Anda di halaman 1dari 19

Ruangan penyekapan itu seperti kamar kontrakannya ketika masih di

Sengkang. Sempit, pengap, dan berbau tidak menyenangkan; juga


sama-sama berlantai plester-jenis lantai paling sederhana, jika lantai
tanah tidak masuk dalam hitungan. Ukurannya sekitar tiga kali lima
meter. Ada dua ventilasi, masing-masing seukuran layar televisi 14 inci,
di sisi kiri dan kanan, dengan lima jeruji vertikal seukuran jempol orang
dewasa. Dikutip dari : Faisal Oddang, Tiba Sebelum Berangkat, Jakarta,
Kepustakaan Populer Gramedia, 2018 Unsur dominan dalam kutipan
teks sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
tema
latar
amanat
penokohan
sudut pandang
5.Ruangan penyekapan itu seperti kamar kontrakannya ketika masih di
Sengkang. Sempit, pengap, dan berbau tidak menyenangkan; juga
sama-sama berlantai plester-jenis lantai paling sederhana, jika lantai
tanah tidak masuk dalam hitungan. Ukurannya sekitar tiga kali lima
meter. Ada dua ventilasi, masing-masing seukuran layar televisi 14 inci,
di sisi kiri dan kanan, dengan lima jeruji vertikal seukuran jempol orang
dewasa. Dikutip dari : Faisal Oddang, Tiba Sebelum Berangkat, Jakarta,
Kepustakaan Populer Gramedia, 2018 Pernyataan yang sesuai dengan
isi kutipan teks sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
Ruang penyekapan tersebut berlantai tanah
Ruang penyekapan tersebut dikelilingi jeruji.
Ruang penyekapan tersebut pengap dan sempit.
Ruang penyekapan tersebut berukuran 3x4 meter.
Ruang penyekapan tersebut memiliki sebuah ventilasi.
6.Perhatikan kutipan novel berikut ini! “Ya, itu lagu ciptaanku,” jawabku
kemudian. Suara tawanya terdengar parau. “Hemm, dasar [ . . . ]! Tak
kapok juga! Sudah berapa kali kami menginterogasimu?
Mengancammu? Memperlakukanmu dengan keras, heh?” “Aku tak
melakukan kesalahan apa-apa!” teriakku. Laki-laki itu menyeringai.
Sungguh seringai yang tak kusukai. Bagai serigala yang siap melumat
mangsanya! Dikutip dari : Yudhi Herbiwibowo, Sang Penggesek Biola:
Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Jakarta, Imania, 2018
Ungkapan yang tepat untuk melengkapi kutipan novel sejarah tersebut
adalah ...
(25 Poin)
kepala batu
kepala udang
kepala dingin
kepala angin
kepala berat
7.“Ya, itu lagu ciptaanku,” jawabku kemudian. Suara tawanya terdengar
parau. “Hemm, dasar [ . . . ]! Tak kapok juga! Sudah berapa kali kami
menginterogasimu? Mengancammu? Memperlakukanmu dengan keras,
heh?” “Aku tak melakukan kesalahan apa-apa!” teriakku. Laki-laki itu
menyeringai. Sungguh seringai yang tak kusukai. Bagai serigala yang
siap melumat mangsanya! Dikutip dari : Yudhi Herbiwibowo, Sang
Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Jakarta,
Imania, 2018 Majas yang dipakai dalam kalimat terakhir kutipan novel
sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
personifikasi
hiperbola
metafora
asosiasi
alegori
8.Suatu siang Sendy kembali mendapatiku dan mengajakku bermain di
rumahnya. Udara Jayapura terasa panas menyengat. Aku yang tak suka
tidur siang ingin menyejukkan diri di luar. Rumah deret kami sunyi
sekali. Pintu rumah Tante Bahar tertutup rapat. Tante Bahar memang
teratur dan disiplin. Semua anaknya disuruh cuci kaki, cuci tangan, dan
tidur siang. Pastinya Watik sedang tidur di dalam sana. Sementara Tutik
adikku sedang tidur di dalam rumah. Aku membuka pintu depan, pergi
ke halaman dan memeriksa pohon kersen. Ada satu buah kersen
matang di pohon, di cabang paling atas. Aku memperkirakan
kemungkinannya. Kalau memanjat pohon itu-dan duduk di salah satu
cabangnya, bisa saja aku meraih kersen matang itu. Aku kembali
melihat ke atas. Kersen matang itu bergoyang lembut ditiup angin.
Mengejekku. Dikutip dari : Nunuk Y. Kusmiana, Lengking Burung
Kasuari, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2017 Watak tokoh Tante
Bahar dalam kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
tegas
galak
disiplin
bijaksana
berwibawa
9.Suatu siang Sendy kembali mendapatiku dan mengajakku bermain di
rumahnya. Udara Jayapura terasa panas menyengat. Aku yang tak suka
tidur siang ingin menyejukkan diri di luar. Rumah deret kami sunyi
sekali. Pintu rumah Tante Bahar tertutup rapat. Tante Bahar memang
teratur dan disiplin. Semua anaknya disuruh cuci kaki, cuci tangan, dan
tidur siang. Pastinya Watik sedang tidur di dalam sana. Sementara Tutik
adikku sedang tidur di dalam rumah. Aku membuka pintu depan, pergi
ke halaman dan memeriksa pohon kersen. Ada satu buah kersen
matang di pohon, di cabang paling atas. Aku memperkirakan
kemungkinannya. Kalau memanjat pohon itu-dan duduk di salah satu
cabangnya, bisa saja aku meraih kersen matang itu. Aku kembali
melihat ke atas. Kersen matang itu bergoyang lembut ditiup angin.
Mengejekku. Dikutip dari : Nunuk Y. Kusmiana, Lengking Burung
Kasuari, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2017 Majas yang digunakan
dalam kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
personifikasi
metafora
hiperbola
asosiasi
alegori
10.Suatu siang Sendy kembali mendapatiku dan mengajakku bermain di
rumahnya. Udara Jayapura terasa panas menyengat. Aku yang tak suka
tidur siang ingin menyejukkan diri di luar. Rumah deret kami sunyi
sekali. Pintu rumah Tante Bahar tertutup rapat. Tante Bahar memang
teratur dan disiplin. Semua anaknya disuruh cuci kaki, cuci tangan, dan
tidur siang. Pastinya Watik sedang tidur di dalam sana. Sementara Tutik
adikku sedang tidur di dalam rumah. Aku membuka pintu depan, pergi
ke halaman dan memeriksa pohon kersen. Ada satu buah kersen
matang di pohon, di cabang paling atas. Aku memperkirakan
kemungkinannya. Kalau memanjat pohon itu-dan duduk di salah satu
cabangnya, bisa saja aku meraih kersen matang itu. Aku kembali
melihat ke atas. Kersen matang itu bergoyang lembut ditiup angin.
Mengejekku. Dikutip dari : Nunuk Y. Kusmiana, Lengking Burung
Kasuari, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2017 Latar suasana dalam
kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
haru
sunyi
cemas
tegang
senang
11. Suatu siang Sendy kembali mendapatiku dan mengajakku bermain
di rumahnya. Udara Jayapura terasa panas menyengat. Aku yang tak
suka tidur siang ingin menyejukkan diri di luar. Rumah deret kami sunyi
sekali. Pintu rumah Tante Bahar tertutup rapat. Tante Bahar memang
teratur dan disiplin. Semua anaknya disuruh cuci kaki, cuci tangan, dan
tidur siang. Pastinya Watik sedang tidur di dalam sana. Sementara Tutik
adikku sedang tidur di dalam rumah. Aku membuka pintu depan, pergi
ke halaman dan memeriksa pohon kersen. Ada satu buah kersen
matang di pohon, di cabang paling atas. Aku memperkirakan
kemungkinannya. Kalau memanjat pohon itu-dan duduk di salah satu
cabangnya, bisa saja aku meraih kersen matang itu. Aku kembali
melihat ke atas. Kersen matang itu bergoyang lembut ditiup angin.
Mengejekku. Dikutip dari : Nunuk Y. Kusmiana, Lengking Burung
Kasuari, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2017 Latar tempat pada
paragraf kedua kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
Kamar tokoh aku
Dalam rumah tokoh aku
Halaman rumah tokoh aku
Dalam rumah tokoh Tante Bahar
Halaman rumah tokoh Tante Bahar
12.Cermati kutipan novel sejarah berikut! Gadis macan tutul tadi hormat
dengan santun elegan, memberi tahu, sudilah Bapak Tamu dan ayahnya
makan apa seadanya. Makanan masakan desa sangat lezat bagiku.
Barangkali karena aku sedang senang di hati. Atau karena gadis macan
tutul tadi mirip dengan Atik? Pokoknya aku makan banyak. Sebagai
tanda kebesaran, seharusnya kutinggalkan sisa sedikit di piringku,
seperti yang dikerjakan juga oleh Pak Dukuh (tanda : bagiku makan
bukan soal), tetapi aku toh lebih memilih jujur dan piring bersihlah
mengkilat. Dikutip dari : Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar,
Jakarta, Kompas, 2014 Nilai yang masih relevan dengan kehidupan pada
zaman sekarang adalah ...
(25 Poin)
Menghormati dan sopan kepada tamu yang berkunjung ke rumah.
Meninggalkan sisa makanan di piring sebagai tanda kebangsawanan.
Memilih melakukan kebiasaan baik saat berkunjung ke rumah orang.
Menghabiskan makanan yang disajikan tuan rumah dengan senang hati.
Menghormati tuan rumah yang telah memberi pertolongan kepada kita.
13.Bacalah kutipan novel sejarah berikut! “Bagaimana hamba dapat
mendoakan Ternate, bila juanga-juanga mereka menyapu biji-biji
mutiara dari teluk-teluk keluarga-keluarga hamba?” Lama Pangeran itu
diam, tak mampu menjawab. Memang tak mungkin dijawab. Akhirnya,
dengan nada tenang namun agak gemetar terkena ragu-ragu, beliau
mencoba menjawab, “Mutiara-mutiara ini tidak untuk kenikmatan
Ternate, tetapi merupakan sumbangan seluruh Halmahera demi
pengusiran orang-orang asing dari laut-laut kita.” “Apa perbedaan asing
atau tidak asing, bila rakyat kecil dirampas hak-haknya?” “Anda
memojokkan seorang pangeran Ternate. Tidakkah kau takut akibat-
akibatnya?” Tampak nadanya gusar dan para pengiringnya sudah mulai
melotot matanya. Tetapi pertanyaan itu dijawab oleh Mioti yang sudah
tahu titik kelemahan orang gede. Dikutip dari : Y.B. Mangunwijaya, Ikan-
Ikan Hiu, Ido, Homa, Jakarta, Kompas, 2015 Penyebab konflik dalam
kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
Tokoh Mioti tidak mau mendoakan kesejahteraan Ternate.
Tokoh Mioti merasa hak-hak rakyat kecil Ternate dirampas.
Tokoh Mioti dianggap memojokkan seorang pangeran Ternate.
Tokoh Mioti tidak suka Ternate dibantu oleh rakyat Halmahera.
Tokoh Mioti membuat gusar pangeran Ternate dan pengawalnya.
14.Cermati kedua kutipan teks cerita sejarah berikut! Kutipan Teks
Cerita Sejarah I “Selamatkan kedua-duanya. Kalau tidak mungkin,
sekurang-kurangnya bayi itu. Ya Tuhan, sertailah diriku,” kata dokter
Cipto kemudian bangkit meraih tas berisi alat-alat kedokteran.
Setengah terburu-buru ia keluar rumah. Namun, begitu melintasi pintu
ia berhenti, baru teringat olehnya bahwa dia hanya mengenakan kain
sarung dan kaos oblong. Maka diserahkanlah tas berisi alat-alat
kedokterannya kepada mantri juru rawat, lalu ia berbalik masuk kembali
ke rumah untuk berganti pakaian. Mantri kesehatan itu memuji
kebesaran nama Tuhan: “Ya Tuhan Maha Kasih, begitu mulia makhluk
Tuhan yang satu ini, sampai-sampai ia melupakan kepentingan dirinya
sendiri demi panggilanmu untuk kemanusiaan.” Dikutip dari : Putut S.
Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo Pejuang Kemanusiaan, Jakarta,
Karya Unipress, 1983 Kutipan Teks Cerita Sejarah II Dua jam kemudian,
pertempuran berhenti. Tetapi pasukan Palang Merah belum bergerak,
sebab mungkin musuh atau lawan belum pergi dari tempat bertempur.
Mungkin lainnya, “meletakkan senjata” saja untuk nanti tiba-tiba mulai
lagi menembak. Tetapi akhirnya mereka bertindak juga. Juga Mulyadi,
yang sebenarnya kebetulan saja ada di situ. Ia turut membawa usungan.
Ia bertindak atas nama perikemanusiaan. Dalam hal ini memberikan
pertolongan kepada yang perlu ditolong. Manusia menolong manusia.
Dikutip dari : M.A. Salmun, Masa Bergolak, Jakarta, Balai Pustaka, 1987
Persamaan tema dalam kedua kutipan teks cerita sejarah tersebut
adalah ...
(25 Poin)
Melawan ketidakadilan dalam masyarakat
Mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan
Menghormati hak dan kepentingan orang lain
Menolong sesama atas nama perikemanusiaan
Menghadapi suatu masalah dengan kepala dingin
15.Ia ingat kepada pesan gurunya (ayahnya), “Pencak itu bukan untuk
gagah-gagahan dan menindas kepada orang yang lebih lemah dari kita.
Tetapi untuk membela diri kalau kita benar-benar terdesak dan
terpaksa. Selama masih dapat menyelamatkan diri dengan jalan lain,
jalan itulah yang kita pakai. Kalau sudah kehabisan akal dan putus
langkah, nah, di situ barulah seada-ada yang kita dapat, dipergunakan.”
Dikutip dari : M.A. Salmun, Masa Bergolak¸ Jakarta, Balai Pustaka, 1987
Amanat dalam kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
Kita tidak boleh sombong kepada orang lain.
Kita tidak boleh iri dengki kepada orang lain.
Kita tidak boleh semena-mena kepada orang lain.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang lain
Kita tidak boleh memandang rendah orang lain.
16.Ia ingat kepada pesan gurunya (ayahnya), “Pencak itu bukan untuk
gagah-gagahan dan menindas kepada orang yang lebih lemah dari kita.
Tetapi untuk membela diri kalau kita benar-benar terdesak dan
terpaksa. Selama masih dapat menyelamatkan diri dengan jalan lain,
jalan itulah yang kita pakai. Kalau sudah kehabisan akal dan putus
langkah, nah, di situ barulah seada-ada yang kita dapat, dipergunakan.”
Dikutip dari : M.A. Salmun, Masa Bergolak¸ Jakarta, Balai Pustaka, 1987
Sudut pandang penulis dalam kutipan sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
Orang pertama pelaku sampingan
Orang pertama pelaku utama
Orang ketiga pelaku sampingan
Orang ketiga pelaku utama
Orang ketiga serbatahu
17.Maka jadilah Kiram, aku, dan Jun bergerak di ujung pasukan. Ah,
Kiram masih seperti dulu: berani, sangat cekatan, dan lugas. Mungkin
Kiram punya perasaan sama, ingin segera menembak musuh bebuyutan
kami. Atau justru pamer keberanian. Dan bila hal itu yang akan
dilakukan Kiram, ia berhasil. ia berguling ke samping pada detik
pertama terdengar tembakan pasukan musuh dari sebuah kilang
penggergajian. Jun membalas tembakan itu, dan detik berikutnya
perang pun membahana. Aku sempat beberapa kali menarik picu
senjata. Namun tak lama kemudian aku merasa pundak dan belikatku
panas. Lalu aku tak kuasa lagi menggerakkan tangan kananku. Tiba-tiba
kepalaku terasa pening dan mataku mulai berkunang-kunang. Dikutip
dari : Ahmad Tohari, Lingkar Tanah Lingkar Air, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2019 Watak tokoh Kiram digambarkan melalui ...
(25 Poin)
Tindakan tokoh Kiram
Perkataan tokoh Kiram
Pernyataan langsung oleh penulis
Pernyataan tokoh lain dalam cerita
Perkataan lawan bicara tokoh Kiram
18.Maka jadilah Kiram, aku, dan Jun bergerak di ujung pasukan. Ah,
Kiram masih seperti dulu: berani, sangat cekatan, dan lugas. Mungkin
Kiram punya perasaan sama, ingin segera menembak musuh bebuyutan
kami. Atau justru pamer keberanian. Dan bila hal itu yang akan
dilakukan Kiram, ia berhasil. ia berguling ke samping pada detik
pertama terdengar tembakan pasukan musuh dari sebuah kilang
penggergajian. Jun membalas tembakan itu, dan detik berikutnya
perang pun membahana. Aku sempat beberapa kali menarik picu
senjata. Namun tak lama kemudian aku merasa pundak dan belikatku
panas. Lalu aku tak kuasa lagi menggerakkan tangan kananku. Tiba-tiba
kepalaku terasa pening dan mataku mulai berkunang-kunang. Dikutip
dari : Ahmad Tohari, Lingkar Tanah Lingkar Air, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2019 Suasana dalam kutipan novel sejarah tersebut
adalah ...
(25 Poin)
Mengerikan
Menyedihkan
Mengharukan
Menegangkan
Menyeramkan
19.Cermati kutipan novel sejarah berikut! Langit di timur mulai merona
ketika kami mendekati sasaran dari tiga jurusan. Aku, Jun, dan Kiram
sudah memberi penjelasan yang terinci tentang keadaan kompleks
penggergajian kayu itu kepada tiga perwira yang akan memimpin
penyergapan. Sebenarnya aku menyadari kedudukanku hanya sebagai
pembantu dan penunjuk jalan. Namun entahlah, dalam udara pagi yang
dingin itu darahku terasa panas. Apalagi kulihat Kiram minta izin
menjadi pendobrak pertahanan lawan. Aku dan Jun mengikuti Kiram.
Dikutip dari : Ahmad Tohari, Lingkar Tanah Lingkar Air, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 2019 Latar waktu kejadian dalam kutipan
novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
subuh
pagi
siang
sore
malam
20.Cermati kutipan teks cerita sejarah berikut! “Mudah-mudahan ini
tempat terakhir kita, Jo. Sepertinya cukup aman dan komunikasi dengan
para pejabat bisa cepat dilakukan,” ujar Soedirman suatu pagi. “Ya,
Pak!” “Kau sudah dengar berita dari radio?” [ . . . ] “Dunia internasional
menilai biadab apa yang telah dilakukan Belanda kepada negara kita,
Jo. Kau tahu apa ini artinya?” Soepardjo Rustam menghormat, lalu
menggeleng. “Tidak, Pak!” jawabnya tegas. Dikutip dari : Rokajat Asura,
Kupilih Jalan Gerilya : Roman Hidup Panglima Besar Jenderal
Soedirman, Jakarta, Imania, 2015 Kalimat yang tepat untuk melengkapi
kutipan teks cerita sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
“Tentang apa, Pak?”
“Kita harus bagaimana, Pak?”
“Apakah itu buruk, Pak?”
“Tentang pemerintah, Pak?”
“Tindakan kita apa, Pak?”
21.Perhatikan kalimat-kalimat acak berikut! 1) Awalnya, ia berjuang
keras melawan kekuasaan VOC. 2) Akan tetapi, kemudian ia kalah. 3)
Kapten Jonker berasal dari keluarga bangsawan muslim di Maluku. 4)
Nama aslinya adalah Jonker Jouwa de Manipa, menunjukkan bahwa ia
berasal dari Pulau Manipa, Seram Barat. 5) Perlawanan tersebut
diperkirakan terjadi antara tahun 1634-1643, yaitu pada Perang Hitu II
atau disebut Perang Wawane. 6) Kemudian, pasukannya beserta
pasukan Raja Tahalele dari Pulau Buano menjadi tahanan VOC. Dikutip
dari : Yudhi Herwibowo, Untung Suropati: Sebuah Roman Sejarah, Solo,
Metamind, 2011 Urutan kalimat agar menjadi paragraf yang padu
adalah ...
(25 Poin)
3) – 1) – 2) – 4) – 5) – 6)
3) – 1) – 4) – 2) – 5) – 6)
3) – 4) – 1) – 2) – 5) – 6)
3) – 4) – 1) – 5) – 2) – 6)
3) – 4) – 5) – 1) – 2) – 6)
22.Perhatikan kutipan teks cerita sejarah berikut! Menurut perhitungan
Jawa, bayi yang lahir 24 Januari 1916 atau 18 Maulud 1846 Je itu, jatuh
pada Windu Kuntara, Wuku Galungan yang dewanya adalah Kamajaya.
Artinya sang jabang bayi itu dinaungi Dewa Kamajaya. Siapa saja yang
wukunya Galungan itu akan memiliki keteguhan hati, tidak gampang
goyah, kukuh pendiriannya. Selain itu senang menghibur orang susah,
senang berbuat baik, dan selalu berusaha untuk menghindari perbuatan
jahat. Dikutip dari : Rokajat Asura, Kupilih Jalan Gerilya: Roman Hidup
Panglima Besar Jenderal Soedirman, Jakarta, Imania, 2015 Nilai yang
dominan dalam kutipan teks cerita sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
moral
sosial
budaya
religius
kepahlawanan
23.Perhatikan kutipan teks cerita sejarah berikut! “Tapi, ndoro dokter .....
saya tidak beruang.” “Saya tidak mau memeriksa dan mengobati
uangmu, Pak Wongso. Oh! ..... Pak Wongso kalau Pak Wongso
menyadari bahwa dirimu itu adalah titipan dari karya suci Tuhan, maka
tak akan kamu merendahkan dirimu serendah itu.” Dikutip dari : Putut S.
Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo Pejuang Kemanusiaan, Jakarta,
Karya Unipress, 1983 Nilai moral dalam kutipan teks cerita sejarah
tersebut adalah ...
(25 Poin)
Memandang sama kedudukan orang lain
Membantu orang tanpa mengharap imbalan
Menyerahkan semua masalah kepada Tuhan
Menghormati orang yang berusia lebih tua
Mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Tuhan
24.Perhatikan kutipan novel sejarah berikut! Mereka! Aku seperti
mengenalinya. Dua laki-laki itu, aku melihat mereka di sekitar sini
beberapa hari lalu. Dua orang bumiputra yang tampak aneh. Walau
berusaha membaur dengan sekitar, gerak tubuhnya selalu canggung.
Belum lagi pakaian yang mereka pakai, setelan jas abu-abu kumal dan
lusuh. Sama sekali tak cocok berada di sekitar pasar seperti ini. Terlalu
mencolok. Dikutip dari : Yudhi Herwibowo, Sang Penggesek Biola :
Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Tangerang Selatan, Imania,
2018 Variasi pengungkapan bagian orientasi kutipan novel sejarah
tersebut menggunakan ...
(25 Poin)
Pengenalan tokoh-tokoh dalam cerita
Penggenalan latar suasana dalam cerita
Pengenalan tempat terjadinya peristiwa
Pengenalan latar waktu terjadinya peristiwa
Pengenalan peristiwa yang terjadi pada masa lalu
25. Kutipan novel berikut ! 1) Di luar keramaian pasar pagi, tepat di
perempatan jalan, aku berpapasan dengan Pak Anwar, penjual kendi
tanah liat, yang memiliki kios di seberang pasar ini. 2) “Eh, Mas Pratman,
dari mana?” tegurnya ramah, seperti biasa. Namun, keramahan itu
memudar ketika melihat wajahku yang gelisah. Keningnya langsung
berkerut. “Kenapa, Mas? Kok kelihatannya sedang panik?” 3) Aku
menoleh ke belakang. Di antara tubuh orang-orang yang berseliweran
di sana, sempat kulihat dua orang yang mengawasiku itu berjalan cepat
ke arahku. 4) Pak Anwar seperti tahu apa yang terjadi. “Ada apa ini? Apa
Mas sedang ... dikuntit seseorang?” 5) Aku tak bisa mengelak, selain
mengangguk. “Maaf aku harus pergi, Pak,” ujarku cepat. 6) “Larilah ke
dalam kiosku! Lurus saja hingga pintu belakang! Pintu itu langsung
tembus ke arah sungai,” tukasnya serius, tapi tetap wajar menjaga
gerak-gerik. 7) Aku mengangguk dan segera berlari masuk ke dalam
kios. Tak lagi aku menoleh ke belakang. Dua puluh langkah kemudian,
di balik pintu belakang kios ini, aku sudah bisa memasuki kampung
sebelah, di mana sungai panjang terlihat. Dikutip dari : Yudhi
Herwibowo, Sang Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf
Supratman, Tangerang Selatan, Imania, 2018 Latar dalam kutipan novel
sejarah tersebut adalah....
(25 Poin)
Pagi hari, kios tokoh Pak Anwar, akrab
Siang hari, kios tokoh Pak Anwar, akrab
Pagi hari, kios toko Pak Anwar, mencekam
Siang hari, perempatan jalan, mencekam
Sore hari, perempatan jalan, mencekam
Sore hari, kampung sebelah, mencekam
26. Kutipan novel berikut ! 1) Di luar keramaian pasar pagi, tepat di
perempatan jalan, aku berpapasan dengan Pak Anwar, penjual kendi
tanah liat, yang memiliki kios di seberang pasar ini. 2) “Eh, Mas Pratman,
dari mana?” tegurnya ramah, seperti biasa. Namun, keramahan itu
memudar ketika melihat wajahku yang gelisah. Keningnya langsung
berkerut. “Kenapa, Mas? Kok kelihatannya sedang panik?” 3) Aku
menoleh ke belakang. Di antara tubuh orang-orang yang berseliweran
di sana, sempat kulihat dua orang yang mengawasiku itu berjalan cepat
ke arahku. 4) Pak Anwar seperti tahu apa yang terjadi. “Ada apa ini? Apa
Mas sedang ... dikuntit seseorang?” 5) Aku tak bisa mengelak, selain
mengangguk. “Maaf aku harus pergi, Pak,” ujarku cepat. 6) “Larilah ke
dalam kiosku! Lurus saja hingga pintu belakang! Pintu itu langsung
tembus ke arah sungai,” tukasnya serius, tapi tetap wajar menjaga
gerak-gerik. 7) Aku mengangguk dan segera berlari masuk ke dalam
kios. Tak lagi aku menoleh ke belakang. Dua puluh langkah kemudian,
di balik pintu belakang kios ini, aku sudah bisa memasuki kampung
sebelah, di mana sungai panjang terlihat. Dikutip dari : Yudhi
Herwibowo, Sang Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf
Supratman, Tangerang Selatan, Imania, 2018 Watak penolong tokoh
Pak Anwar tampak dalam kutipan kalimat nomor ...
(25 Poin)
2
4
5
6
7
27.1) Di luar keramaian pasar pagi, tepat di perempatan jalan, aku
berpapasan dengan Pak Anwar, penjual kendi tanah liat, yang memiliki
kios di seberang pasar ini. 2) “Eh, Mas Pratman, dari mana?” tegurnya
ramah, seperti biasa. Namun, keramahan itu memudar ketika melihat
wajahku yang gelisah. Keningnya langsung berkerut. “Kenapa, Mas? Kok
kelihatannya sedang panik?” 3) Aku menoleh ke belakang. Di antara
tubuh orang-orang yang berseliweran di sana, sempat kulihat dua
orang yang mengawasiku itu berjalan cepat ke arahku. 4) Pak Anwar
seperti tahu apa yang terjadi. “Ada apa ini? Apa Mas sedang ... dikuntit
seseorang?” 5) Aku tak bisa mengelak, selain mengangguk. “Maaf aku
harus pergi, Pak,” ujarku cepat. 6) “Larilah ke dalam kiosku! Lurus saja
hingga pintu belakang! Pintu itu langsung tembus ke arah sungai,”
tukasnya serius, tapi tetap wajar menjaga gerak-gerik. 7) Aku
mengangguk dan segera berlari masuk ke dalam kios. Tak lagi aku
menoleh ke belakang. Dua puluh langkah kemudian, di balik pintu
belakang kios ini, aku sudah bisa memasuki kampung sebelah, di mana
sungai panjang terlihat. Dikutip dari : Yudhi Herwibowo, Sang
Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Tangerang
Selatan, Imania, 2018 Sudut pandang dalam kutipan novel sejarah
tersebut adalah ...
(25 Poin)
Orang pertama pelaku utama
Orang pertama pelaku tambahan
Orang ketiga pelaku utama
Orang ketiga pelaku tambahan
Orang ketiga serbatahu
28.Saat di Makassar dia memang sudah mendengar kisah-kisah
ketidakadilan seperti ini. Tapi, dia tidak tahu keadaannya akan
semencolok ini. Sepulang dari gedung pengadilan dengan semangat
membara, Supratman segera mengetik laporannya. Dia membuat judul:
“Bumiputra Dapat Setahun. Belanda Hanya Dua Minggu”. Saat Kang
Amir-salah satu wartawan yang lebih senior-membaca laporannya, dia
hanya bisa menggeleng-geleng kepala. “Kau terlalu terbawa perasaan.”
Supratman hanya diam, tak mengelak. “Kau harus menahan diri. Semua
tahu, pengadilan memang hanya alat bagi pemerintah.” “Hakim, jaksa,
dan polisi yang mengetahui pasal-pasal itu, maka mereka bisa memilih
pasal-pasal itu sesuka hati. Bila untuk bumiputra, mereka akan memakai
pasal yang berat. Tapi, bila untuk orang-orang Belanda, mereka memilih
pasal yang ringan.” Kang Amir hanya mengangguk-angguk. “Maka itu,
kalau kau tahu tentang itu, apa kau tak berpikir kalau tulisanmu ini bisa
membahayakan kita semua di sini?” Supratman terhenyak. Kang Amir
kemudian tersenyum. “Coba kau perhalus lagi,” ujarnya sambil
menyodorkan kembali tulisan Supratman. Supratman hanya bisa
mengangguk. Dikutip dari : Yudhi Herwibowo, Sang Penggesek Biola:
Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Tangerang Selatan, Imania,
2018 Penyebab konflik dalam kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
Tokoh Supratman ingin menegakkan keadilan
Tokoh Supratman menulis laporan yang kontroversial.
Tokoh Supratman membahayakan keamanan rekannya.
Tokoh Supratman tidak dapat menahan diri di pengadilan.
Tokoh Supratman terlalu terbawa perasaan di pengadilan.
29.Saat di Makassar dia memang sudah mendengar kisah-kisah
ketidakadilan seperti ini. Tapi, dia tidak tahu keadaannya akan
semencolok ini. Sepulang dari gedung pengadilan dengan semangat
membara, Supratman segera mengetik laporannya. Dia membuat judul:
“Bumiputra Dapat Setahun. Belanda Hanya Dua Minggu”. Saat Kang
Amir-salah satu wartawan yang lebih senior-membaca laporannya, dia
hanya bisa menggeleng-geleng kepala. “Kau terlalu terbawa perasaan.”
Supratman hanya diam, tak mengelak. “Kau harus menahan diri. Semua
tahu, pengadilan memang hanya alat bagi pemerintah.” “Hakim, jaksa,
dan polisi yang mengetahui pasal-pasal itu, maka mereka bisa memilih
pasal-pasal itu sesuka hati. Bila untuk bumiputra, mereka akan memakai
pasal yang berat. Tapi, bila untuk orang-orang Belanda, mereka memilih
pasal yang ringan.” Kang Amir hanya mengangguk-angguk. “Maka itu,
kalau kau tahu tentang itu, apa kau tak berpikir kalau tulisanmu ini bisa
membahayakan kita semua di sini?” Supratman terhenyak. Kang Amir
kemudian tersenyum. “Coba kau perhalus lagi,” ujarnya sambil
menyodorkan kembali tulisan Supratman. Supratman hanya bisa
mengangguk. Dikutip dari : Yudhi Herwibowo, Sang Penggesek Biola:
Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Tangerang Selatan, Imania,
2018 Nilai kehidupan yang tampak dalam kutipan novel sejarah
tersebut adalah ...
(25 Poin)
agama
sosial
moral
politik
budaya
30.Saat di Makassar dia memang sudah mendengar kisah-kisah
ketidakadilan seperti ini. Tapi, dia tidak tahu keadaannya akan
semencolok ini. Sepulang dari gedung pengadilan dengan semangat
membara, Supratman segera mengetik laporannya. Dia membuat judul:
“Bumiputra Dapat Setahun. Belanda Hanya Dua Minggu”. Saat Kang
Amir-salah satu wartawan yang lebih senior-membaca laporannya, dia
hanya bisa menggeleng-geleng kepala. “Kau terlalu terbawa perasaan.”
Supratman hanya diam, tak mengelak. “Kau harus menahan diri. Semua
tahu, pengadilan memang hanya alat bagi pemerintah.” “Hakim, jaksa,
dan polisi yang mengetahui pasal-pasal itu, maka mereka bisa memilih
pasal-pasal itu sesuka hati. Bila untuk bumiputra, mereka akan memakai
pasal yang berat. Tapi, bila untuk orang-orang Belanda, mereka memilih
pasal yang ringan.” Kang Amir hanya mengangguk-angguk. “Maka itu,
kalau kau tahu tentang itu, apa kau tak berpikir kalau tulisanmu ini bisa
membahayakan kita semua di sini?” Supratman terhenyak. Kang Amir
kemudian tersenyum. “Coba kau perhalus lagi,” ujarnya sambil
menyodorkan kembali tulisan Supratman. Supratman hanya bisa
mengangguk. Dikutip dari : Yudhi Herwibowo, Sang Penggesek Biola:
Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Tangerang Selatan, Imania,
2018 Amanat yang terdapat dalam kutipan novel sejarah tersebut
adalah ...
(25 Poin)
Lindungilah teman dan keluarga dari musuh.
Pikirkanlah dengan matang segala perbuatan.
Berlaku adillah kepada yang berhak menerimanya
Belalah saudara sebangsa meskipun bersalah.
Tulislah ketidakadilan yang terjadi dengan berani.
31.Cermati kedua kutipan teks cerita sejarah berikut! Kutipan Teks
Cerita Sejarah I Pukul tiga sore Mantri Polisi Kadiroen menerima
pengaduan Soeket dengan ramah tamah. Selain itu, ia segera mengajak
Soeket pulang untuk melihat sendiri tempat kejadian perkara pencurian
kerbau itu terjadi. Mendengar segala penuturan Soeket yang panjang
lebar, Kadiroen menaruh belas kasihan yang mendalam terhadap nasib
yang menimpa Soeket. Dalam hatinya, ia berjanji akan berusaha dengan
sungguh-sungguh menolong Soeket mendapatkan kerbaunya kembali
serta menangkap pencurinya. Dikutip dari : Semaoen, Hikayat Kadiroen,
Yogyakarta, Octopus, 2014 Kutipan Teks Cerita Sejarah II Suasana ramai
sekonyong dikejutkan raungan mesin sebuah truk yang mengangkut
sepasukan serdadu KNIL dan Belanda. Truk itu menderu melintasi
Dusun Kreongan, diiringi teriakan dari pengeras suara. Keramaian pasar
seketika terhenti. Orang-orang menepi, memberi jalan bagi truk yang
melintas. “Kalian, rakyat Jember! Cepat menyerah! TNI sudah hancur!
Lihat, pemimpin kalian sudah tertangkap! Bagi sisa pasukan yang ada,
menyerahlah! Akan ada ampunan dari Kerajaan Belanda dan jaminan
hidup enak!” Dikutip dari : Irma Devita, Sang Patriot, Jakarta, Dinamika
Publishers, 2014 Persamaaan pola pengembangan kedua kutipan teks
cerita sejarah tersebut adalah dimulai dengan ... Question
(25 Poin)
Deskripsi tokoh
Deskripsi latar
Pengenalan konflik
Pengenalan tokoh
Penggambaran konflik
32.Cermati kutipan novel sejarah berikut! Kuding baru berusia 37 tahun;
umur produktif bagi seorang pria. Tetapi, garis wajah lelaki bernama
lengkap Syafruddin Prawiranegara itu seakan-akan 10 tahun lebih tua
dari umur yang sebenarnya. Ekspresinya terlalu serius. Kuding
mengeluh perlahan, “Sudahlah, Belanda tak bisa kita percaya. Kasihan
rakyat.” Kuding kembali mengusap pelupuk matanya, menguap
sebentar sebelum menutupi mulut dengan punggung tangan kanannya
yang masih memegang bingkai kacamata. “Banyak sekali masalah yang
harus diselesaikan, seperti tak ada habisnya untuk republik yang baru
seumur jagung.” Dikutip dari : Akmal Nasery Basral, Presiden
Prawiranegara, Noura Books, 2011 Watak tokoh Kuding digambarkan
melalui ... Question
(25 Poin)
Tindakan tokoh Kuding
Perkataan tokoh Kuding
Pernyataan tokoh lain dalam cerita
Perkataan lawan bicara tokoh Kuding
Pernyataan langsung oleh penulis
33.Bacalah kutipan novel sejarah berikut! Dengan ragu Supratman
melangkah ke meja yang ditunjuk. Laki-laki yang ada di balik meja
hanya meliriknya sekilas. Dia Abdul Muis, laki-laki berkacamata dengan
rambut sedikit awut-awutan. “Maaf?” tanyanya, menanyakan
kepentingan Supratman. [ . . . . ] Abdul Muis mendengus. “Maaf, kami
tidak sedang mencari orang. Kalau kami mencari, kami pasti membuka
lowongan.” Tapi, Supratman sudah terlanjur meletakkan surat-surat
lamarannya di depan laki-laki itu. “Mohon dipertimbangkan. Sejak
beberapa tahun terakhir di Makassar, saya banyak membaca Kaum
Muda. Jadi, besar harapan saya bekerja di sini. Dikutip dari : Yudhi
Herwibowo, Sang Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf
Supratman, Tangerang Selatan, Imania, 2018 Kalimat yang sesuai untuk
melengkapi kutipan novel sejarah tersebut adalah ...
(25 Poin)
“Saya bermaksud menanyakan kemungkinan menjadi wartawan di sini.”
“Saya kebetulan lewat daerah sini. Saya pikir tidak akan merepotkan jika mampir.”
“Saya menemukan orang ini sedang berdiri kebingungan di depan pintu kantor
Anda.”Option 3
“Saya ingin mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke kantor Saudara. Kapan ada
waktu?”Option 4
“Saya dapat membantu Saudara mencarikan orang yang dimaksud. Saya hafal daerah
sini.”Option 5
34.Pelan-pelan dibukanya pintu wc, dengan berjingkrak dia berjalan
menuju arah gudang. Suara gemerisik itu semakin jelas. Laras
memberanikan diri untuk mendekati gudang. Dia mengambil sapu ijuk
bergagang kayu yang terletak di dekat dapur. Dia berencana memukul
pencuri itu jika kepergok. Saat Laras mau membuka pintu gudang,
mendadak dia mendengar suara langkah kaki. Spontan Laras menoleh
ke arah pintu ruang keluarga, dilihatnya orang berpakaian hitam masuk
rumah. Perwatakan tokoh Laras dalam kutipan di atas adalah. . .
(25 Poin)
A. penakut
B. pengecut
C. pemberani
D. hati-hati
E. sembrono
35.(1) Buat seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang
dikehendaki lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian
yang cukup. (2) Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan
menurut kabar hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan
dengannya. (3) Tarikan dan pelukan istri dan anak-anaknya rupanya
begitu erat melengket hingga mampu melupakan ibunya sama sekali.
(4) Tidak apalah, hiburnya. (5) Di rumah keluarga Mulyono ini dia
merasa mendapat semuanya. (6) Tetapi waktu dia mulai merasa
semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya
menjadi beban keluarga itu. (7) Dia merasa menjadi buruh tumpangan
gratis. (8) Dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. (9)
Diputuskannya untuk pulang saja ke desanya. (”Mbok Jah”, Lebaran di
Karet, di Karet ..., Umar Kayam) Sudut pandang pengarang pada
penggalan cerpen tersebut adalah ...
(25 Poin)
A. orang pertama pelaku utama
B. orang pertama pelaku sampingan
C. orang ketiga pelaku utama
D. orang ketiga pelaku sampingan
E. pengarang serba tahu
36.(1) Buat seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang
dikehendaki lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian
yang cukup. (2) Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan
menurut kabar hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan
dengannya. (3) Tarikan dan pelukan istri dan anak-anaknya rupanya
begitu erat melengket hingga mampu melupakan ibunya sama sekali.
(4) Tidak apalah, hiburnya. (5) Di rumah keluarga Mulyono ini dia
merasa mendapat semuanya. (6) Tetapi waktu dia mulai merasa
semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya
menjadi beban keluarga itu. (7) Dia merasa menjadi buruh tumpangan
gratis. (8) Dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. (9)
Diputuskannya untuk pulang saja ke desanya. (”Mbok Jah”, Lebaran di
Karet, di Karet ..., Umar Kayam) Bagaimana sikap Mbok Jah setelah
mengetahui keadaan anak tunggalnya?
(25 Poin)
A. Tidak mau berhubungan dengan anaknya.
B. Melupakan anak semata wayangnya
C. Tetap tinggal dengan keluarga Mulyono.tion 3
D. Memberontak terhadap keadaan itu.
E. Memutuskan untuk pulang ke desa.
37.(1) Buat seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang
dikehendaki lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian
yang cukup. (2) Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan
menurut kabar hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan
dengannya. (3) Tarikan dan pelukan istri dan anak-anaknya rupanya
begitu erat melengket hingga mampu melupakan ibunya sama sekali.
(4) Tidak apalah, hiburnya. (5) Di rumah keluarga Mulyono ini dia
merasa mendapat semuanya. (6) Tetapi waktu dia mulai merasa
semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya
menjadi beban keluarga itu. (7) Dia merasa menjadi buruh tumpangan
gratis. (8) Dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. (9)
Diputuskannya untuk pulang saja ke desanya. (”Mbok Jah”, Lebaran di
Karet, di Karet ..., Umar Kayam) Latar tempat yang tergambar dalam
penggalan tersebut terdapat pada nomor ...
(25 Poin)
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (2) dan (5)
E. (5) dan (6)
38.“Ah, Tuan baru datang, usah puji diperbanyak juga tak ada orang
mendengarkan, tidak ada nada yang tergelak. Sejak tadi hamba
katakan, hamba makhluk hina dina, tidaklah hamba anak raja, bukan
hamba seorang putri dimana akan dapat dayang pengiring. Hamba ini
anak dusun, ayah tidak orang ternama, ibu tidak orang bertuah, datang
kemari sebab sesat mencari kayu api, tidak teringat jalan pulang, telah
serantau hamba berakit, sebuah bukit terlampau, telah penat pula
berjalan, namun dusun bertemu tidak.” Mendengar itu, orang muda tadi
tersenyum lagi, lalu berkata, “Jangan Tuan banyak bicara, tak guna
cakap, diperpanjang tak ada orang mendengarkan, elok berkata
(berkata baik) supaya senang perhati perasaan, entah karena hamba
bodoh, kemana intan disurukan (disembunyikan) cahayanya tinggal
cemerlang, kilat tak hilang dalam lumpur, tak pudar dalam
perlembahan. Bagaimana Tuan menyuruk, masuk ke dalam rimba raja,
memakai pakaian orang dusun, cahaya muka tak kan hilang, langgam
bicara tak tersuruk (tidak dapat disembunyikan rupa memberi tahu,
bahasa Tuan orang asal, anak raja, anak putri).” (Cerita Putri Seri Laut) Isi
kutipan kutipan tersebut adalah ...
(25 Poin)
A. Si putri dan dayang-dayangnya sedang bermain ke sebuah hutan. Dia menikmati
keindahan alam sekitarnya.
B. Sepasang kekasih yang dipertemukan di suatu tempat, setelah sekian tahun
berpisah karena tersesat dalam hutan.
C. Seorang putri raja bertemu dengan seorang pemuda. Betapapun seorang putri
menutup identitasnya si pemuda dapat mengenal dia sebagai putri.
D. Seorang pemuda masuk ke rimba raya, memakai pakaian orang dusun, dan
mukanya bercahaya, memancarkan sinar saat bertemu putri raja.Option 4
E. Anak dusun yang ayahnya bukan orang ternama, ibunya bukan orang bertuah,
datang ke hutan mencari kayu api, dan tersesat.
39.“Ah, Tuan baru datang, usah puji diperbanyak juga tak ada orang
mendengarkan, tidak ada nada yang tergelak. Sejak tadi hamba
katakan, hamba makhluk hina dina, tidaklah hamba anak raja, bukan
hamba seorang putri dimana akan dapat dayang pengiring. Hamba ini
anak dusun, ayah tidak orang ternama, ibu tidak orang bertuah, datang
kemari sebab sesat mencari kayu api, tidak teringat jalan pulang, telah
serantau hamba berakit, sebuah bukit terlampau, telah penat pula
berjalan, namun dusun bertemu tidak.” Mendengar itu, orang muda tadi
tersenyum lagi, lalu berkata, “Jangan Tuan banyak bicara, tak guna
cakap, diperpanjang tak ada orang mendengarkan, elok berkata
(berkata baik) supaya senang perhati perasaan, entah karena hamba
bodoh, kemana intan disurukan (disembunyikan) cahayanya tinggal
cemerlang, kilat tak hilang dalam lumpur, tak pudar dalam
perlembahan. Bagaimana Tuan menyuruk, masuk ke dalam rimba raja,
memakai pakaian orang dusun, cahaya muka tak kan hilang, langgam
bicara tak tersuruk (tidak dapat disembunyikan rupa memberi tahu,
bahasa Tuan orang asal, anak raja, anak putri).” (Cerita Putri Seri Laut)
Nilai budaya yang terdapat dalam kutipan tersebut di atas adalah ...
(25 Poin)
A. Ah, Tuan baru datang, usah puji diperbanyak juga tak ada orang mendengarkan.
B. Sejak tadi hamba katakan, hamba makhluk hina dina, tidaklah hamba anak raja.
C. Hamba ini anak dusun, ayah tidak orang ternama ibu tidak orang bertuah.
D. Hamba datang kemari sebab sesat mencari kayu api, tidak teringat jalan pulang.
E. Jangan Tuan banyak bicara, tak guna cakap, diperpanjang tak ada orang
mendengar.
40.Panas terik masih terus memanggang kampungnya, juga kampung-
kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan di
pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari pula,
dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu meraung-raung,
tidak siang tidak malam, dan beberapa hari kemudian kayu-kayu yang
sudah di rajang dengan rapi, baik berbentuk papan maupun batangan
segi empat, dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan.
Sesampai di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali
atau kawat dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir
sungai dan dikendalikan oleh kepompong bermesin diesel. Hampir
setiap hari, dalam panas yang memanggang kampung itu, hal seperti
itu terjadi; raungan gergaji sepanjang hari, suara gedeblar kayu
tumbang, kayu yang ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir
sungai, dan rombongan aliran kayu ke arah hilir. Nilai moral yang
terkandung dalam kutipan novel tersebut adalah ...
(25 Poin)
A. Masyarakat harus menerima keputusan para pengusaha.
B. Penebangan hutan harus ditujukan untuk kepentingan rakyat.Option 2
OC. Penebangan kayu dengan mesin meringankan beban kerja masyarakat.ption 3
D. Perasaan sakit hati yang dipendam akan berubah menjadi dendam dan emosional.
E. Penebangan hutan besar-besaran perlu dihentikan agar tidak menimbulkan
bencana.
41.Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji
yang digelar dengan menyembelih tiga belas ekor kambing dan
berlangsung selama tiga hari, tidak berjalan mulus, bahkan hampir saja
batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga
mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan
masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan
kepada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. namun, di
hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria
tiba, gulai kambing, gulai nangka, gulai kentang, gulai rebung, dan
aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana
mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah
sangat terbiasa dengan masakan Makaji. “Kalau besok gulai nangka
masih sehambar ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan
Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji. “Apa susahnya
mendatangkan Makaji?” “Percuma bikin helat besar-besaran bila menu
yang terhidang hanya bikin malu.” Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa
campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar gulai kambing
dan gulai rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin
lelaki itu. Kutipan cerita tersebut menunjukkan tahapan komplikasi.
Pada bagian tersebut dimunculkan kerumitan berupa konflik ...
(25 Poin)
A. internal
B. batin
C. fisik
D. sosial
E. psikis
42.(1) “Hasil sawah yang tak seberapa itu hendak dibawa mati, Mak?”
tanya Rimah suatu ketika. Kuping anak gadis Banun itu panas karena
gunjing perihal Banun tiada kunjung reda. (2) “Mati tak hanya kikir pada
orang lain, tapi juga kikir pada perut sendiri,” gerutu Nami, anak kedua
Banun. (3) “Tak usah hiraukan gunjingan orang! Kalau benar apa yang
mereka tuduhkan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah dan
seumur-umur akan jadi orang tani,” bentak Banun. (4) “Sebagai anak
yang lahir dari rahim orang tani, semestinya kalian paham bagaimana
tabiat petani sejati.” (5) Sejak itulah Banun menyingkapkan rahasia
hidupnya pada anak-anaknya, termasuk pada Rimah, anak bungsunya
itu. Watak tokoh sebagai seorang yang kikir ditunjukkan oleh nomor ...
(25 Poin)
1
2
3
4
4
43.Sebelum subuh ia pergi ke pasar, menghadang para tengkulak
menurunkan dagangannya. Ia cari akal bagaimana caranya bisa
berjualan tanpa harus mengeluarkan banyak modal. Ia menghadapi
orang-orang yang sangar dan sangat licin. Ya, kelicinan seperti itu ia
merasa belum bisa. Syukur, akhirnya ia berhasil meyakinkan para
tengkulak dan menggelar buah-buahan titipan. Sedikit bisa bernapas,
seribu dua ribu bisa ia bawa pulang. Di kamar itu istrinya juga terus
menabung. Tiap hari ia sisihkan belanjanya, beras segenggam, gula
sesendok, minyak sekelinting, dan apa saja yang bisa disimpan di
kolong dipannya. Ketika anaknya minta sunat, ia keluarkan semuanya
untuk membuat kue serta berbagai hidangan. Dengan demikian,
anaknya bangga dapat layak seperti teman-teman sekelasnya.
Keterkaitan isi kutipan tersebut dengan kehidupan sehari-hari adalah ...

(25 Poin)
A. Orang yang giat bekerja dan gemar menabung.
B. Orang yang mencari keuntungan dari orang lain.
C. Orang yang kikir terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
D. Orang yang terlampau hemat memakai harta bendanya.
E. Orang yang gemar berbuat curang dalam mengerjakan suatu hal.Option 5

Anda mungkin juga menyukai