Anda di halaman 1dari 2

KARLA

Yunisa Rahma Hapsari / 35 / XI MIPA 1

Karla adalah gadis periang yang baru saja menginjak usia 14 tahun, sejak kecil
Karla selalu mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya namun
kebahagiaan itu tidak dapat bertahan lama karena orang tua Karla memutuskan untuk
berpisah dan meninggalkannya begitu saja. Akibat hal tersebut Karla diputuskan untuk
tinggal bersama pamannya, dengan usia Karla yang masih labil dia terpaksa harus
menjalani hidupnya tanpa bimbingan penuh dari kedua orang tuanya oleh karena itu
Karla tidak dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk.

Pada suatu saat Karla yang tidak paham dengan keadaan dunia tidak sengaja
berbuat suatu kesalahan dan terdengar oleh pamannya bahwa Karla memiliki anak
tanpa diketahui ayahnya. Paman Karla yang mendengar hanya dapat memukulinya,
Karla tidak memiliki siapa-siapa lagi dalam hidupnya.
Rumor mengenai Karla pun sudah menjadi rahasia umum bagi seluruh kalangan
teman-temannya dan Karla harus menjalani kesehariannya dengan segelintir sisa
cahaya yang ia miliki.

Namun semakin lama Karla tidak dapat menahan kesedihan yang dia alami dan
Karla akhirnya terjebak dalam lingkaran kegelapan yang terbuat tanpa dia sadari. Untuk
melarikan diri dari dunia yang kejam Karla hanya dapat bersembunyi didalam lemari
selama berjam-jam sambil meringkuk dan menangis dalam diam. Seiiring berjalannya
waktu Karla memutuskan untuk berhenti sekolah dan ia hanya dapat berdiam diri
dikamar sambil melamun karena bagi Karla melamun sebuah pelarian indah yang ia
ciptakan dengan sedikit harapan yang tersisa.

Karla menciptakan kisah hidupnya sesuai dengan yang selalu ia harapkan,


seperti menjadi tuan putri yang dapat menguasai dunia fashion atau menjadi seorang
gadis periang yang mendapatkan kebahagiaan yang ia dambakan sejak kemarin. Karla
yang merasa aman dan bahagia didalam lamunannya lambat laun akhirnya kehilangan
kontrol terhadap kapan ia harus melamun dan kapan harus berhenti. Di usianya yang
kini sudah beranjak dewasa, ia kerap kehilangan interaksi sosial karena tak bisa
melepaskan diri dari lamunan. Karla merasa tak punya kontrol untuk lamunannya dan
hal itu bisa muncul kapan saja, bahkan saat Karla memulai untuk menata hidupnya
kembali. Karla merasa seperti pengguna narkotika yang kecanduan oleh obat yang ia
buat sendiri.

Pada akhirnya Karla memutuskan untuk meninggalkan hidupnya yang terasa


sangat berat karena ia sudah melakukan berbagai cara agar bisa dilewatinya, Karla
hanya dapat melukai dirinya dan berakhir menggantungkan diri diantara pepohonan
yang berada di halaman masa kecilnya. Terasa tidak adil karena Karla tidak mengerti
kenapa ia harus mengalami kejadian yang tidak semua orang paham akan hal itu.

Terdapat secarik kertas berwarna biru tua yang ditemukan oleh paman Karla
yang berada di kolong kasurnya, ternyata itu adalah pesan terakhir Karla kepada dunia
adalah Mental Health Awareness sangat diperlukan bagi orang yang membutuhkan,
terimakasih untuk mereka yang sudah menyempatkan diri untuk sekedar bertanya
kabar atau menyemangati kalian sangat membantu karena setidaknya ada sebuah
harapan yang terkadang saya tidak pernah mengerti bahwa masih ada harapan yang
bisa dicoba, maaf dan terimakasih dunia.

Paman Karla yang membaca pesan tersebut hanya dapat menangis dalam
dingin dan gelapnya kamar Karla, ia lalu membereskan barang barang bekas Karla dan
menaruhnya dalam gudang. Paman Karla berjanji untuk selalu memberi perhatian
penuh kepada orang-orang yang merasakan kekurangan, setiap hari Minggu paman
Karla selalu rajin menjenguk pasien rumah sakit jiwa dan memberikan dukungan.

Anda mungkin juga menyukai