Anda di halaman 1dari 1

Muhammadiyah merupakan gerakan keislaman yang sudah lama eksis di Indonesia, didirikan tahun

1912 tetapi pergulatan pemikiran kemuhammadiyahan sudah muncul sebelum tahun tersebut dalam
diskusi dan aksi KH Ahmad Dahlan bersama dengan santri-santrinya. Gerakan ini memiliki tujuan untuk
mengantarkan jamaahnya ke pintu surga serta juga sukses dalam kehidupan duniawiyah. Faham
keagamaan menurut Muhammadiyah digali dari sejarah berdirinya organisasi dan juga diskusi yang
berlangsung antara sang pendiri dengan para murid-murid generasi pertama serta dokumen-dokumen
resmi keorganisasian. Diantara dokumen-dokumen tersebut adalah Surat Al Ma’un, 17 kelompok ayat Al
Qur’an yang dipelajari oleh murid-murid KH Ahmad Dahlan, 7 kelompok falsafah kemuhammadiyahan.

Faham Islam dalam Muhammadiyah adalah kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Ialah faham
Islam yang murni yang merujuk kepada sumber ajaran yang utama yaitu Al Qur’an dan As Sunnah yang
Shohihah dan Maqbulah serta berorientasi kepada kemajuan. Kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah
yang otentik dan dinamis.

Muhammadiyah mengusung gerakan kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah karena keduanya
merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam dengan ‘kebenaran mutlak’ yang bersifat terbuka,
demikian merujuk kepada pernyataan KH Azhar Basyir. Selain itu Muhammadiyah merujuk kepada Al
Qur’an dan Sunnah dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Dengan
demikian Muhammadiyah berdiri sebagai gerakan yang berusaha benar-benar ‘membumikan’ ajaran
Islam dalam kehidupan nyata. Menjadikan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai pokok ajaran
agama dengan akal pikiran (ro’yun) sebagai pengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung
dalam keduanya, juga mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam pengertian Al Qur’an dan As
Sunnah.

Anda mungkin juga menyukai