebih 1 m
3.  Sering memiringkan kepala
dalam usaha mendengar
4.  Banyak perhatian terhadap
getaran
5.  Tidak ada reaksi terhadap bunyi
di dekatnya  lebih 1 meter
6. Sering menggunakan isyarat
dalam berkomunikasi
7. Kurang atau tidak tanggap bila
diajak bicara.
2 Temuan lain Karakterstik unik 1. Memahami komunikasi orang
yang ditemukan tidak tercantum lain dengan melihat 
dalam form indetifikasi        gerak bibir orang lain
2.   Kurang percaya diri
3.   Sensitif
3 Dugaan sementara hambatan Tuna Rungu sebagian
yang dimiki anak

b. Asesmen

1. Indikator Pencapaian 
a. Menyusun instrumen asesmen akademik
b. Melaksanakan asesmen akademik menggunakan instrumen yang
dibuat/dikembangkan oleh guru
c. Menyusun laporan hasil asesmen akademik
d. Mendeskripsikan kemampuan awal (baseline) peserta didik
2. Alat dan Bahan
a. Panduan penyusunan instrumen asesmen akademik.
b. Template laporan hasil asesmen

3. Referensi
Bahan bacaan bimtek pemenuhan GPK tahap pemahaman yang meliputi :
a. Jenis Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
b. Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
c. Asesmen

5. Prosedur / Langkah-langkah Pelaksanaan 


1. Tentukan satu peserta didik yang akan diases pada mata pelajaran
tertentu.
2. Tentukan pokok bahasan sesuai dengan usia kronologis 
3. Tentukan pokok bahasan sesuai dengan jenjang siswa
4. Menyusun instrumen asesmen akademik
5. Melaksanakan asesmen akademik berdasar instrumen yang telah disusun
6. Menganalisis hasil asesmen akademik yang telah dilaksanakan
(tes/protofolio/wawancara/observasi).
7. Memetakan hasil analisis (mengetahui posisis anak, anak mengerjakan
dengan mudah, anak dapat mengerjakan, anak tidak dapat mengerjakan,
hasil sempurna) apabila posisi tengah/middle dikatakan posisi anak posisi
disitu, jika sempurna maka buatkan instrumen lagi satu level di atasnya,
jika hasil jelek buat instrumen satu level dibawahnya).
8. Jika ada keraguan tentang data tersebut, maka peserta bimtek dapat
melakukan kroscek terhadap guru, orangtua atau informan yang
mengetahui kondisi anak tersebut.
9. Melengkapi Laporan Hasil Asesmen sesuai dengan format 

6. Temuan dan Pembahasan


No Temuan  Pembahasan 
. (Isikan pada kolom di bawah ini (Deskripsikan secara singkat temuan
kendala-kendala dan dukungan yang didapat dan jelaskan apa yang
yang  Anda dapatkan saat Anda lakukan saat mendapatkan
melaksanakan identifikasi) kendala dalam proses identifikasi)
1. Kendala  Solusi
ABK berkomunikasi dengan Berkomunikasi dengan menggunakan
melihat gerak bibir bahasa gerak bibir yang jelas dan agak
pelan
2. ABK kurang percaya diri Menempatkan ABK dengan teman
yang dia sukai dan sering mengajak
aktif dalam kegiatan agar dapat
bersosialisasi dan lebih percaya diri
3. Dukungan
ABK mempunyai semangat yang
besar untuk belajar

7. Hasil / Produk
1. Dokumen Instrumen asesmen yang disusun. 
2. Tugas Terstruktur Pelaksanaan Asesmen. 
3. Laporan hasil asesmen sesuai format. 
4. Dokumen pendukung lainnya (misal: hasil kerja siswa, wawancara dengan
guru kelas/matpel, wawancara orang tua, dsb).

8. Rekomendasi
1.   Untuk kepala sekolah 
Dilakukan tes secara medis agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat
tuna rungunya dan bisa melakukan penanganan yang sesuai dengan
kebutuhan ABK  
2. Untuk guru kelas 
   Memberi pendampingan khusus dengan menggunakan bahasa bibir
3.    Untuk orang tua
   Membelikan vitamin atau suplemen yang diperlukan
4. Teman sekolah
Memberikan pengertian pada teman-teman sekolah untuk mau menerima
dan mampu menghargai perbedaan sehingga tercipta suasana yang
kondusif
9. Keterlibatan ahli lain/pihak lain
Poliklinik THT Rumah Sakit Haryoto Lumajang

10. Saran
Semua pihak mampu mengadaptasikan diri sesuai dengan PDBK

LAPORAN HASIL ASESMEN 

IDENTITAS
NAMA       : Indi Kamila
TANGGAL LAHIR  : Lumajang,24 Nov 2004
KELAS        : VIII E
JENIS KELAMIN      : Perempuan
MATA PELAJARAN : BK
TANGGAL ASESMEN   : 15 Februari 2021
NAMA ASESOR        : Elok Fadiyah, S. Psi
Kompetensi Indikator Penilaian  Deskripsi
N yang Akan Pencapaia Mamp Tidak kemampuan Keterangan 
o Diukur* n u Mamp peserta didik
u
1. Memahami Mampu √ ABK mampu
komunikasi memahami memahami
bahasa bibir gerak bibir
orang lain
2. Berani Mau √ ABK mau
berkomunikasi menjawab menjawab
pertanyaan pertanyaan
guru orang lain
maupun dengan
teman menggunakan
bahasa bibir
yang pelan
3. Lebih Percaya Berani ikut √ ABK hanya
Diri kegiatan  mau  berteman
dengan
sahabatnya
saja.
*Dapat berupa Kompetensi Dasar dan/atau Kompetensi Aspek Perkembangan
   
B. Program Pembelajaran Individu
1. Indikator Pencapaian 
a. Menuliskan identitas anak
b. Mendeskripsikan taraf kemampuan anak saat ini.
c. Merumuskan tujuan umum atau tujuan jangka panjang (enam
bulan)/fleksibel
d. Merumuskan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek (tiga
bulan)/fleksibel
e. Merumuskan materi pembelajaran PPI
f. Menentukan alokasi waktu pelaksanaan program
g. Merumuskan aktivitas pembelajaran
h. Merumuskan prosedur evaluasi pembelajaran

2. Alat dan bahan


Template PPI

3. Referensi
Bahan bacaan bimtek pemenuhan GPK tahap pemahaman yang meliputi:
a. Adaptasi Kurikulum
b. Program Pembelajaran Individual
c. Pembelajaran Akomodatif
d. Penilaian Hasil Belajar

4. Prosedur / Langkah-langkah Pelaksanaan 


1. Menuliskan identitas anak berdasarkan data pada planning matrix
2. Mendeskripsikan taraf kemampuan anak saat ini.
3. Merumuskan tujuan umum atau tujuan jangka panjang (enam bulan)/fleksibel
4. Merumuskan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek (tiga bulan)/fleksibel
5. Merumuskan materi pembelajaran PPI
6. Menentukan alokasi waktu pelaksanaan program
7. Merumuskan strategi pembelajaran bagi PDBK
8. Merumuskan prosedur evaluasi pembelajaran

5. Temuan dan Pembahasan


No Temuan Pembahasan
. (Isikan pada kolom di bawah ini (Deskripsikan secara singkat temuan
kendala-kendala dan dukungan yang didapat dan jelaskan apa yang
yang  Anda dapatkan saat Anda lakukan saat mendapatkan
menyusun PPI) kendala dalam menyusun PPI)
1. Kendala  Solusi
ABK berkomunikasi dengan Berkomunikasi dengan menggunakan
melihat gerak bibir bahasa gerak bibir yang jelas dan agak
pelan
2. ABK kurang percaya diri Menempatkan ABK dengan teman yang
dia sukai dan sering mengajak aktif
dalam kegiatan agar dapat
bersosialisasi dan lebih percaya diri
3. Dukungan
ABK mempunyai semangat yang
besar untuk belajar

6. Hasil / Produk
1. Penyusunan PPI.
2. Dokumen PPI. 
3. Media pembelajaran.

7. Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah 
Dilakukan tes secara medis agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat tuna
rungunya dan bisa melakukan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan
ABK  
2. Untuk guru kelas 
Memberi pendampingan khusus dengan menggunakan bahasa bibir
3. Untuk orang tua
Membelikan vitamin atau suplemen yang diperlukan

4. Teman sekolah
  Memberikan pengertian pada teman-teman sekolah untuk mau menerima
dan  mampu menghargai perbedaan sehingga tercipta suasana yang
kondusif

8. Keterlibatan ahli lain/pihak lain


Poliklinik THT Rumah Sakit Haryoto Lumajang
9. Saran
Semua pihak mampu mengadaptasikan diri sesuai dengan PDBK

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

Nama    : Indi Kamila


Kelas/Semester   : VIII E / Semester Genap
Tanggal Lahir    : Lumajang, 24 November 2021
Tahun Ajaran    : 2021/2022
Jenis Kebutuhan Khusus   : Tuna Rungu
Orang Tua/Wali    : Samori

Kompetensi Bimbingan dan Konseling


Dasar
Mampu berkomunikasi

Indikator 1. Menentukan cara berkomunikasi


2. Menggunakan komunikasi yang efektif

Deskripsi 1. Siswa tidak mampu mengetahui komunikasi  dengan


(Kondisi saat ini) orang lain
2. Siswa tidak mampu menyampaikan pendapatnya
3. Siswa hanya duduk dibangkunya sepanjang hari dan
tidak mau bergabung dengan teman-temannya

Jangka
Panjang Siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain 
(1
Bulan)
1. Siswa mampu mengerti komunikasi yang disampaikan
orang lain (pada minggu ke-1)
Tujuan 2. Siswa mampu menyampaikan pendapatnya (pada
minggu ke-2)
Jangka
3. Siswa mampu dan percaya diri dalam bersosialisasi
Pendek
dengan orang lain (pada minggu ke -3)
4. Siswa mampu menyampaikan pendapat didepan
kelas

Materi Berkomunikasi dengan baik

Strategi 1. Guru menampilkan video pembelajaran cara


berkomunikasi yang baik
2. Guru memberi contoh cara berkomunikasi
3. Guru menugaskan siswa untuk berkomunikasi dengan
teman
4. Guru menugaskan siswa untuk berani menyampaikan
pendapat didepan kelas
Media 1. Lembar kerja siswa 
2. Kinemaster / Video Pembelajaran
3. Hp atau Laptop

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Studi Kasus


Lokasi tempat penelitian terletak di SMPN 1 SUMBERSUKO yang terletak di
jalan raya sumbersuko kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang. Guru di
SMPN 1 SUMBERSUKO berjumlah 34 guru dengan 1 Guru pembimbing
khusus.
Kurikulum anak-anak didik tunarungu lebih diarahkan cara agar mereka
dapat bertahan hidup dimasyarakat diantaranya dengan memperbanyak materi
ketrampilan sesuai dengan bakat dan minatnya daripada materi umum.
Berhubung ABK tuna Rungu ini mempunyai bakat dan minat dalam bidang
memasak, maka pada pelajaran tertentu seperti Bimbingan dan Konseling lebih
difokuskan pengembangan diri ABK.
Pada proses pembelajaran guru mapel membuat program pembelajaran
individu sehingga pada proses pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta
didik terutama peserta didik berkebutuhan khususs, seperti pada ABK Tuna
Rungu ini karena memahami komunikasi dari meihat bahasa atau gerak bibir,
maka ABK tuna Rungu ini ditempatkan ditempat duduk bagian depan agar dia
bisa melihat gerak bibir guru dengan jelas.
Selain adanya atau diciptakannya suasana belajar yang kondusif sehingga
semua siswa terutama ABK merasa nyaman dalam belajar tanpa ada
diskriminasi oleh lingkungan dan teman-temannya.

1.2 Pembahasan
Pada penelitian – penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan siswa tuna
rungu seprti pada STUDI KASUS PADA SMA LUAR BIASA B (TUNARUNGU)
DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG oleh Anggi Tyas
Prabawati (¹) Sumadi(²) Rosana.(³)
Dan pada penelitian KEHIDUPAN PENYANDANG TUNA RUNGU
(Studi Kasus Keluarga “KM” di Banjar Celuk, Kelurahan Panjer, Kecamatan
Denpasar Selatan) oleh Aldu Henny Sirait1* , Purwadi Suriadireja2 , I Gusti Putu
Sudiarna3 Program Studi Antropologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Udayana
Ditemukan adanya persamaan metode dalam melakukan identifikasi dan
asesmen walaupun dengan instrumen yang berbeda.
Adanya pembuatan program yang cenderung hampir sama dalam rangka
meningkatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus, terutama siswa tuna
rungu
Adanya sedikit perbedaan dalam kondisi siswa tuna rungu, baik itu bacground
dan tingkat dampak dari ketunaan yang yang ada.
Pada studi kasus di SMA LUAR BIASA B (TUNARUNGU) DHARMA BHAKTI
DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG
Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum yang
digunakan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu adalah kurikulum khusus
yang dirancang untuk peserta didik yang memiliki keterbatasan fisik dalam hal ini
tunarungu. Kurikulum ini memiliki persentase 60% keterampilan dan 40% materi
umum.Dalam pembelajaran IPS Terpadu metode yang digunakan dikelas X B
(tunarungu) adalah dua metode khusus yaitu metode kelompok meliputi, metode
demonstrasi, metode drill, dan karya wisata. Sedangkan metode individu
meliputi metode tanya jawab, face to face dan oral.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka. Tunarungu adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Oleh
karena hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara (Mudjito, Harizal
dan Elifindri, 2012: 27). Anak tunarungu sebagai mahluk sosial seperti juga
manusia yang lain memiliki kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial. Dengan
belajar IPS terpadu bukan menjadikan anak tunarungu menarik diri dari
lingkungan sosial yang lebih luas karena kesalahan persepsi dari beberapa
komunikasi yang dilakukan, tetapi menjadi matang secara emosional untuk
berinteraksi dengan lingkungan yang bermacammacam. Mengingat
pembelajaran IPS terpadu ini penting untuk menumbuhkan sikap, kesadaran,
kepedulian, dan toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat bagi
anak didik, 2 maka guru IPS terpadu berupaya untuk memilih, menetapkan dan
mengembangkan pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu
kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan anak didik untuk
mempelajari IPS terpadu, sehingga dapat menarik minat anak didik untuk
mempelajarinya. Permasalahan tentang pembelajaran IPS terpadu seperti apa
yang akan diterapkan muncul karena ada perbedaan antara pembelajaran anak
normal dengan anak yang berkelainan atau memiliki cacat tubuh dan mental.
Problem yang terjadi di lapangan dalam pembelajaran IPS terpadu pada anak
berkebutuhan khusus seorang pendidik memerlukan kurikulum pembelajaran
khusus untuk mengimplementasikan IPS terpadu. Dalam hal ini kurikulum
Nasional yang diterapkan adalah kurikulum 2013. Penggunaan pedoman
kurikulum Nasional mutlak dalam penyelenggaraan pendidikan formal, karena
standar kurikulum dibuat untuk memberikan jaminan kepada masyarakat agar
apa yang diperoleh di sekolah benar-benar konsisten dengan prinsip dan tujuan
Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam kurikulum Nasional,
meskipun sekolah-sekolah diperkenankan untuk mengembangkan atau
melaksanakan kurikulum yang menjadi ciri khas yang bersangkutan namun
kurikulum tetap dilaksanakan sepenuhnya. Pada dasarnya sekolah didirikan
untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar bagi murid. Sementara ini
sebagian besar proses pembelajaran IPS Terpadu di sekolah berlangsung di
kelas. Oleh karena itu, setiap kelas di sekolah perlu dilengkapi dengan sarana
belajar mengajar IPS Terpadu yang dapat digunakan guru maupun murid.
Terdapat sejumlah materi pembelajaran IPS Terpadu yang seringkali membuat
siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru yang sulit untuk menjelaskannya.
Kesulitan tersebut dapat terjadi karena materi tersebut masih abstrak, rumit,
asing, dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan
sarana belajar IPS Terpadu yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka sarana belajar harus mampu membantu
siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan
penggunaan gambar, foto, bagan, dan skema. Demikian pula materi yang rumit,
harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami, terlebih lagi bagi
mereka penyandang tunarungu. SMA Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandarlampung merupakan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Disana terdapat anak-anak tunagrahita, tunarungu, dan anak autis. Metode
pembelajaran yang diterapkan pada sekolah tersebut bervariasi tergantung
kebutuhan. Menurut Soelaiman Joesof (2004: 3) dalam metode tidak boleh
melupakan:
1. Sasaran Pendidikannya
2. Kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat
3. Taraf perkembangan sosial budaya bangsa. Berdasarkan pendeskripsian
masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pembelajaran IPS
terpadu yang diterapkan di SMA 3 Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor dalam Moleong
(2008: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian kualitatif
ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus.
Sebagaimana pendapat Burhan (2012: 19) yang menyebutkan bahwa
pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative,
yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subjek penelitian. Penelitian studi kasus atau penelitian
lapangan dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini,
serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given).
Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
Diletakkan dalam konteks rumpun pendekatan kualitatif, studi kasus tidaklah
kaku dan mekanistik sifatnya melainkan penuh dinamika. Sebagai sebuah
metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah
penelitian sosial. Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan
untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian
ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus dimana peneliti berusaha
untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS terpadu di SMA Luar
Biasa Dharma Bhakti Pertiwi Bandarlampung. Peneliti mengumpulkan data dan
mendeskripsikan proses pembelajaran IPS Terpadu kelas X B (tunarungu).
Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandarlampung Pada Siswa Kelas X B (tunarungu) Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2013/2014. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang akan peneliti gunakan adalah
sebagai berikut: Observasi Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis (H.Daryanto, 2010: 33). cara ini maka peneliti akan melihat langsung
kondisi di lapangan mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS terpadu
dikelas X B (tunarungu). 4 Wawancara Wawancara seperti yang ditegaskan oleh
Moleong (2008: 186) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
ini dillakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang
berguna dalam penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih
mendalam sebab peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan
lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan dan melalui teknik wawancara
peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami bagimana proses
pembelajaran IPS Terpadu meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
hambatan. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen (Basrowi dan
suwandi, 2008: 158).
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi tempat penelitian terletak di Sekolah Luar
Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Jalan Teuku Cik Ditiro No.1 Kelurahan
Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.Guru SLB Dharma
Bhakti dharma Pertiwi berjumlah 29 orang yang terdiri dari 27 PNS Depdiknas, 2
orang guru honorer Yayasan. Selain itu Karyawan berjumlah 11 orang honorer
yayasan. Keadaan siswa SLB-B berjumlah 74 siswa yang terdiri dari SDLB-C 69
siswa, siswa SMPLB-B 18 siswa, dan SMA LB-B 15 siswa. Kurikulum anak-anak
didik tunarungu lebih diarahkan cara agar mereka dapat bertahan hidup
dimasyarakat diantaranya dengan memberikan lebih banyak materi ketrampilan
dari pada materi umum.untuk membantu anak-anak tunarungu dibangun sarana
sarana belajar khusus bagi anak anak tunarungu yaitu PKPBI (Pengembangan
Komunikasi Presepsi Bunyi dan Irama) dan barubaru ini dibangun ruang karoke
digital untuk melatih suara mereka. metode yang digunakan untuk anakanak
tunarungu lebih ditekankan pada penanganan individu Temuan penelitian diatas
didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang difokuskan pada
kurikulum, metode dan sarana belajar di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Bandar Lampung. Teknik observasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu dikelas
tunarungu. Data yang terkumpul dari hasil observasi ini berupa data kualitatif.
Pengumpulan data observasi ini menggunakan pedoman observasi. 5 dalam
penelitian ini yaitu teknik wawancara.Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan
data berupa pendapat, tanggapan,kesan, dan penilaian terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Yang kedua adalah teknik wawancara,yaitu teknik dilakukan
dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh guru IPS Terpadu. Teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data berupa pendapat, tanggapan,kesan, dan penilaian
terhadap pelaksanaan pembelajaran. Teknik wawancara ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh guru IPS Terpadu. \ Teknik dokumentasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sudah tersedia
disekolah berupa data yang sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Kurikulum,
sarana dan metode pembelajaran IPS Terpadu Sebagaimana telah
dikemukakan pada diatas yang dimaksud dengan tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Karena hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Karena
memiliki keterbatasan fisik tersebut maka kurikulum, metode dan sarana belajar
anak tunarungu dibuat khusus untuk memudahkan dalam belajar. Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran.
Kurikulum yang digunakan di SMALB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi belum
mengikuti aturan dari pemerintah karena siswa dirasa belum mampu oleh guru
mata pelajaran IPS Terpadu. Kurikulum pembelajaran IPS terpadu pada anak
tunarungu di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi dibuat khusus dengan
menggunakan 60% keterampilan dan 40% materi umum. Penyusunan perangkat
mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan siswa. Materi
pelajaran IPS terpadu yang disampaikan pada kelas X B (tunarungu) memuat
materi yang sudah sangat disederhanakan yang telah diatur dalam tiap
pertemuan dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Sarana belajar
adalah segala kebutuhan logistik tertentu yang dibutuhkan dalam belajar.
Sarana dan prasarana dalam pembelajaran IPS Terpadu pada dasarnya relatif
sama dengan pembelajaran lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasanya sendiri
dalam beberapa hal. Di SMALB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi (tunarungu)
memiliki berbagai ruang khusus yang membantu anak-anak tunarungu belajar.
Untuk memeriksa derajat ketulian menggunakan ruang audiometri, untuk belajar
mengucapkan seluruh bunyi menggunakan ruang bina wicara dan untuk belajar
ICT secara berkelompok menggunakan ruang elearning Dengan adanya
berbagai sarana yang tersedia diharapkan siswa tuarungu dan guru dapat
terbantu dalam proses belajar. Metode pembelajaran adalah alat yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPS
terpadu metode yang digunakan dikelas X B 6 (tunarungu) adalah dua metode
khusus yaitu metode yang meliputi:metode kelompok meliputi, metode
demonstrasi, metode drill, dan karya wisata. Sedangkan metode individu
meliputi metode tanya jawab, face to face dan oral. Pembelajaran untuk anak
berkebutuhan khusus tiap jenis dan derajat ketunaan memerlukan pendekatan
dan strategi yang berbeda-beda. Perbedaan itu lebih disebabkan adanya
karakteristik anak berkebutuhan khususyang beragam.
SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan tentang Pembelajaran IPS Terpadu
Pada Siswa SMA Luar Biasa (Studi Kasus Pada SMA Luar Biasa B Dharma
Bhakti Dharma Pertiwi Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014) dapat
disimpulkan bahwa: Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS
Terpadu adalah kurikulum khusus yang dirancang untuk peserta didik yang
memiliki keterbatasan fisik dalam hal ini tunarungu. Kurikulum ini memiliki
presentase 60% keterampilan dan 40% materi umum. Dalam pembelajaran IPS
Terpadu metode yang digunakan dikelas X B (tunarungu) adalah dua metode
khusus yaitu metode kelompok meliputi, metode demonstrasi, metode drill, dan
karya wisata. Sedangkan metode individu meliputi metode tanya jawab, face to
face dan oral. Demi menunjang proses belajar mengajar untuk anak tunarungu
diperlukan sarana pembelajaran khusus dalam menjalankan aktivitas belajar
mengajar yaitu terdiri dari ruang khusus yang dilengkapi alatalat khusus untuk
meningkatkan potensinya yang masih dapat diperbaiki dan dikembangkan
terutama masalah komunikasi baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun
tulisan. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut: Anak tunarungu yang diterjunkan dalam
lingkungan pembelajaran sebaiknya mereka mendapatkan penimbangan
pelayanan yang lain, seperti diimbangi dengan layanan terapi, baik di sekolah
maupun di rumah. Untuk pihak sekolah dan pengurus yayasan, supaya
memperbaiki sarana dan prasarana seperti melengkapi alat-alat peraga,
menambahi koleksi buku-buku perpustakaan tentang materi IPS Terpadu dan
media pendidikan yang lain. Seorang guru pada siswa tunarungu hendaklah
mampu memberikan empati yang tinggi karena dengan empati yang tinggi akan
mempu memproyeksikan perasaan siswanya ketika proses belajar, sehingga
dapat menentukan metode belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi
siswanya. Untuk para orang tua sangat diperlukan peran aktifnya dalam
membimbing anak tunarungu selama 7 pulang sekolah seperti melatih untuk
hidup mandiri, berkomunikasi dan melibatkan teman sebaya yang normal untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak tunarungu dalam kehidupan sosialnya.

Sedangkan pada penelitian yang berfokus di Banjar Celuk, Kelurahan Panjer,


Kecamatan Denpasar Selatan. Adapun jenis penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dalam upaya memperoleh data yang lebih
mendalam. Teknik yang digunakan dalam memilih dan menentukan informan
adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk mendeskripsikan
suatu masalah sosial tertentu dimana pengambilan sampel dipilih oleh penulis
menurut ciri-ciri spesifik ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu
Budaya Unud Vol 17.1 Oktober 2016: 1-6 3 dan karakteristik tertentu. Kategori
penentuan informan kunci dalam penelitian ini yakni tuna rungu yang bukan
keturunan dan tidak mengenyam pendidikan. Data dikumpulkan dengan metode
observasi , wawancara, studi kasus, serta studi kepustakaan. Teknik observasi
merupakan upaya peneliti untuk melibatkan diri dalam aktivitas keluarga, peneliti
lebih mudah untuk melakukan pengamatan secara langsung sehingga data yang
diperoleh lebih lengkap, tajam dan objektif. Teknik wawancara merupakan teknik
pengumpulan data melalui tanya-jawab sambil tatap muka antara pewawancara
dengan informan. Studi kasus bertujuan untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan objek yang diteliti. Penelitian ini merupakan
penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan
gambaran yang lengkap dan terorganisir. Teknik kepustakaan digunakan untuk
mengetahui atau memperoleh data yang berkaitan dengan teori yang
mendukung penelitian. Data yang dikumpul dianalisis dengan pendekatan
deskriptif yakni penjelasan sesuatu sesuai kenyataan yang adanya secara
mendalam terhadap gejala yang diteliti.
BAB IV
RANCANGAN INTERVENSI
Anak-anak berkebutuhan khusus, seperti anak tunarungu, bisa berkembang menjadi
manusia dewasa yang mandiri dan berguna bagi masyarakat jika diberikan program
intervensi dini kepada mereka.
Walaupun mereka tunarungu, potensi kecerdasan lain dari mereka bisa
dikembangkan. Untuk itu, sangat diperlukan guru-guru yang berkualitas, yang
bersertifikasi.
Intervensi ini merupakan suatu kegiatan edukatif dengan memberikan pengaruh dan
layanan – layanan khusus (melibatkan semua pihak) pada anak yang mengalami
masalah, sesuai kebutuhan anak.
Betapa pentingnya mendeteksi atau mengetahui adanya ketunarunguan pada usia
sedini mungkin dan bahwa kemudian hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan
program intervensi atau “campurtangan” dini guna mencegah terjadinya dampak
yang kurang baik terhadap seluruh perkembangan si bayi. Maka disarankan agar
deteksi ketunarunguan terjadi sebelum usia 3 bulan (bahkan dianjurkan diadakannya
pemeriksaan pendengaran terhadap semua bayi yang baru lahir sebelum mereka
meninggalkan rumah sakit) dan pelayanan intervensi dini agar dimulai pada usia 6
bulan.
Tiga tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan masa dimana terjadi
perkembangan yang paling “dahsyat”, maka masa inilah yang perlu dimanfaatkan
sebaik mungkin guna mencegah terjadinya dampak ketunarunguan berupa
keterlambatan atau gangguan dalam berbagai aspek perkembangan anak seperti
bidang kognitif (pengetahuan), sosial dan emosi. Sesegera mungkin anak perlu
diberikan Alat Bantu Mendengar (ABM) yang cocok dan dimulai dengan
pengembangan kemampuan berbahasa dan komunikasinya serta bimbingan
terhadap orangtua mereka.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk anak tunarungu :
1. Deteksi sejak usia dini, dianjurkan sejak bayi baru lahir.
2. Memberikan assesmen sejak awal pada anak.
3. Menggunakan ABD, Implant Coachlea, perawatan dan servisnya.
4. Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Audiometry (BSR)
berupa suatu peralatan elektronik yang canggih yang memeriksa
pendengaran melalui respon atau reaksi syaraf pendengaran bayi terhadap
bunyi. Dengan ABR, pada kepala bayi (biasanya dalam keadaan tidur)
dipasang elektroda, dua pada tulang di belakang telinga dan satu pada
dahinya sehingga bunyi langsung disalurkan ke syaraf pendengaran si bayi.
(hanya terdapat di Rumah Sakit besar dan jumlahnya masih sangat terbatas).
5. Penyelenggaraan SLB Tunarungu yang ideal
Mengubah peran guru dari pendidik yang spesialis ke generalis, pendekatan
interdisipliner dengan meningkatkan kelenturan dalam menggunakan
pendekatan/metode pembelajaran bagi tunarungu
6. Perlunya pengkaderan pengurus yayasan, kepala sekolah, baik sebagai
manager maupun leader yang memahami atau menguasai bidang
keahliannya dalam pendidikan tunarungu, sehingga terampil mengelola
sistem pendidikan tunarungu.
7. Dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan “Kurikulum Lintas Bahasa”,
dengan pendekatan metode pemerolehan bahasa dan sistem komunikasi
tunarungu yang tepat (metode pemerolehan bahasa yang ditawarkan Metode
Maternal Reflektif).
8. Terlaksananya layanan deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan
layanan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama secara terprogram,
terarah, kontinyu dan berkesinambungan.
9. Pemanfaatan sisa pendengaran dengan mengoptimalkan alat bantu dengar
secara benar, meliputi : pemilihan, pemanfaatan dalam rehabilitasi dan
habilitasinya, serta sistem perawatanya.
10. Strategi optimalisasi semua komponen sekolah ; guru, orangtua/masyarakat,
lingkungan dan sarana prasarana dalam pelayanan pendidikan siswa
tunarungu secara berkualitas.
11. Program pelayanan pendidikan terpadu, sekolah khusus seperti inklusi
dengan pembuatan program seperti yang sudah tercantum pada program
pembelajaran individu
Kebutuhan minimal alat kebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak
tunarungu antara lain:
1. Audiometer
Yaitu alat penelitian yang dapat mengukur segala aspek dari pendengaran
seseorang. Dengan audiometer dapat dibuat sebuah audigram yang dapat
memberitahukan angka dari sisa pendengaran anak.

2. Alat bantu mendengar (hearing aid)


Dengan mempergunakan alat bantu dengar (hearing aid) perorangan dan alat
bantu dengan (group hearing aid) kelompok, anak-anak tunarungu diberikan
latihan mendengar. Latihan-latihan tersebut dapat diberikan secara individual
atau secara kelompok.

3. Cermin
Untuk memberikan cantoh-contoh ucapan dengan artikulasi yang baik
diperlukan sebuah cermin. Dengan bantuan cermin kita dapat menyadarkan
anak terhadap posisi bicara yang kurang tepat. Dengan bantuan cermin kita
dapat mengucapkan beberapa contoh konsonan, vokal dan kata-kata atau
kalimat dengan baik.

4. Alat bantu wicara (speech trainer)


Speech trainer ialah sebuah alat elektronik terdiri dari amplifaer, head phone
dan mickrophone. Gunanya untuk memberikan latihan bicara individual. Bagi
yang masih mempunyai sisa pendengaran cukup banyak akan sangat
membantu pembentukan ucapannya. Bagi yang sisa pendengarannya sedikit
akan membantu dalam pembentukan suara dan irama.

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan


bahwa kehidupan penyandang tuna rungu mengalami banyak kendala. Terutama
dalam melakukan interaksi dengan keluarga, interaksi yang terjalin diantara WS dan
MD (internal), serta proses sosialisasi dengan masyarakat sekitar (eksternal).
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat
terhadap perkembangan tuna rungu. Latar belakang keluarga yang kurang mampu
juga menjadi penting dalam proses perkembangan kehidupannya.
Proses memperkenalkan tuna rungu dengan lingkungan masyarakat tentu
membutuhkan waktu yang lama. Karena interaksi menjadi salah satu hambatan
utama yang dialami oleh orang tua saat ingin melakukan pendekatan dengan anak
penyandang tuna rungu. Ada saja kendala yang dialami tuna rungu ketika ingin
berinteraksi. Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap dirinya yang memiliki
kekurangan dari segi fisiologi fisik menjadikan tuna rungu merasa benarbenar
kurang berharga sebagai seorang individu.
Pada sekolah inklusi yang memiliki siswa atau peserta didik berkebutuhan
khusus seharusnya melakukan beberapa tahapan dalam proses pembelajarannya
yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan peserta didik berkebutuhan
khusus agar siswa berkebutuhan khusus ini mampu belajar dan mengembangkan
potensinya secara maksimal. Dallam hal ini tentunya diperlukan kerjasama dari
semua pihak dan dilakukan sejak dini atau seawal mungkin.

DAFTAR RUJUKAN

Balitbang Yayasan Santi Rama, Metode Percakapan yang Reflektif (MPR) Dalam
Pendidikan Anak Tunarungu, Buku Seri I : Landasan Teori, Jakarta, 1989
Boothroyd, Arthur, Hearing Impairments in Young Children, Prentice Hall, Inc.
Englewood Cliffs, N.J. 07632, 1982
Bosko Sumitro, Kursus Tentang Pendidikan Anak-anak Tuli yang Berinteligensi
Normal, Makalah, Wonosobo : Yayasan Don Bosco, 1984
Chaer, Drs. Abdul, Linguistik Umum, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003
Clark Morag, Language through Living, London Sydney Auckland Toronto: Hodder
And Stoughton, 1989
Cook, Thomas D. & Cambell, Donald T., Quasi-Experimentation, Design & Analysis
Issues for Field Settings, Chicago : Rand McNally College Publishing
Company, 1979
Burhan, Bungin. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitattif. Jakarta: Rajawali Pers.
Basrowi dan Suwandi. 2008.

Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto, H. 2010.

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Joesoef Soelaima. 2004.

Konsep Dasar pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy.
2008.

Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Mudjito, Harizal dan Elifindri.
2012.

B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih
bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal.
313
Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman, Psikologi
Perkembangan, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 212
George Boeree, General Psychology: Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi
Emosi dan Perilaku, (Terj. Helmi J. Fauzi), Cet. 1, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Group, 2008, hal. 368
Ladidius Naisaban. Para Psikologis Terkemukaka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok
Pikiran dan Karyanya, Cet. 1, Jakarta: Grasindo, 2006,hal. 324
Laura A. King. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Terj Deresi Opi
Perdana Yanti), Cet. 1, Jakarta: Selemba Humanika, hal. 152
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern, Jakarta: Erlangga, 2006, Cet I, hal. 259
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi, Cet. X, Bandung: Nusa Media, 2011, hal. 142
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya, 2003, hal. 56
Paul Suparno, Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius, Cet I,
2006, hal.11

Anda mungkin juga menyukai