LP - GE Netta
LP - GE Netta
DISUSUN OLEH :
NAMA : ARNETTA MAYASAVIRA P.
NIM : 920173054
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah
tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja),
dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi
yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014), diare adalah
buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Gastroenteritis adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan
frekwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses
(lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair)
(Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di
tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga
dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. ETIOLOGI
Etilogi gastroenteritis menurut Brunner&Suddart (2014):
1. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala menurut Brunner&Suddart (2014):
1. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
2. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan
rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif
(tenemus) setiap kali defekasi.
3. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
4. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
5. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis
atau inflamasi
6. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis
insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi
neuropatik diabetic
D. KLASIFIKASI
Ellis dan Mitchel membagi diare pada bayi dan anak secara luas
berdasarkan lamanya diare :
1. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak.
Umumnya berlangsung kurang dari 7 hari. Diare karena infeksi dapat
terjadi pada setiap umur dan bila menyerang bayi umumnya disebut
gastroenteritis infantile. Akibat dari diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
2. Diare kronik yang umumnya bersifat menahun, diantaranya diare akut
dan diare kronik disebut diare subakut (diare peristen). Diare kronik
adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan
metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Klasifikasi dehidrasi menurut WHO :
1. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 % berat badan )
Gejala :
- Muka memerah
- Rasa sangat haus
- Kulit kering dan pecah-pecah
- Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
- Pusing dan lemah
- Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 % dari berat
badan )
Gejala :
- Gelisah, cengeng
- Kehausan,mata cekung
- Tekanan darah menurun,denyut nadi cepat dan lemah
- Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut dan punggung
- Kejang
- Pingsan
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 % dari berat
badan )
Gejala :
- BAB cair terus menerus
- Muntah terus menerus
- Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan mengantuk terus
menerus
- Tidak bias minum dan tidak mau makan
- Mata cekung , bibir kering dan biru
- Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak bias teraba.
- Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.
D. PATHOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan
oleh peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus
ke dalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam
lumen usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi,
sehingga reabsorpsi air menjadi lambat.Sebagai akibat dari diare baik akut
maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi) terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, hal ini merupakan penyebab kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena
kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat
karena anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan ginjal (oligouria/anuria),
pemindahan ion natrium dari ekstrasel ke dalam intrasel. Secara klinis
asidosis dapat dilihat dari pernapasan kussmaul.
3. Gangguan sirkulasi terjadi sebagai akibat diare dengan atau tanpa
muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok)
hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat dan dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak ditangani segera akan terjadi kematian.
E. PATHFLOW
GEA
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
1. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit
penyebab
2. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi)
dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit
(limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
3. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
4. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi
atau diare tergolong berat
5. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau pasien lansia.
6. Terapi obat
7. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
a. klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
8. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
9. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
H. PENGKAJIAN
1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2. Nutrisi metabolic : diawali dengan
mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien.
3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
10.Manajemenkoping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
11.Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan
menurun
3.Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan BAB frekuensi
meningkat
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan -Monitoring tanda-tanda
volume cairan b.d tindakan keperawatan dehidrasi.
kehilangan cairan selama 3x 24 jam, -Anjurkan penderita
aktif kekurangan volume untuk minum banyak
cairan dapat teratasi (sedikit-sedikit sering).
dengan kriteria hasil : -Catat frekuensi, jumlah
- Intake dan output dan konsistensi faces
seimbang yang keluar.
- Diare berhenti. -Kolaborasai dengan tim
- Turgor kulit baik dokter dalam pemberian
obat dan infus.