NIM : 856979516
PRODI : PGSD BI
POKJAR : PADANGRATU
NAMA MATA KULIAH : PENDIDIKAN SENI DI SD (PDGK4207)
NAMA TUTOR : SILVISTA MAHARANI,S.Sn,M.Pd
TUGAS : RESUME MODUL 1
MODUL 1
WAWASAN SENI
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT SENI
Istilah seni berasal dari istilah “sani” dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan,
pelayanan, donasi. Permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur (Sugriwa, 1957 : 219-133).
Tapi ada juga yang mengatkan seni berasal dari bahasa Belanda “genie” atau jenius. Atau versi
yang lain, seni disebut “clipa” yang berarti berwarna (kata sifat) atau pewarna (kata benda),
kemudian berkembang menjadi cilpacastra yang berarti segala macam kekriyaan (hasil
keterampilan tangan) yang artistic (Soedarso, 1988:16-17).
Pengertian seni sebagai benda / karya seni adalah bahwa seni atau keindahan adalah sesuatu yang
menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedar rasa gembira karena mempunyai unsur
transendental atau spiritual (pendapat Joganatha).
Pemahaman seni sebagai kemahiran dimaknai seni merupakan sebuah kemampuan dalam
membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya pencapai suatu tujuan yang ditentukan oleh
rasio / logika atau gagasan tertentu (pendapat Aristoteles).
Sementara itu pengertian seni sebagai kegiatan manusia oleh Leo Tolstoy dikatakan bahwa
seni merupakan kegatan sadar manusia dengan perantara tanda – tanda lahiriah tertentu untuk
menyampaikan perasaan – perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain, sehingga mereka
kejangkitan perasaan yang sama dan juga mengalaminya.
Seni adalah ekspresi jiwa manusia yang tertuang dalam berbagai bentuk karya seni.
Didalam seni terdapat simbol – simbol kehidupan yang memiliki makna mendalam tentang
hakekat hidup. Tari dengan ekspresi gerak, musik dengan bunyi dan suara manusia, teater dengan
ungkapan ekspresi gerak dan vokal, seni rupa dengan berbagai media visual, semuanya memiliki
gaya dan aliran yang beragam, merupakan ungkapan ekspresi yang didalamnya sarat dengan
simbol.
Secara teori, seni dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu seni murni dan seni terapan.
Seni murni adalah penciptaan seni yang hanya mempertimbangkan fungsi atau bentuknya,
sedangkan seni terapan adalah penciptaan seni yang dirancang untuk kepentingan tertentu diluar
fungsi sebenarnya.
Dalam aktivitas sehari-hari sebenarnya aktivitas berkesenian selalu dialami manusia.
Hanya saja terkadang kita tidak menyadari atau merasakannya bahwa aktivitasnya merupakan
bagian dari ekspresi seni yang alami.
KEGIATAN BELAJAR 2
Dalam pemahaman umum, seni sering diartikan sebagai hiburan. Konotasi inilah
yang harus kta perjelas tidak hanya sebagai media hiburan. Seni dalam pemahaman yang
lebbih kompeks. Dapat diartikan sebagai sarana legitimasi, ketika seni itu berada didalam
istana (kraton). Soedarsono mengungkapkan bahwa fungsi seni ada tiga, yaitu: 1) untuk
kepentingan acara spiritual, 2) sebagai hiburan pribadi, dan 3) sebagai penyajian estetis
atau tontonan. Secara umum fungsi kesenian di dunia ini ada delapan, yaitu:
1. Pemujaan / Ritual
Fungsi seni untuk pemujaan berlangsung pada masa ketika peradaban manusia
masih sangat terbelakang. Kehidupan kesenian waktu itu belum mengenal adanya
instrumen musik, busana, dan gerak, tata panggung dan lain-lainnya, seperti kesenian pada
masa kini.
2. Tuntunan
Fungsi tuntunan lebih menyentuh pada misi yang secara verbal diungkapkan.
Pelaku seni dalam hal ini lebih dituntut untuk menyampaikan pesan moral yang akan
dicapai. Seorang dalang sebagai contoh, harus mampu memernkan semua tokoh yang ada
didalam kotak wayangnya.
3. Tontonan / Hiburan
Fungsi seni sebagai tontonan atau hiburan tidak banyak membutuhkan persyaratan.
Seni untuk hiburan tidak terikat pada misi tertentu. Seni yang menghibur adalah seni yang
mampu memberi kesenangan pada seseorang / kelompok orang yang berada di sekitar
pertunjukan.
Kecenderungan fungsi pertunjukan untuk ekspresi atau aktualisasi diri ini merupakan
perwujudan dari semboyan seni untuk seni atau I’art pour I’art. Tidak ada orang yang dapat
mengganggu gugat ekspresi seni dalm penampilannya.
2. Pendidikan
Seni sebaai media pendidikan merupakan elemen mendasar yang perlu dipahami. Hal
ini karena esensi seni sebenarnya tidak dapat lepas dari muatan edukatif.
3. Industri
Fungsi seni sebagai industri lebih mengalah pada tujuan aatau kepentingan tertentu
untk mendukung suatu produk tertentu. Seni untuk industri adalah sesuatu yang mampu
memberi daya tarik pada produk yang ditawarkan.
4. Seni Terapi
Seni untuk terapi di gunakan secara khusus untuk memberi ketenangan batin seseorang
yang sedang menderita secara psikis.
5. Komersial/Instant
Seni ntuk kategori sebagai alat mendatang kan ke untungan (entertainment) ini bisa di
buat menurut keperluan dan keinginan si penanggap.
KEGIATAN BELAJAR 3
JENIS – JENIS SENI
1. Seni pertunjukkan :dapat dikatakan seni sesaat artinya hasil seni disajikan dan dihayati oleh
penonton pada saat bersamaan dan akan selesai stelah pertunjukkan berakhir.
2. Seni rupa ; merupakan seni yg awet Karena hasil karya seni rupa dapat disajikan dihadapan
penonton dan di hayati sepanjang masa.
3. Seni sastra : seperti prosa dan puisi
1. Apresiasi : upaya untuk pengenalan terhadap objek seni kepada masyarakat luas.
2. Apresiasi secara pasif : dilakukan ketika seseorang menyaksikan pertunjukkan atau
melihatt pameran tanpa ada tindakan untuk mengkritik atau menilai pertunjukkan maupun
pameran yang dilihat.
3. Apresiasi secara aktif : melibatkan agresian dalam kegiatan tertentu. Misal : seorang ikut
menari.
A. TARI
1. Tari tunggal :koreografi yang di buat atau dirancang untuk di bawakan oleh seorang
penari.dipentaskan lebih dari 1 orang penari.
2. Tari pasangan ( beksan ) :tarian berpasangan dalam bentuk tari ini bisa memiliki tema
bermacam-macam.
3. Tari kelompok :ini dirancang secara khusus memang untk dibawakan oleh lebih dari 2
orang penari.
B. SENI DRAMA
1. Pengertian dramaturgi
Dramaturgi adalah: ajaran tentang masalah, hukum dan konversi drama. Formula
dramaturi menganut 4 prinsip M, yaitu:
Sebelum abad 20 tak ada naskah dan pentas Permulaan abad 20 karena
pengaruh drama barat,tidak menggunakan naskah namun pentas panggungnya
berbingkai. Pada masa pujangga baru muncul naskah drama asli yg digunakan pleh
pementasan amatir. Pada msa jepang sensor sendenbu sangat keras sekali karena
mengharuskan penampilan drama menggunakan naskah.
3. ISTILAH DRAMA
a. Teater
b. Drama/sandiwara/toneel
C. MUSIK
1. composer (pabrikan )
3. pendengar (consumer )
b. Unsur mekanis :
1. Medium : segala musik dipergelarkan melalui unsur mekanik atau unsur fisik
Memahami suatu karya musik lewat pendengaran dan pembacaan notasinya minimal
sudah cukup sebagai cara untuk mengapresiasi sebuah karya musik. Namun unutk
mendapat pemahaman yang lebih lengkap ada baiknya apabila latar belakang
penciptaan karya tersebut ditelusuri juga. Dengan memahami latar belakang penciptaan
karya itu, kita akan lebih dapat mengapresiasikannya.
Untuk karya – karya musik mancanegara telah banyak tulisan – tulisan tentang latar
belakang penciptaan maupun biografi komponisnya. Di Indonesia, hal ini masih
menjadi kendala terutama karya – karya musik tradisional/daerah untuk anak SD belum
ada banyak tulisan tentang karya dan komponisnya. Untuk mengatasi hal ini, tentu harus
menggunakan sumber –sumber lain yang relavan. Atau dapat juga dilakukan dengan
cara bertanya langsung kepada komponisnya atau kepada orang – orang terdekatnya.
Karya musik untuk anak – anak SD di semua daerah dan negara memiliki bentuk yang
mirip. Ciri – ciri lagu anak pada umumnya sederhana dan riang. Sederhana dalam hal
nada dan ritme dibandingkan dengan lagu orang dewasa. Lagu – lagu anak SD lebih
banyak berbentuk musik vokal yang mengutamakan syair bila dibandingkan dengan
musik instumentalnya. Strukturnya pun pada umumnya terdiri dari satu hingga tiga
bagian. Syair lagu – lagu anak SD biasanya berisi tentang kehidupan anak itu sendiri
maupun lingkungannya, seperti lagu :
« Lihat kebunku
« Balonku
Selain diatas, lagu ana juga ada yang berupa kekaguman akan ciptaan tuhan, seperti
lagu :
« Pelangi
Syair yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah juga digunakan untuk menjelaskan
suatu konsep atau menghafalkan sesuatu hal. Contoh :
Tentu saja ada syair yang memuat tentang cinta kepada orang tua, teman, ciptaan tuhan
dan juga cinta akan tanah air. Perhatikan syair lagu “ Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail
Marzuki atau “ Indonesia Raya” ciptaan W.R Supratman. Lagu tersebut menanamkan
cinta akan tanah air.
Di daerah – daerah di tanah air kita juga sering ditemukan syair – syair lagu yang
berhubungan atau menjadi bagian dalam permainan anak – anak. Lagu “ Gundul-gundul
pacul” adalah contoh lagu permainan ( dolanan ) anak di Jawa Tengah/ Daerah Istimewa
Yogyakarta. Walaupun syair lagu merupakan hal utama dalam musik anak, namun
musiknya pun memiliki bentuk yang dapat kita analisis. Dalam ilmu bentuk dan analisis
musik, kita mengenal beberapa bentuk lagu. Bentuk – bentuk tersebut dapat digunakan
untul menganalisis berbagai karya musik Indonesia, tradisional, dan mancanegara.
Apresiasi seni tari artinya melakukan penilaian terhadap seni tari yang disaksikan.
Untuk mengapresiasi atau menilai seni tari, kita bisa lakukan penilaian terhadap unsur-
unsur seni tari, yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Kita bisa melakukan penilaian
terhadap tigas aspek tersebut.
Untuk menilai dari segi wiraga, kita harus berfokus pada gerakan penari. Gerakan yang
dilakukan harus baik dan benar. Untuk menilai dari segi wirama, kita harus berfokus
pada ketepatan gerakan sesuai dengan irama atau musik pengiring dalam tarian. Untuk
menilai dari segi wirasa, kita harus berfokus pada penjiwaan atau ekpresi dari penari.
Ekspresi adalah ungkapan perasaan yang disampaikan melalui gerakan dan mimik
wajah penari.
- Membangkitkan peran serta siswa secara aktif agar dapat berkomunikasi dan
menikmati keindahan karya seni yang mengandung daya pesona sehingga pada
akhirnya siswa akan memiliki rasa simpati dan empati, kepuasan estetis, rasa
senang dan bangga, serta rasa nikmat akan suatu karya seni.
- Mencintai dan menghargai sepenuhnya terhadap karya sendiri dan orang lain.
1. Kreativitas
dengan kreativitas anak-anak bisa menumpahkan segala ide yang dia punya. Bahkan
ide seperti apa yang hendak anak buat hari ini. Dengan begitu, kreativitas anak pun
terasah.
Ketika kita terbiasa mengekspresikan diri, maka orang lain akan lebih mudah melihat
kemampuan kita. Nah, saling melengkapi dengan orang lain bisa jadi salah satu modal
utama untuk mengasah kemampuan berintegrasi dan bekerja sama.
3. Kepercayaan Diri
Mempelajari seni bisa melatih anak mengekspresikan diri. Ketika anak terbiasa
melakukan itu kepercayaan diri mereka pun akan tumbuh. Sehingga, anak berani
keluar dari zona nyaman agar bisa menghadapi masalah.
4. Menyelesaikan Masalah
Manusia adalah mahluk bermain, hampir setiap saat orang memerlukan kondisi
untuk bermain, kegiatan bermain sebenarnya merupakan pencermatan terhadap
bentuk, misalnya : keindahan,konstruksi dan teknologi ataupun proses. Proses ini
sering dikatakan sebagai proses karya seni, ditinjau dari proses berkarya, cara cipta
seni anak berbeda dengan orang dewasa. Berkarya seni rupa sebenarnya merupakan
prilaku biasa, seperti berbicara, bermain dan berkhayal.
Karya seni rupa difungsikan sebagai ungkapan perasaan, keinginan maupun
pandangan terhadap dunia sekelilingnya. Beberapa ahli mengatakan bahwa anak
bukan orang dewasa berukuran kecil; melainkan seni rupa anak berbeda dengan
orang dewasa
Hakikat belajar seni rupa yang mengutamakan beraktifitas mencipta,menuangkan
ide,imajinasi sebagai pembinaan cipta. Mengamati,merasakan dan mengapresiasi
objek fisik maupun gerak adalah pembinaan rasa. Sedangkan berkarya dengan
baik,tepat bentuk, keterampilan mencipta adalah pembina karsa
c. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar berimplikasi terhadap
pembelajaran seni di sekolah dasar. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar
perlu memahami fungsinya dalam melakukan prosedur pembelajaran di sekolah dasar.
Pemahaman aspek psikologis siswa mengenai karakteristik perkembangan siswa perlu
dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan guru 26 dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Sukarya 2008: 4.1.11.
Selanjutnya Sukarya juga berpendapat bahwa anak Sekolah Dasar SD berusia sekitar 6-
12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambarseni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas
III ditandai dengan kuatnya daya fantasi- imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan
kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua
karakteristik ini tampak pada gambar-gambar karya dua dimensi atau model, patung dan
perwujudan karya tiga dimensi lainnya. Karakteristik karya dua dimensi dapat dilihat
dari tipologi dan periodisasi gambar anak. Yang dimaksud dengan tipologi yaitu tipe
atau gaya atau corak yang dapat diamati melalui hasil gambar anak sukarya, 2008: 4.30.
penggolongan karya gambar anak menurut Victor Lowenfeld dalam sukarya 2008: 4.37,
terbagi menjadi: 1 Tipe Visual Tipe visual adalah gambar anak yang menunjukkan
kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis memperlihatkan kemiripan bentuk
gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif. Batas-batas tertentu gambar atau
lukisan anak yang tergolong tipe visual dapat dipersamakan dengan lukisan karya
pelukis naturalistis, yang membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin
menggambarkan keadaan sebagaimana kelihatannya dari pengalaman visual 27 Gambar
2.7 Gambar anak bertipe visual 2 Bertipe Haptik Gambar anak yang memiliki tipe haptik
menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau
upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam
merespon lingkungannya. Benda yang digambarkan merupakan reaksi emosional
melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Dalam gaya lukisan,
gambar anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya
ekspresionisme. Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan
ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri
pelukisnya inner states. Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat
subyektif dari kebebasan pribadi masing-masing pelukisnya. Gambar 2.8 Gambar anak
bertipe haptik 28 Sedangkan Periodisasi Menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain 1975 dalam Sukarya 2008: 4.19-4.20 adalah: 1 Masa mencoreng scribbling : 2-
4 tahun 2 Masa Prabagan preschematic : 4-7 tahun 3 Masa Bagan schematic period : 7-
9 tahun 4 Masa Realisme Awal Dawning Realism : 9-12 tahun 5 Masa Naturalisme
Semu Pseudo Naturalistic : 12-14 tahun 6 Masa Penentuan Period of Decision : 14-17
tahun. Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar mudah
mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik Seni Rupa anak sekolah dasar
sangat penting diketahui oleh guru. Karakteristik Seni Rupa anak sekolah dasar dapat
dilihat dari hasil karya dua dimensi maupun hasil karya tiga dimensi. Dengan
mengetahui karakteristik Seni Rupa anak SD, guru dapat mengelola pembelajaran
dengan baik sesuai dengan perkembangan psikologis dan kebutuhan siswa.
d. Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah
mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Pada pengungkapan
gagasan, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan keseluruhan. Hal ini
belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Hal yang tampak hanyalah bagian-
bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh perasaan dan
keinginannya.
Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1982) dalam bukunya yang berjudul “Creative
and Mental Growth” membagi periodisasi perkembangan seni rupa anak, sebagai
berikut:
Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain
Kesenangan membuat goresan telah muncul pada anak-anak usia dua tahun atau bahkan
sebelum dua tahun, sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jari anak yang
masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan pada anak yang kerap
melubangi atau melukai kertas yang digoresnya.
Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk
obyek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya,
tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau
horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih
menggunakan motorik kasar. Kemudian, pada perkembangan berikutnya penggambaran
garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu, mereka sudah mampu
membuat garis melingkar.
Pada periode ini terbagi atas tiga tahap, yakni 1) corengan tidak beraturan, 2) corengan
terkendali, dan 3) corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tidak beraturan adalah bentuk
gambar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat
corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi
menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya, anak mulai
mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya “rumah”, “mobil”,
“bola”. Hal ini dapat digunakan oleh orangtua atau guru pada jenjang Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dalam membangkitkan keberanian anak untuk mengemukakan kata-
kata tertentu atau pendapat tertentu berdasarkan hal yang digambarkannya.
Anak-anak memiliki jiwa bebas dan ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna
cerah, misalnya pada crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa
memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini
lebih menekankan pada penguasaan teknik mekanik penempatan warna berdasarkan
kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.
Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua, maka akan memiliki peluang
untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak,
dan mulai menyadari ada hubungan antara gambar dengan lingkungannya. Hal yang
paling penting yang harus dilakukan oleh orangtua dan guru pada masa ini adalah
dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak, sehingga tercipta
kemampuan komunikasi anak dengan orang dewasa melalui bahasa visual.
Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain. Usia anak pada tahap ini biasanya berada pada jenjang PAUD dan Sekolah
Dasar (SD) kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, obyek yang digambar
anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan
kepala, kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.
Ciri-ciri yang menarik lainnya, pada tahap ini anak telah menggunakan bentuk-bentuk
dasar geometris untuk memberi kesan obyek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan
lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan obyek, orang bisa
saja berwarna biru, merah, coklat, atau warna lain yang anak kehendaki.
Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain
Konsep bentuk mulai tampak jelas pada tahap ini. Anak cenderung mengulang bentuk.
Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah. Pada perkembangan
selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).
Penafsiran ruang bersifat subyektif, tampak pada gambar tembus pandang. Gejala ini
disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar
sebuah rumah yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam
rumah kelihatan dengan jelas.
Kenyataan tersebut diperkuat oleh pandangan Max Verworm (dalam Zulkifli, 2002, hlm.
45) bahwa “anak menggambar benda-benda menurut apa yang dilihatnya. Hasil karya
anak-anak itu disebut gambar fisioplastik”. Anak yang belum berumur 8 tahun belum
mampu menggambar apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar menurut apa yang
sedang di pikirannya. Hasil karya mereka itu disebut gambar ideoplastik.
Pada masa ini juga terkadang dalam satu bidang gambar dilukiskan berbagai peristiwa
yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan continous narrative,
anak sudah bisa memahami ruang dan waktu.
Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain
Pada masa periode awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif
mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan obyek
dalam lingkungan. Selain itu, kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya
dialami pada masa ini. Perhatian kepada obyek sudah mulai rinci. Namun demikian,
dalam menggambarkan obyek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai
sepenuhnya.
Pemahaman warna mulai disadari.Warna biru langit berbeda dengan biru air laut.
Penguasaan konsep ruang mulai dikenal, sehingga letak obyek tidak lagi bertumpu pada
garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon.
Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan
irama mulai dikenal pada periode ini.
Terdapat pula perbedaan kesenangan umum, misalnya anak laki-laki lebih senang
menggambar kendaraan, sedangkan anak perempuan lebih senang menggambar boneka
atau bunga.
Pada masa ini, kemampuan berpikir abstrak serta kesadaran sosial semakin berkembang.
Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan
kepada obyek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe
visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak, dan lingkungan
dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya.
Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh obyek lebih meningkat. Tipe
haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan obyek secara subyektif, lebih banyak
menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.
Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak, ekspresi kreatifnya
sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesat.
Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya.
Anak ingin menggambar kucing, sementara kemampuan menggambar kucing masih
kurang. Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada
sesamanya.
6. Periode penentuan
Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual
makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan
rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa,
terlebih apabila tanpa bimbingan. Di dalam hal ini peran guru banyak menentukan,
terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung
terus-menerus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua
orang dan siapa pun tidak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupan sehari-
hari.
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan
dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan
istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti
dengan istilah Pendidikan Seni Rupa.
Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang
seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni.
Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar
menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.
Permainan bisa dikembangkan menjadi empat sesuai dengan empat fungsi mental.
3. Dari segi sensasi, dapat dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri ke arah
disain plastis atau visual.
“Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan seluruh potensi
anak secara optimal agar terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan
tingkat perkembangannya”.
Contohnya bangunan rumah yang indah, gelas minum yang cantik, mobil mewah,
dekorasi yang meriah, taman yang permai, gambar majalah yang bagus dan candi
yang megah.
Seni murni (fine art/pure art), adalah seni yang ciptakan hanya untuk dinikmati saja
seni rupa ini tercipta dengan bebas tanpa mempertimbangkan segi fungsi atau
kegunaanya.
Selain itu, sering juga disebut seni bebas (free art). Artinya, pencipta bebas
mengekspresikan isi hati dengan tidak memikirkan dari segi praktisnya. seni ini
banyak terdapat pada seni ukir , patung dan segi grafika.
Seni patung – seni patung yaitu cabang seni rupa murni yang berwujud tiga demensi
(tidak datar). Dalam seni patung kerap digunakan bahan dari batu, kayu, logam,
atau bahan lain yang dapat menjadi wahana ekspresi si seniman. Tema dalam seni
patung amat beragamm seperti karya seni rupa yanglain.
Seni lukis – seni lukis adalah salah satu lingkup seni rupa berwujud dua dimensi.
Karya seni lukis yang sering disebut juga lukisan umunya dibuat di atas kanvas
berpigura dengan bahan cat minyak,cat akrilik, atau bahan lainnya.
Objek dan gaya seni lukissan sangatlah beragam, karya seni lukis sangatlah
beragam, karya seni lukis bergaya naturalis (potret) dibuat persis seperti objek
aslinya, misalnya pemandangan alam, figur manusia dan benda lainnya.
Seni rilief - Seni rilief yaitu seni yang menggunakan teknik – teknik ukir, seperti
contohnya membuat penel, hiasan dinding dan sebagainya, kata inggris rileef atau
kata italinya rilliebo, pandangan indonesianya adalah peninggian, dalam arti yang
kedudukannya lebih tinggi dari pada latar belakangnya.
Selain itu, sering juga disebut seni bebas (free art). Artinya, pencipta bebas
mengekspresikan isi hati dengan tidak memikirkan dari segi praktisnya. seni ini
banyak terdapat pada seni ukir , patung dan segi grafika.
D. Karakteristik Pendidikan Seni di SD
Pendidikan Seni dapat dilaksanakan melalui berbagai jalur, baik formal maupun
non formal. Kegiatan seni tidak akan dapat berdiri sendiri, karena dalam realitanya
kegiatan pendidikan selalu berkaitan dengan berbagai hal lain di sekitarnya.
Keterakitan tersebut tercermin salah satunya pandangan bahwa pendidikan
sebagai bentuk interaksi sosial masyarakat seni membaur, melebur, dan terkait
dengan berbagai hal dalam keseharian masyarakat.
Tema : Kesehatan
Kelas / Semester : I/2
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan ( 5 x 35 menit )
Tanggal : 4 desember 2021
A. STANDAR KOMPETENSI
1. IPA
Mengenal berbagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta pengaruhnya
terhadap kegiatan manusia.
2. Bahasa Indonesia
• Mendengarkan : Memahami wacana lisan tentang benda-benda di sekitar dan
dongeng.
• Berbicara : Mengungkapkan fikiran, perasaan, dan informasi secara lisan
dengan gambar, percakapan sederhana dan dongeng.
• Membaca : Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca
puisi anak.
• Menulis : Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui dikte
dan menyalin.
3. Seni Budaya dan Keterampilan
Mengapresiasi karya seni musik
B. KOMPETENSI DASAR
1. IPA
• Mengenal berbagai benda langit melalui pengamatan.
2. Bahasa Indonesia
• Menyebutkan isi dongeng.
• Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang tepat.
3. Seni Budaya dan Keterampilan
• Menampilkan pola irama dan melodi sederhana
C. INDIKATOR
1. IPA :
• Menjelaskan keuntungan musim hujan
• Menjelaskan kerugian musim hujan
2. Bahasa Indonesia :
• Menyebutkan tokoh dalam dongeng
• Memerankan tokoh dongeng
3. Seni Budaya dan Keterampilan :
• Menyanyikan lagu sesuai dengan tanda dinamiknya.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat: menjelaskan keuntungan
musim hujan; menjelaskan kerugian musim hujan; menyebutkan tokoh dalam dongeng;
memerankan tokoh dongeng; dan menyanyikan lagu sesuai dengan tanda dinamiknya.
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan ➢ Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan 10 menit
Awal keyakinan masing-masing
➢ Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
➢ Bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan
pembelajaran sebelumnya dan menghubungkan dengan
kegiatan yang akan dilakukan
➢ Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu
tentang “Kesehatan”
➢ Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
setelah proses pembelajaran berlangsung
Kegiatan Inti Eksplorasi 150 menit
➢ Siswa mengamati kegiatan yang dilakukan manusia
pada musim hujan melalui slide
➢ Siswa menyimak dongeng “Keluarga Burik” yang
diceritakan guru
Elaborasi
➢ Siswa bertanya jawab tentang keuntungan pada musim
hujan
➢ Siswa bertanya jawab tentang kerugian pada musim
hujan
➢ Siswa menyebutkan tokoh-tokoh dalam dongeng
“Keluarga Burik”
➢ Secara bergiliran siswa memerankan tokoh-tokoh
dalam dongeng “Keluarga Burik” di depan kelas
➢ Siswa bersama-sama menyanyikan lagu “Bunyi
Hujan”
Konfirmasi
➢ Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa
➢ Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
Kegiategian ➢ Guru memberikan evaluasi berbentuk tes tulisan (untuk 15 menit
Akhir mengetahui hasil ketercapaian materi)
➢ Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil
belajar
➢ Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan
pembelajaran)
I. ALAT DAN SUMBER
Alat : Slide kegiatan musim hujan
Sumber :
1. KTSP/SILABUS KELAS I
2. Buku Bahasa Indonesia I A
3. Buku IPA Kelas I
J. PENILAIAN
1. Prosedur/Jenis Penilaian
a. Tes Awal : Lisan
b. Tes Proses : Lisan dan sikap
c. Tes Akhir : Tertulis
2. Instrumen penilaian
Soal Kunci Jawaban Skor
1. Yang dilakukan petani pada musim hujan Menanam padi 2
adalah….
2. Pada musim hujan tanaman di kebun Disiram 2
tidak perlu…..
3. Bencana yang sering terjadi pada musim Banjir 2
hujan adalah….
4. Pakaian yang dijemur tidak cepat kering Hujan 2
pada musim….
5. Siapa saja tokoh dalam dongeng Si Burik, Si hitam dan 3
“Keluarga Burik”? elang
6. Bagaimana sifat si hitam? Ceroboh 2
7. Mengapa si burik diberinama burik? Karena bulunya berbintik 2
Jumlah Skor 15
Nilai = =