Makalah K3
Makalah K3
PENDAHULUAN
Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri
konstruksi. Menurut buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh
meliputi : pembuatan landasan untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup
lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran . Perlindungan juga diperlukan ketika
karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya.
Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak
seorangpun diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah
peralatan loading, semua pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman,
disamping itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian pelindung kepala.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN K3
K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup
familiar dalam dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International
Labour Organization) dan beberapa ahli :
2. Mangkunegara (2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
3. Suma’mur (2001)
4. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
7. Jackson (1999)
1. Physical Hazards
2. Chemical Hazards
3. Electrical Hazards
4. Mechanical Hazards
5. Physiological Hazards
6. Biological Hazards
7. Ergonomic
8. Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PELAKSANAAN PROSEDUR K3 PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI
BANGUNAN
K3 dalam proyek konstruksi meliputi safety engineering > construction safety >
personl safety.
Penyebab :
1. Faktor Teknis
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat
berat, penggalian, pembangunan, pengangkutan dsb. Disebabkan kondisi teknis
dan metoda kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan (substandards
condition).
1. Materials
Material dalam kondisi tertentu bisa membahayakan pekerja. Untuk itu diperlukan
penanganan yang baik. Meliputi mobilisasi bahan dan cara penyimpanan material.
2. Evaluasi
Risk Assessment.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu pekerjaan yang akan diserahkan
kepada kontraktor. Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan kemampuan
kontraktor menjalankan pekerjaan dengan setiap proyek memiliki karakteristik
berbeda, misalnya proyek bangunan bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik
dsb. Lakukan identifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan
masing-masing.
4. Implementation
Skala Proyek
Jumlah Tenaga Kerja
Lokasi Kegiatan
Potensi dan Resiko Bahaya
Peraturan dan standar yang berlaku
Teknologi proyek yang digunakan
Rencana kerja yang telah disusun implementasikan dengan baik. Sediakan
sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan program K3. Susun Kebijakan K3
terpadu.
5. Monitoring
Kebijakan K3
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam
menangani setiap jenis pekerjaan serta mengetahui sistem cara kerja aman untuk
masing-masing kegiatan.
Identifikasi bahaya
Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
Design Phase
Procurement
Konstruksi
Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level terendah sampai level
tertinggi. Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
Kebijakan K3 proyek
Cara melakukan pekerjaan dengan aman
Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
Safety Committee (Panitia Pembina K3)
Promosi K3
Safety Inspection
Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya
sebelum diizinkan digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi
dengan label khusus. Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
Contractor Safety
Kontraktor Konstruksi
Latar Belakang :
CSMS
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di
lingkungan perusahaan. CSMS merupakan sistem komprehensif dalam
pengelolaan kontraktor sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan CSMS :
Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja dilingkungan
perusahaan telah memenuhi standar dan kriteria K3 yang ditetapkan
perusahaan.
Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja Keselamatan di
lingkungan kontraktor
Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat aktivitas
kerja kontraktor
Keselamatan Transportasi
Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk.
Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya. Limbah harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek.
Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya
proyek misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb. SOP Darurat harus
disosialisasikan dan dilatih kepada semua pekerja
Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang
terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak
terulang kembali. Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta
statistik kecelakaan digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.
Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek. Audit K3
berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam
proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya. Sebagai masukan dalam
memberikan penghargaan K3.
4. Ketentuan administrasi K3
5. Kewajiban umum
Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang
dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi
pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-
time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari
sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan
unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau
penyedia jasa.
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan
panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah
koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek.
Kami akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang
terkait dengan K3, dimana :
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut :
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-
alat lain serta jalur transportasi, dimana :
1. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
2. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
Lampu / penerangan
1. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat- alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat
kerja, termasuk pada gang-gang.
2. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
3. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah
bahaya apabila lampu mati/pecah.
Ventilasi
1. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
2. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah
bahaya-bahaya tersebut di atas.
Kebersihan
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.
Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang
berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya
pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi
biaya karena kecelakaan kerja, antara lain :
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan
bidang konstruksi :
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN