Anda di halaman 1dari 29

Bab 4

Hikayat

Kompetensi Dasar
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknik, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
Kompetensi Inti
3.7 Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis.
3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat (hikayat) dan cerpen.
4.7 Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.
4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai.

Peta Konsep

Hikayat

Aspek pembelajaran meliputi

Mengidentifikasi Nilai- Mengembangkan Makna Membandingkan Nilai Mengembangkan Cerita


Nilai dan Isi Hikayat (Isi dan Nilai) Hikayat dan Kebahasaan Hikayat Rakyat ke dalam Bentuk
dengan Cerpen Cerpen

Apersepsi
Pernahkah Anda mendengar bahkan membaca hikayat Hang Tuah? Hang Tuah merupakan sebuah
hikayat sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Hikayat Hang Tuah merupakan salah
satu khazanah sastra yang dimiliki bangsa Indonesia. Hikayat merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk
prosa. Hikayat umumnya berisi cerita, undang-undang, silsilah rekaan, keagamaan, historis, dan biografis.
Hikayat bersifat pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau hiburan rakyat. Pada pembelajaran ini Anda
akan belajar melestarikan nilai-nilai keteladanan dari cerita rakyat berupa hikayat.

A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dan Isi Hikayat


Hikayat merupakan bentuk prosa lama bagian dari cerita rakyat Melayu. Hikayat berisi kepahlawanan dan
keagungan. Unsur yang ditonjolkan cerita kemustahilan dan kesaktian para tokoh. Pada dasarnya, hikayat
menceritakan kisah-kisah seputar istana. Pengarang hikayat umumnya adalah pegawai istana pada zamannya.
Hikayat Patani
Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri Patani
Darussalam itu. Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub
Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta
berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun naik
kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa.
Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan itu, maka baginda pun berputra
tiga orang. Yang tua laki-laki bermana Kerub Picai Paina dan yang tengah perempuan bernama Tunku
Mahajai dan bungsu laki-laki bernama Mahacai Pailang.
Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala tubuhnya, dan beberapa segala
orang dan tabib mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda pun memberi titah kepada bendahara
suruh memalu canang pada segala daerah negeri. Barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau
sembuh, raja ambilkan menantu.
Arkian maka banginda pun sangat kesakitan duduk tiada ikrar. Maka bendahara pun segera
bermohon keluar duduk di balairung menyuruhkan tumenggung memalu canang, ikut seperti titah
baginda itu. Arkian maka tumenggung pun segera bermohon keluar menyuruhkan orang memalu canang.
Hatta maka canang itu pun dipalu oranglah pada segenap daerah negeri itu, tujuh hari lamanya, maka
seorang pun tiada bercakap.
Maka orang yang memalu canang itu pun berjalan lalu di luar kampung orang Pasai yang duduk di
biara Kampung Pasai itu. Syahdan antara itu ada seorang Pasai bernama Syaikh Sa’id. Setelah
didengarnya oleh Syaikh Sa’id seru orang yang memalu canang itu, maka Syaikh Sa’id pun keluar berdiri
di pintu kampungnya. Maka orang yang memalu canang itu pun lalulah hampir pintu Syaikh Sa’id itu.
Maka kata Syaikh Sa’id, “Apa kerja tuan-tuan memalu canang ini?”
Maka kata penghulu canang itu, “Tiadakan tuan hamba tahu akan raja di dalam negeri ini sakit
merkah segala tubuhnya? Berapa segala orang dan tabib mengobati dia tiada juga mau sembuh.
Jangankan sembuh, makin sangat pula sakitnya. Dari karena itulah maka titah raja menyuruh memalu
canang ini, maka barang siapa bercakap mengobati raja itu, jikalau sembuh penyakitnya, diambil raja
akan menantu.”
Maka kata Syaikh Sa’id, “Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi menantu raja itu hamba tiada
mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam, hambalah cakap mengobat penyakit raja itu.”
Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembali bersembahkan kepada
tumenggung seperti kata Syaikh Sa’id itu. Arkian maka tumenggung pun dengan segeranya pergi
maklumkan kepada bendahara seperti kata penghulu canang itu. Setelah bendahara mendengar kata
tumenggung itu, maka bendahara pun masuk menghadap baginda menyembahkan seperti kata
tumenggung itu.
Maka titah baginda, “Jikalau demikian, segeralah bendahara suruh panggil orang Pasai itu.”
Arkian maka Syaikh Sa’id pun dipanggil oranglah. Hatta maka Syaikh Sa’id pun datanglah menghadap
raja.
Maka titah raja pada Syaikh Sa’id, “Sungguhkah tuan hamba bercakap mengobati penyakit hamba
ini?”
Maka sembah Syaikh Sa’id, “Jikalau Tuanku masuk agama Islam, hambalah mengobat penyakit Duli
Syah Alam itu.”
Maka titah raja, “Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang kata tuan hamba itu hamba turutlah.”
Setelah sudah Syaikh Sa’id berjanji dengan raja itu, maka Syaikh Sa’id pun duduklah mengobat raja
itu. Ada tujuh hari lamanya, maka raja pun dapatlah keluar dihadap oleh menteri hulubalang sekalian.
Arkian maka Syaikh Sa’id pun bermohonlah kepada baginda, lalu kembali ke rumahnya. Antara berapa
hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Maka raja pun mungkirlah akan janjinya dengan
Syaikh Sa’id itu.
Hatta ada dua tahun lamanya, maka raja pun sakit pula. Seperti dahulu itu juga penyakitnya. Maka
Syaikh Sa’id pun disuruh panggil pula oleh raja.
Telah Syaikh Sa’id datang, maka titah baginda, “Tuan, obatlah penyakit hamba ini. Jikalau sembuh
penyakit hamba sekali ini, bahwa barang kata tuan hamba itu tiadalah hamba lalui lagi.”
Maka kata Syaikh Sa’id, “Sungguh-sungguh janji Tuanku dengan patik, maka patik mau mengobati
Duli Tuanku. Jikalau tiada sungguh seperti titah Duli Tuanku ini, tiadalah patik mau mengobat dia.”
Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa’id itu demikian, maka raja pun berteguh-teguh janjilah
dengan Syaikh Sa’id. Arkian maka Syaikh Sa’id pun duduklah mengobat raja itu. Ada lima hari maka
Syaikh Sa’id pun bermohonlah pada raja kembali ke rumahnya. Hatta antara tengah bulan lamanya,
maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Syahdan raja pula mangkir akan janjinya dengan Syaikh Sa’id.
Hatta antara setahun lamanya maka raja itu pun sakit pula, terlebih daripada sakit yang dahulu itu, dan
duduk pun tiada dapat barang seketika. Maka Syaikh Sa’id disuruh panggil oleh raja pula.
Maka kata Syaikh Sa’id pada hamba raja itu, “Tuan Hamba pergilah sembahkan ke bawah Duli Raja,
tiada hamba mau mengobati raja lagi karena janji raja dengan hamba tiada sungguh.”
Hatta maka raja itu pun kembalilah, maka segala kata Syaikh Sa’id itu semuanya dipersembahkannya
kepada raja.
Maka titah raja kepada bentara, “Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkau katakan padanya
jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjiku dengan dia itu. Demi berhala yang
kusembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya.”
Arkian maka bentara pun pergilah menjunjungkan segala titah raja itu kepada Syaikh Sa’id.
Maka kata Syaikh Sa’id, “Baiklah berhala tuan raja itulah akan saksinya hamba. Jikalau lain kalanya
tiadalah hamba mau mengobat raja lagi.”
Hatta maka Syaikh Sa’id pun pergilah menghadap raja.
Setelah Syaikh Sa’id datang, maka titah raja, “Tuan, obatilah penyakit hamba sekali ini. Jikalau sembuh
penyakit hamba ini, barang yang tuan kata itu bahwa sesungguhnya tiadalah hamba lalui lagi.”
Maka kata Syaikh Sa’id, “Baiklah, biarlah patik obat penyakit Duli Tuanku. Jikalau sudah sembuh Duli
Tuanku tiada masuk agama Islam sekali ini juga, jika datang penyakit Tuanku sekalipun, ridhalah patik.
Akan mengobat penyakit Tuanku ini, patik mohonlah.”
Maka titah raja, “Baiklah, mana kata tuan itu, hamba turutlah.”
Setelah itu maka raja diobat pula oleh Syaikh Sa’id itu. Hatta antara tiga hari lamanya maka Syaikh
Sa’id pun bermohon kepada raja kembali ke rumahnya. Hatta antara dua puluh hari lamanya maka
penyakit raja itu pun sembuhlah. Sebermula ada sebulan selangnya, maka pada suatu hari raja
semayam di balairung diadap oleh segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian.
Maka titah baginda, “Hai segala menteri hulubalangku, apakah bicara kamu sekalian karena aku
hendak mengikut agama Islam?”
Maka sembah sekalian mereka itu, “Daulat Tuanku, mana titah patik sekalian junjung karena patik
sekalian ini hamba pada ke bawah Duli Yang Mahamulia.”
Pada tatkala itu Syaikh Sa’id pun datanglah menghadap raja diiringkan oleh bentara. Setelah Syaikh
Sa’id itu datang maka raja pun sangatlah memuliakan Syaikh Sa’id.
Maka titah baginda, “Adapun hamba memanggil tuan hamba ini karena janji hamba dengan tuan
hamba ini hendak masuk agama Islam itulah.”
Sesudah itu maka diajarkanlah kalimat syahadat oleh Syaikh Sa’id. Maka raja pun kararlah membawa
agama Islam. Setelah sudah raja mengucap kalimat syahadat itu, maka Syaikh Sa’id pun mengajarkan
kalimat syahadat kepada segala menteri hulubalang dan rakyat yang ada hadir itu pula.
Syahdan pada zaman itu segala rakyat yang di dalam negeri juga yang membawa agama Islam, dan
segala rakyat yang di luar daerah negeri seorang pun tiada yang tidak masuk Islam. Adapun raja itu
sesungguhnya ia membawa agama Islam, maka menyembah berhala dan makan babi itu yang
ditinggalkan. Lain daripada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun tiada diubahnya.
Sumber: smadgreen.blogspot.com

MENGAMATI
Carilah cerita rakyat di daerah Anda! Tentukan hal-hal pokok dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya!

1. Mengidentifikasi Isi Pokok Cerita Hikayat dengan Bahasa Sendiri


Kegiatan mendengarkan hikayat memiliki banyak manfaat. Kita dapat mengetahui tentang budaya, moral,
dan nilai-nilai kehidupan lain. Kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan dari mendengarkan cerita hikayat.
Langkah-langkah mendengarkan cerota hikayat dengan baik sebagai berikut.
a. Berkonsentrasi untuk dapat mencatat tema dan inti cerita.
b. Menuliskan bagian-bagian untuk membantu memahami alur.
c. Menyampaikan pertanyaan umum sebelum mendengarkan cerita hikayat: tokoh, peristiwa, tempat, atau
waktu peristiwa pengisahan terjadi.
d. Berlatih mengidentifikasi isi pokok cerita hikayat dengan bahasa sendiri.
Perhatikan contoh identifikasi isi pokok “Hikayat Patani” berikut!
a. Bersabar dan berikhtiar saat sedang sakit.
b. Kita harus menepati janji.
c. Bertawakal kepada Tuhan ketika menghadapi ujian.
d. Jangan menyerah dalam menghadapi cobaan.

MENANYA
Susunlah pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik, isi pokok, dan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat.
Ajukan pertanyaan kepada guru. Catatlah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan untuk menambah wawasan!

2. Mengientifikasi Karakter Hikayat


Karakteristik atau ciri-ciri teks cerita rakyat hikayat sebagai berikut.
a. Terdapat kemustahilan dalam cerita, yaitu hal-hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
b. Terdapat kesaktian tokoh-tokohnya, terutama tokoh utama cerita.
c. Bersifat anonim, tidak diketahui nama pengarang ceritanya. Hal ini merupakan akibat dari proses
perkembangan atau penyebaran cerita hikayat yang secara lisan dan turun-temurun, bahkan sejak dahulu
masyarakat memercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata.
d. Cerita bersifat Istanasentris, yaitu cerita hikayat biasanya bertema dan berlatar tempat kerajaan atau
negeri yang dipimpin oleh seorang rajaatau di dalam suatu kerajaan.
Perhatikan identifikasi karakteristik pada “Hikayat Patani” berikut!
a. Kemustahilan
Kemustahilan merupakan karakteristik khas dari hikayat. Dalam hikayat sering kali ditemukan
kemustahilan, baik dalam gaya bahasa maupun cerita.
1) Menderita sakit lama dan tidak kunjung sembuh meski telah diobati tabib.
Kutipan teks:
Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala tubuhnya, dan beberapa segala
orang dan tabib mengobati tiada juga sembuh.
2) Tidak semua orang mampu menyembuhkan penyakit.
Kutipan teks:
Dari karena itulah maka titah raja menyuruh memalu canang ini, maka barang siapa bercakap
mengobati raja itu, jikalau sembuh penyakitnya, diambil raja akan menantu.
b. Kesaktian
Selain mengandung kemustahilan, hikayat juga menceritakan tokoh-tokoh yang mempunyai kesaktian.
1) Mampu menyembuhkan penyakit yang lama diderita.
Kutipan teks:
Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi menantu raja itu hamba tiada mau, dan jikalau mau raja
masuk agama Islam, hambalah cakap mengobat penyakit raja itu.
2) Berhasil mengobati penyakit..
Kutipan teks:
Arkian maka Syaikh Sa’id pun bermohonlah kepada baginda, lalu kembali ke rumahnya. Antara berapa
hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah.
c. Istanasentris
Kisah-kisah hikayat umumnya bercerita tentang lingkungan istana. Tokoh-tokoh adalah raja atau
bangsawan dan keluarganya. Latar tempat dalam hikayat berupa kerajaan atau kesultanan.
1) Paya Tu Kerub Mahajana, raja di Kota Maligai
Kutipan teks:
Inilah suatu kisah yang diceritakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri Patani
Darussalam itu. Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana.
2) Paya Tu Naqpa, pengganti takhta ayahnya.
Kutipan teks:
Syahdan maka Paya Tu Antara pun naik kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai
dirinya Paya Tu Naqpa.
3) Meminta nasihat kepada menteri hulubalang
Kutipan teks:
Maka titah baginda, “Hai segala menteri hulubalangku, apakah bicara kamu sekalian karena aku
hendak mengikut agama Islam?”
d. Bersifat anonim
Nama pengarang dari hikayat tidak diketahui oleh masyarakat. Hikayat disampaikan secara lisan turun-
temurun seperti sastra lama pada umumnya. Meski begitu, ada juga hikayat yang ditulis tangan dan
beredar di masyarakat.
e. Alur cerita berbingkai
Alur cerita hikayat berbingkai. Artinya, di dalam cerita terkandung lagi sebuah cerita. Hal itu membuat
hikayat menjadi sangat panjang, rumit, dan melelahkan pembaca dalam menyimaknya. Namun, di sisi lain
justru membuat pengetahuan pembaca tentang kisah yang disajikan hikayat menjadi makin bertambah.
f. Menggunakan bahasa Melayu klasik
Hikayat merupakan prosa lama yang berisi cerita dengan bahasa Melayu klasik. Hikayat digubah pada
abad 18 Masehi ketika bahasa Melayu klasik menjadi salah satu bahasa utama. Hikayat menggunakan
bahasa yang klise dalam pengungkapannya (banyak ditemukan kata arkais yang diulang-ulang, misal
hatta, maka, arkian).

3. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Hikayat


Cerita hikayat sarat kandungan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai tersebut untuk menegakkan agama,
meningkatkan moralitas, serta memperbaiki tata laku dan kemampuan berbahasa masyarakat. Nilai-nilai yang
terkandung dalam hikayat, antara lain nilai agama, moral, budaya, sosial, pendidikan, dan estetika. Hikayat
bersifat sosial dan universal manusia (kisah kebaikan memerangi kejahatan), tradisional (meneruskan tradisi
yang dianggap baik), dan didaktis (mendidik secara moral dan religius).
Perhatikan contoh identifiikasi nilai-nilai yang terkandung pada “Hikayat si Miskin” berikut!
a. Nilai agama
Konsep nilai : Seorang raja yang lebih menyembah berhala dibanding menyembah Tuhan.
Kutipan teks : Demi berhala yang kusembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh
penyakitku ini selama-lamanya.
Konsep nilai : Perbuatan raja ketika menepati janji kepada syaikh untuk memeluk Islam. Ia pun
memeluk Islam, namun perbuatan menyembah berhala dan memakan babi masih
dilakukan.
Kutipan teks : Adapun raja itu sesungguhnya ia membawa agama Islam, maka menyembah berhala dan
makan babi itu yang ditinggalkan. Lain daripada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun
tiada diubahnya.
Konsep nilai : Perilaku raja yang meremehkan janjinya untuk memeluk agama Islam ke kehidupannya.
Kutipan teks : Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Maka raja pun
mungkirlah akan janjinya dengan Syaikh Sa’id itu.
b. Nilai moral
Konsep nilai : Seorang syaikh yang mengajak raja dan para keluarganya masuk Islam dan bukan menyembah
berhala. Dia juga tidak mengharap imbalan ketika menyembuhkan raja.
Kutipan teks : Maka sembah Syaikh Sa’id, “Jikalau Tuanku masuk agama Islam, hambalah mengobat penyakit
Duli Syah Alam itu.”
Konsep nilai : Perbuatan seorang raja yang ingkar janji untuk masuk Islam.
Kutipan teks : Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Maka raja pun mungkirlah
akan janjinya dengan Syaikh Sa’id itu.
Konsep nilai : Seorang yang berperilaku sombong dan angkuh karena menganggap dirinya yang paling
berkuasa.
Kutipan teks : Maka titah raja kepada bentara, “Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkau katakan
padanya jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjiku dengan dia itu. Demi berhala yang
kusembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya.”
Konsep nilai : Perbuatan seorang raja yang menganggap semua perbuatan dapat dibayar dengan imbalan yang
berupa harta.
Kutipan teks : Maka baginda pun memberi titah kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah
negeri. Barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau sembuh, raja ambilkan menantu.
c. Nilai sosial
Konsep nilai : Seorang raja yang kurang membaur kepada rakyatnya, sehingga ketika ia sakit tak satupun orang
yang ada di daerah negeri itu mengacuhkannya.
Kutipan teks : Hatta maka canang itu pun dipalu oranglah pada segenap daerah negeri itu, tujuh hari lamanya,
maka seorang pun tiada bercakap.
Konsep nilai : Tindakan raja yang memeluk agama Islam kemudian diikuti oleh para menteri dan rakyatnya.
Kutipan teks : Maka raja pun kararlah membawa agama Islam. Setelah sudah raja mengucap kalimat syahadat
itu, maka Syaikh Sa’id pun mengajarkan kalimat syahadat kepada segala menteri hulubalang dan rakyat yang
ada hadir itu pula.
d. Nilai pendidikan
Konsep nilai : Memiliki kecakapan/ilmu untuk mengobati raja.
Kutipan teks : Maka kata Syaikh Sa’id, “Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi menantu raja itu hamba
tiada mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam, hambalah cakap mengobat penyakit raja itu.”
e. Nilai budaya
Konsep nilai : Kedudukan raja diperoleh berdasarkan keturunan.
Kutipan teks : Syahdan maka Paya Tu Antara pun naik kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia
menamai dirinya Paya Tu Naqpa.
f. Nilai estetika
Konsep nilai : Ungkapan penolakan dengan sopan.
Kutipan teks : Maka kata Syaikh Sa’id pada hamba raja itu, “Tuan Hamba pergilah sembahkan ke bawah Duli
Raja, tiada hamba mau mengobati raja lagi karena janji raja dengan hamba tiada sungguh.”

Tugas Mandiri
Carilah teks hikayat dari berbagai sumber. Identifikasilah isi pokok dan karakteristik hikayat tersebut!

Tugas Kelompok
Bentuklah kelompok diskusi beranggota 4−5 siswa. Bacalah sebuah hikayat. Identifikasilah nilai-nilai yang
terkandung dalam hikayat tersebut. Presentasikan hasilnya di depan kelas!

Soal Latihan
1. Apa dimaksud hikayat?
2. Apa ciri khas dari cerita hikayat?
3. Sebutkan contoh hikayat pengaruh Islam!
4. Sebutkan karakteristik cerita hikayat!
5. Sebutkan sifat yang menonjol dari cerita hikayat!

B. Mengembangkan Makna (Isi dan Nilai) Hikayat


1. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Hikayat yang Masih Sesuai dengan Kehidupan Saat Ini
Nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat dapat dijadikan pedoman dalam menilai berbagai kejadian
yang ditemui dalam kehidupan. Nilai melibatkan keyakinan umum tentang cara bertingkah laku yang diinginkan
dan tidak diinginkan; serta tujuan atau keadaan akhir yang diinginkan atau tidak diinginkan.
a. Nilai religius
Nilai religius adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran agama, berhubungan dengan perilaku memercayai
Tuhan, pengamalan agama, dan sejenisnya.
b. Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai yang berkaitan dengan budaya masyarakat tertentu, seperti perilaku dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat. Nilai budaya berkembang secara turun-menurun di dalam kehidupan
sosial/masyarakat.
c. Nilai etika
Nilai etika atau moral adalah nilai yang mengajarkan kepada manusia bahwa terhadap orang lain harus
saling menghormati, tidak menyakiti, tidak melakukan tindakan asusila, dan sebagainya.
d. Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial, yaitu seseorang tidak dapat hidup
sendiri, selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
e. Nilai pendidikan atau edukasi
Nilai pendidikan adalah nilai mengajarkan bagaimana seseorang harus berperilaku baik, dewasa,
bermanfaat, serta dapat membedakan yang baik dan buruk.
f. Nilai estetika
Nilai estetika adalah nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Nilai estetika melekat pada suatu
karya.
Untuk lebih memahami identifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan saat
ini, perhatikan contoh identifikasi hikayat berikut.
Kutipan Hikayat Analisis
Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit Terdapat nilai budaya, yaitu mencari me-
merkah segala tubuhnya, dan beberapa segala orang dan tabib nantu melalui sayembara. Nilai budaya ini
mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda pun memberi titah sudah tidak sesuai dengan kehidupan
kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah saat ini.
negeri. Barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau
sembuh, raja ambilkan menantu.
Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa’id itu demikian, Terdapat nilai moral, yaitu mengingkari
maka raja pun berteguh-teguh janjilah dengan Syaikh Sa’id. janji yang telah dibuat. Nilai moral ini
Arkian maka Syaikh Sa’id pun duduklah mengobat raja itu. Ada masih banyak dijumpai saat ini.
lima hari maka Syaikh Sa’id pun bermohonlah pada raja kembali Seseorang yang berjanji akan melakukan
ke rumahnya. Hatta antara tengah bulan lamanya, maka sesuatu jika ditolong, tetapi setelah
penyakit raja itu pun sembuhlah. Syahdan raja pula mangkir ditolong mengingkari janjinya.
akan janjinya dengan Syaikh Sa’id.

2. Menjelaskan Kesesuaian Nilai-Nilai dalam Hikayat dengan Kehidupan Saat ini dalam Teks Eksposisi
Menyusun suatu teks menggunakan nilai-nilai dari cerita hikayat yang sudah diidentifikasi yang
dikembangkan menjadi teks eksposisi. Teks eksposisi adalah teks atau karangan yang mempunyai tujuan untuk
memberikan informasi tentang sesuatu sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca. Teks eksposisi
bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan teks eksposisi bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, atau
pengalaman. Struktur teks eksposisi memiliki kesinambungan secara berurutan. Struktur teks eksposisi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan penegasan ulang pendapat.
Perhatikan contoh berikut!
Nilai dalam Hikayat Tesis
Nilai moral adalah nilai yang Hingga saat ini masih banyak orang yang memiliki moral buruk.
berhubungan dengan baik buruknya Salah satunya mengingkari janji yang telah dibuat. Padahal sebelum
sikap atau perbuatan seseorang. diberi pertolongan, orang tersebut telah mengikrarkan sebuah janji.
MENGEKSPLORASI
Carilah berbagai sumber informasi mengenai kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat. Buatlah rangkuman
berdasarkan informasi tersebut!

Tugas Mandiri
Bacalah sebuah teks hikayat. Identifikasi nilai-nilai dalam hikayat tersebut yang masih sesuai dengan kehidupan
sekarang. Kumpulkan kepada guru!

Tugas Kelompok
Bentuklah kelompok yang beranggotakan 4−5 siswa. Bacalah sebuah hikayat. Berdiskusilah untuk menjelaskan
kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat tersebut sesuai dengan kehidupan sekarang menggunakan teks eksposisi.
Presentasikan hasilnya di depan kelas. Kelompok lain menanggapi!

Soal Latihan
1. Dapat dijadikan sebagai apa nilai yang terkandung dalam hikayat?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai religius?
3. Jelaskan mengenai isi dari hikayat!
4. Apa yang dimaksud dengan teks eksposisi?
5. Sebutkan struktur teks eksposisi!

C. Membandingkan Nilai dan Kebahasaan Hikayat dengan Cerpen


Hikayat dan cerpen memiliki kesamaan karena merupakan teks narasi fiksi. Nilai-nilai yang terkandung
dalam hikayat sama dengan dalam cerpen. Kedua teks tersebut memiliki unsur instrinsik sama, yaitu tema,
tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur. Kaidah bahasa yang mendominasi adalah
penggunaan majas dan konjungsi urutan waktu dan kejadian.
1. Mengidentifikasi Karakteristik Bahasa Hikayat
Hikayat merupakan karya sastra klasik. Usianya jauh lebih tua dibandingkan usia negara Indonesia.
Tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia saat ini. Kata-kata yang jarang digunakan
bahkan asing disebut kata-kata arkais (kata-kata yang berhubungan dengan masa dahulu atau berciri kuno, tua;
tidak lazim dipakai lagi; ketinggalan zaman).
Perhatikan contoh kata-kata arkais dalam “Hikayat Patani” berikut!
Kata Arkais Makna Kamus
Hatta Lalu, sudah itu lalu, atau maka
Arkian Sesudah itu, kemudian dari itu
Maka Lalu, sudah itu lalu
Dalam menganalisis nilai dan kebahasaan cerita rakyat, harus dipahami nilai-nilai yang terkandung
dalam teks dan struktur pembangun teks cerita rakyat, struktur teks cerita rakyat, antara lain orientasi,
komplikasi, resolusi, dan koda.
2. Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat
Cerita pendek dan hikayat memiliki persamaan. Keduanya merupakan jenis karya sastra berbentuk
prosa yang menggambarkan kisah yang dialami tokoh dengan berbagai konflik serta terdapat solusi atau
penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Berikut fitur kebahasaan dalam teks cerpen dan hikayat.
a. Gaya bahasa
Aspek bahasa berfungsi untuk meningkatkan efek makna. Dengan cara memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal lain tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan
gaya bahasa akan menimbulkan makna konotasi. Mekipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya
bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen. Dari segi
bahasa, hikayat mempunyai kekhasan yaitu menggunakan bahasa Melayu Klasik yang ditandai dengan
penggunaan banyak kata penghubung dan kata-kata arkais. Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat
berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Jenis
majas yang digunakan dalam cerpen dan hikayat, yaitu majas antonomasia, majas-majas perbandingan
(perumpamaan (simile), metafora, hiperbola, personifikasi), atau majas-majas pertentangan (ironi, litotes atau
paradoks). Persamaan hikayat dan cerpen lainnya dapat dilihat dari penggunaan gaya bahasa dan
pengembangan alur.
b. Konjungsi (kata hubung)
Kata penghubung adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa
dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak
menceritakan urutan peristiwa atau kejadian sehingga untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut,
keduanya menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian, misalnya sebelum, lalu, ketika.
Perhatikan cerpen berikut untuk membandingkan dengan “Hikayat Patani”.
Rumahku Istanaku
Sebuah proyek pembangunan kantor bertingkat terpaksa terhambat dan terhenti pengerjaannya.
Beberapa kendaraan berat mogok bekerja. Semua itu terjadi akibat salah satu kepala keluarga menolak
menjual rumah dan tanahnya kepada pihak perusahaan yang akan memulai pembangunan. Semua
rumah telah rata dengan tanah, para pemiliknya telah menjual kepada perusahaan yang memerlukan
lahan. Kecuali satu, Pak Dedi menolak tegas menjual rumah dan tanahnya. Setiap kali ada pihak
perusahaan yang bermaksud melakukan negosiasi dengan Pak Dedi, namun langsung diusir bahkan
diancam akan dilempar gelas. Menariknya, ada satu kalimat yang selalu keluar dari mulutnya. “Anak
sulungku akan pulang dari Hong Kong. Saat dia datang aku akan mewarisi rumah ini kepadanya,” begitu
ucapannya.
“Mereka itu mau menggusur rumah kita, Risa. Untung ada kamu. Cuma kamu yang bisa mengerti
Bapak, Risa. Kamu adalah anak Bapak yang paling bisa diandalkan,” kata Pak Dedi sambil tersenyum
penuh harap kepada Risa.
“Pak, Ibu bilang ada tanah murah di Wonosobo. Di sana udaranya sejuk dan asri. Sepertinya enak
kalau Risa tinggal di sana. Sama Bapak juga,” ucap Risa sambil tersenyum. Mendengar ucapan anaknya
itu, Pak Dedi berhenti makan kemudian menatap serius anaknya itu.
“Jadi kamu datang ke sini bukan untuk membantu Bapak mempertahankan rumah kita, tetapi untuk
membujuk Bapak,” ucap Pak Dedi dengan nada pelan tanpa memandang wajah anaknya yang sudah
enggan dilihat lagi.
“Kamu tahu? Dahulu kakekmu dan Bapak tinggal menumpang di rumah saudara. Sampai perlahan-
lahan kami membangun rumah ini. Rumah ini satu-satunya kenangan dan peninggalan kakekmu! Satu
per satu bata merah Bapak susun bersama kakekmu, tembok pun jadi. Kemudian Bapak goreskan kuas
dan mengisi tembok ini dengan warna hijau muda sesuai permintaan nenekmu. Di sini Bapak
menghabiskan masa muda dengan kakek dan nenekmu,” ujar Pak Dedi menceritakan semuanya.
“Mungkin benar, aku egois,” kata Pak Dedi sambil tersenyum.
Pak Dedi mengambil sebuah kartu nama. Di kartu itu tertulis nama seorang petugas perusahaan yang
hendak membeli rumah dan tanah Pak Dedi. Di sana juga ia melihat sebuah nomor telepon untuk
dihubungi. Pak Dedi tersenyum kemudian memandangi ruangan rumah ini untuk terakhir kalinya.
Keesokan paginya, warga kampung digegerkan oleh peristiwa yang tak pernah diduga sebelumnya.
Pukul 05.30, rumah Pak Dedi kebakaran. Api sudah sangat besar melahap rumah Pak Dedi saat warga
dan petugas pemadam kebakaran datang sehingga sudah cukup sulit memadamkan api. Risa anak Pak
Dedi menangis histeris melihat rumah kesayangan bapaknya ludes terbakar api.
Penyebab kebakaran pun belum jelas. Akan tetapi, warga menemukan sebuah kartu nama
perusahaan yang hendak membangun gedung bertingkat. Kartu itu tergeletak agak jauh dari rumah.
Warga pun beramai-ramai mencurigai perusahan itu menjadi dalang pembakaran rumah Pak Dedi.
Pembangunan itu tak bisa dilanjutkan untuk waktu yang lama. Sedangkan, Pak Dedi yang menghilang
misterius masih menjadi pertanyaan warga kampung dan keluarganya.
Sumber: https://www.kompasiana.com/harry36566/5e15c2f8d541df7fa227e6f2/cerpen-rumahku-istanaku

Setelah membaca cerpen tersebut, perhatikan hasil perbandingan kebahasaan pada cerpen “Rumahku
Istanaku” dengan “Hikayat Patani” berikut.
Kaidah Hikayat Cerpen
Kebahasaan
Majas - Majas hiperbola: Hatta antara setahun lamanya - Majas personifikasi: Beberapa
maka raja itu pun sakit pula, terlebih daripada sakit kendaraan berat mogok
yang dahulu itu, dan duduk pun tiada dapat barang bekerja.
seketika. - Majas hiperbola: Di sini Bapak
- Majas personifikasi: Baiklah berhala tuan raja itulah menghabiskan masa muda
akan saksinya hamba. Jikalau lain kalanya tiadalah dengan kakek dan nenekmu.
hamba mau mengobat raja lagi.
Konjungsi - Tuan Hamba pergilah sembahkan ke bawah Duli
Raja, tiada hamba mau mengobati raja lagi karena
janji raja dengan hamba tiada sungguh.
- Demi berhala yang kusembah ini, jikalau aku
mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh
penyakitku ini selama-lamanya.

MENGASOSIASI
Diskusikan bersama kelompok Anda tentang cara membandingkan cerpen dan hikayat. Buatlah rangkuman dari
hasil diskusi tersebut!

Tugas Mandiri
Carilah sebuah teks hikayat di perpustakaan. Analisislah kebahasaan hikayat tersebut.

Tugas Kelompok
Bentuklah kelompok diskusi yang beranggota 4−5 siswa. Carilah masing-masing sebuah hikayat dan cerpen.
Bandingkan kebahasaan kedua teks tersebut. Presentasikan hasilnya di depan kelas!

Soal Latihan
1. Sebutkan ciri bahasa yang dominan dalam hikayat!
2. Apa yang dimaksud dengan kata arkais?
3. Apa yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik dalam cerpen?
4. Jelaskan penggunaan majas dalam hikayat!
5. Sebutkan jenis-jenis majas yang digunakan dalam cerpen dan hikayat!

D. Mengembangkan Cerita Rakyat ke dalam Bentuk Cerpen


Menuliskan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerita pendek (cerpen) dengan mengambangkan kreasi dan
imajinasi. Unsur intrinsik yang menentukan keberhasilan sebuah cerpen atau hikayat dalam menyampaikan
cerita, yaitu alur. Alur adalah rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat yang membentuk
satu rangkaian cerita utuh.
1. Membandingkan Alur Cerita dalam Hikayat dan Cerpen
Karakteristik alur dalam hikayat yaitu beralur maju dan alur berbingkai. Alur maju adalah alur cerita yang
dimulai dari masa lalu ke masa kini atau masa kini ke masa yang akan datang. Alur berbingkai adalah alur cerita
di dalam cerita. Alur berbingkai dalam hikayat disajikan dengan menghadirkan tokoh yang bercerita tentang
suatu kisah.
Bacalah perbandingan alur pada cerpen “Rumahku Istanaku” dan “Hikayat Patani” berikut!
a. Hikayat menggunakan alur berbingkai
Kutipan teks:
Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembali bersembahkan kepada tumenggung
seperti kata Syaikh Sa’id itu. Arkian maka tumenggung pun dengan segeranya pergi maklumkan kepada
bendahara seperti kata penghulu canang itu. Setelah bendahara mendengar kata tumenggung itu, maka
bendahara pun masuk menghadap baginda menyembahkan seperti kata tumenggung itu.
b. Cerpen menggunakan alur maju
Kutipan teks:
Setiap kali ada pihak perusahaan yang bermaksud melakukan negosiasi dengan Pak Dedi, namun langsung
diusir bahkan diancam akan dilempar gelas. Menariknya, ada satu kalimat yang selalu keluar dari mulutnya.
“Anak sulungku akan pulang dari Hong Kong. Saat dia datang aku akan mewarisi rumah ini kepadanya,” begitu
ucapannya.

2. Meceritakan Kembali Isi Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen sebagai
berikut.
a. Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal.
b. Menggunakan kosakata bahasa Indonesia saat ini (mengganti kata arkais dengan diksi yang dipakai
sekarang).
c. Menggunakan gaya bahasa yang sesuai.
d. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
Bacalah contoh hasil menceritakan kembali isi hikayat “Si Miskin” dalam bentuk cerpen berikut!
Si Miskin semula adalah raja yang dibuang oleh Batara Indera. Ia dan istrinya berkelana sampai ke
Negeri Antah Berantah. Beberpa bulan kemudian sang istri melahirkan bayi laki-laki. Bayi itu diberi nama
Marakarmah (anak di dalam kesukaran. Ketika si Miskin menggali tanah untuk membangun sebuah
rumah didapatnya sebuah tajau penuh emas yang sangat banyak. Bahkan tidak akan habis untuk anak
cucunya. Dengan takdir Allah, si Miskin berhasil mendirikan sebuah kerajaan.
Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan istrinya bernama Tuan Putri Ratna
Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tak lama kemudian lahirlah anak kedua perempuan bernama
Nila Kesuma. Maharaja Indera Angkasa berlaku adil dan pemurah sehingga memasyhurkan Kerajaan
Puspa Sari dan menjadikan iri hati Maharaja Indera Dewa di Negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Angkasa ingin mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli nujum dari
Negeri Antah Berantah. Namun, ia dihasut agar menyuruh pergi kedua anaknya. Tak lama setelah
kepergian anak-anaknya, Kerajaan Puspa Sari terbakar.
Marakarmah dan Nila Kesuma sampai di tengah hutan. Saat mencari api ke kampung,
Marakarmah disangka pencuri. Ia dipukuli kemudian dibuang ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja
Mengindera Sari, putra mahkota dari Palinggam Cahaya. Keduanya akhirnya menikah dan Sari Kesuma
berganti nama menjadi Mayang Mengurai.
Adapun nasib Marakarmah terdampar di wilayah raksasa yang menawan Cahaya Chairani.
Marakarmah diselamatkan oleh Cahaya Chairani dan melarikan diri dengan menumpang sebuah kapal.
Namun, nahkoda kapal yang tertarik pada Cahaya Chairani mendorong Marakarmah sehingga ditelan
ikan nun. Beruntung Marakarmah diselamatkan Nenek Kebayan.
Marakarmah akhirnya dapat berjumpa kembali dengan istrinya, Cahaya Chairani. Ia pun berhasil
menemukan adiknya. Selanjutnya, Marakarmah mencari orang tuanya yang telah jatuh miskin kembali. Ia
berhasil membangun kembali Kerajaan Puspa Sari. Marakarmah berhasil mengalahkan Negeri Antah
Berantah dikalahkan, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera.
Ia menggantikan takhta Sultan Mangindera Sari sebagai raja di Palinggam Cahaya.

MENGOMUNIKASIKAN
Presentasikan hasil diskusi kelompok Anda tentang perbandingan cerpen dan hikayat pada kegiatan
sebelumnya!

Tugas Mandiri
Bacalah sebuah cerita hikayat di perpustakaan. Ubahlah menjadi cerita pendek lalu bacakan hasilnya di depan
kelas!

Tugas Kelompok
Bentuklah kelompok diskusi yang beranggota 4−5 siswa! Carilah sebuah cerpen dan hikayat dari berbagai
sumber. Bandingkan alur dan nilai yang terkandung dari kedua teks tersebut. Presentasikan hasilnya di depan
kelas!

Soal Latihan
1. Apa yang perlu dikembangkan dalam menuliskan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen?
2. Unsur intrinsik apa yang menentukan keberhasilan sebuah cerpen atau hikayat dalam menyampaikan cerita?
3. Jelaskan karakteristik alur dalam hikayat!
4. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen!
5. Sebutkan langkah-langkah mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen!
EVALUASI KOMPETENSI 4
A. Berilah tanda silang (X) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. Pernyataan yang tepat tentang fungsi cerita rakyat adalah ....
a. Cerita rakyat sebagai sarana penyampaian suatu ajaran agama .
b. Cerita rakyat sebagai sarana penyampaian ajaran moral yang mendidik dan menghibur
c. Cerita rakyat sebagai profesi/mata pencaharian pendongeng pada zaman dahulu.
d. Cerita rakyat sebagai sarana penyampaian suatu adat atau budaya suatu daerah.
e. Cerita rakyat sebagai sarana penyampaikan materi pelajaran suatu ilmu selain pendidikan formal.
2. Berikut yang bukan merupakan ciri cerita rakyat adalah ....
a. disampaikan turun-temurun secara lisan
b. tidak diketahui pembuatnya atau bersifat anonim
c. memiliki bentuk yang jelas dan baku dalam susunan dan pengungkapannya
d. berkembang dari mulut ke mulut sehingga mempunyai banyak versi dan variasi
e. merupakan karya yang bersifat tradisional dan sarat nilai-nilai luhur
3. Perhatikan teks berikut!
Karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita, undang-undang, dan silsilah yang bersifat
rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. yang dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Pernyataan tersebut mengacu pada sebuah pengertian dari ....
a. cerita rakyat
b. cerita pelipur lara
c. cerita jenaka
d. cerita panji
e. cerita hikayat
Cermatilah kutipan cerita berikut untuk menjawab soal nomor 4 dan 5!
Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang yang empunya kampung itu melihat akan dia,
maka diusirnyalah dengan kayu, maka si Miskin itu pun larilah, ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh
orang pasar itu si Miskin datang, mereka masing-masing pun datang, ada yang melontari dengan batu,
ada yang memalu dengan kayu, maka si Miskin itu pun larilah tunggang langgang. Tubuhnya habis
berlumur darah. Maka menangislah ia tersedu-sedu sepanjang jalan itu dengan tersangat lapar
dahaganya seperti akan matilah rasanya. Maka ia pun bertemu dengan tempat orang membuangkan
sampah-sampah. Maka berhentilah ia di sana, maka dicaharinyalah di dalam sampah yang bertimbun itu
barang yang boleh dimakannya.
4. Sikap amoral dalam kutipan tersebut adalah ….
a. kepedulian masyarakat pada kehidupan sekitarnya
b. ketidakpedulian masyarakat kepada orang yang miskin
c. sikap orang miskin yang tetap bertahan hidup
d. perlakuan orang kampung kepada orang pasar
e. pengusiran orang miskin di kampung atau kota
5. Nilai yang menonjol dalam cerita tersebut adalah ....
a. nilai etika
b. nilai budaya
c. nilai sosial
d. nilai edukasi
e. nilai religius
Cermatilah kutipan hikayat berikut untuk menjawab soal nomor 6−8!
Pemburu itu merentangkan jaringnya dan membubuh umpannya berkeliling, kemudian bersembunyilah ia
di balik hutan itu. Seketika datanglah sekawanan burung tekukur, adalah dalam sekawanan tekukur itu
seorang rajanya. Sekalian tekukur itu singgahlah memakan umpan itu. Sekaliannya itu pun terkenalah jaring
itu. Demi dilihat oleh pemburu itu segala tekukur itu sudah terkena jaring,sukacitalah ia terlalu sangat serta
berlari-lari datang hendak menangkap burung itu.
Pada ketika itu berkatalah raja tekukur itu kepada segala rakyatnya, “Hai kamu sekalian, dengarlah
olehmu bicaraku. Sementara belum datang pemburu itu. Hendaklah kamu sekalian terbangkan jaring itu,
supaya kita terlepas daripada bahaya ini.” Demi didengar oleh segala tekukur itu akan titah rajanya,
sekaliannya itu pun terbanglah ke udara membawa jaring itu.
6. Hal mustahil yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah ...
a. Seorang mempunyai pikiran yang cerdik untuk melepaskan rakyatnya dari kebinasaan.
b. Raja tekukur ikut terbang bersama rakyatnya dan terjerat jaring pemburu.
c. Sekawanan burung tekukur menerbangkan jaring yang berisi teman-temannya yang terjerat.
d. Sekawanan burung tekukur memakan umpan yang ditebarkan pemburu di sekeliling jaring.
e. Dalam sekawanan burung tekukur terdapat seekor burung sebagai rajanya.
7. Nilai moral yang disiratkan dalam teks tersebut adalah ....
a. membantu orang lain dengan ikhlas
b. bersuka cita melihat jerat mengena sasaran
c. memberi makan burung-burung bebas
d. raja ikut sengsara bersama rakyatnya
e. menolong sesama dari kesulitan atau bahaya
8. Nilai sosial disiratkan dalam teks tersebut adalah….
a. mengoceh musuh dengan tipuan
b. bersuka cita melihat jerat mengena sasaran
c. memberi makan burung-burung bebas
d. raja ikut sengsara bersama rakyatnya
e. menolong sesama dari kesulitan atau bahaya
9. Cermati kutipan hikayat berikut!
Setelah tujuh hari tujuh malam berlayar, maka laksamana berkata pada mualim, "Berapa hari lagi kita
bertemu dengan tanah benua Keling?"
Maka kata mualim, “Hai panglima kami, sehari semalam lagi berlayar, maka kita bertemu dengan
sebuah pulau. Tiga hari tiga malam lagi, maka sampailah ke jajahan benua Keling. Daripada jajahan itu
tujuh malam, maka sampailah ke kuala benua Keling.”
Maka Laksamana pun berdiam dirilah. Maka antara sehari semalam, maka kelihatanlah suatu rupa,
seperti gajah kelihatan dari jauh. Maka Laksamana pun bertanya, “Hai mualim, pulau apa namanya itu?”
Maka kata mualim, “Hai panglima kami, itulah pulau yang bernama Biram Dewa. Adapun di pulau itu
tiada pernah orang singgah.”
Nilai kepahlawanan dalam kutipan cerita hikayat tersebut adalah ....
a. seorang laksamana yang berani berlayar untuk mencari nafkah keluarganya
b. seorang laksamana yang sanggup berlayar dari hari ke hari untuk mencari pulau yang terasing
c. seorang laksamana yang gagah perkasa dan suka mengarungi lautan untuk mencari nafkah
d. seorang laksamana yang tangkas yang tidak takut berlayar untuk kepentingan negaranya
e. seorang laksamana yang sabar berlayar dari pulau ke pulau untuk kepentingan dirinya
Cermatilah teks berikut untuk menjawab soal nomor 10−12!
Kebijaksanaan Bakhtiar itu amatlah menarik hati raja, lalu baginda meminta kepada saudagar Idris
supaya Bakhtiar ditinggalkan diam di istana bersama-sama baginda. tidak sekali-kali baginda mengetahui
bahwa Bakhtiar ialah putera baginda sendiri. Maka dari semenjak itu sentiasalah Bakhtiar berdamping
dengan raja. Hal ini telah menimbulkan rasa dengki sekalian menteri-menteri dan orang besar-besar
kepadanya, karena cakap-cakap mereka seolah-olahnya tiada terpakai lagi kepada raja. Mereka telah
mengadakan mufakat memfitnahkan Bakhtiar dengan tuduhan mengatakan ia telah mencuri emas milik raja.
10.Aspek nilai kehidupan yang paling menonjol dalam kutipan hikayat tersebut adalah nilai ....
a. agama
b. moral
c. estetika
d. sosial
e. budaya
11.Inti cerita Melayu Klasik tersebut adalah ....
a. para menteri akan memfitnah Bakhtiar
b. para menteri membenci sifat Bakhtiar
c. sifat bijaksana Bakhtiar membuat raja tertarik dengannya.
d. Bakhtiar sebenarnya putra raja
e. para menteri membenci sifat raja
12.Karakteristik yang menonjol dalam kutipan hikayat tersebut adalah ….
a. menggunakan alur mundur
b. menggunakan alur berbingkai
c. istana sentris
d. kemustahilan
e. tokoh memiliki kesaktian
13. Bacalah teks berikut!
Sangkuriang sangat mencintai Dayang Sumbi. Sedangkan, Dayang Sumbi telah mengetahui bahwa
dari bekas luka yang ada di kepalanya, Sankuriang itu anaknya sendiri. Agar tidak patah hati, Dayang
Sumbi mau menerima cintanya, asalkan dibuatkan perahu dalam satu malam dan telah siap untuk
berbulan madu sebelum fajar. Namun ternyata, Sangkuriang tak mampu menjadikan perahu itu secara
sempurna hingga fajar. Dayang Sumbi tidak memberi perpanjangan wakltu itu, maka ditendangnya dan
tertelungkup hingga kini menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Tema cerita rakyat tersebut adalah ....
a. cinta orang tua terhadap anak
b. cinta yang tak sampai
c. cinta anak sepenggala
c. cinta tanpa syarat
e. kasih anak terhadap ibu
Cermatilah kutipan cerita berikut untuk menjawab soal nomor 14 dan 15!
Di tengah perjalanan, Sri Rama bertemu seekor bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah
Sri Rama pada bangau itu perihal Shinta. Bangau mengatakan bahwa ia melihat bayang-bayang seorang
wanita dibawa oleh Maharaja Rawana. Sri Rama merasa senang mendapat petunjuk dari cerita bangau itu.
Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi lebih panjang sesuai
dengan keinginan bangau sebagai balas budi,.
14.Ciri cerita rakyat yang paling menonjol dalam kutipan cerita tersebut adalah tersebut adalah ....
a. bersifat didaktis (mendidik), baik moral maupun religius
b. mengandung hal-hal yang aneh, ajaib, atau mustahil
c. mengunakan bahasa klise dan kata-kata arkais
d. tidak berangka tahun dan bersifat komunal (menjadi milik masyarakat)
e. istana sentris (mengisahkan tokoh atau kehidupan istana/kerajaan)
15.Tokoh antagonis yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut adalah ....
a. Sri Rama
b. bangau
c. Maharaja Rawana
d. Shinta
e. Lakshmana
Cermatilah kutipan cerita berikut untuk menjawab soal nomor 16−18!
“Karna, ibu mohon kepadamu, bergabunglah dengan adik-adikmu Pandawa.”
“Maafkan Ananda, Ibu, sudah menjadi sumpah setiaku, aku tetap akan membela Hastinapura sampai titik
darah penghabisan.
“Kau tahu kalau Kurawa adalah orang-orang serakah, licik, dan picik. Namun, kenapa kau masih
membelanya?’
“Ananda bukan membela Kurawa, Ibu. Yang ananda bela adalah Hastinapura sebagai tanah kelahiran.
“Apakah kau tega akan membunuh adik-adikmu? Ibu berharap kau dan adik-adikmu dapat hidup
berdampingan. Ibu tak sanggup hidup melihat tumpahnya darah adik-adikmu.”
“Ibu jangan khawatir, aku jamin adik-adikku tidak akan gugur di medan laga. Namun, ananda tidak
mungkin akan bergabung dengan adik-adik Pandawa, Ibu. Apakah Ibu rela mempunyai anak yang tidak setia
janji.”
Kunti memahami maksud anaknya. Ia tak kuasa membantahnya. Satu-satunya yang masih mencoba
menentang tekad Karna hanyalah air matanya yang berlinang. Kunti pun memeluk Karna.
“Ibu, jangan bersedih, mungkin ini sudah suratan Dewata. Kupinta sampaikan pada adik-adikku Pandawa,
terutama Harjuna, bila nanti ia bertemu denganku, janganlah ia ragu-ragu untuk melawanku. Jangan anggap
aku sebagai kakaknya. Namun, anggap sebagai musuhnya.”
16.Tema kutipan cerita tersebut adalah ....
a. kepahlawanan
b. peperangan
c. pengkhinatan
d. sosial
e. cinta
17.Watak tokoh Karna dalam kutipan cerita tersebut adalah ....
a. penyayang terhadap sesama
b. sombong
c. teguh janji
d. keras kepala
e. tidak berbakti pada orang tua
18.Hal yang menarik dari cerita tersebut adalah ....
a. jalan ceritanya yang penuh konflik
b. tokoh Pandawa yang tetap menghormati Karna walaupun di pihak lawan
c. tokoh Kunti yang berusaha menyelamatkan Karna dan pandawa
d. suasana cerita yang mengharukan dan menegangkan
e. tokoh Karna mengutamakan kepentingan negara di atas segalanya
Cermatilah kutipan cerita berikut untuk menjawab soal nomor 19 dan 20!
Kedatangan Si Kulup di desanya terdengar oleh kedua orang tuanya. Sangatlah rindu kedua orang
tuanya, terlebih lagi emaknya. Emaknya menyiapkan makanan kesukaan Si Kulup, seperti ketupat, rebus
belut, panggang ayam, dan sebagainya. Kedua orang tuanya datang ke kapal sambil membawa makanan
kesukaan anaknya.
Sesampainya di kapal, kedua orang tua itu mencari anaknya Si Kulup. Si Kulup sudah menjadi saudagar
kaya, melihat kedua orang tuanya ia merasa malu. Oleh karena itu, diusirnya kedua orang tuanya. Buah
tangan yang dibawa emaknya pun dibuang.
19.Tema yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut adalah ....
a. kasih sayang orang tua
b. cinta anak sepenggalan
c. cinta tak sampai
d. kedurhakaan anak kepada orang tua
e. dendam yang tidak terbalas
20.Watak tokoh Kulup dalam cerita tersebut adalah ....
a. durhaka
b. jahat
c. baik hati
d. berbakti
e. sombong
21.Perhatikan kutipan hikayat berikut!
Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu sehingga anak sang raja
diasuh oleh inang pengasuh. Putri-putri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di
danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka.
Nilai yang terkandung pada kutipan hikayat “Bunga Kemuning” tersebut adalah ....
a. nilai budaya
b. nilai pendidikan
c. nilai moral
d. nilai sosial
e. nilai agama
22.Nilai yang berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan agama, dan sejenisnya
disebut nilai ....
a. pendidikan
b. sosial
c. religius
d. budaya
e. etika
23.Persamaan antara cerita hikayat dengan cerita pendek adalah pada ....
a. struktur teks
b. isi
c. gaya cerita
d. tema/amanat
e. bahasa
24. Cermatilah teks berikut!
Parjiman adalah tukang batu, tetangga Kurdi. Lumayan bagi mereka, mendapat proyek baru.
Rupanya, proyek rumah gedong itulah yang selalu diperbincangkan Kurdi di setiap kesempatan; di tempat
nikah, supitan, di tempat kerja bakti, sarasehan kampung, sampai ronda malam. Dia senantiasa tidak lupa
menceritakan rencananya membangun rumah gedongan itu.
Watak tokoh Kurdi dalam kutipan cerita tersebut adalah ....
a. sombong
b. egois
c. baik
d. lemah lembut
e. pemberani
25.Bagian struktur teks cerita yang menyajikan masalah yang dibungkus alur cerita adalah ....
a. abstraksi
b. orientasi
c. komplikasi
d. evaluasi
e. koda
26. Cermati kutipan hikayat berikut!
Setelah sampai ke negeri Yaman dengan takdir Allah ta’ala maka bertemulah dia dengan Ibraha.
Maka ditunjukanlah surat dan kiriman kepada daripada ayahnya itu. Setelah disambut surat dan kiriman
itu lalu dibacanya. Setelah sudah maka ujarnya,”Hambapun sahaja rindu akan ayahanda bunda, marilah
kita pulang.”
Alur yang digunakan dalam kutipan cerita tersebut adalah ....
a. alur meloncat-loncat
b. alur campuran
c. alur progresif
d. alur sorot balik (flasback)
e. alur regresif
27.Bagian struktur teks cerita yang memuat antiklimaks sebuah cerita adalah ....
a. abstraksi
b. orientasi
c. komplikasi
d. evaluasi
e. koda
28. Bacalah teks berikut!
Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa dan mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya
Indera Bangsawan kembali ke Kobat Sayhrial dengan selamat lalu dinobatkan menjadi raja Kobat
Syahrial menggantikan ayahnya. Indera Bangsawan hidup bahagia bersama Putri Kemala Sari.
Hal yang menonjol dalam kutipan cerita rakyat tersebut adalah ....
a. tema kepahlawanan
b. tokoh dan karakter
c. alur progresif
d. latar suasana bahagia
e. pesan moral
29.Bagian struktur teks cerita yang berisi amanat, nilai, atau pelajaran yang disisipkan penulis agar pembaca
dapat memetik suatu pelajaran dari cerita tersebut adalah ....
a. abstraksi
b. orientasi
c. komplikasi
d. evaluasi
e. koda
30. Cermatilah teks berikut!
Bagai kapas, seketika itu juga Bagus lunglai tak berdaya, melotot bersimpuh di lantai kepolisian. Hati
kecilnya menjerit karena merasa tidak bersalah. Namun, yang dapat dia lakukan hanyalah pasrah.
Gambaran bahwa dia akan dapat mengubah nasib lenyaplah sudah, tetapi yang didapat justru
malapetaka.
Amanat yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....
a. kita harus berdoa untuk meraih impian
b. kebahagiaan berasal dari hati
c. kita harus berpikir dahulu sebelum bertindak
d. kebahagiaan berasal dari hati
e. kita harus berusaha meraih impian

B. Lengkapilah pernyataan-pernyataan berikut dengan jawaban yang tepat!


1. Unsur yang membangun sebuah karya sastra adalah _______________________________
2. Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal atau imajinasi yang serbaindah.
Pernyataan tersebut merupakan salah satu ciri hikayat yang berarti____________________
3. Cerita hikayat menggunakan alur _______________________________________________
4. Latar tempat yang sangat meninjol dalam cerita hikayat adalah _______________________
5. Sang raja pun mengucap mantra dan seketika muncul seekor burung garuda besar.
Unsur yang menonjol dalam kutipan cerita tersebut adalah ___________________________
6. Unsur anonim pada hikayat berarti ______________________________________________
7. Sudut pandang yang digunakan dalam cerita hikayat adalah _________________________
8. Gaya bahasa dalam cerita hikayat cenderung _________________ dan ________________
9. Cerita Ramayana, Mahabarata termasuk dalam jenis cerita rakyat _____________________
10.Cerita rakyat yang menceritakan asal-usul suatu daerah disebut ______________________

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!


Cermatilah penggalan ulasan buku fiksi berikut untuk menjawab soal 1−3!
Enam mahasiswa dari latar belakang dan kondisi sosial-ekonomi berbeda menjalani kehidupan kampus
yang seru, lucu, dan mengharukan. Setelah menyelesaikan pendidikan di universitas negeri tersebut, mereka
terpisah dan menjalani kehidupannya masing-masing. Ada yang menjadi dosen di almamater, pengusaha,
pemusik, dan lain-lain. Berbagai kenyataan hidup mengadang mereka, mulai dari cinta, godaan materi, dan
cobaan mempertahankan idealisme. Dengan setting kehidupan kampus era 80-an, Gading-Gading Ganesha
terbilang segar jika disejajarkan dengan novel-novel bertema pendidikan yang sedang menjamur kala itu.
1. Jelaskan tema yang digunakan dalam buku fiksi tersebut!
Jawab: _______________________________________________________________________
2. Tuliskan keunggulan yang terdapat dalam penggalan ulasan dari buku fiksi tersebut!
Jawab: _______________________________________________________________________
3. Apakah nilai yang terkandung dalam novel tersebut?
Jawab: _______________________________________________________________________
Cermatilah kutipan hikayat berikut untuk menjawab soal nomor 4 dan 5!
Alkisah diceritakan oleh yang empunya ceritera ini, sekali peristiwa ada seorang raja di sebuah negeri,
Mada’in namanya. Raja itu bernama Kobat Syahril. Negeri itu terlalulah luas dan maha besar. Adapun raja itu
terlalu adil dengan murahnya, bangsawan, lagi budiman dan dermawan. Baginda dikasihi oleh segala
menteri dan hulubalang; segala isi rakyat negeri Mada’in itu amat kasih akan raja itu, sebab adil dan
murahnya. Seorang pun raja-raja tiada dapat melalui titahnya dan tiada dapat mengikut kelakuannya. Segala
negeri di dalam tanah Arab itu takluk di bawah perintahnya.
Adapun raja-raja itu ada empat puluh empat menterinya, tujuh ratus bentaranya, dan dua ratus pahlawan
yang gagah lagi kenamaan duduk di atas kursi keemasan, dan sembilan ratus raja-raja yang memakai
mahkota bertatahkan ratna mutu manikam. Maka di hadapan raja itu sepuluh laksa hulubalang memakai
zirah besi, tiada kelihatan tubuhnya, mengendarai kuda sembrani, dan tiga puluh ribu hamba tebusan
memakai pakaian keemasan berikat pinggang dewangga berumbai-rumbaikan mutiara. Sekalian mereka itu
berkhidmat kepadanya , senantiasa sehari-harian hadir menghadap
4. Jelaskan nilai yang dapat ditemukan dalam kutipan hikayat tersebut!
Jawab: _______________________________________________________________________
5. Apakah isi kutipan hikayat tersebut?
Jawab: _______________________________________________________________________
Cermatilah cuplikan hikayat berikut untuk menjawab soal nomor 6 dan 7!
Syahdan dinyatakan, ada seekor burung bergelar Cinderawasih. Asal usul burung tersebut ialah dari
kayangan. Berdasarkan orang arif dan bijaksana, mengatakan bahwa burung tersebut berasal dari syurga
dengan kepala berwarna kuning keemasan yang begitu menyilaukan dan begitu indah.
6. Tuliskan unsur yang paling dominan dari cerita hikayat tersebut!
Jawab: _______________________________________________________________________
7. Apakah pesan yang tersirat dari cuplikan hikayat tersebut?
Jawab: _______________________________________________________________________
8. Jelaskan teknik penokohan yang digunakan pengarang dalam mengenalkan tokoh cerita!
Jawab: _______________________________________________________________________
9. Jelaskan pengertian alur cerita berbingkai!
Jawab: _______________________________________________________________________
10.Apakah yang dimaksud unsur kemustahilan dalam cerita hikayat?
Jawab: _______________________________________________________________________

Perbaikan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Apakah yang dimaksud cerita rakyat!
Jawab: ____________________________________________________________________________
2. Sebutkan ciri-ciri teks cerita rakyat hikayat!
Jawab: ____________________________________________________________________________
5. Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat hikayat!
Jawab: ____________________________________________________________________________
3. Jelaskan sifat anonim yang dimiliki cerita rakyat!
Jawab: ____________________________________________________________________________
4. Jelaskan sifat istana sentris yang dimiliki cerita rakyat!
Jawab: ____________________________________________________________________________

Pengayaan
Identifikasilah unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai yang terkandung di dalam teks berikut!
HIKAYAT IBNU HASAN
Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan, banyak harta banyak
uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal du negeri Bagdad, yang
terkenal kemana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu.
Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasehati yang
berikiran sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan
biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak pengikutnya.
Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam,
dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya. ...
Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati,
bahwa Ia harus mengaji, katanya “Sekarang saatnya anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke Mesir,
carilah jalan menuju keutamaan.”
Ibnu Hasan menjawab, “Ayah jangan ragu-ragu, jangankan jalan menuju kemuliaan, jalan kematian pun
hamba jalani, semua kehendak orang tua, akan hamba turuti, tidak akan ku tolak, siang malam hanya
perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan.” ...
“Kelak, apabila ananda sudah sampai, ketempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri, karena jauh
dari orang tua, harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri, merasa
lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu
tidak akan senangkaena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong, kalau celaka tidak
akan diperhatikan, berada dirantau orang, kalau judes akan mendapatkan kesusahan, hati-hatilah menjaga
diri jangan menganggap enteng segala hal.”
Ibnu Hasan menjawab dengan takzim, “Apa yang Ibu katakan, akan selalu kuingat dan kucatat dalam
hati, doakanah aku agar selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah, pesan Ibu akan
kuperhatikan, siang dan malam.”
Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun,
mereka berangkat berjalan kaki, Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin
mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun.
Pada suatu hari, saatba’da zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang
baru pulang dari sekalah, Ibnu Hasan menyapa, “Anda pulang dari mana? “
Saleh menjawab dengan sopan, “Saya pulang sekolah.”
Ibnu Hasan bertanya lagi, “Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!“
Yang ditanya menjawab, “Apakah Anda belum tahu? “Sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar,
berhitung, menulis, mengeja, belajar tata krama, sopan santun kepada yang lebih tua dan yang lebih muda,
dan terhadap sesama harus sesuai aturan.”
Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya, dia segera pulang menghadap
kyai dan meminta izinnya, untuk belajar di sekolah, guna mencari ilmu.
“Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan?” Kyai berkata demikian, tujuan untuk
menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian.
Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu, “Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba besusah
payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu. Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak
kekurangan uang, ternaknya pun banyak, hamba tidak usah bekerja, karena tidak akan kekurangan. Namun,
pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah menunggal
dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya
harta itu habis, bukan bertambah. Distulah terlihat ternyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah
mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat saya karena modal sudah ada
saya hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anak pun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling
tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan melakukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak
seorang patih.”
Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.
Sumber: http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2016/11/19-hikayat-beserta-unsur-intrinsik-dan.html dengan pengubahan
KUNCI JAWABAN

Kunci Latihan Soal Materi


A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dan Isi Hikayat
1. Hikayat merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa. Hikayat umumnya berisi cerita, undang-
undang, silsilah rekaan, keagamaan, historis, dan biografis.
2. Hikayat merupakan cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan
kesaktian tokoh-tokohnya.
3. Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Si
Miskin, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Amir Hamzah.
4. Karakteristik hikayat, antara lain mengandung kemustahilan, tokoh utama mempunyai kesaktian, bersifat
anonim, istana sentris (berkisah seputar dunia istana), alur ceritanya berbingkai, serta menggunakan
bahasa Melayu klasik.
5. Hikayat bersifat sosial dan universal manusia (kisah kebaikan memerangi kejahatan), tradisional
(meneruskan tradisi yang dianggap baik), dan didaktis (mendidik secara moral dan religius).
B. Mengembangkan Makna (Isi dan Nilai) Hikayat
1. Nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat dapat dijadikan pedoman dalam menilai berbagai kejadian
yang ditemui dalam kehidupan.
2. Nilai religius adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran agama, berhubungan dengan perilaku memercayai
Tuhan, pengamalan agama, dan sejenisnya.
3. Hikayat adalah prosa lama yang berisi cerita atau kisah tentang kehebatan maupun kepahlawanan
seseorang, lengkap dengan keanehan, kesaktian, dan kemukjizatan tokoh utamanya yang tidak masuk
akal, dengan tujuan untuk pelipur lara, mengobati kesedihan, dan membangkitkan semangat juang.
4. Teks eksposisi adalah teks atau karangan yang mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang
sesuatu sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca.
5. Struktur teks eksposisi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan
penegasan ulang pendapat.
C. Membandingkan Nilai dan Kebahasaan Hikayat dengan Cerpen
1. Ciri yang dominan dalam hikayat adalah banyak menggunakan konjungsi pada setiap awal kalimat,
seperti hatta, maka, arkian, dan syahdan, serta menggunakan kata arkais.
2. Kata arkais adalah kata yang berhubungan dengan masa lalu atau berciri kuno dan tidak lazim lagi
dipakai pada saat ini.
3. Unsur ekstrinsik meliputi nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen tersebut, yang terdiri atas berbagai
aspek.
4. Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik
dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas.
5. Jenis majas yang digunakan dalam cerpen dan hikayat, yaitu majas antonomasia, majas-majas
perbandingan (perumpamaan (simile), metafora, hiperbola, personifikasi), atau majas-majas pertentangan
(ironi, litotes atau paradoks).
D. Mengembangkan Cerita Rakyat ke dalam Bentuk Cerpen
1. Menuliskan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerita pendek (cerpen) dengan mengambangkan kreasi
dan imajinasi.
2. Unsur intrinsik yang menentukan keberhasilan sebuah cerpen atau hikayat dalam menyampaikan cerita,
yaitu alur.
3. Karakteristik alur dalam hikayat yaitu beralur maju dan alur berbingkai. Alur maju adalah alur cerita yang
dimulai dari masa lalu ke masa kini atau masa kini ke masa yang akan datang. Alur berbingkai adalah alur
cerita di dalam cerita. Alur berbingkai dalam hikayat disajikan dengan menghadirkan tokoh yang bercerita
tentang suatu kisah.
4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen sebagai berikut.
a. Mengubah alur berbingkai pada hikayat menjadi alur tunggal pada cerpen.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang berlaku pada saat ini.
c. Menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan cerita.
d. Mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat.
5. Langkah-langkah mengubah isi hikayat ke dalam bentuk cerpen sebagai berikut.
a. Menganalisis gagasan pokok yang ada pada hikayat.
b. Menyusun gagasan-gagasan pokok tersebut menjadi sebuah sinopsis utuh.
c. Menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat.
d. Menentukan tema dari sinopsis yang telah Anda buat.
e. Membuat poin-poin alur dan tema tersebut hingga menjadi kerangka cerpen.
f. Mengembangkan poin alur tersebut menjadi sebuah cerpen yang memiliki tokoh dan latar berbeda
dengan teks asal, tetapi tetap memerhatikan alur dan nilai.

EVALUASI KOMPETENSI 4
A. Berilah tanda silang (X) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. b. Cerita rakyat sebagai sarana penyampaian ajaran moral yang mendidik dan menghibur
2. c. memiliki bentuk yang jelas dan baku dalam susunan dan pengungkapannya
3. e. cerita hikayat
4. b. ketidakpedulian masyarakat kepada orang yang miskin
Pembahasan:
Kutipan cerita tersebut menyiratkan sikap amoral berupa ketidakpedulian kepada sesama manusia
5. c. nilai sosial
Pembahasan:
Cerita tersebut menyoroti perilaku masyarakat dalam menghadapi masalah sosial.
6. c. Sekawanan burung tekukur menerbangkan jaring yang berisi teman-temannya yang terjerat.
7. a. membantu orang lain dengan ikhlas
8. e. menolong sesama dari kesulitan atau bahaya
9. b. seorang laksamana yang sanggup berlayar dari hari ke hari untuk mencari pulau yang terasing
10.b. moral
Pembahasan:
Nilai yang terkandung dalam kutipan cerita tersebut adalah nilai moral yang ditunjukkan oleh sikap tokoh
para menteri yang iri kepada Bakhtiar dan merencanakan tindakan yang tidak benar/melanggar norma.
11.c. sifat bijaksana Bakhtiar membuat raja tertarik dengannya
12.c. istana sentris
Pembahasan:
Salah satu ciri cerita hikayat adalah cerita berkisar di kalangan para raja atau orang-orang yang berada di
sekirat kerajaan/istana.
13.a. cinta orang tua terhadap anak
14.b. mengandung hal-hal yang aneh, ajaib, atau mustahil
Pembahasan:
Salah satu ciri cerita hikayat adalah tokoh cerita mempunyai kesaktian, mukjizat atau terdapat keajaiban
dalam kisah cerita tokoh utamanya.
15.c. Maharaja Rawana
Pembahasan:
Tokoh antagonis yang terdapat dalam cerita Ramayana adalah Rahwana atau Maharaja Rawana.
16.a. kepahlawanan
17.c. teguh janji.
Pembahasan:
Dalam cerita pewayangan, tokoh Karna mempunyai watak kesatria dan ksetegasan dalam sikap sehingga ia
konsekuen terhadap apa pun yang ia ucapkan.
18.e. tokoh Karna mengutamakan kepentingan negara di atas segalanya
Pembahasan:
Hal yang menarik dari cerita tersebut adalah tokoh Karna mengutamakan kepentingan negara di atas
segalanya meskipun ia harus berperang melawan keluarganya sendiri.
19.d. d. kedurhakaan anak kepada orang tua
20.e. sombong
Pembahasan:
Berdasarkan letak gagasan pokoknya, paragraf tersebut berjenis induksi karena kalimat utamanya terletak di
akhir paragraf atau berpola umum - khusus.
21.c. nilai moral.
22.c. religius
23.a. struktur teks
Pembahasan:
Persamaan antara cerita hikayat dengan cerita pendek adalah pada strukturnya, yaitu terdiri atas abstraksi,
orientasi, komplikasi, evaluasi, koda.
24.b. egois
25.c. komplikasi
Pembahasan:
Struktur teks cerita bagian komplikasi berisi masalah yang dibungkus alur cerita dari mulai muncul masalah
hingga klimaks masalah.
26. c. alur progresif
Pembahasan:
Alur progresif atau alur maju adalah alur yang berjalan runtut dari awal certita hingga akhir cerita.
27.d. evaluasi
Pembahasan:
Struktur teks cerita bagian evaluasi berisi penyelesaian masalah cerita.
28.d. latar suasana bahagia
29.e. koda
Pembahasan:
Struktur teks cerita bagian koda berisi amanat, nilai, atau pelajaran yang disisipkan penulis agar pembaca
dapat memetik suatu pelajaran dari cerita tersebut.
30.c. kita harus berpikir dahulu sebelum bertindak

B. Lengkapilah pernyataan-pernyataan berikut dengan jawaban yang tepat!


1. unsur intrinsik
2. magis
3. maju/progresif
4. istana/kerajaan dan lingkungan sekitar
5. kemustahilan
6. tidak diketahui pengarangnya
7. diaan-mahatahu (orang ketiga mahatahu)
8. monoton dan klise
9. sage
10. legenda

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!


1. Tema yang digunakan dalam buku fiksi tersebut adalah tentang persahabatan.
2. Keunggulan yang disampaikan dalam penggalan ulasan dari buku fiksi tersebut adalah Gading-Gading
Ganesha terbilang segar jika disejajarkan dengan novel-novel bertema pendidikan yang sedang
menjamur kala itu.
3. Nilai novel yang terkandung di dalam penggalan laporan buku tersebut adalah nilai sosial.
4. Nilai kepemimpinan, dibuktikan dengan Sikap Kobat Syahril dalam memimpin negerinya.
5. Kebesaran negeri Madain yang dipimpin oleh rajanya yang bernama Kobat Syahril.
6. Unsur intrinsik yang paling dominan dari cerita hikayat tersebut adalah tema, tokoh dan alur.
7. Pesan tersirat dari teks hikayat di atas, menurut konsep berpikir adalah surga itu indah
8. Teknik penokohan yang digunakan pengarang dalam mengenalkan tokoh cerita kepada pembaca adalah
teknik analitik dan teknik dramatik.
a. Teknik penokohan analitik, atau naratif, adalah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian,
deskripsi atau penjelasan oleh sang pengarangTokohnya dihadirkan ke hadapan pembaca dengan
tidak berbelit-belit (sifat, watak, tingkah laku, ciri fisik). Teknik penokohan ini sangat sederhana dan
ekonomis karena tidak membutuhkan banyak deskripsi. Dengan ini, sang pembaca akan lebih
memerhatikan kepada cerita dan plot. Teknik ini mengurangi kesalah pahaman.Namun, sang
pengarang harus mempertahankan konsistensi karakter dari tokoh itu. Sang pengarang harus tetap
mempertahankan dan mencerminkan pola kedirian tokoh itu.Cara-cara mempertahankan teknik
analitis: konsistensi dalam pemberian sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan juga kata-kata yang keluar
dari tokoh yang bersangkutan. Namun sisi negatif dari teknik penokohan ini adalah sang pembaca
tidak ikut serta secara aktif berpikir dan menafsirkan sendiri karakter-karakter dalam cerita. Tapi
dengan ini adanya kemungkinan salah tafsir menjadi kecil.
b. Teknik penokohan dramatikadalah cara penampilan tokoh secara tidak langsung. Pengarang tidak
mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan serta tingkah laku tokoh.Untuk mengetahui watak tokoh
pembaca harus menafsirkan sendiri ucapan, pikiran, perbuatan, bentuk fisik, lingkungan, reaksi,
ucapan dan pendapat karakter tersebut.Penampilan tokoh cerita dengan menggunakan teknik
dramatik dilakukan secara tidak langsung. Sang pengarang membiarkan para tokoh untuk
memperlihatkan karakter-karakternya melalui tingkah laku, peristiwa yang terjadi, dan lain sebagainya.
Hal-hal seperti kejadian-kejadian yang terjadi di sebuah karya fiksi tidak hanya untuk
memperkembangkan plot, tetapi menceritakan pendirian masing-masing tokoh.Teknik penokohan ini
lebih efektif daripada teknik penokohan analitik, karena berfungsi ganda, kaitan yang erat antara
berbagai unsur fiksi seperti contoh plot, latar, dan sebagainya.Teknik ini lebih realistik, sangatlah
mungkin tokoh berubah karakternya karena pengaruh lingkungan baru, teman baru, pekerjaan, dan
lainnya.
9. Cerita berbingkai sering di artikan sebagai 'cerita dalam cerita'. Cerita berbingkai adalah bentuk cerita
yang berpokok pada suatu cerita, kemudian menerbitkan bermacam-macam cerita lagi.Cerita yang
menjadi pokok itu dianggap sebagai bingkainya.Biasanya, sisipan cerita dalam suatu cerita terjadi melalui
tokoh cerita.
10.unsur kemustahilan dan kesaktian dalam cerita hikayat adalah suatu kejadian yang tidak mungkin atau
tidak akan terjadi dalam realitas kehidupan nyata. Hal ini hanya menjadi sebuah faktor untuk menarik
pembaca yaitu, mengembangkan daya imajinasi.Kemustahilan dapat disamakan dengan keajaiban dan
kesaktian yang dimaksudkan adalah kemampuan luar biasa dari tokoh cerita yang dapat menggunakan
kekuatan yang luar biasa, di mluar kemampuan wajar manusia.

PERBAIKAN
1. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa
lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.
2. Ciri-ciri Hikayat adalah anonim (pengarang dari hikayat umunya tidak dikenal), istana sentris (menceritakan
tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/kerajaan atau pusat ceritanya berada didalam lingkungan
istana), bersifat statis (tetap atau tidak banyak terjadi perubahan), bersifat komunal (menjadi milik
masyarakat), menggunakan bahasa klise atau bahasa yang diulang-ulang, bersifat tradisionalatau
meneruskan budaya/tradisi/kebiasaan yang dianggap baik, bersifat didaktis (mendidik secara moral maupun
religi), menceritakan kisah universal manusia (misalnya peperangan antara yang baik dengan yang buruk,
dan dimenangkan oleh yang baik), terdapat unsur magis (membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang
serba indah).
5. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat hikayat adalah nilai religius, nilai moral, nilai budaya, nilai
etika, nilai sosial, nilai pendidikan atau edukasi, dan nilai estetika.
3. Sifat anonim yang dimiliki cerita rakyat adalah pengarang asli hikayat umunya tidak dikenal/diketahui siapa
atau keberadaannya.
4. Sifat istana sentris yang dimiliki cerita rakyat adalah isinya menceritakan tokoh yang berkaitan dengan
kehidupan istana/kerajaan atau pusat ceritanya berada didalam lingkungan istana.

PENGAYAAN
Kebijaksanaan guru
Unsur Instrinsik
1. Tema : Bakti seorang anak terhadap orang tuanya
2. Tokoh : Ibnu Hasan; Syekh Hasan; ibu Ibnu Hasan; Mairin; Mairun; Saleh; Kyai guru
3. Penokohan:
a. Ibnu Hasan : baik, tidak sombong, kalem, pendiam, penurut
b. Syekh Hasan : baik, Bijaksan, Penyayang
c. Ibu Ibnu Hasan : baik, Penyayang
d. Mairin dan Mairum : setia
e. Saleh : Sopan
f. Kyai guru : baik
4. Plot/Alur : progresif/maju
5. Latar:
a. Latar tempat : negeri Bagdad, Mesir, pesantren
b. Latar waktu : zaman dahulu kala, bakda Dzuhur
c. Latar suasan : mengahrukan, sedih, prihatin
6. Sudut pandang : orang ketiga tunggal (diaan)
7. Amanat : patuh kepda kedua orangtua, berbuat baik kepada sesama manusia, jangan
menyombongkan diri.

Nilai-Nilai yang Terkandung di dalam Cerita


1. Nilai Agama
Nilai agama yang terdapat dari cerita hikayat tersebut adalah berkat doa orang tua kepada anaknya
maka selamatlah anaknya sampai tujuan serta sebagai umat yang beragama kita selalu berdoa
kepada Tuhan Yang maha Esa agar selalu diberikan keselamatan dan juga kita selalu menyanyangi
orang yang tidak mampu.
2. Nilai Sosial
Nilai sosial yang terdapat dari penggalan hikayat tersebut adalah bahwa kita sesame manusia harus
saling tolong menolong dan saling melindungi satu sama lain.
3. Nilai Budaya
Nilai budaya yang terdapat dari cerita hikayat tersebut adalah bahwa kita sebagai seorang anak akan
selalu mematuhi perkataan orang tua kita namun perintah yang positif.
4. Nilai Adat Istiadat/Etika
Nilai etika dari cerita hikayat tersebut adalah jangan merasa sombong dan saling tolong menolonglah
terhadap sesama karena setiap orang akan saling membutuhkan (makhluk sosial).
5. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan yang terdapat dari cerita hikayat tersebut adalah bahwa kita menuntut ilmu bukan
untuk mendapat pujian melainkan untuk mendapatkan imu yang bermanfaat untuk masa depan yang
lebih baik

Anda mungkin juga menyukai