Kongregasi SJMJ didirikan pada tanggal 29 Juli 1822 di Amersfoort oleh P. Mathias
Wolff, SJ. Panggilan untuk mendirikan sebuah Kongregasi berawal dari situasi Gereja di
Belanda pada waktu itu yang membutuhkan kemerdekaan.
Awalnya hanya sederhana saja.Pada tahun 1819, tiga gadis muda dari Culemborg
menyatakan keinginannya kepada Pater Wolff untuk menjadi biarawati. Mereka adalah
Maria Stichters, Sophia Miltner dan Maria Josepha van Elk. Pada tahun 1819, P. Wolff
mengirim mereka sebagai calon-calon untuk kongregasi yang akan didirikannya kepada
Kongregasi Suster-Suster Notre Dame di Gent (Belgia) untuk dibina dalam hidup
religius.
Pada tahun 1822, rencana untuk mendirikan sebuah lembaga religius menjadi lebih
konkrit, karena sejumlah gadis dari Utrecht telah menyatakan diri untuk hidup religius.
Pada tahun 1823, sebuah Peraturan (semacam konstitusi) disetujui oleh Imam Kepala
Wilayah di Belanda. Pada tanggal 29 Juli tahun yang sama, rumah pertama disewa di
Muurhuizen di Amersfoort. Disanalah komunitas pertama dimulai, terdiri dari dua suster
yang telah menerima pembinaan awal di Belgia, dan tiga gadis dari Utrecht yang telah
mendapatkan bimbingan rohani dari seorang pastor paroki. Komunitas itu dimulai
dengan nama Pédagogie Chrétienne (Pendidikan Kristiani).
Suster-suster JMJ Engelen, sejak tahun 1964 sampai dengan 2018 menggunakan
nama ‘Societas Jesus Maria Joseph’ (JMJ).
Pada tahun 1898, Societas JMJ mengembangkan misinya di Indonesia atas undangan
dari Mgr. Walterus
Tahun 1904, Societas JMJ memulai misi baru di India. Tujuh suster diutus ke India.
Kongregasi JMJ berkembang pesat di sana.
Pada tahun 1962 Kongregasi dibagi menjadi tiga provinsi: Belanda, Indonesia dan
India. Generalat tetap berada di Belanda (Vught, s-Hertogenbosch). Selanjutnya
Kongregasi membuka misi baru di Australia, Tanzania, Roma dan Ghana (Afrika).
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang lebih luas dan pengaruh
Konsili Vatikan II akhirnya menghantar pada pembicaraan yang serius dalam Kapitel
Umum 2011 tentang struktur masa depan Kongregasi. Hasil dari eksplorasi mendalam
ini sampai pada keputusan untuk memekarkan Kongregasi menjadi dua lembaga
independen dengan akar yang sama: Indonesia-Belanda dan India-Ghana. Sejak tahun
2011 sampai dengan 2016, serangkaian dialog berlangsung antara pemimpin
kongregasi dengan dewannya, dibantu oleh P. Falco Thuis, O.Carm, asisten religius
dan wakil dari Tahta Suci.
Dalam Dekrit tertanggal 10 September 2016 pemisahan disahkan oleh Tahta Suci.
Untuk membantu mengimplementasikan Dekrit tersebut, Sr. Brigid Lawlor RGS,
diangkat oleh Tahta Suci sebagai Asisten Religius bagi Societas JMJ.
Dengan tetap dalam ikatan persaudaraan dan diutus oleh Roh Kudus, visi pendirian
dari P. Wolff akan terus hidup dalam dua lembaga religius baru, yang terbentuk pada
tanggal 10 September 2016: Kongregasi Suster-Suster Jesus Maria Joseph (terdiri dari
Indonesia/ Belanda) dan Kongregasi Jesus Maria Joseph (terdiri dari India/Ghana).
Pada tanggal 2 Februari 2019, Tahta Suci, melalui Dekritnya mengesahkan Pendirian
Lembaga Religius dengan nama Kongregasi Suster-Suster Jesus Maria Joseph (Inisial:
SJMJ) yaitu mengesahkan Kepemimpinan Umum Pertama dan Konstitusi Kongregasi.
Sejak Kapitel Kongregasi Pertama, tahun 2018 di Tomohon-Indonesia, Generalat
Kongregasi SJMJ dipindahkan di Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang.
SOSIAL PASTORAL
7. Kegiatan Sosial Kongregasi SJMJ ditangani oleh Yayasan Ratna Miriam dan
Komisi Sosial di setiap Provinsi.