Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Perubahan Sosial Dan
Dinamika Pemerintahan
Disusun Oleh :
Dhika Andriansyah
401180017
Semester VII
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
ORGANISASI KEAGAMAAN SEBAGAI
New Normal Pandemik Covid-19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada 11 Maret 2020 lalu, World Health Organization (WHO)
sudah mengumumkan status pandemi global untuk penyakit virus corona 2019 atau yang juga disebut corona virus disease 2019 (COVID-19).
Dalam istilah kesehatan, pandemi berarti terjadinya wabah
suatu penyakit yang menyerang banyak korban, serempak di berbagai negara. Sementara dalam kasus COVID-19, badan kesehatan dunia WHO menetapkan penyakit ini sebagai pandemi karena seluruh warga dunia berpotensi terkena infeksi penyakit COVID-19.
Dengan ditetapkannya status global pandemic tersebut,
WHO sekaligus mengonfirmasi bahwa COVID-19 merupakan darurat internasional. Artinya, setiap rumah sakit dan klinik di seluruh dunia disarankan untuk dapat mempersiapkan diri menangani pasien penyakit tersebut meskipun belum ada pasien yang terdeteksi.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana tanggapan mengenai wacana new normal ? - Bagaimana Covid-19 memberikan wacana baru mengenai new normal dan reformasi praktik politik dan pemerintahan ? BAB II PEMBAHASAN
Masyarakat harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan
hidup baru atau disebut dengan ‘new normal life’, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Percepatan Penanganan Covid-19, Bapak Wiku Adisasmito. New normal adalah perubahan perilaku untuk tetap melakukan aktivitas normal dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Secara sederhana, new normal ini hanya melanjutkan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan saat diberlakukannya karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dengan diberlakukannya new normal, kita mulai melakukan
aktifitas di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah diatur oleh pemerintah, yaitu memakai masker bila keluar dari rumah, sering mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak serta menghindari kerumunan orang untuk mencegah penularan virus corona. Sejak mewabahnya Covid-19, guna menghindari terjadinya penularan, sebagian besar aktivitas dilakukan melalui daring (online) seperti kegiatan rapat yang selama ini dilaksanakan bersama-sama dalam suatu ruangan, sekarang menggunakan aplikasi Zoom, begitu juga dengan aktifitas belajar mengajar. Dengan diberlakukan new normal, mau tidak mau para pelajar akan kembali belajar ke sekolah, tentunya dengan protokol kesehatan dan keamanan yang menjamin mereka dari penularan virus.
New normal setidaknya merupakan akibat dari tiga faktor; a)
penyesuaian kehidupan baru selama masa tanggap darurat COVID-19; b) tata kelembagaan dan perilaku baru sebagai bagian dari upaya pencegahan dan penanganan dampak COVID-19; dan c) peluang perubahan dan kesempatan baru yang muncul akibat COVID-19
Pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia dalam
setahun ini turut mengubah tata kelola dan mekanisme kerja di pemerintahan baik pusat maupun daerah. Kerja birokrasi disesuaikan dengan kondisi pandemi agar pelayanan publik tetap dilakukan dengan optimal dan berintegritas. Pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan dan regulasi agar tata kelola pemerintahan tetap berjalan efektif melayani publik di tengah upaya menanggulangi dampak kesehatan masyarakat karena pandemi dan upaya pemulihan ekonomi nasional.
Kondisi pandemi juga mendorong percepatan
pengarusutamaan flexible working arrangement (FWA) atau pengaturan kerja secara fleksibel. Kementerian, lembaga negara, dan pemerintah daerah sudah jamak melakukan telemeeting atau teleconference, pengadaan rapat-rapat koordinasi yang menggunakan teknologi digital tanpa dibatasi ruang dan waktu sehingga lebih efektif efisien dari sisi waktu maupun biaya. Perubahan dimensi organisasi dan sistem kerja birokrasi ini didukung sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE).
Berbagai aplikasi teknologi digital digunakan dan diterapkan
sebagai bagian budaya kerja baru pelayanan publik. Layanan administrasi pemerintah berbasis elektronik seperti sistem aplikasi perencanaan, sistem aplikasi penganggaran, sistem aplikasi monitoring dan evaluasi, serta sistem aplikasi informasi kepegawaian menjadi diterapkan. Kondisi pandemi juga mendorong birokrasi bekerja dengan aplikasi komunikasi dan kolaborasi berbasis digital. Seperti video dan web conference: Zoom, Google Meet, dan aplikasi digital lainnya. BAB III PENUTUP
Pandemi memaksa terjadinya perubahan-perubahan di level
individu maupun kelembagaan sebagai akibat dari adaptasi yang harus dilakukan. Di level individual, new normal yang terbentuk adalah institusional protokol kesehatan dalam perilaku individu sehari-hari. Dari sisi kelembagaan, adaptasi new normal juga berlangsung diberbagai sektor, privat maupun publik. Di sektor privat, pelembagaan new normal berlangsung sebagai bagian dari mekanisme untuk bertahan khususnya secara ekonomi. Di sektor publik, arah new normal adalah pencipataan sistem pengelolaan public goods ( termasuk pelayanan dasar ) yang lebih universal dan impersial.
COVID-19 membuka jalan bagi adaptasi digital yang sangat
masif, khususnya dalam bentuk percepatan, serta pengelolaan politik dan pelayanan publik berbasis teknologi digital.
Berbagai aspek kemungkinan pendalaman perubahan
sebagai akibat new normal membutuhkan kehadiran sistem antisipasi dan strategi pengelolaan dalam kerangka kebijakan, yang dalam prosesnya membutuhkan keterlibatan selutuh stokeholders tata kelola, mulai dari formulasi sampai dengan desain impelentasi. Dengan demikian, tantangan new nowmal dan perkembangan Covid-19 yang bersifat sangat dinamis dan penuh kejutan akan tetap bisa lebih dikelola secara lebih sistematis. DAFTAR PUSTAKA