Anda di halaman 1dari 92

PEDOMAN PENYUSUNAN

STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)


RUMAH SAKIT

DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN


DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2012
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

DAFTAR ISI

BAB - I PENDAHULUAN
1.1 Umum 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Pengertian 4

BAB - II PERSIAPAN
2.1. Pengumpulan Data Primer 5
2.2. Pengumpulan Data Sekunder 5

BAB - III ANALISIS SITUASI


3.1. Aspek Eksternal 8
3.2. Aspek Internal 10

BAB - IV ANALISIS PERMINTAAN


4.1. Lahan dan Lokasi 11
4.2. Klasifikasi Kelas RS 11

BAB - V ANALISIS KEBUTUHAN 12

BAB - VI ANALISIS KEUANGAN 13

BAB - VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KELAYAKAN 14

BAB - VIII PENUTUP 15

1 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - I
PENDAHULUAN

1.1. Umum
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28
Bagian H ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 19 menyebutkan
bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan
yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau.
Dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (1)
menyebutkan Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Pada pasal 8 ayat (1) disebutkan
bahwa persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus
memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta
sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit,
demikian juga pada ayat (3) disebutkan bahwa ketentuan mengenai tata ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Kemudian dalam
Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9 butir (b) menyebutkan bahwa persyaratan
teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Hal ini sejalan dengan
Undang Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dimana pada pasal 7
ayat (3) disebutkan bahwa persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit akan dilakukan setelah
mengetahui Jenis layanan Kesehatan Rumah Sakit serta kapasitas Tempat Tidur (TT)
yang akan dilakukan dan disediakan untuk masyarakat sesuai dengan Hasil Kajian Studi
Kelayakan (Feasibility Study).
Dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit diperlukan suatu proses atau
langkah-langkah yang sistematis dengan melakukan suatu penelitian atau studi yang
benar, karena setiap proses saling berkaitan satu sama lainnya dan dilakukan secara
bertahap.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan dari
segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu Rumah Sakit,
terkait dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang baru
akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana
pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah Sakit.
Dari kondisi Laju Pertumbuhan Demografi, Pengembangan Pembangunan dan
Peningkatan Kehidupan di suatu wilayah, Pola Penyakit dan Epidemiologi, dan lain-lain,
dapat dipahami bahwa suatu Rumah Sakit itu secara relatif akan berada di daerah Urban
atau Semi-Urban. Dimana hal ini pula yang dapat menentukan bahwa Sarana dan
Prasarana suatu Rumah Sakit akan berbeda sesuai dengan Layanan Kesehatan Rumah
Sakit yang akan diberikannya kepada masyarakat dimana Rumah Sakit tersebut berada.

2 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

1.2. Maksud dan Tujuan


Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar dalam
mendirikan atau mengembangkan rumah sakit dapat mendeterminasi fungsi layanan yang
tepat dan terintegrasi sehingga sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diinginkan (;health needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures), kondisi alam daerah
setempat (;climate), lahan yang tersedia (;sites) dan kondisi keuangan manajemen RS
(;budget).
Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini akan dijadikan dasar acuan
dalam mewujudkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan suatu Rumah Sakit agar
baik dan benar yang akan menjadi acuan bagi pengelola rumah sakit maupun bagi
konsultan perencana sehingga masing-masing pihak dapat memiliki persepsi yang sama.
Pedoman ini akan menjelaskan langkah-langkah atau proses yang perlu dilakukan dalam
menyusun suatu Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang Lingkup Studi Kelayakan (Feasibility Study) suatu Rumah Sakit meliputi
pembahasan Analisis Lingkungan/ Situasi Kecenderungan Aspek Internal dan Eksternal,
Analisis Permintaan terkait Kelayakan dari Aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya,
Analisis Kebutuhan dan Analisis Keuangan serta Rekomendasi Kelayakan dari Rencana
Pendirian atau Pengembangan Rumah Sakit tersebut.
Pelaksanaan Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) sesuai lingkupnya akan
dilakukan dalam suatu proses atau langkah-langkah secara bertahap yang akan diuraikan
selanjutnya sesuai Tahapannya dan dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

3 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

PROSES PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN

4 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

1.4 Pengertian

1.4.1 Rumah sakit


adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
mengembangkan Rumah Sakit.
1.4.2. Rencana Bisnis/ Rencana Strategi
Sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk
melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah
petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk menuju tahun-tahun
tertentu di masa mendatang. Untuk mencapai strategi ini. Berbagai teknik analisis bisnis
dapat digunakan, termasuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats).
1.4.3. Zonasi
Membagi wilayah/area, gedung-gedung maupun ruangan-ruangan yang ada di Rumah
Sakit kedalam area yang memiliki kesamaan sifat dan fungsi kedalam satu wilayah/area
yang berdekatan dan saling berhubungan. Tujuan nya adalah untuk memudahkan kendali
pencegahan infeksi nasokomial di rumah sakit, memudahkan identifikasi serta klasifikasi
wilayah/area, gedung, lantai-lantai dan ruangan serta memudahkan operasional dan
pemeliharaan.
1.4.4. Studi Kelayakan
Hasil Analisis dan Penjelasan Kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari
pendirian atau pengembangan suatu Rumah Sakit, terkait dengan penentuan Rencana
Kerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari
yang sudah ada dalam melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas dari
suatu Rumah Sakit.

5 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - II
PERSIAPAN

Persiapan pada Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Tahapan melakukan
Kompilasi Data dari seluruh Data yang didapat dari hasil Pengumpulan Data yang terdiri dari Data
Primer dan Data Sekunder.

2.1. Pengumpulan Data Primer


Pengumpulan Data Primer, dapat dilakukan dengan melalui proses Pengamatan atau
Observasi langsung / Pengamatan atau Observasi Lapangan sehingga akan didapat
seluruh Informasi atau Data secara visual pada wilayah Perencanaan. Pengumpulan Data
Primer dapat pula dilakukan dengan cara Wawancara atau Tanya Jawab kepada Instansi-
instansi dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan pekerjaan penyusunan ini dan atau
dengan langsung kepada masyarakat umum selaku salah satu Pelanggan dari Rumah
Sakit. Sifat wawancara bersifat terbuka artinya pengambilan data tidak terpatok pada
kuesioner namun dapat dikembangkan secara lisan dengan responden.
Secara garis besar Data yang didapat dari Pengumpulan Data Primer adalah :
1. Kondisi Potensi Lahan/ Lokasi
2. Informasi langsung lainnya yang terkait dengan Kondisi dan Potensi yang ada terkait
dengan Standar/ Pedoman dan Ketentuan yang berlaku serta Sasaran dari Rencana
Pembangunan/ Pengembangan Rumah Sakit serta informasi keinginan yang ada

2.2. Pengumpulan Data Sekunder


Pengambilan Data Sekunder, dapat dilakukan dengan mendatangi pula masing-masing
Instansi lainnya yang berkaitan sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pekerjaan
penyusunan ini. Jika pada salah satu Instansi ternyata Data tidak dipunyai, atau sedang
dalam proses pembuatan, atau sedang digunakan untuk keperluan lain maka konsultan
dapat mencari pada Instansi lain yang terkait sesuai dengan kebutuhan data atau
mencarinya pada Literatur mengenai KeRumah Sakitan lainnya.
Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan Data Internal/ Data Dalam dari rumah sakit
yang ada dan atau rumah sakit di wilayah sekitarnya, yang terdiri dari :
1. Data Kesehatan pada Rumah Sakit yang ada, meliputi :
- Angka Kesakitan (Morbiditas) Utama Rawat Inap Angka Kematian (Mortalitas)
- Angka Kelahiran
- Angka Pasien Rujukan
- Data Asal Pasien Rawat Jalan, Rawat Gawat Darurat dan Rawat Inap
- Jumlah Pasien Rawat Jalan
- Jumlah Pasien Rawat Inap
- Jumlah Hari Rawat
- Angka Rata-rata Hari Rawat secara keseluruhan
- Jumlah dan Jenis Pelayanan Kesehatan
- Jumlah dan jenis Tenaga Kesehatan

6 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

- Jumlah dan Jenis Layanan Spesialistik Rumah Sakit


- Jumlah dan Jenis Layanan Penunjang Medik Rumah Sakit
- Struktur Organisasi Manajemen Rumah Sakit
2. Data Lokasi
- Data Kondisi Lahan Rumah Sakit yang ada dan pengembangannya
- Bentuk dan Luas Lahan serta Lantai Bangunan yang ada serta rencana
perluasannya
- Kondisi Lingkungan menurut ketentuan daerah setempat.
- Batas lokasi lahan sekelilingnya
- Jaringan Listrik, Air Minum, Telkom, Air Kotor/Limbah, Pemadam Kebakaran,
Jaringan Gas dan Pembuangan Sampah
- Data Penggunaan dan ketinggian Bangunan serta Dokumen Perencanaan
Bangunan yang ada (Arsitektur, Struktur, Elektrikal dan Mekanikal Bangunan).
3. Data Finansial/Keuangan
- Data Tarif Perawatan yang ada di Rumah Sakit
- Cash Flow Rumah Sakit yang ada
- Data Kinerja Tahunan Rumah Sakit yang ada
4. Data Luar/ Data Eksternal Rumah Sakit dan Lingkungan
a. Data Kesehatan
- Angka Kesehatan (Morbiditas), Penyakit Utama Rawat Jalan di Puskesmas
dan Rumah Sakit
- Angka Kesakitan (Mortalitas), Penyakit Utama Rawat Inap di Puskesmas
dan Rumah Sakit
- Jumlah Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan Tempat
Tidur dan Puskesmas Keliling
- Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP dan
Puskesmas Keliling dengan Rumah Sakit di wilayah kerja.
- Jumlah Rumah Sakit di wilayah kerja termasuk Rumah Sakit Swasta.
- Jarak Antar Rumah Sakit di wilayah Kerja
- Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Wilayah Jangkauan Rumah Sakit.
- Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah kerja.
- Jumlah tenaga kesehatan lainnya diwilayah kerja
b. Data Keadaan Lingkungan Sekitar
- Jalan Pencapaian dan Kondisinya serta Klasifikasi Jalan Lingkungan
berupa Jalan Utama maupun Jalan Penghubung lainnya.
- Utilitas bangunan sesuai yang ada apakah wilayah ini sudah memiliki
jaringan telepon, listrik, air bersih dan saluran pembuangan serta data
kondisinya.
- Kondisi Topografi wilayah perencanaan.

7 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

- Rencana peruntukkan tanah di sekitar wilayah perencanaan yang terkait


dengan Rencana Tata Ruang Kota yang ada (RTBL, RUTR, RDTR,
RTRW).
- Iklim dan cuaca setempat diwilayah ini.
5. Data Kesehatan Kota/ Kabupaten
- Data Tarif Perawatan di Rumah Sakit lain sekitar lokasi
- Sebaran Rumah Sakit sekitar wilayah
- Pola penyakit daerah setempat.
6. Data Kebijakan, Pedoman dan Peraturan Pemerintah
- Kebijakan dan pedoman terkait layanan Kesehatan Rumah Sakit.
- Peruntukan Tanah diwilayah setempat.
- Rencana Detail Tata Ruang.
- Peraturan Teknis yang berlaku setempat , antara lain:
1) Garis Sempadan Bangunan (;GSB)
2) Jarak bebas Bangunan
3) Koefisien Lantai Bangunan (;KLB)
4) Tinggi maksimal lantai bangunan
5) Koefisien Dasar Bangunan (;KDB)
6) Koefisien Daerah Hijau (;KDH)
7. Data Demografi
- Luas Wilayah
- Jumlah Penduduk
- Angka Kepadatan
- Laju Pertumbuhan Penduduk
8. Data Sosial Dan Budaya
- Agama
- Peranan Masyarakat
- Suku Bangsa
9. Data Ekonomi
- Mata Pencarian
- Tingkat Pendapatan
- Penghasilan setempat berupa Pendapatan Asli Daerah (;PAD)
- Produk Domestik Regional Bruto (;PDRB) daerah setempat.

8 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - III
ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi dalam Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilakukan suatu analisis dari seluruh
aspek-aspek baik dari aspek Eksternal sebagai peluang ataupun ancaman maupun aspek Internal
yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan sehingga aspek-aspek tersebut dapat
menjadikan Kecenderungan suatu Rumah Sakit dalam melakukan pembangunan baru atau
melakukan pengembangan berupa peningkatan status layanan Rumah Sakit tersebut.
Untuk menganalisis aspek Ekternal dan aspek Internal perlu dilakukan proyeksi berupa forcasting,
kecuali data-data yang tidak memungkinkan tetap disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang
atau pun diagram pie untuk melihat kecenderungannya.
Aspek-aspek yang dikaji sebagai analisis situasi diharapkan mendapatkan suatu kecenderungan
Rumah Sakit setelah melakukan segmentasi dan posisioning, aspek-aspek tersebut antara lain:

3.1. Aspek Esternal


Aspek Eksternal yang akan dianalisis guna melihat peluang yang dapat menjadikan
Rumah Sakit untuk terus berkembang di masa mendatang serta melihat ancaman yang
perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di dalam
operasional Rumah Sakit kedepannya.
1. Kebijakan
Melakukan kajian berupa menganalisis kebijakan dan Pedoman serta Peraturan baik
kebijakan dan pedoman yang terkait dengan pendirian atau pengembangan suatu
Rumah Sakit dari berbagai aspek Ekternal maupun Peraturan - peraturan Daerah
setempat dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada.
2. Demografi
Pertumbuhan Demografi suatu wilayah dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada
dapat merupakan segmentasi pasar dari layanan kesehatan yang akan diberikan oleh
Rumah Sakit tersebut. Untuk melihat kecenderungan demografi perlu diproyeksikan
hingga maksimum 20 tahun mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun
sebelumnya. Proyeksi demografi yang dimaksud berupa proyeksi :
a. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan
kecamatan.
b. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan jenis
kelamin.
c. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan usia.
3. Geografi
Letak Rumah Sakit secara Geografis sangat berpengaruh tehadap posisioning suatu
Rumah Sakit. Posisi lahan Rumah Sakit terhadap Kondisi Wilayah disebelah Utara,
Selatan, Barat dan Timur beserta Kondisi Sarana Prasarananya baik sarana
kesehatan, perumahan, pendidikan, aksesibilitas dll, yang merupakan penentu
posisioning Rumah Sakit yang akan dibangun maupun dalam melakukan
pengembangan peningkatan layanan kesehatan.
4. Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Sosial Ekonomi

9 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

Pada kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah dimana lokasi
Rumah Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun
mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait dengan
kondisi perekonomian penduduk dan perekonomian daerah setempat, berupa
proyeksi :
1) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan
mata pencaharian
2) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan
pendidikan
3) Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi Rumah Sakit
berada.
4) Laju pertumbuhan ekonomi daerah setempat.
b. Sosial Budaya
Kajian ini melihat proyeksi Sosial Budaya pada wilayah dimana lokasi Rumah
Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang
dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait, berupa proyeksi
Jumlah penduduk secara keseluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan agama,
serta kajian terhadap kebiasaan atau budaya wilayah terkait dengan pola hidup
masyarakat sekitar.
5. Sumber Daya Manusia/ Ketenaga Kerjaan Kesehatan
Kajian terhadap ketersediaan SDM/ Ketenagakerjaan di bidang kesehatan pada
wilayah dimana Rumah Sakit tersebut berada merupakan pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam membuat suatu layanan kesehatan Rumah Sakit terutama
dikaitkan dengan layanan unggulan. Ketersediaan Sumber Daya Manusia/
Ketenagakerjaan di Bidang Kesehatan antara lain :
a. Tenaga medis dan penunjang medis
b. Tenaga keperawatan
c. Tenaga kefarmasian
d. Tenaga manajemen Rumah Sakit
e. Tenaga nonkesehatan
6. Derajat Kesehatan
Derajat Kesehatan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) perlu
dilakukan kajian dengan tujuan melihat kecenderungan derajat kesehatan pada
wilayah tertentu sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan Rumah Sakit sesuai
dengan kecenderungan di wilayah dimana lokasi Rumah Sakit berada. Kajian derajat
kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Angka Kematian
b. Angka Kelahiran
c. Angka Kesakitan
d. Jumlah Sarana Kesehatan di wilayah tertentu
e. Jumlah Tempat Tidur tersedia di wilayah tertentu
f. Indikator Kinerja Rumah Sakit di wilayah tertentu

10 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

3.2. Aspek Internal


Aspek Internal yang akan dianalisis guna melihat kekuatan bagi Rumah Sakit untuk dapat
survive dalam melaksanakan operasional yang akan mengurangi ancaman yang terjadi,
serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi
suatu hambatan di dalam operasional Rumah Sakit kedepannya.
1. Sarana Kesehatan
Kajian Sarana Kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan Rumah Sakit yang
akan dibangun atau pengembangan dimaksud untuk mendapatkan kecenderungan
dalam hal pangsa pasar serta pola penentuan Sistim Tarif di wilayah tertentu.
2. Pola Penyakit dan Epidemiologi
Kajian Pola Penyakit di Rumah Sakit dimaksudkan untuk melihat kecederungan Pola
Penyakit yang banyak terjadi pada Rumah Sakit tersebut dengan memproyeksikan
kencenderungan Pola Penyakit guna menentukan unggulan Rumah Sakit.
3. Teknologi
Kajian terhadap Kemajuan Teknologi berupa peralatan kesehatan yang terus
menerus mengalami perkembangan tentunya sangat berpengaruh terhadap Layanan
Kesehatan serta kesiapan SDM Rumah Sakit tersebut.
4. SDM/ Ketenaga Kerjaan Rumah Sakit
Kajian terhadap SDM di Rumah Sakit dimaksudkan mengkaji kesiapan SDM di
Rumah Sakit terhadap Jenis Layanan Kesehatan yang akan diberikan kepada
masyarakat sesuai dengan segmentasi dan posisioning dari Rumah Sakit tersebut.
5. Organisasi
Organisasi di Rumah Sakit tentunya akan berpengaruh terhadap Kegiatan
Operasional Rumah Sakit yang berdampak kepada Kinerja suatu Rumah Sakit.
Bentuk Organisasi akan disesuaikan dengan Jenis Layanan dan Klasifikasi Rumah
Sakit.
6. Kinerja dan Keuangan
Kondisi Kinerja Rumah Sakit dan Kondisi Keuangan Rumah Sakit berupa
Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Sakit akan dikaji dan diproyeksikan yang
diharapkan dapat melihat kecenderungan dan potensi perkembangan kinerja dan
pendapatan Rumah Sakit dimasa mendatang sehingga mendapatkan gambaran
kekuatan atau kelemahan rencana pengembangan Rumah Sakit tersebut.

11 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - IV
ANALISIS PERMINTAAN

Analisis Permintaan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) akan membahas
tentang Analisis Posisi Kelayakan Rumah Sakit dari 5 (lima) aspek. Berdasarkan Analisis Aspek
Eksternal dan Aspek Internal yang telah dilakukan pada Analisis Situasi maka dilakukan analisis
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang secara sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap kelayakan
pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan Kekuatan
(strength) dan memanfaatkan Peluang (opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk
meminimalkan Kelemahan (weakness) dan mengatasi Ancaman (threat).
Aspek-aspek Kelayakan pada Analisis Permintaan ini akan diuraikan berikut ini.

4.1. Lahan dan Lokasi


Kelayakan lahan dan lokasi tentunya terkait dengan kecenderungan Letak Geografis yang
terletak pada wilayah dimana kondisi wilayah disekitarnya sangat mendukung dari aspek
penggunaan lahan, infrastruktur dan aksesibilitas serta kecenderungan demografi di
wilayah dimana Rumah Sakit berada.

4.2. Klasifikasi Kelas RS


Kelayakan Klasifikasi Kelas Rumah Sakit akan ditinjau dari kecenderungan data penyakit
sehingga dapat memperoleh gambaran Klasifikasi Kelas Rumah Sakit sesuai dengan jenis
layanannya serta kesiapan SDM yang dimiliki.
1. Kapasitas Tempat Tidur (TT)
Perhitungan Kapasitas Tempat Tidur/ TT, berupa jumlah TT yang harus disiapkan
oleh Rumah Sakit tersebut. Prakiraan kebutuhan jumlah TT dapat menggunakan rasio
minimal 1/1.000 artinya dari jumlah penduduk pada wilayah jangkauan Rumah Sakit
sejumlah 1.000 orang akan dibutuhkan 1 TT. Kecenderungan fasilitas pelayanan
kesehatan berupa jumlah total TT pada fasyankes di wilayah tersebut dapat
menjadikan dasar sebagai perhitungan kebutuhan kapasitas TT yang selanjutnya
akan dibagi berdasarkan klasifikasi kelas perawatan sesuai dengan Analisis Daya Beli
masyarakat sekitar sebagai Pangsa Pasar Rumah Sakit serta pemenuhan Pedoman
dan Ketentuan yang berlaku.
2. Jenis Layanan
Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya akan disesuaikan
dengan klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan disiapkan. Jenis layanan tersebut
berupa pelayanan medik, penunjang medik, administrasi dan servis.
3. Layanan Unggulan
Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya suatu layanan unggulan
yang akan disiapkan atas dasar kecenderungan pola penyakit yang terjadi di Rumah
Sakit dan di wilayah tempat Rumah Sakit tersebut berada.

12 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - V
ANALISIS KEBUTUHAN

Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus disediakan oleh Rumah
Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis permintaan yang telah dilakukan.
Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari
Rumah Sakit tersebut dilihat dari aspek :
1. Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung berdasarkan Program Ruang Rumah Sakit serta
kebijakan Pemerintah Daerah setempat mengenai Intensitas Bangunan berupa Koefisien
Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB)
dan Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan Lahan yang mengizinkan digunakan
sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah Sakit.
2. Kebutuhan Ruang
2
Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit dapat dihitung 1TT sebesar 80 m –
2
110 m disesuaikan dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah Sakitnya.
3. Peralatan Medis dan Non Medis
Peralatan Medis dan Non Medis akan disesuaikan dengan Kapasitas dan Jenis Layanan dari
Rumah Sakit tersebut.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam hal pemenuhan ketenagaan atau Sumber Daya Manusia (SDM) perlu
mempertimbangkan/ memperhitungkan tenaga seefisien dan seefektif mungkin agar
menjadikan suatu Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit yang optimal.
5. Organisasi dan Uraian Tugas
Organisasi dan Uraian Tugas akan disusun sesuai dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah
Sakit.

13 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - VI
ANALISIS KEUANGAN

Analisis Keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan sumber anggaran yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengembalian biaya yang akan diinvestasikan. Dengan
demikian maka pihak pemilik/ investor dapat melihat tingkat keuntungan yang mungkin akan
diperoleh.
Adapun aspek keuangan yang akan dianalisis terdiri dari:
1. Rencana Investasi dan Sumber Dana
2. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
3. Proyeksi Cash Flow
4. Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Present
Value (NPV)

14 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KELAYAKAN

7.1. Kesimpulan
Bagian kesimpulan dari studi kelayakan (;feasibility study) akan memberikan perspektif
dari 4 sudut pandang, yaitu analisis situasi, analisis permintaan, analisis kebutuhan dan
analisis keuangan.
1. Analisis Situasi
Analisis situasi memberikan informasi tentang aspek eksternal dan aspek internal
sebagai suatu kecenderungan Rumah Sakit. Aspek eksternal terdiri dari Kebijakan,
Demografi, Geografi, Sosial Ekonomi dan Budaya, SDM Kesehatan, Derajat
Kesehatan sedangkan aspek internal terdiri dari Sarana kesehatan, Pola penyakit
dan Epidemiologi, Teknologi, SDM Kesehatan di RS, Organisasi, Kinerja dan
keuangan
2. Analisis Permintaan
Analisis permintaan menggambarkan posisi kelayakan rumah sakit dari berbagai
aspek berdasarkan analisis aspek eksternal dan aspek internal yang telah dilakukan
pada analisis situasi maka dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang secara sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap kelayakan
pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan
sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya
memaksimalkan kekuatan (strength) dan memanfaatkan peluang (opportunity) serta
secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan (weakness) dan
mengatasi ancaman (threat).
3. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan menggambarkan mengenai kebutuhan yang harus disediakan
oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis
permintaan yang telah dilakukan.
Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran mengenai rencana
pengembangan dari rumah sakit tersebut dilihat dari aspek kebutuhan lahan,
kebutuhan ruang, peralatan medis & non medis, SDM, organisasi & uraian tugas.
4. Analisis Keuangan
Mengetahui secara keseluruhan analisis keuangan dari segi :
a. Rencana Investasi dan Sumber Dana
b. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
c. Proyeksi Cash Flow
d. Analisis Keuangan : BEP, Internal Rate of Return, dan Net Present Value

7.2. Rekomendasi
Memberikan gambaran berupa rekomendasi langkah-langkah yang harus ditempuh
berdasarkan hasil dari 4 analisis dan dapat pula dijadikan rencana strategi dari
manajemen Rumah Sakit tersebut.

15 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit

BAB - VIII
PENUTUP

8.1 Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, penyedia jasa perencanaan,
Pemerintah Daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan
pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan fasilitas pelayanan kesehatan,
guna menjamin kesehatan penghuni bangunan dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
8.2 Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini oleh masing-
masing daerah disesuaikan dengan kondisi daerah.
8.3. Dalam penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit dapat berkoordinasi dan
berkonsultansi dengan Sub Direktorat Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.

16 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI
Patient Safety
Design Concept
Rima Melinda Sembiring, SKM, MKM
Sasaran-1
Ketepatan Identifikasi Pasien
Sasaran-1 Ketepatan Identifikasi Pasien

Kriteria 01
Desain kamar memudahkan PPA dalam mengenali pasien yang menjadi
tanggung jawabnya

02
Metode desain yg dipakai dapat menggunakan desentralisasi nurses
station
03
Konsep desentralisasi dapat digunakan pada nurses station dan
mendukung metode asuhan keperawatan MAKP atau Modular (dimana
perawat akan bertanggung jawab kpd pasien secara menyeluruh).

04
Konsep ini juga akan memudahkan PPA lain mengidentifikasi pasien yg
menjadi tgg jawabnya.
Sasaran-1 Ketepatan Identifikasi Pasien

Kesalahan dalam PPA akan memberikan perhatian


mengidentifikasi pasien penuh pada pasien-pasien yang
berkurang. mmebutuhkan pengawasan
ketat

EWS (Early Warning System) mungkin akan lebih mudah dikerjakan  Mengecilkan kejadian code blue yang tidak terdeteksi
John G.
Reiling Memberikan contoh mock
up kamar perawatan yang
mempunyai nurse station
di luar sehingga perawat
tidak perlu masuk ke
kamar bila akan melihat
kondisi
pasien.
Sasaran-2
Peningkatan komunikasi yang
efektif
01 02 03 04 05

Rumah sakit dirancang Memperhatikan hak Menyediakan fasilitas Menyediakan sistem Menyediakan lokasi
untuk dapat memudahkan privasi pasien dalam pendukung komunikasi teknologi pendukung komunikasi antar PPA
komunikasi setiap PPA berkomunikasi antar PPA tanpa hambatan kpd (dengan SIMRS) untuk yang mengedepankan hak
agar efektif semua PPA membantu komunikasi privasi pasien
antar PPA sebagai salah
satu media
06 -- Menyediakan ruangan untuk berdiskusi sehingga komunikasi dapat dilakukan intensif
dan efektif
Disediakan juga
07 -- Ruangan diskusi dapat digunakan juga untuk melakukan edukasi kepada keluarga
leaflet terkait pasien yg membutuhkan penjelasan terkait kondisi klinis pasien
edukasi-edukasi
08 -- Ruangan diskusi dapat digunakan untuk membahas kasus-kasus klinis di area
yang akan diberikan pelayanan
kpd pasien
09 -- Ruang diskusi sebainya bersebelahan dengan nurses station

10 -- Ruangan diskusi dilengkapi dengan sistem utilitas pendukung seperti telepon, nurses
call system, memiliki fasilitas komputer dan internet
Keuntungan

01 Percakapan antar PPA terkait asuhan klinis pasien dapat


dilakukan tanpa mengkhawatirkan akan didengar orang
lain atau melanggar budaya keselamatan
02 Komplain pasien dan keluarga dapat diselesaikan tanpa
harus terdengar oleh pasien dan keluarga lain

03 Pemberian edukasi kepada keluarga dapat lebih efektif


04 Pengambilan keputusan klinis yg berat dapat lebih efektif
dengan komunikasi pada ruangan yg menenangkan dan
kondusif
Sasaran-3
Peningkatan kewaspadaan
terhadap obat-obatan High Alert
Kewaspadaan Obat
Menyediakan fasilitas pendukung dalam
memberikan asuhan kefarmasi dan obat-
obatan

Melakukan penyimpanan khusus


untuk obat-obatan high alert,
mudah terlihat dengan penandaan Desan memudahkan PPA dalam
yg jelas baik di bagian melakukan double check terhadap
farmasi/gudang penggunaan obat-obatan high alert
farmasi/penyimpanan pada troli
emergensi

Rumah sakit menciptakan sistem yang


memudahkan PPA dalam melakukan
kewaspadaan terhadap obat-obatan high alert
CONTOH Penyimpanan High Alert
DI INSTALASI FARMASI RS
Sistem Penyimpanan
Sistem Penyimpanan Farmasi Sistem Penyimpanan Farmasi
Manual Automatic Pharmacy
 Prinsip harus memudahkan pencarian obat Dispensing Machine
terutama High Alert  Sistem pencahayaan harus sesuai
 Mengakomodir penyimpanan seluruh jenis  Kaidah dalam penyusunan berdasarkan
obat (ruangan memadai) golongan obat harus diperhatikan
 Prinsip penataan udara dan suhu diperhatikan  Penggolongan NORUM/LASA diperhatikan
Sasaran-4
Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-
Prosedur, Tepat-Pasien
Sasaran 4
Bedah
01 Rumah sakit menyediakan kamar bedah yg memadai untuk
melakukan surgical safety checklist

Serah Terima
02 Memiliki ruangan untuk serah terima pasien dan melakukan
identifikasi pada saat serah terima

Transfer
03 Memiliki ruang transfer

Induksi
04 Memiliki ruang induksi

Pengecekan
05 Memiliki sistem pendukung mengecek identitas pasien secara
berkesinambungan (komputerisasi)
CONTOH DENAH INSTALASI BEDAH SENTRAL
Sasaran-5
Pengurangan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan
Sasaran 5

01 04
Rumah sakit merencankan desain ruangan Sangat disarankan memiliki suhu yg cukup
yang mendukung proses pencegahan dan dingin untuk mengurangi pertumbuhan
pengendalian infeksi bakteri

02 05
Kamar rawatan sebisa mungkin didesain Memiliki ruangan isolasi yang memisahkan
agar memudahkan dalam pembersihan, tidak antara pasien dengan rawatan dengan
mudah untuk ditinggali debu airborne disease dan pasien rawatan tanpa
isolasi

03 06
Memiliki ventilasi yg cukup baik untuk Memperhatikan desain di Instalasi Bedah
sirkulasi udara Sentral, Pusat sterilisasi, IGD, ICU, Instalasi
Ranap, Instalasi Rajal, Laboratorium,
penunjang lainnya
Contoh Desain IBS
Lengkungan berguna untuk
memudahkan pembersihan dan tidak
membuat kuman dan debu bersarang

Pertemuan antara lantai dengan dinding disarankan


melengkung agar tidak menjadi media kuman berkembang
biak
• Atap disarankan tidak memiliki sambungan (Seamless)
• Bahan yg non porous

• Automatic
• Touchless & sliding
• Selalu tertutup dlm keadaan apapun
• Harus memiliki jendela kaca di pintu
• Lebar min 1,2 m-1,5 m
• Warna terang dan dicat anti jamur dan bakteri
• Bila menggunakan pintu swing, hrs buka ke dalam
Contoh Ruang Isolasi

Ruang Isolasi megikuti kaidah pencegahan dan pengendalian infeksi :


1. Memiliki ante-room
2. Terpisah dengan ruang rawatan pasien
3. Memiliki prinsip tekanan negatif (manual atau sistemik)
4. Ventilasi diatur agar infeksi silang tidak terjadi antar pasien-petugas-pasien-pengunjung
Sasaran-6
Pengurangan Resiko Jatuh
Sasaran 6

Perencanaan tempat
tidur yang memiliki
restrain untuk
Desain dimulai dari
mengurangi resiko
Lobby, Koridor,
jatuh
Instalasi ranap,
Memiliki fasilitas yg
Instalasi Rawat Jalan,
mencegah agar pasien
Kamar mandi
yg berisiko tidak jatuh
Memiliki fasilitas yang
mengurangi cedera bila
Rumah sakit pasien terlanjur jatuh
mendesain setiap
ruangan dan
pendukung lainnya Merencanakan sistem yang komprehensif untuk
agar memudahkan bagi
pasien yg berisiko mencegah resiko jatuh
untuk jatuh
Nurses call system menjadi wajib untuk media
Memiliki pegangan di setiap koridor untuk
memudahkan pasien lansia, pasien dengan
resiko jatuh
Lebar koridor minimal adalah 2,4 m jika terjadi
pasien jatuh mengurangi benturan dengan
dinding koridor

Kamar mandi dilengkapi dengan grab bar untuk


memudahkan bila pasien tiba-tiba akan terjatuh
(walaupun tidak beresiko awalnya)
Grab bar dipasang disetiap sudut agar lebih aman
Kamar mandi berukuran besar agar memungkinkan
untuk masuk kursi roda dan memberi kenyamanan
dan kelapangan bagi pasien
TERIMA
KASIH
DESAIN RUMAH SAKIT
DALAM KAITANNYA
DENGAN PCC

Rima Melinda Sembiring, SKM, MKM


DEFENISI
Gambaran Umum

Merupakan sebuah Lazimnya digunakan Desain wajib Dalam pembahasan


perencanaan yang dalam setiap mengikuti kaidah- ini desain fisik yang
dilakukan dalam perencanaan kaidah dalam akan dibahas adalah
pembangunan dan pembangunan dan pelayanan yang desain fisik yang
pengembangan pengembangan dilakukan di dalam terintegrasi dengan
rumah sakit rumah sakit rumah sakit proses pelayanan
berorientasi kepada
Patient Centered
Care
Patient Centered Care
(PCC) Merupakan proses asuhan yang menghormati dan
responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai
pribadi pasien. Serta memastikan bahwa nilai-nilai
pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis.

01 Sistem Manajemen
Konsep ini menuntut rumah sakit mengembangkan sistem
manajemen yang baik yang pada akhirnya menghasilkan
asuhan klinis yang baik yang berfokus kepada pasien.

02 Kualitas & Keselamatan


Menuntut rumah sakit untuk menghasilkan kualitas dan
keselamatan pasien yang tujuan utamanya adalah tercapainya
kepuasan pasien serta tercapainya asuhan pasien terbaik.

03 Desain Bangunan
Oleh karena itu, semua pendukung di dalam rumah sakit mulai
dari fisik, sarana, prasarana, sdm, pembiayaan dsb nya harus
diperhatikan. Hal yang tidak kalah penting adalah dalam
mendesain bangunan rumah sakit.
Bagaimana Hubungan Desain dengan PCC

Privasi
Memperhatikan hak privasi pasien

Proses Asuhan Resiko


Mengakomodir proses asuhan medis, Meminimalkan resiko non klinis dengan
keperawatan, gizi, obat, rehab medik, dsb bangunan yang aman, efisien dan
dengan desain yang ergonomis dan ramah lingkungan
mengakomodir kebutuhan asuhan

Patient Safety Nilai


Memperhatikan aspek patient safety Menghormati nilai-nilai yang dianut
pasien
Bagaimana Hubungan Desain dengan PCC

Rasa Hormat
Memberikan rasa hormat dan menjunjung tinggi
martabat pasien

Kebutuhan akan Kerabat Dukungan


Memperhatikan kebutuhan pasien untuk Memperhatikan kebutuhan pasien
didukung oleh keluarga dan kerabat untuk didukung oleh keluarga dan
kerabat

Kenyamana Mobilisasi
Mendukung kenyamanan psikologis Memperhatikan aspek mobilisasi demi
pasien tercapai response time yg diinginkan
Bagaimana Hubungan Desain dengan PCC

Komunikasi Fasilitas
Memperhatikan aspek fasilitas komunikasi Menyediakan fasilitas bagi pengunjung
dan pemberian informasi pasien karena konsep ini bertujuan
berfokus kpd pasien dan membantu
proses asuhan

Kolaborasi
Bangunan hendaknya mempermudah
proses kolaborasi seluruh profesional
pemberi asuhan dalam memberikan
asuhan
Sebagaimana Konsep Patient Centered Care berikut

Hospital Patient
Risk Centered
Management Care

3 FONDASI
ASUHAN
Mutu
ASUHAN PASIEN PASIEN Patient Safety is fundamental
1. Asuan Medis Safety principle of patient care
2. Asuhan
1. Evidance and critical component of
Keperawatan
Based Quality Management
3. Asuhan Gizi Medicine
4. Asuhan Farmasi
5. Asuhan Rehab
ETIK 2. Value (World Alliance for
Based Patient Safety, Forward
medik Medicine
Programme, WHO 2004)
Paradigma Konsep Pelayanan dari Masa ke Masa
01 02 03
Bgn yg sulit adalah memahami bhw pergeseran ke „patient- and
Pada Model tradisional pasien & keluarga Dalam sistem yan kes masa family-centered care‟ (PFCC) merupakan perubahan mendasar
(“dibangun”) patuh tanpa syarat kpd kini, masih sulit bagi banyak dlm cara mengelola RS. Konsep „PFCC‟ terjalin ke dalam
expertise dari para pofesional yan kes yg orang utk menghargai dan infrastruktur organisasi RS, dalam rencana stratejik, visi dan nilai-
paternalistik. Sedangkan pada model mengembangkan kolaborasi nilai, rancang bangun fasilitas, pola yan, proses berbagi-informasi,
„patient- (and family-) centered care‟ antar PPK dan pasien – dukungan keluarga, pemetaan dan dokumentasi, pengelolaan SDM,
diberlakukan kemitraan yg setara. keluarga. edukasi profesional, dan proses peningkatan mutu serta
keselamatan. Yg penting adalah bermitra dgn pasien & keluarga yg
terlatih sbg penasehat formal
Perawat “Dokter =
Captain of the ship”
Fisio
terapi Apoteker

Dokter Pasien
Radio
grafer

Ahli
Gizi
Lainnya

Pada Model tradisional dalam pelayanan kesehatan,


Dokter merupakan unit sentral/pusat dalam model
pelayanan kesehatan

10
Pendekatan Modern

fisioterapi

Lainnya Perawat

Pasien
Apoteker Dokter

D
D D
Ahli Gizi Radiografer

D
D
“Dokter =
Team Leader/
Coach”

Pedekatan yg lebih modern dlm pelayanan


kesehatan sekarang, diterapkan dgn cepat
di banyak RS di seluruh dunia, model Tim
Interdisiplin.

Model ini telah menggeser Sbg tambahan, mereka


semua PPA menjadi di semua sama pentingnya
sekitar Pasien bila tiba pada kontribusi
fokus pada Patient setiap profesional dalam
Centered Care yan kes thd pasien dan tim
Thank You
Standarisasi IGD dalam KMK 856/2009
Rima Melinda Sembiring, SKM, MKM
Defenisi
01 Umum
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu bagian di rumah sakit
yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang mengalami sakit atau
cidera dan yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya

02 Tujuan

IGD sebagai tempat untuk penanggulangan tindakan tindakan medis harus


didesain untuk mengoptimalkan kegiatan pelayanan medis

03 Kriteria

Kriteria utama mendesain IGD adalah pada kemudahan akses dan sirkulasi
dari luar menuju ke bagian dalam interiornya

04 Regulasi
Selain itu kenyamanan pada area IGD juga menjadi hal yang sangat penting.
Sehingga perlu adanya desain yang sesuai dengan Peraturan Departemen
Kesehatan RI
Latar Belakang

Sarana dan Prasarana


Semua itu dapat dicapai antara lain dengan
meningkatkan sarana, prasarana,
sumberdaya manusia dan manajemen
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
sesuai dengan standar
Penanganan
Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit
tentunya butuh pertolongan yang
cepat dan tepat untuk itu perlu adanya
standar dalam memberikan pelayanan
gawat darurat sesuai dengan kompetensi
dan kemampuannya sehingga dapat Kebutuhan
menjamin suatu penanganan gawat darurat
Jumlah kunjungan terbanyak dari hampir
dengan response time yang cepat
semua rumah sakit di Indonesia  IGD
dan penanganan yang tepat.
Konsep Pikir

desain interior IGD dengan konsep modern diharapkan dapat


membuat nyaman dan meningkatkan kinerja para pekerjanya dan
tetap sesuai dengan Peraturan Departemen Kesehatan RI

Seluruh tim medis dan penggunanya Adanya peningkatan kinerja dari


harus merasa nyaman dan melakukan seluruh staf pelayanan yang bekerja di
pekerjaan dengan efektif dan efisien IGD, sehingga pelayanan dapat
diberikan secara maksimal
Prinsip Umum
01 02 03 04 05 06 07

Setiap Rumah Sakit Berbagai nama Pasien gawat


darurat harus Setiap rumah sakit
wajib memiliki untuk instalasi/unit
ditangani paling wajib berusaha
pelayanan gawat pelayanan gawat
lama 5 ( lima ) untuk
darurat yang darurat di rumah
menit setelah menyesuaikan
memiliki sakit
sampai di IGD. pelayanan gawat
Kemampuan, Pelayanan di diseragamkan
Rumah Sakit tidak Ada struktur yang daruratnya sesuai
pemeriksaan awal Instalasi Gawat menjadi INSTALASI
boleh meminta terpimpin oleh dengan standar
kasus darurat, Darurat Rumah GAWAT DARURAT
resusitasi dan (IGD) uang muka pada dokter untuk
Sakit harus dapat saat menangani bertanggung jawab
stabilisasi memberikan kasus terhadap pelayanan
pelayanan 24 jam gawat darurat yang diberkan
dalam sehari dan kepada pasien
tujuh hari dalam
seminggu
Klasifikasi
Level I Level II
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level
IV sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas A I II III sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas B

Level IV Level III


Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I
sebagai standar minimal untuk
IV III Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II
sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas D. Rumah Sakit Kelas C.
JENIS LAYANAN
Target Pencapaian Standart

01 03
Target pencapaian STANDAR
INSTALASI GAWAT DARURAT Rencana pencapaian dan
Rumah Sakit penerapan STANDAR INSTALASI
secara nasional adalah maksimal 5 GAWAT
tahun dari tanggal penetapan SK DARURAT Rumah Sakit
dilaksanakan secara bertahap
berdasarkan pada
analisis kemampuan dan potensi
daerah.

02
Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian
lebih cepat dari
target maksimal capaian secara nasional.
Syarat Bangunan

Luas bangunan IGD disesuaikan Ambulans/kendaraan yang membawa


dengan beban kerja RS dengan pasien harus dapat sampai di
memperhitungkan kemungkinan depan pintu yang areanya terlindung dari
penanganan korban massal / bencana panas dan hujan (catatan: untuk
lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan
jalan ambulans harus membuat
ramp).
Lokasi gedung harus berada dibagian
depan RS, mudah dijangkau oleh Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
masyarakat dengan tanda-tanda yang
jelas dari dalam dan luar Rumah
Sakit

Harus mempunyai pintu masuk dan Memiliki area khusus parkir ambulans
keluar yang berbeda dengan pintu yang bisa menampung lebih dari 2
utama (alur masuk kendaraan/pasien ambulans (sesuai dengan beban RS)
tidak sama dengan alur keluar)
kecuali pada klasifikasi IGD level I dan II.
Syarat Bangunan

Susunan ruang harus sedemikian rupa


sehingga arus pasien dapat lancar Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga
dan tidak ada “cross infection” , dapat pasien.
menampung korban bencana sesuai
dengan kemampuan RS, mudah
dibersihkan dan memudahkan kontrol
kegiatan oleh perawat kepala jaga.

Area dekontaminasi ditempatkan di Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.


depan/diluar IGD atau terpisah dengan
IGD.

Ruang triase harus dapat memuat minimal Memiliki ruang untuk istirahat petugas
2 (dua) brankar. (dokter dan perawat)
Thank You
INSTALASI GAWAT DARURAT
Rima Melinda Sembiring, SKM, MKM

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Berdasarkan Kepmenkes RI No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
IGD membagi klasifikasi IGD sesuai dgn pembagian kelas Rumah Sakit
yaitu :
Permenkes
No 856 tahun 2009 IGD level IV (kelas A)

IGD level III (kelas B)

IGD level II (kelas C)

IGD level I (kelas D)


PERSYARATAN IGD

Lokasi Lokasi
Area harus berada di depan tapak RS Area IGD mudah dilihat dari depan

Akses Penempatan
Memiliki pintu masuk yang berbeda Untuk Superblock Multi Storey Hospital
dengan rawat jalan dan rawat inap Building, IGD harus berada di lantai dasar
PERSYARATAN IGD

Bencana
Memiliki area untuk Mass
Penempatan Disasster Cassualities
Disarankan berdekatan dengan Preparedness Area
Inst. Bedah Sentral
Sirkulasi
Memiliki Drop-in area dengan
Penempatan sirkulasi satu arah (One Way Drive)
Disarankan berdekatan dengan
Unit Kebidanan
PERSYARATAN IGD

Lokasi
Disarankan berdekatan
dengan Laboratorium

Lokasi
Disarankan berdekatan
dengan Inst. Radiologi

Lokasi
Disarankan berdekatan
dengan UTDRS atau
BDRS
POSISI IGD DI TAPAK RS
MUDAH TERLIHAT DARI DEPAN DENGAN RAMBU YANG JELAS
PINTU MASUK TERPISAH
SUPER BLOCK MULTI STOREY HOSPITAL BUIL
DING (IGD DI LANTAI DASAR)
MASS DISASSTER AREA
DROP-IN AREA
ONE-WAY DRIVE
TRIAGE
AREA

DIRTY UTILITY CLEAN UTILITY


Tempat linen kotor Tempat linen bersih
Tempat sampah Penyimpanan stok barang
Bedpan rack Penyimpanan stok obat
Sink cuci bedpan Kebutuhan lain yang sifatnya
Spoelhoek/waste sink (dengan bersih
ruang tersendiri)
Area cuci (hand hygiene)
Section Break
Insert the title of your subtitle Here
Welcome!!
Insert the title of your subtitle Here

“ You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal to your Presentations. Easy to change
colors, photos and Text. I hope and I believe that this Template will your Time, Money
and Reputation. You can simply impress your audience and add a unique zing and

appeal to your Presentations.

PowerPoint
Presentation
Our Services
Insert the title of your subtitle Here

Your Text Here Your Text Here Your Text Here Your Text Here

Your Text Here Your Text Here Your Text Here Your Text Here
Our Team Layout
Insert the title of your subtitle Here

Name Here Name Here Name Here


Programmer Programmer Programmer
TimeLine Layout
Insert the title of your subtitle Here

Your Text Here Your Text Here


You can simply You can simply
impress your impress your
audience and add audience and add
a unique zing and a unique zing and
appeal to your appeal to your
Presentations. Presentations.

2016 2017 2018 2019


You can simply You can simply
impress your impress your
audience and add audience and add
a unique zing and a unique zing and
appeal to your appeal to your
Presentations. Presentations.
Your Text Here Your Text Here
Infographic Style
Insert the title of your subtitle Here

Your Text Here


Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. Easy to change colors,
photos and Text. You can simply impress your audience and add a unique zing and appeal to
your Presentations. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Infographic Style
Insert the title of your subtitle Here

Your Text Here


You can simply impress
your audience and add a
unique zing.

Your Text Here


You can simply impress
your audience and add a
unique zing.

Your Text Here


You can simply impress
your audience and add a
unique zing.
KEBUTUHAN RUANG IGD (LEVEL-2 DITJEN BUK)

 R. RESUSITASI (12-20 M2)


 R. TINDAKAN BEDAH (16 M2)
 R. TINDAKAN NON BEDAH (12-25 M2)
 R. TINDAKAN ANAK (12-25 M)
 R. Adm dan pendaftaran (3-5 m2)  R. TINDAKAN KEBIDANAN (12-25 M2)
 R. Tunggu pengantar (1-1,5 m2) 

PENERIMAAN
R. OPERASI (PERSIAPAN, OPERASI,
 R. Rekam medik (sesuai kebutuhan) PEMULIHAN) (6 M2, 36 M2, 7,2 M2)
 R. Triage (16 m2)

RUANG
 R. Persiapan bencana massal (3 m2)
RUANG
TINDAKAN

PENUNJANG  7,2 M2/TT


MEDIS

OBSERVASI
 Dirincikan di slide berikutnya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor Faktor Kesehatan Faktor Faktor


Keselamatan Lingkungan Kemudahan Kenyamanan
Hubungan
Proteksi petir Sistem ventilasi Kondisi udara
horizontal

Proteksi kebakaran Sistem


Sarana evakuasi Tingkat kebisingan
pencahayaan

Sistem kelistrikan Sistem Sanitasi Aksesibilitas Getaran

Gas Medik (IPAL)

01 02 03 04
TEKNIS BANGUNAN

KONDISI UDARA
Ruangan IGD, Suhu 19-24˚C,
Kelembaban 45- 6 0%, Tekanan Positif

PENCAHAYAAN
Intensitas cahaya : 100-200 lux

KEBISINGAN
Intensitas kebisingan dgn waktu pemaparan 8 jam :
45 dB
Thank you

Anda mungkin juga menyukai