Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN MALARIA

Dokter
Umum No Dokumen : No Revisi : Halaman :
SOP-009/KAM/01-2022 00 1/2
Tanggal : 1 Januari 2022

SOP
dr. Leliana Saleh
SIP : 440/050-1/dr/00348/DPMPTSP/2021
1. Pengertian Penanganan malaria adalah langkah-langkah yang dilakukan petugas dalam melakukan
penatalaksanaan kasus malaria
Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanan pasien dengan malaria.

3. Referensi Permenkes RI no. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer.
4. Prosedur a. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien
Pada anamnesa sangat penting diperhatikan :
1) Keluhan utama : demam, mengigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

2) Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik


malaria.

3) Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

4) Riwayat sakit malaria.

5) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

6) Riwayat mendapat transfusi darah.

7) Gejala klinis pada anak dapat tidak khas.

Untuk penderita tersangka malaria berat disertai :


1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

2) Kelemahan umum

3) Kejang-kejang
4) Panas sangat tinggi

5) Mata atau tubuh kuning

6) Perdarahan hidung, gusi, atau saluran pencernaan

7) Nafas cepat dan atau sesak nafas

8) Muntah terus-menerus

9) Tidak dapat makan minum

10) Warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman

11) Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)

12) Telapak tangan sangat pucat

b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana


Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
1) Pada periode demam
a) Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat sampai
40⁰C dan kulit kering
b) Pucat
c) Nadi cepat
d) Pernafasan cepat (takipnea)
2) Pada periode dingin dan berkeringat:
a) Kulit teraba dingin dan berkeringat
b) Nadi teraba cepat dan lemah
c) Kondisi tertentu ditemukan penurunan kesadaran
3) Kepala : konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria
serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
4) Toraks : terlihat pernafasan cepat
5) Abdomen : teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga asites
6) Ginjal : ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oliguria atau anuria
7) Ekstremitas : akral dingin (tanda-tanda syok)

Pada tersangka malaria berat dapat ditemukan :


1) Temperatur aksila ≥ 40 ºC

2) Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada orang dewasa dan anak-anak < 50
mgHg

3) Nadi cepat dan lemah/kecil


4) Frekuensi nafas > 35 kali per menit pada orang dewasa atau > 40 kali per menit
pada balita. Anak di bawah 1 tahun > 50 kali per menit.

5) Penurunan derajat kesadaran

6) Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom)

7) Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor, dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang)

8) Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat)

9) Terlihat mata kuning (ikterik)

10) Adanya ronki pada kedua paru

11) Pembesaran limfa dan atau hepar

12) Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai anuria

13) Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis ditemukan parasit plasmodium, atau
2) Menggunakan Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT)

c. Petugas menegakkan diagnosa klinis


Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa (Trias Malaria: panas, menggigil,
berkeringat), pemeriksaan fisik, dan ditemukannya parasit plasmodium pada
pemeriksaan mikroskopis apusan darah tebal / tipis.
Klasifikasi:
1) Malaria falsiparum, ditemukan Plasmodium falsiparum
2) Malaria vivaks ditemukan Plasmodium vivax
3) Malaria ovale ditemukan Plasmodium ovale
4) Malaria malariae ditemukan Plasmodium malariae
5) Malaria knowlesi ditemukan Plasmodium knowlesi
Diagnosa Banding:
1) Demam Dengue
2) Demam Tifoid
3) Leptospirosis
4) Infeksi virus akut lainnya

d. Petugas memberikan terapi


Penatalaksanaan:
Penanganan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Malaria tanpa komplikasi
b. Malaria berat ( dengan komplikasi ).
Pendekatan terbaru penanganan malaria :
a. Berdasarkan diagnosis pasti
b. Terapi kombinasi
c. Pengobatan radikal

Dosis obat oral berdasarkan berat badan


 Dihydroartemisinin (DH) : 2-4 mg (2,2mg) / kg BB / hari
(1 tablet = 40 mg)
 Piperakuin phosphate (P): 16-32mg (18mg/kgBB/hari)
(1 tablet = 320 mg)
 Primakuin: 0.75 mg / kg BB / hari untuk hari I pada Pf, 0.25mg/kgBB/hari
untuk hari 1-14 untuk Pv.
 Artesunate : 4 mg/kgBB/hari
 Amodiakuin basa : 10 mg/kgBB/hari
 Kina : 10 mg/kgBB/kali  3 x sehari
 Doksisiklin : 3.5 mg/kgBB/hari untuk usia ≥ 15 th, 2.2 mg/kgBB/hari untuk
usia 8-14 th. dibagi 2 dosis
 Tetrasiklin : 4 mg/kgBB/kali  4 x sehari

Pengobatan Malaria Falsiparum

Pengobatan Malaria Falsiparum


Lini I
Dihydroartemisinin+ Piperaquin + Primakuin
Atau
Artesunate+ Amodiakuin + Primakuin

Lini II
Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin

Pengobatan dengan Dihydroartemisinin-Piperakuin (DH-P) untuk Pf


Jumlah tablet perhari menurut Berat adan
<5 kg 6-10 11- 18-30 31-40 41-59 > 60
kg 17 kg kg kg kg kg
Hari Jenis Obat 0 -1 2 -11 1-4 5-9 10 > 15 > 15
bulan bulan tahun tahun -14 tahun tahun
tahun
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - 3/4 1½ 2 2 3

Atau Pengobatan dengan Artesunate-Amodiakuin untuk Pv

Jumlah tablet perhari menurut Berat Badan


<5 6-10 11- 18-30 31- 41- 50- > 60
kg kg 17 kg 40 49 59 kg
Jenis kg kg kg kg
Hari 0 -1 2-11 1 -4 5 -9 10- > 15 > 15 > 15
Obat
bula bula tahu tahu 14 tahu tahu tahu
n n n n tahu n n n
n
Arte
1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
sunat
1-3
Amodia
1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
kuin
1 Primakui
- - 3/4 1½ 2 2 2 3
n

Pengobatan lini II
Pengobatan lini II malaria falsiparum diberikan jika pengobatan lini I tidak efektif
dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudensi).

Pengobatan lini II alternatif


Kombinasi Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin + Primakuin ( bila gagal pengobatan
lini I )

Hari Jenis Jumlah tablet perhari menurut Berat Badan


<5 6-10 11- 18-30 31- 34- 41- 56- > 60
Obat
kg kg 17 kg 33 40 55 60 kg
kg kg kg kg kg
0 -1 2-11 1 -4 5 -9 10- 10- > 15 > 15 > 15
bula bula tahu tahu 14 14 tahu tahu tahu
n n n n tahu tahu n n n
n n
Sesu
3x1/ 3x1 3x1 3x2 3x2
1-7 Kina ai 3x1 3x2 3x3
2 ½ ½ ½ ½
BB
Prim
1 akui - 3/4 1½ 2 2 2 2 3 3
n

Jumlah tablet perhari menurut Berat Badan

Jenis
Hari
Obat <5 kg 6-19kg 20-29kg 30-44kg 45-59kg > 60 kg
0 -1 1-8 >8 10-14 > 15 > 15
bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-7 Doksisi 2x100
- - 2x25mg 2x50mg 2x75mg
klin mg

Jumlah tablet perhari menurut Berat Badan


<5 kg 6-10 11-17 18-30 31-40 41-49 50-59 > 60
Jenis
Hari kg kg kg kg kg kg kg
Obat 0 -1 2-11 1 -4 5 -9 10-14 > 15 > 15 > 15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Tetras Sesua 4x12 4x12 4x25 4x250
1-7 - - -
iklin i BB 5 mg 5 mg 0mg mg

Pengobatan Malaria Vivax & Ovale

Pengobatan Malaria Vivax & Ovale


Lini I
Dihydroartemisinin+ Piperaquin + Primakuin
Atau
Artesunate+ Amodiakuin + Primakuin

Lini II
Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin

Catatan : Primakuin selama 14 hari


Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui anamnesis
adakeluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(gol.sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain) maka pengobatan diberikan
secara mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75 mg/kgBB.
Pengobatan malaria pada penderita dengan defisiensi G6PD segera rujuk ke RS dan
dikonsultasikan kepada dokter ahli.

Pengobatan dengan Dihydroartemisinin-Piperakuin (DH-P) untuk Pv

Jumlah tablet perhari menurut Berat adan


<5 kg 6-10 11- 17 18-30 31-40 41-59 > 60
Jenis
Hari kg kg kg kg kg kg
Obat 0 -1 2 -11 1-4 5-9 10 -14 > 15 > 15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4
Prima
1-14 - - 1/4 1/2 3/4 1 1
kuin

Atau Pengobatan dengan Artesunate-Amodiakuin untuk Pv

Jumlah tablet perhari menurut Berat Badan


<5 kg 6-10 11- 18-30 31- 41- 50- > 60
kg 17 kg kg 40 kg 49 59 kg
Jenis
Hari kg kg
Obat
0 -1 2-11 1 -4 5 -9 10- > 15 > 15 > 15
bulan bulan tahun tahun 14 tahun tahun tahun
tahun
Arte
1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
sunat
1-3 Amo
diaku 1/4 1/2 1 1½ 2 3 4 4
in
1-14 Prima
- - 1/4 1/2 3/4 1 1 1
kuin

Pengobatan Lini II / Resque Treatment ( jika lini I gagal) :


1. Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin
2. Dosis Kina, doksisiklin/tetrasiklin sama dengan untuk Pf, namun
Primakuin 14 hari dengan dosis 0.25 mg/kgBB/hari

Relaps pada Malaria vivax


Dugaan relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis
0,25mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan lagi regimen ACT
yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.

Pengobatan Malaria Malariae

Pengobatan P.malariae cukup diberikan ACT (DHP atau Artesunate-


Amodiakuin) 1 kali per hari selama 3 hari, yang dosisnya sama dengan
pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.

Pengobatan Infeksi campuran

Campuran Plasmodium Falciparum dengan P.vivaks / P.ovale 


pengobatan sama dengan P.vivaks / P.ovale

Campuran P.Falciparum dengan P.malariae  pengobatan sama dengan


P.Falciparum

KLASIFIKASI RESPON PENGOBATAN ( WHO 2003 )

Kegagalan Pengobatan Dini  Berkembangnya menjadi malaria


( ETF = Early Treatment berat pada hari H1, H2, H3
Failure) disertai parasitemia.
 Parasitemia pada H3 dengan
temperatur aksiler>37.5C.
 Parasitemia H2 > H0.
 Parasitemia H3 >= 25% H0.
Kegagalan Pengobatan Kasep  Berkembangnya tanda bahaya
( LCF = Late Clinical [& malaria berat setelah H3 dan
Parasitological] Failure ). parasitemia ( jenis parasit = H0)
 Parasitemia dan temp. aksiler
>37.5C pada H4 - H28

( LPF = Late Parasitological  Parasitemia H7, H14, H21, dan


Failure ) H28 ( Parasit = H0)

Respon Klinis & Parasitologis Tidak ada parasitemia sampai H28


Adekuat ( ACPR = Adequate dengan abaikan temp. aksiler, tidak
Clinical and Parasitological sesuai dengan kriteria ETF/ LCF/LPF.
Response)

Malaria Dengan Komplikasi (Malaria Berat)

Malaria berat adalah ditemukannya plasmodium Falciparum stadium aseksual dengan


satu atau beberapa manifestasi klinis di bawah ini (WHO 2010):
a) Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15).
b) Kelemahan otot (tidak bisa duduk / berjalan) tanpa kelainan neurologic.
c) Tidak bisa makan dan minum.
d) Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia.
e) Edema paru atau Acute Respiratory Distress Syndrome (termasuk gambaran
radiologi).
f) Gagal sirulasi atau syok, tekanan sistolik < 70 mmHg (pada anak < 50 mmHg)
disertai eringat dingin.
g) Ikterus (kadar biliruin darah > 3 mg%),disertai disfungsi organ vital.
h) Hemogloinuria.
i) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan / atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

Gambaran Laboratorium :
a) Hipoglikemia : gula darah < 40 mg%.
b) Asidemia (pH < 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).
c) Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%) pada keadaan hitung parasit >
10.000/uL, apabila anemianya hipokromik mikrositik harus dikesampingkan
adanya anemia defisiensi besi, talasemia / hemoglobinopati lainnya.
d) Hiperparasitemia ≥ 2%.
e) Hiperlaktemia (asam laktat > 5 ugr/L).
f) Maroskopik hemoglobinuri oleh karena infesi malaria akut (bukan karena oat anti
malaria pada seorang dengan defisiensi G6PD).
g) Gagal ginjal akut (urin < 400ml/24 jam pada orang dewasa atau , 1 ml/kgBB/jam
pada anak setelah dilakuan rehidrasi, dengan kreatinin darah > 3 mg%).

Penatalaksanaan :
a) Pasien malaria berat harus segera dirujuk ke RS yang mempunyai fasilitas yang
lengkap.
b) Artesunate atau Artemeter ataupun Kina Hidroklorida intramuskular sebagai
dosis awal sebelum dirujuk ke RS.

Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB per i.v dan diulang setelah 12 jam
dengan dosis yang sama.Larutan artesunat juga dapat diberikan per i.m
(intramuscular) dengan dosis yang sama.
Artemeter intramuscular tersedia dalam ampil yang berisi 80 mg artemeter dalam
larutan minyak. Artemeter diberikan dengan dosis 1,6 mg/kgBB secara i.m dan
diulang setelah 12 jam.
Kina perinfus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada daerah
yang tidak tersedia derivat artemisin parenteral dan ibu hamil trimester
pertama.Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. 1 Ampul
berisi 500 mg/2 ml.

Pengobatan Malaria pada Kehamilan

1) Pakai obat yang efektif


2) Pertimbangkan keamanan obat untuk kehamilan
3) PENTING :
a) Beratnya penyakit Malaria
b) Pola resitensi pengobatan
c) Apa obat yang aman
4) Trimester pertama diberikan kina tablet 3x10 mg/kgBB + klindamycin
10mg/kgBB selama 7 hari
5) Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3 hari
6) Pencegahan / profilaksis digunakan Doksisiklin 1 kapsul 100 mg/ hari diminum
2 hari sebelum pergi hingga 4 minggu setelah keluar/pulang dari daerah endemis

Pengobatan Bumil Tanpa komplikasi

1) Plasmodium Falsiparum :
1. ACT ( Ars + Amo), tanpa Primakuin, Trimester 2 -3
2. Kina 3 x (2-3) tablet, tanpa Primakuin, Trimester 1 atau gagal ACT (Kina +
Clindamycin 2 x 10 mg/kg BB) / 7 hari

Pemantauan Pengobatan
Dilakukan pada hari ke-4, 14 dan 28 secara klinis dan mikroskopis

Hasil Pengobatan
Hari ke Kriteria Keterangan
Klinis Parasit
4 - - sembuh
4 - << F.U sd H14
Gagal
4 + Tetap atau >>> Pindah Lini II
Pengobatan
4 memburuk << atau >> Malaria berat Rujuk RS
14 - - sembuh
14 - << F.U sd H28
Gagal
14 + Tetap atau >>> Pindah Lini II
Pengobatan
14 memburuk << atau >> Malaria berat Rujuk RS
28 - - sembuh
Gagal
28 - << Pindah Lini II
Pengobatan
Antara Gagal
+ Tetap atau >>> Pindah Lini II
5-13 Pengobatan
Antara
memburuk Tetap atau >>> Malaria berat Rujuk RS
15-27

e. Petugas memberikan konseling dan edukasi pada pasien atau keluarga pasien
1) Pada kasus malaria berat disampaikan kepada keluarga mengenai prognosis
penyakitnya
2) Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan :
a) Menghindari gigitan nyamuk dengan kelambu atau repellen
b) Menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari
c) Mengobati pasien hingga sembuh misalnya dengan pengawasan minum obat
3) Petugas mencatat hasil pemeriksaan dan terapi dalam rekam medis.

5. Unit Poli Umum


Terkait

Anda mungkin juga menyukai