Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Psikologi Sosial DOI: 10.7454/jps.2020.

20
2020, Vol. 18, No. 03, 199-210

Apakah sistem kekerabatan matrilinieal di suku Minang masih


membudaya? Analisis tematik pada makna pemberian dukungan
sosial mamak kepada kemenakan
Niken Hartati1,2 & Kwartarini Wahyu Yuniarti2
1Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Padang, Padang, Sumatra Barat
2Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstrak
Suku Minang memiliki sistem kekerabatan matrilineal di mana kesejahteraan seorang anak
menjadi tanggung jawab bersama keluarga besar ibu (communal) yang dipimpin oleh mamak
(saudara laki-laki ibu). Akan tetapi, penelitian-penelitian dalam bidang sosiologi memberikan
bukti bahwa sistem kekerabatan tersebut sudah memudar dan peran mamak sudah di-
gantikan oleh bapak seiring dengan menguatnya praktik keluarga inti (nuclear family).
Penelitian ini berusaha mengeksplorasi tema-tema dalam makna pemberian dukungan dari
perspektif mamak kepada kemenakan. Penelitian ini melibatkan 298 laki-laki Minang yang
memiliki kemenakan (anak dari saudara perempuannya) dan berdomisili di provinsi Sumatra
Barat yang secara tradisional mempraktikan sistem kekerabatan matrilineal. Data dikumpul-
kan menggunakan open-ended questionaire, dan dianalisis menggunakan pendekatan kuali-
tatif analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemberian dukungan
sosial dari mamak kepada kemenakan masih dilakukan pada mayoritas partisipan. Namun,
pemberian dukungan tersebut hanya bersifat insidental dan tidak berlangsung terus-
menerus. Pemberian dukungan kepada kemenakan ternyata memberikan manfaat bagi ke-
sejahteraan afektif mamak apabila perilaku tersebut dilakukan secara tulus (altruist) dan
praktik tersebut ternyata memberikan luaran sosial yang positif (rewards) seperti harga diri
(self-esteem) dan perasaan terhubung (feeling social connection). Temuan lain yang menarik
adalah munculnya kategori kewajiban (obligation) yang ternyata juga dapat meningkatkan
kesejahteraan afektif alih-alih menjadi beban bagi mamak.

Kata kunci: dukungan sosial, mamak-kemenakan, kekerabatan matrilineal, Minangkabau

Abstract
Minangkabau people have a matrilineal kinship system in which the children’s wellbeing
becomes a responsibility of extended maternal family led by “Mamak” (the mother’s side of
uncle). However, mounting evidence from sociology shows that the kinship system has faded,
and the role of “Mamak” has been replaced by the biological father along with the
strengthening of the nuclear family. In order to explore whether such a kinship system has
truly faded, we conducted a qualitative research which aimed to investigate the themes of
meaningful social support that were reflectively construed by “Mamak” in their relationship
with “Kemenakan”. This study involved 298 Minangkabau men who possessed at least one
nephew or niece (children of his sisters) at the time of the study and live in the traditionally
matrilineal provinces of West Sumatra. Data was collected using the open-ended question-
naire and analyzed using a qualitative thematic analysis approach. We found that the behavior
of giving support from “Mamak” to “Kemenakan” is still carried out by the majority of our
respondents. However, such support is practiced as incidental, rather than continual.
Providing support to nephews and nieces turned out to be beneficial for mamak's affective
well-being if the behavior is done sincerely (altruist) and such practice provided positive
social outcomes (rewards) such as self-esteem and the feeling of belongingness (sense of
social connection). Thus, the practice of Mamak in Minangkabau culture was still seen as
beneficial. However, the practice was not continual—unlike the historical tradition.

Keywords: social support, matrilineal kinship, mamak-kemenakan, Minangkabau

Naskah masuk: 16 Desember 2019 * Fakutas Psikologi, Universitas Negeri Padang


Naskah diterima: 30 Mei 2020 Jl. Prof. Dr. Hamka, Kota Padang, Sumatra Barat, Indonesia, 25171
E-mail: niken.hartati@mail.ugm.ac.id

199
200 Hartati

Pendahuluan masih rentan dan membutuhkan dukungan


sampai kelak anak tersebut mandiri. Dorongan
Dukungan sosial merupakan salah satu bagian tersebut kemudian meluas pada kecenderungan
dari kebutuhan fundamental manusia, yaitu individu untuk mendukung orang lain yang mem-
kebutuhan untuk terhubung (Baumeister & Leary, butuhkan. Teori ini telah mendapatkan dukungan
1995). Pertama, kehadiran dukungan sosial me- empirik dari riset-riset neuropsikologis yang
nunjukkan bahwa individu tidak terasing dari membuktikan bahwa perilaku pemberian dukung-
orang lain (Buchwald, 2017; House, Umberson, & an terprogram pada bagian otak manusia yang
Landis, 1988). Kedua, dukungan sosial dapat me- mengatur “parental section” yaitu dorongan untuk
ringankan masalah atau tekanan yang dialami melindungi orang lain (Eisenberger, 2013; Inagaki
individu (Thoits, 1986). Penelitian-penelitian ter- & Eisenberger, 2012; Inagaki & Ross, 2018).
dahulu telah menemukan manfaat dukungan Karena dipandang sebagai dorongan, maka
sosial terhadap kesehatan fisik dan psikologis melakukannya dapat menimbulkan kepuasan
(Gariepy, Honkaniemi, & Quesnel-Vallee, 2016; (rewarding) (Inagaki & Orehek, 2017). Mendu-
Uchino, 2009; Uchino, Carlisle, Birmingham, & kung orang lain dapat meningkatkan perasaan
Vaughn, 2011; Yasin & Dzulkifli, 2010) bagi positif pada diri individu seperti: harga diri (self
penerima dukungan (recipient). Selain berman- esteem), keberartian diri (self worth), merasa me-
faat bagi penerima, hasil-hasil penelitian me- miliki ikatan (sense of belonging), dan kebahagia-
nunjukkan bahwa penyedia dukungan (provider) an (happiness). Selain itu, memberikan dukungan
ternyata juga mendapatkan keuntungan atas peri- bagi orang lain juga dapat mencegah kecende-
lakunya. Diketahui bahwa seseorang yang mem- rungan untuk menarik diri (withdraw) saat sese-
berikan dukungan bagi orang lain, cenderung orang mengalami tekanan, sebab mendukung
lebih bahagia (Aknin, Dunn, Whillans, Grant, & orang lain ternyata dapat mengurangi persepsi-
Norton, 2013; Dunn, Aknin, & Norton, 2008; nya pada ancaman dan lebih mampu menghadapi
Nelson, Layous, Cole, & Lyubomirsky, 2016; Telzer tekanan (Inagaki & Eisenberger, 2016; Inagaki &
& Fuligni, 2009), memiliki kesehatan yang lebih Ross, 2018; Poulin, dkk., 2013).
baik (Vaananen, Buunk, Kivimaki, Pentti, & Vahtera, Meskipun demikian, agar perilaku pem-
2005), dan berusia lebih panjang (Brown, Nesse, berian dukungan benar-benar dapat meningkat-
& Vinokur, 2003; Poulin, Brown, Dillard, & Smith, kan kesejahteraan pelakunya, terdapat dua per-
2013). Padahal posisi provider dalam dukungan syaratan yang harus dipenuhi yaitu otonomi dan
sosial merupakan pihak yang harus mengeluar- efektivitas (Inagaki & Orehek, 2017). Otonomi
kan biaya. mengacu pada derajat kebebasan provider dalam
Sampai dengan saat ini, riset-riset masih memutuskan untuk memberi atau tidak mem-
berusaha mengungkap mekanisme dibalik kegiat- berikan dukungan bagi orang lain. Seseorang yang
an pemberian dukungan (giving support) dengan memberikan dukungan karena keinginannya sen-
kesehatan maupun kesejahteraan (well-being) diri akan memiliki perasaan yang lebih positif dan
provider (Aknin, dkk., 2013; Batson, Shaw, Batson, harga diri yang lebih tinggi. Sebaliknya, provider
& Shaw, 2009; Konrath & Brown, 2011; Morelli, berisiko tidak mendapatkan keuntungan apapun
Lee, Arnn, & Zaki, 2015; Nelson, dkk., 2016; Poulin, jika perilakunya merupakan hasil paksaan dari
dkk., 2013). Akan tetapi, konteks sosial dan lingkungan atau berupa kewajiban karena ia
budaya bisa menciptakan pola berbeda dalam kehilangan kebebasan untuk membuat pilihan
menerapkan dukungan sosial. Banyak riset-riset (Weinstein & Ryan, 2010). Efektivitas dukungan
psikologi fokus pada budaya patrilineal, semen- sosial mengacu pada persepsi provider bahwa
tara masih jarang yang menginvestigasi budaya dukungan yang diberikan mendapatkan apresiasi
matrilineal (khususnya langsung di masyarakat dari penerima sehingga terjalin ikatan sosial
ulayat). Riset ini berusaha mengeksplorasi makna yang diharapkan (Orehek & Forest, 2016). Hal ini
pemberian dukungan sosial pada masyarakat menunjukkan bahwa tujuan utama pemberian
dengan sistem kekerabatan matrilineal, yaitu dukungan terhadap orang lain adalah memba-
masyarakat Minang di Sumatra Barat. ngun ikatan sosial (Telzer & Fuligni, 2009).
Pandangan ini selaras dengan Teori Need to
Dukungan sosial Belong yang merupakan turunan dari teori
kelekatan. Teori ini memprediksi pemberian
Salah satu perspektif teori yang banyak dukungan disebabkan oleh keinginan alamiah
digunakan untuk menjelaskan mekanisme terse- manusia untuk menjalin ikatan dengan orang
but adalah teori kelekatan (Attachment Theory). lain. Biaya yang dikeluarkan seseorang untuk
Teori Kelekatan (Ainsworth, 1989) meyakini memberikan dukungan bagi orang lain lebih kecil
bahwa pemberian dukungan bagi orang lain ber- dibandingkan kerugian akibat tidak memiliki
akar dari dorongan alami manusia untuk me- ikatan sosial (Baumeister, 2012; Baumeister &
rawat dan melindungi anak keturunannya yang Leary, 1995) sehingga pemberian dukungan

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


Perilaku dan makna pemberian dukungan sosial 201

sosial merupakan bentuk dari perilaku self- Kondisi tersebut membuat perempuan menjadi
presentational yaitu perilaku yang ditujukan penguasa sumber ekonomi dan karenanya lebih
untuk mengesankan orang lain agar bersedia menguntungkan untuk berinvestasi kepada
memelihara ikatan sosial dengannya. keturunan perempuan dibandingkan laki-laki
Selain menghasilkan rewards berupa (Starkweather & Keith, 2019). Menggunakan
ikatan sosial, efektivitas dukungan sosial juga perspektif teori “Kin Selection”, para antropolog
dapat dilihat dari dampak dukungan bagi pe- menduga bahwa sistem kekerabatan matrilineal
nerima. Jika penerima mengalami perubahan yang biasanya diterapkan pada masyarakat yang
positif setelah mendapatkan dukungan, kesejah- memiliki “paternity confidence” yang rendah, di
teraan provider juga meningkat (Aknin, dkk., mana seorang laki-laki tidak dapat memastikan
2013). Tujuan pemberian dukungan sosial yang apakah anak yang dilahirkan istrinya merupakan
sukarela semata-mata demi kebaikan penerima anak biologisnya atau bukan (Hartung, 1985).
alih-alih mengharapkan keuntungan bagi diri Pada kondisi tersebut, berinvestasi pada anak
sendiri, menunjukkan berlakunya Teori Relasi saudari perempuan dipandang lebih menguntung-
Komunal dalam pemberian dukungan (Clark & kan daripada berinvestasi pada anak yang belum
Mills, 2012; Crocker & Canevello, 2008). Ketiga tentu keturunannya. Namun Rogers (2012) ber-
teori tersebut sama-sama memandang perilaku pendapat bahwa pemberian dukungan dari laki-
pemberian dukungan bermanfaat bagi pemberi laki kepada kemenakan lebih disebabkan oleh
jika dilakukan dengan tulus (altruist) semata- kuatnya ikatan antara dirinya dengan saudari
mata demi kebaikan penerima dukungan dan perempuannya (sibling). Kuatnya ikatan antar
terjalinnya ikatan sosial. saudara kandung dan lemahnya ikatan antara
Mempertimbangkan hal tersebut, maka suami dengan istri merupakan dasar terbentuk-
konteks relasi antara provider dan penerima nya struktur keluarga pada sistem kekerabatan
tidak dapat diabaikan sebab kedekatan atau matrilineal (Knight, 2008; Takyi & Gyimah, 2007)
ikatan sosial (social bonding) antara keduanya yang membuat laki-laki secara sukarela mem-
dapat memengaruhi perilaku tersebut (Brown & berikan dukungan bagi kemenakan.
Brown, 2006; Maner & Gailliot, 2007). Teori Salah satu suku di Indonesia yang dike-
Kelekatan, Need to Belong, maupun Relasi Komu- nal menerapkan budaya matrilineal adalah suku
nal sangat tepat digunakan untuk menjelaskan Minangkabau yang terletak di Sumatra Barat.
perilaku pemberian dukungan dalam konteks Namun sejak tahun 1970-an, seorang antropolog
relasi dekat yang bersifat intergenerasional di telah mengungkap adanya pergeseran sosial di
mana posisi pemberi dan penerima dukungan Minangkabau yang membuat peran mamak
tidak setara (asymetri) seperti relasi antara orang sebagai sumber dukungan sosial diambil alih
tua dan anak. Namun, relasi orang tua-anak oleh bapak kandung kemenakan (Kato, 1978;
bukan hanya ditentukan secara biologis atau Schrijvers & Postel-Coster, 1977). Perubahan
psikis melainkan juga merupakan hasil konstruksi sistem kekerabatan matrilineal menuju sistem
sosial, utamanya terkait orang tua nonmaternal kekerabatan non-matrilineal, sebenarnya juga
(bukan ibu). Konstruksi sosial terkait relasi orang terjadi pada suku-suku matrilineal lain di dunia,
tua-anak yang unik terdapat pada sistem kekera- bahkan diramalkan bahwa sistem kekerabatan
batan matrilineal. Alih-alih melibatkan bapak ini tidak lagi digunakan di masa yang akan datang
kandung sebagai orang tua yang bertanggung (Shenk, Begley, Nolin, & Swiatek, 2019). Penyebab-
jawab memberikan dukungan bagi kesejahteraan nya adalah perubahan sosial seperti: pengenalan
anak, sistem kekerabatan matrilineal justru me- kapitalisme pada saat penjajahan Belanda yang
nempatkan saudara laki-laki ibu sebagai “bapak memunculkan “man’s power” yang menandingi
sosiologis” (Maria-Barbara & Franke, 1993) yang penguasaan ekonomi oleh perempuan dan masuk-
menjadi sumber utama dukungan sosial bagi anak. nya agama Islam yang memperkenalkan nilai-
nilai patrilineal (Abraham, 2017; Blanchy, 2019;
Sistem kekerabatan matrilineal di suku Osella, 2012; Quisumbing & Otsuka, 2001). Ketika
Minang laki-laki Minangkabau pada akhirnya menguasai
sumber ekonomi dan mengambil alih istri dan
Munculnya sistem kekerabatan tertentu anak kandung di bawah kekuasaannya, maka
dipengaruhi oleh adaptasi masyarakat terhadap ikatan antara suami-istri dalam struktur keluarga
lingkungan ekologi dan keputusan investasi yang batih akan menguat bersamaan dengan melemah-
terbaik (BenYishay, Grosjean, & Vecci, 2017). nya ikatan laki-laki tersebut dengan saudara
Sistem matrilineal biasanya diterapkan pada perempuannya. Pada saat itu, pemberian du-
masyarakat agraris yang sumber ekonomi utama- kungan sosial dari mamak kepada kemenakan
nya adalah pertanian holtikultura yang dapat tidak lagi menjadi prioritas, terlebih saat
dikerjakan oleh tenaga kerja perempuan dan “paternity confidence” pada masyarakat Minang-
tidak terlalu mengandalkan tenaga laki-laki. kabau turut meningkat.

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


202 Hartati

Bagi laki-laki Minangkabau, memiliki dua pusat peradaban matrilineal, yaitu selingkar
norma yang memuat tanggung jawab berbeda Gunung Merapi di Sumatra Barat) seperti kota
menimbulkan konsekuensi tersendiri. Natin (2008) Payakumbuh dan kabupaten Limapuluh Koto
mengatakan bahwa laki-laki Minang mengalami (n=53), kota Bukittinggi dan kabupaten Agam
pertentangan batin, karena di satu sisi ia memi- (n=34), Kota Batusangkar dan Kabupaten Tanah
liki kewajiban membina dan mengawasi keme- Datar (n=42), serta Padang Panjang (n=30). Selain
nakannya sesuai tuntutan adat, di sisi lain ia ingin wilayah darek, peneliti juga menggali data di
menguasai anak-anaknya sesuai dorongan ins- wilayah rantau (wilayah migrasi masyarakat
tingtif, yang bertentangan dengan adat. Artinya, Minangkabau) seperti kabupaten Pariaman
meskipun pada penerapannya mamak lebih (n=17), Kota Padang (n=110), dan Kabupaten
mengutamakan anak sendiri, tetapi terdapat Pesisir Selatan (n=12). Enumerator mengunjungi
konsep peran ideal yang ditanamkan budaya partisipan yang memenuhi kriteria sesuai dengan
sehingga timbul perasaan tidak nyaman ketika wilayah penugasannya secara door to door. Hanya
seorang laki-laki tidak dapat memenuhi harapan partisipan yang bersedia diwawancarai saja yang
sosial atas perannya (Blackwood, 1999). Situasi dilibatkan dalam penelitian.
ini dikenal dengan istilah “matrilineal puzzle”,
yaitu situasi di mana seorang laki-laki memiliki Desain
dua tanggung jawab pada rumah asalnya (rumah
ibu, saudari perempuan dan kemenakannya) dan Penelitian ini menggunakan desain kua-
rumah istrinya (rumahnya bersama istri dan litatif yang dilakukan dengan survei mengguna-
anak-anak kandungnya). Matrilineal puzzle dapat kan open ended questionnaire yaitu kuesioner
memicu konflik dalam diri laki-laki ketika dengan pertanyaan terbuka yang dapat menjaring
sumber daya yang dimilikinya terbatas, sehingga respon variatif dari partisipan (Creswell, 2018).
ia harus menetapkan prioritas antara memenuhi Desain penelitian ini sesuai dengan tujuan pene-
kebutuhan anak kandung atau kemenakannya litian yaitu mengeksplorasi perilaku pemberian
(Shenk, dkk., 2019; Starkweather & Keith, 2019). dukungan sosial berdasarkan perspektif pelaku.
Pada situasi di mana isu-isu pergeseran
sosial terjadi di Minangkabau, perilaku pemberi- Prosedur
an dukungan sosial dari mamak kepada kemena-
kan menjadi hal yang menarik untuk diidentifi- Penelitian diawali perancangan kuesio-
kasi. Penelitian ini bertujuan mengungkap eks- ner yang ditujukan untuk mengungkap muncul
presi pemberian dukungan mamak kepada ke- atau tidaknya perilaku pemberian dukungan dan
menakan di tengah isu pergeseran sosial yang bagaimana partisipan memaknai perilakunya.
ada saat ini. Pertanyaan yang diajukan adalah Pertanyaan yang disusun sebagai berikut:
apakah mamak masih memberikan dukungan
bagi kemenakan? Bagaimana mamak memaknai “Apakah saudara memberikan bantuan
perilaku pemberian dukungan tersebut? Temuan bagi kemenakan (anak dari saudara
dalam penelitian ini juga digunakan untuk me- perempuan)?”
lihat apakah teori Kelekatan, Need to Belong, dan
Relasi Komunal dapat menjelaskan perilaku pem- “Jika ya, Apakah sifat bantuan tersebut
berian dukungan pada relasi dekat yang bersifat rutin atau insidental?”
intergenerasional antara mamak dan kemenakan.
“Jika tidak, jelaskan alasannya.”
Metode Penelitian
“Perasaan apa yang muncul setelah
Partisipan saudara membantu kemenakan?”

Partisipan yang dilibatkan dalam pene- “Mengapa saudara merasakan hal


litian ini berjumlah 298 orang. Kriteria partisipan tersebut?”
yang dipilih adalah: laki-laki dewasa yang memi-
liki kemenakan (anak dari saudara perempuan- Selanjutnya peneliti merekrut dua puluh
nya) dan sudah bekerja. Kriteria sudah bekerja enumerator yang bertugas membacakan perta-
ditujukan untuk mengantisipasi keterbatasan nyaan, memberikan penjelasan kepada partisi-
sumber daya (resources) yang mungkin dibutuh- pan jika dibutuhkan, dan mencatat jawaban par-
kan untuk melakukan dukungan sosial. Agar hasil tisipan. Enumerator yang dilibatkan adalah maha-
penelitian dapat merepresentasikan masyarakat siswa Psikologi yang sudah mengikuti mata kuliah
matrilineal di Sumatra Barat, peneliti menugas- observasi dan wawancara. Sebelum ke lapangan,
kan enumerator pada beberapa wilayah mewakili para enumerator mendapat pelatihan dan mela-
wilayah darek (wilayah yang diyakini sebagai kukan simulasi pada satu orang partisipan

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


Perilaku dan makna pemberian dukungan sosial 203

sekaligus melakukan uji keterbacaan. Beberapa kemenakan, atau setidaknya mereka pernah me-
kalimat yang tidak dipahami oleh partisipan di- lakukannya di masa lalu, meskipun sekarang tidak
ubah agar bisa lebih dipahami. Selanjutnya, enu- lagi (20,8%). Hanya sebagian kecil (4%) yang
merator mengambil data sesuai dengan wilayah menyatakan tidak pernah memberikan dukungan
yang ditugaskan untuknya. Setelah data terkum- sosial dalam bentuk apapun bagi kemenakannya.
pul, peneliti melakukan analisis tematik, dan Di antara partisipan yang menyatakan memberi-
melakukan pemeriksaan kredibilitas penelitian kan dukungan (n=224), hanya sebagian kecil
dengan melibatkan tiga orang rater dalam peng- (n=39) yang mengaku memberikan dukungan
ambilan keputusan hasil penelitian. Dua orang secara rutin kepada kemenakan, setidaknya se-
rater memiliki tingkat pendidikan S2 dan satu bulan sekali. Partisipan lain (n=185) hanya mem-
lagi S3 dalam bidang ilmu psikologi. berikan bantuan yang bersifat insidental, yaitu
muncul sewaktu-waktu. Hal ini menunjukkan
Teknik Analisis bahwa peran mamak sebagai sumber dukungan
utama bagi kemenakan pada masyarakat Minang-
Analisis data untuk penelitian ini di- kabau memang telah bergeser, meskipun tidak
lakukan dengan menggunakan analisis tematik menghilang.
(thematic analysis). Analisis tematik memiliki Pemberian dukungan yang bersifat insi-
batasan yang kabur dengan beberapa metode dental umumnya (37,9%) dilakukan ketika ma-
analisis lain seperti analisis isi (content analysis), mak mempersepsi adanya kebutuhan kemena-
fenomenologi, dan etnografi (Javadi & Zarea, kan seperti: kemenakan membutuhkan bantuan,
2016). Pendekatan ini ditujukan untuk mencari terjerat masalah, atau ketika ada kegiatan ter-
esensi dari makna dan konsep yang ada di data tentu (lebaran, pernikahan dan kematian).
sehingga menghasilkan tema-tema yang ringkas.
Proses analisis data diawali dengan melakukan “Pada saat dibutuhkan saja, ketika kama-
pengorganisasian data dengan mengelompok- nakan mengalami kekurangan seperti ter-
kan jawaban partisipan berdasarkan pertanyaan. kendala biaya sekolah.” (S16)
Selanjutnya, setiap jawaban akan diberi nomor
kode yang menunjukkan identitas partisipannya. “Apabila dibutuhkan saja yaitu apabila
Persiapan data dilakukan menggunakan excel. kamanakan terlibat perselisihan (dan)
Setelah data siap, peneliti menuju langkah se- mengurusi urusan pernikahan kamana-
lanjutnya yaitu analisis. kan.” (S27)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisis data adalah: 1) melakukan pengelom- “Pada saat tertentu yaitu ketika
pokan respon partisipan sesuai dengan kemiripan kamanakan akan menikah, ketika mem-
kata; 2) menetapkan kata kunci untuk masing- butuhkan masukan atau pandangan
masing kelompok; 3) mengelompokkan kembali seorang mamak dalam membuka usaha.”
kata-kata kunci yang memiliki kedekatan makna; (S21).
4) menetapkan nama untuk kelompok kata kunci
yang memiliki kesamaan makna; dan 5) melaku- Momen pemberian dukungan sosial juga
kan verifikasi kesesuaian antara nama kategori terjadi ketika partisipan melakukan kontak sosial
dengan jawaban partisipan. Proses tersebut di- atau bertemu secara langsung dengan kemena-
lakukan sampai beberapa kali (bolak-balik) kan (21,1%), baik saat partisipan mengunjungi
dengan bantuan software MAXQDA12, sampai kemenakan atau kemenakan datang mengun-
mendapatkan koherensi. Selanjutnya, hasil kate- jungi mamak, atau sekedar bertemu.
gorisasi tersebut diserahkan kepada tiga orang
rater yang mendiskusikan kesesuaian kategori “Memberikan uang saku ketika berkunjung
dan membuat keputusan sehingga menghasilkan ke rumah kemenakan” (P4)
kategorisasi yang terverifikasi.
“Jika ada datang ke rumah akan diberi”
Hasil Penelitian (P56)

Perilaku pemberian dukungan sosial “Setiap kemenakan bertemu dengan saya


atau datang ke rumah” (P63)
Dilihat dari Tabel 1, dapat dikatakan
hampir seluruh partisipan (75,2%) menyatakan
perannya dalam memberikan dukungan bagi

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


204 Hartati

Tabel 1
Perilaku Pemberian Dukungan Sosial
Perilaku n (%)
Masih Memberikan 224 75,2
Rutin 39 13,1
Insidental 185 62,1
Persepsi atas kebutuhan 113 37,9
Kontak sosial 63 21,1
Ketersediaan sumber daya 9 3,0
Pernah tetapi sudah tidak lagi 62 20,8
Tidak terdapat persepsi atas kebutuhan 43 14,42
Keterbatasan sumber daya 11 3,7
Masalah kontak sosial 9 3,0
Tidak pernah 12 4,0
Keterbatasan sumber daya 5 1,7
Masalah kontak sosial 4 1,3
Tidak terdapat persepsi atas kebutuhan 3 1,0

Sebagian kecil partisipan (3%) memberi- Masalah kontak sosial (3%) menunjuk-
kan dukungan ketika merasa memiliki sumber kan adanya “jarak” baik fisik (karena mamak
daya yang lebih, seperti pernyataan: tinggal berjauhan) maupun psikologis (karena
adanya relasi yang kurang harmonis).
“Ketika mempunyai rezeki berlebih setelah
gajian” (P14) “Kalau dulu tinggalnya jauh dan sekarang
sibuk mengurusi anak saya sendiri dan
“Karena tergantung dari mamaknya jika sibuk bekerja.” (S258).
mamaknya ada rezeki maka ia akan mem-
bantu kamenakannya” (P202). Hampir seluruh partisipan menyatakan
bahwa dirinya memberikan dukungan sosial bagi
Mamak yang menyatakan pernah mem- kemenakan, setidak-tidaknya pernah memberi
berikan dukungan kepada kemenakan di masa dukungan di masa lalu. Namun, terdapat beberapa
lalu (n=62) menyebutkan beberapa alasan peng- orang mamak (n=12) yang mengaku tidak pernah
hentian dukungan. Alasan pertama ialah si keme- memberikan dukungan apapun kepada kemena-
nakan dipersepsi tidak memiliki kebutuhan lagi kan. Adapun alasan pertama yang dikemukakan
(14,42%) karena mereka sudah mandiri atau adalah keterbatasan sumber daya (1,7%) seperti
karena orang tua si kemenakan dapat memenuhi yang terdapat pada kutipan, “Penghasilan yang
sendiri kebutuhan anaknya. pas pasan” (S120). Alasan kedua, masalah dalam
kontak sosial (1,3%) yang menciptakan jarak
“Karena mereka telah berhasil dan sukses psikologis, seperti pada kutipan berikut:
semuanya, maka rasanya tidak ada yang
harus dibantu lagi.” (S259). “Harta pusaka sudah diambil oleh saudara
perempuan dan tenggang rasa terhadap
Alasan kedua adalah keterbatasan saudara juga sudah tidak ada lagi.” (S91)
sumber daya (3,7%), misalnya karena mamak
mengalami perubahan kondisi ekonomi atau Alasan ketiga adalah tidak terdapat
karena keluarga batih mamak lebih mem- persepsi atas kebutuhan kemenakan (1%), seperti
butuhkan. pernyataan: “Mereka sudah dewasa dan berpeng-
hasilan sendiri.” (S85).
“Karena saat ini sedang membutuhkan
banyak dana untuk sekolah dan peng- Berdasarkan hasil tersebut, dapat disim-
obatan istri.” (S108) pulkan terdapat tiga faktor yang memengaruhi
muncul atau tidaknya perilaku pemberian du-
“Karena beban hidup sekarang dan tang- kungan sosial dari mamak kepada kemenakan,
gungan yang sudah lebih besar, sehingga yakni persepsi terhadap ada atau tidaknya ke-
sulit untuk memberikan dukungan dan butuhan, harmonis atau tidaknya kontak sosial
bantuan…” (S45). antara mamak dengan kemenakan dan tersedia
atau tidaknya sumber daya.

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


Perilaku dan makna pemberian dukungan sosial 205

Perasaan yang mengiringi perilaku pem- menunjukkan bahwa tujuan pemberian dukungan
berian dukungan sosial adalah ikatan sosial yang memastikan
posisi partisipan sebagai bagian dari kelompok
Dari 282 partisipan yang memberikan (Need to Belong).
dukungan bagi kemenakan atau setidaknya per-
nah memberikan dukungan, hampir seluruhnya “Karena bisa menjadi lebih akrab dengan
(94%) merasa positif setelah perilakunya ditam- kemenakan (Mk.210)”
pilkan. Perasaan positif yang dimaksud disebut-
kan partisipan sebagai perasaan senang, lega, “Apabila saya sudah usia tua, kemena-
bahagia, puas, dan bangga. Sekitar empat belas kan bisa memberikan bantuan kepada
partisipan (5%) merasa netral atau biasa dan ada saya.” (Mk/149)
tiga orang partisipan yang merasa negatif (1,1%)
yaitu sedih dan belum puas setelah memberikan Terakhir, reward juga didapat langsung
dukungan. dari perasaan positif yang mengiringi perilaku
pemberian dukungan sosial, meskipun persen-
Makna Pemberian Dukungan Sosial tasenya sangat kecil (2,8%).
Kategori makna pemberian dukungan
Makna pemberian dukungan sosial dida- sosial kedua adalah “altruist” (19,9%), mengacu
patkan dari alasan munculnya perasaan pada perilaku yang semata-mata ditujukan untuk ke-
kategori di atas. Respon partisipan dikategorikan baikan penerima. Kategori ini terdiri dari sub
berdasarkan istilah-istilah yang ada dalam teori kategori yang dirumuskan mendekati respon
yang menjadi acuan dalam artikel ini yaitu Teori partisipan yaitu kemenakan bahagia dan peru-
Kelekatan, Need to Belong, dan Relasi Komunal. bahan positif bagi kemenakan kategori ini menun-
Meskipun demikian, terdapat juga kategori yang jukkan bahwa perilaku pemberian dukungan dari
muncul berdasarkan respon partisipan, yang mamak difokuskan secara tulus untuk mening-
tidak termaktub dalam teori tersebut. Terdapat katkan kesejahteraan kemenakan seperti mem-
tiga kategori besar makna pemberian dukungan buatnya bahagia dan bertumbuh secara positif
bagi mamak yaitu “rewards,” “altruist”, dan “obli- seperti halnya relasi komunal. Contoh pernyataan
gation.” Sebaran frekuensinya dapat dilihat pada dari kategori tersebut adalah:
Tabel 2.
Kategori “reward” menunjukkan bahwa “Karena saya merasa senang saja melihat
pemberian dukungan sosial yang dilakukan oleh kemenakan saya senang dari pemberian
mamak ternyata memberikan keuntungan bagi saya.” (Mk/70)
dirinya yaitu mendapatkan luaran sosial yang
positif seperti harga diri (self-esteem), perasaan “Karena kamanakan bisa berubah dan
terhubung (feeling social connection), dan pera- mendengarkan nasihat yang disampai-
saan positif (positive affect). Harga diri (44,7%) kan.” (Mk/34)
merupakan makna yang paling dominan yang
dimunculkan oleh perasaan bermanfaat, kepa- Kategori ketiga yaitu “obligation,” memiliki
tuhan kemenakan, dan pengakuan. frekuensi cukup besar (28%). Kategori ini terdiri
dari sub kategori seperti: keberhasilan melak-
“Supaya kemenakan tahu dengan (peran) sanakan kewajiban, beban tanggung jawab,
mamak” (Mk/46) kewajiban yang belum maksimal, dan usaha
melanjutkan tradisi.
“Merasa sudah dihargai dan dibutuhkan
oleh kemenakan” (Mk/59). “Karena telah berhasil menjalankan
peran sebagai seorang mamak.”
Memberikan dukungan juga dimaknai (Mk/28)
sebagai perasaan terhubung menunjukkan ada-
nya keinginan untuk menjadi bagian dari relasi “Karena saya bisa menjalankan peran
sosial, meskipun frekuensinya tidak terlalu tinggi saya sebagai mamak.” (Mk/30)
(4,6%). Kategori ini terdiri dari dua sub kategori,
menimbulkan kedekatan dan resiprokal. Hal ini

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


206 Hartati

Tabel 2
Makna Pemberian Dukungan Sosial
Kategori Makna n (%)
Reward 147 52,1
Self-esteem 126 44,7
Merasa bermanfaat 96 34,0
Kemenakan mematuhi 22 7,8
Kontak sosial 8 2,8
Pengakuan 13 4,6
Feeling social connection 8 2,8
Menimbulkan kedekatan 5 1,8
Resiprokal 8 2,8
Positive affect 56 19,9
Altruist 15 5,3
Kemenakan bahagia 41 14,5
Perubahan positif bagi kemenakan 79 28,0
Obligation 65 23,0
Keberhasilan melaksanakan kewajiban 8 2,8
Beban tanggung jawab 4 1,4
Kewajiban yang belum maksimal 2 0,7
Melanjutkan tradisi 147 52,1

Tabel 3
Perasaan dan Pemaknaan Perilaku Pemberian Dukungan
Kategori Makna
Perasaan
Altruist Reward Obligation
Positif 54 147 64
Senang 40 115 32
Lega 4 8 17
Bahagia 4 8 5
Puas 4 7 6
Bangga 2 9 4
Negatif 0 0 3
Sedih 0 0 2
Belum puas 0 0 1
Netral 2 0 12

Kategori ini mencerminkan pemberian Diskusi


dukungan sosial yang diinisiasi oleh nilai-nilai
dan norma sosial, bukan berasal dari dorongan Penelitian ini mampu memberikan gambaran
alami seperti yang terdapat pada Teori Kelekatan representatif mengenai perilaku pemberian du-
maupun Need to Belong. Kewajiban membuat kungan sosial dari mamak kepada kemenakan
mamak kehilangan otonomi untuk mendukung karena partisipan yang dilibatkan telah mewakili
atau tidak mendukung kemenakan, dapat juga di- wilayah-wilayah di Sumatra Barat. Meskipun
katakan sebagai “paksaan” yang kontraproduktif penelitian terdahulu menyebutkan terjadinya
dengan manfaat dukungan sosial bagi provider. pergeseran peran mamak di mata kemenakan
Peneliti memberikan data silang antara perasaan (Fahma, 2018; Hafiza, 2019; Handayani & Pinasti,
dan makna pemberian dukungan sosial pada 2018; Hayati, 2019; Yusutria, 2018), tetapi
Tabel 3 berikut untuk mengetahui lebih lanjut temuan dalam penelitian ini memastikan bahwa
bagaimana perasaan partisipan yang berkaitan peran mamak sebagai salah satu alternatif sumber
dengan makna pemberian dukungan, utamanya dukungan bagi kemenakan belum menghilang.
pada kategori “obligation.” Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontri-
Perasaan positif mendominasi pemberi- busi terhadap pengembangan teori dukungan
an dukungan sosial yang dimaknai sebagai tin- sosial, utamanya pada relasi dekat yang bersifat
dakan altruis maupun memberikan reward bagi intergenerasional dari sisi pemberi dukungan
provider, tetapi mamak yang memaknai perilaku (provider). Temuan penelitian ini juga dapat men-
pemberian dukungan sebagai bentuk kewajiban jelaskan faktor-faktor yang mengantarai perilaku
(obligation) memiliki perasaan yang beragam pemberian dukungan dengan kesejahteraan
baik positif, negatif maupun netral. afektif provider.

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


Perilaku dan makna pemberian dukungan sosial 207

Penelitian ini berhasil mengungkap tiga (Inagaki & Orehek, 2017). Beberapa mamak telah
kondisi yang mendahului perilaku pemberian menunjukkan situasi tersebut, tetapi yang me-
dukungan yaitu: persepsi mamak terhadap kebu- ngejutkan adalah sebagian besar mamak justru
tuhan kemenakan, kontak sosial yang harmonis merasakan afek positif meskipun memaknai pe-
dan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan. rilakunya sebagai kewajiban. Hal ini menunjuk-
Persepsi terhadap kebutuhan menunjukkan bah- kan mekanisme yang berbeda dari yang ditawar-
wa dukungan yang diberikan mamak ditujukan kan teori Kelekatan maupun Need to Belong yang
untuk mengatasi masalah kemenakan sebagai memiliki dasar biologis. Pendekatan lain seperti
bentuk coping assistance (Thoits, 1986). Persepsi Teori Identitas Diri lebih tepat digunakan untuk
terhadap kebutuhan juga menunjukkan adanya menjelaskan fenomena tersebut. Ketika mamak
empathic concern dari pihak mamak yang me- mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari ke-
munculkan kerelaan untuk memberikan dukung- lompok sosialnya, maka ia akan melaksanakan
an bagi orang lain (Maner & Gailliot, 2007). Namun, tugas dan kewajiban sesuai dengan perannya
empathic concern hanya muncul pada pemberian (Jetten, Haslam, Iyer, & Haslam, 2010). Sistem
dukungan pada relasi dekat dengan karakteristik kekerabatan matrilineal dengan jelas mengatur
kontak sosial yang harmonis, sebab relasi yang tugas mamak sebagai “bapak sosiologis” bagi ke-
kuat antara provider dengan penerima merupakan menakan, sehingga keberhasilan dalam melaksa-
prediktor kuat bagi terjadinya transfer dukungan nakannya akan menimbulkan perasaan positif.
(Buchwald, 2017). Memberikan dukungan bagi Sebaliknya, kegagalan dapat menimbulkan pe-
orang yang disayangi, lebih mungkin dilakukan rasaan negatif seperti yang ditemukan dalam
secara tulus dibandingkan memberikan dukungan penelitian ini.
bagi orang asing (Inagaki & Eisenberger, 2012;
Morelli dkk., 2015; Nelson, dkk., 2016). Kedua Kesimpulan
prasyarat tersebut menunjukkan kedekatan relasi
antara mamak dan kemenakan yang memung- Meskipun relasi kekerabatan matrilineal dikata-
kinkan terjadinya transfer dukungan yang tulus kan memudar, ternyata para mamak di Sumatra
seperti yang dijelaskan dalam Teori Kelekatan, Barat masih tetap mempertahankan perannya
Need to Belong, maupun Relasi Komunal. Meski- sebagai provider dukungan sosial bagi kemena-
pun mamak memiliki keinginan untuk memberi- kan. Terdapat tiga kondisi yang memunculkan
kan dukungan bagi orang yang disayangi, tetapi dukungan sosial: persepsi terhadap kebutuhan,
eksekusi perilaku tersebut dapat dibatasi oleh kontak sosial yang harmonis, dan ketersediaan
sumber daya yang dimiliki provider (Inagaki & sumber daya. Penelitian ini juga menunjukkan
Orehek, 2017). Jika mamak memiliki sumber daya bahwa mamak sebagai provider dukungan sosial
yang dibutuhkan kemenakan, maka dukungan juga mendapat manfaat atas perilakunya berupa
akan diberikan. kesejahteraan afektif jika mamak melakukannya
Selain dapat mengidentifikasi prasyarat, atas dorongan alami yang altruis dan mendapat-
penelitian ini juga membuktikan bahwa pem- kan luaran sosial yang menguatkan ikatan sosial
berian dukungan bermanfaat bagi kesejahteraan yang dimiliki. Perilaku pemberian dukungan yang
afektif provider yaitu mamak merasa lebih positif dipaksakan atau dipersepsi sebagai kewajiban,
setelah memberikan dukungan bagi kemenakan. berpotensi mengurangi kesejahteraan afektif
Perasaan positif tersebut muncul pada mereka mamak. Meskipun demikian persepsi terhadap
yang memberikan dukungan secara sukarela kewajiban masih dapat meningkatkan kesejah-
(altruist) semata-mata demi kesejahteraan ke- teraan afektif ketika mamak mengadopsi norma
menakan. Hal ini menjadi lebih mudah dilakukan dan nilai sosial dari budaya matrilineal terkait
karena mamak dan kemenakan memiliki relasi kewajiban mamak terhadap kemenakan dan
biologis (Brown & Brown, 2006). Pemberian melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
dukungan juga dapat memuaskan kebutuhan
akan ikatan sosial (Need to Belong) karena Keterbatasan dan Saran
provider mendapatkan luaran sosial yang positif
seperti harga diri dan perasaan terhubung. Selain Penelitian ini dapat mengungkap peri-
mendapatkan luaran sosial, perilaku mendukung laku dan makna pemberian dukungan sosial
saja sudah secara langsung dapat memunculkan mamak terhadap kemenakan di Sumatra Barat,
perasaan positif, yang menunjukkan bahwa peri- sayang penelitian ini tidak membandingkannya
laku ini dimunculkan oleh dorongan alami indi- dengan perilaku pemberian dukungan kepada
vidu (insting) dan konteks relasi dekat antara non-kemenakan seperti anak kandung atau kera-
mamak-kemenakan. bat istri. Padahal perbandingan tersebut dapat
Paksaan atau kewajiban yang meng- memperjelas keunikan relasi mamak-kemenakan.
hilangkan otonomi provider, berpotensi mengu- Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meng-
rangi manfaat pemberian dukungan bagi provider ungkap dinamika yang dapat menjelaskan

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


208 Hartati

dinamika yang mengantarai persepsi pemberian 0682


dukungan sebagai kewajiban dengan luaran yang Brown, S. L., & Brown, R. M. (2006). Selective
positif pada mamak seperti yang ditemukan dalam investment theory: Recasting the
penelitian ini, tetapi belum mendapatkan pen- functional significance of close
jelasan yang empirik. relationships. Psychological Inquiry, 17(1),
1–29.
Daftar Pustaka Brown, S. L., Nesse, R. M., & Vinokur, A. D. (2003).
Providing social support may be more
Abraham, J. (2017). Setting sail for beneficial than receiving it: Results from a
Lakshadweep : Leela Dube and the study of prospective study of mortality.
matrilineal kinship. Indian Journal of Psychological Science, 14(4), 320–327.
Gender Studies, 24(3), 438–454. Buchwald, P. (2017). Social support. In Reference
https://doi.org/10.1177/0971521517716 Module in Neuroscience and Biobehavioral
813 Psychology (pp. 1–6).
Ainsworth, M. D. S. (1989). Attachments beyond Clark, M. S., & Mills, J. R. (2012). A Theory of
infancy. American Psychologist, 44(4), 709– communal (and exchange) relation. In P. a.
716. M. Van Lange, A. W. Kruglanski, & E. T.
Aknin, L. B., Dunn, E. W., Whillans, A. V, Grant, A. Higgins (Eds.), Handbook of theory of social
M., & Norton, M. I. (2013). Making a psychology (1st ed., p. 232). London: Sage
difference matters: Impact unlocks the Publications Ltd.
emotional benefits of prosocial spending. Crocker, J., & Canevello, A. (2008). Creating and
Journal of Economic Behavior and undermining social support in communal
Organization, 88, 90–95. relationships: The role of compassionate
https://doi.org/10.1016/j.jebo.2013.01.00 and self-image goals. Journal of Personality
8 and Social Psychology, 95(3), 555–575.
Batson, C. D., Shaw, L. L., Batson, C. D., & Shaw, L. https://doi.org/10.1037/0022-
L. (2009). Evidence for altruism: Toward a 3514.95.3.555
pluralism of prosocial motives. Dunn, E. W., Aknin, L. B., & Norton, M. I. (2008).
Psychological Inquiry: An International Spending money on others promotes
Journal for the Advancement of happiness. Science, 319(March), 1687–
Psychological Theory, (September 2012), 1688.
37–41. Eisenberger, N. I. (2013). An empirical review of
Baumeister, R. F. (2012). Need-to-belong theory. the neural underpinnings of receiving and
In P. a. M. Van Lange, A. W. Kruglanski, & E. giving social support: Implications for
T. Higgins (Eds.), Handbook of theories of health. Psychosomatic Medicine, 75(6), 545–
social psychology (1st ed., p. 121). London: 556.
Sage Publications Ltd. https://doi.org/10.1097/PSY.0b013e3182
Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1995). The need 9de2e7
to belong: Desire for interpersonal Fahma. (2018). Pergeseran peran ninik mamak
attachments as a fundamental human dalam membentuk keluarga sakinah pada
motivation. Psychology Bulletin, 117(3), masyarakat Minangkabau perspektif teori
497–529. peran: Studi Kasus Malalak Timur
BenYishay, A., Grosjean, P., & Vecci, J. (2017). The Kabupaten Agam Sumatra Barat.
fish is the friend of matriliny : Reef density Universitas Islam Negeri Maulana Malik
and matrilineal inheritance ☆. Journal of Ibrahim.
Development Economics, 127(February), Gariepy, G., Honkaniemi, H., & Quesnel-Vallee, A.
234–249. (2016). Social support and protection from
https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2017.0 depression: Systematic review of current
findings in western countries. The British
3.005
Journal of Psychiatry, 209, 284–293.
Blackwood, E. (1999). Big houses and small
https://doi.org/10.1192/bjp.bp.115.1690
houses: Doing matriliny in West Sumatra.
Journal of Anthropology, 64(1), 32–56. 94
https://doi.org/10.1080/00141844.1999. Hafiza. (2019). Pergeseran fungsi mamak
9981589 kandung dalam pelaksanaan adat
Blanchy, S. (2019). A matrilineal and matrilocal Minangkabau pada masyarakat Jorong Batu
Badinding Nagari Limo Koto Kecamatan
Muslim society in flux: negotiating gender
Bonjol Kabupaten Pasaman. Jurnal Ilmu
and family relations in the Comoros. Africa,
Budaya, 16(1).
89(1), 21–39.
https://doi.org/10.1017/S000197201800 Handayani, M., & Pinasti, V. I. S. (2018).

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


Perilaku dan makna pemberian dukungan sosial 209

Pergeseran peran ninik mamak pada to social reproduction (1st ed., pp. 61–82).
masyarakat Minangkabau dalam era Malden: Blackwell Publising.
modernisasi: Studi kasus di Nagari Kamang Konrath, S., & Brown, S. (2011). The effects of
Hilia, Kecamatan Kamang Magek, Agam, giving on givers. In N. Roberts & M.
Sumatra Barat. E-Societas, 7(7), 1–15. Newman (Eds.), Handbook of Health and
Hartung, J. (1985). Matrilineal inheritance: New Social Relationships (In press, pp. 1–20).
theory and analysis. The Behavioral and APA Books.
Brain Sciences, 8, 661–688. Maner, J. O. N. K., & Gailliot, M. T. (2007). Altruism
Hayati, R. (2019). Kedudukan mamak dalam and egoism: Prosocial motivations for
masyarakat adat Nagari Kamang Mudik helping depend on relationship context.
menurut perspektif hukum Islam: Analisis European Journal of Social Psycology,
terhadap pergeseran kewenangan paman 358(August 2006), 347–358.
sebagai hakam dalam hukum keluarga. https://doi.org/10.1002/ejsp.364
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Maria-Barbara, & Franke, W. (1993). The Lycian
Kasim Riau. heritage and the makin of men: Matrilineal
House, J. S., Umberson, D., & Landis, K. R. (1988). models for parenting. Women’s Studies
Structures and processes of social support. International Forum, 16(6), 569–579.
Annual Review Sociology, 14, 293–318. https://doi.org/10.1016/S0277-
Inagaki, T. K. (n.d.). Neural mechanisms of the link 5395(08)80002-7
between giving social support and health. Morelli, S. A., Lee, I. A., Arnn, M. E., & Zaki, J.
Annals of the New York Academy Sciences. (2015). Emotional and instrumental
Inagaki, T. K., & Eisenberger, N. I. (2012). Neural support provision interact to predict well-
correlates of giving support to a loved one. being. Emotion, 15(4), 484–493.
Psychosomatic Medicine, 74(1), 3–7. Natin, S. (2008). Perubahan sosial kedudukan
Inagaki, T. K., & Eisenberger, N. I. (2016). Giving dan peran mamak terhadap anak dan
support to others reduces sympathetic kemenakan di ranah minang. Mimbar
nervous system-related responses to Hukum, 20(2), 193–410.
stress. Psychophysiology, 53, 427–435. Nelson, S. K., Layous, K., Cole, S. W., &
https://doi.org/10.1111/psyp.12578 Lyubomirsky, S. (2016). Do unto others or
Inagaki, T. K., & Orehek, E. (2017). On the benefits treat yourself? The effects of prosocial and
of giving social support: When, why, and self-focused behavior on psychological
how support providers gain by caring for flourishing. Emotion, 16(6), 850–861.
others. Current Directions in Psychological Orehek, E., & Forest, A. L. (2016). When people
Science, 26(2), 109–113. serve as means to goals: Implications of a
https://doi.org/10.1177/0963721416686 motivational account of close relationships.
212 Current Directions in Psychological Science,
Inagaki, T. K., & Ross, L. P. (2018). Neural 25(2), 79–84.
correlates of giving social support: https://doi.org/10.1177/0963721415623
Differences between giving targeted versus 536
untargeted support. Psychosomatic Osella, C. (2012). Desires under reform :
Medicine, 80(October), 724–732. Contemporary reconfigurations of family ,
https://doi.org/10.1097/PSY.0000000000 marriage , love and gendering in a
000623 transnational south Indian matrilineal
Javadi, M., & Zarea, K. (2016). Understanding muslim community. Culture and Religion,
thematic analysis and its pitfall. Journal of 13(2 (June)), 241–264.
Client Care, 1(1), 34–40. https://doi.org/10.1080/14755610.2012.
https://doi.org/10.15412/J.JCC.02010107 675508
Jetten, J., Haslam, S. A., Iyer, A., & Haslam, C. Poulin, M. J., Brown, S. L., Dillard, A. J., & Smith, D.
(2010). Turning to others in times of M. (2013). Giving to others and the
change: Social identity and coping with association between stress and mortality.
stress. In S. Sturmer & M. Snyder (Eds.), The American Journal of Public Health, 103(9),
Psychology of Prosocial Behavior (1st ed., 1649–1655.
pp. 139–156). Malden: Wiley-Blackwell. https://doi.org/10.2105/AJPH.2012.3008
Kato, T. (1978). Change and continuity in the 76
Minangkabau matrilineal system. Quisumbing, A. R., & Otsuka, K. (2001). Land
Indonesia, 25(April), 1–16. inheritance and schooling in matrilineal
Knight, C. (2008). Early human kinship was societies : Evidence from Sumatra. World
matrilineal. In H. Callan, R. Dunbar, & W. Development, 29(12), 2093–2110.
James (Eds.), Early human kinship: From sex Rogers, A. R. (2012). Genetic relatedness to

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial


210 Hartati

sisters ’ children has been underestimated. emphasis on the separability of perceived


Proc. R Soc B, 280, 20121937. and received support. Perspectives on
https://doi.org/10.1098/rspb.2012.1937 Psychological Science, 4(3), 236–256.
Schrijvers, J., & Postel-coster, E. (1977). Uchino, B. N., Carlisle, M., Birmingham, W., &
Minangkabau women : Change in a Vaughn, A. A. (2011). Social support and the
matrilineal society. Archipelago, 13, 79– reactivity hypothesis: Conceptual issues in
103. examining the efficacy of received support
Shenk, M. K., Begley, R. O., Nolin, D. A., & Swiatek, during acute psychological stress.
A. (2019). When does matriliny fail? The Biological Psychology, 86(2), 137–142.
frequencies and causes of transitions to and https://doi.org/10.1016/j.biopsycho.2010
from matriliny estimated from a de novo .04.003
coding of a cross-cultural sample. Phil. Vaananen, A., Buunk, B. P., Kivimaki, M., Pentti, J.,
Trans. R. Soc. B, 374, 20190006. & Vahtera, J. (2005). When it is better to
https://doi.org/10.1098/rstb.2019.0006 give than to receive: Long-term health
Starkweather, K., & Keith, M. (2019). One piece of effects of perceived reciprocity in support
the matrilineal puzzle : the socioecology of exchange. Journal of Personality and Social
maternal uncle investment. Phil. Trans. R. Psychology, 89(2), 176–193.
Soc. B, 374(20180071), 1–12. https://doi.org/10.1037/0022-
Takyi, B. K., & Gyimah, S. O. (2007). Matrilineal 3514.89.2.176
family ties and marital dissolution in Weinstein, N., & Ryan, R. M. (2010). When helping
Ghana. Journal of Family Issues, 28(5), 682– helps: Autonomous motivation for
705. prosocial behavior and its influence on
https://doi.org/10.11770192513X062976 well-being for the helper and recipient.
23 Journal of Personality and Social Psychology,
Telzer, E. H., & Fuligni, A. J. (2009). Daily family 98(2), 222–244.
assistance and the psychological well-being https://doi.org/10.1037/a0016984
of adolescents from Latin American, Asian , Yasin, M. A. S. M., & Dzulkifli, M. A. (2010). The
and European backgrounds. Developmental relationship between social support and
Psychology, 45(4), 1177–1189. psychological problems among students.
https://doi.org/10.1037/a0014728 International Journal of Business and Social
Thoits, P. A. (1986). Social Support as Coping Science, 1(3), 110–116.
Assistance. Journal of Consulting and Yusutria, R. F. (2018). Robohnya lembaga
Clinical Psychology, 54(4), 416–423. pendidikan surau. Jurnal Kependidikan Dan
Uchino, B. N. (2009). Understanding the links Keagamaan, 2(1).
between social support and physical
health: A life-span perspective with

© 2020 Jurnal Psikologi Sosial

Anda mungkin juga menyukai