Anda di halaman 1dari 26

NAMA MAHASISWA : ASTRIA DEVI PUSPARINI

NIM : 856979516
PRODI : PGSD BI
POKJAR : PADANGRATU
NAMA MATA KULIAH : PENDIDIKAN SENI DI SD (PDGK4207)
NAMA TUTOR : SILVISTA MAHARANI,S.Sn,M.Pd
TUGAS : RESUME MODUL 1

MODUL 1
WAWASAN SENI

KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT SENI

Istilah seni berasal dari istilah “sani” dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan,
pelayanan, donasi. Permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur (Sugriwa, 1957 : 219-133).
Tapi ada juga yang mengatkan seni berasal dari bahasa Belanda “genie” atau jenius. Atau versi
yang lain, seni disebut “clipa” yang berarti berwarna (kata sifat) atau pewarna (kata benda),
kemudian berkembang menjadi cilpacastra yang berarti segala macam kekriyaan (hasil
keterampilan tangan) yang artistic (Soedarso, 1988:16-17).

Pengertian seni sebagai benda / karya seni adalah bahwa seni atau keindahan adalah sesuatu yang
menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedar rasa gembira karena mempunyai unsur
transendental atau spiritual (pendapat Joganatha).

Pemahaman seni sebagai kemahiran dimaknai seni merupakan sebuah kemampuan dalam
membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya pencapai suatu tujuan yang ditentukan oleh
rasio / logika atau gagasan tertentu (pendapat Aristoteles).

Sementara itu pengertian seni sebagai kegiatan manusia oleh Leo Tolstoy dikatakan bahwa
seni merupakan kegatan sadar manusia dengan perantara tanda – tanda lahiriah tertentu untuk
menyampaikan perasaan – perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain, sehingga mereka
kejangkitan perasaan yang sama dan juga mengalaminya.

Seni adalah ekspresi jiwa manusia yang tertuang dalam berbagai bentuk karya seni.
Didalam seni terdapat simbol – simbol kehidupan yang memiliki makna mendalam tentang
hakekat hidup. Tari dengan ekspresi gerak, musik dengan bunyi dan suara manusia, teater dengan
ungkapan ekspresi gerak dan vokal, seni rupa dengan berbagai media visual, semuanya memiliki
gaya dan aliran yang beragam, merupakan ungkapan ekspresi yang didalamnya sarat dengan
simbol.

Secara teori, seni dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu seni murni dan seni terapan.
Seni murni adalah penciptaan seni yang hanya mempertimbangkan fungsi atau bentuknya,
sedangkan seni terapan adalah penciptaan seni yang dirancang untuk kepentingan tertentu diluar
fungsi sebenarnya.
Dalam aktivitas sehari-hari sebenarnya aktivitas berkesenian selalu dialami manusia.
Hanya saja terkadang kita tidak menyadari atau merasakannya bahwa aktivitasnya merupakan
bagian dari ekspresi seni yang alami.

KEGIATAN BELAJAR 2

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SENI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. FUNGSI DALAM MASYARAKAT TRADISONAL

Dalam pemahaman umum, seni sering diartikan sebagai hiburan. Konotasi inilah
yang harus kta perjelas tidak hanya sebagai media hiburan. Seni dalam pemahaman yang
lebbih kompeks. Dapat diartikan sebagai sarana legitimasi, ketika seni itu berada didalam
istana (kraton). Soedarsono mengungkapkan bahwa fungsi seni ada tiga, yaitu: 1) untuk
kepentingan acara spiritual, 2) sebagai hiburan pribadi, dan 3) sebagai penyajian estetis
atau tontonan. Secara umum fungsi kesenian di dunia ini ada delapan, yaitu:

1. Pemujaan / Ritual

Fungsi seni untuk pemujaan berlangsung pada masa ketika peradaban manusia
masih sangat terbelakang. Kehidupan kesenian waktu itu belum mengenal adanya
instrumen musik, busana, dan gerak, tata panggung dan lain-lainnya, seperti kesenian pada
masa kini.

2. Tuntunan

Fungsi tuntunan lebih menyentuh pada misi yang secara verbal diungkapkan.
Pelaku seni dalam hal ini lebih dituntut untuk menyampaikan pesan moral yang akan
dicapai. Seorang dalang sebagai contoh, harus mampu memernkan semua tokoh yang ada
didalam kotak wayangnya.

3. Tontonan / Hiburan

Fungsi seni sebagai tontonan atau hiburan tidak banyak membutuhkan persyaratan.
Seni untuk hiburan tidak terikat pada misi tertentu. Seni yang menghibur adalah seni yang
mampu memberi kesenangan pada seseorang / kelompok orang yang berada di sekitar
pertunjukan.

B. FUNGSI SENI DALAM MASYARAKAT MODERN

Fungsi seni dalam masyarakat modern berkembang sesuai dengan kebutuhan


masyrakat modern yang sangat beragam dan kompleks. Seni secara jelas dapat dijumpai
disetiap elemen dan situasi kehidupan. Mungkin di masa lalu seni juga sudah mengusung
fungsi berikut ini namun tidak tampil secara jelas. Bagaimana fungsinya dalam masyarakat
modern silahkan simak paparan berikut:

1. Ekspresi / Aktualisasi Diri

Kecenderungan fungsi pertunjukan untuk ekspresi atau aktualisasi diri ini merupakan
perwujudan dari semboyan seni untuk seni atau I’art pour I’art. Tidak ada orang yang dapat
mengganggu gugat ekspresi seni dalm penampilannya.

2. Pendidikan

Seni sebaai media pendidikan merupakan elemen mendasar yang perlu dipahami. Hal
ini karena esensi seni sebenarnya tidak dapat lepas dari muatan edukatif.

3. Industri

Fungsi seni sebagai industri lebih mengalah pada tujuan aatau kepentingan tertentu
untk mendukung suatu produk tertentu. Seni untuk industri adalah sesuatu yang mampu
memberi daya tarik pada produk yang ditawarkan.

4. Seni Terapi

Seni untuk terapi di gunakan secara khusus untuk memberi ketenangan batin seseorang
yang sedang menderita secara psikis.

5. Komersial/Instant

Seni ntuk kategori sebagai alat mendatang kan ke untungan (entertainment) ini bisa di
buat menurut keperluan dan keinginan si penanggap.

KEGIATAN BELAJAR 3
JENIS – JENIS SENI

Seni dapat dibedakan menjadi 3 kelompok , yaitu:

1. Seni pertunjukkan :dapat dikatakan seni sesaat artinya hasil seni disajikan dan dihayati oleh
penonton pada saat bersamaan dan akan selesai stelah pertunjukkan berakhir.
2. Seni rupa ; merupakan seni yg awet Karena hasil karya seni rupa dapat disajikan dihadapan
penonton dan di hayati sepanjang masa.
3. Seni sastra : seperti prosa dan puisi

Secara garis besar seni rupa memiliki 3 cabang, yaitu:

1. Seni lukis,seni patung,seni kriya(seni murni)


2. Seni terapan meliputi semua desain.
3. Gambar termasuk seni lukis
• JENIS DAN RUANG LINGKUP SENI:

1. Apresiasi : upaya untuk pengenalan terhadap objek seni kepada masyarakat luas.
2. Apresiasi secara pasif : dilakukan ketika seseorang menyaksikan pertunjukkan atau
melihatt pameran tanpa ada tindakan untuk mengkritik atau menilai pertunjukkan maupun
pameran yang dilihat.
3. Apresiasi secara aktif : melibatkan agresian dalam kegiatan tertentu. Misal : seorang ikut
menari.

Secara garis besar wawasan seni berhubungan dengan 3 hal :

1. Seni dengan alam


Mengisyaratkan manusia untuk selalu ingat pada alam sebagai sumber penciptaan seni.
2. Seni dengan ekspresi
Seni dan ekspresi tidak dapat dipisahkan, keduanya saling mendukung, Seni di dalamnya
adalah ekspresi sebaliknya dalam membicrakan ekspresi tidak akan lepas dari cabang seni
tertentu.
3. Seni dengan lingkungan
Memberi pesan kepada anak untuk selalu dekat dengan lingkungan sekitarnya.

Dibawah ini dijelaskan 3 jenis seni, yaitu:

A. TARI

1. Tari tunggal :koreografi yang di buat atau dirancang untuk di bawakan oleh seorang
penari.dipentaskan lebih dari 1 orang penari.

Contoh : tari golek,ponggawa.

2. Tari pasangan ( beksan ) :tarian berpasangan dalam bentuk tari ini bisa memiliki tema
bermacam-macam.

Contoh : tari srikandi mustokoweni

3. Tari kelompok :ini dirancang secara khusus memang untk dibawakan oleh lebih dari 2
orang penari.

Contoh : tari kelompok bedaya.

B. SENI DRAMA
1. Pengertian dramaturgi

Dramaturgi adalah: ajaran tentang masalah, hukum dan konversi drama. Formula
dramaturi menganut 4 prinsip M, yaitu:

1. Mengkhayalkan:untuk pertama kali manusia atau pengarang


mengkhayalkan kisah yang bersumber dari inspirasi.
2. Menuliskan : pengarang menyusun kisah yang sama dengan ide yang sama
ke dalam tulisan
3. Memainkan : pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya.
4. Menyaksikan : penonton menyaksikan kisah di atas panggung.

2. Sejarah Teater Indonesia

Sebelum abad 20 tak ada naskah dan pentas Permulaan abad 20 karena
pengaruh drama barat,tidak menggunakan naskah namun pentas panggungnya
berbingkai. Pada masa pujangga baru muncul naskah drama asli yg digunakan pleh
pementasan amatir. Pada msa jepang sensor sendenbu sangat keras sekali karena
mengharuskan penampilan drama menggunakan naskah.

3. ISTILAH DRAMA
a. Teater

Sebagian orang mengartikan sebagai gedung pertunjukkan ada pula yang


mengartikan sebagai panggung.

b. Drama/sandiwara/toneel

Istilah sandiwara diketemukam oleh KGPA Mangunegoro VII sebagai


pengganti istilah toneel yang dipakai orang belanda.

C. MUSIK

Apresiasi musik dapatt di definisikan : sebagai dicapainya kemampuan untuk


mendengarkan musik dengan penuh pengertian.

a. Unsur seni musik :

1. composer (pabrikan )

2. pemain (para pekerja )

3. pendengar (consumer )

b. Unsur mekanis :

1. Medium : segala musik dipergelarkan melalui unsur mekanik atau unsur fisik

2. Publikasi : langkah penting dalam seluruh kegiatan produksi music.


NAMA : ASTRIA DEVI PUSPARINI
NIM : 856979516
MATA KULIAH : PENDIDIKAN SENI DI SD
TUTOR : SILVISTA SITA MAHARANI, S. Sn. M. Pd
TUGAS TUTORIAL 3

1. a. Apresiasi karya musik anak

Arti kata apresiasi (appreciation) adalah penghargaan. Apresiasi seseorang muncul


karena adanya pemahaman yang dihasilkan dari pengetahuan dan/atau penilaian atas
sebuah karya musik. Jadi agar kita memiliki apresiasi yang baik, kita perlu mempelajari
karya tersebut dengan benar.

Memahami suatu karya musik lewat pendengaran dan pembacaan notasinya minimal
sudah cukup sebagai cara untuk mengapresiasi sebuah karya musik. Namun unutk
mendapat pemahaman yang lebih lengkap ada baiknya apabila latar belakang
penciptaan karya tersebut ditelusuri juga. Dengan memahami latar belakang penciptaan
karya itu, kita akan lebih dapat mengapresiasikannya.

Untuk karya – karya musik mancanegara telah banyak tulisan – tulisan tentang latar
belakang penciptaan maupun biografi komponisnya. Di Indonesia, hal ini masih
menjadi kendala terutama karya – karya musik tradisional/daerah untuk anak SD belum
ada banyak tulisan tentang karya dan komponisnya. Untuk mengatasi hal ini, tentu harus
menggunakan sumber –sumber lain yang relavan. Atau dapat juga dilakukan dengan
cara bertanya langsung kepada komponisnya atau kepada orang – orang terdekatnya.

Karya musik untuk anak – anak SD di semua daerah dan negara memiliki bentuk yang
mirip. Ciri – ciri lagu anak pada umumnya sederhana dan riang. Sederhana dalam hal
nada dan ritme dibandingkan dengan lagu orang dewasa. Lagu – lagu anak SD lebih
banyak berbentuk musik vokal yang mengutamakan syair bila dibandingkan dengan
musik instumentalnya. Strukturnya pun pada umumnya terdiri dari satu hingga tiga
bagian. Syair lagu – lagu anak SD biasanya berisi tentang kehidupan anak itu sendiri
maupun lingkungannya, seperti lagu :
« Lihat kebunku

« Balonku

Selain diatas, lagu ana juga ada yang berupa kekaguman akan ciptaan tuhan, seperti
lagu :

« Pelangi

« Twinkle-twinkle little star

Syair yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah juga digunakan untuk menjelaskan
suatu konsep atau menghafalkan sesuatu hal. Contoh :

« Satu ditambah satu ( pelajaran hitung )

« ABC ( pelajaran mengenal huruf/abjad )

« DOREMI dari “The Sound of Music” ( pelajaran solmisasi musik )

Tentu saja ada syair yang memuat tentang cinta kepada orang tua, teman, ciptaan tuhan
dan juga cinta akan tanah air. Perhatikan syair lagu “ Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail
Marzuki atau “ Indonesia Raya” ciptaan W.R Supratman. Lagu tersebut menanamkan
cinta akan tanah air.

Di daerah – daerah di tanah air kita juga sering ditemukan syair – syair lagu yang
berhubungan atau menjadi bagian dalam permainan anak – anak. Lagu “ Gundul-gundul
pacul” adalah contoh lagu permainan ( dolanan ) anak di Jawa Tengah/ Daerah Istimewa
Yogyakarta. Walaupun syair lagu merupakan hal utama dalam musik anak, namun
musiknya pun memiliki bentuk yang dapat kita analisis. Dalam ilmu bentuk dan analisis
musik, kita mengenal beberapa bentuk lagu. Bentuk – bentuk tersebut dapat digunakan
untul menganalisis berbagai karya musik Indonesia, tradisional, dan mancanegara.

b. Apresiasi karya tari anak

Adalah suatu kemampuan untuk memahami,mengerti,dan menikmati keidahan suatu


karya seni tari sehingga dapat memberikan penilaian secara mendalam.
Apresiasi seni adalah penilaian terhadap suatu karya seni. Penilaian dapat dilakukan
dengan cara mengenali, menilai, dan menghargai makna yang terkandung dalam karya
seni tersebut.

Apresiasi seni tari artinya melakukan penilaian terhadap seni tari yang disaksikan.
Untuk mengapresiasi atau menilai seni tari, kita bisa lakukan penilaian terhadap unsur-
unsur seni tari, yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Kita bisa melakukan penilaian
terhadap tigas aspek tersebut.

Untuk menilai dari segi wiraga, kita harus berfokus pada gerakan penari. Gerakan yang
dilakukan harus baik dan benar. Untuk menilai dari segi wirama, kita harus berfokus
pada ketepatan gerakan sesuai dengan irama atau musik pengiring dalam tarian. Untuk
menilai dari segi wirasa, kita harus berfokus pada penjiwaan atau ekpresi dari penari.
Ekspresi adalah ungkapan perasaan yang disampaikan melalui gerakan dan mimik
wajah penari.

c. Manfaat dalam apresiasi tari anak:

- Membangkitkan peran serta siswa secara aktif agar dapat berkomunikasi dan
menikmati keindahan karya seni yang mengandung daya pesona sehingga pada
akhirnya siswa akan memiliki rasa simpati dan empati, kepuasan estetis, rasa
senang dan bangga, serta rasa nikmat akan suatu karya seni.

- Memperluas wawasan seni budaya, baik pengenalan melalui aspek sejarah,


teknik, sifat,bahan, gaya dan watak teori keindahan seni, maupun ide dan gagasan
serta prinsip seni.

- Meningkatkan penghargaan terhadap seni budaya negeri sendiri yang beraneka


ragam, baik seni tradisional, modern, maupun kontemporer.

- Mencintai dan menghargai sepenuhnya terhadap karya sendiri dan orang lain.

- Termotivasi untuk menciptakan karya seni yang bermutu tinggi.


2. a. Manfaat yang bisa didapat anak ketika mereka mempelajari seni yaitu:

1. Kreativitas

dengan kreativitas anak-anak bisa menumpahkan segala ide yang dia punya. Bahkan
ide seperti apa yang hendak anak buat hari ini. Dengan begitu, kreativitas anak pun
terasah.

2. Belajar Bekerja sama

Ketika kita terbiasa mengekspresikan diri, maka orang lain akan lebih mudah melihat
kemampuan kita. Nah, saling melengkapi dengan orang lain bisa jadi salah satu modal
utama untuk mengasah kemampuan berintegrasi dan bekerja sama.

3. Kepercayaan Diri

Mempelajari seni bisa melatih anak mengekspresikan diri. Ketika anak terbiasa
melakukan itu kepercayaan diri mereka pun akan tumbuh. Sehingga, anak berani
keluar dari zona nyaman agar bisa menghadapi masalah.

4. Menyelesaikan Masalah

"Dengan belajar seni, anak dilatih untuk bisa menyelesaikan masalahnya,

b. seni sebagai media bermain:

Manusia adalah mahluk bermain, hampir setiap saat orang memerlukan kondisi
untuk bermain, kegiatan bermain sebenarnya merupakan pencermatan terhadap
bentuk, misalnya : keindahan,konstruksi dan teknologi ataupun proses. Proses ini
sering dikatakan sebagai proses karya seni, ditinjau dari proses berkarya, cara cipta
seni anak berbeda dengan orang dewasa. Berkarya seni rupa sebenarnya merupakan
prilaku biasa, seperti berbicara, bermain dan berkhayal.
Karya seni rupa difungsikan sebagai ungkapan perasaan, keinginan maupun
pandangan terhadap dunia sekelilingnya. Beberapa ahli mengatakan bahwa anak
bukan orang dewasa berukuran kecil; melainkan seni rupa anak berbeda dengan
orang dewasa
Hakikat belajar seni rupa yang mengutamakan beraktifitas mencipta,menuangkan
ide,imajinasi sebagai pembinaan cipta. Mengamati,merasakan dan mengapresiasi
objek fisik maupun gerak adalah pembinaan rasa. Sedangkan berkarya dengan
baik,tepat bentuk, keterampilan mencipta adalah pembina karsa
c. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar berimplikasi terhadap
pembelajaran seni di sekolah dasar. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar
perlu memahami fungsinya dalam melakukan prosedur pembelajaran di sekolah dasar.
Pemahaman aspek psikologis siswa mengenai karakteristik perkembangan siswa perlu
dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan guru 26 dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Sukarya 2008: 4.1.11.
Selanjutnya Sukarya juga berpendapat bahwa anak Sekolah Dasar SD berusia sekitar 6-
12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambarseni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas
III ditandai dengan kuatnya daya fantasi- imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan
kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua
karakteristik ini tampak pada gambar-gambar karya dua dimensi atau model, patung dan
perwujudan karya tiga dimensi lainnya. Karakteristik karya dua dimensi dapat dilihat
dari tipologi dan periodisasi gambar anak. Yang dimaksud dengan tipologi yaitu tipe
atau gaya atau corak yang dapat diamati melalui hasil gambar anak sukarya, 2008: 4.30.
penggolongan karya gambar anak menurut Victor Lowenfeld dalam sukarya 2008: 4.37,
terbagi menjadi: 1 Tipe Visual Tipe visual adalah gambar anak yang menunjukkan
kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis memperlihatkan kemiripan bentuk
gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif. Batas-batas tertentu gambar atau
lukisan anak yang tergolong tipe visual dapat dipersamakan dengan lukisan karya
pelukis naturalistis, yang membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin
menggambarkan keadaan sebagaimana kelihatannya dari pengalaman visual 27 Gambar
2.7 Gambar anak bertipe visual 2 Bertipe Haptik Gambar anak yang memiliki tipe haptik
menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau
upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam
merespon lingkungannya. Benda yang digambarkan merupakan reaksi emosional
melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Dalam gaya lukisan,
gambar anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya
ekspresionisme. Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan
ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri
pelukisnya inner states. Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat
subyektif dari kebebasan pribadi masing-masing pelukisnya. Gambar 2.8 Gambar anak
bertipe haptik 28 Sedangkan Periodisasi Menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain 1975 dalam Sukarya 2008: 4.19-4.20 adalah: 1 Masa mencoreng scribbling : 2-
4 tahun 2 Masa Prabagan preschematic : 4-7 tahun 3 Masa Bagan schematic period : 7-
9 tahun 4 Masa Realisme Awal Dawning Realism : 9-12 tahun 5 Masa Naturalisme
Semu Pseudo Naturalistic : 12-14 tahun 6 Masa Penentuan Period of Decision : 14-17
tahun. Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar mudah
mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik Seni Rupa anak sekolah dasar
sangat penting diketahui oleh guru. Karakteristik Seni Rupa anak sekolah dasar dapat
dilihat dari hasil karya dua dimensi maupun hasil karya tiga dimensi. Dengan
mengetahui karakteristik Seni Rupa anak SD, guru dapat mengelola pembelajaran
dengan baik sesuai dengan perkembangan psikologis dan kebutuhan siswa.

d. Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah
mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Pada pengungkapan
gagasan, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan keseluruhan. Hal ini
belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Hal yang tampak hanyalah bagian-
bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh perasaan dan
keinginannya.

Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1982) dalam bukunya yang berjudul “Creative
and Mental Growth” membagi periodisasi perkembangan seni rupa anak, sebagai
berikut:

1. Masa coreng-moreng (sribbling period)

Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain

Kesenangan membuat goresan telah muncul pada anak-anak usia dua tahun atau bahkan
sebelum dua tahun, sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jari anak yang
masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan pada anak yang kerap
melubangi atau melukai kertas yang digoresnya.
Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk
obyek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya,
tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau
horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih
menggunakan motorik kasar. Kemudian, pada perkembangan berikutnya penggambaran
garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu, mereka sudah mampu
membuat garis melingkar.

Pada periode ini terbagi atas tiga tahap, yakni 1) corengan tidak beraturan, 2) corengan
terkendali, dan 3) corengan bernama.

Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tidak beraturan adalah bentuk
gambar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat
corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi.

Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya


terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara
koordinasi perkembangan visual dengan perkembangan motorik. Hal ini terbukti
dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal, vertikal, lengkung,
bahkan lingkaran.

Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi
menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya, anak mulai
mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya “rumah”, “mobil”,
“bola”. Hal ini dapat digunakan oleh orangtua atau guru pada jenjang Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dalam membangkitkan keberanian anak untuk mengemukakan kata-
kata tertentu atau pendapat tertentu berdasarkan hal yang digambarkannya.

Anak-anak memiliki jiwa bebas dan ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna
cerah, misalnya pada crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa
memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini
lebih menekankan pada penguasaan teknik mekanik penempatan warna berdasarkan
kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.

Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua, maka akan memiliki peluang
untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak,
dan mulai menyadari ada hubungan antara gambar dengan lingkungannya. Hal yang
paling penting yang harus dilakukan oleh orangtua dan guru pada masa ini adalah
dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak, sehingga tercipta
kemampuan komunikasi anak dengan orang dewasa melalui bahasa visual.

2. Masa pra-bagan (pre schematic period)

Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain. Usia anak pada tahap ini biasanya berada pada jenjang PAUD dan Sekolah
Dasar (SD) kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, obyek yang digambar
anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan
kepala, kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.

Ciri-ciri yang menarik lainnya, pada tahap ini anak telah menggunakan bentuk-bentuk
dasar geometris untuk memberi kesan obyek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan
lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan obyek, orang bisa
saja berwarna biru, merah, coklat, atau warna lain yang anak kehendaki.

Penempatan dan ukuran obyek bersifat subyektif, didasarkan kepada kepentingannya.


Jika obyek gambar lebih dikenalinya, seperti ayah dan ibu, maka gambar dibuat lebih
besar dari yang lainnya. Hal ini dinamakan dengan perspektif batin. Penempatan obyek
dan penguasaan ruang belum dikuasai anak pada usia ini.

3. Masa bagan (schematic period)

Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain

Konsep bentuk mulai tampak jelas pada tahap ini. Anak cenderung mengulang bentuk.
Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah. Pada perkembangan
selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).

Penafsiran ruang bersifat subyektif, tampak pada gambar tembus pandang. Gejala ini
disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar
sebuah rumah yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam
rumah kelihatan dengan jelas.

Kenyataan tersebut diperkuat oleh pandangan Max Verworm (dalam Zulkifli, 2002, hlm.
45) bahwa “anak menggambar benda-benda menurut apa yang dilihatnya. Hasil karya
anak-anak itu disebut gambar fisioplastik”. Anak yang belum berumur 8 tahun belum
mampu menggambar apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar menurut apa yang
sedang di pikirannya. Hasil karya mereka itu disebut gambar ideoplastik.

Pada masa ini juga terkadang dalam satu bidang gambar dilukiskan berbagai peristiwa
yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan continous narrative,
anak sudah bisa memahami ruang dan waktu.

4. Masa realisme awal (early realism)

Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain

Pada masa periode awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif
mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan obyek
dalam lingkungan. Selain itu, kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya
dialami pada masa ini. Perhatian kepada obyek sudah mulai rinci. Namun demikian,
dalam menggambarkan obyek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai
sepenuhnya.

Pemahaman warna mulai disadari.Warna biru langit berbeda dengan biru air laut.
Penguasaan konsep ruang mulai dikenal, sehingga letak obyek tidak lagi bertumpu pada
garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon.
Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan
irama mulai dikenal pada periode ini.

Terdapat pula perbedaan kesenangan umum, misalnya anak laki-laki lebih senang
menggambar kendaraan, sedangkan anak perempuan lebih senang menggambar boneka
atau bunga.

5. Masa naturalisme semu


Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain

Pada masa ini, kemampuan berpikir abstrak serta kesadaran sosial semakin berkembang.
Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan
kepada obyek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe
visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak, dan lingkungan
dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya.

Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh obyek lebih meningkat. Tipe
haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan obyek secara subyektif, lebih banyak
menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.

Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak, ekspresi kreatifnya
sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesat.
Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya.
Anak ingin menggambar kucing, sementara kemampuan menggambar kucing masih
kurang. Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada
sesamanya.

6. Periode penentuan

Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain

Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual
makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan
rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa,
terlebih apabila tanpa bimbingan. Di dalam hal ini peran guru banyak menentukan,
terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung
terus-menerus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua
orang dan siapa pun tidak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupan sehari-
hari.

3. a. KONSEP PENDIDIKAN SENI DI SEKOLAH DASAR

✓ Seni Sebagai Alat Pendidikan


Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni
dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk
membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi
kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik
anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan
seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah
mengembangakn keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal,
mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan
mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan
mempromosikan gagasan multi kultural.

Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan
dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan
istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti
dengan istilah Pendidikan Seni Rupa.

Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang
seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni.
Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar
menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.

✓ Bermain Sebagai Bentuk Ekspresi Kreatif Bebas Bagi Anak

Permainan adalah ekspresi tentang hubungan si anak dengan seluruh kehidupan.


Sifatnya spontan dan timbul dengan sendirinya. Segala bentuk permainan, kegiatan
jasmani, pengulangan pengalaman, fantasi, permainan dalam kelompok dan lainnya
merupakan gerakan. Gerakan yang berusaha mencari perpaduan antara proses mental
dan gerak fisik. Permainan menyangkut juga kegiatan seni.

Permainan bisa dikembangkan menjadi empat sesuai dengan empat fungsi mental.

1. Dari segi perasaan, permainan dapat dikembangkan dengan latihan-latihan


penjiwaan kearah drama.
2. Dari segi intuisi, dikembangkan dengan latihan, latihan ritmis, ke arah tari dan
musik.

3. Dari segi sensasi, dapat dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri ke arah
disain plastis atau visual.

4. Dari segi fikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif ke arah


keahlian.

✓ Integrasi Seni dengan Studi Lain

1. Pemanfaatan benda-benda di sekeliling siswa untuk pembelajaran matematika di


Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dapat dilaksanakan dalam kelas maupun


diluar kelas. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika hendaknya guru
mengkaitkan teori pembelajaran dengan perkembangan anak. Mengingat siswa SD
masih berada pada taraf operasi konkrit, guru hendaknya dapat pembelajaran
matematika.

2. Strategi Pembelajaran Apresiasi Puisi di Sekolah Dasar

Kegiatan belajar mengajar apresiasi Sastra Indonesia mengarah kepada peningkatan


kemampuan penalaran, kehalusan perasaan, imajinasi, serta kepekaan terhadap
masyarakat dan lingkungan sosial budaya Indonesia.

3. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Bahan Pembelajaran IPS di Sekolah


Dasar

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan belajar, sangat membantu guru


dalam pembelajaran IPS di SD. Sumber bahan pembelajaran berupa lingkungan
meliputi lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan agama, lingkungan budaya
dan lingkungan manusia atau sumber.

4. Pola Pengajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar


Pengajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum.
Pelaksanaan pembelajarannya ditekankan pada aktivitas fisik. Aspek pencapaian
yang paling dominan adalah Ranah Psikometri.

5. Penerapan Metode Discovery – Inquiri dalam Pengajaran IPA di Sekolah Dasar

Metode discovery – inquiri adalah salah satu metode pengajaran yang


memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang di pelajari.

B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Seni di Sekolah Dasar

Pendidikan seni di sekolah dasar mempunyai peranan menumbuhkembangkan


kepribadian anak. Selain itu, pendidikan seni juga memberi pengaruh ke dalam
mata pelajaran lain di sekolah. Menurut Art and Everyday Life dalam Depdiknas
(2007: 5) diungkapkan bahwa: “…pelajaran kesenian mempunyai korelasi dengan
mata pelajaran lain. Tetapi dari kepustakaan ang lain dapat diungkap bahwa
pelajaran kesenian berfungsi sebagai transfer of learning dan transfer of value dari
disiplin ilmu yang lain

Dalam perkembangan pendidikan seni menunjukkan bahwa pendidikan seni dari


waktu ke waktu mengalami perubahan, baik dari segi konsep maupun kegiatannya.
Pengembangan sikap dalam berkesenian, sensibilitas dan kreativitas, pendirian dan
motivasi anak dalam berekspresi secara wajar, unik, spontan merupakan beberapa
aspek yang diarahkan dalam pendidikan seni di sekolah dasar. Disebutkan dalam
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa:

“Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan seluruh potensi
anak secara optimal agar terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan
tingkat perkembangannya”.

C. Ruang lingkup seni :


Seni terapan (applied art), seni rupa terapan adalah seni rupa yang terciptakan selain
bentuk yang indah juga dapat difungsikan/digunkan. Seni rupa jenis ini banyak
terdapat pada kehidupan sehari-hari.

Contohnya bangunan rumah yang indah, gelas minum yang cantik, mobil mewah,
dekorasi yang meriah, taman yang permai, gambar majalah yang bagus dan candi
yang megah.

Seni murni (fine art/pure art), adalah seni yang ciptakan hanya untuk dinikmati saja
seni rupa ini tercipta dengan bebas tanpa mempertimbangkan segi fungsi atau
kegunaanya.

Selain itu, sering juga disebut seni bebas (free art). Artinya, pencipta bebas
mengekspresikan isi hati dengan tidak memikirkan dari segi praktisnya. seni ini
banyak terdapat pada seni ukir , patung dan segi grafika.

Seni patung – seni patung yaitu cabang seni rupa murni yang berwujud tiga demensi
(tidak datar). Dalam seni patung kerap digunakan bahan dari batu, kayu, logam,
atau bahan lain yang dapat menjadi wahana ekspresi si seniman. Tema dalam seni
patung amat beragamm seperti karya seni rupa yanglain.

Seni lukis – seni lukis adalah salah satu lingkup seni rupa berwujud dua dimensi.
Karya seni lukis yang sering disebut juga lukisan umunya dibuat di atas kanvas
berpigura dengan bahan cat minyak,cat akrilik, atau bahan lainnya.

Objek dan gaya seni lukissan sangatlah beragam, karya seni lukis sangatlah
beragam, karya seni lukis bergaya naturalis (potret) dibuat persis seperti objek
aslinya, misalnya pemandangan alam, figur manusia dan benda lainnya.

Seni rilief - Seni rilief yaitu seni yang menggunakan teknik – teknik ukir, seperti
contohnya membuat penel, hiasan dinding dan sebagainya, kata inggris rileef atau
kata italinya rilliebo, pandangan indonesianya adalah peninggian, dalam arti yang
kedudukannya lebih tinggi dari pada latar belakangnya.

Selain itu, sering juga disebut seni bebas (free art). Artinya, pencipta bebas
mengekspresikan isi hati dengan tidak memikirkan dari segi praktisnya. seni ini
banyak terdapat pada seni ukir , patung dan segi grafika.
D. Karakteristik Pendidikan Seni di SD

Pendidikan Seni dapat dilaksanakan melalui berbagai jalur, baik formal maupun
non formal. Kegiatan seni tidak akan dapat berdiri sendiri, karena dalam realitanya
kegiatan pendidikan selalu berkaitan dengan berbagai hal lain di sekitarnya.
Keterakitan tersebut tercermin salah satunya pandangan bahwa pendidikan
sebagai bentuk interaksi sosial masyarakat seni membaur, melebur, dan terkait
dengan berbagai hal dalam keseharian masyarakat.

Dalam konsep pendidikan nasional, pendidikan harus berfungsi untuk


memungkinkan setiap manusia mempertahankan hidupnya, mampu
mengembangkan diri dan hidupnya serta membangun masyarakatnya. Beberapa
pandangan para ahli tentang pendidikan seni di sekolah adalah diutamakan untuk
penanaman nilai estetis melalui pengalaman kreatif dan apresiatif. Menurut
Lenderman dan Lindermen (1984) pendidikan seni sebagai pendidikan estetis
dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman perceptual, cultural, dan artistic.
Pengalaman perceptual diberikan melalui proses berpikir peserta didik meliputi
imajinasi, model penciptaan suatu karya dan ekspresi kreatif. Pengalaman cultural
diperoleh melalui kegiatan mempelajari dan memahami bentuk – bentuk
peninggalan seni di masa lampau dan masa sekarang. Sedangkan pengalaman
artistik dikembangkan melalui pengalaman dan penghayatan pada suatu karya
seni dan apresiasi seni.

4. A. Konsep Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan


pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang sudah mereka pahami.
Pembelajaran terpadu juga merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Pelaksanan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau
tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak.
Tujuan dari tema ini bukan untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep-
konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari
dan menjelajahi topik atau tema tersebut.

B. Prinsip Pembelajaran Seni

Arah Pembelajaran Pendidikan SeniKurikulum pendidikan seni di Indonesia telah


mengalami perkembangan dan perubahan berulangkali. Perubahan ini dimulai
sejak usaha memasukkan prinsip pendidikan dalam pembelajaran mata pelajaran,
pelajaran menggambar, menyanyi, prakarya di SD,SMPmaupun
SMA.Tujuanpembelajaran seni adalah mengajarkan seni malalui pengalaman
berseni ataumelalui kegiatan berproduksi. Ross (1984) menjelaskan bahwa fungsi
dari seni di dalam pendidikan umum adalah memberi kesempatan kepadaanak-
anak, dengan memfasilitasi berbagai alat-alat dan medium menuju pengembangan
pengalaman yang sesuai dengan karakter anak. Terlebih dari itu adalah
peningkatan pengalaman yang dapat diaktualisasikan ke dalam medium seni,
bukan saja pemberian informasi.” Pendapat Malcon Ross tersebut lebih
mendekatkan pengalaman estetika yang diperoleh anakdari kegiatan berkesenian.
Pengalaman estetika dalam berkesenian sendiri sifatnya luas, mulaidari
pengalaman yang bersifat praktis untuk mengembangkan keterampilan hidup
hingga system nilai social yang berlaku pada masyarakat sekitar.Gambaran arah
pembelajaran seni dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Pada prinsipnya pembelajaran seni adalah memberi pengalaman estetik sesuai


dengantingkat dan kemampuan kejiwaan. Pengalaman estetika ini dicapai
melalui praktek berkarya seni/berproduksi seni sesuai dengan medium seni.

b. Materi pembelajaran seni di sekolah dapat mengangkat bahasan dari cabang-


cabang seni,diantaranya: Seni Rupa, Tari, Musik, Drama, Sastra. Masing-
masing cabang seni tersebutmerupakan medium pembelajaran seni disekolah
umum. Karenanya siswa sekolah umumdiharapkan akan mempunyai
pengalaman mencipta/memproduksi seni sesuai dengancabang seni.

c. Dalam praktek berkarya seni, siswa didekatkan dengan lingkungan sekitar


sebagai pusatinspirasi dan objek berkarya. Oleh karenanya sedapat mungkin
mengangkat budaya dannilai yang berlaku.

C. merancang pembelajaran seni terpadi di SD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


TERPADU

Tema : Kesehatan
Kelas / Semester : I/2
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan ( 5 x 35 menit )
Tanggal : 4 desember 2021

A. STANDAR KOMPETENSI
1. IPA
Mengenal berbagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta pengaruhnya
terhadap kegiatan manusia.
2. Bahasa Indonesia
• Mendengarkan : Memahami wacana lisan tentang benda-benda di sekitar dan
dongeng.
• Berbicara : Mengungkapkan fikiran, perasaan, dan informasi secara lisan
dengan gambar, percakapan sederhana dan dongeng.
• Membaca : Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca
puisi anak.
• Menulis : Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui dikte
dan menyalin.
3. Seni Budaya dan Keterampilan
Mengapresiasi karya seni musik
B. KOMPETENSI DASAR
1. IPA
• Mengenal berbagai benda langit melalui pengamatan.
2. Bahasa Indonesia
• Menyebutkan isi dongeng.
• Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang tepat.
3. Seni Budaya dan Keterampilan
• Menampilkan pola irama dan melodi sederhana
C. INDIKATOR
1. IPA :
• Menjelaskan keuntungan musim hujan
• Menjelaskan kerugian musim hujan
2. Bahasa Indonesia :
• Menyebutkan tokoh dalam dongeng
• Memerankan tokoh dongeng
3. Seni Budaya dan Keterampilan :
• Menyanyikan lagu sesuai dengan tanda dinamiknya.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat: menjelaskan keuntungan
musim hujan; menjelaskan kerugian musim hujan; menyebutkan tokoh dalam dongeng;
memerankan tokoh dongeng; dan menyanyikan lagu sesuai dengan tanda dinamiknya.

E. Karakter siswa yang diharapkan


Disiplin ( Discipline ) dan Percaya diri ( Confidence )

F. MATERI AJAR (MATERI POKOK)


1. Cuaca
2. Dongeng
3. Menyanyi
G. METODE PEMBELAJARAN
1. Tanya jawab.
2. Demontrasi.

H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan ➢ Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan 10 menit
Awal keyakinan masing-masing
➢ Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
➢ Bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan
pembelajaran sebelumnya dan menghubungkan dengan
kegiatan yang akan dilakukan
➢ Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu
tentang “Kesehatan”
➢ Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
setelah proses pembelajaran berlangsung
Kegiatan Inti Eksplorasi 150 menit
➢ Siswa mengamati kegiatan yang dilakukan manusia
pada musim hujan melalui slide
➢ Siswa menyimak dongeng “Keluarga Burik” yang
diceritakan guru
Elaborasi
➢ Siswa bertanya jawab tentang keuntungan pada musim
hujan
➢ Siswa bertanya jawab tentang kerugian pada musim
hujan
➢ Siswa menyebutkan tokoh-tokoh dalam dongeng
“Keluarga Burik”
➢ Secara bergiliran siswa memerankan tokoh-tokoh
dalam dongeng “Keluarga Burik” di depan kelas
➢ Siswa bersama-sama menyanyikan lagu “Bunyi
Hujan”
Konfirmasi
➢ Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa
➢ Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
Kegiategian ➢ Guru memberikan evaluasi berbentuk tes tulisan (untuk 15 menit
Akhir mengetahui hasil ketercapaian materi)
➢ Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil
belajar
➢ Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan
pembelajaran)
I. ALAT DAN SUMBER
Alat : Slide kegiatan musim hujan
Sumber :
1. KTSP/SILABUS KELAS I
2. Buku Bahasa Indonesia I A
3. Buku IPA Kelas I

J. PENILAIAN
1. Prosedur/Jenis Penilaian
a. Tes Awal : Lisan
b. Tes Proses : Lisan dan sikap
c. Tes Akhir : Tertulis
2. Instrumen penilaian
Soal Kunci Jawaban Skor
1. Yang dilakukan petani pada musim hujan Menanam padi 2
adalah….
2. Pada musim hujan tanaman di kebun Disiram 2
tidak perlu…..
3. Bencana yang sering terjadi pada musim Banjir 2
hujan adalah….
4. Pakaian yang dijemur tidak cepat kering Hujan 2
pada musim….
5. Siapa saja tokoh dalam dongeng Si Burik, Si hitam dan 3
“Keluarga Burik”? elang
6. Bagaimana sifat si hitam? Ceroboh 2
7. Mengapa si burik diberinama burik? Karena bulunya berbintik 2
Jumlah Skor 15

Nilai = =

Mengetahui Padang ratu, 4 desember 2021


Kepala Sekolah Mahasiswa

Sri mujiati ,S.Pd Astria devi pusparini


NIP. NIP.

Anda mungkin juga menyukai