Anda di halaman 1dari 60

PARA KUDUS KARMEL

SANTO KURIAKOSE ELIAS CHAVARA, IMAM ....................................................... 3 JANUARI


SANTO PETRUS TOMAS, USKUP ......................................................................... 8 JANUARI
SANTO ANDREAS CORSINI, USKUP ..................................................................... 9 JANUARI
BEATO ANGELUS PAOLI, IMAM ........................................................................ 20 JANUARI
BEATA ARCANGELA GIRLANI, PERAWAN .......................................................... 29 JANUARI
BEATA CANDELARIA DARI SANTO YOSEF, PERAWAN ....................................... 1 FEBRUARI
SANTO YOSEF, SUAMI SANTA PERAWAN MARIA,
PELINDUNG UTAMA ORDO KARMEL .................................................................. 19 MARET
BEATO FRANSISKUS PALAU Y QUER, IMAM........................................................ 20 MARET
BEATO BAPTISTA MANTUANUS, IMAM ................................................................ 17 APRIL
SANTO ANGELUS DARI SICILIA, IMAM DAN MARTIR ................................................ 5 MEI
BEATO ALOISIUS RABATÀ, IMAM ............................................................................. 8 MEI
SANTO GEORGIUS PRECA, IMAM ............................................................................. 9 MEI
SANTO SIMON STOCK, BIARAWAN.......................................................................... 16 MEI
SANTA YOAKIMA DE VEDRUNA I VIDAL, BIARAWATI .............................................. 22 MEI
SANTA MARIA MAGDALENA DE' PAZZI, PERAWAN ................................................. 25 MEI
BEATO HILARIUS JANUSZEWSKI, IMAM DAN MARTIR ............................................ 12 JUNI
SANTO ELISA, NABI ................................................................................................ 14 JUNI
BEATA MARIA CROCIFISSA CURCIO, PERAWAN ........................................................ 4 JULI
BEATA YOHANNA SCOPELLI, PERAWAN ................................................................... 9 JULI
SANTA TERESIA DARI YESUS DARI LOS ANDES, PERAWAN.......................................13 JULI
SANTA PERAWAN MARIA DARI GUNUNG KARMEL .................................................16 JULI
BEATA TERESIA DARI SANTO AGUSTINUS DAN TEMAN-TEMAN,
PERAWAN DAN MARTIR .........................................................................................17 JULI
SANTO ELIA, NABI ...................................................................................................20 JULI
BEATO YOHANNES SORETH, IMAM .........................................................................24 JULI
SANTO YOAKIM DAN SANTA ANNA ........................................................................26 JULI
BEATO TITUS BRANDSMA, IMAM DAN MARTIR ......................................................27 JULI
SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI, IMAM .......................................................... 7 AGUSTUS
SANTA TERESIA BENEDICTA DARI SALIB, PERAWAN DAN MARTIR .................... 9 AGUSTUS
BEATO ISIDORUS BAKANJA, AWAM DAN MARTIR........................................... 12 AGUSTUS
BEATO ANGELUS MAZZINGHI, IMAM .............................................................. 17 AGUSTUS
BEATA MARIA DARI YESUS TERSALIB, PERAWAN ............................................ 25 AGUSTUS
BEATO YAKOBUS RETOURET, IMAM DAN MARTIR .......................................... 26 AGUSTUS
SANTA TERESIA MARGERITA DARI HATI KUDUS YESUS, PERAWAN ................1 SEPTEMBER
SANTO ALBERTUS AVOGADRO, USKUP ........................................................ 17 SEPTEMBER
SANTA TERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS,
PERAWAN DAN PUJANGGA GEREJA .................................................................. 1 OKTOBER
SANTA TERESIA DARI YESUS, PERAWAN DAN PUJANGGA GEREJA................... 15 OKTOBER
BEATA FRANSISKA D'AMBOISE, BIARAWATI .................................................. 5 NOVEMBER
SANTO NONIUS ÁLVARES PEREIRA, BIARAWAN ............................................. 6 NOVEMBER
BEATA ELISABET DARI TRITUNGGAL, PERAWAN............................................. 8 NOVEMBER
BEATA MARIA TERESIA DARI YESUS SCRILLI, PERAWAN ............................... 13 NOVEMBER
SANTO RAFAEL DARI SANTO YOSEF KALINOWSKI, IMAM ............................. 19 NOVEMBER
BEATO DIONISIUS DARI KELAHIRAN DAN
REDEMPTUS DARI SALIB, MARTIR ................................................................ 29 NOVEMBER
BEATO BARTOLOMEUS FANTI, IMAM ............................................................. 5 DESEMBER
SANTO YOHANNES DARI SALIB, IMAM DAN PUJANGGA GEREJA ................... 14 DESEMBER
SANTO KURIAKOSE ELIAS CHAVARA, IMAM
3 JANUARI

RIWAYAT HIDUP
Kuriakose Elias Chavara lahir pada 10 Februari 1805 di desa Kainakary, Kerala, India, dari pasangan lko Kuriakose
Chavara dan Maria Thoppil. Ia dibaptis 7 hari setelah kelahirannya. Pada masa kecil, ia sekolah di tempat
kelahirannya dan kemudian meninggalkannya waktu ia masuk Seminari pada tahun 1818 di Pallipuram. Rektor
Seminari pada waktu itu adalah Tomas Palackal. Setelah menyelesaikan pendidikan calon imam, ia ditahbiskan
pada 29 November 1829 di Arthunkal.
Kuriakose bersama dengan Tomas Palackal dan Tomas Porukara mendirikan Kongregasi baru “Hamba-hamba dari
Karmel Maria immakulata" yang sekarang lebih dikenal dengan Karmel Maria Immakulata (Carmelites of Mary
Immaculate [CMII]). Biara pertama Karmel Maria Immakulata didirikan pada 11 Mei 1831 di Mannanam. Ketiganya
hidup di dalam komunitas baru tersebut dan Kuriakose mengambil nama biara, Elias. Kongregasi Karmel Maria
Immakulata menhayati tradisi Karmel sebagai dasar spiritualitas. Tidak lama setelah Karmel Maria Immakulata
berdirl, Tomas Palackal meninggal pada tahun 1841 kemudian disusul Tomas Porukara pada tahun 1846.
Dalam waktu singkat, Karmel Maria Immakulata berkembang pesat baik itu dalam jumiah maupun institusi. Pada
tahun 1855 Karmel Maria Immakulata memiliki Jenderal pertama, Elias dan di bawah pimpinannya, Tarekat ini
menjadi afiliasi Ordo III dari OCD. Sejak itu, setiap Karmelit Maria Immakulata mendapat nama TOCD.
Dalam pelayanan Gereja, Elias menjadi wakil Jenderal dari Gereja Katolik ritus Siro Malabar pada tahun 1861. Ia
juga dikenal sebagai sosok pengangkat derajat kaum perempuan dengan menekankan pendidikan. Ia yakin bahwa
melalui pendidikan jender, perempuan akan diangkat dan dengan sendirinya menjadi peningkatan derajat sosial.
Ia juga banyak membantu kaum miskin dan orang lemah. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai tokoh pendidikan
dengan menggalakkan pendirian sekolah-sekolah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Elias bersama dengan Leopold Beccario, OCD. mendirikan Kongregasi local yang bernama Suster dari Bunda
Karmel (Sisters of the Mother of Carmel [SMC]).
Elias pergi menghadap Bapa pada tanggal 3 Januari 1871 di Koonammavu dan Jenazahnya disemayamkan di
Mannanam, di gereja rumah induk Kongregasi tersebut.
KULTUS
Paus Yohannes Paulus II, waktu kunjungan pastoralnya di Kota Kottayam, Kerala, India, menyatakan Elias sebagai
Beato pada 8 Februari 1986, kemudian dinyatakan Santo oleh Paus Fransiskus pada 23 November 2014 Setelah
Elias dinyatakan Beato, pada 12 April 1986 Kuria Jenderal Karmel meminta agar perayaan Elias masuk dalam
Kalender perayaan para kudus Karmel yang dirayakan pada setiap tanggal 3 Januari dengan peringatan fakultatif.
SANTO PETRUS TOMAS, USKUP
8 JANUARI

RIWAYAT HIDUP
Petrus (Pierre) Tomas lahir pada tahun 1305 di Périgord, Perancis. Ia adalah salah satu dari orang kudus Karmel
setelah masuk ke Eropa. Ia melaksanakan pelayanan di berbagal bidang di mancanegara. Pada umur 20 tahun, ia
masuk Ordo Karmel di Bergérac, kemudian belajar pengetahuan untuk menjadi imam. Ia kemudian melanjutkan
studi di Paris dan memperoleh gelar Doktor di bidang teologi. Pada tahun 1345 – 1348, ia terpilih menjadi
Prokurator Jenderal di Avignon. Pada waktu itu, kursi kekuasaan Gereja Katolik berada di tempat tersebut dan
Petrus menjadi pengkotbah Takhta Suci, Paus Clemen VI.
Pelayanan Petrus antara lain, sebagai tokoh perdamaian antara Gereja Barat – Timur, pembebasan Tanah Suci dari
serangan Islam dan berbagai misi diplomatik Gereja. Pada tahun 1353, ia menjadi duta perdamaian antara Serbia
dan Konstantinopel. Tahun berikutnya (1354) ia terpilih menjadi Uskup Patti dan Lipari di Sicilia. Pada tahun 1356,
ia diminta oleh Kaisar Konstantinopel, Yohannes V, untuk mengajar Paleologi. Langkah berikutnya, ia dijadikan
anggota dewan penanggung jawab Gereja Timur.
Pada tahun 1363 ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Candia, Kereta. Pada tahun yang sama, ia pergi ke Avignon,
kemudian ke Milan dan selanjutnya ke Bologna. Ia bersama dengan para dosen lainnya, pada tahun 1364,
meresmikan Universitas Bologna yang adalah universitas pertama di Italia dan teologi menjadi salah satu fakultas
universitas tersebut. Pada tahun yang sama ia menjadi Beatrik Konstantinopel, walaupun dijabatnya hanya
sebentar, karena kemudian ia kembali ke Kereta.
Pada 6 Januari 1366 Petrus meninggal di Famagosta, Ciprus. Pada abad XVI muncul legenda bahwa ia meninggal
karena serangan Islam dari Alexandria ke Ciprus.
KULTUS
Tidak lama setelah Petrus meninggal (9 tahun), pada tahun 1375 proses beatifikasi telah diusahakan, tetapi proses
ini tidak terlaksana. Pada tahun 1509 ia dihormati sebagai Bapa Pengakuan Takhta Suci dan sejak 1564 ia dikenal
sebagi martir (lihat riwayat hidup) yang dirayakan pada setiap tanggal 14 Februari. Sejak tahun 1584 perayaannya
sudah diperingati OCD. Bahkan pada tahun 1609 OCD merayakan Petrus pada setiap 29 Januari, kemudian kembali
mengikuti Karmel (14 Februari), lalu berubah lagi menjadi setiap tanggal 16 Januari. Pada tahun 1628 Ordo Karmel
dan OCD mengakui kemartiran Petrus, walaupun kemudian pada tahun 1957 OCD menanggalkan kemartiran
Petrus. Oleh sebab itu, OCD hanya melihat Petrus sebagai Bapa Pengakuan Takhta Suci.
Setelah Konsili Vatikan II, perayaan Petrus dipindahkan menjadi setiap tanggal 8 Januari dan dirayakan bersama-
sama oleh Ordo Karmel dan OCD. Akan tetapi, Ordo Karmel merayakan Petrus Tomas dengan pesta sedangkan
OCD peringatan fakultatif.
SANTO ANDREAS CORSINI, USKUP
9 JANUARI

RIWAYAT HIDUP
Andreas Corsini lahir di Firenze, Toscana antara tahun 1315 – 1318. Ia adalah salah satu dari 12 bersaudara hasil
pernikahan Nicoló Corsini dan Gemma degli Stracciabende. Ia mengenal Karmelit di Firenze yang sudah hadir di
kota tersebut tidak lama setelah Ordo Karmel masuk ke Eropa. Kita tidak mengetahui secara persis kapan ia masuk
Ordo Karmel. Ada dokumen mengindikasikan bahwa pada 3 Agustus 1338, ia sudah menjadi seorang Karmelit. Ia
kemudian menyelesaikan studinya untuk jenjang imamat dan setelah itu ia menjadi staf pengajar di biaranya,
Firenze.
Pada tahun 1344 Andreas berada di Biara Karmel Pisa, dan kemudian pada tahun yang sama ia kembali ke Firenze.
Pada saat Kapitel Provinsi di Pistoia pada 15 Juni 1347, Andreas Corsini terpilih menjadi Konsiliarius dan pada saat
Kapitel Jenderal di Metz, Perancis pada tahun 1348, ia terpilih menjadi Provinsial Toscana (nama daerah Firenze
dan sekitarnya) dan pada waktu itu wabah pes melanda seluruh Eropa dan lebih dari 100 orang religius dan imam
meninggal di Toscana, termasuk juga para Karmelit. Pada 13 Oktober 1349 ia diangkat oleh Paus Clemen VI
menjadi Uskup Fiesole, tidak jauh dari Firenze.
Langkah pertama yang dilakukan Andreas sebagai uskup, tinggal bersama dengan umat beriman yang tidak pernah
dilakukan oleh uskup sebelumnya. Oleh sebab itu, ia merenovasi keuskupan dan katedral yang hampir 100 tahun
ditinggalkan, karena para uskup sebelumnya lebih memilih tinggal di Kota Firenze sambil melayani Keuskupan
Fiesole. Ia juga merenovasi banyak gereja paroki di keuskupannya.
Pada tahun 1372 ia membentuk paguyupan para imam agar mereka lebih bersatu dalam pelayanan dan
memberikan contoh dan pengajaran yang baik kepada umat beriman. Bagi Andreas contoh hidup yang baik adalah
cara penggembalaan yang paling efektif. Ia juga peduli akan orang miskin termasuk orang sakit yang dikunjunginya
di rumah sakit maupun dari rumah ke rumah. Sehubungan dengan kepedulian pada orang sakit, Andreas
mendirikan rumah sakit agar mereka tertolong dalam pelayanan kesehatan dan kerohanian lebih baik. Ia juga
dikenal dengan juru damai, karena ia selalu menyerukannya di dalam kotbah-kotbahnya. Banyak umat beriman,
bahkan dari luar keuskupan, datang untuk menghadiri ekaristi yang dirayakannya, terlebih untuk mendengarkan
kotbahnya.
Sekitar 25 tahun Andreas melayani Keuskupan Fiesole lalu pada 6 Januari 1374 ia menghadap Bapa. Umat beriman
menghendaki agar Andreas disemayamkan di Katedral Fiesole, akan tetapi para Karmelit memintanya agar
diistirahatkan di gereja Karmel di Firenze.
KULTUS
Setelah Andreas Corsini meninggal, makamnya selalu dikunjungi banyak orang dan sebagai penghormatan
kepadanya, Filippo dan Neri Corsini dari tahun 1675 – 1683 mendirikan kapel baru di Firenze tempat
persemayamannya. Ketika Lorenzo Corsini terpilih menjadi Paus yang memilih nama Clemen XII pada tahun 1730,
ia meminta Alessandro Galilei agar membuat suatu altar di Katedral Lateran yang dipersembahkan kepada
Andreas.
Paus Urbanus VIII, pada 26 April 1629, mengkanonisasi Andreas (dijadikan Santo). Penghormatan kepada Andreas
dalam liturgi baik itu di Fiesole maupun di dalam Ordo Karmel telah terlaksana sejak tahun 1642. Bahkan pada
tahun 1666 Andreas juga masuk dalam Kalender Romawi, walaupun setelah Konsili Vatikan II dihilangkan. Ordo
Karmel merayakan Andreas sebagai Pesta sedangkan OCD merayakannya dengan peringatan wajib.
BEATO ANGELUS PAOLI, IMAM
20 JANUARI

RIWAYAT HIDUP
Angelus Paoli atau dalam bahasa Italia disebut dengan Angelo lahir pada 1 September 1642 di Argigliano, Fivizzano
(sekarang Lunigiana, Massa) Italia. Pada waktu baptisan, ia diberi nama Fransiskus. Pada umur 18 tahun (1660) ia
masuk biara Karmel di Fivizzano dan kemudian menjalani Novisiat di Siena. Pada tanggal 18 Desember 1661, ia
mengikrarkan kaul sementara, kemudian studi filsafat teologi di Pisa, lalu di Firenze. Pada 7 Januari 1667 ia
merayakan Misa pertama, yang berarti bahwa ia telah ditahbiskan hari-hari sebelumnya.
Setelah tahbisan, ia tinggal di provinsinya Toscana selama dua tahun untuk mengemban beberapa tugas seperti
Magister di Firenze, Pastor paroki di Carniola, kemudian juga pernah tinggal di Siena, lalu menjadi pengajar
gramatika untuk para Karmelit muda di Montecatini Selanjutnya ia pindah lagi ke Fivizzano sebagai Sakristan
sekaligus Organis.
Pada tahun 1687 ia dipanggil oleh Jenderal ke Roma dan tinggal di biara San Martino ai Monti, dekat koloseum
(saat ini di belakang Kuria Jenderal Ordo Karmel). Ia praktis mempersembahkan seluruh hidupnya (30 tahun) di
Roma untuk berbagai pelayanan. Tugas-tugas yang diemban Angelus adalah Magister novis, Sakristan sekaligus
Organis.
Angelus juga unggul dalam hidup rohani. Ia sungguh-sungguh menikmati nilai silentium, doa dan puasa yang
diperolehnya bukan melalui eremitisme, melainkan di dalam biara, di bangku kor, terlebih di biliknya (sel).
Bagi Angelus hidup doa, kontemplatif, puasa tidak dihayati secara egois (tidak dinikmati sendiri) melainkan harus
diungkapkan dalam kehidupan nyata dengan kunjungan kepada orang sakit dan miskin. Angelus dengan sungguh-
sungguh melaksanakan prinsip ini, sehingga ia disebut dengan Bapa Karitas yang dilaksanakannya di Kota Roma,
terlebih-lebih kepada orang miskin di jalanan dan sekitar koloseum. Bahkan ia bersama dengan orang-orang
miskin pernah berprosesi dari koloseum ke Basilika Lateran (berjarak sekitar 1,5 km). Angelus berkata, "Siapa
mencintai Tuhan harus mencari-Nya di tengah-tengah kaum miskin."
Ketika Roma diterjang gempa bumi dahsyat (1702), Angelus menjadi inspirator bagi banyak orang bagaimana
harus membantu para korban.
Dengan sikap dan kedekatan kepada orang miskin, Angelus dihormati oleh banyak orang, termasuk pemerintah
dan pimpinan Gereja. Akan tetapi, ia tidak hanyut akan posisi itu. Bahkan, ia menolak dijadikan Kardinal ketika
Paus Innocentius XII dan Clemen XI memintanya untuk menjabat posisi tersebut. Alasannya sangat mendalam
dengan berkata, "Jabatan itu akan menyulitkan orang miskin, karena saya tidak bisa menolong mereka lagi."
Selama di Roma, Angelus melihat tempat-tempat terpenting di dalam hidupnya. Tempat pertama adalah biara, di
mana ia memperoleh hidup spiritual melalui cara hidup Karmel. Kemudian tempat kedua adalah koloseum yang
bukan sebagai tempat untuk dikunjungi sebagai turis, tetapi tempat pertemuannya dengan orang miskin. Tempat
ketiga adalah jalanan dan Testaccio, bukan untuk makan pizza yang enak (saat ini Testaccio terkenal dengan pizza),
tetapi untuk bersaudara dalam makan bersama dengan orang miskin. Ia meninggal pada 20 Januari 1720 dan
dimakamkan di gereja San Martino ai Monti.
KULTUS
Tiga tahun setelah Angelus meninggal, proses beatifikasi sudah dimulai baik itu di Roma maupun di tempat
asalnya, Fivizzano. Ternyata proses itu membutuhkan waktu yang sangat panjang. Salah satu alasan adalah
mengenai mukjizat dengan perantaraan Angelus. Walau banyak orang memiliki devosi kepadanya dan banyak
orang menghormatinya berkat karya karitas yang dilaksanakan, tetapi semuanya itu bukan menjadi suatu syarat
mempercepat beatifikasi.
Baru akhir-akhir ini semua proses menuju beatifikasi Angelus berjalan baik dan terpenuhi, maka pada 25 April
2010, Angelus dijadikan Beato di Basilika Lateran, Roma.
BEATA ARCANGELA GIRLANI, PERAWAN
29 JANUARI

RIWAYAT HIDUP
Kita tidak mengetahui secara persis kapan Arcangela Girlani lahir, tetapi kemungkinan pada tahun 1460, di Trino,
Monferrato. Tidak lama setelah kelahirannya, ia dibaptis dengan nama Eleonora.
Pada waktu menginjak usia dewasa, ia ingin masuk biara di kota kelahirannya, di dekat rumahnya, tetapi
orangtuanya menolak niat Arcangela. Dalam perjalanan waktu, ia mengenal seorang Karmelit dan setelah
berkonsultasi dengannya, Karmelit tersebut menganjurkan Arcangela masuk biara Karmel di Parma. Ia merasa
senang akan nasihat Karmelit tersebut, karena ia jauh dari keluarganya yang mengganggu konsentrasinya untuk
melaksanakan hidup membiara. Oleh sebab itu, pada tahun 1477, ia masuk biara Karmel, Kongregasi Mantova, di
Parma yang tidak lama didirikan. Nama biara itu adalah Santa Maria Magdalena. Ia mengambil nama biara
Arcangela.
la menjalani hidup membiara dengan baik. Setelah mengucapkan kaul kekal, ia terpilih menjadi Priorin di biaranya.
Karena Kongregasi ini memiliki rumah induk di Mantova, maka pada 18 Februari 1492, Arcangela pindah ke kota
tersebut dan mendirikan biara baru dengan nama Santa Maria di Surga. Ia menjadi Priorin di biara tersebut kurang
lebih selama tiga tahun. Ia menjadi teladan dalam hidup membiara terlebih dalam doa, matiraga dan penyerahan
total kepada kehendak Tuhan. Ia selalu menekankan kerendahan hati dan kebajikan kepada para suster lainnya.
Sayang, umurnya tidak begitu panjang, karena ia meninggal pada 25 Januari 1494.
Arcangela dimakamkan di pemakaman umum. Tidak lama kemudian, jenazahnya dipindahkan ke kapel biara.
Karena biara tempat jenazahnya disemayamkan tutup pada tahun 1728, maka ia dipindahkan ke biara Karmel di
Trino, tempat kelahirannya. Di tempat ini, ia hanya bertahan beberapa tahun karena biara tersebut juga tutup.
Oleh sebab itu, pada tahun 1802, ia dipindahkan ke gereja Rumah Sakit Santo Laurentius, Trino, tempat
persemayamannya sampai saat ini.
KULTUS
Arcangela sudah dihormati sebagai orang yang memiliki kekudusan hidup setelah ia meninggal dan proses
beatifikasi berjalan dengan baik. Ia dijadikan Beata oleh Paus Pius IX pada tahun 1864. Pada tahun yang sama,
perayaannya sudah dimasukkan ke dalam liturgi Ordo Karmel yang dirayakan setiap tanggal 28 Januari. Sejak
tanggal 9 Februari 1865 Karmelit Tidak Berkasut juga merayakan peringatan Arcangela.
Dengan pembaruan liturgi Konsili Vatikan II perayaan Beata Arcangela Girlani hanya dirayakan oleh O.Carm, tidak
lagi oleh Karmelit Tidak Berkasut, dan tanggal perayaan juga berubah menjadi 29 Januari dengan peringatan
fakultatif.
BEATA CANDELARIA DARI SANTO YOSEF, PERAWAN
1 FEBRUARI

RIWAYAT HIDUP
Candelaria dari Santo Yosef (Candelaria de San José) lahir di Altagracia de Orituco, Venezuela pada tanggal 11
Agustus 1863. Ia diberi nama baptis Susana Paz-Castillo Ramirez. Pada waktu masih kecil, Candelaria telah banyak
menolong orang miskin dengan menampung mereka di rumahnya. Pada waktu itu orang miskin banyak terdapat
di sekitar rumahnya karena tempat tinggalnya berada di daerah pabrik.
Pada waktu revolusi kemerdekaan Venezuela, tahun 1901, ia banyak merawat orang miskin dan terluka akibat
perang tersebut. Mereka dikumpulkan di suatu rumah yang berfungsi sebagai rumah sakit darurat. Tempat
tersebut pada tahun 1903 dijadikan rumah sakit yang diberi pelindung Santo Antonius. Ia disemangati oleh Sixtus
Sosa, seorang imam dan kemudian menjadi Uskup Cumaná, Venezuela. Pengalaman pelayanannya ternyata
menyentuh hati terdalam Candelaria, sehingga ia bersama dengan beberapa orang lain mendirikan "Congregación
de las Hermanas de los Pobres de Altagracía de Orituco" (Kongregasi Para Suster dari Orang Miskin Altagracía,
Orituco). Kongregasi baru yang diresmikan pada 31 Desember 1910 ini dipimpin oleh Candelaria sendiri untuk
merealisasikan pelayanan kepada masyarakat Venezuela yang miskin dan sakit.
Pada tahun 1925 Kongregasi pimpinan Candelaria berafiliasi ke Ordo Karmel dan menjadi Ordo III regular yang
sekarang dikenal dengan nama "Hermanas Carmelitas Venezolanas" (Suster Karmelitas Venezuela) atau
"Carmelitas de la Madre Candelaria" (Karmelitas dari Ibu Candelaria). Sekarang Ordo Ketiga Karmel ini
berkembang sangat baik di Venezuela.
Suasana afiliasi memberikan semangat kepada para Suster Karmelitas dari lbu Candelaria untuk melaksanakan
pelayanan lebih baik kepada mereka yang sangat miskin Walaupun mereka mengalami kesulitan keuangan, tetapi
hal itu bukan menjadi suatu penghalang untuk melaksanakan karisma Tarekat. Mereka menyerahkan segalanya
kepada kehendak Ilahi. Pada tahun 1929 saat gempa melanda Cumaná, Candelaria bersama dengan para suster
lain mencurahkan seluruh kemampuan mereka untuk menolong para korban gempa.
Candelaria selalu memberikan yang terbaik kepada orang miskin dan sakit sampai akhir hidupnya. Pada tahun
1937, ia mundur dari pimpinan Tarekat, karena alasan kesehatan dan sejak tahun berikutnya sampai akhir hayat,
ia harus tinggal di atas tempat tidur. Akhirnya ia menghadap Bapa pada 31 Januari 1940. Ia meninggalkan surat-
surat yang sangat berharga sehubungan dengan Tarekat yang dimulai yang diedit oleh Pablo María Casadevall
dengan judul Ejemplos y enseñanzas.
KULTUS
Setelah meninggal, Candelaria menjadi ikon bagi masyarakat Venezuela karena karya dan karisma yang telah
ditaburkan di negara penghasil minyak ini. Ia menjadi contoh dalam memberikan perhatian kepada orang miskin
dan sakit. Oleh sebab itu, pada tahun 1969 – 1974, proses beatifikasi mulai dilaksanakan di keuskupannya.
Sesudah itu pada tahun 1976 proses tersebut dibawa ke Vatikan untuk ditindaklanjuti. Pada 19 April 2004 segala
sesuatu sudah terpenuhi kecuali mukjizat Tuhan dengan perantaraannya. Akhirnya pada 6 Juli 2007 mukjizat itu
pun terjadi. Tahun berikutnya, tepatnya pada 27 April 2008, Candelaria dinyatakan Beata oleh Paus Benediktus XVI
dan Ordo merayakannya dengan peringatan fakultatif.
SANTO YOSEF, SUAMI SANTA PERAWAN MARIA, PELINDUNG UTAMA ORDO KARMEL
19 MARET

RIWAYAT HIDUP
Kita tidak mengetahui riwayat hidup Santo Yosef (Ibrani) (Iosephus – Latin), kecuali hanya dari Injil. Salah satu
cerita hidupnya terdapat di silsilah Yesus Kristus (Luk 3:23). Ia tampil begitu saja, tanpa mengetahui masa kecilnya.
Sesuatu yang menjadi jelas adalah bahwa ia berasal dari keturunan Daud (Mat 1:20), memiliki profesi sebagai
tukang kayu dan berkepribadian baik.
Para penginjil menyatakan bahwa Yosef adalah suami Maria yang mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan
Yesus Kristus. Ia menerima dengan penuh iman mengenai misteri Maria mengandung dari Roh Kudus. Sebagai
orang beriman, ia menuruti secara total kehendak Tuhan. Bersama Maria, mereka pergi ke Betlehem, memberikan
nama Yesus kepada anak yang dilahirkan Maria. Yosef bersama Maria juga membawa Yesus ke Bait Allah dan
kemudian pergi mengungsi ke Mesir. Sekembali dari pengungsian, ia bersama dengan Maria dan Yesus tinggal di
Nazaret, di daerah Galilea. Kemungkinan besar Yosef meninggal sebelum Yesus tampil di depan umum.
KULTUS
Devosi kepada Santo Yosef dimulai oleh Gereja Timur dan Gereja Barat sejak pada abad XI. Akan tetapi, devosi itu
kelihatannya berkembang lebih baik di Gereja Timur dibandingkan dengan Gereja Barat yang ditunjukkan dengan
perayaan sebanyak tiga kali sepanjang tahun: Hari Minggu sebelum Natal (saat ini kita kenal dengan Minggu IV
Masa Adven), tanggal 26 Desember (saat ini kita rayakan dengan pesta Santo Stefanus) dan Hari Minggu Pertama
sesudah Natal (saat ini kita rayakan dengan Pesta Keluarga Kudus). Sementara itu di Gereja Barat, perayaan Santo
Yosef baru mulai dikenal lebih baik pada abad XIII yang diprakarsai oleh Santo Bernardus, Tomas Aquinas,
Bonaventura, Brigida dan santo-santa lain.
Perayaan Santo Yosef secara resmi dilaksanakan sejak Paus Sixtus IV pada tahun 1474, kemudian ditekankan
kembali oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1621. Mulai dari saat itu, perayaan Santo Yosef selalu dilaksanakan di
seluruh Gereja. Paus Clemen XI (1700 – 1721) menetapkan secara resmi pesta Santo Yosef yang dirayakan setiap
tanggal 19 Maret. Perayaan ini berlangsung sampai saat ini.
Pesta lain dari Santo Yosef yang dilihat dari aspek kehidupannya adalah pada tahun 1955. Saat itu Paus Pius XII
menetapkan Santo Yosef sebagai pelindung para pekerja yang dirayakan pada setiap tanggal 1 Mei (perayaan ini
kita kenal saat ini dengan hari buruh). Perayaan ini bersifat gerejani dan sekaligus sipil. Aspek-aspek lain perayaan
Santo Yosef adalah pelindung Gereja universal (Paus Pius IX, 8 Desember 1870), model bapa keluarga dan pekerja
(Paus Leo XIII [1878 – 1903]).
PELINDUNG UTAMA ORDO
Para Karmelit memulai devosi kepada Santo Yosef setelah hijrah ke Eropa. Sebenarnya Ordo Karmel tidak
sendirian melakukan devosi ini, tetapi bersamaan dengan para Fransiskan dan Hamba Maria. Perayaan Santo
Yosef dirayakan secara resmi di dalam Ordo Karmel sejak abad XV dengan menuliskan rumus tersendiri dalam
Ibadat Harian yang diterbitkan pada tahun 1480 di Bruxelles. Sedangkan ritus Misa di dalam Ordo baru dimulai
sejak tahun 1500.
Pada tahun 1680, saat Kapitel Jenderal Ordo Karmel, Santo Yosef dipilih sebagai Pelindung Ordo. Dari saat itu,
Santo Yosef dimasukkan ke dalam liturgi Ordo Karmel yang dirayakan pada setiap tanggal 19 Maret dengan hari
raya.
Akhir abad XVI, berkat reformasi dalam Ordo, OCD memiliki devosi sangat kuat kepada Santo Yosef, sehingga OCD
banyak menggunakan nama tersebut, seperti Fransiskus dari Yesus Maria Yosef, OCD yang diperingati setiap 20
Maret. Pada tahun 1680, OCD juga menjadikan Santo Yosef sebagai pelindung Ordo yang dirayakan pada Hari
Minggu III Paskah.
Tetapi setelah Konsili Vatikan II, saat reformasi liturgi, baik itu Ordo Karmel maupun OCD sama-sama merayakan
Santo Yosef pada setiap tanggal 19 Maret sebagai Pelindung Ordo. OCD juga merayakan Santo Yosef setiap tanggal
1 Mei dengan status peringatan wajib, sedangkan Ordo Karmel, tidak merayakan tanggal itu secara liturgis, tetapi
mengikuti perayaan sipil.
BEATO FRANSISKUS PALAU Y QUER, IMAM
20 MARET

RIWAYAT HIDUP
Beato Fransiskus Palau y Quer yang dikenal juga dengan nama Fransiskus dari Yesus Maria Yosef, lahir pada 29
Desember 1811 di Aytona, Lérida, Spanyol. Ayahnya bernama José Palau dan ibunya bernama Antonia Quer. Pada
tahun 1828, ia masuk Seminari di Lérida dan menyelesaikan studi filsafat (3 tahun). Ia hanya sempat studi teologi
pada tahun pertama, karena ia masuk Novisiat OCD pada tahun 1832. Tahun berikutnya (1833), Fransiskus
mengucapkan kaul sementara, kemudian melanjutkan teologi tahun kedua yang diselesaikan pada tahun
berikutnya. Ia menerima tahbisan diakon pada 22 Januari 1834.
Pada waktu itu, politik di Spanyol mengalami saat-saat sulit. Pada 25 Juli 1835, biara tempat Fransiskus tinggal,
diserang para pemberontak. Oleh sebab itu, ia harus tinggal beberapa waktu di luar biara, di kota asalnya. Selama
waktu itu, Diakon Fransiskus tetap menjalin kontak dengan pimpinannya dan sekaligus mempersiapkan diri untuk
tahbisan imam. Pada 2 April 1836, ia ditahbiskan menjadi imam di Barbastro, tidak jauh dari tempat kelahirannya.
Situasi politik bukan menjadi semakin baik, malah semakin parah. Fransiskus harus pergi ke pengasingan di
Mondésir dan Livron, Perancis selama 10 tahun (1841 – 1851). Sesudah itu Fransiskus kembali ke Spanyol dan
melaksanakan hidup kontemplatif di Montsan, walau hanya sebentar, selama musim panas (Juli – Agustus) pada
tahun 1851.
Setelah bertapa, Fransiskus mendedikasikan diri untuk pelayanan melalui kotbah dan misi di Barcelona dan
kepulauan Baleares. Pada tahun 1860 atau 1861, ia membentuk beberapa perkumpulan, seperti Sekolah Kebajikan
di Barcelona yang bergerak di bidang pelayanan katekese. Fransiskus juga menyediakan waktu sebagai
pembimbing rohani. Di kepulauan Baleares, ia mendirikan sekolah dan Kongregasi Para Saudara dari Karitas
(Hermanos de la Caridad). Belum berhenti di situ, ia juga mendirikan dua Kongregasi perempuan yang kita kenal
saat ini dengan nama Hermanas Carmelitas Misioneras Teresianas (Suster Karmelitas Misionaris Teresia),
Hermanas Carmelitas Misioneras (Suster Karmelitas Misionaris). Ia juga mendirikan paguyupan misionaris.
Fransiskus dikenal sebagai penulis dan eksorsis.
Moto yang dikenal dari Fransiskus adalah, "Saya hidup dan saya akan hidup untuk Gereja; saya hidup dan saya
akan mati untuknya – Vivo y viviré por la Iglesia; vivo y moriré por ella" Mis Relaciones. Dalam beberapa
tulisannya, Fransiskus berusaha menunjukkan kesatuan Gereja yang dilaksanakannya dalam berbagai pelayanan.
Ide dasarnya adalah kehidupan para Rasul dan Gereja Purba. Perkumpulan dan Tarekat adalah sarana untuk
persatuan Gereja, bukan untuk pemisahan satu sama lain.
Fransiskus selama hidupnya, telah mendedikasikan segalanya untuk mewujudkan hidup apostolik. Di tengah-
tengah kesibukannya, pada 10 Maret 1872, Fransiskus jatuh sakit dan sepuluh hari kemudian, 20 Maret 1872, ia
meninggal di Tarragona pada usia 60 tahun. Fransiskus meninggalkan berbagai tulisan: Flors de Mes de Mayo o
Mes de María, La escuela de la virtud vindicada, Lucha del alma con Dios, Catecismo de las virtudes, La vida
solitaria, Carta de un director, La Iglesia de Dios, El exorcistado, Artículos y colaboraciones en "El ancora” y otros
periódicos, El ermitaño, Constituciones de la Orden Tercera del Carmen dan beberapa tulisan belum diedit.
KULTUS
Sejak tahun 1951, proses beatifikasi Fransiskus dimulai dan kebajikan Tuhan melalui Fransiskus terjadi pada 10
November 1986. Tidak lama kemudian, pada 24 April 1988, ia dibeatifikasi oleh Paus Yohannes Paulus II.
Pada 29 September 1988 perayaan Fransiskus dimasukkan ke Kalender Ordo Karmel dengan peringatan fakultatif.
BEATO BAPTISTA MANTUANUS, IMAM
17 APRIL

RIWAYAT HIDUP
Baptista Mantuanus yang juga dikenal dengan nama Baptista Spagnoli, lahir pada 17 April 1447 atau 1448.
Ayahnya bernama Pedro Modover, yang berasal dari Spanyol (dengan alasan ini maka ia bernama Baptisa
Spagnoli) dan ibunya bernama Costanza Maggi dari Brescia. Pada umur 17 tahun, Baptista masuk biara Karmel di
Ferrara dari Kongregasi Mantova, kemudian pada tahun 1464, ia mengucapkan profesi sementara. Kita tidak
mengetahui kapan ia mengucapkan profesi kekal dan menerima tahbisan imam, tetapi kita mengetahui pasti
bahwa Baptista belajar gramatika, retorika, filsafat dan teologi. Pada tahun 1475 ia sudah menjadi pengajar
teologi di Bologna.
Bakat sebagai penulis sudah ditunjukkan Baptista sejak ia masih muda. Pada umur 16 tahun, ia sudah menulis
buku yang berjudul De vita beata (Hidup Kudus), yang berisikan aspirasi hubungan dengan Tuhan dalam bentuk
dialog. Setelah menjadi Karmelit, Baptista sungguh-sungguh mendedikasikan dirinya di bidang pengajaran yang
menghasilkan banyak tulisan mengenai hidup religius, teologi, filsafat, prosa dan bahkan komedi. Tulisan-
tulisannya sangat dikenal pada zamannya. Ia juga dikenal sebagai penulis puisi. Salah satu puisinya bertemakan
Maria, terjual sampai 50.000 eksemplar dan bisa mencapai cetakan ke-70. Luar biasa! Bukunya yang paling
terkenal berjudul: Trophaeum pro Gallis expulsis pro duce Mantuanae yang dicetak sampai cetakan ke-120.
Di samping sebagai pengajar dan penulis, Baptista juga mendedikasikan diri untuk Tarekatnya dengan menjadi
enam kali sebagai Wakil Jenderal Kongregasi Mantova. Jabatan ini berakhir ketika Baptista terpilih menjadi
Jenderal Ordo Karmel periode 1513 – 1516. Ia juga dikenal sebagai sosok pembaruan Kongregasi Mantova dan
Ordo Karmel.
Baptista memberikan perhatian, baik itu Gereja lokal maupun universal. Ia berpartisipasi pada Konsili Lateran V
(1513 – 1517). Pelayanan lain pada Gereja universal dilaksanakan melalui duta perdamaian antara Italia –
Perancis. Paus Leo X memercayakan tanggung jawab ini kepada Baptista. Di Milan, ia juga dikenal sebagai sosok
pemberantas korupsi yang pada waktu itu merajalela di kalangan masyarakat dan klerus. Pada tahun 1489, ia
memberikan konferensi di gereja Santo Petrus, Vatikan, di hadapan Paus Innocentius VIII dan para Kardinal.
Bahkan, beberapa kata-kata Baptista yang disampaikan konferensi itu kemudian digunakan oleh Luther untuk
menyerang Gereja.
Baptista telah menulis banyak buku dan artikel. Tulisan-tulisannya menjadi literatur klasik di Italia yang banyak
digeluti oleh mahasiswa dan dosen di Fakultas Sejarah dan Sastra. Beberapa tulisannya yang lain yaitu: Ave Maria,
Constitutiones fratrum ordinis beatissimae Dei genitricis Mariae de Monte Carmeli, In lode dei bagni della Porretta,
De sacris diebus Carmelitae opus aureum, Opera omnia dan banyak karya lain.
Baptista adalah salah seorang kudus Karmel yang mendedikasikan diri sepenuhnya pada pengajaran dan
pengetahuan yang menjadikannya suatu pelayanan yang sangat berharga baik itu bagi Tarekat maupun Gereja.
Cara hidup ini ditempuhnya sampai pada akhir hidupnya pada 20 Maret 1516 di Mantova. Tubuhnya
disemayamkan di gereja Katedral di Mantova.
KULTUS
Tidak lama setelah kematiannya, proses beatifikasi segera dimulai yang berlangsung hingga 17 Desember 1885,
saat Paus Leo XIII menyatakan Baptista sebagai Beato. Perayaannya pada waktu itu dipilih pada hari kematiannya,
tanggal 20 Maret.
Setelah Konsili Vatikan II, perayaan Baptista Mantuanus dipindahkan pada setiap 17 April dengan tingkat
peringatan.
SANTO ANGELUS DARI SICILIA, IMAM DAN MARTIR
5 MEI

RIWAYAT HIDUP
Angelus dari Sicilia adalah orang kudus Karmel pertama setelah Ordo Karmel berimigrasi dari Gunung Karmel ke
Eropa. Kita tidak mengetahui banyak mengenai riwayat hidup Angelus, kecuali dari tulisan Enoc. Menurut biografi
yang ditulisnya, Angelus lahir dari pasangan Yahudi yang bernama Iesse dan Maria di Yerusalem. Keluarga ini
menjadi Kristiani. Angelus memiliki saudara bernama Yohannes. Kedua bersaudara ini menjadi yatim piatu ketika
mereka masih kecil sehingga mereka dibesarkan oleh Patriah Nicodemus sampai Angelus berumur 18 tahun, saat
ia masuk Biara Karmel di Gerbang Aurea di Yerusalem. Setelah menjalani masa pengenalan Ordo Karmel selama
setahun, ia pindah ke Gunung Karmel dan tinggal di tempat ini sebagai eremit selama 10 tahun bersama dengan
Karmelit lainnya. Setelah itu ia kembali ke Yerusalem dan pada umur 28 tahun Angelus menerima tahbisan imam
di kotanya.
Tidak lama kemudian, ia melaksanakan hidup eremitisme di padang gurun selama lima tahun. Pada suatu ketika di
tempat eremitisme ini, ia mendapat penampakan Yesus Kristus yang memintanya agar berangkat ke Sicilia, Italia
untuk menobatkan seorang yang bernama Berengario. Akan tetapi, sebelum ia berangkat ke tempat tujuan, ia
harus terlebih dahulu pergi ke Alexandria. Ia tidak berangkat langsung dari Alexandria ke Sicilia, tetapi terlebih
dahulu kembali ke Yerusalem untuk menghadiri pengangkatan saudaranya Yohannes menjadi Patriakh. Pada
kesempatan itu, ia berkotbah di hadapan 60.000 orang.
Tidak lama tinggal di Yerusalem, ia berangkat ke Sicilia melalui Alexanderia dan sempat menemui uskup kota
tersebut yang waktu itu bernama Atanasius. Pada 1 April 1219, ia naik kapal menuju Sicilia. Di tengah laut, mereka
mendapat serangan bajak laut. Tetapi berkat doa Angelus, bajak laut tersebut bisa dikalahkan dan bahkan
sebagian dari mereka malah bertobat menjadi Kristiani. Setelah berhenti sebentar di Messina (Pulau Sicilia),
akhirnya Angelus melanjutkan perjalanan ke Civitavecchia (pelabuhan Kota Roma) dan kemudian pergi ke Roma
yang hanya berjarak sekitar 20 kilometer. Pada waktu mengunjungi tempat-tempat suci di Roma (4 basilika utama:
St. Petrus, Lateran, Maria Maggiore dan St. Paulus), Angelus sempat bertemu dengan Fransiskus dari Asisi (pendiri
Ordo Fransiskan) dan Dominicus (pendiri Ordo Dominikan) di Katedral Lateran. Pada waktu mereka bertemu,
Fransiskus memprediksi bahwa dalam waktu dekat Angelus akan menjadi martir.
Dari Roma, Angelus pergi ke Palermo, kota bagian Barat Pulau Sicilia, tidak jauh dari Trapani, asal Santo Albertus
dari Trapani. Ia dijamu orang Basilius, tepatnya di Santa Maria della Grotta dan Angelus berkotbah selama 40 hari
di tempat ini. Setelah itu ia pergi ke Kota Agrigento dan melewati sumber Cefalà, tempat Angelus menyembuhkan
seorang kusta. Di Kota Agrigento, Angelus berkotbah selama 50 hari dan setelah itu melanjutkan perjalanan ke
Licata. Di kota inilah ia berusaha menobatkan Berengario yang sebelumnya diwahyukan dalam penglihatan waktu
Angelus menekuni hidup eremetisme di padang gurun. Pada 5 Mei 1220, Angelus berkotbah di hadapan 5.000
orang di gereja Santo Filipus dan Yakobus di dekat pantai. Tiba-tiba ia ditikam dengan pedang sebanyak lima kali.
Ia mengalami luka parah. Sebelum menghembuskan napas terakhir, ia meminta agar tidak membalaskan apa pun
kepada penyerangnya. Setelah kematiannya, Uskup Palermo meminta Angelus dihormati di keuskupannya.
KULTUS
Tidak lama setelah kematian Angelus, penghormatan kepadanya sudah dilaksanakan di antara para Karmelit dan
bahkan di seluruh Sicilia. Pada Kapitel Jenderal 1498 ditegaskan agar peringatan Angelus dilaksanakan oleh setiap
komunitas. Reliqui Angelus sempat disemayamkan di gereja bukan Karmel, kemudian pada 8 Agustus 1457 relikui
itu dipindahkan ke salah satu biara Karmel. Pada tahun 1459 Paus Pius II memberikan tingkat pesta untuk
perayaannya dan mulai dari saat itu, dalam liturgi Karmel (dalam Ibadat Harian dan Misa), Angelus memiliki
tingkat pesta. Sementara itu, kalender liturgi OCD di Spanyol mulai mencantumkan Angelus sejak tahun 1589
sedangkan di Italia, sejak tahun 1609, walau kemudian ditiadakan sejak tahun 1913.
Sesudah Konsili Vatikan II, waktu perayaan Angelus di dalam Ordo tidak mengalami perubahan, yaitu tetap pada
hari kemartirannya, setiap 5 Mei, tetapi dengan peringatan wajib.
BEATO ALOISIUS RABATÀ, IMAM
8 MEI

RIWAYAT HIDUP
Kita tidak mengetahui banyak mengenai riwayat hidup Aloisius (Luigi) Rabatà. Ia lahir di Monte San Giuliano
(Gunung Santo Julianus) saat ini disebut dengan Erice, Sicilia, kemungkinan pada tahun 1443. Ia merasa dipanggil
menjadi Karmelit ketika masih muda. Kemudian, Aloisius masuk Biara Karmel Annunziata di Trapani (St. Albertus
dari Trapani juga masuk Karmel di biara ini).
Aloisius dikenal sebagai orang yang rendah hati dan memberikan perhatian kepada sesama terlebih kepada orang
miskin. Kebajikan ini sudah kelihatan dalam hidupnya sejak ia masih dalam formasi. Jlika ia memiliki waktu luang di
tengah-tengah kesibukannya sebagai frater, maka ia mempergunakannya untuk menolong orang miskin. Ia juga
dikenal sebagai seorang pendoa dan melakukan banyak laku tapa. Aloisius sangat menikmati studi yang
diterimanya selama masa formasi.
Setelah ditahbiskan menjadi imam, Aloisius ditempatkan di Biara Santo Mikael di Randazzo, Catania. Praktis ia
menghabiskan seluruh hidupnya di biara ini dengan melakukan kebajikan-kebajikan yang tidak terhingga, baik itu
kepada mereka yang dilayaninya maupun juga kepada Ordo. Ia menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan
dengan baik sekali.
Selama ia tinggal di biara Randazzo, banyak orang menyukainya dan datang ke gereja untuk mendengarkan
kotbahnya. Sayang, di kota itu ada orang tidak senang akan kehadiran Aloisius. Orang yang sangat berpengaruh di
kota tersebut berusaha menyingkirkannya sehingga ia memerintahkan saudaranya sendiri untuk membunuh
Aloisius. Pada saat ia sedang berkotbah kepada banyak orang, suruhan tersebut melancangkan panah yang
bersarang tepat di bagian dahinya. Orang yang hadir pada waktu itu sangat histeris akan peristiwa itu. Ia
menderita luka parah selama beberapa bulan sebelum Aloisius menghembuskan napas terakhir pada 8 Mei 1490.
Dalam penderitaannya, Aloisius menunjukkan kebajikan besar dalam hidup dengan memaafkan dan merahasiakan
orang yang membunuhnya.
Ikon Aloisius selalu disertai dengan panah tertancap di bagian dahi dan juga kadang dengan memegang daun
palma sebagai lambang kerendahan hati, seperti yang bisa kita lihat pada ikon-ikon presentatif.
KULTUS
Setelah kematian Aloisius, umat beriman sudah memberikan penghormatan kepadanya sebagai orang yang
memiliki kekudusan hidup, sehingga kuburnya tidak pernah sepi. Antara tahun 1533 – 1573, Keuskupan Randazzo
sudah memulai proses beatifikasi Aloisius. Kemudian proses dilanjutkan kembali pada tahun-tahun berikutnya dan
sementara itu Kapitel Jenderal 1756 merekomendasikan agar tetap melanjutkan usaha beatifikasi ini. Akhirnya,
pada 10 Desember 1841 semua proses beatifikasi terpenuhi dan disahkan oleh Paus Gregorius XVI. Dengan
demikian Aloisius Rabatà dinyatakan Beato. Ordo merayakannya dengan peringatarn fakultatif pada setiap tanggal
8 Mei.
SANTO GEORGIUS PRECA, IMAM
9 MEI

RIWAYAT HIDUP
Georgius (Ġorġ) Preca lahir di La Valletta, Malta pada 12 Februari 1880 dari pasangan Vincensius dan Natalina
Ceravolo. Ia dibaptis pada 17 Februari 1880 di Paroki Maria Bunda Karmel. Tidak lama kemudian, orangtuanya
pindah ke Hamrun, tidak jauh dari kota kelahirannya. Sejak kecil, berdasarkan kebiasaan pada waktu itu, Georgius
sudah menjadi anggota Keluarga Karmel dengan mengenakan skapulir. Ia menerima komuni pertama di Kota
Hamrun dan kemudian masuk Seminari di La Valletta. Pada 22 Februari 1906, ia ditahbiskan menjadi imam
Diosesan.
Pada 7 Maret 1907, ia mengumpulkan para pemuda (tanpa pemudi) di Hamrun dan memberikan pengajaran
katekese sebagai persiapan pewartaan kepada mereka yang membutuhkan. Di bawah pimpinan Georgius, lahir
Sosietas Doktrin Kristiani (Societas Doctrinae Christianae) yang beranggotakan kaum muda tersebut. Georgius juga
menamai perkumpulan ini dengan Magister Utinam Sequatur Evangelium Universus Mundus (Guru [Tuhan],
Semoga Seluruh Dunia Mengikuti Injil) yang sering disingkat dengan MUSEUM. Pada tahun 1910 Societas
Doctrinae Christianae juga diikuti oleh para pemudi. Mereka ini adalah awam yang mendedikasikan diri untuk
pewartaan dengan disiplin diri yang tinggi dan ugahari dengan mendoakan suatu doa pada setiap empat jam.
Setiap hari mereka mendapat katekese selama satu jam.
Dalam perjalanan selanjutnya Societas Doctrinae Christianae praktis menangani katekese di seluruh Malta,
terlebih di bidang ajaran iman dan moral. Sosietas ini banyak menulis buku-buku doa. Kekhasan mereka paling
utama adalah pewartaan Sabda Tuhan.
Sebagai seorang imam, Georgius tidak pernah melupakan tanggung jawabnya dan banyak orang datang
kepadanya untuk mendapatkan kebijaksanaan. Pada 21 Juli 1918, Georgius menjadi anggota Ordo Karmel Ketiga
dan mengucapkan kaul satu tahun sesudahnya (September 1919). Semua anggota MUSEUM yang dibimbing
Georgius mengenakan Skapulir Ordo Karmel tanpa dimintanya. Karena devosinya yang sangat kuat kepada Bunda
Maria, maka pada tahun 1957, ia mengusulkan lima misteri baru dalam Doa Rosario yang disebut dengan
Peristiwa Cahaya.
Cabang MUSEUM berkembang di beberapa negara, seperti Australia, Inggris, Albania, Kenya, Sudan dan Perú.
Pada tahun 1952, Georgius dengan MUSEUM, berafiliasi ke Ordo Karmel dan mulai saat itu kesibukannya semakin
bertambah. Walaupun demikian, ia selalu berusaha melaksanakan tanggung jawabnya sampai ia dipanggil Tuhan
ke pangkuan-Nya pada 26 Juli 1962 dengan umur 82 tahun. Ia telah mendedikasikan diri sebagai imam, Karmelit
dan katekis. Di samping karyanya yang banyak itu, ia juga meninggalkan tulisan-tulisan seperti: The year of the
Lord, Discipleship, The Right Intention, Seeking God's Glory, Il-Benedicta, The great book, Look up to Christ
crucified, Gymnasium for the spiritual life, A spiritual directory, The sanctuary of Christ's spirit, dan A letter on
meekness.
KULTUS
Proses beatifikasi Georgius Preca sudah dimulai sejak tahun 1975. Pada 28 Juni 1999 proses beatifikasi sudah
memenuhi syarat. Oleh sebab itu, pada 9 Mei 2001, Georgius Preca dinyatakan Beato oleh Paus Yohannes Paulus I
di Malta. Enam tahun kemudian, tepatnya pada 3 Juni 2007, Paus Benediktus XVI menyatakan Georgius Preca
sebagai Santo, yang adalah santo pertama dari Malta. Ordo merayakannya dengan peringatan fakultatif.
SANTO SIMON STOCK, BIARAWAN
16 MEI

RIWAYAT HIDUP
Simon Stock adalah salah satu orang kudus Ordo Karmel awal. Kita tidak mengetahui banyak mengenai riwayat
hidupnya karena pada waktu itu Ordo Karmel baru saja pindah ke Eropa, sehingga para Karmelit masih
menyesuaikan dan mempersiapkan diri dengan keadaan di Eropa.
Pada abad XV, di Eropa bagian Utara ada legenda mengenai Simon yang memiliki penglihatan kepada Bunda Maria
dengan skapulir dan berkata, "Ini adalah suatu tanda kekhasan bagi Anda dan saudara-saudari Anda, dan siapa
saja meninggal dengan mengenakannya, akan selamat."
Pada salah satu dokumen yang dimiliki Ordo Karmel, ada catatan bahwa Simon adalah Prior Jenderal (dalam daftar
jenderal yang kita miliki [lihat Sejarah Ordo Karmel Indonesia] adalah urutan kelima) yang berasal dari Inggris. Ia
dihormati karena kesucian hidup dan meninggal pada tahun 1265 di Bordeaux, Perancis. Setelah kematiaannya,
makamnya menjadi tempat peziarahan bagi banyak orang dan tempat berbagai mukjizat.
Legenda dan catatan ini kemudian disatukan dan menjadi sumber informasi mengenai Simon. Tidak lama
kemudian, legenda Simon berikutnya adalah mengenai riwayat hidupnya. Walaupun tidak lengkap, tetapi hal ini
menjadi suatu hal sangat berharga untuk mengetahui Simon, bahwa ia lahir di Kent, Inggris. Ia menekuni hidup
eremit yang keras. Ia membuat rumah dari kayu dalam bentuk susunan Flos Carmeli (yang adalah madah khas
Karmel yang dipersembahkan kepada Bunda Maria. Madah ini mulai dikidungkan di dalam Ordo sejak abad XIV).
Kita tidak tahu kapan Simon meninggal, menurut legenda pada 16 Mei 1265.
KULTUS
Penghormatan kepada Simon begitu besar mulai abad XIV. Bukan itu saja, devosi skapulir juga berkembang sejak
abad XV, bahkan di luar Ordo. Oleh sebab itu, banyak orang menjadi anggota perkumpulan skapulir ini. Di gereja-
gereja Karmel dan bukan Karmel, lukisan mengenai skapulir selalu menjadi favorit, bahkan hampir semua gereja
dan kapel Ordo pada waktu itu menghadirkan ikon ini.
Pada abad XVI, kultus Simon sudah dimasukkan dalam kalender Ordo yang dirayakan setiap tanggal 16 Mei.
Dasarnya adalah tradisi yang berkembang di dalam Ordo dan bahkan di luar Ordo. Setelah Konsili Vatikan II,
perayaan ini dihapuskan dari penanggalan Gereja dan kemudian baru-baru ini dimasukkan kembali dan Ordo
merayakannya pada tanggal yang sama (16 Mei) dengan peringatan fakultatif.
Kita perlu mengetahui bahwa penampakan skapulir Simon adalah tidak pasti. Akan tetapi, skapulir bagi para
Karmelit adalah tanda perlindungan keibuan Maria dan menjadi tanda untuk mengikuti Kristus sebagaimana telah
dilakukan Maria. Makna yang sama adalah juga bagi mereka yang mengenakan skapulir yang di luar keluarga
Karmel yang akhir-akhir ini sangat berkembang sebagai salah satu bentuk devosi kepada Maria.
SANTA YOAKIMA DE VEDRUNA I VIDAL, BIARAWATI
22 MEI

RIWAYAT HIDUP
Joaquima (Yoakima) de Vedruna i Vidal (Joaquima: Katalunya yang diambil dari bahasa Ibrani Yohaquim [untuk
laki-laki] dan untuk perempuan menjadi Joaquima) lahir di Barcelona pada 16 April 1783 dari keluarga Kristiani
yang saleh. Dari segi materi, keluarganya tidak mengalami kekurangan apa pun, karena orang tuanya adalah
kalangan aristokrat, borgese dan intelektual. Ayahnya bernama Llorenç de Vedruna i Mur yang bekerja di
pemerintahan Barcelona dan ibunya bernama Teresia Vidal I Comas. Yoakima adalah anak kelima dari delapan
bersaudara.
Pada umur 12 tahun, Yoakima ingin masuk ke Biara Karmelites Encarnació, tidak jauh dari rumahnya. Akan tetapi,
niatnya ini ditolak oleh pimpinan biara, karena ia masih belia. Dalam perjalanan hidup selanjutnya, ia menerima
pinangan Teodor de Mas i Solà, seorang Advokat berumur 24 tahun yang bekerja di Barcelona untuk memelihara
aset pemerintah. Yoakima (dalam usia 16 tahun) dan Teodor menikah pada hari Paskah, 24 Maret 1799 dan dari
pernikahan itu mereka dikaruniai 9 putra.
Yoakima mengalami dua tantangan berat dalam perjalanan hidup. Pertama, tiga dari anak mereka meninggal
dalam usia belia. Kedua, pada tahun 1808 – 1814 terjadi perang antara Katalunya dan Perancis, dan Teodor juga
ikut berpartisipasi pada perang tersebut untuk membela daerahnya. Sayang, ia meninggal pada perang tersebut,
sehingga Yoakima menjanda dengan enam anak yang harus ditanggung.
Sepeninggal suami, ia pindah ke Vic, tidak jauh dari Barcelona, di rumah peninggalan suaminya. Dalam situasi
seperti ini, di samping menghidupi anak-anaknya, ia juga berusaha untuk membenahi pendidikan mereka,
terutama dalam hidup spiritual yang menghasilkan buah yang sangat mengagumkan. Dua anaknya menikah (Josep
dan Agnès) sedangkan 4 putrinya yang lain (Anna, Teresia, Maria del Carme dan Teodora) hidup membiara.
Setelah Yoakima menyelesaikan semua tanggung jawabnya untuk mendidik dan menghidupi anak-anaknya, pada
tahun 1826 di bawah bimbingan seorang Romo Kapusin, ia bersama dengan sembilan orang lainnya berinisiatif
untuk membentuk kelompok yang bergerak di bidang karitatif bagi orang sakit dan pendidikan anak-anak di Vic.
Yoakima bersama dengan teman-temannya mengikrarkan kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian pada 6
Januari 1826 di hadapan Uskup Vic. Kelompok ini berkembang pesat di daerah Barcelona (Katalunya). Pada
awalnya kelompok bermaksud berafiliasi ke Ordo Kapusin, tetapi kemudian uskup setempat lebih suka Yoakima
dan kawan-kawan berafiliasi ke Ordo Karmel dengan nama "Germanes Terciàries de Maria Santissima del Carme"
(Suster Ordo Ketiga dari Santa Maria dari Karmel) yang kemudian bernama "Germanes Carmelites de la Caritat"
(Suster Karmelit dari Karitas) yang secara resmi digunakan sejak tahun 1866.
Pada waktu perang Carlina (1833 – 1839) Yoakima bersama dengan anggota Tarekatnya menolong banyak orang
korban perang. Bahkan ia sempat lama meninggalkan biara untuk tugas karitas ini. Dalam perjalanan, ia sangat
bertanggung jawab untuk kemajuan anggota Tarekatnya, baik itu dalam spiritual maupun institusi. Sayang,
kesehatannya tidak mendukung untuk melanjutkan tugas-tugasnya ini. Pada tahun 1849, ia mengalami sakit
parah, dan kemudian ia dipindahkan ke komunitas Barcelona untuk perawatan lebih intensif. Beberapa tahun ia
mendapat perawatan dan akhirnya meninggal pada 28 Agustus 1854, dalam usia 71 tahun, karena sakit kolera. Ia
meninggalkan beberapa tulisan: Epistolaria, Pensamientos entrensecados de sus cartas dan Vedruna: Palabra viva
dan Voz de madre.
KULTUS
Riwayat hidup Yoakima sangat menyentuh untuk membentuk keluarga Kristiani, terlebih dalam pembekalan hidup
spiritual. Cara hidup inilah yang diwariskan Yoakima kepada masyarakat Katalunya dan kepada Gereja secara
umum. Oleh sebab itu, umat Katalunya sangat menjunjung cara hidup Yoakima dan Gereja sudah menyatakan
penghormatan kepadanya dengan menggelarnya sebagai Beata pada 19 Mei 1940, melalui Paus Pius XII, tidak
lama setelah ia meninggal. Kemudian Yoakima dijadikan Santa oleh Paus Yohannes XXIII pada 12 April 1959.
Yoakima masuk dalam kalender Ordo pada tahun 1957, yang dirayakan setiap tanggal 22 Mei. Setelah Konsili
Vatikan II, perayaan tetap pada tanggal yang sama (22 Mei) dengan peringatan fakultatif.
SANTA MARIA MAGDALENA DE' PAZZI, PERAWAN
25 MEI

RIWAYAT HIDUP
Maria Magdalena de' Pazzi lahir pada 2 April 1566 dari keluarga yang sangat borgese di Firenze, Italia. Ia diberi
nama Caterina, di samping nama Lucrezia, untuk menghormati neneknya. Ibunya bernama Maria Boundelmonti
dan ayahnya bernama Camillo di Geri de' Pazzi. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara (saudaranya yang lain
adalah Geri, Alamanno dan Braccio).
Pada umur 10 tahun, berkat bimbingan bapa pengakuannya, Magdalena sudah menerima komuni pertama yang
bertentangan dengan kebiasaan pada waktu itu (umur tersebut adalah terlalu muda untuk menerima komuni).
Pada waktu orang tuanya bertugas di Cortona, ia sempat mengunjungi biara Ordo Ketiga Fransiskan yang
menghayati hidup miskin. Ia terkesan dengan cara hidup mereka yang sangat sederhana tersebut. Pada umur 16
tahun, tepatnya pada 27 November 1582, Magdalena masuk ke Biara Karmel "Santa Maria degli Angeli" di
Oltrarno, Firenze, Italia, salah satu biara Karmel terkenal pada waktu itu. Ia hidup bersama dengan para suster
lebih dari 60 orang, Magdalena secara antisipasi mengikrarkan kaul ketaatan, kemurnian dan kemiskinan, karena
pada waktu Novisiat, ia mengalami sakit keras. Setelah pengikraran kaul itu, ia kembali sembuh.
Pada saat mengikrarkan kaul, Magdalena memiliki pengalaman mistik dan ekstase melalui pendengaran,
penglihatan dan percakapan dengan Kristus dalam terang Roh Kudus. Sejak saat itu, sepanjang perjalanan hidup
membiara, ia selalu berada dalam pengalaman mistik itu di samping tugas-tugas yang harus diembannya seperti
tiga tahun menjadi Socius Magistra, pernah menjadi Sakristan, pernah juga menjadi pembimbing para Suster
Yunior (1595), enam tahun menjadi Magistra (1598 – 1601) dan pada tahun 1604 ia terpilih menjadi Subpriorin.
Pada umur 19 tahun, ia merayakan pernikahan mistiknya dengan Kristus dengan turut mengambil bagian hidup
Kristus. Kata-kata Magdalena dalam pernikahan mistik ini adalah, "Menderita tetapi tidak mati." Ungkapan hidup
mistik yang diberikan Magdalena adalah dalam doa, pengorbanan dan penitensi. Dengan berani, ia menulis surat
pembaruan Gereja kepada Paus Sixtus V, para kardinal, imam, religius dan suster.
Magdalena mengalami hidup membiara praktis setelah geriode reformasi, Konsili Trente (1545 – 1563) yang
memberikan warna baru dalam hidup Gereja. Dengan kebangkitan dari kebobrokan hidup spiritual sebelumnya,
Magdalena menjadi figur reformasi dalam hidup spiritual dan mistik. Melalui hidup membiara yang tersembunyi,
ia memberikan kualitas hidup kepada Gereja dalam doa dan laku tapa. Dengan kualitas hidup ini, Magdalena
memberikan terang kepada dunia dan kepercayaan kepada Gereja, termasuk juga para imam.
Kata-kata mistik lainnya yang terkenal dari Magdalena adalah kasih yang diungkapkan dalam kalimat berikut ini,
"Diciptakan Tuhan dengan kasih dan untuk kasih, dan dengan cara itu kita hendaknya kembali kepada-Nya. Fungsi
utama kasih adalah persatuan jiwa dengan Tuhan. Hidup spiritual adalah bagaikan suatu lingkaran, dijiwai oleh
kasih yang asal dan tujuannya adalah Tuhan."
Magdalena juga memiliki devosi yang sangat kuat kepada Maria yang keindahannya terletak pada kesucian yang
bersatu dengan Sabda. Magdalena meninggalkan tulisan mistik kepada kita seperti: I quaranta giorni, Colloqui,
Revelatione e intelligente, Probatione, Renovatione della Chiesa, dan Lettere (mengikuti cara penulisan bahasa
Italia waktu itu).
Magdalena meninggal pada 25 Mei 1607 dalam umur yang relatif muda (41 tahun). Tetapi ia telah memberikan
sumbangan sangat berarti bagi Gereja, terlebih bagi Ordo Karmel.
KULTUS
Penghormatan kepada Magdalena di Firenze segera dilaksanakan setelah ia meninggal dan proses beatifikasi juga
terlaksana dalam waktu yang sangat singkat (1612 sudah selesai). Proses selanjutnya dilaksanakan di Roma dan
akhirnya pada 8 Juni 1628, Magdalena dinyatakan Beata oleh Paus Urbanus VIII. Beberapa tahun kemudian,
tepatnya pada 28 April 1669, ia dijadikan Santa oleh Paus Clemen IX.
Pada tahun berikutnya (1670) perayaan Magdalena diperkenalkan pada Kalender Liturgi Romawi dan praktis ia
dikenal di seluruh Italia sebagai mistikus. Setelah Konsili Vatikan II, Kalender Romawi merayakan Magdalena
dengan peringatan fakultatif, sedangkan Ordo merayakannya dengan pesta.
Para Karmelit sudah merayakan Magdalena sejak tahun 1627, setelah beatifikasi, dengan teks khusus. Sementara
itu, dalam kalender OCD kita tidak tahu persis kapan mulai dirayakan Magdalena, kemungkinan besar sekitar
tahun 1629. Setelah Konsili Vatikan II, OCD merayakan Magdalena dengan peringatan.
BEATO HILARIUS JANUSZEWSKI, IMAM DAN MARTIR
12 JUNI

RIWAYAT HIDUP
Beato ini adalah salah satu orang kudus yang pernah tinggal di Centro Internazionale Sant' Alberto (CISA = rumah
studi internasional Ordo Karmel), Roma. Hilarius dilahirkan di Krajenki, Polandia pada 11 Juni 1907. Ia diberi nama
baptis, Pawel. Orang-tuanya bernama Martin dan Marianne. Ia mendapat pendidikan Kristiani dengan baik di
dalam keluarga. Kemudian orangtuanya pindah ke Kota Greglin (1915) dan Hilarius juga bersekolah di kota
tersebut, tetapi karena alasan ekonomi, ia sempat putus sekolah. Kemudian, ia melanjutkan sekolah ke Krakow
dan di kota ini ia mengenal Ordo Karmel yang kemudian dimasukinya pada tahun 1927 dengan nama biara,
Hilarius.
Satu tahun kemudian, pada 30 Desember 1928, Hilarius mengikrarkan kaul pertama dan melanjutkan studi filsafat
teologi. Kemudian ia melanjutkan studi di Roma, di Centro Internazionale Sant' Alberto. Di pusat studi ini, Hilarius
hidup dengan Karmelit yang berasal dari berbagai negara untuk studi filsafat teologi atau spesialisasi. Ia
ditahbiskan menjadi imam pada 15 Juli 1934 di Roma.
Setelah menyelesaikan spesialisasi di Angelicum, Roma, Hilarius kembali ke Polandia dan menjadi dosen dogma
dan sejarah Gereja. Di samping tugas-tugasnya dalam pendidikan, pada tahun 1939 ia juga menjadi Prior di
komunitas studi tempat ia tinggal, di Krakow.
Sayang, ia menjabat tugas ini sangat singkat karena pada 1 September 1939, Jerman menyatakan perang kepada
Polandia. Saat-saat genting muncul di mana-mana di Polandia. Duapuluh hari kemudian (21 September 1939)
Soviet (sekarang Rusia) juga memerangi Polandia dari Timur untuk membendung serangan Jerman. Polandia
terjepit di tengah-tengah. Banyak masyarakat meninggal dalam suasana mengerikan dan banyak biarawan-
biarawati ditawan di kamp konsentrasi Jerman.
Para Karmelit Krakow juga tidak luput dari penangkapan, seperti A. Urbanski, A. Wszelaki, M. Nowakowski dan P.
Majcher. Pada waktu itu P. Konoba dari komunitas Hilarius, seorang Karmelit tua dan sakit-sakitan, juga akan
ditangkap. Tetapi Hilarius menawarkan diri untuk menggantikan Konoba. Tentu sikap ini adalah sikap
pengorbanan yang paling berharga dalam hidup Kristiani, berani mengorbankan hidup untuk saudara.
Hilarius pun ditangkap dan dipenjarakan di Gunung Serigala, di Krakow dan kemudian ia dipindahkan ke kamp
konsentrasi Jerman, di Dachau. Ia meninggalkan tulisan: Inquisitio historico critica in quaestionem de
consecratione ciborii ex oblivione extra corporale derelicti, Theologia moralis, Swietymi badzcie: Konferencje i
teksty ascetyczne dan Wspomnienia, 1835 – 1877.
Pada tahun 1945, kekuatan militer Jerman semakin melemah dan suasana di kamp konsentrasi semakin tidak
terkendali baik itu dalam pemeliharaan dan terutama dalam kesehatan. Penyakit kolera dan tifus menimpa banyak
tahanan. Pada waktu itu di kamp ini juga terdapat beberapa Karmelit, termasuk Titus Brandsma. Suasana seperti
ini, Hilarius bertindak sebagai penolong mereka yang sakit. Dalam suatu kesaksian tahanan, ia berkata kepada
Bernard Czaplinski (yang kemudian menjadi Uskup Chelm, setelah perang dunia), "Saya sadar bahwa saya tidak
bisa keluar dari tempat ini hidup..."Memang benar, ia tidak meninggalkan Dachau sebelum ia meninggal. Ia juga
tidak luput dari penyakit tifus dan setelah 21 hari sakit, ia menghembuskan napasnya yang terakhir di Dachau
pada 26 Maret 1945, beberapa hari sebelum hari pembebasannya dari kamp konsentrasi. Jenazahnya dikremasi di
Dachau.
KULTUS
Proses beatifikasi Hilarius berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan berarti. Hasilnya, ia sudah dinyatakan
Beato pada 13 Juni 1999. Perayaan Hilarius dirayakan secara fakultatif setiap tanggal 12 Juni. Jadi, peringatannya
tidak disesuaikan dengan tanggal kematiannya, tetapi lebih ditekankan pada hari beatifikasi.
SANTO ELISA, NABI
14 JUNI

RIWAYAT HIDUP
Elisa (Elisha) yang asal katanya adalah dari Ibrani yang berarti Allahku adalah keselamatan, juga disebut dengan
Eliseus yang pengucapannya berasal dari bahasa Yunani dan Latin dan digelari juga dengan Alyasa dalam bahasa
Arab.
Sumber utama hidup Elisa kita peroleh dari Kitab Suci yang mengatakan bahwa Ia adalah anak Safat dari Abel-
Mehola yang menjadi murid atau pengganti Elia yang ditandai dengan pengurapan (1Raj 19:16). Peristiwa ini kita
peroleh ketika Elia mendapat penglihatan di Gunung Sinai. Dalam perjalanannya dari Sinai ke Damaskus, Elia
melihat Elisa sedang membajak. Elia menghampirinya dan mengenakan mantolnya ke bahu Elisa sebagai tanda
pengangkatannya sebagai muridnya.
Elisa menerima panggilan ini. Setelah ia berpamitan dengan orangtuanya dan teman-temannya (1Raj 19:19-21), ia
pergi bersama dengan Elia ke Gilgal, Betel, Jeriko dan kemudian menyeberangi Sungai Yordan bagian Timur. Ketika
mereka berdua hendak menyeberang Sungai Yordan, mantol Elia disentuhkan ke sungai tersebut dan air terbelah
dua dan kering, sehingga mereka bisa pergi ke seberang (2Raj 2:1-8). Keduanya berjalan menjauh dari Sungai
Yordan dan tiba-tiba kereta dan kuda berapi datang memisahkan keduanya dan Elia diangkat ke surga dengan
kereta tersebut. Elisa memungut mantol Elia yang diwariskan dan Elisa pun menerima roh gurunya. Dalam
perjalanan kembali ke Yerikho, Elisa hendak menyeberang Sungai Yordan. Ia menyentuhkan mantol yang
diterimanya dari Elia ke Sungai Yordan, dan sungai itu pun terbelah dua, seperti yang dilakukan gurunya, lalu ia
menyeberang untuk pergi ke Yerikho (2Raj 2:9-18).
Dari Yerikho, Elisa pergi ke Gunung Karmel lalu kemudian tinggal di Samaria (2Raj 2:25) dan panggilan profetis
Elisa berlangsung untuk memimpin bangsa Israel. Perjuangannya tidak kalah sengit dibandingkan dengan Elia,
gurunya. Bahkan karya-karya Tuhan melalui Elisa lebih banyak dibandingkan dengan gurunya, seperti Elisa
memperbanyak minyak dari seorang janda, sehingga ia bisa menyambung hidupnya bersama dengan anak-
anaknya(2Raj 4:1-7), kelahiran, kematian dan kebangkitan seorang anak dari perempuan kaya di Sunem (2Raj 4:8-
37), penyembuhan Naaman dari penyakit lepra (2 Raj 5:1-27) dan banyak lagi mukjizat lain yang dilakukan oleh
Elisa selama pelayanannya sebagai Nabi. Di samping itu, Elisa juga aktif dalam pelayanan politis (mulai dari 2Raj
5:20-10:30) sampai ia meninggal (2Raj 13:14-21).
Dalam Tradisi Patristik (Hironimus, Egeria, Isodorus dari Sevilla dan Beda) mengatakan bahwa kuburan Elisa
terdapat di Samaria yang kemudian tulang-tulangnya dipindahkan oleh Kaisar Julianus Apostata pada abad IV ke
Konstantinopel dan pada tahun 718 dipindahkan lagi ke gereja Santo Laurentius, Ravenna, Italia. Pada tahun 1369,
Ordo Karmel mendapat kehormatan untuk mendapatkan relikui Elisa (tidak tahu di mana sekarang ditempatkan).
Pada tahun 1603, gereja Santo Laurentius dimusnahkan dan relikui Elisa dipindahkan ke gereja Santo Apollinarius.
KULTUS
Pada periode Kristiani awal yang kita kenal dengan zaman Patristik, Elisa bersama dengan Elia dikenal sebagai
model hidup eremitisme, sehingga tidak jarang dari mereka mengambil nama Elisa dan juga mengikuti cara
hidupnya untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Yohannes Kassianus misalnya, melihat Elisa sebagai
panutan hidup dalam kemiskinan (Inst. 7,14,2), tidak terpengaruh dunia (Hironimus, Ep. 71,3) dan model dalam
kemurnian (Hironimus, Ep. 22). Elisa juga dikenal sebagai figur Kristus dalam hal mukjizat yang telah dilakukan
Tuhan melalui tangan nabi ini (Origenens, Lc. 33,5).
Para Karmelit melihat Elisa tidak jauh dari sudut pandang gurunya, Elia (lihat juga Elia), yang diwarisi dari zaman
Patristik. Oleh sebab itu, para Karmelit awal melihat Elisa sebagai model dalam hidup kontemplatif dan aktif
(Yohannes Baconthorp, Laus, 2,2). Sementara itu Daniele della Vergine melihat Elisa bersama dengan Elia sebagai
model hidup eremitisme dan monastik yang keduanya tidak bisa terpisahkan. Felip Ribot juga melihat hal yang
sama dalam diri Elisa.
Pada abad XVI, seorang OCD bernama Petrus dari lbu Tuhan melihat Elisa juga sebagai model hidup kontemplatif
dan aktif yang dikenal dengan istilah roh ganda. Sehubungan dengan ini, Elisa juga menjadi referensi Teresia dari
Yesus yang bisa kita lihat dalam beberapa tulisannya. Teresia dari Kanak-kanak Yesus juga melihat arti roh ganda
ini dalam diri Elisa (MS B 4r).
Sehubungan dengan Institusi, Elisa yang adalah murid Elia, dilihat sebagai gambaran suksesi untuk menuju
kesempurnaan. Yohannes Soreth misalnya, melihat peristiwa kenaikan Elia ke surga dan pengambilalihan
kepemimpinan oleh Elisa sebagai kelangsungan profetisme.
Penghormatan kepada Elisa, sebagaimana juga dengan penghormatan kepada Elia, berkembang pertama sekali di
Gereja Timur yang merayakan peringatan Elisa pada setiap tanggal 14 Juni dan kemudian Elia pada setiap tanggal
20 Juli. Tradisi ini sudah ada di Konstantinopel sejak abad VIII.
Di Gereja Barat, perayaan Elisa diperkenalkan oleh para Karmelit yang pindah dari Gunung Karmel yang
sebelumnya pasti sudah terbiasa dengan perayaan Elisa. Kemudian dalam Kapitel 1369 dan 1399 ditegaskan
bahwa perayaan Elisa selalu dirayakan setiap tanggal 14 Juni. OCD juga merayakan Elisa pada hari yang sama. Pada
reformasi liturgi sesudah Konsili Vatikan II (tepatnya 1971), perayaan Elisa dihilangkan dari liturgi Ordo. Kemudian
pada tahun 1992, berkat permintaan dari O.Carm. perayaan Elisa dikabulkan kembali oleh Kongregasi Kultus
Vatikan yang dirayakan tetap pada setiap tanggal 14 Juni dengan peringatan wajib.
BEATA MARIA CROCIFISSA CURCIO, PERAWAN
4 JULI

RIWAYAT HIDUP
Maria Crocifissa Curcio lahir pada 30 Januari 1877 di Ispica, Ragusa (Pulau Sicilia bagian Selatan), Italia, dari
keluarga berkecukupan. Keluarga memberinya nama baptis, Rosa. Ayahnya bernama Salvatore Curcio dan ibunya
adalah Concetta Franzò. Maria adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ia memiliki 4 saudari dan 5 saudara.
Orangtuanya tidak mengizinkan Maria mengecap pendidikan lebih tinggi selain SD, karena pada waktu itu di Italia
masih ada pemikiran bahwa perempuan tidak perlu bersekolah tinggi, dan cukup mendedikasikan diri untuk
pekerjaan di dalam keluarga. Maria sebenarnya ingin bersekolah lebih tinggi. Pada waktu ia sedang melaksanakan
pekerjaan rumah tangga, di antara kumpulan buku-buku di rumah, terdapat tulisan Santa Teresia dari Yesus.
Setelah membacanya, Maria tersentuh akan spiritualitas Karmel dan Ordo Karmel itu sendiri.
Pada umur 13 tahun, Maria mendapat izin dari orangtuanya menjadi anggota Karmelit Awam yang baru saja
didirikan di keuskupannya oleh seorang imam Diosesan. Berkat Karmelit Awam ini, ia semakin mengenal
spiritualitas Karmel. Sebagai ungkapan cintanya kepada Karmel, ia mengambil nama Maria Crocifissa (Maria
Tersalib). Pada saat ini, ia sudah mendapat pengalaman mistik, "Sementara saya melaksanakan pekerjaanku,
kelihatannya saya melihat Hati Kudus Yesus dan memanggil namaku, dan aku menjawab-Nya; saya menorehkan
dengan tinta emas panggilan ini" (Ricordi).
Sepeninggal ayahnya, Maria memperoleh warisan sebuah rumah dan berkat bimbingan Suster Dominikan yang
tinggal di parokinya dan dengan bimbingan Uskup Yohannes Brandini, Keuskupan Noto, ia mengumpulkan
beberapa pemudi dari anggota Karmelit Awam. Di rumah warisan tersebut, mereka mendedikasikan diri dalam
hidup komunitas, doa, penitensi dan memberikan katekese kepada anak-anak. Kemudian pada tahun 1912,
mereka harus pindah ke Modica untuk mengasuh para yatim piatu dan mendidik mereka.
Setelah Uskup Yohannes Brandini meninggal, yang telah memulai proses pengakuan Tarekat yang dilakukan Maria,
tempatnya diisi oleh Uskup Yosef Vizzini yang berusaha untuk membujuk Maria agar perkumpulan yang
didirikannya menjadi Tarekat Diosesan dengan spiritualitas Dominikan yang mengubah tujuan pertama cita-
citanya. Tentu saja Maria menolak ajakin ini karena tidak sesuai dengan spiritualitas yang dilaksanakan dan dicita-
citakan. Konsekuensinya, Tarekat ini tidak mendapat pengakuan dari Gereja melalui uskup setempat. Waktu
berjalan dalam suasana silentium dan ia bersama dengan teman-temannya terkatung-katung. Sementara itu Maria
berusaha menulis surat kepada para Uskup dan Imam Karmelit untuk meminta pertolongan agar menyelesaikan
masalah ini. Tetapi kelihatannya semua usaha ini sia-sia.
Jika pekerjaan yang ditempuh dalam terang Roh Kudus, pasti ada jalan keluar! Satu dari surat yang dikirim oleh
Maria sampai ke tangan seorang Karmelit yang berasal dari Belanda yang tinggal di Centro Internazionale Sant'
Alberto, Roma. Ia bernama Laurentius van den Erenbeemt, yang menjadi delegatus misi dari Provinsi Belanda dan
mengajar Kitab Suci di Centro Internazionale Sant' Alberto, Roma yang waktu itu digunakan sebagai studi filsafat
teologi untuk jenjang imamat. Ia menerima surat Maria pada bulan Juni 1924. Kebetulan ia bersama dengan
Provinsi Belanda sedang mencari Tarekat yang berkarya di bidang pendidikan untuk dikirim ke Indonesia (pada
tahun 1923, Karmel Provinsi Belanda membuka misi ke Malang, Indonesia dan daerah misi ini sangat
membutuhkan misionaris di bidang pendidikan). Romo Laurentius van den Erenbeemt, O.Carm. dengan cepat
menanggapi surat Maria karena kebutuhan misi tersebut, walaupun akhirnya Maria tidak jadi mengirim
Tarekatnya ke Indonesia. Akan tetapi, Kongregasi saat ini sedang menjajaki untuk membuka komunitas di
Indonesia. Mudah-mudahan cepat terwujud, karena sudah dicita-citakan pendiri sejak pendirian Tarekat.
Setelah usaha membuka komunitas di Napoli gagal, maka pada 17 Mei 1925, pada saat kanonisasi Santa Teresia
dari Kanak-kanak Yesus, Maria pergi menghadiri acara tersebut dan hari berikutnya yang ditemani oleh Romo
Laurentius van den Erenbeemt, pergi mengunjungi daerah Santa Marinella (sekitar 10 km. di sebelah Utara
bandara Fiumicino, Roma) dan menemukan tempat untuk meletakkan Tarekat baru ini. Tidak lama kemudian,
pada 3 Juli 1925, komunitas didirikan di Santa Marinella dengan beberapa suster yang telah dibawa dari Sicilia.
Kemudian pada 16 Juli 1925 Tarekat ini berafiliasi dengan Ordo karmel. Tidak lama kemudian (1930), Tarekat
mendapat pengakuan dari Gereja dengan nama "Carmelitane Missionarie di Santa Teresia di Gesù Bambino"
(Suster Karmelit Misionaris Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus), melalui uskup setempat, Keuskupan Porto
Santa Rufina.
Perlahan tetapi pasti, Tarekat ini semakin hari semakin berkembang dan tidak lama setelah Perang Dunia II,
tepatnya pada tahun 1947, Maria mewujudkan impiannya dengan mengirim para suster sebagai misionaris
pertama ke Brazil dengan berkata, "Pergilah para pemudi, anak-anak impianku, saya sudah tua dan saya tidak bisa
pergi; saya mengutus kalian untuk saya dan jangan melupakan kaum miskin..." Tarekat ini juga kemudian
membuka misi di Kerala, India.
Maria telah mewujudkan impiannya dan tinggal usaha para saudarinya untuk melanjutkan. Akhirnya, Maria
meninggal pada 4 Juli 1957 di Santa Marinella dengan meninggalkan tulisan Venite in disparte. Ia disemayamkan di
komunitas jenderal mereka dan sejak 16 Juni 1991 jenazahnya disemayamkan di sebuah kapel yang didedikasikan
kepadanya di Via del Carmelo, 3 di Santa Marinella, Roma.
KULTUS
Proses beatifikasi Maria dimulai sejak 12 Februari 1989 yang dilakukan oleh Keuskupan Portuense, Mgr. Diego
Bona. Setelah semua keperluan terkumpul, lalu diserahkan ke Vatikan pada 19 Oktober 2004. Proses berlangsung
sangat mulus dan bisa dikatakan bahwa rencana tidak mengalami kesulitan berarti. Akhirnya, Maria sudah
dijadikan Beata pada 13 November 2005 oleh Paus Benediktus XVI. Pada 1 Februari 2006, Ordo mendapat
informasi dari Vatikan bahwa tanggal perayaan Maria Crocifissa Curcio adalah setiap 4 Juli dengan peringatan
fakultatif.
BEATA YOHANNA SCOPELLI, PERAWAN
9 JULI

RIWAYAT HIDUP
Yohanna lahir di Reggio Emilia (Italia bagian Utara) pada tahun 1428. Panggilan hidup religiusnya sudah kelihatan
sejak ia masih kecil, sehingga orangtuanya sudah mengenakan pakaian Karmel kepadanya. Ia memiliki dua saudari
dan satu saudara. Mereka semua mendapat pendidikan iman yang baik di dalam keluarga. Sayang, pada waktu
Yohanna masih kecil, ia sudah menjadi yatim piatu dan ia diangkat oleh sebuah keluarga yang rendah hati dan
penuh belas kasihan. Panggilan hidup membiaranya tidak luntur dalam suasana sulit itu, sehingga ia mencari
sebuah tempat untuk dijadikan biara. Seorang janda menawarkan sebuah rumah untuk dijadikan biara. Bersama
dengan dua putri janda itu dan beberapa pemudi lain, mereka memulai hidup membiara. Akhirnya rumah tersebut
diwujudkan menjadi biara antara 1480 – 1484.
Pada tahun-tahun berikutnya, niat Yohanna ini mendapat sokongan dari Uskup Filippus Zoboli dengan
menyerahkan kepada mereka sebuah kapel dengan rumah untuk dijadikan biara yang sebelumnya dikelola oleh
Tarekat "Umiliati". Tempat itu juga berlokasi di Reggio Emilia. Biara baru ini diberi nama pelindung "Santa Maria
del Popolo" (Santa Maria untuk Umat) yang kemudian juga disebut dengan "delle Bianche" (dari Putih), tempat
mendedikasikan doa untuk Gereja universal. Dalam perjalanan, Tarekat baru ini sempat mengalami kesulitan
ekonomi, walau kemudian teratasi berkat bantuan Cristoforus Zoboli.
Tarekat semakin berkembang dengan jumlah anggota yang semakin bertambah. Ia bertindak sebagai pimpinan
rumah dan sekaligus mengarahkan hidup spiritual para anggota. Ia juga dibantu oleh para Karmelit dari Mantova.
Pada waktu itu, di Italia belum ada tradisi biara Karmelit untuk perempuan, tetapi Yohanna telah memulainya
dengan menggunakan spiritualitas Karmel. Cara yang sama juga sudah mulai berkembang di Perancis, Belgia dan
Spanyol.
Yohanna dan Tarekat yang dimulainya, menghormati Perawan Maria dengan devosi khusus yang disebut dengan
"la camicia della Madonna" (baju atau pakaian Maria) yang mendoakan 15.000 Salam Maria dan setiap kelipatan
100, diselingi dengan Salam, ya Ratu dan pada akhir, ditutup dengan Salam Bintang Samudera atau Kemuliaan
Tuhan. Tarekat ini mendoakan "la camicia della Madonna" sampai pada tahun 1773.
Dari Yohanna, kita hanya memiliki sedikit tulisan, tetapi kita ketahui bahwa dari sejak kecil Yohanna memiliki
devosi yang sangat dalam kepada Kanak-kanak Yesus. Ia berkata kepada para pengikutnya dan juga kepada kita
saat ini, "Kalian akan mendapat anugerah mistik yang luar biasa, tetapi kalian harus menderita dalam waktu yang
panjang untuk penyucian hidup batin." Yohanna meninggal pada 9 Juli 1491 yang dikelilingi oleh kemuliaan dan
kekudusan hidup. Menurut tradisi, jenazahnya dimakamkan di kebun biara dan tahun berikutnya kuburnya digali
kembali dan tubuhnya tidak mengalami kehancuran yang kemudian ditempatkan di kapel biara. Pada tahun 1797,
dengan alih fungsi biara, jenazahnya dipindahkan ke Katedral Maria Assunta (Maria Diangkat ke Surga).
KULTUS
Penghormatan kepada Yohanna, berkat kesucian hidupnya, sudah berkembang setelah ia meninggal, terutama
dengarn tubuhnya yang tidak mengalami kehancuran. Sejak tahun 1500 mulai dikumpulkan saksi-saksi kebajikan
dan mukjizat Tuhan dengan perantaraan Yohanna. Sejak tahun itu, sudah ada tradisi untuk merayakannya pada
setiap tanggal 9 Juli (hari kelahirannya ke surga atau kematian) dengan partisipasi uskup setempat. Pada tahun
1625, tradisi ini hampir dilarang oleh Paus Urbanus VIII, karena Yohanna belum dibeatifikasi oleh Takhta Suci.
Dengan janji dari umat setempat untuk melanjutkan proses beatifikasi, tradisi perayaan Yohanna tetap
dilaksanakan. Akhirnya, pada tahun 1767 – 1770 proses beatifikasi dari keuskupan sudah terpenuhi, lalu
diserahkan ke Vatikan dan pada 24 Agustus 1771 disahkan oleh Paus Clemen XIV untuk dibeatifikasi. Mulai saat
itu, perayaan Yohanna dilaksanakan pada setiap 10 Juli yang juga dirayakan oleh OCD. Tetapi sejak tahun 1851,
perayaan Yohanna diubah menjadi setiap tanggal 11 Juli dan sejak tahun 1930 perayaan dipindahkan pada setiap
tanggal 9 Juli. Akhirnya setelah Konsili Vatikan II sampai sekarang, perayaan Yohanna Scopelli tetap dilaksanakan
pada setiap tanggal 9 Juli dengan peringatan fakultatif.
Pada tahun 2002, Paus Yohannes Paulus II mengatakan bahwa Yohanna Scopelli adalah salah satu orang kudus
yang berpengaruh di Italia yang dilihat dari pengalaman hidup mistiknya sebagai Karmelit dan ia adalah salah satu
figur utama pada Ordo Kedua.
SANTA TERESIA DARI YESUS DARI LOS ANDES, PERAWAN
13 JULI

RIWAYAT HIDUP
Teresia dari Yesus dari Los Andes (de Jesús de los Andes) lahir di Santiago, Cili pada 13 Juli 1900. Dua hari setelah
kelahirannya, ia dibaptis di Paroki Santa Anna dengan nama Juana Enriqueta Josefina de los Sagrados Corazones
Fernández Solar yang sering dipanggil dengan Juanita (si kecil Yohanna). Ayahnya bernama Miguel Fernández
Jaraquemada dan ibunya bernama Lucía Solar Armstrong. Teresia memiliki dua saudara dan satu saudari. Ia
berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi sangat baik. Ia bersama dengan saudara-saudarinya mendapat
pendidikan iman yang baik dari orangtuanya.
Pada umur 6 tahun, Teresia masuk sekolah yang kebetulan juga bernama Teresia, tetapi ia bertahan cuma sampai
6 bulan di sekolah tersebut. Kemudian, pada umur 7 tahun, Teresia sekolah di Sagrado Corazón de Santiago di
Alameda sampai ia berumur 15 tahun. Pada suatu saat, sebagai progam sekolah, ia melaksanakan karitas kepada
orang yang sangat miskin. Dari sinilah cara pandang Teresia untuk mengikuti Kristus berubah sehingga ia dalam
hatinya yang terdalam ingin masuk biara. Pada tahun 1909, ia menerima Sakramen Penguatan. Dalam perjalanan
waktu, Teresia mempersiapkan diri untuk menerima komuni pertama yang terlaksana pada 11 September 1910.
Pada tahun 1914, Teresia membaca buku L'Histoire d'une Âme (Kisah Satu Jiwa) tulisan Teresia dari Kanak-kanak
Yesus, sesudah itu ia mulai merasakan panggilannya ke Karmel.
Setelah selesai sekolah dari Sagrado Corazón de Santiago, Teresia sempat magang sekitar 4 tahun (1915 – 1919).
Akan tetapi, pada saat inilah ia lebih mendalami panggilannya ke Karmel. Pada 8 Desember 1915, secara pribadi ia
membuat profesi kepada Tuhan dengan berkata, “Saya tidak akan menerima pengantin laki-laki, kecuali Yesus
Kristus, yang saya cintai dengan segenap hati, yang akan saya layani sampai saat akhir hidup saya."
Pada tahun 1917, Teresia kemudian membaca buku Vida (Hidup) Teresia dari Yesus dan sesudah itu, ia juga
membaca buku Elisabet dari Tritunggal. Setelah membaca buku ketiga orang kudus Karmel ini, pada 5 September
1917, Teresia menulis surat kepada Priorin biara Karmel di Los Andes, Ordo II OCD, untuk mengungkapkan
ketertarikannya menjadi biarawati Karmelites. Dalam surat itu, ia juga mengungkapkan kelemahan kesehatannya
dan tantangan dari orang tua. Dua bulan kemudian, ia menerima tanggapan positif dari biara Karmelites tersebut.
Pada 7 September 1918, Teresia menulis ke Priorin Los Andes untuk mengatakan keinginannya masuk biara dan
Priorin menanggapinya dengan sangat baik. Sementara itu, ia juga membaca Camino de Perfección (Jalan
Kesempurnaan) dari Santa Teresia dari Yesus.
Pada 11 Januari 1919, Teresia bersama dengan ibunya pergi ke biara Los Andes dan Priorin mengajaknya
berbicara. Sekembali di rumah dan tidak lama kemudian, ayahnya merestuinya untuk masuk biara walaupun
dengan hati yang sangat berat. Teresia sendiri juga merasa berat untuk meninggalkan keluarganya yang sangat ia
cintai, tetapi walaupun demikian, niat Teresia untuk masuk biara tetap lebih kuat, sehingga ia memutuskan untuk
pergi meninggalkan keluarganya pada 7 Mei 1919. Pada waktu itu Teresia baru berumur 19 tahun dan ia memilih
nama biara Teresia dari Yesus.
Awal hidup biara dilalui Teresia dengan sangat berat, karena ia merasa kehilangan keluarganya. Tetapi, di samping
itu ia juga merasa bahagia dan penuh kegembiraan karena ia telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti
Kristus. Di biara, Teresia memilih melakukan pekerjaan yang dianggap paling hina dan tidak menyenangkan.
Dengan cepat ia bisa mencintai cara hidup biara dan merasa senang bersama dengan para suster. Pada tanggal 14
Oktober 1919, Teresia menerima jubah dan hidup Novisiat dimulai. Ia menjalaninya dengan banyak cobaan,
terlebih dari setan, tetapi dengan tekad kuat untuk mengikuti Kristus, satu demi satu dilaluinya.
Pada bulan Maret 1920, ia mengatakan kepada bapa pengakuan yang melayani biara, bahwa ia akan meninggal
dalam waktu satu bulan, sehingga ia meminta penitensi khusus. Bapa pengakuan tidak percaya akan apa yang
dikatakan Teresia dan ia menasihatkan agar melaksanakan Regula Ordo Karmel dengan baik. Perjuangan Teresia
mulai pada Tri Hari Suci. Pada hari Kamis Putih (1 April 1920), ia melaksanakan Jalan Salib hampir seluruh hari
untuk mengikuti Kristus. Hari berikutnya (Jumat Agung) pada saat fajar menyingsing, Teresia sudah berada di
bangku kor sampai tengah hari dan dilanjutkan dengan Jalan Salib dan pada saat itu Magistra mengetahui bahwa
Teresia sedang mengalami demam tinggi. Pada hari Sabtu Suci (3 April 1920), Teresia merasa sangat menderita
dan berlangsung sampai pada tanggal 5 April (Senin, Oktaf Paskah). Pada tanggal 6 April ibunya datang untuk
menjenguk Teresia dan hendak membawanya ke rumah sakit di Santiago. Tetapi, Teresia menjawab bahwa ia
tidak mau dibawa ke rumah sakit, ia memilih meninggal di biara.
Pada tanggal 7 April 1920, Teresia melaksanakan profesi in articulo mortis (dengan alasan kritis atau kematian).
Para dokter mendiagnosa bahwa Teresia mengalami serangan tifus yang sangat parah. Ternyata tidak lama
kemudian, tepatnya pada 12 April 1920, pukul 19.15, Teresia pergi menghadap Kristus yang dirindukannya. Ia
dimakamkan di pemakaman biara pada 14 April 1920. Perlu juga diketahui bahwa pada 23 November 1920,
saudarinya Rebecca, masuk biara di Los Andes dan meninggal pada 31 Desember 1942. Teresia meninggalkan
beberapa tulisan: Diario y cartas, Escritos espirituales, Journal de Teresia de Los Andes dan La "petite Thérèse" du
Chili dan Deus, alegria infinita.
KULTUS
Tidak lama setelah Teresia meninggal, sejak 20 Maret 1947 proses beatifikasi telah dimulai di keuskupan dan
semua keperluan sudah terpenuhi pada 4 Maret 1971 dan diserahkan ke Vatikan. Akan tetapi, pada tahun 1976,
Vatikan meminta agar proses beatifikasi dilengkapi dengan beberapa hal. Pada 7 April 1984, saudara Teresia yang
bernama Luis Fernández Solar meninggal. Dia adalah satu-satunya saksi hidup akan proses beatifikasi Teresia.
Akhirnya, pada 22 Maret 1986, Paus Yohannes Paulus II mengesahkan proses beatifikasi, sehingga pada 3 April
1987, Paus ini juga menyatakan Teresia sebagai Beata di lapangan O'Higgins de Santiago, Cili. Tidak lama kemudian
(21 Maret 1993), Teresia de Los Andes dikanonisasi (dijadikan Santa) di Basilika Santo Petrus Roma, juga oleh Paus
Yohannes Paulus II. Dengan demikian, Teresia adalah Santa pertama dari negara Cili dan Karmelit dari Amerika
Latin.
Setelah beatifikasi, perayaan Teresia di liturgi OCD adalah peringatan, akan tetapi setelah kanonisasi menjadi
pesta. Pada tanggal 20 November 1987, O.Carm. menyatakan bahwa perayaan Teresia dimasukkan dalam
kalender liturgi Ordo yang dirayakan setiap tanggal 13 Juli dengan peringatan fakultatif.
SANTA PERAWAN MARIA DARI GUNUNG KARMEL
16 JULI

PERKEMBANGAN
Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel adalah perayaan khas Ordo Karmel yang dalam perjalanannya memiliki
banyak aspek untuk dijelaskan, karena menyangkut perjalanan sejarah Ordo Karmel dan terlebih berkaitan dengan
keberadaannya.
Perjanjian Baru, dalam Perjanjian Lama juga sudah diindikasikan, berkaitan erat dengan Maria yang bisa kita lihat
mulai dari peristiwa Kabar Sukacita. Pada periode Gereja awal yang dikenal dengan periode Patristik, peran Maria
juga tampil dalam Tradisi Kristiani. Konsili Efesus (431) menampilkan peran Maria dalam Gereja dengan ajaran
Theotokos (Maria lbu Tuhan). Dari Tradisi Gereja awal ini, kita mewarisi banyak gelar, perayaan dan devosi Maria
yang berlangsung terus sampai pada awal abad pertengahan saat perkembangan kembali eremitisme di Gunung
Karmel. Para pertapa di Gunung Karmel ini yang mengidentifikasikan diri dengan Karmelit, meminta Formula Vitae
(peraturan hidup, yang kemudian dikenal dengan Regula) kepada Albertus, Uskup Yerusalem, tetapi tidak
memberikan referensi akan Maria di dalamnya. Akan tetapi, setelah penyerahan Formula Vitae tersebut, para
pertapa mendirikan kapel pertama di tengah-tengah sel-sel (tempat tinggal para eremit) mereka dalam
perlindungan Maria dan para eremit ini sudah memiliki ritus yang diakui oleh Yerusalem.
Pada waktu para Karmelit pindah ke Eropa, para Ordo (Dominikan, Fransiskan dan Agustinian) sudah memiliki
devosi kepada Maria. Kemudian perayaan lain muncul, seperti: Peringatan Maria pada Hari Sabtu, Maria
Menerima Kabar Gembira (1300), Maria Dikandung Tanpa Noda (1306) dan Maria Diangkat ke Surga (pertengahan
abad XIV). Sesampai di Eropa, para Karmelit memperkenalkan diri dengan Para Saudara Santa Perawan Maria dari
Gunung Karmel. Konstitusi Karmelit pertama (1281), yang dikenal dengan nama Rubrica Prima, tidak menyebutkan
Maria. Akan tetapi, Konstitusi 1324 dengan tegas mengatakan Para Saudara Santa Perawan Maria dari Gunung
Karmel. Salah satu ketetapan Konsili Lateran IV (1215) adalah larangan pendirian Ordo baru selain Dominikan,
Fransiskan dan Agustinian. Para Karmelit berjuang untuk menyatakan diri bahwa mereka termasuk salah satu
Ordo, karena pendiriannya sudah terjadi dengan penyerahan Formula Vitae (antara 1208 – 1214) yang kemudian
pada tahun 1247 menjadi Regula (dengan pengesahan Paus Innocentius IV). Hal ini berarti bahwa Para Saudara
Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel ini sudah berdiri sebelum ketetapan Konsili Lateran IV tersebut.
Mulai abad XIV, setelah kemapanan, baik di dalam pendidikan maupun dalam status di Eropa, para Karmelit mulai
mempelajari secara lebih mendalam peran Maria termasuk juga Elia di dalam Ordo, yang dimulai dari teolog
Yohannes Baconthorpe ( 1348) dengan sebutan kepada Maria Mater et Decor Carmeli (Ibu dan Kusuma Karmel),
kemudian dilanjutkan oleh Felip Ribot ( 1391) yang terkenal dengan bukunya yang berjudul De Institutione
Primorum Monachorum (Institusi Para Eremit Pertama).
Teolog berikutnya yang perlu disebutkan adalah Arnoldus Bostius ( 1499) yang juga menekankan peran Maria
dan Elia dalam Ordo. Kemudian pada abad Modern, Maria menjadi referensi hidup mistik, seperti Teresia dari
Yesus, Yohannes dari Salib, Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Elisabeth dari Tritunggal, Teresia Benedicta dan Titus
Brandsma dan berlangsung terus sampai pada zaman kita ini.
KULTUS
Para Karmelit praktis merayakan semua devosi kepada Santa Perawan Maria yang dirayakan oleh Gereja,
ditambah lagi dengan perayaan khusus Ordo sendiri. Pada waktu para Karmelit pindah ke Eropa, sudah terdapat
banyak perayaan kepada Maria, seperti Kelahiran Maria (8 September), Maria dikandung tanpa noda (8
Desember), Yesus dipersembahkan di Bait Allah (2 Februari), Maria menerima kabar gembira (25 Maret) dan
Maria diangkat ke surga (15 Agustus). Setelah Simon Stock ( 1265), devosi kepada Maria semakin berkembang
dalam kaitannya dengan Skapulir (lihat Simon Stock), terlebih pada abad XVI. Mulai abad ini, devosi kepada Maria
semakin marak seperti: Persiapan partus Maria (18 Desember), Pernikahan Maria – Yosef (23 Januari), Maria
penolong orang Kristiani (24 Mei), Maria perantara segala rahmat (31 Mei), Hati Maria yang suci (22 Agustus),
Nama Maria yang kudus (12 September), Ibu Rosario (7 Oktober), Keibuan Maria (11 Oktober) dan kemurnian
Maria (16 Oktober).
Di samping semua perayaan Maria tersebut, para Karmelit juga memiliki perayaan meriah Maria yang sudah
dimulai sejak pertengahan abad XIV, terlebih di Inggris. Hari raya ini pada awalnya dirayakan setiap tanggal 17 Juli.
Kemudian pada awal abad XV, hari raya ini dipindahkan pada setiap tanggal 16 Juli. Mulai abad ini, hari raya ini
menjadi perayaan paling besar di dalam Ordo yang bermotifkan syukur kepada Santa Perawan Maria atas segala
sesuatu yang telah diterima Ordo melalui keibuannya. Akhirnya, pada Kapitel Jenderal 1609, secara resmi hari raya
ini ditetapkan dengan nama "Commemoratio Sollemnis Beatae Verginae Mariae de Monte Carmelo" yang kita
rayakan sampai saat ini dengan nama Hari Raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel.
Sejak awal, OCD juga merayakan Maria sebagaimana O.Carm. rayakan dan setelah Konsili Vatikan II baik itu
O.Carm. maupun OCD tetap merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel.
Hal yang perlu kita ketahui ialah bahwa Hari Raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel berbeda dengan
Maria dari Karmel (bahasa Italianya: Madonna del Carmine) yang sangat populer di Italia, terlebih di bagian
Selatan. Memang tanggal perayaannya sama, setiap tanggal 16 Juli. Tetapi latar belakang perayaannya berbeda.
Maria dari Karmel lahir karena devosi umat kepada Maria, terlebih berkat devosi skapulir yang diwariskan oleh
Simon Stock. Devosi ini praktis sudah berkembang di seluruh Eropa sejak abad XVII dan sejak 11 Februari 1950,
Paus Pius XII mengundang umat beriman untuk mengenakan Skapulir sebagai ungkapan devosi kepada Maria.
Oleh sebab itu, mulai dari saat itu patung Maria dari Karmel ditandai dengan skapulir di tangan yang biasa kita
temukan di mana-mana.
Sehubungan dengan perayaan Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, pada Kapitel Jenderal di Barcelona
(1324), Salve Regina ditetapkan sebagai madah penutup dari lbadat Harian. Salve Regina, bukan madah khas
Karmel, menjadi madah yang digunakan Gereja pada waktu itu sehubungan dengan penghormatan kepada Santa
Perawan Maria. Madah khas Karmel adalah Flos Carmeli (Kusuma Karmel) yang mulai berkembang pada abad
pertengahan (kita tidak tahu persis mengenai waktu), yang bisa kita temukan dalam buku Misa Ordo Karmel pada
periode tersebut. Flos Carmeli adalah teks puisi yang memberikan kesaksian hubungan antara Ordo Karmel dan
Maria yang merupakan devosi para Karmelit kepada Maria melalui Skapulir yang berkaitan dengan penampakan
Maria kepada Simon Stock (lihat Simon Stock). Mulai saat itu, madah Flos Carmeli tetap bergema sampai sekarang
dimana para Karmelit mengakhiri Ibadat Harian atau Misa atau peristiwa Ordo.
BEATA TERESIA DARI SANTO AGUSTINUS DAN TEMAN-TEMAN, PERAWAN DAN MARTIR
17 JULI

RIWAYAT HIDUP
Teresia dari Santo Agustinus dan teman-temannya adalah para Suster Ordo Karmel II OCD yang menjadi korban
revolusi Perancis. Mereka ini berasal dari biara Inkarnasi di Compiègne, Perancis. Mereka menolak institusi anti
biarawan-biarawati pada revolusi negara tersebut, sehingga biara mereka dimusnahkan dan semua anggota
komunitas, bahkan juga orang lain (lihat daftar para martir) ditawan pada tahun 1794.
Pada awalnya, mereka dipenjarakan di Cambrai, tempat para Suster Benediktin yang pindah dari Inggris, karena di
negara ini pun keberadaan biarawan-biarawati dilarang sejak kekuasaan Henry VIII (1509 – 1547). Di penjara, para
Suster Karmelit ini tetap mempersembahkan diri kepada Tuhan, terlebih melalui doa-doa, untuk perdamaian
antara negara Perancis dan Gereja.
Tidak lama kemudian, mereka dipindahkan ke Paris untuk dihukum pancung melalui guillotine pada tanggal 17 Juli
1794, di Barrière de Vincennes, Paris. Sebelum mereka dihukum mati, para suster terlebih dahulu membarui kaul-
kaul, bagi mereka yang sudah berkaul dan mengucapkan kaul pertama bagi yang masih novis, ke tangan Priorin
Suster Teresia. Sesudah itu, mereka menyanyikan Veni Creator Spiritus. Sementara para Suster satu persatu
menghadapi hukuman pancung, mulai dari Suster Constance, paling muda (masih novis) para suster lain yang
menunggu giliran dihadapan guillotine, tetap mengulang-ulang nyanyian Veni Creator Spiritus. Suster paling
terakhir mendapat hukuman pancung adalah Priorin Teresia.
Revolusi Perancis berakhir tidak lama setelah kemartiran para Suster Karmel ini. Para Suster Benediktin yang di
Cambrai yakin bahwa revolusi itu berakhir berkat doa-doa dan kurban diri para Suster Karmel tersebut. Oleh sebab
itu, para Suster Benediktin di Cambrai memiliki devosi kepada para martir Karmel ini dan tidak lama kemudian,
para Suster Benediktin ini juga bisa kembali ke Inggris, asal mereka, pada 2 Mei 1795.
Daftar para suster:
1. Thérèse de Saint-Augustin, Priorin, lahir di Paris 22 September 1752.
2. Saint-Louis, Subpriorin, lahir di Belfort, 7 Desember 1751.
3. Henriette de Jésus, mantan Priorin, lahir di Paris, 8 Juni 1745.
4. Anne-Marie de Jésus-Crucifié, lahir di Paris, 9 Desember 1715.
5. Charlotte de la Résurrection, lahir di Mouy (Oise), 16 September 1715.
6. Euphrasie de l' Immaculée-Conception, lahir Normandie, 12 Mei 1736.
7. Thérèse du Coeur de Marie, lahir di Reim, 18 Januari 1742.
8. Julie-Louise de Jésus, lahir di Evreux, 30 Desember 1741.
9. Thérèse de Saint-Ignace, lahir di Compiègne, 4 April 1743.
10. Marie-Henriette de la Providence, lahir di Cajarc, 16 Juni 1760.
11. Constance (Marie-Geneviève Meunier), novis, lahir di Saint-Denis, 28 Mei 1765.
Ordo Ketiga:
1. Marie du Saint-Esprit, lahir di Fresne-Mazancourt, Picardie, 3 Agustus 1742.
2. Sainte-Marthe, lahir di Bannes (sekarang Sarthe), 2 Oktober 1741.
3. Saint-François-Xavier, lahir di Lignières, 13 Januari 1764.
Awam yang berusaha mempertahankan biara:
1. Catherine Soiron, lahir di Compiègne, 2 Februari 1742.
2. Thérèse Soiron, lahir di Compiègne, 23 Januari 1748.
Mereka semua dimakamkan di Picpus, Paris bersama dengan korban lain (berjumlah 1306) dari hukuman pancung
dengan cara guillotine.
KULTUS
Suster Teresia dan kawan-kawan mendapat beatifikasi dari Paus Pius X pada 27 Mei 1906. Mereka telah
mengurbankan hidup mereka untuk perdamaian negara dan Gereja di Perancis.
OCD telah merayakan kemenangan mereka sejak 12 Desember 1906 pada setiap tanggal 24 Juli. Alasan pemilihan
tanggal ini (mengapa tidak tanggal 17 Juli, hari kemartiran mereka?) adalah karena hari raya Santa Perawan Maria
dari Gunung Karmel pada setiap tanggal 16 Juli, yang pada waktu itu masih memiliki tradisi untuk merayakan hari
raya tersebut dalam Oktaf. Ordo Karmel merayakan kemartiran Teresia dan kawan-kawan sejak tahun 1908.
Setelah Konsili Vatikan II, perayaan Teresia dan kawan-kawan dipindahkan pada setiap tanggal 17 Juli dengan
peringatan fakultatif.
SANTO ELIA, NABI
20 JULI

RIWAYAT HIDUP
Sebagaimana dengan Nabi Elisa, sumber utama dan paling tua untuk mengetahui Elia adalah Kitab Suci (1Raj 17-
19; 21; 2 Raj 1-2). Dari sinilah kita bisa mengenal sedikit hidup Elia. Kita tidak tahu sama sekali mengenai kelahiran
Elia. Kita juga hanya bisa memprediksi bahwa ia hidup sekitar abad IX Sebelum Masehi, pada masa salah satu
periode kerajaan Israel yang sangat penting dalam perjalanan sejarahnya.
Dari teks Kitab Suci, kita tahu bahwa Elia adalah orang Tisbe, Gilead dan hidup pada masa kerajaan Ahab dan
anaknya bernama Ahazia. Pada waktu ini Israel mengałami masa yang sangat sulit dalam hal politik dan terlebih
hidup religius. Omri yang adalah ayah Ahab, menerapkan politik dengan merangkul bangsa-bangsa sekitar. Ia
mengawinkan anaknya Ahab dengan Izebel, anak Etbaal, raja Sidon yang pada waktu itu menyembah nabi-nabi
Baal. Dengan sistem politik ini, kerajaan Ahab jatuh dalam penyembahan nabi-nabi Baal (1Raj 16:29-32) bahkan
baalisme tersebar dan berkembang di seluruh kerajaan Israel.
Dalam situasi sulit inilah Elia tampil sebagai pembela Tuhan yang seharusnya disembah bangsa Israel. Pada teks
1Raj 17-19, Elia memulai perjuangan dengan melawan nabi-nabi Baal yang disembah oleh Isabel dan nabi-nabinya,
termasuk juga Ahab. Dalam peristiwa ini, Elia dengan kuasa Tuhan, tampil untuk menunjukkan keunggulan sebagai
pengikut-Nya dengan merendahkan pengikut Baal yang tidak berkuasa atas hujan.
Kekalahan juga dialami oleh nabi-nabi Baal pada peristiwa kurban di Gunung Karmel. Pada saat itu, Elia berhasil
menurunkan api untuk membakar kurban, sementara itu nabi-nabi baal tidak.
lzebel tidak menerima kekalahannya, maka ia berusaha membunuh Elia yang kemudian lari ke padang gurun. Elia
pun merasa putus asa, karena bangsanya telah mengejar-ngejar dia untuk membunuhnya, sehingga ia
menginginkan kematian (1Raj 19:4).
Tetapi, rencana Tuhan terhadap Elia adalah lain. Ia malah menyuruh malaikat-Nya untuk memberikan Elia
makanan agar ia bisa sampai ke Gunung Horeb. Tuhan menampakkan diri kepada Elia dengan pertanyaan
menantang, "Apa kerjamu disini, hai Elia?" Jawaban Elia adalah keluhan dan keputusasaan,"Aku bekerja segiat-
giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-
mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan
mereka ingin mencabut nyawaku" (1Raj 19:10, 14).
Dalam percakapan Tuhan – Elia selanjutnya (dari Gunung Horeb), ia disuruh kembali oleh Tuhan ke bangsa Israel
dengan terlebih dahulu menahbiskan Elisa menjadi muridnya, kemudian menyelesaikan pembunuhan Nabot
karena kebun anggurnya (1Raj 21) dan akhirnya, Elia yang adalah orang yang benar dihadapan Tuhan, tidak
mengalami kematian, tetapi diangkat ke surga dengan kereta dan kuda berapi (2Raj 2).
KULTUS
Elia bukan hanya terdapat dalam Perjanjian Lama, tetapi juga dalam beberapa bagian Perjanjian Baru (keempat
Injil, Kisah Para Rasul dan Wahyu). Tentu saja dalam periode Patristik, Elia bersama dengan Elisa dan Musa
menjadi referensi, terlebih dalam hubungannya dengan hidup eremitisme dan monastik.Bahkan bisa dikatakan
bahwa Elia adalah paling favorit untuk cara kedua hidup ini dalam segala aspek, terutama berkaitan dengan
kehidupan padang gurun.
Para eremit yang tinggal di Gunung Karmel – yang kita tidak tahu kapan persis mulai, bisa saja sejak Perjanjian
Lama, bahkan sejak zaman Elia – menjadikan Elia sebagai model eremitisme. Perkembangan eremitisme pada
abad XI – XII, yang kemudian kita kenal dengan para Karmelit, semakin menekankan peran Elia dalam cara hidup.
Pada waktu para eremit pindah ke Eropa, mereka juga memperkenalkan Elia sebagai manusia padang gurun, yaitu
sebagai teladan, sumber inspirasi dan guru dalam cara hidup. Perayaan Elia bersama dengan Elisa yang sudah
berkembang di Gereja Timur juga diperkenalkan oleh para Karmelit kepada masyarakat Eropa (lihat juga Elisa).
Setelah mengalami kemapanan baik itu dalam institusi dan hidup di Eropa, para Karmelit mulai mengadakan studi
akan Elia untuk menggali lebih dalam peran Elia dalam hidup. Felip Ribot melalui bukunya yang terkenal dengan
judul De Institutione Primorum Monachorum, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Richard
Copsey, O.Carm. sangat getol menampilkan peran Elia dalam Ordo Karmel. Peristiwa yang perlu dilihat oleh para
Karmelit adalah sikap Paus Clemen XI pada tahun 1704 yang menempatkan patung Elia di gereja Santo Petrus
diantara para fundator Ordo, yang seakan menyatakan bahwa Elia adalah pendiri Ordo Karmel. Peristiwa ini terjadi
untuk melawan kelompok Bollandisti (kelompok dari Yesuit yang bekerja dalam Acta Sanctorum yang praktis
mengkritisi dokumen-dokumen Orang Kudus).
Penulis Karmelit lain yang perlu disebut adalah Angelo Custode (1684) dan Daniele della Vergine Maria yang
menafsirkan 1-2Raj yang berkaitan dengan Elia yang bersumber pada penafsiran Patristik. Demikian juga dengan
Michele de Santo Agustinus, Yohannes de Sylveria dan lain sebagainya berusaha menampilkan peran Elia dalam
Ordo Karmel. Bahkan sampai pada zaman modern ini, Elia menjadi salah satu objek studi yang dilakukan banyak
para Karmelit untuk melihat berbagai aspek yang bisa disumbangkan Elia dalam kehidupan.
Liturgi Elia, sebagaimana juga sudah disinggung dalam pembahasan Elisa, dibawa oleh para Karmelit dari Gunung
Karmel dan diperkenalkan ke masyarakat Eropa. Xibertus de Beka (sekitar tahun 1312) termasuk orang yang gigih
memperkenalkan perayaan Elia dalam liturgi Karmel. Kemudian buku Misa Elia diterbitkan pada tahun 1551 di
Venezia, Italia dan kemudian dicetak ulang pada tahun 1564. Mulai saat itu perayaan Elia semakin ditekankan
dalam Ordo yang selalu dilaksanakan pada setiap tanggal 20 Juli dengan hari raya, bahkan dengan oktaf. Perayaan
pada tanggal ini pasti dipengaruhi perayaan Gereja Timur yang selalu merayakan Elia pada tanggal tersebut.
Setelah Konsili Vatikan II, tepatnya pada 17 April 1972, Kongregasi untuk Liturgi Suci, Vatikan menetapkan
perayaan Elia dengan hari raya seakan ia adalah Fundator Ordo. Sementara itu, OCD sejak tahun 1589 sudah
melaksanakan perayaan Elia bahkan sejak tahun 1609 menjadi hari raya dengan oktaf. Akan tetapi sejak Konsili
Vatikan II, tepatnya sejak 20 Oktober 1971, perayaan Elia menjadi pesta yang dirayakan juga pada setiap tanggal
20 Juli.
BEATO YOHANNES SORETH, IMAM
24 JULI

RIWAYAT HIDUP
Yohannes (Ioannes: Latin) Soreth dilahirkan pada tahun 1394; kita tidak memiliki informasi atau dokumen
mengenai tanggal dan bulan kelahirannya. Akan tetapi, tahun kelahirannya bisa dikatakan pasti, karena dalam
Speculum dituliskan bahwa Yohannes meninggal pada tahun 1471 dan pada waktu itu ia berumur 77 tahun. Oleh
sebab itu, tahun kelahirannya bisa dihitung.
Sebenarnya kita tidak banyak mengetahui mengenai masa kecilnya, kecuali setelah ia masuk Novisiat. Hal ini bisa
dimengerti karena mungkin waktu dia masih kecil, tidak ada yang berminat untuk menuliskan masa-masanya
tersebut. Ia sendiri juga tidak meninggalkan tulisan mengenai riwayat hidup. Kita hanya bisa mengetahui bahwa ia
berasal dari keluarga Katolik tulen, karena keluarganya sangat aktif dalam kehidupan menggereja di Caen, tempat
ia menghabiskan masa kecilnya.
Ada informasi mengatakan bahwa keluarga Yohannes berasal dari Köln, Jerman yang berimigrasi ke Caen. Alasan
pemikiran ini ialah karena di kemudian hari, Yohannes juga berhubungan dengan kota tersebut, sehubungan
dengan reformasi yang dilakukannya di dalam Ordo. Akan tetapi, teori tersebut bukan menjadi suatu dasar yang
kuat. Lagi pula tidak ada hubungan yang bisa dipertanggungjawabkan antara pelayanan sebagai seorang Jenderal
ke Köln dan asal usulnya. Ia melakukan refomasi Ordo dan mendirikan atau memasukkan Ordo II di berbagai
tempat, bukan hanya di Köln. Indikasi nama keluarga dengan "h" dalam "Soreth" bisa juga menjadi indikasi. Nama
keluarga pada waktu itu sering dihubungkan dengan tempat asal dan berdasarkan nama ini kemungkinan ia
berasal dari kota tersebut. Akan tetapi, hal ini juga tetap menjadi suatu teori, karena kita tidak mengetahui secara
persis dan kita tidak memiliki dokumen untuk menginformasikan teori tersebut.
Memang, pada waktu ia menjabat Jenderal, tepatnya pada 23 Oktober 1456, ia menghadiri tahbisan Guillaume
Soreth di Köln, pada saat pesta Santo Severinus. Guillaume Soreth adalah keponakan Yohannes. Sebagai Jenderal,
lumrah ia juga ikut merayakan pesta keponakannya tersebut. Peristiwa ini membuat salah satu anggapan bahwa
Yohannes berasal dari kota tersebut.
Caen, tempat masa kecil Yohannes, adalah sebuah kota di Perancis bagian Utara-Barat, di tepi Pantai Samudra
Atlantik. Kota tersebut tidak begitu jauh dari Belgia, termasuk kota yang indah. Pada waktu itu Caen adalah salah
satu kota pelabuhan untuk keluar-masuk barang-barang di Perancis. Itu berarti bahwa kota ini adalah kota penting
dan kota yang ramai dikunjungi dari manca negara untuk keluar-masuk Perancis. Pada waktu itu transportasi yang
paling utama masih melalui laut. Jadi, pelabuhan adalah sangat penting dan banyak dihuni penduduk baik itu dari
daerah atau negara tersebut maupun dari berbagai negara.
Semasa Yohannes di Caen, kota ini sudah dilayani Karmelit di berbagai bidang, termasuk paroki, sehingga baginya
Ordo Karmel adalah tidak asing. Oleh sebab itulah ia masuk Novisiat di Kota Caen antara tahun 1409 – 1414. Pada
waktu itu Karmel sudah memiliki rumah pendidikan di Caen dan memiliki jumlalh yang cukup.
Setelah ia menyelesaikan Novisiat di Caen, ia belajar seni di Paris dan setelah menyelesaikannya dengan baik, ia
kemudian meneruskan sekolah teologi, juga di Kota Paris. Kita tidak memiliki catatan mengenai kapan dia
ditahbiskan menjadi imam. Akan tetapi pada tahun 1430, pada saat Kapitel Provinsi Perancis, diputuskan bahwa
Yohannes belajar Kitab Suci dan pada tahun 1437 ia lulus Licensiat di Paris.
Tidak lama setelah lulus, persisnya pada tahun berikutnya (1438), ia menjadi Magister dan pada tahun yang sama
ia juga menjadi prefek studi dan sekaligus menjadi pengkotbah. Pelayanan demi pelayanan ia lakukan dengan baik
dan dengan sepenuh hati yang kemudian sangat berguna untuk Ordo Karmel.
Dua tahun berikutnya (1440), Yohannes terpilih menjadi Provinsial, Provinsi Perancis. Sewaktu ia menjabat
Provinsial, ia berusaha membuat beberapa reformasi di dalam tubuh Provinsi Perancis. Jenderal Ordo pada waktu
itu bernama Yohannes Faci. Ia sudah memulai untuk membuat suatu reformasi di dalam tubuh Ordo dalam hidup
religius. Jenderal ini kemudian meminta bantuan Yohannes untuk membantu Ordo di Inggris dan Jerman bagian
Utara untuk tujuan reformasi tersebut.
Pada tahun 1450, Jenderal Faci terpilih menjadi uskup di Riez, kemudian tahun berikutnya (1451) diadakan Kapitel
Jenderal di Avignon, Perancis Selatan. Pada Kapitel tersebut, Yohannes terpilih menjadi Jenderal. Pada tahun 1452
ia mendapat gelar kehormatan dari Teologi di Padova dan pada waktu yang sama la menerima bulla Cum Nulla
dari Paus Nicolaus V. Pada tahun 1462, ia membarui Konstitusi. Karyanya yang lain adalah: Troisieme regle des
freres et soeurs de nostre Dame du Mont Carmel, Expositio paraenetica in regulam Carmelitarum au tore
R.P.B.loanne Soreth Gallo eiusdem Ordinis Gener ac Reformatore ex vertustissmo codice manuscripto... dan
Expositio paraentica in regulam Carmelitarum.
Yohannes mendedikasikan hidupnya secara intensif kepada Ordo, sampai akhir hidupnya pada 25 Juli 1471 di
Angers. Apa yang dimulainya sejak terpilih menjadi Provinsial dan dilanjutkan semasa jabatannya sebagai Jenderal,
dilaksanakan dengan penuh ketekunan dan dedikasi yang luar biasa sampai akhir hidupnya, yang dilakukan dalam
bentuk reformasi di dalam Ordo, bukan untuk kepentingan sendiri, melainkan untuk kepentingan anggota-
anggotanya pada waktu itu, kemudian dan sampai saat ini.
Dedikasi yang juga tidak kalah penting adalah pendirian komunitas-komunitas Ordo II dan menerima Tarekat-
tarekat menjadi Ordo II di dalam Ordo Karmel (afiliasi).
KULTUS
Kultus Yohannes mulai dikenal sejak abad XVI di Belgia dan Perancis dan kemudian berkembang ke seluruh Ordo,
terlebih dengan keajaiban Tuhan melalui dirinya. Proses beatifikasi berlangsung terus hingga pada saat Paus Pius
IX menyatakan Yohannes sebagai Beato pada 3 Mei 1866. Ordo merayakan Yohannes dengan peringatan pada
setiap tanggal 24 Juli.
SANTO YOAKIM DAN SANTA ANNA
26 JULI

RIWAYAT HIDUP
Kita tidak mengetahui banyak riwayat hidup Yoakim (Yohaquim: Ibrani, artinya kemuliaan Tuhan) dan Anna
(Channah: ibrani, artinya penuh rahmat), orangtua Maria, kecuali dari Apokrif Injil menurut Yakobus dan juga ada
tradisi yang menceritakan kedua orang kudus ini.
Menurut tradisi itu, Anna adalah anak dari Achar dan saudari dari Esmeria, ibu dari Elisabet yang melahirkan
Yohannes Pembaptis (Elisabet yang berasal dari keturunan Harun, adalah istri Zakharia, Luk 1:5). Anna lahir di
Betlehem berasal dari keturunan Daud. Sebelum menikah dengan Yoakim, Anna sudah menikah dua kali. Dari
pernikahan pertama lahir Maria, istri Kleopas dan ibu dari Yakobus Alfeus (Mat 10:3 dan pararelnya lihat silsilah
pada bagian berikutnya). Dari pernikahannya yang kedua lahir Salome, istri Zebedeus yang adalah ibu dari Yakobus
Zebedeus (Yakobus Mayor) dan Yohannes (Mat 4:21 dan pararelnya).
Pernikahan Anna dengan Yoakim yang adalah keturunan Daud tidak menghasilkan keturunan selama 20 tahun,
karena Anna sudah dianggap steril. Pada suatu saat, Yoakim direndahkan oleh Ruben yang mengatakan bahwa
Yoakim tidak memiliki arti mempersembahkan persembahan di Bait Allah, karena Tuhan toh tidak akan
memberikan keturunan kepadanya (pada waktu itu, tidak memiliki keturunan dianggap suatu hukuman dari
Tuhan). Mendengar perkataan yang menyakitkan itu, Yoakim kemudian pergi ke padang gurun untuk menyendiri
bersama dengan domba-dombanya. Sementara Yoakim berpisah dengan istrinya Anna, seorang malaikat datang
kepada Anna yang mengatakan bahwa ia akan mengandung. Malaikat yang sama juga menampakkan diri kepada
Yoakim di pengasingannya di padang gurun dengan mengatakan bahwa Anna akan melahirkan. Setelah kabar
gembira itu keduanya bertemu kembali di Gerbang Aurea, di Yerusalem.
Silsilah Anna:

Dalam tradisi itu, juga diceritakarn bahwa Anna dan Yoakim bersama dengan Maria yang baru lahir tinggal di
Yerusalem, di daerah Gerbang Singa, gerbang utara kota Yerusalem (tempat Stefanus dirajam batu), tepatnya di
sekitar kolam Betesda (sekarang di tempat ini didirikan sebuah gereja yang diberikan nama pelindung Santa Anna
yang dikelola oleh Padri Bianchi (Para Romo Putih).
Tradisi lain mengatakan bahwa Anna, setelah menikah dengan Yoakim, tinggal di Nazaret. Yoakim memiliki banyak
gembala. Pernikahan mereka melahirkan Maria pada waktu Anna sudah berumur. Baik Anna maupun Yoakim
adalah keturunan Daud yang keduanya berasal dari Betlehem, tetapi tinggal di Nazaret, sehingga tradisi ini bisa
berhubungan dengan Injil yang menceritakan bahwa Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel di
Nazaret (Mat 1:26-38).
Cerita Anna dan Yoakim berhenti di situ, karena tradisi itu tidak lagi menginformasikan mengenai orangtua Maria,
seperti bagaimana keadaan dan kapan mereka meninggal.
KULTUS
Santa Anna sudah dihormati sejak abad VI yang terbukti dari pendirian gereja di Konstantinopel dengan nama
pelindung, Anna. Sementara itu di Barat, perayaan Anna baru mulai sejak abad X dan pada abad XII sudah tersebar
di seluruh Eropa. Apalagi dengan bulla Splendor oleh Paus Urbanus VI, pada tahun 1378, perayaan Anna semakin
dikenal. Sementara itu tanggal perayaan ada perbedaan antara Gereja Timur dan Barat. Gereja Timur merayakan
Anna pada setiap tanggal 25 Juli, sedangkan Barat merayakannya pada setiap 26 Juli.
Sementara itu, perayaan Yoakim baru dimulai sekitar abad IX di Timur dan ratu Eudossia, untuk menghormatinya,
mendirikan basilika di Yerusalem dengan nama pelindung Yoakim, di tempat menurut tradisi Yoakim dan Anna
tinggal dan tempat di mana Maria lahir. Sementara itu di Barat, pesta Yoakim baru berkembang sekitar abad XIV.
Kemudian pada tahun 1510, Paus Yulius II menyatakan bahwa perayaan Yoakim dilaksanakan pada setiap tanggal
20 Maret.
Pada tahun 1584, Paus Gregorius XII menyatukan perayaan Yoakim dan Anna pada setiap tanggal 26 Juli dan
setelah Konsili Vatikan II, perayaan Yoakim dan Anna tetap pada setiap tanggal 26 Juli dengan peringatan wajib.
Sementara itu, dalam Ordo Karmel penghormatan Santa Anna sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1270 yang
terdapat dalam tulisan Xibertus de Beka yang kemudian ditekankan dalam Kapitel Jenderal pada tahun 1375, 1387
dan 1411. Sedangkan penghormatan Yoakim dalam Ordo mulai berkembang sejak tahun 1498, tidak lama setelah
Paus Arnoldus Bostius menyatakan perayaan Yoakim di Gereja Barat.
Pada awalnya, Ordo merayakan Yoakim pada setiap tanggal 20 Maret, kemudian dipindahkan pada setiap tanggal
16 Agustus. Setelah 1584, perayaan dilaksanakan setiap pada tanggal 26 Juli dengan peringatan wajib
sebagaimana Gereja merayakannya.
Alasan Ordo Karmel untuk merayakan peringatan wajib pada Anna dan Yoakinm adalah dalam kaitannya dengan
Maria. Pada abad pertengahan ada legenda bahwa Anna bersama dengan putrinya Maria pernah mengunjungi
Gunung Karmel. Masih sehubungan dengan Maria, pada biara Karmel di Gerbang Aurea, Yerusalem tempat
pertemuan Anna dan Yoakim setelah "kabar gembira" diberi pelindung Anna dan Yoakim untuk menunjukkan
bahwa Maria dikandung tanpa dosa asal. Oleh sebab itu, setelah Konsili Vatikan II, perayaan Yoakim dan Anna di
dalam Ordo adalah sebagai pelindung kedua Ordo (pelindung pertama adalah Santo Yosef).
Beberapa informasi lain sehubungan dengan Yoakim dan Anna adalah bahwa Anna dikenal sebagai pelindung para
ibu, janda, mereka yang mau melahirkan, mereka yang steril dalam pernikahan, tukang kayu, buruh pabrik,
pedagang, tukang cuci pakaian, mereka yang hamil, mereka yang kerja di rumah, mereka yang demam dan
berbagai penyakit. Sementara itu, Yoakim adalah pelindung orang miskin, benar, tidak berpengharapan dan
mereka yang tidak memiliki harta milik (seperti tidak punya rumah, tanah dan lain-lain).
BEATO TITUS BRANDSMA, IMAM DAN MARTIR
27 JULI

RIWAYAT HIDUP
Titus Brandsma yang memiliki nama kecil Anno Sjoerd, lahir pada 22 Februari 1881 di Oegoklooster, dekat
Bolsward, daerah Friesland (Belanda bagian Utara) dari pasangan Titus Brandsma dan Tjitsje Postma. Di daerah ini,
Katolik adalah minoritas di antara Kalvinis. Ia adalah anak kedua paling bungsu dari enam bersaudara. Di dalam
keluarga, ia mendapat didikan iman Katolik dengan baik dari orangtuanya. Hasilnya ialah bahwa semua saudara-
saudarinya menjadi biarawan-biarawati kecuali satu saudari.
la melaksanakan sekolah di tanah kelahirannya, kemudian masuk Seminari Menengah yang dikelola oleh
Fransiskan di Nijmegen dan dari sini, ia masuk Novisiat di Boxmeer pada 17 September 1898, dengan mengambil
nama biara Titus, yang adalah nama ayahnya. Ia mengucapkan kaul pertama pada bulan Oktober 1899 kemudian
ditahbiskan menjadi imam pada 17 Juli 1905.
Pada tahun 1906 ia pergi ke Roma untuk studi spesialisasi di bidang filsafat di Universitas Gregoriana dan
memperoleh gelar Doktor pada tahun 1909. Titus kembali ke Belanda dan menjadi pengajar di beberapa sekolah
yang dikelola para Karmelit. Pada tahun 1916 Titus menerjemahkan karya Teresia dari Yesus ke dalam bahasa
Belanda. Pada tahun 1921, ia menyelesaikan perselisihan artis Belgia, Albert Servaes dengan Gereja setempat
mengenai Stasi Jalan Salib, dengan menulis meditasi dari masing-masing 14 stasi.
Pada tahun 1923 (pada tahun yang sama misi Karmel Belanda dimulai di Indonesia), Universitas Katolik Nijmegen
didirikan dan Titus menjadi salah satu staf pengajar filsafat dan bahkan ia pernah menjadi Rektor Universitas
tersebut pada tahun 1932 (sekarang Universitas tersebut berubah nama menjadi Universitas Radboud). Pada
waktu Titus mengajar di Universtias tersebut, ia juga mendirikan Institut Mistik. Untuk menghormati jasa Titus,
maka pada tahun 1968, Ordo Karmel Belanda mendirikan Institut Titus Brandsma yang adalah Fakultas
Spiritualitas dari Universitas Radboud.
Di samping sebagai pengajar dan bahkan sebagai Rektor, Titus juga melaksanakan berbagai aktivitas lain seperti
menulis beberapa tema di Dictionnaire de Spiritualité, dan juga di De Katholieke Encyclopedie (sekaligus juga
menjadi editor). Konfrensi Titus yang terkenal di Universitas Katolik, Nijmegen pada tahun 1932 pada saat ulang
tahun Universitas, berjudul Godsbegrip.
Titus juga aktif di dalam jurnalis dengan menulis banyak artikel dan bahkan ia menjadi redaktor koran De
Gelderlander yang terbit sekali seminggu (koran ini masih tetap terbit sampai saat ini). Dari tahun 1938 – 1941, ia
telah menerbitkan 153 tulisan secara seri di koran tersebut. Titus juga menjadi ketua para jurnalis di Belanda. Pada
tahun 1940, tentara Nazi menginvasi Belanda dan ia menulis artikel bertemakan kebebasan dan penentangan
ideologi Nazi yang anti semitisme. Titus mengunjungi semua editor koran Katolik agar mendukung Konfrensi
Uskup Belanda untuk mengembargo Gerakan Sosialisme dan ideologi Nazi tersebut. Dengan alasan inilah Titus
ditangkap oleh tentara Nazi pada 9 Januari 1942 dan dipenjarakan di Scheveningen (dekat Den Haag), lalu
kemudian ia dipindahkan ke kam Dachau, tempat ia mendapat akhir hidup dengan suntikan mematikan pada
tanggal 26 Juli 1942. Sesudah itu jenazahnya dibakar dan abunya dibuang oleh tentara Nazi bersama dengan abu
tahanan lain.
Setelah perang, mereka yang dibebaskan dari Dachau dan yang mengenal Titus, memberikan kesaksian akan
keluhuran hidupnya dan menjadi contoh sebagai orang beriman bagi tahanan lainnya. Bagi mereka, kamp Dachau
menjadi saksi kerendahan dan kesucian Titus. Saat ini, banyak orang datang berziarah ke kamp Dachau untuk
melihat saksi tersebut yang seakan menghidupkan kembali semua mereka yang menjadi korban, termasuk Titus.
Para Karmelit Belanda sedang mengumpulkan semua tulisan-tulisan Titus dan sampai saat ini sudah terkumpul
796 judul, baik itu buku, artikel di koran-koran dan konfrensi. Tulisan-tulisan Titus antara lain: Naar Jesus met
Maria, De Katholieke Universiteit in 1932 – 1933, Engagierte Mystik.
KULTUS
Proses beatifikasi Titus mulai sejak tahun 1952 dan dari keuskupan semua keperluan telah terpenuhi pada tahun
1957 dan kemudian proses verifikasi selesai pada tahun 1973. Setelah melewati beberapa kesulitan prosedur,
akhirnya pada 9 Desember 1984 Vatikan mengumumkan bahwa Titus mati sebagai martir. Pada 3 November 1985,
Titus dijadikan Beato oleh Paus Yohannes Paulus II di Basilika Santo Petrus, Roma.
Pada 12 dan 24 Maret 1986, Vatikan menginformasikan bahwa perayaan Titus adalah setiap tanggal 27 Juli dengan
peringatan fakultatif dan peringatan wajib di Ordo Karmel Provinsi Belanda.
SANTO ALBERTUS DARI TRAPANI, IMAM
7 AGUSTUS

RIWAYAT HIDUP
Albertus dari Trapani (yang juga dipanggil Albertus Abbati atau Albertus dari Sicilia) lahir sekitar tahun 1240 di
Trapani, Sicilia, Italia. Ayahnya bernama Benedictus Abbati dan ibunya bernama Yohanna de Palizi. Orangtua
Albertus termasuk orang berada di Trapani dan mereka baru mendapatkan keturunan Albertus setelah lama
menikah. Sejak masa kecil Albertus sudah menunjukkan orang yang cerdas dan memiliki pekerti yang baik. Ia juga
suka menolong teman-temannya.
Trapani adalah salah satu kota yang ditempati Karmel setelah hijrah ke Eropa dari Gunung Karmel. Albertus
mengenal para Karmelit di kota kelahirannya ini. Ia merasa tertarik akan cara hidup para Karmelit, sehingga pada
usia masih muda, ia meminta izin kepada orangtuanya untuk masuk biara, walau pada waktu itu ditolak oleh prior
(pimpinan biara) karena umurnya belum mencukupi. Walaupun demikian, Albertus tidak putus asa. Ia tetap
menunggu sampai umurnya mencukupi untuk masuk biara. Niat untuk hidup sebagai Karmelit ia wujudkan pada
tahun 1260 dan tidak lama kemudian ia mengenakan jubah Karmel. Cara hidup ini dilalui dengan perkembangan
luar biasa baik dalam pengetahuan dan kebijaksanaan, maupun hidup rohani. Ia bahkan menjadi contoh dalam
penghayatan Injil untuk Karmelit lainnya. Ia membaktikan diri sepenuhnya ke dalam kehidupan Karmel melalui
kaul kekal dan kemudian ditahbiskan menjadi imam sekitar tahun 1289. Tidak lama kemudian ia menjadi Prior
Biara Annunciata, Trapani. Albertus juga sempat pergi mengunjungi Gunung Karmel (1295), tempat asal usul Ordo
Karmel. Ia sangat mengagumi tempat tersebut dan menjadi motivasi untuk lebih menghayati hidup sebagai
Karmelit.
Hidup imamat dihayatinya dengan penuh kebijakan dan bahkan orang selalu menantikan kotbah-kotbahnya yang
sarat akan pengajaran kebijakan dan hidup spiritual. Pada tahun 1296, para Karmelit Pulau Sicilia memercayakan
ke tangannya sebagai Provinsial dan setelah ia melaksanakan tugas itu, ia tinggal di komunitas Messia, Sicila. Di
tempat ini, Albertus banyak membantu orang, bukan hanya dengan pengajarannya, tetapi juga dengan karya-
karya penyelamatan Tuhan melalui tangannya.
Albertus hidup sangat sederhana sampai akhir hidupnya pada 7 Agustus 1307. Sayang umurnya tidak begitu
panjang, tetapi walaupun demikian ia telah banyak memberikan kebajikan dan kekayaan rohani yang diwariskan
bukan saja kepada para Karmelit dan umat di Sicilia, tetapi juga kepada Gereja. Pada waktu pemakaman, Albertus
dihantar oleh umat Messina dan juga pemerintah setempat.
KULTUS
Setelah kematiannya, penghormatan kepada Albertus sudah dilaksanakan oleh umat Sicilia dan bersama dengan
dia ada juga penghormatan kepada Santo Angelus. Mereka berdua adalah termasuk Orang Kudus Karmel awal di
dalam Ordo.
Pada tahun 1346, sudah ada sebuah kapel yang dipersembahkan kepada Albertus di Palermo. Kemudian Kapitel
Jenderal 1373 dan beberapa Kapitel Jenderal berikutnya merekomendasikan untuk proses beatifikasi Albertus
dengan mengumpulkan data-data, termasuk juga mukjizat Tuhan melalui tangan Albertus. Pada tahun 1405,
Provinsi Toscana (Italia bagian tengah) sudah merayakan Albertus setiap tanggal 24 Juni, walau kemudian pada
tahun 1411, Kapitel Jenderal di Bologna, Italia Utara memutuskan perayaan Albertus pada setiap tanggal 7
Agustus. Kemudian Kapitel Jenderal 1420 memutuskan agar setiap komunitas menempatkan lukisan Albertus di
kapel.
Pada tahun 1457, saat Yohannes Soreth sebagai Prior Jenderal, Paus Calixtus III mengeluarkan vivae vocis oraculu
yang mengesahkan kultus liturgi Albertus dan dengan sendirinya ia dinyatakan sebagai Santo. Pada 31 Mei 1476,
Paus Sixtus IV memberikan perayaan meriah kepada Albertus, walau kemudian diturunkan menjadi tingkat II.
Sesudah Konsili Vatikan II, perayaan Albetus di dalam Ordo Karmel menjadi pesta.

Pada Kapitel Jenderal tahun 1498 ditetapkan bahwa setiap hari, setiap akhir Ibadat Pagi dan Sore, Santo Albertus
dan Angelus selalu dihormati sebagai "Patres Ordinis". Kemudian pada tahun 1524 diputuskan bahwa patung
Maria Bunda Karmel diapit oleh dua Orang Kudus, Santo Yohannes Pembaptis di sebelah kanan dan Albertus di
sebelah kiri. Selanjutnya Prior Jenderal Nicolò Audet (1523 – 1562) meminta agar di setiap kapel Ordo, juga
dipersembahkan altar untuk Albertus.

Sementara itu OCD sudah merayakan Albertus sejak tahun 1598 di Segovia, Spanyol, kemudian Italia menyusul
sejak tahun 1609. Setelah Konsili Vatikan II, OCD merayakan Albertus dengan peringatan.
SANTA TERESIA BENEDICTA DARI SALIB, PERAWAN DAN MARTIR
9 AGUSTUS

RIWAYAT HIDUP
Teresia yang dikenal juga dengan nama Edith Stein, lahir di Breslau (sekarang Wrocław, Polandia) pada tanggal 12
Oktober 1891, dari keluarga Yahudi. Ia adalah anak bungsu dari sebelas bersaudara. Teresia termasuk anak yang
cerdas, sehingga ia menyelesaikan studinya dengan sangat memuaskan. Ia masuk universitas pada tahun 1911 di
kota kelahirannya. Karena tertarik akan filsafat fenomenologi dan psikologi, maka Teresia melanjutkan kuliah di
Göttingen. Dalam studi program doktoral, Teresia menulis disertasi dengan judul Zum Problem dengan dosen
pembimbing filsuf Edmund Husserl, di Universitas Freiburg dan setelah itu Teresia menjadi asistennya sejak tahun
1916.
Pada tahun 1917, pada waktu Teresia menjadi sukarelawan Palang Merah, ia terkesan pada sikap Kristiani, Adolf
Reinach dan istrinya, terlebih saat menghadapi ajal. Mulai dari saat itu, Teresia tertarik menjadi Kristiani. Pada
suatu ketika, sebagai dosen profesional, Teresia melakukan penelitian di rumah Conrad Martius dan secara
kebetulan ia melihat buku Teresia dari Yesus yang berjudul Autobiografia. Setelah membaca buku itu, ia sangat
terkesan akan biografi santa tersebut dan sampai akhirnya Teresia berkesimpulan bahwa inilah kebenaran yang
sesungguhnya. Ia segera menjadi katekumen dan dibaptis pada 11 Januari 1922 dan menerima Sakramen Krisma
pada 2 Februari 1923.
Hidup Kristiani dijalani Teresia dengan mengajar, baik di universitas maupun juga di sekolah Dominikan, sehingga
menjadikannya semakin matang dalam iman terlebih berkat tulisan Tomas Aquinas yang mengombinasikan antara
iman dan filsafat dalam hidup Kristiani. Di samping aktivitas sebagai pengajar, ia juga memberikan berbagai
konferensi dan seminar mengenai iman, filsafat dan terutama panggilan perempuan dalam Gereja.
Pada tahun 1932, Teresia berhenti sebagai dosen walaupun dari pihak universitas memintanya dengan sangat agar
tetap berkarier di bidang ilmu pengetahuan. Ia melamar untuk masuk ke biara Karmel di Himmelspforten,
Würzburg, tetapi sayang biara ini tidak bersedia menerimanya. Kemudian pada tahun berikutnya (1933), ia pergi
ke biara Karmel OCD Lindenthal, Köln dan bertemu langsung dengan Magistra di biara tersebut. Ketika Magistra
bertanya akan motivasi Teresia masuk biara, ia menjawab, "Bukan aktivitas manusiawi yang bisa menyelamatkan
kita, tetapi hanya penderitaan Kristus. Tujuan saya masuk biara adalah untuk berpartisipasi pada penderitaan itu."
Melihat motivasi yang begitu luhur, Magistra tersebut menerima Teresia dengan tangan terbuka. Teresia
meninggalkan segala aktivitasnya sebagai dosen, dan pengajaran terakhirnya adalah pada 25 Februari 1933.
Setelah itu, ia masuk biara kontemplatif OCD.
Teresia memulai hidup baru di dalam biara Karmel dengan penuh semangat. Ia menerima jubah pada tahun 1934
dan mengambil nama, Teresia Benedicta dari Salib. Satu tahun kemudian, tepatnya 21 April 1935, ia mengucapkan
kaul sementara. Tiga tahun kemudian (1938), Teresia mengucapkan kaul kekal, pada hari Jumat Agung.
Sebelum ia masuk biara, ia telah menerbitkan buku yang berjudul Endliches und ewiges Sein yang membuatnya
menjadi salah satu daftar hitam dari Nazi. Superior biara tanggap akan situasi Teresia, maka untuk
menyelamatkannya, Teresia dipindahkan ke biara OCD di Echt, Belanda bagian Selatan, pada bulan Desember
1938. Di sini ia diterima para suster dengar semangat persaudaraan. Di biara ini ia menyelesaikan buku dengan
latar belakang keluarganya yang berjudul Aus dem Leben einer jüdischen Familie dan juga menulis karya lain yang
berjudul Kreuzeswissenschaft: Studie über Joannes a Cruce yang berbasiskan kemartiran dalam Gereja yang
didasarkan pada salib Kristus. Salah satu kalimat dalam buku ini berbunyi, "Berkotbah tentang salib adalah fana,
jika tidak tampak dalam hidup dengan Dia yang disalibkan." Tulisan Teresia yang lain: Selbstbildnis in Briefen,
Verborgenes Leben: Hagiographische Essays – Meditationen - Geistliche Texte, Zum Problem der Einfühlung, Die
Frau: Ihre Aufgabe nach Natur und Gnade, Jahrbuch für Philosophie und phänomenologische Forschung, Erkenntnis
und Glaube dan Potenz und Akt: Studien zu einer Philosophie des Seins.
Kepindahan Teresia ke Echt, tidak menghentikan pencarian terhadapnya. Ia sebenarnya mau dipindahkan lagi ke
Swiss demi keselamatan, tetapi ia menolaknya. Ia bersedia menderita dengan turut mengambil salib dan
penderitaan Kristus. Dalam satu tulisan kecil, sebelum ditangkap di Echt, ia berkata, "Saya tahu bahwa saya tidak
bernilai, tetapi Yesus menginginkannya dan pada suatu saat la akan memanggilku dan juga banyak orang lain. Saya
telah menerima nama yang telah saya dambakan. Saya mengerti bahwa jalan hidup saya berada di bawah salib-
Nya. Sekarang saya mengerti bagaimana sebagai pengikut Kristus dalam tanda salib. Saya tahu bahwa hal ini tidak
akan pernah dimengerti, karena hal ini adalah suatu misteri."
Pada 2 Agustus 1942, salib yang didambakan akhirnya tiba. Pada hari ini, Teresia ditangkap di biara Echt dan jalan
salib pun mulai. Perhentian pertama adalah Amesfoort (Belanda), kemudian jalan salib dilanjutkan ke perhentian
berikutnya di Westerbork dan akhirnya sampai ke perhentian terakhir di Auschwitz, Polandia tempat ia bergelut di
atas salib. Ia merasa bagaikan ditinggalkan Tuhan, seperti Kristus bergantung di salib. Dari Auschwitz, Teresia
masih sempat menulis kepada Suster Rosa, Priorin di Echt, dengan berkata, "Scientia Crucis (pengetahuan salib)
bisa dimiliki, jika dirasakan sungguh-sungguh berat. Oleh sebab itu, saya selalu katakan dan apa yang saya katakan
ini keluar dari hatiku yang terdalam, 'Ave crux, spes unica!' (Salam salib, pengharapan satu-satunya).” Semua
terbukti apa yang dikatakan Teresia di Auschwitz. Ia melihat pengetahuan salib, kesabaran, keindahan, seperti
ditinggalkan Tuhan dan mempersembahkan dirinya di salah satu kamar gas antara tanggal 8 – 11 Agustus 1942.
KULTUS
Proses beatifikasi Teresia sudah dimulai sejak tahun 1962 dan berakhir pada 26 Januari 1987 dengan bentuk
kemartiran. Tidak lama kemudian, pada 1 Mei 1987, Teresia sudah dinyatakan Beata oleh Paus Yohannes Paulus II
di Jerman. Paus yang sama juga menyatakan Teresia sebagai Santa pada 1 Oktober 1998 dan tahun berikutnya, 11
Oktober 1999, pada saat membuka Sinode para Uskup Eropa, Teresia diproklamirkan sebagai pelindung Eropa.
Oleh sebab itu, perayaan Teresia di Eropa adalah pesta.
Teresia masuk dalam liturgi O.Carm. sejak 20 November 1987 dengan peringatan fakultatif, sementara itu OCD
merayakannya dengan peringatan. Akan tetapi, setelah kanonisasi OCD meningkatkan perayaan Teresia menjadi
pesta.
BEATO ISIDORUS BAKANJA, AWAM DAN MARTIR
12 AGUSTUS

RIWAYAT HIDUP
Isidorus lahir di bagian Utara Zaire, pada tahun 1888/9 (tidak tahu persis tahun kelahirannya). Pada waktu itu
negara ini disebut dengan Belgian Congo, karena koloni Belgia (sebelumnya bernama Zaire, sekarang Republik
Demokrasi Congo). Ibunya bernama Inyuka dan ayahnya adalah Lyinzwa. Ia lahir di daerah aliran Sungai Botato.
Keluarganya adalah petani dan ayahnya juga nelayan di sungai tersebut untuk menambah penghasilan. Sebagai
daerah koloni, banyak orang Belgia tinggal di Belgian Congo untuk mendapatkan karet dan gading. Mereka hanya
mementingkan diri sendiri tanpa memerhatikan keadaan masyarakat.
Bersamaan dengan koloni, misionaris datang ke Belgian Congo yang juga berasal dari Belgia. Bahkan misionaris
yang sangat giat membantu rakyat Belgian Congo adalah Tarekat Kontemplatif Trapis. Mereka sungguh-sungguh
membantu penduduk dan tidak henti-hentinya menentang abusif koloni. Akibatnya, mereka juga dibenci oleh kulit
putih.
Menginjak masa remaja (umur 16 tahun) dan untuk mengadu nasib, Isidorus merantau ke kota dan menjadi
tukang batu di Mbandaka. Di kota ini lsidorus bertemu dengan misionaris Trapis. Setelah mendapat pelajaran, ia
dibaptis pada umur 18 tahun (6 Mei 1906), kemudian menerima komuni pertama (25 November 1906) dan Krisma
(8 Agustus 1907). Dengan pembekalan iman yang baik, Isidorus memulai hidup Kristiani dengan penuh antusias
dan pengharapan. Berkat bimbingan misionaris Trapis, ia memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria,
sehingga rosario dan skapulir Maria Bunda Karmel tidak pernah lekang dari lehernya. Dengan semangat ia
menyampaikan kabar gembira kepada rekan-rekan kerjanya. Bagi dia, skapulir dan rosario adalah permata yang
paling berharga dalam hidup.
Karena sesuatu hal, tempat dia bekerja sebagai tukang batu ditutup, sehingga ia pergi sebagai buruh di
perkebunan karet, milik kolonial Belgia, di Ikili. Temannya telah mengingatkan dia agar tidak pergi ke tempat itu,
karena kulit putih sangat membenci umat Kristiani di Ikili.
Sesampai di tempat itu, ia tidak henti-hentinya membicarakan Kristus dan skapulir – rosario selalu dikenakan.
Pada suatu sore, saat Isidorus dan temannya Iyongo sedang melayani makan malam, manajer perkebunan karet,
André van Cauter, meminta agar skapulir – rosario ditanggalkan dari lehernya. Tetapi Isidorus tetap
mengenakannya, sehingga beberapa waktu kemudian, manajer tersebut memukulnya berkali-kali. Walaupun
demikian, Isidorus tetap mengenakan "permatanya" itu. Akibatnya, kejadian lebih tragis terjadi pada sore hari, 2
Februari 1909. Manajer perusahaan bersama dengan dua temannya sedang minum kopi dan Isidorus yang tetap
mengenakan skapulir – rosario, pada waktu itu kebetulan lewat. Manajer tersebut mencopot skapulir – rosario
dari leher Isidorus lalu mengenakannya ke anjing. Belum berhenti di situ, manajer tersebut memukulnya sekuat
tenaga sampai Isidorus rebah ke tanah dan kemudian meminta kedua temannya untuk memukulinya. Isidorus
meminta belas kasihan kepada manajer itu, tetapi tidak dihiraukan. Kemudian ia berseru, "Tuhanku, saya hampir
mati!" Sesudah itu manajer tersebut memasukkan Isidorus ke penjara. Sekujur tubuhnya memar dan luka karena
siksaan tersebut. Ia merasa sakit luar biasa dan punggungnya luka parah, bahkan sampai ke tulang-tulangnya.
Inspektur perkebunan meminta manajer itu memindahkan Isidorus ke desa lain. Karena tidak kuat lagi untuk
berjalan, Isidorus terjatuh di daerah hutan dan ia bukan dibantu, tetapi malah dipukuli manajer tersebut. Isidorus
mengerang kesakitan dan meminta supaya jangan memukulnya. Isidorus sadar bahwa akhir hidupnya sudah akan
tiba lalu berkata, "Jika Anda melihat ibuku atau jika Anda bertemu dengan seorang imam, katakan kepadanya
bahwa saya akan mati karena saya adalah seorang Kristiani.”
Akhirnya, dua misionaris datang mengambil Isidorus dan membawanya ke desa Isongu untuk merawatnya.
Isidorus mengatakan kepada kedua misionaris itu, "Orang berkulit putih itu (André van Cauter, manajer
perkebunan) membenci Kristiani. Ia tidak menyukai saya mengenakan skapulir – rosario. Ia memukulku ketika saya
sedang berdoa." Misionaris itu meminta agar Isidorus memaafkan manajer itu. "Tentu saya akan berdoa untuknya.
Kalau nanti saya di surga, saya akan berdoa banyak untuk dia," jawab Isidorus. Kemudian Isidorus meninggal pada
15 Agustus 1909, tepat pada saat hari raya Maria Diangkat ke Surga, dengan rosario di tangan dan skapulir Maria
Bunda Karmel di lehernya. Isidorus dikenal seorang martir skapulir Maria Bunda Karmel dan rosario.
KULTUS
Proses beatifikasi Isidorus tidak berbelit-belit. Oleh sebab itu, ia telah dibeatifikasi (menjadi Beato) pada 24 April
1995 oleh Paus Yohannes Paulus II. Ordo memasukkan perayaan Isidorus ke dalam liturgi pada setiap tanggal 12
Agustus dengan peringatan fakultatif, setelah menerima konfirmasi dari Vatikan pada 30 Juni 2000. Teks liturgi
perayaannya baru mendapat pengesahan dari Vatikan pada 8 November 2002.
BEATO ANGELUS MAZZINGHI, IMAM
17 AGUSTUS

RIWAYAT HIDUP
Angelus adalah anak dari Agustinus Mazzinghi yang berasal dari Firenze, Italia. Ia memiliki nama baptis, Angelo
(Angelus) Angiolino. Kita tidak mengetahui secara persis tahun kelahiran Angelus, tetapi berdasarkan informasi
dokumen, bisa dikatakan bahwa ia lahir sebelum tahun 1386 di Firenze. Ia memiliki saudara yang bernama Bianco.
Angelus sebelum masuk biara, terlebih dahulu belajar teologi. Pada tahun 1413, ia masuk ke Kongregasi dari Selve
(Tarekat Reformasi dari Ordo Karmel), di Lastra, Signa yang kemudian bergabung dengan Kongregasi Mantova.
Setelah penggabungan ini, dua tahun kemudian (1415), Angelus ditahbiskan menjadi imam.
Dalam perjalanan hidup religius, Angelus menjabat Prior di biara yang sama (Selve) dari tahun 1419 – 1430. Pada
tahun 1431 – 1434 dan 1436 ia menjadi pengkotbah di Firenze selama Masa Prapaskah. Ia juga pernah menjadi
prior di biara Firenze ini dari tahun 1436 – 1437. Tidak lama setelah menjadi prior di biara itu, Angelus meninggal
pada 17 Agustus 1438. Kesaksian dari mereka yang pernah hidup bersama dengan Angelus atau mereka yang
pernah mendengarkan kotbahnya mengatakan bahwa Angelus adalah seorang yang penuh semangat,
memberikan pengajaran yang sangat tepat dan berguna untuk hidup. Ia adalah juga seorang penasihat bagi
mereka yang membutuhkannya. Ia memiliki hidup yang saleh dan seorang pengkotbah ulung.
Seorang Karmelit dari Sicilia, Nicolaus Calciuri, yang hidup sezaman dengannya dan pernah hidup dalam satu
komunitas dengan Angelus mengatakan bahwa ia memiliki iman yang sangat mendalam. Ketika berkotbah di
Firenze, ia melihat bunga mawar dan lili keluar dari mulutnya dan kemudian dua malaikat mengumpulkan
kembang-kembang itu lalu menjalinnya bagaikan mahkota, kemudian meletakkannya di atas kepala Angelus. Inilah
alasannya bahwa gambar Angelus selalu ditandai dengan dua malaikat dan kembang mawar – lili bertaburan di
dadanya seakan baru keluar dari mulutnya.
Pada tahun 1575 jenazah Angelus disemayamkan ke gereja Karmel di Firenze dan dua tahun kemudian ke kapel
Brancacci, tetap di Firenze.
KULTUS
Kapitel Jenderal 1756 memutuskan untuk mengajukan penghormatan kepada Angelus dan dua tahun kemudian
proses beatifikasi dimulai. Konfirmasi pengakuan beatifikasi Angelus dikeluarkan Vatikan pada 7 Maret 1761
dengan perayaan pada setiap tanggal 17 Agustus. Sesudah Konsili Vatikan II, perayaan Angelus tetap dilaksanakan
pada setiap tanggal 17 Agustus dengan peringatan fakultatif.
BEATA MARIA DARI YESUS TERSALIB, PERAWAN
25 AGUSTUS

RIWAYAT HIDUP
Maria dari Yesus Tersalib (Mariam Baouardy) memiliki riwayat hidup yang "panjang" dan memiliki pengalaman
internasional yang luas. Ayahnya bernama Georgius (Giries) Baouardy yang berasal dari Horfesch, Palestina dan
ibunya bernama Mariam Chahine yang berasal dari Tarshish, Palestina. Suami istri ini tinggal di Ibillin, di daerah
pegunungan Galilea. Keluarga mereka memiliki pengalaman yang sangat menyedihkan, karena mereka, sebelum
kelahiran Maria, memiliki 12 anak, tetapi semuanya meninggal pada waktu masih kecil. Georgius dan Mariam
memutuskan untuk pergi ke Betlehem untuk meminta pertolongan Maria, dan jika mereka masih memiliki
keturunan, maka akan memberi nama Maria sebagai ucapan syukur.
Sekembali dari Betlehem, ternyata istri Georgius mengandung dan melahirkan seorang putri pada tanggal 5
Januari 1846. Sesuai dengan janji, maka mereka memberi nama Maria kepadanya. Sepuluh hari setelah kelahiran,
Maria dibaptis. Setelah kelahiran Maria, pasangan ini juga mendapat putra bernama Paulus (Boulos). Akan tetapi,
kegembiraan kedua bersaudara ini berakhir tragis, karena ketika masih kecil, kedua orangtua mereka meninggal.
Maria diasuh oleh paman dari ayahnya di lbillin, sementara itu saudaranya Paulus diasuh oleh bibinya yang tinggal
di Tarshish. Sesudah itu kedua bersaudara ini tidak pernah bertemu lagi.
Maria mendapat perlakuan baik dari keluarga pamannya dan Maria berkembang dalam iman dan memiliki devosi
yang sangat besar kepada Bunda Maria. Pada umur 8 tahun, pamannya harus pindah ke Alexanderia, Mesir dan
dengan sendirinya ia juga harus ikut pindah ke sana. Maria sangat sedih meninggalkan tanah kelahirannya dan
ternyata ia tidak akan pernah lagi melihatnya sampai ia meninggal.
Kehidupan di Alexanderia ternyata tetap memberikan perjalanan menyedihkan dalam hidup Maria. Pada waktu
Maria sudah berumur 13 tahun, pamannya hendak menjodohkan Maria dengan anak saudaranya. Di daerah sana
masih umum pernikahan dilaksanakan dengan cara seperti ini yang praktis masih memiliki tali persaudaraan.
Pernikahan sudah disiapkan dan tinggal menunggu hari yang telah ditetapkan. Ternyata Maria menolak
pernikahan tersebut. Oleh sebab itu, ia disiksa oleh pamannya dan bahkan menyuruhnya untuk melaksanakan
pekerjaan yang paling hina dan berat. Maria menulis surat kepada saudaranya agar datang melihatnya di
Alexandria, tetapi saudaranya tidak kunjung datang, mungkin karena surat tidalk pernah sampai ke tangan
saudaranya. Tidak tahan akan situasi di rumah pamannya, ia menjadi pembantu seorang keluarga dari Betlehem.
Di keluarga ini, Maria malah mendapat perlakuan lebih kejam dibandingkan dengan di rumah pamannya. Maria
sempat luka parah karena perlakuan majikan dan seorang dokter sukarelawan mengobatinya. Di Betlehem di
tengah-tengah penderitaannya, Maria masih menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat Maria melahirkan
Yesus.
Untuk menyambung hidup, Maria bekerja sebagai pembantıu di sebuah keluarga Arab. Keluarga ini menyediakan
kamar untuk tinggal dan juga mendapat gaji, walaupun kecil. Dari gaji ini, Maria membantu orang miskin dan ia
hanya menyisakan gajinya untuk membeli bunga dan minyak untuk lampu patung Bunda Maria di kamarnya, la
hidup sangat sederhana dengan pakaian secukupnya. Ia berusaha mencari saudaranya, tetapi toh tidak kunjung
ketemu. Maria juga sempat pergi mengunjungi Yerusalem dan akhirnya pergi ke Jaffa (kota kuno Tel Aviv) untuk
berlayar menuju Acre (Palestina Utara). Tetapi, kapalnya malah terbawa angin dan berlabuh ke Beirut. Di sana
Maria juga menjadi pembantu rumah tangga.
Dari Beirut, pada tahun 1863, Maria berlayar ke Marseille, Perancis dan menjadi tukang masak seorang keluarga
Arab, karena ia berbicara bahasa Arab. Di celah-celah waktunya sebagai pembantu, ia menyempatkan diri ke
gereja Santo Charles atau Nicolas. Bahkan ia juga pergi ke gereja yang berbahasa Yunani, yang adalah ritus yang
biasa digunakan pada waktu ia masih kecil di lbillin. Di gereja ini Maria bertemu dengan Romo Abdou. Ia banyak
membantu Maria dan mengarahkan hidup spiritualnya. Romo ini juga mengarahkan Maria untuk memasuki hidup
membiara.
Untuk masuk biara, Maria juga memiliki penderitaan yang dilihatnya sebagai jalan Tuhan untuk memilih jalan
terbaik untuk hidupnya. Pertama, Maria ingin masuk Tarekat Suster Karitas, tetapi ia ditolak mentah-mentah,
karena Maria memiliki latar belakang sebagai pembantu rumah tangga. Kemudian ia melamar masuk Tarekat
Klaris yang Miskin. Ia juga ditolak karena alasan kesehatan. Kemudian ia mencoba masuk ke Tarekat Santo Yosef
dari Penampakan. Ia diterima dalam Tarekat ini dan menjalani masa Postulat. Maria memiliki pengetahuan yang
sangat minim, bahkan membaca pun ia mengalami kesulitan. Ia hanya bisa berbahasa Arab, sehingga di biara ia
dipanggil dengan si "Kecil Arab". Tarekat ini memiliki banyak komunitas di Tanah Suci yang berbahasa Arab,
dengan alasan itu Maria diterima. Ia menjalani masa Postulat dengan senang hati dan menunjukkan sikap yang
rendah hati, giat bekerja dan memiliki hidup rohani yang tinggi. Bahkan ia sering mengalami ekstase.
Pada tahun 1866 dan 1867, Maria mendapat stigmata dalam bentuk luka-luka Yesus. Karena hal ini, suasana di
biara menjadi terbelah, merasa simpatik dan membencinya. Maria menjadi objek kontradiksi dalam hidup
komunitas. Pimpinan pun ikut dalam suasana ini. Pada saat votasi untuk masuk Novisiat, pada waktu itu ada 7
orang yang harus memberikan suara. Dari hasil votasi, ada 2 netral, 2 setuju dan 3 tidak setuju. Akhirnya, Maria
harus meninggalkan Tarekat tersebut dengan hasil votasi tersebut, karena mayoritas suara tidak setuju.
Tahap berikut perjalanan hidup Maria adalah menjadi suster OCD di Pau, Perancis. Ia diterima dengan baik dan
para Superior melihat kedalaman hidup spiritual Maria. Ia mengambil nama biara: Maria dari Yesus Tersalib. Hidup
membiara dilalui dengan baik bahkan ia juga ikut membantu untuk mendirikan komunitas di Mangalore, India
(1870 – 1872), kemudian ia sempat kembali ke Pau dan tahun 1875 – 1878 mendirikan komunitas di Betlehem.
Selama perjalanan hidup bahkan sejak kecil, Maria praktis selalu mengalami ekstase di tengah-tengah
penderitaannya. Kemudian setelah ia masuk biara, hidup ekstase tidak berkurang, malah bertambah dengan
stigmata yang diperolehnya. Maria juga memiliki devosi yang sangat kuat kepada Maria dan Roh Kudus. Ia selalu
mengalami semua ini di dalam hidup membiaranya bahkan pada saat akhir hidupnya di Betlehem.
Pada tahun 1878, pada waktu Maria berada di Betlehem, ia jatuh pada waktu mengangkat air untuk membantu
pembangunan biara, sehingga tangannya patah dan kemudian terinfeksi sampai pada pernapasan. Ia tahu bahwa
ia akan segera meninggal. Sebelum menghembuskan napas terakhir, dalam penderitaan itu ia sempat membarui
kaul-kaulnya dan akhirnya ia meninggal pada 26 Agustus 1878 dengan mengucapkan kata-kata terakhir, "Yesusku
yang berbelas kasih!" la meninggal dalam usia 32 tahun.
KULTUS
Proses beatifikasi dimulai sejak tahun 1919 dan pada 27 November 1981, keajaiban Tuhan melalui tangan Maria
terjadi sehingga pada 13 November 1983, ia dinyatakan Beata oleh Paus Yohannes Paulus II di Basilika Santo
Petrus, Roma.
Perayaan Maria dalam liturgi O.Carm. dimulai pada tahun 1986 atas usul dari Postulator Ordo dengan alasan
bahwa sebaiknya Ordo memiliki kehadiran orang kudus dari setiap Benua dan Maria adalah Karmelit pertama dari
Arab. Ordo merayakan Maria dengan peringatan fakultatif. Teks liturgi adalah sama dengan yang digunakan OCD.
BEATO YAKOBUS RETOURET, IMAM DAN MARTIR
26 AGUSTUS

RIWAYAT HIDUP
Yakobus (Jacques) lahir di Limoges, Perancis Selatan pada 15 September 1746 dari kelurga pedagang. Ia adalah
orang yang serius dan mencintai buku-buku. Ia menuntut ilmu di sekolah yang dikelola Yesuit di kota kelahirannya.
Pada umur muda ia masuk biara Karmel di kotanya Limoges dan mengucapkan kaul sementara pada 23 Mei 1763.
Lima tahun berikutnya, ia belajar filsafat dan teologi dan sesudah itu ia ditahbiskan menjadi imam.
Sebagai seorang imam yang tekun, Yakobus disukai umat beriman, terlebih-lebih melalui kotbah-kotbahnya.
Sayang, ia sering tidak bisa melaksanakan banyak pelayanan karena alasan kesehatan. Pada saat revolusi Perancis,
ia sebagaimana juga dengan para imam lainnya, menolak untuk menerima undang undang pemerintah mengenai
uskup dan pastor paroki yang harus dipilih oleh rakyat.
Tuduhan lain yang ditujukan kepada Yakobus adalah sebagai anggota dari kelompok politikus imigran yang telah
banyak tinggal di Perancis yang menolak revolusi. Akhirnya, ia ditangkap dan ditahan bersama dengan banyak
imam dan religius lainnya yang kemudian akan dibuang ke Guinea – Bissau, Afrika bagian Selatan. Untuk itu,
mereka harus dibawa ke pelabuhan Rochefort, Perancis di bagian Barat, untuk diberangkatkan dengan kapal
narapidana. Kebetulan pada waktu itu, marinir Inggris menguasai perairan Perancis Barat (sepanjang pantai
Samudra Atlantik), sehingga kapal-kapal tidak bisa keluar masuk Pelabuhan Rochefort, termasuk kapal narapidana
yang ditempati Yakobus dan teman-temannya. Kondisi kapal pada waktu itu tidak bisa terlukiskan dengan
kesesakan, kelaparan, penyakit, dingin, panas, bau dan bahkan pembunuhan.
Beberapa tahanan didaratkan di Pulau Madame, tidak jauh dari Pelabuhan Rochefort termasuk juga Yakobus, yang
kemudian meninggal di tempat itu pada 26 Agustus 1794. Ia juga dimakamkan di tempat yang sama.
KULTUS
Yakobus dimasukkan ke dalam daftar para martir dari Rochefort yang prosesnya dimulai sejak tahun 1938 dan
berakhir pada 2 Juli 1992 saat kemartiran mereka dinyatakan oleh Vatikan. Yakobus bersama dengan 63 teman-
teman dibeatifikasi oleh Paus Yohannes Paulus II pada 1 Oktober 1995 dan perayaan para martir ini dilaksanakan
setiap tanggal 18 Agustus.
Dalam kalender Ordo, Yakobus dirayakan setiap tanggal 26 Agustus dengan peringatan fakultatif yang disahkan
oleh Kongregasi Kultus Vatikan pada 28 Juli 1997.
SANTA TERESIA MARGERITA DARI HATI KUDUS YESUS, PERAWAN
1 SEPTEMBER

RIWAYAT HIDUP
Teresia Margerita (Margherita: nama khas Italia) yang memiliki nama baptis, Anna Maria Redi, lahir pada 15 Juli
1747 di Arezzo, Italia. Ia adalah anak kedua dari sebelas bersaudara. Keluarga Redi adalah keluarga borgese dan
Kristiani yang baik. Anak-anak keluarga Redi mendapat pengajaran iman yang baik di dalam keluarga. Sejak kecil,
Teresia suka bertanya kepada orangtuanya mengenai apa yang harus dikerjakannya untuk menyenangkan Yesus.
Ia suka tinggal di kamarnya dan berdoa kepada Yesus dengan perantaraan para kudus.
Pada umur sembilan tahun, untuk mendapatkan pendidikan lebih baik, ia bersama dengan satu saudarinya pergi
ke Firenze, yang tidak jauh dari Arezzo. Mereka berdua masuk di sekolah Benediktin, Santo Apollonia. Peristiwa
berikut dalam hidupnya adalah komuni pertama yang terjadi tepat pada hari raya Maria Diangkat ke Surga, 15
Agustus 1757.
Setelah membaca riwayat hidup Santa Margerita Maria Alacoque (1647 – 1690), Teresia memiliki devosi yang kuat
kepada Hati Kudus Yesus. Ia merasakan kasih yang sangat mendalam kepada Yesus. Pada umur tujuh belas tahun,
Teresia merasa terpanggil untuk masuk Karmel dan ia merealisasikan panggilan itu pada 1 September 1764
dengan memasuki Biara Karmelites Santa Teresia OCD di Firenze. Ia kemudian mengucapkan kaul pada 12 Maret
1766 dengan mengambil nama Teresia Margerita dari Hati Kudus Yesus.
Berkat Regula, Konstitusi, persaudaraan dan terlebih melalui Kitab Suci, Teresia diarahkan untuk mengembangkan
devosi yang telah dimilikinya sebelum masuk biara. Suasana biara memungkinkannya untuk melaksanakan devosi
itu lebih baik. Berkat bimbingan rohani dari Romo Ildefonsus dari Santo Aloisius, hidup spiritual Teresia semakin
berkembang, terutama hidup mistik. Kekhasan hidup mistik Teresia adalah kasih akan Hati Kudus Yesus. Bagi dia,
inilah tangga persatuan dengan Tritunggal. Inilah kontemplasi Tritunggal. Setiap malam, sebelum tidur, Teresia
selalu berkontemplasi dengan Hati Kudus Yesus.
Pada hari Minggu, 28 Juni 1767, pada saat mendoakan lbadat Siang bersama dengan suster lain di bangku kor,
bacaan singkat pada waktu itu adalah, "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap
berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia" (1Yoh 4:16). Bagi Teresia, ayat ini menunjukkan betapa besar kasih
Yesus kepada manusia dan tujuan hidup adalah persatuan dengan kasih itu. Oleh sebab itu, Teresia ingin agar
kasihnya diserap oleh kasih Yesus. Hidup rohani Teresia tidak berhenti di situ. Bagi dia kasih yang bersatu dengan
kasih Yesus itu harus tampak dalam sesama. Maka, ia memberikan kasih yang dialami itu kepada sesamanya di
biara (para suster) dengan menolong mereka yang sakit dan lanjut usia. Pada waktu itu, di biaranya ada banyak
suster yang lanjut usia dan sakit. Teresia dengan senang hati melayani dan merawat mereka walaupun hanya
kelihatannya suatu pengorbanan yang sangat kecil dibandingkan dengan korban Yesus Kristus.
Teresia tidak meninggalkan tulisan-tulisan mistik seperti mistikus lainnya, Teresia dari Yesus misalnya, akan tetapi
melalui cara hidup, doa, devosi, penghayatan ekaristi, pemahaman akan Sabda Tuhan, kerendahan hati dan karitas
menunjukkan kesaksian hidup mistiknya yang sangat dalam. Bagi dia, penghayatan akan semuanya ini adalah
suatu jalan untuk mencapai kehidupan Tritunggal dan syarat untuk itu adalah keheningan interior (batin) yang
akan berbuah banyak bagi sesama.
Pada suatu saat, Teresia mengalami radang perut yang sangat berat dan membuatnya menderita selama 18 jam.
Waktu sependek itu sudah cukup baginya untuk bertemu dengan yang dinanti-nantikan pada 7 Maret 1770 dalam
usia relatif muda, yaitu 23 tahun.
KULTUS
Teresia dibeatifikasi oleh Paus Pius XI pada 9 Juni 1929 dan kemudian dikanonisasi oleh Paus yang sama pada 19
Maret 1934.
Setelah beatifikasi, perayaan Teresia dilaksanakan oleh OCD setiap tanggal 11 Maret, kemudian berubah menjadi
tanggal 7 Maret. Akan tetapi setelah Konsili Vatikan II, perayaan Teresia dilaksanakan setiap tanggal 1 September
dengan tingkat perayaan pesta.
Sementara itu, O.Carm. merayakan Teresia sejak 1930 setiap tanggal 11 Maret dan setelah Konsili Vatikan II,
perayaannya disamakan dengan OCD, setiap tanggal 1 September dengan peringatan fakultatif. Teks Ibadat Harian
dan Misa, O.Carm. menggunakan yang digunakan OCD walaupun dalam O.Carm hanya peringatan fakultatif.
SANTO ALBERTUS AVOGADRO, USKUP
17 SEPTEMBER

RIWAYAT HIDUP
Albertus Avogadro atau Albertus dari Yerusalem lahir sekitar tahun 1150 di Castrum Gualterii (sekarang disebut
Castel Gualtieri, Keuskupan Guastalla, Reggio Emilia, Italia Utara) dari keluarga Avogadro.
Albertus masuk ke Canonici Regolari Santa Croce dan menjadi Prior pada tahun 1180 di Mortara, Pavia (Italia
Utara). Kemudian pada tahun 1184, ia ditunjuk menjadi Uskup Bobbio (tidak jauh dari Genova). Kemudian tahun
berikutnya, Albertus menjadi Uskup Vercelli, sebuah kota dekat Milan selama dua puluh tahun. Pada periode
inilah Albertus menunjukkan seorang pemimpin Gereja yang arif dan bijaksana. Hal pertama yang dilakukan
Albertus adalah pembenahan internal keuskupan. Untuk itu, pada tahun 1191, ia mengadakan Sinode Keuskupan
demi pembentukan displin para religius dan imam demi pelayanan yang lebih baik. Keuskupan Vercelli juga
berhasil memberikan sumbangan misi baik itu bersifat nasional maupun internasional. Di keuskupan, Albertus juga
membenahi pemeliharaan aset Gereja. Pada tahun 1194, Albertus memperdamaikan Vercelli dengan Milan dan
Pavia. Pada tahun yang sama, ia juga membuat Statuta untuk para kanonis di Biella (sebelah Utara Vercelli). Atas
rekomendasi Paus Innocentius III, pada tahun 1199 Albertus memperdamaikan perseteruan antara Parma dan
Piacenza. Tahun berikutnya (1200), ia juga menyelesaikan perselisihan antara para Abas dan Ritus Ambrosius di
Milan. Pada tahun 1201 Albertus menjadi salah satu penasihat untuk Regula dari Umiliati yang kemudian dijadikan
Tarekat oleh Innocentius III.
Setelah pengunduran diri Kardinal Goffredo sebagai Patriah Yerusalem, Innocentius III yang sudah mengenal baik
kinerja dan pelayanan Albertus, memintanya untuk menggantikan Kardinal Goffredo (Surat 17 Februari 1205).
Kemudian pada 16 Juni 1205 Paus Innocentius III memberitahukan kepada para Uskup di Tanah Suci bahwa
Albertus akan diutus ke Yerusalem untuk menjadi Patriah.
Albertus sampai di Yerusalem pada awal tahun 1206. Hal yang sangat mendesak untuk dikerjakan selain aktivitas
keuskupan adalah perdamaian di sekitar Tanah Suci. Untuk mewujudkannya, Albertus menjadi perantara
perdamaian antara Yerusalem dan Siprus, antara Armenia dan Tripoli, antara Armenia dan Templari serta antara
raja Siprus dan pasukan kerajaannya. Ia juga menjalin kerja sama perdamaian antara Tanah Suci dan Sultan Mesir
dan Damaskus. Di bidang gerejani di luar Yerusalem, Albertus mengganti pimpinan pelayanan yang tidak pantas di
Antiokia. Ia juga meminta pemerintah Tripoli agar membebaskan Uskup Antiokia yang dipenjarakan. Albertus
membatalkan pemilihan Uskup Nikosia (Siprus) karena tidak sah secara yuridis dan menunjuk uskup lain.
Paus Innocentius III sangat menghargai kinerja yang bijak, arif dan tegas Albertus di Tanah Suci dan sekitarnya.
Pada 19 April 1213, Paus mengundangnya untuk hadir pada Konsili Lateran IV (1215). Akan tetapi, ia tidak bisa
hadir pada peristiwa gerejani penting itu karena sebelum Konsili dibuka, ia telah meninggal terlebih dahulu pada
saat prosesi Pesta Salib Suci di Acon pada 14 September 1214. Albertus yang ikut dalam prosesi itu, ditikam oleh
pimpinan Rumah Sakit Santo Spiritus. Orang ini pernah ditegur Albertus karena cara hidupnya yang tidak pantas
sebagai pimpinan. Albertus meninggal pada saat itu juga.
Antara tahun 1208 – 1214 Albertus menulis Formula Vitae (kemudian oleh Inocentius IV disahkan menjadi Regula
pada tahun 1247) para eremit Karmel yang ditujukan kepada prior mereka di Gunung Karmel yang namanya tidak
dispesifikasi, hanya dikatakan B (kemudian disebut Brocardus). Formula Vitae ini adalah singkat dan padat dan
menjadi suatu kebijaksanaan dan semangat yang sangat berharga dari Albertus. Formula Vitae tersebut menjadi
teks sangat penting bagi para eremit di Gunung Karmel. Bagi mereka, Formula Vitae itu sungguh-sungguh menjadi
pedoman hidup eremitisme dan kemudian hidup monastik, karena ia menjadi arahan perjalanan menuju Tuhan
melalui kontemplasi dan aksi akan Sabda Tuhan dengan suasana persaudaraan dan silentium.
KULTUS
Perayaan Albertus dalam Ordo mulai muncul pada tahun 1505 yang dirayakan setiap tanggal 8 April. OCD
merayakannya kemudian, sejak tahun 1584 dan kemudian di Roma dimulai sejak 1609.
Sejak tahun 1909, perayaan Albertus diubah menjadi setiap tanggal 16 September untuk O.Carm. dan setiap
tanggal 25 September untuk OCD. Akhirnya setelah Konsili Vatikan II, baik O.Carm. maupun OCD merayakan
Albertus setiap tanggal 17 September dengan tingkatan pesta.
SANTA TERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS, PERAWAN DAN PUJANGGA GEREJA
1 OKTOBER

RIWAYAT HIDUP
Teresia dari Kanak-kanak Yesus yang biasa juga dipanggil dengan Teresia dari Lisieux atau Teresia Wajah Kudus
atau Bunga Kecil dari Yesus atau Marie-Françoise-Thérèse Martin, lahir di Alençon pada 2 Januari 1873 dari
pasangan Louis Martin dan Zélie Guérin, anak bungsu dari sembilan bersaudara. Akan tetapi, mereka hanya tinggal
lima bersaudari (semua perempuan) karena empat dari mereka meninggal pada waktu masih kecil. Para
saudarinya adalah Marie (menjadi suster Karmelites Tidak Berkasut di Lisieux), Paoline (menjadi suster Karmelites
Tidak Berkasut di Lisieux), Léonie (menjadi suster Visitandine di Caen) dan Céline (menjadi suster Karmelites Tidak
Berkasut juga di Lisieux).
Pada waktu Teresia berumur empat tahun, ibunya meninggal. Kejadian ini memberikan pengaruh dan trauma
mendalam kepada kepribadian Teresia. Oleh karena itu, ia kelihatan tertutup dan sangat sensitif. Setelah
perpindahan keluarga mereka ke Lisieux pada 2 Oktober 1882, saudarinya Pauline yang bertindak sebagai "ibu" di
rumah. Teresia mengikuti sekolah yang dikelola oleh Benediktin. Beberapa waktu kemudian, saudarinya Paoline
masuk biara Karmel di kota yang sama, Lisieux. Ternyata kepergian Pauline dari rumah, yang dianggapnya tidak
akan pernah kembali lagi, malah memperberat keadaan Teresia, bahkan ia sering sakit yang penyebabnya tidak
diketahui. Pada 3 Mei 1883 ia sembuh secara mukjizat, sehingga pada umur 11 tahun, ia bisa menerima komuni
pertama yang mendorongnya untuk memiliki hidup baru dan profetis. Ia semakin berkembang dalam iman dan
hidup; seiring dengan itu panggilannya terhadap Karmel juga tumbuh. Akan tetapi, ia tidak bisa masuk biara
karena umurnya masih sangat muda.
Pada umur 15 tahun, Teresia bersama dengan ayah dan saudarinya Céline (tiga saudari lain sudah masuk biara)
ikut berziarah ke Roma yang dikelola oleh keuskupan. Pada saat audiensi (pertemuan para peziarah dengan Paus
di Vatikan) pada 20 November 1887, ia menghampiri dan berlutut di depan Paus Leo XIII dan meminta agar
diizinkan masuk biara Karmel. Pada waktu itu Paus menjawabnya, "Baik, gadis kecil, lakukan apa yang dikatakan
Superior... Engkau akan masuk jika hal itu kehendak Tuhan!" Sebelumnya, Teresia juga sudah meminta kepada
Priorin biara Karmel di Lisieux dan Uskup Baieux agar diizinkan masuk biara walaupun umurnya belum memenuhi
syarat. Impiannya menjadi biarawati akhirnya terwujud, karena Uskup Baieux memberikan rekomendasi kepada
Priorin Karmelites Tidak Berkasut di Lisieux untuk menerimanya.
Teresia masuk biara dan menjadi Postulan sejak 9 April 1888, kemudian pada tanggal 10 Januari 1889, Teresia
masuk Novisiat. Ia kemudian mengucapkan profesi sementara pada 8 September 1890. Karena perkembangan
hidup rohani dan kebajikannya, setelah tiga tahun mengucapkan kaul sementara, Teresia ditunjuk menjadi Socius
(rekan) Magistra di Novisiat yang diembannya sampai akhir hidupnya. Teresia sungguh-sungguh menekuni
pelayanan ini dimana ia memberikan contoh dalam hidup dari "jalan kecil" (inspirasi dari Yes 66:13). Pada 9 Juni
1895 ia mempersembahkan diri menjadi kurban untuk kasih dan lima hari kemudian, ia mendapat pengalaman
mistik.
Pada tahun 1889, ayah Teresia, Louis Martin mengalami stroke berat dan harus dirawat di Rumah Sakit Caen.
Kemudian ia sempat kembali ke Lisieux pada tahun 1892 dan dua tahun kemudian, 29 Juli 1894, ia meninggal.
Céline merawat ayah mereka selama sakit dan setelah sepeninggal Louis, ia juga masuk biara Karmelites Lisieux
pada 14 September 1894.
Selama Masa Prapaskah 1896, Teresia menerima penderitaan fisik yang disertai dengan berbagai pencobaan
untuk menguji kedalaman kasihnya. Dalam pencobaan ini, ternyata Teresia bisa mengalahkan berbagai cobaan
yang menimpanya, sehingga kasihnya kepada Kristus dan sesama semakin bertambah. Untuk mewujudkannya, ia
memiliki semangat berapi-api akan pelayanan, bahkan mengharapkan untuk melaksanakan pelayanan ini setelah
ia meninggal. Bagi dia, tujuan pelayanan adalah demi keselamatan jiwa-jiwa.
Teresia tidak memiliki umur yang panjang, ia meninggal pada 30 September 1897 karena sakit Tuberculosis.
Teresia sadar bahwa orang yang memiliki penyakit ini, berarti pasti akan meninggal. Kata-kata terakhir yang
diucapkan Teresia sebelum meninggal adalah, "Tuhanku, aku mengasihi-Mu!" la dimakamkan empat hari
kemudian di pemakaman biara. Ia telah meninggalkan tulisan: Les Manuscrits Autobiographiques A, B & C, Lettres,
Poesies, Récréations Pieuses, Prières, Derniers Entretiens dan Écrits Divers yang menunjukkan kedalaman hidup
mistik Teresia. Ia termasuk salah satu mistikus yang diminati dan dipelajari banyak orang sampai saat ini.
KULTUS
Proses beatifikasi dimulai tidak lama setelah Teresia meninggal, Paus Pius XI telah menyatakannya sebagai Beata
pada 29 April 1923 dan dua tahun kemudian, ia dinyatakan Santa pada 17 Mei 1925 juga oleh Paus Pius XI. Bahkan
Paus yang sama juga, pada 14 Desember 1927 menyatakan Teresia sebagai pelindung misi di seluruh dunia
bersama dengan Santo Fransiscus Xaverius. Pada 3 Mei 1944, Teresia dinyatakan oleh Paus Pius XII sebagai
pelindung Perancis bersama dengan Santa Yohanna d'Arc (1412 – 1431). Belum berhenti di situ, pada 19 Oktober
1997, Paus Yohannes Paulus II menyatakan Teresia sebagai Pujangga Gereja.
Setelah beatifikasi, teks lbadat Harian telah dipersiapkan oleh Karmelites Tidak Berkasut di Lisieux dan teks yang
sama juga digunakan di seluruh OCD. O Carm telah merayakan Teresia tidak lama setelah beatifikasi, tepatnya
sejak 10 September 1923 dengan tingkat pesta yang dirayakan setiap tanggal 30 September. Kemudan sejak tahun
1928, perayaannya dipindahkan pada setiap tanggal 3 Oktober. Setelah Konsili Vatikan II, baik itu OCD maupun
O.Carm merayakan Teresia setiap tanggal 1 Oktober dengan tingkat pesta.
SANTA TERESIA DARI YESUS, PERAWAN DAN PUJANGGA GEREJA
15 OKTOBER

RIWAYAT HIDUP
Teresia (yang dikenal juga dengan nama Teresia dari Ávila) lahir pada tanggal 28 Maret 1515 dari pasangan Alonso
Sánchez de Cepeda dan Beatriz de Ahumada. Keluarga ini adalah keturunan Yahudi yang telah menjadi Katolik dan
tinggal di Ávila. Mereka berintegrasi dengan baik akan kultur di Ávila. Teresia memiliki keluarga besar dengan
sembilan saudara dan dua saudari. Pada waktu kecil, Teresia sudah pintar membaca dan menulis sehingga waktu
ia masih muda sudah menulis komedi (karya ini belum ditemukan sampai saat ini).
Pada periode itu, banyak orang dari Ávila pergi berimigrasi ke Amerika. Keluarga Teresia juga tidak luput dari
pengaruh ini, bahkan semua saudaranya pergi ke Amerika dan hanya dua dari mereka itu kemudian kembali ke
Ávila. Sementara itu saudarinya, tidak satu pun mengikuti jejak para saudaranya. Pada waktu Teresia menginjak
masa remaja, ibunya Beatriz meninggal. Dalam situasi seperti ini, keadaan sulit menimpa keluarga Teresia, terlebih
dalam hal ekonomi. Sementara itu dua saudarinya memilih hidup berkeluarga.
Sepeninggal ibunya, pada saat berumur 15 tahun, Teresia sudah tinggal di suatu Institut di Ávila, dan pernah
sangat menderita karena sakit. Pada saat berumur 20 tahun, Teresia masuk biara Karmelites Encarnación di Ávila
pada 2 November 1535 yang membuatnya sangat sedih karena ia harus berpisah dengan ayahnya, dengan
berkata, "Saya hendak mengatakan bahwa sesungguhnya ketika saya meninggalkan rumah ayahku, saya mencoba
untuk tidak merasakannya, walau saat itu rasanya seperti mau mati..., rasanya semua tulang-tulangku mau lepas
dari sendinya" (V4,1). Di biara, pada waktu Teresia masuk, suster berjumlah lebih dari 150 orang.
Pada awal masuk biara, Teresia menemukan kedalaman hidup rohani, walaupun kemudan ia mengalami krisis.
Faktor kesehatan adalah penyebab pertama, sehingga ia melihatnya sebagai martir korporal. Teresia, dalam
beberapa waktu, harus berada di tangan dokter biara di Becedas, bahkan ia sempat koma dalam beberapa hari.
Peristiwa ini dialaminya hampir berdurasi tiga tahun (V6,2). Kemudian kematian ayahnya Alonso semakin
memberikan pengaruh berat dalam hidup membiara Teresia (V7,17). Akan tetapi, alasan terberat bagi Teresia
adalah situasi biara yang tidak lagi sesuai dengan citra kontemplatif. Para tamu banyak berkunjung termasuk juga
para politikus, pembicaraan di mana-mana sehingga biara tidak lagi memiliki keheningan.
Untunglah di tengah-tengah suasana biara seperti itu, pada tahun 1554, Teresia seakan mendapat "pertobatan"
kepada Kristus, dan mulai dari saat itu ia memasuki hidup religius yang mendalam dan hidup mistik
mengangkatnya dari krisis itu. Sejak saat itu ia praktis lebih banyak mengucapkan pengalaman mistik, ekstase, dan
penglihatan yang adalah fenomena seorang mistikus yang menunjukkan pengalaman hidup spiritual yang matang.
Dalam perkembangan hidup spiritual, ia banyak dipengaruhi tulisan para Bapa Gereja Hironimus (Surat-Surat),
Gregorius Agung (Moral Ayub), Agustinus (Pengakuan), berbagai buku dari penulis pada waktu itu (Osuna, Lardo,
Luis de Granata) dan buku-buku karmelitana.
Untuk memperbaiki suasana biara, Teresia menggalang kerja sama dengan berbagai Tarekat, seperti Yesuit,
Dominikan, dan juga para Karmelit, walau mendapat tanggapan negatif dari pembimbing rohaninya (V7,10). Justru
semangat untuk memperbaiki situasi biara ini didapat Teresia dari seorang Romo Fransiskan dan kemudian
menjadi penasihatnya.
Langkah pertama dalam pembaruan yang dilakukan Teresia adalah pembenahan biara Encarnación pada tahun
1560 dan juga biara lain. Ia dibantu oleh seorang perempuan Guimara de Ullo yang menyuplai dana. Ia juga
banyak bekerja untuk pertobatan orang Yahudi di Spanyol.
Pembaruan selanjutnya, Teresia mendirikan biara-biara dan komunitas pertama adalah Santo Yosef di Ávila (1562)
yang memiliki hidup sangat sederhana. Pendirian biara ini sangat didukung oleh uskup setempat, walau mendapat
sindiran dari masyarakat. Kemudian pada tahun 1567, Teresia mendapat dukungan dari Jenderal Karmel Rubeo de
Ravenna untuk mendirikan komunitas-komunitas. Untuk itu, Teresia menulis buku Libro de las Fundaciones
(antara 1567 – 1571) dan mulai dari saat ini biara didirikan di Medina del Campo, Malagon, Valladolid, Toledo,
Pastrana, Salamanca dan Alaba de Tormes. Ia juga mendirikan komunitas untuk laki-laki di Duruello pada tahun
1568. Untuk itu, Teresia meminta bantuan Yohannes dari Salib dan Antonio de Jesús. Berkat bantuan seorang
Karmelit, Gerónomo Gracián dari Andalucía, Teresia berhasil mendirikan biara di Segovia (1571), Beas de Segura
(1574), Sevilla (1575) dan Murcia (1576).
Pendirian biara baru sempat berhenti, karena Kapitel Jenderal Karmel meminta Teresia agar tidak mendirikan
biara lagi. Kemudian, tiga tahun sebelum akhir hidupnya, Teresia masih sempat mendirikan komunitas baru di
Andalucía (1580), Palencia (1580), Soria (1581), Burgos dan Granada (1582). Total semua biara yang didirikan
Teresia berjumlah 17 dan satu biara untuk laki-laki kemudian diserahkan kepada anggotanya (OCD). Akhirnya
Teresia meninggal di Alba de Tormes pada 4 Oktober 1582.
Teresia telah meninggalkan tulisan yang sangat kaya akan hidup mistik yang diwariskan kepada kita melalui: Libro
de la Vida, Camino de la Perfección, Meditaciones Sobre los Cantares, Moradas del Castillo Interior, Cuentas de
Conciencia, Exclamaciones del alma a Dios, Poesías, Libro de las Fundaciones, Visita a las Descalzas, Avisos, Desafío
espiritual, Vejamen, Escritos sueltos, Constituciones, Memoriales dan Epistolario. Semua buku ini menjadi sumber
hidup mistik yang sangat kaya untuk Gereja saat ini.
KULTUS
Tidak lama setelah Teresia meninggal, proses beatifikasi telah dilaksanakan sejak tahun 1591 di Salamanca dan
juga di berbagai tempat. Setelah semua proses dikumpulkan, lalu dikirim ke Vatikan untuk diteliti. Pada tahun
1604, Paus Clemen VIII meminta para uskup di Salamanca dan Ávila untuk mengumpulkan para saksi akan
kesucian hidup Teresia, termasuk juga keajaiban Tuhan melalui dia. Setelah semua kebutuhan beatifikasi
terpenuhi, maka Teresia dinyatakan Beata pada 24 April 1614 oleh Paus Paulus V. Untuk kanonisasi, data-data
segera dikumpulkan dan dikirim ke Vatikan untuk diteliti dan pada 12 Maret 1622, Teresia sudah dinyatakan
Santa.
Pada tahun 1965, Teresia dinyatakan sebagai pelindung para penulis dan pada 27 September 1970, Teresia
dinyatakan sebagai Pujangga Gereja. Ia adalah perempuan pertama yang memperoleh gelar kehormatan ini dari
Gereja.
Paus Paulus V meminta OCD merayakan pesta Teresia setiap tanggal 5 Oktober, kemudian pada tahun 1629
diubah menjadi setiap tanggal 15 Oktober, oleh Paus Urbanus VIII. Kemudian pada tahun 1636, juga oleh Paus
Urbanus VIII, Teresia masuk dalam Ibadat Harian Romawi.
Pada awalnya, OCD merayakan Teresia dengan Oktaf, walau kemudian sejak tahun 1957, cara Oktaf ini sudah
ditiadakan dari liturgi mereka. Sementara itu, O.Carm. merayakan Teresia sejak tahun 1649 juga dengan Oktaf
walau kemudian juga ditiadakan. Setelah Konsili Vatikan II baik itu OCD maupun O.Carm. merayakan Teresia pada
setiap tanggal 15 Oktober dengan hari raya untuk OCD dan pesta untuk O.Carm.
BEATA FRANSISKA D'AMBOISE, BIARAWATI
5 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP
Fransiska (Françoise) d'Amboise lahir pada 9 Mei 1427 di Thouars, Perancis, dari pasangan kaya di kota tersebut
yang bernama Luis d'Amboise dan Marie de Rieux. Karena alasan politik, ia menikah pada umur 15 tahun dengan
Petrus II (Pierre), anak kedua dari Duca dari Inggris. Dalam hidup perkawinan, praktis ia tidak mengalami
kekurangan apa pun. Dalam suasana seperti itu, ia tetap mememiliki hubungan yang sangat erat dengan Tuhan.
Pada tahun 1450, ia bersama dengan suaminya Petrus mendapat kesempatan untuk dimahkotai di Katedral
Rennes. Dalam kehidupan keluarga, suami istri ini selalu memberikan perhatian kepada mereka yang
membutuhkan pertolongan, termasuk juga membantu banyak gereja dan biara.
Fransiska juga memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria. Sementara itu, dengan dukungan iman,
suaminya melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dengan baik dan posisinya semakin melambung.
Cobaan berat harus dihadapi Fransiska. Baru beberapa tahun pernikahannya dengan Petrus, suaminya meninggal
pada tanggal 22 September 1457 dalam usia 30 tahun. Sepeninggal suami, karena motif politik dan kekayaan,
banyak orang ingin menikahi Fransiska. Akan tetapi, ia tidak berniat untuk menikah lagi dengan berkata, "Tuhanku,
saya memohon agar diterima pada peristirahatan terakhir jiwa-jiwa yang sudah meninggal, termasuk juga
suamiku. Saya tahu bahwa Engkau Tuhan menginginkan seluruh hati dan kasihku. Sebelumnya, Engkau tidak
memiliki hatiku sepenuhnya, karena saya telah hidup dalam pernikahan. Engkau telah memanggilnya dan saya
berjanji tidak akan memiliki yang lain (suami). Saya tidak akan menikah lagi. Saya tidak menginginkan orang lain
selain Engkau Tuhan dan kepada-Mulah kasihku."
Pada tahun 1459, Fransiska mengenal Yohannes Soreth yang pada waktu itu menjadi Jenderal Karmel. Setelah
berdiskusi, Fransiska diminta untuk membuka Ordo II Karmelit di Perancis. Biara pertama didirikan di Bondon,
Vannes pada tahun 1463. Untuk membantu biara baru ini, Yohannes Soreth memanggil beberapa suster dari
komunitas Liegi yang telah berdiri sebelumnya. Fransiska sendiri menjadi Priorin di biara baru ini dan terjadi
berulang kali. Kata-kata Fransiska yang perlu dingat oleh para saudarinya adalah, "Para suster, kita semua adalah
saudari dengan jubah dan profesi yang sama."
Fransiska mendirikan biara kedua pada tahun 1476 yang bernama Notre Dame des Couëts di Nantes. Sebagai
orang yang bertanggung jawab, ia memimpin para saudarinya dengan kebijaksanaan. Ia selalu mengoreksi mereka
dengan kasih dengan berkata, "Seharusnya kalian membuat suatu perlombaan di antara kalian untuk
menunjukkan siapa yang paling rendah hati, menyenangkan dan karitatif. Saya mengingatkan kalian agar
memelihara, baik itu jiwa maupun raga dengan cara yang sama, untuk melayani Tuhan dan Tarekat, karena
pelayanan akan lebih baik dilakukan mereka yang sehat daripada yang sakit." Kemudian ia melanjutkan, "Saya
mengatakan kepada kalian bahwa waktu yang kudus tidak akan membuat orang menjadi kudus, akan tetapi orang
yang kudus dan baik membuat waktu menjadi kudus. Kalian tidak usah peduli apakah kalian dikatakan baik atau
jahat, tetapi seharusnya kalian peduli menjadi orang yang bersih dan tulus dalam berhubungan dengan Tuhan. Jika
Tuhan dipihak kalian, siapa bisa melawan kalian? Jalan lurus menuju surga adalah salib dan menjadi pintu utama."
Dari Fransiska, kita juga mendapat ajaran komuni orang sakit yang sangat praktis dan sangat dihargai Gereja saat
ini untuk mendampingi orang sakit dan orang tua. Praktik kerasulan ini sangat ditekankan Fransiska.
Fransiska meninggal di Nantes pada 4 November 1485. Pada saat revolusi Perancis, peninggalan Fransiska banyak
yang hilang dan tidak tahu di mana saat ini. Hanya beberapa tertinggal di dalam Ordo. Bahkan tubuhnya sempat
diolok-olok pada periode tersebut. Ajaran Fransiska juga banyak hilang. Dari fragmen-fragmen yang tertinggal,
menunjukkan bahwa Fransiska adalah seorang suster yang tegas, penuh kasih, murah hati dan sungguh-sungguh
memiliki kasih yang dalam kepada Tuhan. Dalam foto, Fransiska sering muncul dengan jubah Karmel dengan
mahkota di atas kepala. Selain Konstitusi, Fransiska juga meninggalkan tulisan La bienheureuse Françoise
d'Amboise, duchesse de Bretagne.
KULTUS
Proses beatifikasi Fransiska berjalan lama dan tersendat-sendat. Akhirnya, pada 16 Juli 1863, Paus Pius IX
mengesahkan kultus Fransiska dan pada 1866 oleh paus yang sama ia dinyatakan Beata. Perayaannya
dilaksanakan pada setiap tanggal 5 November. Pada waktu itu, OCD juga merayakan peringatan Fransiska. Setelah
Konsili Vatikan II, O.Carm. merayakan Fransiska selalu tanggal 5 November. Sementara itu, OCD meniadakan
perayaan Fransiska dari kalender liturgi.
SANTO NONIUS ÁLVARES PEREIRA, BIARAWAN
6 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP
Nonius (juga dikenal dengan Nuno berasal dari nama Ibrani yang berarti: tenang, sabar, penuh kasih) Álvares
Pereira lahir pada 24 Juni 1360 di Cernache do Bonjardim, Castelo Branco, Portugal dari keluarga kerajaan.
Ayahnya bernama Álvaro Gonçalves Pereira. Sejak masa kecil ia hidup di kalangan istana. Dari lubuk hatinya, ia
sebenarnya tidak ingin menikah, tetapi karena dorongan ayahnya, ia akhirnya menikah pada tahun 1376 dan
dianugerahi tiga anak. Posisinya di kerajaan semakin meningkat, karena ia diangkat menjadi kepala serdadu
kerajaan Portugal.
Pergantian takhta di Portugal, dengan penobatan João de Castela sebagai raja (1379 – 1390), menjadi suatu
pembuktian bagi Nonius bahwa pilihan raja sebelumnya adalah benar dalam jabatan yang dipercayakan
kepadanya. Ia menunjukkan kebenaran tersebut dengan kemenangan perang Portugal melawan Castilla di
Atoleiros pada bulan April 1384. Kegemilangan perang berikutnya diraih Nonius juga saat melawan Castilla di
Aljubarrota dengan strategi perang yang jitu. Serdadu Portugal pada waktu itu hanya berjumlah 6.000 serdadu
untuk melawan 30.000 tentara Castilla yang dibantu oleh tentara Perancis. Kemenangan perang itu terjadi pada 14
Agustus 1385. Tidak lama kemudian, perang Portugal – Castilla muncul lagi dan berakhir tetap kemenangan
Portugal pada 15 Oktober 1385. Selama Nonius menjadi kepala perang, Portugal selalu berada pada jalur
kegemilangan. Kemenangan terakhir di tangannya adalah pada tahun 1415 dengan merebut Ceuta.
Setelah istrinya meninggal, ia masuk Ordo Karmel tahun 1423 dengan mengambil nama Nonius dari Santa Maria.
Setelah masuk Ordo, ia mendirikan biara Karmel dan ia tetap tinggal di biara tersebut sampai akhir hidupnya pada
1 April 1431, tepat pada hari raya Paskah. Menjelang akhir hidupnya, Nonius mendapat kunjungan dari raja
Portugal, yang baginya ia adalah tetap sebagai seorang Nonius Álvares Pereira yang telah membaktikan hidup
untuk kerajaan. Raja menganggapnya sebagai sahabat yang sangat dekat dengan kerajaan karena Nonius telah
memberikan pembebasan dari berbagai serangan, terlebih dari pendudukan Castilla.
Pada tahun 1755, gempa hebat melanda Portugal dan biara yang didirikan Nonius juga tidak luput dari akibat
gempa tersebut. Dari puing-puing tersebut, di salah satu sisi kapel biara masih tertinggal tulisan, "Di sini tinggal
Nonius Álvares Pereira, kepala perang, pendiri biara Braganza, jenderal gemilang, yang selama hidupnya di dunia
sangat menginginkan Kerajaan Surga setelah kematiannya, dan ia pantas mendapatkannya bersama para kudus.
Kejayaan di dunia sangat menjanjikan baginya, tetapi ia meninggalkan itu semua. Ia adalah seorang pangeran
terkenal, tetapi ia lebih suka menjadi seorang Karmelit yang rendah hati. Ia mendirikan dan memelihara kapel ini
tempat tubuhnya beristirahat selama-lamanya." Biara itu terdapat di Lisabon.
KULTUS
Jasa Nonius tidak dapat diragukan untuk Portugal. Akan tetapi walaupun ia berada di dalam Ordo Karmel tidak
sampai 8 tahun, ia juga telah menorehkan banyak hal terlebih dalam hidup spiritual. Ia memiliki devosi yang
sangat kuat kepada Bunda Maria, sehingga ia mengambilnya untuk nama biara. Nonius juga memerhatikan orang
miskin, memiliki devosi pada Sakramen Maha Kudus sampai ia berusaha sesering mungkin untuk menyambutnya.
Nonius juga dikenal sebagai seorang pendoa dan selalu melaksanakan penitensi.
Tidak lama sepeninggalnya, baik itu pemerintah maupun keuskupan Lisabon bersama dengan Ordo Karmel
melaksanakan proses beatifikasi Nonius. Akan tetapi, perjalanan proses ini tersendat-sendat. Pada tahun 1641
João IV dari Braganza menyerukan semua uskup di Portugal untuk melaksanakan proses beatifikasi tersebut ke
Takhta Suci. Perjalanan proses beatifikasi masih tetap berjalan sampai abad XX. Akhirnya, perjalanan yang panjang
itu berakhir saat Paus Benediktus XV menjadikan Nonius Álvares Pereira sebagai beato, pada 23 Januari 1918.
Sejak tahun 1940, proses kanonisasi mulai dilakukan dan berakhir pada tahun 2008 saat mukjizat Tuhan melalui
tangan Nonius terlaksana. Dengan tanda ini, tepatnya pada tanggal 26 April 2009, Nonius Álvares Pereira
dikanonisasi (dijadikan Santo) oleh Paus Benediktus XVI.
Pada awalnya, peringatan Nonius Álvares Pereira dilaksanakan oleh Ordo Karmel dan Portugal setiap tanggal 6
November. Akan tetapi setelah Konsili Vatikan II, perayaan Nonius dipindahkan ke tanggal 1 April dengan
peringatan. Sementara itu, Karmel Portugal tetap melaksanakan perayaan setiap tanggal 6 November bersama
dengan negara tersebut. Melalui “Centrum Informasionis Totius Ordinis Carmelitarum" (CITOC), pada 20 Februari
2014 diinformasikan bahwa setelah menerima konfirmasi dari Vatikan, perayaan Nonius dalam Ordo kembali pada
setiap 6 November. Bagi OCD, Nonius dijadikan sebagai peringatan fakultatif, sementara itu di Portugal, sebagai
peringatan wajib.
BEATA ELISABET DARI TRITUNGGAL, PERAWAN
8 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP
Elisabet dari Tritunggal (Élisabeth Catez) lahir di Fargesen-Septaine, daerah kam militer Bourges, Perancis pada 18
Juli 1880. Ia adalah anak pertama dari pasangan Kapten Joseph Catez dan Marie Rolland. Beberapa waktu
kemudian, karena alasan tugas, keluarganya pindah ke Auxonne dan pindah lagi ke Dijon dan kemudian pada
tahun 1887 ayahnya meninggal. Elisabet memiliki karakter yang keras, tekun dan terbuka. Ia menerima komuni
pertama pada 19 April 1891 dan kemudian tanggal 18 Juni pada tahun yang sama, ia menerima Krisma.
Elisabet tidak pernah mengecap sekolah, tetapi ia bisa membaca, menulis dan berpengetahuan melalui guru
pribadi. Dari kecil, sejak keluarganya pindah ke Dijon, Elisabet mengikuti les piano. Menginjak masa remaja, ia
merasa tertarik kepada Kristus sehingga ia sudah memiliki kaul pribadi kepada Kristus untuk menjadi
pengantinnya. Dalam hatinya, ia tertarik untuk masuk Karmelites Tidak Berkasut yang ada di kota tempat dia
tinggal, Dijon. Akan tetapi, niat Elisabet ini ditentang oleh ibunya yang sudah menjanda dan masih muda. Ia
meminta putrinya untuk menekuni piano lebih profesional, agar bisa memperbaiki keadaan ekonomi keluarga.
Ibunya malah melarang Elisabet untuk berhubungan dengan Karmelites dan bahkan ibunya merencanakan
baginya suatu pernikahan.
Pada umur 21 tahun, agar ia melupakan Karmelites, ibunya mengarahkan Elisabet untuk mengikuti berbagai dansa
dan perkumpulan orang muda di Kota Dijon. Memang Elisabet mengikuti apa yang dikatakan ibunya, akan tetapi ia
tetap menjaga diri dengan baik dan tetap setia pada apa yang telah dijanjikannya secara pribadi kepada Kristus.
Oleh sebab itu, sebelum keluar rumah, ia terlebih dahulu berlutut di depan Maria sambil berdoa, lalu pergi
berkumpul dengan teman-temannya dengan penuh kegembiraan.
Walaupun ibunya menempuh segala upaya agar Elisabet melupakan panggilannya, ia tetap memiliki cara untuk
memeliharanya dengan baik. Oleh sebab itu, ia membantu katekese di paroki untuk anak-anak. Ia juga membantu
mereka yang ditinggalkan.
Dengan niat yang tidak bisa dipadamkan dengan apa pun, termasuk segala upaya yang dilakukan ibunya, akhirnya
ia juga diizinkan oleh ibunya untuk masuk biara Karmelites, pada 2 Agustus 1901 di Dijon. Pada 8 Desember tahun
yang sama, Elisabet mengenakan jubah. Kemudian pada 11 Januari 1903, ia mengucapkan kaul sementara dengan
mengambil nama Elisabet dari Tritunggal. Tidak lama setelah kaul yang penuh kegembiraan dan pengharapan itu,
pada 1 Juli 1903, Elisabet jatuh sakit. Karena salah terapi dan kurang perhatian, maka ia didiagnosa kena penyakit
Addison (penyakit bersintomi: sakit pinggang yang luar biasa, perut kembung karena gas, kulit seperti terbakar
yang bisa mengakibatkan Tuberculosis dan lumpuh). Walaupun rasa sakit yang luar biasa, Elisabet menerimanya
dan tetap menabur senyum. Ia melihat bahwa penyakit ini adalah kehendak Tuhan.
Pada 21 November 1904 ia mempersembahkan rasa sakit itu kepada Tritunggal dengan berkata, "O Tuhanku,
Tritunggal yang kusembah!" Waktu berjalan begitu cepat, pada tahun 1906 penyakit Elisabet semakin parah dan
perutnya sudah menolak makanan dan minuman. Walaupun demikian, Elisabet tetap memberikan senyum kepada
para suster lain. Saat itu adalah musim panas. Demi ketaatannya kepada Priorin yang telah memintanya untuk
menuliskan sesuatu, maka Elisabet menulis, "Pengantinku menginginkan bahwa saya dalam kemanusiaanku
bersama dengan Dia, bisa tetap menderita untuk kemuliaan Bapa dan menolong Gereja... Engkau telah memilih
anak-Mu (Elisabet) untuk turut mengambil bagian pada karya penebusan."
Pada 1 November 1906 Elisabet berkata, "Semuanya telah berlalu! Pada bagian sore dari hidup, tinggal hanya
kasih. Dibutuhkan melakukan segala sesuatu dengan kasih..." Sembilan hari berlangsung dengan suasana hening
dan tenang, tanpa kata keluar dari mulut Elisabet. Pagi hari pada 9 November 1906, keheningan dipecah oleh
suara Elisabet dengan berkata, "Saya pergi kepada Terang, Kasih dan Kehidupan!" Kemudian Elisabet menutup
mata dan meninggal pagi itu dengan usia 26 tahun.
Hidup mistik Elisabet berdasar pada kesatuan dirinya dengan Tritunggal yang dicapai melalui kasih yang sudah
dimulainya sebelum ia masuk biara. Untuk mewujudkan cara hidup misitik ini, ia mengambil nama Elisabet dari
Tritunggal, "Nama saya adalah Elisabet dari Tritunggal, yaitu Elisabet yang hanyut dan meresap karena bersatu
dengan Tritunggal." "Kasih tinggal di dalam kami. Oleh sebab itu, latihan rohani saya adalah masuk dalam diriku
yang terdalam dan membiarkan diriku diambil oleh Mereka (Tritunggal). Kebahagiaan hidupku adalah keintiman
dengan Tamu (Tritunggal) jiwaku." Hidup mistik Elisabet ini dituangkan dalam tulisan-tulisannya: 342 Lettres, Un
fragment de son Journal, 17 Notes intimes, Le Ciel dans la foi, Dernière retraite, La grandeur de notre vocation,
Laisse-toi aimer dan 125 Poésies yang menjadi kekayaan hidup mistik pada saat ini.
KULTUS
Proses beatifikasi Elisabet agak terlambat dimulai karena berbagai alasan, baru bisa dilaksanakan dari tahun 1931
di Dijon dan pada tahun 1961, semua dokumen sudah bisa diserahkan ke Vatikan untuk diteliti. Kemudian pada 12
Juli 1982, kebajikan Tuhan melalui Elisabet dinyatakan sah dan tidak lama kemudian, pada 25 November 1984,
Elisabet dinyatakan Beata oleh Paus Yohannes Paulus II.
Ordo Karmel memasukkan perayaan Beata Elisabet ke dalam liturgi pada 28 Januari 1986 dengan peringatan
fakultatif yang dirayakan setiap tanggal 8 November dengan teks yang digunakan OCD.
BEATA MARIA TERESIA DARI YESUS SCRILLI, PERAWAN
13 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP
Maria Teresia dari Yesus Scrilli (Maria: nama baptis) lahir pada 15 Mei 1825 di Montevarchi, Provinsi Arezzo,
Keuskupan Fiesole (Italia Tengah). Ia adalah anak kedua dari keluarga yang cukup terpandang dan kaya.
Menginjak masa remaja, Maria jatuh sakit dan hampir dua tahun harus berada di tempat tidur. Ia selalu berdoa
dalam keadaan seperti itu dan kemudian secara ajaib ia sembuh. Ia merasa bahwa Tuhan menginginkan sesuatu
darinya untuk dipersembahkan kepada-Nya. Untuk memenuhinya, ia masuk biara Karmelites di Firenze, di mana
Santa Maria Magdalena pernah tinggal. Sayang, di biara ini Maria hanya bertahan dua bulan. Ia merasakan bahwa
Tuhan membutuhkan perbuatan lain yang harus dilakukannya. Ia kembali ke rumahnya di Montevarchi sambil
merenungkan jalan yang harus ditempuhnya.
Sementara itu, ia memberikan pendidikan kepada anak-anak dari beberapa keluarga yang dipercayakan
kepadanya. Ternyata banyak keluarga membawa anak-anak mereka untuk dididiknya, sehingga Maria harus
membuka suatu rumah untuk pelayanan ini. Ia memberikan pendidikan dalam bidang iman, moral dan
pengetahuan umum. Melihat perbuatan Maria ini, beberapa pemudi ikut membantunya untuk memberikan
pendidikan.
Dengan penuh semangat, Maria dan kawan-kawan bekerja sangat baik sehingga dikagumi oleh banyak orang
termasuk uskup dan pemerintah setempat. Oleh sebab itu, pada 3 Mei 1852 pimpinan setempat memercayakan
sekolah kepada Maria dan kawan-kawan untuk dikelola. Maria menyadari bahwa untuk melaksanakan pelayanan
lebih baik, perlu mendirikan Kongregasi yang berkarya dalam bidang pendidikan anak-anak dan remaja. Niat itu
didukung oleh uskup setempat dengan memberikan izin pada 15 Oktober 1854. Maria bersama dengan tiga
pemudi lainnya mengenakan pakaian Karmelit dalam naungan Congregazione delle Suore di Nostra Signora del
Monte Carmelo (Kongregasi Suster Santa Maria dari Gunung Karmel) dan ia mengambil nama Maria Teresia di
Gesù Scrilli (Maria Teresia dari Yesus Scrilli). Tarekat baru ini semakin berkembang dalam jumlah anggota dan
pelayanan dengan pertambahan murid di sekolah.
Akan tetapi, tidak lama kemudian, pada tahun 1859 antiklerikalisme berkembang di Montevarchi sehingga
pemerintah setempat membuat suatu peraturan agar sekolah privat ditutup. Dengan sendirinya Maria dan
Tarekatnya sangat terpukul akan situasi ini, sehingga menjadi suatu cobaan yang sangat berat. Maria dan suster
lainnya harus merelakan sekolah mereka ditutup dan mencoba untuk mendidik anak-anak di rumah untuk
mendapatkan penghidupan. Tidak lama kemudian, sekolah seperti ini pun tidak diperkenankan pemerintah
setempat. Oleh sebab itu, pada tahun 1862 semua bentuk sekolah privat harus ditutup dan semua suster harus
kembali ke keluarganya masing-masing.
Pada 18 Maret 1878 Maria pindah ke Firenze, karena di Montevarchi tidak ada lagi harapan untuk membuka
sekolah dan kelangsungan Kongregasi. Ia diterima baik oleh uskup setempat dan mereka bisa mendirikan sekolah
untuk anak-anak miskin dan yang ditinggalkan. Dalam waktu singkat sekolah mereka dipenuhi oleh anak-anak dan
banyak orang tua memercayakan pendidikan anak-anak mereka ke tangan Maria dan teman-temannya.
Kelihatannya semuanya berjalan baik dan penuh harapan.
Akan tetapi, namanya hidup, cobaan pasti datang dalam berbagai bentuk. Setelah meletakkan fondasi Tarekat di
Firenze, Maria jatuh sakit dan menderita dalam waktu lama sampai akhirnya ia meninggal pada 4 November 1889.
Ia meninggalkan Tarekatnya yang masih kecil dengan hanya Suster Giovannina, Suster Vittira dengan satu novis,
Suster Giuseppa dan satu Postulan Assunta Pierucci. Ke pundak merekalah Kongregasi dan pelayanan
dipercayakan, terlebih Suster Giovannina yang mengambil alih pimpinan Tarekat.
Perlahan tetapi pasti, Kongregasi ini berkembang dengan baik dengan mendapat banyak panggilan. Bahkan pada
waktu Perang Dunia I, Kongregasi ini banyak diminta untuk membantu korban perang di Ancona dan di tempat
lain, dan juga membantu mereka yang sudah lanjut usia.
Pada tahun 1919, Kongregasi sudah bisa membuka komunitas baru dan panggilan terus berkembang. Hal lain yang
juga penting adalah bahwa Kongregasi mendapat pengakuan dari Vatikan pada 27 Februari 1933, yang tentu
menambah semangat untuk memberikan pelayanan di berbagai tempat di Italia, bahkan juga sudah sampai ke
Amerika Serikat, Kanada, Polandia, Brasil, Republik Ceko, India, Filippina dan Indonesia. Tarekat ini awalnya ingin
membuka komunitas di Malang, tetapi tidak jadi, melainkan di Ruteng, kemudian ke Maumere yang memiliki
rumah formasi di Kewapantai.
Kongregasi tetap melaksanakan spiritualitas Karmel dengan semangat Maria Teresia dari Yesus Scrilli. Ia
meninggalkan hanya dua tulisan Autobiografia e altri scritti dan Frammenti (Ricordi-Pensieri e Consigli-Atti
d'amore).
KULTUS
Proses beatifikasi Maria baru dimulai November 1988. Akan tetapi, walaupun dimulai terlambat, la telah dijadikan
Beata pada 8 Oktober 2006 oleh Paus Benediktus XVI. Dengan penerimaan konfirmasi dari Kongregasi Kultus
Vatikan pada 26 Juli 2007, maka Ordo memasukkan perayaan Maria ke dalam liturgi Ordo yang dirayakan setiap
tanggal 13 November dengan peringatan fakultatif.
SANTO RAFAEL DARI SANTO YOSEF KALINOWSKI, IMAM
19 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP
Rafael dari Santo Yosef (Józef) Kalinowski atau Rapolas Kalinauskas (Lithuania) lahir di Vilna, (sekarang Lithuania)
pada 1 November 1835 dari pasangan Andreas dan Yosefa Kalinowski. Pada waktu ia lahir, Vilna menjadi bagian
dari Rusia, sebelumnya bagian dari Polandia. Ia adalah anak kedua dan ibunya meninggal beberapa bulan setelah
ia lahir. Dari kecil ia sudah merasa terpanggil untuk menjadi biarawan Karmelit, tetapi ia lebih suka terlebih dahulu
belajar kimia, biologi, pertanian di Hori Horki. Setelah itu ia juga belajar di Sekolah Teknik, di sebuah Institut
Militer di Petersburg, Rusia. Setelah menyelesaikan semua studi ini, pada tahun 1857 ia ditunjuk sebagai
penanggung jawab pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Kursk – Kiev – Odessa. Setelah itu ia
mendapat tugas sebagai pengawal di Bret Litovsk. Jabatannya semakin membubung sampai ia mendapat posisi
sebagai kapten militer Rusia, posisi sangat penting.
Pada tahun 1863 ia meninggalkan jabatan kapten. Ia bahkan menentang Czarist yang waktu itu menduduki
Polandia. Setelah ia meletakkan jabatan tersebut, ia mendapat tugas sebagai menteri perang di Vilna. Pada 24
Maret 1864, ia ditangkap dan dipenjarakan oleh militer Rusia karena dianggap sebagai pemberontak. Ia kemudian
dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi, karena pemerintah Rusia khawatir bahwa a akan dijadikan martir perang jika
dihukum mati, maka ia mendapat keringanan hukuman menjadi 10 tahun. Selama menjalani hukuman tersebut, ia
bekerja paksa di tambang di Siberia. Pada tahun 1874 ia bebas dan kembali ke Lithuania dan kemudian pergi ke
Kota Warsawa. Di kota ini ia menjadi guru Pangeran muda Augustus Czartoryski. Pada tahun 1876, Pangeran muda
ini didiagnosa mengidap penyakit Tuberculosis dan Rafael harus menemaninya untuk mendapat perawatan di
berbagai tempat di Perancis, Swiss, Italia dan di Polandia.
Pada tahun 1877 Rafael menjawab panggilan menjadi religius yang sudah didambakannya sejak kecil dan ia masuk
ke biara OCD di Linz. Ia mengambil nama Rafael dari Santo Yosef. Jadi "Yosef" bukan nama baptis, tetapi di
kalangan para Karmelit selalu memanggilnya dengan nama tersebut. Ia belajar teologi dan menjadi anggota biara
Karmel Czerna, Polandia. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam pada 15 Januari 1882 oleh Uskup Albin
Dunajewski. Tahun berikutnya (1883) ia menjadi Prior di biara Karmel Czerna. Selama imamatnya, ia melaksanakan
tugas pelayanan sebagai bapa pengakuan terlebih di penjara, pembimbing rohani baik itu Katolik maupun
Ortodox. Ia juga giat dalam aktivitas ekumene dan berbagai organisasi untuk kesatuan Gereja. Ia memiliki devosi
kepada Maria. Tentu ia sangat menghayati spiritualitas Karmel Tak Berkasut. Ia mendirikan biara di Wadowice,
Polandia pada tahun 1889. Ia juga mendirikan biara para Suster Karmel.
Dari tahun 1892 – 1907 ia menyusun riwayat hidup dan karya Teresia Marchocka untuk keperluan beatifikasi.
Teresia Marchocka adalah seorang Suster Karmel yang hidup pada abad XVII. Akhirnya, Rafael meninggal di
Wadowice pada 15 November 1907, karena penyakit Tuberculosis.
KULTUS
Setelah Rafael meninggal, makamnya di Czerna menjadi tempat peziarahan dan beberapa mereka memperoleh
karunia mukjizat dari Tuhan melalui Rafael. Terlebih setelah ia dibeatifikasi dan kemudian dikanonisasi, Czerna –
tempat Rafael bersemayam – semakin banyak dikunjungi bahkan sampai sekarang.
Proses beatifikasi Rafael dilaksanakan dari tahun 1934 – 1938. Kemudian proses ini dibawa ke Roma pada 2 Maret
1952 dan baru berakhir pada 7 Februari 1983 dengan mukjizat Tuhan melalui Rafael. Oleh sebab itu, ia
dibeatifikasi oleh Paus Yohannes Paulus II pada 22 Juni 1983 dan kemudian dikanonisasi pada 17 November 1991
juga oleh Paus Yohannes Paulus II. Perayaan liturgi bagi Karmelit Tak Berkasut (OCD) adalah peringatan wajib
sedangkan bagi O.Carm adalah peringatan fakultatif. Takhta Suci sudah mengesahkan perayaan ini sejak tahun
1986.
BEATO DIONISIUS DARI KELAHIRAN DAN
REDEMPTUS DARI SALIB, MARTIR
29 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP
Beato Dionisius dari Kelahiran dan Redemptus dari Salib dirayakan secara bersamaan walaupun kedua orang
kudus Karmel ini memiliki asal berbeda, tetapi mati di tempat yang sama, di Aceh, Sumatra.
Dionisius, sebelum menjadi Karmelit dipanggil dengan nama Pierre (Petrus) Berthelot. Ia lahir di Honfleur
(Calvados, Perancis) pada tanggal 12 Desember 1600. Ia adalah anak sulung dari sepuluh bersaudara. Dionisius
belajar navigasi yang pada waktu itu sangat digemari dan dibutuhkan banyak orang, karena periode itu ditandai
dengan pelayaran untuk mencari daerah perdagangan dan koloni.
Pada usia muda, Dionisius sudah menjadi kapten kapal dagang. Pada tahun 1619 (saat ia baru berumur 19 tahun)
ia berlayar ke India bagian Timur dan bertindak sebagai navigator expedisi Perancis. Akan tetapi Belanda
menyerang kapalnya dan ia dibawa ke Jawa sebagai tawanan. Setelah dilepaskan, ia tinggal di Malaka dan bekerja
di bagian navigasi Portugis. Ia melaksanakan pekerjaannya dengan baik sekali, sehingga ia dinamai sebagai
Navigator Kosmografi Timur. Hasil karyanya adalah peta daerah pelayaran Sumatra yang masih tersimpan baik
sampai saat ini di Museum Inggris.
Dalam pelaksanaan tugas sebagai navigator, ia sering melaksanakan pelayaran dari Malaka ke Goa, India. Di kota
ini ia mengenal Ordo Karmel Tidak Berkasut (OCD) dan kemudian pada umur 35 tahun (1635), berkat bimbingan
Pastor Filipus dari Tritunggal Mahakudus, ia memutuskan untuk masuk Karmel Tidak Berkasut tersebut. Setahun
kemudian, tepatnya 25 Desember 1636, ia mengucapkan profesi dengan mengambil nama Dionisius dari
Kelahiran. Kurang dari dua tahun setelah profesi, 24 Agustus 1638, ia menerima tahbisan Imam. Menurut
kesaksian pembimbing rohaninya, Pastor Filipus dari Tritunggal Mahakudus, sejak masuk Karmel, Dionisius selalu
menjadi teladan dalam kebajikan bagi para Karmelit lainnya dan hidupnya selalu ditandai dengan kontemplasi dan
aksi.
Pada tahun 1638, Portugis melaksanakan ekspedisi ke Sumatra, dan pemerintah Portugis meminta Karmel Goa
agar mengijinkan Dionisius juga ikut sebagai pembimbing rohani dan sekaligus sebagai pimpinan pelayaran.
Bersama dengan Dionisius, Redemptus juga ikut serta dalam pelayaran ke Aceh, Sumatra. Redemptus yang nama
kecilnya adalah Tomás Rodrigues da Cunha, lahir di Paredes, Portugal pada 15 Maret 1598. Ia sampai ke Goa, India
sebagai tentara Portugis. Ia bahkan sempat menjadi kapten di Goa. Ia mengenal para Karmelit Tidak Berkasut di
Goa dan akhirnya memutuskan untuk masuk biara di kota tersebut pada tahun 1615 dengan nama biara
Redemptus dari Salib. Ia adalah biarawan, bukan imam, yang biasa dipanggi dengan Bruder. Di biara yang sama di
Goa, Redemptus mengenal Dionisius.
Kedua saudara ini (Dionisius dan Redemptus) berangkat meninggalkan Goa pada 25 September 1638 dan satu
bulan kemudian (25 Oktober 1638) mereka dan rombongan sampai ke Aceh, Sumatra. Sesampai di tujuan, mereka
berdua bukan diterima dengan baik sebagai utusan Portugis, malah sebaliknya, mereka ditangkap dan harus
mendekam di penjara. Mereka dipaksa untuk menyangkal iman. Karena berteguh pada iman, akhirnya keduanya
dihukum mati, yang sebelumnya diasingkan di salah satu tempat di daerah pantai Banda Aceh (sampai saat ini
beberapa penduduk setempat masih bisa menunjukkan tempat kemartiran dua Karmelit ini).
Redemptus meninggal terlebih dahulu dengan gorokan rencong di tenggorokannya. Giliran berikutnya adalah
Dionisius dari Kelahiran. Kepalanya dibelah juga dengan rencong. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 29 November
1638.
KULTUS
Dionisius dan Redemptus dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII pada 10 Juni 1900. Sebelum Konsili Vatikan II, perayaan
liturgis Dionisius dan Redemptus adalah Peringatan Fakultatif baik itu bagi Karmelit Tidak Berkasut (OCD) maupun
O.Carm. yang dirayakan pada setiap tanggal 29 November (hari kemartiran mereka). Akan tetapi, setelah Konsili
Vatikan II Karmelit Tidak Berkasut meningkatkan status perayaan Dionisius dan Redemptus menjadi Peringatan
Wajib, sedangkan O.Carm tetap merayakannya sebagai Peringatan Fakultatif, kecuali di Indonesia dengan
Peringatan Wajib sebagai suatu penghormatan Orodo kepada Dionisius dan Redemptus yang mengorbankan
hidup mereka bagi Gereja sebagai Karmelit di bumi pertiwi Indonesia. Sementara itu, Gereja Indonesia juga
merayakan Dionisius dan Redemptus dengan peringatan wajib (lihat Penanggalan Liturgi 2014 Tahun A/II,
Yogyakarta: Komisi Liturgi KWI-Kanisius, 2013, hlm. 57). Sebelum Tahun Liturgi 2014, Dionisius dan Redemptus
selalu dirayakan setiap tanggal 1 Desember, mungkin karena setiap tanggal 29 November (hari kemartiran dan
peringatan dalam Karmel) dirayakan Pesta Semua Orang Kudus Tarekat OFM, OFMCap, OFMConv, OSCCap, OSCI,
OFR, dan OFS. Berkat usulan dari Ordo Karmel Indonesia ke Komisi Liturgi KWI, sejak tahun 2014 Dionisius dan
Redemptus dirayakan Gereja Indonesia setiap tanggal 29 November (hari kemartiran mereka) bersamaan dengan
O.Carm dan OCD di seluruh dunia.
BEATO BARTOLOMEUS FANTI, IMAM
5 DESEMBER

RIWAYAT HIDUP
Beato Bartolomeus Fanti lahir di Mantova, Italia Utara antara ahun 1428 – 1443. Pada usia muda, ia sudah menjadi
imam Karmelit Kongregasi dari Mantova. Sejak tahun 1460, sebagai imam muda, ia melaksanakan pelayanan di
kota kelahirannya, Mantova sebagai pembimbing rohani Perkumpulan Santa Perawan Maria. Praktis ia menekuni
pelayanan ini sampai akhir hidupnya. Untuk melengkapi pelayanannya, ia menulis Statuta perkumpulan tersebut.
Bukan itu saja, Bartolomeus juga menulis Regula dan Konstitusi untuk Kongregasi dari Mantova. Regulanya dikenal
sangat sederhana dan hanya terdiri dari duabelas bab dengan menggunakan gaya Regula Ordo Pertama (O.Carm.).
Regula dan Konstitusi yang ditulisnya masih tersimpan baik di Perpustakaan Ordo di Roma.
Bartolomeus dikenal seorang imam rendah hati dan penuh ketaatan untuk melayani Tuhan. Ia adalah juga teladan
bagi semua saudara dalam doa, kemurahan hati dan pelayanan. Kebajikan utama yang dikenal dari Bartolomeus
adalah kasih akan Ekaristi. Ia menjadikan devosi ini sebagai pusat hidup apostoliknya. Di samping itu, ia juga
memiliki devosi besar kepada Santa Perawan Maria.
Kelihatannya ia pernah menjadi Magister Novis, walaupun data untuk pelayanan ini tidak memiliki sumber yang
pasti. Informasi ini diperoleh dari tulisan mengenai para Novis yang melaksanakan devosi kepada Santa Perawan
Maria dan Sakramen Mahakudus. Bartolomeus meninggal pada 5 Desember 1495. Praktis ia hidup pada saat Ordo
Karmel sedang mengalami Pembaruan dan Kongregasi dari Mantova adalah salah satu bentuk pembaruan dalam
tubuh Ordo tersebut.
KULTUS
Beberapa waktu setelah Bartolomeus meninggal, tubuhnya tidak mengalami kehancuran. Ia disemayamkan secara
berpindah-pindah di beberapa tempat. Pada tahun 1516 Bartolomeus diistirahatkan di kapel Santa Perawan
Maria. Setelah penutupan biara tersebut pada tahun 1783, jenazahnya disemayamkan di gereja Santo Markus,
Mantova. Kemudian pada tahun 1793 ia dipindahkan ke kapel Maria Dimahkotai di Katedral Mantova. Ia dijadikan
Beato pada 18 Maret 1909 oleh Paus Pius X.
SANTO YOHANNES DARI SALIB, IMAM DAN PUJANGGA GEREJA
14 DESEMBER

RIWAYAT HIDUP
Sampai saat ini tahun kelahiran Yohannes dari Salib tidak diketahui dengan pasti. Pendapat pertama adalah 1542
yang umum diterima dan pendapat kedua adalah 1540. Ia lahir di Fontiveros (Ávila) dari perkawinan Gonzalo
Yepes dan Catalina Álvarez. Ia mempunyai dua saudara, Francisco dan Luis. Ayah Yohannes meninggal sewaktu ia
dan kedua saudaranya masih kecil. Sayang, Luis juga meninggal tidak lama setelah ditinggal ayah mereka. Catalina
harus berjuang sendiri untuk mencari nafkah untuk kedua anaknya. Ia harus mencari pekerjaan dari kota yang satu
ke kota lain untuk menyambung hidup keluarga.
Waktu saudaranya Francisco menikah dengan Anna Izquierdo, keadaan ekonomi bukan bertambah baik, malah
sebaliknya. Oleh sebab itu, pada tahun 1551 keluarga Yohannes bersama dengan keluarga baru saudaranya
pindah ke Medina (Valladolid) untuk mengadu nasib. Daerah ini adalah tempat perdagangan. Di kota ini keadaan
keluarga mereka berangsur angsur baik secara ekonomis. Di Kota Medina ini juga, Yohannes masuk Sekolah de los
Doctrinos.
Pada waktu itu di Medina terdapat berbagai Tarekat, termasuk Yesuit yang baru saja membuka biara. Tentu saja
Karmel juga hadir di kota tersebut. Pada tahun 1563, Yohannes memilih Karmel dan masuk Biara Santa Anna. Ia
menjalani Novisiat selama satu tahun, dan pada tahun berikutnya (1564) Yohannes mengucapkan profesi dengan
memilih nama Yohannes dari Santo Matias. Studi untuk jenjang Imamat dilakukan Yohannes di Biara Karmel Santo
Andreas, Salamanca. Pada waktu periode ini (1564 – 1568) semua Tarekat sedang melaksanakan berbagai
pembaruan, termasuk Ordo Karmel di bawah pimpinan Jenderal Yohannes Soreth. Selama di Salamanca, ia juga
belajar Seni dan Puisi. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1568.
Menjelang akhir studi, Yohannes berniat untuk meninggalkan Ordo Karmel dan masuk ke Ordo Certosini. Akan
tetapi, pertemuannya dengan Teresia dari Yesus, membuat dia bertahan di Karmel. Yohannes merasa tertarik akan
usaha Teresia yang sedang mengadakan pembaruan. Kerja sama antara Yohannes dan Teresia menghasilkan biara-
biara teresiana di Salamanca, Ávila untuk perempuan dan di Duruelo biara pertama untuk laki-laki pada 28
November 1568 yang beranggotakan Yohannes dari Salib, Antonius dari Yesus dan Yosef dari Yesus. Biara laki-laki
berikutnya adalah di Alcarria kemudian di Mancera yang menjadi tempat pembinaan calon. Yohannes dan Teresia
juga bekerja sama untuk keberlangsungan biara Encarnación di Ávila.
Usaha pembaruan ini memberikan cobaan sangat berat bagi Yohannes dari Salib. Pada 2 atau 3 Desember 1577 ia
harus dipenjarakan (penjara biara) di Ávila kemudian dipindahkan ke Toledo dan ia kemudian bisa melarikan diri
dari penjara pada pertengahan bulan Agustus 1578 dengan fisik yang sangat lemah. Sementara itu, biara
pembaruan yang disebut dengan Karmelit Tidak Berkasut yang telah dimulai di Duruelo semakin berkembang
dalam jumlah anggota maupun institusi. Setelah itu, Yohannes menjadi pemimpin spiritual di Beas, sementara itu
ia tetap mendirikan komunitas-komunitas di berbagai tempat. Kerja sama spiritual tetap berlangsung dengan
Teresia sampai akhir hidupnya, 4 Oktober 1582. Selama di penjara, Yohannes menulis buku Cantico Espiritual A –
B. Sedang buku Poesías sudah dimulai ditulis sejak 1571, waktu ia di Ávila sebelum dipenjarakan. Tulisan Yohannes
lain adalah: Subida del monte Carmelo (1585 – 1586/7), Noche Oscura (1585 – 1586/7), Epistolario – Cartas (dari
berbagai tahun), dan Llama de amor viva (1585 – 1586).
Dalam perjalanan, Kongregasi Karmelit Tak Berkasut semakin tidak terbendung perkembangan dalam jumlah
anggota dan komunitas. Sistem kepemimpinan Tarekat baru ini semakin mapan. Yohannes berusaha untuk
mengikuti semua aktivitas Tarekat tersebut dan ia selalu mengunjungi komunitas-komunitas. Sejak 1588 Karmelit
Tak Berkasut sudah diakui Gereja secara yuridis. Sesudah itu, Yohannes berusaha memelihara dan menjalin
kesatuan Tarekat walaupun sulit untuk dilaksanakan, karena sedang berusaha menemukan identitas.
Pertengahan tahun 1591, ia hendak berangkat dari Segovia ke Madrid dan kemudian ke Mexico. Segala sesuatu
sudah dipersiapkan. Akan tetapi, pertengahan bulan Agustus 1591 ia menyepi ke La Peñuela dan pada akhir bulan
Agustus ia jatuh sakit. Rencana berangkat ke Mexico dibatalkan. Walaupun ia sakit parah, ia berusaha
menenangkan para saudaranya se-Tarekat. Untuk perawatan lebih baik, ia dipindahkan dari La Peñuela ke Ubeda.
Akan tetapi, ia toh tidak dapat tertolong dan Yohannes meninggal pada malam antara 13 dan 14 Desember 1591.
Kemudian pada tahun 1593 jenazahnya dipindahkan ke Segovia di gereja Karmelit Tidak Berkasut.
KULTUS
Pada tahun 1614 proses beatifikasi tahap I dilaksanakan di berbagai keuskupan dan tahap ini selesai pada tahun
1618. Pada tahun ini juga tulisan-tulisan Yohannes diterbitkan. Tahun 1627 proses beatifikasi tahap II dilanjutkan
dan berakhir pada tahun 1630. Pada 27 Januari 1675, Yohannes dijadikan Beato oleh Paus Clemen X. Pada 27
Desember 1726, Paus Benedictus XIII menyatakan Yohannes sebagai Santo. Kemudian tanggal 24 Agustus 1926,
dalam rangka Yubileum Kanonisasi Yohannes dari Salib, ia dinyatakan sebagai Pujangga Gereja (Doktor Gereja)
oleh Paus Pius XI. Tahun 1993, Paus Yohannes Paulus II mengangkat Yohannes sebagai pelindung pengarang puisi.

Anda mungkin juga menyukai