Anda di halaman 1dari 44

Keselamatan Pasien

dalam Pelayanan
Anestesia

Amelia Martira
• Pembedahan kerap menjadi satu-satunya tindakan kedokteran
yang dilakukan untuk menghindari terjadi kecacatan atau luka
berat.
Overview: • Akan tetapi, faktanya pembedahan dapat menyebabkan hal-
Safe Surgery hal berikut:
a. Angka kematian pasca operasi mencapai 0,5%-5%
Save Lifes b. Terdapat 25% pasien rawat inap mengalami komplikasi pasca
CAMPAIGN operasi
c. Sekitar setengah dari kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
(WHO) terjadi berhubungan dengan pembedahan (pada negara-
negara industri)
d. Sekitar setengah dari kejadian yang menyebabkan cedera
pada pada pasien akibat pembedahan dapat dicegah
e. Pada negara-negara di Afrika, kematian akibat anestesi
umum terjadi 1 pada 150 pembedahan.
• WHO: Unsafe surgery can be harmful
To Err Is
Human
Pencegahan Infeksi Luka
Operasi
TIGA FOKUS
UTAMa dari safe Prosedur Anestesia yang
surgery Save
Lifes campaign
aman
Kerjasama tim
pembedahan
Pelayanan anestesi merupakan pelayanan
yang kompleks dan berisiko tinggi

Dilakukan oleh tim, yaitu Dokter spesialis


anestesiologi, Penata Anestesi dan Perawat
(PMK No. 519/2011)
Latar
Belakang
Bekerja interprofessional dan kerap
menghadapi situasi kritis.

Error dan KTD sangat mungkin terjadi.


Medical Event pada pelayanan
Anetesi

Jenis Anestesi Event


Anestesi Umum Sulit Intubasi, Sulit ventilasi, Intubasi Esofagus,
Laringospasme/Bronkospasme, Aspirasi, Hipoventilasi,
Kegagalan Mesin Anestesi, Salah obat, Overdosis

Anestesi Regional (spinal, epidural, blok) Salah obat, Parese (Cedera Saraf), Intoksikasi

Henti jantung Emboli ketuban, emboli udara, Perdarahan, Miokard


Infark
Lain-lain Dugaan Hipertermia Malignan
Definisi sederhana keselamatan pasien

The simplest definition of patient safety is the prevention of errors and


adverse effects to patients associated with health care. While health
care has become more effective it has also become more complex,
with greater use of new technologies, medicines and treatments”
(WHO)

“Mencegah terjadnya error dan KTD yang berhubungan dengan


pelayanan pasien”
Hal yang mendasar bagi “SAFE SURGERY SAVE
LIFES”
Tersedia sumber daya yang aman: PPA terlatih, air bersih, pencahayaan kamar operasi yang baik, suction
dan oksigen serta peralatan dan instrumen pembedahan yang steril dan berfungsi baik
Pencegahan Infeksi luka operasi Prosedur anestesia yang aman Tim bedah yang efektif
1. Prosedur cuci tangan 1. Kehadiran ahli anestesi 1. Komunikasi efektif antar
2. Pemberian antibiotik rasional selama pembedahan anggota tim
3. Persiapan antiseptik kulit yang 2. Pengecekan peralatan dan 2. tepat pasien, tepat prosedur,
adekuat obat-obatan anestesi tepat sisi
4. Dekontaminasi dan sterilisasi 3. Pemantauan status fisiologis 3. Informed consent
instrumen pembedahan seperti: tekanan darah, laju 4. Kehadiran seluruh anggota tim
5. Perawatan luka atraumatik nadi, irama jantung, saturasi pembedahan
oksigen dan suhu 5. Perencanaan prosedur dan
persiapan tim yang adekuat
6. Konfirmasi riwayat alergi
pasien
Pemantauan pelayanan pembedahan: indikator mutu, audit, dan pemantauan outcome
WHO Guidelines for Safe Surgery 2009, https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44185/9789241598552_eng.pdf;jsessionid=D473ACECD68DE78ADE5BB918ECF0247E?sequence=1
Pemberian anestesi yang aman
Tersedia peralatan pemantauan anestesi, terutama pulse oxymetri dan kapnometri. Suara alarm
hipoksia harus terdengar jelas di seluruh area kamar operasi

Persiapan sebelum pemberian anestesi meliputi: pasien, obat, oksigen dan sumber gas lainnya serta
peralatan anestesi, persiapan peralatan tata laksana jalan nafas (STATICS), peralatan pemantauan
atau monitor anestesi. Pengecekan dilakukan pada setiap pemberian anestesi, setiap hari sebelum
melakukan pembedahan dan pada saat pemeliharaan.
Fasilitas kamar operasi harus memiliki alarm, tanda bahaya, air bersih, ruangan yang adekuat untuk
kenyamanan PPA, listrik dan sistem back up nya

Fasilitas lain seperti: peralatan anestesi, sumber gas, alat monitor, peralatan emergency  sesuai
standar peralatan anestesi di rumah sakit menurut regulasi.

Kehadiran PPA anestesi kompeten selama tindakan pembedahan untuk mampu memberikan
keputusan medik yang cepat.
Melakukan asemen pra anestesi terhadap kemungkinan kesulitan jalan
nafas dan merencanakan tata laksana terhadap kemungkinan tatalaksana
jalan nafas yang sulit, termasuk perencanaan alternatif teknik anestesi.

Kemampuan Kompetensi dari ahli anestesi untuk melakukan tata laksana jalan nafas.

untuk
melakukan Konfirmasi ketepatan lokasi pemasangan pipa endotrakea menggunakan
auskultasi, pulse oxymetri dan kapnometri
tatalaksana
jalan nafas sulit Puasa untuk pasien yang menjalani operasi berencana

Mudah atau sulitnya tata laksana jalan nafas sebaiknya tercatat dalam
laporan anestesi
Mengenali
• Melakukan identifikasi pasien sebelum pemberian obat
ADVERSE • Asesmen pasien meliputi riwayat reaksi hipersensitivitas
EVENT DAN • Seluruh obat yang hendak diberikan harus diambil dan
REAKSI dilabel oleh tim anestesi yang hendak memberikan obat
• Ahli anestesi harus memiliki pemahaman yang baik
ALERGI mengenai farmakologi obat yang diberikan.
AKIBAT • Jika obat diberikan secara delegasi atau mandat,
pastikan informasi mengenai risiko obat tersebut
OBAT PADA disampaikan kepada orang kedua tersebut.

PASIEN • Setiap kejadian error harus dilaporkan dan dianalisis.


Seluruh tim (operator, anestetis dan perawat)
harus memahami risiko perdarahan sebelum
memulai operasi.
Mengenali
potensi
kehilangan
darah
Manajemen kehilangan darah meliputi: resusitasi
intraoperatif dan cairan dan transfusi darah dilakukan sebelum
melakukan memulai pembedahan, pemasangan akses
tatalaksana intravena yang besar, menggunakan fresh frozen
plasma (FFP) bersama dengan PRC untuk
mengatasi koagulopati pada kondisi perdarahan
Informed Asesmen
Consent pra-anestesi
Asesmen
pra-induksi
Human Factor/
Keselamatan
Non-Technical
Pelayanan
Surgical Safety Anestesi Pasien
Check List
Intra-
anestesi
Skill
Laporan
Anestesi Catatan Rencana
pemantauan Asuhan Pasca PETT
Patient
RR Anestesi Environment
Time
Pasca anestesi Task
Situation Awareness

Pengambilan Keputusan

Human Factor Komunikasi


= Non- Kerja sama Tim
technical
Technique Kepemimpinan

Manajemen Stress

Coping with stress


Situation Awareness
Memahami apa yang sedang terjadi di sekitar kita

INFORMASI

1. Telusur dan
Cari Informasi
2. Perhatian
penuh Berpikir jauh ke
3. Waspada
Mendapatkan Memahami
depan
4. Komunikasi DECISION
 Sumber informasi:
Pasien, Perawat,
MAKING
Lab, Monitor, dll Bandingkan, Apa yang akan
 Didapat secara Kritisi dan terjadi?
pasif atau aktif
 Data statis atau Diagnosis Bagaimana Jika?
dinamis
Briefing singkat menggunakan metode: S(ituation),
B(ackground), A(ssesment), R(ecomendation)

Pernyataan yang tegas (assertion) yang tepat: “saya


merasa ada sesuatu kondisi yang tidak sesuai, mohon
dokter segera kemari”!"

Critical language: “something wrong!”

Situational awareness
Diperlukan “tools” dan
“behavior” untuk menciptakan
Komunikasi efektif

Debriefing
Komunikasi Tim pada Setting Kamar operasi

• Briefieng dan
Debriefing: Surgical
safety check list
• Situasi krisis: Closed
Loop Communication:
Call out, Check Back
Tools dalam
Keselamatan
Pasien pada
Anestesia
Labelling

• KTD salah obat banyak terjadi


• Umumnya label berwarna sama
• Obat dikelola dan diberikan pada waktu yang
sama.
• Kondisi kritis: kerap tidak melakukan
konfirmasi.
• Gunakan label berwarna, komunikasi
pemberian obat, ceklis (pada kondisi kritis)
Checklist and
Scoring
System
Surgical
Safety Check
List
Airway
Management
Checklist
Airway
Management
Checklist
Anesthesia Hand-over Checklist
Early
Warning
System
Simulasi pada
Anestesia

• Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 oleh


David Gaba (Stanford University)
• “Anesthesia Crisis Resource Management (ARCM)”
• Adaptasi dari Aviation CRM
• Teknik: tim yang terdiri dari berbagai profesi yang
bekerja di kamar operasi, diskusi awal, simulasi kasus
kritis menggunakan manekin/orang, video recording,
debriefing.
• Membangun budaya keselamatan, dan non-technical
skill (communication, teamwork, situation awareness,
leadership, decision making) tanpa harus mengalami
sendiri peristiwanya.
Pelayanan Anestesi
pada masa pandemic
Covid-19
Prinsip 1. Keselamatan Tenaga Kesehatan
pelayanan 2. Keselamatan Pasien
anestesi dan 3. Risiko prosedur yang dapat menginfeksi
tenaga kesehatan
bedah pada 4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
masa 5. Risiko melakukan tindakan pada pasien
pandemi covid-19
6. Akses kepada pemeriksaan laboratorium
Covid-19
Skrining Sars-Cov2 Perioperatif

• ASA and APSF Joint Statement on Perioperative Testing for the COVID-19 Virus
a. Untuk wilayah dengan transmisi tinggi
1. Seluruh pasien harus diskrining adanya gejala-gejala covid-19
2. Seluruh pasien harus menjalani pemeriksaan PCR (tes antibody tidak “reliable” digunakan)
3. Jika pasien yang akan menjalani operasi elektif, maka operasi ditunda hingga pasien sembuh
b. Untuk wilayah dengan transmisi rendah
1. Seluruh pasien harus diskrining gejala covid-19
2. Seluruh pasien yang memiliki gejala, dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
ASA and APSF Joint Statement on Perioperative Testing for the COVID-19 Virus, https://www.apsf.org/news-updates/asa-and-apsf-joint-statement-on-perioperative-
testing-for-the-covid-19-virus/
• Prosedur pembedahan dan anestesi dapat
menimbulkan aerosol – kewaspadaan standar dan
kewasparaan transmisi kontak, droplet, air-borne
1. Seluruh petugas menggunakaakan APD berupa:
masker N95/PAPR, gown, faceshield/google,
sarung tangan
2. Memiliki ruangan khusus untuk donning dan
Perlindungan doffing
bagi Tenaga 3. Staf terlatih menggunakan APD dan selalu ada
Kesehatan buddy/coach untuk memastikan pemakaian APD
yang tepat.
4. Kamar mandi tersedia bagi staff yang terlibat
dalam pembedahan
APD pada Pelayanan
Anestesi

• Donning: hand hygiene


 masker N95 
shield  gown 
• Doffing: lepaskan
sarung tangan
hand hygiene  pindah
 lepaskan
lepaskan masker hand
CDC – PPE

Note: sesuaikan dengan


PPI setempat
Ruang Donning dan Doffing terpisah

Wong J, Goh QY, Tan Z, et al. Preparing for a COVID-19 pandemic: a review of
operating room outbreak response measures in a large tertiary hospital in
Singapore.. Can J Anaesth. 2020;67(6):732-745. doi:10.1007/s12630-020-01620-9
Wadah melepas APD
• Peralatan anestesi yang didedikasikan khusus untuk pasien
covid-19, dibersihkan dan dibungkus dengan plastik.
• Merencanakan teknik anestesi yang mengurangi risiko
penularan kepada nakes (intubasi, ventilasi positif sungkup
muka, suctioning, RJP merupakan AGP). Menggunakan
aerosol box atau plastik, video laringoskopi saat intubasi.
Pencegahan • Peralatan untuk tatalaksana jalan nafas sulit harus tersedia.
infeksi pada • Membatasi staf saat intubasi dan ekstubasi. Kamar operasi
pelayanan tertutup selama kurang lebih 10 menit, pada ACH 25.
• Menggunakan filter antibacterial pada sirkuit pernafasan
anestesi (3buah)
• Minimalisasi penggunaan alkes reusable.
• Hand Hygiene
• Komunikasi dengan staf : briefing dan debriefing
Z. Tan et al. / Journal of Cardiothoracic
and Vascular Anesthesia 00 (2020) 17
Pencegahan infeksi pada
prosedur intubasi

• Aerosol box atau


plastik penutup
• Menggunakan video
laringoskopi
Sebelum
operasi Sesudah
operasi

Mesin anestesi dibersihkan Plastik dibuang dan


dan dibungkus dengan mesin anestesi
menggunakan plastik dibersihkan

Wong J, Goh QY, Tan Z, et al. Preparing for a COVID-19


pandemic: a review of operating room outbreak
response measures in a large tertiary hospital in
Singapore.. Can J Anaesth. 2020;67(6):732-745.
doi:10.1007/s12630-020-01620-9
Simulasi
o Setiap Adverse Event harus dicatat dan
dievaluasi : Laporan Keselamatan Pasien
(investigasi sederhana atau RCA)
o Evaluasi juga dapat dilakukan dengan
Belajar dari Pengalaman: melakukan review atau audit medik
Learning Culture terhadap pelaksanaan anestesi dengan
menggunakan dokumen Anestesi
o Briefing dan Debriefing
Pelayanan Anestesi merupakan pelayanan yang kompleks serta
berisiko tinggi

Meningkatkan kemampuan non-technical skill dapat mencegah KTD.

Penggunaan berbagai tools keselamatan pasien harus diikuti dengan


peningkatan budaya keselamatan pasien pada tenaga kesehatan

Take Home Messages


Adaptasi • Modifikasi sistem komunikasi
antar staf untuk mencegah
Kebiasan cedera pada pasien.
Menggunakan ceklis sebagai
Baru pada alat bantu.
pelayanan • Peningkatan situation
awareness/non-technical skill
Bedah dan dan kompetensi staf melalui
Anestesi diskusi dan simulasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai