Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Dalam


melaksanakan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan.
Untuk itu Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan
ketentuan K3 yang berlaku.

Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.

Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri
konstruksi. Menurut buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh
meliputi : pembuatan landasan untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup
lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran . Perlindungan juga diperlukan ketika
karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya.

Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang  ke tiga. Tidak
seorangpun diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah
peralatan loading, semua pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman,
disamping itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian pelindung kepala.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan prosedur K3 pada pekerjaan konstuksi bangunan

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pelaksanaan prosedur K3 pada pekerjaan kosntruksi bangunan

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

 Memahami lebih jauh tentang pelaksanaaan prosedur K3 pada pekerjaan


konstruksi bangunan

 
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN K3

K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup
familiar dalam dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International
Labour Organization) dan beberapa ahli :

1. ILO (International Labour Organization)

Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik,


mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada jabatannya.

2. Mangkunegara (2002)

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.

3. Suma’mur (2001)

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja


yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.

4. Simanjuntak (1994)

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

5. Mathis dan Jackson (2002)

Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik


seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
6. Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

7. Jackson (1999)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-


fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan.

2.2 DASAR HUKUM K3 DI INDONESIA

Dasar hukum pelaksanaan K3 di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja


2. Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
5. Instruksi Menaker RI No. 5 Tahun 1996 Tentang Pengawasan dan
Pembinaan K3 pada Kegiatan Konstruksi Bangunan
6. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang SMK3 (Sistem Manajemen K3)

2.3 JENIS BAHAYA KONSTRUKSI

Jenis-jenis bahaya konstruksi adalah :

1. Physical Hazards
2. Chemical Hazards
3. Electrical Hazards
4. Mechanical Hazards
5. Physiological Hazards
6. Biological Hazards
7. Ergonomic
8. Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi

 BAB III

PEMBAHASAN

 
3.1 PELAKSANAAN PROSEDUR K3 PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI
BANGUNAN

K3 dalam proyek konstruksi meliputi safety engineering > construction safety >
personl safety.

1. Penyebab dan pencegahan kecelakaan konstruksi :


2. Faktor manusia

Sangat dominan dilingkungan konstruksi.

Penyebab :

Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda, Pengetahuan tentang


keselamatan rendah.

Pencegahan Faktor Manusia :

 Pemilihan Tenaga Kerja.


 Pelatihan sebelum mulai kerja.
 Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung.

1. Faktor Teknis

Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat
berat, penggalian, pembangunan, pengangkutan dsb. Disebabkan kondisi teknis
dan metoda kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan (substandards
condition).

Pencegahan Faktor Teknis :

 Perencanaan Kerja yang baik.


 Pemeliharaan dan perawatan peralatan.
 Pengawasan dan pengujian peralatan kerja.
 Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman.
 Penerapan Sistem Manajemen Mutu.

1. Materials

Material dalam kondisi tertentu bisa membahayakan pekerja. Untuk itu diperlukan
penanganan yang baik. Meliputi mobilisasi bahan dan cara penyimpanan material.

1. Peralatan kerja / Equipments


Penempatan peralatan kerja yang tidak diatur dengan baik bisa menimbulkan
kecelakaan kerja sehingga produktifitas kerja terganggu.

2. Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi


3. Identification

Mengidentifikasi permasalahan di lingkungan kerja secara dini.

2. Evaluasi

Tahapan CSMS (Contractor Safety Managemen System)

Risk Assessment.

Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu pekerjaan yang akan diserahkan
kepada kontraktor. Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan kemampuan
kontraktor menjalankan pekerjaan dengan setiap proyek memiliki karakteristik
berbeda, misalnya proyek bangunan bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik
dsb. Lakukan identifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan
masing-masing.

3. Develop the Plan

Adakan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas


berdasarkan Hazards Rating. Susun Risk Rating dari semua kegiatan konstruksi
yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil Identifikasi dan Evaluasi susun rencana
pengendalian dan pencegahan kecelakaan. Terapkan konsep Manajemen
Keselamatan Kerja yang baku.

4. Implementation

Susun Program Implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan (buat


dalam bentuk elemen kegiatan).

Implementasi K3 dalam Kegiatan Proyek

Dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara lain :

 Skala Proyek
 Jumlah Tenaga Kerja
 Lokasi Kegiatan
 Potensi dan Resiko Bahaya
 Peraturan dan standar yang berlaku
 Teknologi proyek yang digunakan
Rencana kerja yang telah disusun implementasikan dengan baik. Sediakan
sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan program K3. Susun Kebijakan K3
terpadu.

5. Monitoring

Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3 dalam perusahaan. Susun sistem


audit dan inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan.

3. Elemen Program K3 Proyek

 Kebijakan K3

Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek. Memuat komitmen dan


dukungan manajemen puncak terhadap pelaksanaan K3 dalam proyek. Harus
disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakan sebagai landasan kebijakan
proyek lainnya.

 Administratif dan Prosedur

Menetapkan sistem organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.

Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam proyek.

Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk


tugas dan wewenang semua unsur terkait.

Organisasi dan SDM

Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang besarnya sesuai


dengan kebutuhan dan lingkup kegiatan. Organisasi K3 harus memiliki akses
kepada penanggung jawab projek. Kontraktor harus memiliki personel yang cukup
yang bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam perusahaan yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam
menangani setiap jenis pekerjaan serta mengetahui sistem cara kerja aman untuk
masing-masing kegiatan.

Administratif dan Prosedur

Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan perizinan yang


berlaku.

Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai dasar kebijakan K3


dalam perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan
dalam kontrak yang akan dikerjakannya.

 Identifikasi bahaya

Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan identifikasi bahaya guna


mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya dilakukan
bersama pengawas pekerjaan dan Safety Departement. Identifikasi Bahaya
menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List, What If, Hazops, dsb.
Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :

Design Phase

Procurement

Konstruksi

Commisioning dan Start-up

Penyerahan kepada pemilik

 Project Safety Review

Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yang mencakup kehandalan K3


dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya. Kajian K3 dilaksanakan
untuk meyakinkan bahwa proyek dibangun dengan sstandar keselamatan yang baik
sesuai dengan persyaratan

 Pembinaan dan Pelatihan

Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level terendah sampai level
tertinggi. Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.

Pokok Pembinaan dan Latihan :

 Kebijakan K3 proyek
 Cara melakukan pekerjaan dengan aman
 Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
 Safety Committee (Panitia Pembina K3)

Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyangga keberhasilan K3 dalam


perusahaan. Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk membina keterlibatan
dan kepedulian semua unsur terhadap K3. Kontraktor harus membentuk Panitia
Pembina K3 atau Komite K3 (Safety Committee). Komite K3 beranggotakan wakil
dari masing-masing fungsi yang ada dalam kegiatan kerja. Komite K3 membahas
permasalahan K3 dalam perusahaan serta memberikan masukan dan pertimbangan
kepada manajemen untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.

 Promosi K3

Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program-program Promosi


K3. Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness para pekerja
proyek. Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3 dsb
.Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.

 Safe Working Practices

Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan berbahaya


dilingkungan proyek misalnya :

Pekerjaan pengelasan, Scaffolding,bekerja diketinggian,penggunaan Bahan Kimia


berbahaya, bekerja diruangan tertutup, bekerja diperalatan mekanis dsb.

 Sistem Izin Kerja

Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya, perlu


dikembangkan sistem izin kerja. Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai
jika telah memiliki izin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang (pengawas
proyek atau K3). Izin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precaution
dan peralatan keselamatan yang diperlukan

 Safety Inspection

Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa


tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition” dilingkungan proyek. Inspeksi
dilakukan secara berkala. Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint
Inspection semua unsur dan Sub Kontraktor

 Equipment Inspection

Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya
sebelum diizinkan digunakan dalam proyek.

Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi
dengan label khusus. Pemeriksaan dilakukan secara berkala.

 Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)


Harus disusun pedoman Keselamatan Kontraktor/Sub Kontraktor. Subkontrakktor
harus memenuhi standar keselamatan yang telah ditetapkan. Setiap sub kontraktor
harus memiliki petugas K3. Pekerja Subkontraktor harus dilatih mengenai K3
secara berkala.

 Contractor Safety

Latar Belakang : Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan sebagai


mitra yang membantu kegiatan operasi perusahaan

 Kontraktor Konstruksi

Latar Belakang :

 Kontraktor rawan terhadap kecelakaan dalam menjalankan kegiatannya.


 Tenaga Kontraktor bersifat sementara
 Pekerja kasar dan pendidikan lebih rendah
 Tingkat disiplin dalam bekerja kurang
 Pemahaman tentang peraturan K3 perusahaan rendah
 Terlibat langsung dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga lebih banyak
terpapar bahaya.
 Latar Belakang
 Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.
 Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat menimbulkan bahaya bagi
operasi perusahaan dan berakibat kecelakaan perusahaan.
 Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.

 Standar PSM (Process Safety Management)

Kegiatan Kontraktor harus dikelola dengan baik untuk menjamin keselamatan


dalam setiap kegiatan kerja kontraktor yang dapat membahayakan operasi
perusahaan. Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety Management System
(CSMS).

 CSMS

CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di
lingkungan perusahaan. CSMS merupakan sistem komprehensif dalam
pengelolaan kontraktor sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan CSMS :
 Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja dilingkungan
perusahaan telah memenuhi standar dan kriteria K3 yang ditetapkan
perusahaan.
 Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja Keselamatan di
lingkungan kontraktor
 Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat aktivitas
kerja kontraktor

Dasar Penerapan CSMS :

 Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970

Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan setiap orang yang berada


ditempat kerjanya (termasuk kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat
kerja).

 Undang undang Perlindungan Konsumen

Perusahaan wajib melindungi keselamatan konsumen sebagai akibat kegiatan


perusahaan.

 Keselamatan Transportasi

Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi. Pembinaan dan


Pengawasan transportasi diluar dan didalam lokasi Proyek. Semua kendaraan
angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

 Pengelolaan Lingkungan

Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik


mengacu dokumen Amdal/UKL dan UPL. Selama proyek berlangsung dampak
negatif harus ditekan seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan
terhadap lingkungan.

 Pengelolaan Limbah dan B3

Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk.
Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya. Limbah harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek.

 Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya
proyek misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb. SOP Darurat harus
disosialisasikan dan dilatih kepada semua pekerja

 Accident Investigation and Reporting System

Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang
terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak
terulang kembali. Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta
statistik kecelakaan digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.

 Audit K3

Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek. Audit K3
berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam
proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya. Sebagai masukan dalam
memberikan penghargaan K3.

4. Ketentuan administrasi K3
5. Kewajiban umum

Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia


Jasa Konstruksi, yaitu :

 Kami berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,


lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga
kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
 Kami menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat
lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan
keselamatan kerja.
 Kami turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
 Kami menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di
dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi
pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
 Kami memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
 Sebelum pekerjaan dimulai Kami menjamin bahwa semua tenaga kerja
telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan
usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan- papan
pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan
kecelakaan yang dipandang perlu.
 Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap
semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan,
lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
 Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab kami.

1. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang
dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi
pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :

 Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-
time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
 Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari
sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
 Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan
unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau
penyedia jasa.
 Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan
panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah
koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek.
 Kami akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-


fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
2. Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam proyek.
3. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi
dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.

 Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Laporan kecelakaan

Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang
terkait dengan K3, dimana :
 Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
 Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut :

1. Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja


masing- masing dan
2. Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
3. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan

Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-
alat lain serta jalur transportasi, dimana :

 Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :

1. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
2. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.

 Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan


disimpan untuk referensi.
 Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba,
harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
 Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di
tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan
lain-lain.
 Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan
obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan
gigitan ular.
 Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain
selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
 Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
 Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan
harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
 Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
 Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat lainnya.
 Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan
strategis yang memberitahukan antara lain :

3. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang


PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari
petugas K3.
4. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor
telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
5. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong
yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.
6. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah


diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan
desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi. Sehingga pada saat
pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi
dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Kami harus melaksanakan prinsip-
prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang
wajar, oleh karena itu baik Kamidan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-
prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah
persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

5. Ketentuan Teknis manajemen K3


6. Aspek lingkungan

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek


lingkungan, Kami berusaha mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

1. Tempat kerja dan peralatan

Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :

 Pintu masuk dan keluar

1. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.


2. Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.

 Lampu / penerangan

1. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat- alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat
kerja, termasuk pada gang-gang.
2. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
3. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah
bahaya apabila lampu mati/pecah.

 Ventilasi

1. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
2. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah
bahaya-bahaya tersebut di atas.

 Kebersihan

1. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus


dipindahkan ke tempat yang aman.
2. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
3. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di
tempat kerja.
4. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain
harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
5. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

1. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran

Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :

 Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan akan kami


sediakan:

1. Alat-alat pemadam kebakaran.


2. Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.

 Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja telah dilatih untuk


menggunakan alat pemadam kebakaran.
 Alat pemadam kebakaran, telah diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh
orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
 Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran
yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam
kebakaran harus selalu dipelihara.
 Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
 Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di
tempat-tempat sebagai berikut :
 di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan. b)
di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
 Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :

1. di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah


terbakar.
2. di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
3. di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.

 Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-


kerusakan teknis.
 Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu
gedung, pipa tersebut harus :

1. dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.


2. dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
3. mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran

1. Perlengkapan keselamatan kerja

Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam


melaksanakan tugasnya antara lain sebagai berikut :

 Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
 Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
 Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
 Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
 Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.
 Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang
berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya
pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.

6. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


7. Pedoman untuk manajemen puncak

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi
biaya karena kecelakaan kerja, antara lain :

 Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer


lapangan.

Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadapprogram keselamatan


kerja yang telah diterapkan.

 Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan


kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring
dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadwalan pekerjaan.
 Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
 Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
 Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang
keselamatan kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada
masing masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

1. Pedoman untuk manajer dan pengawas

Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan
bidang konstruksi :

 Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan


pekerja konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk
meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan
kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi yang baik,
persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan aman,
serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
 Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari
perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
 Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi.
Manajer dapat melakukannya dengan cara

1. Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan


agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan
hendaknya memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru,
terutama pada hari-harinya yang pertama.
2. Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena
dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut
pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak
(“merongrong”) kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk
memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
3. Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai
manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara
mengizinkan para mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak
menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).

1. Pedoman untuk mandor

Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan


pekerjaan bidang konstruksi dengan :

 Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya


dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung
atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan
kemudian membiarkannya begitu saja.
 Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi


kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :

1. Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari


keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang
formal dengan para mandor di lapangan.
2. Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.
3. Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain
adalah :

 Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan


 Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang
 Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
 Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
 Memahami lingkup kerja yang diberikan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 4.1 KESIMPULAN

Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur


dengan berbagai aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam
pekerjaan kosntruksi agar pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa
menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga telah memberikan langkah-langkah dalam
mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan dalam proyek kosntruksi.

4.2 SARAN

Untuk kelancaran  pekerjaan konstruksi, perlu adanya penerapan prosedur K3


dalam setiap pekerjaan kosntruksi

Anda mungkin juga menyukai