Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH GEREJA INDONESIA/PAPUA

SEJARAH TERBENTUKNYA KEUSKUPAN AGATS-ASMAT

OLEH:

 ANTONETA YUMAI
 MARIA E.N. IRMA PARERA
 NOSIMILA E. KALAKA

SEKOLAH TINGGI PASTORAL KATEKETIK


SANTO YOHANES RASUL JAYAPURA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................2
A. Pengantar..................................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..............................................................................................................................3
A. Sejarah Gereja Katolik Di keuskupan Agats Asmat.....................................................................3
B. Tahap Perintisan, Tahap Misi, dan Tahap Gereja Partikular......................................................4
C. Tokoh Perintis Keuskupan Agats................................................................................................5
D. Dekenat dan Paroki Keuskupan Agats.......................................................................................6
E. Tantangan dan Hambatan Penyebaran Injil Awal....................................................................10
F. Situasi Terkini Umat Katolik di Keuskupan Agats.....................................................................11
G. Tantangan Yang di Hadapi Gereja Katolik Saat Ini di Keuskupan Asmat..................................11
H. Bidang-bidang Pelayanan Gereja.............................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Referensi..................................................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN

A. Pengantar
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
berkat yang diberikan hingga saat ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Makalah Program Studi Keagamaan Katolik Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik Santo
Yohanes Rasul Jayapura.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di tanah Papua ini memiliki lima keuskupan dan
kami mendapatkan kesempatan untuk menulis tentang sejarah terbentuknya Keuskupan
Agats-Asmat. Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir
semester enam.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:
 Pastor Kleopas Sondegau, SS, M. Hum
Sebagai dosen mata kuliah Sejarah Gereja Indonesia/ Papua, yang selalu memberikan
kami pengetahuan dan pengertian tentang awal masuknya Gereja Katolik di Indonesia
dan tanah Papua. Dan juga terima kasih kepada pihak kampus yang sudah memberikan
fasilitas yang baik sehingga proses pembelajaran kami berjalan dengan baik.
Penulis meyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya masukan, baik saran maupun kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga tulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak
para pembaca, dan semua mahasiswa/i STPK St. Yohanes Rasul Jayapura..
BAB II KAJIAN TEORI

A. Sejarah Gereja Katolik Di keuskupan Agats Asmat


Bumi Papua dahulu mulai dikenal orang luar sejak sekelompok pelaut spanyol
dibawah pimpinan Ynigo Ortiz de Retes mendarat disalah satu muara sungai
Amberna di pantai utara Papua Barat. Penduduk Papua Barat digolongkan menjadi
tiga golongan yaitu yang pertama adalah penduduk yang tinggal didaerah-daerah
pantai hilir sungai-sungai besar-kecil baik didaerah yang sangat luas. Dan golongan
kedua adalah penduduk yang tinggal didaerah hulu sungai-sungai besar-kecil dikaki
pegunungan yang berhutan lebat dibagian tengah Papua Barat. Dan golongan ketiga
adalah penduduk yang tinggal di dataran-dataran lembah besar di daerah pegunungan
dibagian tengah papua Barat.
Pada zaman dahulu agama asli masyarakat Papua adalah animisme. Dan
dikalangan warga asmat , misalnya, hidup keyakinan bahwa tanah asmat di huni oleh
roh-roh yang tidak terhitung jumlahnya. Bahkan benda-benda mati pun memiliki
kekuatan yang gaib yang bisa mempengaruhi kehidupan. Di Asmat, seperti juga
banyak di daerah lain Papua, harapan hidup relatif rendah akibat masih banyaknya
jenis penyakit mematikan seperti malaria disentri, muntaber bronkitis. Menurut orang
asmat, kenyataan pahit ini bersumber dari kejahatan magis yang dilakukan oleh
orang-orang-orang kampung tertentu yang tidak puas, oleh roh leluhur yang juga tidak
puas, atau oleh roh binatang buas.
Orang Belanda mulai menyebarkan agama protestan sejak tahun 1855
khususnya di daerah pantai utara papua. Mulai dari oulau-pulau di Teluk
Cenderawasih sampai ke bagian barat daerah kepala Burung dengan pusat di
Manokwari. Penyebaran agama Katolik dimulai lebih kemudian, yaitu tahun 1894,
khususnya di pantai selatan Papua dan berpusat di Merauke.
Penyebaran agama Protestan dan Katolik dibarengi dengan usaha
menyelenggarakan pelayan dan pendidikan dan kesehatan masyrakat setempat.
Dipelopori oleh para biarawan fransiskan dari Belanda pada tahun 1923 para
misionaris Katolik mulai mendirikan sekolah-sekolah disekitar Merauke , sehingga
kira-kira 10 tahun sekolah katolik tersebar di papua selatan, termasuk di agats dan
Mimika. Tahun 1980 para biarawan OSC juga memulai karya pelayanan mereka
khusunya di bagian pantai selatan Papua Barat dengan berpusat di Agats.
B. Tahap Perintisan, Tahap Misi, dan Tahap Gereja Partikular
Pada awalnya Asmat sangat dipandang sebelah mata oleh pemerintah Belanda
setelah itu barulah mereka mengetahui bahwa Asmat memiliki berbagai kekayaan.
Dan kekayaannya adalah keunikan pola hidup peramu yang animis dan repsentasi
dalam berbagai ritual dan ukiran. Dan kedua asmat memiliki sumber minyak bumi.
Dan ketiga hutan-hutan bakau, palma, pandan, kayu besi yang di guanakan untuk
pembangunan dan kayu gaharu yang sangat bernilai. Dan yang keempat banyak
pohon sagu yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok. Sungai dan laut yang
berlimpah akan ikan kepiting, buaya,dll.
Ketika pada awal tahun 1990, wilayah Selatan yang dulu di beri nama Irian
Jaya dan termasuk juga dengan Asmat mulai dibangun dan di eksplorasi. Kemudian
pada tahun 1936, pemerintahan Belanda membangun pos pemerintahan di Asmat.
Dan pada waktu itu Bapak Felix Maturbongs diangkat menjadi Bestir Assistant Agats
(1938-1943) mendatangkan buruh-buruh dari Kei untuk membangun kompleks Pos
pemerintahan di Agats. Masyarakat Asmat, pos pemerintahan itu disebut Akat (baik-
bagus) kata Akat kemudian diubah menjadi Agats (karena lidah orang Belanda sulit
menyebut Akat).
Pada tahun 1936 juga, RP Herman Tillemans, MSC mengunjungi daerah
Asmat bagian utara dengan menggunakan perahu dayung dari pusat Misi MSC di
Mimika. Inilah misi pertama di Asmat. Kunjungan pertama ini guna melihat langsung
keadaan Asmat dan mengevaluasi kemungkinan pewartaan Injil. Pada tahun 1938, RP
Hendrikus Conelisse, MSC bermisi di Asmat dari langgur, Kei. Dan dari situ gereja
dibangun: di Syuru dan Ayam.
Pada tahun 1950 misi di Asmat dimulai kembalioleh RP Gerald Zegwaard,
MSC. Setelah situasi Perang Dunia II sudah mulai aman. Beliau berusaha
memulangkan kembali penduduk Asmat yang sebelumnya mengungsi ke Komoro. RP
Gerald Zegwaard, MSC menempatkan lima orang katekis dikampung Ao, Kapi, As-
Atat dan Nakai yang sekarang berkembang menjadi Paroki Yamasj. Kemudian demi
evektifitas pelayanan dan pastoral dan pewartaan, dibukalah pusat-pusat misi di
Agats, Ayam, Yamasj, Sawa-Erma, Atsj, dari Pirimapun.
C. Tokoh Perintis Keuskupan Agats
Misi pertama di Agats dimulai dari RP Herman Tillemans, MSC mengunjungi
daerah Asmat bagian utara. Pada tahun 1938, RP Hendrikus Conellisse, MSC bermisi
di Asmat dari Langgur Kei. Pada Agustus tahun 1941 diutuslah dua Guru Katolik
untuk pembangunan SD di Syuru dan Ayam. Dan pada November 1941, Guru
Thadeus Ngaderman, Yoseph Renwarin, Natalis Kelanit, Emerikus Rahawarin, dan
Guru Isaias Maturbongs mengajar di SD Katolik Ewer, Syuru dan Ayam sebagai
tenaga pendidik Perdana.
Pada tahun 1950 RP Gerald Zegwaard, MSC. Memulangkan kembali
masyarakat Asmat yang mengungsi di Kamoro. Pada januari 1953, RP Zegwaard,
MSC mulai menetap di Agats dan padda 3 Februari membabtis seorang ibu di Syuru
(orang Asmat pertama). Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan , menyusul pada
tahun 1956 para suster PBHK (Putri Bunda Hati Kudus) dan membuka sebuah asrama
putri sambil melayani pasien di poliklinik Agats. Empat misionaris pertama tiba di
Asmat pada 15 Desember 1958: RP Frank Pitka, OSC, RP. Delmar Hesch, OSC, Br.
Joseph Delouw, OSC, dan Br. Clarence Neuner, OSC.
Pada 1 November 1961, terjadilah peralihan resmi tanggung jawab dan misi di
daerah Asmat. Mgr. Herman Tillemans, MSC (Uskup Agung Merauke) mengangkat
RP Francis Pitka, OSC menjadi Vikaris Delegatus untuk daerah Asmat. Pada
November 1966, para suster TMM (Tarekat Maria Mediatrix) datang dari Langgur
Kei Kecil. Empat suster tersebut adalah: Sr. Sebastiana Lesomar, MM, dan Sr.
Margareta, MM, Sr Edmunda Takerubun, MM, dan Sr Antonia, MM. Para suster
TMM ini menggantikan suster-suster PBHK.
Tanggal 14 Desember 1966, RP Alphonse A. Sowada, OSC diangkat sebagai
Vikaris Generalis untuk Asmat. Vatikan mengumumkan pengangkatannya sebagai
Uskup Agats pada 21 Agustus 1969. Dan pada 23 November1969 diangkat sebagai
Uskup pertama Keuskupan Agats.
Mgr. Alphonse A. Sowada, OSC atas 40 tahun pengabdian ia kepada
Keuskupan Agats. 32 tahun diantaranya diabdikan beliau sebagai Uskup Agats.
Sebulan kemudian, RP Virgil Petermeier. OSC ditunjuk sebagai Administrator
Keuskupan Agats. Setelah setahun lebih, umat keuskupan Agats mempunyai Uskup
baru. Pada 6 Mei 2002, St. Paus Yohanes Paulus II mengankat RP Aloysisus
Murwito, OFM sebagai Uskup Agats, menggantikan Mgr. Alphonse Sowada, OSC. Ia
ditahbiskan paa Minggu 15 September 2002 dilapangan Yos Sudarso Agats.
Tahbisan Uskup kedua ini membuka sejarah baru Keuskupan Agats. Sampai
pada tahun 2017, wilayah dan umat Keuskupan Agats dilayani oleh beberapa tarekat.
Ordo Salib Suci, Ordo saudara Dina, Maryknoll, Imam Diosesan, Tarekat Maria
Mediatrix, Ordo Santa Ursula, KFS Sambas, FSGM, para katekis, dan petugas
pastoral awam.

D. Dekenat dan Paroki Keuskupan Agats


I. WILAYAH AGATS (Ketua: Pastor Charles Loyak, OSC)
1. PAROKI KATEDRAL AGATS
Nama Pelindung : Salib Suci
Buku Paroki sejak : 19 April 1952
Jumlah umat : 2.910 jiwa
Pusat Paroki : Agats
Memiliki : 1 Stasi (Syuru).
Pastor Paroki : Pastor Charles Loyak, OSC
Pastor Rekan : Pastor Gratianus Bobby Harimaipen, OSC
2. PAROKI EWER
Nama Pelindung : St. Petrus
Buku Paroki sejak : 9 Maret 1969
Jumlah umat : 4.209
Pusat Paroki : Ewer
Memiliki : 3 Stasi (Yepem, Peer dan Uwus).
Pastor Paroki : Pastor Agustinus Seran, OSC
3. PAROKI AYAM
Nama Pelindung : St. Martinus de Porres
Buku Paroki sejak : 28 Mei 1978
Jumlah Umat : 5.678 jiwa
Pusat Paroki : Ayam
Memiliki : 5 Stasi (Pau, Manep, Kateu, Ani, Betcoar).
Pastor Paroki : Pastor Fransiskus Vesto Labi Maing, Pr
4. KUASI PAROKI WARSE
Nama Pelindung : St. Fransiskus Xaverius
Buku Paroki sejak : 28 Mei 1978
Jumlah Umat : 1.338 jiwa
Pusat Kuasi Paroki : Warse
Memiliki : 2 Stasi (Amborep dan Sesakam).
Pastor Kuasi Paroki : Pastor Willhelmus Warat Bungan, OFM
5. PAROKI KRISTUS RAJA MBAIT:
Nama pelindung : Kristus Raja
Buku Paroki sejak :
Jumlah Umat : 1.260 jiwa
Pusat Kuasi Paroki : Mbait
Pastor Paroki : P. Innocentius Retobjaan, Pr
II. WILAYAH SAWA ERMA (Ketua: Pastor Vincent Paul Cole, MM)
6. PAROKI SAWA ERMA
Nama Pelindung : Sta. Maria
Buku Paroki sejak : 24 Juni 1959
Jumlah Umat : 5.727 jiwa
Pusat Paroki : Sawa Erma
Memiliki : 10 Stasi (Erma, Sona, Mbu-Agani, Saoti (Pos),
Sawa Mumugu, Pupis, Weo, Yakapis, Esmopan, Eroko).
Pastor Paroki : Pastor Vincent Paul Cole, MM
Pastor Rekan 1 : Pastor Hendrikus Hada, Pr
Pastor Rekan 2 : Pastor Paulus Buarlele, Pr
7. PAROKI YAMASJ
Nama Pelindung : Sta. Silvia
Buku Paroki sejak : 13 Juli 1954
Jumlah umat : 4.075 jiwa
Pusat Paroki : Yamasj
Memiliki : 3 Stasi (Yeni,Yufri,Yaun)
Pastor Paroki : P. Yosep Georgius Din, Pr
8. KUASI PAROKI KAPI
Nama Pelindung : St. Gabriel
Buku Paroki sejak :
Jumlah Umat : 2.719 jiwa
Pusat Paroki : Kapi
Memiliki : 4 Stasi (As, Atat, Aow, Omor).
Pastor Kuasi Paroki : Diakon Hendrikus Ola, Pr
9. PAROKI KOMOR
Nama Pelindung : Martir-Martir Muda Uganda
Buku Paroki sejak : 14 Agustus 1958
Jumlah Umat : 3.216 jiwa
Memiliki : 3 Stasi ( Munu, Jipawer, Abamu).
Pastor Paroki : Pastor Lukas Lega Sando, Pr

III. WILAYAH ATSJ (Ketua : P. Medardus Eko Budi Setiawan, OSC)

10. PAROKI ATSJ


Nama Pelindung : St. Paulus
Buku Paroki sejak : 26 Desember 1957
Jumlah umat : 5.578 jiwa
Pusat Paroki : Atsj
Memiliki : 10 Stasi (Yasiu,Youw, Amanamkai, Biwar
Laut, Ambisu, Coweu-Yameu, Sagare,
Bipiem,
Kawet, Atambuc).
Pastor Paroki : P. Medardus Eko Budi Setiawan, OSC
Pastor Rekan : Diakon Yanuarius Bria, OSC
11. PAROKI YAOSAKOR
Nama Pelindung : Sta. Anna
Buku Paroki sejak : 2 Februari 1972
Jumlah Umat : 1.290 jiwa
Pusat Paroki : Yaosakor
Memiliki : 3 Stasi (Damen, Biwar Darat, Kaimo)
Pastor Paroki : Pastor Hadrianus Felianus Halawa, OSC
Pastor Rekan : Pastor Sixtus Nurmalay, Pr
12. PAROKI SENGGO
Nama Pelindung : St. Yoseph
Buku Paroki sejak : 16 Januari 1961
Jumlah Umat : 1.548 jiwa
Pusat Paroki : Senggo
Memiliki : 3 Stasi (Busiri, Keta, Epem).
Pastor Paroki : Pastor Athanasius Finyain, Pr
13. KUASI PAROKI SUATOR
Nama Pelindung : St. Fransiskus Xaverius
Buku Paroki sejak :
Jumlah Umat : 584 jiwa
Pusat Paroki : Karbis
Memiliki : 4 Stasi (Binam, Meda, Burbis, Asarep).
Pastor Kuasi Paroki : Pastor Hilarius Salmon, Pr

IV. WILAYAH PANTAI KASUARI (Ketua: Pastor Bavo Felndity, Pr)


14. PAROKI BASIM
Nama Pelindung : Bunda Hati Kudus
Buku Paroki sejak : 15 Februari 1971
Jumlah Umat : 8.423 jiwa
Pusat Paroki : Basim
Memiliki : 10 Stasi (Waras, Biopis, Naneu, Bagair,
Omandesep, Ocenep, Yaptambor, Warkai, Piramat, Bawus).
Pastor Paroki : Pastor Bavo Felndity, Pr
15. PAROKI BAYUN
Nama Pelindung : Roh Kudus
Buku Paroki sejak : 24 Maret 1977
Jumlah Umat : 3.256 jiwa
Pusat Paroki : Bayun
Memiliki : 4 Stasi (Kayirin, Santambor, Simsagar,
Sanapai)
Pastor Paroki : Pastor Siprianus Flory Lana Koten, Pr

16. KUASI PAROKI KAMUR


Nama Pelindung : St. Stefanus
Buku Paroki sejak :
Jumlah Umat : 2.348 jiwa
Pusat Paroki : Kamur
Memiliki : 5 Stasi (Yagamit, Amkum, Ero, Amagais,
Amkai)
Pastor Kuasi Paroki : Frater Moses Amiset, Pr

17. PAROKI PIRIMAPUN


Nama Pelindung : Hati Kudus
Buku Paroki sejak : 15 Maret 1962
Jumlah Umat : 3.110 jiwa
Pusat Paroki : Pirimapun
Memiliki : 10 Stasi (Tareo, Sanem, Aero, Sinipit, Aikut,
Hahare Emene, Samendoro, Wagasu, Eyaram).
Pastor Paroki : Diakon Jonas Batilmurik, Pr

E. Tantangan dan Hambatan Penyebaran Injil Awal


Dalam mewartakan dan penyebaran Injil diawal memanglah tidak mudah bagi
para pewarta dahulu. Dimana, RP Herman Tillemans harus menggunakan perahu
untuk memulai misinya yaitu mewartakan Injil. Dan sampai pada tahun 1942, belum
ada warga pribumi yang dibabtis. Umat Katolik di Agats hanya anggota keluarga,
guru dan pegawai pemerintah yang berjumlah sekitar 50 orang. Sehingga untuk
memulai misi mewartakan Injil masih sangat sulit atau bisa dikatakan harus memulai
dari nol, yaitu harus membina dan membabtis para masyarakat pribumi.
Kemudian pada Januari 1943, tentara jepang memasuki daerah Mimika. Lalu
Felix Maturbong menginstruksikan agar penduduk Agats untuk segera diungsikan ke
Merauke dan pos Agats dimusnahkan.bestir dan semua penduduk Agats berangkat
bersama dengan K.M Herman ke Merauke sambil bertolak dari Agats, seluruh pos
Agats dibakar. Karena hal dan kejadian itu semua usaha untuk melakukan pewartaan
di daerah Asmat terhalang dan dihentikan karena situasi Perang Dunia II ini.
Dan yang menjadi hambatan pada saat awal penyebaran Injil dikeuskupan
Agats adalah kurangnya para imam, dan lebih banyak kaum awam, katekis dan
biarawati sehingga untuk melakukan pembinaan pembabtisan masih sangat susah
karena bertambahya penduduk pribumi yang ingin masuk dalam Agama Katolik.
Kemudian para misionaris merupakan dari negara asing sehingga jikalau disaat
mereka kembali ke negeri mereka maka akan kekurangan imam.
Selain itu yang menjadi tantangan serta hambatan adalah wilayah yang luas
dengan tantangan medan geografis yang sulit. Selain itu akat komunikasi dan
transportasi sangat-sangat terbatas sekali.

F. Situasi Terkini Umat Katolik di Keuskupan Agats


Pada saat ini penduduk Kabupaten Asmat berjumlah 80-90 ribu orang
Mayoritas (70%) beragama Katolik sisanya beragama Protesta dan Islam. Penduduk
kota kabupaten Agats berjumlah sekitar 3000 orang penduduk kota distrik Sawa Erma
berjumlah sekitar 700 orang.
kota distrik Astj maupun Sawa Erma mayoritas penduduk juga beragama
Katolik bahkan sebagaian yang tinggal di pusat Paroki aktif beribadat. Ada doa
Rosario bersama di gereja setiap malam, doa lingkungan, Ekaristi, penerimaan
sakramen Perkawinan secara massal. Kebiasaan di Asmat, orang menikah dulu secara
adat, baru sesudah memiliki anak maka suami-istri saling menerimakan sakramen
perkawinan di gereja. Pola perkawinan pada dasarnya adalah monogami, tetapi
adanya budaya papis, yaitu pertukaran pasangan atas persetujuan kedua belah pihak
dalam dalam kesempatan pesta adat. Praktik yang kini dilarang baik oleh Gereja
maupun pemerintah.
Orang Asmat memiliki sifat yang sangat positif. Mereka memiliki sifat
spontan, dalam arti gampang marah namun juga mudah memaafkan, mereka santun
ikatan sosial dengan oang lain sangat kuat, salah satunya apa yang mereka miliki
mereka berbagi. Konon ini merupakan salah satu karakter peramu. Mereka juga
pekerja keras tidak menghiraukan waktu. Dan seiring bertambahnya jumlah umat
Katolik di keuskupan Agats maka terbentuklah tarekat Pastor, Bruder, dan Suster,
utuk melaksanakan misi pewartaan Allah ditengah kehidupan Masyarakat Asmat.

G. Tantangan Yang di Hadapi Gereja Katolik Saat Ini di Keuskupan Asmat


Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa pada masa silam para misionaris
Katolik mengalami tantangan medan pastoral yang sulit. Selain itu, transportasi dan
komunikasi serba terbatas. Tetapi untuk saat ini bagian transportasi dan komunikasi
sudah tidak terlalu dipermasalahkan, hanya saja medan yang ada di Asmat sangatlah
sulit. Dan pada masa ini Gereja Katolik di Papua mengalami tantangan berat dalam
mewartakan kerajaan Allah, akibat situasi politik di Papua tidak menentu, dan salah
satunya yang terjadi adalah di Keuskupan Asmat.
Tantangan yang dihadapi di luar gereja adalah ada umat yang merasa bahwa
mereka terusik akibat hadirnya tenaga-tenaga pastoral yang mau mewartakan Injil.
Mereka merasa bahwa dengan menggunakan dan memiliki Alkitab itu sudah cukup
untuk menghidupkan iman mereka. Dan ada juga yang dilakukan para Pastor yaitu
homili digantikan dengan ceramah-ceramah sosiologis, psikologis, pluralisme, dan
HAM, bukan lagi tentang isi Injil. Dan tantangan lain yang pernah terjadi adalah
pembunuhan, sehingga Uskup keuskupan Asmat, mengutuk para pembunuh tersebut.
Dan ada pula tantangan-tantangan yang muncul dari dalam gereja ialah muncul
karena berkembangnya doktrin-doktrin, bergesernya pemahaman kurangnya
pemahaman atau ketutupan gereja terhadap Injil.
Dan pada saat ini misi Kerajaan Allah yang diemban Gereja Katolik
berhadapan dengan penderitaan orang Papua. Gereja Katolik mewartakan Kerajaan
Allah yang berpihak pada orang sakit, miskin dan tertindas. Situasi Papua menuntut
Kerajaan Allah itu menjadi nyata di dalam suara kenabian yang berpihak pada orang
Papua yang sedang menderita. Suara kenabian tidak sebatas di mimbar dan media
massa. Suara kenabian yang tinggal bersama kawanan domba orang Papua yang
teraniaya pada saat ini.

H. Bidang-bidang Pelayanan Gereja


 Bidang Pendidikan Sekolah di Asmat
Di seluruh Kabupaten Asmat yang terdiri dari delapan distrik, terdapat
104 sekolah. Diantaranya adalah SD Swasta Katolik yang dikelola oleh YPPK
Yan Smit dan bernaung dibawah keuskupan Agats, 6 diantaranya merupakan
SD Swasta Kristen-Protestan dan 68 sisanya SD Negeri yang di bangun
melalui proyek Inpres.
SD YPPK tersebar di lima dari delapan distrik yang ada di Kabupaten
Agats. Dan dari sepuluh SMP diseluruh Kabupaten Asmat, satunya di
antaranya adalah SMP YPPK Yan Smit di Agats (110 murid dan 19 guru).
Gereja menyadari bahwa pendidikan tidak hanya menjadi
saranaevangelisasi yang potensial tetapi juga perlunya melayani
manusiaberdasarkan hak dasar atas pendidikannya. Kesadaran akan
pentingnyapendidikan Kristen oleh Gereja sebenarnya sudah digumuli jauh
sebelumkonsili vatikan II.58 Namun embrio itu secara serius digumuli oleh
bapa-bapa Konsili suci dan berhasil merumuskan satu dekrit
tentangpendidikan Kristen Gravissimum Educationis dalam K.V.II:
“Pendidikanitu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia.
Mengingat pentingnya pendidikan maka ketika para misionaris
(SJ,MSC, OFM, OSA) masuk dan bermisi di Papua juga
mengembangkanpendidikan baik formal maupun non formal. Pendidikan non
formalseperti ketrampilan menjahit, pertukangan, pertanian, pengobatan
dll.Sementara itu pendidikan formal para misionaris mendirikan
sekolahkampung atau desa di sejumlah tempat. Mereka mempunyai
programtiga tahun dalam hal membaca, berhitung, menulis, menggambar
danpengetahuan alam.
 Bidang Pelayanan Kesehatan
Sasaran misi, pertama-tama, adalah keselamatan jiwa-jiwa.
Allahmenghendaki supaya semua orang diselamatkan dan
memperolehpengetahuan tentang kebenaran. Maka dapat dimengerti kalaupara
misionaris masuk ke wilayah misi tertentu termasuk di Papua (Kabupaten
Asmat) tidakhanya membawa warta Injil tetapi juga perlengkapan medis
(obat-obatan). Mereka selain mewartakan Injil dengan bahasa yang bisa
dimengerti atau dengan bahasa “gerak tubuh” tetapi juga dapat mengobati
masyarakat yang kesehatannya terganggu. Pelayanandemikian sesungguhnya
wujud kongkrit dari rumusan misi pada awalabad 20 dan kemudian abad 21 ini
bahwa sasaran misi bukan lagimembaptis orang sebanyak mungkin tetapi
memberi kesaksian hidupakan Trinitas.52 Maka melayani di bidang kesehatan
adalah perwujudanatau inkarnasi dari Injil itu sendiri.
Pelayanan Gereja di bidang kesehatan seturut dengan
perkembangandan tantangan zaman mengalami perubahan pendekatan.
Pelayananpada masa misi dan partikular lebih banyak bergerak di
wilayahpedalaman yang basis pasiennya adalah orang asli Papua. Banyak or-
ang diselamatkan oleh berbagai macam ancaman penyakit yang tersebarluas
pada masa itu. Seperti misalnya; penyakit gondok, karies berkaitandengan
gigi, penyakit disentris gejalannya pada sakit perut yang sebagianbesar
disebabkan oleh cacing. Acapkali ditemukan juga orang sakit jiwameskipun
penderita sama sekali tidak berbahaya.53 Itu merupakanbeberapa contoh

penyakit yang dapat ditolong dari pelayaan Gereja diera misi.


Maka menyadari dan berpegang teguh pada visi sesungguhnya mesti
menjadiroh yang tetap dihidupkan mengingat rumah sakit swasta yang
melayanidibawah yayasan Gereja Katolik (seperti: RDH) didirikan pertama
tamauntuk menjawab kebutuhan masyarakat pedalaman dan orang orangkecil
yang tidak selalu menikmati pelayanan kesehatan dengan baikterutama terkait
kekuatiran tadi. Di situlah Gereja sungguh sungguh hadiruntuk memberi
harapan hidup dan keselamatan bagi yang lemah danyang sedang terancam
akan jaminan hidupnya.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Panggilan Gereja Katolik adalah melaksanakan misi KeselamatanAllah bagi
manusia di dunia. Maka apapun situasi dan kondisinya, Gerejamesti dapat
mengusahakan sedapat mungkin untuk terlibat dalam misiAllah menyelamatkan
manusia dari dosa dan kejahatan dunia. GerejaKatolik Papua sedang
melaksanakan misi keselamatan itu ditengah konflikPapua antara orang Papua
yang pro merdeka “M” dengan pemerintahIndonesia yang diwakili pihak
keamanan mempertahankan Papua tetapdalam NKRI.
Dan dalam Misi mewartakan kerajaan Allah pada zaman dahulu para
Misionaris tidak putus asa untuk terus mewartakan Kerajaan Allah di Keuskupan
Agats. Dengan semangat yang besar para Misionaris terdahulu mengirimkan lebih
banyak Imam dan biarawan-biarawati. Dari semangat pelayanan ini kita sebagai
para calon katekis juga harus semangat dalam mewartakan kerajaan Allah
dimanapun kita ditugaskan.

B. Referensi

Mulait, M. (2013, Oktober Jum'at). Berita Keuskupan Jayapura. Dipetik Mei Selasa, 2021, dari Berita
Keuskupan Jayapura: file:///C:/Users/RPL/AppData/Local/Temp/WPDNSE/%7B00000114-
0001-0001-0000-000000000000%7D/34-Article%20Text-63-1-10-20191209.pdf

Purnomo, P. (2011). Berlayar Ke Timur Mengangkat Pendidikan Sekolah di Asmat. Yogyakarta:


Universitas Sanata Darma.

Anda mungkin juga menyukai