Anda di halaman 1dari 7

Apotek Sebagai Bagian dari Supply Chain Puskesmas

Disampaikan pada :
Diskusi Virtual “Efisiensi dan Efektivitas Pengelolahan Obat dan Alat Kesehatan di FKTP”

Jakarta, 05 Desember 2020


Agenda
1 Dasar Hukum

Alur Pengadaan Persediaan di


2
Puskesmas

Alur Pengadaan Persediaan dari


3
Apotek ke Puskesmas
Dasar Hukum

Peraturan Kementrian Kesehatan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian


Nomor 9 Tahun 2019 tentang Apotek di Puskesmas (Kemenkes RI, 2019)
BAB IV Pasal 17 ayat (1) & (2) BAB II : Pengelolaan Sediaan Farmasi & BMHP

1) Apotek dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Penjelasan Huruf “B” tentang Pengadaan obat di Puskesmas :
Kesehatan, dan BMHP kepada :
a. Apotek Lainnya e. Dokter 1. Pemintaan Reguler : berdasarkan DOEN, FORNAS,
b. Puskesmas f. Bidan Praktik Mandiri Formularium Kabupaten/kota, dan Formularium Puskesmas
c. Instalasi Farmasi RS g. Pasien ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Instalasi Farmasi Klinik h. Masyarakat
2. Pengadaan Mandiri :
2) Penyerahan pada ayat 1 huruf a sampi d, dilakukan • Pembelian ke distributor
untuk memenuhi kekurangan jumlah Sediaan • Pembelian ke Apotek (Jika distributor kekosongan barang)
Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP dalam hal : dengan 2 mekanisme :
a. Kelangkaan di fasilitas distribusi a. Membeli obat sesuai resep dokter
b. Terjadi kekosongan di fasilitas pelayanan b. Menggunakan Surat Permintaan sesuai dengan stok
kesehatan yang dibutuhkan (jika jarak apotek dan puskesmas
jauh)
Data Ketersediaan obat & Kendala Pengadaan di Dinas Kesehatan

Ketersediaan Obat
Di Puskesmas (2018)
92,47%
Faktor-faktor yang menghambat
perencanaan dan pengadaan obat di
Dinas kesehatan :
1. kegagalan suplai obat
Kekosongan 2. keterbatasan apoteker dan staf
yang memiliki sertifikat pengadaan
obat 7,53 % 3. Belum optimalnya sistem informasi
e-logistic

Sumber : Rakernas “PENGUATAN LOGISTIK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DALAM PELAYANAN Sumber : Evaluasi Pengelolaan Obat pada Tahap Perencanaan dan Pengadaan di
KESEHATAN MENUJU CAKUPAN PELAYANAN SEMESTA (UHC)”, 12 Februari 2019 Dinas Kesehatan Kabupaten Pati (Majalah FarmaseutikVol. 16No. 1:34-42)
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (1/2)

Alur Pengadaan Obat di Puskesmas

Kepala Puskesmas Permintaan Rutin : dilayani


mengajukan Laporan sesuai jadwal yang ditetapkan 1. Kebutuhan Meningkat
Pemakaian & Lembar Kepala Dinas Kabupaten/kota 2. Terjadi Kekosongan Obat
Permintaan Obat (LPLPO) 3. Ada Kejadian Luar Biasa
ke Kepala Dinas (KLB/Bencana)
Permintaan Khusus : dilayani di
Kesehatan luar jadwal rutin pengadaan
Kabupaten/Kota dengan kondisi tertentu

KLB/Bencana  kebutuhan
Obat yang diperbolehkan :
• DOEN (Daftar Obat Esensial
produk-produk di era covid
Nasional dengan jumlah kebutuhan yang
• Formulariun Nasional lebih tinggi dari biasanya
• Formularium Kabupaten/Kota
• Formularium Puskesmas
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (2/2)
Alur Pengadaan Obat Dari Apotek ke Puskesmas

Apotek dapat memenuhi


kebutuhan Puskesmas
dalam kondisi tertentu

Kebutuhan resep Kebutuhan obat tidak Kebutuhan meningkat Kejadian Luar Biasa
dokter yang stok tidak tersedia di fasilitas dari sebelumnya dan yang terjadi di suatu
tersedian di distributor diperlukan dalam daerah / berlaku
Puskesmas (kekosongan barang) jumlah besar Nasional

Pengajuan sesuai Pengajuan dapat menggunakan Surat Permintaan  Persetujuan SKPD


kebutuhan Resep ke Dinkes (dapat menggunakan DAK dan DAU), terutama yang belum BLUD
apotek

Jika Gudang Farmasi Kosong & Pengadaan Obat dari Dinkes terkendala 
Puskesmas dapat menggunakan dana kapitasi puskesmas

Anda mungkin juga menyukai