Anda di halaman 1dari 17

HASIL BELAJAR MANDIRI

STEP 7

OLEH :
KELOMPOK 5

AYU LESTARI 15120210046


NASRIANTI 15120210047
RUSMI 15120210048
A.DEWI ANGGRAINI 15120210049
WIWIEK WIDYARTI 15120210050
A/YUSMANIA 15120210051
NENENG AMALIA BAKRI 15120210052
ISMAWYA 15120210053
ZAKIAH FITRAH NIM 15120210054
ALFIAH HUSNAWATI BASRI 15120210055
NUR AFIFAH ELINDAH 15120210056

DOSEN TUTOR :
APT. VINA PURNAMASARI, S.FARM ,M.Sc

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
1. Mahasiswa mampu menentukan dan mengkomunikasikan aturan pakai obat (semua
golongan obat) ?
1. AYU LESTARI (PIO NAS)
- Pada Penggunaan sefadroksil untuk pasien berat badan lebih dari 40kg yaitu 0,5
– 1 g dua kali sehari, dan untuk anak usia < 1 tahun yaitu 25 mg/kg bb/hari dalam
dosis terabgi, untuk anak usia 1-6 tahun yaitu 250 mg dua kali sehari dan untuk
anak usia lebih dari 6 tahun yaitu 500 mg dua kali sehari.
- Penggunaan deksametason untuk oral, umum yaitu 0,5 - 10 mg/hari; anak 10 -
100 mcg/kg bb/hari.
- parasetamol secara oral dengan dosis 0,5–1 gram tiap 4–6 jam dan maksimum 4
gram per harinya, untuk anak usia 6–12 tahun yaitu 250– 500 mg, dosis ini dapat
diulangi tiap 4–6 jam apa bila diperlukan maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam,
sementara infus intravena lebih dari 15 menit, untuk dewasa dan anak–anak
dengan berat badan < 50 kg akan diberikan 1 gram setiap 4–6 jam, dengan
maksimum 4 gram per hari, sedangkan dewasa dan anak–anak dengan berat badan
10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari.

2. ALFIAH HUSNAWATI
- Menurut Medscape (akses online)
Aturan pakai sefadroksil tiap indikasi yaitu :
Faringitis (dimana aturan pakai yaitu pemberian oral 1 gram perhari atau dapat
dibagi dosisnya tiap 12 jam dengan kata lain 500 mg 2 kali sehari dengan masa
pemberian selama 10 hari), indikasi infeksi kulit (yaitu pemberiam oral 1 gram
perhari atau dibagi dosisnya tiap 12 jam), Tonsilitis (pemberian oral 1 gram
perhari atau dibagi per12jam selama 10 hari), infeksi saluran kemih (pemberian
oral 2 gram perhari atau dibagi tiap 12 jam), endocarditis (profilaksis (gigi,
prosedur pernapasan bagian atas) pemberian oral 2 gram sehari sebelum prosedur
tindakan), gangguan ginjal (pemberial awal 1 gram kemudian 500 mg dosis
pemulihan pada interval).
- Menurut Medscape (akses online)
Aturan pakai tiap indikasi yaitu :
Inflamasi (0,79-9 mg/hari secara IV/IM/PO dibagi per6-12 jam untuk
intraarticular, intralesional, atau jaringan halus: 0,2-6 mg/hari.
Sclerosis ganda ( pemberian oral dosis 30 mg perhari selama 1 minggu; diikuti
dengan 4-12 mg/hari selama 1 mo),
Edema serebral (pemberian IV dosis 10 mg, kemudian 4 mg IM tiap 6 jam
sampai perbaikan klinis diamati; boleh dikurangi setelah 2-4 hari dan secara
bertahan dihentikan 5-7 hari.
Syok (pemberian IV 1-6 mg/kg atau 40 mg secara IV per2-6 hari jika perlu, untuk
alternative pemberian IV 20 mg kemudian 3 mg/kg/hari dengan melanjutkan infus
IV, untuk pengobatan dosis tinggi jangan dilanjutkan diluar 48-72 jam
Kondisi alergi (hari pertama pemberial IM 1-4 mg hari ke2-3 pemberian oral 3
mg/hari dibagi tiap 12 jam, hari ke 4 : 1,5 mg/hari pemberian oral dibagi tiap 12
jam, hari ke 5-6 0,75 mg/hari pemberian oral dosis sehari, hari ke-7 tidak ada
pengobatan)
Penyakit COVID-19 (off-label)
hanya untuk psien yang menerima dukungan pernapasan atau ventilasi mekanis
invasive atau oksigen saja (dimana pemberian secara oral/IV 6 mg perhari hinga
10 hari atau dilepaskan, mana yang lebih dulu; digunakan selain standar
perawatan.
- Menurut Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak, 2013
Oral : biasanya 0,5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal diberikan pagi hari. Injeksi
IV lambat atau infus : 200-500 mikrogram/kgBB.
Inflamasi dan alergi : injeksi IM atau injeksi IV lambat atau infus IV (sebagai
deksametason fosfat), 200-500 mikrogram/kgBB/hari.
Edema serebral : injeksi IV (sebagai deksametason fosfat), dewasa, dosis awal 10
mg, kemudian 4 mg dengan injeksi IM (sebagai deksametason fosfat) setiap 6
jam, diperlukan selama 210 hari.
- Paracetamol Menurut DIH Ed 17
nyeri atau demam dosis oral 325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4 kali
sehari. Untuk anak <12 tahun 10-15 mg/kg/dosis tiap 4-6 jam jika perlu.

3. NASRIANTI
E-Jurnal Medika tahun 2018
Aturan pakai obat Paracetamol untuk anak sebanyak 10-15mg/kg/dosis tiap 4 jam
Jurnal Penelitian Farmasi ndonesia tahun 2014
Aturan pakai obat Cefadroxil 500mg-1g 2x sehari selama 5 hari

4. ISMAWYA (Jurnal Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pasca Bedah


Rawat Inap Di Rsud Smc Kabupaten Tasikmalaya Periode April-Mei 2017).

Antibiotik merupakan salah satu golongan obat yang sering digunakan dalam
proses pembedahan dan penangananya, memiliki resiko relatif besar, dapat
menyebabkan resistensi bila tidak digunakan secara tepat, dan berinterkasi dengan
obat lai sehingga dapat menimbulkan resiko kesehatan yang signifikan. Oleh karena
itu, antibiotik perlu selalu dievaluasi penggunaanya untuk membantu memastikan
antibiotik diberikan secara tepat, aman, dan efektif. Pada golongan sefalosporin ke I
dagolongan quinolon yaitu cefadroxil daciprofloxacin diberikan dengan rute oral.
5. NUR AFIFAH
Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
2013

- Deksametason Oral : biasanya 0,5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal diberikan


pagi hari. Injeksi IV lambat atau infus : 200-500 mikrogram/kgBB.
- Paracetamol : Demam paska imunisasi Oral : 2 – 3 bulan: 60 mg dapat diulang
setelah 4 – 6 jam, orang tua agar menghubungi dokter bila demam menetap
setelah dosis ke-2. Nyeri ringan sampai sedang, demam Oral : < 3 bulan: 10
mg/kgBB (bila ikterik : 5 mg/kgBB); 3 bulan – 1 tahun : 60 – 125 mg; 1 – 5
tahun: 120 – 250 mg; 6 – 12 tahun: 250 – 500 mg. Dosis dapat diulang setelah 4 –
6 jam (maksimum 4 dosis/ 24 jam). Serangan migrain akut Oral : Anak 6 –12
tahun: 250 – 500 mg. Dosis dapat diulang setelah 4 – 6 jam (maksimum 4
dosis/24 jam).

6. A.DEWI
(DIH 17th edition)
- Sefadroksil
dosis dewasa rentan infeksi : oral : 1-2 g/hari dalam 2 dosis terbagi
Infeksi orofasial : oral : 250-500 mg setiap 8 jam
Dosis : pediatrik
rentan infeksi : orak : 30 mg/kg/hari dibagi dua kali sehari maksimal 2 g/hari
- Dexametasone
Dalam Kasus Anti Inflamasi
Oral, I.M., I.V.: 0,75-9 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam
intra-artikular, intralesi, atau jaringan lunak : 0,4-6 mg/hari
(DIH, 17th edition)
- PCT
Dosis Parasetamol Dewasa Biasa untuk Demam:
Pedoman Dosis Umum: 325 hingga 650 mg setiap 4 hingga 6 jam atau 1000 mg
setiap 6 hingga 8 jam secara oral atau rektal.
Tablet parasetamol 500mg: Dua tablet 500 mg secara oral setiap 4 hingga 6 jam
Dosis Parasetamol Dewasa Biasa untuk Nyeri:
Pedoman Dosis Umum: 325 hingga 650 mg setiap 4 hingga 6 jam atau 1000 mg
setiap 6 hingga 8 jam secara oral atau rektal.
Tablet parasetamol 500mg: Dua tablet 500 mg secara oral setiap 4 hingga 6 jam
7. WIWIEK
- Cefadroxil : pada anak 15 mg/kg tiap 12 jam atau 2 kali sehari (handbook of
antimicrobial therapy)
- Paracetamol : 325-500 mg 3 kali sehari atau tiap 8 jam (dipiro 11)
 Untuk anak 150-300 mg/kali dengan maksimum 1,2 g/ hari
(farmakologi dan terapi)
- Dexamethasone : 5-20 mg/hari (dipiro 11)
o 0,5-9 mg/hari sesudah makan (obat-obat penting ed.7)
8. RUSMI

Untuk menghindari tingkat resistensi antibiotic maka penggunaan antibiotic


perlu disiplin sesuai aturan pakai sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
pasien (Nurmala & Gunawan, 2020).
Penggunaan parasetamol cenderung aman ketika sesuai dengan takarannya dan
dapat menimbulkan hepatotoksik pada pemakaian lebih dari 4 graM.
(Jurnal Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Parasetamol
yang Rasional dalam Swamedikasi (Studi pada Ibu Rumah Tangga di Desa
Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo)

9. Nenenng
Menurut Pharmacoteraphy Handbook, h.454 :
500 mg oral tiap 12 jam, 250-500 mg oral tiap 12 jam, anak-anak 30 mg/kg oral dalam
dua dosis terbagi.
- Deksametason (Menurut Pharmacoteraphy Handbook, h.181)
5-20 mg/hari secara oral dalam dosis terbagi

Parasetamol (Menurut Pharmacoteraphy Handbook, h.560


Oral 325-1000 mg, tiap 4-6 jam

10. A.YUSMANIA
- Aturan pakai obat cefadroxil
Dosis: berat badan lebih dari 40 kg: 0,5-1 g dua kali sehari. Infeksi jaringan lunak,
kulit, dan saluran kemih tanpa komplikasi: 1 g/hari. ANAK kurang dari 1 tahun: 25
mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. ANAK 1-6 tahun: 250 mg dua kali sehari. ANAK
lebih dari 6 tahun: 500 mg dua kali sehari. (pionas)
- Aturan pakai obat deksametason
Oral, umum 0,5 - 10 mg/hari; anak 10 - 100 mcg/kg bb/hari; lihat juga pemberian
dosis di atas. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus (sebagai
deksametason fosfat), awal 0,5 - 24 mg; anak 200 - 400 mcg/kg bb/hari. Udema
serebral yang berhubungan dengan kehamilan (sebagai deksametason fosfat), melalui
injeksi intravena, awal 10 mg, kemudian 4 mg melalui injeksi intramuskular tiap 6
jam selama 2-4 hari kemudian secara bertahap dikurangi dan dihentikan setelah 5-7
hari. Pengobatan pendukung bakteri meningitis, (dimulai sebelum atau dengan dosis
pertama pengobatan antibakteri, sebagai deksametason fosfat) (tanpa indikasi),
dengan injeksi intravena 10 mg tiap 6 jam selama 4 hari; anak 150 mcg/kg bb tiap 6
jam selama 4 hari. Catatan: Deksametason 1 mg sebanding dengan deksametason
fosfat 1,2 mg sebanding dengan deksametason natrium fosfat 1,3 mg.(pionas)
- Aturan pakai obat paracetamol
oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–anak umur
2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3 bulan
(hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–1
tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini
dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam),
infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih
dari 50 kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–
anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60
mg/kg bb per hari.(pionas)

Kesimpulan : ZAKIAH, NENENG

a) Sefadroksil
Dewasa : 1-2 g/hari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi , 500 mg oral tiap 12
jam, 250-500 mg oral tiap 12 jam, anak-anak 30 mg/kg oral dalam dua dosis terbagi.
b) Deksametason
5-20 mg/hari secara oral dalam dosis terbagi, 0,5 mg tiap 6 jam untuk 48 jam.
c) Parasetamol
Dewasa 325-650 mg jika diperlukan 4-6 jam atau 1 g 3-4 jam/hari. Tidak melebihi
4 g/hari. Anak-anak 3-6 tahun : 120 mg 4-6 jam, tidak melebihi 720 mg/hari. Anak-anak :
6-12 tahun : 325 mg 4-6 jam, tidak melebihi 1,6 gr/24 jam.

2. Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan skrinning resep yang baik?


1. A. YUSMANIA
Menurut Permenkes RI No.73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek mengenai pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep
meliputi 3 aspek diantaranya :
- Administrasi
- Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan.
- Nama dokter, surat izin praktek (SIP), alamat, No telpon dan paraf.
Tanggal penulisan Resep
a. Farmasetika.
- Bentuk dan kekuatan sediaan.
- Stabilitas.
- Kompabilitas (Ketercampuran Obat).
c. Klinis
- Ketepatan indikasi dan dosis obat
- Aturan, cara, dan lama penggunaan obat
- Duplikasi atau polifarmasi
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinik
lain)
- Kontra indikasi
- Interaksi obat
Pada resep yang mengandung narkotika tidah boleh tercantum tulisan / tanda iter
(dapat diulang), untuk resep yang memerlukan penanganan segera dokter bisa
memberikan tanda dibagian kanan atas resep dengan kata CITO (segera), urgent
(sangat penting), atau P.I.M (berbahaya jika ditunda).(Susanti, 2016)

2. NUR ALFIAH

a. Menurut Permenkes No.73 Tahun 2016 Tentang Standar pelayanan


Kefarmasian di Apotik BAB III (Pelayanan Farmasi Klinik)
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
 Kajian administratif meliputi:
1) nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2) nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf; dan
3) tanggal penulisan Resep.
 Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1) bentuk dan kekuatan sediaan;
2) stabilitas; dan
3) kompatibilitas (ketercampuran Obat).
 Pertimbangan klinis meliputi:
1) ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2) aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3) duplikasi dan/atau polifarmasi;
4) reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain);
5) kontra indikasi; dan
6) interaksi.

3. NASRIANTI
- E-Book resep dan peracikan Obat : Skrining resep yang baik harus mencakup 3
Aspek yaitu Administratif, farmasetis dan Klinis
- E-book Pedoman cara pelayanan kefarmasian yang baik (CPFB) Skrining resep
yang dilakukan oleh Apoteker :
1. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik
3. Mengkaji Aspek Klinis
4. Menentukan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan profesi
5. Mengkomunikasikan kepada dokter jika diperlukan
- E-Book Farmasetika dasar : Skrining resep harus dilakukan oleh Apoteker, Pada
saat menerima resep, apoteker harus melakukan skrining kelengkapan administrasi
resep. Jika terdapat kekeliruan apoteker dapat menghubungi dokter penulis resep atau
pasien, Resep yang tidak lengkap persyaratan administrasinya dapat diragukan
keasliannya. Kajian farmasetik dilakukan oleh apoteker untuk mengkaji kesesuaian
bentuk dan kekuatan obat yang tertulis pada resep.

4. ISMAWYA
Untuk menghindari kesalahan pengobatan, Apoteker dapat berperan nyata dalam
pencegahan terjadinya kesalahan pengobatan di Puskesmas melalui kolaborasi dengan
dokter dan pasien. Hal yang dapat dilakukan antara lain (Depkes RI, 2008).

a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor rekam
medik/ nomor resep,
b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan,
hubungi dokter penulis resep.
c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam pengambilan
keputusan pemberian
obat, seperti :
1) Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis
(alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi
sempit untuk keperluan perhitungan dosis.
2) Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda- tanda vital dan
parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium
yang penting, terutama untuk obat- obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis
(seperti pada penurunan fungsi ginjal).
d. Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
e. Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e- prescribing)
dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan
itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta benar,
dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting
harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang
menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelahmendapat
konfirmasi.

(Jurnal: Gambara Skrining resep pasien rawat jalan di puskesmas kota Yogyakarta,
2015).

5. NUR AFIFAH

Menurut Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Kemenkes RI


2011.

Pemberian informasi obat antibiotic meliputi :

a. Tujuan terapi
b. Cara penggunan yang benar dan teratur
c. Tidak boleh berhenti minum antibiotic tanpa sepengetahuan dokter/perawat (harus
diminum sampai habis kecuali jika terjadi reaksi obat yang tidak diinginkan )
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi serta Tindakan yang
harus dilakukan
e. Cara penyimpanan.
KESIMPULAN (A.DEWI)

Skrining resep merupakan kegiatan apoteker dalam mengkaji resep terdiri dari
pengkajian administrasi, pengkajian farmaseutik, dan pengkajian klinis sebelum resep
diracik.

a) Skrining administratif: Informasi pasien berupa nama pasien, umur, jenis kelamin, berat
badan, alamat), Informasi dokter penulis resep berupa nama dokter, nomor surat izin
praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf), dan Tanggal penulisan resep , Nama
obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta, Cara pemakaian yang jelas, dan Informasi
lainnya.
b) Skrining farmasetik : Bentuk dan kekuatan sediaan, Stabilitas, dan Kompatibilitas
(ketercampuran obat), dosis, potensi, dan lama pemberian.
Skrining klinis : Ketepatan indikasi dan dosis obat, Aturan, cara dan lama penggunaan
obat, Duplikasi dan atau polifarmasi, Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek
samping obat, manifestasi klinis lain), Kontra indikasi, dan Interaksi

3. Mahasiswa mampu melakukan peracikan dan menetukan dosis obat pada resep?
1. RUSMI
Proses peracikan obat, baik yang mudah berupa penambahan pelarut
hingga yang kompleks seperti penyiapan total parenteral nutrition merupakan salah
satu bagian dari pelayanan kefarmasian.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Apoteker saat ingin meracik yaitu:
a. Sifat fisikokimia serta penggunaan obat yang akan diracik
b. Ketepatan dosis
c. Kesesuaian sediaan yang akan diracik dengan kebutuhan pasien
d. Menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan
e. Peralatan yang tepat dan bersih
(Setyani & Putri, 2019)
2. NENENG
Menurut Jurnal Mobile and Forensics, h.2-3
Pediatrik berasal dari kata Paedes = anak dan Iztrica = pengobatan. Kedokteran
anak adalah anak-anak, tidak hanya merawat anak tetapi juga mencakup hal-hal yang
lebih luas. DM (dosis maksimum) adalah dosis maksimum untuk orang dewasa yang
menggunakan oral,subkutan dan dubur. Perhitungan dosis untuk pediatri adalah
3. ISMAWYA

CARA MEMBUAT SERBUK

Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi sedikit dan
dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sidikit, untuk serbuk tidak dibagi kemudian
diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44.

a. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg maka jumlah tersebut tidak dapat ditimbang,
harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok Jika
mencampur obat berkhasiat keras sebaiknya dalam lumpang yang halus dan
sudah diberikan sebagian zat tambahan sebagai alas bahan obat yang akan digerus.
Jika bahan obat keras dilakukan pengenceran sebaiknya diberikan sedikit zat
warna, biasanya carmin yang berwarna merah tua, hasil pengenceran kemudian
ditambahkan kedalam campuran bahan obat yang lain, campuran akan terlihat
homogen jika zat warna sudah merata dalam serbuk.
b. Obat serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai
derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk , setelah
itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50o. Jika serbuk obat mengandung
bagian yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau
bahan pengering lain yang cocok
c. Obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, diuapkan pelarutnya
hingga hampir kering atau sampai kental dan diserbukkan dengan pertolongan zat
tambahan yang cocok.
d. Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.
e. Obat berbentuk kristal atau bongkah besar, digerus terlebih dahulu sampai
halus, kemudian baru ditambahkan bahan obat yang.
f. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar supaya nampak bahwa
serbuk sudah merata.

4. AYU LESTARI

Dosis obat dalah suatu jumlah obat yang akan diberikan kepada pasien untuk
dikomsumsi oleh pasien
Berdasarkan umur

a. Rumus young (untuk anak > 8 tahun)


x DM

b. Rumus dilling (untuk anak < 8 tahun)


x DM
c. Rumus fried (untuk bayi)
d. x DM

Berdasarkan berat badan

x DM

(Elmitra, 2017)

Berdasarkan Umur

- Rumus young (untuk anak dibawah 8 tahun)


Dosis = x DM
- Rumus fried
Dosis = x DM
- Rumus dilling (untuk anak diatas 8 tahun)
Dosis = x DM
- Rumus cowling
Dosis = x DM
(Syamsuni, 2006)

5. NASRIANTI

Menurut
- E-book Pedoman cara pelayanan kefarmasian yang baik (CPFB) Cara meracik
Obat
1. Menyiapkan Sediaan Farmasi dan alat kesehatan yang dibutuhkan
2. Menghitung kesesuaian dosis
3. Mengambil dan membawa obat dengan menggunakan sarung
tangan/alat/spatula/sendok dalam wadah
6. Mencatat pengeluaran obat
7. Menimbang bahan baku yang sesuai
8. Melakukan pengenceran jika jumlahnya lebih kecil dari 30mg
9. Memperhatikan factor inkompatibilitas obat
10. Menyiapkan etiket
- E-Book Farmasetika dasar : penentuan dosis pada resep yang dilakukan oleh
Apoteker untuk dosis anak dapat dihirung berdasarkan rumus young, diling, Fried

Kesimpulan : NENENG

a) Peracikan
Peracikan adalah pencampuran dari suatu bahan obat dimana mengubag bentuk
sediaan menjadi bentuk sediaan yang lain, juga peracikan merupakan kegiatan
menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah.
b) Dosis Obat Pada Resep
( )
Rumus Fried : x DM

( )
Rumus Young : x DM

( )
Rumus Dilling : x DM
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kandungn obat yang ada di resep sehingga
apoteker mampu mengkomunikasikan pada pasien?

1. Zakiah fitrah
CEFADROXIL MENURUT PIONAS
Sefalosporin generasi pertama
Terutama aktif terhadap kuman Gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian
besar Staphylococcus aureus dan streptokokus termasuk Streptococcus pyogenes,
Streptococcus viridans dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri gram positif yang juga
sensitif adalah Streptococcus anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes
dan Corynebacterium diphteria. Kuman yang resisten antara lain MRSA, Staphylococcus
epidermidis dan Streptococcus faecalis. Sefaleksin, sefradin, sefadroksil, aktif pada
pemberian per oral. Obat ini diindikasikan untuk infeksi saluran kemih yang tidak
memberikan respons terhadap obat lain atau yang terjadi selama hamil, infeksi saluran
napas, sinusitis, infeksi kulit dan jaringan lunak.

Sefalosporin oral. Sefalosporin generasi pertama yang dapat diberikan secara oral adalah
sefaleksin, sefradin, dan sefadroksil, sedangkan yang dari generasi kedua adalah sefaklor
dan sefprozil. Obat-obat ini bermanfaat dalam infeksi saluran kemih, yang tidak
memberikan respon terhadap antibiotik lain atau yang terjadi pada waktu hamil, infeksi
saluran pernafasan, otitis media, sinusitis serta infeksi kulit dan jaringan lunak.

PARACETAMOL MENURUT PIO NAS


nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.

DEKSAMETASON MENURUT PIO NAS


supresi inflamasi dan gangguan alergi; Cushing's disease, hiperplasia adrenal kongenital;
udema serebral yang berhubungan dengan kehamilan; batuk yang disertai sesak napas
(bagian 3.2); penyakit rematik (bagian 10.1.2); mata (bagian 11.2); lihat keterangan di
atas.

2. WIWIEK
Paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan
salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena
kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi
manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.penggunaannya untuk meredakan
demam tidak seluas penggunaannya sebagai analgesic (Farmakologi dan terapi ed. 5)
Sefadroksil sering digunakan pada infeksi ringan saluran kemih dan sebagai obat
pilihan kedua pada saluran nafas dan kulit yang tidak begitu parah dan bila terdapat
alergi untuk penisilin (Obat-obat penting ed.7)

Dexamethasone supresi inflamasi dan gangguan alergi; Cushing's disease,


hiperplasia adrenal kongenital; udema serebral yang berhubungan dengan kehamilan;
batuk yang disertai sesak napas, penyakit rematik (Pionas)
Dexametason berkhasiat sebagai anti radang kuat dengan efek agak cepat: pada dosis
lazim sigunakan untuk anti radang. Tidak bekerja anti erosif(Obat-obat penting ed.7)

3. NURALFIAH
a. Sefadroksil
Menurut DIH (Drug Information Handbook Ed 17)
Pengobatan infeksi bakteri yang rentan, termasuk yang disebabkan oleh
Streptococcus beta-hemolitik grup A, antibiotic gigi sebagai alternatif untuk
pengobatan infeksi orofasial pada pasien yang alergi terhadap penisilin; bakteri yang
rentan termasuk bakteri gram positif aerob dan anaerob
Menurut Medscape
Faringitis, infeksi struktur kulit, tonsilitis, infeksi saluran kemih, endocarditis,
gangguan ginjal.
b. Dexametason
Menurut DIH (Drug Information Handbook Ed 17)
Agen antiinflamasi kortikosteroid
Menurut Pionas
supresi inflamasi dan gangguan alergi; cushing’s disease, hiperplasea adrenal
kongenital, udema serebral yang berhubungan dengan kehamilan, batuk yang disertai
sesak napas, penyakit rematik, dan mata.
Menurut Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak, 2013 :
Indikasi yaitu inflamasi dan alergi, syok, diagnosis sindroma Cushing, hiperplasia
adrenal kongenital, edema serebral. Intranasal : alergi atau inflamasi nasal dan polip
Inhalasi oral : pengontrol asma bronkial persisten ; tidak diindikasikan untuk
menghilangkan bronkospasme akut. Sistemik dan lokal inflamasi kronik, alergi,
hematologi, neoplastik, penyakit autoimun, boleh digunakan untuk menangani edema
serebral, syok septik, dan diagnostik. Pada neonatus sebagai terapi chronic lung
disease (CLD) / displasia bronkopulmoner untuk fasilitasi penyapihan ventilasi
mekanik. Deksametason dapat pula digunakan untuk mengatasi edema trakea
sebelum dan setelah ekstubasi pipa endotrakeal.
c. Paracetamol
Menurut DIH (Drug Information Handbook Ed 17)
Pengobatan nyeri ringan sampai sedang dan demam (analgesic dan antipiretik)
Menurut Pionas
Nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah opersi cabut gigi, pireksia

4. NASRIANTI

- E-Jurnal penelitian FMIPA UNSARAT tahun 2011 : Indikasi Cefadroxil


golongan sefalosporin generasi pertama yang biasanya digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh bakteri
- PIO NAS : Indikasi paracetamol yaitu nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah
operasi cabut gigu, pireksia
- E-jurnal Medika : Indikasi Paracetamol umumnya digunakan sebagai antipiretik
- PIO NAS : Indikasi Deksamethason yaitu inflamasi dan gangguan alergi,
Hiperplasia,udema serebrat yang berhubungan dengan kehamilan, penyakit rematik,
batuk disertai sesak nafas.

5. NENENG

a) Sefadroksil
Menurut At A Glance, h.83 :
Sefadroksil diberikan secara oral dan digunakan dalam infeksi saluran kemih dimana
terdapat organisme yang resisten terhadap antibiotik lain.
b) Deksametason
Menurut Pharmacoteraphy Handbook, h.325 :
Deksametason umumnya digunakan untuk terapi meningitis pada anak.
Menurut Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, h.21 :
Deksametason merupakan antiinflamasi
c) Parasetamol
Menurut At A Glance, h.70 :
Parasetamol tidak secara signifikan sebagai aksi anti inflamasi, tetapi secara umum
digunakan sebagai anagesik ketika nyeri ringan yang tidak memiliki komponen inflamasi.
Diabsorbsi secara oral dan tidak menyebabkan iritasi lambung.
Menurut Pharmacoteraphy Handbook, h.567 :
Digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang

6. A.YUSMANIA
- Paracetamol
Secara umum, Parasetamol digunakan per-oral. Pada pasien yang tidak dapat menggunakan
secara per-oral, Parasetamol sering diberikan dalam bentuk supositoria (AHFS, 2005).
Parasetamol sering digunakan untuk analgesik pada penatalaksanaan sakit ringan hingga
moderat. Selain itu, Parasetamoljuga digunakan dalam pengobatan migrain pada kombinasi
dengan aspirin dan kafein. Pada pemakaian lain, Parasetamol ditujukan untuk pengobatan
sakit karena osteoartritis (OA) khususnya pada pasien yang bermasalah dengan saluran gastro
intestinal(AHFS,2005)

Kesimpulan :

a) Sefadroksil
Sefadroksil diindikasikan sebagai infeksi saluran kemih
b) Deksametason
Deksametason diindikasikan sebagai terapi meningitis pada anak juga sebagai
antiinflamasi.
c) Parasetamol
Parasetamol diindikasikan sebagai analgesik antipiretik dimana untuk mengatasi
nyeri ringan sampai sedang, parasetamol juga tidak menyebabkan iritasi pada lambung.

Anda mungkin juga menyukai