Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PENTINGNYA PEMELIHARAAN SISTEM INFORMASI DI SUATU


ORGANISASI

Dosen :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, Msc

Disusun oleh :
Rosalia Kusumowati

NIM:
K15161105

Kelas E62

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia Nya makalah dengan judul Pentingnya Pemeliharaan
Sistem Informasi di Suatu Organisasi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen pada triwulan 1 kelas E-62 MB-IPB.
Dalam penyelesaian makalah ini, tentunya tidak terlepas dari beberapa
kendala yang penulis alami terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu
pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, akhirnya peulis dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Arif Imam
Suroso, Msc yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.
Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
pengembangan lebih lanjut agar dapat bermanfaat. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya masukan dan saran yang positif, guna makalah yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang.

Jakarta, 19 Februari 2017

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................................. 3
2.1.1. Definisi Sistem Informasi........................................................................... 3
2.1.2. Definisi Teknologi Informasi ..................................................................... 3
2.1.2. Definisi Pemeliharaan Sistem..................................................................... 4
2.2. Pemeliharaan Sistem Informasi ............................................................................ 4
2.2.1. Jenis-Jenis Pemeliharaan Sistem ................................................................ 5
2.2.2. Prosedur Pemeliharaan Sistem ................................................................... 5
2.2.3. Langkah-Langkah dan Aktivitas Pemeliharaan Sistem .............................. 6
2.2.4. Jaminan Kualitas Perangkat Lunak ISO 9126 ............................................ 7
2.2.5. Alur Kerja Perangkat Lunak..................................................................... 10
2.2.6. Karateristik Model Maintainability .......................................................... 11
2.2.7. Pentingnya Pemeliharaan Sistem Informasi ............................................ 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 15
3.2. Saran ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi informasi saat ini berdampak luar biasa pada
berbagai bidang dan sektor kegiatan dan hal ini tidak terlepas dari kebutuhan
manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari, khususnya aktivitas diberbagai
organisasi. Jika kita perhatikan dan kita telusuri kemajuan yang telah dicapai itu
akan terlihat jelas, bahwa permasalahannya adalah terletak pada penggunaan data
dan informasi yang akurat, salah satunya ialah berkaitan dengan pemrosesan data.
Dampak tersebut menjadi makin kompleks dengan terjadinya perubahan-
perubahan kegiatan entitas bisnis, antara lain pada besaran organisasi, komsep,
chain management, dan makin eratnya integrasi kegiatan antar suppliers,
customers dan bahkan dngan copetitors. Ketika organisasi menjadi semakin besar
dan lokasi kantor dan cabang-cabangnya semakin tersebar, maka sistem informasi
berbasis komputer menjadi makin penting sebagai salah satu alat bantu bagi
manajer dalam menjalankan tugas serta fungsinya baik dalam menerima,
mengolah, dan menyebarkan informasi yang diperlukan. Saat praktek manajemen
makin tergantung pada penggunaan komputer sebagai alat bantu, maka secara
otomatis perusahaan akan melakukan penyesuaian terhadap sistem dan
pengendalian internal.
Sistem informasi bukan merupakan hal yang baru, yang baru adalah
teknologi dan komputerisasinya. Sebelum ada komputer teknik penyaluran
informasi yang memungkinkan manajer menggunakan serta mengendalikan
organisasi telah ada, komputer menambahkan satu atau dua dimensi, seperti
kecepatan, ketelitian dan penyediaan data dengan volume yang lebih besar yang
memberikan bahan pertimbangan yang lebih banyak untuk mengambil keputusan
(Tata Sutabri: 2012). Sistem informasi merupakan sistem informasi yang mampu
memberikan informasi yang canggih dan cepat kepada seluruh bagian. Sistem
informasi merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan agar tetap eksis
dalam persaingan. Berkembangnya sistem informasi terjadi karena
berkembangnya sistem perangkat lunak yang tersedia. Oleh karena itu, untuk
meyeimbangkan antara perkembangan sistem perangkat lunak dengan sistem
informasi perusahaan perlu melakukan pemeliharaan pada sistem perangkat
lunaknya. Pemeliharaan pada sistem perangkat lunak software maintenance
merupakan bagian dari life cycle perangkat lunak tersebut. Pengabaikan akan
software maintenance dapat menyebabkan menurunnya stabilitas dari sistem
perangkat lunak yang berpengaruh terhadap proses produktivitas secara
keseluruhan dalam suatu perusahaan. Penurunan proses tersebut dapat
menyebabkan perusahaan tidak medapatkan keuntungan tetapi memeperoleh
kerugian. Sehingga untuk mengatasinya ada beberapa tahapan serta keuntungan

1
yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan dengan menerapkan software
maintenance.
Sistem yang memenuhi standar mutu juga dapat diperluas kapasitasnya baik
secara lokal, nasional maupun internasional. Pengendalian terhadap mutu dapat
dilakukan dari berbagai bagian perusahaan mulai dari perencanaan sampai pada
tahap akhir dengan melibatkan berbagai komponen perusahaan termasuk para
karyawan. Standar sistem manajemen mutu yang digunakan mengacu pada
standar internasional yang terdapat pada suatu badan swasta internasional yang
berkedudukan di Genewa, Swiss melalui standar mutu internasionalnya yaitu:
Internasional Standarisation Organiztion (ISO). Standar ISO terdiri dari berbagai
seri yang salah satunya adalah ISO 9126 yang sudah digunakan lebih dari seratus
negara di dunia. ISO 9126 adalah penerapan mengenai quality software. Standar
ini merupakan salah satu frame work umum mengenai karateristik dari kualitas
perangkat lunak yang dipercaya mempunyai kekuatan yang lebih adabtable yang
dapat digunakan untuk seluruh sistem , terutama untuk menetapkan kerangka
umum dalam mengevaluasi sebuah software (Bee Bee Chua, 2004:185), sehingga
dapat mengevaluasi keefektifan dan kualitas perangkat lunak, dan mendeteksi
kesalahan potensial, sehingga visibilitas perangkat lunak suatu elemen sistem dan
biaya yang muncul akibat kegagalan perangkat lunak dapat ditekan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan mengenai kelayakan suatu sistem informasi akan teruji saat sudah
dijalankan oleh penggunannya. Terkadang timbul masalah yang belum
terpecahkan pada saat pengembangan sistem, sehingga diperlukan pemeliharaan
sistem Di makalah ini akan dibahas mengenai jeis, langka serta manfaat dari
dilakukannya pemeliharaan sistem informasi.

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas akhir mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen perorangan dan merupakan sebagai sarana untuk
menambah dan menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama masa
perkuliahan dan diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai sistem
informasi, teknologi informasi dan pemeliharaan sistem informasi. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui alasan dilakukannya
pemeliharaan sistem sehingga timbul aspek kemampuan dalam pemeliharaan
maintainability sistem informasi di suatu organisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Definisi Sitem Informasi


Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling
berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan unuk
mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan
informasi. James O’Brien (2010: 26) sistem adalah sekelompok komponen yang
saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan
menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang
teratur. James O’Brien (2010: 34) informasi adalah data yang telah dikonversi ke
dalam konteks yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir tertentu.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut James O’Brien (2010: 4)
sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur dari orang-orang,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Manusia bergantung pada sistem informasi untuk melakukan komunikasi dengan
peralatan fisik (hardware), instruksi pemrosesan informasi atau prosedur
(software), jaringan komunikasi (network), dan data (data resources).
James O’Brien mengatakan bahwa komponen sistem informasi adalah
kombinasi dari integrasi yang terdiri dari 5 unsur yaitu people resources,
hardware resources, software, data resources dan network resources.

2.1.2. Definisi Teknologi Informasi


Teknologi Informasi (TI) dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi
dan informasi. Kata teknologi bermakna pengembangan dan penerapan berbagai
peralatan atau sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, kata teknologi berdekatan artinya
dengan istilah tata cara. Menurut Azmi, Yan (2009: 2), “informasi adalah data
yang diproses kedalam bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan berguna
dalam pengambilan keputusan, sekarang atau untuk masa yang akan datang”.
Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis kemukakan beberapa defenisi mengenai
teknologi informasi. Menurut McKeown yang dikutip oleh Suyanto (2005: 3),
“teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan
untuk menciptakan, menyimpan, mengubah dan menggunakan informasi dalam
segala bentuknya”. Selain pendapat di atas, Information Technology Association
of America (ITAA) yang dikutip oleh Sutarman (2009: 13) menyatakan bahwa,
“teknologi informasi adalah suatu studi, perancangan, pengembangan,

3
implementasi, dukungan atau manajemen system informasi berbasis komputer,
khususnya aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras komputer”.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa teknologi informasi adalah
suatu kombinasi antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi yang
digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan ,memanipulasi data dengan mendalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat
dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan
keputusan.

2.1.3. Definisi Pemeliharaan Sistem


Saat sistem telah secara keseluruhan diimplementasikan dan digunakan
untuk operasi bisnis, tahap pemeliharaan barulah dimulai. Tahap ini merupakan
tahap akhir dari siklus sistem. O’Brien (2005:365) dalam “Introduction 2
Information Systems” mendefinisikan pemeliharaan sistem (maintenance systems)
sebagai “The monitoring, evaluating, and modifying of operational business
systems to make desirable or necessary improvements”.
Aktivitas pemeliharaan merupakan proses review untuk memastikan bahwa
sistem yang baru diimplementasikan sesuai dengan tujuan perusahaan. Kesalahan
dalam pengembangan dan permasalahan yang timbul selama sistem beroperasi
diperbaiki dalam proses pemeliharaan, termasuk dalam hal ini, melakukan review
secara periodic atau melakukan audit sistem untuk memastikan operasi berjalan
dengan baik dan mecapai tujuan, sedangkan menurut O’Leary (2004:537) dalam
“Computing Today”, pemeliharaan terdiri dari dua bagian, yaitu a system audit
dan a periodic evaluation. Audit ini merupakan pengawasan terhadap sistem baru
mengenai masalah yang potensial atau perubahan yang diperlukan. Pemeliharaan
juga termasuk melakukan modifikasi untuk menyesuaikan sistem terhadap
perubahan bisnis perusahaan atau lingkungan bisnis. Sebagai contoh, kebijakan
pajak yang baru, perubahan perusahaan, dan inisiatif dalam e-business dan
ecommerce yang baru, mungkin membutuhkan perubahan utama terhadap sistem
bisnis tertentu. Periode pemeliharaan umumnya berlangsung 5 hingga 10 tahun
atau sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2.2. Pemeliharaan Sistem Informasi


Sejauh mana pengendalian aplikasi mempunyai peran dalam mencegah dan
mendeteksi adanya kesalahan-kesalahan. Sebuah pengendalian dikatakan berhasil
ketika kesalahan-kesalahan dapat diminimalisir. Betapa pentingnya informasi
dalam kehidupan manusia, sehingga informasi yang datang tidak boleh terlambat,
tidak boleh berat sebelah harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan relevan
dengan penggunanya, sehingga informasi tersebut menjadi informasi yang
berkualitas dan berguna bagi pemakainya.

4
2.2.1. Jenis – Jenis Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan sistem dapat digolongkan menjadi empat jenis :
1. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah bagian pemeliharaan sistem yang tidak begitu
tinggi nilainya dan lebih membebani, karena pemeliharaan ini mengkoreksi
kesalahan-kesahan yang ditemukan pada saat sistem berjalan. Umumnya
pemeliharaan korektif ini mencakup kondisi penting atau bahaya yang
memerlukan tindakan segera. Kemampuan untuk mendiagnosa atau
memperbaiki kesalahan dengan cepat sangatlah berharga bagi perusahaan
2. Pemeliharaan Adaptif
Pemeliharaan adaptif dilakukan untuk menyesuaikan perubahan dalam
lingkungan data atau pemrosesan dan memenuhi persyaratan pemakai
baru.Lingkungan tempat sistem beroperasi adalah dinamik, dengan demikian,
sistem harus terus merespon perubahan persyaratan pemakai. Misalnya,
Undang Undang Perpajakan yang mungkin baru memerlukan suatu perubahan
dalam kalkulasi pembayaran bersh. Umumnya pemeliharaan adaptif ini baik
dan tidak dapat dihindarkan.
3. Pemeliharaan Perfektif
Pemeliharaan perfektif atau penyempurnaan mempertinggi cara kerja atau
maintainabilitas (kemampuan untuk dipelihara). Tindakan ini juga
memungkinkan sistem untuk memenuhi persyaratan pemakai yang sebelumnya
tidak dikenal. Ketika membuat perubahan substansial modul apapun, petugas
pemeliharaan juga menggunakan kesempatan untuk melakukan upgrade kode,
mengganti cabang-cabang yang sudah kadaluwarsa, memperbaiki kecerobohan,
dan mengembangkan dokumentasi. Sebagai contoh, kegiatan pemeliharaan ini
dapat berbentuk perekayasaan ulang atau restrukturisasi perangkat lunak,
penulisan ulang dokumentasi, pengubahan format dan isi laporan, penentuan
logika pemrosesan yang lebih efisien, dan pengembangan efisiensi
pengoperasian perangkat.
4. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan Preventif terdiri atas inspeksi periodik dan pemeriksaan sistem
untuk mengungkap dan mengantisipasi permasalahan. Karena personil
pemeliharaan sistem bekerja dalam sistem ini, mereka seringkali menemukan
cacat-cacat (bukan kesalahan yang sebenarnya) yang menandakan
permasalahan potensial. Sementara tidak memerlukan tindakan segera, cacat
ini bila tidak dikoreksi di tingkat awal, jelas sekali akan mempengaruhi baik
fungsi sistem maupun kemampuan untuk memeliharanya dalam waktu dekat.

2.2.2. Prosedur Pemeliharaan Sistem


System Maintainability adalah kapasitas personil pemeliharaan untuk
melakukan pemeliharaan korektif, adaptif, penyempurnaan, atau preventif.
Semakin mudah suatu sistem dipelihara, semakin kecil pula tenaga dan biaya yang

5
harus dikeluarkan untuk memelihara sistem. Maintainability system bertambah
jika sistemnya dirancang agar mudah diubah. Aspek ini meliputi prosedur-
prosedur berikut :
1. SDLC (System Development Life Cycle) dan SWDLC (Software Development
Life Cycle)
Aplikasi yang profesional dalam SDLC dan SWDLC dan teknik maupun
perangkat modeling yang mendukungnya adalah hal-hal keseluruhan yang
terbaik yang dapat seseorang lakukan untuk meningkatkan manintainability
system.
2. Definisi Data Standar
Trend ke arah sistem manajemen database relasional mendasari dorongan ke
normalisasi data dan definisi data standar.
3. Bahasa Pemrograman Standar
Penggunaan bahasa pemrograman standar, akan mempermudah pekerjaan
pemeliharaan. Jika perangkat lunak berisi dokumentasi internal yang jelas dan
lengkap, seorang programmer pemeliharaan pemula atau pemakai dapat
memahami apa yang sedang dikerjakannya. Dengan demikian penggantian
programmer pemeliharaan tidak begitu berdampak negatif pada kemampuan
perusahaan untuk memelihara program lama.
4. Rancangan Moduler
Programmer pemeliharaan dapat mengganti modul program jauh lebih mudah
daripada jika ia berurusan dengan keseluruhan program.
5. Modul yang dapat digunakan kembali
Modul biasa dari kode yang dapat digunakan kembali, dapat diakses oleh
semua aplikasi yang memerlukannya.
6. Dokumentasi Standar
Diperlukan sistem, pemakai, perangkat lunak dan dokumentasi operasi yang
standar sehingga semua informasi yang diperlukan untuk beroperasi dan
pemeliharaan aplikasi khusus akan tersedia.
7. Kontrol Sentral
Semua program, dokumentasi, dan data tes seharusnya diinstal dalam
penyimpanan pusat dari sistem CASE (Computer-Aided Software
Engineering atau Computer-Assisted Software Engineering).

2.2.3. Langkah-Langkah dan Aktifitas Pemeliharaan Sistem


Menurut O’Brien (2005), pemeliharaan sistem adalah pengawasan,
evaluasi dan modifikasi sistem bisnis operasional untuk menghasilkan perbaikan
yang lebih diinginkan atau diperlukan. Proses implementasi sistem yang baru
dapat menghasilkan fenomena kurva belajar (learning curve). Sumber daya
manusia yang mengoperasikan suatu sistem atau software berpotensi melakukan
kesalahan apabila tidak terbiasa dalam penggunaannya. Pemeliharaan sistem
diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan pada saat sistem berjalan.

6
Selanjutnya end user melakukan pemecahan masalah untuk memperbaiki
kegagalan tersebut.
Proses pemeliharaan sistem mencakup tinjauan pasca implementasi untuk
memastikan bahwa sistem yang baru diimplementasikan mampu memenuhi tujuan
bisnis yang ditetapkan. Beberapa langkah proses pemeliharaan sistem yaitu :
1. Penggunaan sistem, yaitu menggunakan sistem sesuai dengan fungsi tugasnya
masing-masing untuk operasi rutin atau sehari-hari.
2. Audit sistem, yaitu melakukan penggunaan dan penelitian formal untuk
menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi kriteria kinerja. Hal
semacam ini disebut penelaahan setelah penerapan dan dapat dilakukan oleh
seorang auditor internal.
3. Penjagaan sistem, yaitu melakukan pemantauan untuk pemeriksaan rutin
sehingga sistem tetap beroperasi dengan baik. Selain itu juga untuk menjaga
kemutakhiran sistem jika sewaktu-waktu terjadi perubahan lingkungan sistem
atau modifikasi rancangan software.
4. Perbaikan sistem, yaitu melakukan perbaikan jika dalam operasi terjadi
kesalahan bugs dalam program atau kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi
saat tahap pengujian sistem.
5. Peningkatan sistem, yaitu melakukan modifikasi terhadap sistem ketika
terdapat potensi peningkatan sistem setelah sistem berjalan beberapa waktu,
biasanya adanya potensi peningkatan sistem tersebut terlihat oleh manajer
kemudian diteruskan kepada spesialis informasi untuk dilakukan modifikasi
sesuai keinginan manajer.
Aktifitas pemeliharaan antara lain sebagai berikut:
1. Penambahan atau perbaikan produk perangkat lunak (penambahan fungsi-
fungsi baru, perbaikan tampilan dan modus interaktif, memperbaharui
dokumen eksternal, memperbaharui karakteristik performansi dan sistem).
2. Adaptasi produk dengan lingkungan operasional yang baru hardware, sistem
operasi dll, seperti pemindahan perangkat lunak ke perangkat keras yang lain,
modifikasi untuk dapat mempergunakan protokol tambahan dll.
3. Pembetulan permasalahan yang timbul, yaitu pembenaran kesalahan yang
timbul setelah produk perangkat lunak dipergunakan oleh user.

2.2.4. Jaminan Kualitas Perangkat Lunak ISO 9126


Jaminan kualitas perangkat lunak merupakan suatu aktivitas perlindungan
pada suatu proses secara keseluruhan dalam pengembangan perangkat lunak.
American Heritage Dictionary mendefinisikan kata kualitas sebagai sebuah
karakteristik atau atribut dari sesuatu. Sebagai atribut, kualitas mengacu pada
karakteristik yang dapat diukur, sesuatu yang dapat dibandingkan dengan standar
yang sudah diketahui.
Kualitas perangkat lunak dapat dinilai melalui ukuran-ukuran dan metode-
metode tertentu, serta melalui pengujian-pengujian software. Salah satu tolak ukur

7
kualitas perangkat lunak adalah ISO 9126 yang dibuat oleh International
Standarization Organization (ISO) dan International Electrotechnical Commision
(IES). ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk perangkat lunak, model,
karakteristik mutu, dan metrik terkait yang digunakan untuk mengevaluasi dan
menetapkan kualitas sebuah produk software. Standar ISO 9126 telah
dikembangkan dalam usaha untuk mengidentifikasi atribut-atribut kunci kualitas
untuk perangkat lunak komputer. Gambar 1 dibawah ini merupakan kreteria
kualitas perangkat lunak berdasarkan ISO/IEC 9126.

Gambar 1. Kriteria kualitas perangkat lunak ISO/IEC 9126 (2000:7)


Faktor kualitas menurut ISO 9126 meliputi enam karakteristik model
kualitas software sebagai berikut:
1. Functionality (Fungsionalitas). Kemampuan perangkat lunak untuk
menyediakan fungsi sesuai kebutuhan pengguna, ketika digunakan dalam
kondisi tertentu.
2. Reliability (Kehandalan). Kemampuan perangkat lunak untuk
mempertahankan tingkat kinerja tertentu, ketika digunakan dalam kondisi
tertentu.
3. Usability (Kebergunaan). Kemampuan perangkat lunak untuk dipahami,
dipelajari, digunakan, dan menarik bagi pengguna, ketika digunakan dalam
kondisi tertentu.
4. Efficiency (Efisiensi). Kemampuan perangkat lunak untuk memberikan
kinerja yang sesuai dan relatif terhadap jumlah sumber daya yang digunakan
pada saat keadaan tersebut.
5. Maintainability (Pemeliharaan). Kemampuan perangkat lunak untuk
dimodifikasi. Modifikasi meliputi koreksi, perbaikan atau adaptasi terhadap
perubahan lingkungan, persyaratan, dan spesifikasi fungsional.

8
6. Portability (Portabilitas). Kemampuan perangkat lunak untuk ditransfer dari
satu lingkungan ke lingkungan lain.
Masing-masing karakteristik kualitas perangkat lunak model ISO 9126
dibagi menjadi beberapa sub-karakteristik kualitas, yaitu:
1. ISO 9I26 - Functionality
Sub-Karakteristik Deskripsi
Suitability Kemampuan perangkat lunak untuk menyediakan
serangkaian fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu
dan tujuan pengguna.
Accuracy Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan hasil yang
presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan.
Security Kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang
tidak diinginkan, menghadapi penyusup (hacker) maupun
otorisasi dalam modifikasi data.
Interoperability Kemampuan perangkat lunak untuk berinteraksi dengan satu
atau lebih sistem tertentu.
Compliance Kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan
kebutuhan sesuai peraturan yang berlaku.

2. ISO 9I26 - Relaiability


Sub-Karakteristik Deskripsi
Maturity Kemampuan perangkat lunak untuk menghindari kegagalan
sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat lunak.
Fault tolerance Kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan
kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak.
Recoverability Kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali
tingkat kinerja ketika terjadi kegagalan sistem, termasuk
data dan koneksi jaringan.

3. ISO 9I26 - Usability


Sub-Karakteristik Deskripsi
Understandibility Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk
dipahami.
Learnability Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk
dipelajari.
Operability Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk
dioperasikan.
Attractiveness Kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna.

4. ISO 9I26 - Efficiency


Sub-Karakteristik Deskripsi
Time behavior Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan respon dan
waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan fungsinya.
Resource Kemampuan perangkat lunak dalam menggunakan sumber
behavior daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi yang
ditentukan.

9
5. ISO 9I26 - Maintainability
Sub-Karakteristik Deskripsi
Analyzability Kemampuan perangkat lunak dalam mendiagnosis
kekurangan atau penyebab kegagalan.
Changeability Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu.
Stability Kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak
terduga dari modifikasi perangkat lunak.
Testability Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi dan
divalidasi perangkat lunak lain.

6. ISO 9126-Portability
Sub-Karakteristik Deskripsi
Adaptability Kemampuan perangkat lunak untuk diadaptasikan pada
lingkungan yang berbeda-beda.
Instalability Kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam
lingkungan yang berbeda-beda.
Coexistence Kemampuan perangkat lunak untuk berdampingan dengan
perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan dengan
berbagi sumber daya.
Replaceability Kemampuan perangkat lunak untuk digunakan sebagai
sebagai pengganti perangkat lunak lainnya.

ISO 9126 adalah standar terhadap kualitas perangkat lunak yang diakui
secara internasional. Terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah
perangkat lunak tidak serta merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat
lunak tersebut karena standar ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen
pembuat perangkat lunak tersebut, dengan kata lain jika manajemennya tidak
memenuhi standar ISO maka hasil kerjanya pun tidak dapat diberikan sertifikat
standar ISO. Faktor-faktor ISO 9126 tidak serta merta memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran kualitas secara langsung. Meskipun demikian, standar
tersebut menyediakan basis yang sangat penting untuk melakukan pengukuran-
pengukuran kualitas secara tidak langsung dan pada dasarnya menyediakan daftar
yang sempurna untuk menilai kualitas suatu sistem/perangkat lunak.

2.2.5. Alur Kerja Perangkat Lunak


Saat produk perangkat lunak telah selesai dipasang (installed) dan mulai
diimplementasikan, beberapa jenis perubahan akan terjadi sejalan waktu
penggunaannya. Jones (2010) menyatakan bahwa ada tiga aktivitas pemeliharaan
produk perangkat lunak, yaitu
1. perbaikan kerusakan (defect repair),
2. perluasan atau peningkatan produk perangkat lunak (enhancement), dan
3. pemugaran (renovation).

10
Gambar 2. Alur kerja dari tiga aktivitas pemeliharaan software (Jones: 2010)

2.2.6. Karaterstik Model Pemeliharaan


Maintainability menurut Fahmy (2012) adalah kemampuan software untuk
dapat dengan mudah dipahami, dikembangkan, dan dimodifikasi. Modifikasi
meliputi correction, improvements or adaptation to changes in the environment,
in requirements dan functional specifications. Dalam pengukuran maintainabilty,
Heitlager (2007) mendeskripsikan dalam beberapa langkah yang digambarkan
dalam model pada gambar 3. Langkah pengukuran menurut Heitlager (2007) yaitu
melihat karakteristik level sistem pada sifat source kode kemudian dilanjutkan
dengan mengukur properti pada source code

Gambar 3. Model maintaniability (Heitlarger 2007)

Heitlager (2007) juga membuat mapping dari karakterisitik sistem ke


dalam soure code yang terdiri baris dan kolom. Setiap kolom terdiri dari level

11
kode seperti volume, complexity, duplication, unit length, number of units, and
number of modules. Gambar 3 merupakan mapping karakterteristik
maintainability yang berpengaruh terhadap tingkat maintainability

Gambar 4. Mapping karateristik maintainability (Heitlarger 2007)

Untuk mengetahui tingkat maintainability dari suatu software, dapat


dilakukan dengan menghitung aintainability Index (Ganpati, 2012). Ganpati
(2012) menjelaskan semakin tinggi nilai Maintainability Index (MI) hingga
mendekati 100 menunjukan bahwa software mudah dilakukan perawatan
sedangkan nilai MI sama dengan 0 menunjukan software sulit untuk dirawat.
Menurut Ganpati (2012), suatu software dapat dibedakan menjadi tiga macam
berdasarkan nilai maintainability indexnya sesuai dengan tabel 6.
Menurut Black (2011) stability merupakan metrik yang membantu untuk
memprediksi seberapa stabil sistem setelah dilakukan modifikasi atau perubahan.
23 Oleh karena itu pengujian pada sub karakteristik stability tidak dilakukan
karena stability hanya akan diuji jika sudah dilakukan perubahan pada sistem.

2.2.7. Pentingnya Pemeliharaan Sistem Informasi


Sistem informasi perlu dilakukan dalam pemeliharaan hal ini dikarena
tidak sedikit biaya yang dikeluarkan dalam pemeliharaan ini. Seperti yang
dijelaskan oleh Suroso (2014) dalam penelitiannya bahwa biaya pemeliharan
membutuhkan dana dalam pengembangan dan implementasi perangkat lunak yang
relatif besar di mana biaya pemeliharaan perangkat lunak mengambil porsi 49%,
sedangkan biaya pengembangan adalah 43% dan sisanya (8%) untuk kegiatan
lain-lain. Biaya perbaikan kesalahan pada suatu perangat lunak juga meningkat
sejalan dengan tahapan pengembangannya. Porsi biaya pemeliharaan 49% terbagi
kedalam empat jenis aktivitas yaitu tindakan corrective 21%, adaptive 25%,
preventive 4% dan perfective 50%.

12
Gambar 5. Biaya perbaikan kesalahan yang meningkat sejalan dengan tahapan
pengembangan Boehm Software Engineer Economics 1981 dalam (Suroso 2014)

Untuk mendukung keandalan dan memenuhi kebutuhan serta


mempertimbangkan biaya pemeliharaan software yang besar, alokasi sumberdaya
perlu diperhitungkan dengan baik. Resource yang ditinjau meliputi biaya
(maintenace cost) dan usaha (maintenance effort) seperti penjelasan berikut ini:
1. Maintenance Cost
Pemeliharan SI yang berbasis Teknologi Informasi (TI) memakan biaya yang
relatif mahal. Banker (1993) dalam Huber (2009) menyebutkan ada dua tipe
biaya dalam modifikasi software, yaitu biaya finansial dan biaya waktu.
Biaya finansial adalah akumulasi biaya dari komponen pekerja yang terlibat
di dalamnya. Semakin banyak pekerja yang terlibat maka biaya ini akan
semakin tinggi. Biaya waktu adalah akumulasi biaya yang timbul dari
aktivitas ini sepanjang rentang waktu berlangsungnya aktivitas, di mana biaya
finansial adalah komponen yang mempengaruhi biaya waktu. Semakin lama
proses modifikasi software berlangsung untuk mencari tahu (discover),
mngimplmentasikan (implement), menguji (test) dan mendokumentasikan
(document), maka komponen biaya ini akan tinggi.
2. Maintenance Effort
Jika suatu aplikasi perangkat lunak yang dimiliki oleh sebuah organisasi
dalam proses pengembangannya dibuat agar lebih mudah untuk dimodifikasi,
misalnya dibangun dengan tingkat kerumitan yang rendah, maka usaha
(effort) yang dicurahkan oleh organisasi tersebut dikemudian hari akan lebih
ringan (Swanson, 1999). Maintenance effort sebagai input aktivitas
pemeliharaan terdiri dari sumberdaya yang dialokasikan dan digunakan dalam
tugas, misalnya sumberdaya mesin, workbenches dan sumberdaya manusia
atau staff. Sumberdaya manusia sendiri dibedakan berdasarkan keterampilan

13
(skills), pengalaman dan motivasinya, yang kemudian dikelompokkan lagi
sesuai job class serta besaran gaji.
Ada tiga alasan pentingnya pemeliharaan sistem (system maintenance)
yang perlu digarisbawahi dan :
1. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)
Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang
muncul saat sistem dioperasikan. Sebagai contoh, maintenace dapat
digunakan untuk mengungkapkan kesalahan pemrograman (bugs) atau
kelemahan selama proses pengembangan yang tidak terdeteksi dalam
pengujian sistem, sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki.
2. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Kajian pasca implementasi sistem merupakan salah satu
aktivitas maintenance yang meliputi tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan
periodik atau audit sistem dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan
baik, dengan cara memonitor sistem secara terus-menerus terhadap potensi
masalah atau perlunya perubahan terhadap sistem. Sebagai contoh,
saat user menemukan errors pada saat sistem digunakan, maka user dapat
memberi umpan balik atau feedback kepada spesialis informasi guna
meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system
maintenance perlu dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan
senantiasa memastikan sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan
balik.
3. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)
Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca
implementasi, system maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap
sistem yang telah dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau
lingkungan bisnis. Sehingga, system maintenance menjaga kemutakhiran
sistem (system update) melalui modifikasi-modifikasi sistem yang dilakukan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemeliharaan perangkat lunak menjadi sangat penting untuk diperhatikan
oleh pengguna sistem informasi di suatu organisasi, mengingat perangkat lunak
merupakan salah satu elemen kunci bagi produk yang berbasis komputer dan juga
menjadi mesin yang mengendalikan pengambilan keputusan di dalam dunia
bisnis. Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga perangkat lunak tetap andal dan
responsif bagi penggunanya. Kegiatan pemeliharaan memerlukan praktek
manajemen yang baik untuk menjamin tersedianya sumberdaya untuk mendukung
hal tersebut sehingga kebutuhan akan perubahan dan penyesuaian, yang termasuk
dalam lingkup pekerjaan pemeliharaan, dapat dipenuhi. Pemeliharaan perangkat
lunak paska implementasi diperlukan dalam rangka menjaga kesinambungan
operasional aplikasi. Kualitas perangkat lunak dapat dinilai melalui ISO 9126.
Pemeliharaan tersebut diharapkan dapat memastikan kesesuaian dengan
kebutuhan fungsionalitas teknis perangkat lunak, memastikan kesesuaian
kebutuhan pihak manajerial mengenai jadwal dan budget, serta dapat
meningkatkan efisiensi perangkat lunak berikut juga aktifitas pemeliharaannya.
Biaya pemeliharaan perangkat lunak lebih besar dari biaya pengembangannya.
Hal tersebut disebabkan beberapa faktor seperti stabilitas tim, tanggung jawab
kontrak, keahlian staff, umur suatu perangkat lunak dan struktur program. Hal ini
harus diperhatikan karena terkadang perusahaan lebih fokus pada pengembangan
sistem, namun dibelakang itu semua terdapat hal dan tantangan yang perlu
dihadapi dengan baik.

3.2. Saran
Dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pemeliharaan
perangkat lunak pada suatu organisasi atau perusahaan, hendaknya pihak-pihak
yang bertanggung jawab terhadap sistem informasi di perusahaan tersebut dapat
memahami dan mengetahui kategori-kategori pemeliharaan seperti Corrective
Maintenance, Adaptive Maintenance, Perfective maintenance dan Preventive
Maintenance dan disarankan untuk memenuhi standar ISO 1926 walaupun
terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah perangkat lunak tidak serta
merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat lunak tersebut karena standar
ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen pembuat perangkat lunak tersebut,
dengan kata lain jika manajemennya tidak memenuhi standar ISO maka hasil
kerjanya pun tidak dapat diberikan sertifikat standar ISO. Faktor-faktor ISO 9126
tidak serta merta memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran kualitas
secara langsung. Meskipun demikian, standar tersebut menyediakan basis yang
sangat penting untuk melakukan pengukuran-pengukuran kualitas secara tidak
langsung dan pada dasarnya menyediakan daftar yang sempurna untuk menilai

15
kualitas suatu sistem perangkat lunak. Disisi lain biaya yang dikeluarkan cukup
tinggi, sehingga dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan perlu dicermati sejak
awal pengembangan sistem informasi dan dibuat perencanaan maintainability
budget. Kemampuan dan tingkat kemudahan sistem informasi untuk dimodifikasi
sebaiknya dipikirkan sejak tahap awal pengembangan untuk mengakomodir
aktivitas penyempurnaan (perfective) dikemudian hari agar bisa dikerjakan
dengan resource yang seekonomis mungkin bilamana dibutuhkan. Sistem audit
dan jadwal perawatan juga harus dibuat seefisien dan selengkap mungkin agar
benar-benar sistem yang dirawat terjaga dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Yan. 2009. Konsep Sistem Informas yang Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Brutu, G. 2015. Urgensi Maintainability dalam Konteks Implemetasi Suatu Sistem
Informasi di Perusahaan [internet]. [diunduh 2017 Pebruari 2015].
Tersedia pada: blogstudent.mb.ipb.ac.id/tag/pemeliharaan.
Chua B. B, Dyson L. E. 2004. Appliying the ISO 9126 Model To The Evaluation
of an E-Learning System. [internet]. [diunduh 2017 Pebruari 15]. Tersedia
pada: ascilite.org.au/conferences/perth04/chua.html.
Fahmy, Syahrul et-all. 2012. Evaluating the Quality of Software in e-Book using
the ISO 9126 Model [internet]. [diunduh 2017 Pebruari 15]. Tersedia
pada: sersc.org/journals/IJCA/vol5_no2/14.pdf.
Ganpati et-all. 2016. A Case Study of Code Decay In Open Source Software.
Shimia India: LAP Lambert Academic Publishing.
Heitlager dkk. 2007. A Practical Model for Measuring Maintainability A
preliminary report. Prosiding, QUATIC '07 Proceedings of the 6th
International Conference on Quality of Information and Communications
Technology. Washington : IEEE Computer Society.
ISO. 2008. Standard ISO 9001. Jakrta: ISO Standar.
ISO/IEC. 2008. ISO/IEC 9126 –Software Product Evaluation Quality
Characterstics and Guidelines for Their Use. Gnewa: ISO Standard
O’Brien, J. A. 2005. Pengantar Sitem Informasi Perpektif Bisnis dan Manajerial.
Jaarta: Salemba Empat.
O’Brien, J. A. and G. M. Marakas. 2010. Introduction to Information Systems,
fifteenth edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Sukoco Agus. 2010. Penggunaan Standard ISO 9126 untuk Mengevaluasi
Keefektifan Perangkat Lunak [internet]. [diunduh 2017 Pebruari 15].
Tersedia pada: jurnal.ubl.ac/index.php/explore/article.
Sutarman. 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Susanto, A. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Lembaga Ilmu
Administrasi.
Sutabri, T. 2012. Analisis Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Timothy, O’Leary Linda. 2004. Computing Today. New York: Mc Graw-Hill
Technology Education.

17

Anda mungkin juga menyukai