Anda di halaman 1dari 3

Rizcha Anastasia Widodo

200070600011010

UTS VALIDASI DI INDUSTRI FARMASI


SEMESTER GENAP TA. 2020/2-21
PSPA IX

Petunjuk Pengerjaan:
1. Ujian ini merupakan take home exam
2. Kerjakan pada lembar ini lalu kumpulkan paling lambat pada Minggu, 21 Maret 2020 jam 16.00

Materi: Validasi Pembersihan


1. Berikan penjelasan mekanisme operasi Clean in Place!
2. Tuliskan protokol Recovery Studies pada validasi pembersihan!

Materi: Validasi Sterilisasi


1. Berikan penjelasan siklus destruksi mikroba pada proses sterilisasi? Apa makna D value?
2. Parameter apa yang digunakan untuk menilai hasil proses seterilisasi? Berikan penjelasannya!

Validasi Pembersihan
1. Clean in place (CIP) merupakan metode pembersihan permukaan pipa, tangki, dan peralatan
tanpa pembongkaran alat. Proses operasi disesuaikan dengan karakteristik residu yang
dibersihkan, namun secara umum CIP dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Pre-rinse
Pre-rinse adalah pembilasan awal dengan air untuk menghilangkan kotoran yang dapat
larut air dan membasahi permukaan alat.
b. Caustic Wash
Pembilasan dengan larutan pH tinggi untuk melunakkan lemak.
c. Intermediate Rinse
Membilas sisa deterjen dari tahap caustic wash dengan air.
d. Acid Wash
Melarutkan residu protein dan kerak mineral dari deposit air keras (air mengandung
mineral) dengan larutan pH rendah.
e. Final Rinse
Membilas sisa-sisa pembersih dengan air terpurifikasi.
f. Sanitasi
Jika perlu dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Umumnya digunakan
larutan hipoklorit.
Hasil-hasil bilasan dapat dibuang langsung atau disampel untuk diuji recovery, dan sebelum
dibuang hasil bilasan bersifat toksik/asam/basa harus menerima perlakuan lebih dahulu agar tidak
merugikan ligkungan.

2. Protokol Recovery Study pada validasi pembersihan


1. Tujuan
1.1 Untuk membuat bukti tertulis efektifitas metode analisis residu pembersihan dapat
mendeteksi residu sesuai persyaratan.
Rizcha Anastasia Widodo
200070600011010

1.2 Untuk membuktikan bahwa prosedur analisis residu pembersihan dapat diterapkan secara
konsisten akan memberi hasil yang sama.

2. Ruang Lingkup
Validasi ini hanya mencakup validasi untuk metode analisis residu pembersihan dengan cara
usap, yakni uji perolehan kembali.

3. Tanggung Jawab
3.1 Supervisor Laboratorium Pengawasan Mutu
3.1.1 Bertanggung jawab untuk melakukan uji perolehan kembali untuk validasi prosedur
pengujian yang digunakan untuk menguji residu.
3.2 Teknisi Bagian Teknik
3.2.1 Bertanggung jawab untuk membantu karyawan / operator produksi dalam
melaksanakan uji perolehan kembali.
3.3 Manajer Produksi, Manajer Teknik dan Manajer Pengawasan Mutu/PemastianMutu
3.3.1 Bertanggung jawab untuk memeriksa protokol dan laporan validasi.
3.3.2 Bertanggung jawab untuk menerapkan semua rekomendasi yang diperoleh dari hasil
validasi tersebut.

4. Kriteria Keberterimaan
Batas perolehan kembali (recovery) pada validasi metode analisis pemeriksaan residu
hendaklah minimal 80%.

5. Metode Analisis
Pengujian sampel menggunakan HPLC yang sudah tervalidasi.

6. Prosedur
6.1 Larutkan residu yang dianalisis dalam methanol / pelarut pada konsentrasi 50%, 100%,
dan 150%.
6.2 Letakkan larutan pada tiga bidang area berbeda seluas (5 x 5) cm 2 untuk tiap konsentrasi
dan keringkan.
6.3 Bersihkan kapas usap dengan merendam dalam metanol / pelarut sesuai validasi metode
selama 5 menit, sonifikasi dan peras.
6.4 Pada saat pengambilan sampel, basahkan kapas usap dalam metanol / pelarut sesuai
validasi, peras kelebihan pelarut dengan menekan di bibir bagian dalam wadah.
6.5 Usap bidang yang telah dikeringkan sesuai arah berikut:

6.6 Masukkan kembali kapas usap ke dalam tabung bersih, tutup.


6.7 Ekstraksi sampel dan analisis perolehan kembali dengan HPLC yang sudah tervalidasi.

Validasi Sterilisasi
Rizcha Anastasia Widodo
200070600011010

1. Mikroba terdestruksi selama proses pensterilan sesuai hubungan logaritmik antara konsentrasi sel
hidup dengan waktu paparan atau dosis radiasi. D-value merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengurangi mikroba hingga 1 log (laju pembunuhan mikroba). D-value akan menentukan F 0,
yakni waktu paparan pada temperatur tertentu atau efek lethal equivalen waktu tertentu pada suhu
121oC. Misalnya, F0 1 adalah sterilisasi 1 menit pada suhu 121 oC. Dua pendekatan sterilisasi
antara lain overkill untuk produk yang tahan panas dan probability of survival untuk produk yang
tidak tahan panas. Pendekatan overkill menggunakan F 0 sebesar 12, sedangkan untuk probability
of survival F0 ditentukan dari ketahanan panas produk dan bioburdennya.

2. Tujuan dari validasi sterilisasi adalah memastikan kecilnya probabilitas potensi berkembangnya
mikroorganisme setelah proses sterilisasi. Konsep ini disebut juga sterility assurance level (SAL).
SAL menggambarkan kemungkinan sebuah proses sterilisasi gagal mendestruksi semua mikroba.
Misalnya kemungkinan bakteri tetap hidup setelah sterilisasi adalah 1 dalam 1 juta, maka nilai
SAL adalah 10-6. SAL diukur dengan parameter bioburden. Menurut Petunjuk Operasional
Penerapan Pedoman CPOB (2013), bioburden ditentukan sebelum sterilisasi akhir dan harus
mencapai SAL 106 setelah sterilisasi untuk pelulusan produk jadi.

Anda mungkin juga menyukai