Anda di halaman 1dari 30

UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 1 of 30

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER

LEMBAR JAWABAN
UJIAN PENELUSURAN PUSTAKA I

Tanggal Ujian : 08/12/2021


Nama Peserta Ujian : Rizcha Anastasia Widodo
NIM : 200070600011010
Kode Soal Ujian : UAPA/2021/IX/PS/Soal UPP I 23

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DESEMBER 2021
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 2 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I
TINJAUAN UMUM BAHAN AKTIF DAN SEDIAAN

1.1 DESKRIPSI UMUM TANAMAN OBAT


Deskripsi:
Tanaman obat (kelembak) dengan sinonim (Akar kalembak, Chinese rhubarb,
chuòng diêp dai hoàng, dai hoàng, daioh, daiou, kot nam tao, rawind,
Rhabarberwurzel, rhabarbarum, rhubarb, rhubard de Chine, rhubarb root, turkey
rhubarb, ta-huang) memiliki nama ilmiah (Rheum officinale) dengan taksonomi
sebagai berikut: (Kemenkes, 2017; WHO, 1999)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
Spesies : R. officinale
Bagian tanaamn yang digunakan/ nama simplisia : akar
Kandungan senyawa fitokimia : Konstituen utama adalah turunan
hidroksiantrasin (2–5%) termasuk emodin, physcione, aloe-emodin, dan
glikosida krisofanol; rheinosida A-D; dan sennosida dimerik A-F (WHO, 1999).
Senyawa marker (sekaligus sebagai senyawa aktif): 1,8 dihidroksiantrakuinon
(Danthron) (Kemenkes, 2017).

Golongan senyawa: Anthraquinone


Rumus molekul : C14H8O4
BM: 240.21 g/mol (NCBI Pubchem, 2021)

Karakteristik Fisika Senyawa Marker:


1) Data kelarutan (Danthron) antara lain: Hampir tidak larut dalam air (6,5x10 -6
mol/L pada 25 °C), dalam alkohol (1:2000). Cukup larut dalam eter (1:500);
larut dalam 10 bagian asam asetat glasial panas. Sangat sedikit larut dalam
larutan aqueous alkali hidroksida: sekitar 0,8 g larut dalam 100 ml 0,5N
NaOH (PubChem, 2021).
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 3 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2) Titik leleh/titik lebur: 193°C (PubChem, 2021)


3) Keasaman/kebasaan: <data tidak ditemukan>
4) Kadar lembab dan higroskopisitas: <data tidak ditemukan>
5) Konstanta disosiasi: pKa1 = 8.45 (phenol); pKa2 = 10.85 (phenol)
(PubChem, 2021)
6) Polaritas: Non polar
7) Kiralitas: Tidak terdapat kiralitas
8) Sifat iritasi: Menyebabkan iritasi mata serius, dapat menyebabkan alergi
atau gejala asma atau kesulitan bernapas jika terhirup, dapat menyebabkan
reaksi alergi kulit (British Pharmacopoeia MSDS, 2020).
9) Bentuk aktif: 1,8 dihidroksiantrakuinon

Data Stabilitas Senyawa Marker


Danthron stabil dalam kondisi norma. Inkompatible terhadap agen pengoksidasi
kuat (British Pharmacopoeia MSDS, 2020).

1.2 PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK/SIMPLISIA


1.2.1 PARAMETER NONSPESIFIK
1. Residu pelarut: Etanol 70% (Borobudur, 2021)
2. Kadar abu: ≤ 6,1% (Kemenkes, 2017)
3. Cemaran mikroba: Salmonella spp. dan E.coli negatif; bakteri aerobik tidak lebih
dari 105/g; fungi tidak lebih dari 10 4/g; enterobakteria tidak lebih dari 103/g (WHO,
1999)
4. Cemaran logam berat: tidak lebih dari 10 mg/kg (timbal) dan 0,3 mg/kg
(kadmium) (WHO, 1999)
5. Cemaran pestisida: residu maksimal tidak lebih dari 0,05 mg/kg (WHO, 1999)
6. Kadar air: tidak lebih dari 12% (WHO, 1999)

1.2.2 PARAMETER SPESIFIK


Nama Ekstrak : Rheum officinale (WHO, 1999)
Nama Latin Tumbuhan Rheum officinale (WHO, 1999)
Organoleptik : Ekstrak kental berasa pahit dan kelat, bewarna coklat, memiliki warna
aromatis (kemenkes, 2017)
Loss on Drying: tidak lebih dari 5% (Borobudur, 2021)
Ukuran Mesh: 70% melewati mesh 12 (Borobudur, 2021)
Kadar Danthron tidak kurang dari 3,09 % (Kemenkes, 2017)

1.2 DEFINISI BENTUK SEDIAAN TERKAIT


Definisi umum sediaan:
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 4 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak;
bahan bakunya terbuat dari ekstrak dengan atau tanpa bahan tambahan (BPOM,
2012).

1.3 GOLONGAN OBAT BAHAN ALAM BERDASARKAN UU DAN


IMPLIKASINYA
Sediaan Umum
Berdasarkan SK BPOM No HK. 00.05.4.2411 tentang KETENTUAN POKOK
PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA maka sediaan
kapsul herbal ekstrak kelembak digolongkan ke dalam obat obat herbal terstandar
(OHT) sehingga kepadanya diberlakukan peraturan tentang obat hebal terstandar
dan juga ketentuan penandaan pada kemasan serta nomor registrasi.

1.4 PENANDAAN PADA WADAH, LEAFLET ATAU BROSUR


Pada sediaan Kapsul Kelembak berlaku aturan penandaan sebagai berikut:
Berdasarkan No: HK. 00.05.4.2411 tanggal 17 mei 2004 tentang KETENTUAN POKOK
PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA, maka penandaan
khusus pada wadah, leaflet atau brosur untuk sediaan kapsul kelembak adalah sebagai
berikut:
1. Obat herbal terstandar harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”
2. Logo berupa” JARI-JARI DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak
dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok
kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.

1.5 NOMOR REGISTRASI DAN NOMOR BATCH


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012
Tentang Registrasi Obat Tradisional, maka Nomor Registrasi sediaan Kapsul Kelembak
adalah OT212300213
Keterangan:
OT: Kode huruf menandakan Obat Herbal Terstandar
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 5 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

21: Kode angka menandakan tahun didaftarkan pada DEPKES RI (2021)


2: Kode angka menandakan perusahaan jamu
3: Kode angka menandakan produk kapsul
0021: Kode angka menandakan nomor urut jenis produk yang terdaftar
3: Kode angka menandakan jenis / macam kemasan 45ml

Sediaan Kapsul Kelembak dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPTOB).
Sediaan Kapsul Kelembak memiliki nomor batch 21G021001A
Keterangan :
21 : Tahun pembuatan, 2021
G : Bulan pembuatan dalam urutan alphabet; G = Juli
039 : Nomor induk produk dalam perusahaan
002 : Urutan batch yang dibuat; batch ke-dua
A : Nomor lot dalam urutan alphabet; A = lot ke-satu
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 6 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 2
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

2.1 INFORMASI TANAMAN OBAT


2.1.1 NAMA TANAMAN OBAT DAN SENYAWA AKTIF
Danthron: mempunyai sinonim 1,8-Dihydroxyanthraquinone
Secara farmakologi, Danthron berkhasiat sebagai laksatif (didukung data klinis);
mengobati hipotensi, meningkatkan vasodilatasi perifer, dan menghambat koagulasi
darah (tanpa data klinis) (WHO, 1999).

2.1.3 DATA PEMAKAIAN EMPIRIS TANAMAN OBAT


Secara empiris, akar kelembak digunakan sebagai laksatif. Selain itu dalam
pengobatan tradisional kelembak juga digunakan untuk hipotensi, meningkatkan
vasodilatasi perifer, dan menghambat koagulasi darah.

2.1.4 DATA UJI PRE-KLINIS


Diketahui bahwa pemberian rhubarb pada tikus dengan dosis 50 gram/kg dapat
menurunkan plasma kolestrol secara signifikan (13%), kolestrol hati dari total
kolestrol (34%) (Goel, 1999).
Syamakh (2011) melakukan penelitian terhadap efek laksatif ekstrak kelembak
menemukan adanya peningkatan berat feses dan frekuensi defekasi pada mencit
yang diberi ekstrak akar kelembak dibanding kontrol.

2.1.4. FARMAKOKINETIKA SENYAWA AKTIF


a. Absorpsi: sebagian terabsorpsi di usus halus (PubChem, 2021)
b. Distribusi: diketahui bahwa dantron dapat terdistribusi dari ibu ke janin
(PubChem, 2021).
c. Metabolisme: sennosida dan rheinosida terhidrolisis oleh bakteri intestinal
dan tereduksi menjadi metabolit aktif anthrone yang bekerja sebagai
stimulan dan iritan pada saluran pencernaan (WHO, 1999).
d. Eliminasi: terekskresi pada feses dan urin (PubChem, 2021).

2.1.5 INDIKASI
Ekstrak kelembak dalam bentuk kapsul diindikasikan untuk:
a. Konstipasi (Francesco, et al 2013) (WHO, 1999)
b. Membantu untuk mengobati pasien obesistas (Francesco, et al 2013)
c. Obat gangguan pencernaan pada usus (antispasmodic) (Francesco, et al
2013)
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 7 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Berdasarkan data indikasi tersebut di atas, sediaan (Kapsul Kelembak) yang


akan dibuat diindikasikan untuk Sembelit (Kontisipasi)

2.1.6 KONTRAINDIKASI TANAMAN OBAT

Penggunaan dikontraindikasikan pada (WHO, 1999):


a. Pasien dengan obstruksi dan stenosis usus
b. Dehidrasi berat
c. Konstipasi kronis
d. Penyakit inflamasi usus (apendisitis, Crohn’s disease, kolitis ulseratif,
irritable bowel syndrome)
e. Anak di bawah 10 tahun
f. Pasien hamil atau menyusui kecuali dalam pengawasan dokter

2.1.7 DOSIS DAN PERHITUNGANNYA

Indikasi Pasien Dosis


Kontipasi Dewasa Ekstrak terstandar mengandung 10-30mg
hydroxyantracene per dosis (WHO, 1999).
Ekstrak kental akar kelembak mengandung
1,8-dihidroksiantrakuinon tidak kurang dari
3,09% (Kemenkes, 2017).
x= 10mgx100/3= 333mg
x= 30mgx100/3= 1000mg
Sehingga dosis adalah 333-1000mg per
dosis, atau 1-2 kapsul (500mg) ekstrak per
dosis.
Dosis maksimal 2g/hari (Fransesco, 2013)
Anak Tidak direkomendasikan untuk anak
dibawah 10 tahun (WHO, 1999).

2.1.8. ATURAN PAKAI


Ekstrak kelembak diminum sebelum tidur 1-2 kapsul, maksimal 4 kapsul
per hari.

2.1.9. EFEK SAMPING


Efek samping yang dapat muncul selama penggunaan (Rheum officinale)
antara lain (WHO, 1999):
Efek samping yang sering terjadi: kram perut
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 8 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Efek samping yang jarang terjadi : hepatitis, gangguan elektrolit, metabolik


asidosis, malabsorpsi, penurunan berat badan albuminuria, hematuria.

2.1.10. DATA KEAMANAN/TOKSISITAS


TOKSISITAS AKUT
Toksisitas dari penggunaan Rheum officinale pada penggunaan overdosis dapat
menyebabkan spasme kolik abdomen dan feses cair (WHO, 1999).
TOKSISITAS SUBKRONIS
<Data tidak ditemukan>
TOKSISITAS KRONIS
Toksisitas dari penggunaan Rheum officinale pada penggunaan kronis dapat
menyebabkan hepatitis, gangguan elektrolit, metabolik asidosis, malabsorpsi,
penurunan berat badan albuminuria, hematuria (WHO, 1999).

2.1.11. INTERAKSI OBAT DAN MEKANISMENYA


- Hilangnya potassium dapat meningkatkan efek glikosida kardiotonik (digitalis)
(WHO, 1999).
- Penggunaan dengan obat-obatan lain yang menginduksi hipokalemia seperti
diuretik thiazide, adrenokortikosteroid, atau akar liquorice dapat mengeksaserbasi
ketidakseimbangan elektrolit (WHO, 1999).

2.1.12. PENGGUNAAN PADA KONDISI KHUSUS


Penggunaan (Rheum officinale) pada kondisi-kondisi berikut memutuhkan
perhatian, yaitu (WHO, 1999):
1. Wanita hamil: tidak boleh digunakan pada wanita hamil karena
tanaman banyak bekerja pada usus besar dan tidak terdapat investigasi
toksikologi yang cukup.
2. Wanita menyusui: metabolit anthranoid muncul pada air susu sehingga
tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
3. Pediatrik: tidak direkomendasikan pada anak di bawah 10 tahun.

2.1.13. PERINGATAN
Laksatif mengandung glikosida antrakuinon tidak boleh digunakan terus
menerus lebih dari 1-2 minggu karena dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit (WHO, 1999).

2.1.14 CARA PENYIMPANAN


UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 9 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(Kapsul herbal kelembak) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di


tempat sejuk dan kering jauhi dari sinar matahari, karena dapat mencegah
ketidakstabilan sediaan.

2.2 ANALISIS FARMAKOLOGI


Berdasarkan data farmakologi diatas, maka :
- Bentuk sediaan yang dipilih untuk (kelembak) adalah kapsul karena
ekstrak kelembak memiliki rasa yang agak pahit sehingga bentuk kapsul
dapat meningkatkan akseptabilitas karena dapat menutupi rasa dan
mudah ditelan. Selain itu kapsul juga dapat menjamin ketepatan dosis
pada setiap minum.
- Indikasi yang dipilih untuk sediaan (kelembak) adalah konstipasi karena
telah terbukti secara empiris dan preklinis efektivitas dan keamanannya
serta telah terdapat penelitian yang membuktikan mekanisme kerja pada
indikasi ini, yakni dengan menstimulasi motilitas kolon dan meningkatkan
permeabilitas paraseluler pada mukosa kolon yang menyebabkan
peningkatan kandungan air di usus besar (WHO, 1999).
- Sediaan ini dikontraindikasikan pada anak di bawah 10 tahun, ibu hamil
dan menyusui karena belum terdapat investigasi toksisitas yang
mencukupi. Selain itu juga dikontraindikasikan pada pasien dengan
obstruksi dan stenosis usus, dehidrasi berat, dan Penyakit inflamasi usus
(apendisitis, Crohn’s disease, kolitis ulseratif, irritable bowel syndrome)
karena obat bekerja dengan menstimulasi gerakan usus dan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Obat ini juga tidak boleh
digunakan pada konstipasi kronis karena tidak boleh digunakan terus
menerus karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit (WHO,
1999).
- Dosis (Ekstrak kelembak) yang diperlukan untuk indikasi tersebut adalah
sebagai berikut :
Indikasi Pasien Dosis
Kontipasi Dewasa Ekstrak terstandar mengandung 10-30mg
hydroxyantracene per dosis (WHO, 1999).
Ekstrak kental akar kelembak mengandung
1,8-dihidroksiantrakuinon tidak kurang dari
3,09% (Kemenkes, 2017).
x= 10mgx100/3= 333mg
x= 30mgx100/3= 1000mg
Sehingga dosis adalah 333-1000mg per
dosis, atau 1-2 kapsul (500mg) ekstrak per
dosis.
UJIAN AKHIR PROFESI APOTEKER Page 10 of 30
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
JURUSAN FARMASI FAKULTAS UAPA/2021/Ganjil/Lembar Jawaban UPP I
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Dosis maksimal 2g/hari (Fransesco, 2013)


- Dipilih kekuatan ekstrak kelembak 500mg/kapsul untuk memudahkan
penggunaan sehingga kapsul yang diminum tidak terlalu banyak.
- Obat ini juga tidak boleh digunakan pada konstipasi kronis karena tidak
boleh digunakan terus menerus lebih dari 1-2 minggu karena dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit (WHO, 1999).
- Obat diminum malam hari sebelum tidur karena salah satu mekanisme
kerja adalah dengan menstimulasi motilitas usus sehingga dapat
menimbulkan ketidaknyamanan.
- Efek samping yang mungkin terjadi adalah kram perut karena adanya
gerakan peristaltik usus dan ketidakseimbangan elektrolit karena salah
satu mekanisme kerja obat dengan meningkatkan permeabilitas mukosa
kolon sehingga meningkatkan kandungan air di usus besar sehingga
dapat meningkatkan hilangnya cairan tubuh.
BAB 3
BENTUK SEDIAAN DAN FORMULASI

3.1 Rasionalisasi Bentuk Sediaan


Bentuk sediaan dengan bahan ekstrak kelembak yang tersedia di pasaran
antara lain adalah :
Borobudur Molax kapsul
Losman's Wasir kapsul
Maka dipilih bentuk sediaan kapsul untuk bahan aktif ekstrak kelembak
Keuntungan bentuk sediaan tersebut adalah :
- Menutupi rasa dan aroma yang pahit
- Meningkatkan akseptabilitas karena mudah ditelan
- Menyederhanakan proses produksi dengan menghindari kompresi (tablet).
Kerugian bentuk sediaan tersebut adalah:
- Dosis yang tetap (tidak dapat disesuaikan per kapsul)

3.2 Formulasi
3.2.1 Formula Umum Bentuk Sediaan Terkait
Formula umum dari sediaan terpilih adalah:
R/ Zat aktif
Pengering
Pelicin

3.2.2 Formula Utama dan Formula Alternatif


R/ Utama Ekstrak kental akar kelembak 500mg
Avicel PH 102 qs
Mg stearat 2%
R/ alternatif Ekstrak kental akar kelembak 500mg
Avicel PH 102 20%
Mg stearat 2%
Lactosa qs

3.2.3 Spesifikasi Produk


No Parameter Spesifikasi Literatur
1 Organoleptik Serbuk kapsul berasa Borobudur,
pahit, bewarna coklat, 2020, BPOM
memiliki warna 2019
aromatis
2 Kadar Air Maksimal 5% Borobudur,
2020. BPOM,
2019
3 Cemaran Mikroba Total Plate count: tidak Borobudur,
lebih dari 100CFU/g 2020. BPOM,
E.coli, Salmonella sp,
2019
S.aureus, P.aeruginosa
tidak
boleh terdeteksi
4 Cemaran Logam Timbal (Pb) : ≤ 10 mg/kg Borobudur,
Berat atau mg/L atau ppm 2020. BPOM,
Arsen (As) : ≤ 5 mg/kg
2019
atau mg/L atau ppm
5 Keseragaman bobot Dari 20 Kapsul, tidak BPOM, 2019
lebih dari 2 Kapsul yang
masing-masing bobot
isinya menyimpang dari
bobot isi rata-rata lebih
besar dari 10%. Tidak
satu Kapsul pun yang
bobot isinya
menyimpang dari bobot
isi rata-rata lebih besar
dari 25%
6 Aflatoksin total Kadar aflatoksin total BPOM, 2019
(aflatoksin B1, B2, G1
dan G2) ≤ 20 μg/kg
dengan syarat aflatoksin
B1 ≤ 5 μg/kg.
7 Waktu Hancur ≤ 30 menit BPOM, 2019

3.2.4 Rasionalisasi formula dan metode pembuatan :


- Ekstrak kelembak bersifat kental sehingga dibutuhkan pengering berupa
avicel ph 102 sebanyak qs (hingga kapsul terisi penuh) agar tidak merusak
cangkang kapsul. Avicel juga berfungsi sebagai pengisi dan disintegran untuk
meningkatkan kecepatan disentegrasi granul obat. Avicel juga diketahui
memiliki sifat alir yang baik, sehingga dapat memudahkan proses pengisian
kapsul dalam jumlah besar (Rowe, et al., 2009).
- Mg stearate berfungsi sebagai lubrikan serta glidan untuk membantu laju alir
dan mencegah penempelan granul pada mesin. Konsentrasi yang digunakan
berdasarkan HOPE adalah dalam rentang 0,25-5%.
- Apabila formula awal tidak sesuai harapan, dalam formula alternatif Avicel
digunakan hanya sebagai adsorben sebesar 20% dan selanjutnya pengisi
menggunakan lactose. Lactose diketahui dapat digunakan sebagai pengisi
yang baik, dan juga tidak memiliki inkompabilitas dengan bahan lain (Rowe,
et al., 2009)
- Senyawa aktif bersifat kental sehingga memiliki sifat alir yang buruk serta
senyawa aktif danthron tahan panas. Maka dipilih metode granulasi basah.
3.2.5 Monografi eksipien :
Keterangan mengenai eksipien yang digunakan:
1. Avicel (Rowe et al., 2009)
- Sinonim: avicel PH; cellulose gel
- Pemerian: putih, tidak berbau, tidak berasa, berbentuk serbuk kristal yang
terdiri dari partikel berpori.
- Kelarutan: Sedikit larut dalam 5% larutan NaOH, praktis tidak larut dalam air,
asam encer, dan sebagian besar pelarut organic.
- Fungsi: asorbent, pengikat, pengisi, disintegran
- Konsentrasi yang dibutuhkan: 20-90%
- Stabilitas: : stabil untuk bahan higroskopis dan harus disimpan pada wadah
tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan kering
- Inkompatibilitas: inkompatibel dengan oksidator kuat

2. Mg Stearat (Rowe et al., 2009)


- Sinonim: dibasic magnesium stearate; magnesium distearate, magnesiuim salt
- Pemerian: sangat halus, putih terang, memiliki aroma samar asam stearate
dan rasa yang khas
- Kelarutan: praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air. Sedikit
larut dalam benzene panas dan etanol panas (95%).
- Fungsi: lubrikan pada kapsul dan tablet
- Konsentrasi yang dibutuhkan: 0,25-5%
- Stabilitas: : stabil dan harus disimpan pada wadah tertutup rapat, ditempat
yang sejuk dan kering
- Inkompatibilitas: inkompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam Fe.

3. Lactose (Rowe et al., 2009)


- Sinonim: CapsuLac; GranuLac; Lactochem; Lactosum monohydricum
- Pemerian : dalam bentuk solid, laktosa memiliki bentuk isomer tergantung
pada kondisi kristalisasi dan pengeringan. laktosa adalah serbuk berwarna
putih sampai off-white, tidak berbau dan sedikit manis
- Fungsi : Pengisi
- Stabilitas : pertumbuhan jamur terjadi pada kondisi lembab (RH ≥ 80%).
Laktosa dapat berubah menjadi coklat pada penyimpanan dan reaksinya akan
lebih cepat dalam kondisi hangat dan lembab
- Inkompatibilitas : dapat terjadi reaksi kondensasi tipe Maillard dapat terjadi
antara laktosa dengan senyawa yang memiliki gugus amina primer. Laktosa
juga inkompatibel dengan asam amino, amfetamin dan lisinopril.

3.3 Pemilihan Kemasan dan Rasionalisasinya


Untuk sediaan yang telah dibuat, dipilih kemasan botol plastik berwarna putih
opaque agar dapat menjaga kestabilan dari obat dari hal yang merusak seperti
cahaya, atau kelembaban.
BAB 4
METODE PEMBUATAN SEDIAAN

4.1 Metode Pembuatan


Metode pembuatan terpilih dari sediaan Kapsul Ekstrak Kelembak adalah
Granulasi Basah
Avicel ph 102 Ekstrak kental kelembak Mg stearat

Ditimbang 146,8 mg Ditimbang 500 mg Ditimbang 13,2 mg

Dicampur ad homogen
Diayak dengan mesh 14

Dioven dengan suhu 50°C hingga


mencapai LOD < 5%
Diayak dengan mesh 18

Dicampur ad homogen
Diayak ayakan mesh 18
Dimasukkan cangkang kapsul no. 00

Kapsul ekstrak

Evaluasi akhir

Pengemasan

4.1.1 Rasionalisasi Prosedur Pembuatan


Sediaan dibuat dengan metode granulasi basah untuk memperbaiki sifat alir
karena ekstrak berbentuk kental. Pertama, semua bahan ditimbang sesuai
perhitungan. Ekstrak kemudian dikeringkan dengan avicel dan diayak dengan mesh
nomor 12 untuk mengecilkan gumpalan. Kemudian dikeringkan dengan oven pada
suhu 50 derajat celcius dan dilakukan IPC LOD dan sifat alir, jika LOD belum dicapai
pengeringan terus dilakukan. Jika baik maka granul diayak dengan mesh 14 untuk
didapatkan ukuran yang homogen. Kemudian granul dicampur dengan glidan Mg
stearat untuk memperbaiki sifat alir dan diayak lagi dengan mesh nomor 14 untuk
mendapat ukuran granul yang homogen, homogenitas ini diperiksa dengan IPC
fines. Lalu, jika hasil baik maka granul dimasukkan ke cangkang kapsul no. 00 dan
dilakukan uji evaluasi akhir. Jika telah memenuhi persyaratan maka sediaan
dikemas.
4.1.2 Prosedur in process control
1. Organoleptis
- Tujuan: Memastikan wujud serbuk kapsul, bau, rasa dan warna sediaan
sesuai dengan spesifikasi produk
- Metode: amati sejumlah serbuk kapsul dan amati wujud, bau, rasa, dan
warna serbuk
- Interpretasi hasil: Serbuk kapsul berbentuk pahit, bewarna coklat,
memiliki warna aromatis
2. % fines
- Tujuan: Mengetahui distribusi ukuran partikel granul
- Metode: timbang sejumlah serbuk kapsul dan masukkan kedalam alat
pengayak dengan nomor mesh mulai dari yang terbesar. Amati berat
serbuk pada setiap ayakan. Hitung dengan membandingkan berat awal
dan berat hasil pengayakan.
- Interpretasi hasil: coarse

3. Kandungan Lembab (LOD) (COA, 2020)


Tujuan: mengontrol kadar air setelah pencampuran ekstrak dan absorben.
Interpretasi hasil: <5 %
4. Sifat Alir
- Tujuan: untuk mengetahui kemampuan granul untuk mengalir secara
vertikal pada kondisi yang telah ditentukan.
- Sudut Diam:
Metode:
- sampel dilewatkan ke dalam aparatus yang pada bagian bawahnya
telah tertutup.
- tutup dibuka.
- dihitung sudut diam sampel dengan rumus tan.
tan α = H/R atau α = arc tan H/R
≤ 30° bebas mengalir
≥ 40° aliran kurang baik
- Kecepatan alir:
Metode:
- sampel dilewatkan ke dalam aparatus yang pada bagian bawahnya telah
tertutup.
- tutup dibuka.
- dihitung waktu yang dibutuhkan oleh sampel untuk mengalir.
- Interpretasi hasil: ≥ 10g/detik (granul sangat mudah mengalir)
4.2 Perhitungan dan Penimbangan
4.2.1 Perhitungan Khusus
Tidak ada perhitungan khusus
4.2.2 Perhitungan jumlah sediaan yang akan dibuat
Jumlah sediaan yang akan dibuat 60 kapsul untuk uji sediaan akhir sbb:
o Organoleptis: 1 kapsul
o Kadar air: 1 kapsul
o Waktu Hancur : 5 kapsul
o Keseragaman Bobot : 20 Kapsul
o Cemaran Mikroba : 10 kapsul
o Aflatoksin Total : 5 kapsul
o Cemaran Logam Berat : 5 kapsul
o Total Pengujian membutuhkan 47 kapsul, namun digenapkan menjadi
60 kapsul
o Volume tiap kapsul dilebihkan 10% (sesuai persyaratan)
o Volume tiap kapsul (cangkang kapsul no.00 dengan kapasitas 700 mg)
o total volume tiap kapsul = 600 mg + 60 mg = 660mg tiap kapsul
o Total Volume per Batch = 660 X 60 kapsul = 39.600 mg = 39,6 gram
4.2.3 Penimbangan
Nama Bahan Per unit sediaan Per Batch
Ekstrak Kental 500 mg 30.000 mg
Kelembak
Mg Stearat 2/100 x 660 mg = 2/100 x 39.600 mg =
13,2 mg 792 mg
Avicel 102 660 – (500+13,2) = 39.600 – (30.000 +
146,8 mg 792) = 8808 mg
BAB 5
ANALISIS KIMIA DAN PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU DAN SEDIAAN

5.1. ANALISIS SENYAWA MARKER BAHAN BAKU EKSTRAK (BAHAN BAKU


DALAM BENTUK EKSTRAK DAN SIMPLISIA)
a. Senyawa marker pada Ekstrak Rheum officinale adalah Danthron (1,8-
Dihidroksiantrakuinon) dengan rumus molekul C14H8O4 (PubChem, 2021).
b. Rumus struktur:

Gambar 5.1 Struktur 1,8-dihidroksiantrakuinon (PubChem, 2021)

c. Jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa Danthron adalah:


- Ikatan Kovalen : C-C, C=C, C-O, C=O, C-H
- Ikatan Ion : Tidak ada
- Ikatan Hidrogen : O-H
Berdasarkan struktur dan jenis ikatan, dapat disimpulkan senyawa danthron
termasuk non polar karena memiliki lebih banyak gugus non polar
dibandingkan polar. Selain itu, danthron memiliki kelarutan yang rendah
terhadap air (6,5x10-6 mol/L pada 25 °C).

5.1.2. DATA SPEKTROFOTOMETRI


1. Spektrofotometri Ultra Violet Senyawa marker
a. Spektrofotometri memiliki prinsip kerja sebagai berikut. Cahaya dengan
rentang panjang gelombang tertentu (UV ataupun visual) dilewatkan pada
suatu medium homogen yang akan menyerap sebagian cahaya dan
melewatkan sebagian lainnya sesuai dengan konsentrasi zat analit pada
medium tersebut. Cahaya yang tidak terserap ini akan dideteksi sehingga
menghasilkan mengukur serapan cahaya yang tidak diserap oleh suatu
medium homogen sehingga dihasilkan ukuran panjang gelombang cahaya
dan absorbansi.
b. Senyawa Danthrone memiliki gugus kromofor/auksokrom, yaitu: cincin
benzene yang merupakan gugus kromofor dan gugus –OH sebagai gugus
auksokrom sehingga danthrone dapat mengabsorbsi sinar ultraviolet pada
panjang gelombang tertentu.
c. Spektrum Ultraviolet senyawa danthron adalah sebagai berikut:

Gambar 5.2 Spektrum UV-Vis Danthron (NIST, 2021).

ANALISIS KROMATOGRAFI (KLT, HPLC, LC-MSMS, GC, GC-MSMS)


1. Kromatografi Lapis Tipis
 Berdasarkan sifat kimia fisika senyawa danthron, maka metode kromatografi
terpilih yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa danthron adalah
kromatografi lapis tipis (KLT), karena senyawa marker memiliki vapor
pressure yang rendah (8,6x10-10 mm Hg pada 25 °C) sehingga cenderung
bersifat non-volatil dan dapat dipisahkan dengan baik dari senyawa lainnya
menggunakan fase gerak dan fase diam tertentu.
 Prinsip kerja
Kromatografi lapis tipis bekerja dengan memisahkan campuran
multikomponen berdasarkan afinitas senyawa terhadap fase gerak dan fase
diam. Senyawa dengan afinitas tinggi terhadap fase gerak bergerak lebih
cepat dibanding dengan senyawa dengan afinitas rendah yang menyebabkan
perpisahan. Dihasilkan bercak-bercak senyawa dengan posisi yang berbeda
sehingga masing-masing senyawa dapat diidentifikasi.
 Kondisi pengujian:
o Fase diam: Silika gel 60 F254
o Fase gerak: n-Heksan, P-kloroform, P-etil asetat (20:1:1)
o Larutan uji: 5% dalam metanol P
o Larutan pembanding: 1,8 dihidroksiantrakuinon 0,1% dalam metanol P
o Volume penotolan : 50 μL larutan uji dan 5 μL larutan pembanding
o Deteksi : Kalium hidroksida etanol P
o Waktu Penjenuhan : Tidak diketahui

Gambar 5.3 Pola KLT Danthron (Kemenkes, 2017).


2. Reverse Phase HPLC
 Berdasarkan sifat kimia fisika senyawa danthron, maka metode
kromatografi terpilih yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa
danthron adalah Reverse Phase HPLC karena metode ini dapat
memisahkan senyawa marker dengan senyawa lainnya, mendeteksi, dan
mengukur senyawa marker dengan baik. Danthrone memiliki vapor
pressure yang rendah (8,6x10-10 mm Hg pada 25 °C) sehingga cenderung
bersifat non-volatil sehingga kurang cocok untuk GC.
 Prinsip kerja
HPLC bekerja dengan mendeteksi suatu senyawa yang telah mengalami
perpisahan pada kolom yang didasarkan pada perbedaan polaritas. Pada
Reverse Phase (RP) HPLC, digunakan fase gerak yang bersifat polar yang
akan dialirkan melalui kolom (fase diam yang bersifat non polar) dengan
bantuan pompa. Cuplikan dialirkan ke fase gerak dengan cara
penyuntikkan. Senyawa yang bersifat nonpolar (polar) kemudian akan
muncul terlebih dahulu dan terdeteksi oleh detektor sebagai nilai
absorbansi.
 Kondisi pengujian: (Wurster & Upadrashta, 1986)
o Fase diam : Kolom Phenyl (25.0 x 0.46 cm I.D.) Vydac 5-pm, 300 A
(Reverse Phase Column)
o Fase gerak/ gas pembawa : asetronitrile 0,005 M, Sodium Asetat (pH
4.12) (45:55. v/v)
o Suhu dan tekanan 22oC, 920 p.s.i
o Flow rate : 0,80 ml/min
o Volume injeksi 20 µL
o Detektor HP8450A photodiode array, double beam, parallel detection
UV-VIS spectrophotometer.
o Panjang gelombang 254 nm

Gambar 5.4 Spektrum absorpsi HPLC Anthraline, Quinone (Danthron), dan dimer
(Wurster & Upadrashta, 1986).

5.1.4. STABILITAS
Stabilitas bahan baku dan senyawa marker terhadap:
- Cahaya : <tidak terdapat data>
- Suhu : tidak stabil terhadap suhu >193⁰C
- Kelembaban : tidak higroskopis
- pH: <tidak terdapat data>
- Reaktivitas: inkompatible terhadap zat pereduksi kuat seperti hidrida, nitrida,
dan sulfida (PubChem, 2021).
Sehingga kondisi preparasi sampel yang diperlukan adalah pada suhu ruang (25-
30°C) tanpa interaksi dengan senyawa pereduksi kuat.

5.2. METODE PENGUJIAN MUTU SEDIAAN


A. Jenis Pengujian
1. Organoleptik
• Prinsip: Penggunaan pancaindera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau,
rasa dari sediaan.
• Tujuan: Mengamati penampilan, rasa, dan bau kapsul
• Prosedur: Melakukan pengamatan secara visual (pemanfaatan pancaindera)
terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa dari sediaan
• Kriteria penerimaan:
Bentuk : kapsul
Warna : isi kapsul berwarna kecoklatan
Bau : khas kelembak
Rasa : kapsul tidak berasa
2. Kadar air (Kemenkes, 2017)
 Prinsip: Pengukuran kandungan air dalam sediaan
 Tujuan : Mengetahui kadar air dalam serbuk kapsul
 Prosedur :
Metode destilasi toluena:
1) Bersihkan tabung penerima dan pendingin asam pencuci, bilas dengan ir,
dan keringkan dalam lemari pengering
2) Timbang sejumlah bahan masukkan ke dalam labu kering
3) Masukkan 200 mL toluen jenuh air ke dalam labu, pasang rangkaian alat.
4) Masukkan toluen jenuh air ke dalam tabung penerima melalui pendingin
sampai leher alat penampung.
5) Panaskan selama 15 menit
6) Setelah toluen mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan 2
tetes/detik, hingga sebagian besar air tersuling, lalu naikkan kecepatan
penyulingan hingga 4 tetes/detik
7) Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen
jenuh air dan lanjutkan penyulingan selama 5 menit
8) Dinginkan tabung penerima hingga mencapai suhu ruang
9) Baca volume air setelah air dan toluen mamisah sempurna dalam %v/b
 Kriteria Penerimaan: maksimal kadar air 10%
3. Waktu hancur (BPOM, 2019)
 Prinsip: Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai
inti yang jelas. Kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak
larut
 Tujuan : Mengetahui waktu hancur kapsul dalam saluran cerna
 Prosedur:
1) Siapkan medium air untuk pengujian
2) Masukkan masing-masing 1 kapsul ke dalam 6 basket
3) Jaga suhu air 37±2
4) Masukkan basket ke dalam medium dan catat waktu
5) Semua kapsul hancur kecuali bagian cangkang kapsul. Bila 1 atau 2 kapsul
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna
 Kriteria Penerimaan : ≤30 menit
4. Cemaran Mikroba (USP, 2018)
 Prinsip : Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara
analisis mikrobiologi
 Tujuan: Mengetahui adanya cemaran mikroba dalam sediaan
 Prosedur:
1) Pembuatan larutan Uji : ambil sejumlah serbuk halus kapsul dan
suspensikan dalam pelarut yang sesuai
2) Prosedur Uji Total Microbial count
a) Siapkan media pertumbuhan bakteri dengan memasukkan 15-20 mL
Media Soybean-Casein Agar pada petri dish steril. Diamkan pada suhu 45 C
sampai mengeras.
b) Jika sudah mengeras masukkan 1 mL larutan uji ke dalam medium agar.
Inkubasi pada suhu ruang selama 48-72 jam.
c) Selama inkubasi amati apakah terdapat pertumbuhan koloni mikroba.
Jika ada, gitung jumlah koloni, dn rata-rata jumlah koloni per gram atau
mL
 Kriteria Penerimaan (BPOM, 2019):
- Angka Lempeng Total : ≤ 104 koloni/g
- Angka Kapang Khamir : ≤ 103 koloni/g
- Eschericia coli : negatif/g
- Salmonella spp : negatif/g
- Shigella spp : negatif/g
- Pseudomonas aeruginosa : negatif/g
- Staphylococcus aureus : negatif/g
5. Aflatoksin Total (BPOM, 2019)
 Prinsip: Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografi lapis tipis (KLT)
 Tujuan: Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung aflatoksin
yang berbahaya bagi kesehatan
 Prosedur:
a. Pereaksi khusus
Media dan pengenceran Media Yeast Extract Sucrose Broth (YES)
b. Peralatan khusus
Lemari aseptik
Lampu Ultra violet (UV)
Mikropipet 10 ml
c. Prosedur
- Diinokusulasikan kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari
ekstrak pada permukaan media YES.
- Tabung diinokulasi pada suhu 25°C selama 1 minggu dalam posisi miring
untuk mendapatkan permukaan yang luas.
- Biakan diautoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
- Biakan dibiarkan sampai dingin.
- Diambil sejumlah kecil media biakan dengan menggunakan pipet
pasteur.
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil atau vial.
d. Identifikasi (KLT)
Terhadap media biakan, ekstrak yang diuji dan baku aflatoksin dilakukan
KLT sebagai berikut:
Lempeng : Silika gel (Lempeng prapalis)
Kiesel gel 60, Merck
Baku Aflatoksin : Merupakan campuran siap pakai yang
terdiri dari 5,0 µg Aflatoksin 81; 1,5 µg
Aflatoksin 82; 5,0 µg Aflatoksin G1; 1,5 µg
Aflatoksin G2 dalam larutan benzene :
acetonitril (98:2) (Sigma Chemical
Company)
Eluen : Campuran kloroform : aseton : n-heksan
(85 : 15 : 20)
Jarak rambat : 10 cm
Penampak bercak : Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan
setelah lempeng diletakkan dibawah
cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan
aflatoksin positif
 Kriteria penerimaan : Kadar aflatoksin total (aflatoksin B1, B2, G1, dan G2) ≤
20 µg/kg dengan syarat aflatoksin B1 ≤ 5 µg/kg.
6. Cemaran Logam Berat (BPOM, 2019)
 Prinsip: Menentukkan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan
atom atau lainnya yang lebih valid
 Tujuan: Memberikan jaminan bahwa esktrak tidak mengandung logam berat
tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya
(toksik) bagi kesehatan
 Prosedur:
Cemaran logam ditetapkan dengan membandingkan secara visual seperti yang
tertera pada pembandingan visual dalam spektrofotometri dan hemburan
cahaya dengan pembanding larutan baku timbal.
Pereaksi khusus:
e. Larutan persediaan timbal (II) nitrat: larutkan 159,8 timbal (II) nitrat P
dalam 100 ml air yang telah ditambahkan 1 ml asam nitrat P, kemudian
encerkan dengan air hingga 1000 ml. Buat dan simpan larutan ini dalam
wadah kaca yang bebas dari garam-garam timbal yang larut.
f. Larutan baku timbal: buat larutan segar dengan mengencerkan 10 ml
larutan persediaan timbal (II) nitrat dengan air hingga 100 ml. Tiap ml
larutan baku timbal setara dengan 10 mg timbal. Larutan pembanding
yang dibuat dari 100 ml larutan beku timbal dalam 1 g zat uji setara
dengan 1 bagian timbal persejuta.
 Kriteria penerimaan:
Pb : ≤ 10 mg/kg atau mg/L atau ppm
Cd : ≤ 0,3 mg/kg atau mg/L atau ppm
As : ≤ 5 mg/kg atau mg/L atau ppm
Hg : ≤ 0,5 mg/kg atau mg/L atau ppm
7. Keseragaman bobot (BPOM 2019)
 Prinsip: Menimbang isi masing-masing kapsul dan membandingkan bobot
dengan yang tertera pada label.
 Tujuan: menjamin keseragaman bobot sediaan
 Prosedur:
1) Ambil 20 kapsul
2) Kemudian buka cangkang kapsul dan timbang satu persatu serbuk kapsul
3) Catat berat serbuk dan cocokkan dengan bobot sediaan yang ditentukan
(660 mg)
 Kriteria Penerimaan: Dari 20 kapsul, tidak lebih dari satu Kapsul yang masing-
masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10%
dan tidak satu Kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-
rata lebih besar dari 25%

5.3. MASALAH ANALISIS


A. Komposisi formula sediaan yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
 Kadar bahan aktif dalam sediaan : Ekstrak Rheum officinale 500 mg
 Komponen lain (eksipien) yang digunakan adalah: Mg stearat, Avicel ph-102,
dan laktosa

B. Pengaruh Matriks dalam Sampel Sediaan


 Eksipien di atas memiliki data sebagai berikut:

Eksipie Kons. pKa


Struktur Kelarutan
n Dielektrik
Avicel sedikit larut data tidak data tidak
ph-102 dalam ditemukan ditemukan
larutan 5%
NaOH, tidak
larut dalam
air, asam,
dan pelarut
organik
Mg Tidak larut data tidak data tidak
stearat dalam ditemukan ditemukan
etanol, eter,
dan air.
Sedikit larut
dalam
benzena.
Lactose Larut dalam data tidak data tidak
air ditemukan ditemukan
25g/100ml,
tidak larut
dalam
etanol 96%

 Permasalahan pengaruh matriks terhadap bahan aktif sebagai berikut:


- Dalam pengujian KLT digunakan pelarut methanol di mana avicel tidak
larut terhadap solven organik. Etanol dan metanol merupakan pelarut
semi polar, di mana laktosa dan Mg stearat tidak larut. Hal ini dapat
menyebabkan adanya partikel partikel tidak larut yang dapat
mengganggu.
 Sehingga akan dilakukan metode preparasi sampel sebagai berikut:
- Penjenuhan bejana:
Ditempatkan kertas saring ke dalam bejana dengan tinggi 18 cm dan
lebar sesuai dengan lebar bejana. Dimasukkan sejumlah fase gerak ke
dalam bejana hingga tingginya 0,5 – 1 cm dari dasar bejana. Bejana
ditutup dan dibiarkan hingga kertas saring basah seluruhnya.
- Pembuatan larutan uji:
Ditimbang seksama sampel sebanding dengan 150mg ekstrak, dilarutkan
dengan 5 ml methanol dalam tabung reaksi. Dimasukkan ke dalam labu
ukur 50ml dan ditambahkan pelarut hingga tanda. Saring dan buang 5ml
filtrat pertama. Dipipet 25ml ke dalam labu ukur 50ml dan ditambahkan
pelarut hingga tanda.
- Pembuatan larutan pembanding:
Dilarutkan 1,8-dihidroksiantrakuinon 0,1% dalam metanol.
- Prosedur KLT:
Ditotolkan larutan uji dan pembanding dengan jarak 1,5-2 cm dari tepi
bawah lempeng dan dibiarkan mengering. Lempeng ditempatkan pada
bejana yang sudah jenuh dan bejana ditutup. Fase gerak dibiarkan
merambat sampai batas jarak rambat. Lempeng dikeluarkan dan
dikeringkan di udara, bercak disemprot dengan pereaksi penampak
bercak kalium hidroksida etanol dan diamati. Ditentukan harga Rf.
BAB 6

6.1 Brosur

Analaks Herbal
(Kapsul Ekstrak Rheum officinale)
OBAT HERBAL
TERSTANDAR

Komposisi
Setiap kapsul mengandung 500 mg ekstrak akar Rheum
officinale

Indikasi
Membantu kesulitan buang air besar (sembelit)

Dosis
1 kali sehari 1-2 kapsul sebelum tidur

Efek Samping
Feses encer, kram perut

Kontraindikasi
Anak <10 tahun, ibu hamil dan menyusui, pasien dengan
penyakit inflamasi usus

Interaksi Obat
Dapat meningkatkan efek glikosida kardiotonik seperti digoxin
akibat berkurangnya kalium dari cairan tubuh, penggunaan
dengan obat-obatan lain yang menginduksi hipokalemia seperti
diuretik thiazide, adrenokortikosteroid, atau akar liquorice dapat
mengeksaserbasi ketidakseimbangan elektrolit.

Peringatan/Perhatian
Tidak boleh digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu
karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit cairan
tubuh.

Cara Penyimpanan
Simpan dalam wadah yang tertutup rapat terlindung dari cahaya
dan udara.

PT. MPA Farma


Balikpapan - Indonesia
No. Batch/Exp: 21G021001A / Jun 23
No. Registrasi: OT212300213

6.2 Label Kemasan Primer


Peringatan/Perhatian Komposisi
Tidak boleh digunakan terus menerus Setiap kapsul mengandung 500 mg
lebih dari 2 minggu. ekstrak akar Rheum officinale
OBAT HERBAL
TERSTANDAR
Cara Penyimpanan Khasiat & Kegunaan
Simpan dalam wadah yang tertutup Membantu kesulitan buang air besar

Analaks
rapat terlindung dari cahaya dan (sembelit)
udara.
Dosis

Herbal
Herbal
1 kali sehari 1-2 kapsul sebelum tidur

Efek Samping
Kapsul Ekstrak
Herbal
Rheum officinale 500mg Feses encer, kram perut

Kontraindikasi
PT. MPA Farma Anak <10 tahun, ibu hamil dan
Balikpapan - Indonesia menyusui, pasien dengan penyakit
No. Batch/Exp: 21G021001A / Jun 23 inflamasi usus
No. Registrasi: OT212300213 Isi bersih
1 botol @ 60 kapsul MPA Farma

6.3 Desain Kemasan Sekunder


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2019 Tentang Persyaratan
Keamanan dan Mutu Obat Tradisional. Jakarta: BPOM.
Borobudur Industri Jamu. 2021. CoA Kelembak. Semarang. Indonesia.
British Pharmacopoeia. 2020. Danthron Safety Data Sheet. Retrieved Dec 8, 2021
from https://www.pharmacopoeia.com/Catalogue/Preview?uri=%2Fcontent
%2Ffile%2Fproducts%2Fhealthandsafety%2FCat-429_GB.pdf
Francesco Capasso, Timothy S. Gaginella, Giuliano Grandolini, Angelo A. Izzo.2013.
Phytotherapy: A Quick Reference to Herbal Medicine .Heidelberg.Springer.
Goel, V., Cheema, S. K., Agellon, L. B., Ooraikul, B., and Basu, T. K. Dietary rhubarb
(Rheum rhaponticum) stalk fibre stimulates cholesterol 7 alpha-hydroxylase
gene expression and bile acid excretion in cholesterol-fed C57BL/6J mice . Br J
Nutr 1999;81(1):65-71.
Kemenkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia, Volume II. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound
Summary for CID 2950, Danthron . Retrieved December 8, 2021 from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Danthron.
National Institute of Standards and Technology. 2021. Danthron. Available at:
https://webbook.nist.gov/cgi/cbook.cgi?Name=danthron&Units=SI&cUV=on
(Accessed: 9 December 2021).
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed . The
Pharmaceutical Press, London.
Syamakh, M.A. 2011. Efek Laksansia Jamu Ekstrak Akar Kelembak (Rheum officinale
Baill) Terhadap Mencit (Mus musculus) Jantan Swiss Webster Dewasa.
Universitas Kristen Maranatha.
United State Pharmacopeia. 2018. The United States Pharmacopeia, USP 41/The
National Formulary, NF 36. Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention,
Inc.
WHO. 1999. Monograph on Selected Medicinal Plants, Vol 1. Geneva.
Wurster D.E., Upadrashta S.M. Simultaneous quantitation of 1,8,9-anthracenetriol,
1, 8-dihydroxy-9, 10-anthraquinone, and 1, 8,1′,8′-tetrahydroxy-10,10′-
dianthrone by reverse-phase high-performance liqiud chomatrography. J.
Chromatogr. 1986;362:71–78. [PubMed]

Anda mungkin juga menyukai