Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus

1. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Hasil penelitian yang disajikan berupa data hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran IPA kelas IV materi organ pernapasan manusia di setiap akhir siklus. Nilai
tes hasil belajar peserta didik pada tiap siklus dapat dilihat pada Tabel 4. Selanjutnya
perbandingan persentase peserta didik yang mencapai KKM di setiap siklus dapat
dilihat pada Gambar 2.

Tabel 4 Nilai tes hasil belajar peserta didik pada tiap siklus

No Nama Peserta didik Nilai Tes Hasil Belajar


Prasiklus Siklus I Siklus II
1 ADVENT BIGSTAR OMEGA 60 70 80
2 ARINDA TRI NOVITA 50 60 70
3 DICKY RIZKY SAPUTRA 45 55 65
4 DICTA ADYA NANDA. PB 40 50 60
5 ENI DARELL KUSUMA 60 70 80
6 GANI NURHADI 60 70 80
7 JOVITA MARCELLINE R 65 75 85
8 TITA TUFANTU AULIA 65 75 85
9 TRISTAN MAULANA RAFIIF 70 80 85
10 WIDIA ELSA DWI PERTIWI 70 80 85
11 WILDAN ISYA MAHENDRA 70 80 85
12 WILDAN YUDHA SAPUTRA 50 60 70
13 SELLA WINDI OKTAVIANI 40 50 60
14 MAE CEISAR UMI INAYAH 45 55 65
15 M. RIFKI RAMADAN 60 70 80
Rata-rata 57 66,7 75,7
Persentase peserta didik 20 % 60 % 80 %
mencapai KKM (Nilai ≥ 68)
Persentase peserta didik tidak 80 % 40 % 20 %
mencapai KKM (Nilai < 68)

Gambar 2. Rata-rata nilai tes hasil belajar peserta didik setiap siklus

90

80

70
Prasiklus
peserta didik pada setiap siklus
Rata-rata nilai tes hasil belajar

60
Siklus I
50
Siklus II
40
75,7
66,7
30 57

20

10

0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tes hasil belajar
peserta didik pada prasiklus, siklus I dan siklus II secara berturut-turut yaitu 57, 66,7
dan 75,7. Rata-rata nilai tes hasil belajar peserta didik terus meningkat pada setiap
siklus.
Gambar 3 persentase ketuntasan peserta didik di setiap siklus (persentase
ketuntasan peserta didik di setiap siklus, persentase peserta didik yang mendapat
nilai < 68)

90%

80% Prasiklus
70%
Presentase ketuntasan belajar

Siklus I
60%
peserta didik setiap siklus

Siklus II
50%

40% 80%

30% 60%

20%

10% 20%

0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa peserta didik yang mencapai KKM


pada prasiklus sebesar 20%. Kemudian persentase ketuntasan belajar peserta didik
pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
make a match yaitu 60%. Selanjutnya persentase ketuntasan belajar peserta didik
terus meningkat pada siklus II yaitu 80%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian perbaikan pembelajaran ini


merupakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe make a match yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui serangkaian kegiatan
pembelajaran meliputi 1). tahap persiapan, 2). Tahap penyampaian, 3). Penampilan
hasil. Hasil penelitian perbaikan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dari siklus ke siklus (Prasiklus-siklus II). Adapun peningkatan hasil
belajar peserta didik dari siklus ke siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Prasiklus

Prasiklus terdiri dari 1 kali pertemuan, pertemuan tersebut dilaksanakan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Materi yang diberikan yaitu organ pernapasan manusia. Pada tahap
prasiklus, peserta didik diajarkan tentang materi organ pernapasan manusia dengan
menggunakan metode ceramah. Adapun deskripsi pembelajaran yang dilakukan yaitu guru
menjelaskan tentang materi organ pernapasan manusia, dan contohnya.
Pada tahap prasiklus, didapatkan rata-rata nilai tes hasil belajar peserta didik sebesar
57. Dari 15 peserta didik, hanya 20% yang mencapai KKM yang telah ditetapkan SD
Negeri 1 Kota Baru untuk mata pelajaran IPA yakni ≥ 68. Berdasarkan data rata-rata nilai
tes hasil belajar peserta didik dan persentase ketuntasan peserta didik di atas, dapat
diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah belum efektif dan
belum dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan guru untuk melibatkan peserta didik pada proses pembelajaran dan
mendapatkan hasil belajar yang maksimal adalah model kooperatif tipe make a match.

2. Siklus I
Siklus I terdiri dari 1 kali pertemuan, pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2
x 35 menit. Materi yang diberikan tentang organ pernapasan manusia, metode yang
digunakan adalah model kooperatif tipe make a match. Dengan Langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa
kartu jawaban)
2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang
3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(kartu soal atau kartu jawaban).
4. Siswa yang dapat mencocokan kartu nya sebelum batas waktu diberi poin
5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6. Kesimpulan

Pada siklus I ini, didapatkan rata-rata nilai tes hasil belajar peserta didik
sebesar 66,7. Kemudian persentase jumlah peserta didik yang mendapat nilai ≥ 68
atau mencapai KKM sebanyak 60%. Berdasarkan data rata-rata nilai tes hasil belajar
peserta didik dan persentase peserta didik yang mencapai KKM, dapat diketahui
bahwa pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe make a match dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik bila dibandingkan dengan pembelajaran
dengan metode ceramah, di mana hanya 20% peserta didik yang dapat mencapai
KKM.

Berdasarkan hasil analisis data terhadap hasil belajar peserta didik dan kinerja
guru pada siklus I, bersama supervisor yaitu Ibu Arlita Rahma Wibawa S.Pd, penulis
melakukan refleksi. Tujuan dilakukannya refleksi untuk mengetahui kekurangan apa
yang terdapat pada siklus I. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran
yang telah berlangsung makan dicari solusi untuk mengatasinya. Apabila terdapat
kelebihan pada proses pembelajaran yang telah berlangsung akan dipertahankan.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I yaitu:
a. Aktivitas peserta didik masih pasif, dan peserta didik masih banyak diam.
b. Peneliti tidak menegur peserta didik yang pasif.
c. Peneliti tidak banyak memberikan stimulus yang berkaitan dengan materi organ
pernapasan manusia, lebih bagus lagi jika menggunakan media seperti gambar.
d. Kemampuan peneliti mengelola kelas, pengelolaan waktu dan penggunaan bahasa
perlu ditingkatkan lagi agar mudah dipahami.
e. Peneliti tidak membuat kesimpulan diakhir pembelajaran.

Perbaikan-perbaikan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II yaitu:


a. Memberikan motivasi agar peserta didik aktif dan banyak bertanya yang
berkaitan dengan materi.
b. Peneliti harus menegur dengan baik dan sopan Ketika anak tidak aktif.
c. Memberikan gambar yang berkaitan dengan organ pernapasan manusia.
d. Peneliti harus sering mengontrol peserta didik didalam kelas dengan cara
berkeliling.
e. Peneliti harus membuat kesimpulan di akhir pembelajaran tentang materi apa
yang sudah disampaikan.

3. Siklus II

Siklus II terdiri dari 1 kali pertemuan dan telah dilaksanakan pada 6 April 2021
selama 2 x 35 menit. Materi pokok yang diberikan pada siklus II masih tentang organ
pernapasan manusia. Pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan model
kooperatif tipe Make A Match, dengan tahapan pembelajaran yang sama dengan siklus
1, yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian dan tahap penampilan hasil.
Deskripsi kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini yaitu: Siswa
diperkenalkan dengan organ pernapasan, misalnya hidung, tenggorokan dan paru-paru
(berupa gambar yang ada di papan tulis), guru memberi sedikit penjelasan tentang
materi, guru bertanya dan peserta didik menjawab dan memberikan umpan balik,
dilanjutkan dengan guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban, dan peserta didik
masing-masing diberikan kartu, dan setelah itu peserta didik diminta untui mencari
kartu pasangannya, peserta didik yang mendapatkan pasangan kartu dengan benar akan
dipersilahkan duduk, dan peserta didik yang kurang tepat mendapatkan kartu pasangan
akan diberikan hukuman yang sudah di sepakati sebelumnya.

Dari uraian kegiatan diatas dapat dikatakan bahwa model kooperatif tipe Make A
Match yang digunakan pada siklus II, rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat
yakni mencapai 75,7 dan persentase ketuntasan peserta didik mencapai 80%. Rata-rata
nilai hasil belajar peserta didik meningkat dari siklus I yakni dari 66,7 menjadi 75,7
pada siklus II. Kemudian persentase ketuntasan peserta didik juga mengalami
peningkatan dari siklus I yakni 60% menjadi 80% pada siklus II.

Berdasarkan data persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus II
yakni sebesar 80%, maka pembelajaran pada siklus II sudah memenuhi kriteria
pembelajaran yang berhasil sebagaimana pendapat Arikunto (2007:56). Akan tetapi ada
beberapa hal yang perlu ditingkatkan oleh penulis berdasarkan hasil refleksi bersama
Ibu Arlita Rahma Wibawa,S.Pd sebagai supervisor yaitu kemampuan dalam
manajemen waktu Ketika menggunakan metode kooperatif tipe Make A Match.
V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa
model kooperatif tipe make a match yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik melalui serangkaian kegiatan pembelajaran meliputi 1). tahap persiapan, 2). Tahap
penyampaian, 3). Penampilan hasil. Adapun peningkatan rata-rata nilai tes hasil belajar peserta
didik yakni 57 pada prasiklus, 66,7 pada siklus I dan 75,7 pada siklus II. Selain itu, persentase
ketuntasan peserta didik yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan yakni 20% pada
prasiklus, 60% pada siklus I dan 80% pada siklus II. Langkah-langkah pembelajaran dengan
model kooperatif tipe make a match menuntut peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe make a match membuat
pembelajaran lebih bermakna dan dapat diingat lama oleh peserta didik.

B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran penulis adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kooperatif tipe make a match meningkatkan
hasil belajar peserta didik khusunya pada materi organ pernapasan manusia sehingga
direkomendasikan untuk menggunakan model kooperatif tipe make a match dalam
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. Namun harus tetap memperhatikan
kecocokan materi yang dipilih dengan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif
tipe make a match karena tidak semua materi dapat dibelajarkan dengan model kooperatif
tipe make a match.
2. Bagi calon penulis lain yang akan menerapkan model kooperatif tipe make a match
hendaknya memperhatikan ketersediaan buku-buku pendukung.
3. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe make a match membutuhkan banyak waktu
karena peserta didik tidak langsung diberikan konsep di mana guru dituntut mengubah
kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,
motivator, dan pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai